upaya peningkatan prestasi belajar ipa dengan...

31
LAPORAN KEGIATAN PENERAPAN PROGRAM IPTEK UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN CARA PEMBINAAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA Oleh : Sumarna, M.Si., dkk. DIBIAYAI OLEH PROYEK MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI (PMPT) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SURAT PERJANJIAN (KONTRAK) PELAKSANAAN PEKERJAAN PROGRAM PENERAPAN IPTEK KEPADA MASYARAKAT NOMOR : 453/K06.41/LL/98, TANGGAL 5 DESEMBER 1998 FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP YOGYAKARTA 1999

Upload: vunguyet

Post on 29-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

LAPORAN KEGIATAN

PENERAPAN PROGRAM IPTEK

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

DENGAN CARA PEMBINAAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN

ALAT PERAGA BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR

DI KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

Oleh :

Sumarna, M.Si., dkk.

DIBIAYAI OLEH PROYEK MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI (PMPT)

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SURAT PERJANJIAN (KONTRAK) PELAKSANAAN PEKERJAAN

PROGRAM PENERAPAN IPTEK KEPADA MASYARAKAT

NOMOR : 453/K06.41/LL/98, TANGGAL 5 DESEMBER 1998

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP YOGYAKARTA

1999

Page 2: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Menurut ketetapan MPR RI tahun 1993 dinyatakan sebagai berikut :

“Pendidikan nasional perlu terus ditata, dikembangkan, dan dimantapkan dengan melengkapi

berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan serta mengutamakan kualitas pendidikan

dasar, …” (Ketetapan MPR RI, 1993 : 186).

Peningkatan kualitas pendidikan, termasuk sekolah dasar, merupakan salah satu aspek

tujuan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Pendidikan dasar,

dinyatakan pada Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang pendidikan

nasional, bab V, pasal 13, ayat (1) sebagai berikut :

“Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta

memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat

serta mempersipakan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan

menengah” (Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 : 7).

Dengan demikian sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang amat

fundamental. Namun kenyataannya kualitas pendidikan dasar, khususnya Sekolah

Dasar, kurang memadai. Daya serap peserta didik secara nasional untuk mata

pelajaran pokok tidak menggembirakan. Daya serap peserta didik SD di Daerah

Istimewa Yogyakarta untuk mata pelajaran pokok (PMP, Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

dan Matematika), rata-rata hanya mencapai 4,3 dan untuk Kabupaten Kulon Progo

rata-ratanya hanya mencapai 4,1 (Statistik Data Daya Serap tahun 1995/1996 pada

Dinas P dan K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo).

Direktur Pendidikan Dasar Depdikbud RI, Djauzak Umar menyatakan sebagai berikut

“Pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas. Dalam rangka ini, Sekolah Dasar (SD) merupakan dasar bagi

jenjang pendidikan berikutnya. Betapapun megahnya dan cantiknya sebuah gedung,

Page 3: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

kalau dasarnya keropos, maka akan membahayakan. Dilihat dari beberapa sudut justru

kondisi pendidikan dasar di Indonesia masih sangat memprihatinkan (Harian KOMPAS,

Sabtu, 15 Juli 1995 : 9).

Kualitas pendidikan yang rendah berpengaruh pada upaya peningkatan sumber daya

manusia, demikian dinyatakan olah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI,

Wardiman Djoyonegoro (Harian KOMPAS, Selasa, 4 Juli 1995 : 9). Kepala PPPG

matematika , Harsono, memprihatinkan rata-rata NEM matematika secara nasional

tidak pernah melewati angka 5 (Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu, 7 September 1994 :

2). Padahal matemaika dan IPA sangat berperan untuk dapat unggul dalam persaingan

dagang saat ini (Samaun Samadikun, Harian KOMPAS, Sabtu, 8 Juli 1995 : 3).

Pelajaran matematika dan IPA di tiap jenjang pendidikan, terutama SD, selama ini

cenderung didominasi teori-teori yang berbentuk verbal. Kondisi demikian

menyebabkan bidang studi matematika dan IPA kurang diminati, dan bahkan ditakuti

oleh para peserta didik. Akibatnya kemampuan peserta didik dalam penguasaan

ilmu-ilmu dasarpun relatif rendah (Wardiman Djoyonegoro, Harian KOMPAS,

Selasa, 4 Juli 1995 : 9).

Kesimpulan penelitian Kristina Warniasih (1994/1995) adalah (1) pengadaan alat

peraga matematika dan IPA di sekolah dasar sebagian besar masih tergantung

pembagian pemerintah tanpa ada inisiatif membuat alat peraga sendiri, (2) para guru

sekolah dasar tidak mampu menggunakan alat peraga pembagian pemerintah,

terutama alat peraga IPA. Temuan Wisnu Giyono (1994) di Sekolah Dasar di

Kabupaten Kulon Progo, para guru tidak mampu menggunakan alat peraga IPA

pemberian pemerintah, bahkan sampai sekarang masih ada yang belum dibuka sama

sekali dari kotak pembagian. Paket alat peraga IPA tersebut diberikan tahun 1979,

1992, dan 1994, terdiri dari alat peraga Fisika dan Biologi. Namun kenyataan yang

ada di lapangan, para guru SD (1) 95% tidak pernah memakai alat peraga tersebut, (2)

95% tidak mampu mengoperasikan alat tersebut. Jadi pemberian pemerintah yang

tidak sedikit nilai rupiahnya itu sangat tidak mengena pada sasarannya.

Page 4: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

Kesimpulan penelitian M. Djauhar Siddiq (1981) para guru SD di Kecamatan Mlati,

Sleman mengalami kesulitan dalam usaha mengadakan pengelolaan dan

pendayagunaan alat-alat pelajaran, termasuk di dalamnya media pendidikan.

Penelitian M. Djauhar Siddiq (1981) yang lain, salah satu butir kesimpulannya,

membuktikan bahwa persepsi guru SD di DIY terhadap media pendidikan baru pada

taraf sedang. Penelitian Suradi TBW, dkk. (1990) menyimpulkan kualitas proses

belajar mengajar ditinjau dari aktivitas mengajar guru SD dalam CBSA adalah dalam

kategori sedang. Penelitian Suharsimi Arikunto, dkk. (1990) menunjukkan

kemampuan guru SD di Kabupaten Sleman dalam menggunakan media pengajaran

dalam kategori rendah. Penelitian Wisnu Giyono (1992) sebagian besar guru-guru SD

tidak menggunakan media pengajaran pada waktu menyajikan bahan pengajaran.

Dari data dan hasil-hasil penelitian tersebut di atas, dapat digunakan sebagai indikator

bahwa penerapan dan pelaksanaan teknologi pembelajaran di SD (terutama di

Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta) dalam kondisi memprihatinkan. Padahal

teknologi pembelajaran sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar

matematika dan IPA. Dengan demikian maka meningkatkan prestasi belajar

matematika dan IPA perlu bimbingan secara intensif dan serius dalam bidang

teknologi pembelajaran bagi guru-guru SD.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh B. Suryo Subroto, dkk.

Tahun 1993/1994 berhasil positif yakni dapat meningkatkan kualitas pendidikan

Sekolah Dasar di Kecamatan Lendah, Panjatan, Galur Kulon Progo. Penelitian Wisnu

Giyono (1995) membuktikan perbedaan kualitas pendidikan bagi SD-SD yang

menjadi sasaran PPM menjadi lebih baik dari pada yang tidak menjadi sasaran PPM

tersebut, guna meningkatkan prestasi belajar matematika dan IPA. Direncanakan 5

SD lagi, selain SD-SD sasaran PPM tahun lalu, dijadikan sasaran PPM tahun

anggaran 1997/1998 di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

Pembinaan dengan cara pembimbingan terhadap guru-guru SD akan diselenggarakan

proses belajar mengajar yang intensif. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

guru-guru SD dalam bidang matematika dan IPA, akan meningkatkan pula

Page 5: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

pelaksanaan belajar mengajar peserta didik. Hal ini akan berdampak positif terhadap

peningkatan prestasi belajar matematika dan IPA pada umumnya, dan kualitas

perserta didik pada khususnya. Hal-hal tersebut di atas akan berdampak positif

terhadap peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya, dan prestasi belajar

matematika dan IPA pada khususnya.

Perumusan Masalah

Dari uraian analisis situasi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas

pendidikan atau kualitas sekolah pada sekolah dasar kurang memadi. Indikatornya

adalah daya serap peserta didik pada mata pelajaran pokok (Bahasa Indonesia, PMP,

IPA, IPS, dan Matematia) kurang menggembirakan. Kesimpulan-kesimpukan dan

temuan-temuan penelitian membuktikan pembuatan dan penggunaan alat peraga bagi

guru-gur sekolah dasar pada kategori sedang atau rendah. Kondisi-kondisi

memprihatinkan tersebut terdapat pula pada SD-SD di Kabupaten Kulon Progo,

Yogyakarta. Memperhatikan hal tersebut di atas, maka permasalahan dalam

penerapan IPTEKS ini adalah :

Bagaimanakah upaya membina pembuatan dan penggunaan alat peraga bagi

guru-guru sekolah dasar guna meningkatkan prestasi belajar Matematika dan IPA.

Permasalahan tersebut dapat dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah upaya membina kemampuan guru-guru SD untuk membuat

alat peraga Matematika ?

2. Bagaimanakah upaya membina kemampuan guru-guru SD untuk membuat

alat peraga IPA ?

3. Bagaimanakah upaya membina kemampuan guru-guru SD untuk

menggunakan alat peraga Matematika dalam kegiatan pembelajaran ?

4. Bagaimanakah upaya membina kemampuan guru-guru SD untuk

menggunakan alat peraga IPA dalam kegiatan pembelajaran ?

Page 6: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini bertujuan agar para guru sekolah dasar mempunyai kemampuan

membuat dan menggunakan alat peraga matematika dan IPA dalam kegiatan

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dan IPA di

sekolah dasar. Tujuan tersebut dapat dijabarkan menjadi sub-sub tujuan sebagai

berikut :

1. Guru-guru SD mampu membuat alat peraga matematika.

2. Guru-guru SD mampu membuat alat peraga IPA.

3. Guru-guru SD mampu menggunakan alat peraga matematika dalam kegiatan

pembelajaran.

4. Guru-guru SD mampu menggunakan alat peraga IPA dalam kegiatan

pembelajaran.

B. Manfaat Hasil Kegiatan

Keberhasilan kegiatan penerapan IPTEKS ini akan bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi Guru-guru SD

a. Memiliki kemampuan membuat alat peraga matematika, sehingga

mampu pula menggunakan dalam proses atau kegiatan pembelajaran

selanjutnya akan berdampak meningkatkan prestasi belajar matematika

bagi peserta didik.

b. Memiliki kemampuan membuat alat peraga IPA, sehingga mampu

pula menggunakan dalam proses atau kegiatan pembelajaran

selanjutnya akan berdampak meningkatkan prestasi belajar bagi

peserta didik.

Page 7: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

2. Bagi Sekolah Dasar sebagai Satuan Kerja

a. Diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil pendidikan secara

keseluruhan yang tercermin pada makin tingginya nilai EBTANAS murni,

maupun meningkatnya jumlah lulusan.

b. Bertambahnya kualitas pendidikan SD dengan makin banyaknya lulusan SD

yang diterima pada lembaga sekolah di atasnya yang dinilai sebagai sekolah

favorit.

c. Tumbuhnya wawasan yang mantap bahwa sekolah dengan orang tua peserta

didik dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, perlu menjalin hubungan yang

serasi, kerja sama yang baik untuk meningkatkan mutu kehidupan sekolah

secara harmonis. Hal ini akan bermanfaat terhadap peningkatan kualitas

pendidikan sekolah.

d. Peningkatan komitmen komponen utama sekolah akan dapat diwujutkan

dengan acuan kerja kolektif yang ditumbuhkan lewat kegiatan kerja

kelompok, rapat kerja, loka karya yang lebih terarah dan berorientasi pada

pencapaian misi pendidikan sekolah.

3. Bagi Kepala Sekolah dan Instansi Depdikbud Setempat

a. Menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang teknologi

pembelajaran, khususnya pembuatan dan penggunaan alat peraga matematikaa

dan IPA bagi Kepala Sekolah, para Penilik Sekolah, Pimpinan Ranting Dinas

P dan K Kecamatan, Pimpinan Cabang Dinas Pdan K Kabupaten, dan

Pimpinan Kantor Depdikbud Kabupaten sehingga dapat dipergunakan sebagai

landasan kerja demi peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada sekolah

dasar.

b. Menambah jalinan kerja sama yang positif dengan instansi lain untuk mencari

pemecahan permasalahan yang timbul dalam proses pendidikandi SD demi

peningkatan kualitas pendidikan.

Page 8: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

c. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan pada SD-SD lain melalui pembinaan dalam bidang teknologi

pembelajaran di sekolah.

Page 9: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

BAB III

KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

A. Kajian Pustaka

1. Teknologi Pembelajaran

Teknologi Pembelajaran adalah suatu proses kompleks yang terpadu yang

meliputi manusia, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah

yang menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai, dan

mengelola pemecahan masalah itu (AECT, 1977). S. Nasution (1982 : 16)

mengutarakan langkah-langkah metode teknologi pengajaran yakni (1) merumuskan

tujuan, (2) menyajikan pelajaran dengan perangkat lunak dan keras, (3) menilai hasil

pelajaran, dan (4) perbaikan atau revisi.

Termasuk di dalam ranah teknologi pembelajaran ialah (1) fungsi-fungsi

pengelolaan pembelajaran yang terdiri dari (a) pengelolaan organisasi, dan (b)

pengelolaan personal, (2) fungsi pengembangan pembelajaran yang meliputi (a)

penelitian, (b) teori, (c) perencanaan, (d) produksi, (e) penilaian, (f) pemilihan, (g)

logistik, (h) pemanfaatan dan atau penyebaran pembelajaran, sedangkan (3)

komponen-komponen sistem pembelajaran yang terdiri dari (a) pesan, (b) orang, (c)

bahan, (d) peralatan/media, (e) teknik, (f) lingkungan pembelajaran (Yusufhadi

Miarso. 1984 : 15). Menurut Susanto (1993 : 71) teknologi pembelajaran meliputi (1)

Perencanaan dan pelaksanaan aktivitas belajar mengajar, (2) pemilihan dan

pelaksanaan strategi belajar mengajar, (3) pengelolaan waktu belajar mengajar, (4)

pemanfaatan atau penggunaan media pendidikan, (5) pemanfaatan sumber-sumber

belajar mengajar, termasuk perpustakaan.

Teknologi pembelajaran berperan meningkatkan kualitas pendidikan (Yusufhadi

Miarso, 1984:15). Teknologi pembelajaran memiliki potensi meningkatakan

produktivitas pendidikan (Elly, 1979:1 – 9). Teknologi pembelajaran lebih

mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan dalam

mencapai tujuan pendidikan dalam proses belajar mengajar (Tohari Musnamar,

Page 10: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

1978:13). Teknologi pembalajaran dapat mempertinggi kualitas kegiatan belajar

mengajar (Santoso S. Hamidjojo, 1970:5).

Kesimpulan penelitian Gene L. Wilkinson (1984 : 57 – 58) teknologi

pembelajaran berdampak positif bagi tujuan program belajar mengajar.dan berdampak

positif terhadap kemampuan belajar peserta didik. Namun kenyataannya

memprihatinkan, kesimpulan penelitian M. Djauhar Siddiq (1984) menyatakan

persepsi guru SD di DIY terhadap media pendidikan baru pada taraf “sedang”.

Penelitian suradi. TBW. (1990) menyimpulkan kualitas belajar mengajar ditinjau dari

aktivitas mengajar guru-guru SD adalah dalam kategori sedang. Penelitian Suharsimi

Arikunto, dkk. (1990) menunjukkan kemampuan guru dalam CBSA dalam kategori

“cukup”. Penelitian Slamah (1993), membuktikan kemampuan guru SD di DIY dalam

menggunakan media pengajaran dalam kategori rendah. Penelitian Wisnu Giyono

(1992) sebagian besar guru SD tidak menggunakan media pengajaran pada waktu

menyajikan bahan pengajaran. Penelitian Wisnu Giyono (1993) guru SD kurang

mampu menggunakan waktu belajar mengajar (tidak efektif). Penelitian Salamah

(1994) perpustakaan sekolah sebagian besar tidak dimanfaatkan dalam proses belajar

mengajar. Penelitian Wisnu Giyono (1994) para guru tidak menfaatkan alat peraga

IPA dalam proses belajar mengajar. Penelitian Wisnu Giyono (1993) sebagian besar

guru-guru SD sukar membuat sendiri tes hasil belajar. Penelitian Wisnu Giyono

(1994) guru-guru SD sukar memilih bahan-bahan dalam pelaksanaan program muatan

lokal.

2. Alat Peraga

Matematika berkaitan dengan ide-ide, struktur dan konsep abstrak yang diatur

menurut urutan logis. Konsep abstrak dalam Matematika dapat dipelajari melalui

observasi, menebak, melakukan percobaan, pengujian hipotesis, mencari analogi, dan

akhirnya merumuskan teorema-teorema yang dimulai dari pengandaian-pengandaian

dan unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Proses ini merupakan aktivitas mental dan

aktivitas berfikir logis.

Page 11: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

Aktivitas mental dan aktivitas berfikirlogis bagi siswa Sekolah Dasar masih

rendah tarafnya, dan aktivitas itu perlu dibantu dengan alat peraga. Kenyataan

menunjukkan bahwa perkembangan intelektual siswa SD berlangsung secara kualitatif

dan nampaknya berjalan dengan sendirinya tetapi perlu diarahkan karena hal ini

menunjukkan pada perkembangan intelektual dan pengalaman belajar anak. Menurut

teori perkembangan Intelektual yang dikemukakan oleh Jean Pieget, perkembangan

manusia berlangsung dalam empat tahap, yaitu:

a. Periode Sensor Motor

Periode ini dicapai dari lahir sampai umur dua tahun dengan karakteristik

gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung. Misalnya gerakan anak melihat

suatu obyek tertentu dan kesadarannya bersifat tetap. Anak belajar berdasar

pengalaman yang diperoleh.

b. Periode Persiapan Operasi Kongkrit

Periode ini dicapai anak mulai umur 2 tahun sampai 7 tahun. Disebut juga periode

penyimpulan, karena anak mulai memanipulasi simbul obyek di sekitarnya,

namum belum dapat mencari hubungan dan kesimpulan secara konsisten.

c. Periode Operasi Kongkrit

Periode ini dicapai anak pada umur 7 – 12 tahun. Anak sudah memulai

memanipulasi fisik dari obyek disekitarnya. Berfikir logis dilakukan dengan

berorientasi pada obyek dan peristiwa yang langsung dialami. Periode ini anak

sudah mampu mengkorespondensikan antara himpunan, mengklarifikasi dan

mengerti konsep konservasi walaupun masih sederhana tarafnya. Kemampuan

berfikirnya meliputi: pengklarifikasian, pengurutan, mengkonstruksi, ide bilangan

dan relasi Matematika secara sederhana. Yang penting diperhatikan bahwa pada

periode ini anak lebih mudah memahami konsep IPA dan Matematika berdasarkan

pada benda-benda kongkrit sebagai manipulasi dari benda/istilah abstrak.

d. Periode Operasi Formal

Periode ini dicapai anak pada umur 12 tahun, yang merupakan tahap tertinggi

dalam perkembangan intelektual manusia. Anak mampu memberikan alasan

dengan menggunakan simbul. Taraf berfikirnya ditandai dengan dengan menguji

Page 12: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

hipotesis itu. Anak telah mampu melihat hubungan abstrak menggunakan proporsi

logis termasuk aksioma dan definisi-definisi.

Dengan keterangan teori perkembangan di atas, maka teori itu mempunyai

implikasi terhadap pembelajaran Matematika dan IPA di Sekolah Dasar, yaitu pada

periode ke tiga. Periode anak Sekolah Dasar dalam kegiatan belajar mengajar perlu

menggunakan alat bantu berupa alat peraga Matematika dan IPA, karena anak dapat

menggunakan benda kongkrit sebagai alat peraga dari konsep abstrak, yaitu visualisasi

untuk mendapat rumus-rumus Matematika dan IPA.

Proses belajar mengjar Matematika dan IPA bagi siswa Sekolah Dasar dapat

termotivasi apabila digunakan alat peraga. Menurut Ruseffendi, (1984), alat peraga

berguna untuk:

a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik guru atau siswa, minatnya akan timbul.

Meraka akan senang, terangasang dan karena itu bersikap positif terhadap

pengajaran Matematika dan IPA.

b. Konsep abstrak Matematika dan IPA dalam bentuk kongkrit dan karena itu mudah

dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih

rendah.

c. Hubungan antara konsep abstrak Matematika dan IPA dengan benda-benda di

alam sekitar akan lebih dapat dimengerti.

d. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk kongkrit yaitu: dalam bentuk

model Matematika dan IPA yang dapat dipakai sebagai obyek ide-ide dan relasi

baru menjadi bertambah.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai alat peraga, maka kita

akan mencoba mengklarisifikasikan benda-benda yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran Matematika dan IPA sebagai berikut:

a. Alat peraga, merupakan alat bantu mempermuda siswa memahami konsep

Matematika. Alat bantu ini dapat berwujud benda kongkrit seperti: lidi, batu

kerikil yang berguna untuk menanamkan pengertian tentang bilangan: bangun

ruang untuk menjelaskan konsep titik, garis, bidang, daerah, dan bentuk dari

bangun itu sendiri: benda-benda seperti cincin, gelang, ban, untuk menjelaskan

konsep lingkaran dan sebagainya. Dapat juga berupa benda-benda semi kongkrit

Page 13: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

seperti gambar lingkaran, gambar uang logam, gambar uang kertas dan sebagainya.

Benda-benda di atas sangatlah mudah diperoleh di sekitar sekolah dan harganya

sangat murah.

b. Sarana belajar, merupakan alat bantu melaksanakan suatu kegiatan belajar

mengajar. Yang termasuk sarana adalah alat pengajaran seperti: mistar, jangka,

busur, abakue, klinometer, kalkulator, komputer dan sebagainya.

c. Media, merupakan alat yang memungkinkan alat peraga atau peragaan

dipertunjukkan. Media meliputi: overhead projektor, slide proyektor, film

proyektor, vidio, tape recorder. Sebagai guru mata pelajaran Matematika dan IPA

perlu mengetahui prinsip kerjanya, mempergunakannya.

Berdasarkan klarifikasi ini tampaknya bahwa tidak semua alat atau benda yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan alat peraga. Suatu benda

disebut alat peraga apabila alat itu benar-benar digunakan untuk menjelaskan suatu

konsep Matematika. Sebagai contoh misalnya kita mengajar suatu bangun datar

dengan papan berpaku. Jelaslah bahwa papan paku itu merupakan media, sedangkan

yang berperan sebagai alat peraga adalah bangun-bangun datar yang dapat dibentuk

dengan karet gelang seperti: segitiga, bujursangkar, jajaran genjang, belah ketupat,

layang-layang dan sebagainya.

Contoh lain misalnya kita mengajarkan benda geometri menggunakan gambar

yang ditayangkan melalui OHP, maka OHP berfungsi sebagai media, sedang gambar

bangun geometri itu yang merupakan alat peraga. Guru harus menerangkan

bagian-bagian mana untuk memperjelaskan konsep bangun datar atau bangun ruang.

Misalnya bangun itu suatu kubus, maka dapat ditunjukkan: mana titik sudut, mana

bidang alas, mana bidang diagonal, dan sebagainya. Dari contoh di atas jelaslah

kiranya bahwa ada perbedaan antara media dengan alat peraga, namun saling

berhubungan.

Indikator yang menentukan suatu benda digunakan sebagai alat peraga atau tidak

adalah difungsikan benda itu dalam mengilustrasikan konsep Matematika yang

disajikan. Suatu benda dalam penggunaannya sebagai alat peraga diharapkan dapat

membantu proses berfikir siswa sehingga pelajaran dapat mudah dipahami siswa.

Page 14: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

Akan tetapi ada kemungkinan bahwa penggunaan alat peraga mengalami kegagalan.

Menurut Karso (1992) alat peraga dapat mengalami kegagalan jika:

a. Generalisasi konsep abstrak pemakaian benda nyata sebagai alat peraga tidak

tercapai.

b. Jika pemakaian alat peraga itu hanya sekedar sajian belaka tidak memiliki

nilai-nilai Matematika.

c. Penyajian alat peraga tidak pada saat-saat yang tepat.

d. Jika pemakaian alat peraga itu terlalu banyak memboroskan waktu.

e. Diberikan kepada siswa yang sebedarnya tidak memerlukan alat peraga, terlalu

diada-adakan.

f. Penyajian alat peraga itu tidak menarik, rumit dan membosankan.

Mengingat adanya kemungkinan akan gagalnya penggunaan alat peraga seperti

tersebut di atas, maka jelaslah diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang mantap

dari para guru Sekolah Dasar. Pengetahuan pada hakekat makna alat peraga, hakekat

konsep Matematika dan IPA serta ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga

itu sewaktu kegiatan belajar mengajar Matematika dan IPA berlangsung.

Mengenai kegunaan alat peraga Matematika dan IPA, Karso juga mengemukakan

sebagai berikut:

a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran

Matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari Matematika

semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif

terhadap pelajaran Matematika dan IPA.

b. Dengan disajikan konsep abstrak Matematika dan IPA secara kongkrit, maka anak

pada tingkat sekolah yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan

mengerti.

c. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan

bentuk-bentuk geometri ruang, sehingga melalui gambar dan benda nyata akan

terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil belajarnya.

d. Anak akan menyadari hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada

di sekitarnya, atau antara ilmu Matematika dan IPA dengan alam sekitarnya dan

masyarakat.

Page 15: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

e. Konsep-konsep abstrak Matematika dan IPA yang disajikan dalam bentuk kongkrit

dapat dijadikan obyek penelitian ide-ide baru relasi-relasi baru.

Dari uraian di atas, kini jelaslah bahwa betapa pentingnya keterlibatan alat peraga

dalam pengajaran Matematika dan IPA. Hal ini mengajak para guru sebaiknya

menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar Matematika dan IPA dalam

memahami konsep-konsep Matematika, tidak sekedar guru menyuruh anak untuk

menghapal rumus, prinsip, dalil tanpa dilandasi oleh pengertian yang mendalam.

Kiranya perlu dibedakan antara penanaman konsep dan mengembangkan

ketrampilan. Kalau guru sedang menanamkan konsep, kiranya perlu diusahan

mengkongkritkan materi dengan melibatkan berbagai alat peraga. Tetapi kalau akan

mengembangkan ketrampilan, maka tidak perlu menggunakan alat peraga cukup

menyuruh anak menghafalkan fakta, konsep atau perinsip melalui kegiatan latihan

dalam pemecahan masalah Matematika dan IPA.

4. Kesimpulan

Jadi kesimpulannya, kondisi dan pelaksanaan proses belajar mengajar di SD, ditinjau

dari aspek teknologi pembelajaran sangat memperihatinkan, terutama sekali bagi

SD-SD di pelosok pedesaan. Maka untuk meningkatkan prestasi belajar mataematika

dan IPA di Sekolah Dasar, sangat perlu diadakan pembinaan (temu karya, pelatihan,

diskusi, pemberian tugas) pada aspek teknologi pembelajaran bagi guru-guru SD,

terutama SD-SD di pelosok pedesaan.

B. Kerangka Pemecahan Masalah

Bidang Teknologi Pembelajaran

Untuk memecahkan masalah pada bidang teknologi pembelajaran ini diambil

langkah-langkah mengadakan penyuluhan, lokakarya, bimbingan kerja dan latihan

tentang perencanaan, penerapan, pelaksanaan proses belajar mengajar, pembuatan

penggunaan media pendidikan, khususnya alat peraga Matematika dan IPA.

Page 16: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

Mc. Keachie (dalam : T. Raka Joni. 1993:6) memberikan alternatif-alternatif

teknologi pembelajaran yang baik yakni (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan

kegiatan belajar, terutama membentuk interaksi siswa. (2) penerimaan pengajaran

terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali

salah. (3) kekohesian kelas sebagai kelompok. (4) kebebasan atau memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan

sekolah atau proses belajar mengajar. (5) mengalokasikan waktu belajar mengajar

dengan tepatdan baik. Hal ini berarti mengharuskan guru selalu memperhatikan

kepentingan-kepentingan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus aktif

menggali dan menampung aspirasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat

mengintensifkan penggunaan waktu belajar siswa. Guru harus membimbing dan

mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar mengajar.

Untuk mencapai tujuan belajar mengajar dengan baik, guru harus mampu

menentukan strategi belajar mengajar. Menurut T. Raka Joni (1984:4), strategi belajar

mengajar dengan prinsip Cra Belajar Siswa Aktif (CBSA) menjadi pilihan yang tepat,

sehingga mengajar konsepsi sebagai penyediaan kondisi untuk membelajarkan siswa.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran siswa, adalah (1)

tujuan, (2) kondisi siswa, (3) isi mata pelajaran, (4) media pembelajaran, dan (5) faktor

administrasi – ekonomi (T. Raka Joni, 1983:18). Penentuan strategi belajar mengajar

mempertimbangkan ke-5 faktor tsb.

Penggunaan media pendidikan, baik media cetak maupun audio-visual sangat

diperlukan untuk mencapai tujuan belajar mengajar (T. Raka Joni, 1984:4). Media

yang dirancang dengan baik penggunaannya dalam proses belajar mengajar, akan

menunjang keberhasilan pencapaian belajar mengajar (R. Rahajo, 1984:25). Penyedian

media pendidikan tidak harus dengan yang mahal tetapi dapat diusahan sendiri oleh

guru dengan jalan membuat alat atau media pendidikan secara praktis dan ekonomis

(R. Raharjo, 1984:27). Yang jelas, media pendidikan berfungsi dominan dalam

mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (R. Rahajo, 1984:26).

Page 17: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Realisasi Pemecahan Masalah

Pemecahan permasalahan dalam kegiatan pengabdian ini adalah loka karya,

workshop pelatihan pembuatan dan penggunaan alat peraga Matematika dan IPA

dalam pembelajaran di Sekolah dasar. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi (1)

pemberian pengetahuan secara teoritik, (2) Loka karya dan Workshop pembuatan

dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA , dan (3) pelatihan pembuatan dan

penggunaan alat peraga matematika dan IPA di Sekolah Dasar.

B. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran pengabdian ini adalah para guru Sekolah dasar di Kabupaten Kulon

progo, terdiri dari 5 (lima) sekolah sebagai subyek sasaran. Sekolah dasar tempat

khalayak sasaran adalah sekolah dasar yang prestasi belajar untuk bidang studi

Matematika dan IPA rendah atau di bawah sedang.

C. Khalayak sasaran Antara yang Strategis

Khalayak sasaran antara yang strategis guna membantu suksesnya pelaksanaan

pengabdian ini adalah para Kepala Sekolah, Pengawas, dan Kepala Ranting Dinas P

dan K Kecamatan. Sasaran antara dilibatkan langsung dalam loka karya, workshop,

pelatihan, dan bimbingan kerja dalam kegiatan pengabdian ini.

D. Keterkaitan

Kegiatan penerapan IPTEKS ini mempunyai keterkaitan langsung dan tidak langsung

dengan instansi Depdikbud Tingkat Kabupaten dan Kecamatan di Kabupaten Kulon

Progo Yogyakarta. Kerja sama yang baik dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Cabang Kulon Progo, kantor Depdikbud Kabupaten Kulon Progo, para Penilik

Page 18: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

sekolah dan Ranting Dinas P dan K tingkat kecamatan dan Kepala Sekolah

menunjang suksesnya kegiatan penerapan IPTEKS ini. Tim Pengabdi mengadakan

kerja sama yang erat dengan instansi terkait demi suksesnya kegiatan penerapan

IPTEKS ini guna meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar.

E. Metode Kegiatan

Kegiatan penerapan IPTEKS ini menggunakan metode sebagai berikut :

No. Materi Cara / Metode Kegiatan

1. Pembuatan alat peraga

Matematika

Penyuluhan, Loka karya,

workshop, bimbingan

kerja dan konsultasi

individu

Ceramah, tanya

jawab, diskusi,

pemberian tugas.

2. Penggunaan alat

peraga Matematika

dalam kegiatan

pembelajaran

Penyuluhan, Loka karya,

workshop, bimbingan

kerja dan konsultasi

individu

Ceramah, tanya

jawab, diskusi,

pemberian tugas.

3. Pembuatan alat peraga

IPA

Penyuluhan, Loka karya,

workshop, bimbingan

kerja dan konsultasi

individu

Ceramah, tanya

jawab, diskusi,

pemberian tugas.

4. Penggunaan alat

peraga IPA dalam

kegiatan pembelajaran

Penyuluhan, Loka karya,

workshop, bimbingan

kerja dan konsultasi

individu

Ceramah, tanya

jawab, diskusi,

pemberian tugas.

Langkah-langkah kegiatan penerapan IPTEKS :

a. Tahap pertama, merupakan tahap persiapan (studi kelayakan), meliputi :

Page 19: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

1) Inventori (dengan angket, pengamatan dan wawancara), sebagai bahan

pertimbangan dalam ceramah, dialog, loka karya, workshop, diskusi, dan

pemberian tugas.

2). Pre Test, tentang :

a) Kemampuan mengajar guru SD

b) Kemampuan membuat dan menggunakan alat peraga Matematika dan

IPA bagi guru-guru SD.

c) Kemampuan atau prestasi belajar matematika dan IPA bagi siswa SD.

3). Pembentukan tim peneliti tindakan partisipatoris atau kolaboratif. Hal ini

perlu diadakan pendekatan-pendekatan terhadap subyek sasaran penerapan

IPTEKS ini, supaya jalannya atau pelaksanaan IPTEKS ini tidak mengalami

hambatan-hambatan, justru akan mendapat dukungan dan dorongan yang

positif sehingga dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Maka

dalam pembentukan tim Penerapan IPTEKS ini dilakukan secara musyawarah

dan mufakat, melalui diskusi secara kekeluargaan sehingga tidak

menimbulkan praduga negatif terhadap kegiatan ini.

4). Meminar mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat ditindak lanjuti,

melaluki refleksi awal tentang teknologi pembelajaran, baik dalam proses

belajar mengajar maupun pengelolaan media pendidikan/ pembelajaran. Di

samping guru-guru sebagai subyak sasaran kegiatan, juga dihadiri oleh

sasaran antara antara (Kepala Sekolah, Penilik Sekolah, Ranting dan Cabang

Dinas P dan K).

b. Tahap ke dua, merupakan tahap pelaksanaan tindakan yakni bimbingan kerja,

dialog dan diskusi dalam bidang teknologi pembelajaran dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan sekolah, khususnya prestasi belajar Matematika

dan IPA.

Pelaksanaan tindakan tahap ke dua ini terdiri empat siklus, yaitu :

1). Siklus I meliputi :

a) melasanakan tindakan dalam bidang teknologi pembelajaran dalam proses

belajar mengajar, khususnya pembuatan dan penggunaan alat peraga

matematika dan IPA.

Page 20: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

b) memantau atau monitoring proses belajar mengajar dengan segala unsurnya

(teknologi pembelajaran), khususnya pembuatan dan penggunaan alat peraga

matematika dan IPA.

c) mengevaluasi hasil pemantauan butir 1). b) tersebut di atas.

d) mengadalan refleksi I berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

2). Siklus II meliputi :

a) merumuskan tindakan baru, berdasarkan hasil siklus I;

b) melaksanakan tindakan baru dalam bidang teknologi pembelajaran,

khususnya pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA;

c) memantau dan mengevaluasi proses belajar mengajar dengan segala

unsur-unsurnya dalam bidang telnologi pembelajaran, khususnya dalam

pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA.

d) mengadakan refleksi II berdasarkan hasil evaluasi butir 2). c) tersebut di atas.

3). Siklus III meliputi :

a) merumuskan tindakan baru, berdasarkan hasil siklus II;

b) melaksanakan tindakan baru dalam bidang teknologi pembelajaran,

khususnya pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA;

c) memantau dan mengevaluasi proses belajar mengajar dengan segala

unsur-unsurnya dalam bidang telnologi pembelajaran, khususnya dalam

pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA.

d) mengadakan refleksi III berdasarkan hasil evaluasi butir 3). c) tersebut di atas.

3). Siklus IV meliputi :

a) merumuskan tindakan baru, berdasarkan hasil siklus III;

b) melaksanakan tindakan baru dalam bidang teknologi pembelajaran,

khususnya pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA;

c) memantau dan mengevaluasi proses belajar mengajar dengan segala

unsur-unsurnya dalam bidang telnologi pembelajaran, khususnya dalam

pembuatan dan penggunaan alat peraga matematika dan IPA.

d) mengambil kesimpulan tindakan pada siklus I, II, III, dan IV.

Page 21: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

c. Tahap ke tiga, mengevaluasi hasil-hasil tindakan berdasarkan kesulitan-kesulitan

atau hambatan-hambatan yang dihadapi dengan kemungkinan adanya rekonstruksi

pengalaman untuk tindakan selanjutnya.

d. Pada tahap akhir waktu kegiatan penerapan IPTEKS ini dilakukan evaluasi

bersama untuk menentukan hasil tindakan secara keseluruhan.

Tim penerapan IPTEKS mengadakan kerja sama yang erat dengan instansi terkait demi

suksesnya kegiatan penerapan IPTEKS ini, guna meningkatkan kualitas pendidikan di

sekolah dasar, khususnya prastasi belajar mengajar matematika dan IPA.

Metode Pengumpulan Data yang dipergunakan

a. Untuk kegiatan tahap pertama persiapan, yaitu :

1. tahap studi kelayakan dengan pre test, menggunakan metode test, angket, interviu,

observasi, dan dokumentasi.

2. Tahap pembentukan tim pengabdi, menggunakan metode diskusi, tanya jawab,

observasi, dan pemberian tugas.

3. Tahap seminar mengidentifikasi masalah yang dapat ditidak-lanjuti,

menggunakan metode ceramah, diskusi, interviu, angket, observasi, dan

pemberian tugas.

b. Untuk Kegiatan tahap kedua yakni pelaksanaan penerapan IPTEK, baik pada siklus I,

II, III, dan IV menggunakan metode tanya jawab, diskusi, angket, interviu, observasi

dan pemberian tugas serta dokumentasi.

c. Untuk kegiatan tahap ketiga, yakni mengevaluasi hasil-hasil tindakan berdasarkan

kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan yang dihadapi menggunakan metode

diskusi, tanya jawab, angket, observasi, dokumentasi dan pemberian tugas.

d. Untuk pemberian tahap akhir, yakni evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat

mempergunakan metode tes, dokumentasi, angket, observasi, tanya jawab dan

pemberian tugas.

Page 22: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

F. Evaluasi

Evaluasi program dan evaluasi hasil dilaksanakan pada pertengahan dan akhir

tahun kegiatan penerapan IPTEK ini:

No Materi Cara/Metode Alat

1 Pembuatan alat

peraga Matematika

- Observasi

- Angket

- Pemberian tugas

- Tes

- Check-list

Daftar angket

Tes

Daftar tugas

2 Penggunaan alat

peraga Matematika

dalam kegiatan

pembelajaran

- Observasi

- Angket

- Pemberian tugas

- Tes

- Check-list

Daftar angket

Tes

Daftar tugas

3 Pembuatan alat

peraga IPA

- Observasi

- Angket

- Pemberian tugas

- Tes

- Check-list

Daftar angket

Tes

Daftar tugas

4 Penggunaan alat

peraga IPA dalam

kegiatan

pembe-lajaran

- Observasi

- Angket

- Pemberian tugas

- Tes

- Check-list

Daftar angket

Tes

Daftar tugas

Catatan: 1. Alat evaluasi dibuat oleh Tim Penerapan IPTEK

2. Evaluasi dilakukan 2 kali

Evaluasi dilaksanakan sebagai berikut :

a. Evaluasi dilaksanakan saat bimbingan kerja berjalan (bulan ke-3 sampai dengan

ke-8 pada siklus I, II, III, dan IV, serta pada tahap akhir (minggu ke-33 dan 34)

yakni evaluasi kegiatan penerapan IPTEKS secara keseluruhan.

Page 23: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

b. Bidang-bidang atau aspek-aspek yang dievaluasi adalah kemampuan daan

ketrampilan membuat dan menggunakan alat peraga Matematika dan IPA oleh

guru-guru dan prestasi belajar Matematika dan IPA peserta didik.

c. Evaluasi pelaksanaannya menggunakan:

1. metode tes tentang kemampuan membuat dan menggunakan alat peraga

Matematika dan IPA bagi guru-guru SD, dan prestasi belajar Matematika dan

IPA peserta didik SD.

2. Metode observasi yakni mengamati langsung kemampuan guru-guru SD

dalam hal membuat dan menggunakan alat peragaMatematika dan IPA dalam

kegiatan pembelajaran.

3. Metode angket yakni penyebaran pernyataan atau pertanyaan tentang

pembuatan dan penggunaan alat peraga Matematika dan Ipa dalam kegiatan

pembelajaran bagi guru-guru SD.

4. Metode pemberian tugas yakni mengerjakan pembuatan dan penggunaan alat

peraga Matematika dan IPA, bagi guru-guru SD.

d. Alat Evaluasi

1. Untuk metode tes menggunakan alat evaluasi atau tes yang dibuat oleh

pengabdi, yang diujicobakan untuk membuktikan kevalidan dan

kereliabilitasannya.

2. Untuk metode observasi menggunakan alat penilaian kemampuan guru

(APKG) dari Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud RI yang dimodifikasi

pengabdi.

3. Untuk metode angket menggunakan angket yang dibuat oleh pengabdi dan

diujicobakan untuk membuktikan kevalidan dan kereliabilitasannya.

4. Untuk metode pemberian tugas, dipergunakan daftar check-list yang dibuat

pengabdi.

e. Kriteria dan Indikator Evaluasi

1. Kriteria dan indikator tes dibuat dan ditentukan pengabdi dengan jalan

menggunakan buku sumber sebagai acuannya.

2. Kriteria dan indikator metode observasi sudah ada pada Alat Penilaian

Kemampuan guru dari Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud RI.

Page 24: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

3. Untuk metode angket dibuat jenjang 1 sampai dengan 5, dari sering

melaksanakan dengan berhasil baik, sampai melaksanakan dan berhasil tidak

baik. Kriteria ini dibuat pengabdi.

4. Untuk memberikan tugas dibuat dari berhasil baik sampai dengan tidak

berhasil dengan jenjang 1 sampai dengan 5. Kreiteria ini dibuat pengabdi.

5. Kriteria dan indikator penilaian keberhasilan program kegiatan pengabdian

masyarakat tindakan secara keseluruhan, dipergunakan tes yang dibuat oleh

pengabdi. Tes Hasil Belajar (THB) yang dibuat Kanwil Depdikbud dan Nilai

EBTANAS Murni (NEM) bagi prestasi atau kemampuan belajar matematika

dan IPA para peserta didik. Juga observasi dan pemberian tugas serta angket

bagi kemampuan belajar mengajar dan mengelola perpustakaan dan proses

belajar mengajar bagi guru-guru SD.

G. Metode Analisis Data

Hasil kegiatan penerapan IPTEKS ini, sejak tahap persiapan, pelaksanaan sampai

dengan evaluasi keseluruhan pelaksanaan program penerapan IPTEKS ini, dianalisis

dengan metode kualitatif yakti metode induktif dan metode kuantitatif statistik deskriptif

yakni persentase, statitik inferensial yakni teknik komparatif dan korelasional (tes dan

atau analisis varian, regresi tunggal atau regresi ganda). Metode analisis data, baik

metode kualitatif maupun kuantitatif, dipergunakan secara tentatif, menyesuaikan

keadaan dan kepentingan.

Page 25: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kegiatan

Secara umum hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah bahwa

khalayak sasaran, dalam hal ini para guru SD sasaran dan siswa beberapa kelas uji

coba, telah mengalami peningkatan kemampuan dan ketrampilannya dalam membuat

dan menggunakan alat peraga Matematika dan IPA. Peningkatan kemampuan dan

ketrampilan para guru dapat diamati melalui beberapa indikator keberhasilan sebagai

berikut :

1. Para guru bersedia menggunakan alat peraga Matematika dan IPA dalam kegiatan

belajar mengajar di depan kelas. Sebelumnya Kit alat peraga Matematika dan IPA

yang telah ada di sekolah jarang atau bahkan tidak pernah digunakan. Setelah

dilakukan pembinaan para guru bersedia dan mampu menggunakannya.

2. Para guru mampu membuat alat peraga Matematika dan IPA yang belum ada di

dalam kit atau ada dalam kit tetapi secara teknis sulit digunakan. Setelah

dilakukan pembinaan dan disediakan bahan ternyata mereka dapat membuat

sesuai dengan keperluan dan dapat menggunakannya. Sebagai indikatornya adalah

terciptanya beberapa alat peraga sesuai yang mereka rancang.

3. Selama diskusi dalam pembinaan banyak muncul ide-ide untuk membuat alat

peraga yang dapat membantu menjelaskan suatu konsep kepada siswa SD. Seperti

alat peraga untuk memperagakan siapa yang memegangi bumi ini sehingga tidak

jatuh, alat peraga untuk memperagakan cara penyelesaian persamaan linier

beberapa variabel, dan lain sebagainya.

4. Para guru banyak menemukan hambatan teknis dan dapat mengatasinya ketika

menggunakan alat peraga (kit) yang tersedia. Seperti pegas yang terlalu lemah,

benang untuk katrol yang terlalu besar, lilitan ganda yang keliru, dan lain-lain.

Page 26: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

Peningkatan kemampuan dan ketrampilan pada para siswa dapat diamati melalui

beberapa indikator keberhasilan sebagai berikut :

1. Para siswa menjadi lebih aktif menyusun alat percobaan sendiri sesuai dengan

materi yang dipelajari dan sesuai dengan petunjuk guru. Mereka berani bertanya,

dapat berdiskusi, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.

2. Para siswa menjadi lebih senang bahkan merasa puas karena merasa berhasil

menyusun alat dan mengamati gejala yang muncul.

3. Para siswa menjadi lebih trampil menyusun alat, mengamati gejala, mengukur,

menganalisis data (secara sederhana), menyimpulkan hasil, mengkomunikasikan

hasil, dan sebagainya.

Peningkatan prestasi siswa yang berkaitan dengan nilai, baik nilai rapor maupun

NEM belum dapat diamati. Hal ini disebabkan karena kedua jenis nilai tersebut

belum dapat diperoleh.

Pembahasan

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dikemukakan di atas ada beberapa hal yang

perlu dibahas lebih lanjut. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menjadikan

peningkatan kemampuan, ketrampilan dan prestasi pada khalayak sasaran. Sebelum

diadakan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, kit alat peraga matematika dan

IPA yang ada di sekolah belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya, bahkan ada

yang belum pernah dibuka sama sekali. Para guru masih belum bersedia untuk

memanfaatkannya karena berbagai alasan. Di antara alasan itu adalah sebagian dari

mereka merasa belum mampu karena belum pernah ditatar, sebagian lain tidak

memiliki waktu untuk menyiapkan alat-alat, dan bahkan ada yang mengemukakan

alasan bahwa penggunaan alat peraga belum tentu mejamin NEM para siswa baik.

Setelah dilakukan pembinaan cara memilih , menyiapkan, menggunakan dan alasan

filosofis tentang penggunaan alat peraga, maka sebagian besar dari para guru telah

Page 27: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

dengan suka rela menggunakan alat peraga yang tersedia di sekolah. Ternyata mereka

juga mampu menggunakannya. Penggunaan alat peraga tidak semata-mata untuk

menjamin agar NEM-nya bagus. Tetapi untuk menumbuhkan sikap mandiri pada

diri siswa, sehingga di kelak kemudian hari mereka menjadi manusia yang selalu

mencari dan selalu ingin tahu. Penggunaan alat peraga tidak semata-mata untuk hasil

pengamatan, tetapi yang paling mendasar adalah untuk mengembangkan segala

potensi dan ketrampilan yang dimiliki para siswa. Demikianlah sekelumit alasan

filosofis penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, tidak

semua komponen alat yang tersedia di dalam kit dapat dipakai, tidak semua alat yang

diperlukan tersedia di dalam kit, dan tidak semua alat di dalam kit langsung dapat

digunakan. Dalam kenyataannya, banyak komponen alat di dalam kit tidak dapat

digunakan mungkin karena kualitasnya yang kurang baik ataupun karena telah rusak.

Para guru juga lebih senang untuk menggunakan alat percobaan yang langsung dapat

dipakai, artinya tidak perlu waktu khusu nuntuk mempersiapkannya. Mereka

lmenghendaki sekali ambil langsung dapat digunakan. Oleh karena itu, para guru

sebaiknya para guru juga harus mampu untuk membuat dan menggunakan alat peraga

yang diperlukan. Setelah melalui pembinaan mengenai cara memilih, cara membuat,

cara menggunakannya dan disediakan bahan-bahan yang diperlukan, ternyata mereka

para guru mampu untuk membuat dan menggunakan alat yang telah dirancang.

Bahkan mereka lebih terdorong untuk menggunakannya karena mereka merasa lebih

yakin dapat menguasai alat tersebut. Beberapa alat peraga yang telah dibuat adalah

bejana berhubungan, tekanan hidrostatis, hukum Archimedes, dispersi cahaya,

pesawat sederhana, pemuaian udara, ruang resonansi, nada dawai, alat untuk

membuktikan hukum Phytagoras, alat untuk membuktikan jumlah sudut dalam

segitiga, dan lain sebagainya. Semua alat itu memerlukan bahan-bahan yang mudah

diperoleh. Setelah mereka para guru merasa ada yang membimbing dan disediakan

bahan, kemudian muncul ide-ide atau usulan-usulan untuk membuat alat-alat yang

sulit diperoleh. Seperti misalnya alat untuk menunjukkan „siapa‟ yang „memegangi‟

bumi sehingga tidak „jatuh‟, alat sederhana untuk menunjukkan cara kerja mesin

pembangkit listrik, multimeter sederhana, alat untuk menunjukkan arah arus listrik,

alat untuk mendemonstrasikan cara menyelesaian persamaan linier dengan banyak

Page 28: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

variabel, dan sebagainya. Semua alat „canggih‟ itu harus realistis untuk dibuat dan

yang lebih penting lagi dapat diterima dengan baik oleh anak setingkat SD. Inilah

yang sulit. Setelah para guru secara langsung berkiprah untuk menggunakan,

merancang, dan membuat alat peraga, mereka banyak menemukan

hambatan-hambatan teknis dan ternyata mereka dapat mengatasinya. Misalkan dalam

percobaan pesawat sederhana dengan katrol tidak ditemukan terjadinya keuntungan

mekanik. Ternyata sumber kekeliruannya terletak pada neraca pegas yang terlalu

lemah, benang yang terlalu besar, katrol yang tidak bundar dan tidak licicn. Pada

percobaan pemuaian logam tidak dapat dideteksi terjadinya pemuaian. Ternyata cara

menyusun indikator pemuaiannya tidak tepat, dipilih logam yang koefisien muainya

kecil dan pemanasan yang kurang merata. Pada percobaan elektromaknetik tidak

muncul gejala elektromagnetik, dan ternyata letak kekeliruannya pada lilitan yang

salah cara melilitnya, dan sebagainya. Hambatan teknis juga terjadi pada kesempatan

pembuatan alat peraga. Jika pembuatan itu dilakukan di sekolah akan mengganggu

kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, pembuatan alat peraga pada kegiatan

pengabdian kali ini banyak dilakukan di rumah. Selain dilihat dari sisi guru, juga

diperhatikan dari sisi siswanya. Penggunaan alat peraga di depan kelas mendapat

sambutan yang positif dari para siswa. Semula para siswa hanya duduk manis,

mendengarkan dan mencacat apa yang diterangkan guru, setelah menggunakan alat

peraga, dan siswa diberi kesempatan, ternyata mereka menjadi lebih aktif. Dengan

bimbingan guru, mereka menyusun alat, memberi perlakuan, mengamati gejala yang

muncul, menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru, mencatat hasil pengamatan,

menganalisis data yang didapatkan, menyimpulkan hasilnya, dan berani

mengemukakan pendapat. Para siswa nampak gembira (mungkin puas) karena terlibat

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian para siswa meningkat

dalam berbagai aspek ketrampilannya. Suasana yang demikian jarang mereka dapat

sebelumnya. Dari segi siswa, masih ada yang belum dapat diketahui peningkatannya,

yaitu mengenai nilai rapor dan NEM. Karena waktu yang sangat terbatas, sehingga

ketika selesai kegiatan pengabdian ini belum ada nilai rapor setelah pembinaan dan

NEM. Dengan demikian peningkatan prestasi dengan indikator nilai rapor dan NEM

belum dapat dilaporkan.

Page 29: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakai ini dapat

dikemukakan bahwa melalui pembinaan pembuatan dan penggunaan alat peraga

Matematika dan IPA bagi guru-guru SD, khususnya di Kulon Progo Yogyakarta,

ternyata dapat meningkatkan kemampuan para guru untuk menggunakan alat yang

telah tersedia, dan dapat merancang, membuat dan menggunakan alat peraga yang

diperlukan. Selain itu juga dapat mengembangkan berbagai aspek ketrampilan

pada para siswa. Dengan demikian diharapkan akhirnya dapat meningkatkan

prestasi belajar, khususnya bidang matematika dan IPA.

B. Saran

1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat semacam ini perlu terus dilanjutkan

dan dikembangkan untuk mendorong agar para guru SD bersedia

menggunakan alat peraga dalam proses belajar mengajar di depan kelas.

Karena diyakini bahwa pengunaan alat peraga bukan semata-mata untuk NEM

melainkan untuk mengembangkan berbagai aspek pada diri siswa.

2. Hambatan utama dalam pembuatan alat peraga khususnya Matematika dan

IPA adalah tersedianya dana untuk pengadaan bahan. Oleh karena itu, perlu

ada upaya untuk mendapatkan dana guna menyediakan bahan-bahan yang

diperlukan dalam pembuatan alat peraga yang diperlukan.

3. Kegiatan pengabdian kepada masyarakan ini dapat dilakukan dan

dikembangkan untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SLTP dan

SLTA.

Page 30: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

DAFTAR ALAT PERAGA IPA

1. Percobaan Bejana Berhubungan

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa dalam keadaan setimbang

(diam), permukaan cairan di dalam bejana selalu mendatar. Keadaan tersebut tetap

berlaku meskipun bejana dimiringkan dan untuk berbagai bentuk bejana. Gejala ini

ditunjukkan oleh tinggi permukaan cairan pada setiap tabung yang selalu terletak

pada garis lurus. Tetapi perlu diingatkan bahwa keadaan itu tidak berlaku untuk

bejana (pipa) kapiler.

2. Percobaan Tekanan Hidrostatis

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa makin ke dalam tempat di

dalam cairan, tekananya semakin besar. Gejala ini ditunjukkan melaui perbedaan

ketinggian cairan di dalam pipa U. Makin ke dalam corong dicelupkan, makin besar

perbedaan ketinggian itu.

3. Percobaan Hukum Archimedes

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa setiap benda yang dicelupkan ke

dalam cairan akan menjadi lebih ringan (mendapat gaya ke atas). Gejala ini

ditunjukkan oleh perbedaan regangan pegas. Pegas yang dibebani akan meregang

lebih panjang ketika beban itu di udara dari pada ketika beban dicelupkan ke dalam

cairan.

4. Percobaan Dispersi Cahaya

Alat ini digunakan untuk menunjukkan bahwa cahaya matahari adalah polikromatis

dan dapat diuraikan menjadi warna-warna seperti pada pelangi. Gejalanya

ditunjukkan melalui berbagai warna yang tampak pada layar.

5. Percobaan Pesawat Sederhana

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa beban dengan bobot tertentu

dapat diangkat dengan kekuatan yang lebih kecil dari pada bobot benda itu. Gejala ini

dapat ditunjukkan melalui perbedaan regangan pegas. Pegas akan meregang lebih

panjang jika digunakan untuk mengangkat beban secara langsung dari pada jika

digunakan untuk mengangkat baban yang sama melalui katrol maupun tuas.

6. Percobaan Pemuaian Gas

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa gas memuai jika dipanaskan dan

menyusut volumenya jika didinginkan. Gejala ini ditunjukkan melalui perbedaan

Page 31: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN …staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-sumarna-msi...Peningkatan kualitas pendidikan, ... Bahasa Indonesia, IPS, IPA,

ketinggian permukaan cairan di dalam pipa U. Ketika dipanaskan, udara itu mendesak

cairan di dalam pipa U, dan ketika didinginkan terjadi hal sebaliknya.

7. Percobaan Resonansi pada Kolom Udara

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa kolom udara dapat

menimbulkan resonansi bunyi. Nada bunyi tergantung pada panjang kolom udara,

intensitas bunyi tergantung pada intensitas peniupan, dan warna bunyi tergantung

pada diameter kolom resonansi.

8. Percobaan Nada Bunyi Pada Dawai

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa nada bunyi dawai tergantung

pada panjang dan tegangannya, sedangkan intensitas bunyi tergantung pada intensitas

memetiknya.

9. Percobaan Gaya Centrifugal

Alat ini digunakan untuk menunjukkan adanya gaya sentrifugal pada suatu benda

yang bergerak melingkar. Dengan pengertian ini akan dapat memahami siapa yang

memegangi bumi sehingga tidak jatuh.

10. Percobaan Mesin Pembangkit Listrik

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa magnet yang diputar di sekitar

kumparan dapat menimbulkan listrik. Atau dapat pula menunjukkan perubahan energi

gerak menjadi energi listrik. Ketika magnet itu diputar, maka pada ujung-ujung

kumparan terjadi beda potensial dengan ditandai oleh LED yang menyala.

11. Percobaan Arah Arus Listrik

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala arus listrik dalam suatu rangkaian

tertutup. Gejalanya ditunjukkan bahwa LED akan menyala hanya ketika potensial

anoda lebih tinggi dari pada potensial katodanya.

12. Percobaan Alat Ukur Listrik Sederhana

Alat ini digunakan untuk menunjukkan cara kerja alat ukur listrik seperti multimeter.

Dapat juga menjelaskan terjadinya gerakan pada jarum penunjuk.

13. Percobaan Hukum Pascal

Alat ini digunakan untuk menunjukkan gejala bahwa tekanan yang diberikan ke dalan

fluida akan diteruskan ke segala dengan sama rata. Gejalanya ditunjukkan melalui

kenaikan permukaan cairan pada masing-masing pipa sama, meskipun arah

menghadapnya ujung pipa di dalam cairan berbeda.