upaya peningkatan komunikasi siswa melalui...

19
UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS LKS PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII MTs N Bekonang Filial Kartasura) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Matematika Disusun Oleh: SODRI A 410 070 175 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Upload: vutu

Post on 03-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

SOLVING BERBASIS LKS PADA POKOK

BAHASAN SEGITIGA

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII MTs N Bekonang Filial Kartasura)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

SODRI

A 410 070 175

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

ii

iii

iv

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

SOLVING BERBASIS LKS PADA POKOK

BAHASAN SEGITIGA

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII MTs N Bekonang Filial Kartasura)

Oleh : Sodri*, Sri Sutarni**, N. Setyaningsih**

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, UMS.

**Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, UMS.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan komunikasi siswa dengan

menerapkan pendekatan Problem Solving berbasis LKS. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif antara peneliti, guru matematika

sebagai pelaku pemberi tindakan kelas, dan kepala sekolah sebagai subjek yang

membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data. Subjek penelitian yang

dikenai tindakan adalah siswa kelas VII MTs N Bekonang Filial Kartasura yang

berjumlah 19 siswa. Data dikumpulkan melalui metode observasi, catatan

lapangan, dan dokumentasi. Teknik Analisis data secara deskriptif kualitatif

dengan metode alur yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran

dilaksanakan dan dikembangkan selama proses pembelajaran, alur yang dilalui

meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan indikator komunikasi siswa

yang meliputi: 1) Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide matematik secara

rasional terhadap suatu pernyataan sebelum tindakan 10,15%, putaran I 26,31%,

putaran II 47,36% dan diakhir tindakan 78,94%, 2) Kemampuan siswa mengubah

bentuk uraian kedalam model matematika sebelum tindakan 15,7%, putaran I

36,84% , putaran II 57,89% dan diakhir tindakan 84,21%, 3) Kemauan siswa

mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika di depan kelas sebelum

tindakan 5,2 % putaran I 21,05 %, putaran II 42,10 % dan diakhir tindakan 73,68

%. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dengan penerapan model

pembelajaran problem solving berbasis LKS dapat meningkatkan komunikasi

siswa.

Kata Kunci : komunikasi siswa, problem solving, lembar kerja Siswa LKS

1

PENDAHULUAN

Keinginan pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

masih banyak masalah yang harus dihadapi, salah satunya adalah masalah

komunikasi dalam pendidikan. Menurut Onong Uchjana (2001:101) Pendidikan

adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua

komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan

pelajar sebagai komunikan.

Komunikator menurut Hafied Cangara (2006:81) adalah pihak yang

mengirim pesan kepada khalayak. Karena itu komunikator biasa disebut pengirim,

sumber, source atau encoder. Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan

kepada khalayak. Dalam khazanah ilmu komunikasi, komunikator

(communicator) sering dipertukarkan dengan sumber (source), pengirim (sender),

dan pembicara (speaker). Sekalipun fungsinya sama sebagai pengirim pesan,

sebetulnya masing-masing istilah itu memiliki ciri khas tersendiri, terutama

tentang sumber. Seorang sumber bisa menjadi komunikator atau pembicara.

Sebaliknya komunikator atau pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia

menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan

kepada khalayak. Pengirim adalah orang yang menyuruh untuk menyampaikan.

Pembicara adalah orang yang berbicara Windhal dan Olson (1992)

memerinci komunikator dalam sebuah komunikasi terencana (Planned

communication) dari perspektif psiko-sosial. Di sini komunikator dipilah-pilah

berdasarkan interaksi mereka dengan khalayak. Komunikator dalam dunia

pendidikan juga bisa diartikan sebagai seorang guru,yang bertugas maneruskan

atau mentransmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai lain yang

sejenis yang belum diketahui dan seharusnya diketahui oleh khalayak.

Menurut Hafied cangara ( 2006: 135) khalayak biasa disebut dengan

istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau

komunikan. Dalam dunia pendidikan yang berperan sebagai khalayak atau

komunikan adalah siswa yang berfungsi sebagai penerima ilmu pengetahuan dari

komunikator dalam hal ini adalah guru. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diharapkan perlu adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa maupun

2

siswa dengan siswa sehingga tercipta kegiatan belajar mengajar yang kondusif.

Karena menurut Onong Uchjana (2001:101) tujuan pendidikan akan tercapai jika

prosesnya komunikatif.

Komunikatif dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika karena

matematika memiliki struktur dan kaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya.

Aktivitas yang komunikatif dapat dilihat dari komunikasi yang baik antara guru

dan siswa maupun siswa dengan siswa. Komunikasi antar guru dan siswa maupun

siswa dengan siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk

tercapainya tujuan pembelajaran. Greenes dan Schulman (The National Council of

Teachers of Mathematics: 2004) menyatakan bahwa komunikasi matematika

merupakan: (1) Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan

strategi matematika; (2) Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan

penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika; (3) Wadah bagi siswa

dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi

pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk

meyakinkan yang lain.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di MTs N Bekonang Filial

Kartasura Sukoharjo, menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika

masih banyak didominasi oleh aktivitas guru. Hal ini dapat dilihat pada saat guru

menjelaskan materi siswa cenderung diam, hanya mendengarkan penjelasan dari

guru, kurang berani memberikan pendapat pada saat guru memberikan

pertanyaan, atau menanggapi jawaban teman lainnya, bahkan takut bertanya

walaupun sebenarnya belum paham tentang apa yang dipelajari, tidak merespons

saat guru menyajikan pekerjaan yang keliru, siswa hanya mengerjakan atau

mencatat apa yang diperintahkan oleh guru. Sehingga kemampuan siswa dalam

memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan dianggap kurang. Sebagian

besar siswa juga tidak terbiasa membuat visualisasi untuk mendeskripsikan

masalah matematika, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Hal ini menunjukkan kurangnya kemampuan mengilustrasikan

ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian yang relevan. Tentu saja hal ini

berpengaruh pada kurangnya kemampuan siswa dalam mengubah bentuk uraian

3

ke dalam model matematika. mereka hanya menunggu jawaban teman yang

dianggapnya lebih pintar atau menunggu jawaban dari guru. Serta masih kurang

beraninya siswa untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika di

depan kelas, sehingga pembelajaran terkesan monoton.

Dari permasalahan diatas diperoleh data bahwa kemampuan siswa

mengungkapkan ide- ide matematik secara rasional terhadap suatu pernyataan

bernilai 10,15%. Kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model

matematika bernilai 15,7%. Serta kemauan siswa mempresentasikan hasil

pemecahan masalah matematika didepan kelas bernilai 5,2 % . Hal ini

menunjukkan bahwa komunikasi siswa masih rendah .

Untuk meningkatkan komunikasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

matematika perlu adanya diskusi kelompok yang berbasis LKS untuk

memecahkan suatu masalah. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 99), salah

satu strategi belajar yang dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah

adalah dengan diskusi kelompok. Menurut Arends (2004: 356), siswa bekerja

dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar merupakan

salah satu ciri-ciri sari model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan

kemampuan komunikasi siswa. Usaha ini mulai dilakukan dengan pembenahan

proses pembelajaran yang dilakukan guru yaitu dengan menawarkan suatu

pendekatan yang dapat meningkatkan komunikasi siswa. Salah satu caranya yaitu

dengan pendekatan Problem Solving berbasis LKS ( Lembar Kerja Siswa).

Pemecahan masalah dalam Lembar kerja siswa menggunakan metode

problerm solving ( pemecahan masalah) karena menurut Coorney (dalam

Kisworo,2000) mengemukakan pengertian Pemecahan Masalah (Problem

Solving) sebagai proses penerimaan masalah dan berusaha menyelesaikan

masalah. Dengan memberikan pembelajaran Problem Solving berbasis LKS

diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami dan menyelesaikan soal-

soal dengan langkah-langkah antara lain : 1) memahami masalah, 2) menyusun

rencana, 3) melaksanakan rencana, 4) memeriksa kembali (Abdurrahman

Mulyono,2003:251).

4

Bertolak dari uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian melalui model pembelajaran Problem Solving berbasis LKS dalam

pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan komunikasi siswa

Pada Pokok Bahasan Segitiga kelas VII semester 2 di MTsN Bekonang Filial

Kartasura.

Tujuan dari penelitian ini adalah Mendiskripsikan komunikasi siswa pada

proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Problem solving

berbasis LKS serta untuk meningkatkan komunikasi siswa yang dibatasi pada

Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide matematik secara rasional terhadap

suatu pernyataan, kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model

matematika, kemauan siswa mempresentasikan hasil pemecahan masalah

matematika didepan kelas.

Manfaat dari penelitian ini yaitu : (1) Bagi guru dan calon guru

matematika, diharapkan model pembelajaran Problem Solving Berbasis LKS ini

dapat digunakan untuk meningkatkan komunikasi siswa dalam pembelajaran

matematika (2) Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan

komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika (3) Bagi peneliti dapat

memberikan gambaran dalam penerapan pembelajaran yang akan datang.

Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam meningkatkan tujuan

pendidikan, pendidikan yang aktif dan komunikatif. Karena komunikasi

merupakan cara bagaimana kita mengungkapkan suatu ide dan memperjelas

pemahaman. Dalam matematika komunikasi sangat dibutuhkan oleh siswa karena

dengan komunikasi yang baik dalam sebuah pembelajaran matematika mendorong

siswa aktif sehingga tercipta kelas yang komunikatif. Melalui komunikasi ide

dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. NCTM (2000:

63) menyatakan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika, bahwa

program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada

siswa untuk:

a. Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui

komunikasi.

5

b. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan

jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain.

c. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang

dipakai orang lain.

d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara benar.

Menurut Tran Vui (2006:3), komponen utama dari proses matematika

yang dapat mendukung komunikasi siswa dalam pembelajaran yaitu (1)

membuktikan, (2) mencari alasan, (3) mengelompokkan, (4) memprediksi, (5)

memverifikasi.

Indikator komunikasi matematika menurut The National Council of

Teacher of Mathematics atau NCTM dalam pembelajaran matematika bagi siswa

SMP/MTs sebagai berikut:

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,

dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual,

b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-

ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual

lainnya,

c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi

matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide,

menggambarkan hubungan- hubungan dengan model-model situasi.

Adapun aspek-aspek untuk mengungkap kemampuan komunikasi

matematika siswa menurut Ujang Wihatama (2004) antara lain:

a. Kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan.

a. Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika.

b. Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk

uraian.

Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran matematika, salah

satunya Problem Solving. Menurut Abdurrahman Mulyono (2003,254), Problem

Solving atau pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan ketrampilan

6

dalam memecahkan soal biasanya melibatkan beberapa konsep dan ketrampilan

dalam situasi baru atau situasi tertentu.

John Dewey yang dikutip olehWina sanjaya (2008:217) menjelaskan 6

langkah strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) yang kemudian

dinamakan metode pemecahan masalah (Problem solving), yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang

akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara

kritis dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan

menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan

hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu

pembelajaran (Hidayah dan Sugiarto, 2006: 8). Menurut Hamzah B.Uno dan Nina

Lamatenggo (2010:142) alat yaitu alat menghitung, menggambar, mengukur,dan

sebagainya. Sedangkan alat pembelajaran, yaitu alat bantu untuk memperlancar

pembelanjaran matematika.

hipotesis penelitian ini adalah adanya peningkatan komunikasi siswa pada

pokok bahasan segitiga menggunakan model pembelajaran Problem Solving

berbasis LKS di kelas VII semester 2 MTs N Bekonang Fililal Kartasura

Sukoharjo.

7

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek

pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan

tersebut.(Ebbut yang dikutip oleh Rochiati wiriaatmadja,2006:12)

Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1) Dialog awal, 2) Perencanaan Tindakan, 3) Pelaksanaan Tindakan, 4) Observasi

dan Monitoring, 5) Refleksi, 6) Evaluasi, 7) Penyimpulan hasil berupa pengertian

dan pemahaman.

Data dikumpulkan melalui metode observasi, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Teknik Analisis data secara deskriptif kualitatif dengan metode alur

yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan dan dikembangkan

selama proses pembelajaran, alur yang dilalui meliputi reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan sampai berakhirnya

tindakkan putaran III, prilaku siswa yang berkaitan dengan permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini mengalami perubahan yang positif. Hasil penelitian

pada tindakan kelas putaran III diperoleh kesepakatan bahwa tindakan belajar

yang telah diambil telah berhasil meningkatkan komunikasi siswa pada

pembelajaran matematika.

1. Komunikasi siswa melalui model pembelajaran Problem Solving berbasis

LKS.

a. Data sebelum tindakan kelas

Data sebelum tindakan kelas mengenai penerapan model

pembelajaran Problem Solving berbasis LKS dapat dilihat dari beberapa

8

indikator yaitu: Kemampuan siswa mengungkapkan ide- ide matematik

secara rasional terhadap suatu pernyataan masih rendah sebanyak 2 siswa

bernilai 10,15%, kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam

model matematika sebanyak 3 siswa bernilai 15,7%, serta kemauan siswa

mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika didepan kelas

sebanyak 1 siswa bernilai 5,2 %.

b. Putaran I

Data tindakan kelas pada putaran I megenai penerapan model

pembelajaran Problem Solving berbasis LKS untuk meningkatkan

komunikasi siswa dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu:

kemampuan siswa mengungkapkan ide- ide matematik secara rasional

terhadap suatu pernyataan sebanyak 5 siswa bernilai 26,31%,

kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model matematika

sebanyak 7 siswa bernilai 36,84%, serta kemauan siswa

mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika didepan kelas

sebanyak 4 siswa bernilai 21,05 %.

c. Putaran II

Data tindakan kelas pada putaran II megenai penerapan model

pembelajaran Problem Solving berbasis LKS untuk meningkatkan

komunikasi siswa dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu:

Kemampuan siswa mengungkapkan ide- ide matematik secara rasional

terhadap suatu pernyataan sebanyak 9 siswa bernilai 47,36%,

kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model matematika

sebanyak 11 siswa bernilai 57,89%, serta kemauan siswa

mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika didepan kelas

sebanyak 8 siswa bernilai 42,10 %.

d. Putaran III

Data tindakan kelas pada putaran II megenai penerapan model

pembelajaran Problem Solving berbasis LKS untuk meningkatkan

komunikasi siswa dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu:

kemampuan siswa mengungkapkan ide- ide matematik secara rasional

9

terhadap suatu pernyataan sebanyak 15 siswa bernilai 78,94%,

kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model matematika

sebanyak 16 siswa bernilai 84,21%, serta kemauan siswa

mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika didepan kelas

sebanyak 14 siswa bernilai 73,68 %

Berdasarkan data pelaksanaan tindakan kelas selama tiga

putaran, dapat dilihat peningkatan komunikasi siswa melalui model

pembelajaran problem solving berbasis LKS.

Tabel 4.2

Profil Kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan Penelitian

No Minat belajar

matematika Siswa

Kondisi

Awal

Putaran

I

Putaran

II

Putaran

III

1 Kemampuan siswa

mengungkapkan

ide- ide matematik

secara rasional terhadap

suatu pernyataan

2 siswa

(10, 15%)

5 siswa

(26,31%)

9 siswa

(47,36%)

15 siswa

(78,94%)

2 Kemampuan siswa

mengubah bentuk uraian

kedalam model

matematika.

3 siswa

(15,7%)

7 siswa

(36,84%)

11 siswa

(57,89%)

16 siswa

(84,21%)

3 Kemauan siswa

mempresentasikan hasil

pemecahan masalah

matematika didepan

kelas

1 siswa

(5,2 %)

4 siswa

(21,05 %)

8 siswa

(42,10 %)

14 siswa

(73,68 %)

10

Adapun grafik peningkatan komunikasi siswa adalah sebagai berikut:

Pembahasan

Komunikasi siswa sebelum dilaksanakan tindakan kelas masih rendah ini

terbukti dengan belum tercapainya indikator–indikator komunikasi siswa. Solusi

yang digunakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran problem

solving berbasis LKS.

Pada putaran I indikator–indikator komunikasi siswa sudah mulai

meningkat dibanding sebelum tindakan tetapi peningkatannya belum optimal.

Putaran II yang mengacu pada putaran I telah mengalami perbaikan agar putaran

II lebih baik dari putaran I ini berakibat indikator-indikator komunikasi siswa

lebih meningkat lagi dibanding putaran I. Perbaikan pada putaran II yang

diterapkan pada putaran III membawa dampak prosentase indikator–indikator

minat belajar siswa semakin meningkat secara optimal.

Persentase indikator–indikator minat belajar siswa dari sebelum tindakan

sampai putaran III meningkat secara Linear. Hal itu dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran problem solving berbasis LKS dapat

meningkatkan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika. Pernyataan

tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yaitu oleh Prasetya Adhi Nugroho

0

5

10

15

20

Kondisi Awal

Putaran I Putaran II Putaran III

Ban

yak

Sisw

a

Grafik Peningkatan Komunikasi Siswa

mengungkapkan ide-ide

mengubah bentuk uraian

mempresentasikan hasil pemecahan masalah

Grafik 4.1 Peningkatan minat belajar siswa

11

(2010) bahwa melalui tiga tahapan dalam pembelajaran tipe TTW, yaitu think

(berpikir), talk (berbicara) dan write (menulis), dapat meningkatkan komunikasi

dan pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran matematika.

Pembahasan setelah diadakan penelitian ini adalah diperoleh hasil adanya

peningkatan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika melalaui model

pembelajaran problem solving berbasis LKS.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan komunikasi siswa

pada pokok bahasan segitiga dilakukan oleh guru dengan menggunakan model

pembelajaran problem solving berbasis LKS. Penggunaan model pembelajaran

ini membuat siswa komunikatif dalam pembelajaran matematika, dimana siswa

mampu mengungkapkan ide-ide matematika secara rasional terhadap suatu

pernyataan, siswa mampu mengubah bentuk soal uraian kedalam model

matematika dan siswa berani untuk mempresentasikan hasil pemecahan

masalah didepan kelas.

Pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Solving berbasis

LKS dapat meningkatkan komunikasi siswa. Hal ini ditunjukkan oleh profil

kelas sebelum dan sesudah penelitian yang dilakukan selama tiga putaran. Dari

profil kelas yang dibuat oleh guru kelas bersama peneliti dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa mengungkapkan ide- ide matematik secara rasional

terhadap suatu pernyataan.

Berdasarkan data hasil tindakan kelas pada putaran I sampai III,

Kemampuan siswa mengungkapkan ide- ide matematik secara rasional

terhadap suatu pernyataan mengalami peningkatan sebelum tindakan

tercatat siswa yang mampu mengungkapkan ide- ide matematik secara

rasional terhadap suatu pernyataan matematika 2 siswa bernilai 10,15%,

sesudah tindakan sebanyak 15 siswa (78,94%)

12

2. Kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model matematika.

Berdasarkan data hasil tindakan kelas pada putaran I sampai III,

Kemampuan siswa mengubah bentuk uraian kedalam model matematika

mengalami peningkatan sebelum tindakan tercatat siswa siswa yang

mampu mengubah soal bentuk uraian kedalam model matematika

sebanyak 3 siswa (15,7%) sesudah tindakan sebanyak 16 siswa (84,21%)

3. Kemauan siswa mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika

didepan kelas

Berdasarkan data hasil tindakan kelas pada putaran I sampai III,

Kemauan siswa mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika

didepan kelas mengalami peningkatan, sebelum tindakan tercatat siswa

yang mau mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika

didepan kelas sebanyak 1 siswa (5,2 %) sesudah tindakan sebanyak 14

siswa (73,68 %)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas VII MTs N bekonang

Filial Kartasura yang telah dilaksanakan dalam usaha meningkatkan

komunikasi siswa pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

problem solving berbasis LKS, maka diajukan sejumlah saran sebagai berikut:

1. Terhadap Guru

a. Guru perlu menerapkan model pembelajaran problem solving berbasis

LKS dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan komunikasi

siswa

b. Guru perlu mengoptimalkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sehingga

siswa mampu terlatih untuk memecahkan masalah sehingga mampu

meningkatkat komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika.

c. Guru hendaklah bisa menguasai kelas disaat proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung, karena penguasaan kelas yang baik menjadi

bagian dari keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

13

2. Terhadap Siswa

a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru

agar proses pembelajaran menjadi komunikatif.

b. Saat pembelajaran berlangsung siswa hendaknya tidak gaduh dan

memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

c. Siswa hendaknya lebih komunikatif sehingga siswa mampu

mengungkapkan ide-ide matematik secara rasional terhadap suatu

pernyataan, mengubah bentuk uraian kedalam model matematika.

Serta mampu mempresentasikan hasil pemecahan masalah matematika

didepan kelas. Sehingga tercipta komunikasi yang baik dalam

pembelajaran matematika.

3. Terhadap Peneliti Berikutnya

Kepada peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian pada

hal–hal yang belum dicapai untuk meningkatkan komunikasi siswa pada

pembelajaran matematika karena dalam penelitian ini masih banyak

kekurangannya. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai

penggunaan model pembelajaran problem solving berbasis LKS dengan

materi tertentu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul

dalam pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan agar proses belajar

mengajar di sekolah dimasa yang akan datang lebih bermutu dan efektif

sesuai dengan yang diinginkan sehingga dihasilkan lulusan yang lebih baik

dan handal. sehingga diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan

di indonesia. Karena semakin baiknya sistem pembelajaran disekolah, ini

akan mempengaruhi semakin baik pula kualitas output yang dihasilkan

dari sebuah lembaga pendidikan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Echols, John M. dan Hasan Sadily. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia

Effendi, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Effendi, Onong Uchjana. 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosadakarya.

Kurniawati, Eriska Fitri.2008. ” Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan

Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan

01”(Skripsi S-1 Progdi matematika). Surakarta: FKIP Universitas

Muhammadiyyah Surakarta. ( Tidak Diterbitkan )

Nugroho, Prasetya Adhi. 2010. “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) pada Siswa Kelas VIIIA SMP N 4

Depok Sleman” (Skripsi S-1 Jurusan Pendidikan Matematika). Yogyakarta:

FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. ( Tidak Diterbitkan )

Parminingsih, Menik. 2010.” Peningkatan Minat Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Video Compact Disk

(VCD) pada Pokok Bahasan Persegi dan Persegi Panjang Kelas VII SMP AL

Islam Kalijambe Sragen” (Skripsi S-1 Progdi Matematika). Surakarta: FKIP

Universitas Muhammadiyah Surakarta. ( Tidak Diterbitkan )

Sukino. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

15

Sukron. 2011. “Peningkatan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui

Model Pembelajran ARIAS dengan Mengoptimalkan Alat Peraga pada Pokok

bahasan Bangun Datar kelas X-AP SMK PRAMA Kartasura” (Skripsi S-1

Progdi Matematika). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. (

Tidak Diterbitkan )

Tarigan, Henry Guntur.2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa:

Bandung: Angkasa

TIM. 2012. Modul Pembelajaran Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII semester II:

Solo: CV pustaka bengawan

Uno, Hamzah B & Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi & Informasi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Wiriaatmadja,Rochiati, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Jakarta, PT Remaja

Rosdakarya