upaya koping aspek ekonomi pada rumah tangga … filedapat mengurangi dampak dari masalah-masalah...
TRANSCRIPT
37
UPAYA KOPING ASPEK EKONOMI PADA RUMAH TANGGA MISKIN
DI DESA TANJANG DAN DESA KOSEKAN KECAMATAN GABUS
KABUPATEN PATI
COPING EFFORT OF ECONOMIC ASPECT IN POOR HOUSEHOLD
IN TANJANG VILLAGE AND KOSEKAN VILLAGE GABUS
SUBDISTRICT PATI REGENCY
Herna Octivia Damayanti
Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Pati
Jl. Raya Pati-Kudus Km. 4 Pati
Email : [email protected]
ABSTRAK
Faktor ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan hidup khususnya kehidupan rumah
tangga. Faktor ini dapat menimbulkan tekanan ekonomi dalam kehidupan rumah tangga. Kasus pada
daerah rawan bencana banjir diperlukan upaya untuk mengurangi tekanan ekonomi yang dihadapi.
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan upaya koping yang baik dan sesuai, sehingga
dapat mengurangi dampak dari masalah-masalah ekonomi rumah tangga yang dihadapi. Tujuan
penelitian adalah menganalis strategi koping aspek ekonomi yang dilakukan rumah tangga miskin di
Desa Kosekan dan Desa Tanjang Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-
Desember 2017 dengan lokasi penelitian di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati. Sampel penelitian berjumlah 89 orang. Data diperoleh dari responden melalui
kuesioner. Analisis data dengan perhitungan indeks untuk mengukur intensitas strategi koping aspek
ekonomi yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan strategi koping ekonomi terdiri dari tiga
kegiatan yaitu (1) strategi mengurangi pengeluaran (cutting back), aspek pangan intensitas
rendah/jarang, aspek kesehatan intensitas rendah/jarang, aspek lainnya intensitas Desa Tanjang
sedang/sering dan Desa Kosekan tinggi/sangat sering. (2) Strategi menambah pendapatan (generating
income), aspek pangan intensitas rendah/jarang, aspek kesehatan intensitas rendah/jarang, aspek
lainnya intensitas rendah/jarang. (3) Strategi koping ekonomi lainnya intensitas rendah/jarang. Strategi
koping aspek ekonomi yang dilakukan oleh responden rumah tangga miskin Desa Tanjang adalah
22,08; sedangkan Desa Kosekan adalah 29,59. Keduanya termasuk kategori tingkat intensitas yang
melakukan strategi koping rendah/jarang. Kesimpulan adalah strategi yang sesuai untuk rumah tangga
miskin di Desa Tanjang dan Desa Kosekan adalah strategi menambah pendapatan (generating
income).
Kata Kunci : aspek ekonomi, cutting back, generating income, strategi koping, intensitas
ABSTRACT
Economic factors are one indicator of the welfare of life, especially household life. This factor can
cause economic pressure in household life. Cases in flood vulnerable areas are needed to reduce
economic pressures faced. The approach taken is to make good and appropriate coping efforts, so that
households can reduce the impact of the economic problems faced. The aim of the study was to
analyze the coping strategies of economic aspects conducted by poor households in Kosekan Village
and Tanjang Village, Gabus Subdistrict, Pati Regency. This research is a descriptive study with a
quantitative approach. The study was conducted in September-December 2017 with research locations
in Tanjang Village and Kosekan Village, Gabus subdistrict, Pati Regency. Research samples totaled
89. Data obtained from respondents through questionnaires. Data analysis with index calculation to
measure the intensity of economic aspects coping strategies undertaken. The results of the study :
economic coping strategy consists of three activities, namely (1) strategy to reduce expenditure
(cutting back), food aspect is low/rare intensity, health aspect is low/rare intensity, other aspect on
38
Tanjang Village is medium/frequent intensity and Kosekan Village is high/very high intensity. (2)
Strategy of generating income, food aspect is low/rare intensity, health aspect is low/rare intensity,
other aspect is low /rare intensity. (3) Other economic coping strategy is low/rare intensity. Coping
strategies of economic aspects carried out by respondents of poor the coping strategy of the economic
aspects conducted by the respondents of poor households in Tanjang Village is 22.08; while Kosekan
Village is 29.59. Both are categorized as intensity low/rare coping strategies. Conclusion : an
appropriate strategy for poor households in Tanjang Village and Kosekan Village is generating
income strategy.
Keywords : economic aspects, cutting back, generating income, coping strategies, intensity
PENDAHULUAN
Kerawanan pangan dan kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah utama di
Indonesia. Bahkan kerawanan pangan mempunyai korelasi positif dan erat kaitannya dengan
kemiskinan (Sari dan Prishardoyo, 2009). Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan
kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan secara cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggotanya dan untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Upaya dalam mewujudkan
ketahanan pangan rumah tangga bukan merupakan persoalan yang sederhana. Distribusi pangan yang
tidak merata dan kemiskinan menjadi kendala untuk mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga (Ermawati, 2011).
Faktor ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan hidup khususnya kehidupan
rumah tangga. Faktor ini dapat menimbulkan tekanan dalam kehidupan rumah tangga sebagai dampak
dari krisis yang berkepanjangan. Berdasarkan literatur yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
penyebab tekanan ekonomi yang ada dimasyarakat pada umumnya yang dapat mengganggu
tercapainya tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah musim paceklik, stres akan kesulitan ekonomi,
berpenghasilan rendah dan kemiskinan, kehilangan pendapatan dan kehilangan pekerjaan, resesi
ekonomi, depresi, hutang, perbandingan pendapatan dengan pengeluaran, kehilangan pendapatan,
pekerjaan yang tidak stabil, tekanan keuangan, PHK, dan ketidakamanan kerja (Astuti, 2015).
Jika tekanan ekonomi yang ditimbulkan dari bencana banjir dapat dikelola dengan strategi
koping yang baik dan sesuai, maka rumah tangga dapat mengurangi dampak dari masalah-masalah
ekonomi yang dihadapi, sehingga pada akhirnya rumah tangga mampu menciptakan kondisi
kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, rumah tangga perlu memiliki strategi tertentu atau disebut
dengan strategi koping agar pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga tetap bisa terjaga. Penelitian
Feil (2012) menyebutkan bahwa untuk dapat mengatasi stres karena kesulitan ekonomi adalah dengan
melakukan koping, seperti melakukan strategi-strategi yang dapat mengatasi stres. Rumah tangga pada
umumnya melakukan penyesuaian ekonomi atau pengurangan pengeluaran untuk menghadapi tekanan
ekonomi yang menyebabkan kesulitan ekonomi (Elder et al dalam Astuti, 2015).
Puspitawati (1998) menyatakan bahwa strategi koping ekonomi melalui keuangan ada 2, yaitu
strategi penambahan pendapatan dan strategi penghematan pengeluaran. Mekanisme koping dapat
juga dikatakan sebagai upaya-upaya penyesuaian terhadap lingkungan (meso, mikro, makro) yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan rumah tangga, upaya-upaya ini meliputi penyesuaian
ketersedian sumber daya, proses manajemen sumber daya rumah tangga dan penyesuaian standar
hidup atau standar output/target hidup yang akan dicapai dengan cara mengurangi stres dan
mendapatkan pertolongan orang lain. Mekanisme dalam menghadapi kejadian (coping mechanism)
terbentuk dan lahir dari pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan pemaknaan terhadap setiap
kejadian, fenomena, harapan dan masalah yang terjadi di sekitarnya. Mekanisme tersebut diteruskan
lewat proses sosialisasi dari generasi ke generasi dan pelaksanaannya tergantung pada kadar kualitas
pemahaman dan implikasinya dalam kehidupan mereka (Maarif et al dalam Ermawati, 2011).
Kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin akan semakin lemah apabila rumah tangga
miskin tersebut bertempat tinggal di daerah rawan bencana misalnya bencana banjir. Hal ini dapat juga
terjadi pada rumah tangga miskin di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati khususnya di Desa Kosekan
dan Desa Tanjang. Haan (2000) menyatakan bahwa, rumah tangga miskin berusaha mengamankan
39
kecukupan kebutuhan pokok dari atau akibat tekanan sumberdaya alam, kondisi krisis. Rumah tangga
melakukan strategi koping dengan penghematan pengeluaran, peningkatan pendapatan, atau dengan
mengubah strategi nafkah yang biasa dengan strategi nafkah baru dengan menggunakan sumber-
sumber nafkah yaitu modal alam, modal manusia, modal finansial, modal fisik, dan modal sosial.
Damayanti (2018) melakukan penelitian di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Kecamatan
Gabus. Penelitian ini menitikberatkan pada tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin di daerah
rawan banjir. Kedua desa tersebut termasuk dalam daerah dengan tingkat kerawanan banjir tinggi dan
membutuhkan waktu lebih lama untuk surut banjir. Desa Kosekan terpilih untuk mewakili Desa
Tangguh Bencana dan Desa Tanjang terpilih untuk mewakili Bukan Desa Tangguh Bencana.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks ketahanan pangan rumah tangga miskin di Desa Tanjang dan
Desa Kosekan termasuk kategori rumah tangga tahan pangan. Setelah dilakukan uji terhadap indeks
ketahan pangan di Desa Tanjang dan Desa Kosekan diperoleh hasil bahwa tingkat ketimpangan
pangan Desa Tanjang dan Desa Kosekan sama atau tidak berbeda nyata (tidak signifikan). Namun,
walaupun rumah tangga miskin di Desa Tanjang dan Desa Kosekan termasuk kategori rumah tangga
tahan pangan belum terlihat upaya baik dari rumah tangga, pemerintah desa maupun pemerintah
daerah untuk mengatasi tekanan ekonomi yang dialami rumah tangga miskin di lokasi penelitian.
Belum adanya upaya untuk mengatasi tekanan ekonomi rumah tangga miskin di Desa Tanjang
dan Desa Kosekan menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian tentang upaya yang selama ini
telah dilakukan oleh rumah tangga miskin secara mandiri dalam mengatasi tekanan ekonomi yang
dialaminya. Upaya mengatasi tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan strategi koping. Rumusan
masalah penelitian yaitu bagaimanakah strategi koping khususnya dari aspek ekonomi yang telah
dilakukan di lokasi penelitian?. Dengan demikian, tujuan penelitian adalah menganalis strategi koping
aspek ekonomi yang dilakukan rumah tangga miskin di Desa Kosekan dan Desa Tanjang Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Koping
Folkman dan Lazarus dalam Erawati (2011) mendefinisikan koping sebagai upaya kognitif
dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan/atau internal yang spesifik yang dinilai
sebagai hal yang membebani atau melebihi sumber daya seseorang, serta suatu proses dimana
individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan
dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Koping memiliki bentuk dan
fungsi utama dalam dua klasifikasi: a) problem focused coping (PFC) adalah bentuk koping yang
lebih diarahkan pada upaya-upaya bagaimana cara mengurangi suatu tuntutan dari situasi atau
masalah yang menekan, dapat diartikan juga bahwa seseorang atau individu yang mengalami stres
akan mengatasinya dengan mencari dan mempelajari upaya-upaya atau keterampilan yang baru.
Seseorang atau individu yang menggunakan strategi ini percaya bahwa merubah tuntutan dari suatu
situasi atau peristiwa, b) emotion focused coping (EFC) adalah bentuk koping yang diarahkan
untuk dapat mengatur respon emosional terhadap situasi atau masalah yang dihadapi dan
menimbulkan tekanan, bentuk koping ini menggunakan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan
behavioral (contohnya adalah melakukan suatu aktifitas yang dapat mengalihkan perhatian
seseorang atau individu terhadap situasi yang menekan) dan pendekatan kognitif (bagaimana
seseorang atau individu berfikir tentang situasi atau masalah yang menekan).
Mekanisme koping dapat juga dikatakan sebagai upaya-upaya penyesuaian terhadap
lingkungan (meso,mikro,makro) yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan keluarga, upaya-
upaya ini meliputi penyesuaian ketersedian sumber daya, proses manajemen sumber daya keluarga
dan penyesuaian standar hidup atau standar output/target hidup yang akan dicapai dengan cara
mengurangi stres dan mendapatkan pertolongan orang lain. Mekanisme dalam menghadapi
kejadian (coping mechanism) terbentuk dan lahir dari pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan
pemaknaan terhadap setiap kejadian, fenomena, harapan dan masalah yang terjadi di sekitarnya.
Mekanisme tersebut diteruskan lewat proses sosialisasi dari generasi ke generasi dan
pelaksanaannya tergantung pada kadar kualitas pemahaman dan implikasinya dalam kehidupan
mereka (Maarif et al dalam Ernawati, 2011).
40
1. Koping Ekonomi
Strategi koping yang dilakukan oleh keluarga dalam masalah mengatasi keuangan ada
dua hal menurut Puspitawati dalam Ernawati (2011), yaitu :
a. Generating additional income adalah strategi yang diarahkan untuk meningkatkan
ketersediaan sumber daya keuangan dalam keluarga oleh anggota keluarga dengan cara
anggota keluarga bekerja tambahan (pekerjaan kedua), bekerja dengan tambahan waktu lebih
lama, atau tambahan anggota keluarga yang bekerja
b. Cutting back expenses adalah strategi yang diarahkan untuk merespon ketersediaan sumber
daya yang lebih rendah melalui perubahan pola pengeluaran yaitu mengurangi pengeluaran
oleh anggota keluarga dengan cara mengurangi pengeluaran terhadap pemeliharaan
kesehatan, perabotan rumah tangga, menunda liburan, aktivitas sosial, sumbangan sosial,
membeli barang bekas, dan sebagainya.
2. Strategi Koping Aspek Ekonomi (Astuti, 2015)
a. Mengurangi Pengeluaran (Cutting Back)
1). Pangan
Mengurangi pembelian kebutuhan pangan (jenis dan jumlah)
Mengganti beras dengan makanan pokok lain yang lebih terjangkau
Mengurangi frekuensi makan
Mengurangi penggunaan teh/gula/kopi
Mengurangi pembelian susu/jajan anak
Anak dan suami membawa bekal untuk beraktivitas
Menyimpan makanan yang tidak habis untuk esok hari
Mengurangi porsi makan
Mengurangi distribusi pangan (prioritas dialihkan ke anak)
2). Kesehatan
Mengganti obat mahal dengan obat murah/obat generik
Mengganti obat dengan jamu
Berobat ke tempat pengobatan alternatif/lebih murah
Mencari tempat pengobatan gratis
Mengurangi pembelian vitamin/suplemen
Menunda pengobatan anggota keluarga yang sakit
Mengurangi anggaran pemeriksaan kesehatan
3). Penghematan lainnya
Mengurangi penggunaan listrik
Mengurangi jumlah pembelian pakaian dalam setahun
Menunda pembelian perabotan rumah tangga
Mengurangi pembelian peralatan dapur
Menunda pembelian barang elektronik
Mengurangi pembelian rokok
b. Menambah Pendapatan (Generating Income)
1) Pangan
Memanfaatkan lahan kosong untuk menanam sayuran untuk dikonsumsi sendiri atau
dijual
Menjual hasil ternak
Memanfaatkan hasil panen untuk dikonsumsi atau dijual
Menjual hasil panen pemberian tetangga/saudara
2) Kesehatan
Memanfaatkan pekarangan untuk menanam tanaman obat
Meminta tanaman obat ke tetangga atau kerabat untuk dijual
41
3) lainnya
Ibu bekerja untuk menambah pendapatan keluarga
Ayah mencari pekerjaan sampingan
Ibu menambah jam kerja dari pekerjaan utama
Menyuruh anak mencari nafkah untuk membantu orang tua
Menjual hasil usaha sampingan
Mengontrakan rumah/tanah untuk menambah pendapatan
Meminta bantuan keuangan pada saudara
c. Strategi koping lainnya
Mengambil tabungan
Hutang
Menggadaikan barang-barang
Menjual barang-barang
B. Arah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan 2015-2019 (Direktorat Penanggulangan
Kemiskinan Bappenas, 2014)
1. Isu Strategis
Isu strategis dalam penanggulangan kemiskinan 2015-2019 terdiri dari (1) perluasan
perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan (2) percepatan
pengurangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan.
2. Arah Kebijakan
a. Isu strategis “perluasan perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin”
Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan 2015-2019 yaitu:
1) Meningkatkan perluasan perlindungan sosial
Penataan bantuan sosial reguler berbasis siklus hidup dan peningkatan kapasitas
keluarga
Penataan bantuan sosial temporer
Perluasan cakupan SJSN
Penguatan kelembagaan dan pelaksanaan bantuan sosial
Peningkatan inklusivitas penyandang disabilitas
2) Meningkatkan ketersediaan dan cakupan pelayanan dasar
Peningkatan ketersediaan dan jangkauan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan
rentan: pendidikan, kesehatan, sanitasi, perumahan, listrik, dsb.
b. Isu strategis “percepatan pengurangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan”
Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan 2015-2019 yaitu
1) Mengurangi kemiskinan dengan memfokuskan Pengembangan Penghidupan
Berkelanjutan pada lokasi-lokasi termiskin.
Pemberdayaan masyarakat miskin dengan fokus Pengembangan Penghidupan
Berkelanjutan (P2B) :
Peningkatan kapasitas dan keterampilan penduduk miskin dan rentan
Peningkatan ketersediaan akses dan aset penghidupan bagi penduduk miskin
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian
dilakukan pada bulan September-Desember 2017 dengan lokasi penelitian di Desa Tanjang dan Desa
Kosekan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Data diperoleh dari responden melalui kuesioner.
Responden penelitian yaitu rumah tangga miskin di Desa Kosekan dan Desa Tanjang. Data
rumah tangga miskin di lokasi penelitian berasal dari Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (BDT-TNP2K) tahun 2016. Metode pengambilan sampel dengan simple
random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga miskin di Desa Kosekan dan Desa
Tanjang. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan secara multi stage sampling. Tahap I:
42
menentukan desa lokasi penelitian. Desa yang dijadikan lokasi penelitian adalah Desa Kosekan dan
Desa Tanjang dengan jumlah keluarga miskin 330 KK (Bappeda Kab. Pati, 2017). Populasi ini
diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria tertentu :
Tabel 1. Kriteria Populasi Penelitian No. Kriteria
1.
2.
Lokasi desa berbatasan langsung dengan Sungai Juwana
Desa Kosekan mewakili Destana dan Desa Tanjang mewakili
Non Destana
2. Desa Kosekan dan Desa Tanjang berbatasan satu sama lain
3. Kemudahan akses menuju lokasi penelitian
Tahap II: menentukan sampel penelitian dengan dengan tingkat kesalahan 10%. Desa Kosekan
diperoleh jumlah sampel sebesar 31% dari total populasi sehingga jumlah sampel menjadi 41 sampel.
Desa Tanjang diperoleh jumlah sampel sebesar 24% dari total populasi sehingga jumlah sampel
menjadi 48 sampel. Persebaran sampel penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persebaran Sampel Penelitian No Lokasi Populasi Sampel
1 Desa Kosekan 131 41
2 Desa Tanjang 199 48
Jumlah 330 89
Strategi koping ekonomi yang dijalankan oleh keluarga miskin di Desa Kosekan dan Desa
Tanjang terdiri dari tiga kegiatan yaitu strategi menambah pendapatan (generating income) dan
strategi mengurangi pengeluaran (cutting back), serta strategi koping ekonomi lainnya (hutang,
mengambil tabungan, menjual atau menggadaikan barang-barang). Strategi koping menambah
pendapatan, mengurangi pengeluaran, dan strategi koping lainnya secara keseluruhan dikelompokkan
menjadi tiga yaitu sedikit, sedang, dan banyak (Astuti, 2015). Selanjutnya diukur juga intensitas atau
seberapa sering strategi koping dilakukan yang diukur melalui cara menjawab pertanyaan. Setiap butir
pertanyaan disediakan 4 jawaban yaitu: (skor 0) Tidak pernah, (skor 1) Kadang-kadang, (skor 2)
Sering, (skor 3) Selalu. Selanjutnya jawaban responden diberikan skor dan diindeks menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎 𝑝𝑎𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒 𝑛𝑑𝑎 ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡 𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒 𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 100 ........................................(1)
Maka akan didapat kategori tingkat intensitas melakukan strategi koping, sebagai berikut:
a. tingkat intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang, indeks <33,3
b. tingkat intensitas melakukan strategi koping sedang/sering, indeks 33,3-66,6
c. tingkat intensitas melakukan strategi koping tinggi/sangat sering, indeks > 66,6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi koping aspek ekonomi yang diidentifikasi dalam penelitian ini terdapat tiga kegiatan
yaitu 1) mengurangi pengeluaran terdiri dari (a) pangan, (b) kesehatan dan (c) lainnya; 2) menambah
pendapatan terdiri dari (a) pangan, (b) kesehatan dan (c) lainnya; 3) strategi koping lainnya.
43
Tabel 3. Intensitas Melakukan Strategi Koping Aspek Ekonomi
di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Strategi Koping Desa Tanjang Desa Kosekan
Mengurangi Pengeluaran (Cutting Back)
Pangan 15,51 9,58
Kesehatan 30,46 26,36
Penghematan Lainnya 45,14 76,42
Menambah Pendapatan (Generating Income)
Pangan 20,14 37,80
Kesehatan 4,17 20,73
Pendapatan Lainnya 18,17 23,23
Lainnya 21,01 13,01
Rata-rata 22,08 29,59
Secara umum, strategi koping aspek ekonomi yang dilakukan oleh responden rumah tangga
miskin Desa Tanjang adalah 22,08 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi
koping rendah/jarang. Sedangkan strategi koping aspek ekonomi yang dilakukan oleh responden
rumah tangga miskin Desa Kosekan adalah 29,59 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan
strategi koping rendah/jarang.
A. Strategi Koping dengan Mengurangi Pengeluaran (Cutting Back)
Perhitungan indeks untuk strategi koping dengan mengurangi pengeluaran dari segi pangan
di Desa Tanjang diperoleh hasil 15,51 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi
koping rendah/jarang. Sedangkan perhitungan indeks untuk strategi koping dengan mengurangi
pengeluaran dari segi pangan di Desa Kosekan diperoleh hasil 9,58 yang termasuk kategori tingkat
intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang.
Intensitas melakukan strategi koping yang rendah/jarang pada strategi koping dengan
mengurangi pengeluaran (pangan) dapat disebabkan karena dari hasil perhitungan terhadap tingkat
ketahanan pangan rumah tangga miskin di Desa Tanjang diperoleh bahwa tingkat ketahanan
pangan Desa Tanjang termasuk kategori rumah tangga tahan pangan. Dengan demikian strategi
koping dengan mengurangi pengeluaran (pangan) menjadi tidak banyak dilakukan karena rumah
tangga miskin di Desa Tanjang mampu memenuhi kebutuhan pangan rumah tangganya. Jika dilihat
dari frekuensi strategi koping dengan mengurangi pengeluaran (pangan) yang sering dilakukan
adalah dengan melakukan penyimpanan makanan tidak habis untuk esok. Berdasarkan hasil
penelitian Astuti (2015) yang dilakukan pada keluarga di daerah rawan banjir Desa Kemujan dan
Desa Tegalsari, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah menyebutkan bahwa
strategi koping mengurangi pengeluaran pangan dengan proporsi terbesar yang dilakukan yaitu
menyimpan makanan yang tidak habis untuk esok hari. Selanjutnya Rosidah (2012) menyebutkan
bahwa meskipun pendapatan keluarga tergolong rendah, namun dalam pemenuhan kebutuhan
pangan adalah hal yang paling utama dan tidak bisa ditunda atau diganti. Selain itu, biasanya
keluarga hanya membeli lauk pauk yang harganya lebih murah seperti tempe dan tahu sehingga
strategi koping dengan mengurangi pengeluaran (pangan) akan sangat jarang dilakukan.
Intensitas strategi koping dengan mengurangi pengeluaran (pangan) yang dilakukan oleh
responden Desa Kosekan masuk kategori rendah/jarang. Responden rumah tangga miskin di Desa
Kosekan jarang melakukan strategi koping dengan mengurangi pengeluaran (pangan) dapat
disebabkan karena dari hasil perhitungan terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin
di Desa Kosekan diperoleh bahwa tingkat ketahanan pangan Desa Kosekan termasuk kategori
rumah tangga tahan pangan. Jika dilihat dari frekuensi strategi koping dengan mengurangi
pengeluaran (pangan) yang sering dilakukan adalah dengan mengurangi pembelian kebutuhan
pangan dan melakukan penyimpanan makanan tidak habis untuk esok. Responden Desa Kosekan
melakukan strategi dengan mengurangi pembelian makanan. Namun, sebagai penggantinya
responden memanfaatkan lahan kosong untuk menanam sayuran untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini
terlihat pada jawaban responden Desa Kosekan untuk strategi menambah pendapatan (pangan).
44
Untuk strategi penyimpanan makanan tidak habis untuk besok juga terkait langsung dengan strategi
mengurangi pembelian makanan yang dilakukan responden Desa Kosekan. Menurut penuturan
responden bahwa dengan melakukan penyimpanan makanan untuk esok dapat mengurangi
anggaran untuk pembelian bahan makanan, karena anggaran yang seharusnya digunakan untuk
pembelian bahan makanan besok sudah tercukupi dengan simpanan makanan yang tidak habis hari
sebelumnya.
Perhitungan indeks untuk strategi koping dengan mengurangi pengeluaran (kesehatan) di
Desa Tanjang diperoleh hasil 30,46 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi
koping rendah/jarang. Sedangkan perhitungan indeks untuk strategi koping dengan mengurangi
pengeluaran (kesehatan) di Desa Kosekan diperoleh hasil 26,36 yang termasuk kategori tingkat
intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang.
Strategi koping dengan pengurangan pengeluaran (kesehatan) di Desa Tanjang dengan
frekuensi sering dilakukan adalah dengan mengganti obat mahal dengan obat yang lebih murah dan
mengganti obat dengan jamu. Astuti (2015) menyebutkan bahwa strategi mengganti obat mahal
dengan obat murah/obat generik dilakukan dengan alasan bahwa obat murah/obat generik tidak
berbeda khasiatnya dengan obat mahal. Untuk penggantian obat dengan jamu, hal ini dilakukan
karena jamu dianggap bersifat alami dan harga terjangkau. Latief (2012) menyebutkan bahwa jamu
tradisional pada umumnya tidak menimbulkan efek samping yang berarti seperti pengobatan
kimiawi. Hasil penelitian Santoso dkk (2000) menunjukkan bahwa pengobatan tradisional biaya
lebih murah dibandingkan pengobatan konvensional. Selain itu Supardi dkk (2005) menyatakan
bahwa obat tradisional dan cara tradisional dalam pengobatan sendiri, persentasenya lebih tinggi
pada kelompok usia lanjut, pendidikan tidak tamat SD, dan tinggal di desa. Untuk mayoritas
frekuensi jawaban tidak pernah dilakukan adalah berobat ke tempat pengobatan alternatif/lebih
murah, mencari tempat pengobatan gratis, menunda pengobatan anggota keluarga yang sakit, dan
mengurangi anggaran pemeriksaan kesehatan. Untuk beralih ke tempat pengobatan alternatif
mayoritas tidak dilakukan oleh responden karena responden lokasi jauh dan belum terujinya
kualitas pengobatan alternatif. Responden juga cenderung tidak pernah mencari pengobatan gratis
karena jarang diadakan pengobatan gratis. Penundaan pengobatan dan pengurangan anggaran
pemeriksaan kesehatan cenderung tidak pernah dilakukan karena responden menyadari pentingnya
kesehatan. Astuti (2015) menyatakan penundaan pengobatan tidak dilakukan karena menunda
pengobatan akan berakibat fatal pada kondisi kesehatan. Selain alasan itu mereka beranggapan
bahwa kesehatan atau berobat adalah keperluan yang tidak dapat ditunda, karena dengan menunda
untuk berobat berarti akan lebih mengalami sakit yang lebih parah lagi dan tentu akan lebih banyak
mengeluarkan biaya.
Strategi koping dengan pengurangan pengeluaran (kesehatan) di Desa Kosekan dengan
frekuensi sering dilakukan adalah mengurangi anggaran pemeriksaan kesehatan, mencari tempat
pengobatan gratis dan mengganti obat mahal dengan obat yang lebih murah. Kuseman dkk (2015)
menyatakan bahwa buruh tani di Desa Tombatu Dua Utara Kecamatan Tombatu Utara menerapkan
strategi pengontrolan konsumsi dan pengeluaran pangan dalam upaya bertahan hidup, salah satunya
dengan mengurangi pengeluaran biaya untuk kesehatan. Mayoritas responden memilih untuk
mengurangi biaya kesehatan mereka, responden memilih untuk memanfaatkan tumbuhan obat saja
ketika mereka sakit sedangkan beberapa responden lain memilih untuk hanya menggunakan obat
warung saja ketika sakit mereka belum terlalu parah. Strategi tempat pengobatan gratis dilakukan
oleh responden Desa Kosekan, hal ini juga dinyatakan dalam penelitian Winarno (2016) tentang
strategi bertahan hidup oleh mantan karyawan PT. Kertas Nusantara. Dalam penelitian tersebut,
disebutkan bahwa berobat ke puskesmas menjadi pilihan para mantan karyawan ketika sakit,
karena biaya berobat di puskesmas terjangkau bagi mereka serta adanya layanan kesehatan gratis
bagi masyarakat miskin juga menjadi faktor pendorong para mantan karyawan untuk berobat ke
puskesmas. Strategi mengganti obat mahal dengan obat yang lebih murah yang dilakukan oleh
responden Desa Kosekan serupa dengan yang dilakukan oleh responden Desa Tanjang, dengan
mengganti obat yang lebih murah diharapakan dapat mengurangi pengeluaran biaya.
Perhitungan indeks untuk strategi koping dengan mengurangi pengeluaran (lainnya) di
Desa Tanjang diperoleh hasil 45,14 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi
45
koping sedang/sering. Sedangkan perhitungan indeks untuk strategi koping dengan mengurangi
pengeluaran (lainnya) di Desa Kosekan diperoleh hasil 76,42 yang termasuk kategori tingkat
intensitas melakukan strategi koping tinggi/sangat sering.
Strategi koping dengan pengurangan pengeluaran (lainnya) di Desa Tanjang dengan
frekuensi selalu dilakukan adalah menunda pembelian barang elektronik dan mengurangi
pembelian rokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Astuti (2015) yang menyebutkan bahwa
menunda pembelian barang elektronik menjadi proporsi tertinggi yang dilakukan dalam rangka
penghematan pengeluaran. Selain itu, alasan menunda pembelian barang elektronik karena harga
barang elektronik tergolong mahal, sehingga tidak mampu membeli barang elektronik walaupun
selalu ada keinginan untuk membelinya. Sedangkan untuk mengurangi pembelian rokok menjadi
strategi yang selalu dilakukan karena rokok dianggap bukan barang prioritas kebutuhan dan hanya
membebani anggaran rumah tangga. Untuk strategi yang sering dilakukan yaitu mengurangi jumlah
pembelian pakaian, menunda pembelian perabotan rumah tangga dan mengurangi pembelian
peralatan dapur. Pembelian pakaian tidak menjadi prioritas dalam pengeluaran rumah tangga
karena responden merasa memiliki persediaan pakaian yang cukup dan layak pakai. Pembelian
perabotan rumah tangga juga dianggap tidak menjadi prioritas dalam pengeluaran rumah tangga
karena responden merasa telah memiliki cukup perabotan rumah tangga. Mengurangi pembelian
peralatan dapur juga tidak menjadi prioritas dalam pengeluaran rumah tangga karena menurut
responden peralatan dapur yang dimiliki sudah cukup tersedia dan masih berfungsi dengan baik
untuk digunakan memasak kebutuhan makan rumah tangga.
Strategi koping dengan pengurangan pengeluaran (lainnya) di Desa Kosekan dengan
frekuensi selalu dilakukan adalah mengurangi jumlah pembelian pakaian, menunda pembelian
perabotan rumah tangga, menunda pembelian peralatan dapur, menunda pembelian barang
elektronik dan mengurangi pembelian rokok. Menurut Suharto strategi bertahan hidup dalam
mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi
bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi
jaringan. Strategi yang dilakukan oleh responden Desa Kosekan termasuk dalam kategori strategi
pasif. Strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga
(misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya) dan diperkuat oleh pendapat
Kusnadi dalam Winarno (2016) yang mengatakan bahwa strategi pasif adalah strategi dimana
individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini merupakan salah satu cara
masyarakat miskin untuk bertahan hidup.
B. Strategi Koping dengan Menambah Pendapatan (Generating Income)
Perhitungan indeks untuk strategi koping dengan menambah pendapatan (pangan) di Desa
Tanjang diperoleh hasil 20,14 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi koping
rendah/jarang. Sedangkan perhitungan indeks untuk strategi koping dengan menambah pendapatan
(pangan) di Desa Kosekan diperoleh hasil 37,80 yang termasuk kategori tingkat intensitas
melakukan strategi koping rendah/jarang.
Strategi koping dengan penambahan pendapatan (pangan) di Desa Tanjang dengan
frekuensi sering dilakukan adalah memanfaatkan lahan kosong untuk menanam sayuran
dikonsumsi sendiri atau dijual. Dalam sejarah usaha pertanian, lahan pekarangan merupakan
tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan
keluarga. Pekarangan pada dasarnya adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan
biasanya dikelilingi pagar atau pembatas. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah
satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Lahan pekarangan
dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai warung hidup dan apotik hidup,
menambah pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan memberikan keindahan
dilingkungan tempat tinggal (Sukanata dkk, 2015). Dalam pemanfaatan lahan kosong atau
pekarangan rumah, penelitian yang dilakukan oleh Refliaty dan Endriani (2016) di Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi menyebutkan bahwa hasil produksi usaha tani (sayuran
organik vertikultur) dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit sebagai salah satu
sumber pangan rumah tangga memberikan total penerimaan yang di peroleh petani per tahunnya
46
sebesar Rp11.529.136,-. Rata-rata petani mendapatkan penerimaan sebesar Rp 461.165,-. Rata-rata
biaya produksi yang dikeluarkan petani setiap tahunnya adalah sebesar Rp210.586,- dan rata-rata
pendapatan per petani setiap tahunnya adalah sebesar Rp 250.597,-. Usaha tani ini layak untuk
diusahakan dengan nilai analisis R/C ratio sebesar 2,19 (R/C ratio>1). Hasil penelitian ini dapat
dijadikan dorongan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan rumah. Selain itu, dalam
penelitian Astuti dan Honorita (2012) tentang pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan
model kawasan rumah pangan lestari (M-KRPL) di Kota Bengkulu menyebutkan bahwa rumah
pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136/bulan;
menambah pendapatan keluarga rata-rata Rp. 106.447/bulan; meningkatnya minat masyarakat
mengusahakan lahan pekarangan dalam kawasan rumah pangan lestari sebesar 60% karena alasan
memenuhi kebutuhan keluarga, 37% karena alasan meningkatkan pendapatan keluarga, serta 7%
alasan karena keindahan lingkungan. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) dikemas
dengan prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Strategi koping dengan penambahan pendapatan (pangan) di Desa Kosekan dengan
frekuensi selalu dilakukan adalah memanfaatkan hasil panen untuk dikonsumsi atau dijual. Strategi
koping dengan penambahan pendapatan (pangan) dengan frekuensi sering dilakukan adalah
memanfaatkan lahan kosong untuk menanam sayuran untuk dikonsumsi sendiri atau dijual,
menjual hasil ternak, memanfaatkan hasil panen untuk dikonsumsi atau dijual dan menjual hasil
panen pemberian tetangga/saudara. Pada dasarnya, tiap strategi yang mampu dan dapat diterapkan
oleh responden Desa Kosekan maka akan dilakukan guna menambah pendapatan untuk mencukupi
kebutuhan hidup.
Perhitungan indeks untuk strategi koping dengan menambah pendapatan (kesehatan) di
Desa Tanjang diperoleh hasil 4,17 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi
koping rendah/jarang. Sedangkan perhitungan indeks untuk strategi koping dengan menambah
pendapatan (kesehatan) di Desa Kosekan diperoleh hasil 20,73 yang termasuk kategori tingkat
intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang.
Strategi koping dengan penambahan pendapatan (kesehatan) di Desa Tanjang, indeks
sangat jarang dilakukan karena responden lebih memilih untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
atau membeli obat karena dinilai lebih praktis. Selain itu, untuk meminta tanaman obat ke tetangga
atau kerabat untuk dijual tidak pernah dilakukan. Hal ini diakui karena tetangga atau kerabat
responden tidak menanam tanaman obat di pekarangan rumahnya. Kegiatan untuk menyediakan
sendiri kebutuhan obat melalui penanaman tanaman obat di pekarang belum berjalan pada rumah
tangga miskin di Desa Tanjang.
Strategi koping dengan penambahan pendapatan (kesehatan) di Desa Kosekan yang sering
dilakukan adalah memanfaatkan pekarangan untuk menanam tanaman obat. Sari dkk (2015)
menyebutkan bahwa upaya pengobatan dengan obat-obat tradisonal merupakan salah satu bentuk
peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk
menunjang pembangunan kesehatan. Lebih lanjut, Sari dkk (2015) menyebutkan dalam hasil
penelitiannya bahwa masyarakat yang menanam tanaman obat pada umumnya menggunakan hasil
tanaman obat tersebut untuk pengobatan awal sebelum berobat ke tenaga kesehatan.
Perhitungan indeks untuk strategi koping dengan menambah pendapatan (lainnya) di Desa
Tanjang diperoleh hasil 18,17 yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi koping
rendah/jarang. Sedangkan perhitungan indeks untuk strategi koping dengan menambah pendapatan
(lainnya) di Desa Kosekan diperoleh hasil 23,23 yang termasuk kategori tingkat intensitas
melakukan strategi koping rendah/jarang.
Strategi koping dengan penambahan pendapatan (lainnya) di Desa Tanjang yang selalu
dilakukan adalah ibu bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Dewi (2012) menyebutkan
bahwa saat sekarang ini wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Tuntutan sosial dan
ekonomi rumah tangga yang cukup berat mendorong wanita mencari nafkah untuk menambah
penghasilan keluarga. Motivasi wanita bekerja berdasarkan penelitian Sungkawati dan Ratnawati
(2015) diantaranya adalah pendapatan rumah tangga tidak mencukupi untuk memungkinkan
mereka hidup secara layak dan secara finansial tidak ingin tergantung pada suami.
47
Strategi koping dengan penambahan pendapatan (lainnya) di Desa Kosekan yang selalu
dilakukan adalah ibu bekerja untuk menambah pendapatan keluarga, ayah mencari pekerjaan
sampingan, ibu menambah jam kerja dari pekerjaan utama, menyuruh anak mencari nafkah untuk
membantu orang tua dan meminta bantuan keuangan pada saudara. Strategi menambah pendapatan
termasuk dalam kategori strategi aktif untuk bertahan hidup. Suharto (2009) menyatakan bahwa
strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki. Strategi ini dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala
potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan
melakukan apapun demi menambah penghasilannya). Menurut Andrianti dalam Winarno (2016),
salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kesulitan ekonomi adalah
dengan mendorong para isteri untuk ikut mencari nafkah. Bagi masyarakat yang tergolong miskin
mencari nafkah bukan hanya menjadi tanggungjawab suami semata tetapi menjadi tanggungjawab
semua anggota keluarga sehingga pada keluarga yang tergolong miskin isteri juga ikut bekerja
demi membantu menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian,
secara garis besar strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau
keluarga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga
mereka.
C. Strategi Koping Lainnya
Perhitungan indeks untuk strategi koping lainnya di Desa Tanjang diperoleh hasil 21,01
yang termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang, sedangkan
perhitungan indeks untuk strategi koping lainnya di Desa Kosekan diperoleh hasil 13,01 yang
termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang.
Strategi koping lainnya di Desa Tanjang yang sering dilakukan adalah hutang. Strategi
bertahan hidup yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah dengan berhutang (Jannah, 2013).
Hutang yang dilakukan oleh responden adalah hutang kepada kerabat atau tetangga. Untuk hutang
ke lembaga keuangan seperti bank atau koperasi jarang dilakukan oleh responden karena
persyaratan yang dinilai rumit. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Astuti (2015) yang
menyatakan bahwa berhutang ke bank atau lembaga pinjaman lainnya dikarenakan rumitnya
persyaratan yang harus diajukan. Strategi mengambil tabungan hanya dilakukan oleh satu
responden, hal ini karena tidak semua responden mampu menyisihkan pendapatannya untuk
ditabung. Strategi menggadaikan barang tidak dilakukan oleh responden. Menurut Astuti (2015),
strategi menggadaikan dan menjual barang-barang hanya sedikit dilakukan karena tidak ada barang
yang dapat digadaikan atau dijual.
Strategi koping lainnya di Desa Kosekan yang selalu dilakukan adalah hutang. Strategi
hutang dilakukan karena responden belum mampu menyisihkan pendapatannya untuk ditabung.
Kuseman dkk (2015) menyatakan bahwa alternatif strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh
buruh tani di Desa Tombatu Dua Utara Kecamatan Tombatu Utara adalah strategi pinjaman uang.
D. Keterkaitan Strategi Penanggulangan Kemiskinan oleh Pemerintah dengan Strategi Koping
Aspek Ekonomi
Strategi koping aspek ekonomi dengan mengurangi pengeluaran (Cutting Back) dari aspek
pangan berkaitan dengan strategi penanggulangan kemiskinan pemerintah yaitu isu “perluasan
perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin”. Penjabarannya yaitu pada arah
kebijakan untuk meningkatkan perluasan perlindungan sosial. Aspek Kesehatan pada strategi
koping aspek ekonomi dengan mengurangi pengeluaran (Cutting Back) berkaitan dengan isu
“perluasan perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin”. Penjabarannya yaitu
pada arah meningkatkan ketersediaan dan cakupan pelayanan dasar. Aspek lainnya pada strategi
koping aspek ekonomi dengan mengurangi pengeluaran (Cutting Back) berkaitan dengan isu
“perluasan perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin”. Penjabarannya yaitu
pada arah meningkatkan ketersediaan dan cakupan pelayanan dasar.
Strategi koping aspek ekonomi dengan menambah penghasilan (Generating Income) dari
aspek pangan berkaitan dengan strategi penanggulangan kemiskinan pemerintah yaitu isu
48
“percepatan pengurangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan”. Penjabarannya yaitu pada arah
kebijakan untuk mengurangi kemiskinan dengan memfokuskan pengembangan penghidupan
berkelanjutan pada lokasi-lokasi termiskin. Aspek Kesehatan pada strategi koping aspek ekonomi
dengan menambah penghasilan (Generating Income) berkaitan dengan isu “percepatan
pengurangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan”. Penjabarannya yaitu pada arah kebijakan
untuk mengurangi kemiskinan dengan memfokuskan pengembangan penghidupan berkelanjutan
pada lokasi-lokasi termiskin. Aspek lainnya pada strategi koping aspek ekonomi dengan menambah
penghasilan (Generating Income) berkaitan dengan isu “percepatan pengurangan kemiskinan dan
peningkatan pemerataan”. Penjabarannya yaitu pada arah kebijakan untuk mengurangi kemiskinan
dengan memfokuskan pengembangan penghidupan berkelanjutan pada lokasi-lokasi termiskin.
Strategi koping aspek ekonomi dengan lainnya tidak berkaitan langsung dengan strategi
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah. Strategi ini lebih banyak mengarah pada
upaya instan/cepat yang dilakukan rumah tangga untuk mencukupi kebutuhannya. Penjabaran
strategi yang dilakukan yaitu mengambil tabungan, hutang, menggadaikan barang, menjual barang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga di lokasi penelitian mayoritas melakukan
strategi hutang. Hutang masih dilakukan terhadap keluarga dekat karena strategi ini masih
diarahkan untuk mencukupi kebutuhan hidup saja belum mengarah pada upaya memperoleh
tambahan penghasilan. Kondisi di lokasi penelitian Desa Tanjang dan Desa Kosekan menunjukkan
bahwa peran koperasi, LKM dan Bumdes belum banyak berperan dalam upaya penanggulangan
kemiskinan di tingkat Desa.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Strategi koping aspek ekonomi yang dilakukan oleh responden rumah tangga miskin Desa
Tanjang adalah 22,08; sedangkan Desa Kosekan adalah 29,59. Indeks di kedua desa lokasi
penelitian termasuk kategori tingkat intensitas melakukan strategi koping rendah/jarang. Strategi
yang sesuai untuk rumah tangga miskin di Desa Tanjang dan Desa Kosekan adalah strategi
menambah pendapatan (generating income). Hal ini karena rumah tangga miskin di Desa Tanjang
dan Desa Kosekan belum memanfaatkan lingkungan sekitar rumahnya (pekarangan) untuk
ditanami tanaman pangan maupun obat-obatan guna menambah penghasilan rumah tangganya.
B. Saran
1). Pemerintah Daerah Kabupaten Pati (melalui Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa) melakukan sosialisasi dan bimbingan tentang
pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan maupun obat-obatan tradisional guna
menambah penghasilan rumah tangga.
2). Pemerintah Daerah Kabupaten Pati (melalui Dinas Ketahanan Pangan) melakukan sosialisasi
dan pelatihan tentang diversifikasi pangan.
3). Pemerintah Daerah Kabupaten Pati (melalui Dinas Kesehatan) memperbanyak kegiatan
pengobatan gratis dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan murah dan gratis.
4). Pemerintah Daerah Kabupaten Pati (melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa) melakukan
pelatihan untuk pemberdayaan dan optimalisasi peran Bumdes, LKM dan Koperasi Desa.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, T. W. H. 2015. Kajian Tekanan Ekonomi, Strategi Koping, dan Kesejahteraan Keluarga
Petani di Daerah Rawan Banjir. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Astuti, U. P. dan Honorita, B. 2012. Studi Ekonomi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui
Penerapan Model Kawasan Rumah Pengan Lestari (M-KRPL) di Kota Bengkulu.
http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/sosek/umi-naya-bptpbkl.doc.pdf,
diakses 20 September 2017.
49
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pati. 2017. Data Kemiskinan Kecamatan Gabus.
Pati.
Damayanti, H. O. 2018. Tingkat Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga Miskin di Daerah Rawan
Banjir (studi di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati). Jurnal
Litbang, Vol. XIV (1): 15-26.
Dewi, P. M. 2012. Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol. 5 No. 2 : 119-124.
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan. 2014. Arah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Jangka
Menengah 2015-2019. Batam: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Ernawati, R. O. 2011. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir
di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Feil, J. K. 2012. Coping with Economic Stressors: Religious and Non-religious Strategies for
Managing Psychologicak Distress. Thesis. Submitted in Partial Fulfillment of The
Requirements for Masters of Arts in Industrial/Organizational Psychology Minnesota State
University Mankato. Minnesota: Minnesota State University.
Haan L. J. D. 2000. Globalization, localization, and sustainable livelihood. Sociologia Ruralis, Vol 40
(3): 339-365.
Jannah, R. 2013. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Petani dan Strategi Bertahan Hidup pada
Petani Kopi Rakyat. Lecturer Research Report. Jember: Universitas Jember.
Kumesan, F., C. R. Ngangi, M. L. G. Tarore dan P. A. Pangemanan. Strategi Bertahan Hidup (Life
Survival Strategy) Buruh Tani di Desa Tombatu Dua Utara Kecamatan Tombatu Utara. Cocos
jurnal ilmiah fakultas pertanian Universitas Sam Ratulangi, Vol. 6 No. 16 : 41-52.
Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Jakarta: EGC.
Puspitawati, H. 1998. Poverty Level and Conflicts over Money Within Families. Thesis. Iowa: Iowa
State University.
Refliaty dan Endriani. 2016. Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi
Keluarga Melalui “ Rumah Hijau” di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, Vol. 31 No. 1 : 11-17.
Rosidah, U., Hartoyo dan Muflikhati, I. 2012. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak
pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol. 5
No. 1 : 77-87.
Santoso, S. S., Waluyo, I. dan Kasnodiharjo. 2000. Profil Penderita Diabetes Melitus yang Berobat ke
Pengobat Tradisional di DKI Jakarta, di Yogyakarta, dan Surabaya. Bulletin Penelitian
Kesehatan, Vol. 27. No. 3 : 333-345.
Sari, M. R. dan Prishardoyo, B. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerawanan Pangan Rumah
Tangga Miskin di Desa Wiru Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. JEJAK, Vol. 2 (2) :
135-143.
Sari, I. D., Yuniar, Y., Siahaan, S., Riswati dan Syaripuddin, M. 2015. Tradisi Masyarakat dalam
Penanaman dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Lekat di Pekarangan. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, Vol. 5 No. 2 : 123-132.
Suharto, E. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung : Alfabeta.
Sukanata, I. K., Budirokhman, D. dan Nurmaulana, A. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Lahan Pekarangan dalam Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (Studi
50
Kasus di KWT Dewi Srikandi Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon).
Jurnal AGRIJATI, Vol. 28 No. 1 : 1-16.
Sungkawati, E. dan Ratnawati. 2015. Motivasi Wanita Bekerja dalam Rangka Meningkatkan Perannya
di Bidang Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional 4th UNS SME’s Summit & Awards 2015
“Sinergitas Pengembangan UMKM dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” : 329-
336.
Winarno, R. F. 2016. Strategi Bertahan Hidup Mantan Karyawan PT. Kertas Nusantara di Desa
Pilanjau Kabupaten Berau (Studi Tentang Karyawan yang di Nonaktifkan di PT. Kertas
Nusantara). Ejournal Sosiatri, Vol. 4 No, 4 : 16-33.