universitas negeri semarang 2017 - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32056/1/4001413026.pdf ·...

52
EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA oleh : Flabella Rizkiana 4001413026 JURUSAN IPA TERPADU FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: dokhue

Post on 18-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

BERBASIS PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK

MENGEMBANGKAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

oleh :

Flabella Rizkiana

4001413026

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas Perangkat

Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan Multikultural dengan Model Inkuiri untuk

Mengembangkan Karakter dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa” bebas plagiat,

dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Maret 2017

Flabella Rizkiana

4001413026

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Efektivitas Perangkat Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan Multikultural

dengan Model Inkuiri untuk Mengembangkan Karakter dan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa

disusun oleh

Flabella Rizkiana

4001413026

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada

tanggal 13 Maret 2017

Panitia

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si, Akt Novi Ratna Dewi, S.Si, M.Pd

NIP. 196412231988031001 NIP. 198311102008012008

Ketua Penguji

Dr. Sri Wardani, M.Si

NIP. 195711081983032001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing I Pembimbing II

Novi Ratna Dewi, S.Si., M.Pd Muhamad Taufiq, S.Pd., M.Pd

NIP. 198311102008012008 NIP. 198603072012121001

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.”

(Albert Einstein)

Persembahan :

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya

persembahkan untuk :

1. Ibuku sayang dan Bapak yang selalu memberikan doa, cinta, kasih

sayang, pengorbanan, motivasi, dukungan dalam segala hal untuk selalu

semangat menjalani kehidupan;

2. Kakek, nenek dan keluarga besar yang selalu memberikanku dukungan

untuk semangat menempuh pendidikan;

3. Adikku Heppy Nugraheni, Aprilia Vinanti dan Khansa Labibah yang

selalu menjadi alasanku untuk semangat menjadi seorang kakak yang

patut diteladani.

4. Wawan Susanto dan Ulfiatun sebagai teman spesial yang selama ini

selalu memberikan semangat dan keceriaan;

5. Wahyu Hidayati dan teman-teman PPL SMP N 1 Ungaran tahun 2016

yang telah banyak membantuku;

6. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPA 2013 dan Keluarga BEM

FMIPA yang memberiku banyak kenangan selama menjadi mahasiswa.

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat serta

hidayah-Nya dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada

Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Efektivitas Perangkat Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan

Multikultural dengan Model Inkuiri untuk Mengembangkan Karakter dan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari

berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si, Akt selaku Dekan FMIPA Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian.

2. Novi Ratna Dewi, S.Si, M.Pd selaku Ketua Jurusan IPA Terpadu dan

dosen pembimbing pertama yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaran, memberikan dorongan dan saran-saran yang bermakna.

3. Muhamad Taufiq, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing kedua yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan dorongan dan

saran-saran yang bermakna.

4. Dr. Sri Wardani, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah memberikan

masukan- masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan maksimal.

5. Sukardi, M. Pd. selaku Kepala SMPN 1 Ungaran yang telah mengizinkan

penulis melaksanakan penelitian.

6. Elia Ling ling, S. Pd dan Ibrahim, S.Pd selaku guru IPA SMPN 1 Ungaran

yang telah memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian

dan senantiasa memberikan dukungannya.

vi

7. Peserta didik kelas VII A, VII B, VIII G dan VIII H SMPN 1 Ungaran

Tahun Ajaran 2016/2017 atas kesediaannya menjadi responden dalam

pengambilan data penelitian ini.

8. Bapak/ Ibu dosen Jurusan IPA Terpadu atas seluruh ilmu yang telah

diberikan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

9. Bapak/ Ibu guru dan karyawan SMP N 1 Ungaran atas segala bantuan

yang telah diberikan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya

dan kepada para pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada perkembangan dunia pendidikan

Semarang, Maret 2017

Penulis

vii

ABSTRAK

Rizkiana, F. 2017. Efektivitas Perangkat Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan Multikultural dengan Model Inkuiri untuk Mengembangkan Karakter dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi, Jurusan IPA Terpadu Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Utama Novi Ratna Dewi, S.Si., M. Pd. dan Pembimbing

Pendamping Muhamad Taufiq, S.Pd, M.Pd

Kata Kunci : Pendidikan Multikultural, Inkuiri, Karakter, Kemampuan Berpikir

Kritis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran IPA

berbasis pendidikan multikultural dengan model inkuiri untuk mengembangkan

karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa. Desain penelitian yang digunakan

adalah quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group design. Pengambilan sampel diakukan dengan teknik purposive sampling, diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas

kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

dokumentasi dan tes. Perkembangan karakter siswa diukur melalui proses

observasi kemudian dilihat persentase peningkatan setiap pertemuan dan di uji-t

untuk mengetahui perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil

menunjukkan bahwa perkembangan karakter siswa mengalami peningkatan pada

setiap pertemuan dan hasil uji-t menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih

tinggi daripada kelas kontrol. Kemampuan berpikir kritis diukur melalui kegiatan

pretest dan posttest kemudian dilihat peningkatan dengan menghitung N-gain,

signifikansi peningkatan melalui uji-t signifikansi dan dilihat perbedaan dengan

uji-t beda. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningatan setiap aspek berpikir

kritis siswa yang ditunjukkan dengan hasil N-gain. Hasil peningkatan yang

didapatkan signifikan dibuktikan dengan hasil perhitungan uji-t untuk

signifikansi. Kemudian, hasil uji-t beda menunjukkan bahwa kemampuan berpikir

kritis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan uraian

tersebut disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan

multikultural dengan model inkuiri efektif meningkatkan karakter dan

kemampuan berpikir kritis siswa.

viii

ABSTRACT

Rizkiana, F. 2017. The Effectiveness of Science Learning Media Based on Multicultural Education with Inquiry to Develop Character and Critical Thinking Skill. Final Project, Departmen of of Integrated Science, Faculty of Mathematics

and Natural Science, Semarang State University. First Advisor Novi Ratna Dewi,

S.Si., M. Pd. and Second Advisor Muhamad Taufiq, S.Pd, M.Pd.

Keywords : Multicultural Education, Inquiry, Character, Critical Thinking Skill

This research aims are to determine the effectiveness of science learning media

based on multicultural education with inquiry to develop character and critical

thinking skills. The design of this research is quasi-experimental design,

nonequivalent control group design. The sample was taken by using purposive

sampling technique, obtained VII A as the experimental class and VII B as the

control class. The data collection used observation, documentation and test. The

research data was obtained from the value pretest-posttest of students which

prepared based on five items of the critical thinking skill and characters

development acquired through ten items. The result showed increasing characters

of students and t-test result showed the average of experimental class result higher

than control class. N-gain and t-test showed the items of critical thinking skill

increase significantly and t-test result showed the average of experimental class

result higher than control class. Based on the result, it can be concluded that the

science learning media based on multicultural education with inquiry can increase

character and critical thinking skill of students.

ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN ...................................................................................................... ii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

PRAKATA .............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9

2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 9

2.1.1 Pendidikan Multikultural .................................................................. 9

2.1.2 Pembelajaran Inkuiri ....................................................................... 12

2.1.3 Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan Multikultural

dengan Model Inkuiri ..................................................................... 15

2.1.4 Karakter Siswa ................................................................................ 18

2.1.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ................................................. 21

2.1.6 Tema Klasifikasi ............................................................................. 23

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................. 26

2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 27

2.4 Hipotesis ................................................................................................. 29

BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 30

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 30

3.2. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30

3.3. Variabel Penelitian ................................................................................. 30

3.4. Desain Penelitian .................................................................................... 31

3.5. Prosedur Penelitian ................................................................................. 31

3.6. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 38

3.7. Metode Analisis Data Hasil Penelitian ................................................... 40

3.8. Efektivitas Pembelajaran ........................................................................ 44

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 45

4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 45

4.2. Hasil Analisis Data Penelitian ................................................................ 46

x

4.3. Pembahasan ............................................................................................ 51

BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 75

5.1 Simpulan ................................................................................................. 75

5.2 Saran ....................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

LAMPIRAN .......................................................................................................... 83

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tahapan (Sintaks) Pembelajaran Inkuiri ........................................................ 14

2.2 Tahapan Pembelajaran Inkuiri berbasis Pendidikan Multikultural ................ 17

2.3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ........................................................... 22

3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba .......................................................... 34

3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .......................................... 35

3.3 Hasil Analisis Daya Beda Soal Uji Coba ....................................................... 36

3.4 Rekapitulasi Data dan Cara Pengumpulan Data ............................................ 39

3.5 Interval Persentase Perkembangan Karakter ................................................. 41

3.6 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................. 42

4.1 Hasil Uji Normalitas Data .............................................................................. 46

4.2 Hasil Uji Homogenitas Data .......................................................................... 47

4.3 Persentase Skor Karakter Siswa per Aspek ................................................... 48

4.4 Hasil Uji-t Nilai Karakter .............................................................................. 48

4.5 Hasil Analisis Signifikansi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ........... 50

4.6 Hasil Uji-t Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................. 50

xii

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

2.1 Mikroskop ...................................................................................................... 25

2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 28

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 31

4.1 Hasil N-Gain setiap Aspek Berpikir Kritis .................................................... 49

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Mata Pelajaran ................................................................................ 84

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................. 92

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................................... 123

4. Lembar Observasi Karakter Siswa .............................................................. 147

5. Soal Tes Uji Coba Materi Klasifikasi Benda .............................................. 153

6. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Materi Klasifikasi Benda ..................................... 163

7. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Klasifikasi Benda .............. 167

8. Soal Tes Uji Coba Materi Klasifikasi Makhluk Hidup .............................. 172

9. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Materi Klasifikasi Makhluk Hidup ..................... 183

10. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal K. Makhluk Hidup ............ 187

11. Lembar Jawab Pretest dan Posttest ............................................................ 193

12. Lembar Tugas Mandiri (LTM) ................................................................... 196

13. Lembar Laporan LTM Kelas Eksperimen .................................................. 200

14. Lembar Laporan LTM Kelas Kontrol ......................................................... 207

15. Pedoman Permainan .................................................................................... 214

16. Hasil Analisis Soal Uji Coba Materi Klasifikasi Benda ............................. 228

17. Hasil Analisis Soal Uji Coba Materi Klasifikasi Makhluk Hidup............... 228

18. Perhitungan Validitas Butir Soal ................................................................ 232

19. Perhitungan Reliabilitas Soal ..................................................................... 234

20. Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal ...................................................... 235

21. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ................................................... 236

22. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen .......................................... 237

23. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol ................................................. 238

24. Perhitungan Homogenitas Awal ................................................................. 239

25. Daftar Nilai Observasi Perkembangan Karakter Kelas Eksperimen .......... 240

26. Hasil Suksesi Data Perkembangan Karakter Kelas Eksperimen ................ 242

27. Daftar Nilai Observasi Perkembangan Karakter Kelas Kontrol ................. 245

28. Hasil Suksesi Data Perkembangan Karakter Kelas Kontrol ....................... 247

29. Daftar Nilai Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ......... 250

30. Daftar Nilai Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ................ 252

31. Daftar Nilai Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ........ 254

32. Daftar Nilai Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ................ 256

33. Perhitungan Homogenitas Data Perkembangan Karakter Siswa ................ 258

34. Perhitungan Homogenitas Data Pretest ...................................................... 259

35. Perhitungan Homogenitas Data Posttest ..................................................... 260

36. Normalitas Data Perkembangan Karakter Siswa Kelas Eksperimen .......... 261

37. Normalitas Data Perkembangan Karakter Siswa Kelas Kontrol ................. 263

38. Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Kiritis Kelas Eksperimen.. 265

39. Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Kiritis Kelas Kontrol ....... 267

xiv

40. Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Kiritis Kelas Eksperimen 269 41. Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Kiritis Kelas Kontrol ...... 271 42. Perhitungan Uji Beda Data Perkembangan Karakter Siswa ....................... 273 43. Uji Signifikansi Peningkatan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ................ 274 44. Uji Signifikansi Peningkatan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ....................... 276 45. Perhitungan Uji Beda Data Kemampuan Berpikir Kritis ............................ 278 46. Contoh Lembar Observasi Karakter ............................................................ 279 47. Contoh Lembar Jawab Pretest dan Posttest Siswa ...................................... 281 48. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ......................................... 284 49. Surat Observasi ............................................................................................ 285 50. Surat Penelitian ............................................................................................ 286 51. Surat Rekomendasi Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik ........................... 287 52. Surat Rekomendasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ............................. 288 53. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...................................... 289 54. Dokumentasi ................................................................................................ 290

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang kegiatan

pendidikan nasional pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan

kemajemukan bangsa. Implikasi Undang-Undang Sisdiknas Nomor 23 Tahun

2003 telah jelas menggambarkan arah gerak penyelenggaraan pendidikan nasional

yang sesuai dengan latar belakang budaya dan kepribadian bangsa Indonesia.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari era

globalisasi yang semakin berkembang pesat.

Proses globalisasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, teknologi,

ilmu pengetahuan dan budaya. Pertukaran dalam berbagai bidang akan

memberikan variasi dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak negatif

dari pertukaran budaya adalah masuknya nilai-nilai budaya luar yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia. Apabila budaya yang tidak

sesuai budaya Indonesia tersebut masuk dan diimplementasikan oleh pelajar,

maka proses globalisasi secara tidak langsung berakibat pada merosotnya akhlak

bangsa pada generasi muda yang menjadi aset bangsa di masa depan. Menurut

Sukadi (2010), degradasi perilaku dari pelajar merupakan bentuk dari

penyimpangan budaya (cultural deviance) yang disebabkan mulai ditinggalkannya

nilai-nilai Pancasila sebagai akar budaya bangsa. Fenomena ini dapat terjadi

sebagai akibat dari adanya proses reformasi di Indonesia, pengaruh globalisasi,

dan penerapan prinsip demokrasi yang salah arah karena belum atau tidak kuatnya

keyakinan terhadap jati diri atau identitas kultural bangsa yang sesungguhnya,

yaitu nilai-nilai Pancasila.

Proses reformasi, pengaruh globalisasi dan informasi tidak mungkin dicegah

atau dibendung, yang perlu dilakukan adalah mengembangkan suatu strategi

2

supaya budaya dari berbagai belahan penjuru dunia tidak menggerus dan

menghilangkan

2

budaya lokal. Jalur pendidikan merupakan media yang efektif untuk

menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal dalam rangka menjadi

filter terhadap masuknya budaya global (Supartinah, 2014). Dalam konteks ini,

pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif, pendekatan ini sejalan

dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang termaktub dalam Undang-

Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Menurut Arifin (2012), pendidikan

multikultural dapat dijadikan instrumen strategis untuk mengembangkan

kesadaran atas kebanggaan seseorang terhadap bangsanya.

Pendidikan multikultural merupakan bentuk implementasi fungsi

pendidikan nasional untuk membentuk manusia bermartabat. Siregar (2014)

menyebutkan bahwa untuk mengimplementasikan hakekat martabat manusia

melalui pendidikan, maka perlu dipahami bahwa hakekat pendidikan adalah

membantu menemukan dan mengembangkan secara optimal ‘self hidden

potencial execellence’ anak. Salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai

tujuan dari hakekat pendidikan tersebut adalah dengan mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum yang sesuai, yang pada saat ini adalah kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 menerapkan proses pembelajaran berpendekatan saintifik

sehingga pembelajaran diharapkan berbasis inkuiri. Pembelajaran IPA dalam

kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya (Kemendikbud, 2013). Berdasarkan hasil penelitian

Anggareni et al. (2013), hasil menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian Damayanti (2013) yang

menunjukkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui

pembelajaran inkuiri dengan bantuan LKS.

Pembelajaran dengan model inkuri memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menggunakan seluruh kemampuannya untuk mencari dan menyelidiki

secara sistematis, kritis, logis, analisis dan dapat merumuskan sendiri

3

penemuannya (Anggareni et al., 2013). Proses pembelajaran yang demikian

diharapkan mampu mencetak peserta didik yang kreatif, produktif, inovatif dan

berkarakter melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

terintegrasi.

Kreativitas dan perkembangan karakter peserta didik dapat

ditumbuhkembangkan melalui media pendidikan yang digunakan. Menurut

Masrurri (2012), media pendidikan dapat digunakan untuk mempermudah

penanaman karakter berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila ke dalam jiwa peserta

didik. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis pendidikan

multikultural yaitu mengintegrasikan unsur penguatan budaya ke dalam kegiatan

pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat digunakan yaitu dengan memasukan

permainan tradisional dalam kegiatan pembelajaran sebagai salah satu media

pembelajaran. Nur (2013) menyatakan bahwa permainan tradisional mengandung

makna dan pengaruh positif terhadap perkembangan karakter anak. Hal ini juga

dikemukakan oleh Gelisli & Yasici (2015) bahwa permainan tradisional anak

mampu mengembangkan kemampuan motorik, sosial dan emosional anak.

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran IPA di

SMP N 1 Ungaran, diketahui kemampuan berpikir kritis siswa belum

berkembang. Terdapat rata-rata 5-10 anak dari total peserta didik satu kelas 35-36

anak memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

kemampuan siswa yang aktif memberikan pertanyaan, menanggapi dan menjawab

pertanyaan dengan konten yang berbeda dengan teman-teman lainnya. Data ini

didapatkan dari pengamatan guru IPA terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan jumlah yang belum signifikan dalam

kategori berpikir kritis tingkat tinggi.

Selain data berpikir kritis, melalui observasi baik secara langsung maupun

wawancara didapat bahwa karakter rata-rata peserta didik di SMP N 1 Ungaran

tergolong dalam kategori sedang sampai baik. Hal ini dikarenakan selama proses

pembelajaran IPA di SMP N 1 Ungaran sudah mengintegrasikan karakter sesuai

dengan amanat implementasi kurikulum 2013, namun proses implementasi belum

secara keseluruhan. Karakter yang ditekankan dalam pembelajaran adalah

4

karakter jujur, disiplin dan berpipikir kritis. Berdasarkan fenomena tersebut,

penguatan karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan melalui

penggunaan perangkat pembelajaran yang tepat. Hal ini karena rancangan

pembelajaran IPA berbasis multikultural saja tidak cukup karena perlu perangkat

pembelajaran yang mendukung yang digunakan pada pembelajaran di SMP

(Akhlis & Dewi, 2016).

Hasil penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran IPA

berbasis multikultural yang dilakukan oleh Akhlis & Dewi (2016) menyatakan

bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural dengan

menggunakan permainan, layak digunakan dalam pembelajaran. Produk penelitian

berupa perangkat pembelajaran berbasis pendidikan multikultural menggunakan

permainan perlu dilakukan pengimplementasian untuk mengetahui efektivitasnya

terhadap pengembangan karakter dan kemampuan berpikir siswa. Tujuan

implementasi adalah untuk mengetahui hasil efektivitas terhadap pengembangan

karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa ketika pembelajaran berorientasi

perangkat pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dengan model inkuiri.

1.2. Rumusan Masalah Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

(1) Apakah perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural

dengan model inkuiri efektif terhadap perkembangan karakter siswa?

(2) Apakah perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural

dengan model inkuiri efektif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

1.3. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

(1) Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan

multikultural dengan model inkuiri terhadap perkembangan karakter siswa.

(2) Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan

multikultural dengan model inkuiri terhadap perkembangan kemampuan

berpikir kritis siswa

5

1.4. Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi mengenai pengaruh

perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural dengan model

inkuiri terhadap perkembangan karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti

(1) Terpecahkannya masalah yang diteliti yaitu mengenai karakter dan

kemampuan berpikir kritis siswa melalui perangkat pembelajaran IPA

berbasis pendidikan multikultural dengan model inkuiri

(2) Menambah wawasan keilmuan yang dimiliki.

1.4.2.2 Bagi Guru

(1) Memberikan alternatif suatu perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan

multikultural dengan model inkuiri terhadap perkembangan karakter dan

kemampuan berpikir kritis siswa.

(2) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar.

(3) Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.4.2.3 Bagi Siswa

(1) Memberikan suasana baru dalam belajar berbasis pendidikan multikultural

sehingga karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat.

(2) Meminimalisir terjadinya penyimpangan nilai-nilai ideologi pancasila pada

siswa.

(3) Memotivasi siswa untuk lebih giat belajar.

1.4.2.4 Bagi Sekolah

(1) Menyusun program peningkatan kualitas pembelajaran.

(2) Menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam bidang kognitif,

afektif serta tertanam nilai-nilai ideologi pancasila melalui pembelajaran

berbasis pendidikan multikultural dengan model inkuiri.

6

1.5. Batasan Masalah 1.5.1 Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata efektif. Menurut Kamus Bahasa Indonesia

(2008), efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesannya) dapat membawa

hasil, berhasil guna. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai keefektifan yang

berarti keadaan berpengaruh atau keberhasilan tentang usaha dan tindakan.

Moniung (2016) menyatakan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang

menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai, sehingga kata efektivitas dapat

juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau

usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Efektivitas yang

dimaksud pada penelitian ini adalah keberhasilan implementasi perangkat

pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dengan model inkuiri sebagai

salah satu perangkat pembelajaran dimana karakter dan kemampuan berpikir kritis

siswa dapat meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari dua hal sebagai

berikut:

(1) Karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan.

(2) Rata-rata karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

1.5.2 Perangkat Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan Multikultural

Multikulturalisme menegaskan perlunya menciptakan pembelajaran di

mana berbagai perbedaan yang berkaitan dengan ras, etnis, gender, orientasi

seksual, keterbatasan, dan kelas sosial diakui dan seluruh siswa dipandang sebagai

sumber yang berharga untuk memperkaya proses belajar mengajar (Arifin, 2012).

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang

memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran (Indriastuti,

2012). Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meliputi: (a) silabus, (b)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (c) Lembar Tugas Mandiri (LTM), (d)

website pembelajaran dan (e) Tes Prestasi belajar (TPB). Perangkat pembelajaran

IPA yang diimplementasikan kepada siswa merupakan perangkat pembelajaran

berbasis pendidikan multikultural yang dikembangkan oleh Akhlis & Dewi

(2016).

7

1.5.3 Model Inkuiri

Joyce & Weil (2000) mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri

adalah melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan

menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka

mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi,

dan meminta mereka merancang cara mengatasi masalah. Menurut Wahyudin et

al. (2010), model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa

mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.

Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud dalam buku guru

(2014), menglasifikasikan inkuiri menjadi empat tingkatan, yaitu inkuiri

konfirmasi, inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing dan inkuiri terbuka.

Pembelajaran yang dirancang pada penelitian ini adalah pembelajaran berbasis

inkuiri terbimbing yang telah diintegrasikan dengan penggunaan perangkat

pembelajaran berbasis pendidikan multikultural serta berbantuan website

pembelajaran.

Pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Massialas, sebagaimana dikutip

oleh Matthew & Kenneth (2013), pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan

model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk melakukan tahap demi

tahap mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan

data informasi, memverifikasi data dan membuat simpulan.

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, guru harus melibatkan siswa secara

aktif. Guru memberikan bimbingan, kemudian secara teratur mengurangi

frekuensi bimbingan, sehingga siswa dapat menjadi penyelidik yang baik dan

pengetahuan ilmiahnya dapat terpenuhi (Yunus, 2013).

1.5.4 Karakter Siswa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan karakter sebagai

tabiat dan watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan yang lain. Menurut Budimansyah, sebagaimana dikutip oleh

Khusniati (2012), karakter itu sendiri dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai

8

kebajikan (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik)

yang tertanam dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter yang

diamati selama penelitian adalah religius, rasa hormat, kerjasama, demokrasi,

peduli sesama, tanggung jawab, disiplin, cinta damai, kreatif dan komunikatif.

1.5.5 Kemampuan Berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang

melibatkan proses kognitif, analisis, rasional, logis, dan mengajak siswa untuk

berpikir reflektif terhadap permasalahan (Ningsih, 2012). Menurut Ennis,

sebagaimana dikutip oleh Ningsih (2012), indikator berpikir terdiri dari 12

indikator dan dikelompokkan menjadi 5 keterampilan dasar yaitu memberikan

penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat

penjelasan lebih lanjut, dan strategi dan taktik. Pada penelitian ini menggunakan 5

aspek sebagaimana dikemukakan oleh Ennis.

1.5.6 Tema Klasifikasi

Tema Klasifikasi yang digunakan dalam penilitian ini merupakan

gabungan dari tema Klasifikasi Benda dan Klasifikasi Makhluk Hidup. Materi

yang diambil pada tema Klasifikasi Benda adalah materi Membedakan Makhluk

Hidup dan Tak Hidup serta materi Unsur, Senyawa dan Campuran. Materi yang

diambil pada tema Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Bagaimana

Mengelompokkan Tumbuhan dan Hewan (Kunci Dikotom) serta materi

Klasifikasi Mikroskopis dan Jamur.

9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan untuk

atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan

kultural lingkungan masyarakat tertentu bahkan dunia secara keseluruhan

(Arifudin, 2007). Khakimov sebagaimana dikutip oleh Voronchenko et al. (2015)

menyatakan bahwa pendidikan multikultural dipandang sebagai hal yang

mengaitkan satu atau lebih tradisi kebudayaan untuk menunjukaan fenomena

keanekaragaman budaya kepada siswa.

Pendidikan multikultural, dalam pelaksanaannya bertujuan untuk

mengeksplorasi perbedaan sebagai sebuah keniscayaan (anugerah Tuhan). Hal ini

sesuai dengan deskripsi pendidikan multikultural menurut Banks, sebagaimana

dikutip oleh Mahfud (2014: 175), pendidikan multikultural sebagai pendidikan

untuk “people of color”. Pada dasarnya, pendidikan multikultural tidak hanya

sebatas pendidikan berdasarkan perbedaan kebudayaan, lebih dari itu pendidikan

multikultural memandang bahwa pendidikan bukan lagi tempat diskriminasi ras,

suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga dan kecerdasan intelektual.

Pendidikan multikultural menurut Hernandez, sebagaimana dikutip oleh

Mahfud (2014; 176) menyatakan bahwa pendidikan multikultural sebagai

perspektif yang mengakui keberagaman yang dialami oleh masing-masing

individu dalam pertemuan manusia kompleks dan beragam secara kultur dan

merefleksikan petingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama,

status sosial dan

10

ekonomi. Hal ini dapat diungkapkan bahwa ruang pendidikan sebagai media

transformasi pengetahuan (transfer of knowledge) hendaknya mampu melahirkan

nilai-nilai multikulturalisme dengan cara saling menghargai dan menghormati atas

realitas yang beragam.

Hanum & Rahmadonna (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan

multikultural tidak harus merubah kurikulum yang sudah ada, namun dapat

diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Hal ini dudukung oleh penjabaran

deskripsi pembelajaran pendidikan multikultural oleh Banks, sebagaimana dikutip

oleh Omar et al. (2015), bahwa guru seharusnya memiliki dua kemampuan dalam

mengajar berbasis multikultural yaitu kesadaran dan kepekaan terhadap

keberagaman siswa.

...as the curriculum implementer, teachers should have two skills in multicultural teaching. Firstly, awareness and the complex sensitivity of the students. This means that teachers should have sensitivity to the diversity in the classroom, including self-awareness and awareness to the others as civilized human, whether the diversity are in terms of religio n, culture, ethnicity, language, economic status of the students and their background .

Pendidikan multikultural melibatkan peran guru dalam menciptakan

keadilan dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengatur situasi

pembelajaran dan memberikan aktivitas pembelajaran yang penuh solidaritas dan

saling menghargai. Perbedaan bukan lagi menjadi batasan pendidikan. Akan

tetapi, perbedaan diharapkan mampu menciptakan warna baru bagi pendidikan

yang nyaman, damai dan berkeadilan. Hanum & Rahmadonna (2010) menyatakan

bahwa hal yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang guru

yang tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional

mengajar mata pelajaran, namun guru juga harus mampu menanamkan nilai-nilai

inti dari multikultural seperti demokratis, humanisme dan pluralisme. Pendidikan

multikultural merupakan proses penenaman cara hidup menghormati, menghargai,

tulus dan toleran terhadap keragaman yang hidup di tengah-tengah masyarakat

plural.

11

Dimensi pendidikan multikultural menurut Banks, sebagaimana dikutip

Akhlis & Dewi (2016), pendidikan multikultur memiliki lima dimensi yang saling

berkaitan, yaitu : (1). Content integration: mengintegrasikan berbagai budaya dan

kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam

mata pelajaran/disiplin ilmu; (2). The Knowledge Construction Process:

membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata

pelajaran (disiplin); (3) An Equity Paedagogy: menyesuaikan metode pengajaran

dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa

yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun social; (4) Prejudice Reduction:

mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran

mereka; (5) Exercise: melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan

olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras

dalam upaya menciptakan budaya akademik.

Menurut Zamroni sebagaimana dikutip oleh Arifin (2012), beberapa tujuan

yang akan dikembangkan pada diri siswa dalam proses pendidikan multikultural,

yaitu :

a) Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis atas apa yang telah dipelajari.

b) Siswa memahami bahwa setiap ilmu pengetahuan bagaikan sebuah pisau

bermata dua: dapat dipergunakan untuk menindas atau meningkatkan

keadilan sosial.

c) Para siswa memahami bagaimana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

dimiliki dalam kehidupan

d) Siswa merasa terdorong untuk terus belajar guna mengembangkan ilmu

pengetahuan yang dikuasainya.

e) Siswa dapat memahami keterkaitan apa yang dilakukan dengan berbagai

permasalahan dalam kehidupan masyarakat-berbangsa.

Tujuan pembelajaran multikultural yang akan dicapai pada penelitian ini

adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan karakter siswa.

Kemampuan siswa dalam berpikir kritis menuntun siswa untuk melakukan segala

sesuatu sebagai proses yang dalam mengungkapkan tujuan dilengkapi alasan yang

tegas tentang suatu kepercayaan dan kegiatan yang dilakukan. Berpikir kritis

12

membuat orang menjadi memahami argumentasi berdasarkan perbedaan nilai,

memahami adanya inferensi dan mampu menginterpretasi, mampu mengenali

kesalahan, mampu menggunakan bahasa dalam berargumen, menyadari dan

mengendalikan egosentris dan emosi, dan responsif terhadap pandangan yang

berbeda.

Berpikir kritis menuntun siswa untuk bertindak sesuai dengan alasan yang

tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini akan membentuk dan

mengembangkan karakter positif siswa. Melalui pengembangan karakter,

pembelajaran dipandang tidak hanya sebatas kegiatan mendapatkan ilmu, tetapi

juga sebagai sarana untuk memahami bagaimana mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang dimiliki serta memahami keterkaitan apa yang dilakukan

dengan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat-berbangsa.

2.1.2 Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melatih siswa menemukan

masalah, mengumpulkan, mengorganisasi data, serta memecahkan masalah

berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru sehingga siswa menemukan

konsep-konsep yang diharapkan (Purnamasari, 2012). Menurut Sudrajat,

sebagaimana dikutip oleh Putri & Widiyatmoko (2013), pembelajaran inkuiri

merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau

peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Usdalifat et al. (2016) menyatakan bahwa model inkuiri adalah suatu cara

yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai

kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu yang

melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri.

Melibatkan peserta didik dalam inkuiri memungkinkan peserta didik untuk terlibat

dalam proses mental yang tinggi (penalaran) dan mengambil keputusan. Proses

pembelajaran dengan konsep siswa menemukan sendiri merupakan langkah yang

13

sejalan dengan ruh dari pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 yaitu student

center. Siswa menjadi aktor dalam proses pembelajaran dan guru sebagai

mediator dan fasilitator. Proses pembelajaran yang demikian diharapkan mampu

mencetak peserta didik yang kreatif, produktif, inovatif dan berkarakter melalui

penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.

Menurut Brickman, sebagaimana dikutip oleh Yunus (2013), pembelajaran

inkuiri dapat dibedakan menjadi empat level yaitu inkuiri konfirmasi

(confirmation), inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided

inquiry), dan inkuiri terbuka (open inquiry). Perbedaan dari keempat level inkuiri

ini dilihat dari seberapa besar keterlibatan guru atau kebebasan siswa dalam

melakukan kegiatan inkuiri.

Pembelajaran yang dirancang pada penelitian ini adalah pembelajaran

berbasis inkuiri terbimbing yang telah diintegrasikan dengan implementasi

perangkat pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dengan berbantuan

website pembeajaran. Pada pembelajaran guided inquiry, guru harus merancang

pembelajaran inkuiri yang melibatkan siswa secara aktif. Pada proses awal

pembelajaran guru memberikan banyak bimbingan kemudian secara teratur

mengurangi frekuensi bimbingan dengan demikian siswa dapat menjadi

penyelidik yang baik dan pengetahuan ilmiahnya dapat terpenuhi (Yunus, 2013).

Menurut Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Zubaidah (2014), pada

inkuiri terbimbing, guru memberikan rumusan masalah penyelidikan, dan siswa

merancang prosedur penyelidikan (metode), menguji masalah penyelidikan dan

menghasilkan penjelasan. Pada inkuiri level ini, siswa lebih terlibat daripada

inkuiri terstruktur. Pembelajaran berbasis inkuiri lebih berhasil apabila siswa

memiliki banyak kesempatan untuk belajar dan berlatih merancang percobaan dan

merekam data. Pada inkuiri terbimbing, peran ru tidak berarti pasif, tetapi aktif

mengarahkan peserta yang memerlukan bimbingan dalam penyusunan rancangan

dan pelaksanaan eksperimen. Tabel 2.1 memperlihatkan tahapan pembelajaran

guided inquiry menurut Joyce & Weil, sebagaimana dikutip oleh Zubaidah

(2014).

14

Tabel 2.1 Tahapan (Sintaks) Pembelajaran Inkuiri

Tahapan Inkuiri Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Tahap 1 Identifikasi dan

penetapan ruang

lingkup masalah

� Mengajukan masalah atau

pertanyaan untuk

dipecahkan atau diselidiki

dengan proses yang

dikaitkan dengan substansi

multikultural

� Mengidentifikasi masalah

Tahap 2 Merencanakan

dan memprediksi

hasil

� Mendorong siswa untuk

merancang prosedur atau

sarana untuk memecahan

masalah atau jawaban

pertanyaan yang diajukan

� Mendorong siswa untuk

memilih dengan tepat alat

dan bahan yang diperlukan

� Brainstorm (curah

pendapat) tentang

alternatif prosedur dan

solusi pemecahan masalah

� Memilih atau merancang

strategi pemecahan

pemecahan masalah

� Memilih alat dan bahan

yang dibutuhkan dengan

tepat

Tahap 3 Penyelidikan

untuk

pengumpulan data

� Membimbing siswa dalam

melaksanakan investigasi

dan mendorong tanggung

jawab individu para

anggota kelompok

� Mengarahkan siswa

memanfaatkan sumber daya

informasi lainnya untuk

pemecahan masalah

� Menggunakan

keterampilan proses sains

untuk mengumpulkan dan

menganalisis informasi

� Melakukan observasi,

mengumpulkan data,

berkomunikasi dan

bekerjasama dengan

anggota kelompok lainnya

Tahap 4 Interpretasi data

dan

mengembangkan

simpulan

� Membimbing siswa

mengorganisasi data

� Membimbing cara siswa

untuk mengkomunikasikan

temuan dan penjelasannya

� Mengolah data yang

terkumpul dalam bentuk

grafik dan tabel

� Menarik simpulan

� Mengomunikasikan hasil

penyelidikan

Tahap 5 Melakukan

refleksi

� Mendorong siswa untuk

berpikir atau melakukan

refleksi pada pengetahuan

yang baru mereka temukan

� Melakukan evaluasi

terhadap proses inkuiri

yang telah dilakukan

� Mengajukan pertanyaan

baru berdasarkan data

15

yang terkumpul

2.1.3 Pembelajaran IPA berbasis Pendidikan Multikultural dengan Model

Inkuiri

Pendidikan merupakan media yang efektif untuk menanamkan rasa cinta

dan bangga terhadap budaya lokal dalam rangka menjadi filter terhadap masuknya

budaya global (Supartinah, 2014). Dalam konteks ini, pendidikan multikultural

merupakan pendekatan progresif, pendekatan ini sejalan dengan prinsip

penyelenggaraan pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang Sisdiknas

Nomor 20 Tahun 2003. Menurut Arifin (2012), pendidikan multikultural dapat

dijadikan instrumen strategis untuk mengembangkan kesadaran atas kebanggaan

seseorang terhadap bangsanya.

Pendidikan multikultural, dalam pelaksanaannya bertujuan untuk

mengeksplorasi perbedaan sebagai sebuah keniscayaan (anugerah Tuhan). Hal ini

sesuai dengan deskripsi pendidikan multikultural menurut Banks, sebagaimana

dikutip oleh Mahfud (2014), pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk

people of color. Pada dasarnya, pendidikan multikultural tidak hanya sebatas

pendidikan berdasarkan perbedaan kebudayaan. Lebih dari itu pendidikan

multikultural memandang bahwa pendidikan bukan lagi tempat diskriminasi ras,

suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga dan kecerdasan intelektual. Hal ini

sesuai dengan deskripsi pembelajaran pendidikan multikultural oleh Banks,

Ladson & Billing, sebagaimana dikutip oleh Omar et al. (2015), bahwa guru

seharusnya memiliki dua kemampuan dalam mengajar berbasis multikultural yaitu

kesadaran dan kepekaan terhadap keberagaman siswa.

Pendidikan multikultural merupakan bentuk implementasi fungsi

pendidikan nasional untuk membentuk manusia bermartabat. Siregar (2014)

menyebutkan bahwa untuk mengimplementasikan hakekat martabat manusia

melalui pendidikan, maka perlu dipahami bahwa hakekat pendidikan adalah

membantu menemukan dan mengembangkan secara optimal ‘self hidden

potencial execellence’ anak. Salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai

16

tujuan dari hakekat pendidikan tersebut adalah dengan mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum yang sesuai, yang pada saat ini adalah kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 menerapkan proses pembelajaran berpendekatan saintifik

sehingga pembelajaran diharapkan berbasis inkuiri. Pembelajaran IPA dalam

kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya. Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong

untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Pembelajaran yang

menekankan penemuan sendiri merupakan hakikat pembelajaran dengan model

inkuiri.

Menurut Gulo, sebagaimana dikutip oleh Akhlis & Dewi (2014), metode

inkuiri dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga peserta

didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Berdasarkan hasil penelitian Anggareni et al. (2013), hasil menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian

Damayanti (2013) yang menunjukkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis

dapat ditingkatkan melalui pembelajaran inkuiri dengan bantuan LKS.

Pada penelitian ini pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural

dikaitkan dengan pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri. Tabel 2.2

memperlihatkan tahapan pembelajaran guided inquiry menurut Joyce and Weil,

sebagaimana dikutip oleh Zubaidah (2014) yang dikaitkan dengan prinsip dan

substansi pembelajaran berbasis multikultural.

17

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Inkuiri berbasis Pendidikan Multikultural

Tahapan

Inkuiri

Tahapan

Multikultural

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Tahap 1 Identifikasi

dan penetapan

ruang lingkup

masalah

Tahap 1 Studi

eksplorasi diri

dan

lingkungan

sosial-budaya

(lokal) siswa

yang potensial

dengan

substansi

multikultural

Mengajukan masalah

atau pertanyaan untuk

dipecahkan atau

diselidiki dengan

proses yang dikaitkan

dengan substansi

multikultural

Mengidentifikasi

masalah

Tahap 2 Merencanakan

dan

memprediksi

hasil

Tahap 2 Toleransi

dalam aktivitas

sosial sesuai

dengan

substansi

multikultural

(menghargai

setiap

perbedaan

yang muncul)

� Mendorong siswa

untuk merancang

prosedur atau sarana

untuk memecahan

masalah atau

jawaban pertanyaan

yang diajukan

� Mendorong siswa

untuk memilih

dengan tepat alat

dan bahan yang

diperlukan

� Brainstorm (curah

pendapat) tentang

alternatif prosedur

dan solusi

pemecahan masalah

� Memilih atau

merancang strategi

pemecahan

pemecahan masalah

� Memilih alat dan

bahan yang

dibutuhkan dengan

tepat

Tahap 3 Penyelidikan

untuk

pengumpulan

data

� Membimbing siswa

dalam melaksanakan

investigasi dan

mendorong

tanggung jawab

individu para

anggota kelompok

� Mengarahkan siswa

memanfaatkan

� Menggunakan

keterampilan proses

sains untuk

mengumpulkan dan

menganalisis

informasi

� Melakukan

observasi,

mengumpulkan data,

18

sumber daya

informasi lainnya

untuk pemecahan

masalah

berkomunikasi dan

bekerjasama dengan

anggota kelompok

lainnya

Tahap 4 Interpretasi

data dan

mengembangk

an simpulan

Tahap 3 Integrasi

budaya

dalam bentuk

permainan

tradisional

� Membimbing siswa

mengorganisasi data

� Membimbing cara

siswa untuk

mengkomunikasikan

temuan dan

penjelasannya

� Mengolah data yang

terkumpul dalam

bentuk grafik dan

tabel

� Menarik simpulan

� Mengomunikasikan

hasil penyelidikan

Tahap 5 Melakukan

refleksi

Tahap 4

Refleksi,

rekomendasi

dan membagun

komitmen

multikulturalis

me

� Mendorong siswa

untuk berpikir atau

melakukan refleksi

pada pengetahuan

yang baru mereka

temukan

� Melakukan evaluasi

terhadap proses

inkuiri yang telah

dilakukan

� Mengajukan

pertanyaan baru

berdasarkan data

yang terkumpul

2.1.4 Karakter Siswa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan karakter sebagai

tabiat dan watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan yang lain. Menurut Budimansyah, sebagaimana dikutip oleh

Khusniati (2012), karakter itu sendiri dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai

kebajikan (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik)

yang tertanam dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter yang

diamati selama penelitian adalah religius, jujur, toleransi, rasa ingin tahu, cinta

damai, komunikatif, demokrasi, tanggung jawab, kerja keras dan peduli sosial.

Karakter yang dijelaskan dalam buku pedoman implementasi pendidikan

budaya dan karakter bangsa menurut Puskur Balitbang Kemendiknas (2010),

adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri

19

atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat

dipercaya, dan hormat kepada orang lain.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter

bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

(1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,

kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama

dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada

nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-

nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai

dan kaidah yang berasal dari agama.

(2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila

terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-

pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,

ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter

bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang

lebih baik,

yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan

nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

(3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui

masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna

terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu.

Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat

mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan

karakter bangsa.

(4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki

setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan

di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai

nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena

20

itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam

pengembangan

pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Karakter yang berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dapat dijelaskan

menurut Aqib & Sujak, sebagaimana dikutip oleh Aini (2015) meliputi:

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila ini mengandung arti keyakinan dan pengakuan terhadap Zat Yang Maha

Esa. Nilai yang yang mencakup sila pertama ini adalah religius dan jujur.

(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sila ini mengandung makna kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan

nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan mutlak hati nurani

dengan memperlakukan sesuatu sebagaimana mestinya. Nilai kehidupan yang

tercermin dari sila kedua adalah toleransi dan rasa ingin tahu.

(3) Persatuan Indonesia.

Sila ini mengandung arti usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk

membina nasionalisme dalam negara. Nilai kehidupan yang mewakili sila

ketiga ditunjukkan melalui nilai cinta damai dan komunikatif.

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

Karakter yang keempat berasal dari filsafat sosial bahwa manusia

menghendaki hubungan, kerjasama yang baik serta saling menghormati

dengan yang lain sehingga dalam komunikasi tidak akan terjadi pertengkaran.

Sila keempat diwakili melalui karakter demokrasi dan tanggung jawab.

(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila ini mengandung arti tentang keadilan yang berlaku dalam masyarakat di

segala bidang kehidupan baik materi maupun spiritual. Nilai kehidupan yang

mencerminkan sila kelima adalah kerja keras dan peduli sosial.

Menurut Aqib & Sujak (2011) nilai-nilai yang mencakup segala aspek

kehidupan tertera dalam nilai-nilai Pancasila antara lain : (1) religius dan jujur

mewakili sila Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) toleransi, disiplin, kreatif, dan rasa

ingin tahu mewakili sila kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) kerja sama

21

mewakili sila persatuan Indonesia; (4) musyawarah, demokratis, dan tanggung

jawab mewakili sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan; dan (5) kerja keras yang mewakili sila keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter yang akan dibandingkan dalam

penelitian ini adalah karakter yang mencerminkan nilai – nilai Pancasila, diukur

dengan menggunakan lembar observasi.

2.1.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan operasi mental seperti

deduksi induksi, klasifikasi, evaluasi, dan penalaran (Muhfahroyin, 2009).

Berpikir kritis menurut Ennis sebagaimana dikutip oleh Afrizon et al. (2012),

merupakan sebuah proses yang dalam mengungkapkan tujuan yang dilengkapi

alasan yang tegas tentang suatu kepercayaan dan kegiatan yang dilakukan.

Berpikir kritis membuat orang menjadi memahami argumentasi berdasarkan

perbedaan nilai, memahami adanya inferensi dan mampu menginterpretasi,

mampu mengenali kesalahan, mampu menggunakan bahasa dalam berargumen,

menyadari dan mengendalikan egosentris dan emosi, dan responsif terhadap

pandangan yang berbeda. Menurut Johnson, sebagaimana dikutip oleh Rofiah

(2013), berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan

siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pemikiran

orang lain

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang

melibatkan proses kognitif, analisis, rasional, logis, dan mengajak siswa untuk

berpikir reflektif terhadap permasalahan (Ningsih, 2012). Menurut Elder,

sebagaimana dikutip oleh Wahyuni (2016), mengungkapkan lima ciri seseorang

yang memiliki keterampilan berpikir kritis yaitu: a) dapat memunculkan

pertanyaan dan masalah yang penting dan merumuskannya dengan jelas dan tepat;

b) dapat mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan serta menggunakan

ide-ide abstrak untuk menafsirkannya secara efektif; c) dapat menyimpulkan dan

memberikan solusi yang baik, dan mengujinya berdasarkan kriteria dan standar

yang relevan; d) memiliki keterbukaan pemikiran terhadap pemikiran, pengakuan

22

dan nilai lain; e) dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain untuk

memecahkan masalah yang kompleks.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang

melibatkan proses kognitif, analisis, rasional, logis, dan mengajak siswa untuk

berpikir reflektif terhadap permasalahan. Menurut Ennis, sebagaimana dikutip

oleh Ningsih (2012), indikator berpikir terdiri dari 12 indikator dan

dikelompokkan menjadi 5 keterampilan dasar yaitu memberikan penjelasan dasar,

membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut,

dan strategi dan taktik. Tabel 2.3 memperlihatkan indikator berpikir kritis menurut

Ennis, sebagaimana dikutip oleh Ningsih (2012). Pembelajaran dengan

menggunakan model inkuiri lebih baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dibandingkan dengan pembelajaran langsung (Sutama, 2014).

Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

No. Aspek Indikator

1. Memberikan penjelasan � Memfokuskan pertanyaan

� Menganalisis argumen

� Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi

dan pertanyaan yang menantang

2. Membangun

keterampilan dasar

� Mempertimbangkan apakah sumber dapat

dipercaya atau tidak � Mengobservasi dan mempertimbangkan suatu

laporan hasil observasi

3. Menyimpulkan � Mereduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi

� Menginduksi dan mempertimbangkan hasil

induksi

� Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

4. Memberikan penjelasan

lanjut

� Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan

suatu definisi dalam tiga dimensi

� Mengidentifikasi asumsi

5. Mengatur strategi dan

taktik

� Menentukan suatu tindakan

� Berinteraksi dengan orang lain

23

Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa karena

melalui keterampilan berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep,

mampu menerapkan konsep pada situasi yang berbeda serta lebih peka terhadap

masalah-masalah (Mairisiska, 2014). Kemampuan berpikir kritis siswa dapat

ditingkatkan melalui strategi pembelajaran inkuiri (Anggareni et al., 2013).

2.1.6 Tema Klasifikasi

Tema Klasifikasi merupakan gabungan dari tema klasifikasi benda dan

klasifikasi makhluk hidup. Materi yang diambil pada tema klasifikasi benda

adalah materi membedakan makhluk hidup dan tak hidup dan materi unsur,

senyawa dan campuran. Materi yang diambil pada tema klasifikasi makhluk

hidup adalah bagaimana mengelompokkan tumbuhan dan hewan (kunci dikotom)

serta materi klasifikasi mikroskopis dan jamur.

2.1.6.1 Materi Membedakan Makhluk Hidup dan Benda Tak Hidup

Benda diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu makhluk hidup dan

benda mati. Ciri-ciri yang ditemukan pada makhluk hidup adalah bernapas,

bergerak, membutuhkan nutrisi, tumbuh dan berkembang, berkembang biak dan

peka terhadap rangsang. Benda mati tidak memiliki ciri-ciri hidup seperti itu.

2.1.6.2 Materi Unsur, Senyawa dan Campuran

Materi di alam dapat dibagi menjadi zat tunggal dan campuran. Zat

tunggal yang ada di alam dapat dibagi menjadi unsur dan senyawa. Unsur

merupakan zat tunggal yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih

sederhana di mana akan tetap mempertahankan karakteristik asli dari unsur

tersebut. Unsur di alam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur logam dan

nonlogam.

Senyawa merupakan zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi dua jenis

atau lebih zat yang lebih sederhana dengan cara kimia. Senyawa terbentuk melalui

proses pencampuran zat secara kimia, pembakaran atau penguraian secara termal

ataupun elektrik. Sifat senyawa akan berbeda dengan unsur-unsur penyusunnya.

Materi selain zat tunggal adalah campuran. Campuran adalah suatu

materi yang terdiri atas dua zat atau lebih dan masih mempunyai sifat zat asalnya.

24

Campuran ini dibedakan menjadi campuran homogen dan campuran heterogen.

Campuran homogen adalah campuran yang bahan penyusunnya tidak dapat

dibedakan tapi masih dapat dirasakan zat-zat penyusunnya, contohnya larutan

asam, basa maupun garam. Campuran heterogen adalah campuran yang dapat

dibedakan antara zat-zat penyusunnya, contohnya campuran air dan minyak

maupun campuran air dan pasir.

2.1.6.3 Materi Mengelompokkan Tumbuhan dan Hewan (Kunci Dikotom)

Pada awalnya dalam klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan dalam

kelompok-kelompok berdasarkan persamaan ciri yang dimiliki. Kelompok-

kelompok tersebut dapat berukuran besar hingga kelompok kecil dari segi jumlah

anggota kelompoknya. Kelompok-kelompok tersebut disusun berdasarkan

persamaan dan perbedaan. Makin ke bawah persamaan yang dimiliki anggota di

dalam tingkatan klasifikasi tersebut makin banyak dan memiliki perbedaan makin

sedikit. Urutan kelompok ini disebut takson.

a) Klasfikasi Tumbuhan

Para ahli melakukan pengklasifikasian tumbuhan dengan memperhatikan

beberapa kriteria yang menjadi penentu dan selalu diperhatikan. Berikut contohya.

1. Organ perkembangbiakannya: apakah dengan spora atau dengan bunga.

2. Habitus/perawakan tumbuhan waktu hidup: apakah tegak, menjalar atau

merambat.

3. Bentuk dan ukuran daun.

4. Cara berkembang biak: seksual (generatif ) atau aseksual (vegetatif )

b) Klasifikasi Hewan

Sama halnya dengan pengklasifikasian tumbuhan, dalam mengklasifikasikan

hewan,para ahli juga mengklasifikasi dengan melihat kriteria berikut in.

1. Saluran pencernaan makanan. Hewan tingkat rendah belum punya saluran

pencernaan makanan. Hewan tingkat tinggi mempunyai lubang mulut, saluran

pencernaan, dan anus.

2. Kerangka (skeleton): apakah kerangka di luar tubuh (eksoskeleton) atau di

dalam tubuh (endoskeleton)

3. Anggota gerak: apakah berkaki dua, empat, atau tidak berkaki.

25

c) Kunci Determinasi

Kunci determinasi merupakan suatu kunci yang dipergunakan untuk

menentukan filum atau divisi, kelas, ordo, famili, genus, atau spesies. Dasar yang

dipergunakan kunci determinasi ini adalah identifikasi dari makhluk hidup dengan

menggunakan kunci dikotom.

2.1.6.4 Materi Klasifikasi Mikroskopis dan Jamur

Mikroskop adalah alat untuk mengamati benda-benda yang berukuran

sangat kecil sehingga tidak memungkinkan untuk dilihat secara langsung oleh

mata.

Gambar 2.1 Mikroskop

Salah makhluk mikroskopis adalah jamur mikroskopis. Jamur memiliki

dua jenis yaitu jamur makroskopis dan jamur mikroskopis. Jamur tidak

berklorofil, berspora, tidak mempunyai akar, batang dan daun. Jamur hidupnya di

tempat yang lembab, bersifat saprofit (organisme yang hidup dan makan dari

bahan organik yang sudah mati atau yang sudah busuk) dan parasit (organisme

yang hidup dan mengisap makanan dari organisme lain yang ditempelinya).

Tubuh jamur terdiri atas benang-benang halus yang disebut hifa yang saling

bersambungan membentuk miselium. Pada umumnya jamur berkembang biak

dengan spora yang dihasilkan oleh sporangium. Jamur dibagi menjadi enam

divisi, yaitu Myxomycotina, Oomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina,

Basidiomycotina dan Deuteromycotina.

26

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Perangkat pembelajaran IPA berbasis multikultural yang dilakukan oleh

Akhlis & Dewi (2016) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis

pendidikan multikultural dengan menggunakan permainan, layak digunakan

dalam pembelajaran. Model pendidikan yang berspektif pendidikan multikultural

dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang berpijak pada nilai-nilai

kearifan lokal seperti nilai-nilai yang terkandung dalam dolanan anak

(Murtiningsih, 2012).

Banyak peneliti yang telah meneliti tentang manfaat inkuiri dalam

pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan unjuk

kerja dan penguasaan konsep siswa. Hasil ini telah diteliti oleh Praptiwi et al.

(2012) dengan menerapkan pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing

berbantuan My Own Dictionary. Manfaat lain pembelajaran inkuiri menurut Putri

& Widiyatmoko (2013) bahwa LKS IPA Terpadu berbasis inkuiri tema darah

layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA di SMP N 2 Tengaran.

Keefektifan hasil belajar ini ditunjukkan melalui ketuntasan klasikal kelas yang

mencapai 100%. Peningkatan aktivitas siswa juga dapat terjadi pada pembelajaran

berbasis inkuiri. Purnamasari et al. (2012) telah membuktikan bahwa pemanfaatan

kunci determinasi dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri pada materi

klasifikasi makhluk hidup efektif terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa kelas

VII SMP N 16 Semarang.

Sukadi (2010) berdasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa Pendidikan

Pancasila yang dilakukan secara efektif dan berkualitas dapat meningkatkan

karakter. Penelitian tentang pembelajaran berbasis pendidikan multikultural

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Prastyawati (2015) menunjukkan hasil

bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran pendidikan multikultural berbasis proyek lebih besar dibandingkan

27

dengan hasil belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran pendidikan

multikultural dengan metode ceramah dengan media power point. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menekankan temuan sendiri atau

pembelajaran berbasis inkuiri lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar

siswa.

Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa karena

melalui keterampilan berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep,

mampu menerapkan konsep pada situasi yang berbeda serta lebih peka terhadap

masalah-masalah (Mairisiska, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih

(2012) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menerapkan model ikuiri

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran inkuiri

(Anggareni et al., 2013).

2.3 Kerangka Berpikir Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

tentang kegiatan pendidikan nasional pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa

pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan mejunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

cultural, dan kemajemukan bangsa. Hal ini memberikan potensi untuk

diterapkannya pendidikan multikultural melalui implementasi perangkat

pembelajaran berbasis pendidikan multikultural. Pembelajaran berdasarkan

Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang berorientasi aplikatif, berpikir

kritis, kemampuan belajar dan rasa ingin tahu. Hal ini memberikan potensi untuk

diterapkannya proses pembelajaran dengan model inkuiri untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Implementasi penggunaan perangkat

pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dengan model inkuiri akan

diterapkan kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga dapat

diketahui pengaruhnya terhadap karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa.

28

Kurikulum 2013 IPA

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap secara utuh.

Fakta Harapan/Teori

Ide pokok

1. UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003

2. Kurikulum 2013 1. Perangkat pembelajaran yang ada

kurang mendukung usaha guru untuk

mengaplikasikan nilai budaya yang

ada di sekitar siswa dalam

pembelajaan.

2. Kurangnya inovasi dalam bahan ajar

dan pembelajaran masih berpusat

pada guru mengakibatkan kurang

optimalnya kemandirian belajar

1. Pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta

tidak diskriminatif dengan

mejunjung tinggi hak asasi manusia,

nilai keagamaan, nilai cultural, dan

kemajemukan bangsa.

2. Proses pembelajaran berpendekatan

saintifik sehingga pembelajaran

diharapkan berbasis inkuiri

Potensi

Potensi

Pembelajaran yang melibatkan siswa

secara mandiri dan aktif

Perangkat pembelajaran berbasis

pendidikan multikultural dengan

model inkuiri

Kegunaan

Dasar Empiris

Menanamkan serta mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan

Arifin (2012), pendidikan

multikultural dapat dijadikan

instrument strategis untuk

mengembangkan kesadaran atas

kebanggaan seseorang terhadap

Materi yang diteliti

Tema klasifikasi

Solusi

Penerapan perangkat pembelajaran

berbasis pendidikan multikultural

untuk mengembangkan karakter dan

kemampuan berpikir kritis siswa.

Langkah Uji Coba

Eksperimen Kontrol

Efektivitas perangkat pembelajaran berbasis

pendidikan multikultural dengan model inkuiri

untuk mengembangkan karakter dan

kemampuan berpikir kritis siswa

Hasil

29

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berbasis

pendidikan multikultural dengan model inkuiri efektif terhadap perkembangan

karakter dan kemampuan berpikir kritis siswa.

75

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diperoleh simpulan

sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural dengan

model inkuiri efektif mengembangkan karakter siswa.

2. Perangkat pembelajaran IPA berbasis pendidikan multikultural dengan

model inkuiri efektif mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat

diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya dilakukan pembagian yang jelas antara observer satu dengan

yang lainnya agar pengamatan dapat dilakukan secara maksimal.

2. Guru seharusnya mengadakan beberapa latihan dalam menjawab pertanyaan

yang disertai alasan guna membiasakan siswa dalam berpikir kritis.

3. Guru sebaiknya memperhatikan karakteristik materi agar sesuai dengan

model yang diterapkan. Pada model inkuiri sebaiknya materi yang

diterapkan harus dapat menggali kemampuan siswa dalam melakukan

pengamatan, sehingga dapat menggali kemampuan siswa dalam

memprediksi, mengamati, menginformasikan/ menjelaskan dan

menyimpulkan.

4. Pembelajaran seharusnya dilakukan tanpa jeda istirahat agar tidak terjadi

pengulangan pengondisian peserta didik sehingga peserta didik menjadi

lebih fokus dalam melakukan aktivitas belajar.

76

DAFTAR PUSTAKA Afrizon, R., Ratnawulan, R. & Fauzi, A., 2012. Peningkatan Perilaku Berkarakter

Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang Pada

Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based

Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 1(1): 1-16. Tersedia di

http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/PENDIDIK

AN_2012/PENINGKATAN%20PERILAKU%20BERKARAKTER%20DA

N%20KETERAMPILAN%20BERPIKIR.pdf [diakses 11-08-2016].

Aini F. N. 2015. Pengaruh Lembar Tugas Mandiri Berbasis Inkuiri Menggunakan ICT pada Pembelajaran IPA untuk Menanmkan Kreativitas dan Karakter Peserta Didik. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Akhlis, I. & N. R. Dewi. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Science

Berorientasi Cultural Deviance Solution Berbasis Inkuiri Menggunakan ICT

untuk Mengembangkan Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(1): 86-94. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2905/2933 [diakses

26-04-2016].

Akhlis, I. & N. R. Dewi. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA

berbasis Pendidikan Multikultural menggunakan Permainan Tradisional

untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Unnes Science Education Journal, 5(1): 1098-1101. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/view/9569 [diakses 27-04-

2016].

Ambarsari, W., S. Santosa, & Maridi. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pembelajaran

Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(1): 81-95. Tersedia di

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bio/article/view/1441 [diakses 27-04-

2016].

Anggareni N. W, Ristiati N. P & Widiyanti L. P. M. Implementasi Strategi

Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman

Konsep IPA Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1): 1-11. Tersedia di http://119.252.161.254/e-

journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/752/538 [diakses 05-05-2016].

Aqib, Z. & Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Pemahaman Konsep.

Bandung : Yrama Widya.

Arifin H. A. R. 2012. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis

Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan : Fondasi dan Aplikasi, 1(1): 72-82. Tersedia di

http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/view/1052 [diakses 05-06-

2016].

77

Arifin Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam Kementrian Agama RI.

Arifudin. 2007. Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah.

Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan (Insania), 12(2): 1-9. Tersedia di

http://222.124.162.99/index.php/insania/article/download/252/222 [diakses

11-08-2016].

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (2nd

ed.). Jakarta: Bumi

Aksara.

A’yun, Q., N. R. Dewi, & Sudarmin. 2015. Efektivitas Model Think Pair Square

(TPS) berbasis Guided Inquiry pada Tema Sistem Transportasi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Sikap Ilmiah Siswa. Unnes Science Education Journal, 4 (3): 973-981.

Bukhori. M. A. F. 2012. Pembelajaran berbasis Inkuiri untuk Optimalisasi

Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa di SMA 4 Magelang Jawa Tengah.

Berkala Fisika Indonesia, 4(1): 11-21. Tersedia di

http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/view/235/157 [diakses 15-02-

2017].

Damayanti, I. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(3): 1-12. Tersedia di

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-

pgsd/article/view/12169 [diakses 11-08-2016].

Depdiknas. 2013. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dwijananti, P. & D. Yulianti. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis

Mahasiswa melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata

Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(2): 108-

114. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/JPFI/1122 [diakses 11-

08-2016].

Gelisli, Y. & E. Yazici. 2015. A Study into Tradisional Child Games Played In

Konya Region In Terms of Development Fields of Children, Procedia-Social and Behavioral Science, 197: 1859-1865. Tersedia di

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815042482

[diakses 20-04-2016].

Hanum F., & S. Rahmadonna. 2010. Implementasi Model Pembelajaran

Multikultural di Sekolah Dasar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 3(1): 89-102. Tersedia di

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/view/4629/3978 [diakses 01-02-

2017].

78

Hasan. S. H. 2006. Pendidikan Multikultural dalam Pengajaran Sejarah. Makalah

disajikan dalam MUKERNAS pengajaran sejarah, Direktorat Sejarah,

Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, Surabaya, 11 Juli 2006.

Istianah E. 2013. Mengingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematik dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada

Siswa SMA. Jurnal Infinity, 2(1): 43-54. Tersedia di http://e-

journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/23 [diakses 02-02-

2017].

Kawuryan. S. P. 2009. Bahan Ajar Pendidikan Multikultural. Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII (Edisi Revisi). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Khusniati. 2012. Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 1(2): 204-210. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2140/2241 [diakses

20-04-2016].

Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan.

Machin. A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan

Konservasi pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(1): 28-35. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2898/2927 [diakses

19-02-2017].

Mahfud C. 2014. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mairisiska T., Sutrisno, & Asrial. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berbasis TPACK pada Materi Sifat Koligatif Larutan untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Edu-Sains, 3(1): 28-37. Tersedia

di http://www.unja.ac.id/online-journal/online-

journal/index.php/edusains/article/view/1764/1153 [diakses 02-08-2016].

Masrurri, M. 2012. Hubungan Pemahaman Nilai-nilai Pancasila dengan

Kenakalan Remaja di Dusun Selorejo Desa Karangdiyeng Kecamatan

Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Artikel. Tersedia di http://jurnal-

online.um.ac.id/data/artikel/artikel68DE9378B49F709ADD27E729C1828FF

D.pdf [diakses 25-05-2016].

79

Matthew. B. and Kenneth. I. 2013. A Study on The Effect of Guided Inquiry

Teaching Method on Students Achievment in Logic. The International Research Journal “International Reseachers”, 2(1): 134-140. Tersedia di

http://iresearcher.org/133-

140%20BAKKE%20M.MATTHEW%20gambia.pdf [diakses 10-10-2016].

Moniung, G. E. 2016. Disiplin Aparatur Sipil Negara dalam Pelayanan Publik di

Kantor Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Eksekutif, 1(8): 1-10.

Tersedia di

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/13639/1322

5 [diakses 21-02-2017].

Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran Konstruktivistik. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 16 (1):

88-93. Tersedia di http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-

pembelajaran/article/view/2611/594 [diakses 25-05-2016].

Murtiningsih R. S. 2012. Pendidikan Multikultural melalui Dolanan Anak: Studi

tentang Dolanan Anak “Sudahmanda” dalam Pespektif Teori Pendidikan John

Dewey. Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Ningsih S. M, Bambang S. & Sopyan A. 2012. Implementasi Model Pembelajaran

Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes Physics Education Journal 1 (2):

44-52. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/view/1364/1335 [diakses

25-05-2016].

Nisa’. S, & D. Isti. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

melalui Model Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(2): 1-14.

Tersedia di http://ejournal.unesa.ac.id/article/5400/18/article.pdf [diakses 20-

02-2017].

Nur, H. 2013. Membangun Karakter Anaka melalui Permainan Tradisional.

Jurnal Pendidikan Karakter, 3(1): 87-94. Tersedia di

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1290 [diakses 25-05-

2016].

Omar, N., M. A. C. Noh., M. I. Hamzah., & L. A. Majid. 2015. Multicultural

Education Practice in Malaysia. Procedia - Social and Behavioral Sciences.

174 (1) : 1941 – 1948. Tersedia di

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815009118

[diakses 27-05-2016].

80

Praptiwi, L., Sarwi, & L. Handayani. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran

Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Unjuk Kerja Siswa SMP RSBI.

Unnes Science Education Journal, 1(2): 86-95. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/view/868 [diakses 27-05-

2016].

Prastyawati L., Hanum F. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan

Multikultural Berbasis Proyek di SMA. Jurnal Pendidikan IPS-Harmoni Sosial 2 (1). Tersedia di

http://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/4600/4495 [03-06-2016].

Purnamasari, H., M. Rahayuningsih, & Chasnah. 2012. Kunci Determinasi dan

Flashcard sebagai Media Pembelajaran Inkuiri Klasifikasi Makhluk Hidup

SMP. Unnes Science Education Journal, 1(2): 103-110. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/view/870/895 [diakses

25-04-2016].

Putri, B. K. & A. Widiyatmoko. 2013. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis

Inkuiri Tema Darah di SMP N 2 Tengaran. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,

2(2): 102-106. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/

article/download/2709/2774 [diakses 22-04-2016].

Rasyida. N., F.S. Tapilouw, & D. Priyandoko. 2015. Efektivitas Pengembangan

Praktikum Virtual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Sikap Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Metagenesis Tumbuhan Lumut dan

Paku. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.

Rofiah E., Aminah N. S., & Ekawati E., Y. 2013. Penyusunan Instrumen Tes

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika 1 (2): 17-22. Tersedia di

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2797/1913

[diakses 22-04-2016].

Roshayanti. F., M. S. Hayat, & F. P. Artharina. 2014. Penerapan Pendidikan

Karakter dalam Pembelajaran Sains melalui Model Pembelajaran berbasis

Permainan Tradisional “Engklek”. Prosiding Sains and Entrepreneurship.

Semarang: Universitas PGRI Semarang.

Setiawan H., M. A. Jamal, & A. Salam. 2016. Meningkatkan Kemampuan Proses

Sains Fisika Kelas VIII SMP Negeri 2 Juai dengan Menggunakan Model

Inkuiri Terbimbing. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(1): 35-42. Tersedia

di http://ppjp.unlam.ac.id/journals/index.php/bipf/article/view/1029 [diakses

01-02-2017].

Siregar. 2014. Perspektif Pendidikan yang Mengimplementasikan Kurikulum

2013 dalam Membangun Masyarakat Bermartabat. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan untuk perubahan masyarakat bermartabat. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

81

Sudjana. 2005. Metoda Statistika (6th

ed). Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukadi. 2010. Pemahaman dan Orientasi Nilai Pancasila Mahasiswa sebagai

Wahana Pendidikan Karakter Bangsa. Tersedia di Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43 (3): 261-271. Tersedia di

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPP/article/viewFile/131/125

[diakses 26-04-2016].

Sulistiani. E., Budiarti. R. S., & Muswita. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Lintas Minat pada Pembelajaran Biologi Kelas X IIS SMA Negeri 11

Kota Jambi. Jurnal BIODIK, 2(1): 13-19. Tersedia di http://online-

journal.unja.ac.id/index.php/bidik/article/download/3363/2544 [diakses 02-

02-2017].

Supartinah. 2014. Pemberdayaan Pendidikan berbasis Budaya Lokal: Filter

Globalisasi dalam Perubahan Sosial. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan untuk perubahan masyarakat bermartabat. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Sutama I. N., I. B. P. Arnyana, & I. B. J. Swasta. 2014. Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kinerja

Ilmiah pada Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1): 1-14.

Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id/e-

journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/1091/839 [diakses 11-08-2016].

Umah. S. K., Sudarmin, & N. R. Dewi. 2014. Pengembangan Petunjuk Praktikum

IPA Terpadu berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema Makanan dan

Kesehatan. Unnes Science Educational Journal, 3(2): 511-518. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/view/3348 [diakses 02-02-

2017].

Usdalifat S., A. Ramadhan, & S. M. Suleman. 2016. Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan

Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA Biologi Kelas VII SMP Negeri 19

Palu. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, 5(3): 1-10. Tersedia di

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JSTT/article/view/6975/5612

[diakses 11-01-2017].

Voronchenko, T., T. Klimenko, & I. Kostina. 2015. Learning To Live In A Global

World: Project-Based Learning In Multicultural Student Groups As A

Pedagogy Of Tolerance Strategy. Procedia - Social and Behavioral Sciences,

191(1): 1489 – 1495. Tersedia di

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815027329

[diakses 02-08-2016].

82

Wahyudin, Sutikno, & A. Isa. 2010. Keefektifan Pembelajaran berbantuan

Multimedia menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan

Minat dan Pemahahaman Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1): 58-62. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1105/1016 [diakses

02-08-2016].

Wahyuni S. 2016. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui

Pembelajaran IPA berbasis Problem-Based Learning. Artikel. Tersedia di

http://repository.ut.ac.id/2491/1/fmipa201146.pdf [diakses 02-08-2016].

Wihardit. K. 2010. Pendidikan Multikultural: Suatu Konsep, Pendekatan dan

Solusi. Jurnal Pendidikan, 11(2): 96-105. Tersedia di

http://jurnal.ut.ac.id/JP/article/download/354/350 [diakses 02-02-2016].

Yunus, S. R., I. G. M. Sanjaya, & B. Jatmiko. 2013. Implementasi Pembelajaran

Fisika Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Auditorik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1): 48-52. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2509/2562 [diakses

05-05-2016].

Zubaidah, S. 2013. Buku Guru IPA SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.