universitas indonesia studi polinasi dan populasi...

116
UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI Amorphophallus variabilis Bl. DI KAWASAN UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK SKRIPSI ADHITIA PRATAMA 0606069514 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI DEPOK JULI 2011 Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Upload: truongnhan

Post on 06-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI POLINASI DAN POPULASI Amorphophallus variabilis

Bl. DI KAWASAN UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK

SKRIPSI

ADHITIA PRATAMA

0606069514

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI

DEPOK

JULI 2011

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI POLINASI DAN POPULASI Amorphophallus variabilis

Bl. DI KAWASAN UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

ADHITIA PRATAMA

0606069514

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI

DEPOK

JULI 2011

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

“ Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhan) dan

Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu,

dan bukanlah kamu yang menyimpannya”

(Q.S. Al Hijr: 22)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Adhitia Pratama

NPM : 0606069514

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Juli 2011

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Adhitia Pratama

NPM : 0606069514

Program studi : Biologi

Judul Skripsi : Studi Polinasi dan Populasi Amorphophallus

variabilis Bl. di Kawasan Universitas Indonesia,

Depok

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Mega Atria, M. Si. (…………….)

Pembimbing II : Drs. Wisnu Wardhana, M.Si. (……………,)

Penguji I : Dr. Andi Salamah (…………….)

Penguji II : Drs. Erwin Nurdin, M.Si. (…………….)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 12 Juli 2011

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil ‘Alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, dan ridha-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis persembahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengeluarkan umatnya dari kegelapan

menuju jalan yang terang benderang.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit

bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Mega Atria, M. Si. selaku pembimbing I dan Drs. Wisnu Wardhana, M.Si

selaku pembimbing II, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Andi Salamah dan Drs Erwin Nurdin, M.Si selaku penguji, yang telah

memberikan banyak saran dan masukan yang sangat membangun bagi penulis.

3. Dr. Andi Salamah selaku Penasihat Akademik penulis, Dr. rer.nat. Mufti P.

Patria sebagai Kepala Departemen Biologi FMIPA UI dan Nining B.

Prhantini, M.Sc. sebagai Sekretaris Departemen Biologi FMIPA UI, yang

selalu memberikan motivasi, pengetahuan, dan pengalaman yang sangat

berharga selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi FMIPA UI, atas berbagai ilmu yang

diberikan, serta Bu Asri, Bu Ida, Pak Taryana, Pak Taryono, Bu Sofi, Bu Ros,

dan seluruh karyawan Departemen Biologi FMIPA UI.

5. Seluruh rekan-rekan penulis di Universitas Indonesia, FMIPA UI, dan

Departemen Biologi yang mendukung penulis hingga dapat menyelesaikan

studi. Khususnya rekan-rekan penulis di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan

Biologi UI, Sholia, Nabilah, Merry, dan Uswatun serta Muhaimin, Suriyanto,

Indartono, dan Wahyu yang membantu penulis dalam pengambilan data, juga

kepada Dimar A. Perdana dan the Indonesia Natural School atas peminjaman

alat-alat.serta Dita Nurul Latifah (Agronomi IPB ’06) yang memberikan akses

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

v

kepada penulis mendapatkan literatur di Perpustakaan Jurusan Agronomi

FAPERTA IPB.

6. Rekan-rekan mahasiswa, CT HMD Biologi 2008, Burhan, Mardha, Nia, Eva,

Suri, Indah, Rahmat, Maulida, Oka, dan Erna, rekan-rekan BPM FMIPA

2009, DPM UI 2010, rekan-rekan the Federation of Biology o’six (Felix),

serta guru-guru dan murid-murid SMP the Indonesia Natural School atas

bantuan moril yang diberikan selama penulis menjalankan penelitian.

7. Ibu Maspupah Bapak Ujang Hidayat serta Ibu Martini dan Bapak H.Abun S.

dan tercinta, atas segala kasih sayang, semangat, serta do’a tulus tak terputus

sepanjang kehidupan penulis. Skripsi ini hanya sebutir zarrah dari lautan bakti

penulis. Sungguh, masih sangat jauh untuk bisa membalas segala kecintaan

Mamah dan Ayah serta Nenek dan Kakek.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akan

tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis

maupun pembaca, demi pengembangan ilmu yang berkesinambungan.

Depok, Juli 2011

Penulis

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Adhitia Pratama

NPM : 0606069514

Program Studi : Biologi

Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Studi Polinasi dan Populasi Amorphophallus variabilis Bl. di Kawasan

Universitas Indonesia, Depok

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada tanggal: 12 Juli 2011

Yang menyatakan

(Adhitia Pratama)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

vii

ABSTRAK

Nama : Adhitia Pratama

Program Studi : S-1 Reguler Biologi

Judul : Studi Polinasi dan Populasi Amorphophallus variabilis Bl. di

Kawasan Universitas Indonesia, Depok

Kawasan Kampus Univesitas Indonesia merupakan habitat alami bagi tumbuhan

Amorphophallus variabilis Bl. Pengamatan dilakukan di 6 (enam) lokasi di Kawasan

Universitas Indonesia untuk mengetahui pola penyerbukan (polinasi) dan populasi A.

variabilis Bl. Berdasarkan hasil penelitian, penyerbukan A. variabilis terjadi 3 hari

setelah mekarnya spatha pada perbungaan. Polinasi kemudian diikuti dengan fase

pematangan buah yang terjadi selama 15 hari. Serangga yang berperan sebagai

penyerbuk antara lain dari suku Nitidulidae, Endomychidae, Anthomyiidae, dan

Tachinidae. Terdapat hubungan antara morfologi perbungaan dengan jumlah individu

serangga yang berkunjung. Pola sebaran populasi A. variabilis di 6 (enam) lokasi

penelitian menunjukkan pola yang mengelompok. Tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara lokasi dengan karakter morfologi A. variabilis. Dominansi berkisar

antara 0.01--0.06 frekuensi antara 0.2--0.4, dan jumlah individu / m2 berkisar antara

0.13--0.2 . Tinggi tumbuhan berkisar antara 5.2--160 cm dengan diameter 0.05--2.3

cm dengan berbagai variasi morfologi pada bagian perbungaan seperti osmofor,

spatha, dan petiolus.

Kata kunci : Amorphophallus variabilis, polinasi, populasi, Universitas

Indonesia

xiv +100 halaman : 49 gambar; 2 tabel; 13 lampiran

Daftar referensi : 46 (1937--2011)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

viii

ABSTRACT

Name : Adhitia Pratama

Study Program : S-1 Reguler Biologi

Title : Pollination and Population Study of Amorphophallus

variabilis Bl. at University of Indonesia, Depok

University of Indonesia Campus area is a natural habitat for Amorphophallus

variabilis Bl. Observations were carried out in 6 locations in the Area, University of

Indonesia to find out the pattern of pollination (pollination) and population of A.

variabilis Bl. Based on the results of research, pollination A. variabilis occurred 3

days after blooming spatha on the inflorescence. Pollination followed by fruit

ripening phase that occurred during the 15 days. Insects that act as pollinators, such

as from the tribe of Nitidulidae, Endomychidae, Anthomyiidae, and Tachinidae.

There is a relationship between the morphology of the inflorescence with the number

of individuals visiting insects. A. variabilis population distribution pattern in 6 (six)

locations showed a clumped pattern. There was no significant effect between site and

morphological characteristics of A. variabilis. Dominance ranged from 0,01 to 0.06,

frequencies between 0.2 - 0.4, and the number of individuals / m2 ranged between

0.13--0.12. Plants high ranged from 5.2 - 160 cm with a diameter of 0.05 - 2.3 cm

with a variety of inflorescence morphology in sections like osmophores, spathes, and

petioles.

Key words : Amorphophallus variabilis, pollination, population,

University of Indonesia

xiv + 100 pages : 49 pictures; 2 tables; 13 attachments

Biblioghraphy : 46 (1937--2011)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………….………...................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH......................... vi

ABSTRAK........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

PENDAHULUAN........................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

2.1 Biologi Amorhophallus variabilis ..................................................... 5

2.1.1. Karakteristik A. variabilis……………….................................... 5

2.1.2. Perbungaan A. variabilis.............................................................. 6

2.1.3. Perbuahan A. variabilis............................................................... 6

2.1.4. Pertumbuhan dan perkembangan A. variabilis............................. 7

2.2 Sebaran dan habitat A. variabilis…..................................................... 8

2.2.1 Sebaran dan jenis-jenis Amorphophallus spp.............................. 8

2.2.2. Habitat A. variabilis..................................................................... 9

2.3 Studi Polinasi...................................................................................... 11

2.3.1 Proses penyerbukan........................................................................... 11

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerbukan......................... 11

2.3.3. Agen Penyerbuk......................................................................... 12

2.3.4. Proses Penyerbukan Amorphophallus spp................................... 13

2.3.5. Serangga penyerbuk Amorphophallus spp.................................... 13

2.4. Studi Populasi...................................................................................... 16

2.4.1. Definisi Studi Populasi.................................................................. 16

2.4.2. Metode Studi Populasi................................................................... 17

2.4.2.1. Menentukan kelimpahan..................................................... 17

2.4.2.2. Menentukan pola sebaran.................................................... 18

2.5. Kawasan Universitas Indonesia Depok............................................ 21

3. METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 23

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 23

3.2 Alat dan Bahan Penelitian................................................................... 24

3.3 Cara Kerja............................................................................................ 24

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

x

3.3.1 Studi Polinasi................................................................................. 24

3.3.1.1 Penentuan lokasi sampling................................................... 24

3.3.1.2 Pengamatan pola pertumbuhaan perbungaan tumbuhan.... 24

3.3.1.3 Pengamatan aktivitas hewan pengunjung............................ 25

3.3.1.4. Pengamatan hewan pengunjung perbungaan....................... 25

3.3.1.5. Pengukuran data lingkungan............................................... 25

3.4 Analisis Data........................................................................................ 30

3.4.1 Menentukan pola pertumbuhan perbungaan.................................. 30

3.4.2. Menentukan polinator dan aktivitas polinasi................................. 30

3.4.3. Menentukan kelimpahan dan pola sebaran......................... .......... 31

3.4.4. Menentukan hubungan panjang osmofor

dan diameter spatha dengan jumlah serangga pengunjung........... 31

3.4.5 Analisis kesamaan habitat berdasarkan karakter morfologi.......... 31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 34

4.1 Gambaran Umum Penelitian.............................................................. 34

4.2 Karakteristik perbungaan Amorphophallus variabilis........................ 38

4.2.1. Batang ......................................................................................... 38

4.2.2. Umbi.............................................................................................. 39

4.2.3. Osmofor.......................................................................................... 40

4.2.4. Spatha............................................................................................ 41

4.2.5. Perbungaan Jantan....................................................................... 42

4.2.6. Perbungaan betina....................................................................... 43

4.2.7. Perbuahan.................................................................................... 44

4.3. Pertumbuhan dan perkembangan perbungaan................................... 46

4.4. Serangga pengunjung perbungaan..................................................... 55

4.4.1. Jenis serangga pengunjung perbungaan........................................ 55

4.4.2. Aktivitas serangga pengunjung perbungaan............................... 59

4.4.3. Hubungan jumlah serangga dengan ukuran perbungaan.............. 63

4.5. Proses penyerbukan............................................................................. 65

4.6. Populasi Amorphophallus variabilis................................................. 68

4.6.1. Gambaran umum populasi A. variabilis.................................... 68

4.6.2. Pola sebaran populasi................................................................. 70

4.6.3. Analisis vegetasi populasi............................................................ 71

5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 76

5.1 Kesimpulan.................................................................................. 76

5.2 Saran............................................................................................ 76

DAFTAR ACUAN................................................................................. 77

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bunga Jantan dan Betina A. variabilis................................................... 6

2.2 Habitus A. variabilis................................................................................ 8

2.3. Osmofor dan bagian-bagian lain

dalam perbungaan salah satu jenis Amorphophallus............................. 16

3.1. Skema pengukuran perbungaan A. variabilis....................................... 26

3.2. Peta pengambilan sampel perbungaan.................................................. 27

3.3 Unit sampel pada metode transek kuadrat............................................ 28

3.4. Peta lokasi pengambilan sampel studi populasi...................................... 29

3.5. Unit sampel pada metode transek garis................................................... 30

4.1 Hasil Pengamatan Pendahuluan terhadap jumlah

populasi A. Variabilis di kawasan UI

Depok........................................................................................................ 33

4.2 Pemetaan Lokasi Sampel (Lokasi 1--3)................................................. 34

4.3 Pemetaan Lokasi Sampel Perbungaan (Lokasi 4--6)............................. 35

4.4 Dendogram perbedaan lokasi berdasarkan lingkungan........................ 36

4.5 Perbedaan karakter lingkungan

(Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya) pada lokasi penelitian............ 37

4.6. Ragam batang A. variabilis.................................................................... 38

4.7. Ragam umbi A. variabilis......................................................................... 39

4.8. Ragam osmofor A. variabilis................................................................... 40

4.9. Ragam spatha A. variabilis....................................................................... 41

4.10. Bentuk perbungaan jantan A. variabilis.......................................................42

4.11. Bentuk perbungaan betina A. variabilis..................................................... 43

4.12. Bentuk perbuahan A. variabilis................................................................. 43

4.13. Diagram waktu pertumbuhan Amorphophallus variabilis....................... 49

4.14. Grafik pertumbuhan tinggi total perbungaan.......................................... 50

4.15. Grafik pertumbuhan diameter perbungaan............................................. 50

4.16. Grafik pertumbuhan panjang osmofor.................................................... 51

4.17. Grafik pertumbuhan diameter osmofor.................................................. 51

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

xii

4.18. Grafik pertumbuhan panjang spatha........................................................ 52

4.19. Grafik pertumbuhan diameter spatha...................................................... 52

4.20. Grafik pertumbuhan panjang bunga jantan............................................. 53

4.21. Grafik pertumbuhan diameter bunga jantan........................................... 53

4.22. Grafik pertumbuhan panjang perbungaan betina.................................... 54

4.23. Grafik pertumbuhan diamater perbungaan betina.................................... 54

4.24. Kumbang dari suku Nitidulidae............................................................... 55

4.25. Kumbang dari suku Endomychidae........................................................... 57

4.26. Lalat dari suku Anthomyiidae................................................................... 57

4.27. Nyamuk dari suku Culicidae................................................................... 58

4.28. Kecoa dari suku Blattidae.......................................................................... 59

4.29. Semut dari suku Formicidae....................................................................... 59

4.30. Presentase kehadiran hewan pengunjung perbungaan............................. 61

4.31. Frekuensi kehadiran hewan pengunjung di perbungaan......................... 62

4.32. Aktivitas kumbang dari suku Nitidulidae di perbungaan........................ 64

4.33. Kurva regresi linier hubungan jumlah individu serangga

pengunjung perbungaan dengan ukuran spatha.......................................... 64

4.34. Kurva regresi linier hubungan jumlah individu serangga pengunjung

perbungaaan dengan panjang osmofor...........................................................65

4.35. Perbandingan antara bunga betina yang masih

reseptif dengan yang sudah tidak reseptif.................................................... 67

4.36 Kondisi perbungaan saat spatha dan bunga jantan mengering.....................67

4.37 Kondisi perbungaan yang telah mengalami proses penyerbukan.............. 68

4.38. Perbandingan populasi vegetatif dan generatif pada Bulan Maret--Mei.... 69

4.39. Dominansi, frekuensi, dan kerapatan A. variabilis di tiap lokasi............... 73

4.40. Pola sebaran mengelompok populasi A. variabils.................................... 74

4.42 Dendogram perbedaan lokasi populasi

A. variabilis berdasarkan ukuran morfologi tumbuhan............................. 75

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Ciri-ciri Amorphophallus spp................................................................... 10

4.1. Karakteristik A. variabilis di Kawasan Universitas

Indonesia,Depok……………………………………............................... 44

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

GLOSARIUM................................................................................................ 79

Lampiran 1. Tabel hasil pengukuran tinggi total perbungaan......................... 81

Lampiran 2. Tabel hasil pengukuran panjang osmofor perbungaan............... 82

Lampiran 3. Tabel hasil pengukuran diameter osmofor................................. 83

Lampiran 4. Tabel hasil pengukuran panjang spatha...................................... 84

Lampiran 5. Tabel hasil pengukuran diameter spatha.................................... 85

Lampiran 6. Tabel hasil pengukuran panjang perbungaan betina.................. 86

Lampiran 7. Tabel hasil pengukuran diameter perbungaan betina................. 87

Lampiran 8. Tabel hasil pengukuran panjang bunga jantan........................... 88

Lampiran 9. Tabel pengukuran diameter perbungaan jantan......................... 89

Lampiran 10. Tabel hasil pengukuran diameter petiolus................................ 90

Lampiran 11. Hasil analisis regresi hubungan jumlah

serangga pengunjung dengan diameter

spatha menggunakan program SPSS 16.0................................ 91

Lampiran 12. Hasil analisis regresi hubungan

jumlah serangga pengunjung

dengan panjang osmofor menggunakan

program SPSS 16.0.................................................................. 93

Lampiran 13. Contoh penghitungan indeks pola sebaran Morisita................... 95

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

Amorphophallus variabilis atau yang dikenal dengan nama lokal iles-iles

adalah tumbuhan dari suku Araceae yang persebarannya terbatas di Pulau Jawa

(International Aroid Society 2003: 3 ). Jenis A. variabilis merupakan tumbuhan

herba terestrial dan perenial dengan umbi yang merupakan modifikasi dari batang.

Perkembangbiakan A. variabilis terjadi secara generatif dan vegetatif. Secara

generatif A. variabilis berkembangbiak dengan biji, sedangkan secara vegetatif

dengan umbi batang. Perbungaan A. variabilis muncul secara bergantian dengan

daun (Steenis, dkk 2006: 130).

Amorphophallus variabilis merupakan tumbuhan yang tersebar luas di

berbagai tipe ekosistem darat di Pulau Jawa. Pada lahan yang terganggu, A.

variabilis tumbuh sebagai tumbuhan perintis karena dapat tumbuh di semua tipe

tanah (Hetterscheid &Ittenbach 2003 : 7--9; Backer & van den Brink 1968: 113 ).

Bown (1988) menyatakan bahwa spesies Amorphophallus spp. dapat tumbuh

dengan baik di bawah naungan pada tanah dengan kelembaban tinggi, sehingga

memiliki potensi untuk ditanami dengan tanaman lain sebagai tumpang sari

(Rochedi 2004: 2). Menurut Steenis dkk. (2006: 113) A. variabilis menyukai

habitat yang dekat dengan aktivitas manusia sehingga telah lama tumbuhan

tersebut dimanfaatkan sebagai bahan pangan (Ariel 1999: 18). Tanaman A.

variabilis dapat ditanam bersama dengan tanaman sengon, lamtoro atau tanaman

pelindung lain serta dapat juga ditanam secara tumpang sari dengan tanaman

jagung, untuk mendapatkan hasil tanaman A. variabilis yang baik (Rochedi 2004:

2).

Pada masa penjajahan Jepang, masyarakat di Jepang menggunakan umbi

A. variabilis dari Jawa sebagai bahan pangan (Ariel 1999: 17). Tanaman A.

variabilis wajib ditanam di setiap pekarangan rumah pada masa tersebut.

Berdasarkan data BPS pada tahun 1983, Indonesia mengekspor umbi A. variabilis

sebanyak 973. 378 kg dengan nilai ekspor sebesar US $ 601.174. Sebagian besar

umbi A. variabilis diekspor ke Jepang, dan negara-negara Asia Timur lain seperti

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

2

Universitas Indonesia

Korea Selatan, Taiwan, dan Hongkong. Akan tetapi, selama satu dasawarsa

terakhir ekspor umbi A. variabilis semakin menurun. Pada tahun 1992, Indonesia

hanya mengekspor 317.050 kg umbi dengan nilai ekspor US $ 119.284. Hal

tersebut, disebabkan oleh belum adanya sistem pembudidayaan A. variabilis,

sehingga ketersediaan tanaman di alam semakin menurun yang menyebabkan

penurunan produksi umbi A. variabilis (Hartanto 1994: 25).

Umbi A. variabilis mengandung karbohidrat berupa glukomanan sebagai

cadangan makanan (Heyne 1987: 348; Jansen dkk 1996: 46). Glukomanan dapat

digunakan sebagai sumber serat pada makanan (Ariel 1999: 5), bahan baku

industri, laboratorium kimia, dan obat-obatan (Lahiya 1993: 13). Menurut

Rosman dan Rusli (1991: 19), tumbuhan Amorphophallus spp. memiliki

kandungan glukomanan yang berbeda-beda.

Menurut Lingga dkk. (1989: 23), belum banyak ahli agronomi yang

tertarik untuk meneliti aspek-aspek budidaya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan A. variabilis. Salah satu aspek dalam budidaya tumbuhan A.

variabilis adalah deskripsi tumbuhan. Informasi mengenai deskripsi tumbuhan

merupakan hal yang penting, karena mengandung informasi tentang ciri-ciri dan

sifat-sifat tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam penelitian

para pemulia tumbuhan dan budidaya tumbuhan.

Studi polinasi merupakan salah satu informasi yang penting dalam

budidaya tumbuhan karena menyangkut faktor-faktor yang memengaruhi

perkembangbiakan tumbuhan dan keberhasilan reproduksi merupakan hal yang

penting bagi kelestarian suatu jenis makhluk hidup (Schelhas dan Greenberg

1996: 19). Studi mengenai proses penyerbukan (polinasi) dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi reproduksi Amorphophallus secara

generatif (Rochedi 2004: 2).

Studi polinasi mengenai A. variabilis yang ditanam di Bogor pernah

dilakukan oleh Rochedi (2004) namun belum disertai data populasi dan kajian

ekologi yang mendalam dan peta sebaran jenis-jenis Amorphophallus dan

polinatornya (Rochedi 2004: 15--27). Penelitian polinasi dan populasi di alam

telah dilakukan oleh Hetterschied (1995) (Hetterschied 1996: 3). Studi polinasi

terhadap A. johnsonii di hutan hujan Ghana (Beath 1996: 1--5)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

3

Universitas Indonesia

Jenis A. variabilis seperti halnya tumbuhan tropis lain berinteraksi dengan

hewan dalam setiap proses reproduksinya (Schelhas dan Greenberg 1996: 19).

Akan tetapi, belum terdapat penelitian yang menyebutkan jenis-jeins hewan yang

berperan sebagai agen penyerbuk (polinator) pada jenis A. variabilis. Penelitian

tersebut ditujukan untuk menyediakan data dalam proses pengembangan budi

daya jenis-jenis Amorphophallus.

Deskripsi atau ciri-ciri A. variabilis saja belum dikatakan lengkap jika

tidak disertai data, pengamatan beserta pesebarannya pada setiap periode tumbuh

(Sumarwoto 2004: 1). Data berupa persebaran sekaligus faktor-faktor yang

memengaruhi persebaran A. variabilis di UI penting diketahui sebagai pelengkap

deskripsi tumbuhan tersebut secara umum. Data tersebut dapat diperoleh melalui

studi populasi dengan menentukan kelimpahan dan pola sebaran. Informasi

mengenai polinator dan populasi A.variabilis sangat diperlukan terutama untuk

mengetahui dan mengelola sumber-sumber benih (tegakan benih dan kebun

benih) agar dapat menghasilkan benih secara optimal. Apabila polinator efektif

telah diketahui , selanjutnya digunakan untuk kepentingan manajemen

penyerbukan (pollination management) (Kartikawati 2008: 2).

Universitas Indonesia memilki kawasan vegetasi seluas 100 ha dan

ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan. Kawasan Universitas Indonesia juga

diketahui sebagai habitat yang dekat dengan aktivitas manusia (Universitas

Indonesia 2011: 1) . Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

di Universitas Indonesia (UI) pada bulan Agustus -- Oktober 2010, diketahui

bahwa kawasan kampus UI adalah salah satu habitat dari A. variabilis. Oleh

karena itu, penelitian studi polinasi dan populasi A.variabillis di kawasan kampus

UI perlu dilakukan untuk mengetahui habitat ,populasi, dan proses penyerbukan

(polinasi) tumbuhan tersebut.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui fenologi pembungaan A.

variabilis, khususnya karakteristik pertumbuhan dan perkembangan bagian-

bagian bunga, proses penyerbukan, jenis-jenis hewan penyerbuk dan aktivitasnya

di perbungaan. Beserta data ekologi yang berupa deskripsi habitat, kelimpahan

dan pola sebaran populasi A. variabilis di kawasan UI Depok. Adanya data

fenologi beserta data ekologi akan memberikan informasi karakteristik tumbuhan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

4

Universitas Indonesia

beserta pertumbuhan dan deskripsi ekologi. Hasil penelitian diharapkan dapat

digunakan sebagai pedoman dalam budidaya A. variabilis di lokasi Depok dan

sekitarnya dan digunakan sebagai sumber informasi bagi para peminat, pemulia

dan peneliti A. variabilis.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

5 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIOLOGI Amorphophallus variabilis

2.1.1. Karakteristik Amorphophallus variabilis

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotiledonae

Bangsa : Arales

Suku : Araceae

Marga : Amorphophallus Blume ex Decaisne

Jenis : Amorphophallus variabilis Bl.

(Keng 1978: 83; Jansen dkk. 1996: 45)

Amorphophallus variabillis Bl. termasuk famili Araceae. Marga

Amorphophallus termasuk ke dalam sub-suku Aroidae. Jenis A. variabilis

merupakan tumbuhan terestrial yang memiliki petiolus serta batang yang

bermodifikasi menjadi umbi. Daun lengkap memiliki tiga bagian, pelepah, batang

daun, dan helaian daun. Helaian daun tunggal bercangap membentuk tiga bagian

dengan petiolus yang memanjang dari permukaan tanah. Permukaan batang rata

dan memiliki corak polos hingga berpola bintik-bintik yang bervariasi warna dan

bentuknya (Hetterscheid dan Ittenbach 2003: 7--9). Amorphophallus spp

memiliki umbi seperti tanaman talas (Colocasia esculenta Schott.) dan keladi

(Caladium bicolor (Ait.) Vent.) yang berbentuk dan terdapat di dalam tanah

(Gambar 2.2 D). Ukuran umbi yang terbentuk tergantung pada proses fotosintesis

yang terjadi sehingga faktor lingkungan seperti cahaya, udara, air, dan tanah

menjadi sangat penting (Rochedi 2004: 4).

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

6

Universitas Indonesia

2.1.2. Perbungaan Amophophallus variabilis

Perbungaan A. variabilis muncul secara bergantian dengan fase vegetatif.

Perbungaan epigin, berbentuk bunga tongkol (spadix) dengan spatha yang

melindungi bagian perbungaan (Hetterscheid & Ittenbach 2003: 7--9). Bunga

jantan dan betina dalam satu rumah (monoesis) dan terpisah di perbungaan.

Bunga monoesis A. variabilis memiliki bunga betina di posisi proksimal bunga

jantan atau perbungaan jantan berada di atas perbungaan betina dari pangkal

perbungaan (Gambar 2.1). Terdapat bagian steril di perbungaan yang berfungsi

menghasilkan aroma untuk menarik serangga, disebut osmofor (Beath 1996: 4--5).

Tangkai bunga (pedunkulus) pada A. variabillis memiliki karakter yang sama

dengan tangkai daun yaitu memiliki permukaan yang licin dan tumbuh menjulang

di atas permukaan tanah. Tinggi tangkai daun dan tangkai bunga 20--100 cm

(Hetterscheid & Ittenbach 2003: 7—9; Backer & van den Brink 1968: 113).

Gambar 2.1 Bunga Jantan dan Betina A. variabilis

[Dokumentasi Pribadi]

1

2

1 : Bunga jantan

2. Bunga betina

1 cm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

7

Universitas Indonesia

2.1.3. Perbuahan Amophophallus variabilis

Perbuahan A. variabilis terdapat di atas tangkai perbungaan yang relatif

panjang. Karakter tangkai perbungaan sama dengan tangkai daun dan bunga.

Buah menempel (sessil) pada tongkol bunga. Buah tipe beri ketika muda

berwarna hijau dan buah matang berwarna jingga bergradasi hingga merah

(Gambar 2.2 C). Biji berwarna hitam, bulat dengan raphe yang jelas

(Hetterscheid & Ittenbach 2003: 7--9). Benang sari A. variabilis seperti rambut

halus, berwarna kuning dengan ukuran relatif pendek. Kepala sari (anther)

terletak di ujung tangkai sari. Pistil berjumlah satu di tiap bunga betina. Ovari

menempel (sessil) pada bunga dan terdapat satu ovum di setiap lokul

(Hetterscheid & Ittenbach 2003: 7—9). Serbuk sari A. variabilis berukuran 53.7

hingga 60.5 µm dengan bentuk bulat dan ornamentasi psilate (Ham dkk. 2005: 6).

2.1.4. Pertumbuhan dan perkembangan

Anggota marga Amorphophallus memiliki dua fase hidup, yaitu fase

vegetatif dan fase generatif (Gambar 2.2 ). Satu individu tumbuhan mengalami

fase tersebut secara bergantian. Fase vegetatif berupa daun dan fase generatif

berupa perbungaan. Menurut Sufiani (1993), pertumbuhan umbi A. variabilis

terdiri atas dua fase yaitu fase generatif dan vegetatif dengan periode dormansi

selama dua bulan diantara kedua fase tersebut. Pada fase vegetatif terbentuk

tangkai dan daun majemuk yang berasal dari tunas pada umbi baru di atas umbi

lama (Rochedi 2004: 4). Sebagai tumbuhan perennial, fase vegetatif

Amorphophallus umumnya berakhir saat awal musim penghujan yang ditandai

oleh tumbuhnya perbungaan . Jenis Amorphophallus johnsoni di Ghana

mengawali fase generatifnya, setelah hujan pertama pada bulan Maret--Oktober.

(Hetterscheid & Ittenbach 2003: 7—9; Beath 1996: 2 ).

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

8

Universitas Indonesia

A. Fase daun; B. Fase bunga, 1. Osmofor; 2. spatha; C. Fase buah; D. Umbi

Gambar 2.2 Habitus A. variabilis.

[Dokumentasi Pribadi (A, B, dan C); International Aroid Society (D)2003: 4]

2.2. SEBARAN DAN HABITAT Amorphophallus variabilis

2.2.1 Sebaran dan jenis-jenis Amorphophallus spp

Di Pulau Jawa terdapat 7 jenis Amorphophallus yaitu Amorphophallus

decus-silvae, A. campanalatus, A. sagitattarius A. muelleri ( sin. A. oncophyllus),

A. discophorus, A. spectabilis, dan A. variabilis (Backer & van den Brink 1968 :

113; Hetterscheid 1996: 3). Diantara tumbuhan anggota suku Araceae, jenis A.

variabillis adalah jenis yang memiliki banyak keragaman dalam bentuk, corak

dan warna pada batang daun, spatha, dan osmofor dan frekuensi di daerah dataran

rendah dan pegunungan yang dekat dengan aktivitas manusia (Acebey dkk. 1999:

A B C

D

1

2

5 cm 5 cm

5 cm

5 cm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

9

Universitas Indonesia

2). Persebaran A. variabilis hanya terbatas di Pulau Jawa. Jenis A. variabilis

tumbuh sebagai tumbuhan perintis di lahan yang terganggu (Hetterscheid &

Ittenbach 2003: 7—9).

Faktor penyebar biji A. variabilis belum banyak diketahui. Diduga biji

tersebar secara alami oleh burung. Hal tersebut karena buah A. variabilis berwarna

terang dan berukuran relatif besar sehingga diduga disukai burung sebagai

makanan. Sebelumnya diketahui pada jenis A. titanum, penyebar biji adalah

burung rangkong (Hetterscheid 1995: 3). Burung bulbul juga diketahui sebagai

penyebar biji A. gigas yang persebarannya dari India hingga Sabah (Hetterscheid

&Ittenbach 2003: 7—9).

2.2.2. Habitat A. variabilis

Menurut Ermiati dan Laksmanahardja (1996: 75); Hetterscheid dan

Ittenbach (1996: 2), A. variabilis dapat tumbuh baik pada tanah berpasir,

strukturnya gembur, dan kaya unsur hara.. Steenis (1968: 113) menyatakan, A.

variabilis tumbuh di semua tipe tanah, semak-semak, hutan sekunder, hutan jati,

belukar di pemukiman dan kawasan makam tua yang ternaungi pada ketinggian

100--1000 m dpl. Selain itu juga dapat tumbuh pada wilayah yang memiliki

drainase baik, kandungan humus yang tinggi, dan memiliki pH tanah 6 - 7,5

dengan suhu optimal 25--35 oC (Jansen , dkk 1996: 47 )

Amorphophallus variabilis hanya dapat tumbuh secara alami di daerah

yang memiliki iklim dengan curah hujan yang cakupannya cukup luas

(Hetterscheid & Ittenbach 2003: 45) . Jawa juga merupakan daerah dengan

perbedaan iklim yang jelas. Di samping itu, Jawa juga merupakan daerah yang

padat dengan pemukiman. Pulau Jawa memenuhi kriteria tersebut sehingga

menjadi habitat alami bagi A. variabilis (Backer & van den Brink 1968: 130).

Perbedaan ciri-ciri A. variabilis dengan 2 (dua) jenis Amorphopallus lain di Pulau

Jawa terdapat pada tabel 2.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

10

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Ciri-ciri Amorphophallus spp.

Nama Jenis

Ciri-ciri

A. campanulatus A. variabilis Bl. A. muelleri Bl.

(Dennst.) Nicols

Persebaran Umumnya ditanam Umumnya tumbuh Tumbuh liar

di pekarangan secara liar

Warna dan

Hijau muda

sampai Sangat beraneka Hijau muda sampai

gambaran petioles tua dengan bercak ragam sampai hijau hijau tua dengan

Putih bercak putih bercak putih

Permukaan petioles Licin Kasar Licin

Warna tepi daun Hijau Hijau Ungu muda

tumbuhan muda

Pertumbuhan umbi Umbi batang Umbi batang Umbi pada

Bibit helai daun (bulbil)

Warna luar umbi Kelabu coklat Putih (hijau ungu Kelabu coklat

Batang atau kelabu bila

kena cahaya

Warna dalam umbi Kuning muda Putih Kuning

Batang sampai tua

Susunan jaringan

parenkim Jaringan tebal Jaringan halus Jaringan halus

Kadar glukomannan Sangat sedikit Rendah sampai Tinggi hingga

Sedang sangat tinggi

[Sumber : Sufiani (1993), dalam Rochedi (2004: 6)]

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

11

Universitas Indonesia

2.3 STUDI POLINASI

2.3.1 Proses penyerbukan

Polinasi atau penyerbukan tumbuhan adalah proses menempelnya

serbuk sari di kepala putik (Rusfrida 2007: 1). Proses polinasi pada

Angiospermae memiliki tahapan lepasnya serbuk sari dari bunga jantan , proses

perpindahan serbuk sari dari kepala sari (anther) ke kepala putik (stigma)

(Rochedi 2004: 7). Menurut Poehlman (1959: 373) ada beberapa jenis polinasi

atau penyerbukan yaitu penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan

silang (cross pollination). Penyerbukan sendiri adalah perpindahan serbuk sari

dari anther ke stigma dalam satu bunga atau perpindahan serbuk sari dari anther

ke stigma dalam satu tumbuhan sedangkan penyerbukan silang antar tumbuhan

yang berjenis sama.

Tumbuhan berbunga harus mampu menarik perhatian polinatornya

sehingga mendapatkan kunjungan polinator secara kontinyu dan terjamin

terjadinya transfer tepung sari yang mendukung pembuahan (Kartikawati 2008:

2). Polinator pada umumnya mengunjungi tumbuhan berbunga dengan tujuan

untuk mencari makan. Bunga yang sedang mekar (anthesis) mengandung zat gula

(nektar) yang merupakan sumber makanan bagi polinator (Duadreva dan

Pichersky 2006: 97).

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerbukan

Penyerbukan tumbuhan sangat berpengaruh pada bentuk bunga dan alat

reproduksinya. Arsitektur bunga yang meliputi ukuran, kedudukan organ

reproduksi, aksesibilitas nektar, struktur bunga dan masa pembungaan semua

mempengaruhi interaksi antara tumbuhan dengan polinatornya (Ghazoul, 1997;

Griffin dan Sedgley, 1989 dalam Kartikawati 2008: 2). Faegri dan Pijl (1979)

menyatakan bahwa, sebagian besar agen penyerbuk menunjukkan variasi yang

spesifik dalam hal ukuran tubuh, kemampuan sensorik, perilaku pencarian makan

A B

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

12

Universitas Indonesia

dan sumber energi yang dibutuhkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada

hubungan yang erat antara arsitektur pembungaan dengan tipe polinatornya

(Kartikawati 2008: 2).

Studi mengenai polinasi tidak lepas dari pembelajaran karakter

perbungaan dan karakter penyerbuk. Karakter perbungaan meliputi morfologi

perbungaan dan morfologi polen. Karakter penyerbuk meliputi jenis penyerbuk

dan perilakunya serta analisi hubungan timbal balik antara tumbuhan dengan

polinatornya. Gibernau (1999) dalam penelitiannya mengenai studi polinasi

Philodendron solimoesense melakukan pengamatan jumlah bunga yang mekar

dalam suatu periode. Diikuti dengan pengambilan data jumlah rata-rata serangga

penyerbuk di setiap perbungaan beserta identifikasi jenis serangga penyerbuk.

2.3.3 Agen Penyerbuk

Penyerbukan juga merupakan dasar pertukaran materi genetik (DNA)

antar tumbuhan. Mekanisme penyerbukan pada hampir seluruh tumbuhan

berbunga memerlukan peran agen penyerbuk sebagai vektor. Agen penyerbuk

dapat berupa abiotik misalnya angin dan air, maupun biotik yaitu berbagai jenis

hewan. Sebagian besar tumbuhan tropis berinteraksi dengan hewan dalam setiap

proses penyerbukan (Schelhas & Greenberg 1996: 19)

Bunga dapat dikunjungi oleh berbagai jenis serangga, yang kemampuan

dalam memindahkan serbuk sari bervariasi (Kartikawati 2008: 2). Buchmann dan

Nabhan pada tahun 1996, menyatakan bahwa antara seluruh agen penyerbuk

biotik, kumbang (Coleoptera) merupakan agen penyerbuk yang paling dominan,

berperan di dalam membantu penyerbukan sekitar 88,3% dari total jenis tumbuhan

berbunga / Angiospermae (Kartikawati 2008: 2).

Dalam proses penyerbukan tumbuhan berbunga terjadi hubungan timbal

balik antara tumbuhan berbunga dengan polinatornya terjadi. Interaksi tersebut

terbentuk jika tumbuhan berbunga dapat menyediakan sesuatu yang dibutuhkan

oleh polinator untuk kelangsungan hidupnya. Griffin dan Sedgley pada tahun

1989 menyatakan bahwa, ketika polinator memperoleh banyak manfaat dari

kontaknya dengan bunga, yang dapat berupa makanan, tempat berlindung dan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

13

Universitas Indonesia

membangun sarang atau tempat melakukan perkawinan maka kontak tersebut

dapat menjadi bagian yang tetap dalam hidupnya sehingga akan terbentuk

interaksi yang konstan dengan tumbuhan tersebut. (Kartikawati 2008: 2).

2.3.4. Proses Penyerbukan Amorphophallus spp.

Proses penyerbukan (polinasi) pada marga Amorphophallus relatif unik,

yaitu menggunakan osmofor pada perbungaan untuk menyebarkan odor (zat

aroma). Osmofor menghasilkan gas ammonia yang menghasilkan aroma busuk

sehingga dapat menarik penyerbuk (pollinator). Menurut Beath (1996: 7) osmofor

A. johnsoni di Ghana, akan mengeluarkan aroma di waktu petang. Sehingga

polinator tertarik untuk mendekati perbungaan dan melakukan polinasi.

Tumbuhan suku Araceae, khususnya marga Amorphophallus

menghasilkan aroma yang beraroma seperti daging busuk. Aroma tersebut

dihasilkan dari gas senyawa sulfur yang amis dan relatif mudah menguap. Jenis

Amorphophallus rivieri menghasilkan berbagai gas yang mengandung nitrogen

yaitu amoniak, trimetilamina dan skatole. Gas-gas tersebut menguap di sore hari

dan mengundang serangga untuk mengunjungi perbungaan hingga terjadi polinasi

(Dudareva & Pichersky 2006: 158;Beath 1996: 5)

2.3.5. Serangga penyerbuk Amorphophallus spp.

Menurut Bown tahun 1988 (dalam Rochedi 2004: 9), terdapat beberapa hal

yang merangsang serangga untuk hinggap pada perbungaan tumbuhan suku

Araceae, antara lain:

a. Bau atau aroma yang dihasilkan oleh perbungaan yang terbuka. Pada sebagian

besar tumbuhan Araceae, dihasilkan kombinasi senyawa yang berupa amonia,

protein dan asam amino yang membuat serangga mendatangi organ kelamin

bunga. Uap panas yang dihasilkan oleh spadix dan spatha menghasilkan efek

samping terciptanya kondisi iklim mikro yang sesuai bagi aktivitas serangga.

Uap panas tersebut adalah senyawa sulfur yang merupakan senyawa

oligosulfida

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

14

Universitas Indonesia

b. Struktur spatha dan spadix pada perbungaan yang berbentuk cawan

menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai (kelembaban dan kehangatan)

bagi serangga untuk mencari makan atau melakukan perkawinan.

c. Warna dan struktur perbungaan seperti jaringan yang sudah layu dan berwarna

kehijauan hingga merah kecoklatan. Struktur tersebut menarik serangga yang

memiliki kebiasaan hinggap pada tumbuhan yang mati. Sebagian besar

pengunjung perbungaan Amorphophallus spp. adalah serangga yang suka

hinggap pada tumbuhan mati.

Menurut Waddington (1983) serangga polinator dalam aktivitasnya

memiliki kemampuan sensorik dalam menentukan jenis tumbuhan yang sesuai

untuk mencari makanan, melakukan perkawinan, dan meletakkan telur.

Kemampuan sensorik tersebut terdiri atas kemampuan pada indera penerima

rangsang seperti :

a. Indera penglihatan

Penglihatan pada serangga berdasarkan pada pentulan cahaya dari objek

tertentu yang dipantulkan dalam bentuk bayangan pada mata faset (majemuk).

Struktur mata faset serangga berupa kumpulan unit fotoreseptif. Lebah madu,

kupu-kupu, dan jenis-jenis kumbang memiliki penglihatan trichromatic yaitu

mampu membedakan tiga warna. Rentang sensitivitas penglihatan pada kumbang

berkisar antara kuning sampai jingga pada panjang gelombang 650 nm dan UV

300 nm. Struktur mata serangga juga memiliki kemampuan untuk melihat

polarisasi cahaya dan dengan kemampuan tersebut, serangga dapat menentukan

arah pulang, tempat mencari makan dan membantu pergerakan di antara bunga

berdasarkan posisi matahari.

b. Indera penciuman

Kumbang dapat membedakan berbagai jenis aroma dan memiliki

ketajaman penciuman dan memiliki kemampuan untuk membedakan intensitas

aroma yang melebihi ambang batas.

c. Indera perasa

Indera perasa pada polinator berfungsi untuk menentukan jenis nutrisi dari

berbagai jenis makanan yang tersedia. Lebah madu memanfaatkan tiga komponen

gula pada nektar (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) untuk membedakan rasa. Kadar

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

15

Universitas Indonesia

gula yang biasa diterima oleh lebah madu berkisar antara 2--4 % dengan

perbedaan konsentrasi sukrosa pada madu ± 5 %.

d. Masa polinasi

Masa kedatangan serangga polinator sangat dipengaruhi oleh terbentuknya

nektar pada tumbuhan. Pembentukan nektar terjadi selama beberapa hari dan

terdapat perbedaan waktu antara setiap individu tumbuhan, sehingga polinator

memiliki sensitivitas terhadap waktu terbentuknya madu (Rochedi 2004: 9).

Polinator A. variabilis adalah organisme yang tertarik terhadap aroma

busuk yang dikeluarkan osmofor . Osmofor adalah organ perbungaan yang

meghasilkan aroma busuk (Gambar 2.3). Tumbuhan yang mengeluarkan aroma

seperti hewan mati pada umunya dipolinasi oleh serangga. Serangga yang umum

sebagai polinator adalah kumbang Coleoptera dari suku Silphidae, Staphylinidae,

Dermestidae dan lalat dari suku Calliphoridae, Sarcophagidae, Muscidae,

Anthomyiidae, dan Drosophillidae. Kelompok serangga tersebut tertarik oleh

senyawa sulfur (oligosulfida) yang dihasilkan tumbuhan sehingga berkunjung ke

bunga. Polinasi terjadi ketika secara tidak disengaja, sehingga serangga

menempelkan serbuk sari ke kepala putik. Kumbang carrion (suku Silphidae),

kumbang rove ( Staphylinidae, Scrabaeideae) adalah merupakan serangga yang

sering mengunjungi perbungaan Amorphophallus dan berperan sebagai polinator

yang baik (Dudareva dan Pichersky 2006 : 158).

Pijl (1937: 50) melakukan penelitian terhadap polinator tiga jenis

Amorphophallus (A. muelleri, A. titanum,dan A. variabilis). Hasil penelitian

menunjukkan pollinator ketiga jenis Amorphophallus tersebut adalah kumbang

carrion (suku Silphidae) atau kumbang rove (suku Staphylinidae) . Jenis-jenis

kumbang tersebut diketahui sebagai serangga yang menyukai aroma busuk. Hal

yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian Beath (1996: 4) mengenai polinasi

A. johnsoni oleh kumbang carrion di Ghana.

Hasil Penelitian Pijl (1937:50) menunjukkan, serangga penyerbuk A.

variabillis dari fase telur hingga dewasa berada di perbungaan. Serangga tersebut

melakukan fase reproduksi di perbungaan A. variabilis. Berdasarkan penelitian

Rochedi (2004), polinasi pada A. variabilis dibantu oleh kumbang dari suku

Nitidulidae dan lebah dari suku Apidae, . Serangga tersebut datang pada pukul

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

16

Universitas Indonesia

Foto habitus perbungaan

16.30 sore dan pergi 3 jam kemudian dan terjadi selama beberapa hari.

Kedatangan serangga tersebut sebagai respon dari aroma yang dikeluarkan oleh

perbungaan (Rochedi 2004: 10)

Gambar 2.3. Osmofor dan bagian-bagian lain dalam perbungaan salah satu jenis

Amorphophallus

[Sumber: Beath 1996:3]

2.4 STUDI POPULASI

2.4.1. Definisi Studi Populasi

Menurut Krebs tahun 1999 (dalam Ngabekti 2003), populasi adalah

sekelompok makhluk hidup yang sama jenisnya dan mendiami suatu ruang dan

waktu tertentu (Purborini 2006: 9). Populasi mempunyai dua karakteristik dasar

yaitu karakteristik biologi yang merupakan ciri yang dipunyai oleh individu-

individu pembangun populasi, dan karakteristik statistik yang merupakan ciri

uniknya sebagai himpunan individu. Karakteristik biologis populasi adalah

(Odum,1993: 23),

1 cm

osmofor

bunga

jantan

bunga

betina

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

17

Universitas Indonesia

a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang bersifat ada yang konstan atau

mengalami perubahan sejalan dengan waktu.

b. Mempunyai ontogeni atau sejarah hidup.

c. Dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan dapat memberikan respon

terhadap faktor lingkungan.

d. Mempunyai hereditas atau mampu bereproduksi.

e. Terintegrasi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan.

Karakteristik statistik timbul sebagai akibat aktivitas kelompok individu

yang berinteraksi. Karakteristik statistik populasi adalah (Odum 1993: 24):

a. Kelimpahan dan kerapatan populasi

b. Sebaran umur

c. Distribusi atau dispersi individu-individu dalam populasi

d. Potensi biotik

e. Bentuk pertumbuhan

Studi mengenai populasi dapat dilakukan untuk membuktikan karakteristik

biologis populasi maupun karakteristik statistik populasi. Interaksi antar makhluk

hidup di alam dengan suatu populasi dapat dibuktikan melalui karakteristik

statistik populasi. Kelimpahan dan sebaran (distribusi) merupakan salah satu

karakteristik yang digunakan untuk mengukur struktur suatu populasi vegetasi.

Pengetahuan mengenai sebaran spasial (distribusi dan kerapatan) dapat digunakan

sebagai masukan positif dalam penentuan strategi pengelolaan hutan produksi

yang optimal dengan tetap memperhatikan segi ekologinya (Purborini 2006: 1).

Studi populasi digunakan sebagai pendukung data pada studi polinasi.

Beath (1996: 1) dan Gibernau (1999: 3) melakukan studi populasi pada tumbuhan

dari suku Araceae sebagai studi pendahuluan dari studi polinasi. Data dari studi

populasi digunakan sebagai gambaran objek penelitian studi polinasi yang berupa

profil habitat, frekuensinya, dan pola sebarannya di alam. Punekan dan Kumaran

(2010: 3) menggunakan data populasi jenis-jenis Amorphophallus di India dalam

studi polinasi dan digunakan sebagai gambaran sebaran tumbuhan beserta

polinatornya di tiap-tiap lokasi. Beath (1996: 4--6) menggunakan data

kelimpahan dan Punekan dan Kumaran (2010: 3) menggunakan data pola sebaran

dalam studi populasi

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

18

Universitas Indonesia

2.4.2. Metode Studi Populasi

2.4.2.1. Menentukan kelimpahan

Kelimpahan ditentukan dengan menentukan dominansinya dengan rumus

berikut :

Dominansi :

Frekuensi kehadiran sampel juga ditentukan dengan rumus:

Frekuensi :

2.4.2.2. Menentukan pola sebaran

Pola sebaran digunakan untuk mengetahui sifat-sifat persebaran suatu

populasi dalam suatu habitat. Pola sebaran suatu populasi perlu diketahui karena

sebagian besar populasi makhluk hidup merupakan populasi yang terpola

persebarannya. Dibutuhkan metode untuk mengetahui pola sebaran populasi. Hal

tersebut agar pola sebaran dapat dijelaskan secara objektif sehingga dapat

dijadikan sebuah dasar ilmiah (Krebs 1999: 47).

Penentuan pola sebaran, memerlukan satu set data yang berupa jumlah

individu per populasi yang ditemukan di setiap n kuadrat. Pola sebaran

ditentukan dengan sebuah indeks yang disebut dengan indeks sebaran (indice of

dispersion). Metode yang digunakan untuk menentukan indeks sebaran harus

memenuhi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Harus memiliki cara yang mudah untuk menentukan perbedaan pola sebaran,

mulai dari yang seragam, acak, ataupun mengelompok.

2. Kesimpulan yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh kepadatan, jumlah sampel,

atau variasi lain yang terdapat dalam suatu kuadrat sampel.

3. Harus dapat diuji secara statistik agar dapat dibandingkan pola sebaran dua

populasi untuk diuji signifikansinya

(Krebs 1999: 49)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

19

Universitas Indonesia

Terdapat 5 (lima) uji untuk mengetahui indeks sebaran yaitu:

1. Variance to mean ratio

2. k of the negative binominal

3. Koefisien Green

4. Indeks sebaran Morisita

5. Indeks sebaran Morisita yang terstandarisasi

Indeks sebaran Morisita, merupakan indeks yang memenuhi kriteria uji di

atas. Akan tetapi, Indeks sebaran Morisita masih dipengaruhi oleh jumlah sampel

dan keakuratannya masih di bawah Koefisien Green (Krebs 1999: 37).

Morisita (1968) mengembangkan sebuah indeks yang dinamakan Indeks

Sebaran Morisita:

2

2( )

d

x xI n

x x

−=

∑ ∑∑ ∑

(1)

di mana, Id = Indeks sebaran Morisita

n = jumlah sampel

∑ x = rata-rata jumlah kuadrat= + + L1 2 3x x x

∑ 2x = rata-rata jumlah luas kuadrat = + + L

2 2 3

1 2 2x x x

Indeks tersebut, diuji menggunakan uji statistika untuk menguji hipotesis nol dan

kerandoman data dengan rumus:

χ = − + − −∑ ∑2 ( 1) (d.f.= 1)dI x n x n (2)

di mana, χ2 = uji statistik untuk Indeks sebaran Morisita (distribusi chi-square)

Tahun 1975, Smith dan Gill mengembangkan kembali Indeks sebaran

Morisita menjadi Indeks Sebaran Morisita terstandarisasi. Indeks dapat dengan

mudah dianalisi dengan rentang nilai penghitungan antara -1 hingga +1. Cara

penghitungan indeks sama dengan penghitungan Indeks Sebaran Morisita biasa

hanya dilengkapi dengan penghitungan nilai kritis pada Indeks sebaran Morisita

dengan rumus Uniform index ( Indeks keseragaman):

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

20

Universitas Indonesia

χ − +=

−∑

2

.975Uniform index =

( ) 1

i

u

i

n xM

x (3)

di mana, χ 2.975 = nilai chi-square dari tabel dengan (n -1) derajat

kepercayaan hingga 97,5% dari kanan tabel.

ix = Jumlah organisme dalam satu kuadrat(i = 1,...n)

n = Jumlah kuadrat

χ − +=

−∑

2

.025Clumped index =

( ) 1

i

c

i

n xM

x (4)

di mana, χ 2.025 nilai chi-square dari tabel (n-1) d.f. yang memiliki 2.5%

derajat kepercayaan dari kanan tabel.

Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung dan menentukan nilai

Indeks Sebaran Morisita dengan standarisasi sebagai berikut :

Jika ≥ > 1.0 :d cI M

−= − 0.5 + 0.5 d c

P

c

I MI

n M (5)

JIka > ≥ 1.0 :c d

M I

−= −

10.5

1d

P

u

II

M (6)

Jika 1.0 > >d uI M :

−= − −

10.5

1d

P

u

II

M (7)

Jika > >1.0 :u d

M I

−=

-0.5 + 0.5 d u

P

u

I MI

M (8)

Standarisasi nilai Indeks Sebaran Morisita berkisar antara -1 hingga +1

dengan derajat kepercayaan 95% atau +0.5 hingga -0.5. Pola sebaran acak akan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

21

Universitas Indonesia

menghasilkan nilai I p nol, pola mengelompok di atas nol, dan pola seragam di

bawah nol. Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan untuk melakukan

penghitungan Indeks Sebaran Morisita sangat sulit untuk diketahui. Akan tetapi,

Green (1955) merekomendasikan, jumlah sampel minimum adalah 50. Untuk

pola sebaran yang jelas mengelompok, disarankan untuk mengambil sampel

paling sedikit sebanyak 200 (Krebs 1999: 56--60).

Myers tahun 1978 (dalam Krebs 1999: 61) dalam studinya menjelaskan

bahwa Indeks Sebaran Morisita merupakan cara terbaik untuk menentukan pola

sebaran. Hal tersebut karena, Indeks tersebut tidak dipengaruhi oleh kepadatan

populasi dan jumlah sampel.

2.5 KAWASAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

Kampus Universitas ndonesia terletak di daerah Depok, Jawa Barat pada

koordinat 06o

20‘--06o 23’ LS dan 106

o 49‘--106

o 50‘ BT. Total Kampus

Universitas Indonesia (UI) Depok 312 ha. Total luas tersebut dialoksikan untuk

bangunan fisik gedung dan penyangga hijauan lansekap (170 ha), ekosistem

perairan (30 ha), kawasan hutan kota (100 ha) dan sarana prasarana penunjang,

termasuk penyangga lingkungan seluas 12 ha. Ekosistem perairan meliputi 6 situ

atau danau, yaitu Situ Kenanga, Situ Aghatis, Situ Mahoni, Situ Puspa, Situ lin

dan Situ Salam (Universitas Indonesia 2011: 1)

Kampus UI Depok memiliki tujuh tipe habitat yang berbeda. Tipe habitat

terseut adalah danau, empang, sawah, tegalan, alang-alang, kebun karet. hutan

penghijauan. Tiap tipe habitat tersebut berupa mozaik atau patches. Sisanya

menjadi lingkungan aktivitas perkuliahan. Lingkungan kampus di luar hutan kota

juga memiliki daerah vegetasi. Vegetasi karet terdapat di belakang kampus

FMIPA, belakang Kampus PNJ, dan di seberang kampus FISIP. Setiap fakultas

juga ditanam berbagai jenis tumbuhan di areal taman (Taqyuddin dkk. 1997: 17).

Kampus UI Depok memiliki potensi yang cukup besar sebagai tempat

tumbuhnya berbagai jenis vegetasi. Kampus terebut awalnya merupakan daerah

perkebunan, pertanian (baik pertanian / sawah tadah hujan maupun peretanian

lahan kering ), dan permukiman penduduk dengan kepadatan randah (Taqyuddin

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

22

Universitas Indonesia

dkk. 1997: 17). Waryono pada tahun 2005 menyatakan bahwa, kampus tersebut

mampu memdukung kehidupan berbagai makhluk hidup, yaitu tumbuhan, hewan,

mikroorganisme dan manusia (Dhewangkoso 2008: 4). Berbagai jenis tumbuhan

tumbuh di kawasan tersebut. Ratusan jenis tumbuhan baik yang ditanam maupun

yang liar tumbuh dengan cukup baik, sehingga Kawasan UI Depok dapat menjadi

sumber plasma nutfah bagi kelestarian tumbuhan.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

23 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kawasan Kampus UI Depok pada 06 o20‘ -- 06

o23‘ LS dan 106

o49‘ -- 106

o 50‘ BT, untuk pengambilan data populasi dan

pengamatan polinasi. Identifikasi tumbuhan dan hewan masing-masing dilakukan

di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan dan Taksonomi Hewan Departemen

Biologi FMIPA UI. Pengambilan data populasi dilakukan sepanjang periode

tumbuh dari periode vegetatif hingga periode generatif (berbunga) pada bulan

Maret--Mei. Pengambilan data polinasi dilakukan sepanjang periode generatif

(berbunga) yaitu pada awal masa penghujan pada bulan Maret -- Mei. Pengolahan

data dilakukan setelah masing-masing proses pengambilan data selesai.

3.2. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

Peralatan lapangan untuk keperluan pengambilan data populasi adalah tali

transek, patok kayu, tali rafia, pita penanda dan tali pengukur. Alat penangkap

serangga, botol film, kain kassa, dan botol plastik digunakan untuk keperluan

pengambilan spesimen hewan pengunjung. Higrometer dan lux meter dilakukan

untuk mengukur parameter lingkungan. Peralatan laboratorium yang digunakan

adalah mikroskop stereo, dissecting set, penggaris, dan buku identifikasi serangga

untuk keperluan identifikasi serangga.

Sampel yang diambil adalah tumbuhan A. variabilis yang terdapat pada

petak sampel dan sedang berbunga sebanyak 20 sampel serta hewan

pengunjungnya. Bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel adalah

alkohol 70%, larutan pengawet serangga yang terdiri atas etil asetat dan formalin

4% dengan perbandingan 1:2, dan aquades.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

24

Universitas Indonesia

3.3. CARA KERJA

Cara kerja dibagi menjadi 2 (dua) bagian sesuai dengan kebutuhannya,

yaitu metode dalam studi populasi dan polinasi. Metode penelitian dalam studi

polinasi, menggunakan metode stastitika deskrptif, karena jenis peubah yang

diamati bersifat deskriptif. Metode penelitian untuk Studi Populasi menggunakan

metode statistika numerik untuk menentukan hasil yang bersifat deskriptif.

3.3.1 Studi Polinasi

3.3.1.1 Penentuan lokasi sampling

Penentuan lokasi sampling sama dengan lokasi pengambilan data populasi.

Akan tetapi, sampel yang diambil berbeda dengan data populasi. Di setiap lokasi

sampling, diambil masing-masing 3 (tiga) sampel tumbuhan yang sedang

berbunga. Sehingga, jumlah keseluruhan sampel berjumlah 18 sampel. Tiap

sampel ditandai dengan menggunakan pita penanda dan diberi nomor (Gambar 8).

3.3.1.2 Pengamatan pola pertumbuhaan perbungaan tumbuhan

Dari setiap sampel tumbuhan dilakukan pengamatan terhadap:

1. Pertumbuhan bagian-bagian bunga yang meliputi : panjang, diameter dan warna

dari setiap bagian bunga yaitu batang daun, spatha, bunga jantan, bunga betina,

dan osmofor (Gambar 4). Peubah lain yang diamati adalah waktu muncul bau,

waktu muncul serangga, dan waktu anthesis.

2. Jumlah biji yang terbentuk dalam polinasi dicatat berikut diameter dan berat

umbi setelah 14 hari pengamatan.

Pengamatan dan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bunga dilakukan

setiap hari selama 8 hingga 14 hari. Pengukuran terhadap panjang dan diameter

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

25

Universitas Indonesia

bunga menggunakan meteran YAMAYO Million 12. Warna bagian bunga diukur

dengan Adobe Potoshop CS 3.

3.3.1.3 Pengamatan aktivitas hewan pengunjung

Pengamatan dilakukan selama masa berbunga. Tumbuhan yang

perbungaannya masih kuncup ditandai. Pengamatan jenis dan aktivitas hewan

pengunjung mulai dilakukan apabila perbungaan telah mekar. Pengamatan

dilakukan selama 2 (dua) malam berturut-turut pada masing-masing sampel di

hari yang berbeda. Posisi hewan tersebut beraktivitas di bagian osmofor , bunga

jantan, atau bunga betina dicatat dalam satu pengamatan. Pengamatan dilakukan

setiap 10 menit pada masing-masing perbungaan dengan rentang waktu dari pukul

17.00--19.00. Tanggal dan rentang waktu pengamatan dicatat. Suku, jenis

kelamin, dan karakteristik dari serangga pengunjung dicatat.

3.3.1.4. Pengamatan hewan pengunjung perbungaan

Pengambilan sampel dilakukan terhadap jenis-jenis hewan yang terdapat di

sampel perbungaan. Alat penjebak yang digunakan untuk menyedot serangga

melalui selang ke dalam tabung transparan. Sampel yang berhasil ditangkap

kemudian dimasukkan ke botol film yang berisi larutan etil asetat : formalin 4% 1

: 2 secukupnya. Proses identifikasi hewan dilakukan di bawah mikroskop stereo.

Jenis hewan yang berhasil diidentifikasi dicatat karakternya.

3.3.1.5. Pengukuran data lingkungan

Pengukuran data lingkungan terdiri atas suhu, intensitas cahaya dan

pengukuran kelembaban udara. Pengukuran suhu lingkungan dilakukan dengan

cara menggantungkan thermometer lingkungan di tiap lokasi sampel. Pengukuran

intensitas cahaya dilakukan dengan lux meter. Bagian lux meter yang peka

terhadap cahaya diarahkan pada pantulan datangnya cahaya, besarnya intensitas

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

26

Universitas Indonesia

dapat dilihat pada skala. Pengukuran kelembaban dilakukan dengan cara melihat

angka pada higrometer yang digantung pada lokasi yang bersangkutan.

Gambar 3.1. Skema pengukuran perbungaan A. variabilis

[Sumber: Beath 1996: 5]

3.3.2 Studi Populasi

3.3.2.1 Penentuan lokasi sampling

Metode yang digunakan adalah purposive random sampling. Sebagai

langkah awal dilakukan pengamatan pendahuluan di daerah kampus UI.

Berdasarkan pengamatan pendahuluan ditentukan dua daerah pengamatan yaitu

lokasi Hutan kota dan lingkungan kampus. Masing-masing daerah dibagi lagi

menjadi 3 lokasi berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

1 cm

penjang osmofor

panjang

tongkol

bunga

jantan panjang tongkol

bunga betina

panjang

total

lebar total

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

27

Universitas Indonesia

100 m

di masing-masing daerah (Tabel 3). Kemudian ditetapkan titik sampel 1,2,3 yang

merupakan titik sampel di daerah Hutan Kota dan titik sampel 4,5,6 yang

merupakan titik sampel di daerah lingkungan kampus (Gambar 6).

10

Gambar 3.2. Peta pengambilan sampel perbungaan

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

= sampel perbungaan

= titik sampel hutan PNJ

= titik sampel hutan karet MIPA

= titik sampel hutan karet FISIP

= daerah sampel hutan kota

= garis transek

U

KETERANGAN

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

28

Universitas Indonesia

3.3.2.2. Pengambilan sampel

Sampel di daerah hutan kota diambil menggunakan metode transek garis

dengan mengikuti jalur yang sudah tersedia. Ditarik garis sepanjang 5 meter ke

kiri dan kanan jalur. Pengamatan dilakukan pada setiap 100 meter dan jarak dari

satu plot ke plot yang lain berjarak 100 meter. Sampel di dalam kampus diambil

dengan metode transek kuadrat. Tiap-tiap titik sampel terdapat 100 kuadrat unit

sampel seluas 2x2 meter yang ditentukan secara random. Hal tersebut dilakukan

karena daerah hutan kota memiliki lokasi yang luas dan berdasarkan pengamatan

pendahuluan jumlah populasi A. variabilis di lokasi tersebut sedikit (Tabel 3).

Sebaliknya, lokasi di lingkungan kampus memiliki lokasi yang terbatas dan

terfragmentasi. Keberadaan A. variabilis di lokasi tersebut berkelompok dalam

jumlah relatif banyak di tiap lokasi.

Penghitungan jumlah individu pada setiap unit sampel di setiap lokasi

dimaksudkan untuk menentukan frekuensi dan pola sebaran. Kelimpahan

ditentukan dengan menentukan persentase dominansi. Setiap lokasi ditandai

dengan menggunakan GPS (Global Positioning Syetem) pada Aplikasi Google

EarthTM

. Gambaran sebaran populasi Amorphophallus variabillis disajikan dalam

bentuk peta pola sebaran.

Gambar 3.3 Unit sampel pada metode transek kuadrat

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

= titik

sampel = unit

sampel

berukuran

2x2 meter

(ditentukan

secara

acak)

berjumlah

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

29

Universitas Indonesia

Gambar 3.4. Peta lokasi pengambilan sampel studi populasi

[Sumber : Pencitraan Google Earth 4 April 2010]

Keterangan :

Lokasi 1 -- 3 menggunakan metode sampel kuadrat

Lokasi 4 -- 6 menggunakan metode transek garis

100 m

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

30

Universitas Indonesia

Gambar 3.5. Unit sampel pada metode transek garis

[Sumber : Dokumentasi pribadi]

3.4 ANALISIS DATA

3.4.1 Menentukan pola pertumbuhan perbungaan

Pengamatan pengamatan pola pembungaan disajikan dalam bentuk grafik

kurva pertumbuhan. Analisi data yang diperoleh berdasarkan pada interpretasi

kurva pertumbuhan dengan melihat pola kemiripan dan perbedaan antara peubah

yang diamati pada perkembangan bagian-bagian bunga.

3.4.2. Menentukan polinator dan aktivitas polinasi

Pengolahan data pengamatan jenis hewan pengunjung disajikan dalam

tabel deskriptif yang memuat bangsa, dan suku hewan pengunjung beserta

perilakunya. Data pengamatan aktivitas hewan pengunjung disajikan dalam

bentuk grafik kuantitatif persentase posisi hewan pengunjung tiap jenisnya di

100 m

5 m

5 m

= titik sampel

= garis transek

= titik awal transek

= titik akhir transek

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

31

Universitas Indonesia

perbungaan. Data tersebut menampilkan jenis hewan yang berperan dalam

penyerbukan atau sebagai polinator. Jenis hewan diidentifikasi dengan

menggunakan buku acuan identifikasi. Hubungan antara panjang perbungaan

dengan jumlah total serangga disajikan dalam grafik garis (Gibernau 1999: 5).

3.4.3. Menentukan kelimpahan dan pola sebaran

Kelimpahan Amorphophallus variabilis ditentukan dengan menentukan

dominansi dan frekuensi. Pola sebaran populasi ditentukan pendekatan

menentukan Indeks Sebaran Morosita yang terstandarisasi. Indeks Morisita (I p)

dengan nilai nol menggambarkan pola sebaran yang acak, nilai diatas nol

menggambarkan pola sebaran mengelompok dan nilai dibawah kan pada

interpretasi kurva pertumbuhan dengan nol menggamarkan pola seragam (Krebs:

271). Indeks Morosita dihiitung menggunakan program Ecological Methods versi

6.1.

3.4.4. Menentukan hubungan panjang osmofor dan diameter spatha dengan

jumlah hewan pengunjung

Hubungan panjang osmofor dan diameter spatha dengan jumlah hewan

pengunjung digunakan untuk menentukan faktor yang memengaruhi datangnya

hewan pengunjung ke perbungaan. Hubungan tersebut digambarkan dalam kurva

regresi linier yang dibuat menggunakan program SPSS 16.0. Kurva yang

menunjukkan hasil positif menunjukkan adanya hubungan antara faktor-faktor

tersebut.

3.4.5 Analisis kesamaan habitat berdasarkan karakter morfologi

Analisis tersebut menggunakan data ukuran panjang dan diameter dari

tumbuhan dan data lingkungan yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban.

Dendogram yang dihasilkan dijelaskan secara deskriptif dengan membandingkan

2 hasil yang didapat. Dendogram dibuat dengan metode Morisita, yang

merupakan salah satu metode dalam menentukan similaritas. Data dihitung

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

32

Universitas Indonesia

menggunakan program Multivariat Statistical Programme (MVSP) berikut

dendogram dari data yang telah dihitung.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

33 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada kawasan Kampus Universitas Indonesia Depok

(06 o20‘ -- 06

o23‘ LS dan 106

o49‘ -- 106

o 50 BT‘). Lokasi penelitian dibagi

menjadi 6 (enam) lokasi. Lokasi 1, 2, dan 3 merupakan vegetasi yang

terfragmentasi di antara bangunan-bangunan fisik. Lokasi 1 terletak di sisi barat

laut Fakultas MIPA, lokasi 2 di area kampus PNJ, lokasi 3 di hutan karet di

seberang Kampus Fakultas Psikologi. Lokasi 4--6 terletak di area Hutan Kota

Universitas Indonesia. Penetapan lokasi 1--6 sebagai tempat pengambilan data

penelitian berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan pada bulan Agustus--

Oktober di lokasi tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat populasi

Amorphophallus variabilis di lokasi 1--6 (Gambar 4.1).

Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan, diambil data populasi A.

variabilis berupa pola sebaran, frekuensi, dominansi, dan jumlah individu / m2.

Sampel A. variabilis sebanyak 20 di setiap lokasi untuk mengetahui fenologi

perbungaan serta proses polinasi yang terjadi (Gambar 4.2--4.3)

Gambar 4.1. Hasil pengamatan pendahuluan

terhadap jumlah populasi A. variabilis di kawasan UI Depok

Jumlah

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Gambar 4.2.

[Sumber: Aplikasi Google Earth: 4 November 2010]

= No. Lokasi

Universitas Indonesia

Pemetaan Lokasi Sampel Perbungaan (Loka

[Sumber: Aplikasi Google Earth: 4 November 2010]

= No. Sampel Perbungaan

34

Universitas Indonesia

(Lokasi 1--3)

= No. Sampel Perbungaan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Gambar 4.3.

[Sumber: Aplikasi Google Earth: 4 November 2010]

= No. Lokasi

Universitas Indonesia

Pemetaan Lokasi Sampel Perbungaan (Lokasi 4

[Sumber: Aplikasi Google Earth: 4 November 2010]

= No. Lokasi = No. Sampel Perbungaan

35

Universitas Indonesia

Pemetaan Lokasi Sampel Perbungaan (Lokasi 4--6)

No. Sampel Perbungaan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Lokasi 1--3 merupakan kawasan yang di

(Hevea brasiliensis) dengan

Lokasi 4--6 merupakan kawasan Hutan Kota Universitas Indonesia yang

merupakan vegetasi hutan sekunder. Kawasan tersebut didominasi oleh

pohon akasia (Acacia mangium

keenam lokasi tidak jauh berbeda.

hasil dari uji statistik dengan komponen pembanding berupa data suhu udara,

kelembaban, dan intensitas cahaya pada tiap lokasi (Gambar 4.

hasil uji kesamaan dengan Indeks kesamaan Morisita, terdapat dua kelompok

yaitu Lokasi 1, 2, dan 3 dan Lokasi 4, 5, dan 6. Derajat kesamaan dari masing

masing kelompok adalah 95.2 %.

kesamaan, sedangkan lokasi 4, 5, dan 6, t

6 dengan dan lokasi 4, dan 5 dengan derajat kesamaan 99,2 %.

u

Gambar 4.4. Dendog

Suhu di keenam lokasi berkisar antara 32

oC di sore hari. Kelembaban udara berkisar antara 71

meningkat pada sore harinya menjadi

pada perbungaan dilakukan pada sore hari karena suhu dan kelembaban lebih

tinggi dibandingkan siang hari.

Universitas Indonesia

3 merupakan kawasan yang didominasi vegetasi

) dengan vegetasi perdu dan herba sebagai tumbuhan penutup.

6 merupakan kawasan Hutan Kota Universitas Indonesia yang

merupakan vegetasi hutan sekunder. Kawasan tersebut didominasi oleh

Acacia mangium dan Acacia auriculiformis). Karakteristik

keenam lokasi tidak jauh berbeda. Hal tersebut dibuktikan dalam dendogram

hasil dari uji statistik dengan komponen pembanding berupa data suhu udara,

kelembaban, dan intensitas cahaya pada tiap lokasi (Gambar 4.4).

samaan dengan Indeks kesamaan Morisita, terdapat dua kelompok

yaitu Lokasi 1, 2, dan 3 dan Lokasi 4, 5, dan 6. Derajat kesamaan dari masing

asing kelompok adalah 95.2 %. Lokasi 1,2, dan 3 memiliki 100 % derajat

kesamaan, sedangkan lokasi 4, 5, dan 6, terbagi menjadi 2 kelompok yaitu lokasi

6 dengan dan lokasi 4, dan 5 dengan derajat kesamaan 99,2 %.

Dendogram perbedaan lokasi berdasarkan lingkungan

Suhu di keenam lokasi berkisar antara 32--33.5 oC di siang hari dan 2

di sore hari. Kelembaban udara berkisar antara 71--76% di siang hari dan

e harinya menjadi 77--82 %. Pengamatan aktivitas serangga

pada perbungaan dilakukan pada sore hari karena suhu dan kelembaban lebih

tinggi dibandingkan siang hari. Berdasarkan pengamatan osmofor mengeluarkan

36

Universitas Indonesia

vegetasi pohon karet

vegetasi perdu dan herba sebagai tumbuhan penutup.

6 merupakan kawasan Hutan Kota Universitas Indonesia yang

merupakan vegetasi hutan sekunder. Kawasan tersebut didominasi oleh vegetasi

Karakteristik

dendogram

hasil dari uji statistik dengan komponen pembanding berupa data suhu udara,

Berdasarkan

samaan dengan Indeks kesamaan Morisita, terdapat dua kelompok

yaitu Lokasi 1, 2, dan 3 dan Lokasi 4, 5, dan 6. Derajat kesamaan dari masing-

Lokasi 1,2, dan 3 memiliki 100 % derajat

erbagi menjadi 2 kelompok yaitu lokasi

ram perbedaan lokasi berdasarkan lingkungan

C di siang hari dan 28--30

76% di siang hari dan

Pengamatan aktivitas serangga

pada perbungaan dilakukan pada sore hari karena suhu dan kelembaban lebih

Berdasarkan pengamatan osmofor mengeluarkan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

aroma yang menarik serangga pada sore hari pukul 17.00

kelembaban yang tinggi diduga memengaruhi pengeluaran aroma dari osmofor.

Pengukuran intensitas cahaya

Lokasi 1--3 dan Lokasi 4

lebih dari 700--790 Candela sedangkan rata

-6 berkisar antara 200

pada Lokasi 1--3 dan 4

di antara bangunan fisik kampus, lebih terbuka dengan tingkat akuisisi cahaya

matahari yang lebih tinggi dibandingkan dengan Lokasi 4

merupakan kawasan hutan kota dengan taju

menghalangi akuisisi cahaya hingga ke lantai hutan.

Gambar 4.5.

Intensitas Cahaya) pada lokasi penelitian

Universitas Indonesia

aroma yang menarik serangga pada sore hari pukul 17.00--19.00. Suhu dan

kelembaban yang tinggi diduga memengaruhi pengeluaran aroma dari osmofor.

Pengukuran intensitas cahaya menunjukkan terdapat perbedaan ant

3 dan Lokasi 4--6. Lokasi 1--3 memiliki rata-rata intensitas cahaya

790 Candela sedangkan rata-rata intensitas cahaya pada Lokasi 4

6 berkisar antara 200--263 Candela (Gambar 4.5). Perbedaan intensitas cahaya

3 dan 4--6 disebabkan oleh Lokasi 1--3 yang merupakan vegetasi

di antara bangunan fisik kampus, lebih terbuka dengan tingkat akuisisi cahaya

matahari yang lebih tinggi dibandingkan dengan Lokasi 4--6. Lokasi 4

merupakan kawasan hutan kota dengan tajuk kanopi yang relatif rindang sehingga

i cahaya hingga ke lantai hutan.

5. Perbedaan karakter lingkungan (Suhu, Kelembaban, dan

Intensitas Cahaya) pada lokasi penelitian

37

Universitas Indonesia

19.00. Suhu dan

kelembaban yang tinggi diduga memengaruhi pengeluaran aroma dari osmofor.

menunjukkan terdapat perbedaan antara

rata intensitas cahaya

rata intensitas cahaya pada Lokasi 4-

Perbedaan intensitas cahaya

3 yang merupakan vegetasi

di antara bangunan fisik kampus, lebih terbuka dengan tingkat akuisisi cahaya

Lokasi 4--6

k kanopi yang relatif rindang sehingga

Perbedaan karakter lingkungan (Suhu, Kelembaban, dan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

4.2. KARAKTERISTIK

4.2.1. Batang

Karakteristik batang perbungaan dari hasil pengamatan memiliki

permukaan yang halus, berwarna hijau sampai hijau kecokelatan, bercorak polos

hingga memiliki bercak berbentuk bulat atau lonjong berwarna putih

kekuningan (Gambar 4.6).

yang diamati berkisar antara

Panjang batang perbungaan sewaktu anthesis berkisar antara

diameter 0.7 --2.3 cm.

Gambar 4.

Hijau

bercak

putih

Hijau

bercak

putih dan

hitam

Hijau

kecokel

atan

bercak

putih

Universitas Indonesia

4.2. KARAKTERISTIK FASE GENERATIF Amorphophallus variabilis

Karakteristik batang perbungaan dari hasil pengamatan memiliki

permukaan yang halus, berwarna hijau sampai hijau kecokelatan, bercorak polos

hingga memiliki bercak berbentuk bulat atau lonjong berwarna putih

kekuningan (Gambar 4.6). Panjang batang dari keseluruhan inividu

berkisar antara 5.2 ----160 cm dengan diameter 0.05 cm

ng perbungaan sewaktu anthesis berkisar antara 45.8--

2.3 cm.

Gambar 4.6. Ragam batang A. variabilis

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

cokelat

bercak

putih

Hijau

kecokel

atan

bercak

putih

Hijau

kecokel

atan

Hijau

polos

Hijau

kecokel

atan

bercak

putih

Hijau

kecokel

atan

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

38

Universitas Indonesia

Amorphophallus variabilis

Karakteristik batang perbungaan dari hasil pengamatan memiliki

permukaan yang halus, berwarna hijau sampai hijau kecokelatan, bercorak polos

hingga memiliki bercak berbentuk bulat atau lonjong berwarna putih hingga

Panjang batang dari keseluruhan inividu A. variabilis

0.05 cm --2.3 cm.

--160 cm dengan

1 cm

1 cm

1 cm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

39

Universitas Indonesia

4.2.2. Umbi

Umbi Amorphophallus variabilis berbentuk seperti tanaman talas

(Colocasia esculenta Schott.) dan keladi (Caladium bicolor (Ait.) Vent.). Ukuran

umbi yang terbentuk tergantung pada proses fotosintesis yang terjadi sehingga

faktor lingkungan seperti cahaya, udara, air, dan tanah menjadi sangat penting

(Rochedi 2004: 4). Umbi A. variabilis dalam fase generatif yang diamati

memiliki diameter berkisar antara 7.5 --12.7 cm. Daging umbi berwarna putih

dengan kulit berwarna putih kecokelatan dan terdapat beberapa mata tunas pada

permukaan umbi (Gambar 4.7).

Massa umbi maksimum bisa mencapai 1.5 kg (Jansen dkk. 1996: 47).

Massa umbi dipengaruhi oleh tinggi tumbuhan dan proses fotosintesis yang

terjadi. Massa umbi akan bertambah seiring dengan bertambahnya tinggi

tumbuhan dan bertambahnya akitvitas fotosintesis. Faktor lingkungan seperti

intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan kandungan air dalam tanah memengaruhi

proses fotosintesis (Rochedi 2004: 4).

Tumbuhan pada intensitas cahaya yang sedikit atau berada pada naungan

memiliki ukuran umbi yang relatif lebih kecil. Tumbuhan pada naungan memiliki

ukuran batang yang relatif lebih kecil dengan kondisi xylem yang kurang

berkembang. Protein stroma total pada kloroplas juga lebih sedikit. Stroma

mengandung berbagai enzim untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat terutama

dalam bentuk pati (Salisbury & Ross: 76).

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

40

Universitas Indonesia

Gambar 4.7. Ragam umbi A. variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

4.2.3. Osmofor

Osmofor merupakan organ perbungaan yang merupakan modifikasi dari

tongkol perbungaan yang menghasilkan gas ammonia yang menghasilkan aroma

busuk sehingga dapat menarik penyerbuk (pollinator) (Dudareva dan Pichersky

2006: 158; Beath1996: 5). Berdasarkan penelitian Rochedi (2004: 14) panjang

osmofor sewaktu anthesis berkisar antara 9.5 --39.2 cm.

Berdasarkan pengamatan, panjang osmofor pada perbungaan sewaktu

anthesis berkisar antara 12.4 -- 39.4 cm dengan diameter 1.2 cm--3.1cm sewaktu

anthesis. Osmofor pada lokasi pengamatan memiliki karakteristik berbentuk bulat

dengan ujung yang lancip, ada yang berbentuk tidak normal dengan ujung

melengkung. Permukaan yang berbintik dan memiliki warna yang beragam

seperti kekuningan, coklat kemerahan, dan ungu kemerahan (Gambar 4.8).

Diameter: 15 cm

(A-B)

Diameter: 30 cm

(C-D)

C B A D

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

41

Universitas Indonesia

Gambar 4.8. Ragam osmofor A. variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

4.2.4. Spatha

Spatha berbentuk seperti cawan berkaitan dengan fungsinya dalam proses

penyebaran serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina dan menyediakan

kelembaban yang sesuai bagi serangga pengunjung yang terjebak di dalamnya

(Hetterscheid dan Ittenbach 2003: 7—9). Berdasarkan hasil pengamatan,panjang

spatha pada perbungaan yang diamati berkisar antara 5 --22.4 cm dengan diameter

1.3--4.1 cm. Spatha pada perbungaan yang diamati memiliki warna hijau

kekuningan, bagian bawah berbintik putih dengan corak yang beragam (Gambar

4.9).

5 cm 5 cm 5 cm

5 cm 5 cm 5 cm

A. Osmofor berwarna cokelat kemerahan

B. Osmofor berwarna putih kekuningan

C. Osmofor berwarna ungu kemerahan

D. Osmofor berwarna kuning

E--F. Osmofor dengan

Bentuk tidak normal

A

F E D

C B

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

42

Universitas Indonesia

Gambar 4.9. Ragam spatha A. variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

4.2.5. Perbungaan Jantan

Perbungaan jantan terletak di atas bunga betina. Perbungaan jantan yang

sedang dalam masa anthesis berwarna putih kekuningan hingga berwarna

kecokelatan ketika mengeluarkan serbuk sari . Perbungaan jantan akan

mengering dan berwarna cokelat kehitaman ketika proses polinasi telah terjadi

(Gambar 4.10). Perbungaan jantan menghasilkan serbuk sari yang berperan

dalam proses penyerbukan (Hetterscheid & Ittenbach 2003: 7--9). Panjang bunga

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

Spatha dengan warna hijau kekuningan

dan corak polos Spatha dengan warna putih kehijauan

dengan corak bintik hitam dan putih

Spatha dengan warna putih kehijauan

dengan corak bintik putih

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

43

Universitas Indonesia

jantan pada perbungaan yang diamati berkisar antara 2.2--6.8 cm dengan diameter

1.1--3.1 cm sewaktu anthesis

Gambar 4.10. Bentuk perbungaan jantan A. variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

4.2.6. Perbungaan betina

Perbungaan betina terdiri dari bunga-bunga betina yang masing-masing

terdiri atas bakal buah dan stigma. Bunga betina berwarna kuning pada kepala

putik dan berwarna hijau pada bakal buah (Gambar 4.11). Panjang bunga betina

pada perbungaan yang diamati berkisar 2--5 cm dengan diameter 1.1--2.8 cm

sewaktu anthesis. Selama proses pematangan buah, panjang dan diameter bunga

betina semakin bertambah. Rochedi (2004:14) menyatakan bahwa panjang bunga

betina sewaktu anthesis berkisar antara 1.2--3.5 cm dengan diameter 1,2--2.1 cm.

bunga jantan serbuk sari

0.5 cm 0.5 cm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

44

Universitas Indonesia

Gambar 4.11. Bentuk perbungaan betina A. variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

4.2.7. Perbuahan

Perbuahan A. variabilis terdapat di atas tangkai perbungaan yang relatif

panjang. Karakter tangkai perbungaan sama dengan tangkai daun dan bunga.

Buah duduk langsung (sessil) pada tongkol bunga. Buah tipe beri ketika muda

berwarna hijau dan berwarna jingga bergradasi hingga merah ketika matang. Biji

polos berwarna hitam, lonjong, jumlah 2--3 di setiap buah. Diameter buah pada

perbuahan yang diamati berkisar antara 1--3 mm. Buah yang belum matang

berwarna hijau selanjutnya bergradasi warna dari kuning hingga merah sesuai

kematangan tingkat . Pematangan buah lebih dahulu terjadi pada bagian ujung

tongkol sehingga menghasilkan gradasi warna dari merah hingga hijau dalam

bagian atas hingga pangkal perbuahan (Gambar 4.12)

Bakal buah Kepala bunga

betina (stigma)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

45

Universitas Indonesia

Gambar 4.12. Bentuk perbuahan A. variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Tabel 4.1.. Karakteristik fase generatif A. variabilis di Kawasan Universitas

Indonesia, Depok berdasarkan hasil pengamatan

Buah masak

Buah muda

Panjang (cm) 5.2--160

Diameter (cm) 0.05--2.3

Batang Warna Hijau polos s.d. hijau kecoklatan

dengan bintik putih kekuningan

Panjang (cm) 12.4--39.4

Diameter (cm) 1.2--3.1

Osmofor beragam seperti kekuningan,

Warna cokelat kemerahan dan ungu

kemerahan

Panjang (cm) 5--22.8

Spatha Diameter (cm) 1.3--4.1

Hijau kekuningan dengan bagian

Warna bawah bebintik putih, bagian

dalam putih

Panjang (cm) 2.2--6.8

Bunga Jantan Diameter (cm) 1.1--3.1

Warna putih kekuningan s.d kecokelatan

Panjang (cm) 2--5

Bunga Betina Diameter (cm) 1.1--2.8

Warna berwarna kuning pada kepala

bagian dasar hijau

Umbi Diameter (cm) 7.5--12.7

Kulit umbi putih kecokelatan

Warna Daging umbi putih

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

46

Universitas Indonesia

4.3. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERBUNGAAN

Pertumbuhan dan perkembangan perbungaan terdiri atas dua fase. Fase

pertama adalah fase pertumbuhan bunga sampai awal pembentukan buah dan fase

kedua adalah fase pematangan buah (Gambar 4.13). Fase pertama pertumbuhan

bunga dimulai dari munculnya kuncup bunga hingga terjadinya polinasi dan

berlangsung berlangsung selama 9--10 hari. Fase kedua atau fase pematangan

buah dimulai dari proses penyerbukan selesai hingga buah matang seluruhnya dan

berlangsung selama 2--3 pekan. Selama fase pertumbuhan bunga, terjadi

pertumbuhan yang cepat yaitu di hari ke-6 hingga ke-8, yaitu pertumbuhan dari

kuncup hingga mekarnya spatha. Awal pembentukan buah diawali dengan

mekarnya spatha yang diikuti dengan bunga perbungaan betina yang mekar

(reseptif) yang ditandai oleh adanya lendir di permukaan kepala bunga betina

(stigma).

Pada hari ke-2 setelah spatha mekar mulai tercium aroma yang dihasilkan

oleh osmofor. Aroma yang dihasilkan mirip dengan aroma daging busuk. Aroma

dihasilkan selama 4--5 hari dan akan berakhir ketika osmofor mulai mengering.

Aroma pada bunga dapat tercium sekitar pukul 16.30--19.00. Berdasarkan

pengamatan, puncak penyebaran aroma terjadi antara pukul 17.30--18.00 dengan

radius mencapai jarak 10 meter. Secara keseluruhan selama 4--5 hari munculnya,

aroma yang terkuat yang dihasilkan oleh osmofor adalah pada hari ke-2 hingga

hari ke-3 bersamaan dengan reseptifnya perbungaan betina dan perbungaan jantan

yang mengeluarkan serbuk sari.

Osmofor merupakan organ perbungaan yang merupakan modifikasi dari

tongkol perbungaan yang berisi gas-gas yang menghasilkan tekanan osmotik yang

dapat menyebarkan aroma. Gas yang dihasilkan osmofor adalah gas-gas dari

senyawa sulfur yang panas dan mudah menguap. Belum diketahui secara rinci

jenis gas yang dihasilkan oleh jenis A. variabilis. Jenis Amorphophallus rivieri

menghasilkan berbagai gas yang mengandung nitrogen yaitu amoniak,

trimetilamina dan skatole. Gas-gas tersebut menguap di sore hari dan

mengundang serangga untuk mengunjungi perbungaan (Dudareva & Pichersky

2006: 158; Beath 1996: 5).

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

47

Universitas Indonesia

Faegri & Pijl (1971) dalam Rochedi (2004: 23) menyatakan bahwa aroma

yang dihasilkan oleh tumbuhan disebabkan oleh adanya uap panas yang

dihasilkan dari proses respirasi tumbuhan. Uap panas yang dihasilkan karena

adanya proses respirasi resisten-sianida pada mitokondria. Oksidase akhir dari

proses respirasi resisten-sianida memiliki afinitas terhadap O2 yang lebih rendah

dari sitokrom oksidase dan memiliki sedikit fosforilasi oksidatif (Salisbury &

Ross: 192) . Hal tersebut yang menyebabkan gas-gas dari uap panas yang

dihasilkan osmofor A. variabilis dilepas pada sore hari hingga malam hari ketika

proses respirasi mulai lebih dominan daripada fotosintesis.

Proses penyerbukan (polinasi) terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3

mekarnya spatha ketika serbuk sari mulai dilepaskan oleh perbungaan jantan dan

perbungaan betina masih reseptif. Sehari setelahnya, bunga betina sudah tidak

reseptif lagi dan terjadi penumpukan serbuk sari di permukaan dalam spatha

akibat perbungaan jantan yang masih mengeluarkan serbuk sari. Proses tersebut

terjadi selama 1--2 hari hingga terjadinya pengeringan pada perbungaan jantan,

osmofor, dan spatha.

Fase kedua yaitu fase pematangan buah terjadi setelah terjadi polinasi pada

perbungaan betina. Kepala bunga betina akan berubah warna dari kuning menjadi

kehitaman dan diameter serta tinggi perbungaan betina meningkat, menandai

perbungaan betina telah terbuahi. Bakal buah terus membesar disertai dengan

keringnya osmofor, bunga jantan dan spatha. Proses pematangan buah terjadi

selama 2--3 pekan hingga seluruh buah masak.

Terjadi perubahan warna pada buah yaitu dari hijau menjadi merah, pada

fase pematangan buah. Hal tersebut sama dengan yang dinyatakan oleh Sufiani

(1993: 14) yang menyatakan bahwa buah berwarna hijau pada saat muda dan

berwarna merah pada saat tua. Jumlah biji yang dihasilkan sebanyak 1--3 biji di

setiap buah.

Fase generatif A. variabilis relatif lebih singkat daripada fase vegetatif.

Fase generatif dari satu individu A. variabilis selama maksimal 30 hari lebih

singkat daripada fase vegetatif yang terjadi selama beberapa bulan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa fase vegetatif A. variabilis lebih dominan dari fase generatif.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

48

Universitas Indonesia

Menurut Edmon dkk. (1957: 177), terdapat pola keseimbangan pertumbuhan

antara fase vegetatif dan generatif tumbuhan yang dibagi menjadi 3 jenis:

1. Fase vegetatif lebih dominan dari fase generatif. Tumbuhan akan lebih banyak

memanfaatkan karbohidrat pada keadaan tersebut.

2. Fase generatif lebih dominan dari fase vegetatif. Tumbuhan akan lebih banyak

menyimpan karbohidrat padaa keadaan tersebut.

3. Fase vegetatif dan fase generatif pada keadaan yang seimbang. Jumlah

karbohidrat yang disimpan sama dengan yang dimanfaatkan.

Tumbuhan A. variabilis lebih banyak memanfaatkan karbohidrat, sehingga

tumbuhan bergantung kepada umbi yang mengandung karbohidrat dalam

pertumbuhannya. Pemanfaatan karobohidrat sebagai sumber energi lebih banyak

pada fase generatif dibanding fase vegetatif. Hal tersebut menyebabkan bobot

umbi pada fase generatif relatif lebih besar dibandingkan pada fase vegetatif.

Menurut Edmond dkk. (1957: 182), fase reproduktif pada tumbuhan memiliki

beberapa tahapan yaitu pembentukan dan perkembangan tangkai, bunga, buah,

dan biji. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tangkai, perbungaan, dan

osmofor menunjukkan bahwa terjadi perkembangan organ-organ tersebut selama

fase reproduktif. Perkembangan tangkai berdasarkan tinggi dan diameternya

menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, yaitu mengalami pertambahan

ukuran di awal fase dan penyusutan ukuran di akhir fase reproduksi.

Perkembangan fluktuatif pada tinggi dan diameter osmofor, perbungaan

jantan, dan spatha. Hal yang sama terjadi terjadi pada panjang dan diameter

perbungaan betina, akan tetapi perbungaan betina terus menunjukkan

pertambahan ukuran hingga akhir fase. Hal tersebut menunjukkan telah terjadi

pembuahan pada bunga betina sehingga terjadi pertambahan ukuran bakal buah

dan terus berkembang menjadi buah. Grafik perkembangan bagian perbungaan

terdapat dalam Gambar 4.14--4.23.

Perkembangan fluktuatif juga terjadi pada panjang dan diameter

perbungaan betina, akan tetapi perbungaan betina terus menunjukkan

pertambahan ukuran diamter dan hingga akhir fase. Hal tersebut, menunjukkan

telah terjadi pembuahan pada bunga betina sehingga terjadi pertambahan ukuran

bakal buah dan terus berkembang menjadi buah.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

49

Universitas Indonesia

Gambar 4.13. Diagram waktu pertumbuhan Amorphophallus variabilis

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

8--9

Mulai

kuncup Pertumbuhan

cepat

Spatha mekar

dan bunga

betina masak

Mulai muncul

aroma dari

osmofor

Serbuk

sari

dilepas

Bunga

betina tidak

reseptif

Spatha, bunga

jantan, dan

osmofor

mengering

Fase pematangan

buah (2--3 pekan)

Buah masak dan

menghasilkan biji

6--8 9--10 10--11 11--14

Pertumbuhan hari ke-

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

50

Universitas Indonesia

Gambar 4.14. Grafik pertumbuhan tinggi total perbungaan

Gambar 4.15. Grafik pertumbuhan diameter perbungaan

y = -1,791x + 87,18

R² = 0,756

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 2 4 6 8 10

Ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

Tinggi total

Linear (Tinggi

total)

y = 0,016x + 1,022

R² = 0,629

0,96

0,98

1

1,02

1,04

1,06

1,08

1,1

1,12

1,14

1,16

1,18

0 2 4 6 8 10

Axis T

itle

Axis Title

diameter petiolus

Linear (diameter petiolus)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

51

Universitas Indonesia

Gambar 4.16. Grafik pertumbuhan panjang osmofor

Gambar 4.17. Grafik pertumbuhan diameter osmofor

y = -2,954x + 30,74

R² = 0,8440

5

10

15

20

25

30

0 2 4 6 8 10

Ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

Panjang Osmofor

Linear (Panjang Osmofor)

y = -0,184x + 2,110

R² = 0,878

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 2 4 6 8 10

Ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

diameter osmofor

Linear (diameter osmofor)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

52

Universitas Indonesia

Gambar 4.18. Grafik pertumbuhan panjang spatha

Gambar 4.19. Grafik pertumbuhan diameter spatha

y = -1,884x + 18,53

R² = 0,956

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 2 4 6 8 10

Ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

Panjang Spatha

Linear ( Panjang Spatha)

y = -0,255x + 3,064

R² = 0,836

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

0 2 4 6 8 10

ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

diameter spatha

Linear (diameter spatha)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

53

Universitas Indonesia

Gambar 4.20. Grafik pertumbuhan panjang bunga jantan

Gambar 4.21. Grafik pertumbuhan diameter bunga jantan

y = -0,209x + 4,761

R² = 0,845

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

0 2 4 6 8 10

ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

Panjang perbungaan

jantan

Linear (Panjang

perbungaan jantan)

y = -0,093x + 1,600

R² = 0,791

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

0 2 4 6 8 10

ukura

n (cm

)

perbungaan mekar hari ke-

diameter perbungaan

jantan

Linear (diameter

perbungaan jantan)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

54

Universitas Indonesia

Gambar 4.22. Grafik pertumbuhan panjang perbungaan betina

Gambar 4.23. Grafik pertumbuhan diamater perbungaan betina

y = 0,099x + 2,950

R² = 0,974

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

0 2 4 6 8 10

ukura

n (cm

)

Perbungaan mekar hari ke-

panjang perbungaan

betina

Linear (panjang

perbungaan betina )

y = 0,051x + 1,606

R² = 0,993

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 2 4 6 8 10

ukura

n (cm

)

perbungaan mekar hari ke-

diameter perbungaan

betina

Linear (diameter

perbungaan betina)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

55

Universitas Indonesia

4.4. SERANGGA PENGUNJUNG PERBUNGAAN

4.4.1. Jenis Serangga Pengunjung Perbungaan

Berdasarkan hasil analisis serangga yang dilakukan menggunakan buku

identifiksi serangga the science of Entomology (Romoser & Stofolano, 1998),

diperoleh hasil bahwa serangga yang mengunjungi perbungaan di setiap lokasi

pengamatan adalah kumbang dari suku Nitidulidae dan Endomychidae, lalat dari

suku Anthomyiidae, Tachynidae dan Drosophylidae, nyamuk dari suku Culicidae

kecoak dari suku Blattidae, dan semut (suku Formicidae).

Kumbang (suku) umumnya ditemukan pada jaringan tumbuhan yang

mulai membusuk atau pada bangkai hewan. Romoser & Stoffolano (1998:543--

547) menyatakan bahwa suku Nitidulidae termasuk dalam ordo Coleoptera.

Kumbang dari sulu Nitidulidae yang ditemukan selama pengamatan berukuran

panjang 3--4 mm, rangka luar dan elitra berwarna merah kecokelatan, memiliki

antena seperti gada pada bagian ujungnya. Ukuran kumbang dari suku

Nitidulidae yang diamati relatif lebih besar daripada kumbang jantan. Suku

Nitidulidae memiliki ciri morfologi yaitu memiliki segman tarsal sejumlah 4

segmen, segmen 1--3 berukuran sama dan berseta sedangkan segmen ke-4

berukuran lebih kecil dari ketiga segmen tersebut dan tidak berseta, serta elitra

tidak sepenuhnya menutupi abdomen (Gambar 4.24) (Romoser & Staffolano

1998: 547).

Gambar 4.24. Kumbang dari suku Nitidulidae

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

5 mm 1 mm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

56

Universitas Indonesia

Kumbang dari suku Endomychidae pada umumnya menyukai tempat-

tempat yang lembab. Hal tersebut karena, kumbang dari suku Endomychidae

menjadikan jamur sebagai sumber pangan. Kumbang dari suku Endomychidae

pada umumnya ditemukan pada tumbuhan atau hawan mati dan pada serasah

dedaunan yang memungkinkan ditumbuhi jamur (Campbell 2008: 1). Suku

Endomychidae memiliki ciri morfologi yaitu memiliki elitra yang menutupi

seluruh bagian abdomen, dan memiliki susunan jumlah tarsal 4-4-4 atau 3-3-3

(Gambar 4.25) (Romoser & Staffolano 1998: 549). Kumbang dari suku

Endomychidae yang ditemui memiliki rangka luar dan elitra yang berwarna hitam

dengan ukuran panjang tubuh 12 mm.

Kumbang dari suku Nitidulidae dan suku Endomychidae merupakan

pemakan material organik (scavanger). Kumbang mengonsumsi material organik

seperti serbuk sari, sisa organ tumbuhan yang mati dan jamur, dengan cara

mengunyah. Menurut Faegri & Pijl (1973) dalam Rochedi (2004: 24), strukutur

mulut pada beberapa jenis kumbang mengalami modifikasi menyesuaikan

fungsinya untuk mengunyah makanan.

Jenis lalat yang ditemukan selama pengamatan adalah dari suku

Anthomyiidae, Drosophyliidae, dan Tachinideae (ordo Diptera). Suku

Anthomyiidae dan Tachinidae pada umumnya menyukai habitat yang dekat

dengan habitat manusia. Suku Anthomyiidae memiliki larva yang pada umumnya

menjadi hama bagi tanaman pertanian. Larva suku Anthomyiidae (Gambar 4.26)

adalah pemakan daun (phytophagous), sedangkan lalat dewasa adalah pemakan

material organik. Suku Tachinidae memiliki ciri khas yaitu terdapat seta pada

kaki belakangnya.

Sifat lalat dari suku Tachinidae mirip seperti lebah, mampu menjadi agen

penyerbuk karena seta pada kaki belakangnya mampu membawa serbuk sari.

Larva suku Tachinidae adalah parasitoid, yaitu parasit di Arthropoda lain. Lalat

dari suku Drosophyliidae disebut juga sebagai lalat buah. Lalat dari suku

Drosophyliidae teramati terbang di sekitar osmofor yang sedang mengeluarkan

aroma, sebab lalat tersebut menyukai bagian-bagian tumbuhan yang membusuk

dan menjadikan bagian tumbuhan tersebut sebagai tempat berkembang biak

(Romoser & Stoffolano 1998: 403).

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

57

Universitas Indonesia

Gambar 4.25. Kumbang dari suku Endomychidae

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Gambar 4.26. Lalat dari suku Anthomyiidae

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Nyamuk (suku Culicidae) merupakan anggota dari ordo Diptera (Romosen

& Stoffolano 1998: 183). Nyamuk dewasa memiliki proboscis (organ penghisap)

10 mm

10 mm

10 mm

2.5 mm 5 mm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

58

Universitas Indonesia

yang panjang, serta memiliki dua sayap yang memanjang (Gambar 4.27).

Sebagian besar nyamuk dewasa memakan darah manusia atau vertebrata lain

(Romosen & Stoffolano 1998: 402).

Kecoa atau suku Blattidae merupakan anggota dari ordi Blattaria, memiliki

panjang tubuh 18 mm atau lebih (Romoser & Stoffolano 1998: 365). Ciri khusus

dari suku Blattidae adalah pada individu wanita memiliki pemanjangan subgenital

yang membujur di ujung abdomen (Gambar 4.28). Kecoa dari suku Blattidae

merupakan serangga pemakan material organik (scavanger) juga berperan

sebagai detritivor dan menyukai tempat-tempat yang relatif kotor (Romoser &

Stoffolano: 356;536).

Semut atau suku Formicidae merupakan anggota dari ordo Hymenoptera.

gian Suku Formisidae merupakan serangga yang hidup berkoloni (Gambar 4.29).

Suku Formicidae teramati memakan material organik seperti polen dan bagian

perbungaan yang membusuk. Semut memakan jamur yang diperoleh dari

material organik yang dikumpulkan baik dari bahan tumbuhan atau hewan yang

telah mati. Oleh sebab itu, semut tertarik pada tumbuhan dan hewan yang telah

mati, atau memiliki sifat yang serupa (Romoser & Stoffolano 1998:236--237).

Gambar 4.27. Nyamuk dari suku Culicidae

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

5 mm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

59

Universitas Indonesia

Gambar 4.28. Serangga dari suku Blattidae

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Gambar 4.29. Serangga dari suku Formicidae

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

4.4.2. Aktivitas serangga pengunjung perbungaan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ketika sampel perbungaan mulai

mengeluarkan bau yaitu dari pukul 17.00 hingga 19.00, aktivitas dari serangga

yang mengunjungi perbungaan, terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Serangga pengunjung bunga jantan

2. Serangga pengunjung bunga betina

3. Serangga pengunjung osmofor

4. Serangga yang berada di sekitar perbungaan (jarak minimum 30 cm)

5 mm 5 mm

5 mm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

60

Universitas Indonesia

Serangga dari suku Nitidulidae, Endomychidae, Anthomyiidae, Tachinidae,

Blattidae dan Formicidae tercatat dominan mengunjungi bunga jantan dan betina.

Serangga dari suku Culicidae dominan mengunjungi osmofor. Serangga dari suku

Drosophiliidae dominan berada di sekitar perbungaan.

Serangga yang beraktivitas pada bunga jantan dan betina berpotensi

membantu proses penyerbukan. Berdasarkan pengamatan, serangga dari suku

Nitidulidae, Endomychidae, dan Tachinidae membantu proses penyerbukan

dengan membawa serbuk sari yang menempel pada bagian tubuh dan

menempelkannya pada kepala bunga betina. Serangga dari suku Anthomyiidae,

Blattidae dan Formicidae tidak teramati membantu proses penyerbukan.

Aktivitas serangga pengunjung perbungaan antara lain berkeliaran di

antara perbungaan jantan dan betina, memakan serbuk sari, atau melakukan proses

reproduksi seperti yang dilakukan kumbang dari suku Nitidulidae. Kumbang dari

suku Nitidulidae teramati melakukan proses reproduksi mulai dari kawin

(mating), bertelur, hingga menetaskan larva di dalam cawan perbungaan (Gambar

4.4.7.).

Faegri & Pijl (1971) dalam Rochedi (2004: 26) menyatakan bahwa ada 2

faktor yang menyebabkan serangga tertarik untuk mendatangi bunga yaitu serbuk

sari sebagai sumber pakan (faktor primer) dan aroma serbuk sari serta aroma

selama pembungaan (faktor sekunder). Serbuk sari Amorphophallus variabillis

memiliki kandungan protein 16--30 %, pati 1--7 %, gula 0--15%, lemak 3--10 %

dan debu 1--9 % (Ham 2005: 260).

Aktivitas dan karakteristik serangga pengunjung perbungaan menunjukkan

kesamaan diantara jenis serangga tersebut. Serangga mengunjungi perbungaan A.

variabilis dikarenakan aroma seperti hewan mati yang dikeluarkan oleh osmofor

selama beberapa hari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bown (1988: 147)

yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang merangsang serangga untuk

mendatangi bunga adalah aroma yang dihasilkan oleh perbungaan.

Serangga yang beraktivitas di perbungaan jantan dan betina di dalam

spatha, terperangkap di dalam spatha. Serangga yang terperangkap antara lain

adalah dari suku Nitidulidae dan Endomychidae. Kumbang dari suku Nitidulidae

yang terperangkap memanfaatkan serbuk sari sebagai sumber pakan dan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

61

Universitas Indonesia

melakukan proses reproduksi (Gambar 4.31). Hal tersebut sesuai dengan Pijl

(1937: 64) yang menyatakan bahwa serangga penyerbuk A. variabilis

terperangkap dan melakukan proses reproduksi di dalam spatha perbungaan.

Kumbang dari suku Nitidulidae mendatangi perbungaan ketika osmofor

mulai mengeluarkan aroma hingga akhirnya terperangkap di dalam spatha.

Kumbang dari suku Nitidulidae baru dapat keluar dari perangkap spatha setelah

spatha mengering dan sumber pakan habis. Bersamaan dengan hal tersebut,

proses reproduksi kumbang telah selesai dilakukan dengan menghasilkan telur.

Kumbang dari suku Endomychidae teramati terperangkap dalam spatha dan mati.

Ukuran tubuh yang relatif besar, membuat pergerakannya di dalam spatha

terbatas sehingga menghalangi untuk makan dan beraktivitas.

Serangga yang dominan mengunjungi perbungaan jantan dan betina adalah

dari suku Nitidulidae yaitu 98% di perbungaan jantan dari 100% di perbungaan

betina (Gambar 4.30). Dari 20 sampel perbungaan, hanya di 2 perbungaan yang

tidak dijumpai keberadaan kumbang dari suku Nitidulidae. Kumbang suku

Nitidulidae yang berkunjung kepada 18 sampel perbungaan , umumnya

menunjukkan kesamaan dalam pola aktivitas dan waktu kedatangan seperti yang

telah dijelaskan di atas. Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara

populasi kumbang dari suku Nitidulidae dengan populasi A. variabilis yang

sedang berbunga.

Faegri & Pijl (1971) dalam Rochedi (2004: 25) menyatakan bahwa ada

keterkaitan antara waktu pembungaan pada tumbuhan dengan jenis serangga yang

mengunjungi bunga (pollination agent atau pollen vector). Real (1983) dalam

Rochedi (2004: 25) menambahkan bahwa akibat dari keterkaitan tersebut, maka

serangga akan menyesuaikan siklus hidupnya dengan waktu pembungaan

tumbuhan. Berdasarkan keterkaitan tersebut maka jenis kumbang dari suku

Nitidulidae bersifat monothropic artinya mengunjungi satu atau beberapa jenis

tumbuhan yang memiliki kesamaan sifat. Pembungaan A. variabilis disebutkan

memiliki sifat monophilic yang artinya proses polinasi dibantu oleh satu atau

beberapa jenis serangga yang memiliki kesamaan sifat (Rochedi 2004: 26).

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Gambar 4.30. Presentase kehadiran hewan pengunjung

Gambar 4.31. Frekuensi kehadiran hewan pengunjung di perbungaan

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

20,00

Jumlah keh

adiran

Frekuensi kehadiran serangga

Universitas Indonesia

Presentase kehadiran hewan pengunjung di perbungaan

Gambar 4.31. Frekuensi kehadiran hewan pengunjung di perbungaan

suku serangga pengunjung

Frekuensi kehadiran serangga

pengunjung

62

Universitas Indonesia

perbungaan

Gambar 4.31. Frekuensi kehadiran hewan pengunjung di perbungaan

Bunga Jantan

Bunga Betina

Osmofor

Sekitar

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

63

Universitas Indonesia

4.4.3. Hubungan jumlah serangga dengan ukuran perbungaan

Hasil analisis regresi linier yang menguji hubungan diameter spatha

dengan jumlah individu serangga pengunjung menunjukkan nilai R2 = 0.571.

Hasil uji stastistik regresi linier yang menguji hubungan panjang osmofor dengan

jumlah individu serangga pengunjung menunjukkan nilai R2 = 0.362 (Gambar

4.32--4.33). Jumlah individu serangga pengunjung perbungaan merupakan

variabel terikat, sedangkan diameter dan panjang osmofor merupakan variabel

bebas.

Hasil analisis regresi linear hubungan jumlah individu serangga

pengunjung dengan diameter spatha A. variabilis, menunjukkan 57,1 % data,

sesuai dengan rumus yang dihasilkan. Hal tersebut berarti, jumlah individu

serangga bukan hanya dipengaruhi oleh diameter osmofor. Sebesar 43,9 %

kemungkinan, jumlah individu serangga dipengaruhi faktor lain. Hasil uji

Analysis of variance (ANAVA) menunjukkan signifikansi dibawah 0.005. Hal

tersebut menunjukkan untuk mencapai nilai R2 yang signifikan, sehingga uji

regresi linear dapat dilanjutkan dengan penambahan jumlah data (Hartono 2008:

122--123).

Hasil uji regresi linear hubungan jumlah individu serangga pengunjung

dengan panjang osmofor menunjukkan 36.2 % data, sesuai dengan rumus yang

dihasikan. Hal tersebut berarti jumlah serangga pada perbungaan dipengaruhi

oleh panjang osmofor hanya 36.2 % kemungkinan. Sebesar 63.8 % kemungkinan,

dipengaruhi oleh faktor lain. Data yang diperoleh tidak dapat diteruskan

menggunakan uji regresi linear, karena nilai signifikasnsi dalam uji ANAVA di

atas 0.05 (Hartono 2008: 122--123).

Menurut Bown (1988: 175) strukur spatha pada perbungaan menciptakan

kondisi lingkungan (kelembaban dan kehangatan) yang sesuai bagi serangga

untuk mencari makanan dan melakukan perkawinan. Ukuran osmofor

memengaruhi massa gas yang mengisi rongga osmofor. Semakin besar ukuran

osmofor maka semakin banyak massa gas yang dilepas. Akan tetapi, selain

diameter spatha dan diameter osmofor, terdapat faktor eksternal yang

memengaruhi jumlah kehadiran serangga pada perbungaan A. variabilis. Suhu,

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

64

Universitas Indonesia

kelembaban udara, dan ukuran populasi serangga memengaruhi frekuensi

kedatangan serangga pada perbungaan (Robacker dkk. 1988: 390--391).

Gambar 4.32. Aktivitas kumbang dari suku Nitidulidae di perbungaan

Gambar 4.33. Kurva regresi linier hubungan jumlah individu serangga

pengunjung perbungaan dengan diameter spatha

A B

C D

A & B = Kawin (mating)

C = memakan serbuk sari

D = membantu penyerbukan

5 mm 5 mm

3 mm 10 mm

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

65

Universitas Indonesia

perbungaan dengan ukuran spatha

Gambar 4.34. Kurva regresi hubungan jumlah individu serangga pengunjung

perbungaaan dengan panjang osmofor.

4.5. PROSES PENYERBUKAN

Proses penyerbukan dari keseluruhan sampel perbungaan yang diamati

terjadi secara alami. Proses penyerbukan alami tersebut dibantu dengan angin

(anemokori) dan dengan bantuan serangga (entomokori). Proses penyerbukan

oleh serangga adalah akibat aktivitas serangga antara lain mencari makan pada

bunga, melakukan perkawinan, serta membantu perpindahan serbuk sari. Proses

perpindahan serbuk sari dikarenakan serbuk sari menempel pada tubuh serangga.

Proses penyerbukan terjadi secara sendiri terjadi pada semua sampel

perbungaan yang diamati. Proses penyerbukan sendiri terjadi karena ketika bunga

jantan mengeluarkan serbuk sari, bunga betina masih reseptif untuk dibuahi

(Gambar 4.34). Seluruh sampel perbungaan yang diamati menghasilkan buah.

Akan tetapi, dimungkinkan terjadi transfer serbuk sari secara silang pada beberapa

sampel perbungaan yang tumbuh berdekatan.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

66

Universitas Indonesia

Serbuk sari mulai dilepas perbungaan jantan pada hari ke- 3 mekarnya

spatha. Bunga betina terlebih dahulu mekar dan reseptif sejak hari ke-1 mekarnya

spatha. Bunga betina masih reseptif satu hari setelah perbungaan jantan

melepaskan serbuk sari untuk untuk pertama kalinya sehingga masih terdapat

waktu 1 hari untuk terjadinya polinasi.

Perbungaan jantan masih mengeluarkan serbuk sari ketika bunga betina

sudah tidak reseptif selama 1--2 hari. Gejala yang terjadi selanjutnya adalah

spatha layu dan mengering diikuti oleh osmofor dan bunga jantan (Gambar 4.35).

Saat pematangan buah, ukuran bunga betina bertambah besar hingga menjadi

buah. Proses pematangan buah terjadi terlebih dahulu dari bagian ujung tongkol

perbuahan, sehingga terbentuk gradasi warna. Gradasi warna yang terbentuk

adalah warna merah hingga jingga untuk buah yang masak pada bagian ujung dan

berwarna kuning hingga hijau untuk buah yang belum masak semakin ke bagian

pangkal (Gambar 4.36).

Jumlah buah dan biji yang terbentuk dari proses penyerbukan tergantung

pada jumlah serbuk sari yang menempel perbungaan betina (Rochedi 2004: 27).

Serbuk sari dari perbungaan jantan jatuh ke bagian bawah perbungaan karena

bantuan angin. Serbuk sari A. variabilis bertekstur halus dan relatif ringan ,

karena 9--10% nya adalah debu, sehingga mudah tertiup angin (Ham 2006:

37).

Serangga penyerbuk berperan memindahkan serbuk sari yang tersebar

tidak merata di permukaan atas perbungaan ke bagian bawah perbungaan.

Tingkat pembentukan buah pada sampel perbungaan yang diamati mencapai

100%. Persentase jumlah buah bernas (berdaging dan berbiji) berkisar 50--80%

dari buah yang terbentuk dengan ukuran diameter buah minimum 0.3 cm dan

maksimum 1.4 cm.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

67

Universitas Indonesia

Gambar 4.35. Perbandingan antara bunga betina yang masih reseptif dengan yang

sudah tidak reseptif

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Gambar 4.36 Kondisi perbungaan saat spatha dan bunga jantan mengering

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Bunga betina masih reseptif saat

serbuk sari menempel (terjadi

polinasi)

Bunga betina tidak reseptif saat

serbuk sari berhenti keluar (telah

terjadi polinasi)

Bunga jantan dan

spatha mengering

Larva serangga

1 cm 1 cm

1.5 cm

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Gambar 4.37 Kondisi perbungaan yang telah mengalami proses penyerbukan

4.6. POPULASI Amorphophallus variabilis

4.6.1. Gambaran umum populasi

Pengamatan populasi

Maret--Mei 2011. Pengamatan pada bulan Maret dilakukan di Lokasi

Pengamatan di Lokasi 1

vegetatif dan 2 tumbuhan dalam fase generatif.

menunjukkan sebanyak 49 individu tumbuhan dalam fase vegetatif dan 4

tumbuhan dalam fase generatif

menunjukkan 48 tumbuhan vegetatif dan 3 generatif di Lokasi 3 dan 80

tumbuhan vegetatif dan 2 generatif di lokasi 4. Pengamatan pada bulan Mei di

Lokasi 5 dan 6 menunjukkan lebih dari 50% individu tumbuhan tumb

fase generatif. Terdapat 23 tumbuhan vegetatif dan 37 tumbuhan generatif di

Universitas Indonesia

Kondisi perbungaan yang telah mengalami proses penyerbukan

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Amorphophallus variabilis

.1. Gambaran umum populasi A. variabilis

Pengamatan populasi A. variabilis di lokasi penelitian dilakukan dari bulan

Mei 2011. Pengamatan pada bulan Maret dilakukan di Lokasi

Pengamatan di Lokasi 1 menunjukkan sebanyak 79 individu tumbuhan dalam fase

vegetatif dan 2 tumbuhan dalam fase generatif. Pengamatan di Lokasi 2

menunjukkan sebanyak 49 individu tumbuhan dalam fase vegetatif dan 4

tumbuhan dalam fase generatif. Pengamatan bulan April di Lokasi 3 dan 4

menunjukkan 48 tumbuhan vegetatif dan 3 generatif di Lokasi 3 dan 80

tumbuhan vegetatif dan 2 generatif di lokasi 4. Pengamatan pada bulan Mei di

Lokasi 5 dan 6 menunjukkan lebih dari 50% individu tumbuhan tumb

fase generatif. Terdapat 23 tumbuhan vegetatif dan 37 tumbuhan generatif di

2 cm

68

Universitas Indonesia

Kondisi perbungaan yang telah mengalami proses penyerbukan

di lokasi penelitian dilakukan dari bulan

Mei 2011. Pengamatan pada bulan Maret dilakukan di Lokasi 1 dan 2.

individu tumbuhan dalam fase

Pengamatan di Lokasi 2

menunjukkan sebanyak 49 individu tumbuhan dalam fase vegetatif dan 4

. Pengamatan bulan April di Lokasi 3 dan 4

menunjukkan 48 tumbuhan vegetatif dan 3 generatif di Lokasi 3 dan 80

tumbuhan vegetatif dan 2 generatif di lokasi 4. Pengamatan pada bulan Mei di

Lokasi 5 dan 6 menunjukkan lebih dari 50% individu tumbuhan tumbuh dalam

fase generatif. Terdapat 23 tumbuhan vegetatif dan 37 tumbuhan generatif di

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

Lokasi 5, dan 17 tumbuhan vegeta

(Gambar 4.38.).

Gambar 4.38.

Populasi Amorphophallus variabilis

generatif pada bulan Maret

pada bulan Mei 2011. Rochedi (2004: 21) menyatakan, berdasarkan hasil

pengamatan pertumbuhan

variabilis memulai fase generatif pada bulan Mei 2004 dan mulai mengalami

peningkatan jumlah tumbuhan generatif pada Bulan Agustus 2004. Jansen

1996: 47) menyatakan,

memasuki masa dormansi yang terjadi selama musim kemarau dan mulai

berbunga pada awal musim penghujan yaitu Bulan November (tahun 1996). Fase

generatif akan berlangsung selama musim penghujan dan berakhir pada

penghujung musim pen

Hasil pengamatan pada periode yang berbeda (1996, 2004, dan 2011)

menunjukkan adanya pergeseran waktu pola pertumbuhan

Berdasarkan teori, A. variabilis

Maret

Lokasi 1

Vegetatif

Generatif

Universitas Indonesia

Lokasi 5, dan 17 tumbuhan vegetatif dan 41 tumbuhan generatif di Lokasi 6

. Perbandingan populasi vegetatif dan generatif

Maret--Mei

Amorphophallus variabilis di Kawasan UI, Depok memulai fase

generatif pada bulan Maret--April 2011 dan fase generatif mulai mendominasi

pada bulan Mei 2011. Rochedi (2004: 21) menyatakan, berdasarkan hasil

mbuhan A. variabilis di Bogor, Jawa Barat, populasi

memulai fase generatif pada bulan Mei 2004 dan mulai mengalami

peningkatan jumlah tumbuhan generatif pada Bulan Agustus 2004. Jansen

1996: 47) menyatakan, pada Mei--Juni (tahun 1996), umbi A. variabilis

memasuki masa dormansi yang terjadi selama musim kemarau dan mulai

berbunga pada awal musim penghujan yaitu Bulan November (tahun 1996). Fase

generatif akan berlangsung selama musim penghujan dan berakhir pada

penghujung musim penghujan.

Hasil pengamatan pada periode yang berbeda (1996, 2004, dan 2011)

menunjukkan adanya pergeseran waktu pola pertumbuhan A. variabilis

A. variabilis mengalami dormansi sepanjang musim kemarau

Maret April Mei

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Lokasi 5

72 49 48 80

2 4 3 2

69

Universitas Indonesia

if dan 41 tumbuhan generatif di Lokasi 6

n generatif pada Bulan

di Kawasan UI, Depok memulai fase

April 2011 dan fase generatif mulai mendominasi

pada bulan Mei 2011. Rochedi (2004: 21) menyatakan, berdasarkan hasil

di Bogor, Jawa Barat, populasi A.

memulai fase generatif pada bulan Mei 2004 dan mulai mengalami

peningkatan jumlah tumbuhan generatif pada Bulan Agustus 2004. Jansen dkk.

A. variabilis akan

memasuki masa dormansi yang terjadi selama musim kemarau dan mulai

berbunga pada awal musim penghujan yaitu Bulan November (tahun 1996). Fase

generatif akan berlangsung selama musim penghujan dan berakhir pada

Hasil pengamatan pada periode yang berbeda (1996, 2004, dan 2011)

A. variabilis.

mengalami dormansi sepanjang musim kemarau,

Mei

Lokasi 5 Lokasi 6

23 17

37 41

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

70

Universitas Indonesia

hingga apabila massa umbi telah mencukupi, tumbuhan akan berbunga di awal

musim penghujan. Massa umbi yang belum mencukupi akan membentuk daun

baru sepanjang musim penghujan (Jansen dkk. 1996: 47). Pergeseran waktu pola

pertumbuhan A. variabilis menunjukkan adanya perubahan periode iklim global

yang menandai awal--akhir musim penghujan dan awal--akhir musim kemarau,

selama periode 1996--2011. Awal musim penghujan bergeser dari bulan

November menjadi bulan Maret selama periode 1996--2011

4.6.2. Pola sebaran populasi

Pola sebaran A. variabilis di setiap lokasi penelitian menunjukkan pola

yang mengelompok (Gambar 4.38), berdasarkan Indeks Sebaran Morisita yang

menunjukkan indeks sebaran di setiap lokasi lebih dari nol (Isp > 0) (Krebs 1999:

56--60). Pola sebaran yang mengelompok adalah hasil dari reproduksi A.

variabilis secara vegetatif atau dengan menggunakan umbi batang. Umbi batang

yang tumbuh di bawah permukaan tanah akan menghasilkan anak umbi yang akan

menghasilkan tunas daun di sekitar umbi batang tersebut. Secara generatif, biji-

biji dari buah yang membusuk pada tongkol perbungaan akan rontok dan jatuh ke

tanah. Biji-biji tersebut akan tumbuh sebagai tumbuhan baru disekitar tumbuhan

induk (Jansen dkk. 1996: 46--47; Rochedi 2004: 4).

Persebaran A. variabilis dari suatu habitat ke habitat lain diduga dibantu

oleh hewan pemakan buah. Beberapa pengamatan ditemukan adanya tanda-tanda

hewan yang memakan buah pada perbungaan dengan adanya bekas pada tongkol

perbungaan. Akan tetapi, belum diketahui secara pasti, hewan yang melakukan

penyebaran biji A. variabilis. Diduga biji tersebar secara alami oleh burung. Hal

tersebut karena buah A. variabilis berwarna terang dan berukuran relatif besar

sehingga diduga disukai burung sebagai makanan. Sebelumnya diketahui pada

jenis A. titanum, penyebar biji adalah burung rangkong (Hetterscheid 1995: 3).

Burung bulbul juga diketahui sebagai penyebar biji A. gigas yang persebarannya

dari India hingga Sabah (Hetterscheid dan Ittenbach 2003: 7—9).

Burung pemakan buah yang terdapat pada kawasan Universitas Indonesia,

Depok adalah burung cabe jawa (Dicaeum trochileum), cucak kutilang

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

71

Universitas Indonesia

(Pycnonotus aurigaster) dan merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier) (Pradana

2007: 32, 28; Pradana 2010: 15) . Akan tetapi burung cabe jawa hanya memakan

buah jenis-jenis tumbuhan benalu di kawasan UI, Depok (Pradana 2010: 15; Mc

Kinnon 1998: 414). Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan merbah cerucuk

(Pycnonotus goiavier) diduga sebagai penyebar biji A. variabilis di kawasan UI,

Depok karena berkerabat dekat dengan burung bulbul penyebar biji A. gigas di

India hingga Sabah (MacKinnon 1998: 280; Beath 1996: 5).

4.6.3. Analisis vegetasi populasi

Hasil analisis vegetasi terhadap populasi A. variabilis di tiap lokasi

menunjukkan dominansi terendah terdapat pada populasi di Lokasi 2 (d = 0.02)

dan dominansi tertinggi pada populasi di Lokasi 6 (d = 0.06) (Gambar 4.38 ).

Dominansi pada lokasi 1--3 memiliki nilai yang relatif tidak jauh berbeda yaitu

antara 0.01--0.02. Dominansi pada Lokasi 4--6 memiliki nilai yang relatif tidak

jauh berbeda yaitu antara 0.04--0.06. Terdapat rentang nilai antara dominansi

pada Lokasi 1--3 dan Lokasi 4--6. Lokasi dengan nilai frekuensi tertinggi adalah

pada Lokasi 6 (f = 0.4 dan terendah pada Lokasi 5 (f = 0.39), sedangkan jumlah

individu / m2 tertinggi adalah pada lokasi 4 dengan 0.2 individu / m

2 dan jumlah

terendah pada lokasi 3 yaitu 0.125 individu / m2.

Nilai dominansi, frekuensi, dan jumlah individu / m2 populasi A. variabilis

menunjukkan perbedaan di antara 6 lokasi pengamatan di kawasan UI, Depok.

Akan tetapi terlihat perbedaan tersebut tidak menunjukkan nilai yang signifikan.

Nilai dominansi dipengaruhi oleh luas tutupan (cover) tumbuhan. Nilai frekuensi

dan kerapatan (jumlah individu / m2) dipengaruhi oleh sebaran tumbuhan.

Perbedaan dominansi di keenam lokasi menunjukkan perbedaan ukuran

morfologi A. variabilis walaupun tidak signifikan. Perbedaan ukuran morfologi

tumbuhan disebabkan karena adanya perbedaan tingkat intensitas cahaya

matahari, suhu, dan kelembaban. Perbedaan nilai dominansi terlihat jelas pada

Lokasi 1--3 dan Lokasi 4--6 (Gambar 4.39 A). Intensitas cahaya pada lokasi 4--6

lebih rendah dibandingkan dengan lokasi 1--3.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

72

Universitas Indonesia

Amorphophallus variabilis diketahui sebagai tumbuhan naungan. Sebagai

tumbuhan naungan, A. variabilis telah beradaptasi dengan memiliki struktur

daun yang berbeda dengan tumbuhan lain, sehingga memiliki tingkat serapan CO2

lebih baik pada tingkat cahaya rendah. Menurut Edmond dkk (1957: 163),

struktur daun berpengaruh terhadap hasil fotosintesis, serapan CO2, penetrasi

cahaya terhadap sel klorenkim, turgiditas sel, dan translokasi karbohidrat.

Menurut Salisbury & Ross (1995: 76) tumbuhan naungan memiliki sifat dan

struktur daun yang berbeda. Sifat tumbuhan naungan adalah :

1. Laju fotosintesis lebih rendah pada tingkat intensitas cahaya tinggi

2. Respon fotosintesis mencapai jenuh pada tingkat yang lebih rendah dari

tumbuhan lain.

3. Laju Fotosintesis lebih tinggi pada tingkat intensitas cahaya rendah

4. Titik kompensasi cahaya rendah.

5. Tangkai daun tanggap terhadap arah dan intensitas cahaya sehingga

mengarahkan daun ke tempat yang ternaungi

Adaptasi tumbuhan terhadap cekaman naungan akan menyebabkan

perubahan morfologi daun. Tumbuhan naungan memiliki daun yang berbentuk

lebar dan tipis karena memiliki jaringan palisade yang relatif lebih pendek

dibandingkan dengan tumbuhan matahari. Ukuran sel relatif lebih besar sehingga

helai daun menjadi lebar dan tipis dengan kutikula dan dinding sel lebih tipis.

Ukuran batang relatif lebih kecil dengan kondisi xylem yang kurang berkembang

(Doubenmire 1974: 214).

Lokasi 4--6 memiliki intensitas cahaya yang lebih kecil dibandingkan

lokasi 1--3. Hal tersebut menyebabkan A. variabilis pada lokasi 4--6 beradaptasi

dengan laju fotosintesis yang lebih tinggi dibandingkan lokasi 1--3. Helaian daun

pada lokasi 4--6 relatif lebih lebar dan tipis dibandingkan dengan lokasi 1--3.

Hal tersebut membuat rerata tutupan (cover) lokasi 4--6 lebih besar dibandingkan

dengan lokasi 1--3. Semakin besar tutupan (cover), maka dominansi akan

semakin besar, sebab dominansi dipengaruhi oleh jumlah sampel dan rerata

tutupan (cover).

Perbedaan nilai frekuensi dan kerapatan ( jumlah individu / m2)

menunjukkan perbedaan frekuensi sebaran populasi A. variabilis di keenam

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

lokasi. Frekuensi A. variabillis

dan 6 (Gambar 4.39 B)

tersebar merata sehingga relatif banyak dijumpai pada kuadrat sampel yang

diambil.

Kerapatan A. variabilis

lain, karena pada lokasi 4 relatif banyak dijumpai tumbuhan semai sehingga

mempengaruhi kerapatan pada lokasi tersebut

pada kawasan hutan kota dengan tingkat intensitas caha

6, serta suhu dan kelembaban tertinggi setelah lokasi 6. Kondisi tersebut

membuat pertumbuhan biji semakin cepat karena

naungan memiliki laju fotosintesis lebih cepat pada tingkat intensitas cahaya

rendah (Salisbury &Ross:

Gambar 4.39. Dominansi, frekuensi, dan kerapatan

Universitas Indonesia

A. variabillis terbanyak dijumpai pada populasi di lokasi 1

(Gambar 4.39 B). Populasi A. variabilis pada lokasi 1 dan 6 relatif

tersebar merata sehingga relatif banyak dijumpai pada kuadrat sampel yang

A. variabilis pada lokasi 4 lebih tinggi dibandingkan lokasi

lain, karena pada lokasi 4 relatif banyak dijumpai tumbuhan semai sehingga

mempengaruhi kerapatan pada lokasi tersebut (Gambar 4.39 C). Lokasi 4 berada

pada kawasan hutan kota dengan tingkat intensitas cahaya terendah setalah lokasi

6, serta suhu dan kelembaban tertinggi setelah lokasi 6. Kondisi tersebut

membuat pertumbuhan biji semakin cepat karena A. variabilis sebagai tumbuhan

naungan memiliki laju fotosintesis lebih cepat pada tingkat intensitas cahaya

rendah (Salisbury &Ross: 76)

Gambar 4.39. Dominansi, frekuensi, dan kerapatan A. variabilis

lokasi

C

73

Universitas Indonesia

terbanyak dijumpai pada populasi di lokasi 1

pada lokasi 1 dan 6 relatif

tersebar merata sehingga relatif banyak dijumpai pada kuadrat sampel yang

pada lokasi 4 lebih tinggi dibandingkan lokasi

lain, karena pada lokasi 4 relatif banyak dijumpai tumbuhan semai sehingga

. Lokasi 4 berada

ya terendah setalah lokasi

6, serta suhu dan kelembaban tertinggi setelah lokasi 6. Kondisi tersebut

sebagai tumbuhan

naungan memiliki laju fotosintesis lebih cepat pada tingkat intensitas cahaya yang

A. variabilis di tiap

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

74

Universitas Indonesia

Rata-rata ukuran morfologi tiap individu pada populasi A. variabilis di

setiap lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan, namun tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan dengan derajat kesamaan Morisita 99.9995 (Gambar

4.22). Hal tersebut karena populasi A. variabilis tumbuh dan tersebar pada

kondisi lingkungan yang relatif seragam pada setiap lokasi. Umur populasi yang

bervariasi dan tidak terpola di setiap lokasi tidak menyebabkan terlihatnya

perbedaan ukuran morfologi A. variabilis secara signifikan. Menurut Sufiani

(1993: 14) ukuran daun dan perbungaan A. variabilis dipengaruhi oleh bobot

umbi. Bobot umbi juga dipengaruhi oleh umur individu dan kondisi lingkungan.

Gambar. 4.40. Pola sebaran mengelompok populasi A. variabils

[Sumber: Dokumentasi pribadi]

Berdasarkan dendogram (Gambar 4.41), Lokasi 6 berbeda dibandingkan

dengan lima lokasi lain. Hal tersebut sesuai dengan karakter lingkungan berupa

suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban lokasi 6 yang berbeda dibandingkan

dengan lima lokasi lain. Intensitas cahaya pada lokasi 6 paling rendah diantara

lokasi lainnya, sedangkan rata-rata suhu dan kelembaban lokasi 6 paling tinggi

diantara lokasi lainnya. Intensitas cahaya yang rendah membuat A. variabilis

sebagai tumbuhan naungan, memiliki laju fotosintesis yang tinggi. Ukuran batang

menjadi lebih kecil, dengan kondisi xylem yang kurang berkembang. Helai daun

lebih lebar dan tipis disebabkan oleh ukuran sel yang lebih besar (Doubenmire

197: 214).

1 m

1 m

A

B

A. Sub-habitat hutan karet di

dalam lingkungan kampus

B. Sub-habitat Hutan Kota

Universitas Indonesia

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

75

Universitas Indonesia

Lokasi 6 seperti yang tertera pada Gambar 4.3, merupakan lokasi yang

berbeda diantara lokasi lainnya. Lokasi 6 terpisah dari lokasi 4 dan 5 oleh 2 (dua)

situ yaitu Situ Ulin dan Situ Salam. Lokasi 6 berbatasan langsung dengan jalan

raya dan sebuah bangunan fisik. Vegetasi pada lokasi 6 teramati relatif lebih

rindang dengan dominasi pohon akasia dan karet serta vegetasi semak dan perdu.

Hal tersebut memengaruhi akuisisi cahaya pada lantai hutan lebih kecil

intensitasnya serta kelembaban yang lebih tinggi dan suhu yang lebih rendah

dibandingkan lokasi lainnya.

Gambar 4.41. Dendogram perbedaan lokasi populasi A. variabilis

berdasarkan ukuran morfologi tumbuhan

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

76 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Pertumbuhan perbungaan Amorphophallus variabilis dari kuncup hingga awal

pematangan buah berkisar antara 9--14 hari. Proses pematangan buah berkisar

antara 2--3 pekan.

2. Polinasi Amorphophallus variabilis di Kawasan Universitas Indonesia (UI)

terjadi pada hari ke-3 mekarnya perbungaan.

3. Polinasi Amorhophallus variabilis di kawasan UI dibantu oleh angin dan

serangga. Serangga yang berperan adalah kumbang dari suku Nitidulidae,

kumbang dari suku Endomychidae, lalat dari suku Anthomyiidae, dan lalat

dari suku Tachinidae.

4. Populasi A. variabilis di kawasan UI memiliki pola sebaran mengelompok.

5. Populasi A. variabilis di setiap lokasi pengamatan menunjukkan kesamaan

berdasarkan karakter morfologi dengan indeks kesamaan sebesar 99,9995.

5.2. SARAN

1. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan analisis pola pertumbuhan disertai

dengan data curah hujan agar dapat diketahui perbedaannya.

2. Jenis serangga penyerbuk sangat perlu untuk dianalisis hingga tingkatan takson

jenis, dan dapat dilakukan penelitian persebarannya di kawasan Universitas

Indonesia

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai polinasi dan populasi A. variabilis di

lokasi lain di luar kawasan Kampus UI disertai dengan dukungan data

etnobotani, ekofisiologi, dan sistematika tumbuhan.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

77 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Acebey, A., T. Kroemer, B.L. Maas dan M. Kessler. 2010. Ecoregional

distribution of potentially useful species of Araceae and Bromeliaceae as

non-timber forest products in Bolivia. Biodivers Conserv. 19: 2553—2564

hlm.

Ariel, 1999. Iles-iles KHP Blitar makanan favorit masyarakat Jepang. Buletin

Duta Rimba. 4: 17-18.

Backer, C. A. dan van den Brink. 1968. Flora of Java (Spermatophyte Only):

vol. III. angiospermae, familiy 215. Noordhoff-Kolff N.V.P, Groningen :

CLII + 639 hlm.

Beath, D.N. Daniel. 1996. Pollination of Amorphophallus johnsoni (Araceae) by

carrion bettles (Phaeochrous amplus) in a Ghanaian Rain Forest. Journal of

Tropical Ecology. Cambridge University Press. 12: 409—418

Bogner, J., dan Dan H. Nicolson. 1991. A revised classification of Araceae with

dichotomous key. Wildenouwia. Berlin Botanischer Garten und Botanische

Museum, Dahlem. 21: 35—50 .

Bown, D. 1988. Aroids: Plants of the arum family. Timber Press Portland:

Oregon: 204 hlm.

Campbell, J. M. 2008. Taxonomy of Endomychidae (handsome fungus bettles).

Journal of Entomology. Entomology society. IV : 22--24

Dhewangkoso, R. 2008. Pengaruh vegetasi di Kampus Universitas Indonesia

Depok terhadap iklim mikro dan kenyamanan lingkungan. Skripsi S1-

Biologi FMIPA-UI, Depok: ix—54 hlm.

Doubenmire, R.F. 1974. Plant and environment. A Text book of plant

autoecology 3rd edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. 422 hlm.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

78

Universitas Indonesia

Dudareva, N. dan E. Pichersky . 2006. Biology of floral scent. CRC Press Taylor

dan Francis Group. New York: 337 hlm.

Edmond, J.B., A. M. Musser dan F.S. Andrews. 1957. Fundamentals of

horticultura. 2nd. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York: 456 hal.

Ermiati dan M.P. Laksmanahardja. 1996. Manfaat iles-iles (Amorphophallus sp.)

sebagai bahan baku makanan dan industri. Jurnal LitbangPertanian. 15 (3):

74-80

Gibernau, M., D. Barabe, P. Cerdan dan A. Dejean. 1999. Beetle pollination of

Philodendron solimosense (Araceae) in French Guana. International

Journal of Plant Science, University of Chicago, Chicago. 160 (6): 1135—

1143.

Ham, R.v.d.., G. Grobb, W. Hetterscheid, W. Star dan B. J. van Heueven. 2005.

Notes on the genus Amorphophallus (Araceae) – 13. Evolution of polen

ornamentation and ultrastructure in Amorphophallus and

Pseudodracontium. Grana. Taylor dan Francis Publishers, New

England.44: 252--265.

Hartanto, E.S. 1994. Iles-iles tanaman langka yang laku diekspor. Buletin

Ekonomi XIX (4) : 21--25.

Hartono. 2008. SPSS 16.0: Analisis data statistika dan penelitian. Edisi ke-1.

Pustaka Belajar, Yogyakarta: xi + 225 hlm.

Hetterscheid. W. L.. 1996. Amorphophallus ecology, geography, and

conservation. International Aroid Society webpage. http://

aroid.org/amgec.php.htm. 1 Agustus 2010 pk. 17: 13.

Hetterscheid, W. L dan A. S. Ittenbach. 2003. Everything You Always Wanted to

Know About Amorphophallus, but Were Afraid to Stick Your Nose

Into!!!!!. Aroideana. 19: 7—131.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan

Departemen Kehutanan, Jakarta: ? hlm.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

79

Universitas Indonesia

International Aroid Society. 2003. Species list of Amorphophallus. Hetterscheid

dan Ittenbach. Amorphophallus ecology, geography, and conservation.

http// www. Aroid.org/list..php.htm. 7 Agustus 2010 pk. 10.21.

Jansen, P.C.M., C. van der Wilk dan W.L.A. Hetterscheid. 1996.

Amorphophallus Blume ex Decaisne. In Flach, M. and F. Rumawas (eds.).

PROSEA: Plant Resources of South-East Asia No 9. Plant Yielding Non-

seed Carbohydrates. Backhuys Publishers, Leiden: 45--50 hlm.

Kartikawati, N. K. 2008. Polinator pada tumbuhan kayu putih. Jurnal Balai Besar

Penelitian Bioteknologi Tumbuhan Hutan. Jogjakarta: 7 hlm.

Keng, H. 1978. Orders and families of Malayan seed plants: Synopsis of orders

and families of Malayan Gymnorperms, Dicotyledons and Monocotyledons.

Singapore University Press. Singapura: xviii + 437 hlm.

Krebs, C.J. 1999. Ecological methodology. Addison-Wesley Educational

Publishers, Inc., Menlo Park, California: 620 hlm.

Lahiya, A.A. 1993. Budidaya tumbuhan iles-iles dan penerapannya untuk sasaran

konsumsi serta industri. Seri Himpunan Peninggalan Penulisan Yang

Berserakan. Terjemahan dari: De Fabrikasi Van Iles-iles mannaanmeel uit

Amorphophallusknollen en enige toepassingmogelijkheden Bergcultures

oleh Scheer, J.V., G.H.W.D. Dekker, and E.R.E. Helewijn.

1937/1938/1940 Bandung : 27 hlm.

Lingga, P., B. Sarwono, F. Rahardi, P.C. Rahardja, J.J. Afriastini, W. Rini, dan

W.H. Apriadji. 1989. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya, Jakarta: 31

hlm.

MacKinnon, J., K. Phillips & B. van Balen. 2000. Seri panduan lapangan burung-

burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Uslitbang Biologi-LIPI,

Bogor: xviii+ 510 hlm.

Odum, E.P.1993. Dasar-dasar ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi

ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 340 hlm.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

80

Universitas Indonesia

Pijl, L.v.d. 1937. Biological and physiological observations on the inflorescence

of Amorphophallus. Recl. Trav. Bot. Neerl. 34: 57-67.

Poehlman, J. M. 1959. Breeding fields crop. Henry Holt and Company, INC. New

York. 427 hlm.

Pradana, D. H. 2007. Distribusi dan keanekaan jenis burung di Kampus

Universitas Indonesia Depok pada berbagai subtipe habitat. Skripsi S1-

Biologi FMIPA-UI, Depok: vii + 67 hlm.

Pradana, D. H. 2010. Keanekaragaman, aktivitas, dan pembagian sumber daya

spesies burung pada Ficus benjamina dan Acacia mangium di taman

Kampus Universitas Indonesia Depok. Tesis S2 - Biologi-FMIPA-UI,

Depok: xii + 57 hlm.

Punaran, S. K. dan K.P.N. Kumaran. 2010. Polen morphology and pollination

ecology of Amorphophallus species from Northwest Ghats and Khonkan

Region of India. Flora. 205: 326--336.

Purborini, D. H. 2006. Struktur dan komposisi tumbuhan di Situ Rawa Pening.

Skripsi. Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. xi + 40 hlm.

Rochedi, A. B.. 2004. Studi polinasi pada iles-iles. Skripsi. Jurusan Agronomi

dan Hortikultura . Fakultas Pertanian IPB, Bogor: xv+ 64 hlm.

Real, L. 1983. Pollination biology. Academia Press, INC. Orlando: 338 hlm.

Romoser, W.S. dan Stoffolano, J.G., Jr. The science of entomology: 4th edition.

Mc Grow-Hill Company Inc. Singapura: xiv+ 605 hlm

Rosman, R. dan S. Rusli. 1991. Tanaman iles-iles. Edisi Khusus Littro. VII (2):

17--21

Salisbury, F.B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 2. Penerbit ITB,

Bandung: 343 hlm.

Schelhas, J. dan R. Greenberg. 1996. Forest patches: in tropical landscapes.

Island Press. Washington DC : xv + 409 hlm.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

81

Universitas Indonesia

Steenis, C.G.G.J. v., S. Bloembergen, dan P. J. Eyma. 2006. Flora. Pradnya

Paramita, Jakarta: xii + 485 hlm.

Sufiani, S. 1993. Iles-iles (Amorphophallus); jenis, syarat tumbuh, budidaya, dan

standar mutu ekspornya. Media Komunikasi Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Industri. Departemen Pertanian. XII : 11--16

Sumarwoto. 2004. Iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume.) deskripsi dan

sifat-sifat lainnya. Jurnal Biodiversitas. 11 (2): 45—53.

Sumarwoto. 2004. Pengaruh pemberian kapur dan ukuran bulbil terhadap

pertumbuhan iles-iles (Amorphophallus muelleri Blum.) pada tanah ber-Al

tinggi. Jurnal Ilmu Pertanian. 11 (2): 45--53.

Taqyuddin, J.S., I. Niraawandi, L. Hakim, A. Ramelan & Firdausy. 1997. Atlas

kampus Universitas Indonesia. FMIPA UI, Depok: v + 40 hlm.

Universitas Indonesia. 2011. Green Campus. 1 hlm.

http : www.ui.ac.id/id/campus/page/green-campus, 27 Juni 2011, pk. 20.12

WIB.

Weite, S.. 2000. Statistical ecology in practice : A guide to analyzing

environmental and ecological field data. Person Education Limited, Kuala

Lumpur: 414 hlm.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

82 Universitas Indonesia

LAMPIRAN

GLOSARIUM

perbungaan epigin : posisi perbungaan betina inferior terhadap

perbungaan jantan (Keng 1978: 412).

bunga tongkol (spadix) : bentuk perbungaan yang tersusun dalam tongkol

dan dilindungi oleh spatha (Keng 1978: 408)

Gambar skema perbungaan spadix dan epigi

(Sumber: Keng 1978: 408)

spatha : daun pelindung perbungaan (Keng 1978: 419).

buah beri : buah berdaging yang memiliki banyak biji (Keng

1978: 419).

a

b

c

Keterangan :

a. spatha

b. perbungaan

jantan

c. perbungaan

betina

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

83

Universitas Indonesia

raphe : daerah yang terbentuk dari pemisahan antara

tangkai ovul yang melengkung dengan ovul (Keng

1978: 416)

pistil : kepala putik atau organ sentral pada bunga yang

terdiri atas karpel (Keng 1978: 411)

ovari : bakal buah yang mengandung beberapa ovul

terletak pada dasar bunga betina. Ovari dapat

terbentuk dari satu atau beberapa karpel (Keng

1978: 411).

lokul : ruang pada bakal buah yang terdapat bakal biji

(ovum) di dalamnya (Keng 1978: 411).

psilate : ornamen pada serbuk sari (polen) dengan

permukaan polen yang rata / halus (van der Ham

2005: 262).

Gambar ornamen psilate pada polen Amorphophallus.skala garis 10 µm

(van der Ham 2005: 264)

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

84

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Tabel hasil pengukuran tinggi total perbungaan

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 67.3 71 71 47.7 47 47 47 47

F002 64 71 71 67.1 67.1 67.1 67.1 67.1

F003 66.8 71.2 71.2 70.8 70.8 45.2 45.2 45.2

F004 107.6 109 109.8 109.8 109.8 80.8 80.8 77.8

F005 107.8 108 109.6 109.6 104.6 102.4 80.8 79.2

F006 127.2 129 130.6 123.4 123.4 116.6 114.6 102.4

F007 69.2 69.6 75.3 74.2 74.2 73 73 72.4

F008 104.2 104.8 105.2 105.2 105 105 103.2 103.2

F009 46.6 48.2 48.2 48.2 46.6 46.6 46.3 44.2

F010 116.6 120.7 120.7 115.8 115.8 115.4 115.4 105.4

F011 62.2 64.1 66.3 66.3 66.3 64.4 64.4 42.2

F012 75.2 75.5 75.5 0 0 0 0 0

F013 76.7 78.8 78.9 80 81.3 81.3 81.3 81.3

F014 90.2 90.4 90.4 90.4 88.1 67.5 67.2 63

F015 46 54.4 57.9 66.3 72.8 73.4 73.4 72.6

F016 66.5 69 69.5 70.4 70.4 70.8 70.8 70.8

F017 77.5 89.3 97.9 102.6 102.9 103.4 103.4 103.4

F018 40.9 43.3 45.8 47.3 48.4 48.4 48.4 48.4

F019 57.9 58.1 59.8 60.4 61.5 62.3 62.8 62.8

F020 152.1 153.4 160 160 153.2 151.2 132.4 131.4

Tinggi

total 81.125 83.94 85.73 80.775 80.46 76.09 73.875 70.99

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

85

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Tabel hasil pengukuran panjang osmofor perbungaan

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 23 23.3 23.3 3.1 2 2 0 0

F002 20.2 22.4 22.4 21 21 20 7.3 0

F003 25 25.8 27 26.2 26.2 3 0 0

F004 34.8 34.8 34.8 34.8 4.6 3.8 1 0

F005 36.6 36.8 36.4 36.4 36 3.4 3.4 0

F006 29.6 29.6 29.2 29.2 28.8 4.2 4.2 0

F007 21 21 21 21 20 19.3 5 3.6

F008 24.2 24.2 23.4 23.4 23.4 23.1 23.1 23.1

F009 13.7 13.7 13.2 13.2 11.6 11.6 11.6 11.2

F010 30.8 30.8 28.8 28.8 22.2 2.4 0 0

F011 21.6 22.6 22.6 22.6 22.6 0 0 0

F012 18 18 18.2 18.2 0 0 0 0

F013 18.7 19.2 19.2 19.2 19.2 0 0 0

F014 31 31.6 31.6 31.6 28.7 12.1 2.4 0

F015 24 26.2 26.2 26.2 26.2 22.6 22.6 22.6

F016 15.8 15.8 15.8 15.8 10.9 7.3 3.4 3.1

F017 17 17.2 20.6 24.6 24.6 24.6 24.6 24.1

F018 12 12.4 12.4 12.4 12.3 12.3 12.3 11.9

F019 16.8 17.2 17.2 17.4 17.4 17.4 17.4 17.4

F020 37.4 38.6 39.4 39.4 39.4 38 12.8 0

Panjang

Osmofor 23.56 24.06 24.135 23.225 19.855 11.355 7.555 5.85

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

86

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Tabel hasil pengukuran diameter osmofor

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 1.3 1.3 1.3 0.8 0.8 0.8 0 0

F002 1.4 1.4 1.4 1.3 1.3 1.3 1.3 0

F003 1.6 1.6 1.7 1.4 1.4 1.2 1.2 0

F004 1.8 2.2 2.2 2 1.2 0.6 0.2 0

F005 1.3 1.3 1.5 1.5 1.2 1 0.4 0

F006 2.8 2.8 2.8 2.4 2.2 2 0.2 0

F007 1.2 1.2 1.2 1.4 1.4 1.2 1.2 0.9

F008 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.3 1.3

F009 1.3 1.5 1.5 1.5 1.3 1.3 1.3 1

F010 2.2 2.2 1.7 1.7 2 0.6 0 0

F011 1.6 1.6 1.1 1 0 0 0 0

F012 1.4 1.5 1.5 0 0 0 0 0

F013 1.8 1.9 1.9 1.9 1.3 0 0 0

F014 1.6 1.6 1.6 1.6 1.2 0.8 0.2 0

F015 1.5 1.7 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2

F016 1.7 1.9 2.1 2.1 1.9 1.9 1.1 0.8

F017 1.4 1.6 1.6 1.7 1.7 1.7 1.7 1.5

F018 1.3 1.4 1.4 1.4 1.4 1.2 1.2 1.2

F019 1.3 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 0

F020 3.1 3.1 3 2.1 1.3 1.1 0.2 0

diameter

osmofor 1.65 1.73 1.72 1.535 1.325 1.08 0.75 0.435

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

87

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Tabel hasil pengukuran panjang spatha

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 11 11 8 5 5 5 4.2 3

F002 13 13 13 12 12 12 12 11.8

F003 14.8 14.4 14.4 4.8 4.8 3.4 3.4 2.4

F004 14.8 14.8 14 14 4.4 2.4 0 0

F005 22.8 22.8 22.8 7.6 7.5 2.6 0 0

F006 20.2 20.2 19.6 7.4 7.2 2.6 0 0

F007 12.4 12.4 11 11 4.4 4.4 2.8 2.8

F008 18.8 18.8 20.2 18.8 13.6 13.6 7.2 7.2

F009 10.7 10.7 10.7 8.6 8.6 8.6 7.2 7.2

F010 21.2 21.2 20.6 20.6 20 5 2.4 0

F011 16.1 16.1 14.8 14.8 4.8 3.1 0 0

F012 11.5 12 12.3 0 0 0 0 0

F013 13.8 14.2 14.4 14.8 14.8 14.8 14.8 13.6

F014 14.8 14.8 14.8 12.5 10.2 5.8 0 0

F015 14.8 14.8 14.8 14.2 13.7 11.2 11.2 10.4

F016 14.2 14.2 12.8 9.8 6.3 6.2 2 0

F017 15.6 15.6 12.4 10.1 10 10 10 9.6

F018 9.6 9.6 9.6 9.6 5.3 3.4 0 0

F019 10.7 10.7 10.8 10.8 10.8 10.8 10.6 9.7

F020 22.8 22.8 22.8 19.7 12.4 9.2 5.4 0

Panjang

Spatha 15.18 15.205 14.69 11.305 8.79 6.705 4.66 3.885

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

88

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Tabel hasil pengukuran diameter spatha

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 1.4 1.4 1.4 1.3 1.3 1.3 0 0

F002 1.8 1.8 1.8 1.6 1.6 1.5 1.5 1.5

F003 2.4 2.4 2.2 2.1 1.4 1.4 0.8 0.8

F004 2.2 2.4 2.4 2 2 2 0 0

F005 2.4 2.4 2 2 2 2 0 0

F006 2.6 3.4 2.8 2.8 2.3 2.3 0 0

F007 1.7 1.7 1.6 1.6 1.6 1 1 0

F008 3.4 3.4 3.4 3.1 3.1 2.6 2.3 1.2

F009 2.2 2.2 2 2 1.5 1.5 1.5 1.2

F010 3.4 3.4 2.2 2.2 2 2 2 0

F011 2.2 2.2 2.4 2.4 2.4 2.4 0 0

F012 2 2.1 2.1 `0 0 0 0 0

F013 2.6 2.6 2.6 2.6 2.4 2.3 2 2

F014 2.7 2.7 2.7 2.7 2.5 0.8 0 0

F015 2.6 3 3.1 3.1 3.1 3.1 2.9 2.9

F016 3.2 3.2 2.9 2.9 2.8 2.6 2.6 0

F017 1.7 2 2.2 2.6 2.6 2.6 2.6 1.8

F018 2.6 2.6 2.2 2.2 1.7 1.4 0 0

F019 1.4 1.5 1.6 2 2 2 2 2

F020 4.1 4.1 4.1 3.9 2 1.3 1.1 0

diameter

spatha 2.43 2.525 2.385 2.373684 2.015 1.805 1.115 0.67

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

89

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Tabel hasil pengukuran panjang perbungaan betina

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 2 2 2 1.9 1.9 2 2 2.1

F002 3 3 3 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2

F003 3 3 3 3.2 3.2 3.4 3.4 3.8

F004 4 4.2 4.2 4.2 4.2 4.2 5.2 5.2

F005 3 3 3 3.8 3.8 3.8 3.8 4.4

F006 3.8 3.8 4.2 4.2 4.4 4.4 4.4 5.2

F007 3.2 3.2 3.8 4.4 4.4 4.4 4.8 4.8

F008 4.4 4.4 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9

F009 3.4 3.4 3.4 3.8 3.8 3.8 4.2 4.2

F010 4.2 4.2 4.2 5.2 5.2 5.2 5.2 5.2

F011 3.2 3.2 3.2 3.4 3.4 3.4 3.8 3.8

F012 2.6 2.6 2.6 0 0 0 0 0

F013 2.8 3 3 3 3 3 3.2 3.2

F014 2.2 2.2 2.4 2.8 3.8 3.8 4.2 4.2

F015 3 3.1 3.1 3.1 3.4 3.4 3.7 3.8

F016 2.8 2.8 2.8 2.8 3.2 3.2 3.6 3.6

F017 2.2 2.4 2.6 2.8 2.8 2.8 2.8 3.4

F018 2.2 2.2 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4

F019 1.8 2.1 2.1 2.1 2.8 2.8 2.8 2.8

F020 5 5 5 5.4 5.4 5.4 5.4 5.9

panjang

perbungaan betina 3.09 3.14 3.245 3.33 3.46 3.475 3.65 3.805

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

90

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Tabel hasil pengukuran diameter perbungaan betina

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 1.2 1.3 1.3 1.3 1.5 1.5 1.6 1.6

F002 1.4 1.4 1.4 1.6 1.6 1.6 1.7 1.7

F003 1.4 1.4 1.4 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6

F004 2 2 2 2.1 2.1 2.2 2.2 2.2

F005 1.5 1.5 1.5 1.9 1.9 2.2 2.2 2.2

F006 1.3 1.6 1.6 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4

F007 1.3 1.3 1.5 1.5 1.5 1.8 1.8 2.8

F008 1.6 1.6 1.6 2.4 2.4 2.5 2.5 2.5

F009 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.7 1.7 1.7

F010 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.6 2.6

F011 1.4 1.4 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6

F012 1.6 1.6 1.6 0 0 0 0 0

F013 2.1 2.1 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2

F014 1.9 2 2 2.1 2.1 2.1 2.1 2.3

F015 2.1 2.1 2.1 2.1 2.3 2.3 2.4 2.4

F016 2.2 2.4 2.4 2.4 2.4 2.5 2.5 2.5

F017 1.4 1.6 1.7 1.7 1.8 1.9 1.9 1.9

F018 1 1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2

F019 1.4 1.4 1.4 1.6 1.6 1.8 1.8 1.8

F020 2.8 2.8 3 3 3 3.2 3.2 3.3

diameter bunga

betina

1.66

5 1.71 1.755 1.815 1.84 1.92 1.96 2.025

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

91

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Tabel hasil pengukuran panjang bunga jantan

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 3.7 4 4 4 4 4 4 3.2

F002 4 4 4 4 4 4 3.4 2.6

F003 3.8 4.6 4.6 3.2 3.2 1.2 0 0

F004 4.2 5.4 5.4 4.2 4.2 4.2 3.8 3.8

F005 4.8 5 5 5 5 3.6 3.6 0

F006 4.2 4.6 4.6 4.6 4.2 4.2 3.8 0

F007 3.8 3.8 3.6 3.6 3.4 3.4 3.4 2.8

F008 5.6 5.6 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8 4.4

F009 4.7 4.7 4.2 4.2 4.2 3.8 3.8 3.8

F010 4.8 4.8 4.8 4.4 4.2 4.2 4.2 3.7

F011 4.2 4.2 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.2

F012 3.4 3.4 3.4 0 0 0 0 0

F013 4.1 4.5 4.7 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8

F014 4.4 4.4 4.4 4.4 4.2 4.2 4.2 4.2

F015 4.6 4.8 4.8 4.8 4.3 4.1 3.8 3.8

F016 4.2 4.2 4.2 4.2 4.6 4.6 4.6 4.6

F017 2.4 2.9 3.1 3.5 3.5 3.8 3.8 4.2

F018 2.8 2.8 2.8 2.8 2.2 2.2 2.2 2.2

F019 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.4 3.4

F020 6.8 6.8 6.8 6.2 5.1 3.2 3 0

Panjang

perbungaan jantan 4.205 4.405 4.33 4.005 3.865 3.585 3.42 2.735

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

92

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Tabel pengukuran diameter perbungaan jantan

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 1.3 1.3 1.3 1.1 1.1 1 0 0

F002 1.3 1.4 1.4 1.2 1.1 1 1 1

F003 0.8 0.8 1 1.2 1.2 1.2 0 0

F004 1.6 1.8 1.8 1.5 1.5 1.2 1.2 0.8

F005 1.3 1.3 1.3 1.2 1.2 0.8 0.8 0

F006 1.6 1.6 1.6 1.3 0.8 0.8 0.8 0

F007 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.1 1.1

F008 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.2 1.2

F009 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1 1 1

F010 1.1 1.1 1.1 1.1 1 1 0.6 0.6

F011 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 0.8 0.8 0.8

F012 1.2 1.3 1.3 0 0 0 0 0

F013 1.7 1.7 1.8 1.8 1.8 1.8 1.3 1.3

F014 1.2 1.2 1.3 1.5 1.5 1.5 1.2 1.2

F015 1.4 1.4 1.4 1.4 1 1 0.8 0.8

F016 0.7 0.7 0.7 0.7 0.9 0.9 0.8 0.8

F017 1 1 1 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3

F018 1.2 1.2 1.3 1.3 1.1 1.1 1 1

F019 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.1 1

F020 2.9 3.1 3.1 3.1 3 2.4 2.1 0

diameter

perbungaan jantan 1.35 1.38 1.405 1.32 1.265 1.14 0.905 0.695

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

93

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Tabel hasil pengukuran diameter petiolus

No. Bunga Tumbuhan mekar hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

F001 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4

F002 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0

F003 0.6 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.6 0.6

F004 1.4 1.8 1.8 1.8 1.8 1.5 1.5 1.5

F005 1.2 1.2 1.2 1.4 1.4 1.4 1.2 1.2

F006 1.2 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 2.2 2.2

F007 0.4 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.8 0.8

F008 0.7 0.9 0.9 1.4 1.4 1.4 1.4 1.2

F009 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7

F010 1 1.2 1.2 1.2 1.4 1.4 1.4 1.6

F011 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.8 0.8 1

F012 1.3 1.3 1.3 0 0 0 0 0

F013 1.2 1.2 1.2 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5

F014 1.3 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4

F015 1.3 1.3 1.4 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5

F016 1 1 1.2 1.2 1.4 1.4 1.4 1.4

F017 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.3 1.3 1.3

F018 0.7 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

F019 1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1

F020 2.1 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3

diameter

petiolus 0.98 1.085 1.105 1.095 1.115 1.115 1.145 1.125

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

94

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Hasil analisis regresi hubungan jumlah serangga pengunjung

dengan diameter spatha menggunakan program SPSS 16.0

REGRESI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 695.245 1 695.245 24.006 .000a

Residual 521.305 18 28.961

Total 1216.550 19

a. Predictors: (Constant), Spatha

b. Dependent Variable: Serangga

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -5.049 3.614 -1.397 .179

Spatha 6.788 1.385 .756 4.900 .000

a. Dependent Variable: Serangga

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .756a .571 .548 5.382

a. Predictors: (Constant), Spatha

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

95

Universitas Indonesia

CURVE FIT

Variable Processing Summary

Variables

Dependent Independent

Serangga Spatha

Number of Positive Values 19 19

Number of Zeros 1 1

Number of Negative Values 0 0

Number of Missing Values User-Missing 0 0

System-Missing 0 0

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Serangga

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .571 24.006 1 18 .000 -5.049 6.788

The independent variable is Spatha.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

96

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Hasil analisis regresi hubungan jumlah serangga pengunjung

dengan panjang osmofor menggunakan program SPSS 16.0

REGRESI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .602a .362 .327 6.564

a. Predictors: (Constant), Osmofor

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 440.924 1 440.924 10.233 .005a

Residual 775.626 18 43.090

Total 1216.550 19

a. Predictors: (Constant), Osmofor

b. Dependent Variable: Serangga1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.799 5.048 -.753 .461

Osmofor .640 .200 .602 3.199 .005

a. Dependent Variable: Serangga1

CURVE FIT

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

97

Universitas Indonesia

Variable Processing Summary

Variables

Dependent Independent

Serangga1 Osmofor

Number of Positive Values 19 20

Number of Zeros 1 0

Number of Negative Values 0 0

Number of Missing Values User-Missing 0 0

System-Missing 0 0

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Serangga1

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .362 10.233 1 18 .005 -3.799 .640

The independent variable is Osmofor.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

98

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Contoh penghitungan indeks pola sebara Morisita

Tabel data frekuensi A. variabilis pada Lokasi 3.

Indeks Pola Sebaran Morosita

2

2( )

d

x xI n

x x

−=

∑ ∑∑ ∑

KW Frek

1 0

2 0

3 0

4 0

5 0

6 1

7 1

8 0

9 0

10 0

11 1

12 6

13 2

14 1

15 0

16 0

17 0

18 0

19 0

20 3

21 0

22

23 0

24 0

25 1

26 0

27 0

28 0

29 1

30 1

31 0

32 0

33 2

34 0

35 0

36 0

37 1

38 0

39 0

40 0

41 0

42 1

43 0

44 0

45 2

46 1

47 0

48 1

49 0

50 0

51 2

52 0

53 0

54 1

55 0

56 1

57 0

58 0

59 0

60 0

61 0

62 0

63 0

64 0

65 2

66 3

67 1

68 0

69 0

70 0

71 1

72 0

73 0

74 0

75 0

76 0

77 6

78 0

79 0

80 0

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

99

Universitas Indonesia

di mana, Id = Indeks sebaran Morisita

n = jumlah sampel

∑ x = rata-rata jumlah kuadrat= + + L1 2 3x x x

∑ 2x = rata-rata jumlah luas kuadrat = + + L

2 2 3

1 2 2x x x

Hasil yang diperoleh : Id = 4.396

χ − +=

−∑

2

.025Clumped index =

( ) 1

i

c

i

n xM

x (4)

di mana, χ 2

.025 nilai chi-square dari tabel (n-1) d.f. yang memiliki 2.5%

derajat kepercayaan dari kanan tabel.

Hasil yang diperoleh : χ 2

.025 = 369.462 dengan derajat kepercayaan 99%

Maka, berdasarkan hasil penghitungan Mc = 3.641

Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung dan menentukan nilai Indeks

Sebaran Morisita dengan standarisasi sebagai berikut :

Jika ≥ > 1.0 :d cI M

−= − 0.5 + 0.5 d c

P

c

I MI

n M (5)

JIka > ≥ 1.0 :c d

M I

−= −

10.5

1d

P

u

II

M (6)

Jika 1.0 > >d uI M :

−= − −

10.5

1d

P

u

II

M (7)

Jika > >1.0 :u d

M I

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA STUDI POLINASI DAN POPULASI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20292135-S1458-Studi polinasi.pdf · ... lalu Kami beri minum kamu dengan (air) ... atas karya

100

Universitas Indonesia

−=

-0.5 + 0.5 d u

P

u

I MI

M

Rumus (5) dipakai karena Id dan Mc lebih dari satu,

Maka hasil yang diperoleh :

−= − 0.5 + 0.5 d c

P

c

I MI

n M

IP = 0.5153

Nilai IP di atas nol maka, pola sebaran dari lokasi 3 adalah mengelompok.

Studi polinasi..., Adhitia Pratama, FMIPA UI, 2011