universitas indonesia penggabungan aspek nilai...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGGABUNGAN ASPEK NILAI BISNIS DALAM GRUP SALIM:
ANTARA GUANXI DAN PROFESIONAL 1975 – 1988
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
Adre Zaif Rahman
0704060034
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI CINA
DEPOK DESEMBER 2008
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Adre Zaif Rachman NPM : 0704060034
Tanda Tangan : ........................... Tanggal : 12 Januari 2009
iiPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
iiiPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Kata Pengantar
Tidak mudah untuk membuat sebuah kesempurnaan, namun ternyata lebih sulit
untuk melihat kepada ketidaksempurnaan dari diri sendiri. Ini yang dirasakan penulis saat
membuat karya skripsi ini. Berbagai kesulitan telah penulis temui, dan kalau mau ber-
lebay, maka boleh dikatakan penulis harus melewati lautan api, bertapa di banyak gunung
dan menyelami dalamnya lautan untuk menyelesakan sebuah karya yang hanya 60-an
halaman ini.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi Cina FIB
UI. Selain sebuah kewajiban akademik, penulis juga menganggap bahwa skripsi ini telah
memberikan suatu pengalaman yang berharga. Penulis menjadi terbiasa berpikir analitis
dan menyampaikan pendapat secara logis dan sistematis dan ilmiah. Hal ini pastinya
tidak akan pernah ditemui jika penulis menempuh ”jalan lain”. Subgguh sebuah
pengalaman yang sangat berharga.
Skripsi ini bukanlah sesuatu yang istimewa, namun penulis berharap ini bisa
menjadi, setidaknya, berguna bagi yang membutuhkan. Berbagai data dan analisis yang
dikeluarkan di dalamnya hanyalah sebuah hasil pemikiran sederhana dari kontemplasi
penulis. Namun, dalam meneliti mengenai guanxi dan grup Salim penulis sangat yakin
banyak hal yang bisa didapatkan dalam karya ini.
Karya ini bukanlah sebuah buatan asal dari penulis, namun merupakan sebuah
karya yang akan menjadi kebanggaan penulis hingga akhir waktu. Walaupun jauh dari
sempurna, penulis membuat ini dengan perjuangan dan pengorbanan, dan juga dengan
pertimbangan keilmiahan. Semoga karya ini akan bisa menjadi acuan dan pembelajaran
bagi generasi mendatang. Bukan hanya apa yang tercantum, namun juga nilai-nilai yang
tersirat dari skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan ”bangunan” ini. Baik bagi yang
”membangun”, ”membawakan batu”, ”menambal:, bahkan kepada yang
”menghancurkan” bagian yang kurang baik untuk kemudian membangun kembali dengan
ivPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
benar. Mereka semua adalah orang-orang yang tidak akan bisa cukup diberikan haturan
terima kasih.
Ucapan Terima Kasih
Banyak para ”skrip-ter” yang mengatakan bahwa bagian ini adalah yang paling
menyenangkan... jadi penulis ingin ikut merasakan kesenangan yang sama. Mari kita
mulai.
Yang pertama perlu diberikan rasa terima kasih dan syukur tentunya Allah SWT
yang telah memberikan berbagai nikmatnya sehingga karya ini (akhirnya) bisa selesai.
Tanpa ridho dari yang Maha Kuasa ini, tidak mungkin skripsi ini bisa selesai, biar
sebanyak apapun usaha yang dikeluarkan.
Urutan kedua pastinya jatuh pada ”orang tua” yang telah mengayomi penulis.
Mulai dari orang tua kandung, papa dan (alm) mama, serta mama Ayu yang selalu
mengingatkan untuk menyelesaikan tulisan ini. Kemudian pada pembimbing penulis,
Pak Albert, yang memberikan kebebasan pada penulis untuk berkreativitas sambil
mengawasi agar tulisan tidak melenceng. Kemudian tidak lupa juga pada dewan penguji,
Pak Adrianus dan Pak Priyanto yang mengingatkan pada ketidaksempurnaan yang ada
pada tulisan ini. 谢 谢老 师... juga kepada dosen-dosen lainnya yang telah membimbing
dalam berbagai mata kuliah yang penulis jalani selama ”pertapaan” di gunung Wudang
shan. 寡 人 非 常 感 谢!
Tidak lupa juga pada para om dan tante yang selalu mengultimatum agar penulis
cepat lulus. Mungkin kalau tanpa ultimatum mereka, penulis masih mengerjakan bab 3
^_^. Trus buat bro Khaled... yang membuat penulis jadi kena sindiran halus (lu selesai
duluan sih bro! Gak solider lu...), trus untuk mpupu yang sudah selesai D3-nya bersama
sang calon, Mas Soni, yang dengan baiknya membantu menyediakan buku sumber
termahal (yang gak tergapai kocek awak). Hatur nuhun y’all!
(Bro-sis yang lain sabar ya... satu paragraf ini khusus untuk seseorang...) Neng-
qyu... yang manis dan lucu. Merci beaucoup sudah memberi motivasi. ”Pokoknya aku
mau foto sama Aa di wisuda ganjil ini!” kata ini selalu A ingat saat kedatangan ”para
vPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
lelaki” (baca: males1). Kamu yang selalu mendoakan penulis, dan menjadi penghibur
yang utama pada tanggal 8 Januari kemarin. 谢 谢 我 宝 贝。。。
Untuk semua skripter yang lain, terima kasih untuk persaingan sehatnya. Enyo
yang kesepian (baca: sidang sendiri), Abi yang bantu mondar-mandir ke jurusan, Kiki
yang menemani sebelum sidang, Dita si 烟 雨 蒙 蒙 dan Rancit yang tak bisa kutolong
(sumpah sori banget!), kita saling berusaha, saling membantu dan saling menjatuhkan. It
was fun! Juga tak lupa pada ”sesepuh” kampus, Mila, Galuh, Suri, Teny, Yola (thx sms-
nya), Hilda, Yasmin yang akan menyusul ataupun menempuh jalur lain... 加 油!!! Atmel
yang sudah meminjamkan di saat gentng juga jangan lupa dong...
Lanjut... dengan saudara-saudara yang lain. Tuk VC, D-Low-nie, Om dokter
Eelyaz, Mamad, Ika nee-chan, Bang Ayot, Agi Ndut, Koja-Koja dan semuanya
(borongan aja ah... letih nulisnya), terima kasih atas sumbangannya masing-masing.
Semoga yang dah lulus cepet kawin dan yang belum lulus cepet lulus... terus kawin
wakakakakakak ^o^ (pengecualian untuk Agi dan Koja ya…)
Kemudian para adek-adekku yang beraneka ragam warna dan jenisnya di kampus
ataupun di luar kampus. 39 atas segala bantuannya dan dukungannya. Nimah, buruan
lulus dong non! Anggora, Andi, Ica, Anggie, Asma, Umu, Catur dan Bai... gue tunggu
lo semua ya DImen! Bujo, yang memberikan term ”para lelaki”, Abun, Ali, Aji, Qiguai
dan semua angkatan 05 yang kadang rese dan kadang (fitnah nih! ) membantu.
Minimal bantu nemenin minum Cappuccino Pak De di Kansas. Pak De juga tenkyu atas
Cappuccino-nya dan Uni atas makanan murahnya.
Acita Ayeuna atas tips pra-sidangnya. Pandu atas pengalamannya (yang penulis
kutip) dan bantuan lainnya. Seluruh anggota SM FIB UI angkatan Ai dan Ricky dan
DPM FIB UI angkatan MasIv dan Tvq juga HDX. Semua kawan-kawan dari FIB
(yang merasa kenal dengan penulis atau penulis merasa kenal), dan pihak-pihak lain yang
membantu dalam penulisan skripsi ini namun tidak tersampaikan namanya.
Sekali Lagi... Terima kasih! 万 岁 万 岁 万 万 岁!2
1 Silakan dibaca secara bilingual, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ada fonograf di dalam tulisan tersebut Hohohohoho… ^_^ 2 Bener juga… asyik!
viPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Adre Zaif Rachamn NPM : 0704060034 Program Studi : Cina Departemen : - Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul : “Penggabungan Aspek Nilai Bisnis dalam Grup Salim: Antara Guanxi dan Profesional 1975 – 1988” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 12 Januari 2009
Yang menyatakan
(............................)
viiPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ii
Halaman Pengesahan iii
Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih iv
Halam Persetujuan Publikasi vii
Abstract viii
Abstrak ix
Daftar Isi x
Bab I Pendahuluan 1
I.1. Latar Belakang Masalah 1
I.2. Permasalahan 4
I.3. Kerangka Teori 7
I.4. Metode Penelitian dan Penulisan 8
I.5. Sistematika Penulisan 9
Bab II Sistem-Sistem dalam Bisnis 11
II.1. Sistem Guanxi 11
II.1.a. Definisi Guanxi 13
II.1.b. Penerapan Guanxi 18
II.2. Profesionalitas/Manajemen Profesional 23
II.2.a. Definisi Profesionalitas 23
II.3. Perbedaan Guanxi dan Profesionalitas 27
Bab III Grup Liem, BCA dan Profesionalitas 32
III.1. Sejarah Etnis Cina di Indonesia 32
III.2. Sejarah Grup Salim 36
III.3. BCA 40
Bab IV Pergeseran Sistem dalam Grup Liem 44
IV.1. Penerapan Guanxi dalam Grup Liem 44
IV.2. Perubahan Sistem dalam Grup Liem: BCA 49
xPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Bab V Kesimpulan 56
Bibliografi 59
xiPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Abstrak
Nama : Adre Zaif Rachman Program Studi : Cina Judul : Penggabungan Aspek Nilai Bisnis dalam Grup Salim: Antara Guanxi dan Profesional 1975 – 1988 Bisnis etnis Cina di Indonesia telah menjadi salah satu tumpuan dari perekonomian
nasional Indonesia sejak lama. Salah satu yang terbesar di antara mereka adalah bisnis
dari grup Liem yang diketuai oleh Liem Sioe Liong. Dengan menggunakan
penggabungan dari nilai-nilai guanxi ala Cina dan profesionalisme Barat, bisnis dari
Liem telah mencapai tingkatan sangat tinggi dan menjadi senjata yang ampuh untuk
pengembangan bisnisnya. Penggabungan dari kedua sistem nilai tersebut mengantarkan
Liem menjadi salah satu orang terkaya di dunia dan nomor empat terkaya di Indonesia.
Kata kunci: BCA, Grup Salim, guanxi, Liem Sioe Liong, manajemen profesional,
xinyong
ixPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Abstract Name : Adre Zaif Rachman Study Program: China Title : Combination of Business Value Aspect in the Salim Group: Between Guanxi and Profesional 1975 – 1988 Indonesian’s chinese ethnic has long been an important pillar for the nation’s economy.
One of the largest from the lot is the Liem group led by the ingenious Liem Sioe Liong.
By using the combination of Chinese style guanxi and western style management, its
business has reached an incredibly extensive level and those values has also becomes a
weapon in their business development. The combination of those two system had made
Liem one of the richest man in the world and number four in Indonesia in this year.
Key word : BCA, guanxi, Liem Sioe Liong, professional management, Salim Group, xinyong
viiiPenggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia1
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
Bisnis cina perantauan telah lama menjadi sebuah fenomena di Indonesia.
Saat ini, hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia dipegang oleh pengusaha
keturunan Cina yang beroperasi di berbagai kota. Industri, baik dari hulu hingga
hilir juga banyak dikuasai oleh pedagang dan pengusaha Cina. Ini telah membawa
beberapa dari mereka menjadi taipan yang memiliki kekayaan luar biasa. Bahkan
di antaranya ada yang masuk ke dalam deretan orang terkaya di dunia.
Dalam bisnis Cina, baik di negeri Cina sendiri maupun taipan bisnis Cina
perantauan, dikenal suatu sistem yang mendasarkan bisnis dengan dasar
kepercayaan dan guanxi (关系). sistem ini menjadikan kepercayaan sebagai dasar
utama untuk menjalankan bisnis.1 Kepercayaan ini didasarkan pada hubungan
yang terdekat seperti keluarga, klan, desa hingga kemudian dalam dunia bisnis
modern meluas ke sahabat dan orang-orang kepercayaan dengan berbagai macam
perluasan sistem.2
Sistem ini juga dijalankan oleh para pebisnis Cina perantauan dan menjadi
salah satu tulang punggung ekonomi mereka. Masing-masing negara biasanya
memiliki ciri dan bentuk guanxi masing-masing. Misalnya, selain guanxi dalam
bentuk tradisional seperti biasa, di Thailand terjadi juga guanxi antara pebisnis
Cina dengan pihak penguasa dengan bentuk patron-klien. Sementara di Taiwan
terjadi perluasan jaringan antara perusahaan yang berhubungan erat yang saling
mendukung. Sementara di Indonesia sendiri Cina perantauan menjadi kekuatan
ekonomi yang penting berkat kerjasama mereka dengan penguasa, terutama pada
masa orde baru. Pada saat itu, militer, di bawah komando Jenderal dan Presiden
Soeharto memberikan hak pengelolaan dan berbagai konsesi dan kemudahan
1 Kao Cheng Shu,. “Unsur Kepercayaan Pribadi dalam Bisnis Skala Besar di Taiwan: LandasanTradisional Kegiatan Ekonomi Kontemporer”, ed. Hamilton Gary (PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 1996). hlm 122 Guanxi yang diperluas ini misalnya saja guanxi yang terjadi bukan oleh adanya kesamaan, tapikarena kedekatan dan hubungan bisnis dan kepercayaan yang terjalin erat walaupun kedua pihakyang bekerja sama bukanlah merupakan saudara dan tidak memiliki hubungan apapun.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia2
ekonomi kepada perantauan Cina yang akan menjalankan berbagai unit bisnis
untuk menjadi sumber penghasilan mereka.3
Di antara sekian banyak pengusaha dan pebisnis Cina, salah satu yang
paling fenomenal adalah Liem Sioe Liong (Soedono Salim) dari Liem Group.
Bermula dari seorang petani miskin dari propinsi Fujian (福建省) yang terpaksa
bermigrasi ke Indonesia untuk mengubah hidup kini menjadi salah satu orang
yang terkaya di dunia versi majalah Time. Liem Sioe Liong memulai bisnis hanya
dengan mengikuti kakaknya yang lebih dulu pergi ke Indonesia untuk berbisnis
kecil-kecilan di daerah pusat industri rokok, Kudus. Sekarang bisnis yang dia
geluti telah menjadikan dia sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan
kekayaan pribadi yang disebut-sebut mencapai US$ 1,9 miliar4 dan aset yang
menghasilkan tak kurang dari US$ 1 miliar per tahun.
Bisnis Cina perantauan sendiri bukan berkembang pada masa Orde Baru
(orba) saja, tapi juga sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Pada masa kerajaan
Sriwijaya (683 – 1373) pedagang-pedagang Cina telah menjadi saingan bagi
pedagang penduduk asli.5 Perdagangan ini dilakukan oleh berbagai perserikatan
dagang dengan dasar klan-klan dari Cina Selatan, khususnya Fujian, Guangzhou
dan sekitarnya.6 Kedudukan dari pedagang-pedagang perantau Cina di Indonesia
kemudian diperkuat lagi dengan kehadiran Belanda yang membutuhkan perantara
dengan pihak pribumi, dan menempatkan masyarakat pedagang Cina sebagai
makelar perdagangan yang menghasilkan keuntungan besar.
Selain Liem, memang ada juga beberapa nama yang berhasil di dunia
bisnis Indonesia, akan tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa Liem adalah
yang paling fenomenal. Setelah sekian lama mengikuti kakaknya, naluri bisnis
Liem mulai dikembangkan dengan mendirikan perusahaan ekspor impor cengkeh
yang berhasil mendatangkan kekayaan besar baginya. Dari situlah bisnisnya mulai
berkembang dan merambah ke sektor-sektor lain, seperti semen, perbankan dan
lain-lain hingga akhirnya ia mendapat gelar “lima raja”.
3 Sterling Seagrave, Lords of the rim. Disarikan dari berbagai bab. (Pustaka Alvabet: Jakarta,2006)4 http://toilete.blogspot.com/feeds/posts/default/7739651281750178406. Akses 15 September 200722:065 W.D Soekisman. Masalah Cina di Indonesia. (Yayasan Masalah Penelitian Asia, 1975)6 Seagrave. Op. cit. dari berbagai bab.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia3
Keberhasilan dalam Liem Grup dipercaya karena adanya sistem nilai yang
memungkinkan mereka untuk memperluas bisnisnya dengan menggunakan orang-
orang yang sudah bisa dipercaya (xinyong / 信 用). Sistem inilah yang dikenal
dengan guanxi seperti yang penulis sebut sebelumnya. Perluasan bisnis yang
menggurita sangat cepat sejak zaman orde baru berkat berbagai konsesi (yang
didapat dengan guanxi yang baik dengan Soeharto) yang didapatkannya melalui
bantuan mantan presiden Soeharto awalnya diperluas dengan mempercayakannya
pada orang-orang yang dekat dengan Liem Sioe Liong (Soedono Salim). Pola ini
berlangsung di banyak dari perusahaan dan anak perusahaan di bawah naungan
Grup Liem.
Akan tetapi, setelah kejayaan bisnis yang dialami oleh para pengusaha
etnis Cina (Grup Liem pada khususnya) yang berafiliasi dengan militer tersebut,
muncul masalah lain dalam manajemen perusahaan mereka. Perusahaan yang
berjalan dengan baik dan menjadi besar, ternyata menjadi terlalu besar untuk
diurus sekedar oleh keluarga dan kolega dekat. Perkembangan dan ekspansi bisnis
yang dilakukan oleh para pengusaha bisnis Cina memaksa mereka untuk
mempercayai orang-orang di luar lingkaran guanxi mereka tersebut, yang berarti
bukanlah orang yang berafiliasi dekat dengan mereka (dan oleh karena itu kurang
bisa dipercaya).
Di sinilah perbedaan mulai dilakukan grup Liem. Ada beberapa
perusahaan yang sejak awal telah dikelola secara profesional ataupun direvolusi
hingga menjadi perusahaan dengan manajemen (ala Barat) yang profesional.
Contoh dari perusahaan-perusahaan atau bidang usaha ini adalah BCA (Bank
Central Asia). Manajemen BCA diserahkan oleh Liem Sioe Liong kepada
Mochtar Riady yang sejak dulu dikenal sebagai bankir handal namun tidak
memiliki hubungan apapun dengan Liem.
Perubahan sistem ini memang hanya terlihat jelas di tingkatan bisnis yang
besar dan bersifat konglomerasi, dan belum masuk ke setiap bagian dan tingkatan
dari bisnis Cina peranakan yang berada di Indonesia. Sistem bisnis yang terjadi di
tingkatan bisnis level menengah ke bawah masih berdasar pada kepercayaan dan
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia4
guanxi yang kuat, walaupun kini guanxi yang terjalin telah mengalami perluasan
dan bukan hanya didasarkan pada suatu “kesamaan tertentu” (tong / 同).
Misalnya saja bisa dilihat pada sebuah kasus dari toko yang pernah
terbakar habis dan dijarah saat terjadinya kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Pada
saat toko itu akan dibuka kembali, sang pemilik memiliki kesulitan modal karena
kehancuran dari tokonya, saat itu semua toko milik Cina peranakan yang berada di
kawasan tersebut (Kota-Glodok) membantu dengan “meminjamkan” barangnya
untuk dijual oleh sang pemilik toko yang terbakar tersebut tanpa bunga atau
dengan bunga rendah. Ini mengingatkan kita pada Bamboo Network yang
dikemukakan oleh Prof Ann Wan Seng, yang mengatakan bahwa orang Cina di
seluruh dunia telah membentuk sebuah jaringan bisnis yang saling membantu.7
Akan tetapi, mengingat kekuatan ekonomi dari konglomerasi bisnis Cina
peranakan, terutama grup Liem, yang menguasai berbagai bidang usaha di
Indonesia, maka perubahan sistem ini tentunya akan cukup juga mempengaruhi
kondisi perekonomian Indonesia. Perubahan ini ternyata juga membawa pengaruh
positif dengan keberhasilannya meraih penigkatan keuntungan dengan perubahan
sistem ini.
Merujuk pada perkembangan zaman dan keberhasilan yang fenomenal dari
BCA, perubahan sistem dari manajemen yang mengendalkan kepercayaan mulai
bergeser, walaupun masih tidak memungkinkan juga untuk melepaskan diri dari
sistem tersebut secara penuh. Contoh kongkritnya adalah Anthony Salim, “putra
mahkota” dari kerajaan bisnis Grup Liem yang mendapatkan pendidikan bisnis
profesional dan modern melalui sekolahnya di London dan juga grup Liem yang
kini memperkerjakan orang-orang yang asing dan tidak memiliki hubungan
langsung dengan Grup Liem dan memiliki kemampuan untuk memegang posisi di
berbagai perusahaan yang dinaungi Grup Liem.
Ini menandakan perubahan mendasar dari sistem yang menggunakan
guanxi yang mengandalkan xinyong kepada profesionalitas kerja dan kapabilitas
dari orang-orang yang sebelumnya tidak berafiliasi dengan keluarga Liem.
Perubahan ini terjadi dalam berbagai bidang bisnis yang dilakoni oleh keluarga
7 Ann Wann Seng, Formula Bisnis Negara Cina Kebangkitan Kembali Naga Asia (PenerbitHikmah PT Mizan Publika: Jakarta 2006) hlm 82
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia5
Liem, dan nyatanya membawa perubahan dan kemajuan yang cukup signifikan
dalam perkembangan binis keluarga Liem.
Perkembangan yang semakin baik ini kelihatannya terus dilanjutkan oleh
grup Liem. Walaupun sistem guanxi masih sedikit banyak digunakan, namun
sistem yang mengandalkan manajemen modern dan profesionalitas akan semakin
banyak menggantikan guanxi yang dipakai oleh keluarga grup Liem tersebut.
I.2 Permasalahan
Bisnis Cina yang sejak dulu mengandalkan pada koneksi untuk
menjalankan bisnisnya dengan sistem nilai guanxi dan kepercayaan (xinyong)
yang dulu dipegang kuat kini mulai berangsur bergeser ke manajemen profesional.
Apabila dulu bisnis diserahkan kepada keluarga dan perluasan serta ekspansi
bisnis dilangsungkan dengan mendasarkan pada sistem keluarga kini mulai
diserahkan kepada orang lain yang notabene tidak memiliki hubungan langsung
dengan keluarga inti, atau bahkan hubungan klan, dari pimpinan usaha
konglomerasi tersebut.
Sejauh ini, perubahan sistem nilai ini memang baru terlihat jelas dalam
bisnis yang dikendalikan dan dikepalai oleh para pengusaha konglomerasi besar.
Pengusaha Cina peranakan tingkat menengah dan kecil masih sangat
mengandalkan hubungan keluarga dan klan dalam mengembangkan bisnisnya.
Orang-orang Indonesia non-Cina paling banter hanya menjadi sebatas pegawai
saja dalam hierarki usaha mereka, sedangkan posisi yang tinggi dan strategis akan
diserahkan kepada mereka yang dekat dengan mereka.
Sistem inilah yang kini mulai bergeser ke dalam payung manajemen usaha
profesional. Nilai-nilai profesionalitas mulai dihargai dan dipakai dalam bisnis
Cina peranakan, terutama dalam konglomerasi besar seperti yang ditunjukkan
oleh grup Liem. Mereka sering kali menggunakan jasa dari orang-orang yang
tidak memiliki hubungan dekat dengan personal Liem Sioe Liong ataupun dengan
keluarga maupun klan Liem.
Perubahan ini bisa dilihat dari perekrutan terhadap Mochtar Riady untuk
BCA. Mochtar bukanlah orang yang berafiliasi/ber-guanxi dekat dengan Liem,
akan tetapi mereka diberikan posisi yang tinggi dalam perusahaan. Dengan contoh
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia6
ini, bisa dilihat bahwa perubahan dalam bisnis etnis Cina memang terjadi dan
kelihatannya akan terus berjalan, seiring dengan globalisasi.
Contoh lain dari perubahan itu adalah pemisahan dari kepemilikan dengan
manajemen. Orang yang menjadi pemilik dan pemegang saham boleh saja masih
berada dalam lingkungan keluarga, tapi untuk manajemen sudah diserahkan
kepada orang luar. Sebaliknya, penggabungan dari kepemilikan dan manajemen
ini masih banyak juga dilakukan oleh berbagai bisnis keluarga, baik dari keluarga
keturunan Cina ataupun bukan, sehingga dalam hal bisnis keluarga, langkah grup
Liem sudah bisa dianggap sebagai sebuah langkah yang modern.
Perubahan itu tentu saja membawa dampak terhadap perkembangan bisnis
mereka sendiri. Masuknya orang-orang di luar “ring” terdalam mereka membawa
berbagai latar belakang ilmu dan sistem yang dianut oleh masyarakat profesional.
Ini ternyata membawa pengaruh positif terhadap perkembangan bisnis Liem, di
samping keuntungan dari nilai-nilai tradisi lama yang terus dianut hingga kini.
Perpaduan dan pergeseran dari dua penggunaan dua sistem nilai dalam bisnis yang
cukup bertolak belakang ternyata berhasil membawa keberhasilan yang cukup
besar dan menggembirakan dalam grup Liem dan berhasil membuat Liem Sioe
Liong menjadi salah satu orang terkaya di dunia.
Salah satu titik berat tulisan ini adalah BCA. Kasus ini diambil karena
dianggap merupakan titik krusial dari proses transisi dari keluarga (guanxi)
menuju profesional. Kalaupun sebelumnya sudah ada penggunaan dari orang-
orang “non-Liem”, maka ini adalah puncak dari penerapan profesionalitas dan
pemisahan kepemilikan dan manajemen dari grup Liem. Perlu diingat juga bahwa
perubahan sistem itu belum selesai pada masa itu, namun hanya merupakan
kecenderungan-kecenderungan belaka, mengingat sistem guanxi hampir tidak
mungkin menghilang sepenuhnya dari manajemen dan sebaliknya, dalam
penggunaan nilai guanxi juga memungkinkan untuk menggunakan unsur-unsur
dalam manajemen profesional. Penekanan dalam skripsi ini juga bukan
sepenuhnya pada perubahannnya, melainkan pada kejadian dan sejarah dari BCA
dan grup Liem juga, dengan kemudian menggunakan kejadian tersebut sebagai
dasar untuk analisa.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia7
Pembatasan masa penelitian dilakukan sejak bergabungnya Mochtar Riady
pada 1975 hingga akhir 1980-an di mana bisnis BCA mengalami peningkatan
yang sangat signifikan di bawah kepemimpinannya. Hanya dalam kira-kira 10
tahun dipegang oleh Mochtar, BCA sudah bisa menjadi bank swasta terbesar
nasional dan memiliki omset terbesar pula. Masa 1990-an tidak diambil karena
akhir 1980-an dianggap cukup untuk melihat ke-“tahanbanting”-an dari BCA
terhadap krisis karena pada akhir 1980-an terjadi krisis ekonomi, terlebih lagi
pada krisis 1998 BCA akhirnya terlepas dari tangan Liem dan kini Anthony Salim
hanya memiliki sekitar 1% saja saham BCA.8 Namun perlu diingat bahwa contoh
yang diambil bukan hanya dari BCA saja, mengingat beraneka ragamnya guanxi
maupun profesionalitas yang ada di Liem dan tersebar di berbagai anak usahanya.
1.3. Kerangka Teori
Bangsa Tionghoa adalah bangsa yang sangat mengutamakan moral dan
kekeluargaan seperti halnya yang diajarkan oleh sang filsuf klasik besar mereka,
Konfusius (孔子). Dengan adanya ajaran ini, mereka mengutamakan keluarga
sebagai unit terkecil masyarakat yang bertanggung jawab terhadap segala hal.
Keluarga juga menjadi tempat untuk mengembangkan ekonomi dengan aturan
adat dan tradisi tertentu yang telah berlaku di masyarakat Cina sejak berabad-abad
lalu.
Sistem ekonomi dan bisnis yang berlaku di masyarakat Cina meletakkan
keluarga sebagai unit terpenting dan vital dalam pengembangan bisnis. Sistem
bisnis Cina membagi perluasan bisnis mereka ke dalam keluarga. Sistem ini sudah
diterapkan sejak lama dan berlaku juga untuk bisnis cina perantauan, bahkan
untuk konglomerasi besar seperti grup Liem. Sistem nilai yang berbasis xinyong
ini bahkan sudah menjadi sebuah trademark dari bisnis keluarga, terutama bisnis
dari keluarga Cina, baik di perantauan maupun, menurut beberapa literatur,
dilakukan juga di Cina daratan.
Sistem guanxi yang dilakukan oleh grup Liem di Indonesia ini mengalami
perluasan dengan berbagai jenis guanxi yang lainnya (akan dijelaskan di bab
berikutnya) dan juga mengalami pergeseran ke dunia profesional. Grup Liem juga
8 www.BCA.com akses 29 November 2008 pukul 13:36
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia8
menggunakan sistem manajemen profesional dan bukan hanya berpegang pada
keluarga saja. Mereka memasang Mochtar Riady pada BCA9 padahal beliau bisa
dibilang tidak memiliki hubungan dengan grup Liem sebelumnya. Keputusan
inilah yang menjadi dasar pemikiran dari skripsi penulis.
Pergeseran guanxi juga terjadi karena bisnis yang dilakukan oleh Liem
memang sudah terlalu besar untuk dikelola sendiri. Menurut siklus yang
dirumuskan oleh AB Susanto dalam bukunya, perusahaan keluarga akan
mengalami fase “Mr Outside Influx” pada periode ketiganya. Pada masa 1970 dan
1980-an, bisnis Liem mengalami peningkatan yang sangat besar dan untuk
mempertahankannya tidak cukup hanya dengan extended family saja, namun
membutuhkan juga orang luar. Inilah yang menjadi Influx tersebut.10
1.4. Metode Penelitian dan Penulisan
Tulisan ini dibuat dengan melakukan studi pustaka yang dilakukan dari
berbagai sumber, baik buku maupun warta media cetak dan elektronik. Penulisan
dilakukan dengan berdasarkan pada data-data dan hasil-hasil penelitian tersebut.
Data-data utama adalah berbagai literatur ilmiah dan buku-buku yang mendukung
teori dan berisikan data tentang bisnis keturunan Cina secara umum, sejarah Cina
keturunan di Indonesia dan bisnis dari Grup Liem pada khususnya. Dengan
metodologi seperti ini, maka diharapkan keilmiahan dari tulisan ini bisa tetap
terjaga dan mendukung argumen yang diberikan.
Akan tetapi melimpahnya bahan bukan berarti kemudahan dalam
penulisan. Banyak dari bahan tersebut bukan memberikan sebuah gambaran utuh,
namun hanya sebuah bagian potongan puzzle dari puzzle yang lebih besar
lagi.banyak dari teori yang ada malah memberikan perspektif yang sangat jauh
berbeda dari apa yang diharapkan penulis, dan oleh karena itu perlu juga
dipertimbangkan. Misalnya saja dalam pemilihan definisi guanxi yang sangat luas
dan beraneka ragam. Perlu waktu yang lama untuk merumuskan guanxi hingga
akhirnya penulis membuat sebuah subbab khusus untuk membahas definisi
9 Eddy Soetriyono, Kisah Sukses Liem Sioe Liong. (Indomedia: Jakarta 1989). Hlm 47-4810 AB Susanto, dkk. Jakarta Consulting Group of Family Business. (Divisi Penerbitan The JakartaConsulting Group: Jakarta 2007) hlm 34
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia9
tersebut, walaupun akhirnya subbab tersebut tidak juga berhasil memuaskan
keinginan penulis.
Berbagai permasalahan teknis juga ditemui oleh penulis, misalnya saja
kesulitan melakukan studi lapangan karena keterbatasan waktu. Masalah lain
adalah kesulitan wawancara langsung dengan anggota keluarga Liem (terutama
yang diharapkan dengan Liem Sioe Liong sendiri atau Anthony Salim) karena
tempat tinggal mereka di Singapura. Sumber literatur sendiri cukup banyak dan
memadai untuk menunjang penulisan ini, walaupun pemilihan selektif diperlukan,
terutama dalam menyeleksi pengertian guanxi yang sangat luas.
1.5. Sistematika Penulisan
Tulisan ini akan memuat 5 bab yang akan menjabarkan tentang masalah
guanxi, profesionalitas, grup Liem dan berfokus pada penggunaan dan
penggabungan serta transisi sistem dalam bisnis grup Liem pada kasus yang
diambil (BCA). Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang, permasalahan, kerangka teori dan sistematika penulisan. Bab ini akan
memberi pandangan umum tentang hal-hal yang akan dibahas secara umum.
Selain itu bab ini juga akan membatasi permasalahan, serta menjelaskan tentang
kerangka teori dan dasar pemikiran yang digunakan oleh penulis.
Bab kedua akan memberikan penjelasan mengenai sistem-sistem bisnis
yang digunakan, termasuk sistem profesional dan guanxi. Dalam bab ini akan
dibahas pengertian dan penerapan dari guanxi maupun sistem profesional.
Diharapkan dengan memahami bab kedua ini, pembaca akan bisa memahami
tentang kedua sistem bisnis yang dimaksud dengan baik. Dengan memahaminya,
maka perbedaan antara kedua sistem bisnis bisa dilihat dengan jelas.
Bab ketiga akan menjelaskan tentang grup Liem. Bab ini memuat sejarah
tentang etnis Cina di Indonesia serta sejarah singkat dan komprehensif dari grup
Liem (hingga BCA tahun 1980-an akhir). Dengan membaca bab ini, diharapkan
pembaca akan bisa mengetahui dan mengerti tentang grup Liem sebagai “tokoh
utama” dari skripsi ini. Selain itu, bab ini juga akan membahas tentang profil dari
anak usaha grup Liem yang menjadi fokus dari skripsi ini, yaitu bank BCA.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia10
Bab keempat akan berisikan tentang sistem bisnis yang dipergunakan oleh
grup Liem dalam kegiatan bisnis kesehariannya. Baik sistem guanxi maupun
sistem profesional akan coba dibahas oleh penulis dalam bab ini. Selain itu,
penulis juga akan mencoba memaparkan pergantian sistem yang dilakukan oleh
grup Liem, yaitu dari sistem guanxi yang mengandalkan kepercayaan kepada
sistem profesionalitas yang mengandalkan kompetensi dengan batasan masalah
pada kedua kasus tersebut. Sedangkan bab terakhir adalah kesimpulan dari semua
tulisan penulis yang akan merangkum semua hal yang termuat dalam tulisan ini.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia11
Bab II. Aspek-aspek nilai dalam Bisnis
Bisnis merupakan suatu hal yang sangat kompleks, yang bukan hanya
terdiri dari kegiatan jual-beli terhadap suatu hal saja, tapi juga meliputi berbagai
hal. Dalam bisnis di Asia, terdapat suatu aspek yang membedakan mereka seara
signifikan dengan bisnis yang biasa dijalankan oleh pengusaha-pengusaha di
Barat, yang disebut dengan guanxi, yang akan dibahas dalam bab ini.
Guanxi memang hanya digunakan secara gamblang pada bisnis yang
dilakukan oleh pengusaha Asia Timur, atau lebih jauh lagi, yang menggunakan
sistem klasik Konfusianisme sebagai landasan hidup dan ajaran yang dijunjung
tinggi oleh masyarakatnya. Menurut Xin dan Pearce (1996: 1642), hubungan yang
mirip dengan guanxi sebenarnya bukanlah milik bangsa Cina atau penganut
Konfusian semata, tapi hal ini juga bisa ditemukan dalam beberapa masyarakat
lainnya. Yang membedakannya adalah penggunaannya yang menyebar sangat luas
pada bisnis di Cina.
Untuk lebih mengerti guanxi, mari kita membahas pengertian dan
penerapannya dalam kegiatan bisnis. Pada subbab berikutnya baru kita akan
membahas manajemen profesional
Bab II.1. Sistem Guanxi
Sebagai sebuah aspek bisnis, guanxi, seperti disebutkan di atas, memang
hanya ditemui dalam bisnis di Asia Timur. Bisnis dengan aspek nilai guanxi tidak
hanya terbatas pada bisnis keluarga semata, tapi uniknya bisnis keluarga yang
terjadi di Barat jarang sekali menerapkan guanxi. Mereka pada umumnya lebih
mempercayai sistem hukum positif yang berlaku dan diterapkan dengan sistem
punishment yang jelas.
Secara bahasa, apakah guanxi itu? Menurut 现 代 汉 语 辞 典 edisi
revisi, guanxi adalah
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia12
”事 物 之 间 相 互 作 用,相 互 影 响 的 状 态” 11
Guanxi adalah keadaan saling berguna dan saling mempengaruhi dalam urusan.
Dalam artian yang diberikan ini, bisa dilihat adanya sebuah hubungan
saling mempengaruhi dan saling membantu dalam sebuah urusan. Ini menandakan
sifat guanxi yang dua arah. Di sini guanxi bukan cuma bisa dijalin oleh dua pihak,
namun juga dalam banyak pihak. Bagaimanapun guanxi tidak akan bisa dibentuk
dengan baik tanpa adanya xinyong, yang artinya
” 能 够 履 行 跟 人 约 定 的 事 情 而 取 得 的 信 任;不 需 要 提 供 保 证,可
以 按 时 偿 付“12
Xinyong adalah mampu memenuhi hal yang dijanjikan dan mendapatkan
kepercayaan; tidak membutuhkan penyediaan jaminan namun bisa membayar tepat
waktu
Inilah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melihat guanxi. Kepercayaan
sangat penting. Dari dua artian di atas, kita bisa melihat bahwa kemampuan
untuk ”menyediakan” hal yang dijanjikan dan menyelesaikan perjanjian
merupakan hal yang esensial dalam guanxi. Dari hal-hal inilah guanxi bisa
dibentuk, dan oleh sebab itulah guanxi bisa dibentuk oleh siapa saja. Keluarga
merupakan guanxi termudah yang bisa dibentuk karena kepercayaan yang didasari
pada darah. Sementara dengan rekanan bisa dibentuk guanxi bila xinyong bisa
dibentuk di dalamnya.
Guanxi sendiri, menurut Xin dan Pearce (op. cit) merujuk pada sebuah
ikatan non-institusional yang terbentuk dari hubungan saling percaya dan
menguntungkan yang berfungsi untuk mensubtitusi hubungan yang berdasarkan
hukum formal. Dengan kata lain, hubungan guanxi digunakan oleh pengusaha
Cina untuk menggantikan lembaga institusional formal di Cina.
Guanxi terutama berguna untuk memotong dan mengurangi biaya formal
suatu kegiatan usaha. Orang-orang yang memiliki guanxi yang kuat cenderung
lebih mudah untuk melakukan suatu kerjasama ataupun perjanjian, karena
11中 国 社 会 科 学 院 语 言 研 究 所 词 典 编 辑 室 编。现 代 汉 语 词 典 修 订
本。商 务 印 书 馆 Beijing:1998. hlm 46212 Ibid hlm 1405
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia13
didasarkan pada hubungan yang saling percaya (xinyong). Sebagai akibatnya,
biaya operasional yang digunakan akan lebih murah dari sistem yang bergantung
pada mekanisme pasar dalam usahanya dan efisiensi waktu juga akan tercapai,
karena mekanisme pasar dilangkahi. Selain definisi yang diberikan oleh Xin dan
Pearce tadi, masih ada banyak lagi definisi yang lain tentang guanxi, yang
beberapanya diambil oleh penulis.
Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang guanxi, mari kita membahas
definisi yang diberikan oleh beberapa ahli.
Bab II.1.a. Definisi Guanxi
Terdapat banyak pengertian mengenai guanxi yang diberikan oleh para
ahli, misalnya pengertian yang diberikan oleh Yang (1994: 1 – 2) yang menyatakan
guanxi adalah
means literally "a relationship" between objects, forces, or
persons. When it is used to refer to relationships between people,
not only can it be applied to husband-wife, kinship and friendship
relations, it can also have the sense of "social connections," dyadic
relationships that are based implicitly (rather than ex-plicitly) on
mutual interest and benefit. Once guanxi is established between
two people, each can ask a favor of the other with the expectation
that the debt incurred will be repaid sometime in the future (1994:
1-2).13
Dalam pengertian tersebut, guanxi adalah sebuah hubungan mutualisme
yang dilakukan antara dua atau lebih orang. Guanxi tidak dibatasi hanya pada
hubungan keluarga (suami-istri, persaudaraan) semata, tapi juga memungkinkan
hubungan dalam bentuk apapun yang saling menguntungkan. Praktek guanxi
inilah yang sering digunakan oleh pengusaha Cina dan juga pengusaha keturunan
Cina di berbagai penjuru dunia.
Definisi ini diberikan oleh Yang untuk menjelaskan peran guanxi sebagai
sebuah hubungan institusional yang memudahkan gerakan sebuah institusi bisnis
di Cina, yang digunakan untuk menutupi kelemahan yang ditemui dalam hokum
13 Yang, M. M. Gifts, Favours and Banquets: The Art of Social Relationship in China (CornellUniversity Press: Ithaca, New York, 1994) hlm 1-2 dikutip dari Xin dan Pearce. Loc. Cit. hlm1642
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia14
positif. Dalam definisi yang diberikan oleh Yang ini, guanxi bisa diterapkan
dalam keluarga, dengan menetapkan bahwa hubungan keluarga (suami-istri) bisa
menerapkan guanxi, sesuatu hal yang berbeda dari beberapa definisi lainnya.
Hubungan yang paling dasar menurut Konfusianisme adalah hubungan
keluarga. Keluarga adalah basis dari masyarakat.14 Dengan mendasarkan pada
pemikiran ini, anggota keluarga memiliki ikatan keluarga yang lebih erat,
terutama dalam keluarga inti (anak tertua) yang bukan merupakan keluarga yang
pisah rumah (fen jia 分 家) karena bukan menjadi anak tertua.
Banyak kegiatan di Cina dilakukan berdasarkan pada hubungan antar klan
ini. Pembagian desa sekalipun tidak jarang berdasarkan pada klan, dan klan
mayoritas biasanya akan bisa memegang posisi penting di desa tersebut. Karena
keadaan ini, maka masing-masing klan akan memiliki jaringan yang kuat dalam
desanya, dan dengan klan yang sama di desa lainnya. Hubungan antar klan juga
akan bisa lebih erat antara desa yang berdekatan, karena prinsip yang saling
memenuhi kebutuhan masing-masing.
Guanxi merujuk pada kedekatan hubungan dari klan-klan yang
bersangkutan, yang memungkinkan mereka melakukan hubungan bisnis atas dasar
saling percaya karena hubungan erat yang saling menguntungkan yang terbentuk
karena interaksi sekian lama. Yang perlu diingat adalah bahwa hubungan guanxi
bukanlah hubungan dari satu keluarga (kecuali yang diterapkan oleh Yang).
Guanxi baru dimaksud pada keluarga sepupu, yang sudah termasuk fenjia atau
berhubungan melalui pihak bibi (sehingga tidak lagi satu marga).
Guanxi bukanlah sebuah hubungan yang bisa terbentuk dengan mudah.
Untuk menciptakan sebuah guanxi dengan seseorang, tidak jarang harus memakan
waktu bertahun-tahun, dan biasanya hubungan ini sendiri harus melalui
perantaraan dari seorang yang sebelumnya sudah berada di ”lingkaran dalam” dari
sebuah hubungan. Dengan kata lain, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam
hubungan ini, yang membuat hubungan kepercayaan terbentuk dengan lebih kuat.
Akan tetapi, hubungan guanxi bisa diperluas hingga batas yang tidak
ditentukan. Fei Xiaotong (1992) menganalogikan guanxi sebagai sebuah riak
14 Ini berbeda dengan institusi Barat yang menempatkan individu sebagai basis dari masyarakat.Konfusianisme menempatkan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, dan klan merupakangabungan dari keluarga-keluarga dengan leluhur yang sama dengan berdasarkan marga.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia15
gelombang di air yang tenang, akibat sebuah batu yang dilemparkan ke dalamnya.
Batu adalah seseorang (ego). Semakin dekat riak dengan batu, maka semakin jelas
riaknya dan semakin jauh akan semakin kabur dan tidak jelas riak tersebut15.
Seperti itulah guanxi. Guanxi membagi orang lain menjadi golongan-
golongan seperti yang ditunjukkan oleh riak tersebut. Semakin jelas riak
gelombang maka golongan itulah yang terdekat dan semakin jauh dan kabur riak
gelombang maka golongan orang-orang itulah yang paling jauh dan tidak
berkaitan dengan sang ego.
Pada golongan yang terdekat, sang ego memiliki keterikatan dan tanggung
jawab moral dan sosial yang lebih besar dari golongan lainnya. Golongan yang
terjauh (riak yang kabur dan tidak jelas) tidak saling berkaitan dengan sang ego
dan karenanya tidak ada hubungan hak dan kewajiban moral dan sosial dari dan
terhadap sang ego.
Hubungan guanxi bukanlah hubungan yang didasarkan pada perjanjian
tertulis dan berkekuatan hukum, tapi lebih kepada hubungan nonformal yang
mengikat secara budaya dan sosial. Dalam bisnis, biasanya guanxi sendiri bisa
mewujud dalam banyak hal, misalnya saja pemberian hadiah kepada rekanan, atau
kepada pejabat pemerintahan. Menurut paham bisnis Barat, mungkin kegiatan
tersebut bisa dianggap suap, tapi dalam konteks budaya Cina, itu hanyalah sebuah
kegiatan untuk menjalin guanxi dengan lebih erat. Ini sesuai dengan definisi Xin
dan Pearce, di mana guanxi ditempatkan sebagai pengganti lembaga formal di
dunia Barat.
Guanxi adalah hubungan saling menguntungkan, tapi bukan juga berarti
mengharapkan keuntungan. Guanxi dijalin bukan sekedar untuk mendapatkan
keuntungan dari pihak yang terjalin hubungannya, tapi lebih pada menjalin
hubungan baik. Apabila kita telah melakukan sesuatu hal yang baik pada satu
pihak, maka sudah sewajarnya pihak lawan juga melakukan hal yang baik sebagai
balasannya, walaupun tanpa diminta.
Dari sini kita bisa melihat sifat dari guanxi yaitu resiprokal.
Konfusianisme mengemukakan ”Jangan melakukan sesuatu yang kita tidak ingin
orang lain lakukan pada kita”. Namun bisa juga hal ini berarti lakukan yang kita
15 Fei Xiaotong, dikutip oleh Gary Hamilton. Commerce and Capitalism in Chinese Studies.(Routledge: New York, 2004) hlm 226. data sumber asli tidak didapatkan.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia16
ingin orang lain lakukan pada kita.16 Dengan bertolak dari ajaran ini, praktek
guanxi bisa berjalan dengan baik dalam masyarakat Cina yang dpengaruhinya.
Ajaran seperti ini mungkin berlaku juga universal dan ditemui di berbagai
ideologi ataupun ajaran lain, namun sekali lagi, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa hal itu diterapkan dalam bisnis dan menjadi sebuah pakem. Inilah yang
membedakan antara ajaran ini dengan yang lain.
Menurut Jacobs (1976), Guanxi dapat didefinisikan sebagai ikatan-ikatan
antar manusia yang bersifat pribadi, khas, dan non-ideologis yang didasarkan pada
kesamaan identifikasi. 17 Hubungan kesamaan itu bisa jadi berupa teman satu
sekolah, satu kampung, teman sekerja atau teman sepermainan. Akan tetapi,
bukan berarti orang tanpa kesamaan tertentu tidak bisa menjalin guanxi. Guanxi
bisa terbentuk dari interaksi sosial yang positif (ganqing 感 情) atau menolong,
atau dari hadiah yang diberikan.
Dari definisi Jacobs, kita temukan lagi sebuah definisi dari guanxi, yaitu
guanxi yang berdasarkan kesamaan (tong 同) tadi. Perlu diingat, seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa Konfusianisme menjadi dasar dari peradaban Cina
hingga saat ini. Dalam Konfusianisme itu pula terdapat lima hubungan (wu lun 五
轮 ) 18 , di mana yang terakhir (antar teman) kemungkinan menjadi dasar dari
guanxi jenis ini. Bila dikaitkan dengan definisi dari Yang, maka guanxi seperti ini
berada pada lingkaran riak yang di tengah di mana hubungan dari ego dan
golongan ini cukup dekat (hingga ego memiliki tanggung jawab dan interaksi
yang cukup intens) tapi juga bukan berada pada golongan keluarga yang ada pada
lingkaran riak terdalam.
Seperti halnya bisnis keluarga di banyak negara, usaha keluarga seringkali
awalnya merupakan bisnis yang mendapat modal dari anggota keluarga. Setelah
itu, modal juga dikumpulkan dari pihak-pihak lain (teman, relasi, kerabat dan lain-
lain). Karena ”pihak-pihak lain” ini telah membantu permodalan, maka mereka
16Tu Wei-Ming. Etika Konfusianisme. Jakarta: Teraju, 2005 hlm 97
17 Bruce J. Jacobs,”The Cultural Bases of Factional Alignment and Division in a Rural TaiwaneseTownship”. (Journal of Asian Studies, 36, 1976). hlm 79 – 97. dikutip oleh Ichiro Numazaki,“Peran Jaringan Pribadi dalam Pembentukan Guanxiqiye”, ed. Gary Hamilton. Op. cit: 1996 hlm2418 Hubungan raja-menteri, suami-istri, ayah-anak (laki-laki) kakak (laki-laki)-adik (laki-laki), danantar teman
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia17
memiliki semacam share atas perusahaan (tapi bukan saham seperti bisnis
kapitalis umum).
Dalam perkembangannya, maka kemudian, bila salah seorang dalam
lingkaran pemodal akan membuat usaha baru, maka perusahaan tersebut, baik
berupa institusi ataupun individu, memiliki kewajiban moral untuk membantu.
Dengan demikian akan tercipta hubungan resiprokal yang sebelumnya diangkat.
Tentu saja dengan demikian orang atau institusi tersebut akan menjadi pihak yang
juga mendapat share dari pihak yang baru didirikan itu
Di berbagai penjuru dunia, penerapan dan bentuk guanxi berbeda sesuai
dengan latar lingkungan dan orang-orang yang berinteraksi membentuk guanxi
tersebut. Hal ini membawa pada perbedaan ciri bisnis yang dijalankan oleh para
pengusaha Cina di negara masing-masing. Untuk lebih memahami penerapan dan
bentuk-bentuk guanxi, pada subbab berikutnya hal tersebut akan dibahas secara
lebih mendalam lagi.
Yang perlu diperhatikan adalah mengenai xinyong. Tanpa adanya
kepercayaan dari semua pihak, maka guanxi tidak akan bisa terbentuk.
Kepercayaan inilah yang menjadi dasar dari semua guanxi. Itulah sebabnya
mengapa guanxi tidak mudah dibentuk begitu saja. Untuk mencapai sebuah
tingkatan kepercayaan yang erat diperlukan pengenalan yang membutuhkab
waktu yang tidak sebentar.
Dalam Konfusianisme, loyalitas menjadi sebuah titik yang sangat penting.
Feng Dao dianggap menjadi salah seorang pejabat paling buruk dalam sejarah
Cina karena tiadanya rasa kesetiaan dirinya pada majikan. Penulis berasumsi
bahwa dalam kaitannya dengan wu lun yang disebutkan sebelumnya pun masalah
kesetiaan ini menempati posisi yang sama pentingnya. Dari kesetiaan itulah
guanxi dan xinyong berpotensi terbentuk.
Tingginya frekuensi kerja sama dengan pihak lain akan membawa
perasaan percaya yang lebih dalam bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya,
dan dari sanalah guanxi akan terbentuk. Hal yang sama juga berlaku dalam guanxi
yang berbasis keluarga ataupun tong. Frekuensi kebersamaan yang tinggi dan rasa
kepercayaan karena leluhur yang sama menjadi dasar kepercayaan tinggi dari
seseorang pada anggota keluarga ataupun teman dekatnya.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia18
Bab II.1.b. Penerapan Guanxi
Mari kita lihat dua contoh kasus. Kasus pertama adalah pengerjaan proyek
pembuatan gedung di Amerika Serikat. Kasus kedua adalah pembuatan gedung
dengan konstruksi yang serupa di Cina. Pelaksana dan pihak yang memajukan
proyek-proyek ini keduanya adalah pihak swasta. Pihak pertama menggunakan
mekanisme pasar untuk pengerjaan proyek tersebut sementara pihak kedua
menggunakan guanxi yang terbentuk untuk mengerjakannya.
Pada kasus pertama, pihak pengaju proyek akan menyebarkan berita
tentang pembuatan proyek ini ke masyarakat dengan harapan akan ada kontraktor
yang memberikan penawaran pengerjaan proyek ini sesuai dengan kualifikasi
yang diberikan (status perusahaan, jaminan dan lain-lain). Pengumuman
pelelangan untuk proyek ini dilakukan melalui berbagai media massa dan untuk
itu membutuhkan biaya untuk penyebarannya (biaya iklan).
Bila semua berjalan lancar, maka akan ada sekian (misalkan 5) perusahaan
kontraktor yang mengajukan penawaran untuk pengerjaan proyek pembangunan
tersebut. Apabila ternyata kuota minimal yang diinginkan pihak pengaju proyek
tidak terpenuhi maka biasanya akan ada pelelangan ulang proyek ini (biaya iklan
tambahan), ditambah lagi timeline pengerjaan proyek ini terpaksa diundur karena
pelelangan ulang tersebut.
Mari kita ambil perumpamaan bahwa kuota minimal sudah terpenuhi dan
proposal dari masing-masing kontraktor sudah diterima. Pihak pengaju proyek
akan mempelajari sekian jumlah proposal dan mencari yang terbaik (inefesiensi
waktu). Pada pengumuman pelelangan ternyata perusahaan ”Major Corp.” yang
terpilih untuk pengerjaan. Pihak Major Corp akan melihat dan menilai proyek
tersebut hingga kemudian melakukan pengerjaan proyek tersebut sesuai dengan
pedoman proposal pengerjaan proyek yang telah disepakati.
Di sini bisa kita lihat ada beberapa bagian yang menjadi tidak efisien.
Contoh barusan adalah contoh di mana proyek akan selesai sesuai dengan jadwal
dan sesuai dengan harapan. Unsur ketidakpastian dan permasalahan, baik legal
formal maupun teknis yang sering terjadi, tidak dimasukkan ke dalam contoh tadi.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia19
Seringkali terjadi permasalahan mengenai nilai proyek yang tidak sesuai
hingga pengerjaan yang tidak sesuai dengan proposal awal. Untuk permasalahan
seperti ini, biasanya bisnis konvensional akan mengambil jalan hukum untuk
memecahkan permasalahan. Ini berarti penambahan biaya legal dan kembali
menambah faktor penghambat terhadap proyek tersebut.
Sekarang mari kita lakukan perbandingan dengan kasus kedua – bisnis
yang terjadi di Cina. Proses yang terjadi akan banyak mengalami pemangkasan
dan bisa selesai lebih cepat dengan faktor masalah yang lebih kecil. Hal ini bisa
terjadi karena proses guanxi memungkinkan pihak pengaju proyek untuk
mendapatkan klien kontraktor yang sudah dipercayanya dengan lebih cepat.
Pada bisnis yang mendasarkan kerjasama pada guanxi, tahapan lelang
proyek biasanya hanya menjadi sebuah formalitas belaka, karena justru pemenang
dari proyek itu sudah bisa dipastikan adalah orang yang sudah ditentukan
sebelumnya. Keputusan hanya akan diubah apabila ada tawaran yang jauh lebih
baik dari tawaran sang calon pemenang. Itu pun setelah sebelumnya berdiskusi
dengan sang calon pemenang tender.
Apakah ini kolusi? Mungkin begitu, tapi justru dengan cara ini, inefisiensi
waktu dan tenaga bisa dikurangi sangat jauh. Pemenang dari tender sudah jelas
dan oleh karena itu mereka bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik. Nilai
kontrak juga bisa disepakati dengan lebih cepat karena pemenang sudah lebih dulu
mendiskusikannya dengan pihak pengaju proyek.
Dengan cara ini, maka tidak diperlukan adanya pelelangan ulang.
Andaikan proposal yang masuk ke pengaju proyek terlalu sedikit, proyek bisa
diteruskan dengan alasan ”efisiensi”. Bahkan bisa jadi hanya ada penawaran
tunggal, atau bahkan tidak ada penawaran yang masuk sekalipun. Kejadian seperti
ini banyak terjadi pada proyek yang mewajibkan perusahaan pengusul proposal
untuk masuk kategori ”non kecil”.
Kembali pada proyek konstruksi tadi. Andaikan proyek itu akhirnya
diberikan kepada perusahaan Jianzhuang Gongsi yang memiliki afiliasi dengan
pihak pengaju proyek. Pekerjaan dan perencanaan, karena sudah dimulai jauh
sebelumnya, bisa dilakukan dengan sangat cepat, dan dalam waktu singkat proyek
sudah dimulai.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia20
Apakah pekerjaan itu bisa dilakukan dengan baik? Dalam bisnis dengan
menggunakan guanxi, ada kode etik tidak tertulis yang mewajibkan semua pihak
yang terlibat di dalamnya bukan sekedar memberikan 100%, tapi bahkan 120%
untuk proyek tersebut. Customer satisfaction (atau mungkin lebih tepatnya penulis
sebut dengan relation satisfaction) harus diutamakan di atas segalanya. Ini untuk
menjaga kerjasama dan hubungan yang sudah terjalin sebelumnya. Bagi para
pengusaha Cina, yang paling penting bukanlah keuntungan besar yang bisa
didapat dengan cepat, tapi keuntungan kecil yang bisa melanggengkan hubungan
jangka panjang dengan pihak lain.
Pada tahapan selanjutnya (eksekusi proyek), sesuai dengan kode etik
tersebut, maka pengerjaan proyek akan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seperti
halnya pada sistem biasa, masalah merupakan hal yang sering terjadi dalam
pengerjaan proyek. Akan tetapi, biasanya penyelesaian atas konflik dan masalah
tersebut dilakukan dengan cara negosiasi (atau yang dikenal umum dengan
cincay). Jalur hukum akan sangat jarang ditempuh, mengingat hubungan mereka
memang didasarkan pada saling percaya, yang terkadang bahkan jauh lebih
fleksibel dan efektif dibanding hukum.
Pengusaha etnis Cina pada semua tingkatan, mereka semua mengadakan
hubungan kerjasama yang sangat baik dengan pihak lain, bahkan dengan sesama
saingan mereka. Ini menyebabkan terjadinya banyak centered market untuk
barang yang mereka perdagangkan, misalnya pasar barang elektronik di daerah
Kota, Jakarta. Hebatnya, mereka semua saling mengisi dan menjual barang
dengan harga murah kepada saingan di sekitar mereka, sehingga membuat sebuah
jejaring distribusi yang sangat kuat.
Begitu pula halnya dalam sebuah konglomerasi. Perusahaan konglomerasi
pengusaha Cina biasanya akan saling berkaitan dan saling mendukung satu sama
lain. Sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pengusaha etnis Cina akan memiliki
sebuah core business yang berusaha di suatu bidang. Ini akan menjadi motor
usaha grup tersebut, dan biasanya, akan menjadi pusat dari kegiatan bisnis
keluarga tersebut.
Bentuk guanxi yang paling umum adalah perluasan usaha dengan
menggunakan saudara sebagai pengurus (direktur/manager). Biasanya perluasan
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia21
akan dilakukan dengan menunjuk saudara atau orang yang dipercaya sebagai
direksi. Dalam banyak kasus, kompetensi dari orang tersebut akan menjadi
pertimbangan nomor 2. ini dikarenakan pembuatan keputusan dan komando masih
banyak dilakukan oleh pendiri perusahaan induk. Penempatan direksi lebih
dimaksudkan untuk menempatkan seseorang yang bisa dipercaya untuk
menjalankan teknis roda usaha, sedangkan konsep dan keputusan penting akan
ditentukan oleh pendiri.
Guanxi bentuk lain adalah ikatan kerjasama antara dua pihak bisnis yang
berbeda yang saling percaya tanpa adanya hubungan hukum positif yang saling
mengikat secara ketat. Perjanjian yang mereka buat memang pasti ada (hitam di
atas putih) tapi untuk eksekusi proyek biasanya akan dilakukan bukan dengan
berpedoman mutlak pada perjanjian tersebut. Sayangnya, untuk mencapai pada
tingkatan ini, biasanya akan dibutuhkan waktu yang lama, karena entitas bisnis
yang berbeda belum tentu akan bisa dengan mudah mencapai kesepakatan.
Bentuk guanxi seperti yang dikemukakan dalam contoh kasus di atas
ternyata juga banyak terjadi di Indonesia. Ini terutama banyak terjadi pada masa
orde baru saat berbagai hak monopoli impor diberikan pada pihak tertentu oleh
pemerintah. Di antaranya misalkan hak monopoli cengkeh yang diterima oleh
grup Liem, yang memberikan keuntungan yang sangat besar. Contoh proyek lain
yang jatuh ke tangan grup Liem adalah pangan terigu untuk Bogasari untuk
pemasaran Indonesia Barat. Kedua hak monopoli ini, pastinya sedikit banyak
diterima oleh grup Liem karena kedekatannya dengan penguasa (Presiden
Soeharto) yang terjalin sejak masa perjuangan pengakuan kedaulatan, yang
menjadi dasar guanxi.Liem Sioe Liong dengan Soeharto.
Sementara, dua jenis guanxi lain juga bisa ditemukan dalam perjalanan
sejarah grup Liem. Contoh pertama misalnya ketika Liem pindah dari Semarang
ke Jakarta, dan meninggalkan bisnisnya di sana dalam kepengurusan abangnya.
Sementara guanxi yang ketiga adalah antara beliau dengan seorang marga Tan
yang telah lama menjadi rekan bisnisnya sehingga telah tercipta hubungan
kepercayaan (xinyong) yang kuat antara mereka berdua. Contoh-contoh guanxi
yang dijalankan oleh grup Liem akan dijelaskan kemudian pada bab IV.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia22
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa guanxi bisa juga memiliki nada
negatif dalam pelaksanaannya. Praktek guanxi sangat dekat dengan praktek KKN,
namun bukan berarti sama. Ada beberapa perbedaan mendasar pada guanxi bila
dibandingkan dengan praktek KKN maupun yang lain.
Merujuk pada tulisan Xin dan Pearce (loc. cit 1996: hlm 1646) yang
dikutip dari berbagai sumber, guanxi di Cina (dan dalam masyarakat Cina-pen)
ditekankan pada hubungan yang dijalin19. Gupta, dalam artikel yang sama juga
menulis, ” They are not fee-for-service bribes, as they often are in other countries where
import licenses or construction contracts have well-known "prices".20
Dari dua tambahan di atas, kita bisa melihat dua perbedaan umum antara
guanxi dengan praktek KKN, yaitu “hubungan” dan “bukan suap”. Dalam guanxi,
yang dipentingkan bukanlah hasil yang ingin dicapai oleh kedua pihak, melainkan
jalinan hubungan yang akan terbentuk. Maka dari itu, membangun guanxi yang
baik tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, atau harus memiliki sebuah
kesamaan latar belakang.
Guanxi juga pada dasarnya tidak bisa disamakan dengan suap karena lebih
menekankan pada proses. Ketika penggunaan guanxi dimaksudkan untuk
memperoleh pamrih, maka itu bukan lagi sebuah bentuk guanxi yang baik.
Bahkan hal tersebut bisa menjadi sebuah bentuk yang korup dari Konfusianisme.
Bagaimanapun Konfusianisme tidak mengajarkan penganutnya untuk
memperoleh kepentingan pribadi. Yang paling penting adalah keharmonisan, yang
diraih dengan melakukan tugas sebagaimana peranan kita dalam masyarakat.
Para pengusaha Cina memiliki kecenderungan untuk terus membangun
hubungan yang baik antara pihak yang bekerja sama dengannya. Mungkin bisa
dikatakan bahwa para pengusaha Cina lebih menekankan pada jaringan yang
terbuat daripada keuntungan yang akan didapat dari sebuah transaksi. Tidak heran
daerah kota bisa menjdi sebuah pusat perdagangan centered market yang besar
untuk barang elektronik, dengan semua pihak saling membantu membesarkan
pihak yang lain, karena inilah yang menjadi dasar dari hubungan transaksional
mereka.
19 Mengutip dari Hwang, K.. Face and favor: The Chinese power game. American Journal ofSociology, 92: 1987 944-974.20 Mengutip dari Gupta, S. B. Black income in India. (Sage: New Dehli, 1992)
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia23
II.2. Profesionalitas/Manajemen Profesional
Seperti halnya budaya Timur yang menekankan pada ikatan yang kuat
antar individu, budaya Barat dengan kebudayaan Yunaninya juga memiliki ciri
tersendiri dalam bisnisnya. Kompetensi dan kemampuan manajerial lebih
diutamakan dalam pengembangan bisnis daripada ikatan keluarga atau lainnya.
Seperti apakah profesonalitas dan penerapannya dalam bisnis?
II.2.a. Definisi Profesionalitas
Menurut Kamus Terminologi Populer, Profesional berarti pemain bergaji,
pemain bayaran21. Sementara itu, menurut profesor Oei Liang Lee dan Kamus
Terminologi Populer, manajemen didefinisikan sebagai
Managemen; Ketatalaksanaan proses penggunaan sumberdaya
secara efektif untuk mencapai sasaran tertentu pimpinan yang
bertanggung jawab atas jalanya perusahaan atau organisasi22
Manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia
dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan23
Pendapat lain memberikan definisi yang berbeda. Definisi ini dibuat oleh
Prof. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis (Manajemen Mutu SDM,
PT Ghalia Indonesia:
Manajemen adalah perpaduan pelaksanaan fungsi-
fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian(organizing),
pelaksanaan (actuiting), dan pengawasan/pengendalian (controlling)
untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu pula. Ada juga
yang mendefinisikan manajemen sebagai perpaduan pelaksanaan
fungsi-fungsi rencana (plan), kerjakan (do), periksa (check) dan aksi
21 YS. Marjo, Kamus Terminologi Populer (Penerbit Beringin Jaya: Surabaya, 1997) hlm 25322 Ibid hlm 19023 Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo. Pengantar Bisnis Modern. (Liberty: Yogyakarta, 1993) hlm 82
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia24
(action) untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Selain
itu, ada yang menerapkan model fungsi-fungsi manajemen yang
terkait dengan manajemen mutu yaitu rencana (plan), kerjakan (do),
study (kajian) dan aksi (action).
Profesional diartikan sebagai ciri-ciri kekuatan yang dimiliki
seseorang berupa keahlian, kompetensi, kerja efisien, keterampilan,
kualifaid-pandai, berpengalaman, dan sifat mengagumkan. Dalam
konteks SDM, manajemen profesional adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi tersebut dalam pengembangan mutu SDM secara profesional.
Lawannya adalah manajemen amatiran yang ciri-cirinya bertentangan
dengan ciri-ciri manajemen profesional.
Ciri-ciri manajemen profesional dalam pengembangan mutu SDM
dapat dilihat dari sisi operasional dan manajerial yakni:
1) Berbudaya korporat: transparansi, independensi, responsif,
akuntabilitas, dan kejujuran.
2) Dukungan manajemen puncak.
3) Bermanfaat untuk kepentingan internal dan juga eksternal
organisasi.
4) Berorientasi ke masa depan dengan pendekatan holistik.
5) Berdimensi jangka panjang dan bersinambung.
6) Sistem nilai-prinsip efisiensi dan efektivitas.
7) Dilakukan secara terencana/terprogram.
8) Monitoring dan evaluasi serta umpan balik.
9) Dilakukan oleh pelaku dan tentunya pimpinan unit yang
memiliki:a. kompetensi atau keakhlian dan pengalaman panjang di
bidangnya.b. sifat haus pada tantangan-tantangan.c. sikap dan
ketrampilan inovatif, kreatif, inisiatif dan efisien.d. integritas
tinggi.e. sifat menghargai profesi lain.f. sifat yang selalu siap
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia25
menghadapi setiap resiko.g. bertanggungjawab atas setiap kata dan
perbuatannya.
10) Penggunaan teknologi tepatguna.
11) Kepemimpinan dalam membangun komitmen.
12) Partisipasi aktif semua anggota.
13) Kerjasama Tim.
14) Pemberian penghargaan pada tiap karyawan yang berprestasi
(kompensasi termasuk peluang pendidikan-pelatihan lanjutan dan
promosi karir).
15) Persuasi pada karyawan yang kurang berprestasi untuk menjadi
yang terbaik melalui konsultasi-bimbingan dan pendidikan-pelatihan
bersinambung.24
Bisa ditemukan berbagai jenis definisi yang menyatakan tentang
manajemen professional, atau lebih tepat disebut manajemen gaya Barat.
Manajemen, seperti yang didefinisikan di atas, merupakan sebuah siklus POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dan ditambah Coordinating.
Siklus ini pada bisnis keluarga (Cina khususnya) biasanya dilakukan dan berada
di bawah pemilik perusahaan dan merupakan prerogatif sepenuhnya dari pemilik
dan keluarganya.
Bedanya, pada manajemen gaya Barat, siklus ini bukan sekedar menjadi
prerogatif dari satu kelompok saja, tapi juga menjadi tanggung jawab seluruh
perusahaan yang bersangkutan. Untuk melakukan itu, mereka memerlukan orang-
orang ”profesional bayaran” dari luar lingkungan keluarga yang berkompeten dan
memiliki kemampuan khusus, yang ditempatkan pada posisi penting sebagai ganti
tangan dari keluarga.
Di sini bisa ada beberapa hal yang penting. Yang pertama adalah
kemampuan dan prestasi, dalam artian kapabilitas dari orang (pegawai atau
24 Dikutip dari www.sadikinkuswanto.wordpress.com/2007/05/14/manajemen-profesional.htmmengutip dari www.ronawajah.wordpress.com akses 2 November 2008 21.06 WIB
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia26
manajer) dalam menjalankan roda perusahaan dan pencapaian serta nilai tambah
yang diberikan oleh personel terhadap perusahaan. Ini berbeda dengan
penunjukkan yang biasa dilakukan dalam bisnis dengan sistem guanxi, yang
bertitik tolak dari kedekatan dan hubungan dari personel tersebut dengan
pimpinan.
Secara gamblang, bisa kita lihat bahwa hubungan bukanlah yang menjadi
penekanan dalam penerapan sistem profesional ini. Kompetensi akan menjadi
sebuah poin penting yang ditekankan pada sistem ini. Prestasi yang ditunjukkan
akan menentukan kenaikan posisi dan keluarga belum tentu akan menduduki
posisi teratas dalam perusahaan.
Hal ini bisa terjadi karena pemisahan antara manajemen dan kepemilikan
yang jelas. Adanya saham yang dipegang publik membuat pimpinan perusahaan
tidak bisa berbuat semaunya dengan perusahaan. Mekanisme check and balance
yang diterapkan dalam bentuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) membuat
pihak luar memiliki kekuatan untuk mengontrol jalannya perusahaan.
Bagian dari manajemen yang paling diintervensi oleh pihak pemegang
saham (dari siklus manajemen POAC + C) adalah perencanaan dan kontrol. Ini
adalah bentuk mutlak yang harus ada dalam perusahaan (yang telah go public) dan
sangat membatasi pergerakan dari pemilik perusahaan. Tentu saja, pemilik masih
memiliki kekuasaan yang besar (biasanya sebagai komisaris) tapi keputusan
apapun yang diambil oleh komisaris akan kembali menjalani mekanisme di
RUPS.
Pada tahap pengorganisasian dan pelaksanaan (organizing dan actuating)
intervensi dari luarterjadi dalam hal manajer. Biasanya dalam perusahaan
keluarga, manajer dari luar hanya akan bisa menjadi manajer madya yang tidak
bisa mengambil keputusan strategis untuk perusahaan. Tetapi, dalam perusahaan
Barat, bahkan dalam perusahaan keluarga sekalipun, tidak jarang top manager
diisi oleh orang luar, baik itu melalui jenjang karier dari perusahaan ataupun sejak
awal direkrut dari luar.
Dari sini bisa kita lihat perbedaan-perbedaan yang cukup jelas dalam hal
penggunaan dan pemanfaatan SDM dari dua jenis sistem yang dijabarkan. Dari
segi modal, sistem ini juga berbeda. Perusahaan konglomerasi konvensional Barat
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia27
menggunakan pasar saham dan dana publik dalam pengembangan usahanya.
Mereka menjual saham yang dimiliki untuk melakukan pengumpulan kapital yang
diperlukan oleh perusahaan. Ini menyebabkan kepemilikan modal terbagi pada
banyak pihak dan bukan hanya pada pemilik dan keluarga.
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh kedua sistem akan dijelaskan
dengan lebih lengkap pada subbab berikutnya.
II.3. Perbedaan Antara Sistem Guanxi dan Profesional
Terdapat beberapa perbedaan gamblang antara sistem Guanxi dan
Profesional. Hal-hal tersebut bisa dirangkum sebagai berikut:
1. Asal mula modal
Modal dalam usaha biasanya berasal dari diri sendiri, keluarga, partner bisnis
atau dengan menggunakan pinjaman bank. Ini berlaku dalam bisnis apapun,
baik yang menggunakan sistem guanxi ataupun bisnis konvensional (bersistem
barat). Yang membedakan kedua sistem tersebut adalah keterikatan dan status
dari modal tersebut.
Dalam bisnis konvensional, modal diberikan dan kemudian sang pemberi
modal akan mendapatkan hak sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Dengan
kata lain, modal tersebut adalah modal yang bersifat resmi dan terlindung oleh
hukum. Kedua (atau lebih) pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut akan
memiliki hak dan kewajiban sesuai yang tercantum dalam kontrak tersebut.
Bila terjadi pelanggaran, maka penyelesaian dengan cara hukum menjadi yang
paling banyak digunakan.25
Hal yang berbeda biasa terjadi dalam bisnis yang menggunakan sistem guanxi.
Institusi keuangan formal dan hukum merupakan hal yang cukup dihindari.
Modal dalam usaha biasanya akan mengandalkan modal dari pribadi,
keluarga, klan dan sahabat. Bila memang terpaksa menggunakan jasa lembaga
keuangan maka biasanya mereka akan menggunakan bank yang memiliki
afiliasi dengan mereka.
Ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurang rapinya sistem hukum yang
berlaku di banyak negara Asia. Bagi mereka, guanxi lebih bisa diandalkan
25 Hamilton, Gary (ed.). Jaringan Bisnis Cina di Asia Timur dan Asia Tenggara. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.1996
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia28
untuk menggantikan buruknya pengelolaan hukum. Kasus ini banyak terjadi
dan juga diakui oleh para pimpinan bisnis di Cina.26
Perbedaan lain adalah ikatan yang terjadi antara para pemodal dan pemilik.
Seperti yang kita tahu, modal terdiri dari modal pribadi dan modal orang lain,
maka dalam bisnis yang menggunakan guanxi, ada konvensi tidak tertulis
yang mewajibkan pemilik untuk membantu pemodal dalam usahanya.
Misalkan pemodal A ingin membuat sebuah perusahaan, maka pemilik
mempunyai kewajiban sosial untuk membantu permodalan perusahaan yang
akan didirikan tersebut. Bila aturan ini dilanggar maka sanksi sosial akan
menunggu dan pemilik perusahaan akan kehilangan kepercayaan, modal dasar
dalam bisnis berbasis guanxi.
2. Kepemilikan dan penambahan modal
Perbedaan lain yang bisa terlihat dengan jelas adalah mengenai kepemilikan
modal dan penambahan modal usaha. Dalam perusahaan konvensional barat,
kepemilikan modal dibagi dalam bentuk saham, sesuai dengan besaran nilai
saham yang dibeli. Begitu pula dalam penambahan modal, yang juga
dilakukan dengan penjualan saham, yang bahkan bisa dibeli oleh umum
(dengan catatan perusahaan tersebut telah go public). Ini menjadikan
kepemilikan modal dibagi antara pemilik usaha, rekanan dan investor. Setiap
investor memiliki hak untuk ikut menentukan arah kebijakan perusahaan
dalam bentuk RUPS, yang kemudian hasilnya harus dijalankan oleh jajaran
direksi dan manajer.
Dalam bisnis berbasis guanxi, kepemilikan modal terdiri dari pemilik, rekanan
dan rekanan komanditer. Rekanan komanditer ini tidak akan ikut dalam
menjalankan perusahaan dan hanya berhak atas pembagian keuntungan.
Dalam hal ini tidak begitu banyak perbedaan dengan bisnis konvensional
barat. Perbedaan baru akan terlihat saat perusahaan perlu tambahan modal.
Perusahaan berbasis guanxi biasanya jarang menggunakan saham, dan
kalaupun go public di bursa maka jumlah yang dilepas akan kecil.
Penambahan modal biasanya hanya akan terjadi dalam lingkaran dalam saja,
dengan kata lain dengan orang yang memiliki hubungan kuat dengan pemilik.
26 Op. cit. Xin dan Pearce. Hlm 13-14
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia29
Hal ini pernah disaksikan sendiri oleh penulis saat seorang pemilik perusahaan
”M” hendak melakukan investasi di bidang pertambangan di Kalimantan dan
membutuhkan 2 milyar untuk membuka perjanjian, maka jaringannyalah yang
digunakan untuk menggalang dana tersebut.27
3. Pemanfaatan SDM
Dalam bisnis konvensional, seperti yang dikemukakan di atas, pengangkatan
dilakukan dengan berdasarkan kompetensi dan nilai tambah yang diberikan
personel kepada perusahaan. Keluarga tidak sembarangan diangkat sebagai
manajer ataupun pimpinan, yang menjadikan jalannya perusahaan lebih stabil
dan terkontrol. Ditambah lagi dengan sistem kontrol yang dilakukan oleh para
pemilik saham, menjadikan perusahaan konvensional barat sebagai sebuah
sistem yang mapan.
Sebaliknya, dalam perusahaan yang mengandalkan guanxi, pemanfaatan SDM
biasanya akan dilakukan dengan menggunakan keluarga sebagai pusat dan
memberikan jabatan madya dan rendah kepada orang luar. Ini tentu saja
sedikit banyak menutup kemungkinan mobilitas vertikal dalam perusahaan
bagi orang luar. Satu-satunya cara bagi orang luar untuk mendapatkan
kedudukan atas adalah dengan loyalitas dan kerja keras. Anehnya, biasanya
dalam perusahaan berbasis guanxi, loyalitas pekerja sangat baik, sementara
dalam bisnis konvensional banyak terjadi karyawan yang pindah untuk
mendapatkan jabatan dan bayaran yang lebih baik.28
4. Kontrol terhadap perusahaan
Ini merupakan salah satu faktor penting yang membedakan kedua sistem.
Sistem guanxi memberikan kontrol yang sangat luas pada kendali satu orang
atau kelompok (biasanya pendiri perusahaan). Bahkan, dalam kasus pemilik
yang pensiun, bila perusahaan sedang dalam masalah, generasi muda sering
melihat lagi pada sang pendiri, dan sang pendiri ”turun gunung” untuk
menyelesaikannya. Misalnya pada masalah yang menimpa keluarga
Suryadjaja (kepailitan Bank Suma). William Suryadjaja turun gunung kembali
27 Juli 2008. Direktur perusahaan “M”, Bpk GPSB meminta bantuan penulis untuk mencarirekanan yang ingin menginvestasikan uangnya sebesar jumlah tersebut dengan return 10%28 Ada juga kemungkinan perbedaan budaya barat dan timur. Dengan kata lain bukan sistem yangmemberikan pengaruh, tapi lebih pada faktor manusia yang bekerja. Hal ini sayangnya bukanmerupakan bahasan dari tulisan ini.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia30
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Atau pada perusahaan
multinasional milik pengusaha sekaliber Li Ka-Shing, yang kontrolnya
dimiliki hampir sepenuhnya oleh Li. Bahkan banyak investornya yang
mengeluh bahwa memiliki modal di sana akan percuma karena andil untuk
mengatur jalannya perusahaan tetap tidak dimiliki (yang dibantah oleh pihak
perusahaan).
Di lain pihak, konglomerasi konvensional membagi kontrol sesuai dengan
hierarki komando yang dibuat, dengan menempatkan RUPS sebagai
keputusan tertinggi. Kebijakan umum yang diambil di sana kemudian akan
diterjemahkan ke dalam program perusahaan. Program ini kemudian akan
dijalankan oleh dewan direksi dan para manajer. Tentu saja sistem ini
memiliki kelemahan pada masalah birokrasi pada keputusan strategis yang
vital bagi jalannya perusahaan, tapi akuntabilitas dan keterbukaannya
membuka peluang masuknya ide baru dari luar.
5. Kerjasama
Kerjasama dalam bisnis yang berbasis guanxi biasanya dilakukan dalam
lingkaran orang-orang yang dekat dan bisa dipercaya saja. Menyambung dari
nomor satu subbab ini, karena adanya konvensi sosial informal yang
sebelumnya disebutkan, maka bagian yang dimiliki tidak akan berputar dari
orang-orang pemodal pada lingkaran itu saja. Dalam hal kerjasama ini, bisa
dilihat dari pembagian kepemilikan saham dalam BCA dan anak-anak
perusahaanya hingga 198929 yang berputar pada beberapa nama saja. Contoh
yang lebih konkrit adalah kerjasama yang dilakukan oleh Liem pada masa
awal usahanya bersama dengan Tan Ho Tjung sebelum Liem pindah ke
Jakarta untuk mengembangkan usahanya.
Di lain pihak, bisnis konvensional barat lebih terbuka dalam mengadakan
kerjasama dengan berbagai pihak. Biasanya kerjasama dilakukan dengan dasar
keuntungan dan bukan dengan dasar kepercayaan. Karena itulah lelang proyek
bersifat bebas lebih sering berhasil di negara dengan sistem manajemen Barat,
sementara di Asia (termasuk Indonesia) biasanya pihak yang tidak memiliki
afiliasi akan lebih sulit untuk memenangkan proyek.
29Soetriyono, op. cit. hlm 63
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia31
Bab III Grup Liem, BCA dan Profesionalitas
Setelah membahas mengenai guanxi, manajemen professional dan
berbagai penerapan dan perbedaannya, kini kita mulai masuk ke dalam pokok
bahasan mengenai grup Liem. Untuk mengetahui mengenai grup Liem, maka
tidak akan lengkap bila kita melewatkan mengenai sejarah penduduk etnis Cina di
Indonesia. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri dalam masyarakat
Indonesia dan menjadikan bangsa ini semakin ber-bhinneka. Dari mempelajari
sejarah bangsa Cina di Indonesia sendiri maka kita akan bisa memperoleh banyak
hal untuk kemudian dikaji lebih jauh.
Bab III.1. Sejarah Cina Keturunan di Indonesia
Sebagai sebuah negeri yang besar, negeri Cina adalah sebuah negeri yang
telah memiliki sejarah perdagangan yang sangat panjang. Dimulai dari jalan sutera
yang membentang dari Xi An sampai ke Timur Tengah hingga kemudian
ekspedisi Cheng Ho, yang kabarnya menjelajahi dunia pada 1421, hingga
kemudian banyak dari pedagang-penjelajah tersebut yang tinggal sementara
ataupun menetap di berbagai pulau yang ditemui. Pertanyaan yang muncul adalah
kenapa Cina, yang pada masa dinasti seharusnya tidak memiliki banyak pedagang,
memiliki banyak sekali koloni-koloni di luar negeri, khususnya di Asia Pasifik?
Bangsa Cina tumbuh seiring dengan ajaran Konfusianisme sejak zaman
akhir Zhou. Dalam ajaran tersebut, masyarakat dibagi menjadi 4 golongan dengan
golongan pedagang (shi, nong, gong, shang) pada golongan terendah. Akan tetapi,
perlu diingat bahwa daratan Cina sangat luas, sedangkan pusat dari peradaban
filsafat dan pemerintahan berada pada lembah sungai Kuning di utara. Daerah
selatan sendiri sejak lama sangat sulit untuk dikontrol oleh pemerintahan Cina
(kecuali pada dinasti Song selatan yang beribukota di selatan). Di sanalah banyak
sekali pedagang jalur laut dan pelarian, baik kriminil maupun politik, yang
kemudian melarikan diri ke berbagai tempat di luar Cina seperti Taiwan, Amerika
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia32
ataupun ke Asia Tenggara. Kedatangan mereka belum tentu sebagai pedagang,
tapi bahkan banyak juga yang merupakan buruh.30
Menurut catatan, pada masa kerajaan Sriwijaya, pedagang Cina telah
menjadi pesaing dari pedagang pribumi. 31 Mereka kemudian berintegrasi dan
berasimilasi dengan penduduk setempat, atau mengadakan perkawinan dengan
perempuan setempat. Perdagangan etnis Cina terus berkembang hingga kemudian
datanglah orang Eropa ke Indonesia dengan tujuan berdagang.
Pada perkembangan selanjutnya, pedagang etnis Cina menjadi pedagang
perantara bagi orang Eropa yang memiliki uang dengan orang pribumi pedesaan
Indonesia yang memiliki rempah-rempah yang dicari. Keadaan ini pada dasarnya
merupakan hal yang lumrah karena orang Eropa tidak memiliki kemampuan untuk
berhubungan langsung dengan petani pribumi, sehingga mereka mencari rekanan,
yang didapatkan pada diri pedagang Cina. Dengan kata lain, sistem sosial yang
terbentuk pada masa itu bukanlah ciptaan Eropa seperti yang banyak disebutkan,
melainkan terbentuk secara alamiah sesuai dengan kelebihan dan atas dasar saling
menguntungkan satu sama lain. Dengan cara ini, pedagang Cina bisa memperoleh
keuntungan, tapi keuntungan besar baru didapatkan setelah masa kolonial Belanda
di Indonesia dimulai.32
Pada masa itu, keuntungan bukan lagi didapatkan dengan sekedar menjadi
pedagang perantara antara orang Eropa dan pribumi, tapi keuntungan terbesar
didapatkan dari hak monopoli dan hak pemungutan pajak. Hak monopoli biasanya
diberikan pada kapiten (semacam pemimpin masyarakat) Cina di kampung Cina
yang bersangkutan. Berbagai hak monopoli diberikan pada pedagang Cina dan
memberikan keuntungan besar, misalnya yang paling menguntungkan adalah hak
monopoli atas candu dan hak pemungutan pajak.
Di antara pengusaha pedagang Cina pada masa itu yang paling menonjol
adalah Oei Tiong Ham, yang kemudian menjadi pengusaha berkelas multinasional
pertama di Asia Tenggara. Usaha yang dimilikinya berdiri di bawah bendera Oei
Tiong Ham Konzern / Concern (OTHC) yang memiliki cabang di Singapura,
30 Ong Hok Ham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina. (Komunitas Bambu: Jakarta.2008) hlm 1931 Soekisman. Op. cit.32 Op. cit. Ong. disarikan dari berbagai bab.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia33
Malaysia hingga ke Eropa dan Amerika Serikat dan terus berdiri hingga
dinasionalisasi oleh Orde Lama.
Usaha yang dimilikinya berkembang sejak dia mendapat hak monopoli
untuk perdagangan dan produksi gula dari VOC. Pada saat harga gula sedang
rendah-rendahnya di pasar dunia, dia membeli hak pengusahaan gula dan
memonopoli produksi dan distribusi gula di Jawa. Dengan koneksinya yang luas
di luar negeri dia berhasil mengekspor gula ke berbagai negara, bahkan sampai ke
Inggris. Akhirnya pada saat harga gula kembali normal, Oei yang telah menguasai
jagat ”pergulaan” berhasil mendapatkan keuntungan yang sangat besar, hingga ia
kemudian bisa membeli hak penjualan candu dari keluarga kelas atas Cina pada
masa itu dan memperoleh keuntungn yang lebih besar lagi. Dilaporkan
keuntungan bersih yang berhasil diraihnya pada periode 1880-an hingga 1904
(saat semua hak penjualan candu diambil alih oleh regie Belanda) mencapai angka
18 juta gulden.
Bisa dibilang juga bahwa Oei ini merupakan kapitalis Cina pertama yang
menggunakan sistem manajemen profesional dan tidak mengandalkan pada
keluarga. Oei mempekerjakan banyak teknisi dan orang Eropa dalam usahanya
dan juga berpandangan sangat terbuka dalam bersikap. Ia juga tidak
mengandalkan kedekatan dengan pejabat dan bahkan berkesan menjauhkan diri
dari politik, baik Hindia Belanda maupun politik negeri Cina sendiri.33
Dengan sikap yang profesional dan keluasan jaringannya, Oei Tiong Ham
telah berhasil membuka sebuah perusahaan multinasional yang sangat besar dan
beromset jutaan. Keberhasilan ini bukan berarti menunjukkan keunggulan dari
sistem manajemen profesional dari sistem yang mengandalkan guanxi, namun
justru menunjukkan bukti empiris dari anggapan bahwa perusahaan yang berskala
besar tidak bisa lagi diurus dengan mengandalkan guanxi belaka.
Oei Tiong Ham sendiri bukan berarti tidak menggunakan guanxi sama
sekali. Keluasan jaringan yang dimilikinya dimulai dari pergaulannya yang sangat
luas dengan berbagai pihak. Dimulai dari perkenalan dan pergaulannya dengan
berbagai orang dari berbagai penjuru dunia inilah kemudian usahanya bisa
berkembang sedemikian rupa. Dengan kata lain, perkembangan bisnis yang
33 Ibid hal 76 – 85
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia34
dilakukan oleh Oei Tiong Ham merupakan gabungan dari dua sistem bisnis yang
saling melengkapi, guanxi dengan jaringannya yang luas serta penggunaan
manajemen profesional untuk menutupi kekurangan guanxi di bidang sumber
daya profesional yang kompeten dan mumpuni untuk menjalankan bisnis berskala
besar. ini juga yang dilakukan oleh Liem yang akan dibahas sebentar lagi.
Mari kita tinggalkan Oei dan beranjak kembali ke alur sejarah etnis Cina
di Indonesia. Setelah melewati masa keemasan pergaulan dengan pemerintah
Hindia Belanda, kembali etnis Cina mengalami masalah dengan pencabutan hak-
hak tersebut, ditambah lagi dengan pembatasan gerak dengan passenstelsel dan
wijkenstelsel (sistem pas jalan dan perkampungan)34, serta pembunuhan besar-
besaran pada 1740. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya hubungan kedua pihak
tidaklah selalu mesra.
Pada masa Orde Lama, kedudukan etnis Cina cukup kuat, apalagi dalam
kabinet Soekarno pasca 1950-an ada cukup banyak etnis Cina yang menjadi
menteri35. Pemerintah sendiri cukup mendorong peran dari pengusaha etnis Cina
untuk berkembang, walaupun dengan memaksa mereka untuk menjadi partner
pribumi dalam program Ali-Baba. Sayangnya kemudian pemerintahan Soekarno
memilih sistem ekonomi yang bersifat komando sehingga kemudian usaha swasta
tidak berkembang, bahkan banyak yang runtuh, termasuk OTHC yang dituduh
melakukan berbagai penyimpangan.
Masih banyak juga berbagai perusahaan lain yang diiliki dan dimotori oleh
pengusaha etnis Cina di Indonesia. Dengan sistem masyarakat yang diterapkan
pada masa kolonial dan juga Orde Baru, ditambah dengan sifat dan sikap dari
kebanyakan imigran Cina dan keturunannya, bisnis etnis Cina di Indonesia bisa
berkembang menjadi sebuah komponen penting dalam perekonomian di tanah air
pada masa itu, dan terus hingga masa kini. Akan tetapi, contoh dari seorang Oei
Tiong Ham diharapkan akan cukup untuk menjadi sebuah contoh dari pengusaha
etnis Cina sebelum Liem yang mengembangkan sebuah manajemen yang
profesional dan berjaringan luas.
Dengan melihat pada bisnis OTHC, kita bisa melihat bahwa bisnis besar
yang berkapasitas internasional akan sangat sulit untuk bersaing di dunia
34 Ibid hal 1335 Ibid hlm 86-87
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia35
internasional bila hanya mengandalkan keluarga. Walaupun tidak disebutkan
mengenai penggunaan guanxi pada bisnis OTHC, namun penulis yakin bahwa Oei
sendiri juga menggunakan guanxi dalam pengembangan bisnisnya, walaupun
tidak dijelaskan oleh Ong mengenai hal tersebut dalam tulisan-tulisannya yang
diteliti oleh penulis.
Pada masa Orde Baru (Orba)-lah pengusaha etnis Cina menjadi apa yang
disebut menjadi apa yang disebut Thomas Liem Tjoe sebagai ”kuda beban yang
menarik kereta Orde Baru” (Tjoe, 2007: 32). Ini dilakukan dengan memberi
berbagai kemudahan pada pengusaha konglomerasi etnis Cina atas berbagai
kontrak dan hak monopoli. Pada dasarnya pola pengembangan bisnis yang
dilakukan agak mirip dengan masa kolonial. Hanya saja, bila pada masa kolonial
pengawasan diperketat dan pergerakan sulit, maka di masa Orba pergerakan dan
bantuan datang terus asalkan pengusaha mau ”mendekatkan” diri pada penguasa.
Pada kondisi seperti inilah guanxi ”teman tidur” yang dikatakan Seagrave
(Seagrave. 2006: 201) menjadi nyata. Pada masa Orde Lama dan Orba inilah
Liem Sioe Liong memulai sepak terjangnya untuk menjadi multimiliuner dan
salah satu manusia terkaya di dunia.
III.2. Sejarah Grup Liem
Bicara Grup Liem maka kita akan bicara mengenai Liem Sioe Liong alias
Soedono Liem. Tanpa dirinya, marga Liem mungkin Cuma akan menjadi
pengusaha kretek di Kudus yang berskala biasa saja. Maka penting bagi kita untuk
melihat: siapakah Liem Sioe Liong?
Liem Sioe Liong adalah putra asli Cina. Dia lahir di Haikou pada akhir
musim panas 1918. Tak lama setelah ia bersekolah, ayahnya meninggal dunia dan
membuat tanah keluarga mereka diwariskan kepada Liem Sioe Hie, kakak
tertuanya. Namun, ternyata kakanya tidak tertarik untuk menjadi petani dan
kemudian bermigrasi ke Selatan hingga ke Jawa. Kira-kira pada tahun 1938 Liem
Sioe Liong mengikuti abangnya dan pindah mengikuti Sioe Hie ke Kudus dan
kemudian bergabung dengan Futching Hui (semacam perkumpulan orang-orang
Futching di Kudus), di mana sebelumnya telah bergabung Liem Kiem Tjai alias
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia36
Liem Mo Sing (pamannya), Liem Ban Hing (paman misannya) dan Liem Sioe Hie
(kakaknya).36
Karir bisnisnya bermula sebagai tukang kredit di daerah Kudus bersama
dengan Tan Ho Tjung, salah satu rekanan yang juga teman baiknya karena sama-
sama berasal dari Futching. Usahanya ini berakhir saat pendudukan Jepng dengan
dilarangnya usaha kredit (mindring). Atas hal ini, Sioe Liong mengalami kerugian
besar, mungkin yang terbesar dalam karir bisnisnya. Akan tetapi pada masa sulit
inilah dia bertemu dengan pujaan hatinya, Lie Las Nio yang kemudian
dinikahinya.37
Pada masa awal kemerdekaan, arus mulai berubah ke arah Soe Liong. Ini
bermula dari kedatangan tamu ”penting” untuk disembunyikan dari pihak Belanda
ke Chung Hua Tsung Hui (中 华 总 会). Tamu ini, yang ternyata adalah Hassan
Din ayah Fatmawati dan mertua Bung Karno, kemudian dipercayakan kepada
Liem Sioe Liong. Inilah salah satu guanxi yang berhasil dibangun antara Liem
Sioe Liong dengan penguasa, khususnya Orde Lama. Berkat keberhasilannya
menyembunyikan Hassan Din, pada masa itu, Liem berhasil memperoleh pesanan
untuk memenuhi kebutuhan tentara, baik logistik, sandang maupun (rumornya)
senjata.38
Selain memasok tentara, Liem sioe Liong juga berhasil mendatangkan
bahan baku utama industri unggulan Kudus, rokok. Pada masa itu, impor cengkeh
masih mengalami masalah, terutama untuk daerah Kudus yang belum diduduki
Belanda. Di sinilah Sioe Liong masuk untuk mengisi kekurangan cengkeh dengan
jalan mengimpornya dari Singapura. Berkat hubungan yang luas dengan tentara
dan bantuan modal dari rekan-rekannya, impor cengkeh dari Madagaskar dan
Zanzibar ini berhasil mendatangkan keuntungan besar bagi Sioe Liong.
Pada masa ini pulalah Liem Sioe Liong berkenalan dengan orang yang
membuka berbagai jalan baginya, Letkol Soeharto, yang kemudian menjadi
presiden kedua Indonesia. Kebutuhan logistik Divsi Diponegoro sebagian
36 Ini membuktikan guanxi dengan tong yang sebelumnya diangkat. Orang dengan tongcun(kampung halaman yang sama) dari Futching menggabungkan diri dalam Futching Hui. Lihat ErsaSiregar, Liem Sioe Liong dari Futching ke Mancanegara. (Pustaka Merdeka: Jakarta. 1989) hlm 3- 1437 Ibid. hlm 15 – 1938 Ibid hlm 23 - 26
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia37
dipenuhi oleh Sioe Liong dan dari situ jugalah tumbuh hubungan baik antara Sioe
Liong dan Letkol Soeharto, yang menjadi salah satu topik utama skripsi ini.39
Pada masa Orde Lama, bisnis dari grup Liem mulai berkembang. Selain
memasok untuk Divisi Diponegoro dan mengimpor cengkeh, Liem juga
mengimpor pakaian murah dari Shanghai. Usaha ini kemudian berkembang
menjadi pabrik PT Muliatex yang didirikannya bersama dengan pengusaha tekstil
dari Shanghai tersebut. Selain perusahaan tersebut, Liem juga bergerak dalam
pembuatan ban sepeda (PT Indara Mas), pabrik paku (PT Indara Kencana),
pembuatan baju (PT Indara Makmur dan PT Setiawan), dan sebuah pabrik sabun.
Liem juga mengelola tambang timah dengan nama Indako Ltd, serta bekerja sama
dengan pihak Australia.40
Salah satu embrio usaha terbesar Liem Sioe Liong yang didirikan pada
masa Orde Lama adalah Bank Central Asia (BCA) yang didirikannya pada 1956.
Bermula dari berdirinya Bank Windu Kentjana pada 1954. Usaha pada bidang
perbankan ini tidak berkembang hingga pada 1957 berdirilah bank kedua Liem,
NV Bank Asia pada 12 Oktober 1956. Nama ini kemudian berubah menjadi
Central Bank Asia pada 13 Februari 1957 dan Bank Central Asia pada 1960.41 Di
masa Orde Lama ini jugalah Liem mulai berkolaborasi dengan sejawat Kudus –
Futching-nya, Djuhar Sutanto (Liem Oen Kian) yang akhirnya menjadi mitra
utama Liem dalam berbagai jenis usaha.42
Pondasi kokoh di masa Orde Lama ini mulai bersinar terang pada Orba.
Naiknya Soeharto, yang sebelumnya sudah dekat dengan Liem, sebagai presiden
membawa kesempatan besar bagi Liem. Di sini, guanxi yang sebelumnya sudah
terbentuk antara kedua orang berkat hubungan yang lama selama di Kudus dengan
Divisi Diponegoro membuat Liem menjadi orang yang dipercaya oleh Soeharto
untuk menjalankan kebijakan ekonomi selama Orba.
Monopoli pertama yang diberikan adalah cengkeh (kepada PT Mega)
berdua dengan PT Mercu Buana milik Probosutedjo pada 1968. dengan ini maka
Liem menguasai jagad per-”cengkeh”-an karena hanya ada satu saingannya yaitu
39 Ibid hlm 27 – 3240 Ibid hlm 3841 Soetriyono. Op. cit. hlm 44 – 4542 Siregar. Op. cit. hlm 39
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia38
Probosutedjo. Kiprahnya diteruskan dengan mendirikan PT. Bogasari Flour Mills,
yang diberikan monopoli untuk pemasaran di wilayah barat Indonesia, sementara
untuk bagian timur monopoli diberikan pada PT. Prima dari Singapura. Selain itu,
Liem juga mendirikan PT Waringin yang berkedudukan di Singapura, yang
bergerak dalam bidang perdagangan dan keuangan, yang waktu itu menjadi
perusahaan terbesar di Asia Tenggara yang melakukan aktivitas dalam perbankan,
perkapalan ekspor-impor dan lain-lain.43
Di tahun tujuh puluhan, dengan bertumpu pada tiga usaha di atas, Liem
mendirikan lagi dua buah usaha yang berkelas dunia yaitu PT Indonesia Distinct
Cement (Indocement) dan perbaikan pada BCA dengan bantuan dari Mochtar
Riady (Lie Wen Tjen). Berkat bantuan dari Mochtar Riady, BCA berhasil menjadi
bank kesembilan terbesar pada akhir 1980-an. Dengan lima jenis usaha itu, Liem
Sioe Liong mendapat julukan ”Lima Raja” (raja cengkeh, raja terigu, raja dagang,
raja semen dan raja uang). Lima bidang usaha ini telah dimilikinya sejak tahun
1970-an.44
Liem Sioe Liong juga mendirikan berbagai perusahaan lain seperti pabrik
tekstil PT Purbaya dan PT Tarumatex di Bandung. Di bidang real estate, Liem
membangun Pakuwon (Jakarta Barat) dan Pondok Indah (Jakarta Selatan).
Kawasan Pakuwon dibangunnya bersama guanxi-nya dari Kudus Tan Loa Moy,
sementara Pondok Indah dibangunnya bersama dengan Ir. Ciputra. Liem Sioe
Liong juga melakukan perakitan mobil Volvo dan juga mendirikan Hotel
Mandarin dan night club Blue Ocean.45
Pada akhir 70-an dan awal 80-an, Liem kelihatan sedikit mengendorkan
gebrakan-gebrakannya dengan hanya melakukan beberapa perluasan, misalnya PT
Indohero dan PT Indomobil Utama yang merakit motor dan mobil Suzuki. Pada
masa itu juga Lie mendirikan pabrik Sari Mie untuk menyambut kesempatan
kekurangan produksi beras. Selain itu, Liem juga mendirikan night club The
Palace, berseberangan dengan Blue Ocean, bersama dengan Tan Tju Hin (Hendra
Raharja).46
43 Ibid hlm 4344 Ibid hlm 4645 Ibid hlm 44 – 4546 Ibid hlm 47
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia39
Yang perlu diperhatikan adalah hubungan kerjasama yang erat antara The
Gang of Four (Liem, Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad). Mereka
berempat mulai berkongsi pada 1969 pada pendirian CV Waringin Kentjana, dan
diteruskan dengan pendirian PT Bogasari hingga kemudian pembanguna Pondok
Indah dan BSD.47 Ini menjadi bukti dari sebuah guanxi yang terbentuk karena
kerjasama, yang akan dibahas kemudian pada Bab IV.
Tentu saja bukan hingga di sini saja perkembangan bisnis dari Liem dan
grupnya. Perkembangan bisnis mereka terus membesar hingga kemudian
menginvasi mancanegara, hingga kini pada 2008 Liem dinobatkan menjadi orang
terkaya keempat menurut Globe Asia edisi Juni 2008 dengan kekayaan US$ 3,04
miliar setelah tahun 2007 berada pada posisi yang sama dengan kekayaan US$ 2,8
miliar.48 Dari sini saja bisa dilihat bahwa bisnis Liem adalah kerajaan bisnis yang
raksasa, dan salah satu dari ujung tombak bisnisnya, BCA, akan dibahas.
III.3. Bank Central Asia (BCA)
BCA pada saat ini kita kenal sebagai salah satu bank swasta terbesar di
Indonesia, bahkan mungkin di Asia Tenggara. Kiprah kebesaran BCA tidak bisa
dilepaskan dari sepak terjang dua orang yang menjadi “induk” dari BCA, Liem
Sioe Liong dan Mochtar Riady. Yang perlu diperhatikan, seperti disebutkan di
atas, adalah ke-“tidak kenal”-an Liem Sioe Liong dan Mochtar Riady sebelumnya.
Bisnis etnis Cina yang biasanya mengandalkan pada keluarga ternyata
dipatahkan stigmanya dengan kerjasama dua orang ini. Walaupun sama-sama
orang bisnis dan juga sama-sama etnis Cina, kedua orang ini tidak memiliki
hubungan sebelumnya dan juga tidak memiliki tong tertentu. Ini tentu menjadi
sebuah warna tersendiri dan membuka paradigma, bahwa gabungan dari
manajemen guanxi dengan profesionalisme gaya Barat ternyata berhasil dengan
cukup baik.
Bermula dari pendirian dari Bank Windu Kentjana (BWK) pada 1954.
bank pertama yang didirikan oleh Liem Sioe Liong untuk memberikan dukungan
finansial bagi gerakan grupnya ini ternyata berjalan dengan kurang baik.
47 DEEJE, dkk. 10 Orang Terkaya Indonesia 2008. (Pustaka Timur: Yogyakarta, 2008) hlm 61 –6348 Ibid. Hlm 56
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia40
Pertumbuhan BWK tidak berjalan dengan baik dan menjadi salah satu dari proyek
gagal dari grup Liem. Mengingat pengaruh, jaringan dan kapitak dari grup Liem
pada saat itu, maka kemungkinan pengalamanlah yang menjadi pengganjal utama
perkembangan BWK.
Namun, bagi sebuah grup yang berkembang pesat pada saat itu, perbankan
merupakan sebuah dunia usaha yang harus dijalankan untuk maju. Kemampuan
bank untuk menghimpun dana publik dan membiayai pengembangan usaha grup
dari sana menjadi penyebab utama hal itu. Bagaimanapun besarnya modal grup
Liem, pasti ada batasan di dalamnya. Untuk mengatasi itulah maka perbankan
harus digeluti.
Tak puas dengan kinerja BWK, pada 1956 Liem membuat banknya yang
kedua, NV Bank Asia. Nama ini kemudian berganti menjadi Central Bank Asia
dan kemudian Bank Central Asia pada 1960. bagaimanapun, usaha kedua ini juga
masih belum membuahkan hasil. Kemungkinan pada masa itu manajemen dan
direksi dari Bank itu masih dipegang oleh orang-orang kepercayaan Liem. Ini bisa
dilihat dari komentarnya pada Fikri Jufri dari Tempo pada 1984,“Mencari partner
yang baik, gampang. Tapi, mencari orang yang bisa melakukannya dengan baik,
jelas lebih sulit”.49
Pertemuan “takdir” yang melambungkan BCA justru terjadi baru pada
1974. dalam sebuah perjalanan dengan pesawat menuju Hongkong, dia bertemu
dengan “The Magic Man of Bank Marketing”, Mochtar Riady alias Lie Mo Sing,
seorang peranakan50 Malang, yang saat itu baru saja mundur dari jabatannya di
Panin Bank, bank swasta terbesar di Indonesia pada saat itu.
Mochtar Riady lahir di Malang tahun 1929. Ketika perang kemerdekaan,
dia turut berjuang di Jawa Timur. Dia pernah ditangkap Belanda dan ditahan di
penjara Lowokwaru, Malang karena menolak pembentukan Negara Indonesia
Timur. Dia kemudian dibuang ke Cina dan sempat belajar filsafat di Universitas
Nanking (Nanjing). Pada akhirnya ia bisa kembali ke Indonesia lewat Hongkong.
49 Dikutip dari Soetriyono. 1989: hlm 4550 Istilah ini digunakan untuk menyebut etnis Cina yang lahir di Indonesia (atau tepatnya Jawa,menurut Ong Hok Ham). Sebutan untuk orang Cina kelahiran RRC yang kemudian bermigrasi ke
Indonesia adalah totok atau singke (新客). Mochtar Riady adalah peranakan karena dilahirkan diMalang, sementara Liem Sioe Liong adalah totok karena kelahiran Futching dan kemudianbermigrasi ke Indonesia.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia41
Sebelum di Panin, Mochtar pernah juga bersama dengan Bank Buana serta
Bank Kemakmuran. Dia memiliki peran besar dalam memajukan bank-bank
tersebut, misalnya Panin yang menjadi bank swasta terkemuka setelah
ditanganinya selama empat tahun (1971 – 1974). Akhirnya terciptalah
kesepakatan di pesawat itu antara Liem dan Mochtar, dengan perjanjian pemilikan
saham sebesar 17,5%.
Salah satu pertimbangan Mochtar bergabung dengan BCA sebenarnya
juga berkat perselisihan dengan pemegang saham lainnya yang masih berkerabat
dengannya, Mu’min Ali Gunawan (Lie Mo Ming) dan Gunadi Gunawan (Lie Mo
Kwang).51 Politik intern di Panin membuat Mochtar sulit untuk mengembangkan
profesionalismenya dan membuatnya tidak betah.
Di sinilah kemudian dibuat perjanjian yang ketat dengan Liem, yang tidak
memiliki hubungan keluarga dan guanxi apapun dengan Mochtar. Selain saham
17,5% dan gaji yang tinggi, Mochtar meminta manajemen BCA tak terikat dengan
ekspansi bisnis Liem dan bebas untuk berkembang dan berdiversifikasi selama
Mochtar dan dewan yang dikepalai Liem menilainya dengan baik. BCA juga
bebas untuk bekerja sama dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang
dimiliki oleh Liem. 52 Dengan kata lain, manajemen dari BCA merupakan
kreativitas dari Mochtar dan bahkan dia bisa menolak untuk memberikan bantuan
kredit bagi ekspansi Liem bila dirasa kerja sama yang diajukan kurang baik.
Dengan sistem ini bisa kita lihat hubungan yang profesional dibentuk oleh
kedua belah pihak (Liem sebagai pemilik dan Mochtar sebagai manajemen).
Pemisahan dari dua aspek dalam perusahaan ini adalah salah satu hal yang harus
dipenuhi oleh perusahaan dengan manajemen profesional. Sejak awal
kelihatannya Mochtar memang sudah berniat untuk membentuk sebuah
manajemen yang bersifat profesional, dengan kata lain Mochtar mencoba
meninggalkan manajemen keluarga yang rawan konflik dengan manajemen Barat
yang lebih pragmatis. Ini bisa dilihat dari alasannya meninggalkan Panin Bank.
51 Bisa dilihat bahwa pengelolaan keluarga dengan mendasarkan pada guanxi bukan berarti bebasdari perselisihan. Justru banyak dari perusahaan keluarga yang mengalami perselisihan saat tidakada sosok berpengaruh yang memegang (misalnya pendiri perusahaan meninggal). Lebih jelasnyalihat AB. Susanto: 200752 Soetriyono. Op.cit. Hlm 48
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia42
Cara yang digunakan oleh Mochtar dalam mengembangkan BCA adalah
dengan merebut pasar terlebih dahulu. Dengan kekuatan modal dari Liem yang
besar, BCA membuka cabang di mana-mana. Cara ini memerlukan dana modal
yang besar yang saat itu mungkin hanya bisa disediakan oleh Liem. Cara
pengembangan ini juga tidak memungkinkan untuk menggunakan cara-cara
guanxi.
Pada Maret 1975 (saat Mochtar masuk), BCA hanya memiliki dua kantor
cabang. Namun pada Agustus 1988 telah mencapai 49 yang tersebar di berbagai
kota di Indonesia. Pada tahun tersebut dan tahun 1989, BCA membuka kembali
20 cabang baru untuk mencakup retail banking yang menjadi sasarannya. Nilai
aset BCA juga meningkat dari Rp 12,8 milyar hingga menjadi Rp 1,542,1 trilyun,
dengan jumlah investasi yang dikeluarkan oleh Liem sebesar Rp 5,25 trilyun pada
1987. nilai aset ini hampir dua kali lipat dari bank swasta terbesar kedua di
Indonesia pada saat itu, Bank Niaga, yang berjumlah Rp 785,7 milyar.
Bisa kita lihat sebesar apa BCA dengan penggunaan manajemen yang
profesional. Namun tidak bisa juga kita nafikan peran dari penggunaan guanxi
dalam perkembangan Liem dan BCA. Perpaduan dari kedua sistem yang ada
dalam BCA. Di bab berikutnya kita akan melihat dan menganalisa guanxi seperti
apa dan profesionalisme seperti apa yang digunakan oleh Liem dalam
pengembangan bisnisnya.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia43
Bab IV. Pergeseran Sistem dalam Grup Liem
Setelah kita melihat dan mempelajari dengan lebih jauh mengenai kegiatan
grup Liem, maka kita bisa melihat bahwa Liem menggunakan dua pendekatan
manajemen yang disebut di atas, guanxi dan profesional. Namun sejauh apa
penggunaan dari kedua sistem itu dalam keseharian kegiatan Liem akan kita bahas
lebih jauh dalam bab ini. Pembahasan akan dimulai dari penggunaan guanxi
dalam kegiatan bisnis grup Liem.
IV.1. Penerapan guanxi dalam grup Liem
Bisa dilihat bahwa, sama dengan pengusaha berlatar belakang etnis Cina
lainnya, Liem juga menggunakan pendekatan yang berbasis guanxi dalam bisnis
mereka. Sesuai dengan Konfusianisme yang membasiskan masyarakat dalam unit
keluarga, maka bisnis Liem juga berkembang dengan menjadikan keluarga
sebagai awalan.
Perjalanan bisnis bagi Liem sudah dimulai saat ia pertama kali
menginjakkan kakinya di Kudus, untuk mengikuti kakaknya yang telah lebih dulu
bermigrasi ke sana. Secara umum, hijrah Liem ke Kudus dari Futching (Fujian)
terdiri dari dua faktor, yaitu faktor pendorong (kesulitan ekonomi keluarganya dan
cerita dari negeri seberang / Indonesia) dan faktor penarik (adanya kerabatnya di
Kudus). Dengan adanya keluarga, maka Liem telah memiliki jalur guanxi yang
jelas dan kuat, apalagi dengan adanya Futching Hui yang memiliki ”tong” dengan
dirinya (sama-sama dari Futching).
Apalagi bila yang dikatakan oleh Seagrave benar, bahwa klan Liem-nya
adalah salah satu dari keluarga Cina yang terkaya di Semarang. Kabarnya klan ini
rutin bertemu setiap tahun di kuil besar keluarga Liem yang dibangun pada
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia44
1881.53 bila ini terbukti, maka dengan nama klan Liem saja, ia memiliki modal
yang sangat besar dalam berbagai usahanya hanya dengan marga itu saja.
Guanxi pertama dalam kehidupan bisnis Liem adalah dengan keluarganya.
Usaha pertama yang digelutinya tidak lepas dari bantuan pamannya dan kakaknya
yang telah lebih dulu berada di Kudus. Dengan pondasi ekonomi yang telah
dibangun oleh mereka berdua, Liem Sioe Liong memiliki batu pijakan untuk
memulai usahanya. Hubungan guanxi dalam keluarga ini ternyata juga
diteruskannya dalam berbagai usahanya kelak.
Hubungan guanxi, seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, dibangun
dengan dasar kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari semua pihak yang
berada dalam guanxi, niscaya hubungan guanxi yang baik akan bisa tercipta.
Dalam kasus yang pertama ini, xinyong yang dimiliki adalah berdasarkan pada
keluarga dan marga. Ikatan ini adalah yang paling mendasar dan paling mudah
untuk dibina. Bahkan di negara lain ada banyak juga perusahaan yang bermula
dari keluarga. Di negeri Amerika Serikat yang berdasarkan pada profesionalitas
saja, dikatakan bahwa perusahaan milik keluarga menyumbang hingga 40% dari
GNP atau 59% dari GDP-nya.54
Guanxi seperti ini merupakan jenis hubungan yang paling mendasar dan
oleh karena itu bukan merupakan monopoli dari bangsa Cina semata. Di banyak
negara lain, bisnis yang mendasarkan diri pada keluarga banyak ditemui. Dengan
kata lain, nilai-nilai yang mendasarkan pada keluarga merupakan nilai yang
universal, namun apakah ada yang di institusikan ke dalam sebuah institusi
ideologis seperti yang dilakukan dalam Konfusianisme?
Guanxi kedua yang dimilikinya adalah dengan teman-temannya. Ini bisa
dilihat dari The Gang of Four yang beraksi bersamanya dalam membangun
berbagai perusahaan seperti CV waringin Kentjana, Bogasari hingga
pembangunan BSD. Hubungan guanxi antara mereka berempat bisa jadi terbentuk
karena kerja sama yang lama dijalin. Selain itu juga sopir pribadinya yang telah
puluhan tahun mengabdi padanya, terutama setelah insiden kecelakaan taksi yang
53 Seagrave, Op. Cit. Hlm 204. sayangnya data ini tidak memiliki pendukung dala berbagaipustaka dan berita yang penulis baca. Memang sekedar spekulasi, tapi cukup menarik untukditelusuri lebih jauh apabila ada bukti kebenarannya.54 Susanto, AB. Op. cit. Hlm 3
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia45
memberinya ilham untuk nama Anthony Salim (Liem Fung Seng). Walaupun
tidak ikut dalam rencana dan pengembangan bisnis Liem dalam jajaran direksi
ataupun manajerial, tapi tidak bisa dibantah lagi hubungan antara kedua orang ini.
Bentuk guanxi yang kedua ini juga cukup mudah untuk ditemukan. Antara
pihak-pihak yang bekerja sama belum tentu memiliki kesamaan (tong) sehingga
guanxi ini bisa dibedakan dengan bentuk ketiga nanti. Walaupun mudah
ditemukan, bukan berarti guanxi ini mudah untuk dibuat. Mungkin malah guanxi
inilah yang paling sulit untuk dibentuk, karena guanxi ini tidak memiliki dasar.
Berdasarkan hubungan yang dibentuk sekian lama, baik dalam bentuk
persahabatan ataupun kerja sama, bahkan seringkali ditemukan toko yang
memberi harga khusus karena sang pembeli adalah langganan di toko itu. Ini juga
sebuah bentuk dari guanxi jenis kedua ini. Xinyong yang muncul di sini adalah
guanxi yang muncul atas dasar waktu, dan bukan berdasarkan pada hal lainnya.
Hubungan antar teman juga adalah hubungan yang biasa. Dalam
Konfusianisme, hubungan ini muncul sebagai jenis hubungan wu lun yang kelima.
Berbeda dalam keempat hubungan yang lain yang bersifat vertikal (ada tingkatan
atas-bawah), hubungan kelima ini bersifat horizontal dan antara pihak-pihak yang
terlibat berada pada status yang sama. Oleh karena itu, hubungan ini merupakan
jenis hubungan yang paling rawan konflik karena minimnya rasa hormat antara
pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.
Maka dari itu, jenis hubungan bisnis yang seperti ini, membutuhkan
kepercayaan yang sangat mendalam dari semua pihak. Untuk menjalin hubungan
yang demikian tidak bisa dilakukan dengan waktu yang sedikit. Itulah sebabnya
para pengusaha etnis Cina menjalin hubungan yang sangat lama atau
membutuhkan latar belakang yang sama (guanxi ketiga) untuk bisa dipercaya.
Mungkin di negara lain banyak juga bisnis yang dilakukan dengan bekerja sama
dengan teman atau rekanan, namun biasanya dilengkapi juga dengan hukum yang
menjamin perjanjian. Dengan kata lain, perjanjian itu didasarkan pada hukum dan
bukan dasar saling percaya yang kuat.
Guanxi yang ketiga adalah guanxi dengan rekan sesama Futching Hui.
Bisa dibilang inilah awal mula dari bisnis yang dijalankan oleh sang taipan Liem
Sioe Liong. Berbagai hal bermula dari perkumpulan ini, baik rekan bisnis,
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia46
bantuan modal hingga relasi yang akhirnya membawanya pada perkenalan dengan
Hassan Din, mertua dari Soekarno. Dalam perkumpulan orang Cina perantauan
yang sama-sama berasal dari Futching ini, guanxi yang terbentuk adalah pada
tingkatan tong. Kesamaan kampung halaman membawa orang-orang yang
tergabung di dalamnya ke dalam sebuah kelompok yang berjuang bersama.
Mungkin kalau tidak ada Futching Hui, tidak akan ada Liem Sioe Liong sang
taipan yang kita kenal sekarang ini.
Guanxi ketiga ini jauh lebih mudah dibentuk, karena guanxi ini dibentuk
atas dasar kesamaan. Pada dasarnya keadaan dan juga peraturan pemerintah
Hindia Belanda yang mengumpulkan para penduduk etnis Cina menjadi satu
dalam satu kampung Cina memberikan peran besar dalam keterikatan ini.
Penduduk keturunan Cina menjadi harus bekerja sama dengan sesamanya dan
sudah sewajarnya mencari orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
Namun, walaupun mudah untuk dianggap pantas memiliki guanxi tetap tidak
mudah, karena biasanya perkumpulan semacam ini memiliki peraturan yang ketat
di dalamnya dan juga tidak mudah untuk menerima orang baru kecuali mendapat
pengantar dari orang lain di dalam.
Bisa dibilang bahwa bangsa Cina merupakan salah satu yang memiliki
hubungan tong yang kuat. Sedikit banyak, hubungan ini bersinggungan dengan
jenis guanxi yang kedua. Akan tetapi, hubungan berdasarkan tong ini lebih luas.
Kedua pihak belum tentu mengenal satu sama lain, namun karena berasal dari satu
entitas yang sama maka merka bisa saling bekerja sama. Sebagai ilustrasi, berapa
orang di antara Futching Hui yang benar-benar dikenal oleh Liem Sioe Liong
sebelumnya? Namun karena berasal dari entitas (kampung) yang sama, ditambah
referensi dari paman dan kakaknya, maka bisa terjalin hubungan yang saling
membantu dalam perkumpulan itu.
Guanxi keempat adalah guanxi yang sangat berpengaruh besar dalam
kehidupan bisnis Liem Sioe Liong, bahkan mungkin yang terbesar. Bila guanxi
ketiga adalah dengan tongcun (berkampung sama), maka guanxi penting keempat
yang terbentuk adalah dengan pemerintahan Republik Indonesia. Sedikitnya ada
dua nama yang berperan sangat penting di sini dalam rangka memasukkan nama
Liem ke dekat pemerintahan. Yang pertama adalah Hassan Din. Orang ini, seperti
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia47
disebut di atas, adalah mertua dari Soekarno dan merupakan orang penting yang
menumpang bersembunyi di rumah Liem saat ia dikejar oleh Belanda yang
mendompleng sekutu.
Dari Hassan Din inilah ia memperoleh jalur untuk mendapatkan guanxi
kedua yang paling penting dan menjadi guanxi paling penting dalam
keberhasilannya sebagai seorang pebisnis. Jalur yang dimaksud adalah jalur
dengan Kolonel soeharto yang menjabat di Pangdam V Diponegoro, Jawa
Tengah. Liem berhasil menjalin hubungan yang baik dengan sang Kolonel, yang
dengan cepat merambat naik dalam pangkat hingga akhirnya menjadi Presiden
kedua Indonesia di masa Orde Baru, dan menjadi pelindung dari berbagai
kegiatan Liem, Presiden Soeharto.
Hubungan antara kedua individu ini mungkin berasal dari hubungan
guanxi yang kedua, namun seiring dengan berjalannya waktu maka hubungan ini
berkembang menjadi hubungan baru patron-klien dari kedua pihak. Bila ketiga
guanxi sebelumnya muncul karena latar belakang, maka mungkin guanxi yang ini
berbeda, karena ia muncul atas dasar kebutuhan. Seperti yang dikemukakan oleh
Seagrave dan Thomas Liem Tjoe, hubungan antara Liem (mewakili pengusaha
etnis Cina) dan Soeharto (mewakili pemerintahan/militer) adalah hubungan yang
saling membutuhkan.55
Kedua pihak (pengusaha Cina dan pemerintahan militer) adalah dua pihak
yang saling membutuhkan. Sebagai sebuah negeri yang dipenuhi oleh berbagai
kekayaan, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam hal ekonomi, tapi pada
masa itu, belum ada orang yang sanggup untuk menanganinya. Pengusaha
pribumi pada masa itu belumlah banyak, dan kebanyakan juga tidak berkembang,
yang sebagiannya merupakan akibat dari pola kehidupan masa Hindia Belanda
yang meminggirkan potensi pribumi untuk menjadi pedagang dan pengusaha yang
baik. Ini bisa diihat dari gagalnya berbagai proyek untuk mengawinkan pengusaha
keturunan Cina dan pribumi yang dijalankan oleh pemerintahan Orde Lama.
Melihat dari sana, maka tentu saja pilihan yang tersisa adalah untuk
menggunakan dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh pengusaha Cina
keturunan. Sebagai imbalannya, ekonomi Indonesia (dan juga ekonomi keluarga
55 Untuk lebih jelasnya lihat Thomas Liem Tjoe. Rahasia Sukses Bisnis Etnis Tionghoa diIndonesia (Medpress: Jakarta, 2007) dan Seagrave. 2006.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia48
pemerintahan militer) akan menjadi maju. Sebagai buktinya bisa kita lihat dari
berbagai keluarga jenderal yang menjadi kaya secara tidak masuk akal bila dilihat
dari tingkat pendapatan yang dimilikinya.
Untuk menjalankan sistem itu, maka konsesi, monopoli dan kemudahan
diberikan kepada para pengusaha, terutama pengusaha etnis Cina.56 Dan kemudian
dengan berbagai kemudahan itulah mereka kemudian menjadi penggerak utama
ekonomi Indonesia, sekaligus juga membesarkan bisnis mereka sendiri hingga ke
level internasional seperti yang ditunjukkan oleh Liem.
Akan tetapi, seperti yang ditulis sebelumnya, bisnis yang besar akan
sangat sulit untuk dijalankan oleh keluarga, oleh karena itu membutuhkan orang-
orang profesional di dalamnya. Grup Liem pun memasuki babakan baru bisnisnya
dengan menarik berbagai profesional ke dalamnya, baik pada tingkat manajerial
maupun direksi dan hingga tingkat kepemilikan. Di situlah kita akan beranjak ke
analisis terhadap subjek kita, Bank Central Asia (BCA) yang telah mendunia.
IV.2. Perubahan sistem bisnis dalam grup Liem: BCA
Bisa dikatakan, BCA merupakan salah satu dari kerajaan bisnis Liem yang
terbesar dan juga paling mendunia. Kedudukannya sebagai sebuah institusi
keuangan memang membuatnya memiliki daya gerak yang besar dibanding bisnis
Liem lainnya. Pada tahun 1980-an akhir saja, BCA telah memiliki kantor di pusat
bisnis Amerika, New York. Percepatan gerak BCA dimulai sejak masuknya
seorang ”asing” ke dalam jajaran direksi BCA, Mochtar Riady alias Lie Mo Sing.
Seperti yang disebutkan pada bab 3, Mochtar Riady bukanlah seorang
yang dekat dengan Liem ataupun keluarga Liem. Dengan kata lain, dengan
masuknya Mochtar maka sistem guanxi yang dijalankan oleh Liem menjadi
berangsur hilang. Mochtar menjadi seorang asing yang ditarik secara profesional,
dibayar dengan bayaran yang profesional dan mengelola BCA dengan cara-cara
yang profesional pula.
56 Memang ada beberapa nama pengusaha pribumi yang muncul ke permukaan, misalnya keluargaBakrie, atau Pak Haji Abdul Ghany Azis pemilik Firma Kiagoos Abdul Azis& Co. Namunjumlahnya kurang signifikan dan biasanya tidak bertahan terlalu lama, bahkan hampir semuanyaruntuh pada generasi kedua
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia49
Ada beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan untuk melihat transisi
yang dilakukan oleh Liem dalam menjadikan bisnisnya menjadi sebuah jaringan
bisnis yang profesional dan berjaringan luas. Yang pertama adalah penarikan
orang di luar lingkungan grup Liem untuk masuk ke dalam jajaran direksi dan
juga pemilik modal. Di antaranya ada Mochtar Riady, yang bukan merupakan
orang Liem. Ini termasuk juga penarikan modal publik yang dilakukan kemudian
dan juga masuknya nama bank-bank dan institusi keuangan asing ke dalam
lingkaran BCA grup. Sayangnya, pembagian saham dari Bank BCA 57 masih
belum mencerminkan kepemilikan publik. Kalaupun ada orang dari luar keluarga
Liem di sana, namun mereka masih merupakan orang-orang dekat Liem sendiri,
sehingga tidak bisa disebut sebagai profesionalitas, walaupun beberapa di
antaranya merupakan orang-orang yang cukup kompeten dalam ekonomi.
Ini berbeda dengan institusi keuangan milik Liem lainnya, Bank Windu
Kentjana yang masih belum dikelola secara profesional sebelum kemudian bank
ini ditarik untuk masuk ke dalam BCA Grup. Bisa dilihat transisi dari sistem
guanxi ke dalam profesionalitas dengan melihat pada satu contoh yang mirip
dengan kepemilikan yang sama dari kedua perusahaan tersebut.
Walaupun masih ada juga orang-orang kepercayaan, namun penggunaan
mereka masih dalam batas kewajaran. Posisi strategis bisa diserahkan pada orang-
orang yang berkompeten dengan menerapkan sistem POAC + C yang baik.
Dengan kata lain, bisnis Liem bukan lagi pada tingkatan bisnis yang
mengandalkan individu semata, melainkan mulai beranjak pada bisnis yang
menekankan pada sistem. Walaupun siapapun yang berada dalam sistem tersebut,
sistem itu yang akan mengawasi individu, sehingga tercipta sistem kerja yang
baik, spesifik dan berkualitas tinggi dan tidak lagi tergantung pada individu.58
Walaupun peran sentral dari pemilik dan keluarganya juga masih sangat
berpengaruh.
57 Perlu diperhatikan perbedaan antara Bank BCA dan BCA Grup.58 Bila didasarkan pada 4 kuadran yang dirumuskan oleh Robert T. Kiyosaki, maka sistem bisnisyang digunakan oleh Liem sudah berada pada kuadran kananbawah, entrepreneur. Pada kuadrankanan yang bekerja bukan lagi individu namun system. Siapapun individu yang ada di sana bukanlagi menjadi masalah karena system yang akan bekerja dengan menggunakan orang-orangtersebut. Untuk lebih jelas lihat Kiyosaki, Robert T. Cashflow Quadrant.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia50
Poin kedua yang perlu diperhatikan adalah perubahan posisi BCA sendiri,
dari sebuah institusi keuangan yang bertugas untuk mengumpulkan dana
masyarakat untuk digunakan dalam pengembangan bisnis Liem menjadi sebuah
entitas bisnis yang mandiri dan bahkan bisa melepaskan diri dari rencana Liem
Sioe Liong sang pemilik. Hal ini bisa dilihat dari perjanjian sebelumnya antara
Liem dan Mochtar untuk membuat BCA sebagai sebuah bank yang lepas dan
dikelola secara profesional. Selain itu Mochtar sendiri memiliki otoritas untuk
menolak rencana grup Liem bila dianggapnya hal itu kurang menguntungkan atau
perjanjian yang dibuat kurang bagus.59
Dengan kata lain, bukan lagi guanxi yang menjadi dasar untuk bekerja
dalam BCA, melainkan keputusan rasional yang berdasarkan pada keuntungan
BCA sendiri, walaupun tidak bisa lepas sepenuhnya juga dari tangan Liem
sebagai komisaris. Setidaknya, kemampuan BCA dan Mochtar untuk menolak
keputusan dan permintaan Liem sebagai pemodal bisa dibilang sangat jauh beda
dengan sistem guanxi dalam bisnis keluarga umum yang biasanya mendasarkan
pengambilan keputusan pada tangan satu orang pendiri yang berkedudukan sangat
kuat.
Coba kita bandingkan dengan Bank Suma milik keluarga Soeryadjaya.
Bank tersebut akhirnya dilikuidasi karena bangkrut. Salah satu penyebab
bangkrutnya adalah karena penggunaan dana yang dikumpulkan oleh bank itu
untuk membiayai kegiatan ekspansi bisnis yang dilakukan anaknya. Akhirnya
karena likuidasi tersebut, saham William Soeryadjaya di Astra terpaksa dijual
murah kepada Probosutedjo untuk menutupi ganti rugi pada nasabah.
Dengan adanya sistem kontrol yang diterapkan dan penolakan yang bisa
dilakukan oleh Mochtar, maka hal seperti ini akan bisa dihindari. Bila Mochtar
menganggap bisnis yang dijalankan dan rencana yang diajukan oleh Liem kepada
BCA kurang menguntungkan maka dia akan bisa menolaknya, dan apabila ada
kegiatan ekspansi yang dilakukan dengan bantuan dana dari BCA yang kurang
59 Sayangnya, bagaimanapun keputusan sebuah perusahaan untuk menjalin kerja sama ataupuntidak merupakan keputusan internal perusahaan tersebut. Oleh karena itu, penulis tidak bisamemaparkan contoh kongkrit bisnis usulan Liem yang ditolak oleh Mochtar. Namun kesepakatanyang dibuat oleh Liem dan Mochtar, walaupun tidak tertulis, bisa digunakan untukmengasumsikan kemungkinan Mochtar menolak usulan Liem
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia51
menguntungkan, maka BCA, di bawah komando Mochtar, akan bisa
menghentikan pendanaan terhadap proyek tersebut.
Sayangnya, pada masa itu, kontrol publik terhadap Bank BCA masih
belum sempurna. Ini tidak lain karena Bank BCA masih merupakan bank yang
dikuasai oleh golongan Liem dan rekanan dalam susunan kepemilikannya.
Kalaupun ada ”orang luar” yang ada di dalam kepemilikan saham, maka orang itu
adalah Mochtar sendiri. Dengan menjadi pemilik saham terbanyak pada angka
17%, maka Mochtar harusnya bisa cukup mengendalikan komando di BCA,
terlebih karena dia adalah direktur utama, yang berarti mengendalikan keputusan
harian dan hal-hal yang tidak masuk ke dalam RUPS.
Di dalam kepemilikan saham bank BCA terdapat juga nama-nama dari
Cendana, Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana) dan Sigit (Harjojudanto)60 . Nama-
nama itu kemungkinan memang diambil bukan dengan pertimbangan
profesionalisme, apalagi saham itu rumornya merupakan saham ”kosong” yang
diberikan. Namun, dilihat dari sudut pandang politis dan bisnis pada masa itu,
maka mereka berdua ”berguna” dalam artian yang lain bagi BCA sendiri. Nama
mereka di dalam kepemilikan saham merupakan sebuah garansi bahwa
pemerintah (Soeharto) tidak akan mengganggu bisnis BCA. Pertimbangan Liem
memberikan saham-saham tersebut kelihatannya semata merupakan langkah
untuk mempererat guanxi Liem-Soeharto dan juga pertimbangan pragmatis bisnis
semata, tanpa pertimbangan profesional di dalamnya.
Bukan berarti bahwa nilai guanxi ini hanya terjadi dalam bisnis yang
dijalankan oleh orang atau etnis Cina. Bukan juga berarti pergeseran nilai guanxi
yang terjadi dalam bisnis Liem tidak terjadi dalam kelompok bisnis lainnya atau
bisnis dari negara lainnya. Hanya saja, perlu diperhatikan bahwa sistem nilai-nilai
ini dikukuhkan dalam sebuah sistem nilai dan norma yang dinamakan guanxi oleh
masyarakat Cina.
Di Cina dan masyarakat Cina di seluruh dunia, sistem ini digunakan
dengan menggunakan ajaran Konfusianisme sebagai dasar dari penerapannya.
Dengan kata lain, penerapan sistem guanxi dalam bisnis Cina adalah sesuatu hal
yang bersifat unik, walaupun bukan berarti berbeda seluruhnya dengan sistem di
60 Untuk daftar selengkapnya lihat lampiran
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia52
tempat lain. Bahkan, bisa dikatakan bahwa sistem guanxi ini secara etika kurang
baik dalam beberapa hal.
David C. Kang (2003) menulis bahwa dalam bisnis di Indonesia, terdapat
sebuah kekuatan yang mengatur keseluruhan kegiatan bisnis, yang berada di
tangan penguasa (Soeharto)61. Dengan cara ini, maka semua pihak berusaha untuk
mendekati Soeharto. Mereka juga melakukan hal yang sama dengan Liem, dan
menjadikan kegiatan untuk menjalin hubungan menjadi sebuah praktek umum
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Misalnya saja guanxi yang digunakan oleh Liem dalam mengembangkan
bisnisnya, merupakan kejahatan secara hukum. Praktek mendekati pemerintah
Indonesia melalui jalur kepresidenan Soeharto tidak bisa disangkal memiliki
unsur KKN di dalamnya. Selain itu, dengan mengutamakan kerja sama dengan
pihak yang sudah dikenal dekat, berarti sedikit banyak menutup kemungkinan
untuk bekerja sama dengan pihak lain dalam bisnis. Walaupun ini tidak dilarang,
namun memiliki potensi yang cukup berbahaya yang bisa mematikan bisnis.
Misalnya saja dalam pengembangan guanxi dengan pemerintah, maka
pemberian hadiah dan parsel setiap hari raya menjadi suatu kewajiban dan
menjadi hal yang lumrah. Namun, ini juga bisa diartikan sebagai sebuah upaya
suap terhadap aparat yang bersangkutan. Sebagai imbalannya, Liem menerima
berbagai insentif. Contohnya pada Bogasari, di mana pada 1990 mereka mencatat
penerimaan sebesar US$ 400 juta. Ini didapat berkat harga subsidi beli gandum
murah seharga US$ 80 per ton dari Bulog. Gandum ini kemudian diolah menjadi
tepung terigu yang dijual kembali kepada Bulog dengan marjin keuntungan 30%,
lima kali lebih besar dari marjin perusahaan sejenis di US62. Selain itu di BCA
sendiri, seperti sudah disebutkan sebelumnya, dilakukan dengan memasukkan
Tutut dan Sigit dalam pemilikan saham dengan share yang besar (16% dan
14%)63
Profesionalitas ala manajemen Barat dan ekspansi ke luar negeri dipilih
oleh Liem untuk menjaga bisnisnya. Kelihatannya, Liem sendiri sudah
61 Kang, David C. Comparative Politics, 35, No.4 hlm 451. Diambil dari
http://www.jstor.org/stable/415018962 Deeje, dkk. Op. cit. Hlm 6263 Lihat lampiran
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia53
mengantisipasi dan mungkin juga berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman
Soeharto. Seperti yang diutarakan Kang (2003), pengusaha etnis Cina pada masa
itu bergantung pada Soeharto. Kekuatan terpusat yang ada pada Soeharto
memberikan kemudahan sekaligus juga kungkungan pada pengusaha untuk
berkembang. Liem mendapat kemudahan, namun bisa jadi pada saat yang sama
juga mendapat batasan dari Soeharto karena proyek yang ada tentu harus dibagi
pada pihak lain yang menjalin hubungan yang sama dengan Soeharto.64
Yang berbeda dan bisa menjadikan Liem menjadi sebuah kelompok bisnis
yang raksasa mungkin adalah hubungan baik sebelumnya yang dijalin sejak masa
perjuangan. Dengan kata lain, Liem menjadi besar bukan hanya karena adanya
”hubungan baik” yang dijalin setelah Soeharto menjadi presiden dan memiliki
kekuasaan, tapi pada masa sebelumnya saat Kodam Diponegoro masih menjadi
tentara miskin yang harus berhutang pada Liem hanya untuk membuat
seragamnya. Inilah yang membuat hubungan kedua pihak bisa dikatakan sebagai
sebuah guanxi, dan bukan sekedar suap atau KKN biasa yang hanya berhitung
untung belaka. Dengan demikian seharusnya hubungan dari Soeharto dan Liem
lebih ”lengket” dibandingkan sang penguasa tersebut dengan pengusaha lainnya,
baik pribumi, asing maupun etnis.
Diperkirakan hubungan antara Liem dan Cendana tidak akan berakhir
begitu saja selepas turunnya Soeharto. Cendana masih memiliki kekuatan dan
pengaruh walaupun mungkin jauh dibandingkan semasa kekuasaan Soeharto.
Namun, bila memang melihat pada guanxi yang sudah lama sekali dijalin oleh
kedua keluarga, maka pastinya Liem akan terus membantu Cendana dalam
berbagai hal, demikian juga Cendana masih akan memberikan berbagai
bantuannya melalui pengaruh yang dimilikinya. Namun, ini tidak akan dibahas
dalam skripsi ini dan mungkin, penulis berharap, akan bisa dijumpai dalam tulisan
sarjana lainnya.
Demikianlah kira-kira perjalanan sebuah kelompok bisnis yang sangat
besar, kuat dan berkuasa dalam jagad bisnis, bukan cuma Indonesia, tapi juga
dunia. Sejarah dan rahasia grup Liem masih sangat luas dan tidak mungkin untuk
64 Teori ini diambil dari tulisan Kang. 2003: hlm 452. sayangnya tidak ada bukti yang mendukungargumen ini secara pasti. Hipotesis ini merupakan asumsi dari penulis belaka, walaupun mungkinmenarik untuk ditelusuri lebih jauh.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia54
dicakup seluruhnya dalam sebuah tulisan ini. Setelah ini, penulis akan mencoba
untuk merangkum seluruh tulisan ini menjadi sebuah paparan yang singkat, padat
dan bermakna.
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia55
Bab V
Kesimpulan
Liem Sioe Liong sebagai seorang pengusaha telah mencapai tingkatan
tertinggi dalam keberhasilan bisnis. Aset yang dimilikinya, baik berupa barang
maupun asset cair telah mencapai nilai yang sangat besar dan bahkan kini jumlah
kekayaannya telah menjadikannya orang nomor empat terkaya di Indonesia pada
2008. Berbagai perusahaan dari berbagai bidang usaha dimilikinya, tidak hanya di
dalam negeri saja, tapi juga telah merambah ke luar negeri dengan berbagai
ekspansi yang dilakukannya.
Pengusaha dari bangsa dan etnis Cina secara umum biasanya menjalankan
sebuah sistem yang disebutnya sebagai sistem guanxi. Guanxi secara harfiah
berarti hubungan, atau konteks bahasan ini guanxi memiliki beberapa definisi,
misalnya saja sebuah ikatan non-institusional yang terbentuk dari hubungan saling
percaya dan menguntungkan yang berfungsi untuk mensubtitusi hubungan yang
berdasarkan hukum formal yang diberikan oleh Xin dan Pearce. Lalu ada juga
yang mengartikannya sebagai sebuah hubungan sosial yang berdasarkan pada
keuntungan dan kepentingan bersama, yang bila telah terbentuk, maka sang
empunya hubungan bisa saling meminta bantuan dengan harapan bahwa hutang
yang diberikan akan dibayar suatu waktu, yang didefinisikan oleh Yang.
Guanxi inilah yng berperan dalam membesarkan bisnis grup Liem, selain
manajemen profesional yang juga memberikan peranan penting. Profesional
dalam hal ini diwakili oleh beberapa aspek yang penting. Aspek-aspek tersebut
adalah asal mula dan kepemilikan modal, SDM, kontrol pemilik (Liem) terhadap
perusahaan, serta kerja sama yang dilakukan oleh perusahaan.
Dengan menggabungkan aspek guanxi dan juga profesionalisme ala Barat,
Liem mengembangkan bisnisnya dengan baik. Profesionalisme diperlukan karena
bisnis yang dilakukan oleh Liem telah mencapai tingkatan yang tidak
memungkinkan untuk mengandalkan guanxi dari keluarga dan rekanan belaka.
Cakupan bisnis yang luas dan tersebar di seluruh dunia tidak akan bisa diatasi
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia56
oleh Liem, sehingga perlu menarik “orang bayaran” yang profesional untuk
menanganinya.
Guanxi yang digunakan oleh Liem sendiri terdiri dari lima macam guanxi.
Guanxi yang pertama adalah dalam keluarganya sendiri. Dalam hal ini
menyangkut pamannya, kakaknya, serta anak-anaknya. Yang kedua adalah guanxi
yang meliputi rekanan-rekanannya serta sahabat-sahabatnya yang terpercaya.
Guanxi yang ini diwakili oleh Tan Ho Tjung (temannya di Kudus yang menjadi
rekannya yang pertama), serta Gang of Four (Sudwikatmono, Djuhar Susanto,
Liem Sioe Liong dan Ibrahim Risjad.) yang membangun berbagai kerajaan bisnis
dengannya. Guanxi kedua ini sulit untuk dibangun begitu saja, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membangun hubungan xinyong
(kepercayaan) yang kuat.
Guanxi ketiga adalah dengan sesama rekan Futching Hui. Guanxi ini
dibangun atas dasar tong (kesamaan) dan lebih mudah untuk dibangun daripada
yang kedua. Guanxi ini dibentuk antara orang-orang yang memiliki kesamaan
latar belakang untuk saling bekerja sama. Guanxi ini juga berjasa cukup besar
dalam membantu perkembangan Liem, misalnya saja dengan mengenalkan Liem
dengan Hassan Din, yang kemudian membawanya pada Soeharto yang menjadi
komandan di Kodam Diponegoro. Sedangkan guanxi yang keempat yang paling
penting adalah guanxi yang dimilikinya dengan pemerintah, terutama orde baru
pimpinan Soeharto.
Bukan berarti guanxi merupakan suatu hal yang sepenuhnyta positif,
karena bila dilihat secara hukum positif umum praktek guanxi hampir tidak ada
bedanya dengan KKN. Bila pun ada perbedaannya adalah dalam hal proses dan
tujuan utama dalam skripsi tersebut. Tujuan dari praktek guanxi bukanlah
pencarian keuntungan, melainkan penjalinan jaringan antar pebisnis. Selain itu,
proses guanxi bukanlah sebuah proses yang instan, melainkan dibangun dalam
waktu yang lama dan bukan seperti suap.
Dengan guanxi yang dimilikinya bisnis Liem berkembang menjadi sangat
besar dan bahkan kemudian Liem mendapat julukan “Lima Raja” (Raja Uang,
Raja Terigu, Raja Semen, Raja Cengkeh dan Raja Dagang). Julukan ini didapat
untuk mewakili lima jenis perusahaannya yang terbesar yaitu BCA, Bogasari,
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia57
Indocement, PT Mega dan Waringin Kentjana. Lima bisnis itulah yang menjadi
ujung tombak bisnis Liem pada masa 1980an.
Bahasan skripsi ini, BCA merupakan salah satu usaha yang menerapkan
kedua sistem dalam manajemennya. Profesionalitas BCA ditunjukkan secara
mencolok dengan ditunjuknya Mochtar Riady sebagai direktur dari Bank tersebut.
Ini merupakan contoh dari pemanfaatan SDM dari luar lingkaran Liem, karena
sebelumnya Liem tidak memiliki hubungan dengan Mochtar. Asal mula dan
kepemilikan modal BCA memang hampir sepenuhnya dari Liem, namun
kemudian mereka menggunakan pasar modal untuk mengumpulkan modal
tambahan.
Dari aspek kerja sama dan kontrol, sistem di BCA bukanlah sistem yang
membiarkan Liem untuk berkuasa penuh terhadap penentuan kebijakan di BCA.
Mochtar Riady berhak untuki membuat kebijakan yang dianggapnya paling baik
untuk perusahaan. Selain itu, Mochtar juga berhak untuk menentukan kerja sama
yang terbaik untuk BCA, dengan intervensi yang minimal dari Liem selaku
Komisaris. Sistem ini sangat jauh dari perusahaan keluarga yang biasanya
“mendewakan” pendiri perusahaan. Sistem dalam BCA ini juga sangat jauh
dengan bank milik Liem lainnya, Bank Windu Kentjana.
Kesimpulannya, bisnis yang dilakukan Liem kini melakukan dua jenis
sistem yang saling melengkapi. Pada masa awal perkembangan bisnisnya, Liem
menggunakan jaringannya untuk membuat bisnisnya menjadi besar. Kemudian
pada saat bisnisnya menjadi besar, profesionalitas menjadi salah satu alternatif
untuk menjalankan dan mengelola bisnisnya, namun bukan berarti guanxi
ditinggalkan sepenuhnya, karena Liem tetap menggunakan jaringannya ke
keluarga, rekan dan pemerintah dalam pengembangan bisnisnya. Penggabungan
dua sistem inilah yang menjadikan grup Liem menjadi salah satu grup bisnis
terbesar di Indonesia
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia58
Bibliografi
Buku
中 国 社 会 科 学 院 语 言 研 究 所 词 典 编 辑 室 编。现 代 汉 语
词 典 修 订 本。商 务 印 书 馆 Beijing:1998.
Deeje, dkk. 10 Orang Terkaya di Indonesia 2008. Yogyakarta: Pustaka Timur,
2008
Hamilton, Gary (ed.). Jaringan Bisnis Cina di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1996
Hamilton, _____. Commerce and Capitalism in Chinese Societies. New York:
Routledge, 2006
Ong Hok Ham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina. Jakarta:
Komunitas Bambu, 2008
Seagrave, Sterling. The Lords of The Rim Sepak Terjang Para Taipan. Jakarta:
Pustaka Alvabet, 2006
Seng, Ann Wan. Formula Bisnis Negara Cina Kebangkitan Kembali Naga Asia.
Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), 2007
Siregar, Soni Ersa dan Kencana Tirta Widya. Liem Sioe Liong dari Futching ke
Mancanegara. Jakarta: Pustaka Merdeka, 1988
Soekisman, W.D. Masalah Cina di Indonesia. Jakarta: Yayasan Penelitian
Masalah Asia, 1975
Soetriyono, Eddy. Kisah Sukses Liem Sioe Liong. Jakarta: Indomedia, 1989
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia59
Susanto, A.B. The Jakarta Consulting Group on Family Business. Jakarta: Divisi
Penerbitan The Jakarta Consulting Group on Family Business, 2007
Swastha, Basu Dr. dan Ibnu Sukotjo W. SE. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar
Ekonomi Perusahaan Modern) Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty, 1993
Tjoe, Thomas Liem. Rahasia Sukses Bisnis Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:
Medpress, 2007
Tu Wei-Ming. Etika Konfusianisme. Jakarta: Teraju, 2005
Wang Gungwu dan Cushman, Jennifer. Perubahan Identitas Orang China di Asia
Tenggara. Pustaka Jakarta: Utama Grafika, 1991
Wastu Pragantha Zhong. Etika Bisnis China: Suatu Kajian terhadap
Perekonomian di Indonesia. Jakarta: PPC UNas, Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Y. S, Marjo. Kamus Terminologi Populer. Surabaya: Penerbit Beringin Jaya,
1997.
Website
http://toilete.blogspot.com/feeds/posts/default/773965128750178406. Akses 15
September 2007 22:06
sadikinkuswanto.wordpress.com/2007/05/14/manajemen-profesional. Akses 2
November 2008 21.06 WIB
www.tokohindonesia.com kata kunci: Liem Sioe Liong. Akses 18 Desember 2007
21:17
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia60
Artikel dan Sumber Lainnya
Usahawan Indonesia. Manajemen Gaya China di Indonesia. No.6.Th.XIX, Juni.
1990
Xin, Katherine R. and Jone L. Pearce. Guanxi: Connections as Substitutes for
Formal Institutional Support (The Academy of Management Journal Vol. 39, No.
6, (Dec., 1996), pp. 1641-1658) diambil dari http://www.jstor.org/stable/257072 akses
13/05/2008 23:11
Kang, David C. Transaction Cost and Crony Capitalism in East Asia
(Comparative Politics, Vol 35, No. 4, (July 2003) pp. 439 – 458) diambil dari
http://www.jstor.org/stable/4150189
Penggabungan aspek..., Andri ZAaif, FIB UI, 2008