unggul dalam iptek kokoh dalam imtaq

86
Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN TUMOR OTAK MENINGIOMA DI POLIKLINIK BEDAH SARAF RSUPN Dr.CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2015 Disusun oleh Yuliana 2013727080 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2015

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

LAPORAN PENELITIAN

HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN TUMOR OTAK MENINGIOMA DI POLIKLINIK BEDAH

SARAF RSUPN Dr.CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

TAHUN 2015

Disusun oleh

Yuliana

2013727080

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2015

Page 2: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ
Page 3: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ
Page 4: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Skripsi, Maret 2015

Yuliana

HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN TUMOR OTAK MENINGIOMA DI POLIKLINIK BEDAH SARAF RSUPN Dr.CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA.

x + VII Bab+57 Halaman+4 Tabel+9 Lampiran

ABSTRAK

Program Self-management dapat mendorong pasien tumor otak meningioma menggunakan sumber daya yang ada untuk mengelola kesehatannya secara mandiri sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup. Strategi Self management termasuk program Self monitoring, Self reward, self contracting dan stimulus control. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan Self management (Self Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan Stimulus Control) dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel 31 responden. Analisis yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan antara Self monitoring dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma (p value 0,008), ada hubungan antara self reward dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma (p value 0,022) , ada hubungan antara self contracting dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma (p value 0,001), dan ada hubungan antara self stimulus controling dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma ( p value 0,042). Diharapkan kepada perawat didalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien otak meningioma lebih ditekankan kepada Self manajement dengan cara memberikan edukasi kepada pasien sehingga kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.

Kata Kunci : Pasien tumor otak meningioma, self management, kualitas hidup. Daftar Pustaka: 46 (2002-2013)

Page 5: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ Hubungan Self management (Self

Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan Stimulus Control) dengan kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta.” ini dapat saya selesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu

Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saya menyadari dalam penyusunan

tugas akhir ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan, namun, berkat bimbingan,

dorongan, motivasi dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini

tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi,SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2. Ibu Irna Nursanti, M.Kep.,Sp.Mat selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

3. Ibu Diana Irawati, M.Kep.,Ners.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing

4. Bapak Direktur RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah memberikan

izin penelitian di poliklinik bedah saraf.

5. Bapak dan Ibu Dosen berserta Staff Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

6. Suami tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun

motivasi serta mendoakan saya demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Page 6: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah bersama-sama melewati suka

duka dan saling memberikan dukungan dan motivasi.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Dan saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh karena itu saya

mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun sehingga di masa yang akan

datang dapat menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Maret 2015

Penulis

Page 7: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………….………

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..

ABSTRAK………………………………………………………………………..

i

ii

iii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………. ix

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

A. Latar Belakang………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………..

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………

1

1

4

6

6

BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………

A. Tumor Otak Meningioma…………………………………………….

1. Definisi Tumor Otak Menigioma………………………………...

2. Prevalensi meningioma…………………………………………..

3. Klasifikasi meningioma…………………………………………..

4. Etiologi……………………………………………………………

5. Gejala Klinis………………………………………………………

6. Penatalaksanaan meningioma…………………………………….

B. Self Management…………………………………………………….

1. Definisi Self Management……………………………………….

2. Dimensi Self Management………………………………………

a. Self monitoring………………………………………………

b. Self reward…………………………………………………..

8

8

8

8

9

10

11

12

13

13

14

15

15

Page 8: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

c. Self contracting……………………………………………...

d. Stimulus control……………………………………………..

3. Indikator dan faktor-faktor Self management…………………..

4. Penelitian Terkait……………………………………………….

C. Kualitas Hidup……………………………………………………...

1. Definisi kualitas hidup………………………………………….

2. Penilaian kualitas hidup………………………………………...

3. Managemen pasien tumor otak meningioma…………………..

D. Self Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Meningioma……

E. Kerangka Teori……………………………………………………...

15

16

17

20

21

22

23

23

24

27

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,

DEFINISI OPERASIONAL…………………………………………

A. Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………

B. Hipotesis Penelitian…………………………………………………..

C. Definisi Operasional………………………………………………….

28

28

29

29

BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………….

A. Desain Penelitian……………………………………………………..

B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………..

C. Populasi dan Sampel………………………………………………….

D. Etika Penelitian……………………………………………………….

E. Alat Pengumpulan Data………………………………………………

F. Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………………………

G. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………………

H. Pengolahan Data……………………………………………………...

I. Analisis Data………………………………………………………….

32

32

32

33

35

36

38

40

40

41

BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………………

A. Analisis Univariat…………………………………………………….

B. Analisis Bivariat……………………………………………………...

42

42

44

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………

A. Keterbatasan penelitian………………………………………………

B. Analisis Univariat…………………………………………………….

47

47

48

Page 9: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

C. Analisis Bivariat………………………………………………………

53

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………...

A. Kesimpulan…………………………………………………………..

B. Saran…………………………………………………………………

57

57

57

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel………………………………………... 29

Tabel 4.1 Tabel Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha…………………………..

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2015…………………………………. Tabel 5.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2015…………………………………………………....

37

42

43

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan self monitoring, self reward, self contracting, self stimulus controling, kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2015………………………..

43

Tabel 5.4 Hubungan self monitoring, self reward, self contracting, and self stimulus controling dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2015………………………………….

45

Page 11: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Lampiran 6 Output Uji Validitas dan Reliabelitas kuesioner

Lampiran 7 Output Uji Normalitas Data

Lampiran 8 Output Analisis Univariat dan Bivariat

Lampiran 9 Lembar Konsultasi

Page 12: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup dengan keadaan penyakit kronis membuat permasalahan yang begitu

kompleks bagi penderitanya, salah satunya adalah penderita tumor otak.Semua

tumor yang terjadi pada otak akan berakibat fatal. Tumor otak primer yang paling

sering terjadi yaitu meningioma yaitu sebesar 34% dari seluruh tumor otak

primer.Insiden meningioma meningkat seiring dengan bertambahnya usia,

puncaknya pada usia 70 hingga 80 tahun. Meningioma jarang ditemukan pada anak-

anak, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki (Kesari, Saria,

& Lai, 2012).

Di Amerika Serikat, insiden meningioma yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan

patologi diperkirakan sebesar 97,5 per 100.000 jiwa. Namun jumlah ini diperkirakan

lebih rendah dari yang sebenarnya karena adanya sebagian meningioma yang tidak

dioperasi. Sedangkan di Inggris, insiden meningioma diperkirakan sebesar 5,3 per

100.000 jiwa dan tetap stabil selama 12 tahun ini(Cea-soriano, Wallander, &

Rodríguez, 2012; Wiemels, Wrensch, & Claus, 2010).Berbeda dengan Negara-

negara maju, di Indonesia data lengkap tentang tumor otak belum ada, namum

didapatkan data Di Kota Medan Pada tahun 2005-2006 terdapat 135 Pasien, dari

Pasien didapatkan data pasien laki-laki lebih besar (67,74%) dibanding perempuan

(39,26%) (Hakim, 2006). Sedangkan data dari RSCM Poliklinik Bedah Saraf pada

Page 13: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

bulan Juli sampai dengan bulan Desember tahun 2014 terdapat 241 pasien dengan

tumor otak, 97 pasien diantaranya menderita meningioma.

Meningioma dapat menyebabkan penderita bisa mengalami kejang, defisit

neurologik, seperti kebutaan, paralisis, gangguan kepribadian, perubahan status

emosional perilaku, abnormalitas fungsi motorik dan menyebabkan kematian

(Hakim, 2006). Banyaknya permasalahan tersebut memiliki potensi resiko keparahan

penyakit yang kronis, harapan hidup lebih rendah, dan gangguan fungsi sehari-hari

(Mertens et al., 2008; Oeffinger, K. C., Hudson, & Landier, 2009).

Semakin bertambahnya tahun semakin maju pula teknologi pengobatan.Hal ini

membuat pasien dengan tumor otak meningkat ketahan hidupnya.Walaupun pasien

dengan tumor otak meningkat ketahanan hidupnya ada beberapa masalah yang

dialami, diantaranya kekurangan fungsi neurologis, gangguan fungsional dan

psikososial, sehingga dapat membatasi dalam kegiatan sehari-hari (ME & Sliwa,

2011; Poggi, Liscio, & Patore, 2009; Tang, Rathbone, Park, Jiang, & Harvey, 2008).

Selain itu, pada saat penderita di diagnosis menderita tumor otak berdampak kepada

psikologis, biaya, dan sosial ekonomi, serta meningkatnya peminatan

perawatan(Tang et al., 2008).

Pasien meningioma dengan kondisi kronis dapat mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang holistic dengan

pendidikan Kesehatan dan dukungan Self management.Davies & Batehup (2010)

mengatakan keterlibatan pasien dalam perawatan kesehatan melalui Self

Page 14: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

management diakui sangatlah penting untuk hasil yang lebih baik bagi pasien dengan

kondisi kronis(Davies & Batehup, 2010). Seperti penelitian yang dilakukan

(Ditewig, Blok, Havers, & Veenendaal, 2010) mengatakan, Self management yang

baik dari pasien tentang penyakitnya, dapat menurunkan angka kematian, rata-rata

perawatan di rumah sakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Self Management sendiri merupakan suatu cara pengelolaan diri yang digunakan

seseorang untuk meningkatkan status kesehatannya. Istilah Self management

mengacu kepada tugas setiap individu harus berupaya untuk hidup lebih baik walau

dengan kondisi kronis, termasuk memiliki kepercayaan diri menangani medical

management, role management, and emotional management.Strategi Self

management termasuk program Self monitoring, Self reward, self contracting dan

stimulus control(Corey, 2012). Indikator keberhasilan Self management yaitu

memiliki pengetahuan tentang penyakit, memiliki motivasi, secara aktif berbagi

dalam pengambilan keputusan dengan penyedia pelayanan kesehatan, memonitor

dan mengelola gejala penyakit, mengetahui bagaimana memecahkan masalah atau

mencari pertolongan untuk mengelola dampak penyakit, menerapkan pola hidup

yang meningkatkan status kesehatan, memiliki akses untuk mendukung layanan

kesehatan(Zbib, Paterson, Mcgowan, & Sargious, 2012).

Program Self-management dapat mendorong pasien menggunakan sumber daya yang

ada untuk mengelola kesehatannya secara mandiri sehingga mampu meningkatkan

kualitas hidup mereka. suatu studi melaporkan adanya hubungan Self-management

dengan kualitas hidup pasien, dimensi fisik, psikologis dan social pada pasien

Page 15: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

GGK(Heidarzadeh, Atashpeikar, & Jalilazar, 2010).Pengobatan pasien meningioma

yang berlangsung lama memiliki efek kesakitan tinggi, bisanya membawa dalam

kondisi lemah bahkan depresi. Penderitaan tersebut akan mendorong pasien dalam

menentukan sikap, yang menggambarkan kualitas hidup pasien itu sendiri. Kualitas

hidup pasien baik maka baik pula pasien dalam menjalankan aktifitas sehari-hari

(Fitriana & Ambarini, 2012).

Studi awal yang dilakukan peneliti di Poli Bedah Saraf RSCM Jakarta pada tanggal

18 Desember 2014 dengan menggunakan kuisioner WHOQOL-BREF (The World

Health Organization Quality of Life), berdasarkan hasil wawancara didapatkan 3 dari

5 pasien meningioma menjawab kualitas hidupnya buruk dan sisanya biasa saja,

sedangkan dari tingkat kepuasan terhadap kesehatan semua pasien menjawab tidak

memuaskan. Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk meneliti hubungan Self

management dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di poliklinik

bedah saraf.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pada penderita meningioma begitu kompleks, baik dari akibat secara

biologis ataupun psikologis.Semua tumor yang terjadi pada otak akan berakibat

fatal.Tingkat ancaman tergantung pada kombinasi faktor seperti jenis

tumor,lokasi,ukuran dari tumor tersebut deteksi dini tumor otak hanya terjadi ketika

alat diagnostik diarahkan pada rongga intrakranial.Biasanya deteksi terjadi pada

tingkat parah ketika kehadiran tumor memiliki efek samping yang menyebabkan

gejala-gejala yang bersifat fatal.

Page 16: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Pengobatan tumor otak meningioma berlangsung lama memiliki efek kesakitan

tinggi, membawa dalam kondisi lemah bahkan depresi.Banyaknya permasalahan

tersebut memiliki potensi resiko keparahan penyakit yang kronis, harapan hidup

lebih rendah, dan gangguan fungsi sehari-hari.Pasien meningioma dengan kondisi

kronis penting adanya pendidikan Kesehatan dan dukungan Self management. Self

management yang baik dari pasien tentang penyakitnya, dapat menurunkan angka

kematian, rata-rata perawatan di rumah sakit dan meningkatkan kualitas hidup

pasien.

Banyak penelitian tentang Self management meningkatkan kualitas kesehatan pada

penderita penyakit kronis di Luar Negeri, namun belum banyak penelitian Di

Indonesia terutama pada pasien Tumor Otak. Oleh karena itu, penelitian ini berguna

untuk mencari jawaban atas pertanyaan sebagai berikut: Adakah hubungan Self

management (Self Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan Stimulus Control)

dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf

RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan Self

management(Self Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan Stimulus

Control) dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik

Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Page 17: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin,

pendidikan.

b. Teridentifikasinya karakteristik terkait Self management (Self Monitoring,

Self Reward, Self Contracting dan Stimulus Control) pasien tumor otak

meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo

Jakarta.

c. Teridentifikasinya kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik

Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

d. Teridentifikasinya hubungan Self management (Self Monitoring, Self Reward,

Self Contracting dan Stimulus Control) dengan kualitas hidup pasien tumor

otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan dalam mengembangkan

kualitas asuhan keperawatan Self manajement (Self Monitoring, Self Reward, Self

Contracting dan Stimulus Control) pada pasien meningioma sehingga kualitas

hidup dapat tercapai.

Page 18: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lanjutan pada pasien meningioma dan

menjadi landasan keilmuan bagi profesi keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini digunakan oleh peserta didik dalam mengembangkan metode

edukasi serta mengembangkan self manajement (Self Monitoring, Self Reward,

Self Contracting dan Stimulus Control) pasien meningioma.

Page 19: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumor Otak Meningioma

1. Definisi Tumor Otak Menigioma

Istilah meningioma pertama kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun

1922.Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi

di luar jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma

tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat(Al-hadidy,

Maani, Mahafza, Al-Najar, & Al-nadii, 2007). Sedangkan menurut (Departemen

Bedah Saraf FKUI, 2011)meningioma adalah tumor meningioma di susunan

saraf pusat yang berasal dari neuroektoderm, yaitu muncul dari sel-sel

meningoendotelial yang banyak terkonsentrasi di vili arachnoid.

2. Prevalensi meningioma

Meningioma merupakan tumor jinak intrakranial yang paling sering

dijumpai.Meningioma diperkirakan sekitar 15-30% dari seluruh tumor primer

intrakranial pada orang dewasa. Prevalensi meningioma berdasarkan konfirmasi

pemeriksaan histopatologi diperkirakan sekitar 97,5 penderita per 100.000 jiwa

di Amerika Serikat. Prevalensi ini diperkirakan lebih rendah dari yang

sebenarnya karena tidak semua meningioma ditangani secara pembedahan(Claus

et al., 2005; Wiemels et al., 2010). Sedangkan kejadian meningioma di Inggris

Page 20: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

dilaporkan sekitar 5 per 100.000 Orang/ Tahunnya (Cea-soriano et al., 2012).

Tumor ini terdapat pada kelompok usia 40-60 tahun sedangkan penulis lain

menyatakan antara sekitar 50-70 tahun dengan puncak insiden pada usia 45 tahun

(Departemen Bedah Saraf FKUI, 2011).

Beberapa hal yang memengaruhi insiden adalah usia, jenis kelamin dan ras.

Insiden terjadinya meningioma meningkat dengan pertambahan usia dan

mencapai puncak pada usia di atas 60 tahun. Insiden meningioma pada anak-

anak sekitar 4% dari seluruh kejadian tumor intrakranial.Beberapa penelitian

melaporkan bahwa insiden meningioma pada ras hitam Non-hispanics sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan ras putih Non-Hispanics dan Hispanics. Jenis

kelamin juga memengaruhi prevalensi dari meningioma, yaitu dua kali lebih

tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria (Rockhill, Mrugala, &

Chamberlain, 2007; Wiemels et al., 2010).

3. Klasifikasi meningioma

Meningioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi tumor, pola pertumbuhan

dan histopatologi. Menurut Mefty (2005), berdasarkan lokasi tumor dan urutan

paling sering adalah konveksitas, parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid

rigde, cerebellopontine angle, frontal base, petroclival, fosa posterior, tentorium,

middle fossa, intraventricular dan foramen magnum. Meningioma juga dapat

timbul secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis,

orbita , cavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru (Tandean,

2014).

Page 21: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Pola pertumbuhan meningioma terbagi dalam bentuk massa (en masse) dan

pertumbuhan memanjang seperti karpet (en plaque). Bentuk en masse adalah

meningioma globular klasik sedangkan bentuk en plaque adalah tumor dengan

adanya abnormalitas tulang dan perlekatan dura yang luas (Talacchi, Corsini, &

Gerosa, 2011). Pembagian meningioma secara histopatologi berdasarkan WHO

2007 terdiri dari 3 grading dengan resiko rekuren yang meningkat seiring dengan

pertambahan(Tandean, 2014).

Beberapa subtipe meningioma antara lain:

Grade I:

a. Meningothelial meningioma

b. Fibrous (fibroblastic) meningioma

c. Transitional (mixed) meningioma

d. Psammomatous meningioma

e. Angiomatous meningioma

f. Mycrocystic meningioma

g. Lymphoplasmacyte-rich meningioma

h. Metaplastic meningioma

i. Secretory meningioma

Grade II:

a. Atypical meningioma

b. Clear cell meningioma

c. Chordoid meningioma

Page 22: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Grade III:

a. Rhabdoid meningioma

b. Papillary meningioma

c. Anaplastic (malignant) meningioma

4. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya meningioma yaitu hormone

kelamin, radiasi dan kromosom.Hormone progresteron memicu terjadinya tumor

melalui ekspresi reseptor progesterone, Platelet Devired Growth Factor (PDGF),

Epidermal Growth Factor (EGF), dan Vascular Endothelial Growth Factor

(VEGF), Kelainan kromosom yang terdapat pada pasien meningioma adalah

kehilangan lengan panjang kromosom 22 (Departemen Bedah Saraf FKUI,

2011).

Beberapa studi menunjukkan peningkatan insidensi meningioma pada pasien

dengan riwayat cedera kepala. Hubungan antara cedera kepala dengan

meningioma dapat dijelaskan dengan adanya perubahan neoplastik pada jaringan

meningeal yang disebabkan oleh keadaan inflamasi pada proses penyembuhan

dan pelepasan prostaglandin dan faktor pertumbuhan lainnya(Ragel, Jensen, &

Couldwell, 2007).

5. Gejala Klinis

Gejala klinis yang di timbulkan oleh meningioma tergantung dari

lokasinya.Tetapi, secara umum gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa tanda

Page 23: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

dan gejala peningkatan intracranial, gangguan fungsi mental, kejang, dan

sindrom berdasarkan meningioma.Gangguang fungsi mental yang terjadi dapat

berupa emosi yang labil, gangguan inisiatif atau sifat apatis.Peningkatan

intracranial dapat menyebabkan keluhan sakit kepala yang persisten dan

progesif, baik intensitas maupun durasinya. Nyeri kepala juga disertai mual dan

muntah akibat tekanan intracranial yang tinggi atau akibat distorsi

chemoreseptor trigger zone batang otak (Departemen Bedah Saraf FKUI, 2011).

6. Penatalaksanaan meningioma

Penatalaksanaan pada meningioma dapat berupa embolisasi, pembedahan,

radiosurgery, dan radiasi.Terdapat dua tujuan utama dari pembedahan yaitu

paliatif dan reseksi tumor.Pembedahan merupakan terapi utama pada

penatalaksanaan semua jenis meningioma. Tujuan dari reseksi meningioma

adalah menentukan diagnosis definitif, mengurangi efek massa, dan meringankan

gejala-gejala. Reseksi harus dilakukan sebersih mungkin agar memberikan hasil

yang lebih baik.Sebaiknya reseksi yang dilakukan meliputi jaringan tumor, batas

duramater sekitar tumor, dan tulang kranium apabila terlibat. Reseksi tumor pada

skull base sering kali subtotal karena lokasi dan perlekatan dengan pembuluh

darah(Modha & Gutin, 2005).

Rukerensi tumor pada penderita yang telah dilakukan operasi pengangkatan

tumor secara total adalah sekitar 9% dengan durasi waktu rata-rata lima tahun.

Saat reoperasi bagi tumor rekuren ini disesuaikan dengan beberapa konsiderasi

seperti: keadaan penderita, lokasi dan sifat tumor, serta resiko operasi yang

Page 24: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

dihadapi. Peranan radiasi untuk meningioma yang tidak berhasil diangkat

seluruhnya masih belum jelas, mengingat secara umum meningioma merupakan

tumor yang relative radioresisten. Wara dan kawan-kawan melaporkan angka

rekurensi sebesar 74% kasus yang dilakukan pengangkatan parsiel dan tidak

diradiasi: dibanding dengan angka rekurensi 29% pasiennya yang diberikan

radiasi (Satyanegara et al., 2010).

B. Self Management

1. Definisi Self Management

Barlow et al. (2002) mendefinisikan Self Management mengacu pada

kemampuan individu mengelola gejala, pengobatan, keadaan fisik maupun

psikososial tentang konsekuensi dan perubahan gaya hidup dengan kondisi

kronis. Manfaat Self Management meliputi kemampuan untuk memantau

kondisi seseorang dan efek kognitif, perilaku dan emosional yang diperlukan

untuk mempertahankan kualitas hidup. Dengan demikian, proses dinamis dan

terus menerus membentuk pengaturan diri pasien dengan kondisi

kronis(Newman, Steed, & Mulligan, 2009).

Menurut Orem (2002) dengan teori Self Care nya, menyampaikan pelaksanan

kegiatan yang diprakrasai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk

memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit (Alligood, 2014). Self

Management pada penyakit kronis juga dijelaskan oleh Lorig & Holman (2003)

bahwa Self Management mengacu pada kemampuan individu untuk

Page 25: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

mempertahankan perilaku mereka yang efektif meliputi penggunaan obat yang

diresepkan, mengikuti diet dan olah raga, pemamtauan secara mandiri dan

koping emosional dengan penyakit yang dialami (Zhong, Tanasugarn, Fisher, &

Krudsood, 2011).

2. Dimensi Self Management

Istilah Self management mengacu kepada tugas setiap individu harus berupaya

untuk hidup lebih baik walau dengan kondisi kronis, termasuk memiliki

kepercayaan diri menangani medical management, role management, and

emotional management (Zbib et al., 2012).Strategi Self management termasuk

program self monitoring, Self reward, self contracting dan stimulus

control(Corey, 2012).:

a. Self monitoring

Menurut Corey (2012) Self Monitoring merupakan pondasi dari Self

Management.Pencatatan sistematis suatu informasi, tentang gejala misalnya

digunakan untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap gejala dan

bagaimana merubah perilaku.Hal ini juga digunakan untuk membantu pasien

mengidentifikasi kondisi yang secara terus menerus, sehingga mendorong

untuk adanya perubahan. Self monitoring juga dapat memungkinkan pasien

untuk mengidentifikasi apakah tujuan pasien (Newman et al, 2009).

b. Self reward

self reward diartikan pemberian hadiah pada diri sendiri setelah mencapai

tujuan tertentu. Self reward juga digunakan untuk memperkuat atau

Page 26: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

menambah respon yang diinginkan. Seorang pasien yang terlibat dalam self

reward, bukan hanya berpacu dalam self reward akan tetapi self-punishment

baik secara terbuka maupun diam-diam.Namun, self reward didefinisikan

baik dari self reward itu sendiri maupun self-punishment (Mezo, 2009).

c. Self contracting

Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting), bentuk kontrak

ataupun perjanjian bisa berupa penulisan ataupun kesepakan atau hal-hal

yang ingin dilaksanakan individu. Adapun langkah-langkah Self contracting

ini adalah :1) membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku dan

perasaan yang ingin dilakukan, 2) menyakini semua yang ingin diubahnya, 3)

bekerjasama dengan teman/keluarga untuk program Self managemennya,

4)menanggung resiko dengan program Self management yang dilakukannya,

5) pada dasarnya, semua yang diharapkan mengenai perubahan pikiran,

perilaku dan perasaan adalah untuk diri sendiri, 6) menuliskan peraturan

untuk diri sendiri selama menjalani proses Self management(Siti Nurzaakiyah

& Budiman, 2011).

d. Stimulus control

Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) Kanfer (1980:361).

mendefinisikan kendali stimulus sebagai: "... the predetermined arrangement

ofenvironmental conditions that makes it impossible or unfavorable for an

undesiredbehavior to occur”. Kendali stimulus menekankan pada penataan

kembali ataumodifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus (gues) atau

Page 27: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

anteseden atas respons tertentu. Sebagaimana dijelaskan dalam model

perilaku ABC (aqtesedent, behavior, consequence), tingkah laku sering kali

dibimbing oleh sesuatu yang mendahului (antesedent) dan dipelihara oleh

peristiwa-peristiwa positif atau negatif yang mengikutinya (Consequence).

Anteseden atau konsekuensi itu dapat bersifat internal atau eksternal,

misalnya saja, anteseden dapat berupa suatu situasi, emosi, kognisi, atau

suatu instruksi tersamar maupun terang-terangan(Siti Nurzaakiyah &

Budiman, 2011).

3. Indikator dan faktor-faktor Self management

Keberhasilan Self Management tergantung kepada kemitraan antara pasien

dengan penyedia pelayanan kesehatan serta dengan sitem kesehatan pendukung,

diantaranya: (a) Pasien dan keluarga yang menderita penyakit kronis, (b)

Penyedia layanan kesehatan primer seperti dokter, perawat, pekerja social,

apoteker dan profesi lainnya, (c) Pembuat kebijakan atau sistem kesehatan.

Banyak lainnya juga yang terlibat dalam pemberian support secara aktif kepada

pasien dengan penyakit kronis yaitu:Teman dekat, asosiasi penyakit, organisasi

masyarakat atau kelompok relawan, perusahaan asuransi (Zbib et al, 2012).

Indicator keberhasilan Self Management pada pasien kronis dengan:(Zbib et al,

2012)

a. Memiliki pengetahuan tentang kondisi mereka dan tentang hal-hal yang

mereka dapat lakukan untuk meningkatkan peluang kualitas hidup yang baik

Page 28: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

b. Memiliki motovasi untuk Self manajemen,menggunakan informasi yang

terstruktur dan dukungan untuk mengikuti rencana perawatan pribadi, bekerja

sama aktif dengan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk tujuan untuk

perawatan, dan rencana kegiatan yang mereka dapat melaksanakan dirumah

c. Secara aktif berbagi dalam pengambilan keputusan dengan penyedia

pelayanan kesehatan

d. Memonitor dan mengelola gejala penyakit mereka di sela kunjungan

perawatan kesehatan

e. Mengetahui bagaimana memecahkan masalah atau mencari pertolongan

untuk mengelola dampak penyakit misalnya dari kondisi fisik, emosional,

keluarga dan social.

f. Menerapkan pola hidup yang meningkatkan status kesehatan

g. Memiliki akses untuk mendukung layanan kesehatan dan kemampuan untuk

menggunakannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam Self Management ada faktor

internal dan eksternal, sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Menurut Nwinee (2011) dalam (Prasetyo, 2012) faktor internal atau yang

berasal dari diri pasien dalam self management terdiri keyakinan atau nilai

terkait penyakit, efikasi diri dan pengetahuan.

1) Nilai

Kosa dam Robertson dalam (Notoatmojo, 2007) menjelaskan bahwa

perilaku kesehatan seseorang cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan

orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan

Page 29: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

kurang mendasakan pengetahuan biologi. Nwinee (2011) dalam

(Prasetyo, 2012) menjelaskan bahwa pasien akan melaksanakan Self

management didasarkan 4 keyakinan, yaitu dirasakannya kerentanan

terhadap komplikasi, keparahan dari penyakit, manfaat dari Self

management serta hambatan untuk Self management.

2) Efikasi diri

Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan

seseorang terhadap kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan

tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Dapat

disimpulkan bahwa efikasi diri keyakinan seseorang terhadap

kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan.Maibach &

Murphy (1995) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan predictor

penting yang menentukan tingkat kepatuhan dalam melaksanakan self

management. semakin tinggi efikasi diri, maka semakin baik hasil self

management(Prasetyo, 2012).

3) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diperoleh seseorang setelah

mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoatmojo, 2007). Berkaitan dengan self management,

pengetahuan seseorang merupakan suatu dasar dari perilaku seseorang,

tingkat pengetahuan akan berakibat pada hasil dari perilakuatau gaya

hidup yang dilakukan.

Page 30: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan oleh beberapa sumber

yang meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri

pendidikan, pekerjaan, umur atau usia seseorang. Faktor eksternal yang

mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan dan faktor budaya

(Prasetyo, 2012).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh pada Self management adalah dukungan

orang terdekat dan tenaga kesehatan serta support sistem kesehatan

(kebijakan kesehatan, pihak asuransi, dan organisasi penyakit).Dukungan

social behubangan dengan Self management, telah terbukti sangat penting

bagi orang-orang dengan beberapa kondisi kronis (Zbib et al., 2012).

4. Penelitian Terkait

Banyak bukti penelitian untuk meningkatkan management dari penyakit kronis,

sehingga Self management menjadi poin penting dalam memberi kebijakan dari

sejumlah Negara. Sebagai contoh, beberapa penyedia layanan kesehatan di

America Utara mempunyai kebijakan secara eksplesit untuk mendorong model

perawatan dengan melibatkan partisipasi aktif pasien.Self management sudah

tercantum dalam Legislasi di Amerika Serikat. Pada bulan Desember 2005, 46

Negara bagian memiliki beberapa jenis hukum yang mengharuskan asuransi

kesehatan untuk menyertakan pengobatan penyakit diabetes, seperti biaya

peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh pasien dirumah. Program

tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketaatan kepada evidence-based care,

Page 31: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

yaitu mengurangi kunjungan rawat inap dan emergency, dan membantu pasien

untuk menghindari mahalnya biaya komplikasi (Newman et al., 2009).

Davies & Batehup (2010) mengatakan keterlibatan pasien dalam perawatan

kesehatan melalui Self management diakui sangatlah penting untuk hasil yang

lebih baik bagi pasien dengan kondisi kronis(Davies & Batehup, 2010). Sejalan

juga dengan penelitian yang dilakukan (Ditewig et al., 2010) mengatakan, Self

management yang baik dari pasien tentang penyakitnya, dapat menurunkan

angka kematian, rata-rata perawatan di rumah sakit dan meningkatkan kualitas

hidup pasien.

C. Kualitas Hidup

1. Definisi kualitas hidup

Hallock (2014) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat

didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya,

karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif. Murphy et al

(2000), menyatakan kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisinya

dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu

tersebut hidup, dan hubungan tujuan, harapan, standard dan keinginan. Hal ini

merupakan suatu konsep, yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk

mendapatkan kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independen, hubungan

social, dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya (Nurchayati, 2010).

Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu subyektifitas dan

multidimensi.Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat

Page 32: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

ditentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui

dengan bertanya langsung kepada klien.Sedangkan multidimensi bermakna

bahwa kualitas hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara

holistic meliputi aspek kehidupan seseorang secara holistic meliputi biologis/

fisik, psikologis, social dan lingkungan. Sedangkan Polinsky (2000) mengatakan

bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka dapat diukur

dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, social dan kondisi penyakit

(Nurchayati, 2010).

2. Penilaian kualitas hidup

Beberapa hal perlu diperhatikan saat akan melakukan menilai kualitas hidup.

Kualitas hidup sangat berhubungan dengan aspek/domain yang dinilai meliputi:

fisik, psikologis, hubungan social dan lingkungan. Model konsep kualitas hidup

dari WHO (The World Health Organization Quality of Life / WHOQoL) mulai

berkembang sejak tahun 1991. Instrument ini terdiri dari 26 item pertanyaan

yang terdiri dari 4 domain, yaitu; 1) Domain kesehatan fisik yang terdiri dari:

rasa nyeri, energy, istirahat,tidur, mobilisasi, aktivitas, pengobatan dan

pekerjaan; 2) Domain psikologis yang terdiri dari: perasaan positif dan negative,

cara berfikir, harga diri, body image, spiritual: 3) Domain hubungan social terdiri

dari: hubungan individu, dukungan social, aktivitas seksual; 4) Domain

lingkungan meliputi: Keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber keuangan,

fasilitas kesehatan, mudahnya mendapat informasi, kesehatan, rekreasi,

transportasi.

Page 33: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

3. Managemen pasien tumor otak meningioma

Kualitas hidup yang optimal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan

dalam memberikan managemen secara komprehensif terhadap pasien pasien

tumor otak khususnya pasien meningioma.(American Brain Tumour Association,

2011) menyembuhan penyakit tumor otak sering dapat diobati dengan

pembedahan, radioterapi dan berbagai kemoterapi, yang tujuannya adalah untuk

membuat pasien lebih baik.dengan kualitas hidup yang baik, untuk selama

mungkin.Tidak seperti tumor jinak lainnya, tumor intra kranial jinak bisa

menyebabkan cedera otak parah dan kematian. Studi epidemiologis

menunjukkan bahwa meningioma yang jinak memiliki perkiraan kelangsungan

hidup lima tahun sebesar70%, lebih rendah dari dibandingkan lima tahun

kelangsungan hidup untuk kanker payudara. Bahkan setelah sukses pengobatan,

meningioma sering kambuh dan dapat menyebabkan defisit neurologis berat

(Conn-Levin, 2003).

Sementara penelitian lain mencatat penurunan yang signifikan pada kualitas

hidup antara pasien tumor otak yang diobati. Pasien tumor otak dilaporkan 90%

mengalami gangguan morbiditas dan 70% mengalami gangguan seperti kognisi,

mobilitas, penglihatan, pendengaran, pembicaraan, dengan gangguan lebih parah

pada kualitas hidup ditemukan terkait dengan kematian dini dari tumor otak. Hal

ini sejalan dengan beberapa penelitian lain, yang menunjukkan kelangsungan

hidup berkurang pada pasien tumor otak dengan mood depresi atau perubahan

status mental khususnya di antara pasien dengan penyakit kelas rendah, dan

konsisten, skor yang lebih tinggi depresi dikaitkan dengan kualitas hidup yang

Page 34: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

rendah. Namun, sampai saat ini, sebagian besar penelitian tentang kualitas hidup

pasien dengan tumor otak dilakukan dengan menggunakan sampel yang

bersumber dari klinik, sehingga sedikit yang diketahui tentang kualitas hidup dan

suasana hati pasien tumor otak yang tinggal di antara masyarakat (Janda et al.,

2007).

D. Self Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Meningioma

Pasien meningioma dengan kondisi kronis dapat mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya. Meningioma dapat menyebabkan penderita bisa mengalami kejang,

defisit neurologik, seperti kebutaan, paralisis, gangguan kepribadian, perubahan

status emosional perilaku, abnormalitas fungsi motorik dan menyebabkan

kematian(Hakim, 2006). Banyaknya permasalahan tersebut memiliki potensi resiko

keparahan penyakit yang kronis, harapan hidup lebih rendah, dan gangguan fungsi

sehari-hari (Mertens et al., 2008; Oeffinger, K. C. et al., 2009).

Pengobatan pasien meningioma yang berlangsung lama memiliki efek kesakitan

tinggi, bisanya membawa dalam kondisi lemah bahkan depresi. Penderitaan tersebut

akan mendorong pasien dalam menentukan sikap, yang menggambarkan kualitas

hidup pasien itu sendiri. Kualitas hidup pasien baik maka baik pula pasien dalam

menjalankan aktifitas sehari-hari (Fitriana & Ambarini, 2012).Memahami kualitas

hidup pasien meningioma sangatlah penting dalam proses management terapi neuro

onkologi, dimana penyakit ini memiliki dampak langsung baik emosional,

kesejaheraan social serta fungsi sehari-hari. Berbagai macam penyebab tumor dan

kelangsungan hidup menjadi penting bagaimana memahami dini dan konsekuensi

Page 35: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

akhir pengobatan serta efek dari penyakit tersebut.(Klein, Altshuler, Hallock, &

Szerlip, 2014).

Sebuah studi tentang kualitas hidup penderita meningioma dengan menggunakan SF-

36 menunjukan 39-72% dari pasien yang bertahan hidup berada di kualitas hidup

rendah (Hayat, 2012).Meningkatnya kelangsungan hidup akibat lanjutan managemen

medis dalam menangani tumor otak, berdampak gangguan kepada fungsi psikologis

dan kualitas hidup. Untuk itu, penanganan jangka panjang berupa pemantauan,

pendidikan dukungan self management serta konseling bagi pasien dan keluarga

pasien (Khan & Amatya, 2013).

Keberhasilan Self Management tergantung kepada kemitraan antara pasien dengan

penyedia pelayanan kesehatan serta dengan sistem kesehatan pendukung.Pelayanan

kesehatan seperti perawat bertindak sebagai pendidik, fasilitator dan pendukung,

membantu pasien untuk memainkan peran utama dalam manajemen diri dari gejala

dan ganguan akibat penyakit kronis.Sayangnya, banyak pasien tidak menerima

bantuan yang mereka butuhkan. Data analisis dari theCommonwealth Fund’s

international health policy surveys carried pada tahun 2004 dan 2005 di Australia,

Kanada, Jerman, Selandia Baru, Inggris dan Amerika Serikat menemukan bahwa

sementara sebagian besar pasien memberikan laporan positif dari cara di mana

kesehatan profesional berkomunikasi dengan mereka, pemberian nasihat tentang

perilaku kesehatan. Selain itu, kurang dari setengah dari mereka yang disurvei

merasa mereka cukup terlibat dalam keputusan pengobatan dan di antara orang-

Page 36: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

orang dengan kondisi kronis kurang dari sepertiga telah diberikan rencana

manajemen diri(Newman et al., 2009).

Page 37: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

E. Kerangka Teori

Tumor Otak Meningioma

Faktor Penyebab Hormone, radiasi,

kelainan kromosom

Tanda gejala Peningkatan

tekanan intra kranial

Gangguan fungsi mental;kejang

Nyeri kepala

Mual dan muntah

Kualitas Hidup Menurun

Management therapy Operasi,

radiosurgery, radiasi,

Khemotherapi

Managemen therapy yang lama

Domain kesehatan fisik

Domain psikologi

Domain hubungan social

Domain lingkungan

Self Management: self monitoring Self reward self contracting stimulus control

Faktor internal Nilai diri Pengetahuan

Efikasi diri Faktor eksternal Keluarga

Penyedia layanan kesehatan

Kebijakan

Asosiasi/ organisasi penyakit

Page 38: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian karena

merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk

suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel baik variabel yang diteliti

maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008).

Kerangka konsep dari penelitian hubungan self manajemen dengan kualitas hidup

pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta, sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Independen Dependen

Keterangan :----------:Tidak diteliti :Diteliti

Self Management:

1. Self monitoring 2. Self reward 3. Self contracting 4. Stimulus control

(Corey (2012), Davies & Betehup (2010), Zhong, Tanasugarn, Fisher & Krudsood (2011), Neuman, Steed, & Mulligan (2009), Mezo, Peter, & Megan (2012))

Kualitas Hidup Pasien Tumor Otak Meningioma

(American Brain Tumour Association (2011), Hayat (2012), Khan & Amatya (2013), Klein, Altshuler, Hallock, & Szerlip (2014), Mertens et al (2008), Nurchayati (2010)

Variabel Confoundin Usia Jenis kelamin Pendidikan terakhir

Page 39: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan self management (Self monitoring, self reward, self contracting, and

self stimulus controling) dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di

Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta

C. Definisi Operasional

Tabel 3.2 : Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definis Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

Variabel Dependen 1 Kualitas

hidup Pengukuran kepada responden tentang harapan pasien meningioma terhadap kehidupan dibandingkan dengan kenyataan yang dihadapinya yang meliputi domain fisik,psikologis, hubungan social, dan lingkungan

Kuisioner kualitas hidup WHOQOL

Mengisi kuesioner

0. Kurangbaik, jika < nilai median/ score <65

1. Baik, jika ≥

nilai median/score ≥

65

Ordinal

Variabel Independen

1 Self monitoring

Penilaian pasien meningioma tentang monitoring kesehatannya

Kuesioner menggunakan skala gautman dengan pilihan jawaban 1. Tidak 2. Ya

Mengisi kuesioner

0. Kurang baik, jika < nilai median/ score < 6

Ordinal

Page 40: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

No Variabel Definis Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independen

1. Baik, jika ≥

nilai median/score ≥ 6

2 Self reward Penilaian pasien meningioma tentang dukungan keluarga & tenaga kesehatan dalam menunjang kesembuhan.

Kuesioner menggunakan skala gautman dengan pilihan jawaban 1. Tidak 2. Ya

Mengisi kuesioner

0. Kurang baik, jika < nilai median/ score < 4

1. Baik, jika ≥

nilai median/score ≥ 4

Ordinal

3 Self contracting

Penilaian pasien meningioma tentang kesepakatan & kerja sama dengan tenaga kesehatan dalam pengobatan

Kuesioner menggunakan skala gautman dengan pilihan jawaban 1 Tidak 2 Ya

Mengisi kuesioner

0. Kurang baik, jika < nilai median/ score < 4

1. Baik, jika ≥

nilai median/score ≥ 4

Ordinal

Page 41: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

No Variabel Definis Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4 Stimulus control

Penilaian pasien meningioma tentang situasi emosi pasien & kognisi

Kuesioner menggunakan skala gautman dengan pilihan jawaban 1 Tidak 2 Ya

Mengisi kuesioner

0. Kurang baik, jika nilai <median /score < 4

1. Baik, jika nilai ≥median

/ score ≥ 4

Ordinal

Variabel Confounding

1 Usia lama responden hidup mulai dari lahir sampai ulang tahun berikutnya

Kuesioner Mengisi kuesioner

0. 28-40 tahun

1. 41-53 tahun

2. 54-65 tahun

Interval

2 Jenis kelamin Tanda-tanda seks sekunder yang diperlihatkan seseorang

Kuesioner Mengisi kuesioner

0. Perempuan

1. Laki-laki

Nominal

3 Pendidikan Pendidikan formal terakhir responden: 0. Tidak sekolah 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Perguruan tinggi

Kuesioner Mengisi kuesioner

0. Pendidikan rendah (Tidak sekolah, SD, SMP)

1. Pendidikan tinggi (SMA, PT)

Nominal

Page 42: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian

yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan cross-sectional dimana

penelitian ini melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali

waktu) antara variabel independen dan variabel dependen (Nursalam, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

independen yaitu Self Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan Stimulus

Control dan variabel dependen yaitu kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Alasan pemilihan tempat tersebut dikarenakan RSUPN

Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta merupakan Rumah Sakit pusat rujukan.

Disamping itu penelitian mengenai hubungan self management dengan kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma di poliklinik bedah syaraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta belum pernah dilakukan.

Page 43: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Pebruari 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan sumber data dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien tumor otak

meningioma yang menjalani terapi pengobatan di poliklinik bedah syaraf

RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta yang berjumlah 30 pasien.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, sampelnya adalah pasien tumor otak meningioma yang

berkunjung ke poliklinik bedah syaraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling artinya pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya, (Nursalam, 2008). Berdasarkan jumlah

populasi yang terbatas ini (kurang dari 10.000 orang), maka peneliti menentukan

jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus Notoadmodjo:

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

Page 44: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

30

n=

1+30 (0,05)²

30

n=

1+0,075

30

n=

1,075

n=27,91

n=28

Untuk mengantisipasi droup out responden maka penulis menambah 10% dari

hasil perhitungan sampel yaitu menjadi 30,8 dibulatkan menjadi 31 responden.

Maka dalam penelitian ini perkiraan sampel yang akan digunakan adalah 31

responden.

Page 45: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien yang terdiagnosis tumor otak meningioma

2) Bersedia menjadi responden

3) Tidak mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran

4) Kesadaran composmentis

D. Etika Penelitian

Tujuan penelitian harus etik, dalam arti hak responden dan yang lainnya harus

dilindungi (Nursalam, 2008). Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari

Universitas Muhammadiyah Jakarta” dan persetujuan dari Direktur RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta, kepala Poliklinik bedah saraf melakukan penelitian dengan

memperhatikan dan menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia untuk

diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika menolak untuk

diteliti maka tidak ada pemaksaan dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Nama subyek tidak akan dicantumkan pada lembar pengumpulan data dan hasil

penelitian, untuk mengetahui keikutsertaannya peneliti hanya menggunakan kode

dalam bentuk nomor pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Page 46: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dari responden akan dijamin

kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja informasi tersebut akan

peneliti sajikan, utamanya dilaporkan pada hasil riset.

E. Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun

berdasarkan studi literatur dan kerangka konsep penelitian. Kuesioner dalam

penelitan ini terdiri dari jumlah pernyataan yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden. Alat kuesioner ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Kuesioner A

Kuesioner ini terkait karakteristik responden nama inisial, usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir

2. Kuesioner B

Kuesioner ini terkait dengan pertanyaan tentang self management yang terdiri

dari 4 komponen self management yaitu: Self monitoring, Self reward, Self

contracting dan Stimulus control yang berjumlah 18 pernyataan dengan pilihan

jawaban 1. Tidak 2. Ya

3. Kuesioner B

Kuesioner ini terkait tentang kualitas hidup dari WHO (The World Health

Organization Quality of Life / WHOQOL) yang berjumlah 26 pertanyaan.

Page 47: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

F. Uji Validitas Dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur ini benar benar

mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk menguji

validitas dan reliabilitas alat, peneliti melakukan. Uji coba kuesioner (angket).

Uji coba kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada pasien tumor

otak meningioma yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan responden.

Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman responden

terhadap pertanyaan-pertanyaan dan validitas pertanyaan dari kuesioner yang

telah dibuat (Nursalam, 2008).

Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah :

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut

valid

b. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel

tersebut tidak valid

c. Jika r hasil > r tabel, tapi bertanda negatif maka butir atau variabel tersebut

tidak valid

Uji coba kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada orang yang

mempunyai karakteristik hampir sama dengan responden. Uji coba dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap pernyataan-

pernyataan dan validitas pernyataaan dari kuesioner yang telah dibuat. Setelah

kuesioner disebarkan, selanjutnya hasil tersebut diolah dengan bantuan program

Page 48: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

komputer. Dari hasil uji kuesioner maka dapat ditentukan beberapa pernyataan

yang dikurangi ataupun disesuaikan. Dari hasil uji validitas sebanyak 20

responden di Poliklinik bedah syaraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta,

pada tingkat kemakmuran 5% didapat nilai r tabel > 0,444, maka dapat

disimpulkan bahwa dari 44 pertanyaan dari hasil uji coba diketahui bahwa

seluruh butir soal yang diuji cobakan terbukti valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran

dapat dipercaya dan diandalkan (Nursalam, 2008). Untuk menguji reliabilitas

adalah dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan

dalam menetukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya

adalah perbandingan antara nilai r hitung diwakili dengan nilai Alpha dengan r

tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikant 5%. Tingkat reliabilitas

dengan metode Alpha-Crobach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan

1. Apabila skala alpha tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kelas dangan range

yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat dipresentasikan seperti tabel

berikut :

Tabel 4.1

Tabel Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 Kurang Reliable

0,20 s.d 0,40 Agak Reliable

Page 49: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

0,40 s.d 0,60 Cukup Reliable

0,60 s.d 0,80 Reliable

0,80 s.d 1,00 Sangat Reliable

Dari hasil uji reliabilitas pada 20 responden di Poliklinik bedah syaraf RSUPN

Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan nilai Cronbach’s Alpha=0,993

dapat disimpulkan bahwa seluruh butir soal yang diuji cobakan terbukti sangat

reliable.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan

penelitian di Poliklinik . Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan membagikan

kuesioner kepada responden.

Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke bagian Akademis Universitas

Muhammadiyah Jakarta setelah proposal penelitian mendapatkan persetujuan

dan telah disahkan oleh dosen pembimbing

b. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Universitas Muhammadiyah

Jakarta ke Direktur RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk

mendapatkan izin penelitian dan meminta data responden.

Page 50: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

c. Peneliti meminta izin kepada kepala Poliklinik bedah syaraf RSUPN

Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk mengadakan penelitian untuk

mendapatkan data mengenai calon responden.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk memberikan

penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian.

b. Peneliti mempersilahkan calon responden untuk menandatangani lembar

pernyataan persetujuan (informed consent) apabila bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

c. Peneliti memberikan penjelasan seputar penelitian yang dilakukan dan cara

pengisian kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk bertanya bila ada

pernyataan kuesioner yang belum jelas atau tidak dipahami.

d. Peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan kuesioner penelitian kepada

responden yang dipilih sebagai sampel penelitian setelah responden mengerti

tentang cara pengisian kuesioner.

3. Tahap terminasi

a. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah terisi sesuai jawaban responden

b. Peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden dan memberikan ucapan

terima kasih kepada responden atas kerjasamanya sebagai partisipan

penelitian.

Page 51: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telah selesai. Daftar

pernyataan yang telah diisi dikumpulkan dan dilakukan prosedur analisa data,

meliputi :

1. Editing, yaitu untuk melakukan pengecekan pengisian kuesioner apakah jawaban

yang ada dalam kuesioner lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

2. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan.

3. Processing, yaitu pemprosesan data yang diawali dengan menginput data pada

program komputer.

4. Cleaning, yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian untuk melihat

distribusi dengan melihat prosentase masing-masing (Hastono, 2001). Analisis

univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik

responden, variabel independen yang terdiri dari Self monitoring, Self reward,

Self contracting dan Stimulus control dan kualitas hidup pasien tumor otak

meningioma sebagai variabel dependennya.

Page 52: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

2. Analisis Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu

variabel independen (Self monitoring, Self reward, Self contracting dan Stimulus

control) dan variabel dependen (kualitas hidup pasien tumor otak meningioma),

adapun uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square, karena variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen) pada penelitian ini merupakan data

katagorik, dengan batas kemaknaan alfa 0,05 dengan uji ini dapat diketahui

kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen. Kemudian juga

dilihat Odd Ratio (OR).

Page 53: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian tentang hubungan self manajemen

dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN

Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

A. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi masing-masing variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden,

variabel independen yang terdiri dari self monitoring, self reward, self contracting,

and self stimulus controling. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma. Jumlah responden sebanyak 28 responden

yang berkunjung ke Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini terdiri dari:

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia

di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tahun 2015 (n=28)

No Variabel Mean Standar Deviasi Minimal-Maksimal 1 Usia 37,29 13,67 28-65

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 28 responden didapatkan bahwa rata-

rata usia pasien yang mengalami tumor otak meningioma adalah 37 tahun, dengan

standar deviasi 13,67 tahun. Usia termuda 28 tahun dan usia tertua 65 tahun.

Page 54: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Tabel 5.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan

di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tahun 2015 (n=28)

No Variabel Jumlah Persentase 1 Jenis kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

4 24

14,3 85,7

2 Pendidikan a. Pendidikan rendah (Tidak sekolah, SD,

SMP) b. Pendidikan tinggi (SMA, Perguruan tinggi)

10

18

35,7

64,3

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa pada umumnya responden berjenis

kelamin perempuan yaitu sebesar 85,7% (24 orang), dan sebagian besar

responden pendidikan rendah yaitu sebesar 64,3% (18 orang).

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan self monitoring, self reward, self contracting,

self stimulus controling, kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Tahun 2015 (n=28)

No Variabel Jumlah Persentase 1 Self monitoring

a. Kurang baik b. Baik

18 10

64,3 35,7

2 Self reward c. Kurang baik d. Baik

15 13

53,6 46,4

3 Self contracting a. Kurang baik b. Baik

18 10

64,3 35,7

4 Self stimulus controling a. Kurang baik b. Baik

17 11

60,7 39,3

5 Kualitas hidup a. Kurang baik b. Baik

16 12

57,1 42,9

Page 55: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Berdasarkan tabel 5.3, menunjukan bahwa pada umumnya responden self

monitoring kurang baik yaitu sebesar 64,3% (18 orang), sebagian besar yang

menjadi responden self reward kurang baik yaitu sebesar 53,6% (15 orang),

sebagian besar self contracting kurang baik yaitu sebesar 64,3% (18 orang), dan

sebagian besar responden self stimulus controling kurang baik yaitu sebesar 60,7

( 17 orang).

Tabel 5.3 menunjukan bahwa kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

sebagian besar kurang baik yaitu 57,1% (16 orang).

B. Analisis Bivariat

Uji korelasi bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Chi

Square yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen

yaitu self monitoring, self reward, self contracting, and self stimulus controling

dengan variabel dependen yaitu kualitas hidup pasien tumor otak meningioma. Hasil

analisis dalam penelitian ini terdiri dari:

Page 56: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Tabel 5.4 Hubungan self monitoring, self reward, self contracting, and self stimulus

controling dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta

Tahun 2015 (n=28)

Variabel Independen

Kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

Total OR 95% CI

P value

Kurang baik

Baik

n % n % n %

Self monitoring: Kurang baik Baik

14 2

77,8 20,0

4 8

22,2

80,0

18

10

100

100

14,000

2,080-94,236

0,005

Jumlah 16 32 12 24 28 100 Self reward: Kurang baik Baik

13 3

86,7 23,1

2

10

13,3

76,9

15

13

100

100

21,667 3,022-

155,363

0,003

Jumlah 16 32 12 24 28 100 Self contracting Kurang baik Baik

15 1

83,3 10,0

3 9

16,7

90,0

18

10

100

100

45,000 4,044-

500,693

0,000

Jumlah 16 32 12 24 28 100 self stimulus controling Kurang baik Baik

14 2

82,4 18,2

3 9

17,6

81,8

17

11

100

100

21,000 2,913-

151,408

0,001

Jumlah 16 32 12 24 28 100

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh bahwa kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

kurang baik lebih banyak disebabkan karena self monitoring yang kurang baik yaitu

sebesar 14 orang (77,8%). Dengan P value = 0,005 (α < 0,05) maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara self monitoring dengan kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Hasil analisis diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 14,000

Page 57: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

(95% CI.2,080-94,236) artinya self monitoring kurang baik akan berisiko untuk

terjadinya kualitas hidup pasien tumor otak meningioma kurang baik sebesar 14,000

kali dibandingkan dengan self monitoring baik.

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh bahwa kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

kurang baik lebih banyak disebabkan karena self reward yang kurang baik yaitu

sebesar 13 orang (86,7). Dengan P value = 0,003 (α < 0,05) maka dapat disimpulkan

ada hubungan yang signifikan antara self reward dengan kualitas hidup pasien tumor

otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Hasil analisis diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 21,667 (95% CI.3,022-

155,363) artinya self reward kurang baik akan berisiko untuk terjadinya kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma kurang baik sebesar 21,667 kali dibandingkan

dengan self reward baik.

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh bahwa kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

kurang baik lebih banyak disebabkan karena self contracting yang kurang baik yaitu

sebesar 15 orang (83,3%). Dengan P value = 0,000 (α < 0,05) maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara self contracting dengan kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Hasil analisis diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 45,000

(95% CI.4,044-500,693) artinya self contracting kurang baik akan berisiko untuk

terjadinya kualitas hidup pasien tumor otak meningioma kurang baik sebesar 45,000

kali dibandingkan dengan self contracting baik.

Page 58: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh bahwa kualitas hidup pasien tumor otak meningioma

kurang baik lebih banyak disebabkan karena self stimulus controling yang kurang

baik yaitu sebesar 14 orang (82,4%). Dengan P value = 0,001 (α < 0,05) maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara self stimulus controling dengan

kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN

Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hasil analisis diperoleh nilai OR (Odd Ratio) =

21,000 (95% CI.2,913-151,408) artinya self stimulus controling kurang baik akan

berisiko untuk terjadinya kualitas hidup pasien tumor otak meningioma kurang baik

sebesar 21,000 kali dibandingkan dengan self stimulus controling baik.

Page 59: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah

dilakukan, terdiri dari interpretasi dan diskusi hasil serta keterkaitan antara hasil

penelitian dengan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini juga berisi

tentang keterbatasan peneliti

A. Keterbatasan penelitian

1. Pada saat pengambilan data kuesioner, peneliti juga meminta bantuan pada

keluarga untuk ikut mengisikan lembar kuesioner, yaitu dengan cara keluarga

menanyakan langsung pertanyaan kepada responden sesuai dengan pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti, sehingga hasil responden tetap valid karena jawaban

subyektif sesuai dengan pendapat responden. Responden adalah pasien dengan

sebagian besar keterbatasan memori dan penurunan penglihatan

2. Pada penelitian ini, jumlah sampel penelitian yang minimal yaitu 28 responden.

Hal ini berdasarkan pada populasi pasien dengan tumor otak, oleh karena

terbatasnya sampel penelitian, maka penelitian ini belum dapat digeneralisasi

Page 60: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

B. Analisis Univariat

1. Karakteristik Self management (Self Monitoring, Self Reward, Self Contracting

dan Stimulus Control) pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf

RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Hasil penelitian didapatkan dari keseluruhan komponen Self management (Self

Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan Stimulus Control) pada pasien

meningioma pada umumnya kurang baik. Kurang baiknya self management pada

pasien meningioma ini akibat permasalahan yang begitu kompleks yang dialami

penderita, baik dampak penyakit yang mempengaruhi perubahan perilaku

ataupun dampak eksternal, sehingga penderita terjatuh dalam keadaan putus asa.

Hal ini di dukung dengan hasil penelitian dari (Keir, Guill, Carter, & Friedman,

2006) pasien dengan tumor otak mengalami tekanan stress sebesar 63% dari total

populasi.

Menurut Nwinee (2011) dalam (Prasetyo, 2012) faktor internal atau yang berasal

dari diri pasien dalam self management terdiri keyakinan atau nilai terkait

penyakit, efikasi diri dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yang

berpengaruh pada Self management adalah dukungan orang terdekat dan tenaga

kesehatan serta support sistem kesehatan (kebijakan kesehatan, pihak asuransi,

dan organisasi penyakit). Dukungan social behubangan dengan Self management,

telah terbukti sangat penting bagi orang-orang dengan beberapa kondisi kronis

(Zbib, Paterson, Mcgowan, & Sargious, 2012).

Page 61: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Berdasarkan Zbib et al. (2012) Indikator Self management yaitu memiliki

pengetahuan tentang penyakit, memiliki motivasi, Secara aktif berbagi dalam

pengambilan keputusan dengan penyedia pelayanan kesehatan, Memonitor dan

mengelola gejala penyakit, Mengetahui bagaimana memecahkan masalah atau

mencari pertolongan untuk mengelola dampak penyakit, Menerapkan pola hidup

yang meningkatkan status kesehatan, Memiliki akses untuk mendukung layanan

kesehatan (Zbib et al., 2012)

Keberhasilan Self Management tergantung kepada kemitraan antara pasien

dengan penyedia pelayanan kesehatan serta dengan sistem kesehatan pendukung.

Pelayanan kesehatan seperti perawat bertindak sebagai pendidik, fasilitator dan

pendukung, membantu pasien untuk memainkan peran utama dalam manajemen

diri dari gejala dan ganguan akibat penyakit kronis. Sayangnya, banyak pasien

tidak menerima bantuan yang mereka butuhkan. Data analisis dari the

Commonwealth Fund’s international health policy surveys carried pada tahun

2004 dan 2005 di Australia, Kanada, Jerman, Selandia Baru, Inggris dan

Amerika Serikat menemukan bahwa sebagian besar pasien memberikan laporan

positif dari cara di mana kesehatan profesional berkomunikasi dengan mereka,

pemberian nasihat tentang perilaku kesehatan. Selain itu, kurang dari setengah

dari mereka yang disurvei merasa mereka cukup terlibat dalam keputusan

pengobatan dan di antara orang-orang dengan kondisi kronis kurang dari

sepertiga telah diberikan rencana manajemen diri (Newman, Steed, & Mulligan,

2009).

Page 62: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Pasien meningioma dengan kondisi kronis dapat mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang holistic dengan

pendidikan Kesehatan dan dukungan Self management. Davies & Batehup (2010)

mengatakan keterlibatan pasien dalam perawatan kesehatan melalui Self

management diakui sangatlah penting untuk hasil yang lebih baik bagi pasien

dengan kondisi kronis (Davies & Batehup, 2010). Seperti penelitian yang

dilakukan (Ditewig, Blok, Havers, & Veenendaal, 2010) mengatakan, Self

management yang baik dari pasien tentang penyakitnya, dapat menurunkan

angka kematian, rata-rata perawatan di rumah sakit dan meningkatkan kualitas

hidup pasien.

2. Kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN

Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Hasil penelitian didapatkan gambaran kualitas hidup pasien tumor otak

meningioma sebagian besar kurang baik yaitu 54,8% (17 orang) dari total

sampel. Pasien meningioma setelah didiagnosis dan dalam masa perawatan

seringkali mengalami perubahan perilaku. Tingkat perubahannya pun bervariasi,

bahkan sampai kepada tingkat depresi. Sejalan dengan sejumlah penelitian yang

melaporkan bahwa penderita tumor otak mengalami gangguan terkait dengan

kualitas hidup (Gil & Fliss, 2010; Janda et al., 2007; Liu, Page, Solheim, Fox, &

Chang, 2009; van Nieuwenhuizen et al., 2007).

Dampak dari penyakit meningioma dapat menyebabkan penderita bisa

mengalami kejang, defisit neurologik, seperti kebutaan, paralisis, gangguan

Page 63: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

kepribadian, perubahan status emosional perilaku, abnormalitas fungsi motorik

dan menyebabkan kematian (Hakim, 2006). Banyaknya permasalahan tersebut

memiliki potensi resiko keparahan penyakit yang kronis, harapan hidup lebih

rendah, dan gangguan fungsi sehari-hari (Mertens et al., 2008; Oeffinger, K. C.,

Hudson, & Landier, 2009).

Selain dampak penyakit yang membuat kualitas hidup pasien meningioma juga

dipengaruhi management terapi. Kemajuan terapi saat ini membuat pasien

dengan tumor otak meningkat ketahan hidupnya. Walaupun pasien dengan tumor

otak meningkat ketahanan hidupnya ada beberapa masalah yang dialami,

diantaranya kekurangan fungsi neurologis, gangguan fungsional dan psikososial,

sehingga dapat membatasi dalam kegiatan sehari-hari (ME & Sliwa, 2011;

Poggi, Liscio, & Patore, 2009; Tang, Rathbone, Park, Jiang, & Harvey, 2008).

Selain itu, pada saat penderita di diagnosis menderita tumor otak berdampak

kepada psikologis, biaya, dan sosial ekonomi, serta meningkatnya peminatan

perawatan(Tang et al., 2008)

(American Brain Tumour Association, 2011) menyembuhan penyakit tumor otak

sering dapat diobati dengan pembedahan, radioterapi dan berbagai kemoterapi,

yang tujuannya adalah untuk membuat pasien lebih baik.dengan kualitas hidup

yang baik, untuk selama mungkin. Tidak seperti tumor jinak lainnya, tumor intra

kranial jinak bisa menyebabkan cedera otak parah dan kematian. Studi

epidemiologis menunjukkan bahwa meningioma yang jinak memiliki perkiraan

kelangsungan hidup lima tahun sebesar70%, lebih rendah dari dibandingkan lima

Page 64: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

tahun kelangsungan hidup untuk kanker payudara. Bahkan setelah sukses

pengobatan, meningioma sering kambuh dan dapat menyebabkan defisit

neurologis berat (Conn-Levin, 2003). Sebuah studi tentang kualitas hidup

penderita meningioma dengan menggunakan SF-36 menunjukan 39-72% dari

pasien yang bertahan hidup berada di kualitas hidup rendah (Hayat, 2012).

Sementara penelitian lain mencatat penurunan yang signifikan pada kualitas

hidup antara pasien tumor otak yang diobati. Pasien tumor otak dilaporkan 90%

mengalami gangguan morbiditas dan 70% mengalami gangguan seperti kognisi,

mobilitas, penglihatan, pendengaran, pembicaraan, dengan gangguan lebih parah

pada kualitas hidup ditemukan terkait dengan kematian dini dari tumor otak. Hal

ini sejalan dengan beberapa penelitian lain, yang menunjukkan kelangsungan

hidup berkurang pada pasien tumor otak dengan mood depresi atau perubahan

status mental khususnya di antara pasien dengan penyakit kelas rendah, dan

konsisten, skor yang lebih tinggi depresi dikaitkan dengan kualitas hidup yang

rendah. Namun, sampai saat ini, sebagian besar penelitian tentang kualitas hidup

pasien dengan tumor otak dilakukan dengan menggunakan sampel yang

bersumber dari klinik, sehingga sedikit yang diketahui tentang kualitas hidup dan

suasana hati pasien tumor otak yang tinggal di antara masyarakat (Janda et al.,

2007).

Page 65: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Self management (Self Monitoring, Self Reward, Self Contracting dan

Stimulus Control) dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di

Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan dari seluruh komponen self

management yaitu Self monitoring, self reward, self contracting, and self

stimulus controling dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma di

Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pasien

meningioma dengan kondisi kronis dapat mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya. diakibatkan dari dampak penyakit itu sendiri maupun dampak

terapi. Sehingga berpengaruh gangguan kepada kualitas hidup si pasien.

Banyaknya permasalahan tersebut memiliki potensi resiko keparahan penyakit

yang kronis, harapan hidup lebih rendah, dan gangguan fungsi sehari-hari

(Mertens et al., 2008; Oeffinger, K. C. et al., 2009).

Menurut Khan & Atmajaya (2013) dampak managemen medis dalam menangani

pasien tumor otak diantaranya gangguan fungsi psikologis dan kualitas hidup

pasien. Untuk itu, penanganan jangka panjang berupa pemantauan, pendidikan

dukungan self management serta konseling bagi pasien dan keluarga pasien

(Khan & Amatya, 2013). Sebelumnya Davies & Batehup (2010) menyampaikan

keterlibatan pasien dalam perawatan kesehatan melalui Self management diakui

sangatlah penting untuk hasil yang lebih baik bagi pasien dengan kondisi kronis

(Davies & Batehup, 2010).

Page 66: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Menurut (Newman et al., 2009) Self management mengacu kepada kemampuan

individu untuk mengelola gejala, terapi, konsekuensi fisik dan psikologi dan

perubahan pola hidup dalam keadaan kronis. Manfaat Self management meliputi

kemampuan untuk memantau kondisi diri dan efek kognitif, respon behaviour

dan emosi yang diperlukan dalam menunjang kualitas hidup yang baik.

Hasil penelitian ini tentang komponen self managemen terkait hubungan self

monitoring dengan kualitas hidup pasien meningioma menunjukan hasil yang

yang signifikan. Menurut Creer dan Holroyd (1997) Self Monitoring merupakan

pondasi dari Self Management. Pencatatan sistematis suatu informasi, tentang

gejala misalnya digunakan untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap gejala

dan bagaimana merubah perilaku (Newman et al., 2009). Sejalan dengan

tersebut, Febbraro & Clum (1998) menyampaikan Self Monitoring komponen

diantara Self Management yang secara empiris menjadi support dalam intervensi

kecemasan, depresi, kualitas hidup dan gangguan perilaku (Mezo, Peter, &

Megan, 2012).

Komponen lain dari self managemen dari penelitia ini, ada hubungan yang

signifikan antara self reward dengan kualitas hidup pasien tumor otak

meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Sampai saat ini, penelitian terkait self reward dengan kualitas hidup

belum ditemukan. Akan tetapi, mezzo (2009) mengatakan self reward diartikan

pemberian hadiah pada diri sendiri setelah mencapai tujuan tertentu. Self reward

Page 67: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

juga digunakan untuk memperkuat atau menambah respon yang diinginkan.

Seorang pasien yang terlibat dalam self reward, bukan hanya berpacu dalam self

reward akan tetapi self-punishment baik secara terbuka maupun diam-

diam.Namun, self reward didefinisikan baik dari self reward itu sendiri maupun

self-punishment(Mezo, 2009).

Adanya hubungan yang signifikan antara self contracting dengan kualitas hidup

pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Sama halnya dengan self reward belum ditemukan

penelitian terkait. Siti Nurzaakiyah & Budiman (2011) mengatakan Kontrak atau

perjanjian dengan diri sendiri (self contracting), bentuk kontrak ataupun

perjanjian bisa berupa penulisan ataupun kesepakan atau hal-hal yang ingin

dilaksanakan individu. Adapun langkah-langkah Self contracting ini adalah :1)

membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku dan perasaan yang

ingin dilakukan, 2) menyakini semua yang ingin diubahnya, 3) bekerjasama

dengan teman/keluarga untuk program Self managemennya, 4)menanggung

resiko dengan program Self management yang dilakukannya, 5) pada dasarnya,

semua yang diharapkan mengenai perubahan pikiran, perilaku dan perasaan

adalah untuk diri sendiri, 6) menuliskan peraturan untuk diri sendiri selama

menjalani proses Self management(Siti Nurzaakiyah & Budiman, 2011).

Adanya hubungan yang signifikan antara self stimulus controling dengan kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control)

Page 68: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Kanfer (1980:361). mendefinisikan kendali stimulus sebagai: "... the

predetermined arrangement ofenvironmental conditions that makes it impossible

or unfavorable for an undesiredbehavior to occur”. Kendali stimulus

menekankan pada penataan kembali ataumodifikasi lingkungan sebagai isyarat

khusus (gues) atau anteseden atas respons tertentu. Sebagaimana dijelaskan

dalam model perilaku ABC (aqtesedent, behavior, consequence), tingkah laku

sering kali dibimbing oleh sesuatu yang mendahului (antesedent) dan dipelihara

oleh peristiwa-peristiwa positif atau negatif yang mengikutinya (Consequence).

Anteseden atau konsekuensi itu dapat bersifat internal atau eksternal, misalnya

saja, anteseden dapat berupa suatu situasi, emosi, kognisi, atau suatu instruksi

tersamar maupun terang-terangan(Siti Nurzaakiyah & Budiman, 2011).

Sebuah penelitian yang dilakukan (Ditewig et al., 2010) mengatakan, Self

management yang baik dari pasien tentang penyakitnya, dapat menurunkan

angka kematian, rata-rata perawatan di rumah sakit dan meningkatkan kualitas

hidup pasien. Adanya hubungan Self-management dengan kualitas hidup

didukung Suatu studi yang melaporkan adanya hubungan Self-management

dengan kualitas hidup pasien, dimensi fisik, psikologis dan social pada pasien

GGK (Heidarzadeh, Atashpeikar, & Jalilazar, 2010).

Page 69: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari tujuan khusus penelitian, hasil penelitian, dan analisis bivariat,

maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Pada umumnya responden self monitoring kurang baik yaitu sebesar 64,3% (18

orang), sebagian besar yang menjadi responden self reward kurang baik yaitu

sebesar 53,6% (15 orang), sebagian besar self contracting kurang baik yaitu

sebesar 64,3% (18 orang), dan sebagian besar responden self stimulus controling

kurang baik yaitu sebesar 60,7% ( 17 orang).

2. Kualitas hidup pasien tumor otak meningioma sebagian besar kurang baik yaitu

57,1% (16 orang).

3. Ada hubungan self management (Self monitoring, self reward, self contracting,

and self stimulus controling) dengan kualitas hidup pasien tumor otak

meningioma di Poliklinik Bedah Saraf RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo

Jakarta.

B. Saran

1. Bagi pelayanan keperawatan

Diharapkan perawat di dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien otak

meningioma lebih ditekankan kepada Self manajement (Self Monitoring, Self

Reward, Self Contracting dan Stimulus Control) dengan cara memberikan

edukasi kepada pasien sehingga kualitas hidup pasien menjadi lebih baik. Perlu

Page 70: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

dilakukan penenlitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar,

diharapkan hasil dapat digeneralisasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ilmiah dan sumber

informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada masa

yang akan datang, penelitian ini bisa dimasukkan kedalam jurnal institusi

3. Bagi Institusi Penelitian

a. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan

menggunakan desain penelitian eksperimental seperti pengaruh self

management dengan kualitas hidup pasien tumor otak meningioma dan

responden yang diteliti bisa lebih banyak

b. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan

variabel yang berbeda seperti hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien tumor otak meningioma dan responden yang diteliti bisa lebih

banyak lagi.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai standar untuk melakukan

penelitian lanjutan dengan wawancara, mengingat responden memiliki

keterbatasan fisik terutama pada penelitian yang menggunakan kuesioner.

Page 71: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

DAFTAR PUSTAKA

Al-hadidy, A. M., Maani, W. S., Mahafza, W. S., Al-Najar, M. S., & Al-nadii, M. M. (2007). Intracranial Meningioma. J.Med J, 41(1), 37–51.

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work . St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier Inc.

American Brain Tumour Association. (2011). Living with a brain tumour. Chicago: Scottish Adult Neuro Oncology Network.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bishop, M., & Frain, M. (2011). Multiple Sclerosis Self Managemen Scale Revised (MSSM-R). Rehabilitation Psychologi, 52(2), 150–159.

Cea-soriano, L., Wallander, M., & Rodríguez, A. G. (2012). Epidemiology of Meningioma in the. Neuro Epidemiology, 39, 27–34. doi:10.1159/000338081

Claus, E. B., Bondy, M. L., Schildkraut, J. M., Wiemels, J. L., Wrensch, M., & Black, P. M. (2005). Epidemiology of Intracranial Meningioma. Neurosurgery, 57(6), 1088–

1095. doi:10.1227/01.NEU.0000188281.91351.B9

Conn-Levin, N. (2003). Meningiomas: A Guide for Nurse and Other Health Care Profesional.

Corey, G. (2012). Student Manual for Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (9th ed.). belmon USA: Brooks/Cole, Cengage Learning.

Davies, N. J., & Batehup, L. (2010). National Cancer Survivorship Initiative Supported Self-Management Workstream SELF-MANAGEMENT SUPPORT FOR CANCER SURVIVORS : GUIDANCE FOR DEVELOPING INTERVENTIONS. United

Kngdom.

Departemen Bedah Saraf FKUI. (2011). Sinopsis Ilmu Bedah Saraf (1st ed., p. 145). Jakarta: sagung seto.

Ditewig, J., Blok, H., Havers, J., & Veenendaal, H. an. (2010). Effectiveness of self-management interventions on mortality, hospital readmissions, chronic heart failure hospitalization rate and quality of life in patients with chronic heart failure: a systematic review. Patient Educations and Counseling, 3(78), 297–315.

Page 72: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Fitriana, N. A., & Ambarini, T. K. (2012). Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Serviks Yang Menjalani Pengobatan Radioterapi. Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 1(02), 123–129.

Hakim, A. A. (2006). Permasalahan serta penanggulangan tumor otak dan sumsum tulang belakang. Universitas Sumatra Utara.

Hayat, M. A. (2012). tumors of the nervous system; meningiomas and schwannomas (7th ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.

Heidarzadeh, M., Atashpeikar, S., & Jalilazar, T. (2010). Relationship Between Quality of Life and Self-Care Ability in Patient Receiving Hemodialysis. IJNMR, 15(2), 71–76.

Janda, M., Steginga, S., Langbecker, D., Dunn, J., Walker, D., & Eakin, E. (2007). Quality of Life Among Patients With A Brain Tumor and Treir Carers. Journal of Psychosomatic Research, 63(6), 617–623.

Kesari, S., Saria, M., & Lai, A. (2012). Meningioma. Chicago: American Brain Tumor Association.

Khan, F., & Amatya, B. (2013). Factors associated with long-term functional outcomes, psychological sequelae and quality of life in persons after primary brain tumour. Journal of Neuro-Oncology, 111(3), 355–366. doi:10.1007/s11060-012-1024-z

Klein, E., Altshuler, D., Hallock, A., & Szerlip, N. (2014). Quality of life research in neuro-oncology: a quantitative comparison. Journal of Neuro-Oncology, 116(2), 333–340. doi:10.1007/s11060-013-1299-8

ME, H., & Sliwa, J. (2011). Inpatient rehabilitation of patients with cancer: efficacy and treatment considerations. PM R, 3(8), 746–757.

Mertens, A. C., Liu, Q., Neglia, J. P., Wasilewski, K., Leisenring, W., Armstrong, G. T., & Yasui, Y. (2008). Cause-specific late mortality among 5-year survivors of childhood cancer: The Childhood Cancer Survivor Study. Journal of National Cancer Institute, (100), 1368–1379.

Mezo, P. G. (2009). The self-control and self-management scale (SCMS): Development of an adaptive self-regulatory coping skills instrument. Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment.

Modha, A., & Gutin, P. H. (2005). Diagnosis and Treatment of Atypical and Anaplastic Meningiomas: A Review. Neurosurgery, 57(3), 538–550. doi:10.1227/01.NEU.0000170980.47582.A5

Page 73: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Newman, S., Steed, L., & Mulligan, K. (2009). Chronic physical illness : Self-Management and Behaviural Interventions (1st ed.). New York: McGraw-Hill College.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurchayati, S. (2010). Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Universitas Indonesia.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Oeffinger, K. C., Hudson, M. M., & Landier, W. (2009). Survivorship: Childhood cancer survivors. Primary Care, (36), 743–780.

Poggi, G., Liscio, M., & Patore, V. (2009). Psychological intervention in young brain tumor survivors: the efficacy of the cognitive behavioural approach. Disabil Rehabil, 31(13), 1066–1073.

Potter & Perry (2009), Fundamental Of Nursing, Salemba Medika Jakarta

Prasetyo, A. S. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan self care management pada asuhan keperawatan pasien hipertensi. Universitas Indonesia.

Ragel, B. T., Jensen, R. L., & Couldwell, W. T. (2007). Inflammatory response and meningioma tumorigenesis and the effect of cyclooxygenase-2 inhibitors. Neurosurgical Focus, 23(4), E7. doi:10.3171/FOC-07/10/E7

Rockhill, J., Mrugala, M., & Chamberlain, M. C. (2007). Intracranial meningiomas: an overview of diagnosis and treatment. Neurosurgical Focus, 23(4), 1–7. doi:10.3171/FOC-07/10/E1

Sastroasmoro, S., & Ismail, S. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (3rd ed.). Jakarta: sagung seto.

Satyanegara, Hasan, R. Y., Abubakar, S., Maulana, A. J., Sufarnap, E., Benhadi, I., …

Saputra, A. (2010). Ilmu Bedah Saraf Setyanegara (IV., pp. 286–289). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 74: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Siti Nurzaakiyah, & Budiman, N. (2011). Teknik Self-Management Dalam Merudiksi Body Dysmorphic Disorder. Retrieved from http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/197102191998021-NANDANG_BUDIMAN/TEKNIK_SELF_MANAGEMENT.pdf

Talacchi, A., Corsini, F., & Gerosa, M. (2011). Hyperostosing meningiomas of the cranial vault with and without tumor mass. Acta Neurochirurgica, 153(1), 53–61; discussion 61. doi:10.1007/s00701-010-0838-8

Tandean, S. (2014). Hubungan antara Reseptor Progesteron dengan Ki-67 Labeling Index pada Meningioma. Universitas Sumatra Utara Medan.

Tang, V., Rathbone, M., Park, D., Jiang, S., & Harvey, D. (2008). Rehabilitation in primary and metastatic brain tumours: impact of functional outcomes on survival. J Neurol, 6(255), 820–827.

Walker, R., Marshall, M. R., & Polaschek, N. (2013). Improving self-management in chronic kidney disease : a pilot study. Renal Society of Australasia Journal, 9(3), 116–125.

Wiemels, J., Wrensch, M., & Claus, E. B. (2010). Epidemiology and etiology of meningioma. Neurooncol, 99, 307–314. doi:10.1007/s11060-010-0386-3

Zbib, A., Paterson, B., Mcgowan, P., & Sargious, P. (2012). Self-management support for Canadians with chronic health conditions. Heath Council of Canada.

Zhong, X., Tanasugarn, C., Fisher, E. B., & Krudsood, S. (2011). Awareness and Practices of Self management and Influence Factors Among Individualis With Type 2 Diabetes in Urban Community Settings in Anhui Province , China. Southeast Asian J Trop Med Public Health, 42(1), 184–196.

Page 75: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Output uji validitas dan reliabelitas Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.997 44

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Self_monitoring_P1 1.40 .503 20

Self_monitoring_P2 1.35 .489 20

Self_monitoring_P3 1.45 .510 20

Self_monitoring_P4 1.40 .503 20

Self_monitoring_P5 1.35 .489 20

Self_monitoring_P6 1.45 .510 20

Self_reward_P7 1.40 .503 20

Self_reward_P8 1.45 .510 20

Self_reward_P9 1.35 .489 20

Self_reward_P10 1.40 .503 20

Self_contracting_P11 1.35 .489 20

Self_contracting_P12 1.40 .503 20

Self_contracting_P13 1.35 .489 20

Self_contracting_P14 1.40 .503 20

Stimulus_control_P15 1.40 .503 20

Stimulus_control_P16 1.35 .489 20

Stimulus_control_P17 1.40 .503 20

Stimulus_control_P18 1.35 .489 20

Kualitas_hidup_P1 2.40 .503 20

Kualitas_hidup_P2 2.45 .510 20

Kualitas_hidup_P3 2.45 .510 20

Page 76: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Kualitas_hidup_P4 2.40 .503 20

Kualitas_hidup_P5 2.45 .510 20

Kualitas_hidup_P6 2.35 .489 20

Kualitas_hidup_P7 2.40 .503 20

Kualitas_hidup_P8 2.45 .510 20

Kualitas_hidup_P9 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P10 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P11 2.55 .510 20

Kualitas_hidup_P12 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P13 2.55 .510 20

Kualitas_hidup_P14 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P15 2.55 .510 20

Kualitas_hidup_P16 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P17 2.55 .510 20

Kualitas_hidup_P18 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P19 2.45 .510 20

Kualitas_hidup_P20 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P21 2.55 .510 20

Kualitas_hidup_P22 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P23 2.45 .510 20

Kualitas_hidup_P24 2.40 .503 20

Kualitas_hidup_P25 2.50 .513 20

Kualitas_hidup_P26 2.45 .510 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Self_monitoring_P1 87.95 409.629 .954 .996

Self_monitoring_P2 88.00 411.368 .891 .996

Self_monitoring_P3 87.90 409.147 .963 .996

Self_monitoring_P4 87.95 409.629 .954 .996

Self_monitoring_P5 88.00 411.368 .891 .996

Self_monitoring_P6 87.90 409.147 .963 .996

Self_reward_P7 87.95 409.629 .954 .996

Self_reward_P8 87.90 409.147 .963 .996

Self_reward_P9 88.00 411.368 .891 .996

Self_reward_P10 87.95 409.629 .954 .996

Self_contracting_P11 88.00 411.368 .891 .996

Self_contracting_P12 87.95 409.629 .954 .996

Page 77: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Self_contracting_P13 88.00 411.368 .891 .996

Self_contracting_P14 87.95 409.629 .954 .996

Stimulus_control_P15 87.95 409.629 .954 .996

Stimulus_control_P16 88.00 411.368 .891 .996

Stimulus_control_P17 87.95 409.629 .954 .996

Stimulus_control_P18 88.00 411.368 .891 .996

Kualitas_hidup_P1 86.95 409.629 .954 .996

Kualitas_hidup_P2 86.90 409.147 .963 .996

Kualitas_hidup_P3 86.90 409.147 .963 .996

Kualitas_hidup_P4 86.95 409.629 .954 .996

Kualitas_hidup_P5 86.90 409.147 .963 .996

Kualitas_hidup_P6 87.00 411.368 .891 .996

Kualitas_hidup_P7 86.95 409.629 .954 .996

Kualitas_hidup_P8 86.90 409.147 .963 .996

Kualitas_hidup_P9 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P10 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P11 86.80 411.221 .860 .997

Kualitas_hidup_P12 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P13 86.80 411.221 .860 .997

Kualitas_hidup_P14 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P15 86.80 411.221 .860 .997

Kualitas_hidup_P16 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P17 86.80 411.221 .860 .997

Kualitas_hidup_P18 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P19 86.90 409.147 .963 .996

Kualitas_hidup_P20 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P21 86.80 411.221 .860 .997

Kualitas_hidup_P22 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P23 86.90 409.147 .963 .996

Kualitas_hidup_P24 86.95 409.629 .954 .996

Kualitas_hidup_P25 86.85 409.713 .930 .996

Kualitas_hidup_P26 86.90 409.147 .963 .996

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

89.35 429.292 20.719 44

Keterangan: Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai r tabel pada uji coba kuesioner sebanyak 20 responden yaitu 0,444 dan didapatkan nilai r hitung pada kolom Corrected

Page 78: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r tabel , maka dapat disimpulkan bahwa dari 44 pertanyaan yang sudah dijawab oleh 20 responden dinyatakan valid .

Didapatkan nilai Cronbach's Alpha 0,997, maka dapat disimpulkan bahwa 44 pertanyaan yang dijawab oleh responden berdasarkn nilai alpha pada tabel reliabilitas diatas dapat ditarik suatu kesimpulan seluruh jawaban responden sangat reliable karena berada pada rentang alpha 0,80-1,00.

Tabel Reliabilitas berdasarkan nilai alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00-0,20 Kurang reliable 0,20-0,40 Agak reliable 0,40-0,60 Cukup reliable 0,60-0,80 reliable 0,80-1,00 Sangat reliable

Page 79: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Output Analisis univariat Frequency Table

self_monitoring

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 18 64.3 64.3 64.3

baik 10 35.7 35.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Self_reward

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 15 53.6 53.6 53.6

baik 13 46.4 46.4 100.0

Total 28 100.0 100.0

Self_contracting

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 18 64.3 64.3 64.3

baik 10 35.7 35.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Stimulus_control

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 17 60.7 60.7 60.7

baik 11 39.3 39.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Kualitas_hidup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang baik 16 57.1 57.1 57.1

baik 12 42.9 42.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 80: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 24 85.7 85.7 85.7

laki-laki 4 14.3 14.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pendidikan rendah (Tidak

sekolah, SD, SMP)

10 35.7 35.7 35.7

pendidikan tinggi (SMA,PT) 18 64.3 64.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Statistics

Usia

N Valid 28

Missing 0

Mean 37.29

Std. Deviation 13.668

Minimum 28

Maximum 65

Page 81: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Output Bivariat Crosstabs 1. Hubungan Self Monitoring dengan Kualitas hidup

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

self_monitoring *

Kualitas_hidup

28 100.0% 0 .0% 28 100.0%

self_monitoring * Kualitas_hidup Crosstabulation

Kualitas_hidup

Total kurang baik baik

self_monitoring kurang baik Count 14 4 18

% within self_monitoring 77.8% 22.2% 100.0%

baik Count 2 8 10

% within self_monitoring 20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 16 12 28

% within self_monitoring 57.1% 42.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.763a 1 .003

Continuity Correctionb 6.563 1 .010

Likelihood Ratio 9.165 1 .002

Fisher's Exact Test .005 .005

Linear-by-Linear Association 8.450 1 .004

N of Valid Cases 28

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan: pada footnote a dibawah kotak chi-square test tertulis nilai 1 cell (25,0%)

berarti pada tabel silang diatas ditemukan ada nilai E (Expected) < 5 maka yang

digunakan adalah fisher’s Exact test, jadi p value nya adalah 0,005

Page 82: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

self_monitoring (kurang baik /

baik)

14.000 2.080 94.236

For cohort Kualitas_hidup =

kurang baik

3.889 1.099 13.764

For cohort Kualitas_hidup =

baik

.278 .111 .696

N of Valid Cases 28

2. Hubungan Self reward dengan kualitas hidup Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Self_reward * Kualitas_hidup 28 100.0% 0 .0% 28 100.0%

Self_reward * Kualitas_hidup Crosstabulation

Kualitas_hidup

Total kurang baik baik

Self_reward kurang baik Count 13 2 15

% within Self_reward 86.7% 13.3% 100.0%

baik Count 3 10 13

% within Self_reward 23.1% 76.9% 100.0%

Total Count 16 12 28

% within Self_reward 57.1% 42.9% 100.0%

Page 83: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.499a 1 .001

Continuity Correctionb 9.049 1 .003

Likelihood Ratio 12.417 1 .000

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 11.088 1 .001

N of Valid Cases 28

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.57.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan: pada footnote a dibawah kotak chi-square test tertulis nilai 0 cell (25,0%)

berarti pada tabel silang diatas tidak ditemukan ada nilai E (Expected) < 5 maka yang

digunakan adalah Continuity Correction, jadi p value nya adalah 0,003

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Self_reward

(kurang baik / baik)

21.667 3.022 155.363

For cohort Kualitas_hidup =

kurang baik

3.756 1.365 10.333

For cohort Kualitas_hidup =

baik

.173 .046 .652

N of Valid Cases 28

3. Hubungan Self Contracting dengan kualitas hidup Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Self_contracting *

Kualitas_hidup

28 100.0% 0 .0% 28 100.0%

Page 84: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Self_contracting * Kualitas_hidup Crosstabulation

Kualitas_hidup

Total kurang baik baik

Self_contracting kurang baik Count 15 3 18

% within Self_contracting 83.3% 16.7% 100.0%

baik Count 1 9 10

% within Self_contracting 10.0% 90.0% 100.0%

Total Count 16 12 28

% within Self_contracting 57.1% 42.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 14.117a 1 .000

Continuity Correctionb 11.281 1 .001

Likelihood Ratio 15.521 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 13.612 1 .000

N of Valid Cases 28

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan: pada footnote a dibawah kotak chi-square test tertulis nilai 1 cell (25,0%)

berarti pada tabel silang diatas ditemukan ada nilai E (Expected) < 5 maka yang

digunakan adalah fisher’s Exact test, jadi p value nya adalah 0,000

Page 85: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Self_contracting (kurang baik

/ baik)

45.000 4.044 500.693

For cohort Kualitas_hidup =

kurang baik

8.333 1.283 54.114

For cohort Kualitas_hidup =

baik

.185 .065 .531

N of Valid Cases 28

4. Hubungan Stimulus Control dengan kualitas hidup Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Stimulus_control *

Kualitas_hidup

28 100.0% 0 .0% 28 100.0%

Stimulus_control * Kualitas_hidup Crosstabulation

Kualitas_hidup

Total kurang baik baik

Stimulus_control kurang baik Count 14 3 17

% within Stimulus_control 82.4% 17.6% 100.0%

baik Count 2 9 11

% within Stimulus_control 18.2% 81.8% 100.0%

Total Count 16 12 28

% within Stimulus_control 57.1% 42.9% 100.0%

Page 86: Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.230a 1 .001

Continuity Correctionb 8.762 1 .003

Likelihood Ratio 11.968 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 10.829 1 .001

N of Valid Cases 28

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.71.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan: pada footnote a dibawah kotak chi-square test tertulis nilai 1 cell (25,0%)

berarti pada tabel silang diatas ditemukan ada nilai E (Expected) < 5 maka yang

digunakan adalah fisher’s Exact test, jadi p value nya adalah 0,001

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Stimulus_control (kurang baik

/ baik)

21.000 2.913 151.408

For cohort Kualitas_hidup =

kurang baik

4.529 1.268 16.173

For cohort Kualitas_hidup =

baik

.216 .074 .625

N of Valid Cases 28