integrasi imtaq dan iptek dalam pendidikan

13
Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547 Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat) 147 INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN Imam Hidayat* *[email protected] ABSTRACT General knowledge and religious knowledge are the two main points of science that support each other in order to create a generation of superior. Then approach the integration of the science of religion with the science of general be one solution and it is important done. With the approach of such integration can be understood that between the Islamic religious education with general science is essentially one or is bound by faith and tawheed so that learners have a personality that faith and piety (IMTAQ) as well as master the development of science and technology (SCIENCE and technology).And will ultimately create a balance between the needs of the education world and the hereafter. Keywords : Integration, IMTAQ, SCIENCE and technology, Education ABSTRAK Pengetahuan umum dan pengetahuan agama adalah dua poin utama sains yang saling mendukung untuk menciptakan generasi yang unggul. Maka pendekatan integrasi ilmu agama dengan ilmu umum menjadi salah satu solusi dan itu penting dilakukan. Dengan pendekatan integrasi tersebut dapat dipahami bahwa antara pendidikan agama Islam dengan ilmu umum pada dasarnya adalah satu atau terikat oleh iman dan tauhid sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang beriman dan bertakwa (IMTAQ) serta menguasai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (ILMU dan teknologi). Dan pada akhirnya akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan dunia pendidikan dan akhirat. Kata kunci: Integrasi, IMTAQ, ILMU dan teknologi, Pendidikan

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

147

INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Imam Hidayat*

*[email protected]

ABSTRACT

General knowledge and religious knowledge are the two main points of science

that support each other in order to create a generation of superior. Then

approach the integration of the science of religion with the science of general be

one solution and it is important done. With the approach of such integration can

be understood that between the Islamic religious education with general science

is essentially one or is bound by faith and tawheed so that learners have a

personality that faith and piety (IMTAQ) as well as master the development of

science and technology (SCIENCE and technology).And will ultimately create a

balance between the needs of the education world and the hereafter.

Keywords : Integration, IMTAQ, SCIENCE and technology, Education

ABSTRAK

Pengetahuan umum dan pengetahuan agama adalah dua poin utama sains yang

saling mendukung untuk menciptakan generasi yang unggul. Maka pendekatan

integrasi ilmu agama dengan ilmu umum menjadi salah satu solusi dan itu penting

dilakukan. Dengan pendekatan integrasi tersebut dapat dipahami bahwa antara

pendidikan agama Islam dengan ilmu umum pada dasarnya adalah satu atau

terikat oleh iman dan tauhid sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang

beriman dan bertakwa (IMTAQ) serta menguasai pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (ILMU dan teknologi). Dan pada akhirnya akan

menciptakan keseimbangan antara kebutuhan dunia pendidikan dan akhirat.

Kata kunci: Integrasi, IMTAQ, ILMU dan teknologi, Pendidikan

Page 2: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

148

A. Urgensi Integrasi Ilmu Agama dan

Ilmu Umum

Islam sebagai agama yang

hanif, telah memberikan perhatian

yang besar terhadap ilmu

pengetahuan. Bahkan, perintah

pertama sekaligus wahyu yang

diterima oleh Nabi Muhammad

SAW adalah perintah iqra’ atau

membaca. Lalu perintah membaca

itu dibarengi dengan bismi

rabbikalladzi khalaq ,yaitu َ dengan

menyebut nama Tuhanmu.

Penggalan ayat yang mengiringi

perintah iqra’ ini menunjukkan

bahwa umat Islam harus

mengembangkan ilmu pengetahuan,

tetapi ilmu itu harus dilandasi oleh

iman yang kuat kepada Allah SWT.1

Namun salah satu persoalan

dalam dunia pendidikan Islam

dewasa ini adalah adanya dikotomi

antara ilmu agama dengan ilmu

umum. Dualisme dikotomik ini,

nampaknya sudah berkembang dan

dianggap sebagai sistem pendidikan

1 Lihat Muhammad Abduh, Tafsir juz

‘Amma, Penj. Muhammad Bagir,

(Bandung: Mizan, 1999), cet. ke-5,

hal. 247-250 dan Hamka, Tafsir al-

Azhar juz XXX, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 2002), hal. 214-216

modern yang sesuai dengan zaman,

terutama di era globalisasi ini.2

Pada era awal hingga abad

pertengahan, sistem pendidikan

yang dikembangkan oleh umat

Islam sesungguhnya tidak mengenal

adanya dikotomi antara ilmu agama

Islam dengan ilmu umum.

Pendidikan Islam yang

dikembangkan justru mengemban

misi untuk mengantarkan peserta

didiknya agar dapat mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat

secara seimbang dan integral. Hal

ini sesuai dengan konsep dasar

pendidikan Islam itu sendiri, yang

tidak mengenal dikotomi ilmu.

Sebab secara normatif-konseptual,

dalam Islam tidak dijumpai adanya

dikotomi tersebut.3

2 Muslih Usa, "Pendidikan Islam di

Indonesia Antara Cita dan Fakta;

Suatu Pengantar" dalam Syafi'i

Ma'arif, Pendidikan Islam di

Indonesia; Antara Cita dan Fakta,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,

1991), hal. 3

3 Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang

menjelaskan bahwa pada hakikatnya

semua ilmu berasal dari Allah semata,

sehingga semua ilmu tersebut

berbasiskan kepada tauhid (Qs. al-

Baqarah/2: 32). Surat al-‘alaq ayat 5

juga mengisyaratkan bahwa semua

Page 3: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

149

Dalam Islam, digunakan

paradigma tauhid dimana semua

ilmu pada hakekatnya berasal dari

Allah. Ilmu-ilmu umum yang dikenal

dewasa ini basis kajiannya lebih

menekankan pada ayat-ayat

kauniyah. Sebaliknya ilmu-ilmu

agama lebih menekankan pada ayat-

ayat qauliyah. Kedua bentuk ayat-

ayat tersebut merupakan ayat-ayat

Allah yang mesti dibaca setiap

muslim sesuai dengan

kemampuannya.4 Namun dalam

perkembangan selanjutnya, umat

Islam mulai terjebak pada system

pendidikan yang dikotomis.5

ilmu yang diperoleh oleh manusia

juga berasaldari Allah SWT

4 Muhammad Kosim, Integrasi Ilmu

Umum dan Agama, (Padang: Harian

Haluan, 23 September 2005), hal. 5

5 Munculnya dikotomi ilmu ini dapat

dilihat dari dua faktor, yaitu internal

dan eksternal. Faktor internal adalah

terjadinya stagnasi pemikiran di

dunia Islam, terutama sejak abad ke

XVI hingga XVII. Sedangkan faktor

eksternal meliputi: 1) pengaruh

peradaban Barat yang bercorak

sekuler, 2) penjajahan Barat atas

dunia muslim sejak abad XVIII

hingga XIX, 3) modernisasi atas

dunia muslim. Lihat Abdul Hamid

Dikotomi yang paling menonjol

adalah di dikotomi ilmu. Selama

beberapa dekade persoalan dikotomi

ilmu yang dihadapi dunia Islam tidak

pernah berhenti dan selalu

dihadapkan pada pembedaan antara

apa yang disebut ilmu Islam dan non

Islam, ilmu barat dan ilmu timur.

Bahkan tampak lebih parah ketika

dikotomi tersebut menjalar sebagai

satu bentuk dikotomi antara ilmu

pengetahuan dan teknologi.6Bentuk

Abu Sulaiman, Krisis Pemikiran

Islam, Penj. Rifyal Ka'bah(Jakarta:

Media Dakwah, 1994), hal. 40; Abd.

Rachman Assegaf, "Kata Pengantar",

dalam Jasa Ungguh Muliawan,

Pendidikan Islam Integratif, Upaya

Mengintegrasikan Kembali Dikotomi

Ilmu dan Pendidikan Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

hal. viii-ix; Ikhrom, "Dikhotomi

Sistem Pendidikan Islam (Upaya

Mengungkap Sebab-sebab dan

Penyelesaiannya)",dalam Ismail SM,

et. al. (ed.), Paradigma Pendidikan

Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2001), hal. 84; Ziauddin Sardar,

Rekayasa Masa Depan Peradaban

Muslim, Penj. Rahma Astuti,

(Bandung: Mizan, 1986), hal. 75

6 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan

Islam Integratif, Upaya

Mengintegrasikan Kembali Dikotomi

Page 4: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

150

dikotomi lain juga terjadi berupa

adanya pengelompokan antara

pendidikan umum di satu pihak dan

pendidikan agama di pihak lain.

Dalam sejarah pendidikan

Islam, dikotomi ilmu ke dalam ilmu

agama dan ilmu non-agama (umum)

sudah lama terjadi dan telah dikenal

dalam karya-karya klasik. Al-

Ghazali, misalnya, dalam kitabnya

Ihya' Ulum al-Din menyebut kedua

jenis ilmu tersebut sebagai 'Ulm

syar'iyyah dan ghairsyar'iyyah.

Begitu juga Ibn Khaldun, menyebut

keduanya sebagai al-'Ulum al-

Naqliyyah dan al-'Ulum al-'Aqliyah.

Akan tetapi dikotomi ini tidaklah

menimbulkan problem dalam sistem

pendidikan Islam ketika itu, sebab

dikotomi yang dimaksud hanyalah

pemilahan atau pengklasifikasian

ilmu, bukan pemisahan antara

keduanya sehingga yang satu

menolak kebenaran yang lainnya.7

Ilmu dan Pendidikan Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

hal. 1

7 Mulyadi Kartanegara, Integrasi

Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik

(Bandung: Mizan, 2005), hal. 19 dan

45

Jika pengelompokan itu

hanya sekedar "pemilahan"

spesifikasi ilmu pengetahuan seperti

yang dijelaskan di atas, tidaklah

menjadi persoalan. Tetapi yang

menjadi permasalahan selanjutnya

adalah pengelompokan pendidikan

itu justru berimplikasi kepada

adanya dikotomi ilmu pengetahuan

dalam artian terjadinya pembagian

atas dua konsep yang saling

bertentangan,8 sebagaimana yang

terjadi di dunia Barat. Dikotomi

ilmu yang terjadi di Barat

mengakibatkan sains modern Barat

sering menganggap rendah status

keilmuan ilmu-ilmu keagamaan,

sebab dianggap tidak ilmiah karena

objek-objeknya tidak empiris.9

Dikotomi ilmu ini juga dapat

dilihat dari kurikulum pendidikan

yang dikembangkan, terutama pada

bidang studinya. Dalam kurikulum

tersebut dikenal pelajaran pendidikan

agama Islam yang mencakup

pendidikan agama di sekolah umum,

8Mujamil Qomar, Epistemologi

Pendidikan Islam dari Metode

Rasional hingga Metode Kritik,

(Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 74

9 Mulyadi Kartanegara, Ibid , hal. 20

Page 5: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

151

sedangkan di madrasah pelajaran ini

meliputi fiqh, al-Qurân hadis, sejarah

kebudayaan Islam, aqidah akhlak,

dan bahasa arab. Sementara bidang

studi lain, seperti matematika,

bahasa, IPA, IPS, tidaklah dianggap

sebagai ilmu agama. Tampaknya

istilah ini hanya pengelompokan

saja. Disebut pelajaran agama Islam

mengingat bahwa bidang studi ini

hanya dipelajari oleh umat Islam

saja, sementara agama lainnya

tidaklah mempelajarinya. Tetapi

pengistilahan ini dapat

mempengaruhi persepsi masyarakat

bahwa pelajaran umum bukanlah

bagian dari ilmu yang diperintahkan

dalam Islam. Akhirnya muncullah

paradigma yang dikotomis terhadap

ilmu pengetahuan. Jika hal ini

terjadi, maka dikotomi dalam arti

pengelompokan ini dapat

mengantarkan peserta didik kepada

dikotomi dalam artian

mempertentangkan setidaknya

memisahkan antara ilmu agama dan

ilmu umum sebagaimana yang telah

dilakukan.

Adanya pembagian ilmu

tersebut dapat mengakibatkan

hubungan antara keduanya tidak

harmonis dan dikotomis sehingga

menimbulkan bahaya bagi peradaban

umat Islam pada masa-masa

selanjutnya. Menurut Abuddin Nata,

dkk, orang-orang Islam yang hanya

mengandalkan ilmu agama Islam

dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya menyebabkan ia kurang

mampu menghadapi tantangan

zaman serta merebut peluang dalam

persaingan global. Akibatnya,

mereka kalah bersaing yang pada

gilirannya membawa kemunduran

dan keterbelaka-ngan sebagaimana

yang terjadi pada masa imperialisme

Belanda dan Jepang di Indonesia

atau pada masa penjajahan Barat atas

dunia Islam pada umumnya.

Sebaliknya, jika ilmu umum yang

tidak berdasarkan pada agama

tersebut menyebabkan terjadinya

kemajuan yang luas dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tetapi ilmu pengetahuan dan

teknologi yang tidak didasarkan pada

ilmu agama tersebut menyebabkan

terjadinya penyalahgunaan iptek

untuk tujuan-tujuan yang

menghancurkan umat manusia.10

Dengan demikian, ketika

ilmu umum dipisahkan dari ilmu

agama, maka ilmu umum tersebut

akan kehilangan daya

spiritualitasnya. Ilmu semacam ini

juga akan berkembang secara bebas

nilai sehingga apa yang dihasilkan

bisa menimbulkan mudharat yang

10 Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu

Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005),hal. 6

Page 6: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

152

lebih besar dari pada manfaat.

Sebaliknya, ketika ilmu agama

dipahami tanpa mengintegrasikannya

dengan ilmu umum maka ilmu

agama tersebut akan "melangit",

dipahami bersifat transcendental dan

sangat abstrak sehingga tidak mampu

diterapkan dalam action yang nyata.

Penyakit dikotomis keilmuan

seperti ini menjadi salah satu

penyebab kemunduran umat Islam.

Ajaran kitab suci ayat al-Qurân yang

kaya akan pesan-pesan moral dan

ilmu pengetahuan hanya dipahami

secara parsial. Akibatnya, sistem

pendidikan Islam--sebagai

manifestasi daripada pesan-pesan

tersebut yang berlangsung selama ini

mengalami alienasi dan bahkan

terkesan under class dibandingkan

dengan lembaga-lembaga

kependidikan lainnya.11

Berangkat dari persoalan di

atas, maka pendekatan integrasi ilmu

agama dengan ilmu umum menjadi

salah satu solusi dan penting

dilakukan. Dengan pendekatan

integrasi tersebut dapat dipahami

bahwa antara pendidikan agama

Islam dengan ilmu pengetahuan

11 Imam Tolkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela

Pendidikan; Mengurai akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan

Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004),

hal. 26-27

umum pada dasarnya adalah satu

atau terikat oleh keimanan dan tauhid

sehingga peserta didik memiliki

kepribadian yang beriman dan

bertaqwa (IMTAQ) serta menguasai

perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK).12

B. Peranan Ilmu Umum Terhadap

Peningkatan Iman dan Taqwa

Meskipun istilah ”ilmu

umum” masih digunakan sebagai

bentuk klasifikasi keilmuan, akan

tetapi dalam perspektif Islam jenis

ilmu ini tetap diyakini sebagai

anugerah dan berasal dari Allah.

Jenis ilmu umum yang bersifat

ilmiah, yang mengkaji alam semesta,

atau biasanya disebut dengan

science, dapat dikelompokkan

kepada ayat- ayat kauniyah.

Sementara al-Qurân sendiri disebut

sebagai kelompok ayat-ayat

qauliyah, al-Qurân sebagai ayat-ayat

qauliyah juga memotivasi umat

Islam untuk memahami ayat-ayat

kauniyah tersebut. Hal itu dapat

dilihat dari besarnya perhatian al-

Qurân terhadap ilmu pengetahuan.

Bahkan tidak kurang dari 750 ayat

yang berbicara tentang ilmu atau

12 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan

Islam, (Jakarta: Grasindo bekerja sama

dengan IAIN Syarif Hidayatullah, 2001),

hal 239

Page 7: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

153

keharusan mencari ilmu, termasuk

ilmu-ilmu umum tersebut. Ayat-ayat

tersebut antara lain terkait dengan

perintah menggunakan akal

(la’allakum ta’qilun), agar

memperhatikan jagad raya (afala

yanzhurun), mendalami dan

memahami ajaran agama

(yatafaqqahun), merenungkan tanda-

tanda kekuasaan Allah

(yatadabbarun) dan perintah

membaca (iqra’).13

Ayat-ayat tersebut secara

keseluruhan berkaitan dengan

aktivitas mengembangkan ilmu

pengetahuan. Seluruh istilah tersebut

dapat dipergunakan sesuai dengan

bidang ilmu yang akan

dikembangkannya. Untuk

mengembangkan ilmu agama,

misalnya digunakan kata

yatafaqqahun. Untuk

mengembangkan ilmu-ilmu yang

bersifat filosofis dan humaniora

digunakan kata la’allakum ta’qilun.

Untuk mengembangkan ilmu-ilmu

alam (natural sciences) digunakan

kata-kata afala yanzhurun.

Sedangkan untuk mengembangkan

ilmu yang berkaitan dengan

13 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif

al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 81

pengembangan ruhani manusia

digunakan kata yatadabbarun.

Dengan demikian munculnya

berbagai istilah yang amat beragam

dalam al-Qurân menunjukkan adanya

keragaman dalam ilmu pengetahuan.

Hal ini sekaligus memberi isyarat

bahwa al-Qurân mengakui eksistensi

fan fungsi dari berbagai macam ilmu

pengetahuan tersebut dalam

kehidupan umat manusia.14

Ilmu-ilmu umum yang

tergolong kepada ayat-ayat kauniyah

tersebut juga turut berperan dalam

meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan seorang hamba. Dalam

surat al-Anfal/8 ayat 2 juga

ditegaskan: ....apabila dibacakan

ayat-ayatNya bertambahlah iman

mereka (karenanya)….

Ayat-ayat Allah tersebut

tentu tidak hanya ayat-ayat qauliyah,

akan tetapi juga termasuk ayat-ayat

kauniyah. Dengan pemahaman

seperti itu, maka ilmu-ilmu umum

tersebut sejatinya mampu

meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan peserta didik kepada

Allah SWT serta memiliki sikap

keberagamaan secara baik. Untuk

itu, mata pelajaran umum yang ada

di sekolah perlu mengintegrasikan

14 Ibid , hal. 81-82

Page 8: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

154

PAI sehingga eksistensinya mampu

memenuhi konsep di atas.

C. Secara Yuridis Formal, Iman

dan Taqwa Merupakan Inti

Dari Tujuan Pendidikan Nasional

Peningkatan Keimanan dan

Ketaqwaan (Imtaq) Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa merupakan amanat

UUD 1945 (amandemen) Pasal 31

ayat (3) yaitu: ”Tujuan Pendidikan

Nasional meningkatkan keimanan

dan ketaqwaan dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional

juga ditegaskan bahwa peningkatan

Imtaq merupakan salah satu tujuan

pendidikan nasional, yaitu

”mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, akhlak mulia sehat,

beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan

warga warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Selanjutnya dalam Visi

Depdiknas yang tertuang dalam

Rencana Strategis Depdiknas 2005 –

2009 disebutkan “Insan Indonesia

Cerdas dan Kompetitif (Insan

Kamil/Insan Paripurna)”. Untuk

mencapai visi tersebut Depdiknas

telah merumuskan misi

”mewujudkankan pendidikan yang

mampu membangun insan Indonesia

cerdas komprehensif dan kompetitif

dengan melaksanakan misi

pendidikan nasional”. Dalam

pengertian ini yang menjadi core

(inti) tujuan pendidikan nasional

adalah manusia yang beriman dan

bertaqwa.15

Implementasinya, dalam PP

Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan

disebutkan: “Kurikulum untuk jenis

pendidikan umum, kejuruan, dan

khusus pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah terdiri atas: (1)

kelompok mata pelajaran agama dan

akhlak mulia, (2) kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian, (3) kelompok

mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi,

(4) kelompok mata pelajaran

estetika, dan (5) kelompok mata

pelajaran jasmani, olahraga, dan

kesehatan. Khususnya untuk

Kelompok mata pelajaran agama dan

akhlak mulia dilaksanakan melalui

15 Depag RI, Pemberdayaan Sekolah

Berwawasan IMTAQ, Departemen

Agama Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Pembinaan Pendidikan

Agama dan Akhlak Mulia, Jakarta :

2007

(http://man2madiun.net/userfiles/file/

IMTAQ.pdf)

Page 9: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

155

muatan dan/atau kegiatan agama,

akhlak mulia, kewarganegaraan,

kepribadian, ilmu pengetahuan dan

teknologi, estetika, jasmani,

olahraga, dan kesehatan.” Dengan

demikian setiap lembaga pendidikan,

baik madrasah maupun sekolah,

seyogyanya memberikan perhatian

yang amat besar terhadap

peningkatan keimanan dan

ketaqwaan tersebut. Alasan yuridis

formal ini juga turut memperkuat

pentingnya pengintegrasian PAI ke

dalam mata pelajaran umum. Mata

pelajaran PAI mesti mewarnai dan

menjadi ruh/jiwa dari mata pelajaran

umum tersebut.

D. Tanggung Jawab Setiap Guru

Muslim Dalam Mendidik

Keislaman Peserta Didik

Dalam Perspektif pendidikan

Islam, guru disebut sebagai abu al-

ruh, yaitu orang tua spiritual. Artinya

setiap guru, khususnya yang

beragama Islam terlepas apakah dia

guru bidang studi agama atau tidak

bertugas dan memiliki tanggungjaab

dalam membimbing dan mendidik

sikap keberagamaan peserta didik

sehingga melahirkan akhlakul

karimah. Guru membawa misi

penyempurnaan akhlak, sebagaimana

misi diutusnya Rasulullah

Muhammad SAW. Nabi sendiri

dengan tegas pernah bersabda:

Innama buitstu liutammima

makaarima al-akhlaq, artinya

sesungguhnya aku diutus adalah

untuk menyempurnakan akhlak

(manusia). Lantaran itu, tidak salah

jika Ahmad Tafsir mengatakan

bahwa posisi guru setingkat di bawah

Nabi, sebagaimana yang ia pahami

dalam sabda Nabi, al-Ulama'u

waratsatu al-Anbiya', (Ulama

[menurutnya termasuk guru] adalah

pewaris para nabi).16 Guru dalam

pemahaman seperti ini tidak hanya

dibatasi pada guru yang mengajarkan

mata pelajaran PAI an sich. Sebab,

setiap ilmu yang dimiliki oleh setiap

guru, baik di bidang sains, sosial dan

lainnya pada hakikatnya bersumber

dari Yang Maha Esa, yaitu Allah

SWT, sebagaimana yang telah

dijelaskan di atas. Selain itu, secara

yuridis formal juga telah

dikemukakan di atas bahwa

keimanan dan ketakwaan merupakan

inti dari tujuan pendidikan nasional.

Sementara dalam UU No 14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pada pasal 6 bahwa "kedudukan guru

dan dosen sebagai tenaga

professional bertujuan untuk

16 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam

Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), cet. ke-4, hal. 67

Page 10: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

156

melaksanakan sistem pendidikan

nasional dan mewujudkan tujuan

pendidikan Nasional". Jadi, setiap

guru dituntut untuk berperan aktif

dalam mendidik sikap keberagamaan

setiap peserta didiknya. Setidaknya

sikap keberagamaan itu berkenaan

dengan mata pelajaran yang diasuh

oleh guru tersebut, sehingga guru

agama tidak lagi menjadi satu-

satunya guru yang bertanggung

jawab dalam mendidik sikap

keberagamaan peserta didiknya, baik

berkenaan dengan aqidah, ibadah,

maupun akhlak. Ketika terjadinya

penyimpangan akhlak terjadi pada

siswa, maka yang

dikambinghitamkan tidak saja guru

PAI. Misalnya, ketika seorang anak

yang juga siswa diberikan

orangtuanya uang sebesar

Rp10.000,00 untuk membeli seliter

beras seharga Rp8.000,00 si anak

hanya mengembalikan uang

Rp1000,00. Dalam kasus ini, yang

dipersoalkan bukan guru agama saja,

tetapi yang lebih dipersoalakan

adalah guru matematika, sebab

10.000 – 8.000 = 2.000, lalu kenapa

si anak hanya mengembalikan

Rp1000,00? Jadi, guru matematika

bertanggungjawab dalam mendidik

akhlak siswanya agar tidak curang

dalam takaran; guru bahasa

bertanggungjawab mendidik akhlak

siswanya dalam berbicara, sehingga

tidak mengucapkan kata-kata kotor

(mencarut); guru IPA

bertanggungjawab mendidik akhlak

siswa agar tidak melakukan

pencemaran terhadap alam; demikian

juga untuk guru-guru bidang studi

lainnya akan bertanggungjawab

dalam mendidik akhlak peserta

didiknya, setidaknya yang

berhubungan dengan bidang studi

yang diasuhnya.17

Untuk itu setiap guru

diharapkan mampu melakukan

pendekatan keagamaan dan

pendekatan integral dalam konteks

keagamaan ketika melakukan proses

pembelajaran kepada siswanya,

khususnya guru yang beragama

Islam berhadapan dengan peserta

didik yang beragama Islam. Artinya

pengintegrasian PAI ke dalam mata

pelajaran umum penting dilakukan.

E. Upaya Integrasi Imtaq dan Iptek

dalam Sistem Pendidikan Nasional

17 Muhammad Kosim, Tanggung Jawab Guru

dalam Mendidik Akhlak Siswa, Padang: Harian

Padang Ekspres, 23 Maret 2007;

Gagasan ini juga pernah disampaikan

oleh Prof. Ramayulis ketika penulis

mengikuti perkuliahan mata kuliah

“Ilmu Pendidikan Islam” di tingkat

Program Magister PPs.

IAIN Imam

Bonjol Padang pada tahun 2005.

Page 11: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

157

Pentingnya upaya

pengintegrasian ilmu agama (PAI)

dengan ilmu umum juga disadari

oleh pemerintah melalui Departemen

Pendidikan Nasional dan

Departemen Agama. Pada era 1990-

an Ditjen Dikdasmen telah

melaksnakan satu kegiatan dengan

nama Peningkatan Wawasan

Kependidikan bagi Guru Agama

(PWKGA) untuk meningkatkan

wawasan kependidikan bagi guru

Pendidikan Agama Islam (PAI).

Kegiatan ini dilaksanakan melalui

kerjasama antara Depdikbud dengan

Departemen Agama berdasarkan

Keputusan Bersama Dirjen

Kelembagaan Agama Islam dan

Dirjen Dikdasmen tanggal 5 Mei

1992 Nomor: 20/E/92 dan

157/C/Kep/PG/1992 tentang

Pembentukan Tim Nasional

Peningkatan Wawasan Kependidikan

Guru Agama Bidang Pendidikan

Agama Islam TK, SD, SMP dan

SLTA. Kegiatan ini memperoleh

respon yang sangat positif dari para

guru agama, karena melalui program

ini, kedudukannya kini menjadi

sejajar dengan guru mata pelajaran

umum di sekolah. Guru PAI bukan

hanya telah memperoleh wawasan

yang lebih luas tentang pendidikan,

tetapi juga merasa memperoleh

perhatian yang sama dengan guru-

guru yang lain di sekolah.18

Setelah sasaran program

PWKGA dinilai telah dapat dicapai,

maka sejak tahun 1994 bidang

garapan program ini kemudian

diarahkan untuk meningkatkan

wawasan keagamaan bagi guru-guru

non-PAI. Kegiatan ini dikenal

dengan nama PWKG (Peningkatan

Wawasan Keagamaan bagi Guru).

Dalam perkembangkan selanjutnya,

program PWKG kemudian

dikembangkan menjadi program

peningkatan Imtaq dengan sasaran

untuk melibatkan seluruh komponen

pendidikan di sekolah. Program ini

kemudian dikenal dengan nama

Peningkatan Imtaq Siswa.

Mengingat kelahiran Ditjen

Peningkatan Mutu Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (PMPTK)

yang antara lain bertanggung jawab

mengenai kebijakan mutu pendidik

18 Depag RI, Pemberdayaan Sekolah

Berwawasan IMTAQ, Departemen

Agama Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Pembinaan Pendidikan

Agama dan Akhlak Mulia, Jakarta :

2007

(http://man2madiun.net/userfiles/file/

IMTAQ.pdf)

Page 12: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

158

dan tenaga kependidikan, maka

program peningkatan Imtaq siswa

kemudian tidak lagi terlalu

berorientasi kepada pelatihan guru

atau pendidik, tetapi lebih

berorientasi pada upaya

pemberdayaan lembaga pendidikan

sekolah berwawasan Imtaq.

Ada lima strategi yang

dikembangkan oleh Direktorat

Jenderal Manajemen Pendidikan

Dasar dan Menengah dalam upaya

peningkatan keimanan dan

ketaqwaan tersebut, yaitu: (1)

optimalisasi pelaksanaan Pendidikan

Agama Islam, (2) integrasi Iptek dan

Imtaq dalam proses pembelajaran,

(3) pelaksanaan kegiatan ekstra

kurikuler berwawasan Imtaq, (4)

penciptaan situasi yang kondusif

dalam kehidupan sosial di sekolah,

dan (5) melaksanakan kerjasama

antara sekolah dengan orang tua dan

masyarakat. Dari lima strategi

tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa dalam metodologi

pembelajaran, integrasi mata

pelajaran PAI ke dalam mata

pelajaran umum dapat dijadikan

sebagai salah satu pendekatan untuk

meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan peserta didik. Dalam hal

ini diperlukan beberapa keterampilan

dan kerja sama guru agama dan guru

umum.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu

Agama dan Ilmu Umum,

(Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2005),hal. 6

Abuddin Nata, Paradigma

Pendidikan Islam, (Jakarta:

Grasindo bekerja sama

dengan IAIN Syarif

Hidayatullah, 2001), hal 239

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan

dalam Perspektif Islam,

(Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), cet. ke-4,

hal. 67

Depag RI, Pemberdayaan Sekolah

Berwawasan IMTAQ,

Departemen Agama

Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah Pembinaan

Pendidikan Agama dan

Akhlak Mulia, Jakarta : 2007

(http://man2madiun.net/userfi

les/file/IMTAQ.pdf)

Imam Tolkhah dan Ahmad Barizi,

Membuka Jendela

Pendidikan; Mengurai akar

Tradisi dan Integrasi

Keilmuan Pendidikan Islam,

(Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), hal. 26-27

Jasa Ungguh Muliawan,

Pendidikan Islam Integratif,

Upaya Mengintegrasikan

Kembali Dikotomi Ilmu dan

Pendidikan Islam,

Page 13: INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PENDIDIKAN

Volume 1, Edisi 5, Januari 2018 ISSN: 2302-0547

Integrasi IMTAQ.......(Imam Hidayat)

159

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), hal. 1

Muhammad Abduh, Tafsir juz

‘Amma, Penj. Muhammad

Bagir, (Bandung: Mizan,

1999), cet. ke-5, hal. 247-250

dan Hamka, Tafsir al-Azhar

juz XXX, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 2002), hal. 214-216

Muhammad Kosim, Integrasi Ilmu

Umum dan Agama, (Padang:

Harian Haluan, 23 September

2005), hal. 5

Muhammad Kosim, Tanggung

Jawab Guru dalam Mendidik

Akhlak Siswa, Padang: Harian

Padang Ekspres, 23 Maret

2007; Gagasan ini juga

pernah disampaikan oleh

Prof. Ramayulis ketika

penulis mengikuti

perkuliahan mata kuliah

“Ilmu Pendidikan Islam” di

tingkat Program Magister

PPs. IAIN Imam Bonjol

Padang pada tahun 2005.

Mujamil Qomar, Epistemologi

Pendidikan Islam dari

Metode Rasional hingga

Metode Kritik, (Jakarta:

Erlangga, 2005), hal. 74

Mulyadi Kartanegara, Integrasi

Ilmu: Sebuah Rekonstruksi

Holistik (Bandung: Mizan,

2005), hal. 19 dan 45

Muslih Usa, "Pendidikan Islam di

Indonesia Antara Cita dan

Fakta; Suatu Pengantar" dalam

Syafi'i Ma'arif, Pendidikan

Islam di Indonesia; Antara Cita

dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya, 1991), hal. 3