ujian forklin ver 2
DESCRIPTION
asSasaDadaDadadaDadDAska;SK;aksa;ls;laksl;alskl;aKSAk;lska;lKS;LAks;lak;LSAKS;LKA;lsk;lajD;LJS;jdk;sajdkjaslkdjslajdlksajdlsjdlksjdlksjdlksajdklsajdlkasTRANSCRIPT
NASKAH UJIAN KASUS
FORENSIK KLINIK
Penguji :
dr.Abdul Mun’im Idries,SpF
Oleh :
Mariza Wanda Aprila
030.08.156
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA-RSUPNCM
JAKARTA
PERIODE 12 - 30 NOVEMBER 2012
1
BAB I
ILUSTRASI KASUS PENGANIAYAAN
A. IDENTITAS
a. Nama : Tn.Kharis Suryando
b. Tempat/Tgl lahir : Medan/ 4 Januari 1990
c. Umur : 22 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Kristen
f. Pekerjaan : Mahasiswa
g. Warganegara : Indonesia
h. Alamat : Jl. Percetakan Negara Gg.Muhtar No. 256 C
Rt. 002/006 Cempaka Putih-Jakpus.
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2012 pukul 13.00 WIB di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo.
B. ANAMNESA/ WAWANCARA
Kurang lebih enam belas jam sebelum pemeriksaan (kurang lebih 21.00 WIB) korban
mengaku dicekik oleh satu orang pelaku laki-laki berusia sekitar 20 tahun, kemudian
korban ditonjok kurang lebih sebanyak 3 kali pada wajah. Kemudian lewat tengah
malam, pelaku kembali datang dengan kurang lebih 10 orang temannya dan mengancam
akan memukuli korban. Pagi hari selanjutnya orang tua pelaku dan beberapa teman
pelaku datang dan kembali mengancam untuk memukuli korban. Setelah kejadian
korban mengaku merasakan kebas pada pelipis kiri, korban juga tidak mengalami
pingsan, mual muntah, pandangan ganda dan perdarahan melalui telinga, hidung,
2
tenggorokan dan mulut, dan gangguan menelan. Motif karena korban menegur pelaku
yang menggeber knalpot sepeda motor didepan rumah korban.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis (Sadar penuh)
Pemeriksaan tanda-tanda vital:
-Tekanan darah : 110/70 mmHg
-Frekuensi nadi : 90x/ menit
-Frekuensi napas : 18x/menit
Status Lokalis Luka/ Cedera
1. Pada pelipis kiri, 6cm dari garis pertengahan depan, 2cm diatas sudut luar mata,
tampak pembengkakan sewarna kulit berukuran 1,5cm x 1cm , disekitarnya
ditemukan memar merah keunguan kecil-kecil meliputi area 4cm x 3cm dan nyeri
pada penekanan.
2. Tepat pada sudut luar mata kiri ditemukan memar berwarna merah keunguan
berukuran 4mm x 3mm.
3. Pada leher depan sisi kiri 1c, dari garis pertengahan depan, 2cm dibawah jakun,
tampak memar merah keunguan berukuran 5mm x 5mm.
4. Pada leher depan sisi kiri 1,5 cm dari garis pertengahan depan, tampak luka lecet
berbentuk garis melintang dari kiri ke kanan berukuran 1mm x 2mm.
5. Pada leher sisi kiri 6cm dari garis pertengahan depan, 2cm diatas puncak bahu,
ditemukan luka lecet yang ditutupi keropeng berwarna coklat muda dan dikelilingi
memar coklat kemerahan berukuran 3cm x 0,5cm, dan 2cm dibawah luka tersebut
tampak memar merah keunguan berukuran 3cm x 0,5cm.
3
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN HASIL
Tidak dilakukan pada korban
E. TINDAKAN ATAU PENGOBATAN
Tidak dilakukan pada korban
F. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban laki-laki usia 22 tahun ini ditemukan pembengkakan dan
memar pada wajah dan luka lecet pada leher akibat kekerasan tumpul yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian.
4
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos1086 Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Nomor : 459/VER/X/2012/POLRES JP Jakarta, 26 Oktober 2012
Perihal : Hasil pemeriksaan atas korban bernama Kharis Suryando
Lampiran: -
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Mariza Wanda A, dokter pada Departemen Ilmu Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta, atas permintaan dari Polres Metro Jakarta Pusat tertanggal dua puluh enam Oktober dua ribu dua belas dengan suratnya nomor 459/VER/X/2012/POLRES JP, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh enam Oktober dua ribu dua belas, pukul tiga belas tepat Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi 376-27-20, yang menurut surat tersebut adalah:-------------------------------------------------------------------------------------------Nama : Tn.Kharis Suryando---------------------------------------------------------------------Tempat/Tgl Lahir : Medan/4 Januari 1990------------------------------------------------------------------Umur : 22 tahun-----------------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------------Bangsa : Indonesia----------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Mahasiswa--------------------------------------------------------------------------------Agama : Kristen------------------------------------------------------------------------------------Alamat : Jl.Percetakan Negara Gg.Muhtar No.256C Rt.002/006 Cempaka Putih,JakpusHASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------------------------
1. Korban datang dalam keadaan sadar penuh dengan keadaan umum baik, tampak sakit ringan.---------------------------------------------------------------------------------------------------Korban mengaku pada tanggal dua puluh enam Oktober dua ribu dua belas kurang lebih pukul dua puluh satu Waktu Indonesia bagian Barat, korban mengaku dicekik dan di tonjok kurang lebih sebanyak tiga kali pada wajah oleh seorang laki-laki berusia sekitar dua puluh tahun. Lewat tengah malam, pelaku kembali datang dengan kurang lebih sepuluh orang temannya dan mengancam akan memukuli korban. Pagi hari selanjutnya orang tua pelaku dan beberapa teman pelaku datang dan kembali mengancam untuk memukuli korban.--------------------------------------------------------------------------------------Setelah kejadian korban mengaku merasakan kebas pada pelipis kiri, korban juga tidak mengalami pingsan, mual muntah, pandangan ganda dan perdarahan melalui telinga,
hidung, tenggorokan, dan mulut….
5
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos1086 Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Lanjutan Visum et Repertum Nomor 459/VER/X/2012/POLRES JP
Halaman 2 dari 3 halaman
hidung, tenggorokan dan mulut, dan gangguan menelan.---------------------------------------- 2. Pada korban ditemukan:------------------------------------------------------------------------------
(1) Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran penuh.-------------------------------------(2) Tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh milimeter air raksa, frekuensi nadi
Sembilan puluh kali per menit, frekuensi pernapasan delapan belas kali per menit-----(3) Pada pelipis kiri,enam sentimeter dari garis pertengahan depan,dua sentimeter diatas
sudut luar mata, tampak pembengkakan sewarna kulit berukuran satu koma lima sentimeter kali satu sentimeter, disekitarnya ditemukan memar merah keunguan kecil-kecil meliputi area empat sentimeter kali tiga sentimeter dan nyeri pada penekanan.---
(4) Tepat pada sudut luar mat kiri ditemukan memar bewarna merah keunguan berukuran empat milimeter kali tiga milimeter. -----------------------------------------------------------
(5) Pada leher depan sisi kiri satu sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter dibawah jakun, tampak memar bewarna merah keunguan, ukuran lima milimeter kali lima milimeter.-------------------------------------------------------------------------------------
(6) Pada leher depan sisi kiri, satu koma lima sentimeter garis pertengahan depan, tampak luka lecet berbentuk garis melintang dari kiri ke kanan berukuran satu milimeter kali dua milimeter.-------------------------------------------------------------------------------------
(7) Pada leher sisi kiri enam sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter diatas puncak bahu, ditemukan luka lecet yang ditutupi keropeng berwarna coklat muda dan dikelilingi memar coklat kemerahan berukuran tiga sentimeter kali nol koma lima sentimeter, dan dua sentimeter dibawah luka tersebut tampak memar merah keunguan berukuran tiga sentimeter kali nol koma lima sentimeter.--------------
(8) Tindakan pengobatan: tidak ada ----------------------------------------------------------------(7) Korban dipulangkan dalam keadaan baik.-----------------------------------------------------
KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------------------------- Pada pemeriksaan korban laki-laki usia dua puluh dua tahun ini ditemukan luka memar dengan pembengkakan dan luka lecet pada wajah akibat kekerasan tumpul yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian..--------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).-----------------------------------------------------------------------------------------------
6
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos1086 Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Lanjutan Visum et Repertum Nomor 459/VER/X/2012/POLRES JP
Halaman 3 dari 3 halaman
Dokter pemeriksa,
dr.Mariza Wanda A
SIP 030.08.156
7
BAB II
PEMBAHASAN UMUM
A. Prosedur Medikolegal
Penegakan hukum harus dilakukan dengan seadil-adilnya sessuai dengan fakta yang
sebenarnya.Hal ini membuat penegakan hukum harus berdasarkan pada keilmuan ahli bidang
yang terkait.Bidang kedokteran diberikan penghargaan yang sangat tinggi dalam upaya
menegakkan keadilan yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia.Kedokteran forensik sebagai
ujung tombak bidang peradilan lebih mudah.
Ahli kedokteran forensik,bersama-sama dengan ahli kedokteran lain bertanggung jawab
dalam memberikan penjelasan ( keterangan ahli ) bagi pihak yang menangani kasus hukum yang
sedang berlangsung.Oleh karena itu dokter diharapkan dapat menemukan kelainan pada tubuh
korban,serta dampak yang akan timbul terhadap kesehatannya,jika korban ternyata masih
hidup.Jika korbannya telah meninggal,maka dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab dan
mekanisme kematian.
Kewajiban dokter memberikan keterangan ahli diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (1) :
“ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka,keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,ia
berwenang menagajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahlinya.
Keterangan ahli atas permintaan pihak berwenang untuk kepentingan peradilan akan
dibuat dalam bentuk tulisan.Keterangan ahli yang bertuliskan tersebut disebut Visum et
Repertum,per definisi,adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,baik hidup atau mati,ataupun
bagian atau diduga bagian tubuh manusia,berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk
kepentingan peradilan.
8
Visum et Repertum hanya sah bila dibuat oleh dokter yang telah mengucapkan sumpah
saat mulai menjabat sebagai dokter,yang lafalnya seperti pada No.97 pasal 38,tahun
1882.Komponen Visum et Repertum meliputi kata “Pro Justisia”, pendahuluan, pemberitahuan,
pemberitaan, kesimpulan dan penutup.
Permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakuakan secara tertulis, seperti yang
tertuang pada KUHAP 133 ayat (2) : “ Penemuan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan secara tertulis,yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”.
Permintaan tertulis itu disebut Surat Permintaan Visum ( SPV ).Syarat SPV yang sah
adalah jika berisi kop surat,dugaan penyebab kematian,permintaan apakah pemeriksaan luar dan
atau bedah mayat,serta nama dan tanda tangan peminta visum.
Sesuai peraturan Pmerintahan No.27 Tahun 1983,pihak yang berwenang membuat SPV
adalah penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua.Seorang komandan
kepolisian,tanpa memandang pangkatnya,adalah seorang penyidik dan berhak meminta
keterangan ahli.Apabila pada pembuatan visum et Rpertum jenazah,terdapat permintaan bedah
mayat ( autopsi ),maka penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban
sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat (1): “ Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk
keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.”
Kemudian jika keluarga keberatan,kewajiban penyidik tercantum dlam pasal 134 ayat
(2) : “Dalam hal keluarga keberatan,penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya maksud dan
tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut”. Jika tidak ada keluarga yang meberi tanggapan
atau tidak dapat dihubungi,maka boleh dilakukan autopsi sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat
(3): “Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan ataupun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak ditemukan,penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah
mayat.Pemeriksaan luar merupakan pemeriksaan yang tidak merusak keutuhan jaringan
jenazah,dilakukan secara teliti dan sistematik. Pemeriksaan meliputi tutup/bungkus mayat,
9
perhiasan, pakaian, benda-benda disekitar jenazah, tanda-tanda tanatologi, gigi geligi, identitas
khusus dan luka-luka yang ada di seluruh bagian luar tubuh. Dari pemeriksaan ini kesimpulan
yang didapat adalah jenis luka,jenis kekerasan,dan perkiraan saat kematian.
Jika belum dilakukan autopsi, maka penyebab kematian belum dapat ditentukan. Autopsi
dilakukan dengan membuka tengkorak, dada, leher, perut dan pangkal panggul. Dapat pula
dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti histopatologik, toksikologi, dan lain-
lain untuk menentukan penyebab dan mekanisme kematian.
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
1. Benda-benda mekanik
a. Trauma benda tajam
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai
berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan , tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus
scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).
1) Luka sayat
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh
karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit.
Ciri luka sayat :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
c) Rambut ikut terpotong
d) Jembatan jaringan ( - )
10
e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
2) Luka tusuk
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh.
Contoh:
-Belati, bayonet, keris
-Clurit
-Kikir
-Tanduk kerbau
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
3) Luka bacok
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau
agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.
Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
Ciri luka bacok :
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
11
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan
bagian tubuh yang terkena bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi
b. Trauma benda tumpul
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda yang
mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju, jatuh
dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma
tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:
1) Luka memar (contusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan
di sekitarnya.
Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4
sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di
bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak
dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya
atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang – orang yang gemuk
juga akan mudah terjadi memar.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika di
periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :
Memar Lebam mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian
terendah
Pembengkakan Positif negatif
12
Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan(+) Reaksi jaringan ( - )
2) Luka lecet (abrasio)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :
o Bentuk luka tak teratur
o Batas luka tidak teratur
o Tepi luka tidak rata
o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan
o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )
o Warna coklat kemerahan
o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka
lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda
sebagai berikut :
o Warna kuning mengkilat
o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak
di temukan reaksi jaringan.
3) Luka robek (vulnus laceratum)
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :
o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
13
o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
o Di sekitar garis batas luka di temukan memar
o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda
tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala
maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.
B. Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk mengetahui
penyebab sakit atau luka dan derajat keparahannya. Pemeriksaan yang dilakukan diharapkan
dapat memenuhi rumusan delik dalam KUHP. Walaupun pemeriksaan ini tidak ditujukan untuk
pengobatan, pemeriksaan forensik tetap saja merupakan hal yang sangat penting untuk diberi
perhatian. Hal ini mengingat penegakan hukum adalah semata-mata untuk melindungi hak asasi
manusia.
Seorang dokter harus membuat catatan medik atas semua hasil pemeriksaan medik yang
dilakukan. Pada korban yang diduga korban tindak pidana, pencatatan harus lengkap dan jelas
sehingga dapat digunakan untuk membuat visum et repertum. Catatan medik yang tidak lengkap
akan menyebabkan hilangnya sebagian barang bukti di dalam pemberitaan visum et repertum
C. Derajat Luka
Berdasarkan ketentuan dalam KUHP, penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan
sebagaimana bunyi pasal 352 KUHP. Umumnya yang dianggap sebagai hasil dari penganiayaan
ringan adalah korban dengan “ tanpa luka “ atau dengan luka kecet atau memar kecil di lokasi
yang tidak berbahaya/yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu.Luka-luka tersebut
dimasukkan ke dalam kategori luka ringan atau luka derajat satu.
14
KUHP pasal 90 telah memberikan batasan tentang luka berat yaitu jatuh sakit, atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan
bahaya maut yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencaharian, yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indra, yang
menimbulkan cacat berat, yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh, terganggunya daya
pikir selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang
perempuan.
Dengan demikian keadaan yang terletak diantara luka ringan dan luka berat adalah
keadaan yang dimaksud dengan luka sedang.
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk sementara waktu.
15
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
A. Prosedur Medikolegal
Pada kasus ini, surat permintaan visum sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam KUHAP pasal 133 ayat (2) yaitu secara tertulis dengan komponen-komponen
sebagai berikut :
1. Institusi pengirim : Kepolisian Negara Republik Indonesia Polres Metro
Jakarta Pusat
2. Nomor surat : 459/VER/X/2012/POLRES JP
3. Tujuan surat : Direktur Rumah Sakit RSCM
4. Identitas : Nama, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan,
kebangsaan, dan alamat.
5. Dugaan Luka : Luka memar.
6. Permintaan Penyidik : Pemeriksaan dan Pembuatan Visum et Repertum
7. Jabatan pengirim : Atas nama Kapolres Metro Jakarta Pusat
B. Pemeriksaan Korban
Pada tanggal 26 Oktober 2012 kurang lebih pukul 21.00 WIB korban mengaku dicekik
oleh satu orang pelaku laki-laki berusia sekitar 20 tahun, kemudian korban ditonjok
kurang lebih sebanyak 3 kali pada wajah. Kemudian lewat tengah malam, pelaku
kembali datang dengan kurang lebih 10 orang temannya dan mengancam akan
memukuli korban. Pagi hari selanjutnya orang tua pelaku dan beberapa teman pelaku
datang dan kembali mengancam untuk memukuli korban. Setelah kejadian korban
mengaku merasakan kebas pada pelipis kiri, korban juga tidak mengalami pingsan, mual
muntah, pandangan ganda dan perdarahan melalui telinga, hidung, tenggorokan dan
mulut, dan gangguan menelan. Motif karena korban menegur pelaku yang menggeber
knalpot sepeda motor didepan rumah korban.
16
C. Luka-luka
Pada korban ditemukan pada pelipis kiri, 6cm dari garis pertengahan depan, 2cm
diatas sudut luar mata, tampak pembengkakan sewarna kulit berukuran 1,5cm x
1cm ,disekitarnya ditemukan memar merah keunguan kecil-kecil meliputi area 4cm x
3cm dan nyeri pada penekanan.Tepat pada sudut luar mata kiri ditemukan memar
berwarna merah keunguan berukuran 4mm x 3mm.Pada leher depan sisi kiri 1cm,
dari garis pertengahan depan, 2cm dibawah jakun, tampak memar merah keunguan
berukuran 5mm x 5mm. Pada leher depan sisi kiri 1,5 cm dari garis pertengahan
depan, tampak luka lecet berbentuk garis melintang dari kiri ke kanan berukuran
1mm x 2mm.Pada leher sisi kiri 6cm dari garis pertengahan depan, 2cm diatas puncak
bahu, ditemukan luka lecet yang ditutupi keropeng berwarna coklat muda dan
dikelilingi memar coklat kemerahan berukuran 3cm x 0,5cm, dan 2cm dibawah luka
tersebut tampak memar merah keunguan berukuran 3cm x 0,5cm. Luka-luka ini
disebabkan kekerasan tumpul dan tidak mengancam nyawa.
D. Perencanaan
Pembuatan Visum et Repertum, karena surat permintaan visum telah diterima.
E. Hukuman terhadap Pelaku
Sesuai dengan pasal 352 KUHP tentang penganiayaan, pelaku dapat dikenakan
hukuman paling lama tiga bulan.
F. Kesimpulan
Pada pemeriksaan korban laki-laki usia dua puluh tahun ditemukan luka memar
dan luka lecet pada wajah akibat kekerasan tumpul. Luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan/jabatan/pencaharian. Dari hasil
pemeriksaan, dapat ditentukan bahwa korban mengalami luka derajat I. Pelaku ini dapat
dikenai jerat hukum sesuai dengan pasal 352 tentang penganiayaan (ancaman hukuman
paling lama tiga bulan).
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Budianto A. Widjiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
2. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik FK UI, 1994.
3. Idris MA, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Edisi Revisi. Jakarta : CV Sagung Seto, 2011.
18
19