uji venereologi

31
UJI VENEREOLOGI PEMBIMBING: Dr. Heryanto, Sp. KK PRESENTAN: Dini Mudira Sari – 2010730027 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Upload: dinimudira

Post on 13-Apr-2016

373 views

Category:

Documents


80 download

DESCRIPTION

refreashing

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Venereologi

UJI VENEREOLOGI

PEMBIMBING: Dr. Heryanto, Sp. KKPRESENTAN: Dini Mudira Sari – 2010730027

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Page 2: Uji Venereologi

Uji Klinis

uji yang dilakukan dokter guna menentukan apakah ada tanda atau fenomena kulit yang terjadi pada suatu penyakit berdasarkan patogenesis atau kejadiannya.

• TANDA NIKOLSKYMerupakan suatu teknik pemeriksaan guna menilai adanya epidermolisis secara cepat guna menilai adanya epidermolisis secara cepat pada pasien dengan lesi vesikobulosa.

Page 3: Uji Venereologi

• Tanda Nikolsky langsung: Bila dilakukan penekanan langsung dengan jari tangan pada vesikel/bula kemudian terlihat bula melebar ke kulit sekitarnya. Nikolsky positif (+)

• Tanda Nikolsky tidak langsung: Bila kulit diantara bula ditekan dan digeser dengan telunjuk maka tampak kulit terangkat seakan-akan terlepas dari dasarnya atau terbentuk bula, yang berarti terjadi pelepasan epidermis (epidermolisis). Epidermolisis terjadi pada pasien dengan pemfigus vulgaris, Staphylococcus Scalded Skin Syndrome (SSSS), dan sindrom Stevens-Johnson (SSJ-TEN).

Page 4: Uji Venereologi

1. Fenomena tetesan lilin (Kaarvetsvlek phenomen)Fenomena ini terjadi pada pasien psoriasis. Skuama psoriasis umumnya tebal, berlapis, kering, putih bening, transparat serupa mika. Bila pada lesi tersebut digores dengan banda berujung agak tajam (ujung kuku, punggung scalpel, atau pensil) maka bagian yang bening tersebut akan tampak lebih putih daripada sekitarnya, tidak transparan lagi, dan berbentuk linier sesuai goresan.

Page 5: Uji Venereologi

2. Fenomena Kobner (fenomena isomorfik)bila pada kulit sehat pasien dilakukan goresan atau digaruk berulang-ulang maka setelah kurang lebih 3 minggu (atau lebih), ditempat goresan/garukan tersebut akan muncul lesi serupa dengan lesi asal, hal ini disebut fenomena kobner positif (+). Contohnya terjadi pada kulit psoriasis dan liken planus.

3. Pitting nailspsoriasis dapat mengenai kulit, mukosa kuku, dan sendi. Gangguan keratinisasi di kuku menyebabkan permukaan kuku tidak rata dan terbentuk lubang-lubang dipermukaan kuku yang dapat dilihat dengan kasat mata.

Page 6: Uji Venereologi

4. Dermografisme reaksi bila kulit digosok dengan benda tumpul, maka ditempat tersebut muncul garis kemerahan diikuti urtikaria, kadang disebut juga sebagai urtikaria akibat trauma fisik.

5. White Dermographism reaksi bila kulit digores benda tumpul, muncul garis putih. Garis ini merupakan salah satu tanda minor pada dermatitis atopik. Namun hal tersebut dapat terjadi pada 15% orang normal.

Page 7: Uji Venereologi

6. Darrier sign merupakan suatu ciri yang dapat digunakan untuk membedakan lesi pigmentasi di kulit dengan mastositosis atau urtikaria pigmentosa (UP). Bila kulit digores dengan benda tumpul kemudian muncul urtikaria linier maka disebut tanda Darrier positif. Fenomena ini terjadi akibat degranulasi sel mast di kulit dan melepaskan mediator yang menyebabkan vasodilatasi dan ekstravasasi cairan sehingga menimbulkan urtikaria di tempat yang digores.

7. Fenomena button holefenomena ini merupakan sifat utama pada neurofibromatosis, neurofibrom (tumor saraf kulit) mempunyai kapsul atau kantong sehingga bila ditekan akan masuk ke dalam kantong.

Page 8: Uji Venereologi

8. Uji fungsi saraf motorikfungsi saraf motorik yang mudah diperiksa adalah bagian radialis, medianus, ulnaris dan peroneus komunis.

• Saraf ulnaris: pemeriksa memegang digiti II, III, IV jari tangan pada posisi supinasio, pasien diminta merapatkan jari kelingkingnya. Jika pasien dapat merapatkan jari kelingking, lanjut memeriksa kekuatan otot letakkan selembar kartu diantara jari kelingking dan jari manis, pasien diminta menahannya, dan tariklah kartu tersebut perlahan-lahan.

Page 9: Uji Venereologi

• Saraf medianus: pada posisi tangan supinasio, oleh pemeriksa tangan ditahan dan ditekuk ke belakang, minta pasien mengangkat dan meluruskan ibu jarinya keatas. Bila dapat dilakukan, perhatikan apakah pasien dapat menahannya.

• saraf radialis:pada posisi pronasi, peganglah pergelangan tangan pasien, kemudian minta digepal dan menekukkan pergelangan ke atas. Bila pasien dapat melakukan, doronglah dengan telapak tangan pemeriksa bagian punggung tangan pasien guna menilai kekuatan otot, perhatikan apakah pasien dapat menahannya.

Page 10: Uji Venereologi

• saraf peroneus komunis:pasien dalam posisi duduk, angkat kakinya dan pegang bagian betis pasien, kemudian pasien menekukkan kaki ke atas. Bila pasien dapat melakukannya, tekanlah dengan telapak tangan bagian punggung kaki pasien guna menilai kekuatan otot. Minta pasien memutar kaki tersebut ke arah luar, bila pasien dapat melakukannya tekan dengan telapak tangan pemeriksa kearah yang berlawanan (kedalam/arah medial). Perhatikan apakah pasien dapat menahannya.

Page 11: Uji Venereologi

9. Pull testmerupakan uji diagnostik guna menilai kerontokan rambut. Rontok patologis >100 lembar/hari.Sejumput rambut dijepit dan ditarik menggunakan ibu jari tangan dan telunjuk dengan kekuatan sedang. Bila rambut tercabut pull test positif (+).selanjutnya rambut yang ditarik dilihat dengan mikroskop bagaimana bentuk akarnya. Bila sangat kecil mirip tanda seru disebut bentuk exclamation hair, maka rambut tersebut rontok pada fase telogen.

Page 12: Uji Venereologi

Uji Diagnosis dengan Alat1. Diaskopi

teknik ini untuk membedakan antara eritema akibat pelebaran pembuluh darah dengan purpura (perdarahan bawah kulit akibat ekstravasasi eritrosit). Alat yang digunakan: kaca obyek atau spatel transparan atau loupe yang permukaannya datar. Cara: letakkan kaca diatas lesi dan ditekan. Eritema warna merah akan menghilang.Purpura warna merah akan menetap.

Page 13: Uji Venereologi

2. Dermoskopi (dermoskopi, skin surface microscopy).Alat: loupe dan sinar. alat ini cukup sensitif guna menilai perubahan warna dan relief kulit pada lesi melanositik dibandingkan dengan lesi non-melanositik.

Yang diperhatikan:(A) Asimetris - sisi kiri dan kanan.(B) Border - tepi berbatas tegas/tidak.(C) Colour – perubahan warna/pigmen merata/tidak.(D) Diameter – apakah >6mm(E) Elevasi – permukaan lesi elevasi meninggi/tidak.

Page 14: Uji Venereologi

3. Uji sensibilitas atau tes fungsi saraf sensorisUntuk menilai gangguan sensibilitas kulit terutama pada lesi kulit pasien morbus hansen atau kusta (lepra) daripada pasien dengan gangguan neurologi.

• Rasa raba• Rasa nyeri• Perbedaan suhu

Page 15: Uji Venereologi

4. Tes Saraf Otonom• Uji pensil Gunawan (Uji hipohidrosis):

Pensil gunawan adalah pensil tinta yang bila kena air akan luntur.Untuk menilai hipohidrosis atau anhidrosis pada lesi kusta.

Cara: pasien diminta melakukan gerakan-gerakan atau diberi minum air hangat agar berkeringat. Atau menyuntikkan pilokarpin subkutan diperbatasan lesi kusta, ditunggu beberapa menit. Pensil digoreskan mulai ditengah lesi menuju kulit sehatdisekitar lesi. Rembesan tinta akan terlihat menebal pada kulit yang lebih banyak mengeluarkan keringat.

Page 16: Uji Venereologi

5. Fenomena AuspitzTerjadi pada psoriasis. Untuk membuktikan adanya papilomatosis dan akantosis yang menjulang sampai di ujung papila dermis dan menyentuh lapisan bawah struma korneum.

Cara: skuama psoriasis dikerok lembar demi lembar sampai ke bagian papiladermis tampak titik-titik perdarahan pada permukaan kulit yang skuamanya terkelupas.

Page 17: Uji Venereologi

6. Tzanck smear (Tzanck tes)Merupakan satu teknik standar diagnostik guna melakukan diagnosis cepat pada kelainan kulit vesiko-bulosa pada saat ada keraguan kemungkinan infeksi oleh virus atau bukan. Cara: mengerok dasar vesikel baru dengan pisau scalpel dan hasil kerokan tersebut dioleskan tipis ke permukaan kaca objek. Slide dipulas dengan cairan Giemsa atau wright, dibawah mikroskop akan tampak sel akantolisis (sel keratinosit berinti besar) atau multinucleated giant cells, yang menunjukkan sel keratinosit tersebut telah terinveksi virus.

Page 18: Uji Venereologi

7. FluoresensiPemeriksaan dengan lampu sinar wood. •Tinea kapitis atau tinea versikolor warna kuning keemasan.•Eritrasma coral red.•Pseudomonas kehijauan.

Page 19: Uji Venereologi

8. Uji TempelUntuk mengetahui penyebab alergi, biasanya pada dermatitis kontak alergi.Tes dilakukan bila keadaan penyakit sudah tenang, bebas antihistamin dan kortikosteroid oral dan topikal sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum uji kulit.Bahan uji kulit ditempel di punggung, ditutup dengan plester, dibuka dan dibaca pada jam 24, 48, 72, dan 96. dinilai menggunakan standar baku.

Page 20: Uji Venereologi

9. Uji Tusuk Merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi terutama pada pasien urtikaria atau pasien yang alergi terhadap berbagai alergen makanan, tungau, debu rumah, dan alergen hirup yang ada dilingkungan rumah. Pembacaan timbulnya urtikaria dilakukan 30 menit setelah uji kulit.

10. Ekstraksi komedo (Comedo Extractor).untuk mengeluarkan komedo sebagai bukti bahwa pasien menderita acne vulgaris atau bukan.

Page 21: Uji Venereologi

11. Uji TEWL (Transepidermal Water Loss)alat untuk menilai besarnya kehilangan cairan tubuh per jam. Sekaligus mengukur kemampuan kulit menahan air disebut juga alat Tewameter.

12. Uji aceto-whiteuntuk melihat langsung kulit atau mukosa yang terinfeksi virus human papilloma (HPV). Larutan asam asetat 5% dioleskan dipermukaan kulit atau mukosa yang diduga terinfeksi HPV, bila terinfeksi di kulit yang diolesi asam asetat akan tampak bagian yang berwarna putih yang menunjukkan infeksi HPV positif.

Page 22: Uji Venereologi

Labortorium 1. Pengambilan duh tubuh

Ambil duh tubuh dari serviks, fornik posterior, dan dinding vagina. Pewarnaan cairan duh tubuh dengan pulasan KOH, Gram, atau ditetesi NaCl 0,9%, sesuai indikasi.

2. Pengambilan pusinfeksi bakteri di kulit ditandai dengan pustul atau kumpulan nanah. Pus dapat diambil langsung, diusap dengan kapas lisi atau diaspirasi dengan jarum suntik. Pada pemeriksaan langsung pus dioleskan tipis di kaca objek kemudian dipulas dengan pewarnaan gram atau giemsa atau lainnya bergantung pada diagnosis dugaan. Bila diperlukan sebagian bahan disiapkan untuk kultur dan resistensi, bahan dimasukkan ke media transport.

Page 23: Uji Venereologi

3. Bahan pemeriksaan pada infeksi treponema.infeksi treponema dapat mengenai kulit dan genitalia, atau organ lainnya.

• Untuk pemeriksaan ulkus genital akibat sifilis (ulkus bersih, tidak nyeri, tepi keras) dibutuhkan serum rangsang dari ulkus tersebut (ulkus dipencet dari 2 sisi sampai keluar serum rangsang).

• Untuk treponema digunakan pulasan dengan tinta hitam. Treponema yang mati dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.

• Pada ulcus mole bahan pemeriksaan diambil dari tepi ulkus bergaung.

Page 24: Uji Venereologi

4. Pemeriksaan lainnyaPemeriksaan serologik dengan bahan dari serum darah. Tes serologik untuk sifilis yang cepat adalah tes flokulasi, yaitu venereal disease research laboratory (VDRL) atau rapid plasma regain (RPR), dan treponema pallidum hemaglutination assay (TPHA). Yang lebih akurat tentu saja dengan pemeriksaan treponema yang lebih spesifik, misalnya microhemagglutination-treponema pallidum (MHA-TP), atau fluorescent treponemal antibody-absorbtion (FTA-AbS).

Page 25: Uji Venereologi

5. Infeksi parasit dan jamurSKABIESPemeriksaan langsung dilakukan dengan jarum suntik untuk mencari kutu dewasa dengan cara mencongkel vesikel (biasanya sulit bagi yang belum ahli) atau dengan kerokan scalpel, kerokan diletakkan diatas gelas objek, ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat dengan menggunakan mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat kutu dewasa, larva dan telurnya.

Page 26: Uji Venereologi

JAMURBahan pemeriksaan dapat diambil dari kerokan kulit, kuku, dan usapan pada mukosa. Jamur kandida juga dapat menyerang vagina dan mengeluarkan duh tubuh, duh tubuh merupakan bahan pemeriksaan juga bahan dari usapan serviks. Kulit dibersihkan dengan alkohol 70-96% guna menghilangkan lemak kulit. Untuk dermatofit bahan pemeriksaan dioleskan pada objek kaca dan diteteskan KOH 10-20%, sedangkan untuk jamur kandida selain KOH dapat diwarnai dengan gram.

Page 27: Uji Venereologi

Pemeriksaan histopatologik

• Biopsi dilakukan sesuai indikasi. Bila ada keraguan dalam menegakkan diagnosis penyakit kulit, biopsi dan pemeriksaan histopatologik merupakan pemeriksaan penunjang pilihan.

Page 28: Uji Venereologi

Memilih lesiPilih lesi yang baru muncul (lesi primer).bila kecil dapat diambil seluruh lesi

(biopsi in-toto), bila besar atau ada inflamasi disekitar lesi

biopsi dapat diambil dari tepi lesi dengan menyertakan lesi kulit yang sehat.

Bila ada infeksi sekunder sebaiknya diobati dulu.

Page 29: Uji Venereologi

Biopsi kulitLesi kulit diberi tanda, lakukan antiseptik pada

lesi dan sekitarnya. Tutup dengan duk steril. Biopsi dengan pisau skalpel dapat dilakukan dengan bentuk elips. Bila terdapat berbagai macam lesi, dapat pilih beberapa lesi yang berbeda. Bila melakukan biopsi plong, kulit diregangkan dulu tegak lurus terhadap garis kulit, agar hasilnya menjadi elips dan memudahkan regangan kulit pada waktu menutup luka. Kedalaman lesi sampai mencapai subkutis, tampak jaringan lemak kekuningan pada bagian bawah lesi.

Page 30: Uji Venereologi

Penyimpanan dan pengiriman jaringan biopsiJaringan yang sudah dimasukkan ke dalam larutan fiksasi formalin 10% atau larutan buffer formalin, volume cairan sekitar 20x jaringan agar jaringan terendam dengan baik. Jaringan dikirim guna pemeriksaan histopatologik. Bergantung pada kebutuhan, pewarnaan dapat dengan hematoksilin eosin, orsein giemsa, PAS, dan lain-lain.

Page 31: Uji Venereologi

TERIMAKASIH