uji aktivitas antioksidan ekstrak camellia sinensis, decrypted

25
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, DAN Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl. SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN DPPH Subiyand ono Dosen Jurusan Farmasi POLTEKKES DEPKES PALEMBANG RINGKASAN Antioksidan memegang peranan penting didalam kehidupan kita karena dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Beberapa tanaman yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami adalah Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Telah dilakukan penelitian Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Secara Spektrofotometri Dengan DPPH. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menguji seberapa besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. secara spektrofotometri dengan DPPH. Ekstrak diperoleh dengan cara mengekstraksi Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol dan pelarut air. Ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., dibuat dalam berbagai konsentrasi. Pengukuran absorban dilakukan pada panjang gelombang 497 nm, 517 nm, dan 537 nm pada setiap menit ke-5 dan menit ke- 60 untuk mengetahui % peredaman radikal bebas, lalu dilanjutkan dengan manghitung nilai IC 50 yang didapat dengan memplot konsentrasi larutan uji dengan % peredaman radikal bebas. Hasil penelitian diketahui nilai IC 50 ekstrak metanol Camellia sinensis pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 0,0658 dan 0,0315, sedangkan ekstrak air Camellia sinensis pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 0,1288 dan 0,0903. Nilai IC 50 ekstrak metanol Hibiscus sabdariffa pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 2,8315 dan 1,3054, sedangkan ekstrak air Hibiscus sabdariffa pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 2,2313 dan 1,0930. Nilai IC 50 ekstrak metanol Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 0,4642 dan 0,2399, sedangkan ekstrak air Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 2,3583 dan 1,1717. Penelitian ini menunjukkan bahwa Camellia sinensis memiliki aktivitas antioksidan terbesar karena mempunyai nilai

Upload: uyha-indigo-beisek

Post on 22-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

wada

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, DAN Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.

SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN DPPHSubiyandon

oDosen Jurusan Farmasi POLTEKKES DEPKES PALEMBANG

RINGKASAN

Antioksidan memegang peranan penting didalam kehidupan kita karena dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Beberapa tanaman yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami adalah Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Telah dilakukan penelitian Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Secara Spektrofotometri Dengan DPPH. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menguji seberapa besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. secara spektrofotometri dengan DPPH. Ekstrak diperoleh dengan cara mengekstraksi Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol dan pelarut air. Ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., dibuat dalam berbagai konsentrasi. Pengukuran absorban dilakukan pada panjang gelombang497 nm, 517 nm, dan 537 nm pada setiap menit ke-5 dan menit ke-60 untuk mengetahui % peredaman radikal bebas, lalu dilanjutkan dengan manghitung nilai IC50 yang didapat dengan memplot konsentrasi larutan uji dengan % peredaman radikal bebas. Hasil penelitian diketahui nilai IC50 ekstrak metanol Camellia sinensis pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 0,0658 dan0,0315, sedangkan ekstrak air Camellia sinensis pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 0,1288 dan 0,0903. Nilai IC50 ekstrak metanol Hibiscus sabdariffa pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 2,8315 dan 1,3054, sedangkan ekstrak air Hibiscus sabdariffa pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 2,2313 dan 1,0930. Nilai IC50 ekstrak metanol Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 0,4642 dan 0,2399, sedangkan ekstrak air Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., pada menit ke-5 dan menit ke-60 yaitu 2,3583 dan 1,1717. Penelitian ini menunjukkan bahwa Camellia sinensis memiliki aktivitas antioksidan terbesar karena mempunyai nilai IC50 paling kecil dibandingkan dengan Hibiscus sabdariffa dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

A. PENDAHULUANDewasa ini, dunia kedokteran dan

kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit di awali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang dapat merusak struktur serta fungsi sel (Marx, 1985).

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif. Oleh sebab itu, tubuh kita memerlukan suatu substansi penting, yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal

Page 2: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

bebas dan meredam dampak negatifnya(Winarsi, 2007).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2007). Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintesis (Trilaksani, 2003). Antioksidan alami banyak ditemukan pada tanaman seperti biji- bijian, buah, dan sayur-sayuran yang mempunyai manfaat bagi kesehatan (Prakash, 2001). Antioksidan alami antara lain turunan fenol, koumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, flavonoid, dihidroflavon, kathekin, asam askorbat (Cahyadi, 2006). Antioksidan sintesis antara lain butil hidroksilanisol, butil hidroksiltoluen, propil gallat, etoksiquin (Cahyadi, 2006). Namun adanya kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik menjadikan antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih (Waji dan Sugrani, 2009).

Beberapa tanaman yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami adalah Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Ketiga jenis tanaman ini mengandung antioksidan dari golongan flavonoid. Camellia sinensis mengandung katekin yang berpotensi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Katekin teh juga mampu mengurangi resiko gigi berlubang dengan meningkatkan resistensi gigi melawan bakteri penyebab gigi berlubang (Rohdiana, 2009). Pada Hibiscus sabdariffa terdapat antosianin. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit degeneratif (Mardiah, dkk, 2009). Sedangkan pada Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., diduga terdapat senyawa flavonol. Senyawa flavonol mempunyai sifat

sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas (Satria, 2005).

Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah metode spektrofotometri menggunakan DPPH karena merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani, E, 2005).

Karena belum ada penelitian tentang aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., maka penulis telah melakukan pengujian secara spektrofotometri dengan DPPH.

B. Perumusan MasalahMengingat pentingnya antioksidan

dalam kehidupan kita, maka perlu dilakukan penelitian mengenai antioksidan yang berasal dari sumber alami. Beberapa tanaman yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami seperti Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Dari uraian diatas, dapat dirumuskan masalah “seberapa besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. secara spektrofotometri dengan DPPH?”

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Menguji aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., ditinjau dari peredaman radikal bebas secara spektrofotometer UV-Vis.2. Tujuan Khususa. Mendapatkan satu jenis ekstrak diantara

ketiga jenis ekstrak tersebut, yang

Page 3: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

mempunyai peredaman radikal bebas terbesar.

b. Mendapatkan konsentrasi yang efektif dari masing-masing ekstrak ketiga jenis tanaman tersebut dalam meredam radikal bebas.

c. Menentukan IC50 dari masing-masing ekstrak ketiga jenis tanaman tersebut.

D. Alat dan Bahan

b. Pembuatan Larutan BHTDitimbang serbuk BHT 50 mg, lalu

masukkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan etanol sampai batas sehingga didapatkan konsentrasi 0,05%. Dari konsentrasi 0,05% tersebut, diencerkan hingga didapatkan konsentrasi 0,01%. Dengan menggunakan rumus :

V1.C1 = V2.C2

V1 . 0,05% = 100 . 0,01%100 .0,01

= 1

1. Alat V1 =0,05 0,05

Alat-alat yang digunakan yaitu Pipetvolum 1,0 ml (Pyrex), spektrofotometri UV- Vis (Wagtech International 80360), botol maserasi, timbangan kasar, anak timbangan, neraca analytic balance (Santorius), corong (Pyrex), labu ukur (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), alat destilasi vakum.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan yaituCamellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., pereaksi DPPH, larutan etanol, larutan metanol, aquadest, BHT.

E. Prosedur Kerja1. Pembuatan Larutan Ujia. Pembuatan Larutan DPPH

Ditimbang DPPH kristal 50 mg, lalu masukkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan etanol sampai batas sehingga didapatkan konsentrasi 0,05%. Dari konsentrasi 0,05% tersebut, diencerkan hingga didapatkan konsentrasi 0,004%. Dengan menggunakan rumus :

V1.C1 = V2.C2

V1 . 0,05% = 100 . 0,004%

V1 = 20 mlJadi dipipet 20 ml dari konsentrasi

0,05% kemudian ditambahkan etanol sampai100 ml untuk mendapatkan konsentrasi0,01%.c. Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air

Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi pada suhu rendah dan tekanan rendah. Prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:1). Untuk ekstrak metanol, masing-masing

ketiga jenis teh dikeluarkan dari kemasannya. Kemudian ditimbang sebanyak 200 gr. Setelah itu masukkan ke dalam botol maserasi, siram dengan metanol sampai seluruh sampel terendam dan ada selapis metanol diatasnya.

2). Tutup rapat dan enapkan selama 3-5 hari di tempat gelap dan terlindung dari cahaya. Lalu saring, biarkan selama beberapa jam, kemudian dienaptuangkan ke wadah lain. Ulangi proses 3-5 kali sampai sampel tersari sempurna. Ekstrak

V1 =100.0,004

0,05=

0,4

0,05cair yang didapat kemudian diuapkan pada suhu dan tekanan rendah sehingga

V1 = 8 mlJadi dipipet 8 ml dari konsentrasi

0,05% kemudian ditambahkan etanol sampai100 ml untuk mendapatkan konsentrasi0,004%.

didapat ekstrak kental.3). Untuk ekstrak air, masing-masing ketiga

jenis teh diseduh dengan air panas, kemudian didinginkan. Selanjutnya ekstrak metanol dan ekstrak air

Page 4: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

λ

λ

diencerkan sehingga didapatkan larutan uji dengan variasi konsentrasi (Depkes RI, 1979).

2. Uji Aktivitas AntioksidanProsedur kerja uji aktivitas

antioksidan adalah :a. Disiapkan larutan DPPH 0,004%.

Dipipet 200 µl pelarut (metanol atau air) ke dalam kuvet, ditambah larutan DPPH ad 3 ml, dihomogenkan, dan segera dibuat spektra sinar tampak (400-600 nm). Selanjutnya dicatat absorban yang terdapat pada kurva puncak.

b. Pengukuran antiradikal bebas untuk bahan uji : dipipet 200 µl ekstrak ke dalam kuvet, ditambah larutan DPPH ad3 ml, lalu segera dibuat spektra sinar tampak (400-600 nm). Selanjutnya dicatat absorban pada menit ke-5 dan juga pada menit ke-60 setelah pereaksian. Dilakukan prosedur yang sama untuk ekstrak air.

c. Perhitungan kapasitas antiradikal bebas DPPH diukur dari peredaman warna ungu merah DPPH yaitu dengan puncak517 nm (Amrun dan Umiyah, 2005).

d. Perhitungan kapasitas antiradikal bebas sebagai % peredaman absorban pada puncak 517 nm menggunakan perhitungan sebagai berikut :

A hitung bahan uji = A - A1 +

A2

2

A hitung DPPH = A A1 +

A2

2% peredaman DPPH =

Nilai 0 % berarti tidak mempunyai aktivitas antiradikal bebas, sedangkan nilai 100 % berarti peredaman total dan perlu dilanjutkan dengan pengenceran bahan ujiuntuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Selanjutnya dibuat kurva linear antara konsentrasi larutan uji dengan % peredaman DPPH dan ditentukan harga IC50 yakni konsentrasi larutan uji yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (Amrun dan Umiyah, 2005). Harga IC50 umumdigunakan untuk menyatakan aktivitas antioksidan suatu bahan uji dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (Molyneux,2004).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Ekstraksi Camellia sinensis, Hibiscus

sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Metode ekstraksi yang digunakandalam penelitian ini yaitu secara maserasi. Maserasi merupakan metode yang paling mudah dilakukan dan menggunakan peralatan yang sederhana, yaitu dengan cara merendam sampel dalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah metanol karena pelarut ini dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada dalam sampel, baik yang bersifat polar maupun non polar. Semua ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi diuapkan pada suhu dan tekanan

1 - Ahitungbah anuji

AhitungDPPHX 100% rendah sehingga diperoleh ekstrak kental.

Ekstrak kental yang diperoleh sebanyakKeterangan:A1 = serapan yang didapat pada kurva

pada panjang gelombang sebelum puncak maksimum

A2 = serapan yang didapat pada kurva pada panjang gelombang setelah puncak maksimun

53,2150 gr dari 200 gr Camellia sinensis,60,1779 gr dari 200 gr Hibiscus sabdariffa dan 15,9837 gr dari 200 gr Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Sedangkan untuk ekstrak air, dibuat dengan cara menyeduh 10 gr sampel dengan 100 ml air panas, kemudian didinginkan.

Page 5: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

Ab

sorb

an

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan DPPH 0,004%Penentuan panjang gelombang maksimum larutan DPPH 0,004% dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan DPPH 0,004%

nm (λ ) Absorbansi nm (λ ) Absorbansi

400410420430440450460470480490497500505510515

0,3000,3050,3250,3520,3870,4370,5130,6190,7460,8840,9791,0181,0761,1161,134

516517518519520525530535540550560570580590600

1,1341,1381,1361,1361,1341,1081,0641,0100,9540,8340,7410,6680,6090,5680,533

Grafik Panjang Gelom bang Maksimum Larutan DPPH 0,004%

1,00 0

0,80 0

0,60 0

0,40 0

40 0 45 0 50 0 55 0 60 0

Panjang Gelombang DPPH

Grafik 1. Panjang Gelombang Maksimum Larutan DPPH 0,004%

Page 6: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

b. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, danPhaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl dengan DPPH

Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa,Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl dengan DPPH dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl dengan DPPH

Ekstrak TLarutanUji (%)

A497 A517 A537A

hitung%

Peredaman

Camellia sinensis

5

DPPH 1,030 1,192 1,026 0,164 -0,0078 % 0,895 1,036 0,882 0,1475 10,06%0,0156 % 0,830 0,958 0,815 0,1355 17,37%0,0312 % 0,741 0,848 0,719 0,1180 28,05%0,0625 % 0,515 0,585 0,482 0,0865 47,25%

60

DPPH 1,016 1,174 1,004 0,164 -0,0078 % 0,840 0,967 0,826 0,134 18,29%0,0156 % 0,823 0,860 0,736 0,0805 50,91%0,0312 % 0,704 0,734 0,624 0,070 57,31%0,0625 % 0,409 0,446 0,375 0,054 67,07%

Hibiscus sabdariffa

5

DPPH 1,030 1,192 1,026 0,164 -0,25 % 0,913 1,058 0,902 0,151 7,93%0,5 % 0,889 1,030 0,870 0,1505 8,23%1 % 0,756 0,864 0,726 0,123 25,00%2 % 0,596 0,684 0,558 0,107 34,75%

60

DPPH 1,016 1,174 1,004 0,164 -0,25 % 0,869 1,000 0,855 0,138 15,85%0,5 % 0,804 0,921 0,788 0,125 23,78%1 % 0,603 0,677 0,574 0,0885 46,04%2 % 0,389 0,422 0,354 0,0505 69,20%

Phaleria macrocarpa

(Scheff.)Boerl

5

DPPH 1,030 1,192 1,026 0,164 -0,0625 % 0,887 1,026 0,877 0,144 12,19%0,125 % 0,782 0,894 0,766 0,120 26,83%0,25% 0,631 0,722 0,600 0,1065 35,06%0,5 % 0,386 0,423 0,300 0,080 51,23%

60

DPPH 1,016 1,174 1,004 0,164 -0,0625 % 0,860 0,993 0,856 0,135 17,68%0,125 % 0,748 0,854 0,736 0,112 31,70%0,25% 0,515 0,575 0,491 0,072 56,09%0,5 % 0,065 0,072 0,049 0,015 90,85%

Page 7: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, danPhaleria macrocarpa dengan DPPH

Ekstrak TLarutanUji (%)

A497 A517 A537A

hitung%

Peredaman

Camellia sinensis

5

DPPH 0,952 1,106 0,950 0,155 -0,0156 % 0,902 1,050 0,901 0,1485 4,19%0,0312 % 0,900 1,042 0,894 0,1450 6,45%0,0625 % 0,765 0,883 0,753 0,1240 20,00%0,1250% 0,588 0,643 0,541 0,0785 49,35%

60

DPPH 0,940 1,086 0,932 0,150 -0,0156 % 0,868 1,002 0,861 0,1375 8,33%0,0312 % 0,866 0,998 0,857 0,1365 9,00%0,0625 % 0,676 0,773 0,658 0,1060 29,33%0,1250% 0,493 0,497 0,422 0,0395 73,67%

Hibiscus sabdariffa

5

DPPH 0,952 1,106 0,950 0,155 -0,25 % 0,854 0,999 0,859 0,1425 8,06%0,5 % 0,850 0,992 0,855 0,1395 10,00%1 % 0,718 0,847 0,727 0,1245 19,67%2 % 0,475 0,546 0,450 0,0835 46,13%

60

DPPH 0,940 1,086 0,932 0,150 -0,25 % 0,794 0,920 0,798 0,124 17,33%0,5 % 0,786 0,908 0,787 0,1215 19,00%1 % 0,571 0,648 0,574 0,0755 49,67%2 % 0,188 0,191 0,157 0,0185 87,67%

Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.

5

DPPH 0,952 1,106 0,950 0,155 -0,25% 0,876 0,997 0,862 0,128 17,42%0,5 % 0,744 0,862 0,751 0,1145 26,13%

1% 0,665 0,752 0,645 0,097 37,42%2% 0,510 0,578 0,468 0,089 42,58%

60

DPPH 0,940 1,086 0,932 0,150 -0,25% 0,830 0,938 0,812 0,117 22,00%0,5 % 0,679 0,781 0,682 0,1005 33,00%

1% 0,539 0,591 0,490 0,0765 49,00%2% 0,388 0,410 0,344 0,044 70,67%

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Kontrol (+) BHT

BHTT

(menit)LarutanUji (%)

A497 A517 A537A

hitung%

Peredaman

Kontrol(+)

5 DPPH 1,006 1,162 1,008 0,155 -0,01% 0,902 1,044 0,894 0,146 5,80%

60 DPPH 0,931 1,082 0,937 0,148 -0,01% 0,738 0,853 0,724 0,122 17,57%

Page 8: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

% P

ere

da

ma

n%

P e

red

am

an

Dari tabel di atas, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsentrasi ekstrak dan aktivitas peredaman, maka data tersebut di analisis dengan menggunakan regresi linear melalui program SPSS 12,0 dengan taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya ditentukan juga harga IC50. berdasarkan persamaan regresi linear yang didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dengan % peredaman puncak DPPH. Grafik % peredaman ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

8070

60504030

20100

0,0078 0,0156 0,0312 0,0625

Konsentrasi

menit ke-5

menit ke-60

Grafik 2. Grafik % peredaman ekstrak metanol Camellia sinensismenit ke-5 dan menit ke-60

80

70

60

50

40

30

20

10

0

0,25 0,5 1 2

Konsentrasi

menit ke-5

menit ke-60

Grafik 3. Grafik % peredaman ekstrak metanol Hibiscus sabdariffamenit ke-5 dan menit ke-60

Page 9: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

% P

ered

ama

n%

Pe

red

am

an

% P

ere

da

ma

n

100

80

60 menit ke-5

40 menit ke-60

20

0

0,0625 0,125 0,25 0,5

Konsentrasi

Grafik 4. Grafik % peredaman ekstrak metanol Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl., menit ke-5 dan menit ke-60

80

70

60

50

40

30

20

10

0

0,0156 0,0312 0,0625 0,125

Konsentrasi

menit ke-5

menit ke-60

Grafik 5. Grafik % peredaman ekstrak air Camellia sinensis menit ke-5 dan menit ke-60

100

80

60 menit ke-5

40 menit ke-60

20

0

0,25 0,5 1 2

Konsentrasi

Grafik 6. Grafik % peredaman ekstrak air Hibiscus sabdariffa menit ke-5 dan menit ke-60

Page 10: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

% P

ere

da

ma

n

80

70

60

50

40

30

20

10

0

0,25 0,5 1 2

Konsentrasi

menit ke-5

menit ke-60

Grafik 7. Grafik % peredaman ekstrak air Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl. menit ke-5 dan menit ke-60

Tabel 5. Nilai IC50 Ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa(Scheff.) Boerl.

Ekstrak Teh Menit Ke- Persamaan Grafik Nilai IC50

Ekstrak MetanolCamellia sinensis

5 Y = 6,170+666,541x 0,0658

60 Y = 27,557+711,789x 0,0315

Ekstrak MetanolHibiscus sabdariffa

5 Y = 3,622+16,379x 2,8315

60 Y = 9,969+30,665x 1,3054

Ekstrak MetanolPhaleria macrocarpa

5 Y = 12,282+81,262x 0,4642

60 Y = 10,466+164,753x 0,2399

Ekstrak AirCamellia sinensis

5 Y = -5,020+427,103x 0,1288

60 Y = -6,646+627,041x 0,0903

Ekstrak AirHibiscus sabdariffa

5 Y = -0,075+22,442x 2,2313

60 Y = 3,751+42,311x 1,0930

Ekstrak AirPhaleria macrocarpa

5 Y = 18,276+13,452x 2,3583

60 Y = 18,318+27,040x 1,1717

E. PEMBAHASANPada penelitian ini menggunakan tiga

jenis tanaman yaitu Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada ketiga jenis tanaman tersebut secara spektrofotometri dengan DPPH.

Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah secara spektrofotometri dengan DPPH karena merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani, E, 2005).

Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa

Page 11: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

(Scheff.) Boerl., mempunyai potensi sebagai antioksidan alami. Ketiga jenis tanaman ini mengandung antioksidan dari golongan flavonoid. Camellia sinensis mengandung katekin (Rohdiana, 2009). Pada Hibiscus sabdariffa terdapat antosianin (Mardiah, dkk,2009). Sedangkan pada Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. diduga terdapat senyawa flavonol (Satria, 2005).

Metode ekstraksi yang digunakan untuk ketiga jenis tanaman adalah maserasi karena cara ini merupakan metode yang mudah dilakukan dan menggunakan alat yang sederhana, cukup dengan merendam sampel dalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah metanol karena pelarut ini dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada sampel, baik senyawa polar maupun nonpolar. Metanol mudah menguap sehingga mudah dibebaskan dari ekstrak dan metanol cenderung lebih murah dibandingkan dengan pelarut organik yang lain. Semua filtrat yang diperoleh dari hasil ekstraksi diuapkan pada suhu dan tekanan rendah sehingga diperoleh ekstrak kental. Sedangkan ekstrak air diperoleh dengan menyeduh 10 gr sampel didalam 100 ml air panas, lalu didinginkan.

Ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl yang direaksikan dengan larutan DPPH, langsung mengubah warna ungu larutan DPPH menjadi kuning pucat. Menurut Prakash (2001), adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan perubahan warna pada larutan DPPH yang semula berwarna ungu menjadi kuning pucat. Perubahan intensitas warna disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH, karena elektron pada radikal DPPH berpasangan dengan atom hidrogen dari antioksidan sehingga menjadi DPPH-H yang merupakan radikal stabil.

Sebelum melakukan pengujian aktivitas antioksidan, terlebih dahulu diukur

absorban maksimum larutan DPPH 0,004% . Dari tabel 1, diketahui bahwa pada panjang gelombang 517 nm, larutan DPPH 0,004% menunjukkan absorban maksimum yaitu1,138. Ini menunjukkan bahwa absorban maksimum larutan DPPH 0,004% adalah pada panjang gelombang 517 nm. Menurut Amrun dan Umiyah (2005), serapan maksimum larutan DPPH ialah pada panjang gelombang 517 nm.

Pada tabel 2 dan tabel 3 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin rendah juga absorban yang dihasilkan. Menurut Amrun dan Umiyah (2005), adanya penurunan absorban menunjukkan peningkatan kemampuan peredaman radikal bebas DPPH. Yang artinya bahwa konsentrasi yang tinggi juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi. Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 bahwa konsentrasi ekstrak juga mempengaruhi % peredaman radikal bebas DPPH. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin besar % peredaman radikal bebas DPPH yang dihasilkan. Menurut Hanani, E.(2005), aktivitas antioksidan dari suatu ekstrak dinyatakan dalam persentase peredaman terhadap radikal bebas DPPH. Ini berarti bahwa besarnya konsentrasi ekstrak dapat mengakibatkan aktivitas antioksidan yang juga besar.

Akan tetapi, dari tabel 2 dan tabel 3 juga terlihat bahwa penambahan konsentrasi ekstrak menjadi dua kalinya, tidak menyebabkan % peredaman radikal bebas DPPH yang dihasilkan bertambah menjadi dua kalinya juga. Hal ini disebabkan karena ketidakstabilan antioksidan yang terdapat dalam ekstrak. Ketidakstabilan antioksidan tersebut dikarenakan mudah teroksidasinya antioksidan oleh lingkungan luar. Sehingga menurunkan aktivitasnya didalam meredam radikal bebas DPPH.

Pengujian aktivitas antioksidan dengan kontrol (+) larutan BHT 0,01% dapat dilihat pada tabel 4. Dari tabel dapat

Page 12: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

diketahui bahwa pada menit ke-5, %peredamannya 5,80% dan pada menit ke-60% peredamannya 17,57%.

Pada tabel 5, dapat dilihat nilai IC50

dari ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Penentuan nilai IC50 bertujuan untuk mengetahui berapa besar konsentrasi ekstrak yang dapat memberikan peredaman DPPH sebesar 50%. Nilai IC50 dihitung berdasarkan persamaan regresi linear yang didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dengan % peredaman DPPH.

Dari tabel 5, terlihat bahwa nilai IC50

dari ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis lebih kecil daripada Hibiscus sabdariffa dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Nilai IC50 ekstrak metanol Camellia sinensis pada menit ke-5 dan menit ke-60 adalah 0,0658 dan 0,0315. Sedangkan nilai IC50 ekstrak air Camellia sinensis pada menit ke-5 dan menit ke-60 adalah 0,1288 dan 0,0903. Menurut Molyneux (2004), nilai IC50 digunakan untuk menyatakan aktivitas antioksidan suatu bahan uji dengan metode DPPH, dan semakin kecil nilai IC50 semakin besar aktivitas antioksidannya. Ini artinya bahwa Camellia sinensis mempunyai aktivitas antioksidan yang besar dibandingkan Hibiscus sabdariffa dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Konsentrasi ekstrak metanol lebih kecil daripada konsentrasi ekstrak air, ini dikarenakan zat-zat aktif lebih banyak tersari pada pelarut metanol dibandingkan air. Dan juga proses penyarian ekstrak metanol diperlukan waktu seminggu untuk merendam ketiga jenis sampel dalam pelarut metanol, dibandingkan pada pembuatan ekstrak air yang hanya menyeduh ketiga jenis sampel dengan air panas dalam waktu yang singkat, lalu didinginkan. Jadi, dapat diketahui bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia

sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., mempunyai aktivitas antioksidan dalam meredam radikal bebas DPPH.

A. KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian Uji

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Secara Spektrofotometri Dengan DPPH dapat ditarik kesimpulan yaitu:1. Ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia

sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. mempunyai kemampuan meredam radikal bebas DPPH.

2. Kemampuan meredam radikal bebas DPPH Camellia sinensis lebih besar daripada Hibiscus sabdariffa dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

3. Konsentrasi efektif yang menunjukkan persentase peredaman radikal bebas terbesar pada ekstrak metanol Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., adalah 0,0625%, 2%, dan 0,5%. Sedangkan pada ekstrak air Camellia sinensis, Hibiscus sabdariffa, dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., adalah 0,125%, 2%, dan 2%.

4. Nilai IC50 dari ekstrak metanol dan ekstrak air Camellia sinensis lebih kecil dari Hibiscus sabdariffa dan Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

B. SaranDari hasil penelitian ini, dapat

disarankan untuk melakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan berbagai macam metode sehingga didapatkan satu macam metode yang memberikan hasil terbaik.

Page 13: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

Arief, Sjamsul. 2006. Radikal Bebas.Laporan Penelitian Bagian Ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Amrun, M., dan Umiyah. 2005. Pengujian Antiradikal Bebas Difenilpikril Hidrazil (DPPH) Ekstrak Buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L.) Dari Daerah Jember. Jurnal Ilmu Dasar VI (2). Halaman 110-112. (h ttp:// www. a m run @ f a r m a s i .un e j . ac . i d , diakses tanggal 1 Februari2010)

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNAIR (tidak dipublikasikan)

Blaschke, G., dan Roth, H, J. 1988. Analisis Farmasi. T er j e m a h a n O l e h : Kisman, S., dan S. Ibrahim. Gadjah Mada University Press, Jakarta, Indonesia. Halaman 373

Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT Bumi Aksara, Jakarta, Indonesia. Halaman 120-121

Day, R. A., dan A. L. Underwood. 1981.Analisis Kimia Kualitatif edisi 4. T er j e m a h a n O l e h : Widaningsih, Soending, dan Rahadjeng. Erlangga, Jakarta, Indonesia. Halaman 397-401

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia edisi III. Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 24,772-773

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia edisiIV. Direktur Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan. Halaman 7,157, 1061-1062

Fulder, Stephen. 2004. Khasiat Teh Hijau.Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, Indonesia

Hanani, E., A. M. Abdul., dan S. Ryany.2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia SP Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, II (3). Halaman 130

Harmanto, Ning. 2004. Mahkota Dewa: Obat Pusaka Para Dewa. PT Agromedia Pustaka, Jakarta, Indonesia. Halaman 9-24, 29-31

Harry, R. E. 1962. Modern Cosmeticology: The Principles and Practice of Modern Cosmetic Volume I. Chemical Publishity Co.INC, New York. Halaman 621

Mardiah, dkk. 2009. Budidaya dan Pengolahan Rosela Si Merah Segudang Manfaat. PT Agromedia Pustaka, Jakarta, Indonesia. Halaman 9, 13-21, 23-28

Marx, J. L. 1985. “Oxygen Free Radicals Linked to Many Disease”.D a l a m : Science. 235: 529-531

Muhilal. 1991. Teori Radikal Bebas Dalam Gizi dan Kedokteran. Cermin Dunia Kedokteran Nomor 73. Halaman 9-11

Munson, J. W. 1991. Analisis Farmasi Metode Modern. T er j e m a h a n O l e h : Marjana. Airlangga University Press, Surabaya, Indonesia. Halaman 369-378

Page 14: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Camellia Sinensis, Decrypted

Prakash, Aruna. 2001. Antioxidant Activity Medallion Laboratories Analitical Progress, 19 (2). Minnesota. Halaman 1-3

Rohdiana, Dadan. 2009. Teh Ini Menyehatkan. Alfabeta, Bandung, Indonesia. Halaman 70-81

Rohman, A. dan R. Sugeng. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) Secara In Vitro. Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3). Halaman 137-138

Satria, E. 2005. Potensi Antioksidan Dari Daging Buah Muda dan Daging Buah Tua Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] [skripsi] Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

Setiawan. 2006. Taksonomi Tanaman Teh (Camellia sinensis). D a l a m : Mia Rusmila (Editor). Karya Tulis Ilmiah: Uji Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Teh (Camellia sinensis). Palembang, Indonesia. Halaman 4-5

Soeksmanto, A., Y. Hapsari dan P.Simanjuntak. 2007. Kandungan Antioksidan Pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.]. Biodiversitas 8 (2). Halaman 92-95

Tedjapranata, Mulyadi. 2008. Peran RadikalBebas Pada Beberapa Penyakit.

( h ttp:// www. p us t a k a l e w i . i nfo , diakses tanggal 5 Februari 2010)

Trilaksani, Wini. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan Peran Terhadap Kesehatan. (h ttp:// www.w i n i . t r il a ks@ pl a s a . c o m , diakses tanggal 1 Februari2010)

Tuminah, Sulistyowati. 2004. Teh (Camellia sinensis) Sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran No 144. Halaman 52-54

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Halaman 564, 568, 570,574-577, 642

Widyanto, Poppy Suryaatmaja. 2009.Rosela: Aneka Olahan, Khasiat, dan Ramuan. Penebar Swadaya, Jakarta, Indonesia. Halaman 6-9,11-13

Winarsi, Hery., et al. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya Dalam Kesehatan. Kanisius, Yogyakarta, Indonesia. Halaman 11, 17-18, 20, 77-111,122, 211-218

Winarto, W. P., dan Tim Karyasari. 2005.Mahkota Dewa: Budidaya dan Pemanfaatan Untuk Obat. Penebar Swadaya, Jakarta, Indonesia.

Yuniarti, Titin. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Media Pressindo, Yogyakarta, Indonesia. Halaman 253-254