tugas.xml document.doc
TRANSCRIPT
![Page 1: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/1.jpg)
MODUL 1
PENDAHULUAN
1.1. PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan manajemen konstruksi
didasari dari proses proyek itu sendiri, yang mempunyai awal dan akhir serta tujuan
menyelesaikan proyek tersebut alam bentuk bangunan fisik secara efisien dan efektif.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang salah satunya menyangkut aspek teknik
pelaksanaan manajemen konstruksi itu sendiri dalam penyelenggaraannya. Beberapa
ruang lingkup pekerjaan yang menjadi aspek teknik dapat dilihat dibawah ini :
Ruang Lingkup Proyek(Scope) WBS
OAT
Organisasi
Waktu MutuBiaya
Gambar 8.1 : Struktur pendekatan untuk manajemen proyek dengan variabel ruang llingkup kegiatan yang merupakan aspek tekniknya.(Sumber : Turney J. Rodney : “The Handbook of Project Based Management”, McGraw-Hill Book Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991)
dari gambaran sistematika di atas, dapat disebutkan bahwa proses proyek konstruksi
dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan serah terima. Selama proses
berlangsung, beberapa aspek teknik yang berkaitan dengan proses, perlu diketahui.
Aspek teknik yang umum dilakukan terdistribusi dalam :
- Perencanaan (planning)
- Penjadwalan (scheduling)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
Maksud dan Tujuan dari Proyek Konstruksi
(purpose / benefit change)
![Page 2: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/2.jpg)
- Pengendalian (controling)
Hal ini untuk mencapai tujuan proyek yaitu menghasilkan bangunan fisik yang
mempunyai variabel biaya-mutu-waktu yang optimal. Sebagaimana diketahui secara
tradisional bahwa ketiga variabel tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi,
yang umumnya dikenal sebagai Biaya – Mutu – Waktu.
Mutu
Biaya Waktu
Gambar 8.2 : Segitiga variabel biaya – mutu – waktu yang saling mempengaruhi, variabel utama dalam aspek teknik manajemen konstruksi (Sumber : Turney J. Rodney : “The Handbook of Project Based Management”, McGraw-Hill Book Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991)
Ketiga variabel tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Sebagai misal MUTU :
kualitas mutu berkaitan dengan BIAYA yang dikeluarkan, besar kecilnya biaya secara
umum menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu pekerjaan yang sama dengan
spesifikasi yang sama pula. Demikian pula dengan WAKTU pelaksanaan, tinggi
rendahnya MUTU secara tidak langsung berkaitan dengan lama waktu pelaksanaan,
mutu yang tinggi membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan mutu yang lebih intensif,
sehingga jelas akan memakan waktu yang lebih daripada waktu yang normal. Dari
WAKTU yang lebih lama ini otomatis, paling tidak dari segi biaya tidak langsung, akan
kembali menambah BIAYA pelaksanaan. Bentuk saling ketergantungan ini memberikan
beberapa kebutuhan akan teknik untuk menajemen proses konstruksi seperti tersebut di
atas. Atas dasar tersebut, pada modul ini akan dibahas beberapa teori / teknik dalam
lingkup pelaksanaan manajemen proyek konstruksi, yang meliputi :
1. Tahap Perencanaan
Penyusunan Work Breakdown Structure (WBS)
Penyusunan Organization Analysis Table (OAT)
Memperkirakan durasi dari WBS, OAT, Analisa Harga Satuan dan Ketersediaan
Sumber Daya Manusia.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
![Page 3: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/3.jpg)
2. Tahap Penjadwalan
Diagram Jaringan 1 (Activity on Arrow)
Diagram Jaringan 2 (Pengantar Activity on Node)
Metode Lintasan Kritis (CPM)
Aliran Kas (Cash Flow)
3. Tahap Pengendalian
Monitoring 1 : Kurva – S
Monitoring 2 : Integrasi Biaya – Waktu (Earned Value)
Percepatan Waktu dengan Biaya Optimal (Least Cost Analysis).
1.2. MEMBUAT JABARAN PEKERJAAN : WBS
1.2.1. Penentuan Metode Konstruksi
Tahap pertama sebelum memulai suatu pelaksanaan proyek konstruksi, harus
ditentukan terlebih dahulu suatu metode untuk melaksanakannya. Dalam skala
organisasi suatu proses perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi, sangatlah penting
untuk menentukan metode konstruksi terlebih dahulu, karena setiap jenis metode
konstruksi akan memberikan karakteristik pekerjaan yang berbeda. Penentuan jenis
metode konstruksi yang dipilih akan sangat membantu menentukan jadwal proyek.
Metode konstruksi yang berbeda akan memberikan ruang lingkup pekerjaan dan durasi
yang berbeda pula, yang sudah barang tentu juga akan memberikan dampak kepada
finansial dalam bentuk biaya. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi jenis ruang lingkup
pekerjaan yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam menentukan metoda konstruksi yang akan digunakan. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah :
a. Sumber daya manusia dengan skill yang cukup untuk melaksanakan suatu metode
pelaksanaan konstruksi.
b. Tersedianya peralatan penunjang pelaksanaan metode konstruksi yang dipilih.
c. Material yang cukup tersedia.
d. Waktu pelaksanaan yang maksimum dibandingkan pilihan metode konstruksi
lainnya.
e. Biaya yang bersaing.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
![Page 4: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/4.jpg)
1.2.2. Jabaran Kegiatan / Work Breakdown Structure (WBS)
Setelah proyek konstruksi didefinisikan, kemudian dilanjutkan dengan penentuan
metode konstruksi yang dipilih, maka tahap berikutnya dapat direncanakan jabaran
pekerjaan yang umum disebut WBSnya. Pada kenyataannya ada keterkaitan yang erat
antara perencanaan, pengendalian dan penyelenggaraan proyek yang dapat dilihat dari
penyusunan jabaran pekerjaan. Perencana memulai dengan mencari informasi yang
dibutuhkan pada thap-tahap awal proyek. Makin lama kebutuhan informasi ini akan
meningkat sesuai dengan berkembangnya suatu proyek. Suatu proyek akan dipecah
menjadi beberapa bagian dan seterusnya menjadi sub-bagian. Pada tiap tahap
perancangan, perencana harus memisahkan bagian-bagian dari rencana proyek.
Misalkan pada awal desain dapat dilihatlingkup pekerjaan secara umum. Selanjutnya
detail lebih lanjut tiap bagian ini dapat dibagi menjadi komponen yang lebih rinci.
Memecah lingkup proyek dan menyusun kembali komponennya dengan mengikuti
struktur hierarki tertentu dikenal sebagai membentuk Work Breakdown Structure.
Disamping sebagai kerangka pembagian kerja untuk pelaksanaan proyek, WBS juga
merupakan sarana untuk perencanaan, pemantauan dan pengendalian. Dari gambaran
utuh proyek tersebut, kemudian akan terjadi pembagian menurut hirarki yang makin
lama makin terinci dengan lingkup yang juga mengecil sedangkan kompleksibilitasnya
makin berkurang sampai akhirnya dianggap cukup terinci tetapi masih dapat dikelola
dengan baik. Suatu paket kerja sebagai paket kerja terkecil memenuhi sifat-sifat :
Masih dapat dikelola
Dapat direncanakan jadwal pelaksanaan dan jadwal anggarannya
Mudah diukur kemajuan pelaksanaan serta pemakaian biayanya
Dapat dikaji kualitas kerja dan hasil akhirnya
Jika diintegrasikan dengan WBS lainnya akan menjadi lingkup proyek secara
keseluruhan
Salah satu fungsi dari WBS adalah dari segi penanganan terhadap suatu resiko.
Dengan membagi lingkup proyek menjadi sejumlah paket kerja berarti memungkinkan
mengisolasi suatu resiko hanya pada satu item WBS yang bersangkutan.
Dalam menyusun WBS, struktur secara hierarki yang dipilih didasarkan kepada fasilitas
yang hendak dibangun sesuai dengan jabaran lingkup kontrak atau sistem atau
kombinasi diantaranya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
![Page 5: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/5.jpg)
Tingkat 1 : Lingkup proyek seutuhnya
Tingkat 2 : Unit Utama dan pendukung
Tingkat 3 : Diuraikan menjadi sub-unit
Sampai tingkat ke – n
Tingkat n : bagian-bagian dari sub unit, dapat pula dibagi berdasarkan lokasi,Sampai yang masih dapat dikelola
Gambar 8.3 : Penyusunan hirarki Work Breakdown Structure
(Sumber : H.N. Ahuja : “Construction Performance Control By Network”, John Wiley & Son, New York, 1976)
Contoh 1 : WBS Gedung Kantor
Contoh 2 : WBS Proyek Pembuatan Jaringan Air Bersih suatu kota
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
Proyek PDAM Jaringan Air Bersih
![Page 6: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/6.jpg)
1.3. TABEL ANALISIS ORGANISASI / ORGANIZATION ANALYSIS TABLE (OAT)
Tahap berikutnya, setelah menentukan metode konstruksi – lengkap dengan
syarat-syarat teknisnya guna kepentingan kontrol, dilanjutkan dengan penyusunan
WBS, maka diperlukan peran pelaku untuk melaksanakan paket-paket pekerjaan
tersebut. Perlu diingat bahwa salah satu tujuan utama perencanaan manajemen
konstruksi adalah mengembangkan suatu instrumen yang dapat dipakai untuk
mengendalikan perencanaan dan kinerja suatu pekerjaan. Agar tujuan dapat dicapai,
kriteria berikut perlu dipenuhi :
1. Mempersiapkan semua elemen-elemen dan tahapan-tahapan proyek (melalui WBS).
2. Mempersiapkan semua pihak yang terkait dan ikut berpartisipasi dalam proyek.
3. Menyediakan tolok ukur dengan cara melokalisasikan tanggung jawab.
Sedangkan untuk kriteria kedua dan ketiga perencana harus mengidentifikasi pihak-
pihak atau organisasi yang bertanggung jawab tiap paket pekerjaan. Dengan kata lain
perencana harus mengidentifikasi tingkatan yang bertanggung jawab dalam organisasi
tersebut sebagai padanan WBS.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
Proyek Pembuatan Intake & Pipa Air Distribusi
Proyek Pembuatan Water Treatment Tank
Proyek Jaringan Pipa Distribusi
Pembuatan Intake
Pemasangan Pipa Air Baku
Reservoir Sedimentasi
Reservoir Koagulasi
Filter
Reservoir Air Bersih
Jaringan Primer dan Joint
Jaringan Pipa Sekunder
A
Jaringan Pipa Sekunder
Pekerjaan Pemasangan Pipa
Pek. Pengambungan Pipa
Pekerjaan Galian Tanah
Pek. Pemadatan dan Timbunan
![Page 7: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/7.jpg)
OAT merupakan jabaran dari organisasi proyek yang dimulai dari pimpinan proyek pada
tingkatan paling atas yang kemudian dibagi-bagi menjadi divisi-divisi dengan tingkatan
yang lebih rendah atau departemen yang diperlukan untuk mengelola secara fungsional
dalam organisasi lapangan seperti dalam contoh.
1.4. HUBUNGAN WBS, OAT DAN DURASI
Hal yang penting diingat dalam menyusun perencanaan WBS dan OAT, adalah
keduanya harus sepadan (match). Langkah selanjutnya dalam perencanaan jaringan
kerja adalah alokasi sumber daya yang meliputi : pekerja, peralatan dan material. Dari
metode konstruksi dan sumber daya yang sudah ditetapkan dapat dihitung durasi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
Pimpinan Proyek
Pimpinan Bagian Proyek Pimpinan Bagian Proyek Pimpinan Bagian Proyek
Site Engineer
Site Engineer
Site Engineer
Site Engineer
Site Engineer
Site Engineer
Site Engineer
Site Engineer
A
Site Engineer
Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Mandor
Mandor
Tukang
Mandor
Mandor
Tukang
Mandor
Mandor
Tukang
Mandor
Mandor
Tukang
![Page 8: tugas.XML document.doc](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022073120/55cf9d96550346d033ae46d0/html5/thumbnails/8.jpg)
kegiatan dan harga satuan. Untuk jelasnya diberikan diagram alir hubungan antara
WBS, OAT, Analisa Harga Satuan dan perkiraan durasi kegiatan.
Gambar 8.4 : Diagram alir proses perhitungan perkiraan durasi dengan menggunakan WBS, OAT, Analisis Harga Satuan dan Volume Pekerjaan.(Sumber : H.N. Ahuja : “Construction Performance Control By Network”, John Wiley & Son, New York, 1976)
Daftar Pustaka :1. Ahuja, H. N., “Construction Performance Control By Network”, John Wiley
& Sons, New York, 1976.2. Hendrickson, C.; Au, T., “Project Management For Construction :
Fumdamental Concepts for Owners, Engineers, Architects, and Builders”, Prentice Hall-Engelwood New Jersey, 1989.
3. Shtub, A.; F Bard, J.; Globerson, S., “Project Management : Engineering, Technology, and Implementation”, Prentice Hall-Engelwood New Jersey, 1994.
4. Suharto, I., “Manajemen Proyek : Dari konseptual sampai operasional”, Erlangga, Jakarta, 1995.
5. Turner, J. R., “The Handbook of Project Based Management”, McGraw-Hill Book Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MTPERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK
Proyek Konstruksi “X”
WBS OAT AnalisisHarga Satuan
Volume Pekerjaan
Kebutuhan akan komposisi Sumber Daya Manusia
sesuai keahlian
Kebutuhan kepastian sumber daya manusia per satuan
volume pekerjaan
Perhitungan Perkiraan Durasi
Pekerjaan