tugas pp alfina andani 230110120084
DESCRIPTION
Tugas Pembangunan Perikanan 2015 mengenai kebijakan perikanan di IndonesiaTRANSCRIPT
ALFINA ANDANI
2300110120084
S O A L
1. Pengertian dari kebijakan distributif, regulatoris, dan konstituen ?
2. Hubungan ketiga kkebijakan tersebut dengan kebijakan, sebagai berikut:
a. Causal
b. Deterministik
c. Index
d. Memoryless
e. Oppurtunistic
f. Stationary
3. Bagaimana kebijakan pembangunan perikanan yang dijalankan pemerintah
sekarang ? Apa jargonnya ?
4. Uraikan beberapa kebijakan yang ada sekarang!
Kategorinya growth dan development ?
Uraikan alasannya!
J A W A B A N
Kebijakan yang berorientasi distributif adalah kebijakan yang dibentuk
untuk mengalokasikan anggaran pemerintah, untuk mensubsidi keperluan publik,
seperti untuk proyek-proyek pekerjaan umum, pengadaan dan pemeliharaan
infrastruktur perhubungan dan lain sebagainya.
Kebijakan distributif merupakan kebijakan dan program-program yang
dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk mendorong kegiatan di sektor swasta
atau kegiatan-kegiatan masyarakat yang membutuhkan intervensi pemerintah
dalam bentuk subsidi atau sejenisnya di dalam kegiatan tersebut tidak akan
berjalan tanpa adanya campur tangan pemerintah tersebut. Kebijakan distributif
merupakan penggunaan anggaran belanja negara atau daerah untuk memberi
manfaat secara langsung pada individu atau kelompok atau komunitas tertentu.
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah bisa mengambil beberapa bentuk,
diantaranya cash atau in-kind, contohnya hadiah, pinjaman dengan bunga lunak,
dan penurunan pajak. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah dapat dimaksudkan
untuk mendatangkan efek, yaitu positif (masyarakat mau melakukan aktivitas
ALFINA ANDANI
2300110120084
yang dikendaki pemerintah) dan negatif (masyarakat tidak melakukan aktivitas
yang tidak disukai pemerintah). Persoalan yang muncul dalam pembuatan
kebijakan distributif, sebagai berikut:
Asumsi yang dipakai selama ini seolah antara kebijakan distributif yang
satu dengan yang lain tidak berhubungan.
Faktanya, anggaran pemerintah sangat terbatas, sehingga kebijakan
distributif yang dibuat oleh pemerintah dapat bersifat zero sum game,
artinya pembuatan kebijakan yang satu akan berimplikasi pada hilangnya
kebijakan yang lain.
Bentuk-bentuk kebijakan distributif, contohnya subsidi Bahan Bakar
Minyak (BBM), subsidi alat-alat penangkapan ikan untuk nelayan tradisional,
subsidi pengelolaan daerah konservasi, dan kartu sehat bagi pesisir masyarakat.
a. Causal dalam Kebijakan Distributif
Hubungan sebab akibat dari suatu permasalahan yang ada memungkinkan
suatu aturan yang berlaku bagi kalangan masyarakat, bahkan individu seseorang
untuk turut serta mengikuti sebuah aturan yang rasional, tentunya kebijakan
tersebut dibangun untuk kepentingan dan manfaat bersama. Hubungan yang baik
suatu teori kausal mensyaratkan bahwa hubungan-hubungan timbal balik antara
campur tangan pemerintah disatu pihak, dan tercapainya tujuan-tujuan program
dapat dipahami dengan jelas. Sebagai contoh pemanfaatan sumber daya perairan
yang tidak rasional sehingga diadakan suatu perauran untuk mensubsidi biaya
pengelolaan daerah konservasi, masyarakat ikut turut serta dalam pengelolaan.
Pembiayaan subsidi kapal bagi nelayan kalangan bawah agar proses distribusi dan
produksi meningkat namun masih diperhatikan kaidah jumlah penangkapan yang
diperbolehkan.
b. Deterministik dalam Kebijakan Distributif
Pandangan bahwa semua kejadian saat ini dan masa depan secara kausal
diharuskan oleh peristiwa masa lalu yang dikombinasikan dengan hukum alam.
Artinya dalam kebijakan distributif adalah suatu faktor atau kejadian tertentu yang
mempengaruhi tindak peraturan selanjutnya yang ada. Contoj peraturan distribusi
daerah pengelolaan konservasi terhadap faktor yang berkesinambungan dan
ALFINA ANDANI
2300110120084
sinergis antara ekosistem mangrove terhadap habitat burung perairan yang
berimigrasi.
c. Indeks dalam Kebijakan Distributif
Alat ukur dijadikan suatu pengukuran bisa berupa nilai yang terdiri dari
beberapa kriteria sesuai dengan hasil pengukuran yang ada dan real, contohya
indeks keanekaragaman ikan demersal, indeks kesejahteraan nelayan, dan indeks
perikanan mangrove.
d. Memoryless dalam Kebijakan Distributif
Kebijakan dari segi distributif, yang mendistribusikan manfaat kepada
masyarakat warga negara, tidak lepas dari peranan pemerintah, akan tetapi
kebijakan tersebut hanya dibuat atas dasar sensasi. Contoh jaminan penggantian
kapal bila terjadi kerusakan dan subsidi BBM dan biaya produksi, serta insentif
penjualan harga ikan di Tempat Pelelangan Iklan (TPI) yang kenyataannya saat ini
hanya menjadi batas omongan belaka, dan peranan dari permainan politik (KKN)
yang cukup andil di dalamnya.
e. Opportunistic dalam Kebijakan Distributif
Kebijakan publik (kebijakan distributif) dapat diartikan sebagai kebijakan
yang memiliki sifat spekulatif dan untung-untungan, tingkah laku opportunistik
(opportunistic behaviour), Tingkah laku opportunistik dapat dijabarkan dalam
beberapa tindakan dan perilaku manusia atau organisasi yang bertentangan dengan
tujuan baik yang diinginkan manusia. Contoh pembagian hasil perikanan
berdasarkan hukum adat laut.
f. Stationary dalam Kebijakan Distributif
Titik pengamatan dan pertimbangan dalam memproses pemecahan suatu
masalah. Contoh Kesejahteraan nelayan yang minimum sehingga perlu adanya
lembaga atau organisasi yang menangani peminjaman modal kepada nelayan
untuk dapat meningkatkan produksinya, tentunya dengan syarat dan parameter
tertentu yang diujikan.
ALFINA ANDANI
2300110120084
Kebijakan regulatif atau mandate merupakan kebijakan yang membatasi
sekelompok individu dan lembaga atau sebaliknya, memaksa jenis perilaku
tertentu. Kebijakan regulatif biasanya paling berhasil dijalankan jika perilaku baik
atau mendukung dapat dengan mudah dipantau dan perilaku buruk atau
menentang dapat dengan mudah diatur dan dihukum dengan denda atau sanksi.
Tujuan adalah mencegah individu tidak melakukan tindakan yang tidak
diperbolehkan atau yang dapat mengganggu kepentingan atau ketertiban umum.
Contohnya kebijakan terhadap jumlah kapal yang merapat di pelabuhan,
kebijakan pembatasan jarak menemukan daerah fishing ground ikan terhadap
kemampuan kapal (per GT), dan kebijakan pembatasan jumlah alat tangkap yang
diperbolehkan serta pembatasan mesh size atau mata jaring untuk penangkapan
sesuai dengan kaidah aturan yang berlaku.
Kebijakan regulatif dibagi dua yaitu kebijakan kompetitif regulatif,
kebijakan protektif regulatif, yang menurut pengertiannya sebagai berikut:
1. Kebijakan Kompetitif Regulatif
a) Kebijakan atau program yang dimaksudkan untuk membatasi siapa
yang boleh menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
b) Asumsi yang dipakai, yaitu:
Barang dan jasa yang dibutuhkan merupakan barang langka
sehingga tidak mungkin mengijinkan semua masuk di dalamnya
contoh frekuensi radar kapal.
Ada keperluan untuk menstandardisasi jenis barangatau jasa demi
keselamatan konsumen
2. Kebijakan Protektif Regulatif
Kebijakan regulatif diorientasikan untuk mengatur berjalannya roda
perekonomian, contohnya pemberlakuan upah minimum, pengaturan anti-
monopoli, dan standar polusi udara dan limbah pabrik. Kebijakan atau program-
progran yang bersifat protektif dibuat oleh pemerintah dengan maksud untuk
melindungi masyarakat dengan mengatur apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh sektor swasta.
ALFINA ANDANI
2300110120084
a. Aktivitas-aktivitas yang dapat merugikan atau membahayakan
masyakarat tidak akan diijinkan untuk dijual di pasar oleh sektor
swasta.
b. Kondisi yang dipertimbangan sangat diperlukan untuk melindungi
kepentingan masyarakat harus diatur oleh pemerintah. Contoh-contoh
kebijakan protektif, diantaranya:
Ijin pengemudi kapal
Pelabelan halal pada makanan hasil perikanan
Peraturan tentang pengolahan limbah industri sekitar perairan
Ijin kelayakan kapal nelayan.
Ijin penggunaan alat tangkap yang diperbolehkan (Penggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan, contoh trawl atau pukat
harimau).
a) Causal dalam Kebijakan Regulasi
Pemenuhan kebutuhan akan produksi meningkat dan masyarakat
cenderung mengeksploitasi besar-besaran tetapi tidak dengan kaidah penangkapan
yang tepat, maka untuk mendapatkan suatu SDA yang lestari perlu diadakan
kebijakan penggunaan alat tangkap, jenis kapal serta komponen seperti cool
storage, ruang palkah yang diperbolehkan (GT) sesuai dengan daerah tangkapan
Zona pesisir atau ZEE.
b) Deterministik dalam Kebijakan Regulasi
Kebijakan pengelolaan terhadap perusahaan sekitar pesisir laut yang
memiliki peranan distribusi pencemaran air harus melakukan pengelolaan daerah
konservasi dan turut serta dalam kajian pengelolaan tersebut.
c) Indeks dalam kebijakan regulasi mencangkup banyak aspek yaitu
perhitungan indeks pajak, dan indeks perkapalan.
d) Memoryless dalam Kebijakan Regulatif
Kebijakan yang memuat suatu aturan hanya disebabkan dasar sensasi.
Peraturan yang dibuat pemerintah dengan tujuan memikat aspirasi masyarakat itu
sendiri.
ALFINA ANDANI
2300110120084
e) Opportunistic dalam Kebijakan Regulasi
Peraturan-peraturan hokum laot terhadap pengelolaan perairan seperti
upacara adat dalam pengaturan tata cara penangkapan ikan di laut (meupayang),
menetapkan waktu penangkapan ikan di laut, melaksanakan ketentuan-ketentuan
adat dan mengelola upacara-upacara adat kenelayanan.
f) Stationary dalam Kebijakan Regulasi
Perlindungan mutu laut meliputi upaya atau kegiatan pengendalian
pencemaran dan/atau perusakan laut bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
turunnya mutu laut dan/atau rusaknya sumber daya laut akibat kegiatan manusia,
sehingga aspek ekonomi social turut serta dalam peningkatan sumber daya lestari
sehingga diberlakukan pajak, izin penangkapan, dan izin alat tangkap.
Kebijakan konstituen adalah kebijakan yang secara aktif mengambil
bagian dalam proses menjalankan organisasi dan yang memberikan otoritas paling
besar. Kebijakan konstituen menghasilkan kelompok yang memiliki kekuatan
eksekutif karena hukum dan kebijakan yang mengatur tata relasi antara negara dan
masyarakat, antara eksekutif dan legislatif, dan lain sebagainya. Contoh kebijakan
tersebut luas dan mencangkup semua kebijakan yang ditetapkan, yaitu kebijakan
pengelolaan sumber daya alam (perairan) berdasarkan UU Nomor 31 Tahun 2004,
Keputusan UUD 1945 tentang penggunaan alat tangkap yang berwawasan ramah
lingkungan. Keputusan pendiri suatu lembaga pengurusan khusus yang mengelola
konstribusi perikanan darat maupun laut (Departemen Perikanan dan Kelautan).
Keputusan International dengan pengambilan keputusan akan aturan Zona
Ekonomi Eksklusif, peranan aturan lembaga Permasyarakatan International PBB
berdasarkan aturan FAO dengan kebijakan Code of Conduct Of Responsible
Fisheries.
Kebijakan konstituen ditandai dengan kemungkinan pengenaan paksaan
fisik yang sangat jauh, dan penerapan kebijakan itu secara tidak langsung melalui
lingkungan. Kebijakan konstituen terdiri dari dua lingkup bidang garapan, sebagai
berikut:
ALFINA ANDANI
2300110120084
1. Urusan keamanan nasional dan luar negeri, yaitu:
Pertahanan keamanan
Badan intelijen
Ketertiban umum
Dipomasi
Penerangan luar negeri
2. Berbagai dinas pelayanan administrasi, yaitu:
o Lembaga administrasi negara
o Badan administrasi kepegawaian negara
o Percetakan negara
o Biro statistik
o Pengkajian dan penerapan teknologi.
(Sumber: www.google.com/kebijakan-distributif-regulatoris-dan-konstituen/ 24-09-2015/ 10.45 WIB)
Tabel 1a. Kebijakan Pembangunan Perikanan
ALFINA ANDANI
2300110120084
Tabel 1b. Kebijakan Pembangunan Perikanan
(Sumber: Pembangunan Kelautan dan Perikanan dalam Prioritas Pembangunan Nasional 2015 – 2019. Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Jakarta, 28 Januari 2013)
Pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya
alam, dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan jasa
yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara
terus menerus. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
generasi yang akan datang.
Sumber:
Jaya, A. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Bogor. Tugas Individu Semester Ganjil, Program S3 Institut Pertanian Bogor.
Pembangunan merupakan peningkatan pendapatan masyarakat yaitu
tingkat pertambahan GDP atau GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi
tingkat pertumbuhan penduduk. Pembangunan merupakan perkembangan GDP
atau GNP yang terjadi disuatu Negara bersamaan dengan perombakan dan sruktur
ekonominya.
ALFINA ANDANI
2300110120084
Industrialisasi perikanan merupakan jargon Kementerian Kelautan dan
Perikanan, dengan pengertian sebuah bentuk kebijakan strategis yang diharapkan
akan mampu mendorong jalannya siklus usaha perikanan budidaya secara
berkelanjutan dan menjadi penggerak bagi pilar pertumbuhan ekonomi nasional,
yaitu pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-environment. Terdapat tiga faktor
kunci dalam konsep industrialisasi perikanan, yaitu peningkatan nilai tambah atau
value added, efisiensi dan daya saing (bargaining position). Pada ke-tiga faktor
tersebut akan mampu mendorong terciptanya iklim usaha yang positif sebagai
upaya dalam meningkatkan pendapatan optimum dan kesejahteraan masyarakat
secara merata.