tugas pengolahan sampah
TRANSCRIPT
TUGAS
PENGOLAHAN SAMPAH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
NURUL ASMARANI (D12111265)
ALIYAH FAKHRUNNISA (D12111266)
A.AIDIHIL (D12111267)
RISKI SAPUTRA (D12111268)
ANDI NISWATUN NAJIAH (D12111269)
Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar
2013
SAMPAH, KARAKTERISTIK, DAN JENISNYA
Definisi sampah
- Kamus Lingkungan (1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam proses
produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur, atau
materi berlebihan atau buangan.
- Istilah Lingkungan untuk Manajemen, sampah adalah suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivasi manusia maupun proses alam
yang belum memiliki nilai ekonomis.
- Tanjung, Dr. M.sc, sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang
oleh pemiliknya atau pemakai semula
- Radyastuti, W. Prof. Ir, sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai
- Undang-undang No 18, sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari suatu sumber hasil aktivasi manusia maupun proses alam yang
tidak memiliki nilai ekonomis.
CIRI-CIRI SAMPAH
- merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi
(barang bekas) maupun bahan yang sudah tidak diambil bagian utamanya
- merupakan bahan yang sudah tidak ada harganya
- bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah
pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.
-
JENIS-JENIS SAMPAH
Ada beberapa penggolongan sampah, penggolongan ini berdasarkan atas beberapa
criteria yaitu asal sampah, sifat sampah, dan jenisnya
1. Penggolongan Berdasarkan Asal Sampah
- Sampah hasil rumah tangga termasuk didalamya sampah rumah sakit, hotel dan
kantor
- Sampah hasil kegiatan industry
- Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, perikanan dan
peternakan.
- Sampah hasil kegiatan perdagangan misal sampah pasar, swalayan dan took
- Sampah hasil kegiatan pembangunan
- Sampah jalan raya
2. Penggolongan Berdasarkan Sifat Sampah
- Sampah organik terdiri atas dedaunan, sisa makanan, kertassayur dan buah.
Sampah organik merupakan sampah yangmengandung senyawa organik dan
tersusun oleh unsure karbon, hidrogen dan oksigen serta sampah organik
mudahterdegradasi oleh mikroba
- Sampah anorganik terdiri atas kaleng, plastik, besi, kaca dan bahan-bahan
lainnya yang tidak tersusun oleh senyawa organik. Sampah ini tidak dapat
terdegradasi oleh mikroba sehingga sulit diuraikan.
3. Penggolongan Berdasarkan Bentuknya
- Sampah padat
- Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan,
sampah pertanian dan perkebunan.
- Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:
- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki
nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.
- Sampah cair,
- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
- Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
4. Sampah Spesifik
Sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat,
konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi,
sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere
bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3
(sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah
hasil kerja bakti).
PENANGANAN SAMPAH
Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang
tidak mengganggu dan menekan volume sampah sekecil mungkin sehingga
mempermudah dalam pengelolaannya
1. Pengurangan Sampah
Pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), adapun
kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah yaitu:
- Menetapkan sasaran pengurangan sampah
- Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
- Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang ataudiguna ulang
- Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
- Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daurulang
2. PenangananSampah
Penanganan sampah meliputi proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Proses ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam.Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing
masing jenis zat.
3. Pembuangan sampah
Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus pengelolaan
persampahan formal. Fase ini dapat menggunakan berbagai metode dari yang
sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode pembuangan akhir yang
banyak dikenal sebagai berikut :
- Open dumping, Metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang sederhana
karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus.
Penerapan cara ini umumnya dikarenakan alasan keterbatasan sumber daya
baik kemampuan teknis manusia maupun kemampuan pendanaan. Cara
pembuangan secara open dumping banyak menimbulkan masalah pencemaran
dan gangguan lingkungan seperti: perkembangan vektor penyakit berupa lalat
dan tikus, polusi udara oleh debu, bau dan gas yang dihasilkan, polusi air akibat
banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul dan meresap kedalam tanah,
estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor.
- Control landfillmerupakan teknologi peralihan antara open dumping dengan
sanitary landfill .Metode ini merupakan peralihan antara teknik open dumping
dan sanitary landfill. Pada metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Pipa-
pipa ditanam pada dasar lahan untuk mengalirkan air lindi (leacheate) dan
ditanam secara vertikal untuk mengeluarkan metan ke udara. Setelah timbunan
sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut
dengan tanah dan dipadatkan.
- Lahan urug saniter (sanitary landfill), pada metode ini sampah di TPA
ditutup dengan lapisan tanah setiap hari sehingga pengaruh sampah terhadap
lingkungan akan sangat kecil. Sanitary landfill Ini merupakan salah satu
metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik.
Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah
dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan
menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi
sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah
yang harus diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan.
Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil
aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
sanitary landfill, yaitu:
• Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang
• Memerlukan lahan yang luas
• Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikandampak
lingkungan
• Aspek sosial harus mendapat perhatian
• Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas
• Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-
zat beracun)
• Memerlukan pemantauan yang terus menerus
- Lahan urug saniter yang dikembangkan (improved sanitary landfill).Salah
satu pengembangan dari motode sanitary landfill adalah model
ReusableSanitary Landfill (RSL). RSL merupakan teknologi penyempurna
system pembuangan sampah yang berkesinambungan dengan menggunakan
metode supply ruang penampungan sampah padat. RSL diyakini dapat
mengontrolemisi liquid, atau air rembesan sampai dengan tidak mencemari air
tanah. Cara kerjanya, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat
sampah dipadatkan, lahan tersebut dikatakan sebagai ground liner. Ground
liner dilapisi dengan geomembran, lapisan ini yang akan menahan meresapnya
air lindi ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Bagian atas lapisan
geomembran dilapisi lagi dengan geo-textile yang gunanaya menahan kotoran
sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi dikeringkan.
Untuk menyerap panas dan membantu pembusukan, sampah yang telah
dipadatkan ditutup menggunakan lapisan geo-membran untukmencegah
menyebarnya gas metan.
PENGOLAHAN SAMPAH
Penyelesaian masalah sampah tidak hanya tanggung jawab pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, namun tanggung jawab seluruh pihak baik secara individu
ataupun kelompok. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi timbunan
sampah diantaranya :
-
- mengurangi timbunan sampah dengan konsep 4R:
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum
ia menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun
saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan
lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa
didegradasi secara alami.
PENGOMPOSAN
Kompos adalah hasil dari pengolahan sampah organik yang umumnya
dihasilkan dari dapur rumahtangga atau sisa kebun atau kotoran ternak, yang kemudian
dimanfaatkan sebagai pupuk.
Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu
tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan
diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o- 70
o
C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini
adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.Pada saat ini
terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik
menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu
akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan
kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses
pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan
ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Teknologi Proses Komposting
Berdasarkan teknologi proses, pengolahan kompos dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Komposting aerobik
Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan
memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang
menghasilkan energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport
elektron dari electron donor menuju external electron acceptor adalah oksigen.
b. Komposting anaerobik
Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah
bakteri obligate anaerobik. proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan
karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Proses Pengomposan Antara Lain:
1. Rasio C/N
2. Ukuran partikel
3. Aerasi
4. Porositas
5. Kandungan air
6. Suhu
7. pH
8. kandungan hara
9. kandungan bahan-bahan berbahaya
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1.
Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk
sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C
untuk energi dan N untuk sintesis
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas).Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan
udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos.
Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan
udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan
diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme
dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam
air.Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan
akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari
60%, hara akantercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan
menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu
dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.Temperatur yang berkisar antara 30
- 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari
60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan
tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen
tanaman dan benih-benih gulma.
Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di
dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba
selama proses pengomposan.
Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
kehidupan mikroba.Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah
beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami
imobilisasi selama proses pengomposan.
TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH
PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan pembangkit
yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan
utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik.Mekanisme
pembangkitan dapat dilakukan dengan metode gasifikasi atau memanfaatkan gas yang
diperoleh dari sampah sebagai bahan bakar pembangkit dan secara pembakaran
(thermal).Pada dasarnya pengelolaan sampah menjadi energi listrik menggunakan 3
mekanisme kerja yaitu memanfaatkan mekanisme
secara fisika, mekanisme secara thermal dan mekanisme secara biologi.
Proses konversi thermal dengan memanfaatkan sampah kota/biomassa sebagai
sumber bahan bakar yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik
dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, PAG,
thermal gasifikasi.
Pirolisis pada dasarnya adalah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan
anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik
dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H
dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2)
dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan
nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang
terbawa di gas produk.Gas yang diperoleh dari mekanisme ini disebut sebagai gas
syntetis atau syn gas.Yang kemudian dijadikan sebagai bahan bakar untuk engine
generator untuk membangkitkan tenaga listrik.
Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia
menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan
untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi
adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang
paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang
dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan
(termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang paling
umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap. Gas yang dihasilkan
dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih rendah
tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih sederhana.
Incineration.Pembakaran atau Insinerasi ini mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses insinerasi menghasilkan energi
dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian
besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan
cepat.Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. Keuntungan lainnya
dari penggunaan alat ini adalah:
dapat mengurangi volume sampah ± 75%-80% dari sumber sampah tanpa
proses pemilahan.
abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan
dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada lahan kosong,
rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurung (timbunan). 2).
Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai
pupuk maupun penguat struktur tanah. Teknologi daur ulang yang dapat
menghasilkan sampah potensial, seperti: kertas, plastic logam dan kaca/gelas.
Proses Konversi Kimia
Teknologi konversi secara kimiawi, cara ini digunakan untuk memproses sampah
dengan menghasilkan produk kimia seperti glukosa, furtural, minyak, gas sintetis,
selulosa asetat.
Proses konversi biologis
Proses konversi tenaga listrik dengan cara mekanisme biologis terbagi atas dua metode
pengoperasian yaitu dengan cara Anaerobik digestion dan landfill gasification. Kedua
mekanisme tersebut sama-sama menghasilkan gas metana dan karbondioksida sebagai
gas utama untuk dijadikan sebagai bahan bakar pembangkit.
Anaerobic Digester
Proses konversi biologis untuk menghasilkan energy listrik dapat dicapai dengan cara
anaerobic digestion yang merupakan teknologi konversi biomassa dapat berupa
sampah organic menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas ini
mengahsilkan gas yang kaya akan metana (CH4) dan slurry. Gas metan dapat
digunakan untuk berbagai system pembangkit energy sedangkan slurry dapat
digunakan untuk kompos. Proses anaerobik
digestion terjadi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Proses hidrolisa
2. Proses acidogenesis
3. Proses metanogenesis
Sampah merupakan polemic masyarakat yang tidak mengenal tingkatan,
manajemen yang buruk terhadap pengolahan sampah dapat menimbulkan penumpukan
sampah yang dapat memberikan dampak yang buruk, adapun factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penumpukan sampah adalah :
- Lahan TPA semakin sempit akibat tergusur untuk penggunaan lain
- Jarak TPA dan pusat sampah relative jauh sehingga waktu untuk mengangkut
sampah kurang efektif
- Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh
sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah
- Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
- Sampah yang telah matang tidak segera dikeluarkan dari tempat penampungan
sehingga semakin menggunung
- Tidak semua lingkungan memiliki potensi lokasi penampungan sampah.
Masyarak sering membuang sampah ke jalan sebagai jalan pintas
- Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan sampah
serta produknya.
- Minimya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah
secara tepat
- Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman
terutama bagi masyrakat sekitar.
DAMPAK SAMPAH BAGI LINGKUNGAN
- Pencemaran udara dan bau yang tidak sedap
- Sampah bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi physicochemis yang
dapat mengakibatkan kenaikan suhu dan perubahan ph
- Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah
- Gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi sampah dapat membahayakan
kesehatan dan kadang-kadang beracun dan dapat mematikan
- Penularan penyakit yang ditimbulkan oleh sampah
- Secara estetika pemandangan yang tidak nyaman untuk dinikmati.
KESIMPULAN
1. JENIS-JENIS SAMPAH
Sampah dapat digolongkan:
a. Berdasarkan Asal sampah yaitu berupa; Sampah hasil rumah tangga,
Sampah hasil kegiatan industry, Sampah hasil kegiatan pertanian, Sampah hasil
kegiatan perdagangan, Sampah hasil kegiatan pembangunan, serta Sampah
jalan raya
b. Berdasarkan Sifat Sampah yaitu berupa; Sampah organik dan Sampah
anorganik
c. Berdasarkan Bentuknya yaitu; Sampah padat, Biodegradable, Non-
biodegradable, Recyclable, Non-recyclable, Sampah cair, Limbah hitam, dan
Limbah rumah tangga
d. Sampah Spesifik yaitu berupa; sampah yang mengandung B3, sampah akibat
bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,
dan sampah yang timbul secara periode .
2. PENANGANAN SAMPAH
Sampah dapat ditangani melalui pengurangan, pemakaian kembali,
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, serta pembuangan
dari material sampah. Terdapat beberapa metode pembuangan sampah sebagai
proses terakhir dalam pengelolaan sampah secara formal yaitu Open dumping,
Control landfill, Lahan urug saniter (sanitary landfill) serta Lahan urug
saniter yang dikembangkan (improved sanitary landfill).
3. PENGOMPOSAN
Kompos adalah hasil dari pengolahan sampah organik yang umumnya
dihasilkan dari dapur rumahtangga atau sisa kebun atau kotoran ternak, yang
kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk.Adapun teknologi proses komposting
dibedakan atas; Komposting Aerobic dan Komposting Anaerobic.
Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Proses Pengomposan Antara Lain:
Rasio C/N
Ukuran partikel
Aerasi
Porositas
Kandungan air
Suhu
pH
kandungan hara
kandungan bahan-bahan berbahaya
4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH
PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
Proses konversi thermal
Pirolisis Gasifikasi
Incineration
Proses Konversi Kimia
Proses konversi biologis
Anaerobic Digester
5. DAMPAK SAMPAH BAGI LINGKUNGAN
- Pencemaran udara dan bau yang tidak sedap
- Sampah bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi physicochemis yang
dapat mengakibatkan kenaikan suhu dan perubahan pH
- Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah
- Gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi sampah dapat membahayakan
kesehatan dan kadang-kadang beracun dan dapat mematikan
- Penularan penyakit yang ditimbulkan oleh sampah
- Secara estetika pemandangan yang tidak nyaman untuk dinikmati.