tugas pengolahan sampah

16
TUGAS PENGOLAHAN SAMPAH DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9 NURUL ASMARANI (D12111265) ALIYAH FAKHRUNNISA (D12111266) A.AIDIHIL (D12111267) RISKI SAPUTRA (D12111268) ANDI NISWATUN NAJIAH (D12111269) Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar 2013

Upload: rani-lavigne-luvph-paramore

Post on 14-Feb-2015

53 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pengolahan Sampah

TUGAS

PENGOLAHAN SAMPAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

NURUL ASMARANI (D12111265)

ALIYAH FAKHRUNNISA (D12111266)

A.AIDIHIL (D12111267)

RISKI SAPUTRA (D12111268)

ANDI NISWATUN NAJIAH (D12111269)

Teknik Lingkungan Jurusan Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

Makassar

2013

Page 2: Tugas Pengolahan Sampah

SAMPAH, KARAKTERISTIK, DAN JENISNYA

Definisi sampah

- Kamus Lingkungan (1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai

atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam proses

produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur, atau

materi berlebihan atau buangan.

- Istilah Lingkungan untuk Manajemen, sampah adalah suatu bahan yang

terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivasi manusia maupun proses alam

yang belum memiliki nilai ekonomis.

- Tanjung, Dr. M.sc, sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang

oleh pemiliknya atau pemakai semula

- Radyastuti, W. Prof. Ir, sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai

- Undang-undang No 18, sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau

dibuang dari suatu sumber hasil aktivasi manusia maupun proses alam yang

tidak memiliki nilai ekonomis.

CIRI-CIRI SAMPAH

- merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi

(barang bekas) maupun bahan yang sudah tidak diambil bagian utamanya

- merupakan bahan yang sudah tidak ada harganya

- bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah

pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

-

JENIS-JENIS SAMPAH

Ada beberapa penggolongan sampah, penggolongan ini berdasarkan atas beberapa

criteria yaitu asal sampah, sifat sampah, dan jenisnya

1. Penggolongan Berdasarkan Asal Sampah

- Sampah hasil rumah tangga termasuk didalamya sampah rumah sakit, hotel dan

kantor

Page 3: Tugas Pengolahan Sampah

- Sampah hasil kegiatan industry

- Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, perikanan dan

peternakan.

- Sampah hasil kegiatan perdagangan misal sampah pasar, swalayan dan took

- Sampah hasil kegiatan pembangunan

- Sampah jalan raya

2. Penggolongan Berdasarkan Sifat Sampah

- Sampah organik terdiri atas dedaunan, sisa makanan, kertassayur dan buah.

Sampah organik merupakan sampah yangmengandung senyawa organik dan

tersusun oleh unsure karbon, hidrogen dan oksigen serta sampah organik

mudahterdegradasi oleh mikroba

- Sampah anorganik terdiri atas kaleng, plastik, besi, kaca dan bahan-bahan

lainnya yang tidak tersusun oleh senyawa organik. Sampah ini tidak dapat

terdegradasi oleh mikroba sehingga sulit diuraikan.

3. Penggolongan Berdasarkan Bentuknya

- Sampah padat

- Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses

biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan,

sampah pertanian dan perkebunan.

- Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.

Dapat dibagi lagi menjadi:

- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki

nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat

diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan

lain-lain.

- Sampah cair,

- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini

mengandung patogen yang berbahaya.

Page 4: Tugas Pengolahan Sampah

- Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi

dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

4. Sampah Spesifik

Sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat,

konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi,

sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere

bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3

(sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara

teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah

hasil kerja bakti).

PENANGANAN SAMPAH

Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang

tidak mengganggu dan menekan volume sampah sekecil mungkin sehingga

mempermudah dalam pengelolaannya

1. Pengurangan Sampah

Pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah

sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), adapun

kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah yaitu:

- Menetapkan sasaran pengurangan sampah

- Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk

- Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang ataudiguna ulang

- Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang

- Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daurulang

2. PenangananSampah

Penanganan sampah meliputi proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,

pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Proses ini biasanya

mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan

Page 5: Tugas Pengolahan Sampah

biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,

lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk

memulihkan sumber daya alam.Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,

cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing

masing jenis zat.

3. Pembuangan sampah

Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus pengelolaan

persampahan formal. Fase ini dapat menggunakan berbagai metode dari yang

sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode pembuangan akhir yang

banyak dikenal sebagai berikut :

- Open dumping, Metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang sederhana

karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus.

Penerapan cara ini umumnya dikarenakan alasan keterbatasan sumber daya

baik kemampuan teknis manusia maupun kemampuan pendanaan. Cara

pembuangan secara open dumping banyak menimbulkan masalah pencemaran

dan gangguan lingkungan seperti: perkembangan vektor penyakit berupa lalat

dan tikus, polusi udara oleh debu, bau dan gas yang dihasilkan, polusi air akibat

banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul dan meresap kedalam tanah,

estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor.

- Control landfillmerupakan teknologi peralihan antara open dumping dengan

sanitary landfill .Metode ini merupakan peralihan antara teknik open dumping

dan sanitary landfill. Pada metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Pipa-

pipa ditanam pada dasar lahan untuk mengalirkan air lindi (leacheate) dan

ditanam secara vertikal untuk mengeluarkan metan ke udara. Setelah timbunan

sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut

dengan tanah dan dipadatkan.

- Lahan urug saniter (sanitary landfill), pada metode ini sampah di TPA

ditutup dengan lapisan tanah setiap hari sehingga pengaruh sampah terhadap

lingkungan akan sangat kecil. Sanitary landfill Ini merupakan salah satu

metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik.

Page 6: Tugas Pengolahan Sampah

Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah

dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan

menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi

sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah

yang harus diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan.

Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil

aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

sanitary landfill, yaitu:

• Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang

• Memerlukan lahan yang luas

• Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikandampak

lingkungan

• Aspek sosial harus mendapat perhatian

• Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas

• Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-

zat beracun)

• Memerlukan pemantauan yang terus menerus

- Lahan urug saniter yang dikembangkan (improved sanitary landfill).Salah

satu pengembangan dari motode sanitary landfill adalah model

ReusableSanitary Landfill (RSL). RSL merupakan teknologi penyempurna

system pembuangan sampah yang berkesinambungan dengan menggunakan

metode supply ruang penampungan sampah padat. RSL diyakini dapat

mengontrolemisi liquid, atau air rembesan sampai dengan tidak mencemari air

tanah. Cara kerjanya, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat

sampah dipadatkan, lahan tersebut dikatakan sebagai ground liner. Ground

liner dilapisi dengan geomembran, lapisan ini yang akan menahan meresapnya

air lindi ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Bagian atas lapisan

geomembran dilapisi lagi dengan geo-textile yang gunanaya menahan kotoran

sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi dikeringkan.

Untuk menyerap panas dan membantu pembusukan, sampah yang telah

Page 7: Tugas Pengolahan Sampah

dipadatkan ditutup menggunakan lapisan geo-membran untukmencegah

menyebarnya gas metan.

PENGOLAHAN SAMPAH

Penyelesaian masalah sampah tidak hanya tanggung jawab pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah, namun tanggung jawab seluruh pihak baik secara individu

ataupun kelompok. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi timbunan

sampah diantaranya :

-

- mengurangi timbunan sampah dengan konsep 4R:

1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau

material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,

semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa

dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali

pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum

ia menjadi sampah.

3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak

berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun

saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang

memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

4. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah

barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan

Page 8: Tugas Pengolahan Sampah

lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah

lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila

berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa

didegradasi secara alami.

PENGOMPOSAN

Kompos adalah hasil dari pengolahan sampah organik yang umumnya

dihasilkan dari dapur rumahtangga atau sisa kebun atau kotoran ternak, yang kemudian

dimanfaatkan sebagai pupuk.

Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu

tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan

senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba

mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan

diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o- 70

o

C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini

adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.Pada saat ini

terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di

dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik

menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu

akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan

kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses

pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan

ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Teknologi Proses Komposting

Berdasarkan teknologi proses, pengolahan kompos dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Komposting aerobik

Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan

memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang

menghasilkan energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport

elektron dari electron donor menuju external electron acceptor adalah oksigen.

Page 9: Tugas Pengolahan Sampah

b. Komposting anaerobik

Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah

bakteri obligate anaerobik. proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan

karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan

senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam

asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Proses Pengomposan Antara Lain:

1. Rasio C/N

2. Ukuran partikel

3. Aerasi

4. Porositas

5. Kandungan air

6. Suhu

7. pH

8. kandungan hara

9. kandungan bahan-bahan berbahaya

Rasio C/N

Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1.

Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk

sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C

untuk energi dan N untuk sintesis

Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang

lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses

dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya

ruang antar bahan (porositas).Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan

dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Page 10: Tugas Pengolahan Sampah

Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).

Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan

udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos.

Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi

terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak

sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan

udara di dalam tumpukan kompos.

Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.Porositas dihitung

dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan

diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan.

Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses

pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban (Moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme

mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme

dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam

air.Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.

Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan

akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari

60%, hara akantercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan

menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

Temperatur

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.Ada hubungan langsung antara peningkatan

suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak

konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu

dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.Temperatur yang berkisar antara 30

- 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari

60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan

Page 11: Tugas Pengolahan Sampah

tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen

tanaman dan benih-benih gulma.

Kandungan hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di

dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba

selama proses pengomposan.

Kandungan bahan berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi

kehidupan mikroba.Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah

beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami

imobilisasi selama proses pengomposan.

TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH

PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan pembangkit

yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan

utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik.Mekanisme

pembangkitan dapat dilakukan dengan metode gasifikasi atau memanfaatkan gas yang

diperoleh dari sampah sebagai bahan bakar pembangkit dan secara pembakaran

(thermal).Pada dasarnya pengelolaan sampah menjadi energi listrik menggunakan 3

mekanisme kerja yaitu memanfaatkan mekanisme

secara fisika, mekanisme secara thermal dan mekanisme secara biologi.

Proses konversi thermal dengan memanfaatkan sampah kota/biomassa sebagai

sumber bahan bakar yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik

dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, PAG,

thermal gasifikasi.

Pirolisis pada dasarnya adalah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan

anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik

Page 12: Tugas Pengolahan Sampah

dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H

dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2)

dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan

nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang

terbawa di gas produk.Gas yang diperoleh dari mekanisme ini disebut sebagai gas

syntetis atau syn gas.Yang kemudian dijadikan sebagai bahan bakar untuk engine

generator untuk membangkitkan tenaga listrik.

Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia

menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan

untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi

adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang

paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang

dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan

(termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang paling

umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap. Gas yang dihasilkan

dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih rendah

tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih sederhana.

Incineration.Pembakaran atau Insinerasi ini mengurangi volume dan massa limbah

hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses insinerasi menghasilkan energi

dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian

besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan

cepat.Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. Keuntungan lainnya

dari penggunaan alat ini adalah:

dapat mengurangi volume sampah ± 75%-80% dari sumber sampah tanpa

proses pemilahan.

abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan

dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat penimbunan pada lahan kosong,

rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurung (timbunan). 2).

Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai

Page 13: Tugas Pengolahan Sampah

pupuk maupun penguat struktur tanah. Teknologi daur ulang yang dapat

menghasilkan sampah potensial, seperti: kertas, plastic logam dan kaca/gelas.

Proses Konversi Kimia

Teknologi konversi secara kimiawi, cara ini digunakan untuk memproses sampah

dengan menghasilkan produk kimia seperti glukosa, furtural, minyak, gas sintetis,

selulosa asetat.

Proses konversi biologis

Proses konversi tenaga listrik dengan cara mekanisme biologis terbagi atas dua metode

pengoperasian yaitu dengan cara Anaerobik digestion dan landfill gasification. Kedua

mekanisme tersebut sama-sama menghasilkan gas metana dan karbondioksida sebagai

gas utama untuk dijadikan sebagai bahan bakar pembangkit.

Anaerobic Digester

Proses konversi biologis untuk menghasilkan energy listrik dapat dicapai dengan cara

anaerobic digestion yang merupakan teknologi konversi biomassa dapat berupa

sampah organic menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas ini

mengahsilkan gas yang kaya akan metana (CH4) dan slurry. Gas metan dapat

digunakan untuk berbagai system pembangkit energy sedangkan slurry dapat

digunakan untuk kompos. Proses anaerobik

digestion terjadi dalam tiga tahap, yaitu:

1. Proses hidrolisa

2. Proses acidogenesis

3. Proses metanogenesis

Sampah merupakan polemic masyarakat yang tidak mengenal tingkatan,

manajemen yang buruk terhadap pengolahan sampah dapat menimbulkan penumpukan

sampah yang dapat memberikan dampak yang buruk, adapun factor-faktor yang

menyebabkan terjadinya penumpukan sampah adalah :

- Lahan TPA semakin sempit akibat tergusur untuk penggunaan lain

Page 14: Tugas Pengolahan Sampah

- Jarak TPA dan pusat sampah relative jauh sehingga waktu untuk mengangkut

sampah kurang efektif

- Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh

sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah

- Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.

- Sampah yang telah matang tidak segera dikeluarkan dari tempat penampungan

sehingga semakin menggunung

- Tidak semua lingkungan memiliki potensi lokasi penampungan sampah.

Masyarak sering membuang sampah ke jalan sebagai jalan pintas

- Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan sampah

serta produknya.

- Minimya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah

secara tepat

- Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman

terutama bagi masyrakat sekitar.

DAMPAK SAMPAH BAGI LINGKUNGAN

- Pencemaran udara dan bau yang tidak sedap

- Sampah bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi physicochemis yang

dapat mengakibatkan kenaikan suhu dan perubahan ph

- Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah

- Gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi sampah dapat membahayakan

kesehatan dan kadang-kadang beracun dan dapat mematikan

- Penularan penyakit yang ditimbulkan oleh sampah

- Secara estetika pemandangan yang tidak nyaman untuk dinikmati.

Page 15: Tugas Pengolahan Sampah

KESIMPULAN

1. JENIS-JENIS SAMPAH

Sampah dapat digolongkan:

a. Berdasarkan Asal sampah yaitu berupa; Sampah hasil rumah tangga,

Sampah hasil kegiatan industry, Sampah hasil kegiatan pertanian, Sampah hasil

kegiatan perdagangan, Sampah hasil kegiatan pembangunan, serta Sampah

jalan raya

b. Berdasarkan Sifat Sampah yaitu berupa; Sampah organik dan Sampah

anorganik

c. Berdasarkan Bentuknya yaitu; Sampah padat, Biodegradable, Non-

biodegradable, Recyclable, Non-recyclable, Sampah cair, Limbah hitam, dan

Limbah rumah tangga

d. Sampah Spesifik yaitu berupa; sampah yang mengandung B3, sampah akibat

bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,

dan sampah yang timbul secara periode .

2. PENANGANAN SAMPAH

Sampah dapat ditangani melalui pengurangan, pemakaian kembali,

pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, serta pembuangan

dari material sampah. Terdapat beberapa metode pembuangan sampah sebagai

proses terakhir dalam pengelolaan sampah secara formal yaitu Open dumping,

Control landfill, Lahan urug saniter (sanitary landfill) serta Lahan urug

saniter yang dikembangkan (improved sanitary landfill).

3. PENGOMPOSAN

Kompos adalah hasil dari pengolahan sampah organik yang umumnya

dihasilkan dari dapur rumahtangga atau sisa kebun atau kotoran ternak, yang

kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk.Adapun teknologi proses komposting

dibedakan atas; Komposting Aerobic dan Komposting Anaerobic.

Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Proses Pengomposan Antara Lain:

Rasio C/N

Page 16: Tugas Pengolahan Sampah

Ukuran partikel

Aerasi

Porositas

Kandungan air

Suhu

pH

kandungan hara

kandungan bahan-bahan berbahaya

4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH

PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

Proses konversi thermal

Pirolisis Gasifikasi

Incineration

Proses Konversi Kimia

Proses konversi biologis

Anaerobic Digester

5. DAMPAK SAMPAH BAGI LINGKUNGAN

- Pencemaran udara dan bau yang tidak sedap

- Sampah bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi physicochemis yang

dapat mengakibatkan kenaikan suhu dan perubahan pH

- Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah

- Gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi sampah dapat membahayakan

kesehatan dan kadang-kadang beracun dan dapat mematikan

- Penularan penyakit yang ditimbulkan oleh sampah

- Secara estetika pemandangan yang tidak nyaman untuk dinikmati.