tugas pengendalian polusi udara

24
MAKALAH PENGENDALIAN POLUSI KENDARAAN DAMPAK PERKEMBANGAN TRANSPORTASI TERHADAP PENCEMARAN UDARA Disusun oleh : 1. Catur Apriyadi 09504241021 2. M. Ardhiansyah 09504241022 3. Agus Dwi P. 09504241023 4. Ruslianto 09504241024 5. Dwi Triyanto 09504241025 6. Rochmat Hajiantoko 09504241026 7. Anjar Tri Witoko 09504241027 8. Waskoto Abid H. 09504241028 9. Budi Santoso 09504241029 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

Upload: dwidop19

Post on 25-Jul-2015

368 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pengendalian Polusi Udara

MAKALAH PENGENDALIAN POLUSI KENDARAAN

DAMPAK PERKEMBANGAN TRANSPORTASI TERHADAP

PENCEMARAN UDARA

Disusun oleh :

1. Catur Apriyadi 09504241021

2. M. Ardhiansyah 09504241022

3. Agus Dwi P. 09504241023

4. Ruslianto 09504241024

5. Dwi Triyanto 09504241025

6. Rochmat Hajiantoko 09504241026

7. Anjar Tri Witoko 09504241027

8. Waskoto Abid H. 09504241028

9. Budi Santoso 09504241029

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

Page 2: Tugas Pengendalian Polusi Udara

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan pembangunan dan globalisasi disamping memberikan dampak positif,

tetapi disisi lain akan memberikan dampak negatif. Salah satunya berupa pencemaran udara

dan kebisingan. Baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan

(outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi

terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga

dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas

alam beracun, dan lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan

penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia serta

ekosistem telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Berdasarkan data WHO

(Badan Kesehatan Dunia), akibat pencemaran udara yang sangat hebat, Indonesia

menanggung kerugian ekonomi sebesar US$ 424,3 juta pada 1990 dan meningkat menjadi

US$ 634 juta pada 2000. Data dari hasil penelitian JUDP III (Jakarta Urban Development

Project) menunjukkan biaya yang dipikul masyarakat akibat menurunnya IQ anak akibat

dampak pencemaran udara diperkirakan sebesar Rp 176 miliar pada 1990 dan diperkirakan

2005 akan meningkat menjadi Rp 254,4 miliar (diakses dari http://www.menlh.go.id/).

Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor

transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di

kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara

mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya

berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga,

pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain. Faktor penting yang menyebabkan

dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia

antara lain:

Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)

Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada

Page 3: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-

kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota

Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,

misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota

Kesamaan waktu aliran lalu lintas

Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor

Faktor perawatan kendaraan

Jenis bahan bakar yang digunakan

Jenis permukaan jalan

Siklus dan pola mengenudi (driving pattern)

Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan

kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10

kali pada tahun 2020.

Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian

di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan

gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan

kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang

batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan

terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun,

yaitu kadar debu rata-rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar

0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta

Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155

ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3, Tingkat kebisingan pada terminal Tanjung Priok

adalah rata-rata 74 dBA dan di sekitar RSUD Koja 63 dBA.

Hasil penelitian Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta

menunjukkan bahwa anak jalanan, tukang parkir, pedagang kaki lima, tukang becak sopir

kendaraan umum, masyarakat yang menjadikan jalan sebagai tempat mengais rejeki,

merupakan pihak yang paling rentan terkena resiko pencemaran udara. Mereka itu sangat

rentan mengalami keracunan timbel atau timah hitam (pb), seperti mengalami sakit kepala,

mual, muntah-muntah, kejang perut. Apabila terus berlanjut, para penderita keracunan zat-zat

kimia dari polusi udara tersebut bisa menderita daya ingat menurun, gangguan penglihatan,

kerusakan otot jantung, dan susunan syaraf pusat. Hal ini bisa menjadi ancaman serius bila

dibiarkan begitu saja, bukan saja bagi lingkungan yang kita diami, lebih jauh ini bisa

Page 4: Tugas Pengendalian Polusi Udara

mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat dengan berjangkitnya penyakit

saluran pernapasan akibat polusi udara (diakses dari http://dishub-diy.net/).

Untuk itu, dalam perencanaan sistem transportasi harus pula diprioritaskan untuk

menekan dampak negatifnya bagi lingkungan dengan melihat semua aspek yang ada di dalam

sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi, model transportasi, sarana,

pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan dan bahan bakar yang digunakan berdasarkan

prinsip hemat energi dan berwawasan lingkungan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi

permasalahannya sebagai berikut :

1. Dampak negatif dari pembangunan dan globalisasi

2. Faktor-faktor penyebab pencemaran udara

3. Akibat perkembangan transportasi terhadap pencemaran udara

C. PEMBATASAN MASALAH

Mengingat luasnya pembahasan dampak negatif dari pembangunan dan globalisasi,

dan terbatasnya waktu serta kemampuan penyusun, maka dalam makalah ini hanya

mengambil pokok bahasan tentang akibat perkembangan transportasi terhadap pencemaran

udara khususnya transportasi darat.

D. PERUMUSAN MASALAH

Melihat pembahasan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah maka dalam makalah dirumuskan :

1. Apakah yang dimaksud dengan pencemaran udara ?

2. Bagaimana perkembangan transportasi dapat menyebabkan pencemaran udara ?

3. Bagaimana dampak pencemaran udara yang disebabkan oleh perkembangan

transportasi ?

4. Bagaimana mengurangi dan mencegah dampak pencemaran udara dari perkembangan

transportasi ?

5. Bagaimana manajemen transportasi yang mampu mengurangi dampak pencemaran

udara oleh perkembangan transprtasi ?

6. Teknologi apa yang digunakan untuk mengurangi dampak pencemaran udara?

Page 5: Tugas Pengendalian Polusi Udara

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pencemaran Udara

1. Pengertian Pencemaran Udara

Pada umumnya, di kota-kota besar terjadi pertambahan penduduk dan pertumbuhan

ekonomi yang amat pesat, sehingga meningkatnya tempat-tempat pemukiman, transportasi,

dan perindustrian dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri baik berupa sarana

dan prasarana. Selain itu, kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia dalam upaya untuk

meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya memberi dampak yang positif dan negatif.

Dampak negatifnya berupa kerugian bagi keseimbangan lingkungan hidup. Salah satunya

yaitu sulitnya untuk memperoleh udara berkualitas baik dan bersih. Pencemaran udara yang

terjadi merupakan masalah pencemaran lingkungan yang terberat bagi daerah perkotaan.

Akibat pencemaran udara dapat membahayakan kesehatan manusia, kelestarian tanaman dan

hewan, dapat merusak bahan-bahan, menurunkan daya penglihatan, serta menghasilkan bau

yang tidak menyenangkan (BAPEDAL, 1999).

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan

atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak

dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (KEPMEN KLH No.

02/Men-KLH/I/1988).

2. Jenis-jenis Pencemaran Udara

Jenis-jenis pencemaran udara antara lain :

Menurut bentuk : Gas, Pertikel

Menurut tempat : Ruangan (indoor), udara bebas (outdoor)

Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis

Menurut asal : Primer, sekunder

a. Bahan atau Zat pencemaran udara dapat berbentuk gas dan partikel :

Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi :

Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan

Sulfat Aerosol.

Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N2O), Nitrogen Monoksida

(NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).

Page 6: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO),

Hidrokarbon .

Golongan gas yang berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, air raksa uap.

Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi :

Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.

Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, Benzen.

Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

b. Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua :

Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas :

Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll.

Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap

kendaraan, dll.

Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara didalam

ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi.

c. Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan

dibedakan menjadi tiga jenis :

Irintasia. Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan

hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan mulai dari

hidung hingga tenggorokkan. Misalnya Sulfur Dioksida, Sulfur Trioksida,

Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga dapat

mengenai paru-paru sendiri.

Asfiksia. Disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap

oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan gas Karbon

Monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin sehingga kemampuan

hemoglobin mengikat O2 berkurang terjadilah Asfiksia. Yang termasuk golongan

ini adalah gas Nitrogen, Oksida, Metan, Gas Hidrogen dan Helium.

Anestesia. Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan kesadaran,

misalnya aeter, aetilene, propane dan alkohol alifatis.

Pencemaran udara dapat pula dikelompokkan kedalam :

Pencemar primer. Polutan yang bentuk dan komposisinya sama dengan ketika

dipancarkan, lazim disebut sebagai pencemar primer, antara lain CO, CO2,

hidrokarbon, SO, Nitrogen Oksida, Ozon serta berbagai partikel.

Pencemar Sekunder. Berbagai bahan pencemar kadangkala bereaksi satu sama lain

menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih membahayakan kehidupan.

Page 7: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan cara bantuan katalisator,

seperti sinar matahari. Pencemar hasil reaksi disebut sebagai pencemar sekunder.

Contoh pencemar sekunder adalah Ozon, formal dehida, dan Peroxy Acyl Nitrate

(PAN).

3. Pencemaran Udara Oleh Kendaraan

Meskipun pada konsentrasi normal dari udara atmosfer tidak ada kejadian yang secara

langsung memperlihatkan pengaruh, namu emisi gas buang secara umum menjadi perhatian

terhadap pencemaran. Emisi gas buang mengandung gas-gas, partikel-partikel timah dan

partikel yang terlarut serta asap hitam. Motor diesel mengemisikan lebih sedikit gas jika

dibandingkan motor bensin (juga tanpa timah). Tetapi motor diesel merupakan sumber asap

hitam, terutama apabila pemeliharaannya kurang baik. Ikatan yang pada umumnya

terkandung dalam gas buang dari kendaraan adalah :

a. Karbon dioksida

b. Uap air

c. Sisa bahan bakar

d. Ikatan organik yang dihasilkan dari bensin

e. Karbon monoksida

f. Ikatan timah

g. Partikel karbon dalam bentuk asap

Komponen-komponen tersebut karena keadaan lingkungan dapat juga membentuk suatu

ikatankedua seperti yang terjadi di Los Angeles (smog).

Pengaruh pengotoran udara terhadap kesehatan yang jelas adalah iritasi dan

pengotoran saluran pernafasan dan paru-paru. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sulfur dan

Nox, ozone dan komponen lain. Paparan untuk waktu yang lama dapat mengakibatkan

bronkitis, gangguan paru-paru dan pneumonia. Gas buang kendaraan dapat mengakibatkan

konsentrasi timah dalam darah yang mnyebabkan penurunan kemampuan absorbsi oksigen.

Bahaya absorbsi CO dan reaksidalam hemoglobin dalam darah sudah kita ketahui. Derajat

absorbsinya tergantung kadar CO di udara. Anak-anak yang keracunan timah dapat menderita

kerusakan otak yang serius dan gangguan perkembangan mental anak. Gas buang kendaraan

juga mengandung zat-zat mutagenic dan concerogenic yang dapat mengakibatkan kanker,

khususnya jika dikombinasikan dengan rokok.

B. Permasalahan Sistem Transportasi

Page 8: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Permasalahan transportasi tidak terlepas dari akar permasalahannya yaitu yang

dikarenakan tidak terkendalinya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, serta buruknya

pelayanan sistem angkutan umum yang ada saat ini. Jumlah kendaraan bermotor saat ini jauh

melebihi kapasitas jalan yang ada. Menurut data Polda Metro Jaya, penambahan mobil baru

di Jakarta rata-rata 250 unit per hari, sedangkan sepeda motor mencapai 1.250 unit per hari.

Pada tahun 2007, jumlah kendaraan yang melaju di jalanan Jakarta yang panjangnya hanya

5.621,5 km mencapai 4 juta unit per hari. Rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor

dalam lima tahun terakhir mencapai 9,5 % per tahun, sedangkan pertumbuhan panjang jalan

hanya 0,1 % per tahun (diakses dari http://buletin.penataanruang.netuploaddata).

Hasil kunjungan ke http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/udara (Anonimus)

menyatakan bahwa di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi

kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat

menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap

lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida

nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox).

Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate

matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida

(CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga

yang mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama

dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta, konsentrasi timbal bisa mencapai 100

kali dari ambang batas. Sementara itu, laju pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta

mencapai 15% per tahun sehingga pada tahun 2005 diperkirakan jumlah kendaraan bermotor

di Jakarta mencapai 2,8 juta kendaraan. Seiring dengan laju pertambahan kendaraan

bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan mengalami peningkatan dan berujung pada

bertambahnya jumlah pencemar yang dilepaskan ke udara.

Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi.

Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap

lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang

digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke

udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu

mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon),

TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Premium yang

dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan

beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah

Page 9: Tugas Pengendalian Polusi Udara

fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai

dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa

lainnya.

Kualitas bahan bakar berpengaruh terhadap kualitas emisi. Kendaraan bermotor dan

kegiatan industri merupakan salah satu sumber pencemaran udara. BBM berupa bensin

bertimbal dan solar dengan kandungan belerang tinggi menyebabkan pembakaran dalam

mesin tidak sempurna. Hasil pembakaran tersebut berupa polutan yaitu CO, HC, SO2, NO2,

dan partikulat. Sejak Juni 2007, Indonesia telah bebas dari bensin bertimbal, sementara

kandungan belerang dalam solar belum sepenuhnya rendah, khususnya solar 48. Sebagain

besar industri di Indonesia mengunakan bahan bakar Marine Fuel Oil (MFO) dibandingkan

High Speed Diesel (HSD), minyak tanah, dan Industrial Diesel Oil (IDO). Kandungan

belerang dalam MFO di Indonesia lebih tinggi dibandingkan HSD, minyak tanah, dan IDO

menyebabkan MFO menghasilkan polutan SO2 lebih tinggi dibandingkan bahan baker

lainnya.

Selain itu permasalahan transportasi juga muncul dari sistem manajemen transportasi

yang belum baik, antara lain kurang memadainya angkutan masal menyebabkan pemakaian

kendaraan pribadi meningkat. Di samping itu, manajemen lalu lintas yang belum baik antara

lain ditandai dengan meningkatnya kemacetan. Meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi

dan kemacetan yang timbul menyebabkan meningkatnya emisi gas buang.

C. Mencegah Pencemaran Yang Ditimbulkan Oleh Transportasi

Masalah kemacetan dan polusi (pencemaran) dari sistem transportasi darat memang

merupakan problema yang sulit dicari solusinya. Kota-kota di Indonesia, bahkan kota-kota di

dunia pun juga mengalami kesulitan dalam upaya mengurangi kemacetan dan menekan kadar

polusi udara dari kendaraan bermotor. Untuk itu, perencanaan sistem transportasi haruslah

menjadi prioritas dalam upaya menanggulangi hal tersebut, terutama dalam menekan dampak

negatif bagi lingkungan. Dampak sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan

dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan

sistem transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan

dan bahan bakar yang digunakan. Dampak negatif dari masalah sistem transportasi ini adalah

tingginya kadar polutan akibat emisi dari asap kendaraan bermotor. Hal ini bisa menjadi

ancaman serius bila dibiarkan begitu saja, bukan saja bagi lingkungan yang kita diami, lebih

jauh ini bisa mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat dengan berjangkitnya

penyakit saluran pernapasan akibat polusi udara.

Page 10: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan penanggulangan

pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara

ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemeritah pusat antara lain:

1. Penetapan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pencemaran udara seperti

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

2. Penentuan pengelola pengawasan dan penanggungjawab pengendalian pencemaran udara

serta dampaknya, yaitu:

a. Kementerian Negara Lingkungan Hidup bertanggungjawab terhadap regulasi emisi

dan pemantauan dampak lingkungan yang terjadi.

b. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bertanggungjawab terhadap

pengawasan dan pengendali mutu bahan bakar.

c. Departemen Perindustrian bertanggungjawab mengawasi produk komponen

kendaraan yang ramah lingkungan dan mengawasi dan sertifikasi bengkel dalam

rangka meningkatkan kualitas udara di perkotaan.

d. Departemen Perhubungan bertanggungjawab pengujian tipe untuk kendaraan

bermotor produksi baru termasuk uji emisi gas buang dan pengadaan dan

pemasangan converter kit.

e. Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap pengujian kendaraan bermotor yang

sedang berjalan.

3. Melaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran udara antara lain dengan pencanangan

Program Langit Biru yaitu : Menetapkan regulasi tentang Ambang Batas Emisi Gas

Buang Kendaraan Bermotor baik yang sedang diproduksi maupun kendaraan lama.

Regulasi ini mengacu kepada standar emisi kendaraan EURO-II yang mensyaratkan

bahwa kandungan timbal dan sulfur dalam bahan bakar bensin adalah di bawah angka

500 ppm (parts per-million).

D. Penataan Manajemen Trasportasi

a. Perencanaan sistem transportasi

Pada dasarnya pemilihan model transportasi ditentukan dengan mempertimbangkan

salah satu persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah

yang terbesar dan jarak yang terkecil. Transportasi massal merupakan pilihan yang lebih baik

dibandingkan dengan transportasi individual. Dengan mengurangi jumlah sarana transportasi

Page 11: Tugas Pengendalian Polusi Udara

(kendaraan) sekecil mungkin dan dalam waktu tempuh yang sekecil mungkin akan diperoleh

efisiensi yang tertinggi, sehingga pemakaian total energi per penumpang akan sekecil

mungkin, dan intensitas emisi pencemar yang dikeluarkan akan berkurang.

Aspek perencanaan perkotaan dan sistem transportasi akan menjadi faktor generik

dampak yang umumnya timbul, khususnya penggunaan energi, pencemaran udara, termasuk

dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas. Selama aspek sistem transportasi yang

memadai dan sesuai terlaksana dalam konteks perencanaan kota melalui manajemen

transportasi efisiensi energi dan pencegahan dampak bagi lingkungan dapat dilakukan.

Dengan demikian, dalam mencapai sistem transportasi yang hemat energi, diperlukan terlebih

dahulu upaya proaktif dalam perencanaan yang menjamin bahwa sistem transportasi yang

direncanakan sesuai dengan tata ruang dan perencanaan kota, dalam cakupan waktu tertentu.

Keadaan yang banyak ditemui sekarang di kota-kota besar Indonesia, umumnya timbul

karena tidak serasi lagi antara program perencanaan tata kota dengan sistem transportasi yang

ada, terutama akibat gejala urbanisasi yang jauh di luar perkiraan semula.

Dalam keadaan ini, umumnya upaya remedial sistem transportasi yang diterapkan

lebih banyak bertujuan memecahkan masalah yang timbul sekarang dan berjangka panjang,

tanpa integrasi yang sesuai dengan perencanaan kotanya. Tanpa perbaikan mendasar pada

aspek perencanaan sistem transportasi secara menyeluruh, masalah sporadik yang timbul

beserta implikasi dampaknya tak akan dapat terpecahkan dengan tuntas.

Perencanaan sistem transportasi yang kurang matang, bisa menimbulkan berbagai

permasalahan, diantaranya kemacetan dan tingginya kadar polutan udara akibat berbagai

pencemaran dari asap kendaraan bermotor. Dampak yang dirasakan akibat menurunnya

kualitas udara perkotaan adalah adanya pemanasan kota akibat perubahan iklim, penipisan

lapisan ozon secara regional, dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang ditandai

terjadinya infeksi saluran pencernaan, timbulnya penyakit pernapasan, adanya Pb (timbal)

dalam darah, dan menurunnya kualitas air bila terjadi hujan (hujan asam).

Polutan yang ada di udara, seperti gas buangan CO (karbon monoksida) lambat laun

telah memengaruhi komposisi udara normal di atmosfer. Hal ini dapat memengaruhi kondisi

lingkungan dengan adanya dampak perubahan iklim. Ketidakpastian masih banyak dijumpai

dalam “model prediktif” yang ada sekarang, antara lain mengenai respons alam terhadap

kenaikan temperatur bumi sendiri, serta disagregasi perubahan iklim global ke tingkat

regional, dan sebagainya. Dalam sebuah bukunya tentang pencemaran udara (2001), Dr, Ir.

Moestikahadi Soedomo, M.Sc, DEA, menyebutkan tentang pengaruh pencemaran udara bagi

lingkungan, khususnya bagi terjadinya pemanasan global dalam setengah abad mendatang

Page 12: Tugas Pengendalian Polusi Udara

diperkirakan akan meliputi kenaikan permukaan laut, perubahan pola angin, penumpukan es

dan salju di kutub. Selain itu juga akan terjadi peningkatan badai atmosferik, bertambahnya

populasi dan jenis organisme penyebab penyakit dan dampaknya terhadap kesehatan

masyarakat, perubahan pola curah hujan, dan perubahan ekosistem hutan, daratan serta

ekosistem lainnya.

Adapun dampak negatif bagi kesehatan masyarakat, diketahui kontak antara manusia

dengan CO, misalnya, pada konsentrasi yang relatif rendah, yakni 100 ppm (mg/lt) akan

berdampak pada gangguan kesehatan. Hal ini perlu diketahui terutama dalam hubungannya

dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara umumnya memang kurang dari

100 ppm. Senyawa CO dapat menimbulkan reaksi pada hemoglobin (Hb) dalam darah.

Adapun faktor penting yang menentukan pengaruh COHb terdapat dalam darah, makin tinggi

persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin fatal pengaruhnya

terhadap kesehatan manusia.

b. Sistem transportasi ramah lingkungan

Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang

sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi antara lain volume penampungan,

kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi

persyaratan lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang

jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan. Dalam mencapai sistem

transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana

jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi

emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul tanah

dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan lingkungan

pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi

pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi.

Dalam konteks ini, untuk mencapai sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa

hal yang perlu dijalankan, di antaranya;

a. Rekayasa lalu lintas.

Rekayasa lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem transportasi yang

direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi pencemar dapat dioptimalkan secara

terpadu dalam perencanaan jalur, kecepatan rata-rata, jarak tempuh per kendaraan per tujuan

(vehicle mile trip dan passenger mile trip), dan seterusnya. Pola berkendara (driving

pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu lintas.

Page 13: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di Indonesia belum tersedia

hingga saat ini. Dalam perencanaan, pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu

lintas berjalan dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin,

seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-destination). Dengan

meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya masing-masing akan

dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih

besar.

b. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan).

Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di dalam

sistem transportasi yang akan memberikan dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat

emisi pencemaran udara dan kebisingan. Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh

jenis dan kinerja mesin penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran

seperti yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti membawa perubahan-perubahan

besar dalam perencanaan mesin kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini.

Sejak tahun 1970, bersamaan dengan krisis energi dan fenomena pencemaran udara di

Los Angeles Smog, dikeluarkan persyaratan-persyaratan yang ketat oleh pemerintah Federal

untuk mengendalikan emisi kendaraan bermotor dan efisiensi bahan bakar. Perubahan-

perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin, meliputi pemasangan (katup) PCV palse

sistem karburasi, sistem pemantikan yang memungkinkan pembakaran lebih sempurna,

sirkulasi uap bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi emisi tangki BBM, dan after

burner untuk menurunkan emisi. Sedangkan teknologi retrofit disyaratkan dengan

pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk mereduksi emisi HC dan NOX dan debu

(TSP). Teknologi ini membawa implikasi yang besar terhadap sistem BBM, karena TEL

tidak dapat lagi ditambahkan dalam BBM.

c. Energi transportasi

Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor selain ditentukan

oleh jenis dan karakteristik mesin, juga sangat ditentukan oleh jenis BBM yang digunakan.

Seperti halnya penggunaan LPG, akan memungkinkan pembakaran sempurna dan efisiensi

energi yang tinggi. Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi gas buang, bila

peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan bakar, khusus yaitu bebas timbal.

E. Teknologi Penanggulangan Emisi dari Kendaraan

Page 14: Tugas Pengendalian Polusi Udara

Secara sekilas teknologi penanggulangan emisi dari mesin dapat dikategorikan

menjadi dua bagian besar yaitu pengurangan emisi metoda primer dan pengurangan emisi

metoda sekunder. Untuk pengurangan emisi metoda primer adalah sebagai berikut:

Berdasarkan bahan bakar :

Penggunaan bahan bakar yang rendah Nitrogen dan Sulfur termasuk penggunaan non

fossil fuel

Penggalangan penggunaan Non Petroleum Liquid Fuels

Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor diesel dan angka oktan bagi motor

bensin

Penggunaan bahan bakar Gas

Penerapan teknologi emulsifikasi (pencampuran bahan bakar dengan air atau lainnya)

Berdasarkan Perlakuan Udara :

Penggunaan teknologi Exhaust Gas Recirculation (EGR)

Pengaturan temperature udara yang masuk pada motor

Humidifikasi

Berdasarkan Proses Pembakaran :

Modifikasi pada pompa bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar

Pengaturan waktu injeksi bahan bakar

Pengaturan ukuran droplet dari bahan bakar yang diinjeksikan

Injeksi langsung air ke dalam ruang pembakaran

Sementara itu pengurangan emisi metoda sekunder adalah :

Penggunaan Selective Catalytic Reduction (SCR)

Penerapan teknologi Sea Water Scrubber untuk aplikasi di kapal

Penggunaan katalis magnet yang dipasang pada pipa bahan bakar

Penggunaan katalis pada pipa gas buang kendaraan bermotor

BAB III

KESIMPILAN DAN SARAN

Page 15: Tugas Pengendalian Polusi Udara

A. KESIMPULAN

Permasalahan lingkungan yang kerap mengancam kota-kota besar di Indonesia saat

ini adalah pencemaran udara terutama yang bersumber dari emisi kendaraan bermotor.

Sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk dan intensitas ekonomi yang cukup tinggi

sekaligus sebagai pusat kegiatan industri membutuhkan suatu menejemen transportasi yang

bagus dan moda transportasi masal yang memadai.

Penurunan kualitas udara ambien terutama di kota-kota besar Indonesia telah menjadi

masalah yang membutuhkan penanganan serius mengingat sudah pada tingkatan yang dapat

menganggu kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas udara terjadi karena emisi yang masuk

ke udara ambien melebihi daya dukung lingkungan. Lingkungan tidak mampu menetralisir

pencemaran yang terjadi.

B. SARAN

Pencegahan pencemaran udara meliputi upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

pencemaran udara dengan cara:

a. Penetapan baku mutu udara ambien, baku mutu emisi sumber tidak bergerak, baku tingkat

gangguan, ambang batas emisi gas buang dan kebisingan kendaraan bermotor

b. Penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara meliputi kebijakan teknis dan

operasional, program kerja daerah

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Tugas Pengendalian Polusi Udara

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=8&vnomor=7

http://dishub-diy.net/berita/perhubungan/164-mengelola-masalah-transportasi-dan-

dampaknya-bagi-lingkungan-

http://walhijabar.wordpress.com/2007/12/31/sistem-transportasi-dan-dampak-bagi-

lingkungan/

direktorat bina sistem lalu lintas dan angkutan kota direktorat jenderal perhubungan darat.

Sistem transportasi kota. Jakarta : 1998

http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/udara