tugas metode pelaksanaan bangunan

56
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Kota Banjarmasin merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 72 km² secara geografis seluruh wilayahnya berada pada dataran rendah berawa, yaitu daerah yang selalu tergenang air. Kota Banjarmasin dipersiapkan sebagai kota perdagangan, berusaha untuk mencukupi berbagai fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial, seperti sarana dan pasarana jalan, sarana air bersih, dan lain-lain sehingga diharapkan dalam waktu dekat dapat menjadi kota metropolitan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi untuk dapat menjangkau daerah-daerah lain yang merupakan sentra produksi pertanian, hasil bumi dan bahan baku industri. Pertumbuhan lalu lintas di daerah Kalimantan Selatan dapat dilihat dari parameter berikut: a. Laju pertumbuhan penduduk b. Peningkatan taraf hidup masyarakat c. Aktifitas perekonomian meningkat d. Hasil-hasil produk berbagai jenis komoditi semakin meningkat Jalan Akhmad Yani merupakan salah satu jalan utama di kota Banjarmasin dan juga sebagai pintu Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Upload: npuspasari

Post on 30-Dec-2014

264 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

metode pelaksanaan bangunan

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Kota Banjarmasin merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Selatan

dengan luas wilayah 72 km² secara geografis seluruh wilayahnya berada pada

dataran rendah berawa, yaitu daerah yang selalu tergenang air.

Kota Banjarmasin dipersiapkan sebagai kota perdagangan, berusaha untuk

mencukupi berbagai fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial, seperti

sarana dan pasarana jalan, sarana air bersih, dan lain-lain sehingga diharapkan

dalam waktu dekat dapat menjadi kota metropolitan.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi untuk dapat

menjangkau daerah-daerah lain yang merupakan sentra produksi pertanian, hasil

bumi dan bahan baku industri.

Pertumbuhan lalu lintas di daerah Kalimantan Selatan dapat dilihat dari

parameter berikut:

a. Laju pertumbuhan penduduk

b. Peningkatan taraf hidup masyarakat

c. Aktifitas perekonomian meningkat

d. Hasil-hasil produk berbagai jenis komoditi semakin meningkat

Jalan Akhmad Yani merupakan salah satu jalan utama di kota

Banjarmasin dan juga sebagai pintu gerbang kota Banjarmasin. Sebagai Pintu

Gerbang tentu saja beban jalan semakin hari semakin meningkat.

Sebagaimana gambaran di atas maka Dinas Permukiman dan Prasarana

Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan memandang perlu untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

1.2 Data dan Item Pekerjaan Lapangan

Pada umumnya Penyelenggaraan Proyek dapat dilakukan secara

swakelola atau dikontrakkan. Pada dasarnya penyelenggaraan Proyek yang

dikontrakkan mengikuti disiplin segitiga fungsional :

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 2: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

1. Pemimpin Bagian Pelaksanaan/Pengguna Barang/Pemimpin Proyek

menyelenggarakan pengendalian pelaksanaan proyek dan bertindak

sebagai kuasa penuh bangunan.

2. Konsultan pengawas teknis, melaksanakan pengawasan atas mutu

pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana fisik.

3. Kontraktor pelaksana fisik, melaksanakan semua pekerjaan fisik.

Adapun data umum pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

1. Bagian Pelaksana : Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan

Perkotaan Kalimantan Selatan

2. Paket : Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

3. Tahun Anggaran : 2006

4. Sumber Dana : APBN

5. Nomor Kontrak : 907/04/KTR/BANG.H/2006

6. Tanggal Kontrak : 7 April 2006

7. Nilai Kontrak : Rp. 1.950.002.202,57

(Satu milyar sembilan ratus lima puluh juta dua

ribu dua ratus dua rupiah lima puluh tujuh sen)

8. Masa Pelaksanaan : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender

9. Masa Pemeliharaan : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender

10. Pelaksana : PT. PARTNER KEMENANGAN

11. Konsultan Pengawas : PT. ADIYA WIDYAJASA

12. Nomor SPMK : 90/SPMK/07/BANG.H/2006

13. Tanggal : 17 April 2006

Item Pekerjaan Lapangan pada pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad

Yani Banjarmasin yaitu :

1. Mobilisasi

2. Pekerjaan Tanah

3. Pekerjaan Perkerasan Aspal

4. Pekerjaan Struktur

5. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 3: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 4: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

II. PERMASALAHAN

2.1 Skedul/Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad Yani

Banjarmasin, adapun waktu pelaksanaan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari

kalender terhitung sejak SPMK tanggal 7 April sampai dengan 4 Oktober 2006.

Masa pemeliharaan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah

serah terima pertama (PHO) apabila pemborong/rekanan yang melaksanakan

pekerjaan tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang sudah

disepakati maka kepada pelaksana kegiatan akan diberi sanksi ketentuan yang

telah disepakati. Jadwal pelaksanaan pada paket pekerjaan dimaksud dapat dilihat

dari tabel 2.1

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 5: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 6: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

2.2 Kendala Pelaksanaan Dilapangan

Dalam pelaksanaan dilapangan sering terjadi keterlambatan pekerjaan

yang disebabkan:

1. Terjadinya kerusakan pada alat-alat berat yang digunakan untuk

pengaspalan.

2. Banyaknya tenaga ahli/terampil yang libur saat menjelang lebaran.

3. Pelaksanaan pengaspalan hanya dapat dilaksanakan pada malam hari dan

waktu efektif pekerjaan hanya sekitar 6 jam.

4. Tanah galian terdapat bangunan permanen baik berupa jembatan/jalan

beton, halte, papan reklame maupun tanaman.

5. Pada lokasi bahu jalan yang akan ditingkatkan dibawah permukaan

sedalam kurang lebih 30 cm ditemukan beberapa jenis kayu/akar pohon

yang sudah lapuk, saat kayu/akar tersebut terbongkar dan dibuang

sehingga permukaan hasil galian tidak rata/bergelombang dan berlobang.

6. Lambatnya bahan aspal tiba dilokasi.

Hal-hal yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan antara lain:

1. Tersedianya bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan, baik utuk beton

pracetak maupun untuk beton struktur (ready mix)

2. Pelaksanaan pekerjaan ditepi jalan, sehingga arus lalu lintas tidak begitu

mengganggu pekerjaan.

3. Pondasi dari beton sehingga tidak terlalu banyak peralatan dan

bahan/meterial yang menumpuk.

4. Banyaknya tenaga/tukang yang digunakan sehingga dapat dibagi-bagikan

dalam beberapa kelompok.

2.3 Acuan Kerja untuk Pelaksanaan

Acuan Kerja untuk pelaksanaan memacu pada spesifikasi teknis pekerjaan

Peningkatan Jalan Akhamad Yani Banjarmasin sesuai kontrak

1. Mobilisasi

Penyedia jasa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 7: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

a. Mampu memobilisasi sumber daya manusia dan sumber daya

fasilitas dan peralatan

b. Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor

lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang dan sebagainya.

2. Pekerjaan Tanah

a. Galian Biasa sebagai bahan buangan

Bahan galian yang yang tidak memenuhi persyaratan sebagai

bahan timbunan atau material galian yang dianggap sebagai tidak

diperlukan dalam konstruksi.

b. Galian Perkerasan Beraspal

Mencakup galian pada perkerasan lama termasuk agregat base

atau jalan beton dan pembuangan bahan perkerasan beraspal yang

dibongkar dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin

pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti dalam

gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi

pekerjaan.

3. Pekerjaan Perkerasan Aspal

a. Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut :

- Aspal emulsi mantap sedang atau mantap lambat yang

memenuhi SNI 03-4798-1998. Aspal emulsi harus mengandung

residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak

kurang dari 57 % dan mempuyai penetrasi aspal tidak kurang dari

100 (0,1 mm) untuk aspal emulsi jenis CSS serta tidak kurang dari

65 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 100 (0,1

mm) umtuk aspal jenis emulsi jenis CMS. Takaran pemakaian

aspal emulsi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A (0,4 – 1,3 )

liter per meter persegi, untuk Lapis Pondasi Semen Tanah (0,2 –

1,0) liter per meter persegi.

- Aspal Keras Pen.60 atau Pen.80 yang memenuhi RSNI S-01-

2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporrsi

minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan direksi

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 8: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

setelah percobaan diatas lapis pondasi atas yang telah selesai,

perbandingan minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 70

bagian minyak per 100 bagian aspal keras. Takaran pemakaian

aspal emulsi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A (0,4 – 1,3 )

liter per meter persegi, untuk Lapis Pondasi Semen Tanah (0,2 –

1,0) liter per meter persegi.

b. Lapis Perekat

- Aspal emulsi jenis mantap cepat yang memenuhi ketentuan SNI

03- 4798-1998. Takaran pemakaian Permukaan Baru atau aspal

lama yang licin 0,20 liter per meter persegi, permukaan porous

0,20 – 0,50 liter per meter persegi. Untuk perkerasan kaku

permukaan baru 0,20 liter per meter persegi, permukaan aus atau

licin 0,20 – 0,35 liter per meter persegi.

- Aspal Keras Pen.60 atau Pen.80 memenuhi ketentuan RSNI S-

01-2003 diencerkan dengan 25 bagian premium per 100 bagian

aspal. Campuran tersebut harus memenuhi spesifikasi aspal cair

menguap cepat. Takaran pemakaian Permukaan Baru atau aspal

lama yang licin 0,15 liter per meter persegi, permukaan porous

0,15 – 0,35 liter per meter persegi. Untuk perkerasan kaku

permukaan baru 0,15 liter per meter persegi, permukaan aus atau

licin 0,15 – 0,25 liter per meter persegi.

c. Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dan Lataston Lapis Pondasi (HRS-

Base)

Lapisan Tipis Aspal Beton atau LATASTON adalah suatu

lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran

aspal keras dan agregat yang bergradasi tidak terus-menerus,

dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada

suhu tertentu.

LATASTON ( HRS ) pada pekerjaan jalan ini terdiri dari dua

macam campuran yaitu Hot Rolled Sheet Wearing Course ( HRS -

WC ) dan Hot Rolled Sheet Base ( HRS - BASE ) dimana ukuran

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 9: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

maksimum agregat untuk masing-masing campuran adalah 19

mm.

Pada campuran HRS BASE mempunyai ciri yaitu tidak bergradasi

menerus melainkan bergradasi senjang dan dimana ukuran

maksimum agregatnya adalah 19 mm atau lolos pada saringan

ukuran 1½, dua kunci utama dalam mendapatkan hasil yang

sungguh memuaskan maka campuran harus memenuhi spesifikasi

yang telah ditentukan , yaitu :

- Gradasi harus benar-benar senjang

- Sisa rongga udara yang ada pada kepadatan harus memenuhi

ketentuan yang telah ditunjukkan didalam spesifikasi , agar

diperoleh gradasi senjang, maka selalu dilakukan pencampuran

pasir halus dengan menggunakan agregat pecah mesin.

Bilamana pasir ( alam ) halus tidak tersedia untuk mendapatkan

gradasi senjang maka campuran boleh menggunakan Aspal Beton

( Asphalt Concrete ).

Spesifikasi Teknis HRS – WC dan HRS - BASE

Agregat Umum

Agregat umum adalah sekumpulan butir-butir batu pecah,

kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik itu berukuran besar

maupun berukuran kecil.

Agregat yang mempunyai kualitas yang baik sangat

dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang berhubungan langsung

dalam memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan

bawahnya, sifat dan kualitas dari agregat tersebut menentukan

kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas.

Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan

konstruksi dalam perkerasan jalan dapat dikelompokkan dalam 3

( tiga ) kelompok yaitu :

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 10: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

1. Kekuatan dan keawetan lapis perkerasan dipengaruhi oleh

gradasi ukuran maksimum, kadar lempung, kekerasan dan

ketahanan bentuk butir serta tekstur permukaan.

2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik dipengaruhi oleh

porositas, kemungkinan basah dan jenis agregat.

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan

yang nyaman serta aman, dipengaruhi oleh tahanan geser ,

campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan.

Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan

agregat baik itu kasar maupun halus untuk campuran HRS –WC

dan HRS – BASE adalah :

Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %

Berat jenis agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda

lebih dari 0,2.

Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang tahanan pada saringan

No. 8 atau 2,38 mm.

Fraksi agregat kasar haruslah bersih, keras, awet dan bebas

dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus

memnuhi ketentuan yang telah ditetapkan.

Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil

pecah dan harus dipersiapkan dalam ukuran nominal.tunggal

dimana ukuran maksimum, ukuran nominal maksimum adalah

satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama dengan

tertahan kurang dari 10 %.

Untuk agregat kasar yang kotor dan berdebu yang

mempunyai partikel lolos dari ayakan No. 200 dan lebih besar

dari 1 % tidak dapat digunakan.

Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin los angeles

pada 500 putaran, harus mempunyai nilai maksimum 40 %.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 11: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Agregat Halus

Agregat halus terdiri dari bahan-bahan yang berbutir kasar,

bersudut tajam, bersih, kering, kuat, bebas dari gumpalan-

gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang mengganggu

dan lolos dari ayakan No. 8.

Agregat halus yang berasal dari pemecahan batu, harus

berasal dari batuan induk.

Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir ditumbuk

terpisah dari agregat kasar.

Dalam segala hal, pasir kotor dan berdebu serta

mempunyai partikel lolos ayakan No. 200 lebih dari 8 % dan

pasir yang digunakan dalam campuran LATASTON

maksimum 15 %.

Gradasi Agregat Campuran

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal,

ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan harus

memenuhi batas-batas yang telah ditentukan dan berada diluar

Daerah Larangan, seperti dalam tabel berikut :

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 12: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Tabel 2.2

Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal

Ukuran Ayakan % Berat Lolos

LATASTON

ASTM ( mm ) WC BASE

1½"

1

¾

½

3⅛

No. 8

No. 16

No. 30

No. 200

37.5

25

19

12.5

9.5

2.36

1.18

0.600

0.025

100

90 – 100

75 – 85

50 – 72

35 – 60

6 - 12

100

90 – 100

65 – 100

35 – 55

15 – 35

2 - 9

Sumber : Spesifikasi Proyek Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

Bahan Aspal untuk Campuran Aspal

Aspal adalah material yang berwarna hitam atau coklat tua,

yang berbentuk pada temperature ruang yang padat sampai agak

padat dan jika dipanaskan pada suatu temperatur suhu tertentu

aspal akan menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus

partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton itu sendiri dan

dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan /

penyiram pada perkerasan macadam atau pelaburan.

Apabila untuk membantu pelekatan / anti pengelupasan dan

dipandang perlu bahan tambahan kedalam aspal serta diaduk

secara seksama sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh

pabriknya sehingga diperoleh campuran yang seragam.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 13: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Kadar aspal yaitu persentase berat aspal terhadap campuran

yang berkisar antara 4 sampai 8 persen ( % ). Kadar aspal yang

tepat harus ditentukan berdasarkan pengujian cara marshall

sehingga didapatkan campuran yang memenuhi persyaratan.

Campuran Aspal Panas

1. Komposisi Umum Campuran

Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler dan bahan

aditif yang ditambahkan bilamana diperlukan untuk menjamin

sifat-sifat campuran memenuhi ketentuan yang disyaratkan

2. Kadar Aspal dalam Campuran

Kadar Bitumen dari campuran harus ditetapkan sedemikian

rupa sehingga kadar aspal efektif ( yaitu setelah kehilangan

akibat absorsi agregat) tidak boleh kurang dari nilai

maksimum yang dipersyaratkan.

Persentase aspal yang aktual ditambahkan kedalam campuran

akan bergantung pada penyerapan agregat yang digunakan.

Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan berdasarkan atas data

uji yang diberikan oleh kontraktor dan harus lebih besar dari

batasan yang disyaratkan.

3. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Aspal

Untuk menunjukkan bahwa campuran aspal memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan dalam tabel berikut :

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 14: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Tabel 2.3

Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston

Sifat-sifat Campuran Lataston HRS

WC Base

Penyerapan Aspal Max 1,7

Jumlah tumbukkan perbidang 75

Rongga dalam Campuran

( % )

Min 3,0

Max 6,0

Rongga Dalam Agregat ( VMA ) ( % ) Min 18 17

Rongga Terisi Aspal ( % ) Min 68

Srabilitas Marshall ( % ) Min 800

Pelelehan ( mm ) Min 3

Marshall Quotient ( kg/mm ) Min 250

Stabilitas Marshall Sisa ( % ) Setelah Perendaman

Selama 24 Jam, 60°C

Min 75

Rongga Dalam Campuran ( % ) pada Kepadatan

Membal ( Refusal )

Min 2

Sumber : Spesifikasi Proyek Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 15: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

4. Pekerjaan Struktur

Pekerjaan Struktur dalam hal ini Beton tak bertulang K – 225

digunakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Atas.

Persyaratan bahan:

a. Semen

Semen yang digunakan harus jenis semen portland yang

memenuhi SNI-15-2049-1994

b. Air

Air yang digunakan untuk campuran, perawatan atau pemakaian

lainnya harus bersih dan bebas dari bahan yang merugikan seperti

minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji

sesuai dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-

2002.

c. Agregat

Agregat yang digunakan untuk beton harus memenuhi

persyaratan sesuai dengan PBBI 1989, yakni :

- Ketentuan dan persyaratan SII 0052-80, tentang :

“Mutu dan cara uji agregat beton”. Bila tidak tercakup dalam SII

0052-80, maka harus memenuhi ketentuan “Specification For

Concrete Agregates”.

- Ketentuan dan persyaratan ASTM C330, tentang “Specification

For Lighweight Agregate For Structural Concrete” untuk beton

ringan.

Agregat yang tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan

di atas, tetapi telah dibuktikan berdasarkan pengujian khusus atau

pemakaian yang nyata dapat menghasilkan beton yang

kekuatannya dan keawetannya mencukupi syarat, maka atas

persetujuan Pejabat bangunan agregat tersebut boleh

dipergunakan.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 16: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Tabel 2.4 Syarat Mutu Agregat

Uraian Agregat Halus Agregat Kasar

1. Modulus kehalusan

2. Kadar lumpur

3. a. Kadar zat organik ditentukan dengan larutan

Na - Sulfat 3%

4. Kadar bagian yg lemah dgn goresan batang

tembaga

5. a. Kekerasan butir dibanding pasir Kwarsa

Bangka

5. b. Kekerasan dgn Bejana Rudeloff/Los Angeles

6. Sifat kekal benda uji dengan larutan jenuh garam

sulfat

a. Natrium Sulfat

b. Magnesium Sulfat

7.Tidak bersifat reaktif terhadap alkali, bila

semen Na2O > 0,6 %

8. Butiran panjang dan pipih

9. Susunan grading

1,5 – 3,8

Mak. 5 %

warna standar

-

2,2

-

Mak. 10 %

Mak. 15 %

-

-

BS 882-1983

6,0 – 7,1

Mak. 1 %

-

Mak. 5 %

-

Tabel 3

Mak. 12%

Mak. 18%

Na2O < 0,6 %

Mak. 20 %

BS 882-1983

(Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1989)

Kekerasan agregat diperlukan karena pada waktu pembuatan

beton bahan-bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang

keras dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada

saat pengecoran dan pemadatan.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 17: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Tabel.2.5 Syarat Kekerasan Agregat

Kelas dan Mutu beton

(PBI – 1971)

Kekerasan dengan bejana tekan

Rudolf bagian hancur

menembus ayakan 2 mm,

maksimum %.

Kekerasan dengan

bejana geser Los

Angeles bagian hancur

tembus ayakan 1,7

mm, maksimum %.Fraksi butir

19 – 30 mm

Fraksi butir

9,5 – 19 mm

Beton Kelas I dan mutu B0

serta mutu B1

22 – 30 24 - 32 40 – 50

Beton Kelas II dan atau

beton mutu K-125, K-175

dan K-225

14 – 22 16 – 24 27 – 40

Beton Kelas III dan atau

beton mutu K>225 / beton

pratekan

< 14 < 16 <27

Syarat-syarat mutu agregat menurut ASTM C33-86 :

(Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1989)

5. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Lapis pondasi klas A (Patching),

Marka jalan dan Kerb beton pracetak.

Pekerjaan ini harus sesuai dengan spesifikasi dan sesuai dengan

garis elevasi yang ditunjukan pada gambar dan sebagaimana yang

diperlukan oleh direksi pekerjaan.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 18: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

2.4 Standar Metode dan Teknologi Pelaksanaan konstruksi

Bagan alir Metode Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad

Yani Banjarmasin.

Gambar 2.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jalan A. Yani

Banjarmasin

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

MULAI

Pekerjaan PersiapanSurvey dan PengukuranMobilisasiPekerj Persiapan lainnya

Pekerjaan Provisonal:Pelengkap Jalan Lainnya

LPA Klas A (Patching)

Pemasangan Pipa PVC dan Paving Stone

Pekerjaan Beton K- 125 dan K- 225

Pemasanagan Kerb Type A & B

PembuatanKerb Type A & B

Gailian Aspal & Galian Biasa (Patching)

Lapis Resap PengikatDan HRS-Base

Lapis Perekat dan HRS-Base

Pekerjaan Minor:LPA Kelas A & Camp

Aspal Panas

Galian Biasa

Lapis Pengikat dan HRS WC (Pengaspalan/Overlay)

Pekerjaan Marka

SELESAI

Page 19: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

III. PENYELESAIAN MASALAH

Sesuai dengan Metode Pelaksanaan kerja yang diberikan oleh Pihak

Kontraktor, Pekerjaan Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin, terbagi

dalam tiga bagian besar, yaitu :

1. Penambahan Perkerasan Jalan

Pelaksanaannya dimulai dengan melakukan penggalian aspal dan galian

biasa yang kondisinya sudah rusak, hasil galian tersebut dibuang dan

digantikan dengan bahan yang lebih baik (Lapis Pondasi Atas Kelas A)

dan selanjutnya dilakukan Lapis Resap Pengikat dan HRS-Base.

2. Pelebaran Jalan

Karena semakin meningkatnya jumlah lalu lintas pada Jalan Akhmad

Yani Banjarmasin, yaitu pada Sta 0 + 643 sampai dengan Sta 1 + 143,

maka perlu dilakukan pelebaran jalan.

Pada pelebaran jalan ini menggunakan teknik konstruksi perkerasan

komposit, yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan

lentur.

Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan melakukan

penggalian biasa dan penggalian berbatu, lebar penggalian sekitar ± 2 x 3

m, dan kedalam galian ± 30 cm. Selanjutnya galian tersebut diisi dengan

± 5 cm untuk beton K-125 sebagai lantai kerja dan beton K-225 sebagai

struktur pondasi. Selanjutnya dilakukan Lapis Perekat dan HRS-Base.

3. Pembuatan Kerb dan Garis Pengaman Beton Semen Pra Cetak

Type A

Kerb beton Pra Cetak Type A dibawa dari base camp, kemudian

dilakukan pemasangan pada median jalan.

3.1. Tinjauan Khusus Pekerjaan.

Dari sekian banyaknya item-item pekerjaan dan keterbatasan waktu

didalam pelaksanaan dan pengamatan maka menyesuaikan kegiatan

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 20: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

dilapangan yang sedang berlangsung, di dalam laporan ini di khususkan pada

tinjauan Pelebaran Jalan Akhmad Yani Banjarmasin.

Sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, terlebih dahulu dilakukan

pekerjaan persiapan yang meliputi :

a. Melakukan pengukuran-pengukuran mengenai jalan dan batas-batas

tanah yang akan dibersihkan.

b. Pembersihan terhadap lokasi pekerjaan dari semua benda-benda tajam,

akar/kayu yang sudah lapuk yang dapat mengurangi kekuatan lapisan

pondasi beton tersebut.

c. Melakukan penggalian sesuai ukuran yang diinginkan dengan tenaga

manusia sebagai tempat untuk melakukan pekerjaan lapisan pondasi

beton.

Langkah-langkah pelaksanaan Peningkatan Jalan Akhmad Yani

Banjarmasin dengan melakukan pelebaran jalan adalah sebagai berikut :

1. Setelah melakukan penggalian sekitar ± 2 x 3 m, dan kedalam galian ±

30 cm. Kemudian di isi beton yang didatangkan dari base camp dengan

mobil pengangkut. Untuk tahap pertama beton K-125 ± 5 cm digunakan

sebagai lantai kerja dan selanjutnya digunakan beton K-225 sebagai

konstruksi beton pada pondasi pelebaran. Pekerjaan ini dilakukan secara

bertahap sepanjang 0,5 Km.

2. Setelah pekerjaan pelebaran jalan dengan konstruksi beton selesai, baru

dilakukan penambahan lapis perekat dan HRS-Base di atas konstruksi

beton tersebut.

3. Pencampuran dan pemasangan lataston lapis pondasi dan lataston

lapis aus.

Pencampuran aspal dilakukan di base camp (AMP) sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan setelah itu diangkut dengan

menggunakan dump truck ke tempat yang akan dilakukan pemasangan

aspal di lokasi proyek, pemasangan dilakukan dengan menggunakan

finisher.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 21: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

4. Pada permukaan yang akan dipasang lataston lapis pondasi dan lataston

lapis aus disiapkan untuk lapisan resap pengikat.

5. Setelah lapis pondasi atas telah dibersihkan dari segala kotoran dan debu

maka dilakukan pemasangan lapis resap pengikat dengan menggunakan

peralatan (Compressor), setelah itu dipasang lataston lapis pondasi

(HRS-Base)

6. Setelah lataston lapis pondasi (HRS-Base) selesai dikerjakan maka

dilakukan pemasangan lapis perekat dengan menggunakan peralatan

(Compressor).

7. Selanjutnya akan dilakukan Lapis Pengikat dan HRS-WC (pengaspalan /

Overlay )

8. Pemadatan aspal

Pemadatan aspal atau disebut dengan penggilasan, penggilasan

dikerjakan dengan menggunakan vibro roller dilanjutkan dengan tyre

roller.

3.2 Pengendalian Mutu Dilapangan

Umum

Lapis Tipis Aspal Beton merupakan salah satu jenis dari lapis

perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan

campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada

suhu tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat cairan

yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk

mencampurnya, maka kedua material harus dipanaskan dulu sebelum

dicampur. Pekerjaan pencampuran dilakukan di pabrik pencampur,

kemudian dibawa kelokasi dan dihampar dengan mempergunakan alat

penghampar sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata

untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat.

3.3 Rencana Campuran Di AMP

Asphalt Mixing Plant

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 22: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Asphalt Mixing Plant (AMP) atau Instalasi Pencampur Beton Aspal

adalah tempat mencampur agregat, aspal, dan tanpa atau dengan bahan

tambahan pada temperatur antara 140o – 160oC.

Sesuai dengan komponen-komponen yang dimilikinya AMP dapat

dibedakan atas alat pencampur dengan sistem penakaran (Batch Plant) dan

alat pencampur menerus, tanpa penakaran (Continus Plant). Kedua jenis

alat pencampur ini mempunyai kapasitas sekitar 500 Kg – 1000 Kg,

sehingga dapat melayani mesin-mesin penghampar (finisher) secara terus

menerus pada waktu penghamparan dan pemadatan campuran.

Pada proyek ini AMP yang digunakan adalah dengan sistem

penakaran (Batch Plant) dengan kapasitas 800 Kg.

Proses Pembuatan Rencana Campuran Aspal Panas di AMP

a. Langkah pertama adalah pemasokan dan penimbunan agregat di

lokasi AMP. Masalah segregasi selama proses penimbunan atau

pemasokan agregat sangat perlu diperhatikan. Tempat pemasok

untuk masing-masing fraksi agregat terpisah oleh sekat

sehingga tak mungkin tercampur dan pada umumnya tempat

pemasok dapat menampung 3 atau 4 fraksi agregat.

b. Kemudian agregat dari tempat penimbunan dimasukkan ke

dalam bin dingin dengan menggunakan loader. Bin dingin

adalah tempat meletakkan agregat langsung dari tempat

penimbunan

c. Agregat dialirkan sesuai proporsi dari masing-masing bagian

bin dingin melalui elevator / conveyor masuk ke tempat

pengering. Pengeringan agregat dilakukan agar pencampuran

dan pengikatan agregat oleh aspal dapat berlangsung dengan

baik. Alat pengering (drier/blower) berputar mengeringkan dan

memanaskan agregat yang berada di dalamnya.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 23: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

d. Agregat panas diangkut oleh elevator/conveyor untuk disaring.

Agregat yang terlalu besar dan yang melebihi kapasitas

dibuang. Agregat panas yang lolos saringan ditempatkan sesuai

ukurannya di dalam masing-masing bagian bin panas.

e. Debu yang dihasilkan akibat pemanasan dikumpulkan di tempat

tertentu untuk dipergunakan secukupnya, atau dibuang.

f. Agregat ditimbang melalui kotak penimbang sesuai JMFnya,

dicampur dengan semen aspal yang telah berbentuk cair karena

dipanaskan, jika dibutuhkan dapat ditambah bahan pengisi dan

atau bahan tambahan di dalam unit pencampur (pugmill)

sehingga menjadi campuran panas yang homogen.

g. Campuran panas yang homogen dicurahkan ke dalam truk

pengangkut untuk dibawa kelokasi penghamparan.

Bagian-bagian instalasi pencampur dengan penakar ( batch Plant ) :

Bin dingin

Bin dingin ( cold bin ), adalah tempat meletakkan agregat

langsung dari tempat penimbunan, agregat yang ada didalam bin

dingin diusahakan tidak kena hujan

Elevator

Elevator dingin berfungsi untuk mengangkut agregat dari bin

dingin ke tempat pengeringan agregat.

Alat pengering ( Drier )

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 24: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Agregat yang masuk dari bin dingin dikeringkan dan dipanaskan

di dalam alat yang berputar. Alat pengering ini juga disebut drier atau

blower.

Pengumpul debu

Udara panas yang keluar dari pengering mengandung debu-debu

yang dapat menimbulkan polusi dan mengotori bagian-bagian lainnya,

oleh karena itu udara panas yang mengandung debu dialirkan ke

bagian pengumpul debu yang berfunsi mengumpulkan debu dan

membuang udara panas.

Pengendali gradasi

Agregat panas yang diangkut oleh elevator panas dari bagian

pengering, disaring dengan menggunakan saringan di bagian

pengendali gradasi. Agregat dengan ukuran lebih besar ( oversize )

dari yang diisyaratkan dibuang, sedangkan agregat yang lolos saringan

pengendali gradasi masuk ke dalam bin panas.

Bin panas

Bin panas adalah tempat menyimpan sementara agregat panas

yang telah disaring, sebelum dicampur ke dalam bagian pencampur

( pugmill ). Bin panas disekat menjadi 3 atau 4 bagian dan berpintu.

Kotak penakar

Pada AMP dengan penakar terdapat penimbang untuk

menimbang agregat dan aspal yang akan dimasukkan ke dalam alat

pencampur ( pugmill ) sesuai proporsi campurannya

Alat pencampur ( mixer/pugmill )

Agregat panas dan bahan pengisi dimasukkan sesuai rumus

campuran kerja (JMF ) ke dalam alat pencampur. Bahan pengisi tidak

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 25: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

dipanaskan. Agregat dicampur dalam keadaan kering selam kurang

dari 4 detik, dan selanjutnya disemprotkan aspal panas dengan kadar

aspal panas dengan kadar aspal sesuai rumus campuran kerja (JMF ).

Agregat dan aspal panas diaduk kembali selama tak kurang dari 30

detik dan tak lebih dari 75 detik.

Komposisi Campuran

Dalam penentuan komposisi campuran agregat gabungan

dapat dilakukan dengan metode analitis dan grafis atau dengan cara

Triall & Error .

Pengujian Campuran Aspal Panas di AMP

- Sifat-Sifat Campuran Aspal Panas di AMP

Test Marshall , Flow

- Extraksi

Adapun teori cara pelaksanaan ekstraksi adalah sebagai

berikut :

a. Pertama-tama campuran aspal panas digoreng didalam wajan

sampai suhu yang sudah ditetapkan sampai merata kemudian

diangkat dan ditimbang dengan berat ± 500 gr.

b. Timbanglah kertas Filter.

c. Setelah kertas filter ditimbang kemudian kertas tersebut

dimasukkan kedalam alat yang berbentuk kerucut.

d. Kemudian masukkan campuran aspal tadi kedalam kertas

filter yang sudah berbentuk kerucut.

e. Setelah semua campuran aspal dimasukkan lalu dimasukkan

lagi kedalam tabung yang berbentuk silinder setelah itu baru

dimasukkan bensin ± 800 ml.

f. Campuran aspal yang didalam tabung tersebut dipanaskan

minimal 8 jam.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 26: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

g. Setelah selesai dipanaskan campuran aspal diangkat lalu

ditimbang begitu juga dengan kertas filternya. Kemudian

dimasukkan kedalam oven ± 1 hari.

h. Setelah dimasukkan baru disaring dan timbang berat yang

tertahan dimasing-masing saringan.

- Core Drill

Adalah alat untuk menentukan ketebalan dan kepadatan

lapisan aspal. Dengan cara sebagai berikut :

1. Letakkan mesin pada lokasi yang akan diambil contohnya.

2. Kokohkan kedudukan mesin dengan bantuan baut statis,

turunkan semua bautnya hingga mengikat kuat pada

permukaan jalan.

3. Isi tangki bahan bakar dengan bensin.

4. Periksa oli mesin apakah oli menunjuk maksimum, bila oli

berada dibawah minimum tambah oli mesin dengan oli SAE

30 hingga mencapai batas maksimum.

5. Lumasi sekrup pengangkat dan as pelurus dengan gemuk.

6. Pasang mata bor dengan kunci yang tersedia.

7. Sipkan air pada tempat air, letakkan pada tempat yang lebih

tinggi dari mesin dan alirkan air melalui selang menuju mata

bor, hal ini menjaga supaya mata bor tidak cepat aus.

8. Hidupkan mesin dengan jalan menarik tali handel starter

dengan kuat dan atur gas agar mata bor dapat berputar

dengan stabil.

9. Putar hander pemutar dengan arah berlawanan dengan arah

jarum jam sehingga mata bor dapat turun pada kedalaman

yang diinginkan.

10. Bila kedalaman yang diingini sudah tercapai putar handel

engkol searah jarum jam untuk menaikkan mata bor.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 27: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

11. Setelah selesai matikan mesin dengan menekan tombol dan

baut pengunci statis dinaikkan kembali dan mata bor

dilepas.

3.4 Permasalahan dan Alternatif Penyelesaian

Untuk kegiatan Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

permasalahan yang kami temui dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara

lain :

1. Banyaknya lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut dikarenakan

pekerjaan tersebut berada di dalam kota Banjarmasin.

2. Lebar badan jalan dua jalur yang ada tidak sama, untuk jalur badan

jalan kiri arah keluar kota existing perkerasan aspal lama lebar jalan

yang ada rata-rata 9,0 meter sedangkan untuk jalur badan jalan kanan

arah kedalam kota existing perkerasan aspalnya lebar rata-rata 7,0

meter.

3. Kondisi permukaan bahu badan jalan pada jalan efektif perkerasan

yang ada bervariasi yakni tanah biasa dan perkerasan berbatu serta

perkerasan beton ( oprit jembatan / jalan masuk ruko/rumah ),

sehingga apabila termasuk jalur pelebaran maka penggalian

mempunyai macam jenis galian sesuai dengan kondisi perkerasan

yang akan digali.

4. Sesuai dengan survey pada lokasi bahu badan jalan yang akan

ditingkatkan menjadi badan jalan dibawah permukaan sedalam

kurang lebih 25 cm ditemukan beberapa jenis kayu/akar pohon yang

sudah lapuk, dimana kayu./akar tersebut dibongkar dan dibuang

sehingga permukaan hasil galian tidak rata/bergelombang dan

berlubang.

5. Sebagian pada lokasi yang terkena jalur pelebaran ada terdapat

pasilitas umum seperti Halte angkot, Taman-taman kecil / trotoar

yang letaknya agak ketengah jalan. Dimana hal ini akan

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 28: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

mempersempit jalan dan membahayakan arus lalu lintas dan

pengendara lainnya yang lewat pada jalur jalan tersebut.

6. Hasil yang didapat dari Bengkelman Beam test pada ruas jalan

efektif sepanjang 500 meter. Perkerasan aspal lama yang akan

dilapis ulang ( overlay ) dikerjakan dengan dan lapis perkerasan

aspal, HRS-Base dan lapis aus permukaan HRS-WC dengan

ketebalan sama yakni 4,0 cm.

Alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah dilakukan antara lain :

1. Agar perkerjaan berjalan lancar dan aman, perlu menugaskan pengatur

lalu lintas dan diberi rambu-rambu.

2. Pelaksanaan pengaspalan dilakukan pada saat sepi lalu lintas atau pada

malam hari.

3. Salah satu jalur lalu lintas ditutup sementara pada saat pemasangan

aspal yang pasti jalur yang terkena proyek pemasangan aspal, dan lalu

lintas dipindahkan ke jalur yang lain.

4. Perubahan Design lebar badan jalan tersebut diatas dimasukan dalam

Perhitungan Daftar Kualitas per item Pekerjaan, terutama pada kondisi

pelebaran pada kondisi pelebaran yang ada disesuaikan dengan lebar

badan jalan akhir design 11,5 meter tanpa pembatas jalur lambat.

5. Untuk mencapai kondisi permukaan yang rata sesuai dengan

persyaratan pemasangan kontruksi Beton pada pondasi pelebaran maka

diperlukan pekerjaan lantai kerja yakni dengan pemasangan lantai kerja

beton k-125 setebal 5 cm.

6. Biaya untuk penanganan pembokaran dan perbaikan fasilitas tersebut

diatas diperlukan pekerjaan harian untuk tenaga kerja dan peralatannya.

7. Dengan pertimbangan Skala Prioritas penanganan pondasi pada

pelebaran dan Dana Kontrak yang ada sehingga penanganan untuk

perkuatan perkerasan aspal lama cukup dengan tahapan pelaksanaan

overlay satu lapis dengan lapis aus permukaan HRS-WC tebal 3,0 cm

dengan design Kontrak asal.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 29: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dilapangan, pada Kegiatan Pembangunan Jalan

dan Jembatan Perkotaan Paket Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

Kalimantan Selatan dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut :

Pada pelebaran Jalan Paket Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

ini merupakan teknik konstruksi perkerasan komposit, yaitu perkerasan

kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur.

Didalam pelaksanaan agar pekerjaan berjalan lancar dan aman perlu

penugasan pengatur lalu lintas dan diberi rambu-rambu

Dimana lokasi pekerjaan ini terletak pada pertigaan jalan yang merupakan

daerah padat lalu lintas maka akan menimbulkan kemacetan pada saat

kegiatan pekerjaan tersebut.

Setiap pelaksanaan kegiatan proyek perlu dilakukan Perencanaan,

Pengorganisasian dan Pengawasan proyek agar proyek tersebut dapat

berhasil dengan baik.

4.2. Saran

Berdasarkan pengamatan dilapangan dengan Kondisi permukaan bahu

badan jalan pada jalan efektif perkerasan kondisi jalan yang ada

peningkatan untuk lapis pondasi sebenarnya cukup menggunakan

material Agregat Klas A dibandingkan menggunakan beton .

Setiap pelaksana kegiatan/proyek perlu memperhatikan disiplin kerja

guna menjamin kelancaran kerja dan tidak terjadi pemborosan waktu,

tenaga dan biaya.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 30: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Setiap pelaksana kegiatan/proyek perlu memperhatikan Planing/ rencana

kerja sehingga pelaksanaan tiap-tiap pekerjaan sesuai dengan jadwal dan

pekerjaan selesai tepat pada waktunya.

Dalam pelaksanaan status. pekerjaan perla didukung dengan statu

perencanaan yang matang, selalu berkoordinasi dengan pihak yang

berkepentingan sehingga apabila terdapat kesalahan dan hambatan statu

pekerjaan dapat segera diketahui dan dilakukan langkah penanganannya.

Dalam pelaksanaan pelebaran badan jalan perla adanya sosialisasi lepada

masyarakat dan melakukan koordinasi lepada pihak PDAM dan PT.

Telkom.

Sebaiknya dalam pelaksanaan perla adanya pengendalian mutu lataston

baik diquary maupun di lapangan agar tercapai hasil yang optimum.

Kontraktor sebaiknya menyediakan suku cadang peralatan dan mekanik

yang cukup berpengalaman.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 31: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Untung Soedarsono. Ir, 1987. Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit PU, Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, 2006. Spesifikasi Teknis Paket Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah. Jakarta.

Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004. Perubahan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah. Jakarta.

Politeknik Negeri Banjarmasin, 2006. Bahan Kuliah RBPTL Bidang Jalan dan Jembatan.

Purwo Setianto. Ir, 1996. Teknik Jalan Raya, Erlangga, Jakarta.

Silvia Sukirman, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. NOVA. Bandung.

Silvia Sukirman, 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. NOVA, Bandung.

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Page 32: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

FHOTO FISUAL

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

FHOTO FISUAL

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Pekerjaan Penggalian dan pembersihan lokasi pekerjaan

Pekerjaan Penggalian dan pembersihan lokasi pekerjaan

Page 33: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

FHOTO FISUAL

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Kondisi Di Lapangan Pada Saat Pekerjaan Penggalian

Kondisi Di Lapangan Pada Saat Pekerjaan Penggalian

Page 34: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

FHOTO FISUAL

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Kendala di Lapangan pada saat Pekerjaan Penggalian

Kendala di Lapangan pada saat Pekerjaan Penggalian

Page 35: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

FHOTO FISUAL

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Pekerjaan Pondasi Beton K-125 dan K-225 yg telah selesai

Pekerjaan Pondasi Beton K-125 dan K-225 yg telah selesai

Page 36: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

FHOTO FISUAL

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Papan Proyek Peningkatan Jalan Akhmad Yani Banjarmasin

Lokasi Proyek Jalan Akhmad Yani Banjarmasin Kondisi 0 %

Page 37: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

FHOTO FISUAL

PENINGKATAN JALAN AKHMAD YANIBANJARMASIN

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Lokasi Proyek Jalan Akhmad Yani Banjarmasin Kondisi 0 %

Lokasi Proyek Jalan Akhmad Yani Banjarmasin Kondisi 0 %

Page 38: Tugas Metode Pelaksanaan Bangunan

Metode dan Teknologi Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan Test Benklement Beam

Pelaksanaan Test Benklement Beam