tugas kelompok agama

40
Bimbingan Sakaratul Maut bagi Klien Muslim Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut? Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual ( APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang

Upload: nur-indah

Post on 16-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bimbingan Sakaratul Maut

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok Agama

Bimbingan Sakaratul Maut bagi Klien   Muslim

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?

Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual ( APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut  pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.  Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,  krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat,  perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan.  Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat.  Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal. Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan. Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.Sakratul maut juga dapat diakatakan sebagai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, Kematian Kedua pun memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki penginapan ke tiga yang bernama Barzakh, sebuah penginapan yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan dua penginapan sebelumnya, yakni perut atau rahim ibu kita dan bumi untuk kehidupan dunia.Sakratul maut adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya, berbagai riset dan upaya telah dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk memperpanjang umur. Hal tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya “Dan datanglah

Page 2: Tugas Kelompok Agama

Sakratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”. (Q.S. Qaf (50): 19 )“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”. (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw)

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”. ( Imam Ghozali)Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia!”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dari hatiku”.Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang.  Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit selama kita hidup dan saat sakaratul maut bisa jadi merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)Sakaratul maut itu pedih seperti firman Allah SWT kepada Ibrahim AS adalah “Seperti panasnya besi dibakar pada kain sutera yang basah, lalu nyawapun ditarik”, Selanjutnya Allah

Page 3: Tugas Kelompok Agama

berfirman kepada Nabi Musa “rasanya seperti burung hidup yang digoreng dalam wajan. Rasanya seperti domba yang hidup kemudian diikuti oleh penjagal. Rasanya lebih perih pedih dibanding sayatan pedang, geretan gergaji, dan tusukan benda tajam. Seringan-ringannya kematian seperti duri dalam kain. Bisakah duri keluar dari sutera tersebut tanpa robekan. Seperti berada dalam selimut api panas dan seolah-olah bernafas dalam lubang jarum seakan-akan berada dalam satu pohon yang berduri lalu ditarik dari ujung kaki sampai keubun-ubun”.Allah SWT memberikan gambaran khusus dalam Quran surat Al- Qiyamah:”berbelit kepayahan demi kepayahan, tindih bertindih kesengsaraan demi kesengsaraan. Penyesalan dengan penyesalan dan kesakitan demi kesakitan” (Bey, 1987: 339)Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya sebagai berikut :1.    Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem “Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah” selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi ”Aku ada pada sangka-sangka hambaku,  oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik”, selanjutnya Ibnu Abas berkata ”Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu”, selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata ”Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu”. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.2.    Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah.Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :

1.    penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,2.    kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.3.    Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.4.    Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.5.    Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim “Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga” Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata “Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka

Page 4: Tugas Kelompok Agama

sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat”. Para ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya.” (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)3.    Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya.Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda ”Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”, Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda “apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”. Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.4.    Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut“Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.” (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)5.    Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblatKemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

gambaran sebuah perjalanan kita hingga sampai lagi pada-Nya

Page 5: Tugas Kelompok Agama

kita dipertemukan kepada malaikat yang selalu sayang pada kita (ayah dan bunda)

dan kita dibimbing untuk menjadi orang baik, soleh dan berbakat

beranjak orang tua kita menyekolahkan kita ke Sekolah Dasar

Page 6: Tugas Kelompok Agama

anak SMP menyandang di diri kita, asiik Sekolah Menengah Pertama, mulai merasa dewasa :)

Sekolah Menengah Atas, mulai mencari jati diri dan bertanya “mau jadi apa saya?”

alhamdulillah mahasiswa,dan itu menentukan mau jadi apa nanti :)

Page 7: Tugas Kelompok Agama

nah, mau jadi orang sukses???

atau

hanya mau jadi pengangguran?

kita yang memilih!!

sampai kita menjalani kehidupan sesuai dengan jalan kita masing-masing, melakukan sesuatu yang berguna, dan menadi orang baik, insyaAllah, lalu

tidak terasa

Page 9: Tugas Kelompok Agama

semoga kita selalu menjadi anak soleh, dan selalu mendapatkan ridho-Nya, amiin :)

# Semoga kita sebagai perawat selalu dapat membimbing pasien yang tengah menghadapi proses yang maha dasyat ini dalam keadaan khusnul khotimah dan juga selalu mendapatkan ridho dari Allah SWT. Dan saya sebagai manusia juga semoga selalu berada dalam keadaan khusnul khotimah.amiin :)

Page 10: Tugas Kelompok Agama

A. Pengertian Sakaratul Maut        Istilah sakaratul maut berasal dari bahasa arab, yaitu “sakarat” dan “maut”. Sakarat dapat diartikan dengan “mabuk” sedangkan “maut” berarti kematian. Dengan demikian, sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa kematiannya.    Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup.        Mengenai tanda-tanda khusul khotimah atau su’ul khotimah seseorang yang sedang sakaratul maut, Usman bin Affan pernah berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda:“Perhatikanlah orang yang hampir mati, seandainya kedua matanya terbelalak, dahinya berkeringat, dan dua lubang hidungnya bertambah besar, membuktikan bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira, tetapi jika dia mendengar seperti orang yang sedang mendengkur (ngorok) atau tercekik, wajahnya pucat, mulutnya bertambah besar, berarti ia telah mendapat kabar buruk”.    Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad telah menggambarkan dengan sabdanya:“Ketika menjelang roh orang mukmin dicabut, maka datanglah malaikat pencabut nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah lembut seperti mencabut rambut dari adonan tepung, lalu diserukan kepadanya:“Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah.”Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadist, diantaranya:

'و% ى* و'ل 'ر' /ذ% ت 'و'ف2ى إ 'ت 2ذ/ين' ي وا ال 'ف'ر9 'ة9 ك /ك ئ %م'ال' 9ون' ال 'ض%ر/ب ه9م% و9ج9وه'ه9م% ي 'ار' 'د%ب %ح'ر/يق ع'ذ'اب' و'ذ9وق9وا و'أ الArtinya: Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50).

ن�ز�ل�م�ث�ل� ش�ي�ء�و�م�ن�ق�ال�س�أ� �ل�ي�ه� إ ي�وح� �ل�ي�و�ل�م� وح�ي�إ

و�ق�ال�أ�ك�ذ�ب اأ� ع�ل�ىالل�ه� ظ�ل�م�م�م�ن�اف�ت�ر�ى)

و�م�ن�أ�ن�ف�س�ك�م� � خ�ر�ج�واأ

أ� ي�د�يه�م�� ب�اس�ط�وأ ئ�ك�ة� و�ال�م�ال� ال�م�و�ت� ف�يغ�م�ر�ات� إ�ذ�الظ�ال�م�ون� الل�ه� و�ل�و�ت�ر�ى) ن�ز�ل�

� �م�اأ آي�ات�ه�ت�س�ت�ك�ب�ر�ون� ع�ل�ىالل�ه�غ�ي�ر�ال�ح�قDو�ك�ن�ت�م�ع�ن� ب�م�اك�ن�ت�م�ت�ق�ول�ون� ع�ذ�اب�ال�ه�ون� ال�ي�و�م�ت�ج�ز�و�ن�

Page 11: Tugas Kelompok Agama

Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’am :93).Menurut beberapa hadist:“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi)“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.” (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw)“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.” (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan)“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki.” ( Imam Ghozali)B. Tanda-Tanda Sakaratul Maut      Ciri-ciri pokok (secara medis) orang yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir (sakaratul maut), adalah sebagai berikut:

penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,

kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan

rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.

Page 12: Tugas Kelompok Agama

         Menurut Dadang Hawari, “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.Tanda-tanda kematian:1. 100 hari : Seluruh badan rasa bergegar.2. 60 hari : Pusat rasa bergerak-gerak.3. 40 hari : Daun dengan nama orang yang akan mati di arash akan jatuh dan malaikat maut pun datang kepada orang dengan nama tersebut lalu mendampinginya sehingga saat kematiannya. Kadang-kadang orang yang akan mati itu akan merasa atau nampak kehadiran malaikat maut tersebut dan akan sering kelihatan seperti sedang rungsing.4. 7 hari : Mengidam makanan.5. 5 hari : Anak lidah bergerak-gerak.6. 3 hari : Bahagian tengah di dahi bergerak-gerak.7. 2 hari : Seluruh dahi rasa bergerak-gerak.8. 1 hari : Terasa bahagian ubun bergerak-gerak di antara waktu subuh dan ashar.9. Saat akhir : Terasa sejuk dari bahagian pusat hingga ke tulang solbi (di bahagian belakang badan) Seelok-eloknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam keadaan qiam and jangan lagi bercakap-cakap.Bila Malaikat Mencabut NyawaBaginda Rasullullah SAW bersabda :“Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”Sambung Rasullullah SAW lagi:“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibril  akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril”

Page 13: Tugas Kelompok Agama

        Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibril akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.       Dari sebuah hadis bahwa apabila Allah SWT menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata:“Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah SWT”     Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah SWT dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah SWT berfirman yang bermaksud:“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.”        Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah SWT maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu.Maka berkata tangan :“Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.”        Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut mencoba dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata:“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.”       Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut mencoba dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata:“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.”    Akhir sekali malaikat maut mencoba mencabut ruh orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata:“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.”       Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT berfirman yang bermaksud :“Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu.”

Page 14: Tugas Kelompok Agama

     Sebaik saja mendapat perintah Allah SWT maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah SWT Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah SWT maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang.Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata Abu Bakar R.A: Roh itu menuju ketujuh tempat :1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa berserta jasadnya hingga sampai hari Kiamat.Telah bersabda Rasullullah S.A.W: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya:1. Orang-orang yang mati syahid.2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.3. Orang berpuasa di hari Arafah.C. Peran Perawat dalam Mendampingi Pasien Sakaratul Maut     Karena batapa sakitnya proses sakaratul maut itu, maka perawat muslim memiliki peran dalam mendampingi pasien muslim dalam proses sakaratul maut, antara lain sebagai berikut :1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.        Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

Page 15: Tugas Kelompok Agama

        Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah).3. Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat yaitu La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.     Perawat muslim dalam mengajarkan atau mengingatkanya kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.    Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim.“Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga”.    Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .4. Menghadapkannya ke arah kiblat.caranya jika ia berbaring,maka lambung kanannya diarahkan ke lantai.   Disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw. Hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat:a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.5. Mendo’akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh .Wallahu A’lam.   Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda:

Page 16: Tugas Kelompok Agama

“Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.”       Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.D. Perubahan Tubuh Setelah Kematiana. Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena adanya kekurangan ATP (Adenosin Trypospat) yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai dari organ-organ involuntery, kemudian menjalar pada leher, kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam setelah kematian.b. Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam sampai mencapai suhu ruangan.c. Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri. Ini disebabkan karena sistem sirkulasi hilang, darah/sel-sel darah merah telah rusak dan terjadi pelepasan HB.        Demikian uraian tentang Bimbingan Sakaratul Maut Bagi Klien Muslim, semoga para pembaca sekalian dapat mengambil manfaat dari yang telah saya uraikan, Semoga setelah membaca postingan saya ini,  wawasan para pembaca sekalian tentang bimbingan sakaratul maut dapat bertambah.Terimakasih..Wassalamu’alaikum wr.wbReferensi:Materi mentoring Fkep Unpadhttp://www.scribd.com/doc/52832208/Peran-Perawat-Muslim-Dalam-Sakaratul-Mauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Sakratul_mautDipublikasi di Uncategorized | Tinggalkan komentar

Saat Pasien Sakaratul   Maut

Posted on 27 April 2013 by rafiantinur

Page 17: Tugas Kelompok Agama

    Saat pasien menghadapi keadaan kritis atau menjelang sakaratul maut hampir tidak ada satupun perawat yang ingat pada kebutuhan spiritual klien. Padahal mereka sendiri yakin bahwa keperawatan meliputi aspek Bio-Psiko-Sosio-spiritual, tetapi pada kenyataannya, aspek spiritual ini jarang diperhatian oleh perawat. Padahal klien yang dirawatnya harus meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah (suatu akhir penghidupan yang selamat). Di samping hal tersebut,, kita tahu bahwa konsep keperawatan Virginia Handerson menyatakan bahwa salah satu peran perawat adalah membantu agar klien siap meninggal dengan tenang.    Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani). Seseorang yang dikatakan sehat secara sempurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Dadang Hawari, 1977, 53). Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, ada sekelompok pasien yang selalu menunda operasinya sehingga jadwal operasi yang telah dibuat ditunda lagi. Setelah diselidiki ternyata mereka mengalami ketakutan operasi dan takut mengahadapi kematian atau tidak bisa bangun lagi, tetapi pada kelompok pasien yang komitmen agamanya baik, hal tersebut tidak menjadi masalah dan lebih siap menghadapi kematian.    Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual bagi pasien terminal, di samping untuk meningkatkan semangat hidup klien yang sudah di diagnosa harapan sembuh tipis, juga mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kematian, karena berdasarkan penelitian Kubbler and Ross bahwa pasien terminal seringkali dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidak berdayaan, dan putus asa. Sedangkan pasien senantiasa berada di samping perawat dalam menjalani siklus atau fase akhir dari kehidupannya.

Page 18: Tugas Kelompok Agama

   Menurut konsep agama Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. Karenanya upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit mutlak diperlukan. Tenaga Kesehatan hendaknya menyakini bahwa sesuai ajaran agama yang dianutnya menjelang fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut yang banyak digambarkan oleh Rasulullah tentang beratnya fase tersebut, sehingga Rasulullah senantiasa mengajarkan do´a untuk diringankan dalam sakaratul maut.      Beberapa contoh gambaran sakaratul maut, menurut Syaranie dalam bukunya Maut dan Dialog Suci menggambarkan tentang sakitnya sakaratul maut yang dapat terjadi pada pasien terminal, Sesuai firman Allah SWT kepada Ibrahim AS adalah Seperti panasnya besi dibakar pada kain sutera yang basah, lalu nyawapun ditarik. Selanjutnya Allah berfirman kepada Nabi Musa, rasanya seperti burung hidup yang digoreng dalam wajan. Rasanya seperti domba yang hidup kemudian diikuti oleh penjagal. Rasanya lebih perih pedih dibanding sayatan pedang, geretan gergaji, dan tusukan benda tajam. Seringan-ringannya kematian seperti duri dalam kain. Bisakah duri keluar dari sutera tersebut tanpa robekan. Seperti berada dalam selimut api panas dan seolah-olah bernafas dalam lubang jarum seakan-akan berada dalam satu pohon yang berduri lalu ditarik dari ujung kaki sampai keubun-ubun.

Page 19: Tugas Kelompok Agama

"Peran Perawat dalam Membimbing Pasien Sakaratul Maut" Blognya perawat yang peduli dengan pasiennya hingga ajal menjemput

Posted on June 2, 2013 by azizbruder

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar”

Page 20: Tugas Kelompok Agama

(niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak benar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al An’am :93)Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya sebagai berikut :1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.

Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim,Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang

Page 21: Tugas Kelompok Agama

mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .3. berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.Panduan bagi pasien sakaratul maut

Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.

Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.

Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

Page 22: Tugas Kelompok Agama

Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati.Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).“ Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut.” (QS. 6:93)Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut..Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)

Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini:

1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat

Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.” Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

Para ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya.” (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)

Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :

1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.4. Terdengar suara mendengkurdisertai gejala nafas cyene stokes.5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada

Page 23: Tugas Kelompok Agama

biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.

Meninggal dengan membaca syahadat

2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik

Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.

Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.

3. Berbaik Sangka kepada Allah

Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya

4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :

1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.

Page 24: Tugas Kelompok Agama

Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

WARNING ALERT

Sebagian orang terbiasa membaca Al-Qur’an didekat orang yang sedang menghadapi sakaratul maut dengan berdasarkan pada hadits :

“bacalah surat Yaasiin untuk orang-orang yang meninggal dunia”

Dan hadits :

“tidak ada seorang manusia yang mati, kemudian dibacakan surat yaasiin untuknya, kecuali Allah mempermudah segala urusannya”

Padahal kedua hadits tersebut dianggap sebagai hadits dha’if, tidak boleh memasukkannya kedalam kitab Hadits.

Bahkan, Imam Malik telah mengatakan bahwa hokum membaca Al-Qur’an disisi mayat adalah makruh. Dalam Kitabnya ‘Syarhu As-Syaghiir’(1/220):,”Dimakruhkan membaca salah satu ayat dalam al-qur’an ketika datang kematian. Karena, tindakan tersebut tidak pernah dilakukan oleh para salafus shalih. Sekalipun, semua itu diniatkan sebagai do’a, memohon ampun, kasih sayang dan mengambil pelajaran,”.Tuntunan dalam Mengurus Jenazah bagi Wanita

Alloh ‘azza wa jalla telah menuliskan kematian atas setiap jiwa. Sedangkan kekekalan hanyalah khusus bagi Alloh. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman-Nya,“Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS. Ar-Rahman ; 26-27Bagi jenazah anak cucu Adam terdapat hukum-hukum khusus yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang yang masih hidup. Kami sebutkan didalam bab ini tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah bagi wanita, diantaranya :

1. Para wanita wajib menguasai tata cara memandikan mayat perempuan dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki untuk memandikannya, kecuali suami karena ia berkewajiban memandikan istrinya. Sebab Ali radhiyallohu ‘anhu memandikan istrinya, Fathimah bintu Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam. Dan diperbolehkan bagi wanita memandikan mayit suaminya, sebab Asma’ bintu Umais radhiyallohu ‘anha memandikan suaminya, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallohu ‘anhu.

2. Disunnahkan mengkafani mayat perempuan dengan 5 lembar kain putih yang terdiri dari sarung, kerudung kepalanya, baju yang dipakainya, dan 2 kain lipatan yang melilit seluruh kain-kain sebelumnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Laila ats-Tsaqafiyah, beliau berkata :“Saya berada bersama para wanita yang memandikan Ummu Kultsum bintu Rosulullah ketika wafatnya, dan pertama-tama yang Rosulullah berikan adalah sarung kemudian baju besi (jubah

Page 25: Tugas Kelompok Agama

muslimah atau sejenisnya), selanjutnya penutup kepala (kerudung/jilbab) kemudian selimut kemudian dilipatkan setelah itu didalam pakaian yang lain.” HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud

3. Yang diperbuat dengan rambut kepala mayat wanita adalah menjadikannya 3 pintalan dan mempertemukannya di bagian belakang, seperti hadits Ummu Athiyah tentang cara memandikan putri Nabi sholallohu ‘alahi wasallam :“Maka kami pintal rambutnya menjadi 3 cabang dan kami pertemukan dibelakangnya.” HR. Bukhari-Muslim.Hukum wanita mengiring jenazah.

4. Dari Ummu Athiyah radhiyallohu ‘anha berkata : “Kami dilarang (oleh Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam) mengiringi jenazah namun tidak ditekankan (larangan tsb) kepada kami.” HR. Bukhari – Muslim

5. Wanita dilarang menziarahi kubur.Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam melaknat wanita-wanita peziarah kubur.” HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan dishohihkan olehnyaSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :“Telah diketahui bahwa perempuan apabila berziarah kubur, maka dia akan berkeluh kesah, menangisi dan meratapi (mayat). Padahal kesemuanya itu menyiratkan kelemahan dan sedikitnya kesabaran. Dengan menangisi (si mayat) hal ini dapat juga menyebabkan tersiksanya si mayat. Bahkan dengan suara (tangisannya) dan pola tingkahnya tsb akan dapat menimbulkan daya tarik bagi laki-laki (di sekitarnya). Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits :“Maka kalian (para wanita) telah menjadi penyebab timbulnya fitnah bagi yang hidup dan menjadikan tersiksa bagi yang mati.”Kemudian diharamkannya permasalahan ini (wanita berziarah kubur) adalah untuk membatasi (menutupi) jalan fitnah, sebagaimana diharamkan memandang perhiasan yang terselip karena akan menimbulkan fitnah. Hal itu -yakni wanita berziarah kubur- bukanlah suatu maslahah (yang mendatangkan kebaikan), kecuali wanita tsb mendoakan bagi si mayat, dan ini memungkinkan bila dilakukan didalam rumahnya.” [Majmu' Fatawa ; 24/335-336]

6. Haram meratapi mayat, yaitu mengangkat suara dengan menangis, meratap dan merobek-robek baju, menampar-nampar pipi, mengacak-acak rambut, menghitamkan wajah dan melukainya sbg ungkapan keluh kesah atas si mayat, memanggil-manggil dengan perkataan celaka (kasar) dan selainnya. Semua itu menunjukkan atas keluh kesah dari ketentuan Alloh dan kekuasaan-Nya, serta tidak ada kesabaran pada dirinya. Maka hal tsb adalah haram dan dosa besar sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahihain.Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukan dari golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah dan selainnya.”“Sesungguhnya beliau sholallohu ‘alaihi wasallam berlepas (diri) dari shaliqah, haliqah, dan syaaqah.”Shaliqah : wanita yang mengangkat suaranya (berteriak) ketika tertimpa musibah.Haliqah : Wanita mencukur rambutnya ketika mendapatkan musibah.Syaaqah : Wanita yang merobek-robek pakaiannya ketika mendapatkan musibah.

Page 26: Tugas Kelompok Agama

Maka sebuah kewajiban atasmu, wahai muslimah, untuk menjauhkan perbuatan-perbuatan haram ini ketika mendapatkan musibah dan kewajibanmu adalah (tetap dalam) kesabaran dan introspeksi diri. Sehingga musibah ini menjadi renungan atas dosa-dosa dari keburukan-keburukan yang telah dilakukan dan pahala-pahala dari kebaikan-kebaikan yang telah kamu kerjakan.“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘innaa lillahi wa inna ilaihi raaji’uun’ mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. Al-Baqarah ; 155-157Dalam perkara ini diperbolehkan menangis yang tidak disertai ratapan dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan serta tidak marah terhadap ketentuan dan kekuasaan Alloh.

-diringkas dari kitab “Tanbihaat ‘ala Ahkam Takhtashu bil Mu’minaat” karya Syaikh Sholih Al Fauzan-Kewajiban Mengurus Jenazah

Kewajiban muslim dalam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, dimana ketika ada jenazah dan sudah ada satu orang yang menghandle mengurus jenazah mulai memandikan hingga menguburkan, maka muslim tidak perlu harus menghandle

nya. Melihat hukumnya ini maka sangat jarang pekerjaan pengurus jenazah ditemukan. Padahal pekerjaan ini sangat mulia kenapa tidak jadi rebutan orang untuk berlomba-lomba melakukannya, padahal jika kita dapat mengurus jenazah orang2 sholeh dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah sungguh menyenangkan, yang semoga banyak keutamaan dan pelajaran darinya agar kitapun berharap mampu seperti mereka.Beranikah kita menghadapi jenazah? Kalau takut jangan deh nanti malah kebawa mimpi. kemudian pengurus jenazah tidak boleh jijik akan kondisi mayat, karena dalam kondisi di lapangan mayat itu kondisinya bermacam-macam. Bisa jadi kondisi mayat penuh luka, atau bau dan lain-lain. Jadi harus siap menghadapi ini. Seperti halnya dokter atau perawat yang tidak jijik terhadap kondisi pasien dan tukang sampah yang tidak geli terhadap sampah.Diperlukan ketelatenan juga bagi seseorang untuk mengurusi mayat, dimana kita harus mampu memperlakukan mayat dengan baik tidak boleh kasar dan harus selembut mungkin, dan didalan kondisi di lapangan mayat bermacam-macam seperti k

aku, melotot dan lain-lain. Selain itu diperlukan ketelatenan pula mulai dari menyiapkan hal-hal yang diperl

ukan untuk proses mengurus jenazah, memandikan, menkafani hingga menguburkan. Sehingga diperlukan pengetahuan yang benar sesuai dengan syariat yang dicontohkan rasul agar tidak mengandung bid’ah. Dan semuanya ini dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

LANTAS APA PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI JENAZAH MUSLIM????

Page 27: Tugas Kelompok Agama

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami p

enyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupa

nnya ini, pasien tersebut selalu berada di samping

perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.

Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik

atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.

Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak b

enar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al An’am :93)Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)

Page 28: Tugas Kelompok Agama

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya sebagai berikut :1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata. Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.

2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim,Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .

3. berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu

Page 29: Tugas Kelompok Agama

memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

Page 30: Tugas Kelompok Agama
Page 31: Tugas Kelompok Agama

http://keperawatanreligionmentariwardhani.wordpress.com/

http://keperawatanreligionrafianti.wordpress.com/

http://keperawatanreligionabdulaziz.wordpress.com/