tugas kelompok
TRANSCRIPT
TUGAS
PENGANTAR FORENSIK TI
“ Kejahatan Dalam Bidang TI”
Nama Anggota Kelompok
1. Aditia Rahman ( 50407030 )
2. Arum Agesti Aprilia ( 50407164 )
3. Feby Kelviandaru ( 50407356 )
4. Nanda Pramitha K. ( 50407610 )
Kelas 4 IA 07
Universitas Gunadarma2010
A. Latar Belakang
Pada saat ini, keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam
menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta
memperkecil kemungkinan melakukan kesalahan, mengakibatkan masyarakat semakin
mengalami ketergantungan kepada komputer. Dampak negatif dari semua itu dapat
timbul apabila terjadi kesalahan yang ditimbulkan oleh peralatan komputer yang akan
mengakibatkan kerugian besar bagi pemakai atau pihak-pihak yang berkepentingan.
Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah berupa computer
network yang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi global yang
dikenal dengan internet. Penggunaan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi
tersebut mendorong berkembangnya transaksi melalui internet di dunia. Banyak
perusahaan berskala dunia semakin memanfaatkan fasilitas internet. Sementara itu
tumbuh transaksi-transaksi melalui elektronik atau on-line dari berbagai sektor, yang
kemudian memunculkan istilah e-banking, e-commerce, e-trade,e-business, e-retailing.
Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan jasa internet juga mengundang terjadinya
kejahatan. Cybercrime merupakan perkembangan dari computer crime. Berikut ini ada
beberapa istilah kejahatan di bidang teknologi informasi ( TI ) antara lain :
• Cybercrime
• Kejahatan Mayantara ( Barda Nawawi A.)
• Computer Crime
• Computer Abuse
• Computer Fraud
• Computer Related Crime dll.
Ada perbedaan antara Cybercrime dengan Computer Crime, pada Cybercrime
perbuatan melawan hukum itu dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis
pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi ( Teguh Wahyono, S. Kom,
2006 ). Sedangkan pada Computer Crime perbuatan melawan hukum tersebut dilakukan
dengan memakai komputer sebagai sarana / alat atau komputer sebagai objek, baik untuk
memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain.
Kejahatan dalam bidang TI semakin meningkat karena beberapa hal yaitu
Aplikasi bisnis berbasis TI dan jaringan computer yang meningkat.
Meningkatnya kemampuan pemakai ( user ).
Kesulitan penegak hukum dan belum adanya ketentuan yang pasti.
Semakin kompleksnya system yang di gunakan maka semakin banyak source
code program yang digunakan.
Berhubungan dengan internet.
B. Kejahatan Bidang TI (Cyber Crime)
Cybercrime adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai
jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer sebagai objek, baik untuk
memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Menurut Heru
Sutadi, kejahatan bidang TI dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Kejahatan yang menggunakan TI sebagai fasilitas. Contoh: pembajakan,
pornografi, pemalsuan dan pencurian kartu kredit, penipuan lewat e-mail,
penipuan dan pembobolan rekening bank, perjudian online, terorisme, situs
sesat, Isu SARA dll
2) Kejahatan yang menjadikan sistem dan fasilitas TI sebagai sasaran. Contoh :
pencurian data pribadi, pembuatan dan penyebaran virus komputer,
pembobolan situs, cyberwar dll.
Kejahatan bidang TI dapat terjadi karena adanya motif pelaku untuk melakukan
perbuatan itu. Motif yang ada pada kejahatan bidang TI antara lain
1) Motif Intelektual
Kejahatan yang dilakukan hanya untuk kepuasan pribadi dan
menunjukkan bahwa dirinya telah mampu untuk merekayasa dan
mengimplementasikan bidang teknologi informasi.
2) Motif ekonomi, politik, dan criminal
Kejahatan yang dilakukan untuk keuntungan pribadi atau golongan
tertentu yang berdampak pada kerugian secara ekonomi dan politik pada pihak
lain.
C. Karakteristik Cyber Crime
Kejahatan bidang TI mempunyai beberapa karakteristik yang unik dan berbeda
dengan kejahatan di bidang lain. Karakteristik itu terdiri dari lima yaitu
1) Ruang Lingkup Kejahatan
Ruang lingkup ini bersifat global ( melintasi batas negara ), maksudnya
kejahatan ini menyebabkan sulitnya menentukan yuridiksi hukum negara mana
yang berlaku terhadapnya. Karakteristik internet di mana orang dapat berlalu-
lalang tanpa identitas (anonymous) memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas
jahat yang tak tersentuh oleh hukum. Komputer sebagai instrumen untuk
melakukan kejahatan tradisional, seperti digunakan untuk melakukan pencurian,
penipuan, dan pemalsuan melalui internet, dan lain-lain. Komputer dan
perangkatnya sebagai objek penyalahgunaan, di mana data-data di dalam
komputer yang menjadi objek kejahatan dapat saja diubah, dimodifikasi, dihapus,
atau diduplikasi secara tidak sah. Unauthorized acquisition, disclosure or use of
information and data, yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan hak akses
dengan cara-cara yang illegal.
2) Sifat Kejahatan
Sifat kejahatan di dunia maya ini bersifat non-violence yang artinya tidak
menimbulkan kekacauan yang mudah terlihat. Apabila kejahatan konvensional
seringkali menimbulkan kekacauan, maka kejahatan di internet bersifat
sebaliknya sehingga ketakutan atas kejahatan (fear of crime) tersebut tidak mudah
timbul meskipun bisa saja kerusakan yang di akibatkannya dapat lebih dahsyat
dari kejahatan lain.
3) Pelaku Kejahatan
Kejahatan ini dilakukan oleh pelaku yang tidak mudah didentifikasi akan
tetapi pelaku ini menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya dan bersifat
lebih universal. Pelaku kejahatannya tidak terbatas pada usia dan stereotip
tertentu, mereka yang tertangkap sebagian besar remaja bahkan ada yang masih
anak-anak. Mereka jarang terlibat kenakalan remaja, dan mereka rata-rata cerdas,
namun juga jauh dari profil anak jalanan.
4) Modus Kejahatan (operandi)
Keunikan kejahatan ini adalah penggunaan teknologi informasi dalam
modus operandi, sehingga sulit dimengerti oleh orang-orang yang tidak
menguasai pengetahuan tentang komputer, teknik pemrograman dan seluk beluk
dunia cyber. Sifat inilah yang menyebabkan bahwa cybercrime berbeda dengan
tindak pidana lainnya.
5) Jenis Kerugian Yang Ditimbulkan
Kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan ini sangat luas, dapat bersifat
material maupun non-material. Waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri,
martabat bahkan kerahasiaan informasi. Cybercrime juga sangat berpotensi
menimbulkan banyak kerugian pada berbagai bidang seperti bidang politik,
social, ekonomi, dan budaya.
D . Jenis Cyber Crime
Menurut ( Teguh Wahyono, S. Kom., 2006), jenis cyber crime terbagi menjadi
tiga macam yaitu berdasarkan jenis aktivitas, motif kegiatan, dan sasaran kejahatan.
1) Berdasarkan Jenis Aktivitas
(1) Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam
suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa
sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.
Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase
ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga
yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba
keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi.
Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi
Internet/intranet. Contohnya yaitu Probing dan Port Scanning yang dilakukan
untuk melihat servis-servis apa saja yang tersedia di server target
(2) Illegal Contents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke
Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya,
pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat
atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau
pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan
propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan lain-lain.
(3) Penyebaran Virus Secara Sengaja
Penyebaran virus biasanya sering dilakukan dengan menggunakan
email dan serign kali orang yang system emailnya terkena virus tidak
menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui
emailnya. Contohnya yaitu virus mellisa, I LOVE U, dan sircam.
(4) Data Forgery
Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-
dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet.
Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-
commerce dengan membuat seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada
akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data
pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan.
(5) Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet untuk
melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem
jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini
biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data
pentingnya (database) tersimpan dalam suatu system
yang computerized ( tersambung dalam jaringan computer ).
(6) Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau
penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan
komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan
dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu
program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan
komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau
berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.
(7) Cyberstalking
Kejahatan ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan
seseorang dengan memanfaatkan computer misalnya menggunakan dengan
email dan dilakukan berulang-ulang. Kejahatan ini bisa dibilang sama seperti
terror.
(8) Carding
Kejahatan ini bertujuan untuk mencuri nomor karu kredit milik orang
lain dan digunakan dalan transaksai perdagangan internet.
(9) Hacking dan Cracking
Hacker sebenarnya memiliki konotasi yang netral, namun bila
kemampuan penguasaan sistem komputer yang tinggi dari seorang hacker ini
disalah-gunakan untuk hal negatif, misalnya dengan melakukan perusakan di
internet maka hacker ini disebut sebagai cracker. Cracker merupakan orang
yang sering melakukan aksi perusakan di internet. Aktifitas cracking di
internet meliputi pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs
web, probing, penyebaran virus, hingga pelumpuhan target sasaran
(menyebabkan hang, crash).
(10) Cybersquatting and Typosquatting
Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan
mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha
menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal.
Pekerjaan ini mirip dengan calo karcis.
Typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan
yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain, biasanya
merupakan nama domain saingan perusahaan.
(11) Hijacking
Hijacking merupakan kejahatan pembajakan terhadap hasil karya
orang lain, biasanya pembajakan perangkat lunak (Software Piracy).
(12) Cyber Terorism
Kejahatan yang dilakukan untuk mengancam pemerintah atau warga
negara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.
(13) Offense against Intellectual Property
Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang
dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web
page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di
Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.
(14) Infringements of Privacy
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi
seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan
secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat
merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu
kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.
2) Berdasarkan Motif Kegiatan
(1) Sebagai tindakan murni kriminal
Kejahatan ini murni motifnya kriminal, ada kesengajaan melakukan
kejahatan, misalnya carding yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang
lain untuk digunakan dalam bertransaksi di internet.
(2) Sebagai kejahatan “abu-abu”
Perbuatan yang dilakukan dalam jenis ini masuk dalam “wilayah abu-
abu”, karena sulit untuk menentukan apakah hal tersebut merupakan kriminal
atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang tidak dimaksudkan untuk
berbuat kejahatan, misalnya Probing atau portscanning yaitu tindakan
pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin, namun data yang diperoleh berpotensi untuk dilakukannya
kejahatan.
3) Berdasarkan Sasaran Kegiatan
(1) Menyerang Inividu (Against Person )
Jenis kejahatan ini sasaran serangannya adalah perorangan / individu
yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujan penyerangan tersebut.
Contohnya antara lain :
a) Pornografi, kegiatannya dilakukan dengan membuat, memasang,
dan menyebarkannya material yang berbau pornografi serta
mengekspos hal-hal yang tidak pantas.
b) Cyberstalking, kegiatan ini dilakukan untuk melecehkan seseorang
misalnya dengan menggunakan email.
c) Cyber-Tresspass, kegiatannya dilakukan dengan cara melanggar
area privasi orang lain. Misalnya web hacking, breaking the pc,
dan lan-lain.
(2) Menyerang Hak Milik ( Against Property )
Kejahatan yang dilakukan untuk mengganggu atau menyerang hak
milik orang lain, contoh : pengaksesan komputer secara tidak sah, pencurian
informasi, carding, cybersquatting, typosquatting, hijacking, data forgery.
(3) Menyerang Pemerintah ( Against Government )
Kejahatan ini dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap
pemerintah, contoh : cyber terorism, craking ke situs resmi pemerintah.
E. Faktor Penyebab Cyber Crime
Cyber Crime tidak hanya terjadi begitu saja. Banyak factor yang menyebabkan
terjadinya cyber crime antara lain :
1) Faktor Politik, kebijakan politik di Indonesia sangat dibutuhkan untuk
menanggulangi cyber crime yang sudah berkembang di Indonesia. Para aparat penegak
hukum berupaya untuk menindak pelaku cyber crime tapi penegakkan hukum tidak
dijalankan secara maksimal karena perangkat hukum yang mengatur khusus tentang
cyber crime belum ada.
2) Faktor Ekonomi, jaringan computer dan internet merupakan media yang
sangat murah untuk promosi. Seluruh rakyat Indonesia harus berpartisipasi untk
mendukung pemulihan ekonomi akibat dari krisis ekonomi. Oleh karena itulah media
internet dapat di manfaatkan masyarakat Indonesia untuk mempromosikan sesuatu.
3) Faktor Sosial Budaya
a) Kemajuan Teknologi Informasi, dengan teknologi informasi manusia
dapat melakukan akses perkembangan lingkungan secara akurat.
b) Sumber Daya Manusia, SDM dalam teknologi informasi mempunyai
peranan penting sebagai pengendali dari sebuah alat.
c) Komunitas Baru, dengan adanya media internet maka secara sosiologis
terbentuklah komunitas di dunia maya yakni komunitas para pengguna
internet yang saling berkomunikasi, misalnya mailing list, chatting, dan
lain-lain.
F. Dampak Cyber Crime
Banyak sekali dampak yang di akibatkan oleh cyber crime terlebih lagi
dampaknya terhadap negara dan keamanan dalam negeri.
a) Kurangnya Kepercayaan Dunia Terhadap Indonesia
Banyak sekali kejadian-kejadian yang merugikan negara kita, salah
satunya kasus cyber crime yang terungkap di Bandung oleh 7 pelaku carding,
pembobolan kartu kredit melalui internet. Dengan adanya kejahatan tersebut dapat
menurunkan citra dan nama baik bangsa Indonesia karena pemesanan barang
melalui internet E-Business dari berbagai negara dilakukan dengan kartu kredit
palsu.
b) Berpotensi Menghancurkan Negara
Pencegahan terhadap tindakan cyber crime harus mencakup semua operasi
illegal yang dapat merugikan pihak lain. Contohnya adalag yang terjadi pada
jaringan KPU pada saat penghitungan suara.
c) Keamanan Dalam Negeri Menjadi Terancam
Kerawananan social dan politik yang di timbulkan dari cyber crime antara
lain isu-isu yang meresahkan masyarakat, memanipulasi simbol-simbol
kenegaraan dengan tujuan untuk mengacaukan keadaan agar tercipta suasana
yang tidak kondusif. Munculnya pengaruh negatif dari maraknya situs porni yang
dapat di askse dengan bebas tanpa batas yang dapat merusak moral bangsa. Ulah
para hacker yang meraih keuntungan secara finansial dengan merusak situs-situs
perbankan dengan maksud merusak sistem sehingga mengacaukan bidang
perdagangan.
G. Penanggulangan Cyber Crime
Untuk menanggulangi cyber crime, tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi harus
dilakukan secara bertahap. Berikut ini ada beberapa cara untuk menanggulangi cyber
crime.
1) Pengamanan Sistem
Tujuan yang paling nyata dari suatu sistem keamanan adalah mencegah
adanya perusakan bagian dalam sistem karena dimasuki oleh pemakai yang tidak
diinginkan. Pengamanan sitem ini harus terintegrasi pada keseluruhan subsistem
untuk mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-celah unauthorised
actions yang merugikan.
2) Penanggulangan Global
OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development )
telah merekomendasikan beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap
negara dalam penanggulangan Cybercrime, antara lain :
a) Melakukan modernisasi hukum pidana nasional dengan hukum
acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi internasional.
b) Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai
standar internasional.
c) Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum
mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-
perkara yang berhubungan cybercrime.
d) Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime
serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.
e) Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun
multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui
perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties.
3) Perlunya Cyberlaw
Cybercrime belum sepenuhnya terakomodasi dalam peraturan / Undang-
undang yang ada, penting adanya perangkat hukum khusus mengingat karakter
dari cybercrime ini berbeda dari kejahatan konvensional.
4) Perlunya Dukungan Lembaga Khusus
Lembaga ini diperlukan untuk memberikan informasi tentang cybercrime,
melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-
riset khusus dalam penanggulangan cybercrime. Indonesia sendiri sudah memiliki
IDCERT (Indonesia Computer Emergency Response Team) yang diperlukan bagi
orang-orang untuk melaporkan masalah-masalah keamanan komputer.
H. Strategi Penanggulangan Cyber Crime
Selain cara-cara yang telah di sebutkan pada point G, untuk menanggulangi cyber
crime perlu menggunakan stretegi supaya penanggulangan yang kita jalankan bisa
dilakukan secara terstruktur. Strtegi yang dilakukan terbagi menjadi 3 yaitu strategi
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
1) Strategi Jangka Pendek
a) Penegakan Hukum Pidana
Penegakan hukum pidana merupakan salah satu manivestasi untuk
membuat hukum tidak hanya sebagai barang rongsokan yang tidak berguna.
b) Mengoptimalkan UU Khusus Lainnya
Cyber space banyak bersentuhan dengan sekto lain yang telah
memiliki aturan khusus dalam pelaksanaannya. Ada beberapa aturan yang
bersentuhan dengan dunia cyber yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku
cyber crime sehingga perbuatan mereka semakin sempit.
c) Rekruitment Aparat Penegak Hukum
Untuk merekrut aparat penegak hukum, lebih diutamakan dari
masyarakat yang menguasai dunia komputer daninternet di samping
kemamupuan lain yang dipersyaratkan.
2) Strategi Jangka Menengah
a) Cyber Police
Cyber Police merupakan orang yang khusus dilatih untuk dilatih
dan dididik untuk melakukan penyidikan cyber crime. Sangat di sayangkan
sekali, di Indonesia pola cyber police ini hanya baru ada do mabes Polri dan
Polda Metro.
b) Kerjasama Internasional
Kerjasama Internasional dapat menunjukkan adanya sistem
kepolisian yang terbuka dan mendapatkan keuntungan dalam kerjasama
mengatasi penjahat-penjahat internasional yang masuk melintasi wilayah
hukum Indonesia.
3) Strategi Jangka Panjang
a) Membuat UU Cyber Crime
Tujuan membuat UU yang khusus mengatur tentang dunia maya
ini adalah untuk pemberatan atas tindakan pelaku agar dapat menimbulkan
efek jera dan mengatur sifat khusus dari sistem pembuktian.
b) Membuat Perjanjian Bilateral
Cyber crime melibatkan beberapa negara, sehingga perlu hubungan
di jalur bilateral untuk menanggulanginya. Tidak semua negara memliki
hubungan bilateral dengan Indonesia, maka secara politis perlu dilakukan
upaya untuk menjalin hubungan yang di maksud.
I. Contoh Kasus Cyber Crime
Sejak lima tahun terakhir, laporan penipuan melalui internet yang diterima oleh
NCB-Interpol Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Laporan tersebut ada yang
diterima melalui KBRI, NCB-Interpol negara lain atau laporan langsung dari pihak
korban. Berbagai modus operandi yang dilakukan oleh pelaku diantaranya :
1. Pelaku (berlaku sebagai penjual suatu produk) memasarkan atau menawarkan
produk tersebut (mobil, furniture, barang-barang elektronik dsbnya) pada “Website (situs
jual-beli) online’. Dalam situs tersebut disebutkan nama perusahaan / toko, alamat, email
dan nomer telpon yang dapat dihubungi pembeli. Bagi pembeli yang berminat dapat
melakukan tawar-menawar harga atau menanyakan hal lain melalui email atau telepon
(biasanya handphone). Biasanya pembayaran diminta oleh pelaku dengan cara transfer
uang ke nomer rekening bank yang diberikan oleh pelaku. Setelah uang pembelian
ditransfer oleh korban dan masuk ke rekening bank pelaku, ternyata barang yang
dipesan / dibeli tidak dikirim pelaku dan pelaku tidak dapat dihubungi lagi. Identitas,
alamat dan nama perusahaan / toko yang diberikan pelaku biasanya fiktif dan Kartu
Tanda Penduduk yang digunakan untuk membuka rekening bank adalah palsu.
2. Penipuan melalui internet ini ada juga dilakukan dengan cara
mengimingimingi korban dengan hadiah yang menggiurkan seperti : memberitahukan
kepada korban bahwa korban memenangkan lotere, pelaku mau transfer uang dalam
jumlah besar ke rekening korban dan dijanjikan korban akan mendapat imbalan. Untuk
lebih meyakinkan berbagai dokumen dan penjelasan diberikan pelaku kepada korban
bahkan bila perlu pelaku mau bertemu korban. Tetapi pada akhirnya, pelaku meminta
advance fee (uang) untuk pengurusan persyaratan administrasi dan biaya pengirimannya
dan alasan lainnya. Pelaku biasanya meminta kepada korban agar uang advance fee
tersebut dikirim ke nomer rekening bank yang dibuka dengan menggunakan KTP /
paspor dan Indentitas palsu.
3. Dalam Website diperkenalkan sebuah perusahaan yang telah mempunyai nama
dan kegiatan bisnis yang dilakukan. Dengan penjelasan yang masuk akal dan keuntungan
besar yang dijanjikan bagi investor, membuat pembacanya tertarik dan menginvestasikan
uangnya di perusahaan tersebut. Jumlah investasi tidak dibatasi mulai dari USD1000.
Pada awalnya (tiga sampai dengan enam bulan pertama) keuntungan atas investasi yang
ditanamkan oleh korban benar dibayar tetapi selanjutnya tidak dibayar dan pelaku
menghilang, tidak dapat dihubungi lagi, uang pun lenyap. Pelaku penipuan internet dari
Indonesia pada umum menggunakan modus operandi butir 1 (satu) dan 2 (dua) dan
korbannya pada umumnya orang asing sedangkan penipuan internet dengan modus
operandi 3 (tiga) dan 4 (empat) banyak juga korbannya orang Indonesia. Karena
banyaknya korban orang asing dari berbagai negara maka Indonesia sudah tidak
dipercaya lagi dalam melakukan transaksi melalui internet. Hal tersebut jelas mencoreng
nama baik bangsa dan negara Indonesia. Penipuan melalui iternet ini telah menjadi
perhatian Interpol karena yang menjadi korbannya telah merebak ke banyak negara.
DAFTAR PUSTAKA
Novendra Nicolas S.Cyber Crime : Penipuan di Internet dalam Berbagai
Bentuk Modus Operandi.
Soepraptomo Heru, 2001, “Kejahatan Komputer dan Siber serta Antisipasi
Pengaturan dan Pencegahannya di Indonesia”, makalah disajikan pada Seminar Nasional
tentang Cyber Law “Antisipasi Hukum terhadap Transaksi Bisnis melalui Cyber
Network” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum dan Kemasyarakatan Graha
Kirana bekerjasama dengan Partnership for Economic Growth (PEG) di Hotel Danau
Toba International tanggal 30 Januari 20001, Medan.
Wahyono Teguh, S.Kom, 2006, Etika Komputer dan Tanggung Jawab
Profesional di Bidang Teknologi Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Wibowo Arief, M.Kom. 2008. Etika Profesi & Budi Pekerti. Fakultas
Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur.
Web :
http://balianzahab.wordpress.com
http:Worm-Confickerl.htm
http://dahlan.unimal.ac.id