tugas akhir program magister (tapm) - … · web viewberikut beberapa pengertian pengembangan karir...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PROGRAM PELATIHAN
DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI TERHADAP
KUALITAS LAYANAN PT. ASKES CABANG MADIUN
Oleh
Rino Desanto Wiwoho. S.E., M.M.
POLITEKNIK NEGERI MADIUN2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan tentu
membutuhkan berbagai sumber daya. Sumber daya yang ada tidak akan berarti
apabila tidak dikelola dengan baik. Untuk mengelolanya dibutuhkan sumber
daya manusia. Sumber daya manusia mempunyai peran penting bagi
perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat
dibutuhkan untuk menggerakkan perusahaan.
Perlu disadari bahwa setiap pegawai merupakan sumber daya manusia
yang terlibat langsung dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Oleh sebab
itu perusahaan harus memberikan perhatian secara maksimal pada
pegawainya, terutama dari segi kualitas pengetahuan dan keterampilan,
sehingga karyawan yang bersangkutan dapat terdorong untuk memberikan
segala kemampuan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Peningkatan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan pegawai
dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan karir, terutama
untuk menghadapi konsumen dengan berbagai gaya dan latar belakangnya.
PT. ASKES Cabang Madiun telah beropersai sejak tahun 1968 senatiasa
meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan serta mengubah sikap
pegawainya guna mendukung kinerja perusahaan secara keseluruhan, melalui
pelatihan dan pengembangan karir. Dengan meningkatnya kualitas pegawai
2
maka menjadikan pegawai sebagai kekayaan perusahaan yang sangat
berharga.
Pelatihan dan pengembangan karir merupakan usaha untuk
mengurangi atau menghilangkan kesenjangan antara hasil pekerjaan dari
kemampuan karyawan dengan hasil pekerjaan yang dikehendaki oleh
perusahaan. Dengan segala potensi yang dimilikinya, karyawan dapat terus
dilatih dan dimotivasi, sehingga dapat lebih berdaya guna, dan berprestasi
optimal guna mencapai tujuan perusahaan.
PT. ASKES Cabang Madiun adalah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa yaitu asuransi kesehatan. Oleh karena itu pelayanan konsumen
menjadi perhatian utama perusahaan tersebut. Dari hasil penelitian awal
diketahui bahwa, untuk meningkatkan kualitas layanan terutama kepada
peserta asuransi kesehatan, PT. ASKES Cabang Madiun secara periodik
melaksanakan program pelatihan dan pengembangan karir pegwai, dengan
tujuan layanan yang dapat diberikan pegawai kepada peserta asuransi semakin
hari semakin lebih baik.
Pegawai PT. ASKES Cabang Madiun berjumlah 43 orang yang
tersebar di wilayah kerja se-Eks Karesidenan Madiun (Kota dan Kabuapten
Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Ngawi,
Kabupaten Pacitan). Program pelatihan dan pengembangan karir telah
diberikan kepada semua pegawai. Pelatihan diberikan guna meningkatkan
kemampuan pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan. Pengembangan
karir dengan sistem penilaian berbasis kompetensi memberikan kepastian
3
pegawai dalam promosi sehingga pegawai senantiasa melakukan yang terbaik
atas pekerjaannya.
Dalam beberapa tahun terakhir program pelatihan dan pengembangan
karir telah dilaksanakan oleh PT. ASKES Cabang Madiun, hasilnya
menunjukkan adanya peningkatan dalam layanan. Pegawai merasa lebih
mampu dalam memberikan layanan kepada konsumen, seperti cetak kartu
ASKES contohnya, yang dulu dikerjakan satu sampai dengan 2 hari, sekarang
sudah dapat dilayani dalam waktu 5 menit, dengan catatan berkas lengkap.
Kedisiplinan meningkat, layanan kepada konsumen dapat diberikan
tepat pukul 07.30 -16.00. Bahkan seringkali pegawai pulang kerja di atas
pukul 16.00. Demikian juga target kerja, dapat dilaksanakan tepat waktu.
Laporan tiap bulan, triwulan atau tahun dapat diselesaikan dalam waktu n+5.
Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara program pelatihan dan
pengembangan karir yang telah dilaksanakan oleh PT. ASKES Cabang
Madiun terhadap peningkatan kualitas layanan yang diberikan kepada
konsumen.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi pelatihan karyawan, pengembangan karir pegawai
dan kualitas layanan PT. ASKES Cabang Madiun.
2. Bagaimana pengaruh variabel pelatihan terhadap kualitas layanan PT.
ASKES Cabang Madiun.
4
3. Bagaimana pengaruh varibel pengembangan karir pegawai terhadap
kualitas layanan PT. ASKES Cabang Madiun.
4. Bagaimana pengaruh variabel pelatihan dan varibel pengembangan karir
pegawai terhadap kualitas layanan PT. ASKES Cabang Madiun.
5. Di antara variabel pelatihan dan variabel pengembangan karir pegawai,
mana yang berpengaruh dominan terhadap kualitas layanan PT. ASKES
Cabang Madiun.
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan variabel pelatihan pegawai, variabel
pengembangan karir pegawai dan kulitas layanan PT. ASKES Cabang
Madiun
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel pelatihan pegawai, variabel
pengembangan karir pegawai terhadap kualitas layanan PT. ASKES
Cabang Madiun
3. Untuk menganalisis pengaruh dominan di antara variabel pelatihan
pegawai, variabel pengembangan karir pegawai terhadap kulitas layanan
PT. ASKES Cabang Madiun.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
5
1. Untuk pengembangan teori diharapkan hasil penelitian ini dapat
mengembangkan teori sumber daya manusia yang berkaitan dengan
pengaruh penelitian dan pengembangan karir terhadap kualitas layanan.
2. Untuk kalangan pembaca umum, dapat memberikan informasi temuan-
temuan manajemen sumber daya manusia guna pengembangan instansi
perusahaan yang menjadi tempat penelitian.
3. Untuk kalangan pembaca hasil penelitian diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi inspirasi untuk penelitian yang lain
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori/Pengkajian Teoritis
1. Pengertian Kualitas Layanan
Kualitas layanan pada dasarnya merupakan kesesuaian antara
pelayanan yang dirasakan dengan harapan para pelanggan. Kesesuaian
kedua hal tersebut akan menunjukan tingkat kepuasan pelanggan, sehingga
dengan demikian dapat dikatakan bila mengetahui kualitas layanan
berarti dapat diketahui kepuasan pelanggan.
Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi
harga yang harus dibayar oleh perusahaan agar ia tetap survive dalam
bisnisnya. Kualitas masih dapat menjadi senjata agar perusahaan dapat
memenangkan persaingan. Namun untuk lebih jelasnya, kita harus
mengetahui pengertian kualitas itu sendiri. Disini akan dijabarkan
pengertian kualitas dari beberapa pakar antara lain:
Menurut Goetsch dan Davis seperti yang dikutip dari Tjiptono
dalam bukunya yang berjudul Service, Quality dan Satisfaction
mengatakan :
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan” (Tjiptono, 2005: 110).
Sedangkan Tjiptono sendiri mendefinisikan kualitas dalam manajemen jasa
sebagai berikut :
7
Kualitas adalah standar yang harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada pihak yang dilayani, baik internal maupun eksternal dalam arti optimal pemenuhan atas tuntutan masyarakat atau pelanggan (Tjiptono, 2000: 76).
Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah
keseluruhan cici-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk/jasa
dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
telah ditentukan atau bersifat laten (Lupiyoadi, 2001: 144). Menurut
Moenir dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum, pelayanan dapat
didefinisikan sebagai berikut :
Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima (Hasibuan, 2002: 152) .
Pelayanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang lain dengan landasan faktor materiil melalui system
prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya (Moenir, 2000: 26). Jadi, didalam
pelayanan harus terdapat landasan materiil berupa cara-cara atau metode-
metode tertentu untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Pendapat mengenai definisi pelayanan lain dikemukakan oleh
Gronroos seperti yang dikutip Tjiptono yang mengemukakan definisi
pelayanan sebagai berikut :
Pelayanan adalah serangkaian proses yang terdiri atas serangkaian aktifitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi
8
pada interaksi antar pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik/ barang dan atau system penyedia jasa yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan (Tjiptono, 2005: 11).
Pendapat lain mengenai pengertian pelayanan juga disampaikan oleh Kotler yang menyatakan, pelayanan adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak atau pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu walaupun demikian adapula pelayanan yang membutuhkan produk fisik sebagai persyaratan utama (Tjiptono, 2005: 11).
Adapun kriteria pokok kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :
a.Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan
oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan
lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan
(teknologi), serta penampilan pegawainya.
b. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti
ketepatan waktu, pelayanan yang sama, untuk semua pelanggan tanpa
kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
c.Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif ) dan tepat
kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas
menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
d. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,
kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahan untuk
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri
dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication),
kredibilitas, (credibility), keamanan (security), kompetensi
9
(competence), dan sopan santun (courtesy).
e.Empathy, yaitu memberikan perhatian tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan
memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami
kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Menurut Rangkuti seperti yang dikutip dari Djaslim Saladin dalam
bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Pemasaran Bank mengemukakan
sepuluh kriteria pokok kualitas pelayanan, yaitu:
a. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
b. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.
c. Tangibles (bukti langsung), meliputi fasilitas, fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi.
d. Competence (kemampuan), yaitu kemampuan untuk berkompetensi dengan pelanggan.
e. Access (mudah diperoleh), yaitu kemudahan untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan.
f. Courtecy (keramahan), sopan santun karyawan dalam menghadapi pelanggan (nasabah).
g. Credibility (dapat dipercaya), yaitu pelayanan yang diberikan itu benar-benar dapat dipercaya pelanggan.
h. Security (keamanan), yaitu jaminan keamanan bagi pelanggan (nasabah).
i. Understanding (memahami pelanggan), yaitu terjadinya saling pengertian antara pelanggan dengan karyawan.
j. Communication (komunikasi), yaitu kemampuan dalam berkomunikasi secara lancar, benar dan meyakinkan. (Buchory dan Saladin, 2006: 111).
Menurut Kasmir (2004: 210), terdapat sembilan ciri-ciri pelayanan
yang baik yaitu :
a. Tersedia sarana dan prasarana yang baik.Sarana pelayanan yang baik akan menarik nasabah untuk selalu nyaman untuk berurusan dengan pihak bank. Keadaan ruangan yang bersih dan sejuk juga akan membuat nasabah merasa betah
10
diruangan. b. Tersedia karyawan yang baik.
Kemampuan karyawan untuk selalu membuat nasabah merasa dihormati merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nasabah tersebut akan senang berurusan dengan pihak bank. Selain itu, kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan terampil juga akan menambah kepercayanan nasabah terhadap suatu bank.
c. Bertanggungjawab kepada setiap masalah sejak awal hingga akhir.Kemampuan petugas untuk menyelesaikan pekerjaannya hingga tuntas akan menambah rasa puas nasabah terhadap kinerja suatu bank. Jika ditemukan masalah-masalah maka petugas yang melayaninya harus segera mengatasinya sampai tuntas.
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat.Dalam melayani nasabah petugas harus mampu secara cepat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu, kecermatan petugas juga harus dijaga agar pekerjaan dapat selesai dengan tepat.
e. Mampu berkomunikasi.Petugas yang baik harus mampu melakukan komunikasi yang baik kepada setiap nasabah. Komunikasi yang jelas dan efektif akan menjadikan transaksi menjadi lebih cepat.
f. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap nasabah Menjaga rahasia bank sama artinya dengan menjaga kerahasiaan nasabah. Rahasia bank merupakan suatu ukuran kepercayaan nasabah kepada bank.
g. Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik Petugas bank harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik, karena mereka selalu berhubungan dengan nasabah dengan karakter yang berbeda. Selain itu, petugas bank harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai produk yang dimiliki oleh bank apabila nasabah membutuhkan informasi mengenai produk layanan perbankan.
h. Berusaha memenuhi kebutuhan nasabah Petugas bank harus mengerti kebutuhan dan keinginan nasabah. Jika memungkinkan usahakan agar pelayanan yang diberikan tidak lamban, sebab pelayanan yang lamban akan membuat nasabah menunggu dan pada akhirnya tidak akan menggunakan jasa bank.
i. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah Menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap kualitas pelayanan yang diberikan merupakan hal yang penting. Karena hal itu akan menumbuhkan kepuasan pada diri nasabah.
Menurut Supranto (2001: 228) kualitas pelayanan adalah sebuah
kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik, aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka
11
meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh.
Keunggulan suatu produk jasa tergantung dari keunikan serta
kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan
harapan dan keinginan pelanggan. Kualitas layanan pada dasarnya
merupakan kesesuaian antara layanan yang dirasakan dengan harapan para
pelanggan.
Kesesuaian kedua hal tersebut akan menunjukan tingkat kepuasan
pelanggan, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bila mengetahui
kualitas layanan berarti dapat diketahui kepuasan pelanggan. Suatu cara
perusahaan jasa untuk tetap dapat unggul bersaing adalah memberikan jasa
dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten.
Harapan pelanggan dibentuk oleh perjalanan masalahnya, pembicaraan dari
mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa,
kemudian dibandingkannya.
Menurut Supranto (2001: 230) model kualitas layanan
mengidentifikasikan lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan
penyampaian jasa yaitu:
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu memahami benar apa yang menjadi keinginan pelanggan.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. Manajemen mungkin benar dalam memahami keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar pelaksanaan yang spesifik.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa para personel mungkin tidak terlatih dan tidak mampu memenuhi standar
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
12
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat wakil-wakil dan iklan perusahaan
5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan terjadi bila konsumen mengukur kinerja perusahaan dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai kualitas jasa.
Menurut Kotler (2002: 499) terdapat lima dimensi kualitas layanan
yang dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Keandalan (reability). Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpecaya.
2. Keresponsipan (responsiveness). Kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat atau ketanggapan.
3. Keyakinan (confidence). Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan perusahaan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “ assurance ”.
4. Empati (empathy). Syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5. Berwujud (tangible).Penampilan fasilitas fisik, peralatan personel dan media komunikasi.
Dari kelima dimensi tersebut keandalan telah terbukti terus-
menerus menjadi faktor yang terpenting dalam penilaian kualitas layanan
oleh pelanggan. Keandalan menjadi kualitas inti layanan karena layanan
yang tidak dapat diandalkan adalah jasa yang buruk walaupun ada atribut
lainnya. Jika pelayanan intinya tidak dikerjakan dengan handal, pelanggan
akan menganggap perusahaan tersebut tidak kompeten dan akan berpindah
ke penyedia jasa lain.
Perlu diketahui bahwa pelayanan yang diberikan oleh suatu
perusahaan tidak selamanya dapat memenuhi seluruh harapan pelanggan.
Hal tersebut disebabkan dalam proses pemberian layanan seringkali
13
muncul berbagai kesenjangan. Pelanggan akan memilih pemberi layanan
sesuai dengan harapannya dan setelah menikmati layanan tersebut mereka
akan membandingkan apa yang diharapkannya
Menurut Supranto (2001 : 233) berbagai hasil studi menunjukkan
bahwa perusahaan jasa yang dikelola dengan sangat baik memiliki
sejumlah persamaan antara lain :
1.Konsep strategis Perusahaan jasa ternama memiliki pengertian yang jelas mengenai pelanggan sasaran dan keburukan pelanggan yang akan mereka puaskan. Untuk itu dikembangkan strategi khusus untuk memuaskan kebutuhan ini yang menghasilkan kesetiaaan pelanggan.
2.Sejarah komitmen kualitas manajemen puncak Tidak hanya melihat pada prestasi keuangan bulanan melainkan juga pada kinerja layanan
3.Penetapan standar tinggi Penyedia jasa terbaik menetapkan standar kualitas jasa yang tinggi, antara lain kecepatan respon terhadap keluhan pelanggan.
4.Sistem untuk memonitor kinerja jasa Secara rutin memeriksa kinerja jasa perusahaan dan pesaingnya.
5.Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan Menanggapi keluhan pelanggan dengan cepat dan ramah.
6.Memuaskan karyawan sama seperti pelanggan Percaya bahwa hubungan karyawan akan mencerminkan hubungan pelanggan. Secara teratur manajemen memeriksa kepuasan karyawan akan pekerjaannya.
2. Pelatihan Pegawai
Pelatihan secara konseptual dapat juga mengubah sikap terhadap
pekerjaan. Hal ini disebabkan pemahaman pegawai terhadap pekerjaannya
juga berubah, karena sikap seseorang memiliki elemen–elemen kognitif
yaitu keyakinan dan pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek, afeksi
yaitu perasaan seseorang terhadap obyek tersebut sebagai akibat dari
14
pengetahuan dan keyakinannya, dan kecenderungan tindakan terhadap
obyek tersebut, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan dapat
mengubah sikap seseorang. Akan tetapi, pelatihan dapat juga dilakukan
secara khusus untuk mengubah sikap pegawai dalam upaya meningkatkan
kepuasan dan motivasi kerja bilamana dibutuhkan.
Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang
mengatakan: “ As we have already indicated, attitudes lie behind many
of the significant and dramatic instances of man’s behavior. It is for reason
that many psychologists regard the study of attitudes as the central
problems of social psychology “ ; Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap
yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku
atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu :
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Selanjutnya
menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan
(expressed attitudes).
Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi
satu dengan yang lain. Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham,
1991) merumuskan satu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa
perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E),
dengan rumus: B = f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel
seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-
15
faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki
kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang
kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.
Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul
dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh
organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus
internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di
samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula
lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Oleh
sebab itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia (human behavior)
dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks (Bandura, 1977; Azwar, 2002).
Lebih lanjut, Ajzen dan Fishbein (1980, dalam Brehm and Kassin,
1990) mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action),
dengan mencoba melihat anteseden penyebab perilaku volisional (perilaku
yang dilakukan atas kemauan sendiri). Teori tindakan beralasan ini
didasarkan pada asumsi-asumsi: (a) bahwa manusia pada umumnya
melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal ; (b) bahwa manusia
mempertimbangkan semua informasi yang ada ; dan (c) bahwa secara
eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan
mereka.
Teori tadi kemudian diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988)
dengan teori perilaku terencana (theory of planned behavior), di mana
16
determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap perilaku yang
bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan
diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived
behavioral control).
Keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku
tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilaku yang
dihayati. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan
motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut
membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku
ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai
seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang
bersangkutan.
Tidak jarang ditemukan bahwa perusahaan mengutus beberapa
karyawannya dari berbagai divisi mendapat kesempatan tugas belajar
(melanjutkan studi), mengikuti seminar, pelatihan, ataupun workshop
dengan harapan mereka dapat mengembangkan kompetensinya,
meningkatkan kinerja ataupun sekedar menambah pengetahuan terbaru
tentang perkembangan bisnis yang digeluti. Akan tetapi hasil yang didapat
terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Apakah mungkin hal ini terjadi akibat kesalahan karyawannya yang
tidak bersungguh-sungguh mengikuti pendidikan/pelatihan itu, atau
kesalahan perusahaan dalam memilih bidang pembelajaran yang sesuai
bagi mereka? Sebenarnya apa itu pendidikan dan pelatihan? Mengapa
17
kedua hal itu disebut sebagai sesuatu yang serupa tapi tidak sama?
Dalam buku “Menyemai Teknologi Pendidikan”, Miarso
mendefinisikan: ”bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan dalam era
perubahan ini adalah mereka yang terdidik dengan baik, terlatih, dan
mengusai informasi (well educated, well trained, well informed).”
Lebih lanjut disebutkan bahwa pendidikan adalah pembentukan
sikap, penguasaan keterampilan, dan perolehan pengetahuan sebelum
memasuki dunia kerja. Sedangkan pelatihan adalah peningkatan
kemampuan secara khusus dalam suatu lingkungan kerja.
Sedangkan Cross dalam tulisannya Training vs Education : A
Distinction That Makes A Difference yang dipublikasikan pada Bank
securities Journal, menyebutkan bahwa Pelatihan bukanlah pendidikan.
Pendidikan diukur dari waktu (tenure) seperti halnya mengikuti seminar
atau kuliah 4 tahun di kampus.
Pelatihan (training) diukur dari ‘apa yang dapat kamu lakukan
setelah kamu menyelesaikan masa pelatihan itu. Training adalah
melakukan. Training meningkatkan performance. Tujuan yang baik dalam
sebuah training adalah memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu
(doing something), bukan memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu
(knowing something).
Dalam training bukan satu kesempatan hasilnya bisa langsung
dirasakan, sebab training merupakan proses. Kebiasaan positif harus selalu
diulang kembali jika menginginkan materi pelatihan itu terus melekat
18
dalam diri individu.
Lain halnya definisi training menurut wikipedia. Training merupakan
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, kompetensi, sebagai
hasil dari pengajaran vocational dan latihan keahlian dan pengetahuan
yang berhubungan dengan penggunaan keahlian yang spesifik. Dahulu,
bentuknya dapat berupa magang seperti yang dilakukan di kampus teknik
dan politeknik. Namun sekarang sering diartikan sebagai pengembangan
profesional.
Perbedaan training dan pendidikan dari sumber lainnya adalah:
Training diartikan sebagai aktivitas bersama antara ahli (expert) dan
pembelajar (learner) bekerja sama dalam rangka mentransfer information
secara efektif dari ahli kepada pembelajar (learner) untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keahlian pembelajar sehingga si pembelajar dapat
menampilkan pengerjaan tugas dan pekerjaan lebih baik lagi untuk
selanjutnya.
Dalam aplikasinya, kini training sering dikaitkan dengan
development. Secara umum pengertian keduanya ini adalah sebuah bidang
studi yang peduli dengan pembelajaran di dunia kerja untuk meningkatkan
prestasi kinerja. Lebih umum dibandingkan dengan pelatihan/training
karyawan.
Beberapa professional melihat pendidikan sebagai sesuatu yang
harus diselesaikan dalam konteks personal dan mengerti akan dunia,
sehingga sebuah kehidupan dan pekerjaan secara substansi akan meningkat
19
(lebih baik lagi). Contoh ungkapan seorang boss untuk karyawannya: “Go
get an education." Akan tetapi juga ditemukan perspektif yang berbeda
tentang makna pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai proses
pembelajaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah
tugas/pekerjaan yang baru.
Perbedaan pendidikan, pembelajaran, pelatihan, dan pengembangan
secara umum. Secara garis besar, berikut ini merupakan perbedaan diantara
keempat bidang (education, learning, training, and development) :
a. Pendidikan Pembelajaran
b. Pelatihan Pengembangan
Pendidikan (Education)
a. Mengembangkan kemampuan intelektual, konseptual, dan pemahaman
sosial.
b. Mengembangkan kinerja karyawan melalui proses belajar.
Pembelajaran (Learning)
a. Fokus pada perubahan di sebuah tempat secara individual
b. Proses untuk meraih pengetahuan, keahlian (skill), dan sikap yang
diinginkan.
Pelatihan (Training)
a. Konsep yang dibuat sejalan dengan perencanaan aktivitas instruksional
yang ingin dicapai perusahaan dalam waktu dekat ini.
b. Biasa digunakan untuk proses departemental dan aktivitas
pengembangan.
20
Pengembangan (Development)
a. Perbedaan pandangan dalam berinteraksi dengan faktor internal dan
eksternal. Bagian dari Manajemen sumber daya manusia. Itu juga
menggambarkan strategi organisasi untuk mengatur proses.
b. Hasil akhir mungkin bertahan lama tetapi selalu menurun setiap saat.
Perbedaan lainnya antara training dengan pembelajaran dan
pengembangan dapat digambarkan bahwa pembelajaran dan
pengembangan sebagai intervensi dan aktivitas yang berguna untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan (skill) dalam organisasi yang
berfokus pada diri pembelajar.
Sedangkan persamaannya adalah bahwa kesemuanya merupakan
proses dalam usaha untuk meningkatkan pekerjaan, kebiasaan, dan kinerja.
Bentuk training:
Training biasanya dikategorikan menjadi on-the-job dan off-the-job.
Training on the job biasanya efektif untuk pekerjaan yang membutuhkan
keahlian. Bentuknya seperti penggunaan tools yang biasanya digunakan,
peralatan, dokumen dan materi yang akan digunakan ketika dilatih secara
penuh yang dekat dengan kehidupan normal pekerjaan.
Sedangkan training off-the-job dilakukan jauh dari situasi
lingkungan pekerjaan sehingga lebih konsentrasi terhadap training yang
diberikan. Pada training off the jobs ini, akan lebih efektif untuk pelatihan
dalam bidang konsep dan ide. Dalam penerapannya, berbagai metode
training diberikan untuk mengembangkan kecerdasan artificial
21
berkembang baik.
Bahwa perbedaan utama dari Training dan Pendidikan terletak pada
beberapa hal, yaitu : waktu (training dalam jangka waktu singkat,
sedangkan pendidikan lebih lama), bidang kajian (training spesifik,
pendidikan lebih luas), dan tujuan (training untuk meningkatkan kinerja/
skill tertentu yang langsung diterapkan dalam pekerjaan, sedangkan
pendidikan lebih umum dan menyeluruh). Training lebih menekankan
learning by doing dan penguasaan secara parsial, sedangkan pendidikan
lebih berupa penanaman konsep, penambahan pengetahuan secara
keseluruhan.
Yusuf dalam bukunya “Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”,
dikatakan bahwa dalam lingkungan kerja, penggabungan ketiga hal tersebut
(pendidikan, pelatihan, dan informasi) merupakan usaha pemberdayaan
yang berlangsung secara terus-menerus. Tentu harus diperhatikan dalam
memutuskan cara yang efektif terhadap karyawan untuk mengikuti
pelatihan, pendidikan, ataupun seminar adalah melihat urgensi dari
kebutuhan itu disesuaikan dengan anggaran dan sumber daya yang akan
mengikuti kegiatan itu, agar karyawan memberikan performance yang
lebih baik dari sebelumnya. Kalau sudah begitu hanya buang-buang energi
atau biaya saja.
Training berbeda dengan exercise. Perbedaan Training dan
exercise adalah, exercise biasanya digunakan untuk aktivitas yang
menyenangkan, sedangkan Training lebih khusus dan dilakukan untuk
22
meningkatkan suatu kapabilitas, kapasitas, dan kinerja (performance).
Pendidikan (formal) di dalam suatu organisasi adalah suatu proses
pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang
bersangkutan.
Sedang pelatihan (training) sering dikacaukan penggunaannya
dengan latihan (practice atau exercise), merupakan bagian dari suatu proses
pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi,
secara teori dapat dikenal dari hal-hal sebagai berikut :
Tabel 1:Perbedaaan antara Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan Pelatihan1.
Pengembangan kemampuan
Menyeluruh (overall)
Mengkhususkan (spesific)
2.
Area kemampuan Kognitif, afektif Psikomotor (psychomotor)
3.
Jangka waktu pelaksanaan
Panjang (long term)
Pendek (short term)
4.
Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus.
5.
Penekanan penggunaan metode belajar mengajar
Konventional (conventional)
Inovatif (inconventional)
6.
Penghargaan akhir proses
Gelar (degree) Sertificat (non-degree)
Sumber : Soekidjo Notoatmojo, (2003 : 29)
Perbedaan-perbedaan tersebut tidaklah seperti hitam dan putih,
praktiknya sangat fleksibel, dimana batas antara pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan itu tidak ada garis yang tegas.
23
Soebagio (2002 : 37) mendefinisikan pendidikan dan pelatihan
sebagai berikut:
Pendidikan dan pelatihan adalah seluruh kegiatan yang didesain untuk membantu meningkatkan karyawan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, serta meningkatkan sikap & perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik yang sekarang menjadi tanggung jawabnya sehingga tujuan organisasi atau perusahaan dapat tercapai.
Menurut Mangkunegara (2001:44) bahwa pelatihan (training)
adalah :
Suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non-managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dan tujuan terbatas.
Menurut Hariandja, (2002 : 168) latihan dapat didefinisikan
sebagai : “Usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai.” Secara konseptual
pelatihan dapat juga mengubah sikap terhadap pekerjaan. Hal ini
disebabkan pemahaman pegawai terhadap pekerjaannya juga berubah,
perlu dipahami bahwa sikap seseorang memiliki elemen – elemen : (1)
kognitif yaitu keyakinan dan pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek
; (2) afeksi yaitu perasaan seseorang terhadap obyek tersebut sebagai
akibat dari pengetahuan dan keyakinannya ; dan (3) kecenderungan
tindakan terhada obyek tersebut, sehingga pengetahuan yang diperoleh
akan dapat mengubah sikap seseorang.
Akan tetapi, pelatihan dapat juga dilakukan secara khusus untuk
mengubah sikap pegawai dalam upaya meningkatkan kepuasan dan
24
motivasi kerja bilamana dibutuhkan. Pelatihan merupakan konsep untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Pelatihan lebih
ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan
yang spesifik pada saat ini.
Menurut pendapat Mangkunegara, bahwa pelatihan (training)
adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non-managerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dan tujuan terbatas
(Mangkunegara, 2001 : 44).
Latihan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan pegawai (Hariandja, 2002 : 168). Pelatihan merupakan konsep
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.
Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan yang spesifik pada saat ini.
Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan harus dilakukan atau
menjadi bagian yang sangat penting dari kegiatan manajemen sumber daya
manusia, diantaranya dan mungkin yang terpenting adalah:
a. Pegawai yang baru direkrut sering kali kurang memahami secara benar
bagaimana melakukan pekerjaan.
b. Perubahan–perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja.
Perubahan–perubahan disini meliputi adanya perubahan teknologi atau
munculnya metode kerja baru, dimana perusahaan secara proaktif harus
25
menyesuaikan keterampilan pegawainya untuk dapat menggunakan
teknologi tersebut serta menghindari keusangan pegawai (employe
obsolescence). Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin
beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai
dan sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk
menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan.
c. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas.
Sebagaimana dipahami pada saat ini, daya saing perusahaan tidak bisa
lagi hanya mengandalkan asset berupa modal yang dimiliki sebab
modal bukan lagi kekuatan daya saing yang langgeng, dan sumber daya
manusia merupakan elemen yang paling penting untuk meningkatkan
daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu
utama daya saing yang langgeng. Selanjutnya dengan meningkatnya
kemampuan seseorang, dengan asumsi faktor lain seperti gaji dan
lingkungan kerja berada dalam kondisi yang baik, kemampuan akan
dapat meningkatkan produktivitas pegawai.
d. Menyesuaikan dengan peraturan–peraturan yang ada, misalnya standar
pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan
pemerintahan, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan
kesehatan kerja.
Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu berbagai
keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin.
26
Latihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan–
pekerjaannsekarang (Handoko, 1996:104).
Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan, yang tujuannya
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang
atau sekelompok orang yang menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu.
Simamora (1995:288) menyatakan ada 7 (tujuh) bidang yang merupakan
tujuan utama pelatihan yaitu :
a. Memperbaiki Kinerja
Hal ini diarahkan bagi para pegawai yang kurang trampil dan juga
berlaku bagi pegawai baru atau pegawai yang baru dipromosikan yang
tidak memiliki keahlian dan kemampuan dibidang baru agar kompeten
dipekerjakannya.
b. Memutakhirkan keahlian para pegawai sejalan dengan kemajuan
teknologi. Hal ini dilakukan karena perubahan teknologi menuntut
perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kemajuan teknologi agar
mampu bersaing dengan perusahaan sejenis sehingga melalui pelatihan
para pegawai dapat secara efektif menggunakan teknologi baru untuk
diintegrasikan kedalam perusahaan.
c. Mengurangi waktu belajar bagi pegawai baru supaya menjadi kompeten
dalam pekerjaan.
Pelatihan diarahkan agar pegawai baru menjadi “ Job Competence “
yaitu mencapai output atau hasil kerja dan standar kualitas yang
diharapkan.
27
d. Membantu memecahkan permasalahan operasional. Dengan pelatihan
diberbagai bidang baik yang dilaksanakan oleh perusahaan maupun
konsultan luar diharapkan dapat membantu pegawai memecahkan
masalah organisasional dan melaksanakan pekerjaan mereka secara
efektif. Manajemen berkewajiban melatih para pegawainya agar tidak
terlantar adanya teknologi baru yang belum dikuasainya agar mereka
tetap bekerja dan memperoleh penghasilan.
e. Mempersiapkan pegawai untuk promosi.
Salah satu cara untuk merekrut, menahan dan memotivasi pegawai
adalah melalui pengembangan karier secara sistimatis. Pelatihan adalah
unsur kunci dalam sistem pengembangan karier. Pelatihan memberikan
jaminan berupa kemampuan kerja bagi pegawai yang diberikan
promosi.
f. Mengorientasikan pegawai terhadap perusahaan.
Pelatihan dilakukan bagi pegawai baru dengan mengorientasikan
mereka terhadap perusahaan agar mereka memiliki kesan yang
menyenangkan sehingga puas bekerja dan produktif. Setiap pegawai
baru yang memasuki perusahaan biasanya diperkenalkan dahulu
tentang pekerjaan yang akan ditanganinya.
g. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan diri.
Pelatihan diarahkan bagi pegawai yang berorientasi pada prestasi dan
suka tantangan terhadap pekerjaan baru. Pelatihan menyediakan
aktifitas yang membuahkan efektifitas organisasi yang lebih besar dan
28
meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua pegawai.
Suatu perusahaan atau organisasi perlu melaksanakan pelatihan
bagi karyawan baru maupun karyawan lama yang sudah berpengalaman.
Karena karyawan lama yang sudah berpengalaman dan menduduki jabatan
tertentu diperusahaan, belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai
dengan persyaratan yang diperlukan dalam jabatan tersebut.
Dengan diselenggarakannya pelatihan bagi karyawan, akan
diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja di perusahaan. Dan diharapkan
pelatihan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan
sehingga produktivitas karyawan juga dapat meningkat.
Pelaksanaan pelatihan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan kerja karyawan untuk mengembangkan
pengetahuan, kecakapan pengalaman sehingga dapat melaksanakan
pekerjaan dengan lebih baik sesuai dengan keinginan dan tujuan
perusahaan.
Menurut Handoko tujuan dari pelatihan adalah sebagai berikut :
Ada dua tujuan utama pelatihan dan pengembangan karyawan. Pertama, pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan pemintaan jabatan. Kedua, program–program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja yang telah ditetapkan (Handoko, 1996:103).
Tujuan pelatihan harus dirumuskan secara spesifik, dalam arti
apakah perubahan perilaku atau perubahan pengetahuan ingin dicapai
setelah pelatihan dilakukan, misalnya kemampuan untuk menggunakan
suatu program komputer, kemampuan menggunakan sebuah peralatan
29
baru dan lain – lain (Hariandja, 2002 : 183).
Selanjutnya berdasarkan tujuan diatas, ditentukan materi atau isi
dari suatu pelatihan yang menyangkut topik–topik yang harus diberikan
atau diketahui dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya, tujuan pelatihan
Untuk seorang supervisor di sebuah bengkel adalah mampu
mengidentifikasi kerusakan mobil dan memperbaikinya dalam waktu 30
menit.
Kemudian berdasarkan tujuan pelatihan yang sebelumnya juga
didasarkan pada analisis kebutuhan, ditentukan materi atau isi program,
yaitu menyangkut materi–materi khusus yang diajarkan didalam proses
pelatihan, misalnya pengetahuan mengenai sistem bekerjanya mesin
mobil, membuka komponen yang rusak dan memasang kembali
komponen–komponen itu dengan baik dan lain-lain.
Menurut Mangkunegara tujuan pelatihan adalah :
1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi. 2. Meningkatkan produktivitas kerja. 3. Meningkatkan kualitas kerja. 6. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia. 7. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja. 8. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara
maksimal. 9. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. 10. Menghindarkan keusangan (obsolescence). 11. Meningkatkan perkembangan pegawai (Mangkunegara, 2001 : 45).
Dalam Pengembangan karyawan MSDM terdapat beberapa alasan
mengapa pelatihan harus dilakukan atau menjadi bagian yang sangat
penting dari kegiatan manajemen sumber daya manusia. Ada beberapa
alasan diantaranya dan mungkin yang terpenting adalah :
30
a. Pegawai yang baru direkrut perlu memahami secara benar bagaimana
melakukan pekerjaan.
b. Perubahan–perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja.
Perubahan–perubahan disini meliputi perubahan teknologi baru atau
munculnya metode kerja baru, dimana perusahaan secara proaktif harus
menyesuaikan keterampilan pegawainya untuk dapat menggunakan
teknologi tersebut untuk menghindari keusangan pegawai (employee
obsolescence). Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin
beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai
dan sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk
menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan.
c. Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas.
Sebagaimana dipahami pada saat ini, daya saing perusahaan tidak
dapat lagi hanya mengandalkan asset berupa modal yang dimiliki,
sebab modal bukan lagi kekuatan daya saing yang langgeng, dan
sumber daya manusia merupakan elemen yang paling penting untuk
meningkatkan daya saing yang langgeng. Selanjutnya dengan
meningkatnya kemampuan seseorang, dengan asumsi faktor lain
seperti gaji dan lingkungan kerja berada dalam kondisi yang baik,
kemampuan akan dapat meningkatkan produktivitas pegawai.
d. Menyesuaikan dengan peraturan–peraturan yang ada, misalnya standar
pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan
pemerintahan, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan
31
kesehatan kerja.
Secara lebih rinci Handoko, (2004 :104) mengemukakan manfaat
pelatihan dan pengembangan, baik untuk organisasi maupun untuk
pegawai itu sendiri adalah pelatihan ( training ) dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci dan rutin. Pelatihan menyiapkan para karyawan untuk
melakukan pekerjaan–pekerjaan sekarang.
Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan, yang tujuannya
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau
sekelompok orang yang menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu.
3. Pengembangan Karir Pegawai
Seseorang yang baru pertama bekerja tentu memilki persepsi yang
berbeda tentang pekerjaan bila dibandingkan dengan orang yang telah lama
bekerja,. Mereka yang telah lama bekerja memiliki pandangan lebih luas dan
berarti. Pandangan terhadap pekerjaan berubah, tidak saja dianggap sebagai
sumber penghasilan, tetapi juga sebagai sesuatu yang dapat memenuhi
keinginan lain, seperti penghargaan dari orang lain, persaingan terhadap
kekuasaan serta jabatan yang lebih tinggi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah selayaknya setiap
pegawai diberikan kesempatan untuk mengembangkan karirnya, yakni
sebagai alat untuk memotivasi mereka untuk berprestasi dan meningkatkan
32
kemampuannya dan tentunya berimbas pada peningkatan layanan pegawai
utamanya dalam perusahaan jasa.
Karir merupakan keseluruhan jabatan atau posisi yang mungkin
diduduki seseorang dalam organisasi dalam kehidupan kerjanya, dan tujuan
karir merupakan jabatan tertinggi yang akan diduduki seseorang dalam suatu
organisasi. Berikut beberapa pengertian pengembangan karir yang
dikemukakan oleh para ahli:
Menurut Andrew F. Dubrin seperti dikutip Anwar Prabu
Mangkunegara mendefinisikan pengembangan karir sebagai berikut:
Pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu pegawai-pegawai merencanakan karier masa depan mereka di perusahaan agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara maksimum (Anwar Prabu Mangkunegara, 2000 : 77)
Sedangkan Veitzhal Rivai (2004:290) menjelaskan: “Pengembangan
karir adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai
dalam rangka mencapai karir yang diinginkan”. Jadi dengan demikian,
pengembangan karir merupakan tindakan seorang pegawai untuk mencapai
rencana karirnya, yang disponsori baik oleh departemen sumber daya
manusia, manajer atau pun pihak lain.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan pengembangan karir:
Pertama , pekerjaan itu sendiri memiliki pengaruh paling besar terhadap
pengembangan karir, karena setiap kali muncuk tantangan yang berbeda,
maka apa yang dipelajari dari pekerjaan bias jauh lebih penting daripada
aktivitas pengembangan yang direncanakan secara formal.
33
Kedua, jenis keterampilan baru yang akan dibutuhkan ditentukan oleh
persyaratan jabatan yang spesifik.
Ketiga, pengembangan akan terjadihanya bila seseorang belum memperoleh
keterampilan yang disyaratkan oleh suatu jabatan tertentu.
Simamora (2003 : 268) mendefinisikan Pengembangan karyawan
MSDM yaitu : “ Aktivitas pengembangan karier karyawan terhadap
organisasi, penyediaan landasan bagi karyawan agar dapat berprestasi
secara efektif dan menghasilkan prestasi baru dalam lingkungan
perusahaan”. Dalam pelaksanaannya pengembangan karyawan dilakukan
untuk membantu dalam memasuki dalam kehidupan sebagai pekerja di
bidang bisnis yang kompetitif, berbeda dari kondisi kehidupan sebelumnya.
a. Tahapan-Tahapan Pengembangan Karir.
Tahapan pengembangan karir dalam organisasi merupakan
tahapan waktu dan usia seseorang sejak memasuki organisasi hingga usia
pensiun. Veithzal Rivai (2004:298) menjelaskan bahwa kebutuhan dan
ekspektasi individu berubah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap awal/Tahap pembentukan, merupakan tahap penekanan pada
perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya kebutuhan dalam
tahun-tahun awal pekerjaannya.
2. Tahap Lanjutan, adalah tahap dimana pertimbangan jaminan
keamanan sudah mulai berkurang, namun lebih menitikberatkan pada
pencapaian, harga diri dan kebebasan.
3. Tahap mempertahankan, tahap ini individu mempertahankan
pencapaian keuntungan atau manfaat yang telah diraihnya sebagai
34
hasil pekerjaan di masa lalu. Individu telah merasa terpuaskan baik
secara psikologis maupun financial.
4. Tahap pensiun, dimana dalam tahap ini individu telah menyelesaikan
satu karir, dan dia akan berpindah ke karir yang lain, dan individu
memiliki kesempatan untuk mengekspresikan aktualisasi diri yang
sebelumnya tidak dapat dia lakukan.
b. Tujuan Program Pengembangan Karir.
Tujuan program pengembangan karir adalah untuk menyesuaikan
antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang
tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Veitzhal Rivai (2004:291) bahwa
pengembangan karir yang dirancang secara baik akan membantu
karyawan dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri, dan
menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan perusahaan.
Tujuan pengembangan karir menurut Anwar Prabu Mangkunegara
(2000:77) sebagai berikut :
1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan
perusahaan.
Seorang pegawai yang sukses dengan prestasi kerja yang
sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal
ini berarti tujuan perusahaan dan tujuan individu tercapai.
2. Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai.
35
Perusahaan merencanakan karir pegawai dengan
meningkatkan kesejahteraannya agar pagawai lebih tinggi
loyalitasnya.
3. Membantu pegawai menyadari kemampuan potensi
mereka.
Pengembangan karir membantu menyadarkan pagawai akan
kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan
potensi dan keahliannya.
4. Memperkuat hubungan antara pegawai dan
perusahaan.
Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap
pegawai terhadap perusahaannya.
5. Membuktikan tanggung jawab sosial.
Pengembangan karir suatu cara menciptakan iklim kerja yang
positif dan pegawai-pegawai menjadi lebih bermental sehat.
6. Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan
agar tujuan perusahaan tercapai.
7. Mengurangi turnover dan biaya kepegawaian
Pengembangan karir dapat menjadikan turnover rendah dan
begitu pula biaya kepegawaian menjadi lebih efektif.
8. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial.
Pengembangan karir dapat menghindarkan dari keusangan dan
kebosanan profesi dan manajerial.
9. Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai
36
Perencanaan karir dimaksudkan mengintegrasikan
perencanaan kerja dankepegawaian.
10. Menggiatkan suatu pemikiran (pendangan) jarak
waktu yang panjang.
Pengembangan karir berhubungan dengan jarak waktu yang
panjang, hal ini karena penempatan suatu posisi jabatan memerlukan
persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan porsinya.
c. Bentuk Pengembangan Karir.
Bentuk pengembangan karir tergantung pada jalur karir yang
direncanakan oleh masing-masing organisasi. Bagaimana suatu
perusahaan menentukan suatu jalur karir bagi karyawannya tergantung
pada kebutuhan dan situasi perusahaan itu sendiri, namun begitu
umumnya yang sering dilakukan perusahaan adalah melalui pendidikan
dan pelatihan, promosi serta mutasi.
Menurut Bambang Wahyudi (2002:173) suatu promosi diartikan
sebagai perubahan posisi/jabatan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat
yang lebih tinggi, perubahan ini biasanya akan diikuti dengan
meningkatnya tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang.
Dalam pelaksanaannya, suatu promosi harus didasarkan atas
syarat-syarat tertentu yang bagi setiap organisasi dapat berbeda -beda
sesuai dengan kebutuhan organisasi itu sendiri. Adapun syarat yang
dipergunakan itu dapat memberi jaminan bahwa tenaga kerja yang
dipromosikan itu layak dan pantas untuk menduduki jabatan/pekerjaan
yang akan ditempati.
37
Berikut adalah contoh syarat yang harus dipenuhi dalam promosi:
- Kejujuran.
- Loyalitas.
- Tingkat pendidikan.
- Pengalaman kerja.
- Tanggung jawab.
- Kepemimpinan.
- Kerjasama.
- Inisiatif.
d. Unsur-unsur Pengembangan Karir.
Gouzali (2000: 254) berpendapat bahwa pengembangan karir
yang dirancang tepat menyangkut tiga unsur utama yaitu:
1. Membantu para karyawan dalam menilai
kebutuhan-kebutuhan karir internal mereka.
Karir seseorang adalah suatu kehidupan yang sangat pribadi
dan sangat penting. Sikap dasar organisasi haruslah mengijinkan
setiap orang untuk mengambil keputusannya sendiri dalam hubungan
ini. Peran dari manajer personalia adalah membantu dalam proses
pengambilan keputusan ini dengan menyediakan karyawan itu sendiri.
Karyawan juga harus dibantu untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan tujuan – tujuan karir yang tepat dan kebutuhan
pengembangan yang sesuai dengan tujuan itu.
2. Mengembangkan dan menyiarkan kesempatan-kesempatan karir yang
tersedia di dalam organisasi.
38
3. Menghubungkan kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan
karyawan dengan kesempatan karir.
Jika para karyawan menilai dengan teliti kebutuhan karir mereka
dan telah menyadari ke sempatan karir di dalam organisasi, masalah yang
masih ada adalah masalah penyelarasan. Semua teknik pengembangan
karir yang direncanakan. Tekanan yang lebih besar harus harus diberikan
kepada teknik -teknik pengembangan yang lebih, seperti penugasan
khusus.
Perputaran jabatan yang direncanakan dan latihan kepenyeliaan
keputusan promosi dan pemindahan yang diambil oleh manajemen bagi
setiap karyawan adalah hasil akhir dari pengembangan karir, penilaian,
penyuluhan, pelatihan, pendidikan akan sia-sia belaka jika karyawan itu
tidak maju disepanjang jalur karir yang dirasakannya sendiri.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir.
Betapa pun baiknya suatu rencana karir yang telah dibuat oleh
seorang pekerja disertai tujuan karir yang wajar dan realistic, rencana
tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa adanya pengembangan karir
yang sistematik dan programmatik. Meskipun bagian pengelola sumber
daya manusia dapat turut berperan dalam kegiatan pengembangan
tersebut, sesungguhnya yang paling bertanggung jawab adalah pekerja
yang bersangkutan sendiri. Hal ini merupakan salah satu prinsip
pengembangan karir yang sangat fundamental.
Sondang P. Siagian (2006:215) berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan karir seorang karyawan adalah:
39
1. Prestasi kerja yang memuaskan.
Pangkal tolak pengembangan karir adalah seseorang adalah
prestasi kerjanya melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sulit bagi seorang pekerja
untuk diusulkan oleh atasannya agar dipertimbangkan untuk
dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa
depan.
2. Pengenalan oleh pihak lain.
Yang dimaksud di sini adalah berbagai pihak yang berwenang
memutuskan layak tidaknya seseorang dipromosikan seperti atasan
langsung dan pimpinan bagian kepegawaian yang mengetahui
kemampuan dan prestasi kerja pegawai.
3. Kesetiaan pada organisasi.
Merupakan dedikasi seorang pegawai yang ingin terus
berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja untuk jangka waktu
yang lama.
4. Pembimbing dan sponsor.
Pembimbing adalah orang yang memberikan nasehat-nasehat
atau saran-saran kepada karyawan dalam upaya mengembangkan
karirnya. Sedangkan sponsor adalah seseorang di dalam perusahaan
yang dapat menciptakan kesempatan bagi karyawan untuk
mengembangkan karirnya.
5. Dukungan para bawahan.
40
Merupakan dukungan yang diberikan para bawahan dalam
bentuk mensukseskan tugas manajer yang bersangkutan.
6. Kesempatan untuk bertumbuh.
Merupakan kesempatan yang diberikan kepada karyawan
untuk meningkatkan kemampuannya, baik melalui pelatihan-
pelatihan, kursus, dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya.
7. Berhenti atas permintaan dan kemauan sendiri.
Merupakan keputusan seorang karyawan untuk berhenti
bekerja dan beralih ke perusahaan lain yang memberikan kesempatan
lebih besar untuk mengembangkan karir.
B. Pembahasan Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dalam tesisnya tahun 2009 Rosmadia meneliti Pengaruh Pelatihan
Dan Pengembangan Serta Prestasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir
Pegawai Pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Di Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara serempak maupun parsial
pelaksanaan pelatihan dan pengembangan serta prestasi kerja pegawai
berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan karir pegawai di Lapas
Wanita Klas II A Medan, dengan kontribusi kedua variabel sebesar 60,70%.
Prestasi Kerja memberi pengaruh lebih besar daripada Pelatihan dan
Pengembangan. Kesimpulannya, bahwa pegawai di Lapas Wanita Klas IIA
Medan berpendapat bahwa prestasi kerja adalah yang paling utama
mempengaruhi pengembangan karir, meskipun pelatihan dan pengembangan
turut berpengaruh.
41
Noni Komalasari, pada tahun 2010 dalam tesisnya meneliti
Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Serta Prestasi Kerja Terhadap
Pengembangan Karir Pegawai Pada Kantor Bupati Kabupaten Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji regresi linier hipotesis
pertama diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 25,8%, pengujian
secara simultan pendidikan dan pelatihan serta prestasi kerja berpengaruh
sangat signifikan terhadap pengembangan karir, sedangkan secara parsial
pendidikan dan pelatihan serta prestasi kerja masing-masing berpengaruh
sangat signifikan terhadap pengembangan karir pegawai, tetapi yang
memiliki pengaruh terbesar terhadap pengembangan karir pegawai pada
Kantor Bupati Kabupaten Serdang Bedagai adalah variabel prestasi kerja
dan terdapat perbedaan yang sangat signifikan terhadap pengembangan karir
pegawai sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan dan pelatihan ini berarti
kemudahan yang dirasakan pegawai dalam melakukan tugas pokok dan
fungsinya serta motivasi pegawai untuk berprestasi dalam pengembangan karir
setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Kesimpulannya adalah pendidikan dan pelatihan serta prestasi kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir pegawai
pada Kantor Bupati Kabupaten Serdang Bedagai.
Abner Herry Bajari dalam tesisnya tahun 2008 melakukan Analisa
Kualitas Pelayanan Bagi Peserta Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin Di
Puskesmas Candilama Semarang. Hasilnya, kinerja pelayanan di Puskesmas
42
Candilama didasarkan atas 14 indikator, dari 14 indikator yang ada 7 indikator
dalam posisi yang baik dan 7 indikator dalam posisi tidak baik.
Indikator yang dalam posisi baik adalah prosedur pelayanan,
persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, kesopanan dan keramahan
petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian
jadwal pelayanan.
Sedangkan indikator yang dalam kategori tidak baik adalah
kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan,
kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan
pelayanan, kenyamanan pelayanan dan keamanan lingkungan pelayanan.
Namun secara keselurhan nilai Indek Kepuasan Masyarakat unit pelayanan,
kinerjanya dikategorikan dalam kondisi yang baik.
Husni Lahar dalam tesisnya tahun 2008 melakukan analisis Pengaruh
Kepemimpinan Dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja Guru
SMA di Kabupaten Solok. Sampel penelitian diambil secara cluster sampling
dengan jumlah sampel 84 orang. Dari hasil uji hipotesis terbukti bahwa
kepemimpinan dan pengembangan karir berpengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan kerja guru.
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi Kabupaten solok
adalah gaya demokratis. Sedangkan pengembangan karir yang diinginkan oleh
para guru adalah pengembangap karir secara struktural.
Dari hasil temuan Husni Lahar dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja guru.
43
Ini berarti bahwa semakin baik kepemimpinan Kepala Sekolah maka semakin
meningkat pula kepuasan kerja guru. Begitu juga dengan pengembangan karir
berpengaruh secara siginifikan terhadap kepuasan kerja guru, artinya semakin
baik pengembangan karir maka kepuasan kerja semakin meningkat pula. oleh
karena itu, untuk meningkatkan kepuasan kerja guru SMA di Kabupaten
Solok dapat diusahakan melalui peningkatan kepemimpinan kepala sekolah
dan pengembangan karir
Dari beberapa penelitian di atas dapat dikerucutkan bahwa, pelatihan
dan pengembangan karir memiliki peran dalam peningkatkan kompetensi
karyawan. Utamanya pengembangan karir dapat meningkatan kinerja seperti
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa.
C. Kerangka Konseptual Hubungan Variabel Penelitian
Menurut Moenir dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum,
pelayanan dapat didefinisikan sebagai berikut :
Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima (Hasibuan, 2002: 152) .
Menurut Kasmir (2004: 210), terdapat sembilan ciri-ciri pelayanan
yang baik yaitu :
a. Tersedia sarana dan prasarana yang baik.Sarana pelayanan yang baik akan menarik nasabah untuk selalu nyaman untuk berurusan dengan pihak bank. Keadaan ruangan yang bersih dan sejuk juga akan membuat nasabah merasa betah diruangan.
b. Tersedia karyawan yang baik.Kemampuan karyawan untuk selalu membuat nasabah merasa
44
dihormati merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nasabah tersebut akan senang berurusan dengan pihak bank. Selain itu, kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan terampil juga akan menambah kepercayanan nasabah terhadap suatu bank.
c. Bertanggungjawab kepada setiap masalah sejak awal hingga akhir.Kemampuan petugas untuk menyelesaikan pekerjaannya hingga tuntas akan menambah rasa puas nasabah terhadap kinerja suatu bank. Jika ditemukan masalah-masalah maka petugas yang melayaninya harus segera mengatasinya sampai tuntas.
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat.Dalam melayani nasabah petugas harus mampu secara cepat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu, kecermatan petugas juga harus dijaga agar pekerjaan dapat selesai dengan tepat.
e. Mampu berkomunikasi.Petugas yang baik harus mampu melakukan komunikasi yang baik kepada setiap nasabah. Komunikasi yang jelas dan efektif akan menjadikan transaksi menjadi lebih cepat.
f. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap nasabah Menjaga rahasia bank sama artinya dengan menjaga kerahasiaan nasabah. Rahasia bank merupakan suatu ukuran kepercayaan nasabah kepada bank.
g. Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik Petugas bank harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik, karena mereka selalu berhubungan dengan nasabah dengan karakter yang berbeda. Selain itu, petugas bank harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai produk yang dimiliki oleh bank apabila nasabah membutuhkan informasi mengenai produk layanan perbankan.
h. Berusaha memenuhi kebutuhan nasabah Petugas bank harus mengerti kebutuhan dan keinginan nasabah. Jika memungkinkan usahakan agar pelayanan yang diberikan tidak lamban, sebab pelayanan yang lamban akan membuat nasabah menunggu dan pada akhirnya tidak akan menggunakan jasa bank.
i. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah Menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap kualitas pelayanan yang diberikan merupakan hal yang penting. Karena hal itu akan menumbuhkan kepuasan pada diri nasabah.
Dari sini dapat dikerucutkan bahwa pelayanan yang baik dipengaruhi
oleh faktor kemampuan diri yang bisa ditingkatkan melalui pelatihan, seperti
bersikap ramah tamah, melakukan pelayanan dengan cepat dan tepat,
berkomunikasi dengan baik, pengetahuan yang cukup, dan memenuhi
45
kebutuhan pelanggan
Menurut Supranto (2001 : 233) berbagai hasil studi menunjukkan
bahwa perusahaan jasa yang dikelola dengan sangat baik memiliki sejumlah
persamaan antara lain :
1. Konsep strategis Perusahaan jasa ternama memiliki pengertian yang jelas mengenai pelanggan sasaran dan keburukan pelanggan yang akan mereka puaskan. Untuk itu dikembangkan strategi khusus untuk memuaskan kebutuhan ini yang menghasilkan kesetiaaan pelanggan.
2. Sejarah komitmen kualitas manajemen puncak Tidak hanya melihat pada prestasi keuangan bulanan melainkan juga pada kinerja layanan
3. Penetapan standar tinggi Penyedia jasa terbaik menetapkan standar kualitas jasa yang tinggi, antara lain kecepatan respon terhadap keluhan pelanggan.
4. Sistem untuk memonitor kinerja jasa Secara rutin memeriksa kinerja jasa perusahaan dan pesaingnya.
5. Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan Menanggapi keluhan pelanggan dengan cepat dan ramah.
6. Memuaskan karyawan sama seperti pelanggan Percaya bahwa hubungan karyawan akan mencerminkan hubungan pelanggan. Secara teratur manajemen memeriksa kepuasan karyawan akan pekerjaannya.
Oleh karena itu pengelolaan perusahaan dapat ditingkatkan dengan
memuaskan keluhan pelanggan, salah satunya dengan melakukan program
pelatihan dan pengembangan karir agar mampu merancang sistem untuk
mengatasi keluhan pelanggan.
Model dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar 1.
46
Gambar 1:Hubungan Konseptual Variabel
a.
b.
c.
D. Hipotesis
Berdasarkan model tersebut, maka hipotesis penelitian yang
dirumuskan adalah:
1. Diduga variabel pelatihan pegawai berpengaruh signifikan terhadap
kualitas layanan.
2. Diduga variabel pengembangan karir pegawai berpengaruh signifikan
terhadap kualitas layanan.
3. Diduga variabel pelatihan dan pengembangan karir pegawai berpengaruh
signifikan terhadap kualitas layanan.
47
Pelatihan Pegawai
Pengembangan Karir Pegawai
Kualitas Layanan
Pelatihan Pegawai
Pengembangan Karir Pegawai
Kualitas Layanan
Kualitas Layanan
4. Diduga pengembangan karir pegawai memiliki pengaruh dominan
terhadap kualitas layanan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai, yaitu penelitian
yang mengambil sampel dari suatu populasi yang ada pada PT. ASKES
Cabang Madiun dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data
yang utama. Sedangkan jenis penelitian ini adalah explanatory research atau
penelitian penjelasan, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-varibel melalui pengujian hipotesis. (Singarimbun 1987 : 3).
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian mengambil ruang lingkup ditinjau dari Manajemen Sumber
Daya Manuasia dengan pendekatan pada tanggapan pegawai dalam
perusahaan, untuk menganalisa pengaruh pelatihan dan pengembangan karir
pegawai terhadap kualitas layanan dan untuk mengetahui variabel mana yang
dominan mempengaruhi kualitas pelayanan. Sedangkan objek penelitian
adalah kualitas layanan
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. ASKES Cabang Madiun dengan dasar
pertimbangan:
48
1. Informasi hasil penelitian selama ini belum ada yang memadai untuk
dijadikan rujukan dalam pengambilan kebijakan perusahaan.
2. PT. ASKES Cabang Madiun membutuhkan informasi tentang pengaruh
pelatihan dan pengembangan karir pegawai terhadap kualitas layanan.
D. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
Dalam penelitian ini ada tiga variabel. Dari tiga variabel tersebut
apabila diklasifikasikan terdapat:
a. Variabel bebas, terdiri dari:
1. Pelatihan Pegawai (X1)
2. Pengembangan Karir Pegawai (X2)
b. Variabel terikat, yaitu Kualitas Layanan (Y)
2. Definisi Konseptual Variabel
Berdasarkan klasifikasi variabel, maka definisi konseptual variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pelatihan adalah sebuah pengembangan kemampuan khusus dalam
ranah psikomotor dalam jangka waktu pendek dengan materi pelatihan
khusus pula. Penggunaan metode belajar mengajar lebih inovatif dan
pengahargaan akhir proses pelatihan diberikan dalam bentuk sertifikat.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2003).
b. Pengembangan karyawan adalah aktivitas pengembangan karier
terhadap organisasi, penyediaan landasan bagi karyawan agar dapat
berprestasi secara efektif dan menghasilkan prestasi baru dalam
49
lingkungan perusahaan. Dalam pelaksanaannya pengembangan
karyawan dilakukan untuk membantu dalam memasuki kehidupan
sebagai pekerja di bidang bisnis yang kompetitif, berbeda dari kondisi
kehidupan sebelumnya. (Simamora, 2003)
c. Kualitas adalah standar yang harus dicapai oleh seseorang atau
kelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya
manusia, cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa
barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada pihak
yang dilayani, baik internal maupun eksternal dalam arti optimal
pemenuhan atas tuntutan masyarakat atau pelanggan (Tjiptono, 2000:
76). Pelayanan adalah serangkaian proses yang terdiri atas serangkaian
aktifitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi
pada interaksi antar pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya
fisik/ barang dan atau system penyedia jasa yang disediakan sebagai
solusi atas masalah pelanggan (Tjiptono, 2005: 11).
3. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas
1. Pelatihan Pegawai (X1)
Pelatihan pegawai adalah usaha yang terencana dari organisasi
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
pegawai, dengan indikator:
a. Pengetahuan pelatihan (X1.1).
b. Pelaksanaan program pelatihan (X1.2).
50
c. Kewajiban pelatihan (X1.3).
d. Pemahanan materi pelatihan (X1.4).
e. Hasil kerja pelatihan (X1.5).
2. Pengembangan Karir Pegawai (X2).
Pengembangan karir pegawai adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknik, teoritis, koseptual dan moral
pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui
pendidikan dan latihan, dengan indikator:
a. Organisasional (X2.1).
b. Individual (X2.2).
c. Prestasi kerja (X2.3).
d. Exposure (dari atasan) (X2.4).
e. Lowongan jabatan (X2.5).
f. Kesetiaan organisassi (X2.6).
g. Tingkat pendidikan (X2.7).
b. Variabel Terikat: Kualitas Layanan (Y)
Kualitas layanan adalah kesesuaian antara pelayanan yang dirasakan
dengan harapan para pelanggan dengan indikator:
1. Mutu pekerjaan (Y1)
2. Kemampuan pegawai (Y2)
3. Perasaan bangga (Y3)
4. Pemanfaatan waktu secara efisien (Y4)
51
Adapun secara rinci tentang variabel, indikator dan butir
pernyataan yang digunakan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2:
Variabel, Indikator dan Butir Pernyataan
Variabel Indikator Butir Pernyataan No
1. Pelatihan Pegawai (X1)
1. Pengetahuan pelatihan (X1.1)
Program pelatihan meningkatkan pengetahuan pekerjaan.
Program pelatihan meningkatkan pemahaman arti penting pekerjaan dalam sistem.
1
2
2. Pelaksanaan program pelatihan (X1.2)
Program pelatihan dilaksanakan secara periodik.
Program pelatihan dilaksanakan bertahap.
3
4
3. Kewajiban pelatihan (X1.3)
Program pelatihan wajib diikuti semua pegawai.
Program pelatihan menjadi program utama perusahaan
5
6
4. Pemahanan materi pelatihan (X1.4)
Materi pelatihan mudah difahami.
Materi pelatihan dapat diaplikasikan pada pekerjaan.
7
8
5. Hasil kerja pelatihan (X1.5)
Program pelatihan membantu menyelesaikan pekerjaan.
Setelah mengikuti pelatihan, pekerjaan diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat
9
10
2. Pengembangan Karir Pegawai (X2)
1. Organisasional (X2.1)
Organisasi secara adil memberikan kesempatan sama pada semua pegawai untuk kenaikan
1
52
jabatan Jalur promosi jabatan
sesuai dengan bidang pekerjaan pegawai
2
Lanjutan Tabel 2:
Variabel, Indikator dan Butir Pernyataan
2. Individual (X2.2)
Jabatan yang dimiliki sekarang sudah sesuai dengan prestasi yang dicapai.
Jabatan yang dimiliki sekarang sudah sesuai dengan minat, kemampuan dan latar belakang.
3
4
3. Prestasi kerja (X2.3)
Prestasi kerja akan mempengaruhi pengembangan karir pegawai.
Pegawai yang berprestasi diberi kesempatan mendapat peluang berkarir lebih baik.
5
6
4. Exposure (dari atasan) (X2.4).
Setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk meraih jabatan lebih tinggi.
Prestasi pekerjaan tidak dingaruhi oleh faktor hubungan dengan atasan, sejawat atau bawahan.
7
8
5. Lowongan jabatan (X2.5)
Kenaikan jabatan biasanya dilakukan bila ada peluang (lowongan) untuk jabatan tersebut.
Percepatan kenaikan jabatan memungkinkan selama ada peluang.
9
10
53
6. Kesetiaan organisassi (X2.6)
Kesetiaan kepada organisasi merupakan faktor untuk dapat dipromosikan.
Kesetiaan kepada organisasi merupakan modal mencapai prestasi lebih tinggi.
11
12
Lanjutan Tabel 2:
Variabel, Indikator dan Butir Pernyataan
Variabel Indikator Butir Pernyataan No
7. Tingkat pendidikan (X2.7)
Pelatihan dan pengembangan yang telah diikuti bermanfaat untuk pengembangan karir.
Jabatan saat ini sudah sesuai dengan pendidikan yang dimiliki.
13
14
3. Kualitas Pelayanan (Y)
1. Mutu pekerjaan (Y1)
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, hasil pekerjaan lebih berkualitas.
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, lebih mampu memberikan kepuasan pada pelanggan.
1
2
2. Kemampuan pegawai (Y2)
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, lebih mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan pekerjaan.
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir,
3
4
54
lebih mampu memenuhi permintaan pelanggan
3. Perasaan bangga (Y3)
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, sikap dan pemikiran menjadi lebih baik.
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, merasa lebih menyenangi pekerjaan.
5
6
Lanjutan Tabel 2:
Variabel, Indikator dan Butir Pernyataan
Variabel Indikator Butir Pernyataan No
4. Pemanfaatan waktu secara efisien (Y4)
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, pekerjaan dilaksanakan dalam waktu lebih singkat.
Setelah mengikuti program pelatihan dan kesempatan mengembangkan karir, tidak banyak waktu kerja terbuang.
7
8
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer
dalam bentuk kualitatif berupa persepsi responden tentang pelatihan dan
pengembangan karyawan serta kulitas pelayanan, yaitu respon berupa
55
pernyataan tertulis yang diberikan responden atas kuesioner yang diajukan
oleh peneliti.
Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi terhadap
dokumen resmi yang tersedia seperti data mengenai sejarah singkat
perusahaan dan jumlah pegawai.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat terbuka untuk mengungkap variabel-
variabel yang diteliti.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert dengan interval menyesuaikan pernyataan yang diajukan. Berikut ini
adalah interval jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap item pernyataan:
Sangat tidak setuju, skor = 1
Tidak setuju, skor = 2
Cukup setuju, skor = 3
Setuju, skkor = 4
Sangat setuju, skor = 5
Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data primer,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan terhadap 30 kuesioner awal yang telah diisi oleh
reponden.
1. Uji Validitas
56
Menurut Ancok (1999:17) validitas adalah ukuran kecermatan
suatu tes dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas adalah prosedur
pengujian untuk melihat apakah alat ukur yang berupa kuesioner yang
dipakai dapat mengukur dengan cermat apa yang hendak diukur. Uji
validitas digunakan untuk memilih item-item pertanyaan yang relevan
untuk dianalisis
Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
masing-masing butir pertanyaan dengan skor total sebagai hasil
penjumlahan semua skor butir pertanyaan dengan menggunakan teknik
korelasi product moment. Selanjutnya dilakukan koreksi terhadap nilai
koefisien korelasi yang diperoleh ”Corrected Item Total Correlation”.
Nilai koefisien korelasi setelah dikoreksi r hitung masing-masing
butir pertanyaan dibandingkan dengan nilai korelasi r tabel pada taraf α =
0,05. Jika r hitung ≥ r tabel maka item pernyataan dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitias adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan . Reliabilitas menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama
(Ancok, 1977:25).
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula Alpha
Cronbach. Instrumen dikatakan reliabel bilamana koefisien reliabilitasnya
mencapai 0,60 (Nurgiyantoro, 2000:312). Pengujian validitas dan
57
reliabilitas instrumen penelitian menggunakan bantuan program SPSS
(Statistical Product Service Solution).
G. Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. ASKES
Cabang Madiun yang sudah pernah mengikuti program pelatihan atau
pengembangan atau keduanya. Berdasarkan data dari kantor PT. ASKES
Cabang Madiun diperoleh populasi berjumlah 43 pegawai.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode sensus dimana seluruh anggota populasi diambil sebagai sampel, jadi
sampel dalam penelitian ini berjumlah 43 pegawai.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Kuesioner, yaitu seperangkat pernyataan yang disusun untuk diajukan
kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer
berupa informasi secara tertulis langsung dari responden berkaitan dengan
pelatihan dan pengembangan pegawai serta kualitas pelayanan PT. ASKES
Cabang Madiun.
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara menyalin atau
mencatat data yang sudah tersaji di perusahaan, untuk memperoleh data
skunder.
I. Teknik Analisis Data
58
Setelah data terkumpul dilakukan analisis:
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
penelitian yaitu variabel pelatihan pegawai, variabel pengembangan karir
pegawai dan kualitas layanan PT. ASKES Cabang Madiun. Perhitungan
yang digunakan dalam analisis diskriptif ini adalah rata-rata skor variabel,
distribusi skor dan skor pertanyaan
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara pelatihan dan pengembangan pegawai terhadap kualitas pelayanan
pada PT. ASKES Madiun. Adapun persamaan regresi linier berganda
adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Dimana:
Y = Kualitas Pelayanan
X1 = Pelatihan Pegawai
X2 = Pengembangan Pegawai
α = Konstanta
β1= β2 = Koefisien regresi
e = Variabel pengganggu (error)
3. Uji Asumsi Klasik
59
Penggunaan regresi linier berganda sebagai model analisis
memerlukan pemenuhan beberapa asumsi dasar yaitu:
a. Multikolinieritas
Multikolinieritas muncul apabila diantara variabel-variabel
bebas memiliki hubungan yang sangat kuat (Santoso, 2000:292).
Model regresi mensyaratkan tidak adanya hubungan linier yang
sempurna antar variabel bebas. Pengujian gejala multikolinieritas dapat
dilakukan dengan cara melihat nilai Variance Inflantion Factor (VIF)
antara variabel-variabel bebas, jika nilai VIF lebih dari 10, maka dapat
dipastikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada persamaan regresi
linier berganda tersebut.
b. Autokorelasi
Untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara masing-
masing variabel yang diobservasi digunakan uji statistik Durbin
Waston.
Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan membandingkan
hasil perhitungan Durbin Watson Test dengan nilai d tabel pada α =
0,05. Tabel d memiliki dua linier yaitu nilai batas atas (du) dan nilai
batas bawah (dl) untuk berbagai nilai n dan k.
Jika d < dl, Terjadi autokorelasi positif
d > 4 <- dl, Terjadi autokorelasi positif
du < d < 4-du, Tidak terjadi autokorelasi dl
dl ≤ d ≤ du atau 4- du ≤ d ≤ 4- dl, Pengujian tidak meyakinkan.
60
c. Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas terjadi sebagai akibat dari variasi
residual yang tidak sama untuk semua pengamatan. Uji Glejser
dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen
dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel
independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas.
4. Normalitas
Untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen
dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov
Uji normalitas Kolmogorov Smirnov dilakukan dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku merupakan data yang telah
ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.
Jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang
signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan
yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa
jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
61
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut
tidak normal.
5. Uji hipotesis
a. Pengujian hipotesis pertama dengan uji F, yaitu menguji keberartian
koefisien regresi (signifikansi) secara keseluruhan dengan rumus :
F =
Dimana:
F = Nilai Fhitung
MSR = Mean Square Regression (rata-rata kuadrat regresi).
MSE = Mean Square Error (rata-rata kuadrat error).
Rumusan hipotesis:
Ho = β1 = β2 = 0
Ha = minimal satu koefisien βi ≠ 0
b. Pengujian hipotesis kedua dengan menguji signifikansi pengaruh
masing-masing variabel menggunakan uji t dengan rumus:
t =
Dimana:
t = nilai t hitung
bi = koefisien regresi masing-masing variabel.
Se bi = standard error koefisien regresi
Rumusan hipotesis dinyatakan dengan
Ho : = B1 = 0
62
Ha : = B1 ≠ 0
1. Apabila │t│ hitung > │t│ tabel pada taraf α = 0,05, maka Ho
ditolak (Ha diterima) artinya variabel bebas secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
pada tingkat kepercayaan 95%.
2. Apabila │t│ hitung < │t│ tabel pada taraf α = 0,05, maka Ho
ditolak (Ha diterima) artinya variabel bebas secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
pada tingkat kepercayaan 95%.
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan memilih variabel
bebas yang berpengaruh signifikan, selanjutnya membandingkan nilai
koefisien regresi yang paling signifikan. Apabila variabel pelatihan
pegawai signifikan dan koefisien regresi lebih besar dari variabel
pengembangan pegawai maka hipotesis ketiga yang diajukan diterima.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh data 43 responden yang dikelompokkan
menurut tingkat pendidikan (tabel 3). Pendidikan Pegawai paling banyak S-1,
berikutnya D-III, SLTA dan S-2.
Tabel 3:
Tingkat Pendidikan Pegawai PT. ASKES Cabang Madiun
No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai %
1 SLTA 4 9,3
2 S-1 21 48,84
3 D-III 16 37,21
4 S-2 2 4,65
Jumlah 43 100
Jumlah pegawai yang bertugas sesuai jabatannya seperti pada tabel 4.
64
Tabel 4:
Tingkat Jabatan Pegawai PT. ASKES Cabang Madiun
No Tingkat Jabatan Jumlah Pegawai
1 Kepala Cabang 1
2 Kepala Bagian 4
3 Kepala Opersional Kabupaten/Kota
3
4 Plh. Kepala Opersional Kabupaten/Kota
1
Lanjutan Tabel 4:
Tingkat Jabatan Pegawai PT. ASKES Cabang Madiun
No Tingkat Jabatan Jumlah Pegawai
5 Koordinator Askes Center 1
6 Pelaksana 23
7 Calon Pegawai 10
Jumlah 43
Pegawai paling banyak pada posisi Pelaksana yaitu 23 orang yang
tersebar se-Eks Karesidenan Madiun.
Sedangkan struktur organisasi PT. ASKES Cabang seperti pada
gambar 2.
Gambar 2
Struktur Organisasi PT. ASKES Cabang Madiun
65
Kepala Cabang
Ada 12 macam pelatihan yang pernah diikuti oleh pagawai PT.
ASKES Cabang Madiun antara lain seperti pada tabel 5. Dimana untuk
Pendidikan dan Pelatihan Dasar telah diberikan kepada semua pegawai bahkan
juga kepada empat calon pegawai.
Tabel 5:
Jenis Pelatihan Pegawai PT. ASKES Cabang Madiun
No Nama Pelatihan Peserta
1 Pendidikan dan Pelatihan Dasar 37
2 Verifikator 12
3 CSO For Front Liner 1
4 Assesment 3
5 Asesionel Managemen System (APMS) 1
6 4 Disclipines and Execution. 1
7 Diklat IHT (In House Training) 3
8 Diklat PPDM 1
9 Diklat Pengadaan Barang dan Jasa 1
10 Diklat Encounter Leadership Program 1
11 Diklat Kompetensi 3
12 Diklat Pembayaran 2
66
Bagian Umum
Bagian Keuangan
dan Kolekting
Bagian Kepesertaan
dan Pelayanan Pelanggan
Bagian Pemasaran
Bagian Manajemen
Provider dan Utilisasi
BagianAdmindtrasi
Klaim
Operasional Kab/Kota
Koordinator Askes Center
Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh distribusi variabel pelatihan
pegawai seperti pada tabel 6. Nilai rata-rata terbesar adalah X1.5 yaitu 4.3372
ini mengindikasikan bahwa hasil dari pelatihan berdampak pada penyelesaian
pekerjaan.
Tabel 6:
Distribusi Variabel Pelatihan Pegawai (X1)
Item Pertanyaan
Rata-Rata Jawaban Responden
X1.1 4.1163
X1.2 4.1163
X1.3 4.2674
X1.4 4.2791
X1.5 4.3372
Untuk variabel pengembangan karir pegawai diperoleh distribusi
seperti pada tabel 7, dimana X2.3 dan X2.4 sama-sama memiliki nilai terbesar
yaitu 4.2209. Hal ini mengindikasikan bahwa pegawai merasa diberikan
kesempatan yang sama untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi dengan
menunjukkan prestasi.
Tabel 7:
Distribusi Variabel Pengembangan Karir Pegawai (X2)
Item Pertanyaan
Rata-Rata Jawaban Responden
67
X2.1 4.1047
X2.2 4.1047
X2.3 4.2209
X2.4 4.2209
X2.5 4.1047
X2.6 4.0814
X2.7 4.1744
Sedangkan distribusi variabel kualitas layanan seperti pada tabel 8,
dimana Y.1, Y2, Y3 dan Y4 memiliki nilai yang hampir sama. Hal ini
mengindikasikan bahwa pegawai PT. ASKES Cabang Madiun menyenangi
pekerjaannya, mampu melayani dan memuaskan pengguna jasa asuransi
kesehatan dengan baik
Tabel 8:
Distribusi Variabel Kualitas Layanan (Y)
Item Pertanyaan
Rata-Rata Jawaban Responden
Y.1 4.1047
Y.2 4.1628
Y.3 4.1163
Y.4 4.1512
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Validitas
68
Validitas dicari dengan membandingkan nilai hitung terhadap nilai
r tabel dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Pengambilan
kesimpulannya jika nilai hitung > dari nilai r tabel maka butir tersebut
dinyatakan valid.
Hasil olahan SPSS tampak pada tabel 9, dimana nilai Corrected
Item Total Correlation berada antara 0,478 sampai dengan 0,718.
Sedangkan r tabel 0.301. Kesimpulannya nilai hitung lebih besar dari nilai
tabel maka butir pernyataan dinyatakan valid.
Tabel 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.1 62.5465 14.843 .478 .912
X1.2 62.5465 14.831 .483 .912
X1.3 62.3953 14.721 .509 .912
X1.4 62.3837 14.546 .598 .909
X1.5 62.3256 14.499 .603 .909
X2.1 62.5581 13.955 .689 .906
X2.2 62.5581 14.026 .718 .905
X2.3 62.4419 14.110 .696 .906
X2.4 62.4419 14.288 .692 .906
X2.5 62.5581 14.717 .530 .911
X2.6 62.5814 14.404 .519 .912
X2.7 62.4884 14.172 .686 .906
Y1 62.5581 14.991 .693 .908
Y2 62.5000 14.560 .679 .907
Y3 62.5465 14.950 .590 .909
Y4 62.5116 14.863 .599 .909
Sumber: Data hasil olahan SPSS
2. Uji reliabilitas
69
Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha.
Ternyata nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dan lebih besar dari
0,60, maka dapat dikatakan reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
Model linier berganda akan lebih tepat digunakan dan
menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila asumsi berikut dapat
terpenuhi:
a. Multikolinieritas
Multikolineritas tidak terjadi apabila nilai VIF (Variance
Inflation Factor) tidak lebih dari 5. Hasil ujian multikolinieritas dapat
dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.580 .447 3.533 .001
X1 .042 .162 .044 .260 .796 .417 2.398
X2 .573 .142 .685 4.031 .000 .417 2.398a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data hasil olahan SPSS
Dari tabel 10, tidak satu pun variabel bebas memiliki nilai VIF
(Variance Inflation Factor) lebih dari 5. Jadi dapat disimpulkan,
bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model
regresi.
b. Autokorelasi
70
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Waston
dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .720a .518 .494 .18144 1.819a. Predictors: (Constant), X2, X1b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data hasil olahan SPSS.
Berdasarkan hasil uji autokorelasi diatas dapat disimpulkan
bahwa nilai DW sebesar 1,819. Sedangkan DW tabel dl 1.4151 dan du
1.6091. Karena du < d < 4-du maka model regresi linier tersebut tidak
terjadi autokorelasi.
c. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas Glejser dilakukan dengan cara
meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut
residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan
absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Tabel 12
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -.539 .285 -1.892 .066
X1 .132 .103 .295 1.285 .206
X2 .026 .091 .066 .288 .775
a. Dependent Variable: ABS_RES
71
Dari tabel 12 diketahui bahwa nilai signifikansi kedua variabel
independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
d. Normalitas
Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara
data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Jika
signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan,
artinya data tersebut tidak normal. Jika signifikansi di atas 0,05 maka
tidak terjadi perbedaan yang signifikan artinya data tersebut normal.
Karena signifikansi data X1 dan X2 di atas 0,05 yaitu 0,081
dan 0,253 (tabel 13) maka disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara data diuji dengan data normal baku, artinya data yang
diuji normal.
Tabel 13
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2
N 43 43
Normal Parametersa Mean 4.2233 4.1445
Std. Deviation .26801 .30484
Most Extreme Differences Absolute .193 .155
Positive .193 .147
Negative -.179 -.155
Kolmogorov-Smirnov Z 1.265 1.016
Asymp. Sig. (2-tailed) .081 .253
a. Test distribution is Normal.
72
e. Analisis Linier Berganda
Tabel 14 menggambarkan persamaan regresi:
Y = 1,58 + 0,042X1 + 0, 573X2
Dimana:
Y = Kualitas Layanan
X1 = Pelatihan Pegawai
X2 = Pengembangan Karir Pegawai.
Tabel 14
Coefficientsa
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.580 .447 3.533 .001
X1 .042 .162 .044 .260 .796
X2 .573 .142 .685 4.031 .000
a. Dependent Variable: YSumber: Data hasil olahan SPSS
Artinya jika tidak ada pelatihan pegawai maupun
pengembangan karir maka kualitas layanan sebesar 1,58. Dengan kata
lain jika pegawai tidak diberikan pelatihan dan tidak ada
pengembangan karir, kualitas layanan masih tetap ada.
Koefisien regresi positif berarti jika pelatihan pegawai
ditingkatkan maka kualitas layanan juga akan meningkat. Jika
pengembangan karir pegawai ditingkatkan maka kualitas layanan juga
akan meningkat.
f. Uji F
Pada tabel 15 Uji Anova atau F Test menunjukkan F hitung
73
sebesar 21,478 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat
dipakai untuk memprediksi secara bersama-sama variabel pelatihan
pegawai dan pengembangan karir pegawai terhadap kualitas layanan.
Uji F pada tabel 15 digunakan untuk menguji signifikansi
konstanta dan variabel dependen kualitas layanan. Hipotesis untuk
kasus ini adalah:
Ho : Pelatihan pegawai dan pengembangan karir pegawai secara
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
layanan
Ha : Pelatihan pegawai dan pengembangan karir pegawai secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas
layanan.
Tabel 15
ANOVAb
ModelSum of
Squares dfMean
Square F Sig.
1 Regression 1.414 2 .707 21.481 .000a
Residual 1.317 40 .033
Total 2.731 42a. Predictors: (Constant), X2, X1b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data hasil olahan SPSS
Dengan membandingkan antara nilai hitung dengan nilai tabel
maka dapat diputuskan :
Jika nilai F hitung < nilai F tabel, maka Ho diterima, dan
Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka Ho ditolak.
74
Hasil analisis tabel 15 diketahui F hitung sebesar 21,478.
Sedangkan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, derajat bebas
(2,40), didapat angka 3,23. Oleh karena nilai F hitung > nilai F tabel
(21,478 > 3,23), maka Ho ditolak. Demikian juga dilihat dari
probabilitasnya < 0,05 berarti koefisien regresi berganda signifikan.
Jadi Pelatihan pegawai dan pengembangan karir pegawai secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
layanan.
g. Uji t
1. Untuk variabel pelatihan pegawai ( X1 )
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan
variable dependent kualitas layanan. Hipotesis untuk kasus ini
adalah:
Ho : Koefisien regresi tidak signifikan.
Ha : Koefisien regresi signifikan.
Dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t
tabel maka dapat diputuskan :
Jika nilai t hitung < nilai t tabel, maka Ho diterima, dan
Jika nilai t hitung > nilai t tabel, maka Ho ditolak.
Hasil analisis pada tabel 14 diketahui nilai t hitung sebesar
0,26. Sedangkan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, derajat
bebas (df) 41, didapat angka 1,68. Oleh karena nilai t hitung < nilai
t tabel (0,26 > 1,68 ), maka Ho diterima.
75
Demikian juga dilihat dari probabilitasnya > 0,05 berarti
koefisien regresi tidak signifikan, atau pelatihan pegawai tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan.
2. Untuk pengembangan karir pegawai ( X2 )
Hasil analisis pada tabel 14 diketahui nilai t hitung sebesar
4,031. Sedangkan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%,
derajat bebas (df) 41, didapat angka 1,68. Oleh karena nilai t hitung
> nilai t tabel (6,625> 1,68 ), maka Ho ditolak.
Demikian juga dilihat dari probabilitasnya < 0,05 berarti
koefisien regresi signifikan, atau pengembangan karir benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari deskripsi responden diperoleh data bahwa pegawai merasakan,
hasil dari pelatihan berdampak pada penyelesaian pekerjaan. pegawai merasa
diberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi
dengan menunjukkan prestasi.
Secara bersama-sama pelatihan pegawai dan pengembangan karir
pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan.
Secara individual pelatihan pegawai tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas layanan. Sedangkan variabel pengembangan karir
pegawai secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas layanan.
76
Dari pengujian hipotesis diketahui variabel pengembangan karir
pegawai memiliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas layanan pada PT.
ASKES Cabang Madiun.
Nilai koefisien korelasi parsial menunjukan hubungan yang kuat dan
positif dari variabel pelatihan pegawai dan pengembangan karir pegawai
dalam peningkatan kualitas layanan. Dari koefisien determinasi menunjukkan
bahwa variabel pelatihan pegawai dan pengembangan karir pegawai secara
bersama-sama mempengaruhi kualitas layanan sampai lima puluh dua persen.
Sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini seperti lingkungan kerja, gaya kepemimpinan, sarana kerja dan sebagainya.
Dari kooefisien regresi menunjukkan bahwa, jika pelatihan pegawai
ditingkatkan maka kualitas layanan juga akan meningkat. Jika pengembangan
karir pegawai ditingkatkan maka kualitas layanan juga akan meningkat.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A . Kesimpulan
Pelatihan berdampak pada penyelesaian pekerjaan, lebih cepat dan tepat.
Pegawai memperoleh kesempatan yang sama untuk meraih jabatan yang lebih
tinggi dengan menunjukkan prestasi. Pegawai PT. ASKES Cabang Madiun
bangga akan pekerjaannya, mampu melayani dan memuaskan pengguna jasa
asuransi kesehatan dengan baik.
Secara individual pelatihan pegawai tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas layanan. Sedangkan variabel pengembangan karir
pegawai secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas layanan.
Secara bersama-sama pelatihan pegawai dan pengembangan karir
pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas layanan.
Pengembangan karir pegawai memiliki pengaruh dominan terhadap
kualitas layanan.
78
B. Saran
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk menggali lebih
dalam variabel-variabel lain yang mempengaruhi kualitas layanan.
2. Pengembangan karir pegawai dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
menajemen PT. ASKES dalam meningkatkan kualitas layanan
pegawainya.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain
yang hendak meneliti kualitas layanan pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. And John G. Mayers. 1983. Advertising Manajemen. Private Ltd. Prentice Hall Of India. India.
Abner Herry Bajari. 2008. Tesis: Analisis Kualitas Pelayanan Bagi Peserta Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin Di Puskesmas Candilama Semarang. eprints.undip.ac.id/16091/1/ABNER_HERRY_BAJARI. Pdf. Diakses 4 Juli 2012.
Achma Buchory, Herry & Djaslim Saladin, 2006. Dasar-Dasar Pemasaran Bank. Linda Karya. Bandung.
Ancok, Jamaludin.1997. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Cetakan Kesembilan. Pusat Penelitian Kependudukan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Anwar Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo. Jakarta.
Azwar, S. 2002. Psikologi Inteligensi. Cetakan Ketiga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Bimo Walgito. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta.
Brehm And Kassin. 1990. Social Psychology. Haoughthon Miffin. New Jersey.
79
Brigham, J.C. 1991. Social Psychology. Harper Collins Publisher. New York.
Fandy, Tjiptono. 2005. Pemasaran Jasa. Bayu Media Publishing. Malang.
Hadari Nawawi. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Handoko. 1996. Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Kasmir. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prehallindo. Jakarta.
Lahar, Husni. 2008. Tesis: Pengaruh Kepemimpinan Dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA di Kabupaten Solok. http://repository.unand.ac.id/id/eprint/5511. Diakses 29 Januari 2013
Lupiyoadi, Rahmat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat. Jakarta
Moenir. 2000. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Noni Komalasari. 2010. Tesis: Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Serta Prestasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir Pegawai Pada Kantor Bupati Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17263/6/Cover. pdf. Diakses 4 Juli 2012.
Notoatmojo, Soekijo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gama University Press. Yogyakarta.
Rosmaida. 2009. Tesis: Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Serta Prestasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir Pegawai Pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Di Medan. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4292/10E00501.pdf. Diakses 3 Juli 2012.
80
Sangarimbun, Masri. dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Santoso, Singgih. 2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Cetakan Ketiga. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo. Jakarta.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN. Yogyakarta.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. CV. Alfabeta. Bandung.
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Rinike Cipta. Jakarta.
Veitzal Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
81
82