tugas 1 critical review

9
Critical Review Terkait Tata Guna Lahan Wahyu Septiana 3612100011 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kajian Perkembangan Guna Lahan Terkait dengan Perdagangan dan Industri Batik di Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten Cirebon

Upload: wahyu-septiana

Post on 06-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Critical Review tentang Tata Guna Lahan

TRANSCRIPT

Critical Review Terkait Tata Guna Lahan

2014Critical Review Terkait Tata Guna Lahan

Wahyu Septiana3612100011Kajian Perkembangan Guna Lahan Terkait dengan Perdagangan dan Industri Batik di Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten CirebonJurusan Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya

Review JurnalKajian perkembangan Guna Lahan Terkait dengan Perdagangan dan Industri Batik di Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten CirebonIrnie Dwiyanti1 dan Diah Intan Kusuma Dewi2 1 Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro2 Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Fakultas Teknik, Universitas DiponegoroEmail: [email protected] jurnal ini penulis memiliki tujuan untuk untuk mengkaji perkembangan guna lahan terkait perdagangan dan industri batik di Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan dalam pembahasan ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif untuk melihat hubungan antara variabel penambahan tenaga kerja dengan penambahan luas lahan terbangun.Aktivitas manusia dapat mempengaruhi penggunaan lahan dan perkembangan lahan. Perkembangan guna lahan ini merupakan pemanfaatan guna lahan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari nilai tambah yang terjadi akibat perluasan dan perubahan guna lahan. Salah satu pemanfaatan lahan yang mempengaruhi perkembangan lahan adalah kegiatan perdagangan dan industri, seperti yang terjadi pada Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten Cirebon yang merupakan industri batik. Dapat dilihat disepanjang jalan Buyut Trusmi sampai Desa Panembahan yang berjarak 1,5 km banyak dijumpai puluhan showroom batik yang berjejer, yang dulunya hanya terdapat 2 showroom saat ini telah mencapai 45 showroom dan lebih dari 1000 pengrajin batik.Setelah dijadikan sebagai desa wisata batik, perkembangan di Desa Trusmi semakin meningkat. Pada tahun 2011 luas lahan terbangun mencapai 36,258 ha dari total wilayah Desa Trusmi Kulon yang mencapai 58,457 ha. Industri batik ini memerlukan ruang, dan membuat adanya penambahan luas lahan terbangun dan perubahan fungsi penggunaan lahan. Tidak sedikit penggunaan lahan yang memiliki dua fungsi atau fungsi tumpang tindih. Fenomena yang ada saat ini adalah pertumbuhan di Desa Trusmi Kulon yang kurang teratur dan kepadatan lingkungan yang cukup tinggi. Ruang lingkup penelitian ini adalah Desa Trusmi Kulon, Kcamatan Plered, Kabupaten Cirebon dengan lokasi sekitar 4 km dari Kota Cirebon, dengan jumlah penduduk 3.488 jiwa pada tahun 2011 yang terdiri dari 918 KK.METODE PENELITIANDalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel yang diambil adalah pemilik showroom batik dan industri batik di Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten Cirebon.PEMBAHASANPerkembangan guna lahan di Desa Trusmi Kulon terbagi menjadi 2 yaitu:a. Perkembangan Lahan Terbangun dan Tidak TerbangunLuas wilayah Desa Trusmi Kulon pada tahun 2011 seluas 58,4572 Ha, sedangkan pada tahun 2005 seluas 58,5312 Ha. Hal ini menandakan bahwa Desa Trusmi mengalami pertambahan luas wilayah. Di Desa Trusmi ini penggunaan lahan yang paling dominan adalah guna lahan permukiman. Pada tahun 2000 lahan terbangun memiliki luas 33,67 Ha, sedangkan pada tahun 2011 menjadi 36,26 Ha yang berarti meningkat 4% dari luas wilayah. Terjadinya pertambahan luas lahan terbangun tersebut dikarenakan adanya pembangunan permukiman dan fasilitas penunjangnya. Dan perkembangan yang terjadi adalah lahan pertanian yang kosong berubah menjadi permukiman dan perdagangan. Pada tahun 2000 luas sawah mencapai 23,00 Ha atau 39% dari luas wilayah, pada tahun 2005 luas sawah menjadi 21,98 Ha atau 38% dari luas wilayah dan pada tahun 2011 luas sawah menjadi 37% dari luas wilayah. Maka luas sawah mengalami penurunan 2% selama 11 tahun.b. Perubahan Fungsi Penggunaan LahanPenggunaan lahan untuk fungsi perdagangan di sepanjang Jalan Buyut Trusmi mengalami peningkatan dari tahun 2005 yang semula permukiman berubah untuk fungsi perdagangan pada tahun 2011. Peningkatan aktivitas ekonomi di Desa Trusmi Kulon ini mendorong alih fungsi bangunan di sekitar jalan tersebut. Perubahan yang terjadi tidak hanya permukiman yang menjadi perdagangan dan jasa, namun juga tanah kosong yang berubah menjadi perdagangan dan jasa.

Gambar 1 Peta Penggunaan Lahan di Desa Trusmi Kulon, Plered, CirebonTabel 1 Perubahan Fungsi Penggunaan Lahan Desa Trusmi Kulon

Analisa Perkembangan Guna Lahan Terkait Perdagangan dan Industri Batik di Desa Trusmi Kulon Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara variabel penambahan tenaga kerja dengan penambahan luas lahan terbangun, dengan nilai r3 mendekati 1 (korelasi sempurna) yakni 0,90. Nilai r adalah positif, berarti semakin bertambah jumlah tenaga kerja maka akan semakin bertambah juga luas lahan terbangunnya. Di Desa Trusmi ini terjadi penambahan luas lahan terbangun yang terbagi menjadi 2 yaitu perluasan bangunan yang sudah ada sebesar 74% atau mengalami perluasan bangunan 1055m2 dan adanya bangunan baru sebesar 26% atau 366m2 yang menjadi permukiman atau showroom batik. Berikut ini adalah peta perubahan fungsi penggunaan lahan.

Gambar 2 Peta Perubahan Fungsi Penggunaan Lahan di Desa Trusmi KulonSelain itu, jumlah tenaga kerja juga meningkat, dilihat dari tahun 2013 jumlah tenaga kerja meningkat menjadi 502 jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 berjumlah 190 jiwa. Atau dapat dikatakan terjadi peningkatan sebanyak 312 jiwa selama 13 tahun. Selain terjadi penambahan luas lahan terbangun, terjadi juga perubahan fungsi penggunaan lahan. Di dapatkan dari hasil penelitian bahwa hubungan antara kedua variabel tidak ada keeratan karena nilai r yang menjauhi 1. Jadi, semakin bertambah jumlah tenaga kerja maka tidak akan mempengaruhi perubahan fungsi penggunaan lahan. (presentase perubahan lahan)Menurut hasil kuisioner, didapatkan bahwa perubahan fungsi lahan yang terjadi sebesar 61% atau 55 bangunan, sedangkan yang tidak mengalami perubahan hanya sebesar 39% atau 5 bangunan. Untuk perubahan secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel berikut.Perubahan FungsiJumlah

Permukiman menjadi showroom dan permukiman60% atau 35 bangunan

Permukiman menjadi showroom batik11% atau 6 bangunan

Permukiman menjadi produksi batik, showroom dan permukiman11% atau 6 bangunan

Sawah menjadi permukiman9% atau 5 bangunan

Permukiman menjadi produksi batik dan permukiman7% atau 4 bangunan

Sawah menjadi showroom2% atau 1 bangunan

Perubahan fungsi penggunaan lahan mayoritas terjadi secara keseluruhan yaitu 79% dan sebagian/ bagian tertentu sebesar 21%.KESIMPULANSebelum menjadi wisata batik, penggunaan lahan di Desa Trusmi Kulon mayoritas adalah permukiman dan masyarakatnya mayoritas berpencaharian sebagai pengrajin batik. Setelah menjadi wisata batik, mengalami perkembangan dengan muculnya showroom-showroom batik yang awalnya hanya berjumlah 2, saat ini sudah mencapai 45 unit. Showroom tersebut awalnya berfungsi sebagai tempat tinggal namun kemudian berubah menjadi perdagangan batik karena meningkatnya perekonomian di Desa tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa trend saat ini yang terjadi adalah adanya perubahan fungsi penggunaan lahan yang dapat dilihat dari hasil kuisioner. Dapat dibuktikan bahwa perubahan fungsi penggunaan lahan mayoritas terjadi pada permukiman menjadi showroom dan permukiman sebesar 60% atau 33 bangunan. Selain itu juga penambahan luas lahan terbangun yang dibuktikan dengan kuisioner dengan hasil 71% atau 1421m2 mengalami penambahan luas lahan terbangun. Hal itu juga diikuti dengan penambahan tenaga kerja sebanyak 312 orang dengan kebutuhan akan tempat untuk 1 orang pekerja yaitu 4,55m2.Penambahan luas lahan terbangun dan perubahan fungsi penggunaan lahan yang terjadi di Desa Trusmi Kulon ini dikarenakan adanya penambahan tenaga kerja dengan kebutuhan ruang yang sangat besar yaitu 4,55m2. Jika 1 showroom batik membutuhkan 15 tenaga kerja, maka kebutuhan akan ruang mencapai 68,25 m2. Apabila hal ini dibiarkan maka akan menimbulkan permasalahan terkait dengan kebutuhan ruang (spasial). Maka perlu adanya pengaturan penggunaan lahan terkait dengan kebutuhan ruang tenaga kerja, saat ini belum adanya kebijakan yang mengatur hal tersebut.Rekomendasi untuk pemerintah dalam pengaturan penggunaan lahan terkait penambahan tenaga kerja yaitu membuat kebijakan penggunaan lahan terkait dengan kebutuhan ruang ketenagakerjaan. Dalam mengambil keputusan, pemerintah diharapkan dapat mempertahankan dan medorong presentase ruang terbuka, meningkatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan dalam setiap penyelenggaraan pembangunan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.SARAN DAN REKOMENDASIDari hasil review diatas dapat ditarik beberapa saran dan rekomendasi, yaitu: Tujuan dari penelitian ini cukup baik untuk mengetahui perubahan dan penambahan fungsi jalan yang disebabkan oleh aktivitas industri dan perdagangan. Khusunya industri dan perdagangan batik di Desa Trusmi Kulon. Hal ini sangat berguna karena hasil dari penelitian ini nantinya bisa membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah seperti ini. Namun, disisi lain dalam jurnal ini banyak kalimat-kalimat yang sering di ulang dan juga beberapa kalimat yang sedikit susah untuk dipahami. Sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memahami isi dari jurnal ini. Analisa yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif dengan menguji keterkaitan antar variabel untuk melihat keeratannya apakah variabel tersebut saling berpengaruh apa tidak, namun disini penulis tidak menyajikan bagaimana proses perhitungannya sehingga bisa menghasilkan kesimpulan tersebut. Seperti contoh Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara variabel penambahan tenaga kerja dengan penambahan luas lahan terbangun, dengan nilai r3 mendekati 1 (korelasi sempurna) yakni 0,90. Nilai r adalah positif, berarti semakin bertambah jumlah tenaga kerja maka akan semakin bertambah juga luas lahan terbangunnya. Dalam jurnal ini juga penulis kurang menjelaskan bagaimana proses analisa yang dilakukan serta bagaimana tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan sebuauh kesimpulan bahwa variabel tersebut memiliki nilai keeratan dengan variabel yang lain.