tug as sssssssss

16
1. PERISTIWA PERTEMPURAN LIMA HARI Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia diSemarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan!elanda". Pertempuran dimulai pada tanggal 1# $ktober 1%&# (walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas sebelumnya" dan berakhir tanggal '0 $ktober 1%&#. ' hal utama yang menyebabkan pertempuran ini ter adi karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr.)ariadi Kronologi Peristiwa * Masuknya Tentara epang ke Ind!nesia Pada 1 +aret 1%&', tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tu uh hari kemudian, tepatnya, - +aret, pemerintah kolonial !elanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Se ak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang Pr!k"amasi #emerdekaan Ind!nesia dan t!k!$%t!k!$nya Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah di atuhkannya bom atom (oleh merika Serikat" di /iroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu ter adi pada dan % gustus 1%&#. +engisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 1 gustus 1%&#. #a&urnya ta'anan epang 2 /al pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia adalah ketika pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari 3epiring ke !ulu, dan di tengah alan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan )idobutai dibawah pimpinan Jendral Nakamura. )idobutai terkenal sebagai pasukan yang paling berani, dan untuk maksud men4ari perlindungan mereka bergabung bersama pasukan )idobutai di Jatingaleh.

Upload: rio-edogawa

Post on 07-Oct-2015

258 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

1. PERISTIWA PERTEMPURAN LIMA HARIPertempuran 5 HariatauPertempuran 5 Hari di Semarangadalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia diSemarangmelawanTentaraJepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang padamasa transisi(bedakan denganPeristiwa 10 November- perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawansekutudanBelanda).Pertempuran dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945. 2 hal utama yang menyebabkan pertempuran ini terjadi karena larinya tentaraJepangdan tewasnyadr.Kariadi

Kronologi Peristiwa[

Masuknya Tentara Jepang ke IndonesiaPada1 Maret1942,tentaraJepangmendarat diPulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya,8 Maret, pemerintah kolonialBelandamenyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh JepangProklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokohnyaTiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) diHiroshimadanNagasaki. Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9Agustus1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada17 Agustus1945.

Kaburnya tawanan Jepang]Hal pertama yang menyulut kemarahan para pemudaIndonesiaadalah ketika pemudaIndonesiamemindahkan tawananJepangdari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidobutai dibawah pimpinan Jendral Nakamura. Kidobutai terkenal sebagai pasukan yang paling berani, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung bersama pasukan Kidobutai di Jatingaleh.

Tewasnya Dr. Kariadi[Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depanRS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota SemarangReservoir SirandadiCandilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, (Sekarang menjadi kawasan industri Candi Semarang) waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kotaSemarang. Sebagai kepala RS Purusara (sekarangRumah Sakit Kariadi) Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agardr. Kariadi, KepalaLaboratoriumPurusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang diJalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.Peristiwa Lain]1. Sebelum tanggal 20 Oktober, ada kejadian Gencatan Senjata antara kedua belah pihak, tetapi kendati demikian kejadian ini tidak memadamkan situasi, kejadian diperparah dengan pembunuhan sandera (lihat no. 2)2. Di Pedurungan, orang-orang Semarang, terutama dari Mranggen dan Genuk menjadi satu untuk memindahkan tawanan, yang menjadi sandera. Karena janji Jepang untuk mundur tidak dipenuhi maka 75 sandera itu dibunuh, sehingga perang berlanjut.3. Datangnya pemuda dari luar KotaSemaranguntuk membantu menjadikan Jepang marah4. Radius 10 km dari Tugumuda menjadi medan peperanganTokoh-Tokoh yang terlibatMengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah sbb:1. dr. Kariadidr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.2. Mr. WongsonegoroGubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.3. Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza SidhartaTokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.4. Mayor Kido (Pemimpin Kidobutai)Pimpinan Batalion Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh.5. drg. SoenartiIstri dr. kariadi6. Kasman SingodimejoPerwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.7. Jenderal NakamuraJenderal yang ditangkap oleh TKR di MagelangMonumen Tugu MudaUntuk memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangunTugu Mudasebagai monumen peringatan. Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950. Diresmikan oleh presiden Ir. Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Bangunan ini terletak di kawasan yang banyak merekam peristiwa penting selama lima hari pertempuran di Semarang, yaitu di pertemuan antaraJl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo,danJl. Pandanarandengan lawang sewu. Selain pembangunan Tugu Muda, Namadr. Kariadidiabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di Semarang.

2. Peristiwa 10 November

Pertempuran Surabayamerupakan peristiwasejarahperangantara pihak tentaraIndonesiadan pasukanBelanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal10 November1945diKota Surabaya,Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelahProklamasi Kemerdekaan Indonesiadan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarahRevolusi Nasional Indonesiayang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.[2]

Kronologi penyebab peristiwa

Kedatangan Tentara Jepang ke IndonesiaTanggal1 Maret1942,tentaraJepangmendarat diPulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal8 Maret1942, pemerintah kolonialBelandamenyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkanPerjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tersebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannyabom atom(oleh Amerika Serikat) diHiroshimadanNagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulanAgustus1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut,Soekarnokemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal17 Agustus1945.Kedatangan Tentara Inggris & Belanda[Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal15 September1945, tentaraInggrismendarat diJakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal25 Oktober1945. TentaraInggrisdatang ke Indonesia tergabung dalamAFNEI(Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas namaBlok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahanHindia Belanda.NICA(Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, SurabayaArtikel utama untuk bagian ini adalah:Insiden Hotel YamatoHotel Oranye di Surabaya tahun 1911.Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal31 Agustus1945yang menetapkan bahwa mulai1 September1945bendera nasionalSang Saka Merah Putihdikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera diYamato Hoteru/Hotel Yamato(bernamaOranje HotelatauHotel Oranyepada zaman kolonial, sekarang bernamaHotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr.W.V.Ch. Ploegmanpada sore hari tanggal18 September1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkanbendera Belanda(Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel YamatoTak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, ResidenSoedirman, pejuang dandiplomatyang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintahDai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkanpistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersamaKoesno Wibowoberhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagianbirunya, dan mengereknya ke puncaktiang benderakembali sebagai bendera Merah Putih.Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal27 Oktober1945meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya JenderalD.C. Hawthornmeminta bantuan PresidenSukarnountuk meredakan situasi.

Kematian Brigadir Jenderal MallabyArtikel utama untuk bagian ini adalah:Aubertin MallabyBrigadir Jenderal Aubertin MallabySetelahgencatan senjataantara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal29 Oktober1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir JenderalMallaby, (pimpinan tentara Inggris untukJawa Timur), pada30 Oktober1945sekitar pukul 20.30. MobilBuickyang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewatiJembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakanpistolseorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakangranatyang menyebabkanjenazahMallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby,Mayor JenderalEric Carden Robert Manserghuntuk mengeluarkan ultimatum10 November1945untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.Perdebatan tentang pihak penyebab baku tembak

MobilBuickBrigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio danJembatan MerahSurabayaTom Driberg, seorang AnggotaParlemen InggrisdariPartai Buruh Inggris(Labour Party). Pada20 Februari1946, dalam perdebatan diParlemen Inggris(House of Commons) meragukan bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dantelekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg:"... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan duasenapan Brendan massa bubar dan lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby). Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan ... "[4]10 November 1945Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.Inggris kemudian membombardir kota Surabaya denganmeriamdarilautdandarat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.

Bung TomodiSurabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalamRevolusi Nasional Indonesiamewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu.[5]Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor mudaBung Tomoyang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalanganulamaserta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH.Hasyim Asy'ari,KH. Wahab Hasbullahserta kyai-kyaipesantrenlainnya juga mengerahkansantri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya.[2]. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara.[3]Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagaiHari PahlawanolehRepublik Indonesiahingga sekarang.

3. Palagan AmbarawaPalagan Ambarawaadalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadapSekutuyang terjadi diAmbarawa, sebelah selatanSemarang,Jawa Tengah.

Kronologi peristiwaPada tanggal20 Oktober1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi olehNICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa TengahMr Wongsonegoromenyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai diAmbarawadan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kotaMagelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucutiTentara Keamanan Rakyatdan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol.M. Sarbinimembalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan PresidenSoekarnoyang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinanOni Sastrodihardjoyang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon ISoerjosoempenodi Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol.Isdimanberusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol.Soedirmanmerasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dariYogyakarta,Solo, Salatiga,Purwokerto, Magelang,Semarang, dan lain-lain.Tanggal23 November1945ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon.Imam Adrongi, Yon.Soehartodan Yon.Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

Pertempuran di AmbarawaPada tanggal11 Desember1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal12 Desember1945jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelarsupit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal15 Desember1945pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannyaMonumen Palagan Ambarawadan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

4.Pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Areaadalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi diMedan,Sumatera Utara.Kronologi Peristiwa[sunting|sunting sumber]Tanggal27 Agustus1945rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr.Teuku Mohammad Hassansebagai Gubernur Sumatera. Menanggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinanAchmad Tahirmembentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kotaMedanterjadi pada tanggal9 Oktober1945dibawah pimpinanT.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris) ini diikuti oleh pasukan sekutu danNICAyang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan NICA ternyata memancing berbagai insiden.Sebuah insiden terjadi di hotel jalan bali, medan pada tanggal 13 oktober 1945, saat itu seorang penghuni hotel(pasukan NICA)merampas dan menginjak injak lencana merah putih yang dipakai pemuda indonesia hal ini mengundang kemarahan pemuda indonesia. Pada tanggal13 Oktober1945 barisan pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang.Inggrismengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal1 Desember1945, Sekutu memasang papan yang tertuliskan "Fixed Boundaries Medan Area" (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran kota Medan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal10 Desember1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Pada bulanApril1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. untuk sementara waktu Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan keSiantar, sementara itu perlawanan para laskar pemuda dipindahkan keluar kota medan,perlawanan terhadap sekutu semakin sengit pada tanggal 10 Agustus 1946 di tebing Tinggi diadakan pertemuan diantara para Komandan pasukan yang berjuang di Medan Area dan memutuskan dibentuk nya satu komando yang bernama komando resimen laskar rakyat untuk memperkuat perlawanan di kota medan, setelah pertemuan para komando itu pada tanggal 19 Agustus 1946 di Kabanjahe telah terbentuk barisan pemuda indonesia (BPI)dan berganti nama menjadi Komando resimen laskar Rakyat cabang Tanah Karo, dipimpin oleh Matang Sitepu. Sebagai ketua umum dibantu oleh Tama Ginting, Payung Bangun, Selamat Ginting,Rakutta Sembiring, R.M. Pandia, dari N.V mas Persada Koran Karo-karo dan Keterangan Sebayang. Di dalam Barisan laskar rakyat ini semua potensi pimpinan pemuda dengan berisan-barisan perjuangannya, dirangkul, bergabung ke dalam Barisan Pemuda Indonesia termasuk bekas Gyugun atau Haiho seperti: Djamin Ginting, Nelang Sembiring, Bom Ginting. Sedangkan dari Talapeta: Payung Bangun, Gandil Bangun, Meriam Ginting, Tampe Malem Sinulingga. Dari N.V. mas Persada: Koran Karo-karo . Dari Pusera Medan: Selamat Ginting, Rakutta Sembiring dan tampak sebayang. Demikian pula dari potensi-potensi pemuda lain seperti: Tama Ginting, Matang Sitepu. Dalam proses sejarah selanjutnya, komando laskar rakyat kemudian berubah menjadi BKR (Badan Keselamatan Rakyat) yang merupakan tentara resmi pemerintah dimana Djamin Gintings ditetapkan sebagai komandan pasukan teras bersama-sama Nelang Sembiring dan Bom Ginting yang anggotanya antara lain Selamat Gintings, Nahud Bangun, Rimrim Ginting, Kapiten Purba, Tampak Sebayang dan lain-lain. Pada umumnya yang menjadi anggota BKR ini adalah para bekas anggota Gyugun atau Heiho dan berisan-barisan bentukan Jepang. Djamin Ginting.S bekas komandan pleton Gyugun ditunjuk menjadi Komandan Batalyon BKR Tanah Karo. Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulanAgustus1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen ini terus mengadakan serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakyat terhadapJepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lain diberastagi,Padang,Bukit TinggidanAceh.

5. Pembantaian Rawagede(Kerawamg-Bekasi)

Pembantaian Rawagedeadalah peristiwa pembantaian penduduk Kampung Rawagede (sekarang terletak di DesaBalongsari, Rawamerta, Karawang), di antaraKarawangdanBekasi, oleh tentara Belanda pada tanggal9 Desember1947sewaktu melancarkanagresi militer pertama. Sejumlah 431 penduduk menjadi korban pembantaian ini.Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang. Pertempuran kemudian berkobar di daerah antara Karawang dan Bekasi, mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa dari kalangan sipil. Pada tanggal4 Oktober1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan. Dalam peristiwa ini 35 orang penduduk Rawagede dibunuh tanpa alasan jelas. Peristiwa dikira menjadi inspirasi dari sajak terkenalChairil AnwarberjudulAntara Karawang dan Bekasi, namun ternyata dugaan tersebut tidak terbukti.Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan pemerintah Belanda harus bertanggung jawab dan membayar kompensasi bagi korban dan keluarganya[1].

Jalannya peristiwaDi Jawa Barat, sebelumPerjanjian Renvilleditandatangani, tentara Belanda dari Divisi 1 yang juga dikenal sebagai Divisi 7 Desember melancarkan pembersihan unit pasukanTNIdan laskar-laskar Indonesia yang masih mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Pasukan Belanda yang ikut ambil bagian dalam operasi di daerah Karawang adalah Detasemen 3-9 RI, pasukan para (1e para compagnie) dan12 Genie veld compagnie, yaitu brigade cadangan dari pasukan para dan DST (Depot Speciaale Troepen).Sekitar 130.000 tentara Belanda dikirim ke bekas Hindia Belanda, sekarangIndonesia.Dalam operasinya di daerahKarawang, tentara Belanda memburu KaptenLukas Kustaryo, komandan kompi Siliwangi - kemudian menjadi Komandan Batalyon Tajimalela/Brigade IIDivisi Siliwangi- yang berkali-kali berhasil menyerang patroli dan pos-pos militer Belanda. Di wilayah Rawagede juga berkeliaran berbagai laskar, bukan hanya pejuang Indonesia namun juga gerombolan pengacau dan perampok.Pada9 Desember1947, sehari setelah perundingan Renville dimulai, tentara Belanda di bawah pimpinan seorang mayor mengepung Dusun Rawagede dan menggeledah setiap rumah. Namun mereka tidak menemukan sepucuk senjata pun. Mereka kemudian memaksa seluruh penduduk keluar rumah masing-masing dan mengumpulkan di tempat yang lapang. Penduduk laki-laki diperintahkan untuk berdiri berjejer, kemudian mereka ditanya tentang keberadaan para pejuang Republik. Namun tidak satu pun rakyat yang mengatakan tempat persembunyian para pejuang tersebut.Pemimpin tentara Belanda kemudian memerintahkan untuk menembak mati semua penduduk laki-laki, termasuk para remaja belasan tahun. Beberapa orang berhasil melarikan diri ke hutan, walaupun terluka kena tembakan. Saih, kini berusia 83 tahun menuturkan bahwa dia bersama ayah dan para tetangganya sekitar 20 orang jumlahnya disuruh berdiri berjejer. Ketika tentara Belanda memberondong dengansenapan mesinistilah penduduk setempat: "didrdt"- ayahnya yang berdiri di sampingnya tewas kena tembakan, dia juga jatuh kena tembak di tangan, namun dia pura-pura mati. Ketika ada kesempatan, dia segera melarikan diri.Hari itu tentara Belanda membantai 431 penduduk Rawagede. Tanpa ada pengadilan, tuntutan ataupun pembelaan. Seperti diSulawesi Selatan, tentara Belanda di Rawagede juga melakukaneksekusi di tempat(standrechtelijke excecuties), sebuah tindakan yang jelas merupakan kejahatan perang. Diperkirakan korban pembantaian lebih dari 431 jiwa, karena banyak yang hanyut dibawa sungai yang banjir karena hujan deras.Seorang veteran tentara Belanda yang tidak mau disebutkan namanya dari desaWamel, sebuah desa di propinsi Gerderland, Belanda Timur mengirim surat kebata korban perang sebagai berikut: Dari arah Rawa Gedeh tentara Belanda ditembaki. Maka diputuskanlah untuk menghajar desa ini untuk dijadikan pelajaran bagi desa-desa lain.Saat malam hari Rawa Gedeh dikepung. Mereka yang mencoba meninggalkan desa, dibunuh tanpabunyi(diserang, ditekan ke dalam air sampai tenggelam; kepala mereka dihantam dengan popor senjata dll)Jam setengah enam pagi, ketika mulai siang, desa ditembaki dengan mortir. Pria, wanita dan anak-anak yang mau melarikan diri dinyatakan patut dibunuh: semuanya ditembak mati. Setelah desa dibakar, tentara Belanda menduduki wilayah itu. Penduduk desa yang tersisa lalu dikumpulkan, jongkok, dengan tangan melipat di belakang leher. Hanya sedikit yang tersisa. Belanda menganggap Rawa Gedeh telah menerima pelajarannya.Semua lelaki ditembak mati oleh pasukan yang dinamai Angkatan Darat Kerajaan. Semua perempuan ditembak mati, padahalBelandanegara demokratis. Semua anak ditembak mati.Desa Wamel pada tanggal 20 September 1944 diserbu tentara Jerman. 14 warga sipil tewas dibunuh secara keji oleh tentara Jerman. Nampaknya dari peristiwa Wamel ini, sang veteran menulis surat penyesalan tersebut.Hujan yang mengguyur mengakibatkan genangan darah membasahi desa tersebut. Yang tersisa hanya wanita dan anak-anak. Keesokan harinya, setelah tentara Belanda meninggalkan desa tersebut, para wanita menguburkan mayat-mayat dengan peralatan seadanya. Seorang ibu menguburkan suami dan dua orang putranya yang berusia 12 dan 15 tahun. Mereka tidak dapat menggali lubang terlalu dalam, hanya sekitar 50 cm saja. Untuk pemakaman secara Islam, yaitu jenazah ditutup dengan potongan kayu, mereka terpaksa menggunakan daun pintu, dan kemudian diurug tanah seadanya, sehingga bau mayat masih tercium selama berhari-hari.Kejahatan perangPimpinan Republik kemudian mengadukan peristiwa pembantaian ini kepada Committee of Good Offices for Indonesia (Komisi Jasa Baik untuk Indonesia) dari PBB. Namun tindakan Komisi ini hanya sebatas pada kritik terhadap aksi militer tersebut yang mereka sebut sebagai deliberate and ruthless, tanpa ada sanksi yang tegas atas pelanggaran HAM, apalagi untuk memandang pembantaian rakyat yang tak bedosa sebagai kejahatan perang (war crimes).Tahun 1969 atas desakan Parlemen Belanda, Pemerintah Belanda membentuk tim untuk meneliti kasus-kasus pelanggaran/penyimpangan yang dilakukan oleh tentara tentara kerajaan Belanda (KL, Koninklijke Landmacht dan KNIL, Koninklijke Nederlands-Indische Leger) antara tahun 1945 1950. Hasil penelitian disusun dalam laporan berjudul Nota betreffende het archievenonderzoek naar gegevens omtrent excessen in Indonesi begaan door Nederlandse militairen in de periode 1945-1950, disingkat menjadi De Excessennota. Laporan resmi ini disampaikan oleh Perdana Menteri de Jong pada 2 Juni 1969. Pada bulan Januari 1995 laporan tersebut diterbitkan menjadi buku dengan format besar (A-3) setebal 282 halaman. Di dalamnya terdapat sekitar 140 kasus pelanggaran/ penyimpangan yang dilakukan oleh tentara Belanda. Dalam laporan De Excessen Nota yang hampir 50 tahun setelah agresi militer mereka- tercatat bahwa yang dibantai oleh tentara Belanda di Rawagede hanya sekitar 150 jiwa. Juga dilaporkan, bahwa Mayor yang bertanggungjawab atas pembantaian tersebut, demi kepentingan yang lebih tinggi, tidak dituntut ke pengadilan militer.Di Belanda sendiri, beberapa kalangan dengan tegas menyebutkan, bahwa yang dilakukan oleh tentara Belanda pada waktu itu adalah kejahatan perang (oorlogs-misdaden) dan hingga sekarang masih tetap menjadi bahan pembicaraan, bahkan film dokumenter mengenai pembantaian di Rawagede ditunjukkan di Australia. Anehnya, di Indonesia sendiri film dokumenter ini belum pernah ditunjukkan.Pembantaian di Sulawesi Selatan dan di Rawagede serta berbagai pelanggaran HAM berat lain, hanya sebagian kecil bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Belanda, dalam upaya Belanda untuk menjajah kembali bangsa Indonesia, setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.Namun hingga kini, Pemerintah Belanda tetap tidak mau mengakui kemerdekaan RI adalah 17.8.1945. Pemerintah Belanda tetap menyatakan, bahwa pengakuan kemerdekaan RI telah diberikan pada 27 Desember 1949, dan hanya menerima 17.8.1945 secara politis dan moral de facto- dan tidak secara yuridis de jure- sebagaimana disampaikan oleh Menlu Belanda Ben Bot di Jakarta pada 16 Agustus 2005.Tuntutan kepada pemerintah Belanda pertama kali disampaikan oleh Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia [KNPMBI]. [petisi . KNPMBI didirkan pada 9 Maret 2002.Karena lingkup kegiatan KNPMBI sangat luas, maka khusus untuk menangani hal-hal yang sehubungan dengan Belanda, Ketua Umum KNPMBI, Batara R. Hutagalug bersama aktifis KNPMBI pada 5 Mei 2005 bertempat di gedung Joang '45, mendirikan Komite Utang Kehormatan Belanda [KUKB].[Lihathttp://batarahutagalung.blogspot.com/2011/11/rawagede-perjuangan-knpmbi-dan-kukb.html] Pada 15 Desember 2005, Batara R. Hutagalung, Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda dan Laksamana Pertama TNI (Purn.) Mulyo Wibisono, Ketua Dewan Penasihat KUKB bersama aktivis KUKB di Belanda diterima oleh Bert Koenders, juru bicara Fraksi Partij van de Arbeit (PvdA) di gedung parlemen Belanda di Den Haag.[1]Dalam kunjungannya ke Belanda, pada 18 Desember 2005, Ketua KUKB Batara R. Hutagalung meresmikan KUKB Cabang Belanda dan mengangkat Jeffry Pondaag sebagai Ketua KUKB Cabang Belanda, serta Charles Suryandi sebagai sekretaris. KUKB di Belanda membentuk badan hukum baru, yayasan K.U.K.B. Anggota Dewan Penasihat KUKB, Abdul Irsan SH., yang juga mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, memberi sumbangan untuk biaya pendirian yayasan, dan untuk membayar pengacara di Belanda yang akan mewakili tuntutan para janda korban di Rawagede. Belakangan, KUKB dan Yayasan KUKB pecah.Yayasan KUKB bersama para janda, penyintas (survivor), dan saksi korban pembantaian di Rawagede menuntut kompensasi dari Pemerintah Belanda. Liesbeth Zegveld dari biro hukum Bohler menjadi pengacara mereka.Pada 15 Agustus 2006, 15 Agustus 2007 dan 15 Agustus 2008 KUKB pimpinan Batara R. Hutagalung bersama beberapa janda dan korban yang selamat dari pembantaian di Rawagede melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Belanda di Jakarta, dan setiap kali menyampaikan lagi tuntutan kepada Pemerintah Belanda.Parlemen Belanda cukup responsif dan cukup terbuka mengenai pelanggaran HAM yang telah dilakukan oleh tentara Belanda antara 1945 1950, walaupun kemudian belum ada sanksi atau tindakan hukum selanjutnya. Juga tidak pernah dibahas, mengenai kompensasi bagi para korban dan keluarga korban yang tewas dalam pembantaian akibat agresi militer, yang baru pada 16.8.2005 diakui oleh Menlu Belanda, bahwa agresi militer tersebut telah menempatkan Belanda pada sisi sejarah yang salah.Pemeriksaan PengadilanTujuh janda korban pembantaian, satu anak perempuan korban, dan seorang lelaki penyintas (survivor) lantas menggugat pemerintah Belanda atas kejadian pada tahun 1947 itu. Jaksa pemerintah Belanda berpendapat tuntutan mereka kadaluwarsa.Namun, pengadilan Den Haag pada 14 September 2012 menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab. Pemerintah Belanda diperintahkan membayar kompensasi bagi korban dan keluarganya. kompensasi berupa sejumlah uang masing-masing 1 miliar rupiah.