transportasi sumatera

39
POLA JARINGAN TRANSPORTASI PULAU SUMATERA Disusun oleh: Dyah Pratita Sari Oky Pratama Safira Timami Sindi Lovania Putri Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Depok 2015

Upload: oky-pratama

Post on 09-Jul-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

transportasi dan aksesibilitas

TRANSCRIPT

Page 1: transportasi sumatera

POLA JARINGAN TRANSPORTASI PULAU SUMATERA

Disusun oleh:

Dyah Pratita Sari

Oky Pratama

Safira Timami

Sindi Lovania Putri

Departemen Geografi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

Depok 2015

Page 2: transportasi sumatera

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-

Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Geografi Transportasi ini dengan baik.

Laporan ini membahas mengenai hasil analisis keruangan dan transportasi tentang “Pola

Jaringan Transportasi di Pulau Sumatera”.

Dalam laporan ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen dan asisten dosen yang telah

banyak membantu peneliti, baik pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan ini.

Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu peneliti.

Peneliti berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan para pembaca. Peneliti menyadari bahwa di dalam laporan ini terdapat banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

laporan yang telah peneliti buat. Peneliti memohon maaf jika terdapat kesalahan-kesalahan

penelitian yang terjadi di dalam penelitian laporan ini/

Depok, Maret 2016

Kelompok 4

Page 3: transportasi sumatera

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................... 4

1.2 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................................................... 4

1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................................................................. 5

BAB II ............................................................................................................................................................. 6

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 6

2.1 Transportasi ........................................................................................................................................ 6

2.2 Komponen Dalam Transportasi ........................................................................................................ 10

2.3 Pemilihan Lokasi Secara Geografis Dalam Transportasi ................................................................... 11

2.4 Typology dan Topology jaringan ....................................................................................................... 11

2.5 Hambatan Fisik Transportasi............................................................................................................. 12

2.6 Organisasi Spasial .............................................................................................................................. 13

BAB III .......................................................................................................................................................... 15

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 15

3.1 Pola Jaringan Transportasi Darat Antar Pulau Sumatera .................................................................. 15

3.2 Pola Jaringan Transportasi Laut Antar Pulau Sumatera .................................................................... 17

3.3 Pola Jaringan Transportasi Udara Antar Pulau Sumatera ................................................................. 19

3.4 Kajian Core dan Poles ........................................................................................................................ 26

3.5 Topologi Jaringan Transportasi di Pulau Sumatera ........................................................................... 29

3.6 Kajian Integrasi Pulau Sumatera dan Pulau di Sekitarnya ................................................................ 31

3.7 Kajian “Transpor supplay and demand” ........................................................................................... 35

BAB 4 ........................................................................................................................................................... 38

PENUTUP ..................................................................................................................................................... 38

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 39

Page 4: transportasi sumatera

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Sumatera merupakan salah satu kepulauan terbesar yang ada di Indonesia. Dengan

jumlah penduduk yang tinggi dan kegiatan perekonomian yang tinggi, menjadikan Pulau ini

salah satu pulau yang banyak di kunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional.

Beberapa jalur utama untuk masuk ke Pulau Sumatera adalah melalui Provinsi Lampung yang

terletak paling Selatan di Pulau Sumatera. Jalur masuknya Pulau Sumatera ini melalui Pelabuhan

Penyeberangan Bakauheni. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang sangat aktif dalam

penyeberangan dan keluar masuknya masyarakat yang ingin masuk dan meninggalkan pulau ini.

Kemudian dilanjutkan kembali untuk melalui perjalanan darat menuju wilayah tujuan masing-

masing.

Kemudian, jalur lain untuk masuk menuju Pulau Sumatera yaitu dengan menggunakan

transportasi udara. Dengan transportasi ini, jalur penghubung utama yaitu melalui Bandar udara

yang berada di setiap Provinsi di Pulau Sumatera. Setiap Provinsi di Pulau Sumatera memiliki

Bandar udara masing-masing, tetapi dalam hal penghubung di Pulau Sumatera yaitu Bandar

udara Polonia dan Kualanamu. Penghubung terbesar di Pulau Sumatera yaitu Bandar udara yang

terletak di Provinsi Sumatera Utara. ( Cari data yang menjelaskan adanya perpindahan dan

kontak antara masyarakat dari pulau lain terhadap pulau sumatera).

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi transportasi udara, laut dan darat yang ada di Pulau Sumatera ?

2. Apa saja Hub yang ada di Pulau Sumatera ?

3. Bagaimana pola transportasi di Pulau Sumatera ?

4. Bagaimana keterkaitan interaksi antar masyarakat di Pulau Sumatera terhadap masuknya

masyarakat luar Pulau Sumatera ?

Page 5: transportasi sumatera

5

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui pola transportasi di

Pulau Sumatera. Sehingga dapat menganalisis kesesuaian jaringan transportasi di pulau

Sumatera. Selain itu, untuk melihat adanya interaksi antara Pulau Sumatera dengan Pulau-pulau

disekitarnya.

Page 6: transportasi sumatera

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transportasi

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan

pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian. Ada beberapa jalur

transportasi, yaitu jalur transportasi darat, laut dan udara. Bandar udara adalah kawasan di

daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat

udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat

perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan

keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara

dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan

ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan

intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

Dalam sistem transportasi udara terdapat dua aspek penting dalam penentu

keberhasilannya, yaitu pertama berupa ketersediaan prasarana (infrastruktur) penerbangan.

Prasarana transportasi udara sendiri secara konsep dibedakan menjadi dua yaitu prasarana di

darat berupa lapangan udara (airport/bandar udara) baik perintis maupun pengembangan. Dalam

lapangan udara harus tersedia fasilitas pergerakan pesawat di darat berupa landas pacu (runway),

jalur penghubung dengan terminal (taxiway), tempat parkir pesawat (apron) dan fasilitas

pelengkap lainnya. Aspek kedua adalah ketersediaan sarana (aircraft/pesawat udara) dalam

kerangka pengembangan sarana angkutan udara berupa kapasitas angkut dan kemampuan teknis

atau teknologi sarana. Terminologi yang digunakan dalam penyajian data angkutan udara adalah

jadwal penerbangan, aircraft-km (jarak penerbangan pada periode waktu tertentu), performed

seat-km (tempat duduk dikali jarak penerbangan), dan permormed total-km (jumlah perkalian

berat barang dengan jarak tiap-tiap penerbangan).

Bandara berperan sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan

pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan

Page 7: transportasi sumatera

7

pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang

menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian. Selain itu juga berperan sebagai

pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata dalam

menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan

lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada

wilayah di sekitamya.

Penyediaan fasilitas yang mendukung pergerakan yang cepat, aman, nyaman dan sesuai

dengan kebutuhan akan kapasitas angkut menyesuaikan dengan jenis moda yang digunakan.

Semakin banyak permintaan akan kebutuhan transportasi yang semakin banyak, sehingga dibuat

jalur-jalur transportasi yang cepat, aman, nyaman dan sesuai kebutuhan. Apalagi jika ditambah

tempat tujuan yang jaraknya jauh seperti antar pulau. Pulau sumatera merupakan salah satu pulau

besar di Indonesia dengan karakteristik wilayah yang beragam. Hal ini menyebabkan variasi

antar daerah dan pengembangan potensi daerah yang beragam pula. Jika ditinjau dalam kajian

transportasi, maka menjadi perhatian penting yaitu bagaimana bentuk integrasi antar transportasi

(tipologi transportasi) dan bagaimana keterkaitan antar daerah yang akan berimplikasi terhadap

karakteristik trasportasi di Sumatera.

Pulau sumatera terdiri atas 8 provinsi dengan karakteristik antar provinsi yang beragam.

Mulai dari lampung sebagai pintu gerbang utama hingga aceh. Pada dasarnya, terjadi mobilisasi

baik itu manusia atau barang dapat mencerminkan bagaimana potensi dari daerah tersebut dan

bagaimana bentuk keterikatan suatu daerah dengan daerah lainnya. Maka dalam kajian awal akan

dijelaskan bentuk perkembangan tiap provinsi dan apa implikasi terhadap sistem transportasi

yang ada.

Untuk melihat potensi ekonomi dari setiap daerah, kami menggunakan angka Produk

domestik regional bruto (PDRB) guna memperlihatkan bagaimana potensi dari suatu daerah.

Pada tabel 1 dicatumkan PDRB tiap-tiap provinsi di pulau sumatera

NO Provinsi PDRB (Miliar)

1 Aceh 130 448.24

2 Sumatera Utara 523 771.57

3 Sumatera Barat 167 039.89

Page 8: transportasi sumatera

8

4 Riau 679 692.18

5 Jambi 153 857.14

6 Sumatera Selatan 308 406.84

7 Bengkulu 45 235.08

8 Lampung 231 008.43

Tabel 1. PDRB Provinsi di Pulau Sumatera

Kita melihat bahwa setiap provinsi di sumatera memiliki PDRB yang bervariasi, provinsi

Riau dan Sumtera Utara menjadi provinsi dengan PDRB yang besar jika dibandingkan dengan

provinsi lainnya. Jika kita menghubungkan dengan transportasi, maka intensitas transportasi di

provinsi dengan PDRB tinggi cenderung lebih kompleks dan harus mampu mengakomodasi

aktivitas ekonomi yang ada.

Jika kita memperhatikan pola jaringan jalan yang ada di sumatera, maka kita akan

mendapati pola jaringan yang membagi menjadi 3 cabang jalan. Cabang pertama dinamakan

jalan lintas timur sumatera, dimana dimulai dari Lampung, Palembang, Jambi, Pekanbaru,

Medan dan berakhir di Banda Aceh. Cabang selanjutnya adalah jalan lintas tengah yang

menghubungkan Lampung, Provinsi Sumsel, Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara

dan berakhir di Aceh. Untuk cabang ketiga adalah jalan lintas barat yang melalui provinsi

Bengkulu, namun untuk jalan lintas barat tidak terlalu berkembang seperti jalan lintas lainnya.

Jalan lintas timur dan dapat dijelaskan dalam peta pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Peta Jalur Transportasi Pulau Sumatera

Jalan yang berwarna biru menunjukan jalan lintas tengah sedangkan merah merupakan

jalan lintas timur. Jalan lintas tersebut bermula dari provinsi Lampung yang menjadi pintu utama

Page 9: transportasi sumatera

9

untuk masuk ke Pulau sumatera. Jalan lintas tersebut bertemu kembali di kota medan sebagai

salah satu pusat ( Hub) di pulau sumatera.

Jika kita kembali mengkaitkan dengan potensi daerah, maka jalan lintas Sumatera

memegang peran penting dalam membentuk konektivitas daerah-daerah di Pulau Sumatera

dengan pulau-pulau lainnya. Dalam hal ini jika kita melihat pada tinjauan transportasi darat maka

peran provinsi lampung menjadi kunci utama dari terbentuknya konektivitas jaringan jalan yang

baik. Pulau sumatera dalam hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu lumbung bahan makanan

pokok, terutama untuk daerah pulau jawa dan sekitarnya, sehingga diperlukan suatu sistem

transportasi yang efisien untuk mengakomodir pergerakan yang ada.

Untuk menentukan daerah mana yang menjadi HUB dan SPOKE di pulau sumatera,

maka kita akan meninjau kembali kepada potennsi daerah. Karena sesuai dengan teori mengenai

pendulum transportasi, dimana setiap daerah memiliki daya tarik yang berbeda dengan daerah

lainnya, sehingga semakin besar daya tarik tersebut maka intensitas pergerakan di daerah

tersebut menjadi semakin tinggi. Karena ada alasan yang jelas mengapa pergerakan itu terjadi.

Apakah bertujuan untuk menyuplai barang yang ada ataupun dalam hal pergerakan manusia.

Untuk menjadi daerah HUB pada jaringan tranportasi darat, maka daerah seperti Kota

medan dan Bandar Lampung dan Palembang menjadi HUB yang memiliki daya tarik tersendiri.

Kota medan berkembang menjadi HUB karena potensi daerah yang dimiliki sangat besar.

Sehingga potensi tersebut dapat diiringi dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai.

Pada dasarnya sistem transportasi yang ideal adalah sistem transportasi yang memiliki kapasitas

yang tidak terbatas, dengan ketersediaan kapan saja. Proses transportasi muncul karena adanya

perbedaan potensi ekonomi pada tiap-tiap daerah. Sehingga perlu adanya hubungan saling

melengkapi antar daerah di permukaan bumi.

Tujuan dari transportasi pada intinya untuk memindahkan atribut di muka bumi. Atribut

tersebut dapat berupa manusia/makhluk hidup, barang ataupun informasi. Namun yang menjadi

ukuran yaitu terdapatnya penambahan nilai atau values yang mengikuti proses perpindahan

tersebut. Sehingga nilai dari atribut yang dipindahkan dapat bertambah pada tempat yang baru.

Dalam membahas masalah transportasi, kita mengenal istilah transportability, dimana

istilah tersebut merujuk pada tingkat kemudahan dari proses transportasi yang terjadi. Hal ini

dapat berkaitan dengan bagaimana biaya yang harus dikeluarkan dalam proses transportasi

ataupun bagaimana keadaan politik dalam mengakomodir proses transportasi antar negara.

Page 10: transportasi sumatera

10

2.2 Komponen Dalam Transportasi

Dalam terselenggaranya proses transportasi, maka ada beberapa komponen yang

mempengaruhi tingkat kemudahan dari proses trasnportasi tersebut. Ini disebut komponen-

komponen dalam transportasi, dimana komponen tersebut akan saling melengkapi satu dengan

yang lain.

Gambar 2.2 Komponen Transportasi

Pada gambar diatas dapat dilihat beberapa komponen dari transportasi. Disaat kita

berbicara mengenai lokasi, maka pokok pembahasan merujuk pada konfigurasi spasial dari suatu

daerah. Konfigurasi tersebut nantinya akan mempengaruhi demand dari suatu daerah terhadap

barang-barang tertentu. Sehingga nantinya akan terbentuk daerah surplus dan defisit dari suatu

barang.

Flows merujuk pada tingkat trafik yang terjadi pada sistem jaringan transportasi yang

ada. Sehingga berapa jumlah pergerakan dan volume pergerakan pada suatu sistem jaringan

transportasi dapat dijelaskan melalui konsep flow tersebut. Selain bentuk gangguan yang

mempengaruhi proses pergerakan juga dapat dikategorikan sebagai flow, dimana pengaruh

faktor jarak, keadaan jalan menjadi sangat mempengaruhi proses pergerakan.

Komponen ketiga adalah terminal, dimana terminal dapat dijelaskan sebagai salah satu

fasilitas yang mengakomodir pergerakan yang terjadi. Bagaimana nantinya kapasitas dari

terminal sangat mempengaruhi bentuk inegrasi antar wilayah yang ada.

Page 11: transportasi sumatera

11

2.3 Pemilihan Lokasi Secara Geografis Dalam Transportasi

LOKASI

Lokasi merujuk pada keunikan karakteristik tiap-tiap daerah di muka bumi. Kita sama-

sama sepakat bahwa setiap daerah dimuka bumi memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga

hal tersebut memepangaruhi supplay dan demand yang ada di suatu daerah. Maka dari perbedaan

tersebut akan memicu terjadinya proses transportasi.

COMPLEMENTARY

Complementary merujuk pada bentuk hubungan antar daerah. Dimana suatu daerah harus

memiliki surplus terhadap suatu produk tertentu dan daerah lain mengalami defisit. Sehingga

proses transportasi dapat terjadi.

SCALE

Skala yang dimaksud adalah luas cakupan dari proses transportasi yang terjadi. Apakah

pada tingkatan lokal, nasional, regional atau global. Hal ini sangat dipengaruhi oleh barier yang

ada. Apakah itu barier fisik maupun politik.

2.4 Typology dan Topology jaringan

Pada setiap jaringan transportasi yang ada, selalu mencerminkan tingkat konektivitas

antar sarana transportasi, maka dalam prakteknya tingkat konektivitas dari jaringan transportasi

sering disebut sebagai topologi jaringan transportasi. Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar di

bawah ini

Gambar 2.3 Typology dan Topology Jaringan

Page 12: transportasi sumatera

12

Pada sistem jaringan yang berbeda akan mempengaruhi tingkat kapasitas pergerekan

yang terjadi. Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa bentuk jaringan yang belum terintegrasi

memiliki pergerakan (Flow) yang lebih kecil jika kita bandingkan setelah terjadinya integrasi.

Sedangkan bentuk Tipologi transportasi dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini

Gambar 2.4 Tipologi Transportasi

2.5 Hambatan Fisik Transportasi

TOPOGRAFI

Bentuk topografi dari suatu daerah sangat mempengaruhi proses transportasi yang terjadi.

Daerah pegunungan dan lembah/dataran rendah memiliki tingkat potensi pengembangan sarana

transportasi yang berbeda. Sebagai contoh daerah papua memiliki topografi bergunung dan

berbukit sehingga pengembangan sarana transportasi di sana menjadi sangat sulit. Hingga

sekarang kita masih menemukan banyak daerah yang terisolir. Contoh lainnya adalah daerah

Page 13: transportasi sumatera

13

Pantai Utara Jawa dan Selatan yang memiliki tingkat aksesibilitas berbeda karena disebabkan

oleh topografi wilayah.

HIDROGRAFI

Beberapa daerah masih menjadikan sungai/aliran sungai sebagai salah satu sarana

transportasi utama, terutama pada daerah-daerah yang dilalui oleh sungai-sungai besar. Bentuk

transportasi tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan hidrogeografi daerah tersebut, dengan

debit dari air sungai mempengaruhi pergerakan yang terjadi di daerah tersebut. Selain itu bentuk

pengembangan transportasi darat yang bersentuhan dengan daerah aliran sungai dapat

meningkatkan biaya pengembangan, seperti pembangunan jembatan untuk melintasi daerah

sungai.

CUACA

Cuaca juga memegang peranan penting, salah satunya pada sarana transportasi udara.

Cuaca dapat mengganggu proses pergerakan transportasi udara karena meningkatkan resiko

terjadinya suatu insiden. Sehingga kita mengenal istilah delay yang diakibatkan cuaca yang

tidak mendukung untuk terjadinya sebuah penerbangan.

2.6 Organisasi Spasial

CORE-PERIPHERI

Core peripheri merupakan suatu istilah untuk menggambarkan bagaimana bentuk

perkembangan suatu daerah jika dibandingkan dengan daerah yang lain. Core memiliki tingkat

perkembangan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan perperi. Sehingga daerah core

memiliki daya tarik dan fungsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan daerah pherphery.

Daerah core sebagian besar merupakan daerah perkotaan, dengan potensi perekonomian pada

sektor non-agraris, sedangkan periperi merupakan daerah perdesaan yang masih begantung

dengan perekonomian agraris. Dimana daerah pheriphery akan menyuplai kebutuhan pokok dari

daerah core.

Page 14: transportasi sumatera

14

POLES

Poles dapat diartikan sebagai salah satu gaya penarik untuk terjadinya sebuah pergerakan.

dimana pada poles tertentu memiliki kecenderungan pengelompokan aktivitas ekonomi yang

tinggi, sehingga akan menarik pergerakan baik itu benda maupun manusia. Sebagai contoh untuk

Jakarta yang menjadi poles yaitu daerah Soedirman, Tanah Abang dan Jakarta Kota.

Page 15: transportasi sumatera

15

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pola Jaringan Transportasi Darat Antar Pulau Sumatera

Transportasi menurut Steenbrink (1974) didefinisikan sebagai perpindahan orang atau

barang dengan menggunakan kendaraan atau alat lain dari dan ke tempat-tempat yang terpisah

secara geografis. Penyediaan fasilitas yang mendukung pergerakan yang cepat, aman, nyaman

dan sesuai dengan kebutuhan akan kapasitas angkut menyesuaikan dengan jenis moda yang

digunakan. Semakin banyak permintaan akan kebutuhan transportasi yang semakin banyak,

sehingga dibuat jalur-jalur transportasi yang cepat, aman, nyaman dan sesuai kebutuhan. Apalagi

jika ditambah tempat tujuan yang jaraknya jauh seperti antar pulau. Jalur transportasi udara kini

banyak dipilih masyarakat untuk sampai ke tempat tujuan disamping waktu tempuhnya yang

tidak lama dan juga untuk sebagian kalangan masyarakat masih terjangkau. Jalur laut juga

menjadi pilihan masyarakat bepergian antar pulau, dengan kapasitas muat yang banyak

transportasi ini dipilih masyarakat ketika bepergian beramai-ramai. Selain dua jalur transportasi

tersebut, perpindahan antar pulau ini dapat dilakukan juga melalui jalur darat. Moda transportasi

yang biasanya digunakan ialah bus. Bus ini memiliki kapasitas muatan yang juga cukup banyak.

Seperti yang kita ketahui, pulau Sumatera merupakan salah satu pulau yang akses

transportasinya cukup mudah. Tersedia mulai dari jalur udara, laut dan darat. Untuk transportasi

darat antara pulau Sumatera, terdapat salah satu perusahaan transportasi yang melayani

trasnportasi antar pulau, yaitu perusahan ALS (Angkutan Lintas Sumatera). Jenis moda yang

digunakan perusaahan ini ialah bus. Namun, perusahaan ini melayani transportasi hanya sampai

pulau Jawa saja. adapun rute yang disediakan pihak perusahaan sebagai berikut :

No Kota Asal Kota Tujuan

1

Medan

Jakarta

2 Cikampek

3 Bandung

Page 16: transportasi sumatera

16

4 Cirebon

5 Semarang

6 Yogyakarta

7 Malang

8 Denpasar

9 LumajangJember/Situbondo

10 Banyuwangi

11 Pasuruan

12 Jakarta

Medan

13 Pekanbaru

14

Bandung

Bandar Lampung

15 Baturaja

16 Muara Enim

17 Lahat

18 Lubuk Linggau

19 Bangko

20 Muara Bungo

21 Padang

22 Solok

23 Kota Nopan

24 Sipirok

25 Tarutung

26 Balige

27 Parapat

28 Pematang Siantar

29 Medan

30 Bagan Batu

31 Palembang

32 Jambi

Pekanbaru

Page 17: transportasi sumatera

17

33

34 Dumai

35 Duri

Tabel 2. Daftar Distribusi Transportasi Darat Antar Pulau Sumatera

Dari rute perjalan di atas dapat dillihat bahwa kota yang paling banyak memiliki aktivitas

ke Pulau Sumatera ialah kota Bandung di Jawa Barat.

Berdasarkan rute perjalanan darat yang dilalui dapat diketahui bagaimana pola jaringan

transportasi darat pulau Sumatera. Adapun pola yang terbentuk adalah pola point – to – point.

Pola ini terbentuk karena aktivitas transportasi yang terjadi tidak hanya tertuju pada satu titik saja

melainkan menyebar ke beberapa tempat. Seperti kita ketahui bahwa pulau jawa merupakan

pulau dengan penduduk terbanyak. Sehingga akan ada banyak aktivitas masyarakat disana, selain

itu Pulau Jawa merupakan pulau dengan aktivitas perdagangan yang sangat tinggi. Kemudian,

ditinjau dari sifat orang Sumatera yang memiliki sifat selalu ingin merantau, rute perjalanan

menuju Sumatera dari Bandung dapat kita asumsikan bahwa yang pergi ke kota-kota tujuan bus

tersebut merupakan orang-oranng Sumatera yang merantau ke pulau jawa atau orang-orang yang

bertujuan untuk berdagang.

3.2 Pola Jaringan Transportasi Laut Antar Pulau Sumatera

Gambar 3.1 Tracking Kapal di Pelabuhan Merak-Bakauheni

Page 18: transportasi sumatera

18

Pelabuhan Merak dan Bakauheni merupakan salah satu jalur utama dalam penghubung

antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Dalam proses berjalannya pelabuhan penyeberangan ini

sangat jelas terlihat bahwa pelabuhan penyeberangan ini merupakan unsur utama dalam

terhubungnya Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Pelabuhan ini merupakan Hub di Pulau

Sumatera. Fungsi dari Pelabuhan Merak-Bakauheni yaitu sebagai pembentuk suatu regional

spatial dalam hal berbagai kegiatan pelayanan jasa dan sebagai unsur utama dalam pelayanan

perekonomian. Secara keruangan efek yang diberikan oleh adanya pelabuhan penyeberangan

Bakauheni – Merak ini berdampak di wilayah regional dan lokal. Rute dari pelabuhan

penyeberangan ini yaitu berupa titik dan bersifat intangible.

Pelabuhan penyeberangan Bakauheni-Merak dibangun tahun 1912, pada masa Kolonial

Hindia Belanda. Masa lalu, pelabuhan ini digunakan untuk memindahkan barang-barang dan

komoditas ekspor dari Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Lalu, saat ini Pelabuhan Penyeberangan

Bakauheni-Merak digunakan untuk moda transportasi laut dan sebagai alat untuk melakukan

kegiatan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di dua pulau besar, yaitu Pulau Sumatera dan

Pulau Jawa. Memiliki berbagai rencana yang akan digunakan untuk pelabuhan internasional dan

masih akan berkembang.

Secara topologi jaringan transportasi laut ini menggunakan tipe tipologi Mode. Dimana

dalam tipologi ini menjelaskan bahwa adanya jaringan transportasi laut dan kemudian akan

dilanjutkan dengan transportasi darat serta menggunakan tipe model hirarki. Pusat masuknya

masyarakat antar pulau di Pulau Sumatera berada pada Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni-

Merak. Berdasarkan model Mode dan Hirarki, transportasi yang digunakan untuk menggunakan

moda transportasi laut yaitu dengan menggunakan transportasi darat. Interaksi tertinggi dari

Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni-Merak yaitu dengan Pulau Jawa. Distribusi yang sangat

jelas dari penggunaan moda transportasi ini yaitu memiliki di interaksi tinggi dengan Kota

Medan, Jakarta dan Bandung, kemudian akan tersebar di beberapa daerah Pulau Jawa dan

Sumatera.

Page 19: transportasi sumatera

19

Gambar 3.2 Pola Jaringan Transportasi Laut dan Darat

3.3 Pola Jaringan Transportasi Udara Antar Pulau Sumatera

Untuk menunjang transportasi udara, Pulau Sumatra memliki banyak bandara baik untuk

penerbangan dosmetik maupun internasional. Bandara ini berfungsi untuk menghubungkan pulau

Sumatra dengan pulau-pulau lainnnya, diantaranya ada :

Gambar 3.3 Persebaran bandara di Pulau Sumatra

Page 20: transportasi sumatera

20

1. BTJ - Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda , Banda Aceh

2. BTH - Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Batam

3. KNO - Bandar Udara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang

4. SGT - Bandar Udara Internasional Silangit, Siborong-borong

5. LSW - Bandar Udara Internasional Malikus Saleh, Lhokseumawe

6. RGT - Bandar Udara Internasional Japura, RengatMEQ - Bandar Udara Internasional Cut

Nyak Dhien Nagan Raya, Nagan Raya

7. PDG - Bandar Udara Internasional Minangkabau, Kota Padang

8. PKU - Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru

9. PLM - Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang

10. TNJ - Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, Tanjungpinang

11. TKG - Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung Selatan, Lampung Selatan

Untuk pembahasan kali ini, penulis mengambil bandara internasional untuk menganalisa

jaringan dan pola transportasi udara, diantaranya yaitu:

Daftar Nama dan Kode Bandara International di Wilayah Sumatera

1 Sumatera Banda Aceh BTJ -Bandar Udara Sultan Iskandar Muda

2 Medan MES -Bandar Udara Polonia, Kualanamu

3 Kepulauan Riau

(beroperasi mulai 29

Febuari 2007)

TNJ -Bandar Udara Internasional Raja Haji

Fisabilillah, Tanjung Pinang atau -Bandar Udara

Kijang, Tanjung Pinang

4 Pekanbaru PKU -Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II

5 Padang (beroperasi mulai

22 Juli)

PDG -Bandar Udara Minangkabau

Page 21: transportasi sumatera

21

6 Palembang PLM -Sultan Mahmud Badaruddin II

7 Batam BTH -Bandar Udara Hang Nadim

Tabel 3. Daftar Kode Bandar Udara Internasional di Wilayah Sumatera

Berikut merupakan titik Bandar Udara daerah tujuan penerbangan di bandara di Sumatra

Gambar 3.4 Lokasi Bandar Udara di Pulau Sumatera

Berikut merupakan rute penerbangan pesawat di bandara Sumatra yang memperlihatkan

adanya hubungan antar pulau:

1. Bandara Iskandar Muda, Aceh

Page 22: transportasi sumatera

22

Daerah asal: Jakarta, Medan, Batam, Kutacane (Banda Aceh)

2. Bandara Kualanamu, Medan

Daerah asal: Kutacane, Jakarta, Pekanbaru, Gunung Sitoli (Sumut), Sibolga

3. Kepulauan Riau

Daerah asal: Jakarta, Dabo Singkep, Pekanbaru

Page 23: transportasi sumatera

23

4. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru

Daerah asal: Jakarta, Bandung, Tanjung Pinang, Surabaya, Yogya, Batam, Medan, Palembang

5. Bandara Internasional Minangkabau, Padang

Daerah asal: Jakarta, Bandung, Medan, Batam

Page 24: transportasi sumatera

24

6. Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang )

Daerah Asal : Jakarta, Bandar Lampung, Surabaya, Yogyakarta, Pangkal Pinang

7. Batam Batam (Bandar Udara Hang Nadim)

Page 25: transportasi sumatera

25

Daerah asal: Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Pontianak,

Banjarmasin, Bandar Lampung, Medan, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Denpasar Bali,

Surabaya, Jambi

Penggabungan jalur transportasi udara di antara pulau Sumatra dan pulau-pulau lainnya

Gambar 3.5 Rute penerbangan pesawat terbang di Sumatra yang hanya dapat dihubungkan

dengan 2 pulau, yaitu pulau Jawa, Batam, Kalimantan dan Kepulauan Riau.

Network/jaringan dibentuk oleh rute (berupa lines) dan titik (nodes). Pada peta rute

penerbangan transportasi udara di Pulau Sumatra diatas titik (nodes) yang berwarna merah

mewakili bandara-bandara yang ada di Sumatra, sedangkan nodes yang berwarna kuning

mewakili daerah asal pesawat. Sedangkan rute perjalanan pesawat terbang antar bandara di

digambarkan dengan garis yang berwarna-warni. Rute pada transportasi udara disebut juga

dengan rute yang intangible.

Page 26: transportasi sumatera

26

Bandara di Sumatra hanya menghubungkan beberapa pulau, jalur penerbangannya tidak

mencapai seluruh pulau yang ada Indonesia, pulau yang terhubung diantaranya yaitu pulau Jawa,

Kalimantan, Batam dan Kepulauan Riau. Rute perjalanan pesawat yang terbanyak adalah menuju

Jakarta, yaitu di Bandara Soekarno Hatta. Hal ini disebabkan Bandara Soekarno Hatta

merupakan bandara terbesar/pusat dan merupakan bandara internasional serta memiliki maskapai

penerbangan yang lebih lengkap. Untuk mencapai daerah-daerah lain di pulau Jawa, pesawat

yang berasal dari bandara Sumatra harus terlebih dahulu transit di bandara Soekarno Hatta.

Namun, ada beberapa pesawat dari bandara Sumatra langsung menuju bandara di Pulau Jawa

maupun Kalimantan, daerah tujuannya antara lain: Bandung, Semarang, Surabaya, Bali,

Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, Banjarmasin dan Pontianak. Rute pesawat terbang dengan

jalur yang paling banyak adalah di Batam (Bandar Udara Hang Nadim) dengan tujuan

penerbangan yaitu: Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Pontianak,

Banjarmasin, Bandar Lampung, Medan, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Denpasar Bali,

Surabaya, Jambi. Dengan berkembangnya teknologi pada saat sekarang ini membuat transportasi

udara yang ada di Sumatra berkembang juga. Hal ini dibuktikan dengan hampir di setiap provinsi

di Pulau Sumatra memiliki bandara sendiri. Keadaan ini mengakibatkan aksesibilitas penduduk

dari dalam maupun luar pulau Sumatra lebih mudah untuk melakukan mobilisasi dan berinteraksi

satu sama lain.

Tipologi dari jaringan transportasi udara di Sumatra membentuk pola random. Hal ini

bisa dilihat dari persebaran bandar udara yang menyebar pada tiap-tiap provinsi di Sumatra.

3.4 Kajian Core dan Poles

Poles dan core sangat erat kaitannya dengan transportasi. Hal ini dikarenakan

karakteristik suatu daerah akan berbeda tergantung pada daya tarik dari daerah tersebut. Salah

satu bentuk pengembangan yaitu dengan adanya koridor ekonomi seperti yang ditunjukan

Gambar 3.6

Page 27: transportasi sumatera

27

Jika kita perhatikan maka daerah-daerah sumatera bagian timur atau yang berbatasan

dengan selat malaka memiliki potensi pengembangan yang besar. Beberapa kota seperti Bandar

Lampung, Palembang, Jambi, Pekanbaru dan Medan. Jika kita mengkaitkan dengan jaringan

transportasi yang ada, maka menjadi suatu pertimbangan bahwa daerah-daerah inti dari

perekonomian di pulau sumatera harus memiliki sarana transportasi penghubung yang memadai.

Sedangkan untuk beberapa kota seperti padang dan bengkulu masih diarahkan sebagai

kota KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). Jika kita kaitkan dengan variabel lain, maka daerah di

pantai sepanjang pantai barat sumatera memiliki potensi pengembangan yang relatif sulit.

Dikarenakan topografi yang curam. Bentuk gambaran peta mengenai bentuk topografi di pulau

sumatera dapat dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.6 Koridor perekonomian Indonesia

Gambar 3.7 Topografi Pulau Sumatera

Page 28: transportasi sumatera

28

Dari peta tersebut jelas tergambar bahwa daerah pulau sumatera bagian timur cenderung

memiliki topografi yang relatif datar jika dibandingkan dengan daerah sebelah barat pulau

sumatera. Tentu hal tersebut akan mempengaruhi potensi suatu daerah untuk berkembang.

Sehingga berdasarkan rencana pengembangan koridor ekonomi dipilihlah daerah sumatera

bagian timur sebagai pusat-pusat aktivitas ekonomi di pulau sumatera.

Jika kita lihat dari karakteristik jalan utama pulau sumatera, maka kita akan menemukan

bahwa bentuk jaringan transportasi berpola/berbentuk flow. Dimana model tersebut menjadikan

daerah sumatera bagian timur sebagai inti/pusat dari aktivitas ekonomi yang ada.

Gambar 3.8 Model Flow

Jika kita analisis melalui kesesuaian lokasi transportasi laut, maka daerah sumatera

bagian timur lebih memiliki potensi besar untuk pengembangan daerah. Hal ini dikarenakan

letaknya yang strategis dan berada di selat malaka. Sehingga jika dikaitkan dengan kesesuaian

koridor transportasi sudah memenuhi keadaan lokasi baik itu fisik maupun melalui pendekatan

ekonomi. Untuk bentuk analisis potensi berdaasarkan lokasi perairan nasional dapat dijelaskan

melalui Gambar 3.8

Page 29: transportasi sumatera

29

3.5 Topologi Jaringan Transportasi di Pulau Sumatera

Topologi jaringan transportasi erat kaitannya dengan hubungan atau keterkaitan antar

moda transportasi yang ada. Untuk pulau sumatera, bentuk moda transportasi yang tersedia

diantaranya melalui jalur darat berupa kendaraan bermotor, kereta. Sedangkan untuk jalur udara

setiap provinsi sudah memiliki bandara tersendiri. Selain itu terdapat pelabuhan yang memegang

peranan penting terhadap konektivitas dengan pulau lainnya.

Beberapa kota di Sumatera telah memiliki Topologi transportasi yang baik. Dimana pada

setiap moda transportasi telah memiliki konektivitas satu dan lainnnya. Diantaranya bandara

kualanamu di Sumatera utara, yang memiliki alternatif moda transportasi darat yang memadai.

Dalam hal ini terdapat bus, taxy, travel dan kereta api. Sehingga transportasi yang terjadi

menjadi lebih lancar. Selain itu bentuk pengembangan proyek tol dari pelabuhan bakauheni di

lampung menjadi salah satu rencana utama dalam memperbaiki topologi transportasi di pulau

sumatera.

Gambar 3.9 ALKI

Page 30: transportasi sumatera

30

Jadwal Kereta Kualanamu-Medan Bus Bandara Kualanamu

Gambar 3.10 Bentuk integrasi pelabuhan dan terminal Bakauheni

Dalam praktek perencanaa integrasi antar moda transportasi yang ada, maka dibentuk

beberapa rencana, diantaranya membangun jalan tol sumatera yang mengintegrasikan antara

sarana transportasi laut dan udara dengan sarana transportasi darat. Selain itu bentuk efisiensi

tersebut dapat meningkatkan konektivitas antar daerah-daerah di sumatera karena memperkecil

Page 31: transportasi sumatera

31

barier yang ada. Berikut pada Gambar 3.11 diperlihatkan bentuk integrasi antar sarana

pelabuhan, ban dara dan jalan tol di wilayah provinsi sumatera utara.

:

Gambar 3.11 Jalan Tol Sumatra Utara

Sehingga jika diperhatikan dari peta tersebut dapat dibuat model keterkaitan antar moda

transportasi yang diakomodir dengan adanya jalan tol sumatera utara. Sehingga arus pergerakan

baik itu manusia maupun barang menjadi lebih efisien.

3.6 Kajian Integrasi Pulau Sumatera dan Pulau di Sekitarnya

Pulau sumatera merupakan salah satu pulau besar di NKRI yang memiliki potensi alam

yang besar, baik itu potensi dalam sektor agraris, pertambangan maupun perdagangan. Dengan

pentingnya peran pulau sumatera maka menjadikan pulau ini memiliki daya tarik tersendiri

Page 32: transportasi sumatera

32

dalam konteks hubungan dengan pulau lainnya. Bentuk konektivitas ini dikarenakan

ketergantungan antar satu pulau dengan pulau lainnya. Kita ambil contoh pulau sumatera

menjadi salah satu pemasok kebutuhan pokok seperti sayur, beras ke pulau lainnya seperti jawa

dan kalimantan, sehingga arus pergerakan barang antar pulau tidak dapat terelakan.

Dalam konteks hubungan antar pulau sumatera dan pulau jawa, maka peran sarana

pelabuhan menjadi kunci utama, dimana pelabuhan merak dan bakauheni menjadi salah satu

prasaranan yang mengakomodir pergerakan lintas pulau. Walaupun telah dicetuskan untuk

membuat jembatan selat sunda. Pulau jawa selaku pulau dengan jumlah penduduk terbesar dan

menjadi sentral perekonomian nasional menjadikan pulau sumatera sebagai salah satu pulau

yang mengakomodir kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dalam internal pulau jawa, sehingga

bentuk hubungan antar pulau ini menjadi sangat intensif. Terlebih lagi jarak antar dua pulau yang

tidak terlalu jauh, yang hanya dibatasi oleh selat sunda. Bentuk karakteristik dari pelabuhan

bakauheni selaku pelabuhan utama penghubung antara jawa dan sumatera dapat dilihat pada

Gambar 3.12 dan 3.13

Gambar 3.12 Sketsa Pelabuhan Bakauheni

Page 33: transportasi sumatera

33

Gambar 3.13 Profile Pelabuhan Bakauheni

Selain Pulau Jawa, terdapat hubungan yang intensif antara pulau sumatera dengan pulau

bangka belitung. Dimana hubungan tersebut terjadi antara provinsi sumatera selatan dan provinsi

bangka belitung. Sejarahnya dua provinsi tersebut pernah menyatu. Hingga akhirnya pada tahun

2000 Bangka Belitung menjadi provinsi tersendiri. Namun jika kita merunut pada aspek spasial,

maka bentuk interpedensi antar dua provinsi tersebut tidak akan hilang begitu saja, karena secara

sejarah daerah tersebut pernah menjadi satu kesatuan provinsi yang saling terkait. Sehingga

beberapa isu yang ada mengatakan bahwa ada kemungkinan untuk membangun jembatan

penghubung antara pulau Bangka Belitung dan pulau Sumatera (Republika.co.id). Selaku

prasarana transportasi utama masih melalui jalur laut. Yaitu melalui pelabuhan Tanjung api api.

Page 34: transportasi sumatera

34

Bentuk hubungan ketiga adalah antara pulau sumatera dengan kepulauan Riau, yang

secara garis besar memiliki keterikatan layaknya sumatera selatan dan bangka belitung. Karena

pada mulanya Provinsi kepulauan Riau dan Riau pernah menjadi satu. Pelabuhan yang

memegang peranan penting dalam mengakomodir pergerakan yang ada diantaranya pelabuhan

Dumai. Karena jika dilihat dair potensi daerah, maka Dumai menjadi salah satu kota di Provinsi

Riau yang memiliki potensi minyak yang besar. Sehingga nantinya akan memiliki daya tarik

tersendiri terhadap daerah lain disekitranya.

Salah satu pusat ekonomi lainnya di Pulau Sumatera adalah Kota Medan, dimana kota

medan dalam konteks hubungan dengan pulau lainnya menjadikan pelabuhan belawan menjadi

salah satu pelabuhan utama yang mengakomodir pergerakan yang terjadi. Dengan fakta bahwa

provinsi Sumatera utara menjadi salah satu provinsi dengan PDRB yang besar di pulau sumatera,

maka peran daerah ini menjadi sangat vital dalam konteks hubungan dengan pulau lainnya.

Karena potensi sumber daya alam yang besar. Pelabuhan belawan menjadi salah satu pelabuhan

yang besar di pulau sumatera, dan menjadi salah satu pelabuhan terpadat setelah pelabuhan

bakauheni di provinsi Lampung. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pelabuhan Belawan

dapat dilihat pada Gambar 3.14

Gambar 3.14 Pelabuhan Dumai

Page 35: transportasi sumatera

35

Gambar 3.15 Pelabuhan Belawan

3.7 Kajian “Transpor supplay and demand”

Dalam konteks transport supplay and demand dari pulau sumatera, kita dapat

menggunakan pendekatan kapasitas maksimum dari hub-hub yang ada di sumatera dan

bagaimana bentuk pergerakan yang terjadi, apakah infrastruktur sudah mengakomodir

pergerakan atau belum.

Kita akan memulai kajian transportasi penghubung antar pulau melalui Udara. Dalam hal

ini Bandara menjadi salah satu kunci utama dalam terciptanya pergerakan yang memadai. Dalam

tulisan ini kami akan menyajikan fakta dari 4 Bandara utama, yaitu Polonia, Minangkabau,

Sultan Mahmud Baharudin II, Sultan Syarif Kasim II. Untuk data jumlah penumpang bisa dilihat

pada grafik 1,2 dan 3

Page 36: transportasi sumatera

36

Grafik 1. Keberangkatan Pesawat dari Sumatera

Grafik 2. Kedatangan Pesawat Menuju Sumatera

01000020000300004000050000

KEBERANGKATAN

2011

2012

2013

2014

2015

010000200003000040000

KEDATANGAN

2011

2012

2013

2014

2015

Page 37: transportasi sumatera

37

Grafik 3. Transit Pesawat

Jika kita perhatikan maka daerah Sumatera utara khusus kota Medan menjadi salah satu

daerah yang memiliki demand transportasi yang tinggi. Maka untuk mengakomodir kebutuhan

yang tinggi dibuatlah bandara baru yaitu kualanamu. Karena bandara polonia sudah tidak mampu

lagi menampung jumlah pergerakan yang terjadi. Namun untuk bandara lainnya tidak

menunjukan intensitas transportasi yang tinggi. Hal ini juga bekaitan dengan pemilihan alternatif

transportasi yang berbeda.

050000

100000150000200000

TRANSIT

2011

2012

2013

2014

2015

Page 38: transportasi sumatera

38

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pulau Sumatera memiliki interaksi yang tinggi antar pulau – pulau di Indonesia dan

menjadi pulau penghubung interaksi antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera itu sendiri. Interaksi

antar pulau – pulau di Indonesia ini dihubungkan melalui jalur transportasi darat, laut dan udara.

Setiap jalur memiliki rute/tujuan yang berbeda. Namun, dari semua rute jalur transportasi yang

paling banyak memiliki interaksi antara Pulau Sumatera ialah Pulau Jawa. Jalur – jalur tersebut

membentuk sebuah jaringan transportasi yang membentuk tipologi Mesh. Jaringan tersebut

terbentuk berdasarkan rute jalur transportasi yang menyebar ke berbagai kota satu ke kota yang

lain di pulau – pulau di Indonesia baik melalui jalur darat, laut ataupun udara.

Page 39: transportasi sumatera

39

DAFTAR PUSTAKA

Rodney,Tolley. “Sustainanble Transport”. 2000

Rodrigue,J-P; C. Comtois, B. Slack. 2006

David,Benister. “Transport and Urban Development”. 1995

Kementrian Perhubungan “Informasi Geospasial Transportasi Udara”, 2011

Kundang Karsono (2015). Sejarah Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni. Diakses melalui

http://kundang.weblog.esaunggul.ac.id/2013/08/03/pelabuhan-penyebrangan-merak-dan-bakau-

heni/

Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/17 diakses 10 Maret 2016

Departemen Perhubungan. http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index diakses 10 Maret 2016

http://atmaja.staff.umy.ac.id/files/2012/06/Bagian-1.pdf (diakses 10 Maret 2016)

http://minangkabau-airport.co.id/ (diakses 10 Maret 2016)

http://rajahajifisabilillah-airport.co.id/ (diakses 10 Maret 2016)

http://smbadaruddin2-airport.co.id/ (diakses 10 Maret 2016)

http://sultaniskandarmuda-airport.co.id/id/airport/flight-information (diakses 10 Maret 2016)

http://www.daftar.co/nama-bandara-di-indonesia/ (diakses 10 Maret 2016)