transportasi

10

Click here to load reader

Upload: meyer-e-sihotang

Post on 14-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Transportasi darat

TRANSCRIPT

  • Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2 | 1

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA

    TRANSPORTASI BERSEKOLAH SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA

    BANDUNG

    Febriasyraf Charifa (1), Dr. Sri Maryati ST. MIP. (2)

    (1)Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2)KK Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

    Abstrak

    Kecenderungan anak usia sekolah dasar berjalan kaki dan bersepeda untuk bersekolah terus

    menurun dalam beberapa tahun ini di Amerika dan Iran, dan sebaliknya kecenderungan anak-anak

    menggunakan kendaraan bermotor meningkat meskipun mereka tinggal dalam jarak 1 mil (1,6 km)

    dari sekolah. Perubahan kecenderungan moda transportasi untuk bersekolah ini membawa masalah

    transportasi dan kesehatan. Sekolah menjadi pemicu kemacetan lokal dan membuat arus lalu lintas

    di sekitar sekolah menjadi padat. Polusi udara dan keselamatan lalu lintas memburuk. Penelitian ini

    ingin melihat bagaimana perilaku pemilihan moda transportasi bersekolah (pulang dan berangkat

    sekolah) siswa sekolah dasar di Indonesia, khususnya di Kota Bandung, dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi pemilihan moda tersebut, dengan membandingkan dua sekolah, antara siswa yang

    bersekolah di sekolah dasar yang berada di tengah kawasan permukiman dan siswa yang bersekolah

    di sekolah yang berada di pusat kota dengan berbagai guna lahan di sekitarnya. Terdapat perbedaan

    antara dua sekolah yang diteliti dalam hal variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap

    pemilihan moda transportasi para siswa.

    Kata-kunci : moda transportasi, siswa sekolah dasar

    Pengantar

    Di Indonesia, khususnya di Kota Bandung,

    kecenderungan siswa usia sekolah dasar (usia 6

    12 tahun) menggunakan kendaraan bermotor

    mulai terlihat. Siswa sekolah dasar merupakan

    kelompok masyarakat yang rentan terhadap

    pergerakan karena dibatasi oleh kemampuan

    fisik dan lingkungan. Dari segi fisik, siswa

    sekolah dasar memiliki kemampuan yang

    terbatas dalam memutuskan perjalanannya.

    Menggunakan moda transportasi apa atau harus

    menempuh rute mana, lebih sering orang

    dewasa atau orang tuanya yang menentukan.

    Dari segi lingkungan, kemampuan siswa sekolah

    dasar terbatas dalam menjaga dirinya sendiri

    pada kondisi lingkungan yang diberikan.

    Kecenderungan anak-anak usia sekolah dasar

    bertransportasi aktif dengan berjalan kaki atau

    bersepeda terus menurun dalam beberapa

    tahun ini menurut penelitian di Amerika dan Iran.

    Bahkan meskipun para siswa tinggal dalam

    radius 1 mil dari sekolah, hanya sedikit siswa

    yang bersedia berjalan kaki atau bersepeda

    menuju sekolah. Tahun 1969, 87% perjalanan

    sekolah kurang dari 1 mil dilakukan dengan

    berjalan kaki dan bersepeda, dan hanya 7%

    yang menggunakan kendaraan bermotor. Di

    tahun 2001, persentase pengguna kendaraan

    bermotor meningkat menjadi 36% dan

    perjalanan berjalan kaki dan bersepeda

    menurun menjadi hanya 55% (McMillan, 2007).

    Di Negara Bagian Georgia, Amerika, pada survey

    tahun 2000, menunjukkan hasil bahwa siswa

    usia antara 5 15 tahun yang tinggal kurang

    dari 1 mil dari sekolah, hanya 19% yang

  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Bersekolah Siswa Sekolah Dasar Di Kota Bandung

    2 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2

    berjalan ke sekolah, dan 42% diantar oleh

    orang dewasa dengan menggunakan kendaraan

    bermotor (Bricker dkk., 2002). Penelitian yang

    dilakukan oleh Soltani dan Zamiri (2011) di

    empat sampel lingkungan perumahan dalam

    daerah metropolitan Mashhad di Iran menyasar

    255 murid sekolah yang tinggal dalam radius 1,6

    km dari sekolah. Hasilnya, meskipun sekolah

    sangat dekat dari rumah, dua dari sampel

    lingkungan perumahan tersebut memberikan

    hasil bahwa hanya 18,5% siswa yang berjalan

    kaki untuk berangkat ke sekolah.

    Perubahan kecenderungan moda transportasi

    untuk bersekolah ini membawa masalah

    transportasi dan kesehatan (McMillan, 2007).

    Sekolah menjadi pembangkit kemacetan lokal

    dengan puncaknya saat pagi dan sore hari.

    Keadaan padat lalu lintas di sekitar sekolah

    dapat membahayakan semua orangtermasuk

    anak-anakyang tidak berkendara dengan

    kendaraan bermotor (McMillan, 2007).

    Kesehatan juga menjadi dampak ikutan akibat

    kecenderungan yang berubah. Secara umum, di

    Amerika Serikat, 25% anak-anak di bawah usia

    15 tahun masuk ke dalam golongan kelebihan

    berat badan, dan 11% mengalami obesitas

    (Dehgan dkk., 2005).

    Di Indonesia, khususnya di Kota Bandung,

    kecenderungan siswa usia sekolah dasar

    menggunakan kendaraan bermotor mulai

    terlihat. Penelitian ini akan mencoba melihat

    seperti apa kecenderungan pemilihan moda

    transportasi bersekolah para siswa sekolah

    dasar, dan faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhinya.

    Berbagai penelitian dan studi telah cukup

    banyak dilakukan di luar negeri untuk melihat

    faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

    pemilihan moda bersekolah siswa sekolah dasar.

    Penelitian McDonald (2008) utamanya mencoba

    membuktikan peran jarak dan lokasi sekolah

    terhadap kemauan siswa berjalan kaki ke

    sekolah. McDonald dalam penelitiannya

    mengidentifikasi tiga hal yang mempengaruhi

    keputusan pemilihan moda transportasi anak-

    anak, utamanya berjalan kaki, yaitu panjang

    perjalanan (trip length), karakteristik

    anak/individu (dalam hal ini termasuk di

    dalamnya adalah umur, jenis kelamin, dan

    keberadaan saudara kandung), karakteristik

    rumah tangga (termasuk di dalam karakteristik

    ini adalah ras (etnis), kepemilikan kendaraan

    bermotor, tingkat pendapatan orang tua, dan

    tingkat kepadatan penduduk di lingkungan

    tempat tinggal). Hasil penelitian McDonald

    mengatakan bahwa lamanya perjalanan (travel

    time) berpengaruh sangat dan paling kuat pada

    pemilihan moda transportasi aktif. Semakin jauh

    jarak dari rumah ke sekolah, yang mana artinya

    ialah waktu tempuh semakin lama, semakin

    menurun pula kecenderungan anak-anak untuk

    berjalan kaki ke sekolah. Ketika memilih moda

    transportasi ke sekolah untuk anak-anaknya,

    para orang tua pasti menginginkan waktu

    perjalanan seminim mungkin. Anak-anak juga

    sangat sensitif terhadap lamanya waktu berjalan

    kaki daripada orang dewasa, mencerminkan

    fakta bahwa orang cenderung tak ingin berjalan

    terlalu jauh. Menurut penelitian ini, sejumlah

    besar siswa mau berjalan kaki apabila mereka

    tinggal sangat dekat dengan sekolahnya, dalam

    hal ini berjarak sekitar 1 mil atau 1,6 kilometer.

    Penelitian McMillan (2007) di California, Amerika

    Serikat, mencoba mencari kaitan antara urban

    form (bentuk kota) dengan pemilihan moda

    transportasi siswa sekolah dasar kelas 3 hingga

    kelas 5. McMillan dalam penelitiannya tidak

    melupakan faktor-faktor non-urban form seperti

    (1)persepsi orang tua terhadap keselamatan

    lingkungan (neighborhood safety), (2)persepsi

    orang tua terhadap keselamatan lalu lintas

    (traffic safety), (3)pilihan transportasi rumah

    tangga, (4)cara berpikir atau sikap orang tua,

    (5)norma budaya/sosial, dan (6)faktor sosio-

    demografis. Sedangkan, faktor urban form pada

    penelitian McMillan ini terdiri dari (1)segmen

    jalan yang memiliki trotoar yang baik dan

    sempurna, (2)segmen jalan yang dilalui dengan

    lebih dari 50% bangunan-bangunannya memiliki

    jendela menghadap ke arah jalan, dan

    (3)segmen jalan dengan guna lahan campuran

    (tidak termasuk guna lahan permukiman dan

    sekolah).

    Pada kesempatan yang lain, Schlossberg dkk.

    (2006) menunjukkan ukuran-ukuran urban form

  • Febriasyraf Charifa

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2 | 3

    yang berbeda dengan yang digunakan oleh

    McMillan (2007). Dalam studi Schlossberg di

    Oregon, Amerika Serikat, ada lima ukuran urban

    form, yaitu (1)intersection density (2)dead-end

    density, (3)route directness, (4)major road, dan

    (5)railroad. Hasil studi Schlossberg dkk. (2006)

    juga membuktikan bahwa jarak antara sekolah

    dan tempat tinggal amat berpengaruh dalam

    pemilihan moda transportasi. Siswa yang tinggal

    dalam radius 1 mil (1,6 kilometer) dari sekolah

    adalah yang paling mungkin untuk berjalan kaki

    ke sekolah, menyusul di bawahnya adalah siswa

    yang tinggal dalam radius 1 1,5 mil (1,6 2,4

    kilometer), dan seterusnya hingga lebih dari

    radius 3,5 mil (sekitar 5,6 kilometer). Pilihan

    bersepeda memiliki pola yang mirip. Tak

    mengejutkan, perjalanan dengan bus

    menunjukkan hubungan yang berkebalikan,

    yang mana semakin jauh jarak ke sekolah

    preferensi naik bus semakin tinggi.

    Penelitian di Yogyakarta yang dilakukan oleh

    Irawan dan Sumi (2011) memberikan hasil yang

    agak berbeda dengan penelitian McDonald

    (2008). Selain faktor jarak yang amat

    menentukan pilihan siswa bertransportasi aktif

    atau tidak, faktor umur, jenis kelamin, dan

    karakteristik rumah tangga siswa memiliki peran

    penting dalam membentuk perilaku perjalanan

    siswa. Irawan dan Sumi (2011) meneliti dua

    kelompok umur, yaitu anak-anak (6 12 tahun)

    dan remaja (13 18 tahun). Sedikit perbedaan

    tercantum pada karakteristik individu siswa,

    dimana untuk golongan remaja terdapat

    pertanyaan mengenai kepemilikan Surat Izin

    Mengemudi (SIM), sedangkan untuk golongan

    anak-anak tidak. Terdapat empat faktor yang

    diukur dalam penelitian ini, yaitu (1)

    karakteristik siswa (umur dan jenis kelamin),

    (2)karakteristik rumah tangga (jumlah

    kepemilikan kendaraan dan jumlah anak yang

    pergi sekolah dalam keluarga), (3)karakteristik

    jumlah keluarga (jumlah anggota keluarga

    dengan jadwal jam kerja yang pasti), dan

    (4)jarak dari rumah ke sekolah.

    Ditilik dari karakteristik rumah tangga,

    kepemilikan kendaraan pribadi lebih dari satu

    dalam keluarga mempengaruhi pemilihan moda

    kendaraan pribadi. Semakin banyak kendaraan

    yang dimiliki satu keluarga, semakin besar

    kemungkinan siswa menggunakan kendaraan

    pribadi, bisa diantar-jemput atau mengendarai

    sendiri. Ternyata, hasil penelitian ini agak

    berbeda dengan penelitian terdahulu yang

    dilakukan oleh McMillan dkk. (2006), Ewing dkk.

    (2004), dan Braza dkk. (2004). Golongan anak-

    anak (612 tahun) yang diantar-jemput dengan

    kendaraan pribadi lebih banyak menggunakan

    sepeda motor, bukan dengan mobil. Adanya

    lebih dari satu anak yang bersekolah dalam satu

    keluarga hanya berpengaruh pada pemilhan

    moda golongan anak-anak dengan bersepeda.

    Dalam kasus ini, anak-anak yang berasal dari

    keluarga multiple school-going kurang mungkin

    untuk diantar-jemput untuk bersekolah.

    Studi di Teheran, Ibukota negara Iran, oleh

    Shokoohi, Hanif, dan Dali (2010), menekankan

    pada hubungan antara persepsi orang tua dan

    persepsi anak terhadap keselamatan diri

    (personal safety) di lingkungan sekitar

    (neighborhood) dengan kemungkinan anak-anak

    bepergian ke dan dari sekolah dengan berjalan

    kaki. Siswa-siswa yang disurvey adalah siswa

    kelas 3 hingga kelas 5. Mengingat Teheran

    sebagai kota dengan jumlah penduduk

    terbanyak di Iran, selama dua dekade terakhir

    peningkatan jumlah kendaraan bermotor

    menjadi sumber polusi udara yang telah

    mencapai level membahayakan kesehatan

    (Atash dalam Shokoohi dkk., 2010). Hasil

    penelitian Shokoohi, Hanif, dan Dali (2010)

    menunjukkan bahwa persepsi orang tua adalah

    yang paling menentukan pemilihan moda

    transportasi anak-anaknya. Persepsi atau

    perasaan sang anak terhadap keamanan di

    lingkungan sekitar tidak memberi dampak

    apapun. Bisa dimaklumi, karena apapun

    pandangan anak-anak, orang tua tetap adalah

    decision maker dalam keluarga. Kekhawatiran

    orang tua terhadap keselamatan di dalam

    lingkungan mereka berpengaruh kuat. Hasilnya,

    para orang tua yang memiliki pandangan negatif

    terhadap keselamatan lingkungan tempat

    mereka tinggal cenderung memilih moda

    transportasi kendaraan bermotor daripada

    berjalan kaki dengan anak-anak mereka, ke dan

    dari sekolah. Orang tua dengan pendapatan

    tinggi cenderung memilih menjemput anak-

    anaknya ketika pulang sekolah (berbeda saat

    berangkat sekolah). Keadaan berbeda

  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Bersekolah Siswa Sekolah Dasar Di Kota Bandung

    4 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2

    diperlihatkan oleh keluarga dengan pendapatan

    rendah yang lebih memilih anak-anak mereka

    berjalan kaki untuk mengurangi pengeluaran.

    Masih di Iran, penelitian Soltani dan Zamiri

    (2011) di Mashhad, kota terbesar kedua setelah

    Teheran, mencoba menggali pola perjalanan

    siswa sekolah dasar dan mencari tahu

    determinan keputusan para orang tua dalam

    menyekolahkan anak-anak mereka. Dari

    berbagai studi literatur yang mereka lakukan,

    didapat beberapa faktor yang mempengaruhi

    moda perjalanan para siswa. Faktor-faktor

    tersebut antara lain ialah (1)jarak antara

    sekolah dan rumah, (2)neighborhood design,

    (3)physical environment, dan (4)cara berpikir

    dan tingkat ekonomi orang tua.

    Larsen dkk. (2009) melakukan studi yang

    menguji pengaruh faktor sosiodemografi dan

    lingkungan terbangun (built environment)

    terhadap moda perjalanan anak-anak ke dan

    dari sekolah. Penelitian ini dilakukan di Kota

    London, Provinsi Ontario, Kanada, terhadap

    anak usia antara 11 dan 13 tahun, dengan

    kesemuanya tinggal dalam jarak 1 mil dari

    sekolah. Faktor beserta indikatornya ialah

    (1)karakteristik lingkungan terbangun (jarak

    antara rumah dan sekolah, kepadatan

    persimpangan jalan per mil persegi, kepadatan

    daerah permukiman, keberadaan fasilitas

    pedestrian, pepohonan di sepanjang jalan, guna

    lahan campuran) dan (2)karakteristik

    sosiodemografis (jJenis kelamin, tingkat

    pendidikan terakhir orang tua, rata-rata

    pendapatan rumah tangga, dan single

    parenthood). Namun ternyata, tidak semua

    variabel tersebut di atas memberi pengaruh

    pada aktif tidaknya pilihan moda perjalanan

    anak-anak. Studi ini menghasilkan bahwa

    (1)guna lahan campuran, (2)keberadaan pohon

    di sepanjang jalan, (3)kepadatan daerah

    permukiman, (4)jenis kelamin anak, dan

    (5)jarak dari rumah ke sekolah sebagai penentu

    penting moda perjalanan anak-anak.

    Faktor-faktor yang akan diteliti pada penelitian

    ini dapat dilihat pada Tabel 1.

    Secara administratif, ruang lingkup wilayah

    penelitian ini adalah Kota Bandung. Sekolah

    yang digunakan sebagai sasaran survey studi ini

    adalah SD Negeri Ciujung dan SD Negeri

    Arcamanik Endah. Masing-masing berada di

    Kecamatan Bandung Wetan dan Kecamatan

    Arcamanik. SD Negeri Ciujung dipilih menjadi

    kasus studi karena sekolah tersebut berada di

    pusat kota, berada di ruas jalan kolektor primer

    (Jl. W.R. Supratman) yang dilalui banyak

    kendaraan, dan juga karena dikelilingi beragam

    jenis guna lahan, seperti guna lahan perumahan,

    perdagangan, jasa, pertahanan dan keamanan,

    dan perkantoran. Sedangkan SD Negeri

    Arcamanik Endah dipilih menjadi studi kasus

    karena sekolah tersebut berada di tengah

    lingkungan perumahan. Guna lahan di sekitar

    sekolah ini hanya perumahan berkavling sedang,

    kecil, dan besar. Dua sekolah tersebut yang

    digunakan sebagai kasus studi memiliki

    karakteristik yang berbeda dari segi guna lahan

    di sekitarnya, dan dengan perbedaan

    karakteristik itu akan dilihat seperti apa

    perbedaan yang tampak dalam pemilihan moda

    transportasi para siswanya.

    Metode

    Sebagian besar data yang dibutuhkan dalam

    penelitian ini adalah data primer, dilengkapi juga

    dengan studi literatur dan data sekunder. Dari

    sumber berbagai jurnal ilmiah, didapatkan

    variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi

    pemilihan moda transportasi berangkat sekolah

    siswa SD yang sudah pernah diteliti terdahulu.

    Dari daftar variabel tersebut, dipilih 15 variabel

    yang penulis nilai dapat mungkin diuji untuk

    kasus Kota Bandung, dan ke-15 variabel

    tersebut penulis bagi ke dalam 3 faktor, yaitu

    faktor sosial-ekonomi, faktor sosial-demografis,

    dan faktor fisik.

  • Febriasyraf Charifa

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2 | 5

    Untuk mendapatkan data, kuesioner dibuat

    untuk disebarkan secara langsung di sekolah

    dengan tujuan kepada siswa sekolah dasar dan

    para orang dewasa yang sedang menunggu

    anak-anak bersekolah. Siswa yang dipilih untuk

    menjawab dan mengisi kuesioner secara

    langsung ialah siswa kelas 4 hingga kelas 6.

    Untuk mewakili responden siswa kelas 1 hingga

    kelas 3, kuesioner diberi kepada dan diisi oleh

    orang dewasa yang sedang mengantar dan

    menunggu anak-anak di sekolah. Para orang

    dewasa yang mengantar dan menunggu anak-

    anak tersebut dapat berupa orang tua, saudara,

    saudara kandung, asisten rumah tangga,

    bahkan sopir. Pengisian kuesioner dilakukan

    langsung di tempat, tidak dibawa pulang.

    Pengisian kuesioner diusahakan menjangkau

    semua tingkat kelas siswa, dengan cara

    menanyai calon responden terlebih dahulu.

    Kuesioner ini disebarkan dengan harapan

    Tabel 1 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Bersekolah Anak Sekolah Dasar

    No Sumber Wilayah studi Variabel-variabel

    1

    McDonald (2008)

    Amerika Serikat 1. Panjang perjalanan (trip length) 2. Karakteristik anak/individu

    Usia anak Keberadaan saudara kandung

    3. Karakteristik rumah tangga (household) Pendapatan orang tua Kepadatan penduduk di lingkungan tempat tinggal

    2

    McMillan (2007)

    California, Amerika Serikat

    1. Bentuk kota (urban form) Mixed land use Bangunan dengan jendela menghadap ke arah jalan

    2. Persepsi orang tua terhadap neighborhood safety 3. Persepsi orang tua terhadap traffic safety 4. Pilihan transportasi keluarga

    Jarak antara rumah dan sekolah Jumlah kepemilikan mobil

    5. Cara berpikir orang tua6. Norma budaya/sosial7. Karakteristik sosio-demografis

    Jumlah anak-anak dalam keluarga Pendapatan tahunan

    3

    Schlossberg dkk. (2006)

    Oregon, Amerika Serikat

    1. Jarak antara rumah dan sekolah2. Bentuk kota (urban form)

    Kepadatan persimpangan jalan (intersection density) Kepadatan jalan buntu (dead-end density)

    3. Kekhawatiran orang tua Jadwal berangkat kerja yang cocok dengan jam sekolah anak Pertimbangan barang bawaan anak Cuaca buruk

    4

    Irawan dan Sumi (2011)

    Yogyakarta 1. Jarak antara rumah dan sekolah2. Karakteristik siswa (individu)

    Usia Jenis kelamin

    3. Karakteristik rumah tangga (household) Jumlah kepemilikan kendaraan bermotor

    4. Karakteristik jumlah keluarga Keberadaan anggota keluarga dengan jam kerja yang pasti

    5

    Shokoohi dkk. (2011)

    Teheran, Iran 1. Persepsi orang tua terhadap neighborhood safety 2. Pendapatan orang tua

    6

    Soltani dan

    Zamiri

    (2010)

    Mashdad, Iran 1. Jarak antara rumah sekolah2. Pendapatan keluarga (household income)3. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM) pada orang tua4. Jenis kelamin anak

    7

    Larsen dkk.

    (2009)

    London, Ontario,

    Kanada

    1. Jarak antara rumah dan sekolah2. Pepohonan di rute perjalanan sekitar sekolah3. Kepadatan daerah permukiman (residential densities)4. Guna lahan campuran (mixed land use)5. Jenis kelamin anak

  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Bersekolah Siswa Sekolah Dasar Di Kota Bandung

    6 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2

    mampu mewakili karakteristik populasi.

    Survey dilakukan pada tanggal 27 februari

    hingga 1 maret 2012. Jumlah sampel yang

    disurvey dalam penelitian kali ini sejumlah 140

    responden, dengan rincian 70 responden dari

    SD Negeri Ciujung dan 70 responden dari SD

    Negeri Arcamanik Endah. Diharapkan dengan

    jumlah responden yang berjumlah lebih dari 100,

    sudah dapat mencerminkan distribusi normal

    dari total 1520 siswa kedua sekolah.

    Kuesioner dibagi ke dalam enam bagian

    karakteristik, yaitu karakteristik anak,

    karakteristik rumah tangga, karakteristik orang

    tua, karakteristik sekolah, karakteristik

    perjalanan anak, dan persepsi orang tua

    terhadap lingkungan sekitar rumah-sekolah.

    Terdapat total 37 pertanyaan, dan tidak semua

    digunakan sebagai bahan analisis. Sisa

    pertanyaan digunakan sebagai data penunjang.

    Dengan data-data yang sudah diperoleh dari

    survey primer (wawancara) dan kuesioner,

    dilakukan penerjemahan data berupa

    rekapitulasi data. Kemudian, analisis crosstabs

    dan korelasi berbasis Chi-Square dilakukan

    dengan bantuan perangkat lunak SPSS.

    Keluaran dari hasil analisis SPSS ialah tabel

    tabulasi dan perhitungan nilai statistik Chi-

    Square. Dengan bantuan perangkat lunak SPSS,

    akan didapat hasil apakah ada hubungan antara

    variabel dependen (moda transportasi) dengan

    ke-15 variabel independen (faktor-faktor yang

    akan diuji, diduga mempengaruhi pemilihan

    moda transportasi siswa SD).

    Diskusi

    Sekolah Dasar Negeri Ciujung berlokasi di

    Kecamatan Bandung Wetan, masuk ke dalam

    Sub-Wilayah Kota (SWK) Cibeunying sesuai

    dengan Rencana Struktur Ruang Kota Bandung

    tahun 2010-2030. Sekolah yang berada di ruas

    jalan kolektor primer ini dikelilingi oleh berbagai

    macam guna lahan. Guna lahan di sekitar SD

    Negeri Ciujung variatif, sebagian besar

    merupakan kawasan perumahan berkavling

    besar dan sedang, kawasan pertahanan dan

    keamanan, jasa, dan sebagian kecil kawasan

    pendidikan, ruang terbuka hijau, dan

    perumahan berkavling kecil.

    Gambar 1. Jumlah Pengguna Moda

    Transportasi untuk Berangkat Sekolah di SD

    Negeri Ciujung.

    Sepeda motor masih menjadi moda transportasi

    yang paling banyak digunakan, 30 dari 70

    responden menggunakan sepeda motor untuk

    berangkat ke sekolah. Di urutan kedua

    terbanyak ialah pengguna angkutan kota dan

    bus, sebanyak 21 responden, dan disusul oleh

    responden yang berjalan kaki sebanyak 7 orang.

    Hanya tiga responden yang menggunakan mobil,

    sama seperti jumlah pengguna ojek. Tidak

    adanya responden yang menggunakan mobil

    antar-jemput disebabkan karena tidak

    tersedianya layanan antar-jemput di SD Negeri

    Ciujung.

    Gambar 2. Jumlah Pengguna Moda

    Transportasi untuk Pulang Sekolah di SD Negeri

    Ciujung.

    Angkutan kota/bus menjadi moda transportasi

    yang paling banyak digunakan, 31 dari 70

    responden menggunakan angkutan kota untuk

    pulang dari sekolah. Di urutan kedua terbanyak

    ialah pengguna sepeda motor, sebanyak 21

  • Febriasyraf Charifa

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2 | 7

    responden, dan disusul oleh responden yang

    berjalan kaki sebanyak 10 orang. Hanya tiga

    responden yang menggunakan becak, dan dua

    responden menggunakan ojek dan sepeda.

    Saat pulang sekolah, pengguna kendaraan

    umum menjadi lebih banyak daripada pengguna

    kendaraan pribadi. Saat keberangkatan, waktu

    terasa terbatas untuk mencapai sekolah, oleh

    karena itu banyak dari responden yang

    menggunakan kendaraan bermotor dengan

    alasan cepat sampai. Sebaliknya, saat pulang

    sekolah, para siswa sudah tidak diburu waktu,

    sehingga mereka bisa pulang dengan santai.

    Faktor jarak dan waktu tempuh dari rumah ke

    sekolah tidak terlalu berarti dalam hal ini.

    Karena itulah, kendaraan umum yang lebih

    banyak digunakan. Terjadi penurunan pengguna

    mobil pribadi jika dibandingkan dengan saat

    keberangkatan sekolah, bisa jadi ini disebabkan

    karena waktu pulang anak-anak tidak

    bersamaan dengan jam pulang kerja orang tua,

    sehingga tak ada mobil pribadi yang menjemput

    mereka, terkecuali mereka yang memiliki sopir

    pribadi yang bertugas menjemput ke sekolah.

    Beberapa responden bahkan berjalan kaki untuk

    kembali pulang ke rumah. Jika tidak sendirian,

    responden diantar oleh orang dewasa yang

    menemaninya selama sekolah.

    Gambar 3. Jumlah Pengguna Moda

    Transportasi untuk Berangkat Sekolah di SD

    Negeri Arcamanik Endah.

    Sekolah Dasar Negeri Arcamanik berlokasi di

    Kecamatan Arcamanik, masuk ke dalam Sub-

    Wilayah Kota (SWK) Arcamanik sesuai dengan

    Rencana Struktur Ruang Kota Bandung tahun

    2010-2030. Sekolah yang berada tidak jauh dari

    ruas jalan kolektor sekunder (Jl. Arcamanik

    Endah) ini dikelilingi oleh beberapa macam guna

    lahan yang tidak sevariatif guna lahan di sekitar

    SD Negeri Ciujung. Sekolah ini lebih banyak

    dikelilingi oleh kawasan perumahan berkavling

    kecil dan sedang, serta sedikit kawasan

    perumahan berkavling besar.

    Secara mengejutkan, tidak ada responden di SD

    Negeri Arcamanik Endah yang menggunakan

    angkutan kota/bus, ojek, dan becak untuk

    berangkat sekolah. Sepeda motor masih

    menjadi moda transportasi yang paling banyak

    digunakan, 35 dari 70 responden menggunakan

    sepeda motor untuk berangkat ke sekolah. Di

    urutan kedua terbanyak ialah pengguna mobil

    antar-jemput, sebanyak 15 responden, dan

    disusul oleh pengguna mobil pribadi dan

    berjalan kaki yang sama banyak, sebanyak 7

    responden. Pengguna kendaraan pribadi masih

    sangat banyak dan mendominasi. Meskipun SD

    Arcamanik Endah berada di dalam kawasan

    perumahan, itu tidak mempengaruhi moda

    transportasi yang digunakan para siswa. Orang

    tua tetap merasa khawatir meninggalkan anak-

    anak mereka berperjalanan sendiri ke sekolah,

    karena minimnya kualitas trotoar di sekitar

    sekolah dan arus lalu lintas yang padat. Demi

    kenyamanan anak dan ketepatan waktu masuk

    sekolah, para orang tua rela mengantar anak-

    anaknya dengan kendaraan bermotor pribadi

    meskipun jarak rumah mereka dekat.

    Gambar 4. Jumlah Pengguna Moda

    Transportasi untuk Pulang Sekolah di SD Negeri

    Arcamanik Endah.

    Pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan

    umum sangat banyak, Namun, pengguna moda

    non-motorized (sepeda dan jalan kaki) juga

    turut bertambah cukup banyak. Hal ini

    disebabkan karena faktor lokasi sekolah yang

    berada di tengah lingkungan perumahan,

  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Bersekolah Siswa Sekolah Dasar Di Kota Bandung

    8 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2

    sehingga para orang tua merasa tidak terlalu

    khawatir jika harus mengizinkan anak-anaknya

    bepergian sendiri dengan berjalan kaki atau

    bersepeda. Tidak ada responden yang

    menggunakan angkutan kota karena lokasi SD

    Negeri Arcamanik Endah yang tidak dilewati

    oleh satupun rute angkutan kota.

    Kesimpulan

    Dari semua faktor yang diuji, tak ada faktor

    yang benar-benar berpengaruh kuat terhadap

    pemilihan moda transportasi anak-anak. Nilai

    koefisien kontingensi hasil perhitungan SPSS

    menunjukkan tidak ada nilai yang benar-benar

    mendekati 1. Nilai paling besar di antara faktor

    yang mempengaruhi pemilihan moda

    transportasi untuk berangkat ke sekolah dimiliki

    oleh faktor pendapatan orang tua, dengan nilai

    koefisien C sebesar 0,541. Sedangkan nilai

    paling besar di antara faktor yang

    mempengaruhi moda transportasi untuk pulang

    sekolah dimiliki oleh faktor jarak tempuh

    perjalanan pulang, dengan nilai keofisien C

    sebesar 0,568.

    Hasil yang didapat untuk distribusi

    penggunaan moda transportasi berangkat

    menuju sekolah dan pulang menuju rumah

    berbeda. Variasi penggunaan moda berubah.

    Saat perjalanan berangkat, jumlah pengguna

    sepeda motor jauh mendominasi, dengan

    jumlah pengguna moda yang lain seperti

    berjalan kaki, mobil antar-jemput, dan angkutan

    kota hanya sedikit. Ketika perjalanan pulang

    sekolah, keadaan menjadi berbeda. Jumlah anak

    yang pulang dengan sepeda motor berkurang,

    diikuti dengan bertambahnya jumlah anak yang

    menggunakan angkutan kota, mobil antar-

    Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Siswa Untuk Pergi ke Sekolah dan

    Pulang dari Sekolah

    No. Faktor-faktor

    SDN Ciujung SDN Arcamanik

    Endah

    Moda Pergi

    Moda Pulang

    Moda Pergi

    Moda Pulang

    I. Faktor Sosial-Ekonomi

    1. Pendapatan orang tua x x x x

    2. Kepemilikan kendaraan bermotor x x x x

    3. Kepemilikan mobil dalam keluarga x x V V

    II. Faktor Sosial-Demografi

    1. Usia siswa V V x x

    2. Jenis kelamin siswa x x V V

    3. Kepemilikan saudara kandung x x x x

    4. Kepadatan penduduk sekitar tempattinggal

    x x x x

    5. Persepsi orang tua terhadapneighborhood safety

    V x x x

    III. Faktor Fisik

    1. Jarak tempuh perjalanan dari danke sekolah

    x x x V

    2. Waktu tempuh perjalanan ke dandari sekolah

    x x x x

    3. Kepadatan permukiman disepanjang rute perjalanan

    x x V V

    4. Persepsi orang tua terhadap traffic safety

    x x x x

    5. Guna lahan V V x V

    6. Cuaca x x V x

    7. Keberadaan pepohonan x x x x

  • Febriasyraf Charifa

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2 | 9

    jemput, dan berjalan kaki.

    Penggunaan moda transportasi sepeda motor

    masih merupakan kendaraan bermotor pribadi

    yang favorit dan banyak digunakan oleh para

    orang tua responden, baik untuk perjalanan ke

    sekolah maupun untuk perjalanan pulang

    sekolah (sepertu terlihat pada Gambar 5.1).

    Selain karena sepeda motor sudah menjadi

    kendaraan yang bisa dimiliki oleh siapa saja

    dengan mudah, sepeda motor juga merupakan

    kendaraan yang simpel, cepat, dan dapat

    dipakai pada semua kondisi lingkungan

    permukiman, baik pada permukiman padat

    maupun permukiman yang tidak padat. Hal ini

    sesuai seperti yang diutarakan dalam Bab 3,

    menurut Masterplan Transportasi Kota Bandung

    tahun 2009 2029, bahwa moda yang

    digunakan untuk perjalan rutin penduduk

    didominasi oleh sepeda motor (51%), baru

    diikuti oleh angkutan kota (33%) dan mobil

    pribadi (16%).

    Penggunaan sepeda motor yang

    dominan ketika pergi dari rumah menuju

    sekolah disebabkan karena keinginan para

    orang tua untuk cepat tiba di sekolah agar sang

    anak tidak terlambat. Selain itu, 18% responden

    mengaku menumpang orang tuanya yang akan

    berangkat bekerja, sehingga tidak heran jika

    banyak anak-anak yang menggunakan

    kendaraan bermotor. Ketika pulang dari sekolah,

    karena tidak terburu oleh waktu, maka jumlah

    pengguna sepeda motor berkurang.

    Perilaku perjalanan terbukti erat

    kaitannya dengan jarak dan waktu tempuh.

    Moda yang digunakan amat tergantung pada

    jarak dan waktu perjalanan yang akan dilalui.

    Pada hasil temuan studi ini, semakin jauh jarak

    rumah dan sekolah, semakin enggan anak-anak

    berjalan kaki, naik sepeda, atau menggunakan

    becak. Tetapi, sebaliknya, pada jarak perjalanan

    yang pendek pun responden masih tetap

    menggunakan kendaraan bermotor. Ini ada

    hubungan dengan jam masuk sekolah, seperti

    yang telah disebut sebelum ini.

    Dari pembuktian sebelas faktor yang

    berpengaruh pada perilaku perjalanan, terdapat

    kaitan dengan aspek tata ruang. Diperlukan

    penyebaran sekolah dasar yang merata di

    seluruh wilayah Kota Bandung. Kualitas sekolah

    juga harus ditingkatkan agar para orang tua

    mau menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah

    yang relatif dekat dengan tempat tinggal. Harus

    ada aturan khusus standardisasi pengaturan

    kualitas sekolah, termasuk kebutuhan bangunan

    minimum untuk sekolah dalam kota, dan juga

    kualifikasi minimum guru pengajarnya. Hal ini

    sejalan dengan peran Kota Bandung sebagai

    kota pendidikan. Aturan ini harus diikuti dan

    dijalankan sebagaimana mestinya.

    Dengan telah ditemukannya 11 faktor

    yang mempengaruhi perilaku pergerakan anak

    sekolah dasar di Kota Bandung, maka bisa

    menjadi masukan bagi pemerintah kota selaku

    pengelola pelayanan fasilitas pendidikan dalam

    merencanakan pola dan rute angkutan kota

    yang diupayakan melayani seluruh kawasan

    pendidikan. Angkutan kota tersebut melayani

    dan menghubungkan kawasan pendidikan

    dengan kawasan-kawasan perumahan di seluruh

    bagian Kota Bandung, mengingat waktu tempuh

    dan jarak perjalanan mempengaruhi pemilihan

    moda pergi dan pulang dari sekolah.

    Terkait dengan Rencana Tata Ruang

    Wilayah (RTRW) Kota Bandung yang telah

    menetapkan rencana pola ruang bagi fasilitas

    pendidikan, maka ke-11 faktor yang terbuktikan

    pada studi ini dapat menjadi pertimbangan

    dalam menyesuaikan pola ruang untuk fasilitas

    pendidikan. Perlu disusun rencana induk alokasi

    fasilitas pendidikan untuk semua jenjang

    pendidikan yang mengacu pada RTRW Kota

    Bandung, yang dapat mengendalikan alokasi

    tata ruang sejalan dengan pertambahan fasilitas

    pendidikan akibat meningkatnya jumlah

    penduduk. khususnya mengendalikan rencana

    alokasi fasilitas pendidikan di seluruh bagian

    wilayah Kota Bandung (seperti yang telah

    ditetapkan dalam rencana pola ruang Kota

    Bandung).

    Daftar Pustaka

    Braza, M., Shoemaker, W., dan Seeley, A. 2004.

    Neighborhood design and rates of walking and

    biking to elementary school in 34 California

  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Bersekolah Siswa Sekolah Dasar Di Kota Bandung

    10 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2 | 10

    communities. American Journal of Health

    Promotion, 19, 128-136.

    Bricker, S.K., Kanny, D., Mellinger-Birdsong, A.,

    Powell, K.A. 2002. School Transportation

    Modes Georgia, 2000. Morbidity and

    Mortality Weekly Report 51 (32), 704-705.

    Dehgan, M., Akhtar-Danesh, N., & Merchant,

    A.T. 2005. Childhood obesity, prevalence and

    prevention. Nutrition Journal, 4(24).

    Dieleman, Frans M. dkk. 2002. Urban form and

    travel behaviour: Micro-level Household

    Attributes and Residential Context. Urban

    Studies, Vol. 39, No.3, 507-527.

    Ewing, R., Schroeer, W., dan Greene, W. 2004.

    School location and student travel: analysis of

    factors affecting mode choice. Transportation

    Research Record, 1895, 55-63.

    Irawan, M.Z., Sumi, T. 2011. Promoting active

    transport in students travel behavior: a case

    from Yogyakarta (Indonesia). Journal of

    Sustainable Development Vol. 4, No. 1 (2011),

    45-52.

    Larsen, K., Gilliland, J., Hess, P., Tucker, P.,

    Irwin, J., He, M. 2009. The influence of the

    physical environment and sociodemographic

    characteristics on childrens mode of travel to

    and from school. American Journal of Public

    Health Vol. 99 No. 3 (2009), 520-526.

    Handy, Susan. 1996. Methodologies for

    exploring the link between urban form and

    travel behavior. Transportation Research, D, 1,

    2, 151-165.

    McDonald, N.C. 2005. Getting to school: The

    impact of free transit on low income and

    minority students.

    McDonald, N.C. 2008. Childrens mode choice

    for the school trip: the role of distance and

    school location in walking to school.

    Transportation (2008) 35:23-35.

    McMillan, Tracy E. 2007. The relative influence

    of urban form on a childs travel mode to

    school. Transportation Research Part A

    41(2007), 69-79.

    McMillan, T.E., Day, K., Boarnet, M., Alfonzo, M.,

    dan Anderson, C. 2006. Johnny walks to

    school does Jane? Sex differences in

    childrens active travel to school. Children,

    Youth, and Environments, 16, 75-89.

    Schlossberg, M.,Greene, J., Phillips, P.P.,

    Johnson, B., Parker, B. 2006. Effetcts of urban

    form and distance on travel mode. Journal of

    The American Planning Association Vol. 72

    (2006), 337-346.

    Shokoohi, R., Hanif N.R., Dali, M.M. 2010.

    Children walking to and from school in Tehran:

    association with neighborhood safety, parental

    concerns and childrens perceptions. Asian

    Journal of Environment-Behaviour Studies Vol.

    2 No. 4 (2011), 13-25.

    Soltani, A., Zamiri, M. 2011. Investigation of

    school students travel patterns, two case

    areas of Mashdad, Iran. Modern Applied

    Science Vol. 5 (2011), 184-195.

    Susilo O. Yusak dan Maat, K. 2007. The

    inuence of built environment to the trends in

    commuting journeys in the Netherlands.

    Transportation (2007) 34:589609.