tipus final.docx

27
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur dan Komposisi Plak Secara umum komposisi plak terdiri dari air dan berbagai jenis bakteri di dalam matriks intraseluler yang dibentuk oleh bakteri tersebut. Banyaknya bakteri tersebut tergantung pada lokasi, diet individu dan lamanya plak tersebut mengalami proses pematangan. (Kadir, 1991) 2.1.1 Komposisi Secara Keseluruhan Komposisi plak terdiri dari bahan organik dan anorganik terutama terdiri dari bakteri dan jumlah bakteri kira-kira 250 juta/mg plak basah. Kandungan plak mempunyai banyak air, bakteri- bakteri yang terdapat di dalam plak berkolonisasi di atas suatu matriks, yang terdiri dari saliva dan bahan-bahan metabolisme bakteri, misalnya polisakarida ekstraseluler yaitu dekstran, levan dan lain-lain. Disamping komponen air, bakteri, dan matriks interseluler, endapan plak ini juga mengandung sel-sel epitel yang lepas, sel-sel

Upload: kumihos-my-name

Post on 14-Aug-2015

87 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TIPUS FINAL.docx

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur dan Komposisi Plak

Secara umum komposisi plak terdiri dari air dan berbagai jenis bakteri di

dalam matriks intraseluler yang dibentuk oleh bakteri tersebut. Banyaknya bakteri

tersebut tergantung pada lokasi, diet individu dan lamanya plak tersebut

mengalami proses pematangan.

(Kadir, 1991)

2.1.1 Komposisi Secara Keseluruhan

Komposisi plak terdiri dari bahan organik dan anorganik terutama

terdiri dari bakteri dan jumlah bakteri kira-kira 250 juta/mg plak basah.

Kandungan plak mempunyai banyak air, bakteri-bakteri yang terdapat di

dalam plak berkolonisasi di atas suatu matriks, yang terdiri dari saliva dan

bahan-bahan metabolisme bakteri, misalnya polisakarida ekstraseluler

yaitu dekstran, levan dan lain-lain. Disamping komponen air, bakteri, dan

matriks interseluler, endapan plak ini juga mengandung sel-sel epitel yang

lepas, sel-sel darah putih, partikel sisa makanan, garam-garam anorganik

yaitu garam-garam kalsium dan fosfat.

(Djuita, 1989)

Menurut Roeslan (2002: 122) bakteri plak gigi mengandung tiga

komponen fungsional:

Organisme kariogenik, terutama S. mutans, L. acidophilus, dan A.

viscosus.

Organisme penyebab kelainan periodontal, khususnya Bacteroides

asaccharolyticus (gingivalis) dan Actinobacillus

(actinomycetemcomitans), walaupun A. viscous, Bakteroides

Page 2: TIPUS FINAL.docx

melaninogenicus, Veillonella alcalescans, Fusobakteria, dan

Spirochaetes juga terlibat.

Bahan adjuvant dan supresif, yang paling potensial adalah

lipopolisakarida (0,01%), dekstran (9,9%), levan (1%), dan sejumlah

asam lipoteikoat.

2.1.2 Komposisi Plak Masak

Tujuh puluh persen (70%) plak terdiri dari mikroba dan sisa-sisa

produk, ekstraseluler dan bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein.

Protein, karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan dalam plak.

Karbohidrat yang paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran

juga levan dan galaktosa. Komponen organik utama adalah kalsium,

fosfor, magnesium, potasium dan sodium. Kandungan garam anorganik

tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah, ion kalsium ikut

membantu perlekatan antara bakteri dengan pelikel.

(Manson dan Eley, 1993)

Komposisi bakteri dari plak pada permukaan luar terdiri dari

bakteri jenis aerob, sedangkan pada permukaan bagian dalam terdiri dari

bakteri anaerob. Bakteri anaerob cenderung lebih banyak karena oksigen

yang masuk ke bagian dalam hanya sedikit sehingga memungkinkan

bakteri anaerob tumbuh dengan subur. Bakteri di dalam plak tidak sama

dengan yang terdapat dalam rongga mulut, lactobacillus yang dulu dikira

penyebab utama karies ternyata hanya sejumlah kecil pada plak dan dalam

saliva jumlahnya lebih banyak. Sedangkan Streptococcus sangat sedikit

jumlahnya di dalam saliva dan banyak pada dental plak. Bakteri-bakteri

yang berada di dalam plak selain bisa menghasilkan asam (asidogenik)

dari makanan yang mengandung karbohidrat juga dapat bertahan dan

berkembang biak dalam suasana asam (asidurik). Distribusi bakteri di

dalam plak sangat bervariasi, namun pada umumnya bakteri di lapisan

Page 3: TIPUS FINAL.docx

bagian dalam berkumpul membentuk koloni yang lebih padat serta

mempunyai dinding yang lebih tebal, terutama dari jenis coccus.

(Willett, 1991; Gurenlian, 2007; Samaranayake, 2009).

Komposisi matriks interseluler dari dental plak terdiri atas

polisakarida ekstraseluler yang dibentuk oleh jenis bakteri tertentu di

dalam plak. Jenis utama bakteri yang mempunyai kemampuan untuk

membentuk polisakarida ekstraseluler adalah beberapa strain

Streptococcus yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,

Streptococcus sanguis dan strain Streptococcus lainnya. Bakteri-bakteri ini

membentuk polisakarida ekstraseluler dari karbohidrat, terutama sukrosa

merupakan substrat utama bagi pembentukan dekstran yang merupakan

polimer glukosa dan levan yang merupakan polimer fruktosa. Pada

permukaan licin dari gigi, koloni dilakukan terutama oleh jenis-jenis

bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk dekstran,

misalnya Streptococcus mutans. Sedangkan pada permukaan akar yang

lebih terlindung terhadap tekanan-tekanan mekanik, organisme pembentuk

levan seperti Odontomyces viscosus akan berkoloni membentuk plak

(Willet, 1991; Caranza, 2006; Megananda et al., 2009).

2.2 Faktor pencegah dan pendukung pembentukan plak dan karang gigi

2.2.1 Menurut Carlsson (dalam Klaus, 1989) faktor – faktor yang

mempengaruhi proses pembentukan dental plak adalah sebagai berikut :

Lingkungan fisik yang meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi

jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi, dimana plak akan jelas

terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan menggunakan disclosing

solution. Pada daerah yang terlindung karena kecembungan permukaan

gigi, gigi yang letaknya salah, permukaan gigi dengan kontur tepi gusi

yang buruk, permukaan email yang cacat dan daerah cemento enamel

junction yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.

Page 4: TIPUS FINAL.docx

Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah pada permukaan gigi

yang tidak terlindung dan pemeliharaan kebersihan mulut dapat

mencegah atau mengurangi penumpukan plak di permukaan gigi.

Pengaruh diet terhadap pembentukan plak ada dua aspek yaitu :

pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan

bagi bakteri di dalam plak. Keras lunaknya makanan mempengaruhi

pembentukan plak, plak akan terbentuk apabila kita lebih banyak

menkonsumsi makanan lunak. Terutamanya makanan yang

mengandung karbohidrat jenis sukrosa.

2.2.2 Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

komposis iplak, seperti yang dikemukakan oleh Seymour danHeasman (1992),

yaitu:

Umur subyek

Secara kuantitatif pada individu yang tua ditemukan bakteri dalam

jumlah yang lebih sedikit pada 4-8 jam sesudah pembentukan plak,

meskipun perbedaan ini tidak terjadi lagi setelah 24 jam. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa pada hari pertama dan seterusnya

plak terkumpul dengan kecepatan lebih besar pada orang

tuadibandingkan orang muda. Perbedaan tersebut kemungkinan

disebabkan karena perbedaan diet.Alternatif lain karena adanya

perubahan lingkungan oral yang disebabkan oleh berkurangnya

kecepatan aliran saliva pada manusia.

Variasi diurral

Perkembangan plak selama periode 24 jam tidak konstan. Kecepatan

perkembangannya berkurang sampai setengahnya selama periode 24

jam kedua. Salah satu kemungkinan yang dapat menerangkan hal ini

adalah bahwa koloni bakteri kekurangan makanan bila sekresi saliva

Page 5: TIPUS FINAL.docx

berkurang yaitu pada malam hari.

Sifat pelikel

Komposisi dan struktur pelikel mungkin mempengaruhi interaksi

antara pelikel dan koloni bakteri. Interaksi hidrofobik antara pelikel

dan bakteri di duga berperan penting dalam meningkatkan perlekatan

bakteri ke gigi.

Kekasaran permukaan

Pemukaan gigi yang tidak teratur dan kasar memudahkan kolonisasi

bakteri pada enamel. Permukaan gigi yang tidak teratur meliputi retak

sederhana pada enamel, CEJ yang menonjol dan daerah enamel

hipoplasia. Setelah kolonisasi awal pada gigi yang rusak, plak akan

berkembang lebih cepat dari pada daerah enamel yang halus.

Lokasi plak dalam mulut

Plak pada fisur oklusal mempuyai komposisi bakteri yang berbeda

dengan plak dento ginggiva pada permukaan gigi yang halus. Hal ini

dipengaruhi juga oleh faktor ekologi, seperti kebutuhan nutrisi, kadar

oksigen lokal, penghilangan bakteri oleh saliva.

Diet

Bakteri dalam plak mampu memetabolisme berbagai diet gula untuk

menghasilkan polimer karbohidrat yang menjadi komponen utama

matriks plak. Konsekuensinya, jika diet terdiri dari berbagai

karbohidrat, maka kuantitas kecepatan pembentukan plak akan

meningkat.

Bahan restorasi gigi

Pasien yang sering datang ke dokter gigi biasanya banyak memiliki

tumpatan berikut dengan bahan tumpatan yang berbeda-beda. Retensi

Page 6: TIPUS FINAL.docx

plak pada bahan-bahan tersebut bervariasi, dimana perlekatan lebih

disebabkan oleh karena adanya permukaan yang kasar daripada

struktur ataupun komposisi materialnya.Terdapat laporan bahwa

porselen meretensi plak lebih sedikit disbanding bahan lain. Akan

tetapi, perbedaan tersebut berkurang apabila bahan-bahan tersebut

dipoles dengan baik.

2.2.3 Faktor pencegah plak gigi

Plak memiliki konsistensi yang lunak sehingga mudah dibersihkan

dengan melakukan penyikatan gigi yang baik dan flossing

menggunakan benang gigi, plak akan tetap terbentuk setelah

dibersihkan. Oleh karena itu rutinitas menjaga kebersihan gigi dari

plak sangat penting.

Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride

Selain membantu untuk membersihkan gigi dengan lebih baik, pasta

gigi juga berperan untuk melindungi gigi dari kerusakan karena

biasanya mengandung fluoride.

Pemilihan sikat gigi meliputi kelembutan bulu sikat, ukuran kepala

sikat gigi , model sikat gigi,dan gagang sikat.

2.3 Mekanisme biofilm, plak , dan karang gigi

2.3.1 Mekanisme Pembentukan Dental Plak

Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap

pembentukan lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri.

Acquired pelicle merupakan deposit selapis tipis dari protein saliva terdiri

– dari glikoprotein yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat gigi.

Setelah pembentukan acquired pellicle, bakteri mulai berproliferasi

disertai dengan pembentukan matriks inter bakterial yang terdiri dari

polisakarida ekstraseluler. Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran,

protein saliva dan hanya bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler

yang dapat tumbuh, yakni Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,

Page 7: TIPUS FINAL.docx

Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam

pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari jenis coccus. Bakteri

tidak membentuk suatu lapisan yang kontinyu diatas permukaan aquirec

pelikel melainkan suatu kelompok-kelompok kecil yang terpisah, suasana

lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya

mikroorganisma aerobik dan fakultatif yang dapat tumbuh dan

berkembang biak (Klaus,1989 ; Manson,1993 ; Caranza, 2006).

Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan

bacillus fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari

keseluruhan populasi 50% terdiri dari Streptococcus mutans (Willet,

1991). Dengan adanya perkembangbiakan bakteri maka lapisan plak

bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme dan adesi bakteri pada

permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak berubah menjadi

anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus mutans berbagai

jenis mikroorganisma lain memasuki plak, hal ini dinamakan “Phenomena

of succession”, pada keadaan ini dengan bertambahnya umur plak, terjadi

pergeseran bakteri di dalam plak (Semaranayake, 2006).

Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan

mulut diabaikan, coccus gram negatif dan bacillus bertambah jumlahnya

(dari 7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus yang

bersifat anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces dan

Veillonella yang aerob bertambah jumlahnya. Pada saat plak matang dihari

ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio dan

jenis filamen terus bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada

Actinomyces naeslundi. Pada hari ke-28 dan ke-29 jumlah Streptococcus

terus berkurang (Semaranayake, 2006 ; Gurenlian, 2007 ; Megananda et

al, 2009).

Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi

melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:

Page 8: TIPUS FINAL.docx

Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan

gigi

Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan

bakeri baru (Suci, 2011 )

2.3.2 Pembentukan Kalkulus

Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan

umumnya bakteri plak memegang peranan penting dalam menentukan

pembentukan kalkulus. Pelekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan

plak gigi, sedangkan permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus

subgingival selalu diliputi oleh plak gigi. Kalkulus merupakan suatu

endapan amorf atau kristal lunak yang terbentuk pada gigi atau protesa dan

membentuk lapisan konsentris. Kalkulus ini biasanya terbentuk setelah 2-

14 hari terbentuknya plak. Kalkulus disebut juga "tartar" merupakan

endapan keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat mengelilingi

mahkota dan akar gigi. Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga terdapat

pada gigi tiruan dan restorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan

scalling. Penelitian morfologi kalkulus menggunakan scanning electron

microscopy (SEM) menunjukkan bahwa kalkulus supragingival dan

kalkulus subgingival kasar dan porus serta terdapat retensi dan plak gigi.

Permukaan luar kalkulus selalu diliputi oleh organisme-organisme bentuk

filamen dan bulat, sedangkan permukaan dalam kalkulus tidak. Ada

perbedaan jumlah koloni pada plak gigi dengan atau tanpa kalkulus

supragingival. Pada plak gigi kelompok kalkulus terdapat lebih banyak

spesies Bacteroides intermedius, Bacteroides melaninogenicus serta

Capnocytophaga. Organisme yang terdapat pada plak gigi yang sudah

matang juga terdapat pada kalkulus. Ditemukan ada 22 mikroorganisme di

dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan penting dalam

pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan

Page 9: TIPUS FINAL.docx

kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak

stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi. Sumber mineral untuk

kalkulus supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus

subgingival dari serum darah. Kalkulus terjadi karena pengendapan garam

kalsium fosfat, kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi

kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu

pembentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk,

sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk kalkulus.

Kalkulus melekat erat dengan gigi dan hanya bisa dibersihkan

dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Kalkulus mula-mula

kuning, lama-kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai

dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi. Kalkulus dapat

menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal karena penurunan gusi, gusi

bengkak, gusi berdarah terutama saat menyikat gigi dan halitosis (bau

mulut).

Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai proses

terbentuknya kalkulus, antara lain:

Teori CO

Menurut teori ini, pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat

adanya perbedaan tekanan CO2 dalam rongga mulut dengan tekanan CO2

dari duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga

larutan menjadi jenuh.

Teori Protein

Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggungan

dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva,

sehingga mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam

kalsium fosfat.

Page 10: TIPUS FINAL.docx

Teori Fosfatase

Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.

Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi

pengendapan garam kalsium fosfat.

Teori Esterase

Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses

hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium

membentuk kalsium fosfat.

Teori Amonia

Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan

membentuk amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan

garam kalsium fosfat.

Teori Pembenihan

Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan

fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksiapatit dan berfungsi

sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.

Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap

gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival.

Kalkulus supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat

langsung di dalam mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan

distribusinya dipengaruhi oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus

subgingival terletak di bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung

di dalam mulut, dan warnanya kehitaman. Endapan kalkulus supragingival

terbanyak adalah pada permukaan bukal gigi molar pertama maksila, dan

pada permukaan lingual gigi insisivus pertama dan kedua mandibula.

Endapan kalkulus subgingival paling banyak terdapat pada gigi insisivus

pertama dan kedua mandibula, diikuti oleh gigi molar pertama maksila,

kemudian gigi-gigi anterior maksila. (Sriono, 2005)

Page 11: TIPUS FINAL.docx

2.4 Dampak dari pembentukan plak dan karang gigi

2.4.1 Dampak Plak

Bakteri – bakteri dalam plak yang melekat pada permukaan gigi

terutamanya Streptococcus dan Lactobasilus akan memetabolisme sisa

makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis

karbohidrat yang fermentable, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose.

Gula ini mempunyai molekul yang kecil dana mempunyai berat yang

rendah sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri, hasil

metabolisme oleh bakteri tersebut selain dapat menghasilkan asam juga

menghasilkan polisakarida ekstraseluler dan polisakarida intraseluler,

alcohol dan CO2. Selain dihasilkan oleh Streptococcus dan Lactobasilus,

asam dan polisakarida ekstraseluler dan intraseluler juga dihasilkan oleh

Stapilococcus,

Neisseria, Enterococcus, akan tetapi bakteri ini tidak tahan hidup dalam

lingkungan asam dan hanya dapat hidup sampai pH 6 – 6,5, sedangkan

Streptococcus dapat tahan sampai pH 4,5 dan Lactobacilus dapat tahan

sampai pH 4. Streptococcus dan Lactobasilus selain asidogenik juga

bersifat asidurik (Kidd, 1992).

Menurut Gibbons dan Banghart (1967), Jordan dan Kayes (1966)

menyatakan bahwa Streptococcus kariogenik mempunyai sifat – sifat yang

memegang peranan utama dalam proses karies gigi. Streptococcus

memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga

mengakibatkan turunnya pH. Streptococcus membentuk dan menyimpan

polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat kemudian

polisakarida simpanan ini dapat dipecah kembali oleh bakteri tersebut

apabila karbohidrat eksogen berkurang, sehingga asam akan terus menerus

terbentuk. Streptococcus juga memiliki kemampuan untuk membentuk

polisakarida ekstraseluler (dekstran dan levan) yang menyebabkan sifat

adesif dan kohesif dari plak (Kidd, 1992 ; Willet, 1991).

Page 12: TIPUS FINAL.docx

2.4.2 Potensi Patologis Dental Plak Terhadap Terjadinya Penyakit

Jaringan Keras dan Jaringan Lunak Gigi

Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingival

mempunyai potensi yang cukup besar terhadap terjadinya penyakit pada

jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya. Keadaan ini

disebabkan karena plak mengandung berbagai macam bakteri dengan

berbagai macam hasil metabolismenya. Penyakit yang ditimbulkan oleh

bakteri terhadap jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya

tergantung dari umur dan ketebalan plak (yang akan mempengaruhi pH,

komposisi organik dan anorganik serta macam dan jumlah bakteri), jenis

makanan dalam diet dan banyaknya aliran saliva. Metabolisme karbohidrat

oleh bakteri asidogenik akan menghasilkan pembentukan dan penimbunan

asam, asam ini akan mengakibatkan terjadinya dekalsifikasi dan destruksi

permukaan gigi sehingga terjadi karies. Sedangkan metabolisme protein

akan menghasilkan bahan toksik terhadap jaringan lunak, selain itu juga

menghasilkan produksi basa seperti NH3 yang dapat meningkatkan pH

dan merangsang deposisi serta penimbunan garam kalsium dan fosfat yang

menyebabkan terjadinya kalkulus (Klaus, 1989 ; Megananda et al, 2009).

2.4.3 Dental plak sebagai penyebab terjadinya karies

Bakteri – bakteri dalam plak yang melekat pada permukaan gigi

terutamanya Streptococcus dan Lactobasilus akan memetabolisme sisa

makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis

karbohidrat yang fermentable, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose.

Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan mempunyai berat yang

rendah sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri, hasil

metabolisme oleh bakteri tersebut selain dapat menghasilkan asam juga

menghasilkan polisakarida ekstraseluler dan polisakarida intraseluler,

alkohol dan CO2. Selain dihasilkan oleh Streptococcus dan Lactobasilus,

Page 13: TIPUS FINAL.docx

asam dan polisakarida ekstraseluler dan intraseluler juga dihasilkan oleh

Stapilococcus, Neisseria, Enterococcus, akan tetapi bakteri ini tidak tahan

hidup dalam lingkungan asam dan hanya dapat hidup sampai pH 6 – 6,5,

sedangkan Streptococcus dapat tahan sampai pH 4,5 dan Lactobacilus

dapat tahan sampai pH 4. Streptococcus dan Lactobasilus selain

asidogenik juga bersifat asidurik (Kidd, 1992).

Asam yang paling banyak dihasilkan adalah asam laktat, selain itu

juga asam piruvat, asam asetat, asam propionate dan asam formiat. Asam

yang terbentuk dari hasil metabolisme ini selain dapat merusak gigi, juga

dipergunakan oleh bakteri untuk mendapatkan energi. Asam – asam ini

akan dipertahankan oleh plak permukaan email dan akan mengakibatkan

turunnya pH di dalam plak dan pada permukaan email sampai 5,2 – 5,5

(pH kritis) dalam waktu 1-3 menit, tetapi adapula yang mengatakan bahwa

Streptococcus untuk menurunkan pH permukaan email menjadi pH 6,0 –

5,0 membutuhkan waktu kurang dari 13 menit. Pada Lactobasilus

memerlukan waktu beberapa hari untuk menghasilkan penurunan pH yang

sama. Plak akan bersifat asam untuk beberapa waktu dan akan kembali ke

pH normal (pH 7) dibutuhkan waktu 30 – 60 menit. Pada seseorang yang

terlalu sering mengkonsumsi gula dan terus – menerus maka pH akan tetap

dibawah pH normal, dalam waktu tertentu akan mengakibatkan terjadinya

demineralisasi dari permukaan email yang rentan diikuti dengan terjadinya

pelarutan kalsium dan phospat dari email, selanjutnya akan terjadi

kerusakan / destruksi email sehingga terjadilah karies gigi (Megananda et

al, 2009 ; Semaranayake, 2009 ; Wikipedia, 2010).

Menurut Gibbons dan Banghart (1967), Jordan dan Kayes (1966)

menyatakan bahwa Streptococcus kariogenik mempunyai sifat – sifat yang

memegang peranan utama dalam proses karies gigi. Streptococcus

memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga

mengakibatkan turunnya pH. Streptococcus membentuk dan menyimpan

polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat kemudian

Page 14: TIPUS FINAL.docx

polisakarida simpanan ini dapat dipecah kembali oleh bakteri tersebut

apabila karbohidrat eksogen berkurang, sehingga asam akan terus menerus

terbentuk. Streptococcus juga memiliki kemampuan untuk membentuk

polisakarida ekstraseluler (dekstran dan levan) yang menyebabkan sifat

adesif dan kohesif dari plak (Kidd, 1992 ; Willet, 1991).

Katz (1971) menggambarkan proses karies gigi secara diagramatik

sebagai berikut (Megananda et al, 2009) :

Bakteri + karbohidrat -----polisakarida extraseluler (PES)

PES + bakteri + saliva ------plak gigiBakteri asidogenik dalam

plak + karbohidrat ------asam Asam + permukaan gigi --------karies

gigi.

2.4.4 Dental plak sebagai penyebab kelainan jaringan periodontal

Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

periodontal antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, material alba

dan food debris. Semua faktor lokal tersebut terjadi akibat kurangnya

kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan mulut. Loe et al (1965)

mengadakan penelitian mengenai proses terjadinya gingivitis pada pasien

– pasien dengan gingival sehat, dengan cara mengabaikan kebersihan gigi

dan mulut serta meneliti perubahan – perubahan yang terjadi pada

mikroflora plak. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang erat

antara plak dan gingivitis. Gejala – gejala klinis gingivitis mulai terlihat 10

– 21 hari setelah prosedur pembersihan gigi dan mulut dihentikan.

Theilade dan Ritz menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur plak

juga akan terjadi perubahan pada jumlah dan jenis bakteri. Coccus dan

batang Gram positif merupakan bakteri yang dominan pada permulaan,

setelah beberapa hari akan berkurang. Selanjutnya coccus Gram negatif,

filamen fusobakterium, vibrio, spirochaeta dan jenis lainnya akan

bertambah dan terdapat bukti – bukti bahwa perubahan – perubahan ini

berhubungan erat dengan bertambahnya potensi patologis plak gigi

Page 15: TIPUS FINAL.docx

terhadap periodontal (Klaus, 1989 ; Manson,1993).

Terjadinya inflamasi pada gingival oleh bakteri di dalam plak

disebabkan karena bakteri tersebut menghasilkan enzim – enzim yang

mampu menghidrolisa komponen interseluler dari epitel gingival dan

jaringan ikat di bawahnya. Enzim – enzim hidrolitik yang berperan pada

proses inflamasi ini yaitu enzim hialuronidase, lipase, kolagenase,

betaglukoranidase, chondrolitin sulfatase, dekarboksilase, peroksidase dan

katalase. Beberapa jenis bakteri berbentuk filament seperti Bacteroides

melaninogenicus mempunyai kemampuan untuk menghasilkan kolagenase

(enzim yang dapat menghidrolisa kolagen), Odontomyces viscosus dan

beberapa jenis lainnya mempunyai potensi patogenik terbesar terhadap

gingival. Iritasi terjadi karena toxin yang dihasilkan oleh bakteri dalam

plak dan akan mengakibatkan degenerasi dari epitel gingival dan inflamasi

jaringan ikat dibawahnya. Dinding sel dari bakteri Gram negatif yang

banyak terdapat pada plak dewasa mengandung endotoksin yang akan

dilepaskan setelah bakteri tersebut mati. Bakteri dalam plak dan hasil

metabolismenya merangsang terjadinya reaksi antigen antibodi yang

abnormal pada jaringan gingival sebagai respon tubuh terhadap antigen

bakteri (Semaranayake, 2006 ; Megananda, 2009).

2.5 Pencegahan dan pengobatan plak dan karang gigi

2.5.1 Pencegahan Plak

Pencegahan plak gigi dapat dilakukan :

Secara mekanik yaitu dengan menyikat gigi dan pembersihan

interdental dengan menggunakan benang gigi (dental floss).

Secara kimiawi yaitu kumur-kumur dengan cairan antiseptis.

Mengurangi konsumsi makanan manis dan lengket.

Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang berair dan sayuran

berserat.

Memperbanyak minum air putih

Page 16: TIPUS FINAL.docx

Mengurangi minuman kopi, teh, soda dan berhenti merokok yang

dapat menimbulkan lapisan tipis dipermukaan gigi yang disebut stain

sehingga warna gigi jadi kusam, kecoklat-coklatan.

Memijat gusi dengan menggunakan dental water jet

Pemeriksaan gigi secara berkala.

(Besford, 1996)

Kekuatan fisiologis alami yang membersihkan rongga mulut tidak

mampu menghilangkan plak gigi. Sehingga mengontrol plak merupakan

cara untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasinya. Inilah

tingkatan utama dalam pencegahan penyakit gusi dan karies. (Srigupta,

2004)

Vitamin A, C dan D dikenal memiliki peran penting dalam menjaga

kesehatan mulut dan mencegah pembentukan plak. Vitamin-vitamin

tersebut juga penting untuk menjaga tulang, gusi, dan gigi agar tetap kuat

dan bebas penyakit.

2.5.2 Peranan Vitamin dalam pencegahan dan pengobatan

Vitamin A

Vitamin A berkontribusi penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan gigi, tulang, jaringan lunak, rambut, kulit, serta

penglihatan. Vitamin A juga membantu memelihara kesehatan mulut,

membuat gigi kuat, dan mencegah plak. Beta-karoten atau prekursor

vitamin A memiliki sifat antioksidan kuat untuk mencegah penyakit

periodontal dan melawan pembusukan gigi. Vitamin A ditemukan dalam

berbagai makanan seperti wortel, melon, brokoli, ubi jalar, susu, telur,

bayam, dan ikan.

Vitamin C

Page 17: TIPUS FINAL.docx

Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan ampuh

melawan infeksi serta memperbaiki jaringan tubuh. Vitamin C menjaga

gusi, gigi, tulang, pembuluh darah, jaringan tubuh, dan kulit agar tetap

sehat. Vitamin C efektif pula menghambat pertumbuhan plak, mencegah

kanker, dan radang gusi. Vitamin C juga mengandung antioksidan untuk

melawan mikroorganisme yang membentuk biofilm pada gigi. Vitamin ini

ditemukan dalam jeruk, berry, brokoli, kembang kol, paprika dan peterseli.

Karena tidak disimpan dalam tubuh, untuk mengambil suplemen vitamin

C, terutama jika tidak mengkonsumsinya dalam jumlah yang cukup.

Vitamin D

Vitamin D sangat penting untuk menjaga gigi, gusi, dan tulang tetap

kuat dan sehat. Vitamin ini membantu memperkuat tulang rahang untuk

menghindari tanggalnya gigi, melawan penyakit periodontal dan

membantu melindungi gigi dari penumpukan plak. Vitamin D dibuat di

dalam tubuh dengan bantuan paparan sinar matahari, tetapi juga dapat

ditemukan dalam makanan seperti ikan, susu, telur, mentega dan keju.

Vitamin ini mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh yang pada

akhirnya melawan bakteri yang menyebabkan penyakit dan peradangan

gusi.

(MH, Putri.2010)