tinjauan pustaka pengertian dan irefersibel. ( manjoer, 2001).repository.ump.ac.id/5210/3/sukron...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus-menerus. Gagal ginjal cronik dapat timbul dari hampir semua penyakit.
(Corwin, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat perrsisten
dan irefersibel. ( Manjoer, 2001).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu syndrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menaun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut. (Suyono, 2001). Ketidak mampuan lingkungan internal yang konsisten
dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. (Long, 2000).
Gagal ginjal kronik adalah memperburuknya fungsi renal yang tidak dapat
pulih dalam kemampuannya untuk mempertahankan metabolic dan gagalnya
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia azotemia
(tersimpannya urea dan sisa nitrogen lain dalam darah) penurunan fungsi ginjal
yang umumnya ireversibel dan cukup lanjut (Sarwono, 2001)
Gagal ginjal kronik adalah keadaan dimana lebih banyak nefron rusak
secara progresif sampai ginjal tidak mampu lagi berfungsi dengan semestinya.
(Pagunsan, Pearle T. et all 2007 )
7
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
8
Jadi kesimpulan dari Choronic Renal Failure atau gagal ginjal kronik
adalah suatu dimana ginjal tidak mampu mempertahankan lingkungan internal
tubuh untuk mempertahankan metabolic dan gagalnya keseimbangan cairan dan
elektronik sehingga ginjal berhenti mengeluarkan sisa metabolic dan kelebihan
air dalam darah yang mengakibatkan azotamia dan uremia.
B. Anatomi Dan Fisiologi
1. Anatomi Ginjal
(Ilham, 2003)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah
lumbal di sebelah kanan dan kiri tulang belakang dibungkus lapisan tulang
lemak yang tebal di belakang peritoneum. Nefron merupakan unit fungsional
ginjalyang terdiri dari glomerulus dan tubulus. Ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kiri karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
9
Struktur ginjal : setiap ginjal dilengkapi kapsul tipis dan jaringan fibrus
yang dapat membungkusnya dan membentuk pembungkus yang halus. Di
dalamnya terdapat struktur-struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas
nagian korteks di sebelah luar dan bagian medula disebelah dalam. Medulla
ini tersusun 15-16 masa berbentuk pyramid yang disebut pyramid ginjal.
2. Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti dua kacang yang terletak di
belakang peritoneum pariental dapat sudut konstovertebal. Nefron merupakan
unit fungsional dari ginjal dan setiap giinjal terdiri atas kira-kira 1 juta unit
nefron. Struktur nefron berperan dalam proses pembentukan urine, terdiri dari
glomerulus yang berada di dalam kapsul bowmen. Tubulus yagn berbelok-
belok pada bagian distal dan tubulus-tubulus tempat penampung kapsul
bowmen dan tubulus yang berbelok-belok berada pada bagian medula. Urin
dari tubulus menampung yang banyak itu mengalir ke tubulus yang lebih
besar yang membentuk pyramid pada medulla, kemudian urin mengalir ke
pelvis renalis.
Fungsi utama dari kedua ginjal adalah ultrafiltrasi yaitu membuang
volume cairan dari darah sirkulasi bahan-bahan yang terlarut dalam cairan
juga ikut terbuang. Pengendalian cairan yaitu mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang tepat dalam batas ekskresi yang normal dalam
sekresi dan reabsorpsi. Keseimbangan asam yaitu mempertahankan pH pada
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
10
derajat normal dan basa yang normal pula juga ekskresi ion H dan
pembentukan bikarbonat untuk buffer atau penyangga. Ekskresi produk sisa
yaitu pembuangan langsung produk metabolisme yang terdapat pada filtrate
glomerulus. Mengatur tekanan yaitu mengatur tekanan darah dengan
mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi renin. Memproduksi eritrosit,
yaitu eritropoitein yang disekresi oleh ginjal merangsangg sum-sum tulang
agar membuat sel-sel eritrosit. mengatur metabolisme yaitu mengaktifkan
vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat ginjal. (Long,2000).
Selain fungsinya sebagai pengendali mkeseimbangan air dan kimia
tubuh, ginjal menghasilkan renin dan eritropin.trenin di produksi oleh sel-sel
tertentu dalam dinding arteriol yang dilalui darah menuju glomerulus. renin
disekresi bila tekanan darah sangat menurun sehingga jumlah darah yang
melewati ginjal tidak cukup. hormon ini meningkatkan tekanan darah.hormon
lain yang disekresi ginjal adalah eritropoetin. Eritropoeitin disekresi oleh
ginjal sebagai respon terhadap penuruna tekanan oksigen normal. hormon ini
merangsang pembentukan eritrosit dalam sum-sum tulang dan meningkatkan
jumlah darah yang tersedia untuk pengangkuta oksigen. Fungsi ginjal yang
lain memproduksi vitamin D yang aktif secara biologis. (Gibson, 2001).
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
11
C. Etiologi
Etiologi chronic Renal Failure sanga komplek dan bervariasi, kerusakan
penyakit ginjal penyebebnya didasarkan atas penyakit morfologi system ginjal
itu sendiri (Ignatavius & Bayne, 2001)
a. Morfologi
1. Penyakit Glomerulus
- Gomerulonefritis
- Penyakit membrane (Basement Membran Disease)
- Glomerulosklrolis inter kapiler
2. Penyakit Tubular
- Hiperkalsemia Kronik
- Penekanan Potasium Kronik (Pemakaian analgetik yang
berlebihan)
- Keracunan logam berat
- Sindrom fanconi
3. Penyakit Vaskuler Ginjal
- Penyakit iskemia ginjal
- Sterosis arteri renalis bilaterfal
4. Penyakit Traktus Urinarius
- Obstruksi nefrotik (disebabkan oleh kalkuli / batu neoplasma,
abnomarmalitas leher kandung kemih uretra)
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
12
5. Kelainan congenital
- Hipoplastik
- Penyakit kiste medular
b. Penyebab Penyakit
1. Infeksi
- Pylonefritis
- Tuberkulosis
2. Penyakit Vaskuler sistemik
- Hipertensi renovaskuler inter renal
- Hipertensi renovaskuler eksternal
3. Penyakit Ginjal Metabolik
- Amilodosis
- Gout (Hiperuricemik nefropat)
- Iabetik nefropati
- Sarcoidosis
4. Penyakit Ginjal Kongenital
- Sklerosis sistemik progresif
- SLE (Systemik Lupus Erythomecurus)
- Poliarteritis
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
13
D. Patofisiologi
Gagal ginjal terjadi bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya
akan hancur namun sisa nefron yang masih utuh tetap bkerja normal. Uremia
akan timbul bilamana jumlah nefron sedemikian kurang, sehingga keseimbangan
cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Hipotesis nefron yang utuh
ini paling berguna untuk menjalankan pola adaptasi fungsional yaitu untuk
kemampuan mempertahankan cairan dan elektrolit tubuh kendati ada penurunan
kecepatan filtrasi Glomerulus (GFR) yang nyata. Meskipun kerusakan pada
ginjal terus berlanjut namun jumlah nsolut yang harus diekskresi oleh ginjal
untuk mempertahankan homeostasis tidak akan berubah kendati jumlah nefron
yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif. Dua
adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang mengalami hipertropi
dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, terjadi
peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap
nefron.
Menurut Price dan Wilson (1995) perkembangan peyakit ginjal pada
psien hingga tahap lanjut dinilai dari tingkat penurunan fungsi ginjal. Tahap
gangguan ginjal antara lain:
- Tahap 1 : Diminishid Renal Reserte
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan sisa-
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
14
Sisa metabolic dan ginjal yang sehat akan melakukan kompensasi terhadap
gangguan yang sakit tersebut.
- Tahap II : Renal Insuficiency (insufisiensi ginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabaila 40-80% fungsi normal, sedang
apabila 15-40% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal normal 2-20%.
Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolic mulai berakumulasi dalam darah
karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak dapat berkompensasi secara
terus-menerus terhadap kehilangan fungsi ginjal karena adanya penyakit
tersebut. Tingkat serum BUN, Kreatinin, asam urat dan fosfor mengalami
peningkatan tergantung pada tingkat penurunan fungsi ginjal.
- Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap lanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN,Kreatinin) berakumulasi dalam darah
dan ginjal tidak mampu mempertahankan homeostasis. Ketidakdeimbangan
cairan dan elektrolit terjadi bila tidak segera dianalisa akan menjadi fatal
/kematian.
Nefrotoksik dapat bermanifestasi menurunnya filtrasi glomerulus,
terganggunya ekskresi elektrolit, serta mineral (Sarwono, 2001).
Menurut Anderson (2000) dan Corwin (2000) patofiologi gagal ginjal
kronik yang disebabkan hipertensi adalah sebagai berikut: hipertensi
menyebabkan penurunan perfusi renal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
parenkim ginjal. Hal ini menyebabkan peningkatan renin dan meningkatkan
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
15
angiotensin II dapat meyebabkan dua hal yaitu: peningkatan aldosteron dan
vasokontriksi arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron, akan meningkatkan
reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan ekstraseluler sehingga
menyebabkan retensi air dan peningkatan volume cairan ekstraseluler. Pada
vasokontriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan glomerulus, hal ini akan
menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga laju filtrasi glomerulus menurun.
Sebagai kompensasi dari penurunan laju filtrasi menurun, maka kerja nefron
yang masih normal akan menigkat sampai akhirnya mengalami hipertropi. Pada
kondisi hipertropi akan meningkatkan filtrasi cairan tetapi reabsorpsi cairan
tubulus menurun, protein di tubulus di ekskredikan ke urine (proteinuria) yang
menyebabkan penurunan protein plasma (hipoproteinemia), hipoalbuminemia,
dan penurunan tekanan onkotik kapiler. Penurunan tekanan onkotik kapiler
menyebabkan edema anasarka. Pada edema anasarka akan menekan kapiler-
kapiler kecil dan syaraf yang akhirnya terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR
lebih lanjut akan menyebabkan tubuh tidak mampu membuang air, garam dan
sisa metabolisme sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrom uremia akan
meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi : rasa lelah, anoreksia, mual
dan muntah.
E. Gambaran Klinis
1. Umum : Fatique (kelemahan), malaise (perasan yang tidak enak).
2. Kulit : Pucat, mudah lecet, pruritus (gatal).
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
16
3. Mata : Anemis
4. Kardiovaskuler : Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis
(radang kandung jangtung)
5. Pernafasan : hiperventilasi asidosi, edema paru, efusi pleura.
6. Gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah, gastritis.
7. Kemih : Nokturia, poliuria, proteinuria.
8. Reproduksi : Penurunanan lipido.
9. Syaraf : Latergi, malaise tremor.
10. Tulang : Defisiensi vitamin D
Menurut Suyono (2001) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah:
a. Gangguan pada system gastrointestinal
- Anoreksia, mual dan muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat-zat toksik.
- Faktor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang
diubah menjadi ammonia oleh bakteri sehingga nafas berbau ammonia.
- Cegukan, belum diketahui penyebabnya.
b. Gangguan system hematologi dan kulit.
- Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
- Gatal-gatal akibat toksin uremik.
- Kulit puca karena anemia dan kekuningan karena penimbunan urokom.
- Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah)
- Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang)
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
17
c. Sistem syaraf dan otak
- Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
- Ensepalopati metabolic : Lemah, tidak bias tidur, gangguan konsentrasi.
d. Sistem Kardiofaskuler
- Hipertensi
- Nyeri dada, sesak nafas.
- Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini.
- Edema.
e. Sistem endokrin
- Gangguan seksual : Libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-
laki, pada wanita munculganguan mentruasi
- Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi
insulin.
f. Gangguan pada system lain.
- Tulang : osteodistropi renal.
- Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Menentukan ada tidaknya kegawatan
b. Menentukan derajat gangguan ginjal kronik.
c. Menetapkan gangguan system
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
18
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. BUN / kreatinin mengikat 10 mg/dl.
b. Darah lengkap, Hb menurun karena adanya anemia Hb<7-8 g/dl.
c. Natrium serum mungkin rendah
d. Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
asidosis.
e. Magnesium / fosfat meningkat, kalium menurun.
f. Protein / albumin : Kehilangan protein melalui urin
2. Urine
a. Volume : Biasanya kurang dari 400ml atau 24 jam
b. Warna : Secara abnormal urine keruh oleh pus.
c. Osmolaritas : Kurang dari 350 m osm / kg menunjukan kerusakan
tubuh.
d. Kreatinin : Mungkin agak menurun.
3. Ultrasonografi
Menunjukan adanya massa, kista, obstuksi pada saluran perkemihan
bagian atas.
4. EKG
Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
atau basa.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
19
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum
penatalaksanaan medis menurut Mansjoer (2001) yaitu:
a. Tentukan dan tatalaksana
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam, furosemid
dosis besar (250-1000 mg /hari ) pengawasan untuk mencegah kelebihan
cairan.
c. Diet tinggi kalori dan rendah protein (20-40 g/dl ) dan tinggi kalori
menghilangkan gejala anoreksia uremia.
d. Kontrol hipertensi karena bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan
hasil akhir gagal jantung kiri.
e. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan adalah
hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari
masukan kalium yang besar, obat-obatan yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (misalnya, penghamat ACE dan obat anti inflamasi non
steroid).
f. Deteksi dini dan terappi infeksi. Pasien uremia harus diterapi sebagai
pasien imunosupreif dan diterapi lebih ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal. Banyak obat-obatan yang
harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksik dan dikeluarkan
oleh ginjal. Misalnya, digoksin, amingikosi, analgesic opiate, amforesin,
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
20
dan alopuinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan
ureum darah, misalnya tetraklin, koortkosteroid, dan sitostatik.
h. Mencegah dan tatalaksana tulang ginjal. Hiperfosfatemia dikontrol dengan
obat yang mengikat fosfot seperti aluminium hidroksida (300-180) atau
kalsium karbonat (500-3000) pada setiap makan.
i. Deteksi dan terapi komplikasi. Awasi dengan ketat kemungkinan
ensefalopati uremia, perikarditis, neropati perifer, hiperkalemia yang
meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, kegagalan untuk bertahan,
sehingga diperlukan dialysis dan program tranplantasi.
Para peneliti di amerika serikat ini telah menemukan factor risiko
untuk kegagalan ginjal yaitu meliputi usia tua, anemia, wanita, hipertensi,
diatebetes, penyakit vaskuler perifer dan riwayat gagal jangtung kongesif atau
penyakit kardiovaskuler. (Sahabat ginjal, 2008).
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensial yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan.
b. Mengimplementasikan program diet untuk menjamin asupan nutrisi yang
sesuai dalam batas-batas program.
c. Meningkatkan rasa positif dengan mendorong meningkatkan perawatan
diri dan kemandirian.
d. Menjelaskan dan menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit ginjal.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
21
Morfologi ginjal (penyakit glomerulus, tubular, vaskuler ginjal
traktus urinaria)
Etiologi penyakit ginjal (Infeksi, penyakit ginjal metabolic, jaringan
konektif dan penyakit vaskuler sistemik)
Disfungsi ginjal
Penurunan GFR
BUN kreartinnin, Asam, Urat, Fostor
Berakumulasi dalam darah
Homeostasis
Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
Kehilangan fungsi ekskresi ginjal
Kegagalan reproduksi eritropoiten
Resiko cedera
Anemia
Intoleransi aktivitas
HB- Resiko infeksi
Gangguan imun
Gangguan reproduksi
Penurunan absorbsi kalsium
Reabsorbsi sodium dalam
tubulus
Infertilitas
Penurunan libido
Penurunan seksualitas
Hipokalsemia
Osodistropi
Kelebihan Volume cairan
Resiko kerusakan integritas kuat
Edema
Ekkresi hydrogen menurun
Asidosis metabolik
Perubahan proses pikir
Hipertensi
Disfungsi Miokardial
CHF Resiko penurunan curah jantung
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dementalisasi azotemia
Mual, muntah anoteksia
Hiperuremia pruritus
Perikarditis
Pola nafas tidak efektif
Proses inflamatori
Ansietas, gangguan muskuloskeleta
Menurunnya ekspansi paru akumulasi udara
Hipertofi nefron
Ketidakmampuan memekatkan urin
Kehilangan fungsi nefron tahap lanjut
Kehilangan fungsi ekskresi
Ekkresi potassium
menurun
Hiperpospatemia hiperpatosium
hiperparatiroidisme
Ekkresi pospat
menurun
Uremia
Ekkresi hydrogen menurun
Sumber : Doengoes, 2000, Ignatavius. 1999, Capernito. 2000
a. Pathways
21
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
22
b. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik
sirkulasi sensasi (Doengoes,2000)
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Intervensi : a. Perhatikan kecerehan ,infeksi kulit terhadap perubahan
warna turgor kulit.
b. Pantau membran mukosa,masukan cairan,dan dehidrasi kulit.
c. Ubah posisi sesering mungkin demi kenyamanan.
d. Berikan perawatan kulit dan pertahankan linen kering.
e. Ajurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan asidosis metabolic memburuk,
ketidak seimbangan elektrolit,hopoksia,okulasi toksin (Doengoes,2000 ).
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi orang,tempat,waktu.
Tidak terjadi perubahan perilaku menarik diri,depresi,psekosis.
Intervensi : a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berpikir dan orientaSI.
b. Orientasikan kembali terhadap lingkungan,orang dsb.
c. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode
tidur.
d. Motivasi untuk banyak istirahat.
e. Berikan lingkungan yang nyaman,tenang dan kondusif.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
23
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi sekunder terhadap gagal
ginjal (Doengoes, 2000 ).
Tujuan : Peningkatan toleransi aktivitas sehari-hari.
Intervensi : a. Observasi kondisi pasien.
b. Pantau vital sign dan hasil laboratorium.
c. Pertahankan nutrisi yang diprogramkan.
d. Beri bantuan sesuai kebutuhan.
e. Ciptakan lingkungan yang kondusif.
4. Resiko penurunan Curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi,
irama konduksi jantung, (ketidakseimbang Cairan dan elektrolit), hipoksia
(Doengoes,2000).
Tujuan : Mempertahankan curah jantung ditandai dengan tekanan darah
yang normal dan frekuensi jantung dalam batas normal.
Intervensi : a. Auskultasi bunyi jantung dan paru,evaluasi adanya edema.
b. Kaji adanya hipertensi.
c. Selidiki keluhan nyeri dada.
d. Evaluasi bunyi jantung, tekanan darah, nadi perifer, suhu.
e. Berikan obat anti hipertensi.
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
fungsi ginjal. (Doengooes, 2000)
Tujuan : - Asupan haluaran seimbang yaitu asupan cairan selama 24 jam
1 2 liter dan haluaran urine 1-2 cc / kg BB / jam.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
24
- Turgor kulit baik dan nilai elektrolit tubuh normal.
Intervensi : a. Monitor asupan haluaran setiap 8 jam sekali dan hitung BB
setiap hari.
b. Berikan cairan setiap hari tidak boleh lebih dari 2000 cc.
c. Monitor warna urine, bau, dan aliran urine.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan kadar
elekrolit tubuh.
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian program
terapi.
6. Pola nafas tidak efektik berhubungan dengan tekanan abdomen, keterbatasan
pengembangan diafragma ansietas. (Doengoes, 1999).
Tujuan : - Tidak mengalami tanda dispnea atau sianosis.
- Pola nafas efektif dengan bunyi nafas jelas.
Intervensi : a. Awasi frekuensi pernafasan, penurunan kecepatan infus bila
ada dispnea.
b. Auskultasi paru
c. Tinggikan kepala tidur.
d. Tingkatkan latihan nafas dalam.
e. Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan depredi pertahanan imunologi
(Tucker, dkk, 1998).
Tujuan : Tidak ada tanda dan gejala infeksi
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
25
Intervensi : a. Kaji tanda-tanda vital.
b. Kaji tanda-tanda infeksi, suhu meningkat, adanya
pembengkakan, kemerahan.
c. Anjurkan cuci tangan yang baik pada pasien dan tingkatkan
pada staf.
d. Hindari prosedur infasif dan manipulasi katerter tak menetap
kapan pun. Gunakan teknik antiseptic bila merawat /
manipulasi IV / area invasive. Perhatikan edema aseptic dan
drenaise purulen.
e. Dorong nafas dalam, batuk dan perubahan posisi pasien
f. Awasi pemeriksaan laboratorium.
g. Berikan antibiotic tepat sesuai indikasi.
8. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ganguan
turgor kulit (edema /dehidrasi) gangguan status metabolic / sirkulasi dan
sensasi (Doengoes, 1999).
Tujuan : Mempertahankan agar kulit utuh, menunjukan perilaku / teknik
untuk mencegah kerudakan / cedera.
Intervensi : a. Kaji / inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor,
vaskuler, perhatikan adanya kemerahan, ekskonasi, dan
observasi terhadap eksimosi.
b. Pantau masukan cairan dan hidarasi kulit.
c. Ubah posisi dengan sering.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
26
d. Berikan perawatan kulit batasi penggunaan sabun.
e. Pertahankan linen kering bebas keriput.
f. Berikan nafas buatan/filtrasi.
9. I ntoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
(Tucker,dkk,1998).
Tujuan : Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dan
dibuktikan dengan kelemahan berkurang,tanda-tanda vital
normal.
Intervensi : a. Kaji tanda-tanda vital sesudah dan sebelum aktivitas
khususnya setelah
b. Pasien menggunakan vasolidator,diuretic.
b. Catat respon kardiopulmonal terhapat aktivita.
c. Catat takikardi, distrimia, dispnea, berkeringat, pucat.
d. Kaji penyebab kelemahan.
e. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
f. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai
indikasi.Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.
10. Gangguan perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologi,akumulasi toksin asidosis metabolik (Doengoes,1999).
Tujuan : Meningkatkan tingkat mental,biasanya mengidentifikasi cara
untuk mengkompensasi devisit memori.
Intervensi : a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
27
b. Pastikan dari orang dekat,tingkatkan mental pasien biasanya.
c. Berikan lingkungan tenang.
d. Komunikasi informasi,instruksi dalam kalimat pendek dan
sederhana.
e. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
f. Hindari penggunaan barbiturat opium.
11. Resiko tinggi terhadap perubahan pola seksual berhubungan dengan
keletihan,penurunan libido, impotensi, amenorea, atau sterilisasi
(Carpenito,1999).
Tujuan : Menyebutkan penyebab penurunan libido dan kerusakan fungsi
seksual.
Intervensi : a. Gali pola fungsi seksual klien,anjurkan untuk berbagai
masalah.
b. Jelaskan kemungkinan efek gagal ginjal kronik secara fungsi
seksual dan seksualitas.
c. Tegaskan kembali pentingnya diskusi.
d. Rujuk klien pada tenaga kesehatan yang mempunyai sertifikat
dalam bidang seksual atau mental bila dibutuhkan.
12. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
(Doengoes,1999).
Tujuan : - Kebutuhan nutrisi tercukupi.
- Menunjukan berat badan yang stabil.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
28
Intervensi : a. Awasi konsumsi makanan / cairan.
b. Anjurkan pasien mempertahankan masukan akanan,termasuk
jumlah pemasukan elekrolit.
c. Perhatikan adanya mual dan muntah.
d. berikan makanan sedikit tapi sering.
e. Rujuk keahli gizi.
Asuhan Keperawatan pada..., Sukron Ni'amillah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010