tinjauan hukum islam terhadap praktik...

136
i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI VALUTA ASING: ANALISA PERBANDINGAN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA LAPORAN PENELITIAN Peneliti: Drs. Agus Triyanta, MA.,MH,PhD. (Ketua) (NIK 934100105) Ahmad Syaifudin Anwar (Anggota) (NIM 08410522) PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2012

Upload: truongliem

Post on 18-Sep-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

i  

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI VALUTA ASING:

ANALISA PERBANDINGAN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA

LAPORAN PENELITIAN

Peneliti:

Drs. Agus Triyanta, MA.,MH,PhD. (Ketua) (NIK 934100105)

Ahmad Syaifudin Anwar (Anggota) (NIM 08410522)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2012

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

ii  

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

iii  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah swt yang

telah memberikan kenikmatan dan kemurahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik

Transaksi Valuta Asing: Analisa Perbandingan Antara Indonesia Dan Malaysia”.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap bagaimana konsep gharar dalam fiqh

keuangan. Di samping itu, juga akan diungkap bagaimana konsep tersebut

diimplementasikan dalam insutri keuangan syariah di Indonesia dan dlam industry

keuangan Islam di Malaysia.

Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas islam Indonesia

2. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia

3. Kepada para teman di Fakultas Hukum UII.

4. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan secara khusus.

Berbagai pihak tersebut telah banyak memberikan bantuan baik berupa pendanaan bagi

terselenggaranya penelitian ini maupun berbagai bantuan dalam bentuk lain yang baik

moril maupun spiritual. Kepada mereka penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan di sisiNya. Amin.

Yogyakarta, 10 Agustus 2012 

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

iv  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL …….………...……………………………….............

PENGESAHAN ………………………....………………………………............

DAFTAR ISI ……………………….....………………………………................

ABSTRAK ……………………………………...……………………………….....

BAB I P E N D A H U L U A N ……………………………………

1.1. Latar Belakang Masalah ...……………………………….....

1.2. Rumusan Masalah ……......……………………………….......

1.3. Tujuan Penelitian ……….....………………………………......

1.4. Kegunaan Penelitian ………....…………………………….…......

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………….....……………………………….....

BAB III METODE PENELITIAN ...……………………………………………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...…………………………...

4.1. Tinjauan Umum Mengenai Transaksi Valuta Asing...……………………..

1.1.1. Pengertian …………......……………………………….....

1.1.2. Sekilas Sejarah Keberadaan Pasar Valuta Asing...…………………………….

1.1.3. Peserta Dalam Pasar Valuta Asing ...………………………………..................

1.1.4. Tujuan Transaksi Valuta Asing ...……………………………….....................

1.1.5. Bentuk Transaksi Valuta Asing ....………………………………..............

1.1.6. Karakteristik Mata Uang Yang Diperdagangkan ...……………………………

1.1.7. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ...………………………………...............

4.1.8. Teori Penentuan Nilai Tukar Valuta Asing ...……………………………….....

4.1.9. Faktor-Faktor Yang Menentukan Penawaran Uang...………………………….

4.1.10. Resiko Dalam Perdagangan Valuta Asing ...……………………………….....

4.1.11. Praktek Transaksi Valuta Asing di Indonesia...………………………………..

4.2. Tinjauan Umum Tentang Hukum Mu’amalah……………………………..

i

ii

iii

v

1

1

8

8

8

9

22

25

25

25

26

27

30

31

35

37

38

41

42

43

46

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

v  

4.2.1. Pengertian ………………………….....…………………………...

4.2.2. Pembagian Mu’amalah ……………...………………………………........

4.2.3. Ruang Lingkup Fiqih Mu’amalah …....………………………………............

4.2.4. Sumber Hukum Mu’amalah ……....………………………………............

4.2.5. Prinsip Hukum Mu’amalah …………….....………………………………...

4.2.6. Obyek Hukum Mu’amalah ……....………………………………................

4.2.7. Aspek Mu’amalah Dalam Transaksi Valuta Asing...………………………….

4.3. Pembahasan Transaksi Valuta Asing;Prespektif Hukum Islam di

Indonesia ...………………………………......................................

4.3.1. Pembahasan Ditinjau Dari Segi Transaksinya. ...………………………………

4.3.2. Pembahasan Transaksi Valuta Asing Ditinjau Dari Segi Kontraknya ………...

4.3.3. Kesimpulan Transaksi Valuta Asing Ditinjau dari Hukum Islam di Indonesia..

4.4. Pembahasan Transaksi Valuta Asing; Prespektif Hukum Islam di

Malaysia ...………………………………...............................................

4.4.2. Pembahasan dari Segi Landasan Hukum Islam/ Syariah ...…………………..

4.4.3. Pembahasan Praktek Transaksi Valuta Asing di Malaysia...…………………..

4.4.4. Kesimpulan Transaksi Valuta Asing Ditinjau dari Hukum Islam di Malaysia...

4.4. Analisa Perbandingan Transaksi Valuta Asing Ditinjau Dari Hukum

Islam Di Indonesia Dan Malaysia ...………………………………............

4.5.1. Persamaan …………………………...………………………….

4.5.2. Perbedaan …………...……………………………….............................

4.5.3. Kesimpulan Umum ………………………………….....…………………….

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...………………………………...

5.1. Kesimpulan ……………………...………………………………..........

5.2. Rekomendasi ……………...……………………………….....................

DAFTAR PUSTAKA ...………………………………..........................................

46

50

52

53

56

57

58

85

85

88

96

98

99

101

109

110

110

113

114

124

124

125

127

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

vi  

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Transaksi Valuta Asing: Analisa Perbandingan Antara Indonesia Dan Malaysia”. Fokus penelitian dari penulisan ini adalah mengetahui bagimana jual beli valuta asing sebagai bagian dari perkembangan zaman ditinjau dari prespektif hukum Islam, dengan perbandingan antara praktek yang berjalan di Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada maka dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini, yakni: Bagaimanakah transaksi valuta asing ditinjau dari prespektif hukum Islam di Indonesia dan Malaysia?.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, ialah penelitian hukum yang akan mlihat bagaimana pengaturan transaksi valuta asing di Malaysia dan Indonesia dalam tinjauan hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan konseptual yaitu dengan cara mempelajari pandangan-pandangan dengan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum untuk menelaah latar belakang lahirnya dan perkembangan pengaturan mengenai masalah yang diteliti. Bahan hukum yang diteliti terdiri dari bahan hukum primer : bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti Al-qur’an, al-hadts, kitab-kitab klasik, fatwa dewan syari’ah, kitab undang-undang, Bahan hukum sekunder berupa literatur, jurnal dan data elektronik, serta bahan hukum tersier berupa kamus dan ensiklopedi. Cara pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi pustaka, serta dengan studi dokumen, yakni dengan mengkaji berbagai dokumen yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Analisis hasil penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokan dan dipilih, kemudian dihubungkan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga dapat menjawab perumusan masalah yang ada. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, meliputi analisis dokumen dan catatan-catatan. 

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Transaksi Valutas Asing telah ada konsepnya sejak masa Nabi, yakni apa yang dikenal dengan sharf, yakni transaksi penukaran antar mata uang dengan cara on the spot, dalam arti tidak ada penundaan waktu serah terima antar valuta yang dipertukarkan. Di Indonesia, transaksi valuta asing yang dinilai tidak bertentangan dengan prinsip hukum Islam atau prinsip syariah adalah sharf, sementara transaksi forward, swap dan options dinilai bertentangan dengan hukum Islam. Sedangkan di Malaysia, keseluruhan jenis transaksi valuta asing tersebut di atas dinilai tidak bertentang dengan prinsip hukum Islam, hal itu ditunjukkan bahwa secara legal-formal transaksi valuta asing yang diterapkan memiliki landasan hukum pada ilmu fiqh. Di antara rekomendasi yang diberikaan berdasar hasil penelitian ini adalah terkait dengan fatwa hukum atau dasar diperbolehkannya atau mungkin dilarangnya transaksi valuta asing yang berbeda antara Indonesia dan Malaysia, perlu dikembangkan forum-forum untukmelakukan harmonisasi hukum sehingga ke depan akan tercapai kesepakatan terkait status dalam hukum Islam terkait masalah ini khususnya dan masalah keuangan Islam pada umumnya. Kata Kunci: transaksi, valuta asing, hukum Islam, Indonesia, Malaysia

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

1  

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman senantiasa memiliki implikasi bagi kehidupan manusia.

Seiring dengan perkembangan zaman maka kebutuhan manusia pun semakin

meningkat. Perkembangan tersebut terjadi dalam segala bidang yaitu ilmu

pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta

bidang-bidang lainnya.

Bidang ekonomi adalah salah satu wilayah yang mengalami perkembangan yang

sangat cepat. Tidak dapat dipungkiri, dalam suatu masyarakat yang dinamis,

perkembangan yang terjadi tidak hanya menuju ke arah yang berdampak positif

tetapi sebaliknya dimungkinkan pula perkembangan ke arah yang memunculkan

dampak negatif.1 Karenanya aspek-aspek tertentu dari perkembangan ekonomi

sering menjadi perdebatan tentang boleh dan tidaknya hal tersebut dilakukan. Hal

yang layak dicontohkan di sini adalah tentang bagaimana transaksi antar mata

uang, atau yang lebih sederhana disebut dengan transaksi valuta asing. Hal ini

dikarenakan bukan saja aktivitas ini menjadi suatu kebutuhan yang semakin tidak

                                                            1 Berbagai krisis ekonomi menjadi masalah karena justeru berbagaia inovasi dalam bisnis muncul dengan sangat drastic, yang acapkali tidak dibarengi dengan kesiapan system yang ada Mark Jickling, “Causes of the Financial Crisis, Congressional Research Service” 7-5700, 2009, hlm. 5-10. Diakses dari situs resmi Federation American Scientist, www.fas.org pada 10 Mei 2012. Bahkan kasus krisis ekonomi di Asia pada tahun sekitar 1997 juga karena karena melibatkan spekulasi valuta asing, di mana speculator ingin meraih keuntungan yang massif dari transaksi forward di Thailand dengan cara menarik dollar secara besar-besaran dan menjatuhkan nilai mata uang local. Dick K. Nanto The 1997-98 Asian Financial Crisis, CRS Report for Congress, 1998, dalam www.fas.org diakses pada 10 Mei 2012.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

2  

bisa dihindari dengan adanya kecenderungan perdagangan lintas negara, namun

juga persepsi manusia tentang uang juga mengalami pergeseran. Uang, dalam

perkembangannya bukan hanya memiliki fungsi sebagai medium of exchange (alat

tukar menukar) sebagaimana fungsi awal dicipatakannya uang, tapi juga sebagai

unit of account (unit hitungan) tetapi sekarang sangat jelas bahwa uang telah

dianngap sebagai store of value (atau simapanan atas nilai). Konsep yang ketiga

inilah yang menjadikan orang menggunakan uang sebagai komodity.2

Atas dasar itulah, maka dalam hukum Islam, khususnya bidang Mu’amalah,

berbagai persoalan, dan utamanya adalah transaksi valuta asing perlu mendapat

perhatian. Dalam Mu’amalah khususnya jual beli menurut Islam ada berbagai

masalah atau persoalan modern yang masih banyak harus dicarikan dasar

hukumnya, diantaranya adalah yang berkaitan dengan ekonomi yaitu masalah

transaksi jual beli valuta asing yang belakangan banyak dilakukan oleh kalangan

umat Islam.

Mengapa didalam transaksi valuta asing perlu untuk dicarikan dasar hukumnya,

tidak lain agar terdapat kejelasan sebagai pedoman bagi umat Islam dan juga bagi

pengembangan ekonomi umat Islam. Pada gilirannya, umat Islam juga

memerlukan media bagi investasi, dan hari ini, sangat jamak investasi dilakukan

dalam bidang transaksi valuta asing dengan segala produk turunannya.

                                                            2 Pergerseran persepsi manusia terhadap uang telah menjadikan fungsi uang berkembang secara liar dan sulit dikendalikan. Dalam konsep uang dikenal adanya “triangular trap” atau segitiga jebakan, dimana, hasrat untuk menjadikan uang sebagai “store of value” telah membawa serta tiga bentuk pemanfaatan uang; yaitu; kecenderungan memperoleh likuiditas, penumpukan dan monopoli, serta kebutuhan yang sspekulatif terhadap uang. Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking; Integrating Money in Capital Theory. Singapore: John Wiley & Sons, 2009. H. 66 dan 72. Market in Islam.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

3  

Di sisi lain, umat juga harus siap mengikuti perkembangan zaman dengan segala

kompleksitas permasalahannya. Banyak permasalahan modern yang belum

tercakup sepenuhnya didalam aturan Islam, seperti halnya transaksi elektronik,

serta jual beli valuta asing yang sekarang banyak dilakukan oleh kaum muslim,

masih banyak lagi permasalahan yang harus dicarikan pijakan hukumnya menurut

agama islam di era modern. Hal ini diperlukan agar tidak tertinggal oleh

modernitas serta terisolasi dari peradaban.

Mengenai jual beli valuta asing yang berkembang di era modern seperti sekarang

ini, bukan menjadi hal yang baru lagi didalam masyarakat modern dan merupakan

bagian dari gaya hidup, dari melakukan transaksi jual beli guna mendapatkan

untung (laba), dan bagaimana Islam memandang persoalan modern tersebut yang

di era islam klasik belum ada, yang menjadi perbincangan diberbagai kalangan

karna tidak ada dalil yang secara tegas membahas mengenai jual beli valuta asing

Ketika uang menjadi komoditi dagang, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

menjelaskan:“ (mata uang) dinar atau dirham asal bukan dimanfaatkan dzatnya,

tujuannya adalah sebagai alat ukur (untuk mengetahui nilai suatu barang). Dinar

dan dirham bukanlah untuk dimanfaatkan dzatnya, keduanya adalah sebagai

media untuk melakukan transaksi. Oleh karena itu fungsi mata uang hanyalah

sebagai alat tukar, berbeda halnya dengan komoditi lainya yang dimanfaatkan

dzatnya”3

                                                            3 Ibnu Taimiyah ,majmu’ al fatawa , dar al wafa’,mesir, 2001,19,251-252

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

4  

Imam Al-Ghozali menjelaskan, orang yang melakukan transaksi riba dengan

(mata uang) dinar atau dirham, sungguh ia telah kufur nikmat dan berbuat

kedzoliman. Karena (mata uang) dinar dan dirham diciptakan sebagai media

bukan sebagai tujuan. Maka bila mata uang tersebut diperdagangkan, maka

akhirnya akan menjadi komoditi dan tujuan, hal ini bertentangan dengan tujuan

semula uang diciptakan.4 oleh karena itu, tidak boleh menjual mata uang dirham

dengan dirham yang berbeda nominalnya dan tidak diperbolehkan menjualnya

secara berjangka, maksud dari hal ini adalah mencegah agar orang-orang yang

ingin menjadikan mata uang tersebut sebagai komoditi. Syarat ini sangat

mendesak para pedagang untuk tidak meraup keuntungan,5 sebagaimana dalam

hadith tentang jual beli valuta asing sbb:

امت قال قال رسول هللا ة صلى هللا عليه وسلم الذھب -عن عبادة بن الص ة بالذھب والفض والبر بالبر بالفض

عير والتمر بالتمر والملح ب عيربالش ھذه األصناف فبيعوا الملح مثال بمثل سواء بسواء يدا بيد فإذا اختلفت والش

كيف شئتم إذا كانيدا بيد

Artinya” emas dengan emas perak dengan perak gandum dengan gandum juwawut dengan juwawut kurma dengan kurma dan garam dengan garam tidak mengapa jika dengan takaran yang sama dan sama berat serta tunai. Jika jenisnya berbeda maka jualah sesuka hatimu asalkan dengan cara tunai dan langsung serah terimanya ( Hr Muslim No 1587 Dari Ubaidilah Bin Shomith). 6

                                                            4 Ismail, Keuangan Dan Investasi Syari’ah Sebuah Analisa Ekonomi, sketsa , cetakan pertama 2010 , hlm 124 5Imam Al Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, dar al wafa’, mesir, 4/88. 6 Dikutip dari Erwandi Tirmidzi, Fiqh Jual Beli Kontemporer (Jual Beli Uang dan Saham), 17 Desember 2010 (11 Muharrom 1432 H), Riyadh, KSA,

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

5  

Dalam praktek jual beli valuta asing, dikenal berbagai jenis transaksi. Menurut

jenis-jenis nya transaksi valuta asing dibagi menjadi :

1. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing

(valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau

penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.

2. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang

nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang

akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun

3. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas

dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara

penjualan valas yang sama dengan harga forward

4. Transaksi Options, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka

membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah

unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu7

Valuta yang diperdagangkan dalam transaksi valas juga dibedakan atas dua

golongan yaitu hard currencies dan soft currencies. Penggolongan ini biasanya

didasarkan atas volume perdagangan suatu negara baik secara kualitas maupun

secara kuantitas. Hard currencies merupakan jenis mata uang yang sering

diperdagangkan, seperti dollar Amerika, yen Jepang, atau Deutch Mark Jerman.

Sedangkan soft currencies merupakan jenis mata uang yang jarang

                                                            7 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, cetakan ketiga, edisi revisi, cv Gaung Persada, Cipayung Ciputat, 2006, hlm 168,169,170.

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

6  

diperdagangkan seperti Ringgit Malaysia, Rupiah Indonesia dan mata uang dari

negara-negara berkembang lainnya

Permasalahan transaksi valuta asing juga kian menarik untuk dilihat dikarenakan

adanya pandangan yang saling berbeda di antara berbagai wilayah umat Islam.

Hal ini dikarenakan bahwa hari ini, transaksi keuangan Islam sudah bersifat lintas

Negara, tidak lagi mengenal batas-batas wilayah.8 Isu madzhab hukum dan pihan

hukum menjadi mengemuka. Bukan hanya dalam level internasional perbedaan

terjadi, namun dalam lingkup intern Negara-negara Muslim, dalam arti Negara-

negara sebagai anggota dari Organisasi Konferensi Islam sendiri, terjadi

ketidaksepahaman dalam aspek-aspek tertentu. Karena itulah, perbedaan semacam

ini perlu diteliti lebih lanjut.

Dalam kawasan regional Asia Tenggara terdapat beberapa Negara yang sudah

mengembangkan bisnis keuangan Islam (syariah). Di antara Negara muslim di

kawasan ini adalah Indonesia, Malaysia dan Brunei. Untuk mengungkap lebih

lanjut bagaimana perbedaan madzhab dan pilihan hukum Islam dalam bisnis

keuangan Islam, utamanya tentang transaksi valuta asing, penelitian terhadap

Negara-negara Muslim di kawasan ini menjadi penting.

                                                            8 Dengan tren bisnis keuangan Islam yang kian mengglobal, maka alur transaksi keuangan sudah tidak lagi mengenal batas territorial, melibatkan tidak kurang dari 75 negara, terbentang sejak dari Asia, Eropa, Amerika maupun Timur Jauh. ‘Global Perspective on Islamic Banking and Insurance’ in New Horizon, April-June, 2007, 24.

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

7  

Dalam hal ini, Malaysia dan Indonesia sangat tepat untuk dibandingkan, antara

lain karena kesamaan dalam beberapa hal, komposisi penduduknya yang relative

plural dan mayoritas umat Islam di dalamnya berafiliasi kepada madzhab Syafii.

Sehingga, menarik untuk dibandingkan, bagaimanakah hukum Islam di Indonesia

memandang tentang transaksi valuta asing dengan dibandingkan hal yang sama di

Malaysia.

Sebagai sebuah Negara yang menjadi pusat bisnis (hub of Islamic financian

business), Malaysia menjadi menarik untuk dilihat, seberapa jauh transaksi

valutas asing dilegalisasi. Sebagaimana diketahui, bahwa Malaysia memakai

pendekatan yang relative liberal dalam hal ini, dalam arti bahwa Malaysia

mengadopsi pendekatan yang bersifat pro-pasar dalam kaitannya dengan produk

keuangan Islam.9 Sedangkan Indonesia, dikenal dengan kehati-hatiannya dalam

mengembangan produk, meskipun terkesan menjadi kurang responsive terhadap

perkembangan pasar. Karenanya, menarik untuk dibandingkan bagaimana

transaksi valuta asing menurut Hukum Islam di Indonesia dengan Hukum Islam di

Malaysia.

                                                            9 Contoh yang banyak diangkat adalah tentang digunakannya bai’ al-inah dan bai’ al-dayn, kemudian dalam bidang pasar modal dobolehkannya short selling. Adalah salah satu indikasi bahwa Malaysia lebih condong pada pendekatan yang liberal. Saiful Azhar Rosly and Azizi Che Seman, “Juristic Viewpoint on Bai’ al-‘inah, In Malaysia: A Survey” in IIUM Journal of Economics and Management 11, no.1 (2003): 87-111. Juga, Engku Rabiah Adawiah, “Islamic Law Compliance Issues in Sale-Based Financing Structures and as Practiced in Malaysia”, Malayan law Journal (MLJ), 3, 2003, lxix-lxx.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

8  

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini, yakni: Bagaimanakah transaksi valuta asing ditinjau dari

prespektif hukum Islam di Indonesia dan Malaysia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagimana jual beli valuta asing

sebagai bagian dari perkembangan zaman ditinjau dari prespektif hukum

Islam, dengan perbandingan antara Indonesia dan Malaysia

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan akademis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan hukum umumnya dan khususnya kajian mengenai hukum

Islam serta menambah wacana yang ada dimasyarakat mengenai transaksi

jual beli valuta asing ditinjau dari prespektif hukum Islam serta hukum

positif.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna untuk menambah

pengetahuan para pihak terhadap transaksi jual beli valuta asing, serta

untuk manambah wawasan pengalaman, pengetahuan peneliti dibidang

penelitian pada umumnya dan bidang hukum pada khususnya.

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

9  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jual beli atau al-bai’u dalam istilah syari’ah10 yaitu : pertukaran harta dengan

harta secara suka rela, atau memindahkan milik dengan gantinya, menurut yang

diijinkan Islam. Sedangkan dalam KUHPdt suatu persetujuan yang mana yang

satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang

lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan.11

Istilah jual beli menyatakan bahwa terdapat dua belah pihak yamg saling

membutuhkan melalui proses tawar menawar (offer and acceptance). Pihak

pertama disebut sebagai penjual dan pihak kedua sebagai pembeli. Dalam bahasa

inggris jual beli tersebut hanya dicakup dalam satu kata, yaitu sale lebih praktis

lagi. Jual beli dapat diartikan sebagai perbuatan sehari hari yang terjadi antara

pihak yang menjual benda tertentu untuk sekedar memperoleh sejumlah uang dari

pihak yang membeli untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari hari.12

                                                            10 Syariah menurut bahasa mempunyai beberapa arti. Di antaranya adalah mawrid al-maa` alladzi yustaqaa minhu bi-laa risyaa` (sumber air yang menjadi tempat pengambilan air tanpa tali timba), ath- thariqah (jalan), dan ‘atabah (tangga/pintu). Ibrahim Anis et al., Al Mu’jamul Wasith, (Kairo : Darul Maarif,1972), hlm. 479. Secara terminologis syariah mempunyai dua makna, makna umum dan makna khusus. Makna umum syariah adalah sama dengan diinul Islam itu sendiri, yaitu keseluruhan agama Islam secara holistik yang meliputi aqidah dan hukum. Ibrahim Anis (1972) mendefinisikan syariah sebagai maa syara’a-llaahu li ibaadihi min ‘aqaaid wa ahkaam, yakni apa-apa yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya, yang berupa aqidah (aqa`id) dan hukum-hukum (ahkam). Jadi syariah mencakup aqidah dan hukum. Ibrahim Anis et al., Al Mu’jamul Wasith, (Kairo : Darul Maarif,1972), hlm. 479. Bandingkan dengan definisi syariah menurut Al Jurjani dalam kitabnya At Ta’rifat, (Jeddah : Al Haramayn, tanpa tahun), hlm. 167. 11 Lihat pasal 1457, KUHPdt, Subekti dan Tjitrosudibyo, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009, hlm 366 12 Abdul Kadir Muhammad .Hukum Perdata Indonesia, cetakan revisi, PT Citra Aditya Bakti ,Bandung, 2010 hlm 317

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

10  

Akan tetapi, ketika jual beli menjadi suatu bentuk profesi yang berorientasi profit,

maka hubungannya menjadi lebih khusus. Dalam hubungan ini, penjual dapat

berstatus sebagai pedagang, agen pengusaha yang menjalankan perusahaan.

Dalam lalu lintas jual beli khusus, pihak penjual disebut perusahaan perdagangan,

sedangkan pihak pembeli disebut konsumen.

Perbuatan jual beli mencakup tiga istilah, yaitu persetujuan, penyerahan dan

pembayaran. Persetujuan adalah perbuatan yang menyertakan tercapainya kata

sepakat antara penjual dan pembeli mengenai obyek dan persyaratan jual beli.

Penyerahan adalah perbuatan mengalihkan hak milik atas obyek jual beli dari

penjual kepada pembeli. Sedangkan pembayaran adalah perbuatan menyerahkan

sejumlah uang dari pembeli kepada penjual sebagai imbalan atas benda yang

diterima.

Benda yang menjadi obyek jual beli harus benda tertentu atau dapat ditentukan,

baik bentuk (wujud), jenis, jumlah, maupun harganya, dan benda itu memang

benda yang boleh diperdagangkan.13 Dengan demikian, benda yang

diperjualbelikan itu setatusnya jelas dan sah menurut hukum, diketahui jelas oleh

calon pembeli, dijual ditempat terbuka (umum), dan tidak mencurigakan calon

pembeli yang jujur.

                                                            13 Mohammad Hashim Kamali, Islamic Commercial law, Kuala Lumpur: Ilmiah Publishers, 2002, h.99. Juga lihat pada, Kharofa, Ala’ Eddin, Transcations in Islamic law, Kuala Lumpur, AS Noordeen, 1997. H. 19-22. Lihat juga, AT Hamid, Ketentuan Fiqh dan Ketentuan Hukum yang Kini Berlaku di Lapangan Perikatan, Surabaya: Bina Ilmu, 1983,h. 33-34

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

11  

Hubungan kewajiban dan hak adalah keterikatan penjual untuk menyerahkan

benda dan memperoleh pembayaran, keterikatan pembeli untuk membayar harga

dan memperoleh benda. Dengan demikian, jelas bahwa jual beli adalah bagian

dari suatu bagian dari sistem hukum yang memiliki unsur-unsur sistem berikut ini;

a. Subyek hukum, yaitu penjual dan pembeli.

b. Status hukum, yaitu untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain.

c. Peristiwa hukum, yaitu persetujuan penyerahan hak milik dan

pembayaran.

d. Obyek hukum, yaitu benda dan harga.

e. Hubungan hukum, yaitu keterikatan kewajiban dan hak pihak-pihak.

Kapan jual beli itu dianggap sudah terjadi dan mengikat, sesuai dengan asas

konsensual yang menjadi dasar perjanjian, jual beli itu sudah terjadi dan mengikat

pada saat tercapainya kata sepakat antara penjual dan pembeli mengenai benda

dan harga sebagai unsur esensial perjanjian jual beli. Ketika pihak penjual dan

pembeli menyatakan setuju tentang benda dan harga, ketika itu pula jual beli

terjadi dan mengikat secara sah kedua belah pihak.

Dalam perspektif hukum perdata di Indonesia, jual beli dianggap sudah terjadi

ketika penjual dan pembeli mencapai kata sepakat tentang benda dan harga

meskipun benda belum diserahkan dan harga belum dibayar.14 Kata sepakat yang

dimaksud adalah apa yang dikehendaki oleh penjual sama dengan apa yang

                                                            14 Lihat pasal 1458, KUHPdt, Subekti dan Tjitrosudibyo, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009, hlm 366

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

12  

dikehendaki oleh pembeli. Tercapainya kata sepakat itu biasanya diucapkan setuju

atau dengan kata lain yang maksudnya sama dengan itu tentang benda dan

harga.15

Jika persetujuan itu dinyatakan secara tertulis biasanya tulisan beserta paraf atau

tanda tangan dicantumkan pada tulisan itu sebagai bukti bahwa penjual setuju

menyerahkan hak milik atas benda kepada pembeli. Sebaliknya, juga pembeli

setuju membayar sejumlah uang kepada penjual sebagai harga benda, yang

diserahkannya itu sebagai tanda lunas pembayaran.

Bagaimana halnya jika benda yang diperjual belikan tersebut ternyata adalah

milik orang lain, apakah persetujuan kehendak atau kata sepakat itu sah dan

mengikat, jika jual beli benda milik orang lain adalah batal dan menjadi dasar

untuk mengganti kerugian, jika pembeli tidak mengetahui bahwa benda tersebut

milik orang lain.16

Dalam praktik perdagangan, penjual menyatakan dengan tegas bahwa benda yang

dijual itu adalah miliknya yang sah dan dapat diketahui oleh pembeli yang

beritikad baik. Jika ternyata bahwa benda yang dijual itu bukan milik penjual, jual

beli itu batal. Jika benda itu diambil oleh pemiliknya yang sah, pembeli berhak

untuk mendapat ganti kerugian atas harga yang telah dibayarnya itu. Namun, jika

                                                            15 Abdul Kadir Muhammad, ibid, hlm 319. 16 Lihat pasal 1471, KUHPdt, Subekti dan Tjitrosudibyo, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009, hlm 369.

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

13  

pembeli mengetahui bahwa benda yang dibelinya itu bukan milik penjual (itikad

jahat), pembeli tidak berhak memperoleh ganti kerugian.17.

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam

masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia memerlukan

adanya manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup dalam masyarakat.

Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu lain, disadari atau

tidak, untuk mencakup kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Memang dalam

kenyataanya hukum selalu berkembang sesuai dengan kemajuan jaman, dan islam

secara mendetail mengakomodir perkembangan tersebut salah satunya adalah

adanya aturan hukum yang rigid dan sistematis diluar tataran hukum positif.

Didalam hukum Islam juga mengatur banyak hal mengenai masalah terkait

dengan sosial masyarakat, dalm hal perdagangan dan jual beli banyak asas-asas

atau dasar hukum yang dijadikan landasan didalamnya yang bertujuan untuk

melindungi kepentingan seseorang tersebut, diantara asas-asas tersebut adalah;18

asas kebolehan atau mubah, Asas kemaslahatan hidup, asas kebebasan dan

kesukarelaan (radha’iyyah), asas menolak madharat dan mengambil manfaat, dan

berbagai asas lain yang relevan dengan kontrak dalam Islam.

                                                             17 Abdul Kadir Muhammad , op.cit hlm 320 18 Mohammad Daud Ali,.Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia,cetakan pertama, rajawali pers,jakarta,2009, hlm 132-138. The Majelle (English translation of Majallah el-Ahkam- I- adliya, terjemah Bahasa Inggris, CR Tyser, Kuala Lumpur: The Other Press, 2003. H. 3-15

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

14  

Begitu kompleks dan mendetail nya asas-asas didalam hukum perdata Islam atau

yang biasa disebut Mu’amalah. Guna melindungi kepentingan pihak-pihak yang

ada didalam nya agar terdapat maslahat didalam hal keperdataan yang dilakukan

oleh kedua belah pihak. yang mempunyai tujuan Agar tidak terjadi masalah

diantara kedua belah pihak yang sangat mungkin terjadi dalam hubungan antar

sesama manusia.

Mu’amalah dengan pengertian pergaulan hidup tempat setiap orang melakukan

perbuatan dalam melakukan hubungan dengan orang lain yang menimbulkan

hubungan hak dan kewajiban itu merupakan bagian terbesar dalam kehidupan

manusia. oleh karenanya, agama islam menepatkan bidang Mu’amalah ini

sedemikian penting hingga hadits nabi mengajarkan bahwa agama adalah

Mu’amalah.

Dengan perkembangan globalisasi saat ini dapat dikatakan bahwa hampir semua

aspek perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pengaruh transaksi ekonomi

internasional dan transaksi keuangan internasional.

Begitu pula dalam kegiatan hubungan internasional baik dalam kepentingan

individu maupun kelompok atau organisasi (perusahaan atau negara) didalam

transaksi pembayaran diperlukan adanya suatu instrumen yang sesuai dengan

negara lain. Hal ini yang mendorong kelancaran sebuah kegiatan.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

15  

Valuta asing atau foreign exchange adalah mata uang luar negeri atau alat

pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi

ekonomi keuangan internasional dan mempunyai catatan resmi pada bank sentral.

Perdagangan valas (forex trading) mulai berkembang di era 1970-an dan dianggap

sebagai bisnis alternatif karena dapat mendatangkan keuntungan bagi pelakunya.

Perkembangan pesat transaksi valuta asing ini dimulai dengan peralihan sebagian

besar nilai tukar negara-negara besar didunia menjadi sistem free floating

(mengambang bebas), setelah sebelumnya menganut sistem fixed rate (nilai tukar

tetap).

Perekonomian dunia tidak akan dapat dipisahkan dari perdagangan valuta asing.

Setiap transaksi perdagangan internasional antar negara pasti melibatkan

pertukaran nilai mata uang (valuta asing) dan dengan adanya pertukaran ini, akan

menimbulkan permintaan serta penawaran terhadap mata uang tertentu.

Sebagai mana uang valas mempunyai fungsi yang sama yaitu alat pembayaran,

tukar menukar, kesatuan hitung, penyimpanan dan pengukur kekayaan.19dalam

perkembangannya, transaksi valuta asing tidak hanya digunakan dalam hal

kegiatan perdagangan antar negara atau ekspor-impor. Tetapi juga dijadikan

instrumen atau sarana investasi untuk mendapatkan keuntungan.

Di era globalisasi seperti ini, perkembangan bisnis valuta asing atau yang biasa

kita sebut sebagai transaksi valas semakin meningkat. Dalam kegiatan bisnis ini,

                                                            19 Hamdy hady, valas untuk menejer, penerbit ghalia indah, jakarta 2001 hlm 11 

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

16  

tidak sedikit kaum muslim yang ikut serta didalamnya. Ada yang mengatakan

bahwa transaksi valas menurut Islam adalah haram, tapi ada sebagian yang lain

mengatakan perdagangan tersebut bersifat halal.

Valuta asing (valas) ialah mata uang luar negeri, seperti dollar Amerika,

poundsterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya. Misalnya saja ketika ada

dua negara yang sedang mengadakan perdagangan international, maka tiap

negara membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri, yang dalam dunia

perdagangan disebut devisa. Sehingga, akan timbul penawaran dan permintaan

devisa di bursa valuta asing. Tetapi, bisa jadi dalam menyelesaikan transaksi

tersebut tidak menggunakan kedua mata uang negara tersebut, tetapi

menggunakan mata uang negara ketiga, misalnya dollar. Hal ini bisa terjadi bila

eksportir maupun importir tidak memiliki mata uang lokal negara masing-masing

atau mata uang kedua negara itu sangat jarang diperdagangkan karena mata

uangnya sangat lemah. Ini berarti mata uang yang dipergunakan itu adalah mata

uang yang populer di kedua negara itu, misalnya dollar.

Kurs mata uang tersebut bisa berubah-ubah, tergantung pada situasi ekonomi

negara masing-masing. Islam mengakui perubahan nilai mata uang asing dari

waktu ke waktu secara sunnatullah (mekanisme pasar). Bila perubahan itu terlalu

tinggi, maka campur tangan pemerintah diperlukan untuk menjaga stabilitas mata

uang, karena Islam menginginkan terciptanya stabilitas kurs mata uang.20

                                                             20 “Transaksi-Valuta-Asing-Menurut-Islam” dalam http://bprsyariah.com/artikel/121 Di

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

17  

Transaksi jua beli valuta asing sebagaimana yang digambarkan di atas, umumnya

diselenggarakan di pasar valuta asing, money changer, bank devisa dan

perusahaan bisnis valas. Transaksi valas di bank konvensional sendiri, selain

menyediakan layanan transaksi tunai berdasar nilai kurs pada saat itu, juga

menyediakan layanan transaksi spot, forward, swap dan option.

Mengenai transaksi jual beli valuta asing dewan syariah mengeluarkan fatwa agar

tidak terjadi kebingungan didalam pijakan hukum bagi kalangan muslim, serta

mejadi acuan hukum bagi para pelaku transaksi valuta asing. Fatwa dewan

syari’ah nasional NO: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang.

Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan:

a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)

b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)

c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya

harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).

d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs)

yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai21

Mengenai transaksi jual beli valuta asing tidak akan lepas dari pengaruh pasar

modal sebagai sarana untuk melakukan taransaksi bisnis yang belakangan ini

banyak orang berkecimpung didalamnya, pasar modal secara umum adalah suatu

sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya bank-bank komersial

                                                                                                                                                                   akses 23 oktober 2011, jam 17.00 21 Fatwa Dewan Syariah Nasional no: 28/DSN-MUI/lll/2002 op cit, hal 168,169,170.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

18  

dan semua perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga

yang beredar.

Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini

adalah individu-indinvidu, pemerintah, organisasi, dan perusahaan. Nilai nominal

investasi bisa sama dengan pasar uang atau lebih rendah atau lebih tinggi. Yang

membedakan bukanlah nilai nominal investasi tetapi jangka waktu penanaman

investasi.22

Pandangan islam mengenai hal tersebut boleh jadi telah termuat dalam sumber

ajaran agama islam, kitab suci al-quran dan sunah nabi. Atau dalam khazanah

klasik ulama terdahulu dan tidak tertutup kemungkinan, bahwa hal tersebut tidak

termuat secara tegas (eksplisit) dalam sumber ajaran Islam atau khazanah klasik

itu, atau bahkan belum pernah tersentuh sama sekali.

Mengenai pasar modal tersebut dewan syariah nasional juga memberikan fatwa,

agar pelaku usaha dalam pasar modal yang menganut agama islam dapat

mengetahui dasar hukum atau putusan hukum. Terhadap transaksi dipasar modal,

yang diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 40/DSN-MUI/X/2003.

Yang didalam pasal (5) fatwa DSN tentang transaksi yang dilarang, pelaksanaan

transaksi harus dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian serta tidak

                                                             22 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, edisi keenam, UPP STIM YKPN,yogyakarta,2011, hlm 11.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

19  

diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya

mengandung unsur dharar, gharar, riswah, maksiat dan kezhaliman.23

Kemajuan dibidang iptek dan keberhasilan pembangunan telah merambah seluruh

aspek bidang kehidupan kemajuan tersebut tidak hanya membawa berbagai

kemudahan dan kenyamanan, melainkan juga perilaku dan persoalan baru. Cukup

banyak persoalan yang sebelumnya tidak dikenal atau bahkan mungkin belum

pernah terbayangkan disisi lain kesadaran keberagaman umat Islam dewasa ini

semakin tumbuh subur dibumi nusantara. Oleh karena itu, munculnya persoalan

bersamaan dengan kehadiran produk baru dianggap sebagai kewajaran hal inilah

yang banyak disoroti banyak orang dan bagaimana islam menyikapinya.24

Mu’amalah dengan pengertian terbatas seperti dikemukakan para fuqaha

merupakan bagian terbesar dalam hidup manusia. Meskipun demikian, hukum

Islam dapat memberikan aturan-aturan dalam bidang Mu’amalah bersifat amat

longgar guna perkembangan-perkembangan kehidupan manusia dalam bidang ini

dikemudian hari. Hukum islam memberi ketentuan bahwa pintu perkembangan

Mu’amalah senantiasa terbuka, tetapi perlu diperhatikan agar perkembangan itu

jangan sampai menimbulkan kesempitan-kesempitan hidup pada suatu pihak

karna adanya tekanan.25

                                                             23 op cit hlm 276,277. 24 Moh Ghofur,”Dinamika Fatwa-Fatwa MUI Dibidang Ekonomi Keuangan Dan Implikasinya Terhadap Kehidupan Umat Islam” artikel pada pada jurnal syari’ah,“asy syir’ah” vol 41 no 1 tahun 2007 hlm 26. 25 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),cetakan pertama, UII press,yogyakarta,2004.,hlm 12-13.

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

20  

Mengenai transaksi valuta asing para ahli fiqih juga mempunyai pandangan yang

berbeda beda , salah satunya adalah pendapat syaikh Muhammad Al Utsaimin

yang berpendapat : Melakukan transaksi jual beli valuta asing di namakan sharf

(penukaran mata uang), dan sharf ini harus dilakukan secara taqabuth (serah

terima secara langsung) di tempat aqad. Maka apabila telah terjadi taqabuth di

tempat aqad maka hal itu tidak apa-apa. Artinya bahwa jika seseorang

menukarkan mata uang Saudi dengan dolar Amerika maka tidak mengapa dengan

hal ini, sekalipun ia ingin mendapatkan keuntungan di masa akan datang, akan

tetapi dengan syarat bahwa ia mengambil dolar yang dibeli dan memberikan

dirham Saudi yang dijual secara langsung. Adapun jual beli tanpa qabadh (serah

terima) maka hal itu tidak sah, dan ia termasuk riba nasi`ah (bertempo).26

Serta pendapat syaikh abdullah bin jibrin : Tidak mengapa memperdagangkan

valuta asing, yaitu menjual mata uang dengan mata uang yang lain, akan tetapi

dengan syarat taqabuth (serah terima secara langsung) sebelum berpisah – sama

saja ia menerima benda (uang kontan) dan menerima sesuatu yang menempati

tempatnya berupa cek yang disahkan. Sama saja yang melakukan penukaran uang

pemilik sendiri atau wakil. Jika penukaran mata uang itu tidak berdasarkan sifat

ini maka hukumnya tidak boleh dan pelakunya berdosa lagi kurang imannya, dan

hal itu tidak mengeluarkannya kepada kufur.27 Lain dari itu, transaksi valuta sing

                                                             26 Muhammad Al-Utsaimin, Abdullah Bin jibrin, Hukum Jual Beli Valuta Asing,diterjemahkan oleh muhammad Iqbal Al-ghazali, islam house, 2010. 27 Muhammad Al-Utsaimin, Abdullah Bin jibrin, Hukum Jual Beli Valuta Asing,diterjemahkan oleh Muhammad Iqbal Al-ghazali, islam house, 2010.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

21  

berbeda dengan jual beli benda pada umumnya, bahwa di dalamnya tidak dikenal

khiyar, selain harus terjadi on the spot, atau “yad bi yad wa ‘ain bi ‘ain”28.

Sampai sekarang belum ada pembahasan yang mendetail mengenai transaksi jual

beli valuta asing dari sudut pandang hukum Islam, lebih khususnya lagi sebagai

sebuah studi perbandingan antara Indonesia dan Malaysia. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk membahasnya.

                                                            28 Tarek El-Diwany, Islamic banking and Finance; What It is and What it could be. Bolton- UK: 1st Ethical Charitable Trust,2010, h.152.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

22  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Fokus penelitian

Fokus penelitian dari penulisan ini adalah mengetahui bagimana jual beli

valuta asing sebagai bagian dari perkembangan zaman ditinjau dari

prespektif hukum Islam. dengan perbandingan antara Indonesia dan

Malaysia

3.2. Sumber bahan hukum

1) Sumber hukum primer : bahan-bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat seperti Al-qur’an, al-hadts, kitab-kitab

klasik, fatwa dewan syari’ah, kitab undang-undang .

2) Bahan hukum sekunder berupa literatur, jurnal dan data elektronik :

a) literatur berupa buku-buku yang memberikan penjelasan

mengenai pembahasan transaksi valuta asing di indonesia dan

malaysia.

b) Jurnal, makalah dan hasil seminar yang berhibungan dengan

pembahasan transaksi valuta asing di indonesia dan malaysia.

c) Wawancara dengan nara sumber yang berkompeten.

d) Data-data yang berasal dari internet.

3) Bahan-bahan hukum tersier berupa kamus dan ensiklopedi.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

23  

3.3. Cara pengumpulan bahan hukum

1) Studi pustaka, yakni dengan mengkaji berbagai peraturan (fatwa

dewan syariah) atau literatur yang berhubungan dengan permasalahan

yang akan diteliti.

2) Studi dokumen, yakni dengan mengkaji berbagai dokumen yang

terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

3.4. Metode pendekatan

Adapun data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode pendekatan konseptual yaitu dengan cara

mempelajari pandangan-pandangan dengan doktrin-doktrin di dalam ilmu

hukum, serta menggunakan pendekatan historis yaitu menelaah latar

belakang lahirnya dan perkembangan pengaturan mengenai masalah yang

diteliti.

3.5. Analisis hasil penelitian

Data yang terkumpul dari studi kepustakawanan, dianalisis dengan

metode kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh dari hasil penelitian

dikelompokan dan dipilih, kemudian dihubungkan dengan masalah yang

akan diteliti, sehingga dapat menjawab perumusan masalah yang ada.

Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, meliputi analisis

dokumen dan catatan-catatan.  Penelitian kualitatif ini dengan

mempergunakan cara berpikir secara induktif, yaitu pola pikir dan cara

pengambilan kesimpulan yang dimulai dari suatu gejala dan fakta satu

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

24  

persatu, yang kemudian dapat diambil suatu generalisasi ( ketentuan

umum ) sebagai suatu kesimpulan.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

25  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinjauan Umum Mengenai Transaksi Valuta Asing

4.1.1. Pengertian

Valuta asing atau yang disingkat dengan kata “valas” secara bebas dapat diartikan

sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran

yang sah dinegara lain.29 Valuta saing (valas) atau foreign exchange (forex) dapat

diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan

untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan

mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.30

Yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang luar negeri seperti dolar

Amerika, Poundsterling Inggris, Euro, dollar Australia, Ringgit Malaysia dan

sebagainya. Apabila antara negara terjadi perdagangan internasional maka tiap

negara membutuhkan valuta asing sebagai alat pembayaran luar negeri yang

dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan

memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia

memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar negeri.31

                                                                       29  Heli charisma berlianta, Mengenal Valuta Asing, gadjah mada university press, yogyakarta, 2005, hlm, 1 30 Hamdy hady, Valas Untuk Manajer, galia indonesia, jakarta, 2001 , hlm 15 31 Ali Arifin, Membaca Saham,: ANDI, Yogyakarta, 2004, hlm 43.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

26  

4.1.2. Sekilas Sejarah Keberadaan Pasar Valuta Asing

4.1.2.1. Pasar valuta asing

Pasar valuta asing adalah suatu bentuk pasar komoditas tempat bertemunya

penjual dan pembeli valuta asing, meskipun tidak benar-benar berwujud seperti

“pasar” yang biasa kita kenal. Seseorang yang melakukan aktivitas trading atau

biasa bertransaksi dipasar valuta asing biasa disebut trader atau dealer.32

Pasar valuta asing (foreign exchange) secara sederhana dapat diartikan sebagai

perdagangan mata uang (valuta) suatu negara dengan mata uang negara lainnya.

Dalam praktiknya tidak selamanya uang kertas yang diperjualbelikan, tetapi

sebagian besar berupa sekuralitas. Oleh karena itu, secara lebih luas, dapat

diartikan bahwa foreign exchange adalah semua tagihan dalam valuta asing yang

diuangkan diluar negeri, termasuk saldo rekening dalam valuta asing pada bank-

bank diluar negeri, wesel atau cek dalam valuta asing yang dapat diuangkan diluar

negeri.33

4.1.2.2. Latar belakang keberadaan pasar valuta asing

Setelah perang dunia 1 dan setelah depresi ekonomi dunia pada tahun 1930-an,

dunia menginginkan terciptanya suatu stabilitas ekonomi yang lebih baik. Pada

tahun 1944, lahirlah suatu sistem moneter internasional yang dikenal dengan nilai

tukar tetap (fixed exchange rate) hasil persetujuan di bretton woods. Setiap negara

memberlakukan kurs yang tetap dari mata uangnya terhadap US dollar.

                                                                    32 M daud darmawan, Menenal Bisnis Valuta Asing, pinus , yogyakarta, 2007 hlm 28. 33 Herman Darmawi, Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial, cetakan pertama,bumi angkasa,jakarta, 2006. Hlm 122 

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

27  

Ekonomi negara-negara eropa serta amerika serikat mulai tumbuh dengan pesat.

Lebih dari itu lahirnya pasar uero dollar dan asian currency unit adalah bentuk

mengimbangi peredaran US Dollar yang semakin banyak jumlahnya. Beretton

woods system mampu bertahan hampir mencapai 30 tahun, dimana pada tahun

1971 diganti dengan smithsonian agreement yang merupakan cikal bakal lahirnya

floating exchange rate. Dewasa ini kita hidup dalam situasi dimana banyak uang

negara didunia yang membiarkan nilainya mengambang sesuai mekanisme pasar,

yaitu kekuatan permintan dan penawaran.34

Transakasi valuta asing mengalami perkembangan sangat pesat setelah

diberlakukannya sistem free floating, karena meningkatnya ketertarikan para

pelaku pasar serta investor individu yang mengincar keuntungan dari pergerakan

nilai tukar, sehingga kini banyak investor pribadi yang terjun ke dunia

perdagangan valuta asing semata-mata untuk mencari keuntungan (profit

making).35

4.1.3. Peserta Dalam Pasar Valuta Asing

Pada umumnya peserta utama dalam pasar valuta asing adalah bank umum devisa.

Dapat dikatakan bahwa bank umum devisa yang menciptakan pasar valuta asing.

Peserta lainya, adalah perusahaan besar, termasuk lembaga keuangan bukan bank

                                                                    34 ibid hlm, 123 35 M. Daud Darmawan, loc cit .hlm 10.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

28  

(LKBB), individu dengan aktivitas diluar negeri. Bank sentral otomatis selalu ikut

terlibat dalam pasar valuta asing.36

Adapun partisipan/peserta yang aktif melakukan transaksi pada pasar valuta asing

terdiri dari beberapa kategori partisipan, yaitu :37

1) Dealer valuta asing bank dan non bank

Dealer bank-bank dan non bank beroperasi dikedua pasar antar bank dan

nasabah. Mereka ini memperoleh keuntungan dengan membeli valuta

asing pada harga permintaan (bid) dan menjualnya kembali pada harga

yang sedikit lebih tinggi daripada harga penawaran (offer).

2) Perusahaan

Perusahaan menggunakan pasar valuta asing untuk mempermudah

pelaksanaan transfer investasi atau komersil. Kelompok ini terdiri dari

para importir, investor internasional, perusahaan-perusahaan

multinasional. Mereka menggunakan pasar valuta asing untuk tujuan

investasi.

3) Individu-individu

Setiap orang yang mempunyai rekening giro (checking account) adalah

peserta dalam pasar uang. Mereka dapat menjual dan membeli instrumen-

instrumen pasar uang tersebut. Motif yang sederhana dari pemenang kas

                                                             36 Herman Darmawi, op cit ,hlm 124.          37  Sri handaru yulianti, dan handoyo prasetyo, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional , edisi revisi, ANDI, yogyakarta,2002. Hlm 82

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

29  

dan surat-surat berharga untuk ikut berpartisipasi dalam pasar uang adalah

sebagai berikut:38

a) Motif transaksi (transaction motive)

b) Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

c) Motif spekulasi (speculative motive)

d) Bank sentral

Umumnya, kebijakan atau peraturan-peraturan moneter di negara-negara didunia

diatur dan dikeluarkan oleh bank sentralnya. Kebijakan moneter biasanya

ditekankan pada jumlah uang beredar ditingkat bunga. Guna mencapai maksud

tersebut bank sentral bank sentral bertindak sebagai penggerak alat moneter. Alat

moneter dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Membeli dan menjual instrumen pasar uang dalam aktivitas yang dikenal

dengan pasar terbuka.

2) Bertindak secara sukarela dalam melakukan pembelian dan penjualan

valuta asing terhadap mata uang sendiri atau sistem setempat.

3) Melakukan perubahan tingkat suku bunga dengan harapan bahwa bank-

bank umum (komersial) meminjamkan uang kepada bank sentral.

4) Melakukan perubahan presentase kewajiban menahan cash ratio minimum

bagi bank-bank umum (komersial).

5) Melakukan peraturan-peraturan khusus lainnya yang menyangkut devisa

atau moneter lainnya.39

                                                             38 Herman Darmawi, op cit, hlm. 125

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

30  

4.1.4. Tujuan Transaksi Valuta Asing

Para peserta pasar yang terlibat dalam pasar valuta asing mempunyai

berbagai tujuan. pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi tiga motif yaitu;

1) Trading

2) Hedging dan

3) Speculating

Ada kalanya kita sulit membedakan dapat membedakan dengan jelas antara satu

motif dengan yang lainya. Dibawah ini adalah jenis-jenis motif transaksi yang

dapat dikelompokan menjadi lebih rinci:

1) Untuk komersial: ekspor-impor, lalu lintas modal, lalu lintas jasa dan lain-

lain.

2) Untuk funding: peminjaman valuta asing, kebutuhan cash flow.

3) Untuk hedging: untuk keperluan hedging atas resiko perubahan kurs valuta

asing.

4) Untuk investasi:comercial investment, property investment, dan portofolio

onvestment.

5) Untuk individu: turis dan kebutuhan individu lainnya.

6) Untuk marketing: seperti diuraikan di atas, banyak bank-bank yang

berdagang valuta asing menawarkan harga dua arah sebagai market maker.

7) Untuk positioning taking: adakalanya peserta pasar mengambil posisi

dalam usaha mencari keuntungan dan mengantisipasi pergerakan kurs

mata uang dan tingkat bunga. Seni dari para dealer dalam mengambil

                                                                                                                                                                    39 Ibid ,hlm, 126.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

31  

posisi sangat tergantung pada kemapuannya menganalisis dan mengambil

keputusan secara cepat. Masing-masing dealer akan menepatkan dirinya

sebagai intrady dealer, short term dan long term dan masing-masing mata

uang yang ia tekuni. Dalam menjalankan perannya, tindakan mereka diatur

oleh serangkaian ketentuan pasar dan batasan-batasan yang ditentukan

oleh bank sendiri.

Positioning taking yang paling lazim adalah untuk tujuan memperoleh

keuntungan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan long position jika suatu mata

uang diperkirakan cenderung menguat: short position jika mata uang diperkrakan

cenderung melemah: mismatch antara dua mata uang yang dimiliki perbedaan

tingkat bunga cukup besar.40

4.1.5. Bentuk Transaksi Valuta Asing

Ada beberapa jenis tipe – tipe transaksi valuta asing yang terjadi di pasar valas,

yaitu spot, forward, opsi (options) dan swap.41

1) Transaksi spot

Transaksi spot merupakan transaksi valuta asing dengan penyerahan dan

pembayaran saat itu juga, meskipun dalam praktek transaksi spot akan

diselesaikan pada dua hari kerja berikutnya. Misalnya kontrak jual beli

suatu mata uang spot dilakukan atau ditutup pada tanggal 10 agustus

2007, penyerahan dan penyelesaian kontrak tersebut dilakukan pada                                                                40 Ibid ,hlm. 127        41 Mahmudh Hanafi, Menejemen Keuangan Internasional, cetakan pertama, yogyakarta, BPFE, 2004, hlm, 78

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

32  

tanggal 12 agustus 2007, apabila tanggal 12 agustus 2007 tersebut

kebetulan hari libur atau hari sabtu maka penyelesaiannya adalah pada

hari kerja berikutnya dan penyelesaian transaksi seperti ini disebut value

date.

Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan

dalam beberapa cara berikut ini:42

a) Cash, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang sama

dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak).

b) Tom (kependekan dari tomorrow), yaitu penyerahan dana dilakukan

pada hari kerja berikutnya atau hari kerja setelah diadakannya kontrak.

c) Spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal

transaksi

2) Forward market

Transaksi forward terjadi antara dua pihak yang meliputi mata uang dua

negara yang berbeda, berdasarkan suatu nilai tukar tertentu, dengan

waktu transaksi yang melebihi dua hari kerja atau mempunyai waktu

jatuh tempo lebih panjang dibandingkan transaksi yang dilakukan di

pasar spot. Waktu jatuh tempo dari forward contract ini bervariasi, pada

umumnya berkisar antara 30,90,180,360 hari.43

                                                             42 Mudrajat Kuncoro, Menejemen Keuangan Internasional, edisi ke dua, yogyakarta, BPFE, 2001, hlm, 56         43 The Fei Ming,Day Trading Valuta Asing ,cetakan pertama,elek media komputindo, jakarta, 2001,hlm, 23

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

33  

3) Swap Transaction (Transaksi Swap)

Yaitu transaksi pembelian dan penjualan bersamaan sejumlah tertentu

mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda.

Pembelian dan penjualan mata uang tersebut dilakukan pada bank lain

yang sama. Jenis transaksi swap yang umum adalah spot terhadap

forward. Dealer membeli suatu mata uang dengan transaksi spot dan

secara simultan menjual kembali jumlah yang sama kepada bank lain

yang sama dengan kontrak forward. Karena itu dilakukan sebagai suatu

transaksi tunggal dengan bank lain yang sama, dealer tidak akan

menghadapi resiko valas yang tidak diperkirakan.44

Seperti dijelaskan diatas bahwa pada prinsipnya transaksi swap

merupakan transaksi tukar pakai suatu mata uang untuk jangka waktu

tertetu. Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward.

Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu

yang bersamaan yaitu menjual dan membeli. Penggunaan transaksi swap

sebenarnya dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya

kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap

dapat dilakukan antara nasabah dengan banknya dan antara bank dengan

bank Indonesia (disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut

                                                             44 Dikutip Dari Makalah, Muhamad Sulhan, Transaksi Valuta Asing (al-sharf) Dalam Prespektif Islam, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, hlm , 5 

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

34  

dilakukan atas dasar swap point yang ditetapkan oleh bank

Indonesia.Transaksi swap antara bank dengan BI antara lain:45

a) Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI untuk

dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi likuiditas ini

untuk setiap bank maksimum 20 % dari modal bank tersebut.

b) Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank

berdasarkan swap dengan nasabah yang adanya berasal dari

pinjaman luar negeri untuk keperluan investasi di Indonesia.

c) Perbedaan dari ketiga jenis transaksi di atas adalah bahwa swap

terjadi dua transaksi pada saat yang sama (double transaction),

yaitu jual beli atau beli dan jual. Sedangkan pada spot dan forward

hanya terjadi satu kali transaksi saja (one single transaction), yaitu

jual beli saja.

4) Option Transaction (Transaksi Opsi)

Transaksi Opsi merupakan kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka

membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah

unit valuta asing pada harga dan jangka waktu tertentu.46

                                                                    45http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2260833-jenis-jenis-transaksi-valuta-asing/ di akses tanggal 13 maret 2012. Jam 10.00 wib 46http://bprsyariah.com/artikel/121-transaksi-valuta-asing-menurut-islam, di akses tanggal 12 maret 2012 , jam 13.00 wib.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

35  

4.1.6. Karakteristik Mata Uang Yang Diperdagangkan

Karakteristik beberapa mata uang utama yang diperdagangkan, yaitu:

1). Dollar AS

Dollar as merupakan mata uang utama di dunia. sebagian besar mata uang

yang ada di dunia menggunakan dollar as sebagai acuan dalam menentukan

nilai tukarnya. Nilai tukar dollar as tidak lagi ditentukan berdasarkan

cadangan emas yang dimiliki amerika serikat, tetapi lebih ditentukan oleh

kekuatan ekonomi amerika serikat, yang tercermin dari neraca pembayaran

internasionalnya, transaksi ekspor dan impor dalam neraca perdagangan,

dan indikator ekonomi lainnya.47

2). Euro

Mata uang UERO resmi diluncurkan pada tanggal 1 januari 1999. Terdapat

11 negara anggota uni eropa yang menganut pemberlakuan mata uang

tunggal ini sebagai bagian dari sistem pembayaran. Kesebelas negara

tersebut adalah; Prancis, Belanda, Jerman, Spanyol, Belgia, Italia, Austria,

Luksemburg, Finlandia, Irlandia dan Portugal. Dengan di adopsinya mata

uang tunggal oleh ke-11 negara uni eropa tersebut, diperkirakan UERO akan

menjadi pesaing utama bagi Dollar AS di masa-masa mendatang.48

3). Mark Jerman

Mark jerman merupakan mata uang terbesar ke dua setelah dollar AS, yang

di gunakan sebagai cadangan devisa negara-negara di dunia sebelum UERO

diluncurkan pada tahun 1999. Perdagangan DEM/USD termasuk paling

                                                                     47 The Fei Ming,op cit hlm,14. 48 Ibid, hlm, 15.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

36  

likuid dan termasuk paling banyak ditransaksikan di pasar valuta asing.

Nilai mark jerman sangat sensitif terhadap perubahan politik dan negara

ekonomi negara-negara yang berada pada kawasan yang berada didekatnya,

seperti rusia. Hal ini terjadi karena secara geografis jerman berdekatan

dengan rusia sehingga perubahan politik dan ekonomi yang terjadi di rusia

tentunya sedikit banyak berpengaruh pada perekonomian jerman.

4). Yen Jepang

Perkembangan yen jepang sebagai salah satu mata uang yang paling

diperhitungkan dalam kancah perdagangan valuta asing dunia tidaklah

terlepas dari dukungan kekuatan ekonomi jepang sebagai salah satu industri

negara maju setelah amerika serikat. Permintaan terhadap yen jepang

terutama berpusat pada konglomerasi di jepang yang terkenal dengan nama

keiretsu.49

5). Franc Swiss

Meskipun perekonomian swiss relatif kecil, franc swiss terkenal dengan

kesetabilannya. Hal ini karena nilai franc swiss mencerminkan kekuatan dan

kualitas perekonomian dan keuangan swiss. Perekonomian swiss

mempunyai hubungan sangat erat dengan perekonomian jerman.

6). Poundsterling Inggris

Poundsterling lebih aktif di transaksikan dalam pasar valuta asing di london.

Pound banyak diperdagangkan baik terhadap dollar AS maupun terhadap

mark, maupun volume perdagangannya terhadap mata uang negara-negara

                                                                   49 Ibid, hlm, 16.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

37  

lain relatif kecil. Transaksi pound hanya likuid pada pasar valuta asing di

london, sedangkan likuiditasnya rendah.50

4.1.7. Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Terdapat tiga kelompok besar sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan oleh

berbagai negara di dunia, yaitu:

1). Freely flexible (freely floating) exchange rate syistem

Pada sistem freely floating, nilai mata uang dibiarkan mengambang bebas dan

nilai tukarnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang

terdapat di pasar. Nilai tukar beberapa mata uang utama (major

currencies),seperti dollar AS, UERO, mark jerman, yen jepang, franc swiss,

dan poundsterling inggris, ditentukan oleh kekuatan pasar (market forces) dan

dibiarkan mengambang bebas terhadap mata uang negara lain. Dalam sistem

ini tidak terdapat intervensi yang dilakukan pemerintah (bank sentral) untuk

mempengaruhi nilai tukarnya.

2). Fixed (pegged) exchange rate system

Pada sistem fixed exchange rate, pemerintah berperan aktif melakukan

intervensi dalam pasar valuta asing untuk mempertahankan pergerakan nilai

tukar suatu mata uang agar berada pada suatu acuan nilai tukar tertentu

3). Managed/controlled (semi pagged) exchange rate system

Pada sistem mengambang terkendali ini, fluktuasi nilai tukar diambangkan

pada suatu rentang (band) intervensi tertentu. Bank sentral tetap berperan

                                                                    50 Ibid, hlm, 17

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

38  

dalam melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar mata uang

tersebut ke dalam nilai tukar rentangnya semula apabila fluktuasi melebihi

batas/ rentang intervensi yang diperkenankan. Namun, bank sentral tidak

menerapkan suatu acuan tingkat/level nilai tukar tertentu, seperti yang

diterapkan pada sistem fixed exchange rate.51

4.1.8. Teori Penentuan Nilai Tukar Valuta Asing

Setelah melalui era bretton woods accord, akhirnya sebagian besar mata uang

negara-negara di dunia pada tahun 1973 diberi kesempatan mengambang

secara bebas satu sama lain. Hal ini dimaksudkan untuk mencari tingkat

keseimbangan/ekuilibrium tingkat keseimbangan/ekuilibrium ditentukan oleh

kekuatan oleh kekuatan pasar, yaitu demand dan supply terhadap mata uang

itu sendiri untuk melepaskan diri dari pengaruh bank sentral yang sebelumnya

selalu melakukan tindakan intervensi untuk mempengaruhi nilai tukar agar

senantiasa berada pada suatu batas (range) yang telah ditentukan. Ada

beberapa model penentuan nilai tukar:

1). Traditional theories

Traditional theoris terdiri dari purcashing power parity dan theory elastisitas.

a) Teory purchasing power parity

Teori ini merupakan teory tertua dan merupakan teori terpopuler. Teori ini

pertama kali diperkenalkan pertama kali pada tahun 1556 oleh martin de

azpilcueta navarro. Teori ini berbunyi sebagai berikut:

                                                                    51 Ibid, hlm 8-9.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

39  

“the price of a good in one caountry should equal the price of the same good in another country, exchanged at the current rate “

Teori ini menyatakan bahwa harga barang di suatu negara harus sama

dengan harga barang serupa di negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar

yang berlaku antara kedua negara tersebut, teori ini disebut the law of one

price.52

b) Teori elastisitas

“exchange rate is simply the price of foreign exchange which maintains the balance payments in equilibrium”

Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta

asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu

negara agar tetap berada pada tingkat equilibrium. Dengan kata lain,

respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdangan sangat

dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika

elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan

kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil.

Akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk

menghilangkan devisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas

permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan

ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran

internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai

tukar.53

                                                                     52 Ibid, hlm 10       53Ibid hlm 13

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

40  

2. Modern monetary theories on short term exchange rate volatility

“modern monetary theories on the short term exchange rate volatility take into consideration the short term capital markets roles and the long term impact of commodity markets on the foreign exchange”

Teori ini memperlihatkan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek

dan peran bursa comoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai

tukar. Teori ini mengatakan adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan

dalam purchasing power parity adalah karna adanya suatu perubahan

dalam permintaan dan penawaran terhadap aset-aset keuangan. Dalam

pandangan modern, teori purchasing power parity juga diperluas dengan

menyatakan variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku

bunga, dan pendapatan riil, dalam menentukan nilai tukar antara dua

negara.

2. Synthesis of traditional and modern monetary views

‘since the financial markets adjust faster than the commodities markets, the exchange rate tends to be affected in the short term by the capital market changes, and by the commodities changes in the long term”

Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar kuangan

(pasar modal dan pasar uang ) lebih cepat jika dibandingkan perubahan di

pasar barang/komoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek fluktuasi

nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam

jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang

terjadi di pasar barang.54

                                                                   54 Ibid hlm 14

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

41  

4.1.9. Faktor-Faktor Yang Menentukan Penawaran Uang

Ada beberapa alat yang digunakan sebagai instrumen kebijakan moneter. Para

pejabat negara negara dapat mempergunakan sebagai instrumen keungan tersebut,

dalam merumuskan kebijakan keuangan negara. pada umumnya, faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran uang pada suatu perekonomian adalah sebagai

berikut:55

1) Dalam perekonomian di jaman modern ini, bank komersial memerankan

peranan penting dalam penentuan penawaran uang pada suatu sistem

perekonomian. Biasanya bank komersial memberi fasilitas potongan

pinjaman kepada institusi atau individu. Kebijakan tersebut akan menarik

minat istitusi atau individu-individu yang dapat meningkatkan permintaan

pinjaman pada suatu perekonomian.

2) Selain hal tersebut di atas, bank sentral juga mempunyai instrumen lain

yang dapat digunakan untuk mengatur jumlah uang yang ditawarkan dan

peredarannya.

3) Oprasi surat berharga pemerintah, peredaran dan penawaran uang juga

dapat dipengaruhi oleh surat berharga pemerintah (treasury bills). Pada

dasarnya pembelian surat berharga pemerintah tersebut merupakan proses

menarik uang dari sirkulasi di masyarakat.

4) Perdagangan valuta asing sebagai komoditas, peredaran uang dapat

meningkat karena kunjungan/kedatangan turis asing, ekspor barang dan

jasa ke negara lain, dan investasi asing

                                                             55Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,cetakan ke enam, upp stim ykpn,yogyakarta,2001, hlm 74-75 

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

42  

4.1.10. Resiko Dalam Perdagangan Valuta Asing

Perdagangan valuta asing tidak hanya industri yang menjanjikan harapan

keuntungan, namun juga sangat beresiko tinggi. Sangatlah penting untuk

mengetahui resiko-resiko yang terdapat dalam perdagangan valuta asing sehingga

dapat dikembangkan suatu kebijakan untuk mengatasi resiko tersebut.

Terdapat tiga kategori utama resiko perdagangan valuta asing, yaitu:56

1) Exchange rate risk

Resiko ini terjadi akibat adanya fluktuasi/pergerakan secara terus-menerus

permintaan dan penawaran di dalam pasar valuta asing sehingga

mempengaruhi posisi nilai tukar valuta asing tersebut. Dalam perdagangan

valuta asing, pada umum nya seorang trader akan membuka posisi dengan

membeli (buy) atau menjual (sell) valuta asing. Selama posisi itu belum

ditutup (close position), nilai tukar valuta asing tersebut akan mengalami

perubahan karena adanya tarik-menarik antara kekuatan permintaan dan

penawaran yang terjadi di pasar.

Fluktuasi harga dalam transaksi perdagangan valuta asing merupakan

“musuh utama” bagi seorang trader karena dapat mengakibatkan kerugian

(potensial loss). Namun, disisi lain fluktuasi harga di dalam pasar valuta

asing juga merupakan faktor yang sangat penting karena tanpa adanya

fluktuasi harga, tidak mungkin terjadi perdagangan di dalam pasar valuta

                                                                  56 The Fei Ming op cit, hal 19,20

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

43  

asing dan pasar menjadi tidak likuid. Jadi, fluktuasi harga merupakan

suatu faktor yang menguntungkan apabila digunakan secara tepat dan

bijaksana

2) Credit risk

Credit risk adalah resiko kemungkinan pihak lain (counter party) tidak

melaksanakan kewajiban dalam persetujuan yang telah disepakati.

3) Country risk

Country risk adalah resiko yang timbul akibat adanya campur tangan

pemerintah dalam perdagangan valuta asing. Resiko ini berbeda dengan

aktivitas intervensi yang dilakukan bank sentral untuk mempertahankan

nilai tukar. Country risk di antaranya adalah resiko pembekuan terhadap

aset, simpanan luar negeri, dan deposito warga negara asing oleh

pemerintah lokal/domestik.57

4.1.11. Praktek Transaksi Valuta Asing di Indonesia

Di indonesia menggunakan berbagai macam sistem nilai tukar, diantaranya

adalah:58

                                                                    57 Ibid. Hlm 21 58http://strugglemoment.wordpress.com/2010/05/10/kurs-di-indonesia-mekanisme-dan-dampaknya, diakses tanggal 15 maret 2012 jam 08,15 wib

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

44  

1) Sistem Nilai Tukar Tetap (1971 – Maret 1983)

2) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali secara ketat (April 1983 –

Sep 1986)

3) Sistem Nilai Tukar Mengambang Fleksible (Sep. 1986 – Agt. 1997)

4) Sistem Nilai Tukar Mengambang bebas (14 Agustus 1997)

Berikut ini adalah tabel mengenai kurs Rupiah terhadap Dollar pada Bank

indonesia kurun waktu 4 januari 2010 sampai dengan 6 mei 2010 :

Berikut ini adalah tabel mengenai nilai tukar pada 16 maret 2012:

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

45  

Berdasarkan uraian di depan, dapat disimpulkan bahwa transaksi jual beli valuta

asing timbul karena adanya kebutuhan konversi mata uang, antara mata uang yang

satu dengan mata uang yang lain dalam lalu lintas perdagangan internasional. Ini

Valuta Asing Kurs Tengah +/- (%) Kurs Jual Kurs Beli

USD (US Dollar) 9175.00

0.00 0.00% 9300.00 9050.00

SGD (Singapore

Dollar) 7261.70

0.00 0.00% 7375.20 7148.20

HKD (Hongkong

Dollar) 1182.15

0.00 0.00% 1199.20 1165.10

JPY (Japan Yen) 110.04

0.00 0.00% 112.07 108.00

EUR (Eropa Euro) 11991.15

0.00 0.00% 12173.15 11809.15

DKK (Krona

Denmark) 1617.25

0.00 0.00% 1648.25 1586.25

SEK (Krona Swedia) 1356.75

0.00 0.00% 1381.55 1331.95

CHF (Swiss Franc) 9918.05

0.00 0.00% 10069.05 9767.05

GBP (Inggris

Poundsterling) 14442.60

0.00 0.00% 14658.10 14227.10

AUD (Australian

Dollar) 9637.55

0.00 0.00% 9787.55 9487.55

NZD (New Zealand

Dollar) 7491.60

0.00 0.00% 7621.10 7362.10

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

46  

disebabkan karna setiap negara yang melakukan aktivitas perdagangan

internasional (ekspor-impor) tentu akan memerlukan alat bayar yaitu mata uang

dari negara yang menjadi mitra dagangnya, dan masing-masing negara

mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya dalam menentukan

jenis dan nilai mata uangnya.

Nilai mata uang satu negara dengan negara lainnya akan berubah (berfluktuasi)

setiap saat sesuai volume permintaan dan penawaran dari mata uang tersebut di

bursa atau pasar yang bersifat internasional. Adanya permintaan dan penawaran

akan valuta asing inilah yang akhirnya menimbulkan transaksi jual beli valuta

asing.

4.2. Tinjauan Umum Tentang Hukum Mu’amalah

4.2.1. Pengertian

Pengertian muamlah dapat dilihat dari dua segi yang pertama dari segi bahasa dan

yang ke dua dari segi istilah. Menurut bahasa, Mu’amalah berasal dari kata amala,

yuamilu, Mu’amalahan sama dengan wazan faala, yufailu, mufaalatan artinya

saling bertindak, saling berbuat dan saling mengamalkan.59

Mu’amalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama

manusia, dan antara manusia dan alam sekitarnya, tanpa memandang agama atau

asal usul kehidupannya. Aturan agama yang mengatur hubungan antar sesama

manusia, dapat kita temukan dalam hukum Islam tentang perkawinan, perwalian,

                                                                        59 Rachmat Syafei, FIQIH Muamalah,Pustaka Setia, Bandung, 2001, hlm 14

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

47  

warisan, wasiat, hibah perdagangan, perburuan, perkoperasian dll. Aturan agama

yang mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya dapat kita temukan

antara lain dalam hukum Islam tentang makanan, minuman, mata pencaharian,

dan cara memperoleh rizki dengan cara yang dihalalkan atau yang diharamkan.

Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya

dapat kita jumpai seperti larangan mengganggu, merusak dan membinasakan

hewan, tumbuhan atau yang lainnya tanpa adanya suatu alasan yang dibenarkan

oleh agama, perintah kepada manusia agar mengadakan penelitian dan pemikiran

tentang keadaan alam semesta.

Dari uraian diatas telah kita ketahui bahwa Mu’amalah mempunyai ruang lingkup

yang luas, yang meliputi segala aspek, baik dari bidang agama, politik, ekonomi,

pendidikan serta sosial-budaya.60

Menurut istilah, pengertian Mu’amalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

pengertian Mu’amalah dalam arti luas dan pengertian Mu’amalah dalam arti

sempit. Definisi Mu’amalah dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai

berikut.

a) Al-Dimyati berpendapat bahwa Mu’amalah adalah:

“attuhasilu addunyawi liyakuna sababan lil akhiri”

“menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab sukseslah masalah

ukhrawi”61

                                                                       60 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam jilid III: Muamalah, : Rajawali press, Jakarta 1988, hlm 2-3 61 Al Dimyati, dalam I’anah Al Thalibin , Toha Putra , Semarang ,tt. Hlm 2

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

48  

b) Muhammad Yusuf Musa

Mu’amalah adalah peraturan-peraturan allah yang harus diikuti dan ditaati

dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.62

c) Mahmud Syaltout

ketentuan-ketentuan hukum mengenai hubungan perekonomian yang

dilakukan anggota masyarakat, dan bertendensikan kepentingan material

yang saling menguntungkan satu sama lain.63

d) Dr mustafa Ahmad Zarqa’

Hukum-hukum tentang perbuatan manusia yang berkaitan dengan

hubungan sesama manusia mengenai harta kekayaan, hak-hak dan

penyelesaian sengketa.64

Dari pengertian dalam arti luas di atas, kiranya dapat diketahui bahwa Mu’amalah

adalah aturan-aturan atau hukum allah yang mengatur manusia dalam kaitannya

dalam urusan duniawi dalam pergaulan sosial (hablum minannas).

Sedangkan pengertian Mu’amalah dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh

para ulama sebagai berikut:

1) Menurut Hudlari Byk

“ al Mu’amalahu jamiul ukudillati biha yatabadalu manafiuhum” Mu’amalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya.65

                                                                    62 Abdul Majid, dalam : Pokok-Pokok Fiqih Muamalah Dalam Hukum Kebendaan Dalam Islam , IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung 1986, hlm .1. 63 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial,RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1993, hlm 70-71        64 Mustafa Ahmad Zarqa’, Al-Madkhal Al- Fiqh Al-Am, Al-Adib, Damaskus, 1966-1967. Hlm 55  65 Hendi Suhendi,. Fiqh Muamalah, raja grafindo persada, jakarta, 2007, hlm 2

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

49  

2) Menurut Idris Ahmad66

Mu’amalah adalah aturan aturan allah yang mengatur hubungan manusia

dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan

jasmaninya dengan cara yang paling baik.

3) Menurut Rasyid Ridha

Mu’amalah adalah tukar-menukar barang dengan sesuatu yang bermanfaat

dan dengan cara yang telah ditentukan.

4) Dr Abdul Sattar Fathullah Sa’id

Fiqih Mu’amalah ialah hukum syariat yang berkaitan dengan transaksi

manusia mengenai jual beli, gadai, perdagangan, pertanian, sewa

menyewa, pengkongsian, perkawinan, penyusunan thalak, iddah, hibah &

hadiah, wasiat, warisan, perang dan damai.67

Dari pandangan di atas, dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan fiqih

Mu’amalah dalam arti yang sempit adalah seperangkat aturan-aturan allah yang

wajib untuk ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (hablum

minannas) dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta

benda.

Perbedaan pengertian Mu’amalah dalam arti yang sempit dengan pengertian

dalam arti luas adalah dalam cakupannya. Mumalah dalam arti luas mencakup

persoalan waris, misalnya, padahal mengenai persoalan waris telah diatur dalam                                                              66 lihat Fiqh Al-Syafi’iyyah , karya indah , jakarta , hlm 1          67 Abdul Sattar Fathullah Sa’id, Muamalah Fil Islam , rabitah alam al-islami , makkah, hlm 12 

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

50  

lingkup pembahasan tersendiri. Yaitu dalam fiqih mawaris (tirkah atau faroidh),

karena masalah waris telah diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, maka dalam

Mu’amalah pengertian sempit tidak termasuk di dalamnya.

Persamaan pengertian Mu’amalah dalam arti sempit dan arti yang luas sebenarnya

sama yaitu sama-sama mengatur urusan atau hubungan antar sesama manusia

untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya meliputi : cara memperoleh harta

mengatur, menglola dan mengembngkannya dengan cara yang benar.

4.2.2. Pembagian Mu’amalah

Penetapan pembagian fiqih Mu’amalah yang dikemukakan oleh ulama fiqih

sangat berkaitan dengan definisi fiqih Mu’amalah yang mereka buat, yatu dalam

arti luas atau dalam arti yang sempit. Ibn abidin, salah seorang yang

mendifinisikan fiqih dalam arti luas, dan kemudian membaginya menjadi lima

bagian:68

1) Mu’awadlah maliyah (hukum kebendaan)

2) Munakahat (hukum perkawinan)

3) Muhasanat (hukum acara)

4) Amanat dan ‘Aryah (pinjaman)

5) Tirkah (harta peninggalan )

                                                                     68  Nana Masduki, Fiqih Muamalah Madiyah (diktat), IAIN Sunan Gunung Djati, bandung, 1987, hlm .4

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

51  

Ibn ‘Abidin adalah salah seorang yang mendefinisikan Mu’amalah secara luas

sehingga munakahat termasuk salah satu bagian fiqih Mu’amalah, padahal

munakahat diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu fiqih munakahat. Demikan

pula tirkah, harta peninggalan atau warisan, juga termasuk dalam bagian fiqih

Mu’amalah, padahal tirkah sudah diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu fiqih

mawaris. 69

Sedangkan Al-fikri, dalam kitabnya Mu’amalah Al-madiyah wa Al-adabiyah,

membagi fiqih Mu’amalah kedalam dua bagian :70

1) Al-Mu’amalah Al-madiyah

Adalah Mu’amalah yang mengkaji obyeknya sehingga sebagian ulama

berpendapat bahwa Mu’amalah al-madiyah adalah Mu’amalah bersifat

kebendaan karna obyek fiqih Mu’amalah adalah benda yang halal, haram

syubhat untuk diperjual belikan, benda-benda yang memadharatkan dan

benda-benda yang mendatangkan kemashlahatan bagi manusia serta segi-

segi yang lainnya.

2) Al-mu’amalah al-adabiyah

Adalah Mu’amalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda yang

bersumber dari panca indra manusia, yang unsur penegaknya adalah hak-

hak dan kewajiban-kewajiban, misalnya jujur, hasud, dengki, dan dendam.

                                                                     69  Hendi Suhendi , op cit hlm 3          70 Nana Masduki, op cit hlm 4 

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

52  

Mu’amalah madiyah yang dimaksud oleh Al-Fikri ialah aturan-aturan yang

ditinjau dari segi obyeknya. Oleh karena itu jual beli benda bagi muslim tidak

hanya untuk mendapatkan atau mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi

secara vertikal juga bertujuan untuk mendapatka ridla allah.

Secara horizontal adalah untuk memeroleh keuntungan sehingga benda-benda

yang diperjual belikan senantiasa dirujukkan atau disandarkan kepada aturan-

aturan allah. Benda-benda yang haram atau dilarang oleh syara’ (minuman keras,

khamer, daging babi, darah, dll) untuk tidak diperjual belikan karena bukan

bertujuan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan semata tetapi juga mencari

ridla allah.

Mu’amalah al-adabiyah ialah aturan-aturan allah yang wajib diikuti dilihat dari

segi subyeknya. Mu’amalah adabiyah ini berkisar pada keridhaan kedua belah

pihak, ijab qabul, dusta, menipu maupun perbuatan yang lainnya.

Pembagian Mu’amalah di atas dilakukan atas dasar kepentingan teoritis semata-

mata bukan sebab dalam praktiknya, kedua bagian Mu’amalah tersebut tidak

dapat dipisahkan.

4.2.3. Ruang Lingkup Fiqih Mu’amalah

Ruang lingkup fiqih Mu’amalah terbagi menjadi dua. Ruang lingkup Mu’amalah

yang bersifat adabiyah ialah ijab dan qabul, saling meridhloi, tidak ada

keterpaksaan salah satu pihak, hak dan kewajiban kejujuran pedagang, penipuan,

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

53  

pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang berasal dari indra manusia yang

ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.71

Mengenai ruang lingkup permasalahan madiyah ialah masalah jual beli (al-bai’

al-tijarah), gadai (al-rahm), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dlaman),

pemindahan hutang (hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-

hajru), perseroan atau pengkongsian (al-syirkah), perseroan harta dan tenaga (al-

mudharabah), sewa menyewa (al-ijarah), pemberian hak guna pakai (al-ariyah),

barang titipan (al-wadhlit’ah), barang temuan (al-luqathah), garapan tanah (al-

mujaroah), sewa menyewa tanah (al-muqabarah), upah (ujrat al-amal), gugatan

(al-syuf’ah), syaembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah),

pemberian (al-hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulqu), dan ditambah

dengan beberapa masalah mu’ashiroh (muhaditsah), seperti masalah bunga Bank,

asuransi, kredit dan masalah-masalah baru lainnya.72

4.2.4. Sumber Hukum Mu’amalah

Sumber hukum Mu’amalah adalah al-quran, sunah rasul ( as-sunnah), ijtihad

(ra’yu).

1) Al-Qur’an

Secara harfiah kata al-qur’an berasal dari bahasa arab Al-Qur’an yang

berarti pembacaan atau bacaan.73 Sedang menurut istilah, Al-Qur’an

                                                                    71 Rachmat Syafei, op cit, hlm 14          72 Hendi Suhendi, loc cit hlm 5          73 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus Arab Indonesia, PP al-munawwir, krapyak ,yogyakarta, 1984, hal 1185

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

54  

adalah kalam allah yang diturunkan kepada nabi muhammad SAW.

Melalui malaikat jibril dengan bahasa arab sebagai hujjah (bukti)

kerasulan nabi muhammad dan sebagai pedoman hidup bagi manusia serta

sebagai media dalam mendekatkan diri kepada allah dengan

membacanya.74

Al-Qur’an memberikan ketentuan-ketentuan hukum Mu’amalah yang

sebagian besar berbentuk kaidah-kaidah umum : kecuali itu, jumlahnya

pun amat sedikit. Misalnya, dalam Q.S. Al-Baqarah :188 terdapat larangan

makan harta dengan cara yang tidak sah, antara lain melalui suap. Dalam

Q.S. An-Nisa’:29 terdapat ketentuan bahwa perdagangan atas dasar suka

rela merupakan salah satu bentuk Mu’amalah yang halal.75

Al-qur’an menyajikan hukum-hukum atau dasar-dasar islam secara global

yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah disegala

tempat dan zaman.76 Walaupun pada umumnya ayat-ayat al-qur’an yang

menyangkut hukum yang bersifat pasti, tetapi selalu terbuka bagi

penafsiran, dan aturan-aturan yang berbeda dapat diturunkan dari suatu

yang sama atas dasar ijtihad.                                                                       74 Abd Al-Wahhab Khallaf, Ilm Al-Ushul Fiqh, cetakan VII, Dar Al-Qolam lial-tibaah wa Al-Annasyr wa al-tauzi’, kairo, 1978, hal 11, Muhammad Abu Zahrah , Ushul FIqh, Dar Fikri Al-Arabi, 1958, hal 23             75Ahmad Azhar Basyir Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),cetakan pertama, UII press,yogyakarta,2004.,hlm 14            76 Bila dipahami secara mendalam, ternyata allah tidak menurunkan al-qur’an dalam suatu kehampaan, tetapi sebagai suatu tuntunan bagi rasul yang hidup dan terlibat dalam suatu perjuangan yang nyata. Al-qur’an lebih banyak memberikan prinsip-prinsip dasar yang membawa seorang muslim pada arah tertentu dapat menemukan jawabannya usahanya sendiri. 

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

55  

2) As-sunnah

Secara etimologis sunnah berasal dari dari kata bahasa arab al-sunnah

yang berarti cara, adat istadat (kebiasaan), dan perjalanan hidup (sirah),

yang tidak dibedakan antara yang baik dan yang buruk.77 Ini bisa dipahami

dari sabda nabi yang diriwayatkan oleh HR muslim:

“ barang siapa yang membuat cara (kebiasaan) yang baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya, dan barang siapa yang membuat cara yang buruk dalam islam, maka ia akan memperoleh dosannya dan dosa orang yang mengikutinya” 78

Sunah rasul memberikan ketentuan-ketentuan hukum Mu’amalah lebih

terperinci dari pada al-qur’an. Apabila al-qur’an menentukan bahwa

berdagang merupakan cara untuk memperoleh rizki yang halal, maka

hadits nabi memberikan perinciannya, seperti larangan untuk penjual yang

menjual barang dagangan akan tetapi bukan miliknya sendiri, dilarang

menjual ikan didalam air karna itu gharar, dan sebagainya.

3) Ijtihad

Secara etimologis kata ijtihad berasal dari kata al-ijtihad yang berarti

segala penumpuhan segala upaya dan kemampuan dan berusaha dengan

sungguh-sungguh.79 Secara terminologis, ijtihad berarti mencurahkan

kesanggupan dalam mengluarkan hukum syara’ yang bersifat amaliyyah

dari dalil-dalil terperinci baik dalam alqur’an maupun sunnah.80

                                                                       77 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, kamus Arab Indonesia, op cit hlm 784           78 Muhammad Murtadlo Al-zabidy, Taj’ Al-’Arus,juz9 (t.t), T,tp.:tp. Muhammad ‘Ajjaz Al-khathib, Ulum Al-Hadits Ulumuhu Wa Mustholahuhu, Dar Al-Fikr, Beirut, 1989, hlm 17 79 Ahmad Warson Munawwir, loc cit hlm 234 80 Abd Al-wahhab Khallaf ,op cit hlm 216, Muhammad Abu Zahrah , op cit hlm 379

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

56  

Untuk memahami ketentuan-ketentuan hukum Mu’amalah yang terdapat dalam

al-qur’an dan sunah rasul, demikian pula untuk memperoleh ketentuan-ketentuan

hukum Mu’amalah yang baru timbul sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat,

diperlukan pemikiran-pemikiran baru yang disebut ijtihad.81 Sumber ijtihad inilah

yang telah berperan mengembangkan fiqih islam, terutama dalam bidang

Mu’amalah.

4.2.5. Prinsip Hukum Mu’amalah

Hukum Mu’amalah islam mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1) Pada dasarnya semua bentuk Mu’amalah adalah mubah,82 kecuali yang

ditentukan lain oleh sunah rasul.

2) Mu’amalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur

paksaan.

3) Mu’amalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat

dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat.

4) Mu’amalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari

unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam

kesempitan.83

                                                             81 Ahmad Azhar Basyir, op cit hlm 15          82 Al ashlu fil muamalati wal’uquud ash shihhah, hattaa yaquuma daliilun ‘alaa tahrim wal buthlan.” Artinya hukum asal dari muamalah dan perjanjian adalah sah (boleh) sampai datangnya argumen yang mengharamkan atau membatalkan (Mabadi’u-Awwaliyyah). 83 Ibid, hlm 16

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

57  

Secara ringkas keempat prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Prinsip pertama mengandung arti bahwa hukum islam memberikan

kesempatan luas terhadap perkembangan bentuk dan macam Mu’amalah

baru yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.84

2) Prinsip kedua memperingatkan mengenai kebebasan kehendak para pihak

yang bersangkutan untuk selalu diperhatikan. Pelanggaran terhadap

kebebasan kehendak itu berakibat tidak dapat dibenarkannya suatu bentuk

Mu’amalah.

3) Prinsip ketiga memperingatkan bahwa suatu bentuk Mu’amalah dilakukan

atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari

madharat85 dalam hidup masyarakat, dengan akibat bahwa segala bentuk

Mu’amalah yang merusak kehidupan masyarakat tidak dibenarkan.

4) Prinsip keempat menentukan bahwa segala bentuk Mu’amalah yang

mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan.86

4.2.6. Obyek Hukum Mu’amalah

Obyek hukum Mu’amalah, dalam pengertiannya yang terbatas, hanya menyangkut

urusan-urusan mengenai keperdataan dalam hubungan kebendaan, dan meliputi

                                                               84 Taghayurul ahkam bi taghayuril azminati wal amkinati wal ahwali (hukum itu bisa berubah sesuai dg perubahan zaman,tempat dan keadaan)  dan al-muhafadzah ala al-qadim as-sholih wa al-akhzu bi al-jadid al-ashlah (memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik)    85  jalb al-mashaalih wa daf al-mafasid (mengambil mashlahah sekaligus mencegah kerusakan)           86 Ibid, hlm 17 

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

58  

masalah-masalah yang bersifat pokok. Diantara masalah-masalah yang bersifat

pokok tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hak dan pendukungnya

b. Benda dan milik atasnya

c. Perikatan yang bersifat umum (akad)87

4.2.7. Aspek Mu’amalah Dalam Transaksi Valuta Asing

4.2.7.1. Jual beli

Menurut etimologi jual beli88 diartikan : “mukobalatus sai bis sai”89 yang

artinya penukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari al-bai

adalah asy-syira’, al-mubadalah dan at-tijarah, dalam Al-qur’an surat

fathir ayat 29 dinyatakan: “Wa ala niyata innaliadzina yatluna kitaba

allahi wa akomus sholata wa anfaku mimma roza’naahum sirran yarjuuna

tijarotan lan taburo.”90

                                                             87 Ibid, hlm 18 88  jual beli adalah dua kata yang berlawanan artinya, namun masing-masing sering digunakan untuk arti kata yang lain secara bergantian. Oleh sebab itu, masing-masing dalam akad transaksi disebut sebagai pembeli dan penjual. Rosulullah SAW bersabda “ dua orang yang berjaul-beli memiliki hak untuk menentukan pilihan, sebelum mereka berpindah dari lokasi jual-beli” akan tetapi bisa disebutkan secara umum, yang terbetik dalam hak adalah kata penjual diperuntukan kepada orang yang mengluarkan barang dagangan. Sementara pembeli adalah orang yang mengluarkan pembayaran. Penjual adalah orang yang mengluarkan barang miliknya. Sementara pembeli adalah orang yang menjadikan barang itu miliknya dengan kompensasi pembayaran. 89 Wahbah zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adilatuh, juz 4, Dar Al Fikr, Damaskus, 1989, hlm 344, pengertian yang sama dikemukakan oleh Ali Fikri, Syamsudin Muhammad Ar-ramli, dan ulama’ ulama’ lain. Lihat Ali Fikri, Al-Muamalat Al-Madiyah wa Al-Adabiyyah, Musthafa Al-Babiy Al-Halabiy, Mesir 1357, hlm 8, Lihat juga Syamsudin Muhammad Ar-Ramli, Nihayah Al-Muhtaj, juz 3, Dar Al-fikr, Beirut, 2004, hlm 372. 90  Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,  (QS  fathir ayat 29) 

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

59  

Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam

mendefinisikannya, antara lain:

1) Menurut ulama Hanafiyah:91

Mubadalatu maalin bi malin ala wajhin mahsusin. Yaitu pertukaran

harta (benda) dengan harta berdasarkan cara yang khusus (yang

dibolehkan).

2) Menurut imam Nawawi92 dalam Al-Majmu’ :

Muqabalatu maalin bi maalin tamlikan

Yaitu pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.

3) Menurut Ibnu Qudamah93 dalam kitab Al-Mugni :

Mubadalatu malin bi maalin tamlikan wa tamalukan

Yaitu pertukaran harta, dengan harta untuk saling menjadikan milik.

Sedangkan dasar hukumnya, jual beli disyariatkan dalam Al-Qur’an, as-

sunnah dan ijma’. Yakni:

1) Al-Qur’an

“Wa ahala allahu al bai’a wa harroma ar riba.” 94   

2) As-sunnah

“Nabi SAW, ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik beliau menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur” (HR. Bajjar, Hakim menyahihkan dari Rifa’ah ibn Rafi’)

                                                            91 Alaudin Al-Kasyani , Badai’ Ash-shanai’ Fi Tartib Asy-Syarai’. Juz v . hlm .133 92 Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, juz II, hlm 2 93Ibnu Qudamah , Al-Mugni, jus III, hlm 559 94 Padahal allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba ( Qs, Al-Baqarah , ayat 275 )

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

60  

Maksud mabrur dalam hadits diatas adalah jual-beli yang terhindar

dari usaha tipu-menipu yang merugikan orang lain.

3) Ijma’95

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya,

tanpa bantuan orang lain namun demikian, bantuan atau barang milik

orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang

lainnya yang sesuai.96

Dalam menetapkan rukun jual-beli, di antara para ulama terjadi

perbedaan pendapat. Menurut ulama hanafiyah, rukun jual beli adalah

ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara ridla, baik

dengan ucapan maupun dengan perbuatan.97

Adapun rukun jual-beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu :

1) Bai’ (penjual)

2) Mustari (pembeli)

3) Shighat (ijab qabul)

4) Ma’qud ‘alaih (benda atau barang)

                                                               95 Persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat disuatu masa, persetujuan itu diperoleh dengan suatu cara ditempat yang sama. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam di Indonesia, rajawali pers, jakarta 2009, hlm120 96Rachmat Syafei. Loc cit, hlm 75 97 Ibn Abidin , Radd Al-Mukhtar Ala Dar Al-Mukhtar, juz IV, hlm 5

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

61  

Mengenai rukun dan pelaksanaan jual-beli ulama syafiiyah

menguraikan syarat sighat dan ma’qud ‘alaih ke dalam beberapa

bagian :

1). Syarat sighat98

a) Berhadap-hadapan.

Pembeli atau penjual harus menunjukkan sighatakad nya kepada

pembeli yang sedang bertransaksi dengannya,yakni harus sesuai

orang yang dituju.

b) Ditunjukkan kepada seluruh badan yang akad.

Tidak sah mengatakan “saya menjual barang ini kepada kepala atau

tangan kamu”.

c) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab.

Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak

berteransaksi oleh orang yang mengucapkan ijab, kecuali jika

diwakilkan.

d) Harus menyebutkan barang atau harga.

e) Ketika mengucapkan sighat harus disertai niat (maksud).

f) Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna.

Jika orang yang bertransaksi tersebut gila sebelum mengucapkan

ijab qabul, jual beli tersebut dinyatakan batal.

g) Ijab qabul tidak terpisah

                                                            98 Rachmat Syafei, ibid, hlm 82 

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

62  

Antara ijab dan qabul tidak boleh diselinggi oleh waktu yang

terlalu lama, yang menggambarkan adanya penolakan dari salah

satu pihak.

h) Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain.

i) Tidak berubah lafadz.

Lafadz ijab tidak boleh berubah, seperti perkataan “ saya jual

dengan lima ribu, kemudian berkata lagi, “saya menjualnya dengan

sepuluh ribu, padahal barang yang dijual masih sama dengan

barang yang pertama dan belum ada qabul.

j) Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna.

k) Tidak dikaitkan dengan sesuatu.

Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada

hubungannya dengan akad.

l) Tidak dikaitkan dengan waktu.

2). Syarat ma’qud ‘alaih (barang).99

a) Suci.

b) Bermanfaat.

c) Dapat diserahkan.

d) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain.

e) Jelas dan diketahui oleh orang yang melakukan akad.

                                                            99 Ibid, hlm 83

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

63  

Adapun Hukum (ketetapan) bai’ beserta pembahasan barang dan

harga adalah sebagai berikut:

1) Hukum (ketetapan) akad

Hukum akad adalah tujuan dari akad. Dalam jual-beli, ketetapan akad

adalah menjadikan barang sebagai milik pembeli dan menjadikan

harga atau uang sebagai milik penjual.100

Secara mutlak hukum akad dibagi menjadi 3 bagian ;101

a) Dimaksudkan sebagai taklif, yang berkaitan dengan wajib, haram,

sunah, makruh, dan mubah.

b) Dimaksudkan sesuai dengan sifat-sifat syara’ dan perbuatan, yaitu,

sah, luzum, dan tidak luzum, seperti pernyataan akad, “akad yang

sesuai dengan rukun dan syaratnya disebut shahih lazim.”

c) Dimaksudkan sebagai dampak tasharuf syara’, seperti wasiat yang

memenuhi kebutuhan syara’ berdampak pada beberapa ketentuan,

baik bagi orang yang diberi wasiat maupun bagi orang atau benda

yang diwasiatkan.

Hukum atau ketetapan yang dimaksud pada pembahasan akad jual-

beli ini, yakni menetapkan barang milik pembeli dan menetapkan

uang milik penjual.102

                                                            100 Muhammad Yusuf Musa., Al-Amwal Wa Nazariyah Al-Aqd, hlm .372 101 Rachmat Syafei., loc cit. Hlm. 85 102 Alaudin Al-Kasani., juz v. Hlm .233 

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

64  

Hak-hak akad (huquq al-aqd) adalah aktivitas yang harus dikerjakan

sehingga menghasilkan hukum akad, seperti menyerahkan barang

yang dijual, memegang harga (uang), mengembalikan barang yang

cacat, khiyar, dan lain-lain.

Adapun jual beli yang mengikuti hukum adalah segala sesuatu yang

berkaitan dengan barang yang dibeli, yang meliputi berbagai hak yang

harus ada dari benda tersebut yang disebut penggiring (marafiq),

kaidah umum dari masalah ini misalnya segala sesuatu yang berkaitan

dengan rumah adalah termasuk pintu, jendela, WC, dapur, dan lain-

lain walaupun tidak disebutkan dalam akad, kecuali ada

pengecualian.103

2) Tsaman (harga) dan Mabi’ (barang jualan)

a). Pengertian harga dan mabi’

Secara umum, mabi’ adalah ma yatayyanu bi ta’yiini (perkara yang

menjadi tentu dan ditentukan). Sedangkan pengertian harga secara

umum adalah ma la yatayyanu bi ta’yiini (perkara yang tidak tentu

dengan ditentukan).

Definisi diatas sebenarnya sangat umum sebab sangat bergantung

pada bentuk dan barang yang diperjual belikan adakalanya mabi’ tidak

                                                            103 Rachmat Syafei., op cit, hlm 86 

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

65  

memerlukan penentuan. Sebaliknya harga memerlukan penentuan,

seperti penetapan uang muka.

Imam Syafi’i dan Ja’far berpendapat bahwa harga dan mabi’ termasuk

dua nama yang berbeda bentuknya, tetapi artinya satu, perbedaan

keduanya didalam hukum adalah penggunaan huruf ba (dengan).104

b). Penentuan mabi’ (barang jaulan)

Penentuan mabi’ adalah penentuan barang yang akan dijual dari

barang-barang lainnya yang tidak akan dijual, jika penentuan tersebut

menolong untuk menentukan akad, baik pada jual-beli yang

barangnya ada ditempat akad atau tidak. Apabila mabi’ tidak

ditentukan dalam akad, penentuannya dengan cara penyerahan mabi’

tersebut.

c). Perbedaan harga, nilai dan utang

i. Harga

Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan

dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar ataupun sama

dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan nilai penukar

pada suatu barang.

ii. Nilai sesuatu

Sesuatu yang dinilai sama menurut pandangan manusia.

iii. Utang

                                                            104 Ibnu Abidin., op cit, juz IV, hlm 26. 

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

66  

Utang adalah sesuatu yang menjadi tanggungan seseorang

dalam urusan harta, yang keberadaanya disebabkan oleh

beberapa iltijam.105

d) Perbedaan mabi’ dan harga

Kaidah umum tentang mabi’ dan harga adalah segala sesuatu yang

dijadikan mabi’ adalah sah dijadikan harga, tetapi tidak semua harga

dapat dijadikan mabi’.

Diantara perbedaan mabi’ dan tsaman adalah :

i. Secara umum uang adalah harga, sedangkan barang yang dijual

adalah mabi’.

ii. Jika tidak menggunakan uang, barang yang akan ditukarkan adalah

mabi’ dan penukarannya adalah harga.

e) Ketetapan mabi’ dan harga

Hukum-hukum yang berkaitan dengan mabi’ dan harga antara lain :106

i. Mabi’ disyaratkan haruslah harta yang bermanfaat, sedangkan

harga tidak disyaratkan demikian.

ii. Mabi’ disyaratkan harus ada dalam kepemilikan penjual,

sedangkan harga tidak disyaratkan demikian.

iii. Tidak boleh mendahulukan harta pada jual-beli pesanan,

sebaliknya mabi’ harus didahulukan.                                                             105  Keharusan untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu untuk orang lain, seperti merusak harta ghasab, berutang dan lain-lain. 106  Wahbah al-zuhaili., op cit., hlm 405-406

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

67  

iv. Orang yang bertanggung jawab atas harga adalah pembeli,

sedangkan yang bertanggung jawab atas mabi’ adalah penjual.

v. Menurut ulama’ hanafiyyah, akad tanpa menyebutkan harga

adalah fasid dan akad tanpa menyebutkan mabi’ adalah batal.

vi. Mabi’ rusak sebelum penyerahan adalah batal, sedangkan

apabila harga rusak sebelum penyerahan, tidak batal.

vii. Tidak boleh tasharruf atas barang yang belum diterimanya,

tetapi dibolehkan bagi penjual untuk tasharruf sebelum

menerima.

Disamping hal-hal yang dipaparkan diatas, mengenai hukum-hukum

yang berkaitan dengan mabi’ dengan hrga, juga ada hal pokok yang

harus diketahui. mengenai syarat harga dan yang dihargakan antara

lain :

a) Bukan barang yang dialarang syara’.

b) Harus suci, maka tidak boleh menjual khamr, dan lain-lain.

c) Bermanfaat menurut pandangan syara’.

d) Dapat diketahui oleh kedua orang yang akad.

e) Dapat diserahkan.

4.2.7.2. Konsep Uang dalam Islam

Dalam islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas

atau barang dagangan. Oleh karena itu, motif permintaan akan uang adalah untuk

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

68  

memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk

spekulasi atau trading.

Dalam konsep islam tidak dikenal money demand for speculation. Hal ini

dikarenakan spekulasi tidak diperbolehkan. Uang pada hakekatnya adalah milik

Allah SWT yang diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya

bagi kepentingan kita dan masyarakat. Oleh karena itu menimbun uang (dibiarkan

tidak produktif) tidak dikehendaki karena hanya akan mengurangi jumlah uang

yang yang beredar. Dalam islam uang adalah flow concept karenanya harus selalu

berputar didalam perekonomian.

Islam tidak menenal konsep time value of money. Islam hanya mengenal konsep

economic value of time artinya yang bernilai adalah waktu itu sendiri. Islam

memperbolehkan penetapan harga tangguh-bayar lebih tinggi dari pada harga

tunai.107 Didalam islam uang yang beredar dimasyarakat mempunyai fungsi yakni

diantaranya :108

1). Uang sebagai standart ukuran harga dan unit hitungan. Uang adalah

standart ukuran harga yakni sebagai pengukur nilai harga komoditas

dan jasa, dalam perbandingan harga setiap komoditas dengan komoditas

lainnya.

                                                            107 Syafii Antonio., Bank Syariah Dari Theory Ke Praktek ,gema insani, jakarta,2001, hlm, 185-186 108 Ahamd Hasan.,penerjemah Saifurrahman Barito, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem keuangan Islam, PT Raja Grafindo Persada, jakarta, 2004, hlm12

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

69  

2). Uang sebagai media pertukaran.Uang adalah alat ukur yang digunakan

setiap individu untuk pertukaran komoditas dan jasa.

3). Uang sebagai media penyimpan nilai.Bahwa orang yang mendapatkan

uang kadang tidak mengluarkan sepenuhnya dalam satu waktu, tetapi

disisihkan sebagian untuk membeli kebutuhan hidupnya baik berupa

barang maupun jasa pada waktu yang diinginkan.

4). Uang sebagai standart pembayaran tunda.Transaksi terjadi pada waktu

sekarang dan harga tertentu, tetapi diserahkan pada waktu yang akan

datang. Karena itu dibutuhkan standart ukuran yang digunakan untuk

menentukan harga.

Menurut Karim109 didalam ekonomi islam, mengenai fungsi uang hanya dikenal

sebagai Alat pertukaran (medium of exchange for transaction).Fungsi ini menjadi

sangat penting didalam ekonomi maju, dimana pertukaran terjadi oleh banyak

pihak. Seseorang tidak memproduksi setiap apa yang dibutuhkan, tetapi hanya

terbatas pada barang tertentu saja, yang dijual kepada orang-orang untuk

selanjutnya digunakan untuk mendapatkan barang atau jasa yang ia butuhkan.

Orang memproduksi barang dan menjualnya dengan bayaran uang, selanjutnya

dengan uang itu ia gunakan untuk membayar pembelian apa yang ia butuhkan.

Dengan demikian uang membagi proses pertukaran ke dalam dua macam :

(i) Proses penjualan barang atau jasa dengan bayaran uang

                                                            109 Muhammad Karim., Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, salemba empat, jakarta, 2002, hlm 22

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

70  

(ii) Proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang.

a) Satuan nilai (unit of account)

Yang dimaksud dengan satuan nilai adalah nilai uang dalam daya tukar terhadap

seluruh komoditi dan jasa. Sesungguhnya dalam islam uang hanya berfungsi

sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu media untuk mengubah

barang dari satu bentuk kedalam bentuk yang lain. Dan fungsi yang kedua adalah

sebagai satuan nilai (unit of account).

Hukum Islam melalui salah satu cabangnya yaitu fiqh Mu’amalah yang mengatur

hubungan antar sesama manusia (hablum minannas) juga mempunyai landasan

tersendiri mengenai transaksi atau jual beli, yang didasarkan kepada sumber-

sumber hukum islam guna mendapatkan mashlahat.

Mu’amalah semakin berkembang seiring perkembangan zaman guna

mengakomodir kepentingan atau kebutuhan manusia didalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, sehingga didalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam

tidak mengatur secara mendetail masalah Mu’amalah ini agar terbuka pintu-pintu

ijtihad, untuk menjawab serta memberikan dasar hukum terhadap persoalan

manusia yang semakin berkembang.

Islam juga mulai melihat perkembangan mengenai jual beli valuta asing yang

semula pada zaman dahulu belum ada, dan merupakan kebutuhan atau kebiasaan

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

71  

yang ada di zaman modern. Transaksi valuta asing tersebut dibutuhkan oleh

manusia di zaman modern sebagai alat pembayaran perdagangan antar negara.

Hukum Islam dengan segala perkembangannya menyikapai persoalan modern

yang telah berkembang dimasyarakat, meberikan aturan-aturan agar segala

sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat khususnya kalangan pemeluk agama

Islam agar tidak terjerumus kepada arah yang salah. Salah satunya mengenai

transaksi valuta asing, hukum Islam memberikan batasan-batasan agar mekanisme

perdagangan tersebut terhindar dari unsur-unsur gharar110, riba, penipuan,

spekulasi, dll. Mengenai mekanisme dalam jual beli valuta asing yang sesuai

dengan syariat Islam akan dibahas pada bagian selanjutnya.

4.3. Pembahasan Mengenai Transaksi Valuta Asing Dalam Prespektif

Hukum Islam di Indonesia

4.3.1. Pembahasan Ditinjau Dari Segi Transaksinya.

1) Transaksi spot

Transaksi spot merupakan transaksi valuta asing dengan penyerahan dan

pembayaran saat itu juga, meskipun dalam praktek transaksi spot akan

diselesaikan pada dua hari kerja berikutnya. Misalnya kontrak jual beli suatu mata

uang spot dilakukan atau ditutup pada tanggal 10 agustus 2007, penyerahan dan

penyelesaian kontrak tersebut dilakukan pada tanggal 12 agustus 2007, apabila                                                             110  Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad Bin Hambal Dan Baihaqi dari Ibnu Mas’ud (la tastari as samaku fii al ma’i fainnahu gahrar) artinya janganlah engkau membeli ikan didalam air sesungguhnya itu gharar (penipuan ketidak jelasan).

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

72  

tanggal 12 agustus 2007 tersebut kebetulan hari libur atau hari sabtu maka

penyelesaiannya adalah pada hari kerja berikutnya dan penyelesaian transaksi

seperti ini disebut value date.

Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam

beberapa cara berikut ini:111

a) Cash, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang

sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak).

b) Tom (kependekan dari tomorrow), yaitu penyerahan dana

dilakukan pada hari kerja berikutnya atau hari kerja setelah

diadakannya kontrak.

c) Spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal

transaksi

2) Forward market

Transaksi forward terjadi antara dua pihak yang meliputi mata uang dua negara

yang berbeda, berdasarkan suatu nilai tukar tertentu, dengan waktu transaksi yang

melebihi dua hari kerja atau mempunyai waktu jatuh tempo lebih panjang

dibandingkan transaksi yang dilakukan di pasar spot. Waktu jatuh tempo dari

forward contract ini bervariasi, pada umumnya berkisar antara 30,90,180,360

hari.112

                                                                   111  Mudrajat Kuncoro, Menejemen Keuangan Internasional, edisi ke dua, yogyakarta, BPFE, 2001, hlm, 56         112 The Fei Ming,Day Trading Valuta Asing ,cetakan pertama,elek media komputindo, jakarta, 2001,hlm, 23

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

73  

3) Swap Transaction (Transaksi Swap)

Yaitu transaksi pembelian dan penjualan bersamaan sejumlah tertentu mata uang

dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda. Pembelian dan penjualan

mata uang tersebut dilakukan pada bank lain yang sama. Jenis transaksi swap

yang umum adalah spot terhadap forward. Dealer membeli suatu mata uang

dengan transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sama

kepada bank lain yang sama dengan kontrak forward. Karena itu dilakukan

sebagai suatu transaksi tunggal dengan bank lain yang sama, dealer tidak akan

menghadapi resiko valas yang tidak diperkirakan.113

Seperti dijelaskan diatas bahwa pada prinsipnya transaksi swap merupakan

transaksi tukar pakai suatu mata uang untuk jangka waktu tertetu. Transaksi swap

berbeda dengan transaksi spot atau forward. Dalam mekanisme swap, terjadi dua

transaksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan yaitu menjual dan membeli.

Penggunaan transaksi swap sebenarnya dimaksudkan untuk menjaga

kemungkinan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu

mata uang. Swap dapat dilakukan antara nasabah dengan banknya dan antara bank

dengan bank Indonesia (disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut

dilakukan atas dasar swap point yang ditetapkan oleh bank Indonesia.Transaksi

swap antara bank dengan BI antara lain:114

                                                             113 Dikutip Dari Makalah, Muhamad Sulhan, Transaksi Valuta Asing (al-sharf) Dalam Prespektif Islam, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, hlm , 5         114http:// id.shvoong.com/social-sciences/economics/2260833-jenis-jenis-transaksi-valuta-asing/ di akses tanggal 13 maret 2012. Jam 10.00 wib

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

74  

a) Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI untuk

dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi likuiditas ini

untuk setiap bank maksimum 20 % dari modal bank tersebut.

b) Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank

berdasarkan swap dengan nasabah yang adanya berasal dari

pinjaman luar negeri untuk keperluan investasi di Indonesia.

c) Perbedaan dari ketga jenis transaksi di atas adalah bahwa swap

terjadi dua transaksi pada saat yang sama (double transaction),

yaitu jual beli atau beli dan jual. Sedangkan pada spot dan forward

hanya terjadi satu kali transaksi saja (one single transaction), yaitu

jual beli saja.

4) Option Transaction (Transaksi Opsi)

Transaksi Opsi merupakan kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka

membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit

valuta asing pada harga dan jangka waktu tertentu.115

                                                            115  http://bprsyariah.com/artikel/121-transaksi-valuta-asing-menurut-islam, di akses tanggal 12 maret 2012 , jam 13.00

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

75  

4.3.2. Pembahasan Mengenai Transaksi Valuta Asing Ditinjau Dari Segi

Kontraknya

1) Transaksi Spot

Mekanisme yang dilakukan dalam transaksi spot yaitu transaksi pembelian dan

penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahannya pada hari itu (over the

counter) atau penyelesaiinya paling lambat dalam waktu dua hari. Hukumnya

adalah boleh116, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap

sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa untuk dihindari (mimma la budda

minhu) dan merupakan transaksi internasional.

Mengenai transaksi spot sebenarnya sudah memenuhi mahal akad117 (Al-Ma’qud

Alaih). dalam islam tidak semua benda dapat untuk dijadikan obyek akad

misalnya minuman keras. Oleh karena itu fuqoha’118 menetapkan empat syarat

dalam obyek akad:

a) Ma’qud alaih (barang) harus ada ketika akad

Menurut syarat ini barang yang tidak ada sewaktu akad tidak sah dijadikan

obyek akad, seperti halnya jual beli sesuatu yang masih didalam tanah

seperti halnya menjual anak kambing yang dalam perut induknya. Namun

diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat mengenai akad atas barang

                                                            116 Himpuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Nomor :28/DSN-MUI/III/2002. Tentang Jual Beli Mata Uang (AL-SHARF). 117 Obyek akad atau benda-benda yang dijadikan akad yang bentuknya tampak dan membekas. Barang tersebut dapat berbentuk harta benda seperti barang dagangan dan dapat pula yang berbentuk suatu kemanfaatan. 118 Ahli dalam bidang ilmu fiqih.

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

76  

yang tak tampak ini. Sebenarnya, dalam beberapa hal syara’

memperbolehkan atas jual beli barang yang tidak ada, seperti menjual

buah-buahan yang masih dipohon setelah tampak buahnya atau mengenai

biji-bijian yang masih didalam tanah.

b) Ma’qud alaih harus masyru’ (sesuai dengan ketentuan syara’)

Ulama’ fiqih sepakat bahwa barang yang dijadikan obyek akad harus

sesuai dengan ketentuan syara’. Oleh karena itu dipandang tidak sah akad

atas barang yang diharamkan syara’, seperti bangkai, minuman keras,dan

lain-lain.

c) Dapat diberikan waktu akad

Disepakati oleh ulama’ fiqih bahwa barang yang dijadikan akad harus

dapat diserahkan ketika akad. Dengan demikian ma’qud alaih yang tidak

diserahkan ketika akad seperti jual beli burung yang ada di udara, harta

yang sudah diwakafkan, dan lain-lain dipandang seperti halnya tidak

terjadi akad.

d) Ma’qud alaih harus diketahui oleh kedua belah pihak

Ulama fiqih menetapkan bahwa ma’qud alaih harus jelas diketahui oleh

kedua belah pihak yang akad. Larangan As-Sunnah sudah sangat jelas

dalam jual-beli gharar (barang yang samar yang mengandung penipuan)

dan barang tidak diketahui oleh pihak yang akad.

Seperti dalam hadits, yang artinya “dari Abu Hurairah R.A.bahwa

Rasulullah SAWmelarang jual beli khushat (membeli sejauh lemparan

kerikil ditanah) dan gharar”(H.R., Al-Jama’ah kecuali Bukhori).

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

77  

e) Ma’qud alaih harus suci

Ulama selain Hanafiyyah menerangkan bahwa ma’qud alaih harus suci,

tidak najis dan mutanajis (terkena najis), dengan kata lain ma’qud alaih

yang dapat dijadikan akad segala sesuatu yang suci yakni yang dapat

dimanfaatkan menurut syara’. Oleh karena itu anjing, bangkai, darah dan

lain-lain tidak dapat diperjual belikan.

2) Transaksi Forward

Transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat

sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2x24 jam

sampai dengan waktu 1 tahun. Hukum nya adalah haram119, karena harga yang

digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya

dilakukan kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum

tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward

agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).

Mengenai dilarangnya transaksi forward dikarenakan pembayarannya tidak

dilakukan secara tunai, tetapi dalam tempo yang telah disepakati oleh kedua belah

pihak. Seperti dalam hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi

SAW. Bersabda :

“La tatabiu ad dhaba bi addahabi illa mislan bi mislin wala tusifuu ba’daha ala ba’din, wa la tabiu al warika bi al wariki illa mislan bimislin wala tasifuu ba’daha ala ba’din, wala tatabiu minha ghaiban binazijin”

                                                            119 Himpuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Nomor :28/DSN-MUI/III/2002. Tentang Jual Beli Mata Uang (AL-SHARF). 

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

78  

Artinya :”janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain: jangan lah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan jangnlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; dan jangan menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai”.

Hadits tersebut diatas adalah dasar atau sumber dibolehkannya transaksi valuta

asing, akan tetapi mengenai pembayarannya haruslah tunai ditempat terjadinya

akad dan dilakukan secara langsung tidak jatuh tempo atau terhutang. Dan jual

beli secara forward dianggap tidak sah karna rukun didalam akad ada yang tidak

terpenuhi, yaitu mengenai maqud alaih yang kurang lengkap yang terdiri dari :

a) Dapat diberikan waktu akad

Disepakati oleh ulama’ fiqih bahwa barang yang dijadikan akad harus

dapat diserahkan ketika akad. Dengan demikian ma’qud alaih yang tidak

diserahkan ketika akad seperti jual beli burung yang ada di udara, harta

yang sudah diwakafkan, dan lain-lain dipandang seperti halnya tidak

terjadi akad.

b) Ma’qud alaih harus diketahui oleh kedua belah pihak

Ulama fiqih menetapkan bahwa ma’qud alaih harus jelas diketahui oleh

kedua belah pihak yang akad. Larangan As-Sunnah sudah sangat jelas

dalam jual-beli gharar (barang yang samar yang mengandung penipuan)

dan barang tidak diketahui oleh pihak yang akad.

Seperti dalam hadits, yang artinya “dari Abu Hurairah R.A.bahwa

Rasulullah SAW melarang jual beli khushat (membeli sejauh lemparan

kerikil ditanah) dan gharar”(H.R., Al-Jama’ah kecuali Bukhori).

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

79  

3) Transaksi Swap

Kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan

dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward.

Hukumnya haram120 karena mengandung unsur gharar (ketidak jelasan,

spekulas).

4) Transaksi Option

Kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual

yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka

waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukunya haram121 karena mengandung unsur

gharar (spekulasi).

Landasan tidak dibolehkanya model transaksi swap dan option dikarenakan

mengandung unsur gharar (spekulasi). Dikarenakan unsur gharar dapat

membawa dampak yang kurang baik pada kedua belah pihak yang melakukan

transaksi tersebut. Tujuan semula dilaksanakan jual beli adalah untuk

mendapatkan mashlahat (kebaikan yang tidak terputus) bagi kedua belah pihak

bukan malah membawa mafsadah (kerusakan) bagi keduanya. Larangan untuk

diharamkannya transaksi swap dan option juga bisa dilihat dari segi maudu’

(tujuan) akad;

                                                            120 Himpuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Nomor :28/DSN-MUI/III/2002. Tentang Jual Beli Mata Uang (AL-SHARF). 121 Himpuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Nomor :28/DSN-MUI/III/2002. Tentang Jual Beli Mata Uang (AL-SHARF). 

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

80  

Maudu’ akad adalah maksud utama disyariatkannya akad. Dalam syariat islam,

maudu’ akad ini haruslah benar dan sesuai dengan ketentuan syara’. Sebenarnya

maudu’ akad adalah sama meskipun berbeda-beda barang dan jenisnya. Pada jual

beli misalnya, maudu’ akad adalah pemindahan kepemilikan barang dari penjual

kepada pembeli.

Maudu’ akad pada hakikatnya satu arti dengan maksud asli akad dan hukum akad.

Hanya saja, maksud asli dipandang sebelum terwujudnya akad; hukum dipandang

dari segi setelah terjadinya akad; sedangkan maudu’ akad berada diantara

keduanya.

Pembahasan ini sangat erat kaitannya antara antara zahir akad dan batinnya.

Diantara para ulama’ ada yang memandang bahwa akad yang shahih harus

bersesuaian antara zahir dan batin akad. Akan tetapi, sebagian ulama’ lainnya

tidak mempermasalahkan masalah batin atau tujuan akad.

Menurut golongan kedua jika akad sudah memenuhi persyaratannya, yaitu

dianggap sah, tanpa mempermasalahkan apakah mengandung unsur kemaksiatan.

Dengan demikian akad yang mengandung unsur kemaksiatan sah secara zahir,

tetapi makruh tahrim122 karena mengandung kemaksiatan atau niatnya tidak

sesuai dengan. ketetapan syara’.

                                                            122   Sesuatu yang dilarang berdasarkan suatu dalil yang masih bisa ditakwili dengan pengertian yang lain.(suatu perkara tersebut bila dilakukan akan mendapat siksa sedangkan makruh tanjih tidak mendapatkan siksa) 

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

81  

Ulama Hanafiyyah dan Syafiiyyah menetapkan beberapa hukum akad yang dinilai

secara zahir sah akan tetapi makruh tahrim, yaitu;123

i. Jual-beli yang menjadi perantara munculnya riba.

ii. Menjual anggur untuk dijadikan khamer.

iii. Menjual senjata untuk menunjang pemberontakan atau fitnah, dan

lain-lain.

Adapun ulama’ Malikiyyah, Hanabillah, dan Syi’ah yang mempermasalahkan

masalah batin akad, berpendapat bahwa suatu akad tidak hanya dipandang dari

segi zahirnya saja akan tetapi juga harus dipandang juga dari segi batinnya.

Dengan demikian, tujuan memandang akad dengan sesuatu yang tidak bersesuaian

dengan ketetapan syara’ dianggap batal.124

Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibn Majah,

dangan teks muslim dari ‘Ubadah Bin Shamit, Nabi SAW, bersabda ;

“Addzahabu bi addzabi wa alfidhotu bi al fidhoti wa alburru bi alburri wa assyairu bi assyairi wa attamru bi tamri wa almilhu bi almilhi mislan bi misslin, sawaaun bi sawaainyadan bi yadin faidzha ihtalafat hadzihi asnafu fabiiu kaifa si’tum ida kana yadan bi yadin” Artinya ; “(juallah)emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat) harus sama dan sejenis serta tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”

Tukar menukar uang boleh terjadi antara lain:

a) Jenis logam yang sama, misalnya; emas dengan emas dan perak dengan

perak.

                                                            123 Rahmad Syafei, Fiqih Muamalah, Pustaka setia Bandung, 2001, hlm 62 124 Ibid hlm 62 

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

82  

b) Jenis logam yang berlainan, emas dengan perak maupun perak dengan

nikel.

c) Logam dengan uang kertas, misalnya emas dengan uang kertas.

d) Uang kertas dengan uang kertas misalnya; uang kertas selembar Rp 20.000

ditukar dengan uang sepuluh lembar dengan nominal Rp 2.000.

Bahwa jual beli valas atau pertukaran mata uang untuk kebutuhan sektor sektor

riil, baik meliputi transaksi barang maupun jasa, hukumnya adalah jaiz (boleh)

menurut hukum islam. namun apabila motifnya untuk spekulasi seperti yang

terjadi belakangan ini hukumnya adalah haram.

Argumentasi dilarangnya spekulasi valas dirumuskan dalam beberapa poin

dibawah ini ;

a) Karena tidak adanya transaksi riel, pelaku hanya mengandalkan

selisih harga valuta pada saat penutupan.

b) Berdagang valuta asing tidak ubahnya seperti judi, karena dalam

transaksinya penuh spekulasi.

c) Uang bukan komoditas. Dalam ekonomi islam, uang tidak boleh

dijadikan sebagai komoditas, namun dalam perdagangan valuta

asing secara jelas telah dijadikan sebagai komoditas. Yang semula

fungsi uang sebagai standart nilai pada uang dan jasa serta uang

sebagai medium of change.

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

83  

Menurut ekonomi islam transaksi valas hanya dibenarkan pada sektor riel saja,

seperti membeli barang untuk kebutuhan ekspor maupun impor, berbelanja atau

untuk pembayaran disebuah negara tertentu misalnya pada wisatawan atau

jema’ah haji. Perdagangan valas dalam kegiatan yang bertujuan untuk spekulasi

adalah transaksi maya (semu), karna didalamnya tidak terdapat jual beli dalam

sektor riel.

Dalam transaksi maya tidak ada sektor riel (barang maupun jasa) yang diperjual

belikan, mereka hanya memperjual belikan kertas berharga (saham) dengan uang

untuk tujuan spekulasi. Selisih dan tambahan (ghain) yang diperoleh dan itu

termasuk riba, karena ghain itu sendiri diperoleh dengan bighairi ‘iwadin yaitu

tidak ada sesuatu sektor riel yang dipertukarkan didalamnya dan yang ditukarkan

adalah hanya uang itu sendiri.

4.3.3. Kesimpulan Transaksi Valuta Asing Ditinjau dari Hukum Islam di

Indonesia.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan dimuka sebagai berikut :

1) Pada dasarnya transaksi jual beli valuta asing (valas) hukumnya adalah

jaiz (boleh), akan tetapi dengan ketentuan ;

a) Tidak ada spekulasi (untung-untungan).

b) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

84  

c) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang yang sejenis maka

nilainya haruslah sama dan cara pembayarannya dilakukan secara

tunai (al-taqabudh).

d) Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar

(kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

2) Pada dasarnya transaksi jual beli valuta asing (valas) hukumnya adalah

jaiz (boleh), dengan ketentuan sebagai berikut ;

a) Ada Ijab disertai Qabul (ada perjanjian memberi maupun

menerima).

i. Penjual menyerahkan barang jualannya dan pembeli

melakukan pembayaranya secara tunai.

ii. Pembeli dan penjual memiliki wewenang penuh untuk

melaksanakan maupun melakukan tindakan-tindakan

hukum (dewasa dan berfikiran sehat, rosyid).

b) Memenuhi syarat menjadi obyek jual-beli ;

i. Suci barangnya (tidak najis).

ii. Dapat diserahterimakan.

iii. Dapat dimanfaatkan.

iv. Dijual (dibeli) oleh pemiliknya sendiri, transaksi jual beli

tersebut dilakukan oleh pemiliknya sendiri, atau atas kuasa

seizin pemiliknya.

v. Barang sudah berada ditangannya apabila sudah

memperoleh imbalan.

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

85  

4.4. Pembahasan Mengenai Transaksi Valuta Asing Dalam Prespektif

Hukum Islam di Malaysia

Pada bulan Juli tahun 2006 Standard Chartered Bank Malaysia Berhad telah

melakukan transaksi bisnis senilai 10 juta USD, dengan model transaksi yang

disebut sebagai Islamic Cross-Currency Swap dengan Bank Mu’amalah Malaysia

Berhad. Dan ini merupakan Islamic cross currency swap di Malaysia dan

mungkin pertama di dunia. Tahun sebelumnya CIMB Islamic mengembangkan

apa yang disebut Islamic Profit Rate Swap, juga ini merupakan produk Islamic

derivatif yang pertama di dunia. Bahkan, Kuwait Finance House (Malaysia) Bhd

juga memperkenalkan apa yang disebut Ijarah rental Swap.125

Hal itu menunjukkan bahwa transaksi valuta asing jenis forward, options, dan

swap diperbolehkan bagi perbankan Islam di Malasia oleh otoritas yang

berwenang. Sebagaimana pemberitaan yang dikutip di awal bab ini, bahwa

transaksi semacam itu memang telah dilakukan, dan justeru menjadi landmark

dari bisnis perbankan Islam di Malaysia.

Atas dasar itu, maka menarik untuk selanjutnya membahas bagaimanakah

landasan hukum bagi diperbolehkannya transaksi valuta asing semacam itu.

Karena, dalam setiap peluncuran produk baru, tentu harus ada landasan hukum

Islam yang menjadi pijakannya. Termasuk di dalamnya adalah pendapat-pendapat                                                             125 Developments of Islamic Swaps in Malaysia, Azmi & Associates, Advocates & Solicitor, 2008. h. 1. juga Andreas Jobst, ‘Risk Management of Islamic Finance Instruments,’ dalam QFinance, h.4 diakses dari www.qfinance.com pada 19 Juli 2012

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

86  

berbagai ahli hukum Islam di bidang keuangan, bukan hanya di Malaysia tetapi

juga dari berbagai tempat di dunia ini. Atau jika tidak, tentu harus ada produk-

produk ijtihad dalam bentuk fatwa atau pendapat hukum, atau apapun juga

namanya, baik itu oleh lembaga pemerintahan yang berkompeten ataupun

lembaga non pemerintah. Maka menarik untuk dilihat dan dianalisis dalam bab

ini, bagaimanakah dasar hukum yang dipergunakan bagi legalisasi transaksi

derivatif ini.

4.4.1. Pembahasan dari Segi Landasan Hukum Islam/ Syariah

Selain dengan memahami berbagai aspek hukum mu’amalah sebagaimana telah

secara panjang lebar didiskusikan di muka, untuk dapat memahami praktik

transaksi valuta asing di Malaysia diperlukan pemahaman berbagai aspek hukum

Islam yang lain. Hal ini dikarenakan, ada beberapa aspek hukum Islam atau

mu’amalah yang jarang didiskusikan dalam pembahasan terkait hukum Islam atas

transaksi valuta asing di Indonesia. Namun, aspek-aspek yang jarang dibahas

tersebut ternyata menjadi wacana yang menarik bagi penentuan status hukum

transaksi valuta asing ditinjau dari hukum Islam di Malaysia.

Dari berbagai pelacakan literatur didapati bahwa jika diklasifikasikan, berbagai jenis transaksi valuta asing tersebut menggunakan landasan hukumnya sebagai berikut:126

No Jenis transasksi Landasan Hukum

1 Transaksi spot atas dasar urf                                                             126 Shariah Resolutions in Islamic Finance. Central Bank of Malaysia, Kuala Lumpur, 2007, h. 43-45, dan 98-108. juga, Resolutions of the Securitities Comission SharÊÑah Advisory Council, Securities Commission, Kuala Lumpur: 2006. h,35-36. juga, Commercial Banking, Ibid.

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

87  

2 Transaksi Forward atas dasar akad wa’ad. 3 Transaksi swap atas dasar murabahah. 4 Transaksi Options atas dasar ‘arbun

Bai' al-Sarf, Wa’ad & Commodity Murabahah/ Bai' al-Innah

Menurut resolusi dari Shariah Advosory Council (SAC) Malaysia, kebolehan

transaksi forward didasarkan pada akad wa’ad. SAC adalah lembaga yang

bertugas memberikan nasehat hukum syariah kepada perbankan Islam di

Malaysia. Lembaga ini secara struktural berada dan merupakan bagian dari Bank

Sentral Malaysia, atau yang bernama resmi Bank Negara Malaysia (BNM).

Lembaga ini berperan untuk memberikan solusi hukum atas berbagai proposal

pengembangan produk yang akan di launcing oleh lembaga perbankan di

Malaysia.

Dalam pertemuan Shariah Advisory Council (SAC) yang ke 49, bertepatan

dengan 28 April 2005, disepakati resolusi bahwa lembaga perbankan Islam

diperbolehkan untuk melakukan transaksi forward (forward foreign currency

transaction) berdasarkan janji (wa’ad) yang mengikat salah satu pihak

(unilateral), yakni hanya mengikat pada pihak yang memberikan janji (promisor).

Dalam hal ini, kompensasi bagi pelanggaran terhadap janji ini dapat

diberlakukan. Kebolehan transaksi ini hanyalah terbatas untuk kpentingan

hedging (pengamanan) mata uang, dan transaksi ini boleh dilakukan antara

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

88  

lembaga perbankan dengan para nasabah, antar sesama lembaga perbankan Islam,

atau antara lembaga perbankan Islam dengan perbankan konvensional.127

Dikarenakan landasan hukum yang digunakan dalam berbagai transaksi valuta

asing saling berbeda antara satu dengan lainnya, maka penting untuk dibahas

selanjutnya dengan berbagai bentuk akad yang menjadi dasar dari landasan ijtihad

kebolehan berbagai bentuk produk transaksi valuta asing tersebut.

1). Wa’ad

Wa’ad berarti janji (promise).128 Konsep ini dapat digunakan di berbagai jenis

transaksi, termasuk kontrak jual beli. Tanggung jawab wa’id (promisor), menurut

Muhammad Othman Syabir, adalah dapat dilihat dalam beberapa perspektif.129

Menurut penganut sebagian madzhab, wa’id memiliki tanggung jawab, baik

secara agama maupun secara hukum (dinayatan wa qadh’an) untuk menunaikan

janjinya. Sedangkan menurut madhhab yang lain keajiban bagi wa’id hanya

kewajiban keagamaan saja. Mayoritas ulama,130 termasuk di kalangan empat

madhab uatama, berpendapat bahwa janji yang dibuat oleh seseorang kepada

orang lain dinilai sebagai kewajiban keagamaan, yang harus ditunaikan oleh

pembuat janji, tetpai hal itu tidak menjadikan kewajiban hukum (mulzim

qadha’an) yang memiliki keharusan untuk ditunaikan sesuai dengan aturan

                                                            127 Shariah Resolutions in Islamic Finance, Op cit, h. 45. 128 Niazi, Liaquat Ali Khan, Islamic Law of Contract, Lahore, Dyal Sing Trust Library, 1990, h. 11 129 Resolutions. Op-cit, h. 98. 130 Ibid

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

89  

hukum. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa janji (promise) dinilai sebagai

kontrak sukarela (tabarruat).

Di antara pandangan pengikut madzhab Maliki, janji memiliki kewajiban hukum

untuk ditunaikan jika terkait dengan adanya suatu sebab. Ketika sebab itu terjadi,

maka menjadi keharusan bagi wa’id untuk memnunaikan apa yangtelah

dijanjikan. Misalnya seseorang berkata:”saya akan membeli budak jika ada yang

meminjamkan uang kepada saya sebanyak seribu dirham” kemudian ada

seseorang yang meminjami, maka kemudian dia berkewajiban untuk membeli

biudak tersebut. 131

Komite syariah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions (AAOIFI)132 memutuskan bahwa janji yang dibuat agar mengikat

bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, adalah sama dengan sebuah kontrak

(akad), dan ini tidak diperbolehkan oleh mayoritas ulama. Lain halnya jika janji

tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga kemengikatannya bersifat unilateral,

maka statusnya menjadi diperbolehkan.133

                                                            131 Muhammad Othman Syabir, dalam Ibid. 132 AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) adalah sebuah lembaga yang bertujuan mengembangan system accounting dan audit bagi lembaga keuangan Islam di dunia. Dalam, Accounting, Auditing and Governance Standards for Islamic Financial Institutions Bahrain, AAOIFI, 2002, h.2. 133 ‘Fatawa Nadawat al-Barakah,’ sebagaimana dikutip dalam Resolutions. Op cit. h.101

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

90  

Majma’ Fiqh Islam134 dalam pertemuannya yang ke 17 membuat keputusan baru

(yang ini juga merevisi pendapat sebelumnya dalam hal terkait), sebagai berikut:

a) Janji (promise) yang dibuat secara bilateral dinilai mengikat secara agama,

tetapi tidak mengikat secara hukum (legal)

b) Janji yang dibuat secara bilateral oleh kedua belah pihak dapat dinilai

sebagai sebuah hilah untuk mempraktekkan riba sebagaimana terjadi

dalam bai’ al-inah dan janji dalam bai’ salaf. Ini jelas dilarang oleh

syariah.

c) Dalam kasus di mana sebuah jual beli tidak dapat dilaksanakan karena

pejual tidak (belum, pen) memiliki barang sebagai obyeknya, tetapi ada

sebuah kepentingan umum (bersama) untuk memastikan (menjamin)

bahwa kedua pihak menjalankan kewajiban masing-nasing berdasarkan

sebuah aturan hukum atau praktek perdagangan yang umum dalam sebuah

Negara, semisal penerbitan dokumen kredit untuk keperluan import, maka

janji yang mengikat secara bilateral diperbolehkan, baik atas dasar aturan

hukum atau dengan kesepakatan antar para pihak dalam kontrak.135

Dengan dasar waad ini memang ada kelemahan, karena biasanya pihak

corporate sebagai nasabah kurang terlindungi dikarenaka ketidakmengikatan

hal ini bagi bank.Maka dalam aplikasinya perlu dikembangkan adanya

                                                            134 Majma’ Fiqh Islam atau International Islamic Fiqh Academy adalah yang menangani permasalahan syariah dan fiqh dalam tubuh organisasi Organization of Islamic Cooperation (OIC/ OKI). Dalam www.fiqhacademy.org akses 19 Juli 2012. 135 Decision of Majlis Majma’ Fiqh Isami al-Duwali, dalam Resolutions, Op Cit. h.102

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

91  

mekanisme yang dapat memberikan proteksi bagi corporate yang menjadi

nasabahnya.136

Adapun perbedaan antara wa’ad dan kontrak adalah sbb:137

Aspek Wa’ad Kontrak

Pernyataan/deklarasi Melibatkan juga peristiwa mendatang Harus sesuatu yang terjadi

sekarang Kinerja kontrak Kontrak belum dijalankan, hanya

pemahaman atas kesepakatan yang mengikat. Kontrak yang sebenarnya akan terjadi kemudian pada saat yang disepakai dengan keharusan adanya ijab dan qabul

Kontrak yang sebenarnya telah terjadi pada saat kontrak tersebut dengan pernyataan ijab dan qabul

Penyerahan barang Tidak ada serah terima barang karena kontrak belum dijalankan, dan baru akan dijalankan pada saat yang disepakati dengan ijab dan qabul

Barang diserahkan pada saat kontrak terjadi

Tanggungjawab Tidak ada tanggung jawab bagi pembeli untuk membayar harga barang

Pembeli bertanggung jawab untuk membayar harga barang jika barang tersebut belum dibayar.

Implikasi Tidak muncul hutang karena kontrak belum terjadi, hal ini dikarenakan kepemilikan belum beralih.

Apabila pembeli belum membayar harga yang disepakai, maka hukum hutang-piutang akan diberlakukan.

Perpindahan kepemilikan

Barang yang menjadi obyek belum ditransfer kepemilikannya ke pihak lain

Jika kontrak sudah terjadi, barang akan mengalami perpindahan kepemilikan.

Dengan tabel tersebut, Nampak dengan jelas bahwa wa’ad jelas berbeda dengan

kontrak atau akad. Dan dengan karakter tersebut, maka wa’ad menjadi suatu yang

fleksibel untuk diterapkan pada berbagai produk hasil inovasi.

                                                            136 Ibid, h. 54 137 Ibid, h. 53

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

92  

Di samping itu semua, Shariah Board AAOIFI berpendapat bahwa tarnsaksi

valuta asing (currency exchange) diizinkan karena dinilai sebagai salah satu

bentuk jual beli yang secara umum diperbolehkan menurut syariah. Ini dapat

menjadi salah satu sumber income selama cara-cara yang ditempuh tidak

bertentangan dengan syariah. Komitee ini juga berpendapat sebaliknya, sejalan

dengan pendapat mayoritas ulama, melarang penggunaan janji yang mengikat

dalam transaksi valuta karena ini berarti memiliki efek yang sama dengan akad.

Namun jika salah satu pihak membuat janji yang mengikat secara secara

unilateral, maka hal ini diperbolehkan, dan bahkan juga mengikat.138

2). ‘Arbun

‘Arbun adalah simpanan yang diberikan oleh pembeli dalam kontrak pembelian

atau penjualan. Jika penjualan berlangsung, simpanan ini akan menjadi bagain

dari harga barang yang menjadi obyeknya. Namun, jika jual beli tidak berlanjut,

maka akan dinilai sebagai sebuah bentuk pemberian (hibah) dari pembeli kepada

penjual.139 Dalam istilah lain dapat disebut dengan jual beli panjar.140 Terkait

dengan status hukum ‘arbun ini, ada pendapat yang berbeda. Mayoritas ulama

klasik berpegang pada pendapat bahwa bai’ ‘urbun tidak diperbolehkan

dikarenakan di dalamnya mengandung unsur-unsur gharar, judi dan perpindahan

                                                            138 Al-Ma’ayir al-Syar’iyyah, dalam Resolutions, Ibid, h, 104. 139 Mu’jam Musthalahat, sebagaimana dikutip dalam Resolutions. Ibid. h. 35. 140 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, translation, Syaf, Mahyudin, Volume 12, Bandung, PT Al Maarif, 1996. h. 93

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

93  

hak milik yang terlarang. Mereka juga menyandarkan pada larangan bai’ ‘urbun

oleh Nabi Muhammad saw.

Namun, beberapa tabi’in, antara lain Mujahid, Ibnu Sirin, Nafi’ bin Haris, Zaid

bin Aslam dan madhhab Hambali memandang hal ini diperbolehkan dengan

mendasarkan pada praktek yang dilakukan oleh Umar bin Khattab. Umar pernah

menunjuk Nafi’ untuk mewakilinya membeli sebuah rumah milik Safwan bin

Umayyah di Makkah untuk dikonversi menjadi penjara. Sofwan kemudian

meminta Umar untuk memberikan deposit (sejumlah uang) dengan persyaratan

bahwa deposit tersebut akan menjadi miliknya jika Umar tidak melanjutkan

transaksi. Umar menyetujui hal ini. Pendapat ini dikuatkan oleh Qadhi Suraih

yang menyatakan bahwa barangsiapa telah mengakibatkan ta’athul (penundaan)

dan intizar (menunggu), maka dia harus membayar kompensasi bagi pihak yang

mendapat imbas dari kegagalan kontrak yang mestinya dilakukan.141

Dari dua pandangan ini, SAC Securities Comission Malaysia berpendapat bahwa

konsep bai’ ‘urbun diperbolehkan menurut syariah, dan dapat dikembangkan

sebagai instrument transaksi ekonomi di Malaysia. Ini merupakan sebuah ‘urf

shahih untuk menjaga agar Mu’amalah dapat berjalan dengan mulus, di samping,

hadith yang menunjukkan pelarangannya juga hadith yang lemah.142

                                                            141 Az-Zarqa, sebagaimana dikutip dalam Resolutions, Ibid, h. 36 142 Ibid.

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

94  

3). Tawaruq

Tawaruq adalah sebuah kontrak jual-beli di mana ada tiga pihak yang terlibat;

seorang penjual, pembeli I, dan pembeli ke II. Dalamkonteks ini, bank adalah

penjual, dan nasabah adalah pembeli.143 Kemudian di luar itu ada pembeli yang

kedua, yang biasanya adalah agen yang memang pekerjaannya menampung

penjualan. Transaksi yang terjadi adalah, orang yang membeli sesuatu namun

sebenarnya yang diperlukan adalah uang cash, maka tujuan dia tidak untuk

mendapatkan barang, namun untuk mendapatkan uang. Dikarenakan semua

bentuk peminjaman uang dilarang untuk menerapkan atau menarik kelebihan

dalam pengembalian dikarenakan faktor riba, maka kemudian orang akan mecarai

berbagai cara yang sedemikian rupa sehingga seseorang yang tidak punya uang

dapat menerima uang cash, tetapi tetap dalam pengembaliannya melebihi dari

jumlah yang diambil/ dipinjam dari pihak yang memiliki uang.

Sehingga muncullah tawaruq ini, ialah bahwa seseorang yang memerlukan uang

akan bertansaksi dengan pihak yang memiliki uang (dana), transaksi dalam bentuk

jual beli suatu asset. Pembeli I sebagai pihak yang memerlukan uang akan datang

kepada pemilik uang yang menjual (atau dalam hal ini adalah bank). Pembeli I

membeli sebuah asset dari Penjual atau pemilik dana (bank) denga model

pembayaran dicicil sampai batas tenggang waktu tertentu. Barang yang ada pada

Pembeli I tersebut kemudian dijual ke pembeli II dengan cara cash. Sehingga,

                                                            143 Mohammad Nejatullah Siddiqi, Economics Of Tawarruq, How its Mafasid overwhelm the Masalih, A position paper to be presented at the Workshop on Tawarruq: A Methodological issue in Sharia-Compliant Finance, February 1, 2007. h.1. dalam http://kantakji.com/fiqh/ Diakses 3 Agustus 2012.

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

95  

pada akhirnya pihak yang memerlukan uang tetap akan mendapatkan cash.144 Dan

karena ini transaksi jual beli, maka hal ini menjadi syah dalam pandangan yang

mentetujui cara ini.

4). Bai’ al-’Inah

Bai’ al-’inah adalah bentuk jual beli juga. Dan konteks permasalahan yang

mendorong terjadinya transaksi ini sebenarnya sama dengan transaksi yang terjadi

pada kasus atau model tawaruq. Yakni di mana seseorang yang memerlukan dana

(uang) akan meminjam dari salah satu pihak yang memiliki dana. Dikarenakan

semua bentuk peminjaman dalam Islam dilarang untuk dikenakan kelebihan

dalam pengembalian (riba) maka kemudian terjadilah apa yang disebut denga sell

in buy back.145

Dalam prakteknya hal ini sangat mirip dengan tawaruq hanya bai’ al-’inah ini

lebih sederhana. Jika dalam tawaruq di atas terdapat 3 pihak, dimana barang atau

asset yang dibeli tidak akan kembali ke pihak yang memiliki dana awal, namun

dalam bai’ al-’inah ini barang langsung dijual kembali kepada pihak yang

memiliki dana. Jadi asset dibeli oleh pihak yang memerlukan dana dengan cara

cicilan dan barang atau asset dijual kembali kepada pihak yang memeiliki dana

dengan cara cash. Sehingga pada posisi akhirnya, pihak yang memerlukan dana

akan mendapatkan uang cash sedangkan barang kembali lagi ke tangan pihak

                                                            144 Ibid. Juga, Shariah, Op cit. h. 22 145 Wahbah Al-Zuhayli, Financial Transaction in Islamic Jurisprudence. Translation of Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh. (Vol .1). Translated by Mahmoud A. El-Gamal. Beirut: Dar al-Fikr, 2003.h. 115.

Page 102: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

96  

yang memiliki dana. Di sini pihak yang memiliki dana pun mendapatkan kelebih

uang sebagi keuntungan dikarenakan ini adalah sebuah bentuk transaksi jual beli

yang memungkinlan terjadinya keuntungan.

Jika tawaruq di atas saja tidak dapat diterima oleh semua kalangan di antara umat

Islam, maka terlebih bai’ al-’inah ini. Bahwa praktek ini, meskipun bentuk

transaksinya secara formal adalah jual beli, namun hal ini dinilai sebagai alasan

(justifikasi) untuk peinjam meminjam yang memberikan kelebih dalam

pengemablian, karenanya ini sering dianggap sebaga ‘the back door of riba’, atau

pintu belang dari riba. Artinya bahwa praktek ini sebenarnya sangat dekat kepada

riba dan dapat menggelincirkan orang kepada riba.

Namun, di sementara kalangan yang menerimanya, hal ini bukannya dinialai

sebagai hilah (legal device atau merakayasa hukum agar dapat menjustifikasi

keabsyahan sesuatu yang secara substansial tidak syah) hukum, namun dianggap

sebagai makhraj (jalan keluar). Mengapa menjadi jalan keluar, karena untuk

menghindarkan seseorang dari pada orang melakukan transaksi yang yang secara

terang-terangan berdasarkan bunga atau riba. Adalah suatu kenyataan bahwa

memang banyak pihak memerlukan dana cash, dan kecenderungannya,

dikarenakan tidak ada kesempatan untuk mendapatkannya pada bank syariah,

maka akan mengambil pada lembaga keuangan konvensional.

Page 103: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

97  

5). Khiyar

Dalam hukum Islam, dikenal juga adanya khiyar, ialah hak untuk memilih dalam

suatu transaksi, khususnya adalah transaksi perdagangan atau jual beli. Secara

teknis, khiyar dapat didefinisikan sebagai; hak dari pembeli untuk meneruskan

atau menggagalkan suatu akad jual beli. Khiyar ini terdiri dari berbagai macam.

Di bawah ini,beberapa macam khiyar yang banyak dikenal di kalangan ahli

hukum Islam:146

a) Khiyar majlis

b) Khiyar ra’yi

c) Khiyar ‘aib

d) Khiyar syarath

Di antara ahli hukum islam ada yang menambahkan dengan berbagai jenis khiyar

lainnya. Berbagai bentuk khiyar ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:147

                                                            146 Ala’ Eddin Kharofa, Transcations in Islamic law, Kuala Lumpur, AS Noordeen, 1997. H. 92-139 147 Younes Elahi dan Mohd Ismail Abd Aziz, Islamic options (al-Khiyarat); Challenges and opportunities, International Conference on Information and Finance IPEDR vol.21 (2011) © (2011) IACSIT Press, Singapore. h. 102. Diakases dari www.ipedr.com 19 Juli 2012.

Page 104: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

98  

Namun, secara umum khiyar di atas itulah yang paling banyak dikenal dan

sekaligus telah dapat men-cover berbagai aspek yang ada pada khiyar yang

lainnya. Adapun pengertian dari masing masing khiyar tersebut dapat diberikan

sebagaimana berikut:148

a) Khiyar Majlis. Khiyar ini adalah hak untuk melangsungkan atau

membatalkan suatu transaksi jual beli selama kedua pihak masih berada

pada satu majlis (forum). Forum ini memang tidak dapat dipahami

sebagaimana aslinya, bahwa yang namanya satu majlis adalah ketika

keduanya masing berhadap-hadapan. Namun dapat saja diinterpetasi

sedemikian rupa selama masih dapat dipahami bahwa itu berada pada

lingkungan tertentu yang disepakati.

                                                            148 Sabiq, Op cit. h. 100-103

Page 105: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

99  

b) Khiyar Ra’y. Khiyar ini adalah hak untuk melangsungkan atau

membatalkan suatu transaksi jual beli pada saat pertama kali pembeli

melihat atau menyaksikan barang atau obyek yang ditransaksikan. Hal ini

terjadi dalam konteks di mana obyek jual beli belum dapat dilihat secara

riil karena beberapa sebab. Dapat disebabkan karena letak antara penjual

dan pembeli yang berjauhan sedangkan barang atau obyek masih ada pada

penjual. Atau karena barang tersebut belum nyata bentuknya tetapi

replikanya sudah ada. Maka ketika pertama kali menyaksikan secara nyata,

pembeli memiliki hak khiyar jenis ini. Jadi, meskipun sebelumnya sudah

ada kesepakatan jual beli, namun karena penjual belum melihat obyek

yang ditransaksikan, penjual masih memiliki hak untuk menggagalkan

transaksi pada saat secara kenyataan menyaksikan obyek tersebut. Tentu

saja hal ini dapat diimplementasikan bukan tanpa alasan.

Alasannya adalah bahwa biasanya terdapat hal-hal detail dari obyek atau

barang yang ditransaksikan yang tidak dapat dikemukakan spesifikasinya

secara jelas sebeumnya, ini karena keterbatasan sarana yang ada.

Sehingga sering dijumpai bahwa kenyataan obyek yang ditransaksikan

sedikit berbeda dengan karakter atau spesifikasi yang telah disebutkan

sebelumnya.

c) Khiyar ‘aib. Khiyar ini adalah hak untuk melagsungkan sebuah trasaksi

atau membatalkannya dengan dasar terdapatnya ‘aib atau cacat pada obyek

yang ditransaksikan. Adalah suatu hal yang jamak terjadi bahwa dalam

Page 106: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

100  

sebuah barang yang ditransaksikan ada suatu cacat yang itu tidak dijumpai

oleh pembeli sebelum atau bahkan ketika terjadinya suatu transaksi dan

sebaliknya cacat tersebut baru dijumpai setelah dalam jangka waktu

tertentu setelah transaksi dilakukan. Sehingga akan sangat rugi bagi

pembeli jika adanya cacat tersebut tidak diperhitungkan dalam transaksi,

baik untuk mendapatkan kompensasi tertentu atau bahkan untuk

menganulir kontrak yang telah dilakukan tersebut. Jadi, jika dalam

kenyataannya sementara pihak menerapkan adanya klausula tertentu dalam

transaksi jual beli bahwa jika suatu barang telah dibeli maka tidak dapat

lagi dikembalikan, atau apa yang sering disebut dengan klausula

eksonorasi, maka klausula tersebut bertentangan dengan hak khiyar ‘aib

ini. Karena itulah, menurut prinsip-prinsip mu’amalah jual beli yang

menyertakanklaususla eksonorasi semacam itu tidak dapat dibenarkan.

d) Khiyar syarath. Khiyar jenis ini adalah hak untuk melangsungkan atau

membatalkan sebuah transaksi atas dasar persyaratan-persyaratan yang

telah disepakai oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini yang penting untuk

diketahui adalah apakah yang menjadi batasan-batasan yang harus

dipenuhi bagi syarat-syarat tersebut. Karena, tidak semua syarat juga

diperbolehkan dalam mu’amalah. Sebagaimana telah banyak dimaklumi

bahwa asas kebebasan berkontrak dalam Islam tidaklah sebebas-bebasnya.

Syarat yang diperbolehkan untuk diperjanjikan oleh kedua belah pihak

adalah syarat yang tidak dimaksudkan untuk “menghalalkan sesuatu yang

haram dan mengharamkan sesuatu yang halal.” Khiyar syarath ini

Page 107: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

101  

merupakan bentuk khiyar yang paling fleksibel untuk diterapkan dalam

berbagai transaksi dibandingkan dengan berbagai khiyar lainnya.

Sehingga, dalam berbagai inovasi produk transaksi berbasis mu’amalah,

khiyar syarath ini nampaknya sangat memungkinkan untuk diadopsi.

Berbagai aspek huku mu’amalah terkait kontrak di atas adalah beberapa hal yang

banyak digunakan sebagai asumsi dasar dasar hukum bagi inovasi produk

perbankan Islam di Malaysia terkait dengan transaksi valuta asing. Karena itulah

hal tersebut penting untuk dipahami terlebih dahulu sebelum mendiskusikan

praktek dari transakssi valuta asing dalam perbankan Islam di Malaysia. Dan

setelah mendiskusikan hal tersebut, maka dalam pembahasan berikutnya akan

dianalisis tentang praktek transaksi valuta asing yang terjadi.

4.4.2. Pembahasan Praktik Transaksi Valuta Asing di Malaysia

Transaksi valuta asing yang terjadi di Malaysia adalah transaksi jual beli valuta

asing yang tidak berbeda dengan apa yang terjadi di Indoneisa. Tetapi untuk

praktek transaksi valuta asing yang dilakukan oleh lembaga keuangan Islam di

Malaysia berbeda dengan apa yang terjadi dengan trasaksi valuta asing pada

lembaga perbankan Islam (syariah) di Indonesia. Hal itu dikarenakan ada beberap

jenis transaksi valuta asing yang terjadi di Indonesia yang tidak boleh dilakukan

oleh lembaga keuangan syariah dikarenakan masuk dalam klasifikasi haram.

Sedangkan hal tersebut, di Malaysia dipraktekkan pada berbagai lembaga

Page 108: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

102  

keuangan Islam, terutama adalah perbankan Islam yang menjadi topik utama pada

pembahasan ini. Hal ini merupakan suatu hal yang mengejutkan, bukan hanya

bagi kalangan para ahli dan praktisi di bidang perbankan syariah di Indonesia,

namun juga bagi para ahli dan praktisi di berbagai Negara lain. Apa yang

dilakukan di Malaysia ini dipandang sebgai suatu hal yang aneh, untuk tidak

disebut sebagai terlalu bebas.

Sebagai contoh Secara lengkap, transaksi valuta asing yang dilakukan oleh

lembaga keuangan Islam di Malaysia adalah:149

1) Spot 2) Islamic FX Forward 3) Over-the-Counter Transactions 4) Remittance in more than 100 currencies including Egypt, Jordan, Taiwan,

Korea etc 5) First local Islamic bank to remit in Chinese Renminbi”

Adapun, Islamic FX Forward dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Approved by Shariah Advisory Council (SAC) of Bank Negara Malaysia 2) Promise on trade date followed by Aqad on value date 3) Unilateral (client promise to enter into the contract) 4) Pricing is the same as conventional FX Forward 5) Bank has the right to claim for losses in case of Mark-To-Mark (MTM)

losses on termination date 6) Competitive price 7) All foreign currency transactions are subjected to Exchange Control

Notice (ECM)”

Selain, itu, juga transaksi perbankan Islam memperbolehkan berbagai derivatif

produk Nampak juga pada situs resmi CIMB Islamic, sebagai mana di bawah

ini:150

                                                            149 Business Banking, pada http://www.bankislam.com.my/ diakses pada 19 Juli 2012

Page 109: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

103  

1) Value Today 2) Value Tomorrow & Spot 3) Fixed Forward 4) Long Term FX 5) Long Term Foreign Exchange (“LTFX”) 6) Limited Options 7) Currency Options

Praktek transaksi valuta asing yang dilakukan dalam perbankan Islam di Malaysia

cukup variatif. Dan transaksi yang dipraktekkan tersebut menunjukkan

bagaimana hukum Islam yang dianut di Malaysia, atau setidaknya pendapat resmi

dari pihak yang berwenang terkait pengaturan aspek syariah dari produk-produk

perbankan Islam, utamanya terkait transaksi valuta asing telah mengalami banyak

perkembangan pada saat ini.

Dengan kata lain, dapat juga dinyatakan bahwa apa yang dipraktekkan itu

merupakan ‘madzhab’ hukum Islam di Malaysia terkait tyransaksi valuta asing.

Sehingga, jika di bagian awal dari penelitian ini menyatakan bahwa ada hal-hal

yang menarik dari praktek transaksi valuta asing di Malaysia, maka pada bagian

ini hal-hal yang dimaksud akan dianalisis secara cermat. Berikut adalah berbagai

transaksi valuta asing yang selama ini dipraktekkan di Malaysia.

                                                                                                                                                                   150 Commercial Banking, pada, http://cb.cimbislamic.com. Akses pada 21 Juli 2012

Page 110: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

104  

1). Transaksi Spot

Dalam transaksi spot ini pada prinsipnya merupakan bentuk transaksi valuta

asing yang paling sederhana. Menggunakan aqad sharf, di mana tukar menukar

valuta asing dilaksanakan dengan secara on the spot, di waktu yang bersamaan

sehingaa tidak ada penundaan sama sekali.151 Cara ini merupakan satu-satunya

cara yang tidak ada perselisihan di kalangan para ahli dan ulama yang

membidangi masalah mu’amalah atau masalah ekonomi. Dikarenakan hal ini juga

berlaku di Indonesia, maka tidak perlu dikemukakan di sini deskripsi dan analisis

panjang lebar tentang transaksi spot ini.

2). Transaksi Forward

Transaksi valuta asing dengan cara forward, dilakukan dengan cara penukaran

valuta asing yang perjanjiannya telah dilaksanakan saat ini, tetapi pelaksanaannya

di waktu tertentu yang akan datang. Dalam praktek di Malaysia, hal ini

dilaksanakan dengan cara ‘arbun. Cara ini diimplementasikan dengan cara

sebuah perusahaan yang memerlukan uang dalam denominasi USD, sedangkan

yang dimilikinya adalah Riyal. Maka kemudian perusahaan terebut dapat

membuat janji (promise) dengan bank untuk menukarakan mata uang di suatu

waktu yang akan datang dengan rate yag disepakati. Sebagai konsekuensi dari

penerapan ‘arbun, maka bank tidak terikat dengan janji tersebut, namun

sebaliknya, janji tersebut mengikat bagi perusahaan tersebut. Jadi jika pada saat

yang direncakakan tersebut terjadi fluktuasi mata uang, yang karenanya bank

                                                            151 Saadiah Mohamad,  et  al,  Innovative Islamic Hedging Products:Application Of Wa’d In Malaysian Banks, dalam www.scribd.com Akses 3 Agustus 2012. h.1.

Page 111: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

105  

menderita kerugian, maka bank dapat saja mundur untuk tidak melaksanak

penukaran valuta tersebut. Namun, dalam prakteknya, bank tidak perbah mundur

dengan alasan mempertahankan reputasi dan nama baiknya.152

3). Transaksi Swap.

Transaksi swap ini merupakan gabungan dari transaksi spot dan forward. Dalam

ptrakteknya, transaksi swap ini menggunakan bai’ al-‘inah, tawaruq, atau ‘arbun.

Dalam tawaruq, transaksi harus berupa jual beli barang. Sehingga diperlukan

adanya obyek jual-beli. Berbeda dengan bai’ inah yang terdiri dari dua pihak,

maka tawaruq dalam praktek swap ini memerlukan 4 (empat) pihak; ialah dua

pihak yang menginginkan mata uang berbeda, kemudian 2 broker, masing-masing

akan membeli barang dari dua pihak utama. Dengan kata lain, broker ini

semacam pelengkap. Sehingga ilustrasi dari transaksi ini bisa diuraikan

sebagaimana uraian berikut:153

Seseorang dari Timur Tengah menginginkan untuk mendapatkan mata uang

misalnya saja Euro dalam jumlah besar, untuk sebuah keperluan bisnis, misalnya

saja investasi di Negara Eropa. Yang dia miliki adalah Riyal. Dia tidak ingin

terjadi terjadi fluktuasi yang merugikan di masa depan jika dia menginginkan

                                                            152Azlin Alisa Ahmad, et al, ‘Islamic Forward Exchange Contracts as a Hedging Mechanism: An Analysis of Wa’ad Principle,’ dalam Jurnal International Business Management 6 (1): 47-54, 2012. h. 50 153 Diekstrak dari, Asyraf Wajdi Dusuki, Shariah Parameters on Islamic Foreign Exchange Swap as HedgingMechanism in Islamic Finance, paper presented at International Conference on Islamic Perspectives on Management and Finance, University of Leicester; 2nd – 3rd July 2009. h. 8-13

Page 112: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

106  

menukar kembali Euro tersebut ke dalam bentuk Riyal. Maka dilakukanlah

transaksi dengan cara tawaruq. Ada dua lngkah dalam tawaruq ini:

Pertama: Investor akan membeli sebuah barang dari Broker A dalam bentuk

Riyal, kemudian barang ini dijual ke Bank X, dalam riyal dengan harga cicilan

(misalnya selama 1 tahun). Kemudian barang yang telah berada pada Bank X ini

dijual kepada broker B secara cash dalam mata uang Riyal juga. Uang Riyal yang

didapat oleh Bank X ini kemudian ditukarkan secara spot dengan mata uang Euro.

Kedua, Barang yang sudah ada pada Broker B ini dibeli oleh Bank X secara cash

dengan mata uang Euro secara cash. Barang yang sudah ada di tangan Bank X

kemudian dijual dalam mata uang Euro kepada investor dengan cara cicilan

(dengan jangka 1 tahun). Investor kemudian menjual secara cash kepada Broker A

secara cash uang dalam bentuk Euro.

Kesimpulannya, investor akan mendapatkan uang dalam bentuk Euro dalam

jumalah 1 juta, dan dia tidak akan terkena resiko fluktuasi mata uang yang tidak

terkendali ketika ingin mendapatkan lagi uang dalam bentuk Riyal.

Dalam transaksi menggunakan ‘arbun, maka prosesnya akan berbeda. Secara jelas

dapat dilihat dalam paparan berikut ini:

Page 113: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

107  

Investor dengan kekayaan dalam bentuk Riyal yang menginginkan investasi

dalam bentu Euro akan bertransaksi secara spot dengan Bank X untuk

mendapatkan Euro. Dalam majelis akad yang sama, investor berjanji untuk

menukarkembali Euro ke dalam Riyal pada masa mendatang. Sehingga, ketika

masanya tiba, investor tadi dapat menukar kembali Riyal yang dimiliknya dengan

Euro sebagaimana janji yang telah diberikannya padamasa lalu.

Transaksi Islamic swap, sama dengan transaksi yang berlandaskan ajaran Islam

lainnya, haruslah bebas dari elemen riba, maysir, gharar, serta jahl. Letak

perbedaannya dengan swap konvensional adalah bahwa Islamic swap ini disertai

dengan transaksi asset yang memberikan back up seperi bai’ bi thaman ajil,

murabahah, dan sejenisnya.154 Swap juga bisa dilakukan dengan komoditi

murabahah, ialah transaksi likuiditas tetapi menggunakan asset sebagai sarana

untuk transaksinya, dengan cara salah satu pihak membeli asset dan kemudian

menjual kembali kepada pemilik awal, hanya saja pembelian awal secara cicilan

dan penjualan dengan cara cash.

4). Transaksi Options.

Transaksi options dalam valuta asing ini mendasarkan pada pada bay’ ‘arbun.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa bay’ ‘arbun ini merupakan salah satu

bentuk transaksi di mana di awal transaksi ada deposit yang diberikan oleh calon

                                                            154 Development, Ibid, h. 2.

Page 114: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

108  

pembeli, yang jika transaksi itu gagal, maka deposit ini menjadi milik pihak yang

diajak untuk bertransaksi, dalam hal ini adalah penjual. Sehingga, dalam options

ini ‘arbun dapat diterapkan.

Adapun bentuk implementasinya adalah bahwa salah satu investor akan

membayar dalam bentuk Euro untuk satu bulan mendatang, padahal dia hanya

memiliki Riyal, maka kemudian dia dapat melakukan perjanjian dengan sebuah

bank untuk menukarkan Riyal menjadi USD untuk 1 bulan mendatang dengan

rate yang ditentukan hari ini, dengan syarat harus membayar premium/premi

sejumlah uang tertentu. Investor mempunyai hak, dan bukan kewajiban untuk

melakukan transaksi yang telah disepakati, dan jika karena rate yang ada pada

saat sebulan berikutnya lebih rendah dari yang diperjanjikan, maka dia boleh

melepaskan haknya tersebut tetapikehilangan uang premi yang telah

dibayarkan.155

Meski demikian, landasan hukum yang dipakai sebagian ahli menyatakan bahwa

konsep khiyar dalam hukum Islam lebih tepat untuk digunakan dalam options ini

daripada ‘arbun.156 Hal ini dikearenakan, options memang berbicara lebih pada

penekanan bahwa para pihak dalam transaksi jual beli itu memiliki hak untuk

meneruskan ataumenggagalkan transaksi dengan alasan-alasan yang dapat

diterima oleh hukum.

                                                            155 Muhammad Hashim Kamali, Muhammad Hashim. Islamic Commercial Law; an Analysis of Futures and Options. Kuala Lumpur: Ilmiah Publisher. 2002. 184. 156 Ibid, h. 203.

Page 115: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

109  

Sedangkan ‘arbun, lebih menitikberatkan pada aspek security, bahwa seseorang

yang telah berniat untuk melakukan transasksi janganlah menilai mudah dan

bebas untuk membatalkan atau menggagalkannya. Dalam hal ini, khiyar, karena

merupakan konsep tentang adanya kebebasan dalam memberikan syarat atas

sebuah transaksi jual beli, maka khiyar dipandang lebih proporsional. Di antara

berbagai bentuk khiyar sebagaimana yang sudah didiskusikan dalam pembahasan

sebelumnya, khiyar syarath adalah yang paling tepat untuk diimplementasikan

dalam kasus options ini. Karena dengan khiyar syarath, salah satu atau kedua

belah pihak dapat menginisiasi persyaratan tertentu terkait dengan transaksi yang

dilakukan.

4.4.4. Kesimpulan Transaksi Valuta Asing Ditinjau dari Hukum Islam di

Malaysia.

Dari diskusi di atas dpat disimpulkan bahwa Hukum Islam (hukum mu’amalah)

yang dikembangan di Malaysia melihat bahwa transaksi valuta asing, dalam

semua bentuknya, yakni, spot, forward, swap, dan options tidak bertentangan

dengan prinsip hukum Islam. Dengan kata lain, bahwa setelah dipertimbangkan

dari berbagai aspek akad yang dilakukan didapati dan disimpulkan bahwa keseua

jenis tersebut memiliki hujjah dan alasan yang kuat dari segi syaria’h. Hal itu

dibuktikan bahwa penerapan konsep wa’ad, bai’ al-‘inah, tawaruq, ‘arbun, dan

juga khiyar, dapat memberikan jawaban bahwa transaksi valuta asing dengan

Page 116: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

110  

berbagai macamnya dapat diberlakukan dengan cara yang tidak melanggar hukum

Islam.

4.4. Analisa Perbandingan Transaksi Valuta Asing Ditinjau Dari Hukum

Islam Di Indonesia Dan Malaysia

Melihat berbagai bentuk transaksi valuta asing yang terjadi di kalangan lembaga

keuangan Islam, atau utamanya perbankan Islam di Malaysia, ada perbedaan yang

sangat mencolok jika dibandingkan dengan transaksi valuta asing yang terjadi

pada lembaga keuangan Islam, dan utamanya perbankan syariah d Indonesia.

Untuk itulah dalam bahasan berikut, akan disajikan analisa perbandingan antara

implementasi transaksi valuta asing ditinjau dari pandangan hukum Islam; antara

Indonesia dan Malaysia.

4.5.1. Persamaan

Pada kedua negara (Indonesia dan Malaysia), disadari sepenuhnya bahwa aspek

likuiditas dari perbankan syariah (Islam) itu sangat penting, bahkan merupakan

salah satu elemen dasar bagi berjalannya lembaga keuangan, termasuk di

dalamnya lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsip syariah.

Di antara banyak unsur untuk mempertahankan likuiditas tersbut adalah transaksi

valuta asing.

Page 117: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

111  

Transaksi valuta asing, sebagaimana yang nampak dari berbagai pembahasan di

atas, merupakan salah satu bentuk transaksi yang dilakukan oleh perbankan

syariah (Islam) baik di Indonesia maupun Malaysia. Karenanya, di kedua tempat

juga dikenal adanya transaksi syariah (Islami) valuta asing. Meski demikian,

berdasarkan implementasi yang terjadi pada perbankan syariah di Indonesia dan

perbankan Islam di Malaysa, ternyata kesamaan dalam transaksi valuta asing

hanya terdapat pada bentuk transaksi sharf. Artinya bahwa di kedua Negara,

transaksi sharf dinilai sebagai bentuk transaksi valuta asing yang disepakai secara

bulat. Dan ini dinilai sebagai satu-satunya transaksi yang peling memenuhi

criteria dari syariah Islamiyah.

Sharf, adalah transaksi syariah (Islami) dengan obyek nya adalah valuta asing,

dengan proses yang bersifat on the spot, ialah “yadan bi yadin wa ‘ainan bi

‘ainin” yaitu barang harus ada dan diserahterimakan pada saat yang sama.

Penundaan adalah hal yang dilarang dalam transaksi sharf ini. Maka istilah yang

lebih tepat juga dalam hal ini adalah tukar-menukar valuta asing dan bukan jual-

bei valuta asing. Hal ini juga karena berkaitan dengan konsep dasar dalam

mu’amalah, di mana fungsi uang sangat jelas, adalah sebagai ‘medium of

exchange’ atau sarana tukar menukar, dan sebaliknya, uang bukannya sebuah

komoditi atau barang dagangan sebagaimana umumnya barang yang dijual-

belikan.

Page 118: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

112  

2. Perbedaan

Berdasarkan uraian dan diskusi pada bagaian-bagian sebelumnya, perbedaan

dalam praktek transaksi valuta asing antara perbankan syariah di Indonesia dan

perbankan Islam di Malaysia adalah bahwa di Indonesia, transaksi yang

diperbolehkan hanyalah transaksi yang berdasar pada akad sharf, sedangkan di

Malaysia, berbagai bentuk transaksi diperbolehkan. Berntuk-bentuk transaksi

yang dimaksud adalah:

1). Islamic Forward, ialah transaksi valuta asing dengan model forward

tetapi menggunakan berbagai akad yang tedapat dalam mu’amalah.

2). Islamic Swap, ialah transaksi valuta asing dengan model swap tetapi

menggunakan berbagai akad yang tedapat dalam mu’amalah.

3). Islamic Options, ialah transaksi valuta asing dengan model options

tetapi menggunakan berbagai akad yang tedapat dalam mu’amalah.

Sedangkan di Indonesia, ketiga jenis transaski valuta asing tersebut dilarang, atau

dinyatakan sebagai haram.

Jika dicermati lebih lanjut dari implementasi yang terjadi, dengan

memperbolehkan terjadinya tiga (3) jenis transaksi valuta asing tersebut di atas,

maka berarti ada juga perbedaan antara praktek transaksi syariah (Islami) di

Malaysia jika dibandingkan apa yang terjadi di Indonesia. Perbedaan itu adalah

pada landasan atau dasar-dasar pijakan yang melatarbelakanginya, di samping

Page 119: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

113  

jelas, akibat yang ditinbulkannya juga akan menjadi berbeda. Secara runtut, hal

tersebut akan diurai dalam analisis di bawah ini:

1) Orientasi Transaksi

Yang dimaksudkan dengan orientasi transaksi di sini adalah arah yang

akan dicapai dengan transaksi yang dilakukan. Hal ini penting karena

dalam konteks inilah dapat dipahami latar belakang dan kecenderungan

transaksi yang berlaku, atau yang diperbolehkan untuk diterapkan. Dengan

memahami kecenderungan itu maka proses pengembangan hukum,

melalui berbagai ijtihad, akan dapat dipahami dengan baik. Bukan berarti

kebenaran ijtihad ada dalam konteks yang menyertaianya, namun minimal

ijtihad akan dapat dipahami keberadaannya.

Secara induktif dapat disimpulkan bahwa orientasi dari implementasi

transaksi valuta asing di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di

Malaysia. Di Indonesia, transaksi syariah tidak harus dapat

mengakomodasi kebutuhan pasar atau pelaku ekonomi. Prinsip syariah

yang akan ditegakkan dalam bidang transaksi valuta asing adalah bahwa

semua transaksi yang mengandung spekulasi, gharar, al-jahl, maisir serta

unsur haram adalah terlarang dan karenanya dinilai sebagai bentuk

transaksi yang haram untuk diterapkan.

Page 120: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

114  

Hal ini nampak jelas dari fatwa yang dikeluarkan oleh oleh Dewan Syariah

Nasional yang melarang transaksi valuta asing selain yang berupa sharf,

baik itu yang berbentuk forward, swap maupun options. Alasannya jelas

bahwa dalam keiga jenis transaksi tersebut terdapat untur-unsur yang

menjadi pelarangannya sebagai mana disebut di atas. Sehingga, kebutuhan

pasar tidaklah menjadi prioritas yang dijadikan pertimbangan dalam

penentuan dilarang atau diperbolehkannya sebuah transaksi.

Dengan kata lain, kehadiran ekonomi syariah di sini dimaksudkan untuk

menghadirkan sebuah sistem yang berbeda dengan sistem konvensional.

Ini mempertegas pendapat bahwa kehadiran transaksi keuangan syariah

adalah untuk menciptakan suatu model baru yang berbeda dengan model

yang selama ini berlaku. Sehingga, kekhasan transaksi keuangan syariah

akan nampak karena perbedaannya dan ‘penentangannya’ dengan system

konvensional. Adalah suatu hal yang logis jika dinyatakan bahwa transaksi

keuangan syariah ini diperlukan karena memang ada keunikan dan

kebaruan –secara sistemik– dengan berbagai bentuk transaksi yang selama

ini ada.

Ketika kritik terhadap transaksi keuangan konvensional mencuat,

utamanya dikarenakan terjadinya krisis keuangan yang selalu berulang,

tentu saja orang mempertimbangkan berbagai aspek yang menjadi

aransemen dari transaksi keuangan konvensional. Di antara yang nampak

Page 121: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

115  

adalah karena transaksi tersebut melibatkan unsur spekulasi yang sangat

membahayakan bagi sustainabilitas pasar. Karena itulah, maka transaksi

keuangan syariah memiliki misi untuk menyediakan suatu amosfir dan

lebih dari itu, sebuah sistem transaksi keuangan yang lebih baik. Hal ini

nampak dari berbagai pertimbangan dan produk hukum (berupa fatwa atau

regulasi) terkait prinsip syariah dalam transaksi keuangan di Indonesia.

Berbeda dengan orientasi dari pengembangan transaksi keuangan Islam

yang terjadi atau ditempuh di Malaysia. Nampak dari berbagai produk

hukum (resolusi atau regulasi) terkait transaksi keuang Islam, bahwa di

Malaysia, orientasi yang lebih dikedepankan adah untuk memenuhi

kebutuhan pasar. Artinya, keperlukan akan likuiditas yang sangat

dibutuhkan oleh pasar dan pelaku ekonomi haruslah diakomodasi dalam

pengembangan ijtihad dan inovasi transaksi berdasarkan prinsi-prinsip

Islam. Karena dengan tidak diakomodasinya keperluan itu, maka akan

terjadi kesulitan dalam berbagai transaksi keuangan. Hal ini pada

gilirannya akan mempengaruhi kondisi ekonomi secara makro.

Dalam skala mikro, dengan tidak diakomodasi nya berbagai bentuk

transaksi konvensional yang ada, untuk dibuat sedemikian rupa sehingga

secara legal dapat diterima, akan mengakibatkan kekurangan dalam varian

produk (product scarcity) lembaga keuangan syariah. Hal ini menjadi

perkembangan keuangan syariah terhambat. Belum lagi jika berbicara

Page 122: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

116  

keperluan konsumen yang sangat mendesak, maka sebagaimana telah

disinggung dalam pembahasan di depan, lebih baik mendorong konsumen

untuk tetap melakukan transaksi pada lembaga keuangan Islam, meski

dengan kontrak yang terkesan sekedar formalitas daripada membiarkan

orang Islam untuk bertransaksi dalam lembaga keuangan yang memang

secara terang-terangan bersifat konvensional dengan riba sebagai

instrument pokok dalam men-generate pendapatannya.

Maka, dalam orientasi yang seperti ini, berbagai produk transaksi

keuangan konvensional yang ada akan menjadi suatu yang sedapat

mungkin diakomodasi dalam transaksi keuangan syariah. Di antara cara

yang dilakukan adalah dengan cara meniru (imitasi), atau membentuk

sesuatu yang mirip (replikasi), atau dengan cara lain yang pada intinya

transaksi yang ada dapat diakomodasi. Tentu saja cara mengakomodasi ini

dengan cara melakukan inovasi produk yang deterima oleh ketentuan

syariah.

Imitasi, replikasi atau bentuk lain yang dilakukan dalam mengakomodasi

keperluan pasar atau pelaku ekonomi ini juga tidak dilakukan tanpa

dengan pertimbangan hukum yang cermat. Namun dilakukan dengan

mempertimbangkan berbagai kaidah hukum dan dalil-dalil serta berbagai

pendapat para ahli hukum Islam. Dengan itu maka kemudian mnculah

Page 123: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

117  

produk-produk baru dengan kontrak yang memang cera formal-legistik

tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Dengan itu, jelaslah kemudian perbedaan orientasi dalam pengembangan

hukum transaksi keuangan syariah (Islam) antara Indonesi dan Malaysia.

2) Implementasi maqashid al-syar’iyyah (atau tujuan syariat Islam).

Maqashid al-syar’iyyah adalah tujuan yang akan dicapai oleh hukum

Islam. Artinya, bahwa semua penetapan hukum Islam tidak boleh terlepas

dari tujuan yang akan dicapai oleh hukum Islam. Di antara bentuk

maqashid yang disepakati adalah terciptanya kemaslahatan. Semua aspek

dalam hukum Islam, termasuk ketentuan apapun juga, harus selalu dan

senantiasa mengarah pada tercapainya kemashlahatan. Meski demikian,

dilarang dan diperbolehkannya sesuatu tidak dapat senantiasa

berlandaskan kemaslahatan, namun lebih pada apakah ada dalil yang

memperbolehkan atau merang hal tertentu dilakukan. Konsekuensinya,

bahwa suatu tindakan yang tidak mengarah kepada kemashlahatan belum

tentu melanggar hukum. Artinya hukum tidak terlanggar meskipun

kemaslahatan sengaja tidak dicapai dengan tindakan tersebut.

Sebagai sebuah perangkat dalam hukum Islam, hukum kontrak dalam

mu’amalah juga harus berupaya untuk mencapai kemaslahatan.

Kemashlahatan yang akan dicapai adalah terhindarnya manusia dari riba,

Page 124: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

118  

gharar,maysir, dan haram. Pelarangan itu tentu saja dimaksudkan agar

semua dampak baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai unsur

tersebut tidak akan terjadi. Sehingga, berbagai upaya hukum yang dalam

tujuannya tidak untuk menghindari itu berarti tidak mempertimbangkan

tujuan kemashlahatan. Karenanya berbagai transaksi yang hanya legal

secara proses dan prosedur belum tentu memenuhi tuntutan

kemashlahatan.

Dalam konteks kemaslahatan ini, dapat dibedakan, bahwa implementasi

transaksi valuta asing di Malaysia lebih berorientasi kepada kebolehan

secara hukum (legal formalistik), dan sebaliknya, Indonesia lebih

mengarah kepada pencapaian aspek kemashlahatan, yang bukan sekedar

hanya legal formalistik.

3) Nilai etika ekonomi: keberpihakan pada sektor riil.

Transaksi keuangan syariah adalah sebuah sisi dari sistem ekonomi Islam

yang sangat luas cakupannya. Sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam,

tentu harus menjunjung tinggi nilai-nilai ekonomi Islam. Sebagaimana

sudah banyak diungkap, bahwa ekonomi Islam lebih menekankan pada

sektor aktivitas ekonomi yang riil yang humanis dan berkeadilan, dan

bukan pada aktivitas ekonomi yang spekulatif atau derivatif.157 Bahkan,

                                                            157 Nilai-nilai ekonomi yang menjadi tujuan dari sistem ekonomi dan sistem keuangan Islam dejelaskan dengan sangat rinci oleh M.Umer Chapra dalam: M. Umer Chapra, Towards a Just Monetary System, a Discussion of Money, Banking and Monetary Policy in The Light of Islamic Teachings. Leicester: The Islamic Foundation. 1995.h. 19-44, juga oleh pemikir lain dalam, Fuad

Page 125: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

119  

salah satu tujuan yang diinginkan dari ekonomi Islam adalah bagaimana

produktivitas dapat tercipta dengan adanya berbagai transaksi ekonomi.

Maka, transaksi keuangan syariah pun akan ditolerir dalam batasan di

mana transaksi tersebut mendukung nilai-nilai ekonomi semacam itu.

Sedangkan, berbagai transaksi valuta asing selain sharf, sangat berpotensi

untuk menjadi aktovotas pasar uang yang rawan bagi terjadinya spekulasi.

Dengan kata lain, pemberian legalitas dari aspek hukum Islam terhadap

produk transaksi valuta asing derivatif tersebut seakan membuka

kemungkinan untuk terjadinya transaksi pasar uang yang sifatnya

menjurus pada spekulasi dan terlepas dari sektor riil. Dan hal itu

sebenarnya yang menurut banyak pendapat menjadi salah satu penyebab

berbagai krisis keuangan.

Dengan Memperhatikan implementasi transaksi valuta asing di Indonesia

dan Malaysia, Nampak dengan jelas bahwa perbankan syariah di Indonesia

masih dalam posisi dan tujuan untuk menjaga agar transaksi valuta asing

tidak menjurus pada transaksi yang spekulatif dan derivatif. Sedangkan di

Malaysa, dapat dikatakan diktakan melakukan inovasi dengan apa yang

disebut Islamic derivatif, ialah transaksi valuta asing derivatif yang

dirancang sedemikian rupa sehingga tidak melanggar prinsip-prinsip

syariah.

                                                                                                                                                                   Al-Omar dan Muhammed Abdel-Haq. Islamic Banking; Theory, Practice & Challenges. Karachi: Oxford University Press. 1996. h. 26-28.

Page 126: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

120  

Sehingga, jika dilihat secara dengan tinjauan hukum Islam, di Indonesia

hanya transaksi sharf yang dinilai sesuai dengan prinsip hukum Islam,

sementara transaksi forward, swap dan options dinilai bertentang dengan

hukum Islam. Sedangkan di Malaysia, keseluruhan jenis transaksi valuta

asing tersebut dinilai tidak bertentang dengan prinsip hukum Islam, hal itu

ditunjukkan bahwa secara legal-formal transaksi valuta asing yang

diterapkan memiliki landasan hukum pada ilmu fiqh.

4). Dampak yang ditimbulkan

Dampak Positif dari implementasi di kedua Negara tersebut masing-

masing berbeda. Indonesia yang bersikukuh untuk hanya memperbolehkan

penerapan transaksi valuta asing berupa sharf, memang retaif tidak

bermasalah dalam hal pro dan kontra tentang putusan hukum. Namun, sisi

negatifnya adalah bahwa industry keuangan syariah di Indonesia tidak

dapat bersifat responsive terhadap berbagai kebutuhan pasar dan pelaku

ekonomi. Selanjutnya, memang akan berdampak pada total asset dari

transaksi perbankan syariah.

Sedangkan di Malaysia, dikaenakan produk transaksi valuta asing yang

derivatif tersebut dapat diberlakukan semua, sehingga kebutuhan pasar dan

pelaku ekonomi dapat terakomodasi dengan mudah, serta keperluan

Page 127: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

121  

likuiditas dapat terselesaikan dengan tanpa masalah, baik bank maupun

personal. Denganitu, berarti pula bahwa produk perbankan lebih variatif

dan tentunya juga lebih fleksibel. Selanjutnya, sudah jelas hal ini mampu

mendorong percepatanpertumbuhan asset perbankan Islam di Malaysia.

Meski demikian, dengan implementasi transaksi valuta asing yang

semacam ini, berbagai isu hukum selalu mencul karena ini menjadi

kontroversi, bukan hanya intern di Malaysia, namun dalam level

internasionaldpat berdampak pada imej Malaysia yang dinilai terlalu

liberal dalam transaksi keuangan Islam.

Page 128: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

122  

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Dari diskusi hasil penelitian di depan dapat ditarik kesimpulan sbb:

1. Transaksi Valutas Asing telah ada konsepnya sejak masa Nabi, yakni apa

yang dikenal dengan sharf, yakni transaksi penukaran antar mata uang

dengan cara on the spot, atau dalam istilah lain, “yadan bi yad wa ‘ainan

bi ‘ain” (tangan dengan tangan dan obyek dengan obyek), dalam arti tidak

ada penundaan waktu serah terima antar valuta yang dipertukarkan.

2. Di Indonesia, transaksi valuta asing yang dinilai tidak bertentangan dengan

prinsip hukum Islam atau prinsip syariah adalah sharf, sementara transaksi

forward, swap dan options dinilai bertentangan dengan hukum Islam.

3. Sedangkan di Malaysia, keseluruhan jenis transaksi valuta asing tersebut

di atas dinilai tidak bertentang dengan prinsip hukum Islam, hal itu

ditunjukkan bahwa secara legal-formal transaksi valuta asing yang

diterapkan memiliki landasan hukum pada ilmu fiqh.

4. Sehingga Nampak dari analisa perbandingan di depan, transaksi valuta

asing dalam bentuk dalam implementasinya di Indonesia dan Malaysia

terdapat persamaan, bahwa akad sharf diterapkan di kedua Negara.

Sedangkan perbedaannya, Malaysia memperbolehkan trasaksi valuta asing

Page 129: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

123  

derivatif, dan mempopulerkan apa yang dikenal dengan Islamic derivative

melalui currency exchange ini.

5.2. Rekomendasi

Dari hasil penulisan hukum ini, maka penulis dapat memberikan

rekomendasi sebagai berikut ;

1. Terkait dengan perkembangan zaman yang semakin pesat dan komplek,

haruslah disikapi dengan arif dan bijaksana, agama serta ajaran islam yang

terkait dengan persoalan Mu’amalah (hablum minannas) selalu terbuka

pintu ijtihad karena didalam Al-Qur’an tidak diatur secara rinci dan

jelimet, Al-Qur’an hanya mengatur permasalahan yang global atau garis

besarnya saja. ijtihad guna menopang kebutuhan masyarakat yang semakin

meningkat dizaman yang serba modern. Janganlah kita salah langkah

didalam mengikutinya yang bisa mengakibatkan mafsadat, karena tujuan

dari dibukanya pintu-pintu ijtihad itu sendiri adalah guna kemaslahatan

bagi umat islam.

2. Mengenai jual-beli uang janganlah dijadikan ladang pekerjaan untuk

berspekulasi (untung-untungan) seperti halnya dalam perjudian, karena

tidak diperbolehkan didalam ajaran hukum islam, fungsi dari

diciptakannya uang adalah alat untuk pembayaran terhadap barang

maupun jasa. Agar jual beli uang itu tidak menjadi dilarang atau

diharamkan maka harus dilihat secara seksama mengenai maksud dan

tujuan dari jual beli uang itu sendiri.

Page 130: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

124  

3. Mengenai fatwa hukum atau dasar diperbolehkannya atau mungkin

dilarangnya transaksi valuta asing yang berbeda antara Indonesia dan

Malaysia, perlu dikembangkan forum-forum untukmelakukan harmonisasi

hukum sehingga ke depan akan tercapai kesepakatan terkait status dalam

hukum Islam terkait masalah ini khususnya dan masalah keuangan Islam

pada umumnya.

Page 131: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

125  

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad .Hukum Perdata Indonesia, cetakan revisi, PT Citra Aditya Bakti ,Bandung, 2010

Abdul Majid, dalam : Pokok-Pokok Fiqih Muamalah Dalam Hukum Kebendaan

Dalam Islam , IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung 1986 Abdul Sattar Fathullah Sa’id, Muamalah Fil Islam , rabitah alam al-islami ,

makkah Abd Al-Wahhab Khallaf, Ilm Al-Ushul Fiqh, cetakan VII, Dar Al-Qolam lial-

tibaah wa Al-Annasyr wa al-tauzi’, kairo, 1978 Accounting, Auditing and Governance Standards for Islamic Financial

Institutions Bahrain, AAOIFI, 2002 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata

Islam),cetakan pertama, UII press,yogyakarta,2004. Ahamd Hasan.,penerjemah Saifurrahman Barito, Mata Uang Islami Telaah

Komprehensif Sistem keuangan Islam, PT Raja Grafindo Persada, jakarta, 2004

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus Arab Indonesia, PP al-

munawwir, krapyak ,yogyakarta, 1984 Al-Qur’an al kariem Ala’ Eddin Kharofa, Transcations in Islamic law, Kuala Lumpur, AS Noordeen,

1997 Alaudin Al-Kasyani , Badai’ Ash-shanai’ Fi Tartib Asy-Syarai’. Juz v Al Dimyati, dalam I’anah Al Thalibin , Toha Putra , Semarang ,tt Al Jurjani, At Ta’rifat, (Jeddah : Al Haramayn, tanpa tahun). Ali Fikri, Al-Muamalat Al-Madiyah wa Al-Adabiyyah, Musthafa Al-Babiy Al-

Halabiy, Mesir 1357 Ali Arifin, Membaca Saham,: ANDI, Yogyakarta, 2004

Page 132: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

126  

Andreas Jobst, ‘Risk Management of Islamic Finance Instruments,’ dalam QFinance, diakses dari www.qfinance.com pada 19 Juli 2012

Asyraf Wajdi Dusuki, Shariah Parameters on Islamic Foreign Exchange Swap as

HedgingMechanism in Islamic Finance, paper presented at International Conference on Islamic Perspectives on Management and Finance, University of Leicester; 2nd – 3rd July 2009.

AT Hamid, Ketentuan Fiqh dan Ketentuan Hukum yang Kini Berlaku di

Lapangan Perikatan, Surabaya: Bina Ilmu, 1983. Azlin Alisa Ahmad, et al, ‘Islamic Forward Exchange Contracts as a Hedging Mechanism:

An Analysis of Wa’ad Principle,’ dalam Jurnal International Business Management 6 (1): 47-54, 2012. Business Banking, pada http://www.bankislam.com.my/ diakses pada 19 Juli 2012 Commercial Banking, pada, http://cb.cimbislamic.com. Akses pada 21 Juli 2012 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial,RajaGrafindo Persada, Jakarta:

1993 Developments of Islamic Swaps in Malaysia, Azmi & Associates, Advocates &

Solicitor, 2008 Dick K. Nanto The 1997-98 Asian Financial Crisis, CRS Report for Congress,

1998, dalam www.fas.org diakses pada 10 Mei 2012. ‘Global Perspective on Islamic Banking and Insurance’ in New Horizon, April-

June, 2007. “Transaksi-Valuta-Asing-Menurut-Islam” dalam http://bprsyariah.com/artikel/

121 Di akses 23 oktober 2011, jam 17.00 Engku Rabiah Adawiah, “Islamic Law Compliance Issues in Sale-Based

Financing Structures and as Practiced in Malaysia”, Malayan law Journal (MLJ), 3, 2003, lxix-lxx.

Erwandi Tirmidzi, Fiqh Jual Beli Kontemporer (Jual Beli Uang dan Saham), 17 Desember 2010 (11 Muharrom 1432 H), Riyadh, KSA

Fatwa Dewan Syariah Nasional no: 28/DSN-MUI/lll/2002 Fiqh Al-Syafi’iyyah , karya indah , jakarta

Page 133: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

127  

Fuad Al-Omar dan Muhammed Abdel-Haq. Islamic Banking; Theory, Practice & Challenges. Karachi: Oxford University Press. 1996

Global Perspective on Islamic Banking and Insurance’ in New Horizon, April-June, 2007, Hamdy hady, valas untuk menejer, penerbit ghalia indah, jakarta 2001 Heli charisma berlianta, Mengenal Valuta Asing, gadjah mada university press,

yogyakarta, 2005 Hendi Suhendi,. Fiqh Muamalah, raja grafindo persada, jakarta, 2007 Herman Darmawi, Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial, cetakan

pertama,bumi angkasa,jakarta, 2006. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, cetakan ketiga, edisi revisi, cv Gaung

Persada, Cipayung Ciputat, 2006. Ibn Abidin , Radd Al-Mukhtar Ala Dar Al-Mukhtar, juz IV Ibnu Qudamah , Al-Mugni, jus III Ibnu Taimiyah ,majmu’ al fatawa ,dar al wafa’ (2001) 19,251-252 Ibrahim Anis et al., Al Mu’jamul Wasith, (Kairo : Darul Maarif,1972) Imam Al Ghazali ,Ihya’ Ulumuddin, dar al wafa’, mesir 4/88. Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking; Integrating Money in Capital

Theory. Singapore: John Wiley & Sons, 2009. H. 66 dan 72. Market in Islam.

Ismail, Keuangan Dan Investasi Syari’ah Sebuah Analisa Ekonomi, sketsa ,

cetakan pertama . Kharofa, Ala’ Eddin, Transcations in Islamic law, Kuala Lumpur, AS Noordeen,

1997. M daud darmawan, Menenal Bisnis Valuta Asing, pinus , yogyakarta, 2007 M. Umer Chapra, Towards a Just Monetary System, a Discussion of Money,

Banking and Monetary Policy in The Light of Islamic Teachings. Leicester: The Islamic Foundation. 1995.

Mahmudh Hanafi, Menejemen Keuangan Internasional, cetakan pertama, yogyakarta, BPFE, 2004

Page 134: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

128  

Mark Jickling, “Causes of the Financial Crisis, Congressional Research

Service”7-5700, 2009, hlm. 5-10. Diakses dari situs resmi Federation American Scientist, www.fas.org pada 10 Mei 2012.

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam jilid III: Muamalah, : Rajawali press, Jakarta 1988 Moh Ghofur,”Dinamika Fatwa-Fatwa MUI Dibidang Ekonomi Keuangan Dan

Implikasinya Terhadap Kehidupan Umat Islam” artikel pada pada jurnal syari’ah,“asy syir’ah” vol 41 no 1 tahun 2007.

Mohammad Daud Ali,.Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum

Islam Di Indonesia,cetakan pertama, rajawali pers,jakarta,2009. Mohammad Hashim Kamali, Islamic Commercial law, Kuala Lumpur: Ilmiah

Publishers, 2002. Mohammad Nejatullah Siddiqi, Economics Of Tawarruq, How its Mafasid

overwhelm theMasalih, A position paper to be presented at the Workshop on Tawarruq: A Methodological issue in Sharī`a-Compliant Finance, February 1, 2007. h.1. dalam http://kantakji.com/fiqh/ Diakses 3 Agustus 2012.

Mudrajat Kuncoro, Menejemen Keuangan Internasional, edisi ke dua, yogyakarta,

BPFE, 2001. Muhammad Abu Zahrah , Ushul FIqh, Dar Fikri Al-Arabi, 1958 Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, juz II, Muhammad ‘Ajjaz Al-khathib, Ulum Al-Hadits Ulumuhu Wa Mustholahuhu, Dar

Al-Fikr, Beirut, 1989 Muhammad Al-Utsaimin, Abdullah Bin jibrin, Hukum Jual Beli Valuta

Asing,diterjemahkan oleh muhammad Iqbal Al-ghazali, islam house, 2010

Muhammad Karim., Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Ekonomi Islam,

salemba empat, jakarta, 2002 Muhammad Murtadlo Al-zabidy, Taj’ Al-’Arus,juz9 (t.t), T,tp.:tp Muhammad Yusuf Musa., Al-Amwal Wa Nazariyah Al-Aqd Muhamad Sulhan, Transaksi Valuta Asing (al-sharf) Dalam Prespektif Islam

(makalah ), Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Page 135: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

129  

Mustafa Ahmad Zarqa’, Al-Madkhal Al- Fiqh Al-Am, Al-Adib, Damaskus, 1966-

1967 Nana Masduki, Fiqih Muamalah Madiyah (diktat), IAIN Sunan Gunung Djati,

bandung, 1987 Niazi, Liaquat Ali Khan, Islamic Law of Contract, Lahore, Dyal Sing Trust

Library, 1990 Rachmat Syafei, FIQIH Muamalah,Pustaka Setia, Bandung, 2001 Resolutions of the Securitities Comission Shariah Advisory Council, Securities

Commission, Kuala Lumpur: 2006 Saadiah Mohamad, et al, Innovative Islamic Hedging Products:Application Of

Wa’d In Malaysian Banks, dalam www.scribd.com Akses 3 Agustus 2012 Saiful Azhar Rosly and Azizi Che Seman, “Juristic Viewpoint on Bai’ al-‘inah,

In Malaysia: A Survey” in IIUM Journal of Economics and Management 11, no.1 (2003): 87-111.

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, translation, Syaf, Mahyudin, Volume 12, Bandung,

PT Al Maarif, 1996. Shariah Resolutions in Islamic Finance. Central Bank of Malaysia, Kuala

Lumpur, 2007 Sri handaru yulianti, dan handoyo prasetyo, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

Internasional , edisi revisi, ANDI, yogyakarta,2002 Subekti dan Tjitrosudibyo, kitab undang-undang hukum perdata,Pradnya

Paramita, Jakarta, 2009. Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, edisi keenam, UPP STIM

YKPN,yogyakarta,2011. Syafii Antonio., Bank Syariah Dari Theory Ke Praktek ,gema insani, jakarta,2001 Syamsudin Muhammad Ar-Ramli, Nihayah Al-Muhtaj, juz 3, Dar Al-fikr, Beirut, 2004, hlm 372. Tarek El-Diwany, Islamic banking and Finance; What It is and What it could be.

Bolton- UK: 1st Ethical Charitable Trust,2010.

Page 136: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK …law.uii.ac.id/images/Jurnal/Publikasi/agustriyanta/laporan... · Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

130  

The Fei Ming, Day Trading Valuta Asing, cetakan pertama, elek media komputindo, jakarta, 2001.

The Majelle (English translation of Majallah el-Ahkam- I- adliya, terjemah

Bahasa Inggris, CR Tyser, Kuala Lumpur: The Other Press, 2003. Wahbah Al-Zuhayli, Financial Transaction in Islamic Jurisprudence.

Translation of Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh. (Vol .1). Translated by Mahmoud A. El-Gamal. Beirut: Dar al-Fikr, 2003.

-----------------, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adilatuh, juz 4, Dar Al Fikr, Damaskus, 1989 Younes Elahi dan Mohd Ismail Abd Aziz, Islamic options (al-Khiyarat);

Challenges and opportunities,International Conference on Information and Finance IPEDR vol.21 (2011) © (2011) IACSIT Press, Singapore. Diakases dari www.ipedr.com 19 Juli 2012.

Data elektronik

http://bprsyariah.com/artikel/121-transaksi-valuta-asing-menurut-islam Di akses 23 oktober 2011, jam 17.00

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/pasar-modal-definisi-pelaku-jenis-

dan.html, http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2260833-jenis-jenis-

transaksi-valuta-asing/ di akses tanggal 13 maret 2012. Jam 10.00 wib. http://bprsyariah.com/artikel/121-transaksi-valuta-asing-menurut-islam, di

akses tanggal 12 maret 2012 , jam 13.00

http://strugglemoment.wordpress.com/2010/05/10/kurs-di-indonesia-mekanisme-dan-dampaknya, diakses tanggal 15 maret 2012 jam 08,15 wib

http://kantakji.com/fiqh/ Diakses 3 Agustus 2012. www.fas.org diakses pada 10 Mei 2012. www.ipedr.com diakses pada 19 juli 2012 www.qfinance.com diakses pada 19 Juli 2012 http://www.bankislam.com.my/ diakses pada 19 Juli 2012 http://cb.cimbislamic.com. Akses pada 21 Juli 2012 www.scribd.com diakses pada 3 agustus 2012