tingkat keterbacaan buku teks sahabatku indonesia
TRANSCRIPT
i
TINGKAT KETERBACAAN BUKU TEKS SAHABATKU INDONESIA
TERBITAN BADAN BAHASA UNTUK LEVEL C1
BERDASARKAN GRAFIK FRY, SMOG, DAN AUTENTISITASNYA
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Stefani Anuar Lupita
151224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia selama mengerjakan
skripsi ini.
2. Bu Rishe dan Bu Septina selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.
3. Nenek dan almarhum kakek yang selalu mendukung, mendoakan dan
memberi nasihat untuk segera lulus.
4. Saudara terdekatku pakdhe, budhe, tante dan om yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, nasihat dan terutama pembiyaan kuliah.
5. Ayah dan ibu, Bapak Sukardi dan almarhum Christiana Sudiyati yang
selalu mendoakan saya selama ini.
6. Sepupu, malaikat kecilku yang selalu memberikan penghiburan disaat
pikiran sedang kacau.
7. Aemilianus Ganda Prima Irawan yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.
8. Hilary Miranda, teman seperjuangan yang selalu memberikan hiburan
disaat lelah mengerjakan skripsi.
9. Teman-teman PBSI angkatan 2015 yang telah berproses bersama selama
kuliah di Universitas Sanata Dharma.
10. Semua pihak yang telah bersedia memberikan bantuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Hidup ini seperti sepeda.
Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak”
-Albert Einstein-
“Jika kamu tidak dapat berhenti memikirkannya,
maka bekerja keraslah untuk mendapatkannya.”
-Michael Jordan-
“Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu
sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.”
-R.A. Kartini-
“Kekurangan yang dihadapi dengan penuh rasa syukur
akan menjadi hal berlimpah di kemudian hari.”
-Anonim-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Lupita, Stefani Anuar. 2019. Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku
Indonesia Terbitan Badan Bahasa untuk Level C1 Berdasarkan Grafik
Fry, SMOG, dan Autentisitasnya. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) mendeskripsikan tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1
berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya, (2) wacana apa saja buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang sesuai untuk level C1 sebagai
bahan pembelajaran berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sumber data
dalam penelitian ini adalah buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa
untuk level C1. Data penelitian ini berasal dari wacana-wacana yang ada dalam
buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1 yang
berjumlah dua belas wacana. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi pengajar BIPA dalam memilih buku teks yang tepat sebagai
sumber pengajaran dalam proses pembelajaran di kelas BIPA dan sebagai bahan
evaluasi bagi penulis dalam penyusunan buku teks.
Hasil penelitian ini, terdapat dua hasil yang diperoleh sebagai berikut:
pertama, tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa untuk level C1 berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya.
Berdasarkan grafik Fry, dari dua belas wacana memiliki tingkat keterbacaan yang
berbeda-beda. Hasil penelitian ini menunjukkan variasi kemunculan tingkatan
(grade) berdasarkan grafik Fry sebanyak tujuh. Hasil penelitian dari formula
SMOG dari lima wacana menunjukkan terdapat empat variasi kemunculan
tingkatan usia yang diteliti. Pada tingkat autentisitas, dari dua belas wacana
terdapat dua tingkat autentisitas dalam buku teks Sahabatku Indonesia terbitan
Badan Bahasa. Kedua, buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa
untuk level C1 kurang sesuai jika digunakan untuk pembelajar BIPA level C1.
Hal itu disebabkan oleh, wacana yang sesuai berdasarkan grafik Fry hanya
terdapat lima wacana. Wacana yang sesuai berdasarkan formula SMOG terdapat
dua wacana. Pada tingkat autentisitas, wacana yang sesuai hanya tiga wacana.
Kata kunci: keterbacaan, tingkat keterbacaan, grafik Fry, SMOG, autentisitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Lupita, Stefani Anuar. 2019. Level of Readability of “Sahabatku Indonesia”
Textbook Published by Language Institute for C1 Level Based on Fry
Graphic, SMOG, and Its Authenticity. Thesis. Yogyakarta: Indonesia
Language and Literature Education Study Program, Department of
Language and Arts, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata
Dharma University.
This study aims to (1) describe the level of readability of “Sahabatku
Indonesia” textbook by Language Institute for C1 level, based on Fry graphic,
SMOG, and its authenticity, (2) what discourses of “Sahabatku Indonesia”
textbook published by Language Institute that are appropriate for C1 level as
learning material based on Fry graphic SMOG, and its authenticity.
This type of study is quantitative descriptive study. The data source I this
study is the “Sahabatku Indonesia” textbook published by Language Institute for
C1 level. The data comes from discourses in the “Sahabatku Indonesia” textbook
published by Language Institute for C1 level, which are twelve discourses. This
study is useful to increase knowledge for BIPA teachers in choosing the right
textbook as source of teaching in the learning process in BIPA classrooms and as
an evaluation material for the writer in preparation of textbooks.
In the results of this study, there are to results obtained as follows: first,
the level of readability of “Sahabatku Indonesia” textbook by Language Institute
for C1 level, based on Fry graphic, SMOG, and its authenticity. Based on the Fry
graphic, out of the twelve discourses, they have different level of readability. The
results of this study indicate seven variations in the appearance of grades based
on Fry graphic. The results of the study from the SMOG formula from five
discourses show that there are four variations in the appearance of age level that
are being studied. At the level of authenticity, of the twelve discourses, there are
two level of authenticity in the of “Sahabatku Indonesia” textbook by Language
Institute. Secondly, the “Sahabatku Indonesia” textbook by Language Institute for
C1 level is not suitable if it is used for BIPA C1 level learners. That is because
according to Fry graphic, there are only five discourses. Appropriate discourse
based on the SMOG formula, there are two discourses. At the level of authenticity,
the appropriate discourse is only three.
Keywords: readability, readability level, Fry graphic, SMOG, authenticity.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa
untuk Level C1 Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dan memberkati penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Bahasa
Sastra Indonesia dan selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar dan
bijaksana untuk meluangkan waktu, membimbing, menasehati, dan
mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Segala saran dan
kritik menjadi semangat terbesar bagi penulis untuk selalu memperbaiki
menjadi lebih baik.
4. Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing II yang dengan
sabar dan bijaksana untuk meluangkan waktu, membimbing, memberikan
kritik dan saran, serta mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku triangulator yang telah membantu
penulis dalam melakukan pengecekkan terhadap hasil penelitian. Selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran-saran yang membangun untuk
melengkapi hasil laporan skripsi penulis.
6. Rusmiati, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI, yang telah memberikan
bantuan dan pelayanan yang berkaitan dengan kesekretariatan kepada
penulis dengan ramah dan sabar.
7. Segenap Dosen dan Karyawan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan bantuan
kepada penulis selama ini.
8. Nenek dan kakek, Ibu Restituta Sukati dan Alm. Ignatius Kartiwa yang
telah mendoakan dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
9. Ayah dan ibu, Bapak Sukardi dan Alm. Christiana Sudiyati yang selalu
mendoakan saya selama ini.
10. Pakdhe, budhe, om dan tante, Agustinus Sudrajat, Irza Sriyenti, Margareta
Susilowati, Fransiskus Supriyanto, Katarina Sulistyawati, Alm. Untung
Santosa, Theresia Sulistyaningsih, Lusiana Suntyawati, dan Yudatmo Adi
Nugroho yang selalu memberikan masukan, semangat, motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini dan terutama dalam hal pembiayaan kuliah.
11. Aemilianus Ganda Prima Irawan, yang selalu menjadi penyemangat dan
bantuan yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv
MOTO .................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS ................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................. xvii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penilitan ........................................................................ 6
1.5 Batasan Istilah ............................................................................. 7
1.6 Sistematika Penyajian ................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 12
2.1 Penelitian yang Relevan .............................................................. 12
2.2 Kajian Pustaka ............................................................................. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.1 Pengertian Buku Teks ................................................................. 16
2.2.2 Fungsi Buku Teks ....................................................................... 17
2.2.3 Kriteria Telaah Buku Teks .......................................................... 17
2.2.4 Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ............................ 18
2.2.5 Level BIPA (C1) ......................................................................... 19
2.2.6 Buku Teks BIPA ......................................................................... 21
2.2.7 Pengertian Keterbacaan ............................................................... 22
2.2.8 Grafik Fry .................................................................................... 23
2.2.9 Formula SMOG ........................................................................... 27
2.2.10 Autentisitas .................................................................................. 30
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 34
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 34
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 35
3.3 Sumber Data dan Data Penelitian ............................................... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 37
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................... 38
3.7 Triangulasi................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 40
4.1 Deskripsi Data ............................................................................. 40
4.1.1 Deskripsi Data Berdasarkan Grafik Fry ...................................... 40
4.1.2 Deskripsi Data Berdasarkan Formula SMOG ............................. 41
4.1.3 Deskripsi Data Berdasarkan Autentisitasnya .............................. 42
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 43
4.2.1 Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia
Terbitan Badan Bahasa untuk Level C1
Berdasarkan Grafik Fry ............................................................... 44
4.2.2 Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Terbitan Badan Bahasa untuk Level C1
Berdasarkan SMOG ..................................................................... 57
4.2.3 Tingkat Autentisitas Buku Teks Sahabatku Indonesia
Terbitan Badan Bahasa untuk Level C1 ..................................... 60
4.2.4 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia
Terbitan Badan Bahasa yang Sesuai untuk Level C1
Berdasarkan Grafik Fry ............................................................... 63
4.2.5 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia
Terbitan Badan Bahasa yang Sesuai untuk Level C1
Berdasarkan SMOG ..................................................................... 65
4.2.6 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia
Terbitan Badan Bahasa yang Sesuai untuk Level C1
Berdasarkan Autentisitasnya ....................................................... 67
4.3 Pembahasan ................................................................................. 70
4.3.1 Wacana yang Sesuai Berdasarkan Grafik Fry, SMOG,
dan Autentisitasnya ..................................................................... 70
4.3.2 Hasil Analisis Variasi Kemunculan Tingkat Atau Grade
Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya ................ 72
BAB V PENUTUP ................................................................................. 74
5.1 Simpulan ..................................................................................... 74
5.2 Saran ............................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 77
BIOGRAFI ............................................................................................ 80
LAMPIRAN ........................................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tingkat Keterbacaan Buku Menurut G. Harry
McLaughlin………………………………………….………… 29
Tabel 2 Tingkat Autentisitas Tiga Tipe Bahan……………….…….….. 31
Tabel 3 Wacana dalam Buku Teks Sahabatku Indonesia
untuk Level C1 terbitan Badan Bahasa………………………... 41
Tabel 4 Analisis Tingkat Autentisitas Buku Teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk BIPA
Level C1……………………………………………………….. 42
Tabel 5 Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku
Indonesia untuk Level C1 terbitan Badan Bahasa
Berdasarkan Grafik Fry………………………………………... 57
Tabel 6 Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk BIPA Level C1
Berdasarkan SMOG………………………………………………….. 55
Tabel 7 Analisis Tingkat Autentisitas Buku Teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk BIPA
Level C1……………………………………………………….. 61
Tabel 8 Analisis Wacana Wacana Buku Teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa yang sesuai untuk
Level C1 Berdasarkan Grafik Fry…………………………….. 63
Tabel 9 Analisis Wacana Buku Teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa yang sesuai untuk
Level C1 Berdasarkan SMOG……………………………………… 65
Tabel 10 Analisis Wacana Buku Teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa yang sesuai untuk
Level C1 Berdasarkan Autentisitasnya………………………. 67
Tabel 11 Analisis Wacana yang Sesuai dalam Buku Teks Sahabatku
Indonesia untuk BIPA Level C1 Berdasarkan Grafik Fry,
SMOG, dan Autentisitasnya…………………………………… 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Alur Kerangka Berpikir………………………………….. 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik Fry…………………………………………………… 24
Grafik 2 Grafik 1 Fry Kode Teks 1…………………………………… 45
Grafik 3 Grafik 2 Fry Kode Teks 2…………………………………… 46
Grafik 4 Grafik 3 Fry Kode Teks 3…………………………………… 47
Grafik 5 Grafik 4 Fry Kode Teks 4…………………………………… 48
Grafik 6 Grafik 5 Fry Kode Teks 5…………………………………… 49
Grafik 7 Grafik 6 Fry Kode Teks 6…………………………………… 50
Grafik 8 Grafik 7 Fry Kode Teks 7…………………………………… 51
Grafik 9 Grafik 8 Fry Kode Teks 8…………………………………… 52
Grafik 10 Grafik 9 Fry Kode Teks 9…………………………………… 53
Grafik 11 Grafik 10 Fry Kode Teks 10………………………………… 54
Grafik 12 Grafik 11 Fry Kode Teks 11………………………………… 55
Grafik 13 Grafik 12 Fry Kode Teks 12………………………………… 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kategori Wacana ............................................................ 81
Lampiran 2 Analisis Wacana Berdasarkan Jumlah Kalimat
dan Suku Kata ................................................................. 83
Lampiran 3 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia
Terbitan Badan Bahasa.................................................... 92
Lampiran 4 Surat Permohonan Triangulasi ........................................ 129
Lampiran 5 Triangulasi ....................................................................... 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti menguraikan enam subbab yakni latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. Latar belakang berisi masalah yang melatarbelakangi
rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada
manfaat penelitian ini berisi manfaat teoretis dan praktis dari penelitian yang
dilakukan. Pada batasan istilah berisi teori-teori sebagai acuan penelitian dengan
tujuan agar tidak terjadi penyimpangan penafsiran. Pada sistematika penyajian
berisi susunan bab dan subbab guna mempermudah pembaca dalam mengetahui
isi penelitian yang dilakukan. Keenam subbab tersebut diuraikan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang
Membaca pada hakikatnya penting bagi masyarakat untuk menemukan
informasi baru terkait hal-hal yang ada dalam kehidupan. Kridalaksana (dalam
Suladi dkk, 2000: 1) mengatakan membaca mempunyai arah bagaimana seseorang
memahami informasi melalui kegiatan menggali informasi itu dari wacana.
Berdasarkan pendapat tersebut, membaca berarti seseorang mampu memahami
informasi dan memiliki pengetahuan yang sesuai dengan wacana yang
disampaikan. Masyarakat dapat memperoleh informasi dengan mudah, salah
satunya dengan membaca buku teks. Hal itu disebabkan oleh informasi yang
terdapat dalam buku teks dapat dibaca berulang-ulang. Dengan begitu, kualitas
buku menjadi penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Bacon (dalam Tarigan 1986:11) mengatakan bahwa buku teks adalah buku
yang dirancang untuk penggunaan di kelas dengan cermat disusun dan disiapkan
oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu, dan dilengkapi sarana-sarana
pengajaran yang sesuai dan serasi. Berdasarkan pendapat tersebut, buku teks perlu
dirancang secara khusus oleh para ahli pada bidang tertentu dan dalam
pengajarannya harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Oleh karena
itu, pengajar harus dapat menyeleksi buku teks yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran di kelas. Pemilihan buku teks yang disusun dengan baik
menggunakan bahasa yang baik tentu akan lebih mudah dipahami oleh
pembelajar. Dengan demikian, permasalahan utama untuk memahami informasi
dalam buku teks ialah keterbacaan (readability).
Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa bagi
pembelajar ialah pemilihan kata (kosa kata), bentuk tulisan, lebar spasi, panjang
kalimat dan aspek grafik/tabel (gambar). Keterbacaan dapat diukur melalui
seberapa tingkat pemahaman pembelajar terhadap pengetahuan yang telah dibaca.
Hal tersebut dapat diperkuat dengan pendapat para ahli. Keterbacaan yang tinggi
artinya kalimat-kalimatnya mudah dipahami, paragrafnya memiliki kesatuan,
kelengkapan, kesetalian, dan isi yang memadai, bab-babnya tersusun runtut dan
daya bahasanya sederhana (Hardjasujana, dkk 1999:10).
Dalam menilai tingkat keterbacaan buku teks, perlu adanya alat uji
keterbacaan berupa formula (rumus) keterbacaan. Formula tersebut adalah grafik
Fry dan SMOG. Menurut Widharyanto, B., Rishe., dan Septina (2017: 3),
penentuan alat uji ini dengan alasan penyusunan alat uji keterbacaan relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mudah, pengadministrasian hasil tes lebih mudah, hasil alat uji tersebut mampu
memberikan gambaran yang lebih baik atau memiliki korelasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan alat uji keterbacaan lainnya, dan penafsiran hasil penelitian
lebih dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pendapat tersebut, alat uji
keterbacaan grafik Fry dan formula SMOG memiliki ciri khasnya tersendiri.
Selain itu, kedua alat uji keterbacaan tersebut merupakan alat uji yang mampu
memberikan gambaran yang baik dibandingkan dengan alat uji lainnya. Semua
formula tersebut dipergunakan sebagai alat untuk mengukur dan mengetahui
tingkat kesulitan dalam memahami suatu bahan bacaan. Dalam hal ini, peneliti
akan menguji tingkat keterbacaan wacana yang dapat diukur melalui jumlah
kalimat dan suku kata. Selain itu, keaslian dari hasil uji tingkat keterbacaan buku
teks Sahabatku Indonesia menggunakan formula grafik Fry dan SMOG dapat
dibuktikan dengan autentisitas.
Buku teks Sahabatku Indonesia dalam penelitian ini menjadi buku acuan
pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di lembaga-lembaga
penyelenggara BIPA. Buku Sahabatku Indonesia ini merupakan buku teks yang
dikeluarkan oleh Badan Bahasa untuk dipakai di lembaga-lembaga penyelenggara
BIPA (Muliastuti, 2017: 5). Penguasaan kebahasaan sangat dipengaruhi oleh
struktur kebahasaan yang terdapat dalam buku teks tersebut. Hal itu penting
karena pembaca buku teks Sahabatku Indonesia ini adalah penutur asing atau
orang yang bukan berkebangsaan Indonesia. Pemilihan buku Sahabatku Indonesia
level C1 ini untuk mengetahui tingkat keterbacaan pembelajar BIPA dalam
menangkap makna yang tersembunyi di balik teks dan mengetahui dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menerangkan pokok bahasan yang rumit dengan jelas. Tingkat keterbacaan buku
teks ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.
Buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa mempunyai peran yang
sangat penting bagi pembelajar BIPA dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang
digunakan dalam pengajaran BIPA khususnya untuk level C1. Pada level C1 ini,
pembelajar mampu memahami berbagai tulisan yang lebih panjang, menantang,
berjangkauan luas, dan mengenali makna implisit (Muliastuti, 2017: 38).
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada level C1
pembelajar BIPA dituntut dapat memahami tulisan-tulisan yang panjang dan
memiliki pengetahuan yang luas terhadap teks yang dibaca. Pemilihan buku
Sahabatku Indonesia untuk level C1 ini karena peneliti ingin mengetahui tingkat
keterbacaan buku teks yang sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran
untuk pembelajar level C1. Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah wacana-
wacana yang terdapat dalam buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa untuk level CI sudah sesuai dengan autentisitasnya.
Penelitian buku teks Sahabatku Indonesia level C1 penting dilakukan
untuk mengetahui teks yang sesuai bagi pembelajar BIPA level C1. Dengan
begitu, peneliti mencoba menguji tingkat keterbacaan buku teks tersebut
menggunakan grafik Fry dan SMOG seperti penelitian terdahulu oleh
Widharyanto, dkk (2016), Basundoro (2015), Merryta (2013), dan Asih (2015).
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pengajar dan Badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Bahasa (tim penyusun) dalam memilih serta menyusun buku teks yang sesuai
dengan tingkat kemampuan pembelajar dalam memperoleh informasi dengan
baik. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Tingkat Keterbacaan Buku Teks
Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa Level C1 Berdasarkan Grafik Fry,
SMOG dan autentisitasnya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1) Bagaimanakah tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia terbitan
Badan Bahasa untuk level C1 berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan
autentisitasnya?
2) Wacana apa sajakah dalam buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa yang sesuai untuk level C1 sebagai bahan pembelajaran
berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa untuk level C1 berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan
autentisitasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2) Mendeskripsikan wacana yang sesuai untuk level C1 dalam buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa sebagai bahan pembelajaran
berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terhadap tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1 sebagai berikut.
1) Manfaat Teoretis
Hasil penelitian mengenai tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku
Indonesia dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. Selain itu,
dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan masukan atau saran
untuk pengembangan keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia terutama di
bidang BIPA.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi
pengajar BIPA, pembelajar BIPA, dan peneliti. Adapun manfaatnya
sebagai berikut.
a) Bagi Pengajar BIPA
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi
pengajar BIPA dalam memilih buku teks Sahabatku Indonesia yang
sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b) Bagi Pembelajar BIPA
Penelitian ini dapat memberikan referensi bagi pembelajar BIPA.
Referensi yang dimaksud ialah pembelajar BIPA dapat memahami isi
buku teks dengan mudah sesuai dengan levelnya.
c) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam mengukur tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia. Selain itu, peneliti dapat
mengetahui tingkatan buku teks Sahabatku Indonesia yang sesuai
untuk BIPA level C1.
1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan
pemahaman dalam penafsiran. Adapun istilah-istilah yang perlu dibatasi sebagai
berikut.
1. Keterbacaan
Keterbacaan merupakan salah satu cara untuk mengukur pemahaman
materi yang akan memengaruhi keberhasilan pembelajar pada saat
membaca. Tingkat kesulitan atau kemudahan suatu wacana dapat
disesuaikan dengan kemampuan belajar pembelajar. Salah satu cara untuk
mendapatkan wacana yang sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan
studi keterbacaan menurut Suladi, dkk (2000: 4). Sesuai atau tidaknya
buku teks bagi pembelajar dapat diukur dengan keterbacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Tingkat Keterbacaan
Hardjasujana, dkk., (1999: 42) menyatakan bahwa tingkat keterbacaan
sebagai tingkat kesulitan atau kemudahan sebuah wacana atau buku.
Tingkat keterbacaan berarti bahwa kemampuan pembelajar setelah
membaca suatu wacana. Pembelajar dapat mengetahui kesulitan atau
kemudahan suatu wacana setelah memahami isi materi yang dibaca.
3. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Azizah, dkk., (2012: 1) BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing)
adalah istilah untuk program pembelajaran bahasa Indonesia yang
dikhususkan untuk warga negara asing. BIPA adalah bahasa Indonesia
yang diajarkan untuk penutur asing yang ingin mempelajarinya.
4. Level C1
Muliastuti, 2017: 38 menyatakan bahwa pembelajar level C1 mampu
memahami berbagai tulisan yang lebih panjang, menantang, berjangkauan
luas, dan mengenali makna implisit. Berdasarkan pendapat tersebut, level
C1 pada pembelajar BIPA dapat mempelajari beragam teks yang panjang
dan rumit, serta dapat menangkap makna yang tersembunyi di balik teks
tersebut. Pada level ini, pembelajar dapat dengan spontan dan lancar
mengemukakan pendapat, tanpa sering terlihat kesulitan dalam mencari
kata yang tepat.
5. Buku teks
Buku teks merupakan wacana-wacana dalam suatu buku yang dirancang
oleh para ahli di bidangnya untuk pembelajaran di kelas. Buku teks adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun
dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan
diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi
menurut Bacon (dalam Tarigan, 1986: 11).
6. Grafik Fry
Grafik Fry merupakan hasil upaya untuk menyederhanakan dan
pengifisienan teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana. Hardjasujana,
dkk, (1997: 113) menyatakan bahwa Formula keterbacaan grafik Fry
mendasarkan formula keterbacaannya pada dua faktor, yaitu panjang-
pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai dengan jumlah
(banyak sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana
tersebut.
7. SMOG (Simple Measure of Gobbledygook)
Formula SMOG dikembangkan oleh Melaughlin (1969) untuk mengukur
keterbacaan wacana di sekolah dasar dan menengah. Pengukuran
keterbacaan dengan menggunakan formula SMOG dimaksudkan untuk
mengukur kesesuaian antara bacaan dan usia pembaca (Abidin, 2012: 56).
Formula ini mendasarkan pada dua faktor utama, yaitu jumlah kalimat dan
jumlah kata yang bersuku banyak (tiga suku kata atau lebih).
8. Autentisitas
Autentisitas bukan merupakan pengkategorian autentik atau tidak autentik,
melainkan suatu rangkaian yang menunjuk pada tinggi dan rendah sifat
autentik. Terdapat tiga tipe bahan pembelajaran yaitu pertama, bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pembelajaran yang dibuat oleh pengajar BIPA; kedua, bahan pembelajaran
dari hasil modifikasi yang dilakukan oleh pengajar BIPA; dan ketiga,
bahan pembelajaran diambil dari bahan-bahan yang sudah ada dan
memiliki sumber yang terpercaya (Widharyanto, 2017: 3).
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari beberapa bab. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab
satu adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Bab dua adalah landasan teori yang berisi tiga subbab. Subbab pertama
berisi tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat
ini yang sedang dilakukan oleh peneliti. Pada subbab kedua berisi kajian pustaka
yaitu teori-teori yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Pada subbab
ketiga berisi kerangka berpikir yang memuat hasil pemikiran peneliti guna
memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dengan menuangkannya dalam
bentuk bagan. Bab tiga adalah metodologi penelitian. Pada bab ini, peneliti
membahas mengenai jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data
dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
analisis data, dan triangulasi. Bab empat adalah hasil penelitian dan pembahasan.
Pada bab ini, berisi deskripsi data penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian, cara menganalisis data,
dan pembahasan hasil penelitian. Bab lima adalah penutup yang berisi simpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan saran dari hasil penelitian. Selain itu, peneliti menyajikan daftar pustaka yang
digunakan untuk referensi dalam menunjang penelitian. Pada bagian akhir berisi
lampiran-lampiran dari hasil perhitungan SMOG, dan buku teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab landasan teori, terdapat tiga subbab yakni (1) penelitian yang
relevan, (2) kajian pustaka, dan (3) kerangka berpikir. Subbab pertama berisi
tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini
yang sedang dilakukan oleh peneliti. Pada subbab kedua berisi kajian pustaka
yaitu teori-teori yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Pada subbab
ketiga berisi kerangka berpikir yang memuat hasil pemikiran peneliti guna
memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dengan menuangkannya dalam
bentuk bagan. Ketiga hal tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.1 Penelitian yang Relevan
Berdasarkan studi kepustakaan peneliti menemukan empat penelitian yang
relevan tentang keterbacaan dalam buku teks. Pertama, penelitian yang dilakukan
oleh Widharyanto, dkk (2016) yang berjudul “Keterbacaan Wacana Buku Teks
Ekspresi Diri dan Akademik untuk SMK dengan Grafik Fry, Tes Klos, dan
SMOG: Studi Kasus di SMK N 1 Cilacap dan SMK N 4 Yogyakarata”. Penelitian
yang dilakukan oleh Widharyanto, dkk (2016) bertujuan untuk (1) memberikan
informasi tingkat keterbacaan buku teks kepada para guru dan (2) para guru dalam
pembelajaran dapat memilih metode pembelajaran teks yang sesuai untuk
siswanya. Persamaan dengan penelitian di atas yaitu sama-sama meneliti tingkat
keterbacaan buku teks. Hal yang membedakan penelitian ini ialah cara mengukur
tingkat keterbacaannya, peneliti hanya menggunakan grafik Fry dan SMOG.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Selain itu, penelitian Widharyanto, dkk telah melakukan penelitian tingkat
keterbacaan buku teks bagi pembelajar SMA/SMK sedangkan tingkat keterbacaan
yang akan peneliti lakukan yakni buku teks bagi pembelajar penutur asing.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Basundoro (2015) yang berjudul
“Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik Tahun 2013 untuk SMK Kelas X di SMK Negeri 4 Yogyakarta
berdasarkan grafik Fry, Cloze Test, dan SMOG”. Penelitian yang dilakukan oleh
Basundoro bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana
dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik terbitan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk siswa SMK kelas X di SMK
Negeri 4 Yogyakarta berdasarkan grafik Fry, Close Test, dan SMOG, (2) wacana
apa saja yang sesuai untuk siswa SMK kelas X di SMK Negeri 4 Yogyakarta
sebagai bahan pembelajaran dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan grafik
Fry, Cloze Test dan SMOG. Peneliti menemukan persamaan dengan penelitian di
atas yaitu sama-sama meneliti tingkat keterbacaan buku teks. Perbedaan penelitian
ini ialah cara mengukur tingkat keterbacaannya, peneliti hanya menggunakan
grafik Fry dan SMOG. Peneliti juga melakukan penelitian terhadap buku teks
terbitan Badan Bahasa bagi pembelajar penutur asing. Selain itu, jenis penelitian
yang dilakukan oleh peneliti ialah penelitian deskriptif kuantitatif.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Merryta (2013) dengan topik
“Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia
dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2007 untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry”. Penelitian yang dilakukan oleh Merryta
(2013) bertujuan (1) mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks
Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga untuk para siswa kelas XI
SMA, (2) mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks Panduan
Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis untuk para siswa kelas XI
SMA, (3) mendeskripsikan wacana yang sesuai untuk para siswa kelas XI SMA
dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks
Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai bahan
pembelajaran. Hal yang menjadi kesamaan dengan penelitian di atas yaitu sama-
sama meneliti tingkat keterbacaan buku teks. Hal yang membedakan penelitian ini
ialah cara mengukur tingkat keterbacaannya, peneliti hanya menggunakan grafik
Fry dan SMOG. Peneliti juga melakukan penelitian terhadap buku teks terbitan
Badan Bahasa bagi pembelajar penutur asing. Selain itu, jenis penelitian yang
dilakukan oleh peneliti ialah penelitian deskriptif kuantitatif.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Asih (2015) dengan topik
“Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik Tahun 2013 untuk SMK Negeri 1 Purworejo Kelas X Berdasarkan
Grafik Fry, Cloze Test, dan SMOG”. Penelitian yang dilakukan Asih (2015)
bertujuan untuk mendeskripsikan (1) wacana yang sesuai untuk siswa kelas X
SMK N 1 Purworejo pada buku teks bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik berdasarkan grafik Fry, (2) wacana yang sesuai pada buku teks bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk siswa kelas X SMK N 1 Purworejo
berdasarkan cloze test, (3) wacana yang sesuai pada buku teks bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Ekspresi Diri dan Akademik untuk siswa kelas X SMK N 1 Purworejo
berdasarkan SMOG, (4) wacana yang sesuai untuk siswa kelas X SMK N 1
Purworejo dalam buku teks bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
berdasarkan grafik Fry, cloze test, dan SMOG. Peneliti menemukan persamaan
dengan penelitian di atas yaitu sama-sama meneliti tingkat keterbacaan buku teks.
Perbedaan penelitian ini ialah cara mengukur tingkat keterbacaannya, peneliti
hanya menggunakan grafik Fry dan SMOG. Peneliti juga melakukan penelitian
terhadap buku teks terbitan Badan Bahasa bagi pembelajar penutur asing. Selain
itu, jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah penelitian deskriptif
kuantitatif.
Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian yang baru pertama
kali dilakukan untuk mengukur tingkat keterbacaan buku teks BIPA level C1.
Penelitian terhadap buku teks Sahabatku Indonesia ini dilakukan berdasarkan
perhitungan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya. Berdasarkan grafik Fry
perhitungannya dilihat dari jumlah rata-rata kalimat dan jumlah rata-rata suku kata
per seratus kata. Pada perhitungan SMOG, hasil penelitian yang diperoleh dapat
mengetahui tingkatan usia yang sesuai untuk BIPA level C1. Selain itu, penelitian
ini dilakukan untuk mengukur tinggi rendahnya sifat autentisitas buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian yang relevan namun
menggunakan bahan ajar buku teks Sahabatku Indonesia untuk BIPA level C1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2 Kajian Pustaka
Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) pengertian buku
teks, (2) fungsi buku teks, (3) kriteria telaah buku teks, (4) Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing (BIPA), (5) level BIPA (C1), (6) buku teks BIPA, (7) pengertian
keterbacaan, (8) grafik Fry, (9) formula SMOG, dan (10) autentisitasnya. Teori-
teori tersebut sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun
uraian teori di atas sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Buku Teks
Bahan ajar yang digunakan untuk proses pembelajaran salah satunya
berupa buku teks. Menurut Widharyanto, B., Rishe., dan Septina (2017: 3), buku
teks merupakan wacana utuh yang disampaikan secara tertulis atau menggunakan
lambang-lambang grafis. Buku teks adalah buku yang dirancang untuk
penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau
para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran
yang sesuai dan serasi menurut Bacon (dalam Tarigan, 1986: 11). Berdasarkan
kedua ahli tersebut, buku teks merupakan keutuhan kata atau kalimat dalam suatu
wacana yang disampaikan secara tertulis. Selain itu, buku teks merupakan
wacana-wacana dalam suatu buku yang dirancang oleh para ahli di bidangnya
untuk pembelajaran di kelas. Buku teks yang baik ialah buku yang disiapkan para
pakar yang telah disusun dengan memperhatikan penggunaan bahasa agar mudah
dipahami pembelajar. Sitepu (2012) mengungkapkan bahwa dalam penyusunan
buku teks perlu memperhatikan penggunaan bahasa. Berdasarkan pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tersebut, bahasa yang digunakan dalam penyusunan buku teks harus disesuaikan
dengan tingkat kemampuan kognitif pembelajar.
2.2.2 Fungsi Buku Teks
Buku teks dapat dijadikan sebagai acuan belajar bagi pengajar maupun
pembelajar dalam proses pembelajaran. Buku teks dapat membantu pembelajar
untuk memahami isi bacaan dari materi tertentu. Menurut Prastowo (2011: 170),
ada beberapa kegunaan buku teks antara lain (1) membantu pendidik
melaksanakan kurikulum yang berlaku, (2) menjadi dasar atau pegangan guru
dalam pembelajaran di kelas, (3) memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk dapat megulang materi yang telah dipelajarinya, (4) memberikan
pengetahuan baik bagi pendidik maupun peserta didik, dan (5) dapat menjadi
sumber penghasilan apabila buku yang disusun penulis dapat diterbitkan.
Berdasarkan pendapat tersebut, buku teks perlu dianalisis ulang dan disesuaikan
dengan kemampuan berpikir pembelajar agar mudah dipahami dengan baik.
2.2.3 Kriteria Telaah Buku Teks
Seorang guru yang profesional tentu tidak begitu saja menggunakan suatu
buku teks. Guru yang profesional perlu dan bahkan harus meneliti suatu buku teks
sebelum menggunakannya (Tarigan, 1986: 81). Dengan demikian, peneliti
menyimpulkan bahwa dalam menyeleksi buku teks diperlukan pedoman khusus
bagi pengajar untuk menilai sesuai atau tidaknya buku teks. Hal itu dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
guna pembelajar dapat dengan mudah memahami isi bacaan berdasarkan dengan
tingkatan atau jenjang sekolah.
Tarigan (1986: 81) mengemukakan beberapa sumber acuan yang dapat
kita pertimbangkan dan gunakan dalam penyusunan pedoman penelaahan buku
teks antara lain: (a) kurikulum (yang berlaku), (b) karakteristik mata pelajaran, (3)
hubungan antara kurikulum, mata pelajaran, dan buku teks, (4) dasar-dasar
penyusunan buku teks, (5) kualitas buku teks, (6) prinsip-prinsip penyusunan
buku kerja, dan (7) penyeleksian buku kerja. Berdasarkan pendapat tersebut,
peneliti menyimpulkan penyusunan buku teks tidak terlepas dari kurikulum yang
berlaku. Buku teks yang dibuat tentu memiliki tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Dengan adanya penyusunan buku teks ini tetap memerhatikan prinsip-
prinsip penyusunan buku teks seperti konsep yang jelas, ilustrasi, dan memiliki
bahasa yang komunikatif.
2.2.4 Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Azizah, dkk., (2012: 1) BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing)
adalah istilah untuk program pembelajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan
untuk warga negara asing. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, pembelajar BIPA
ialah pembelajar yang berkebangsaan asing yang ingin belajar bahasa Indonesia.
Pembelajaran BIPA lebih kompleks dan rumit, antara lain karena siswa asing
yang belajar BIPA dapat berasal dari berbagai negara (Muliastuti, 2017: 5).
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran BIPA lebih sulit
karena dipelajari oleh orang asing dari berbagai negara. BIPA banyak diminati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
oleh penutur asing untuk kebutuhan tertentu. Menurut Muliastuti (2017: 1)
menyatakan bahwa diperkirakan ada 45 negara mengajarkan bahasa Indonesia
kepada siswa atau mahasiswa antara lain, Australia, Amerika, Kanada, Vietnam,
Rusia, Korea, Jepang, dan Jerman. Oleh karena itu, pembelajaran BIPA perlu
dibuat semenarik mungkin dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga
dapat dipahami oleh pembelajar asing dengan mudah. Pembelajaran BIPA di
lembaga bahasa saat ini menggunakan buku terbitan Badan Bahasa yang
dikeluarkan tahun 2015 yakni buku Sahabatku Indonesia sebanyak enam jilid.
2.2.5 Level BIPA (C1)
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dalam pembelajarannya
membagi kemampuan pembelajar menjadi tiga tingkatan besar yakni tingkatan A,
B dan C. Ketiga tingkatan tersebut, memiliki istilah tingkatan pemula, madya, dan
lanjut. Tingkatan besar dibagi menjadi enam tingkatan diantaranya level A1, A2,
B1, B2, C1 dan C2. Setiap kemampuan pada satu tingkatan dijabarkan
menggunakan acuan deskripsi untuk empat keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis).
Menurut pedoman resmi CEFR, seseorang di level C1 memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1) dapat memahami beragam teks yang lebih sulit
dan lebih panjang, serta mengenali makna tersirat, 2) dapat mengekspresikan
gagasan dengan fasih dan spontan tanpa kesulitan menemukan ungkapan, 3) dapat
menggunakan bahasa dengan fleksibel dan efektif untuk tujuan sosial, akademik,
dan profesional, dan 4) dapat menghasilkan teks yang jelas, terstruktur, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
terperinci mengenai subjek yang kompleks, menunjukkan penggunaan pola
organisasi, konektor, dan perangkat kohesif dengan terkendali. Berbeda dengan
pembelajar level C2 menurut pedoman CEFR, seseorang yang berada pada level
ini memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) dapat memahami dengan mudah
hampir semua hal yang didengar atau dibaca, 2) dapat merangkum informasi dari
berbagai sumber lisan dan tertulis, menceritakan kembali argumen dan cerita
dalam presentasi yang berhubungan, dan 3) dapat mengekspresikan dirinya secara
spontan, sangat fasih, dan akurat, mengerti perbedaan makna yang halus bahkan
dalam situasi yang paling kompleks.
Berdasarkan pedoman tersebut, kedua level ini merupakan level
pembelajar BIPA tingkat lanjut. Peneliti menyimpulkan perbedaan kedua level ini,
pada level C1 pembelajar BIPA lebih mempelajari teks-teks yang panjang dan
sulit untuk menemukan makna tersirat. Pada level C2 pembelajar BIPA selain
mahir menemukan informasi pada teks panjang pembelajar mampu memberikan
argumen dan menceritakan kembali topik-topik diskusi saat presentasi.
Pembelajar pada level C1 memiliki standar kompetensi yang harus
dipenuhi. Menurut Muliastuti (2017: 38), ada beberapa deskripsi kompetensi
sebagai berikut: pertama, mampu menghasilkan teks tentang topik yang sulit
dengan bahasa yang jelas, terstruktur, terperinci, yang memperlihatkan pola
organisasi, penggunaan penghubung dan perangkat kohesif dengan baik. Kedua,
mampu memahami berbagai tulisan yang lebih panjang, menantang, berjangkauan
luas, dan mengenali makna implisit. Ketiga, mampu mengekspresikan dirinya
dengan lancar dan spontan tanpa terlihat dengan jelas mencari kata-kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Keempat, mampu menggunakan bahasa dengan fleksibel dan efektif untuk tujuan
sosial, akademik, dan profesional. Kelima, mampu menghasilkan tulisan yang
jelas, terstruktur dengan baik, dan detail dengan subjek yang kompleks,
menunjukkan penggunaan teratur terhadap pola-pola organisasional, penghubung
dan alat kohesi.
Berdasarkan pendapat Muliastuti, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajar level C1 termasuk pembelajar dengan level tinggi. Hal itu berarti
pembelajar pada level ini memiliki tingkat belajar yang lebih sulit. Pembelajar
dengan level C1 diharapkan mampu membuat tulisan mengenai suatu topik
tertentu dengan memperhatikan struktur kalimat dan kata penghubung yang jelas.
Selain menulis, pembelajar juga diharapkan mampu memahami isi buku teks yang
lebih panjang serta dapat mengemukakan pendapat dengan lancar. Dengan
demikian, pembelajar level C1 semestinya dapat berkomunikasi menggunakan
bahasa yang fleksibel dan efektif menyesuaikan situasi dan kondusi
lingkungannya.
2.2.6 Buku Teks BIPA
Buku teks BIPA merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan oleh
pembelajar asing dalam proses pembelajaran. Menurut Muliastuti (2017: 5), bahan
ajar yang tersedia untuk pengajaran BIPA di Indonesia dapat dikatakan belum
banyak. Buku-buku BIPA yang tersedia sementara ini dapat diklasifikasikan atas
dua kategori, yaitu (1) buku BIPA yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa
Indonesia dan (2) yang menggunakan bahasa pengantar B1 siswa. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
demikian, peneliti menyimpulkan kategori buku BIPA yang pertama akan sulit
bagi pembelajar pemula apabila mengikuti pembelajaran di kelas. Sebaliknya,
bagi tingkat madya dan lanjut akan menambah kosa kata bahasa Indonesia. Untuk
kategori buku BIPA kedua, akan sangat mudah bagi pemula untuk belajar Bahasa
Indonesia dengan metode terjemahan. Sebaliknya, kategori kedua ini kurang
cocok bagi pembelajar tingkat madya dan lanjut karena mereka menggunakan B1
pembelajar bukan belajar Bahasa Indonesia seperti yang diharapkan. Oleh karena
itu, pengajar BIPA perlu memilih buku teks yang sesuai dengan tingkatan
pembelajar BIPA.
Badan Bahasa telah menyebarluaskan buku-buku Lentera 1 untuk tingkat
dasar, Lentera 2 untuk tingkat madya, dan Lentera 3 untuk tingkat lanjut. Pada
tahun 2015, Badan Bahasa menerbitkan buku Sahabatku Indonesia sebanyak
enam jilid. Buku tersebut sudah memenuhi enam jenjang kompetensi siswa BIPA
antara lain: A1-A2 untuk siswa BIPA tingkat pemula, B1-B2 untuk siswa BIPA
tingkat madya, dan C1-C2 untuk siswa BIPA tingkat lanjut (Muliastuti, 2017: 6).
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar BIPA
sudah ada dan diterbitkan oleh Badan Bahasa khususnya buku teks Sahabatku
Indonesia pada tahun 2015. Buku-buku tersebut sudah lengkap mulai dari
tingkatan pemula, madya, dan lanjut.
2.2.7 Pengertian Keterbacaan
Tampubolon (dalam Suladi, dkk., 2000: 4), mengungkapkan bahwa
keterbacaan (readability) adalah sesuai tidaknya suatu wacana bagi pembaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tertentu dilihat dari aspek atau tingkat kesukarannya. Suladi, dkk (2000: 4)
menyatakan salah satu cara untuk mendapatkan wacana yang sesuai dengan yang
diharapkan adalah dengan studi keterbacaan. Kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa keterbacaan merupakan salah satu cara untuk mengukur
pemahaman materi yang akan memengaruhi keberhasilan pembelajar pada saat
membaca. Tingkat kesulitan atau kemudahan suatu wacana dapat disesuaikan
dengan kemampuan belajar pembelajar. Sesuai atau tidaknya buku teks bagi
pembelajar dapat diukur dengan keterbacaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 83), keterbacaan itu
merupakan perihal yang dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti,
dipahami, dan mudah pula diingat. Berpedoman dari KBBI pengertian
keterbacaan ialah isi suatu wacana yang dapat dimengerti pembelajar dengan
menggunakan bahasa yang baik dan sederhana. Suladi, dkk (2000: 13)
menyatakan tingkat keterbacaan sebuah buku dipengaruhi dua faktor yakni tingkat
kecerdasan siswa dan cara penyajian buku itu sendiri. Hubungan antara tingkat
keterbacaan dan pembaca itu terkait erat dengan keberhasilan membaca. Adanya
studi keterbacaan berguna dalam penentuan wacana yang sesuai dengan minat
baca siswa. Oleh karena itu, keterbacaan buku teks sangat penting dilakukan
untuk menguji tingkat kesesuaian suatu wacana bagi pembelajar BIPA level C1.
2.2.8 Grafik Fry
Grafik Fry dirumuskan oleh Edward Fry. Grafik ini mulai dipublikasikan
tahun 1977 dalam majalah Jaurnal of Reading. Grafik Fry merupakan hasil upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
untuk menyederhanakan dan mengefisienkan teknik penentuan tingkat
keterbacaan wacana. Formula ini mendasarkan pengukuran keterbacaan pada dua
faktor utama, yaitu panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kosakata
yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap
kosakata dalam wacana tersebut (Abidin, 2012: 54).
Langkah-langkah penggunaan Grafik Fry menurut Forgan dan Mangrum II
dalam Abidin (2012: 55) sebagai berikut.
a. Pilihlah seratus kata dari wacana yang akan diukur keterbacaannya.
Jika dalam wacana tersebut nama, deret angka, dan singkatan,
ketiganya dihitung satu kata. Kata ulang juga dianggap satu kata. Kata
dalam judul bab atau subbab tidak boleh dihitung. Nama misalnya,
Tono, singkatan misalnya SIM, dan tahun misalnya, 2012, masing-
masing dihitung satu kata.
b. Hitunglah jumlah kalimat yang terdapat dalam keseratuskata terpilih
tersebut. Jika kalimat akhir tidak tepat pada titik, perhitungannya
adalah jumlah kalimat lengkap ditambah jumlah kata pada kalimat
terakhir yang masuk pada kata keseratus dibagi jumlah keseluruhan
kata kalimat terakhir. Misalnya dari keseratus kata yang telah dipilih
ada 7 kalimat lengkap dan pada kalimat terakhir kata yang masuk
keseratus kata ada 8 kata sedangkan jumlah kata dalam kalimat itu
seluruhnya adalah 16 kata, jumlah kalimatnya adalah 7 + 8/16 = 7,5
kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c. Hitunglah jumlah suku kata dari keseratus kata yang telah dipilih.
Kata yang berupa deret angka dan singkatan dianggap masing-masing
huruf/angkanya satu suku kata. Karena jumlah suku kata bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris berbeda, jumlah suku kata yang telah
dihitung tersebut selanjutnya harus dikalikan 0,6 (Harjasujana dan
Mulyati, 1997). Misalnya jumlah suku kata keseratus kata terpilih
adalah 250 suku kata maka jumlah suku kata yang sebenarnya adalah
250 × 0,6 = 150 suku kata.
d. Plotkan hasil perhitungan di atas ke dalam Grafik Fry. Pembacaan
hasil akhir merupakan pertemuan antara garis diagonal dan vertikal
yang dihasilkan dari jumlah suku kata dan jumlah kalimat. Jika
hasilnya terletak pada satu kolom tertentu, itulah tingkat kesulitan
wacana tersebut.
e. Guna menghindari kesalahan, tentukanlah hasil akhir pengukuran
dengan menambahkan satu tingkat dan mengurangi satu tingkat.
Misalnya pertemuan garis terletak pada kelas 12, wacana tersebut
dianggap cocok dibaca siswa kelas 11, 12 dan 13. Jika pertemuan
garis tersebut jatuh pada daerah yang diarsir, wacana tersebut
dikategorikan wacana yang tidak valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Grafik Fry
Angka-angka yang berderet tegak lurus dalam grafik Fry merupakan
jumlah kalimat per seratus kata, sedangkan angka yang berderet pada garis
mendatar menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata. Angka-angka yang
berada di tengah grafik dan diantara garis-garis penyekat dari grafik tersebut
menunjukkan perkiraan tingkatan (grade) dari keterbacaan wacana yang diukur.
Tingkatan (grade) diuraikan sebagai berikut: (a) angka 1, 2, 3 menunjukkan
tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level A1, (b) angka 4, 5, 6 menunjukkan
tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level A2, (c) angka 7, 8 menunjukkan
tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level B1, (d) angka 9, 10 menunjukkan
tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level B2, (e) angka 11, 12 menunjukkan
tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level C1, dan (f) angka 13, 14, 15, dan
seterusnya menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level C2.
Kolom grafik Fry yang diarsir hitam/daerah hitam menunjukkan bahwa
wacana tersebut tidak bisa digunakan/tidak sah. Hal itu berarti jika hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pertemuan garis tegak lurus dan mendatar dari 12 wacana jatuh pada daerah
hitam, wacana tersebut tidak bisa digunakan. Oleh karena itu, wacana yang tidak
sah sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengan wacana lain yang sesuai.
2.2.9 Formula SMOG (Simple Measure of Gobbledygook)
Simple Measure of Gobbledygook (SMOG) dikembangkan oleh
McLaoughlin pada tahun 1969. McLaughlin menciptakan formula ini sebagai
perbaikan terhadap formula lain. Formula yang dikembangkan oleh McLaughlin
ini untuk mengukur keterbacaan wacana sekolah dasar dan menegah. Pengukuran
keterbacaan dengan menggunakan formula SMOG dimaksudkan untuk mengukur
kesesuaian antara bacaan dan usia pembaca. Biasanya seorang peneliti mengukur
tingkat keterbacaan itu dari kata-kata, jumlah kata dalam sebuah kalimat, dan rata-
rata suku kata dari setiap kata (Abidin, 2012:56).
Prosedur penggunaan formula SMOG dalam mengukur tingkat
keterbacaan sebuah wacana menurut Forgan dan Mangrum II dalam Abidin
(2012:56) dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pilihlah 30 kalimat dari wacana yang akan diukur. Ketiga puluh
kalimat tersebut diambil dari 10 kalimat di awal wacana, 10 kalimat di
tengah wacana, dan 10 kalimat dari akhir wacana.
b. Bacalah ketiga puluh kalimat tersebut kemudian hitunglah setiap kata
yang memiliki tiga atau lebih suku kata. Kata yang sama tetap
dihitung. Ingatlah bahwa kata-kata tersebut tidak perlu secara khusus
dipecah menjadi suku kata, tetapi cukup secara sederhana Anda beri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
ceklis di atas kata yang terdiri atas tiga atau lebih suku kata. Misalnya,
jumlah kata bersuku kata tiga atau lebih yang Anda temukan adalah
sebagai berikut.
1) Awal wacana = 21 kata
2) Tengah wacana = 22 kata
3) Akhir wacana = 8 kata
Jumlah kata yang bersuku kata 3 atau lebih adalah 51 kata.
c. Perkirakan akar kuadrat dari jumlah kata yang memiliki tiga suku kata
atau lebih. Jika jumlah tersebut tidak memiliki hasil akar kuadrat yang
tepat, ambillah akar kuadrat yang paling dekat. Misalnya jumlah kata
yang memiliki tiga atau lebih suku kata adalah 51, akar kuadarat utuh
yang terdekat adalah 49 (7×7). Jika jumlah kata yang mengandung 3
atau lebih suku kata terletak di tengah dua akar kuadrat utuh,
sebaiknya pilih akar kuadrat yang berada di bawahnya. Misalnya
jumlah katanya 72, pilihlah akar kuadrat 64 (8×8) bukan 81 (9×9).
d. Tambahkan 3 pada akar kuadarat dari jumlah kata yang bersuku kata 3
atau lebih. Misalnya, dalam wacana kita menemukan 51 kata yang
bersuku kata 3 atau lebih, akar kuadarat perkiraannya adalah 7,
sehingga pada perhitungan akhirnya adalah 7 + 3 = 10. Angka akhir
inilah yang menunjukkan tingkat kesulitan wacana, yakni wacana
tersebut tepat digunakan oleh siswa kelas 10. Jika jumlah katanya 72,
akar kuadrat yang dipilih adalah 8 sehingga tingkat kesulitan wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tersebut adalah 8+3=11. Dengan demikian wacana tersebut cocok
digunakan untuk siswa kelas 11.
Tabel 1
Tingkat Keterbacaan Buku Menurut G. Harry McLaughlin
Jumlah Kata yang ≥3
Suku Kata Usia
0-2 4
3-6 5
7-12 6
13-20 7
21-30 8
31-42 9
43-56 10
57-72 11
73-90 12
91-110 13
111-132 14
133-156 15
157-182 16
183-210 17
211-240 18
Tabel di atas menunjukkan jumlah kata yang ≥3 suku kata dan batas usia
yang sesuai berdasarkan formula SMOG. Batas usia pembelajar BIPA berdasarkan
SMOG diuraikan sebagai berikut: (a) usia 4 – 8 tahun sesuai untuk BIPA level A1,
(b) usia 9 – 10 tahun sesuai untuk BIPA level A2, (c) usia 11 – 12 tahun sesuai
untuk BIPA level B1, (d) usia 13 – 14 tahun sesuai untuk BIPA level B2, (e) usia
15 – 16 tahun sesuai untuk BIPA level C1, dan (f) usia 17 – 18 tahun ke atas
sesuai untuk BIPA level C2. Dengan demikian, batas usia dalam penelitian
terhadap buku teks Sahabatku Indonesia level C1 berdasarkan SMOG berada pada
usia 15 dan 16 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.2.10 Autentisitas
Widharyanto (2016) mengungkapkan autentisitas tidak dipandang sebagai
dikotomis yang mengacu pada pengkategorian autentik atau tidak autentik,
melainkan kontinum yang menunjuk pada tinggi dan rendah atau banyak dan
sedikit sifat autentik. Di dalam kelas bahasa Indonesia sangat mungkin guru
mengupayakan autentisitas yang maksimal dengan memanfaatkan sifat-sifat
autentik meskipun tetap tidak mungkin mencapai autentisitas absolute karena sifat
kelas bahasa adalah bentuk rekayasa pembelajaran (Widharyanto, 2016).
Berdasarkan pengertian di atas, autentisitas bukan merupakan pengkategorian
autentik atau tidak autentik melainkan suatu rangkaian yang menunjuk pada tinggi
dan rendah sifat autentik. Sifat-sifat autentik itu terkait antara lain dengan: (1)
bahasa yang dipelajari, (2) sumber bahan ajar pembelajaran, (3) tugas-tugas
pembelajaran, dan (4) bentuk tes dalam pembelajaran BIPA (Widharyanto,
2001:16). Menurut Nurgiyantoro (2011:23) penilaian autentik merupakan suatu
bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia
nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan
keterampilan. Penilaian autentik yang diharapkan dapat menunjukkan dunia nyata,
sehingga pembelajar tidak merasa asing saat mengalaminya di kehidupan sehari-
hari.
Seleksi bahan pembelajaran BIPA merupakan suatu hal penting yang harus
dihadapi oleh seorang pengajar BIPA. Berdasarkan isu-isu yang muncul berkaitan
dengan sumber bahan-bahan pembelajaran BIPA, terdapat tiga isu yang menjadi
polemik perdebatan. Ketiga polemik perdebatan menurut Widharyanto (2017: 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yaitu (1) bahan itu murni dibuat dan dihasilkan oleh pengajar BIPA sendiri, (2)
bahan itu diambil oleh pengajar BIPA dari bahan-bahan yang ada dalam
komunikasi sehari-hari dan mengalami modifikasi seperlunya oleh pengajar, dan
(3) bahan diambil oleh pengajar BIPA dari bahan-bahan yang ada dalam
komunikasi sehari-hari tanpa mengalami modifikasi sama sekali dari pengajar
BIPA. Berdasarkan pendapat tersebut, ketiga polemik yang diuraikan memiliki
tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Tipe bahan pembelajaran yang pertama
memiliki tingkat kesulitan yang lebih rendah dari kedua tipe bahan pembelajaran
yang lainnya. Hal itu karena pengajar dapat menyesuaikan bahan pembelajaran
dengan materi yang akan diajarkan menggunakan imajinasi seperti percakapan,
pengumuman, surat dan sebagainya. Tipe bahan kedua biasanya menggunakan
bahasa sehari-hari yang telah dimodifikasi. Tipe ini juga disebut sebagai moderat
atau simplifikasi. Tipe bahan pembelajaran ketiga ini merupakan bahan yang asli
tanpa adanya campur tangan dari pengajar BIPA. Tipe bahan ketiga ini memiliki
tingkat kesulitan yang paling tinggi dari kedua tipe yang ada.
Tabel 2
Tingkat Autentisitas Materi Ajar Bahasa Indonesia
Campur Tangan Keaslian dan Kealamiahan
Guru Materi
Tinggi Rendah
Rendah Tinggi
Materi Tipe 1
Materi Tipe 2
Materi Tipe 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tingkat autentisitas buku teks Sahabatku Indonesia diuraikan sebagai
berikut: (1) Tingkat autentik rendah untuk BIPA level A1 dan A2, hal itu
disebabkan oleh level A1 dan A2 masih tergolong tingkat pemula sehingga
mempelajari teks-teks yang dibuat oleh guru secara alami. (2) Tingkat autentik
simplifikasi atau modifikasi untuk BIPA level B1 dan B2, hal itu disebabkan oleh
level B1 dan B2 merupakan tingkat madya yang mempelajari teks asli dengan
hasil modifikasi guru. (3) Tingkat autentik tinggi untuk BIPA level C1 dan C2,
hal itu disebabkan oleh level C1 dan C2 merupakan tingkat lanjut yang
mempelajari teks-teks panjang dan rumit.
2.3 Kerangka Berpikir
Peneliti akan memaparkan kerangka berpikir dengan judul penelitian
“Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa
untuk Level C1 Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya”. Buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa inilah yang menjadi objek penelitian
untuk mengetahui tingkat keterbacaannya. Keterbacaan merupakan ukuran sesuai
tidaknya wacana yang cocok untuk digunakan oleh pembelajar. Terdapat tiga cara
yang dipilih peneliti untuk mengukur tingkat keterbacaan buku teks tersebut.
Ketiga cara itu diantaranya menggunakan formula grafik Fry, formula SMOG, dan
autentisitas buku teks Sahabatku Indonesia. Grafik Fry untuk menyederhanakan
dan mengefisienkan teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana. Formula
SMOG untuk mengukur kesesuaian antara bacaan dan usia pembaca berdasarkan
ketentuan yang ada. Selanjutnya, keautentikan buku teks merupakan rangkaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang menunjuk pada tinggi dan rendah sifat autentik. Setelah peneliti melakukan
ketiga cara tersebut, harapannya peneliti dapat menemukan hasil kesesuaian buku
teks Sahabatku Indonesia untuk pembelajar BIPA Level C1.
Bagan 1
Alur Kerangka Berpikir
Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan
Bahasa Untuk Level C1 Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan
Autentisitasnya
Tingkat keterbacaan sebagai ukuran sesuai tidaknya wacana yang cocok
untuk digunakan oleh pembelajar.
Formula grafik Fry
oleh Edward Fry
untuk
menyederhanakan
dan
mengefisienkan
teknik penentuan
tingkat keterbacaan
wacana.
Formula SMOG
oleh
G. Harry
Melaughlin untuk
mengukur
kesesuaian antara
bacaan dan usia
pembaca.
Wacana buku teks Sahabatku Indonesia yang sesuai untuk pembelajar
BIPA level C1
Autentisitas
merupakan
rangkaian yang
menunjuk pada
tinggi dan rendah
sifat autentik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab metodologi penelitian, terdapat tujuh uraian antara lain (1) jenis
penelitian, (2) populasi dan sampel penelitian, (3) sumber data dan data penelitian,
(4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) teknik analisis data,
dan (7) triangulasi. Ketujuh uraian tersebut membahas terkait metode yang
dilakukan dalam penelitian. Adapun penjabaran masing-masing ketujuh hal di atas
sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui “Tingkat Keterbacaan
Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa Level C1 Berdasarkan
Grafik Fry, SMOG dan Autentisitasnya” menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Menurut Ali dan Kadir (2014: 63), deskriptif adalah penelitian yang
melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, dan sebagainya
yang merupakan objek penelitian. Ali dan Kadir, (2014: 68) menyatakan
penelitian kuantitatif yang juga disebut metode kuantitatif adalah metode yang
berpangkal pada peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau yang dapat
dinyatakan dengan angka (skala, indeks, rumus, dan sebagainya). Dengan demikian,
penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kuantitatif karena
penelitian kuantitatif menjabarkan data-data numerik yang dilakukan pada
perhitungan grafik Fry dan formula SMOG. Setelah itu, peneliti mendeskripsikan
data-data analisis dari grafik Fry, SMOG, dan tingkat autentisitasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.2 Populasi dan Sampel penelitian
Arikunto (2013: 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sudjana (1990: 4),
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau
mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, yang dimaksud populasi dalam
penelitian ini ialah seluruh wacana yang ada dalam teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti menurut
Arikunto (2013: 174). Peneliti menemukan dua belas wacana yang berhubungan
dengan keterampilan membaca ditinjau dari aspek kebahasaan. Peneliti
melakukan analisis terhadap seluruh wacana yang ditemukan yakni dua belas
wacana. Hal itu karena dalam menentukan wacana-wacana tersebut peneliti
menggunakan teknik sampling bertujuan. Teknik sampling bertujuan tersebut
ialah memilih dan menentukan sampel yang memenuhi syarat-syarat berdasarkan
tujuannya (Soewandi, 1991: 4). Terdapat dua belas wacana yang memenuhi syarat
grafik Fry, lima wacana yang memenuhi SMOG, dan dua belas wacana yang dapat
diukur autentisitasnya. Wacana-wacana yang ditemukan tidak dapat diujikan
seluruhnya pada level C1. Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel dari buku
teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang memenuhi syarat grafik
Fry, SMOG, dan autentisitasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.3 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data dalam penilitian ini adalah buku teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa untuk Level C1. Data penelitian diperoleh dari teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk Level C1. Data yang
bersumber dari teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa berjumlah 12
teks antara lain: 1) Danau Toba; 2) Pengalaman Berkesan Kali Pertama ke Pulau
Dewata; 3) Prosedur Pemasangan Listrik secara Daring (Online); 4) Ki Hajar
Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia; 5) Hubungan Lingkungan Hidup dengan
Pembangunan; 6) Jejaring Sosial bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja di
Indonesia; 7) Seragam Sekolah, Perlukah?; 8) Ulasan Film: The Little Prince
(2015); 9) Kisah Malin Kundang; 10) Mitos Seputar Gerhana Matahari di
Indonesia; 11) Alzheimer; 12) Pemilu Minus Kesukarelaan. Data tersebut akan
dianalisis menggunakan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah teknik baca
dan catat. Teknik adalah cara, metode, atau sistem mengerjakan sesuatu (KBBI,
2008: 1442). Peneliti terlebih dahulu akan melakukan teknik baca yakni
menggunakan cara dengan melihat buku atau bacaan kemudian memahami isi
bacaan tersebut. Setelah itu, peneliti mengukur tingkat keterbacaan menggunakan
formula grafik Fry dan SMOG dengan menghitung jumlah kata sesuai dengan
langkah-langkah penggunaannya. Selain itu, peneliti juga mengukur tingkat
autentisitas buku teks Sahabatku Indonesia dengan cara melihat terdapat sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
teks yang akurat sesuai dengan fakta dan tidak direkayasa. Selanjutnya, peneliti
melakukan teknik catat dari hasil penjumlahan data-data numerik yang telah
didapatkan dengan membuat tabel tabulasi berdasarkan hasil dari grafik Fry,
SMOG dan autentisitasnya. Peneliti menggunakan sumber data yaitu buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk Level C1. Proses pengumpulan
data dilakukan dengan menandai setiap wacana yang terdapat dalam buku teks
tersebut. Kemudian tingkat keterbacaan wacana dihitung jumlah kata, kalimat,
dan suku katanya masing-masing berdasarkan langkah-langkah penggunaan
formula grafik Fry dan SMOG. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan.
Peneliti tidak membuat instrumen sendiri karena data-data yang dibutuhkan sudah
tersedia dalam bentuk wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Sahabatku
Indonesia untuk Level C1 terbitan Badan Bahasa.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti
sendiri. Menurut Moleong (2007:168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri
adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian yang diteliti.
Dengan demikian, instrumen penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri karena
peneliti mempersiapkan dan merencanakan sendiri dalam mengukur tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang telah
disusun dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
data kuantitatif karena analisisnya menggunakan data angka yang dijumlahkan
sebagai data yang kemudian dianalisis. Setelah memperoleh data, peneliti akan
menganalisis secara kuantitatif. Adapun cara menganalisisnya akan dilakukan
menjadi beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut ini:
(1) menentukan buku teks yang dijadikan objek penelitian yaitu buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk Level C1, (2) mendeskripsikan
hasil temuan berupa tingkat keterbacaan dalam buku teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa untuk Level C1 menggunakan langkah-langkah grafik Fry
dan SMOG, (3) menentukan hasil penjumlahan data-data numerik berdasarkan
formula grafik Fry dan SMOG, (4) menentukan tingkat autentisitas buku teks
Sahabatku Indonesia berdasarkan syarat-syarat autentik, (4) menarik simpulan
dari hasil penjumlahan, dan (5) menyajikan dalam bentuk laporan.
3.7 Triangulasi
Peneliti menggunakan triangulasi pengamat lain yang ahli di bidang
penelitian ini. Triangulasi pengamat lain untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
kemelencengan dalam pengumpulan data. Cara yang dilakukan peneliti adalah
dengan mencari ahli yang kompeten di bidang keterbacaan dan buku teks. Oleh
karena itu, triangulator penelitian ini ialah Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pengecekkan dilakukan satu kali dalam kurun waktu satu minggu pada
tanggal 20-29 Juli 2019. Triangulator tidak menemukan kesalahan dari
perhitungan grafik Fry maupun hasil tabel analisis data formula SMOG, dan
autentisitas pada saat pengecekkan data. Oleh karena itu, semua data yang
diberikan peneliti sudah benar dan sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdapat tiga bagian, yaitu deskripsi data, hasil penelitian, dan
pembahasan. Pada bagian pertama, diuraikan deskripsi data penelitian. Pada
bagaian kedua, diuraikan hasil penelitian dari dua rumusan masalah, yaitu (1)
tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk
level C1 berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya, (2) Wacana dari
buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang sesuai untuk level C1
sebagai bahan pembelajaran berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya.
Bagian ketiga, diuraikan pembahasan dari hasil penelitian berdasarkan rumusan
masalah yang ditemukan dari buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa.
4.1 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian ini merupakan hasil pemaparan peneliti terhadap
dua belas wacana dalam buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa.
Deskripsi data ini berisi uraian deskripsi data berdasarkan grafik Fry, deskripsi
data berdasarkan formula SMOG, dan deskripsi data berdasarkan autentisitasnya.
Adapun uraian deskripsi data tersebut sebagai berikut.
4.1.1 Deskripsi Data Berdasarkan Grafik Fry
Data grafik Fry diambil dari wacana-wacana yang terdapat dalam buku
teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1. Keseluruhan
wacana yang diambil berjumlah 12 wacana. Wacana tersebut dianalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
berdasarkan jumlah rata-rata kalimat dan jumlah rata-rata suku kata per seratus
kata. Berikut adalah wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1.
Tabel 3
Wacana dalam Buku Teks Sahabatku Indonesia untuk Level C1
terbitan Badan Bahasa
No. Unit Judul Teks Halaman
1. Unit 1 Keindahan Alam Danau Toba 11-13
2. Unit 2 Wisata Pengalaman Berkesan Kali
Pertama ke Pulau Dewata
28-30
3. Unit 3 Daur Ulang Prosedur Pemasangan Listrik
secara Daring (Online)
46-47
4. Unit 4 Biografi Tokoh Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia
65-68
5. Unit 5 Lingkungan Hidup Hubungan Lingkungan Hidup
dengan Pembangunan
88-89
6. Unit 6 Jejaring Sosial Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja di
Indonesia
109-110
7. Unit 6 Jejaring Sosial Seragam Sekolah, Perlukah? 117-120
8. Unit 7 Kebudayaan dan Adat
Istiadat
Ulasan Film: The Little Prince
(2015)
129-131
9. Unit 8 Mitos Kisah Malin Kundang 147-150
10. Unit 8 Mitos Mitos Seputar Gerhana Matahari
di Indonesia
155-157
11. Unit 9 Kesehatan Alzheimer 166-167
12. Unit 10 Politik Pemilu Minus Kesukarelaan 182-185
4.1.2 Deskripsi Data Berdasarkan Formula SMOG
Data yang diperoleh peneliti berdasarkan formula SMOG dalam buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1 berjumlah lima
wacana. Kelima wacana tersebut ialah teks 2 yang berjudul “Pengalaman
Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata”, teks 4 yang berjudul “Ki Hajar
Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia”, teks 7 yang berjudul “Seragam Sekolah,
Perlukah?”, teks 9 yang berjudul “Kisah Malin Kundang”, dan teks 12 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
berjudul “Pemilu Minus Kesukarelaan”. Wacana-wacana tersebut dipilih dan
dianalisis berdasarkan formula SMOG yang terdiri dari 300 kata atau lebih.
Kemudian, dari lima wacana tersebut peneliti menghitung sepuluh kalimat di
awal, tengah, dan diakhir dengan jumlah keseluruhan tiga puluh kalimat dalam
sebuah wacana. Dengan demikian, dari dua belas wacana dalam buku teks
Sahabatku Indonesia hanya terdapat lima wacana yang dapat dilakukan
perhitungan berdasarkan teori SMOG.
4.1.3 Deskripsi Data Berdasarkan Autentisitasnya
Data yang diperoleh peneliti dua belas wacana dalam buku teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1. Wacana-wacana tersebut
diambil berdasarkan sumber yang tertera dalam buku teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa. Selain itu, wacana tersebut dapat dianalisis berdasarkan
tingkat autentisitasnya. Berikut ini peneliti memaparkan deskripsi data
berdasarkan autentisitasnya.
Tabel 4
Analisis Tingkat Autentisitas Buku Teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa untuk BIPA Level C1
No. Judul Wacana Sumber
1. Danau Toba http://indonesia.travel/id/destination/48/the-
incredible-lake-toba (dengan pengubahan)
2. Pengalaman Berkesan Kali
Pertama ke Pulau Dewata
http://travel.detik.com/read/2015/03/15/1410
00/2830921/1025/1/pengalaman-berkesan-
kali-pertama-ke-pulau-dewata#menu_stop
(dengan pengubahan)
3. Prosedur Pemasangan Listrik
secara Daring (Online)
www.rumah.com (dengan pengubahan)
4. Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia
http://profil.merdeka.com/indonesia/k/ki-
hadjar-dewantoro/
5. Hubungan Lingkungan Hidup
dengan Pembangunan
http://ppid.blh.jatimprov.go.id/index.php/9-
berita-terkini/41-hubungan-lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
No. Judul Wacana Sumber
(dengan pengubahan)
6. Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja di
Indonesia
http://www.kompasiana.com/emaminullah/jej
aring-sosial-bagipertumbuhan-dan-
perkembangan-remaja-
diindonesia_55e6bf0dc323bdf00d9f7550
(dengan pengubahan)
7. Seragam Sekolah, Perlukah? http://www.kompasiana.com/alexanderarda/s
eragam-
sekolahperlukah_550ecaac813311b82dbc632
e (dengan pengubahan)
8. Ulasan Film: The Little Prince
(2015)
http://movienthusiast.com/ (dengan
pengubahan)
9. Kisah Malin Kundang http://dongengceritarakyat.com/
10. Mitos Seputar Gerhana
Matahari di Indonesia
http://www.inddit.com/f-6ppj76/mitos-
seputar-gerhana-matahari-diindonesia
(dengan pengubahan)
11. Alzheimer aladokter.com
12. Pemilu Minus Kesukarelaan pelita.or.id (dengan pengubahan)
4.2 Hasil Penelitian
Peneliti memaparkan dua hasil penelitian dari rumusan masalah yang
ditemukan. Kedua hasil penelitian ini adalah (1) tingkat keterbacaan buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1 berdasarkan grafik
Fry, SMOG, dan autentisitasnya; dan (2) wacana buku teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa yang sesuai untuk level C1 sebagai bahan pembelajaran
berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya. Pemaparan hasil penelitian
dilakukan berdasarkan teknik analisis data pada Bab III mengenai metodologi
penelitian. Peneliti memaparkan hasil penelitian sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4.2.1 Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa untuk level C1 Berdasarkan Grafik Fry
Tabel 5
Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia
untuk Level C1 terbitan Badan Bahasa Berdasarkan Grafik Fry
Kode
Teks
Judul Wacana Jumlah
Kalimat
Jumlah
Suku Kata
Penafsiran
Teks 1 Danau Toba 6,6 156 9, 10, 11
Teks 2 Pengalaman Berkesan Kali
Pertama ke Pulau Dewata
6,9 152 8, 9, 10
Teks 3 Prosedur Pemasangan
Listrik secara Daring
(Online)
8,3 149 6, 7, 8
Teks 4 Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia
5,1 150 8, 9, 10
Teks 5 Hubungan Lingkungan
Hidup dengan
Pembangunan
5,3 164 11, 12, 13
Teks 6 Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja di
Indonesia
6,7 148 7, 8, 9
Teks 7 Seragam Sekolah,
Perlukah?
8,3 178 13, 14, 15
Teks 8 Ulasan Film: The Little
Prince (2015)
2,9 139 9, 10, 11
Teks 9 Kisah Malin Kundang 9 146 6, 7, 8
Teks 10 Mitos Seputar Gerhana
Matahari di Indonesia
6,9 157 9, 10, 11
Teks 11 Alzheimer 4,9 164 11, 12, 13
Teks 12 Pemilu Minus
Kesukarelaan
4,3 185 14, 15, 16
Berdasarkan tabel analisis tingkat keterbacaan di atas menunjukkan hasil
perhitungan dua belas wacana dalam buku teks Sahabat Indonesia terbitan Badan
Bahasa. Wacana-wacana tersebut merupakan hasil perhitungan jumlah rata-rata
kalimat dan jumlah rata-rata suku kata per seratus kata. Adapun hasil perhitungan
dua belas wacana tersebut sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Wacana berkode teks 1 dengan judul “Danau Toba” memiliki hasil analisis
data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-13 dari 22 kata.
Dengan demikian, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 13 : 22 = 0,59 dibulatkan
menjadi 0,6. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 6 + 0,6 = 6,6.
Dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 6,6. Untuk perhitungan suku
kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6.
Perhitungan suku kata yakni 260 × 0,6 = 156. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh
informasi jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 6,6 dan 156. Grafik Fry
berikut ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut
jatuh pada tingkat pembaca 10. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas
pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Hasil yang
diperoleh adalah 10 – 1 = 9 dan 10 + 1 = 11. Untuk itu, wacana kode teks 1 berada
pada tingkat pembaca 9, 10, dan 11.
Grafik 1 Fry Kode Teks 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Wacana berkode teks 2 dengan judul “Pengalaman Berkesan Kali Pertama
ke Pulau Dewata” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada
wacana jatuh pada kata ke-21 dari 23 kata. Dengan demikian, perhitungan kalimat
tidak utuh adalah 21 : 23 = 0,91 dibulatkan menjadi 0,9. Kemudian, jumlah
perhitungan keseluruhan adalah 6 + 0,9 = 6,9. Dapat disimpulkan bahwa hasil
kalimat utuh menjadi 6,9. Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku
kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 253 ×
0,6 = 151,8 dibulatkan menjadi 152. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh
informasi jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 6,9 dan 152. Grafik Fry
berikut ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut
jatuh pada tingkat pembaca 9. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas
pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Hasil yang
diperoleh adalah 9 – 1 = 8 dan 9 + 1 = 10. Untuk itu, wacana kode teks 2 berada
pada tingkat pembaca 8, 9, dan 10.
Grafik 2 Fry Kode Teks 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Wacana kode teks 3 yang berjudul “Prosedur Pemasangan Listrik Secara
Daring (Online)” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada
wacana jatuh pada kata ke-7 dari 24 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak
utuh adalah 7 : 24 = 0,29 dibulatkan menjadi 0,3. Kemudian, jumlah perhitungan
keseluruhan adalah 8 + 0,3 = 8,3. Dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh
menjadi 8,3. Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 248 × 0,6 = 148,8
dibulatkan menjadi 149. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah
kalimat dan jumlah suku kata sebesar 8,3 dan 149. Grafik Fry kode teks 3 di
bawah ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut
jatuh pada tingkat pembaca 7. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas
pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Hasil yang
diperoleh adalah 7 – 1 = 6 dan 7 + 1 = 8. Untuk itu, wacana kode teks 3 berada
pada tingkat pembaca 6, 7, dan 8.
Grafik 3 Fry Kode Teks 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Wacana kode teks 4 yang berjudul “Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100
pada wacana jatuh pada kata ke-2 dari 17 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat
tidak utuh adalah 2 : 17 = 0,1. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah
5 + 0,1 = 5,1. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 5,1.
Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik
Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 250 × 0,6 = 150. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 5,1 dan
150. Grafik Fry kode teks 4 berikut ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang
diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat pembaca 9. Mengacu pada teori
grafik Fry, peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu
tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 9 – 1 = 8 dan 9 + 1 = 10. Untuk itu, wacana
kode teks 4 berada pada tingkat pembaca 8, 9, dan 10.
Grafik 4 Fry Kode Teks 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Wacana kode teks 5 yang berjudul “Hubungan Lingkungan Hidup dengan
Pembangunan” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada
wacana jatuh pada kata ke-13 dari 39 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak
utuh adalah 13 : 39 = 0,3. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 5 +
0,3 = 5,3. Dengan demikian, dapat disimpulkan hasil kalimat utuh menjadi 5,3.
Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik
Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 274 × 0,6 = 164,4 dibulatkan
menjadi 164. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan
jumlah suku kata sebesar 5,3 dan 164. Grafik Fry kode teks 5 di bawah ini
menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada
tingkat pembaca 12. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas pembaca ini
dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Dengan demikian, wacana kode
teks 5 berada pada tingkat pembaca 11, 12, dan 13.
Grafik 5 Fry Kode Teks 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Wacana kode teks 6 yang berjudul “Jejaring Sosial bagi Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja di Indonesia” memiliki hasil analisis data sebagai berikut.
Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-13 dari 39 kata. Untuk itu,
perhitungan kalimat tidak utuh adalah 16 : 24 = 0,67 dibulatkan menjadi 0,7.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 6 + 0,7 = 6,7. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 6,7. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry
sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 247 × 0,6 = 148,2 dibulatkan menjadi
148. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah
suku kata sebesar 6,7 dan 148. Grafik Fry kode teks 6 berikut ini menunjukkan
titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat
pembaca 8. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas pembaca ini dikurangi
satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Dengan demikian, wacana kode teks 6
berada pada tingkat pembaca 7, 8, dan 9.
Grafik 6 Fry Kode Teks 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Wacana kode teks 7 yang berjudul “Seragam Sekolah, Perlukah?”
memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada
kata ke-2 dari 7 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 2 : 7 = 0,3.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 8 + 0,3 = 8,3. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 8,3. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry
sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 279 × 0,6 = 178. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 8,3 dan
178. Grafik Fry kode teks 7 berikut ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang
diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat pembaca 14 dan berada pada
daerah arsir. Dengan demikian, teks 7 berada pada tingkat 13, 14, dan 15. Grafik
Fry ditampilkan sebagai berikut.
Grafik 7 Fry Kode Teks 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Wacana kode teks 8 yang berjudul “Ulasan Film: The Little Prince (2015)”
memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada
kata ke-27 dari 30 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 27 : 30 =
0,9. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 2 + 0,9 = 2,9. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 2,9. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry
sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 231 × 0,6 = 138,6 dibulatkan menjadi
139. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah
suku kata sebesar 2,9 dan 139. Grafik Fry kode teks 8 berikut ini menunjukkan
titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat
pembaca 10. Dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh kode teks 8 ialah
tingkat 9, 10, dan 11. Grafik Fry ditampilkan sebagai berikut.
Grafik 8 Fry Kode Teks 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Wacana kode teks 9 yang berjudul “Kisah Malin Kundang” memiliki hasil
analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-1 dari
26 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 1 : 26 = 0,04.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 9 + 0,04 = 9,04 dibulatkan
menjadi 9. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh
menjadi 9. Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 243 × 0,6 = 145,8
dibulatkan menjadi 146. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah
kalimat dan jumlah suku kata sebesar 9 dan 146. Grafik Fry kode teks 9 di bawah
ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 7. Dengan demikian, hasil yang diperoleh kode teks 9 ialah
tingkat 6, 7, dan 8.
Grafik 9 Fry Kode Teks 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Wacana kode teks 10 yang berjudul “Mitos Seputar Gerhana Matahari di
Indonesia” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana
jatuh pada kata ke-8 dari 9 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah
8 : 9 = 0,89 dibulatkan menjadi 0,9. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan
adalah 6 + 0,9 = 6,9. Untuk itu, dapat disimpulkan hasil kalimat utuh menjadi 6,9.
Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik
Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 261 × 0,6 = 156,6 dibulatkan
menjadi 157. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan
jumlah suku kata sebesar 6,9 dan 157. Grafik Fry kode teks 10 berikut ini
menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada
tingkat pembaca 10. Dengan demikian, hasil yang diperoleh kode teks 10 ialah 9,
10, dan 11.
Grafik 10 Fry Kode Teks 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Wacana kode teks 11 yang berjudul “Alzheimer” memiliki hasil analisis
data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-25 dari 26 kata.
Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 25 : 26 = 0,9. Kemudian, jumlah
perhitungan keseluruhan adalah 4 + 0,9 = 4,9. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 4,9. Untuk perhitungan suku kata,
hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan
suku kata yakni 273 × 0,6 = 163,8 dibulatkan menjadi 164. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 4,9 dan
164. Grafik Fry kode teks 11 berikut ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang
diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat pembaca 12. Mengacu pada teori
grafik Fry, peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu
tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 12 – 1 = 11 dan 12 + 1 = 13. Untuk itu,
wacana kode teks 11 berada pada tingkat pembaca 11, 12, dan 13.
Grafik Fry 11 Kode Teks 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Wacana kode teks 12 yang berjudul “Pemilu Minus Kesukarelaan”
memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada
kata ke-9 dari 32 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 9 : 32 =
0,28 dibulatkan menjadi 0,3. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 4
+ 0,3 = 4,3. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh
menjadi 4,3. Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 308 × 0,6 = 184,8
dibulatkan menjadi 185. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah
kalimat dan jumlah suku kata sebesar 4,3 dan 185. Grafik Fry kode teks 12 berikut
ini menunjukkan titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 15 atau bahkan lebih. Hasil yang diperoleh wacana kode
teks 12 ialah tingkat pembaca 14, 15 dan 16.
Grafik 12 Fry Kode Teks 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4.2.2 Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa untuk Level C1 Berdasarkan SMOG
Hasil penelitian tingkat keterbacaan berdasarkan SMOG diperoleh dari
dua belas wacana dalam buku teks Sahabatku Indonesia untuk level C1. Data
yang dapat digunakan untuk pembelajaran level C1 berdasarkan teori SMOG
berjumlah lima wacana. Hasil analisis dua belas wacana sebagai berikut.
Tabel 6
Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia
terbitan Badan Bahasa untuk BIPA Level C1 Berdasarkan SMOG
Kode
Teks
Judul Wacana Jumlah Kata yang ≥3
Suku Kata
Usia
Teks 1 Danau Toba - -
Teks 2 Pengalaman Berkesan Kali Pertama
ke Pulau Dewata
150 15
Teks 3 Prosedur Pemasangan Listrik secara
Daring (Online)
- -
Teks 4 Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia
309 20
Teks 5 Hubungan Lingkungan Hidup
dengan Pembangunan
- -
Teks 6 Jejaring Sosial bagi Pertumbuhan
dan Perkembangan Remaja di
Indonesia
- -
Teks 7 Seragam Sekolah, Perlukah? 237 18
Teks 8 Ulasan Film: The Little Prince
(2015)
- -
Teks 9 Kisah Malin Kundang 147 15
Teks 10 Mitos Seputar Gerhana Matahari di
Indonesia
- -
Teks 11 Alzheimer - -
Teks 12 Pemilu Minus Kesukarelaan 327 21
Tabel analisis dua belas wacana di atas menunjukkan hasil tingkat
keterbacaan berdasarkan formula SMOG terdapat lima wacana yang dapat
dilakukan perhitungan. Kelima wacana tersebut ialah teks 2 yang berjudul
“Pengalaman Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata”, teks 4 yang berjudul “Ki Hajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia”, teks 7 yang berjudul “Seragam Sekolah,
Perlukah?”, teks 9 yang berjudul “Kisah Malin Kundang”, dan teks 12 yang berjudul
“Pemilu Minus Kesukarelaan”. Dengan demikian, perhitungan hasil analisis data
berdasarkan SMOG sebagai berikut.
Rekapitulasi Kode Teks 2
Kalimat Jumlah Kata yang ≥3 Suku Kata
Awal 65
Tengah 44
Akhir 41
Jumlah 150
Kode teks 2 memiliki jumlah kata yang ≥3 suku kata dengan data sebagai
berikut. Hasil perhitungan diambil dari bagian awal, tengah dan akhir dari wacana
dengan jumlah 150 suku kata. Hasil dari jumlah suku kata tersebut, diakar dengan
mengambil angka terdekat sebelumnya dari jumlah keseluruhan. Untuk itu,
perhitungannya menjadi √144 = 12. Dengan demikian, berdasarkan teori formula
SMOG hasilnya ditambah 3 sehingga menjadi 12 + 3 = 15. Dengan demikian,
kode teks 2 berada pada usia 15 tahun.
Rekapitulasi Kode Teks 4
Kalimat Jumlah Kata yang ≥3 Suku Kata
Awal 91
Tengah 92
Akhir 126
Jumlah 309
Kode teks 4 memiliki jumlah kata yang ≥3 suku kata dengan data sebagai
berikut. Hasil perhitungan diambil dari bagian awal, tengah dan akhir dari wacana
dengan jumlah 309 suku kata. Hasil dari jumlah suku kata tersebut, diakar dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mengambil angka terdekat sebelumnya dari jumlah keseluruhan. Untuk itu,
perhitungannya menjadi √289 = 17. Dengan demikian, berdasarkan teori formula
SMOG hasilnya ditambah 3 sehingga menjadi 17 + 3 = 20. Dengan demikian,
kode teks 4 berada pada usia 20 tahun.
Rekapitulasi Kode Teks 7
Kalimat Jumlah Kata yang ≥3 Suku Kata
Awal 75
Tengah 85
Akhir 77
Jumlah 237
Kode teks 7 memiliki jumlah kata yang ≥3 suku kata dengan data sebagai
berikut. Hasil perhitungan diambil dari bagian awal, tengah dan akhir dari wacana
dengan jumlah 237 suku kata. Hasil dari jumlah suku kata tersebut, diakar dengan
mengambil angka terdekat sebelumnya dari jumlah keseluruhan. Untuk itu,
perhitungannya menjadi √225 = 15. Dengan demikian, berdasarkan teori formula
SMOG hasilnya ditambah 3 sehingga menjadi 15 + 3 = 18. Dengan demikian,
kode teks 7 berada pada usia 18 tahun.
Rekapitulasi Kode Teks 9
Kalimat Jumlah Kata yang ≥3 Suku Kata
Awal 49
Tengah 52
Akhir 46
Jumlah 147
Kode teks 9 memiliki jumlah kata yang ≥3 suku kata dengan data sebagai
berikut. Hasil perhitungan diambil dari bagian awal, tengah dan akhir dari wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan jumlah 147 suku kata. Hasil dari jumlah suku kata tersebut, diakar dengan
mengambil angka terdekat sebelumnya dari jumlah keseluruhan. Untuk itu,
perhitungannya menjadi √144 = 12. Dengan demikian, berdasarkan teori formula
SMOG hasilnya ditambah 3 sehingga menjadi 12 + 3 = 15. Dengan demikian,
kode teks 9 berada pada usia 15 tahun.
Rekapitulasi Kode Teks 12
Kalimat Jumlah Kata yang ≥3 Suku Kata
Awal 149
Tengah 82
Akhir 96
Jumlah 327
Kode teks 12 memiliki jumlah kata yang ≥3 suku kata dengan data sebagai
berikut. Hasil perhitungan diambil dari bagian awal, tengah dan akhir dari wacana
dengan jumlah 327 suku kata. Hasil dari jumlah suku kata tersebut, diakar dengan
mengambil angka terdekat sebelumnya dari jumlah keseluruhan. Untuk itu,
perhitungannya menjadi √324 = 18. Dengan demikian, berdasarkan teori formula
SMOG hasilnya ditambah 3 sehingga menjadi 18 + 3 = 21. Dengan demikian,
kode teks 12 berada pada usia 21 tahun.
4.2.3 Tingkat Autentisitas Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa untuk BIPA Level C1
Hasil penelitian berdasarkan autentisitasnya terdapat dua belas wacana
yang diambil dalam buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa.
Widharyanto (2017: 3) mengemukakan tiga tingkatan autentik yaitu (1) bahan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
murni dibuat dan dihasilkan oleh pengajar BIPA sendiri, (2) bahan itu diambil
oleh pengajar BIPA dari bahan-bahan yang ada dalam komunikasi sehari-hari dan
mengalami modifikasi seperlunya oleh pengajar, dan (3) bahan diambil oleh
pengajar BIPA dari bahan-bahan yang ada dalam komunikasi sehari-hari tanpa
mengalami modifikasi sama sekali dari pengajar BIPA. Mengacu pada pendapat
tersebut, Widharyanto mengemukakan terdapat tiga tingkat autentik yakni
autentik rendah, autentik simplifikasi atau modifikasi, dan ketiga autentik tinggi.
Hasil analisis dua belas wacana tersebut sebagai berikut.
Tabel 7
Analisis Tingkat Autentisitas Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan
Badan Bahasa untuk BIPA Level C1
Kode
Teks Judul Wacana Sumber
Tingkat
Autentisitas
Teks 1 Danau Toba http://indonesia.travel/id/de
stination/48/the-incredible-
lake-toba (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 2 Pengalaman Berkesan Kali
Pertama ke Pulau Dewata
http://travel.detik.com/read
/2015/03/15/141000/28309
21/1025/1/pengalaman-
berkesan-kali-pertama-ke-
pulau-dewata#menu_stop
(dengan pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 3 Prosedur Pemasangan
Listrik secara Daring
(Online)
www.rumah.com (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 4 Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia
http://profil.merdeka.com/i
ndonesia/k/ki-hadjar-
dewantoro/
Autentik
Tinggi
Teks 5 Hubungan Lingkungan
Hidup dengan
Pembangunan
http://ppid.blh.jatimprov.go
.id/index.php/9-berita-
terkini/41-hubungan-
lingkungan (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 6 Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja di
Indonesia
http://www.kompasiana.co
m/emaminullah/jejaring-
sosial-bagipertumbuhan-
dan-perkembangan-remaja-
diindonesia_55e6bf0dc323
Autentik
Simplifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kode
Teks Judul Wacana Sumber
Tingkat
Autentisitas
bdf00d9f7550 (dengan
pengubahan)
Teks 7 Seragam Sekolah,
Perlukah?
http://www.kompasiana.co
m/alexanderarda/seragam-
sekolahperlukah_550ecaac
813311b82dbc632e
(dengan pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 8 Ulasan Film: The Little
Prince (2015)
http://movienthusiast.com/
(dengan pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 9 Kisah Malin Kundang http://dongengceritarakyat.c
om/
Autentik
Tinggi
Teks 10 Mitos Seputar Gerhana
Matahari di Indonesia
http://www.inddit.com/f-
6ppj76/mitos-seputar-
gerhana-matahari-
diindonesia (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Teks 11 Alzheimer aladokter.com Autentik
Tinggi
Teks 12 Pemilu Minus
Kesukarelaan
pelita.or.id (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Tabel di atas memuat hasil analisis tingkat autentisitas wacana pada dua
belas wacana yang diambil. Wacana dengan tingkat autentik tinggi hanya terdapat
tiga wacana saja yaitu teks 4 yang berjudul “Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia”, teks 9 yang berjudul “Kisah Malin Kundang”, dan teks 11
yang berjudul “Alzheimer”. Ketiga wacana tersebut, setelah dianalisis memiliki
hasil yang sama dengan sumber yang tertera. Oleh karena itu, wacana-wacana
tersebut diambil dari komunikasi sehari-hari tanpa mengalami modifikasi sama
sekali dari pengajar BIPA.
Wacana dengan tingkat autentik simplifikasi lebih mendominasi buku teks
Sahabatku Indonesia untuk BIPA level C1. Tingkat autentik simplifikasi yaitu
bahan ajar yang diambil dari bahan-bahan dalam komunikasi sehari-hari dan
modifikasi seperlunya oleh pengajar (Widharyanto, 2017: 3). Wacana tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
antara lain teks 1 yang berjudul “Danau Toba”, teks 2 yang berjudul “Pengalaman
Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata”, teks 3 yang berjudul “Prosedur
Pemasangan Listrik secara Daring (Online)”, teks 5 yang berjudul “Hubungan
Lingkungan Hidup dengan Pembangunan”, teks 6 yang berjudul “Jejaring Sosial
bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja di Indonesia”, teks 7 yang berjudul
“Seragam Sekolah, Perlukah?”, teks 8 yang berjudul “Ulasan Film: The Little
Prince (2015)”, teks 10 yang berjudul “Mitos Seputar Gerhana Matahari di
Indonesia”, dan teks 12 yang berjudul “Pemilu Minus Kesukarelaan”. Peneliti
tidak menemukan adanya autentik buatan guru pada buku teks Sahabatku
Indonesia untuk BIPA level C1.
4.2.4 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang
sesuai untuk Level C1 Berdasarkan Grafik Fry
Tabel 8
Analisis Wacana Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan
Bahasa yang sesuai untuk Level C1 Berdasarkan Grafik Fry
Kode
Teks Judul Wacana
Jumlah
Kalimat
Jumlah
Suku Kata Penafsiran Keterangan
Teks 1 Danau Toba 6,6 156 9, 10, 11 Sesuai
Teks 2 Pengalaman
Berkesan Kali
Pertama ke Pulau
Dewata
6,9 152 8, 9, 10 Tidak Sesuai
Teks 3 Prosedur
Pemasangan Listrik
secara Daring
(Online)
8,3 149 6, 7, 8 Tidak Sesuai
Teks 4 Ki Hajar
Dewantara, Bapak
Pendidikan
Indonesia
5,1 150 8, 9, 10 Tidak Sesuai
Teks 5 Hubungan
Lingkungan Hidup
dengan
5,3 164 11, 12, 13 Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Kode
Teks Judul Wacana
Jumlah
Kalimat
Jumlah
Suku Kata Penafsiran Keterangan
Pembangunan
Teks 6 Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Remaja di
Indonesia
6,7 148 7, 8, 9 Tidak Sesuai
Teks 7 Seragam Sekolah,
Perlukah?
8,3 178 13, 14, 15 Tidak Sesuai
Teks 8 Ulasan Film: The
Little Prince (2015)
2,9 139 9, 10, 11 Sesuai
Teks 9 Kisah Malin
Kundang
9 146 6, 7, 8 Tidak Sesuai
Teks 10 Mitos Seputar
Gerhana Matahari
di Indonesia
6,9 157 9, 10, 11 Sesuai
Teks 11 Alzheimer 4,9 164 11, 12, 13 Sesuai
Teks 12 Pemilu Minus
Kesukarelaan
4,3 185 14, 15, 16 Tidak Sesuai
Tabel analisis di atas menunjukkan adanya 12 wacana dalam buku teks
Sahabatku Indonesia untuk Level C1 terbitan Badan Bahasa. Sebanyak lima
wacana menunjukkan hasil yang sesuai digunakan untuk BIPA level C1. Pada
penelitian ini, kelima wacana tersebut ialah teks 1 berjudul “Danau Toba” dengan
tingkatan 9, 10, 11, teks 5 berjudul “Hubungan Lingkungan Hidup dengan
Pembangunan” dengan tingkatan 11, 12, 13, teks 8 berjudul “Ulasan Film: The
Little Prince (2015)” dengan tingkatan 9, 10, 11, teks 10 berjudul “Mitos Seputar
Gerhana Matahari di Indonesia” dengan tingkatan 9, 10, 11, dan teks 11 berjudul
“Alzheimer” dengan tingkatan 11, 12, 13.
Lima wacana yang sesuai digunakan untuk level C1 di atas, telah
dianalisis dan dilakukan perhitungan berdasarkan teori grafik Fry. Hal itu
mengacu pada teori tingkatan (grade) diuraikan sebagai berikut: (a) angka 1, 2, 3
menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level A1, (b) angka 4, 5, 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level A2, (c) angka 7, 8
menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level B1, (d) angka 9, 10
menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level B2, (e) angka 11, 12
menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level C1, dan (f) angka 13,
14, 15, dan seterusnya menunjukkan tingkat (grade) yang sesuai untuk BIPA level
C2. Dengan demikian, penelitian ini hanya sesuai untuk BIPA level C1 dengan
wacana yang berada pada tingkatan 11 dan 12.
4.2.5 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang
sesuai untuk Level C1 Berdasarkan SMOG
Tabel 9
Analisis Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa
yang sesuai untuk Level C1 Berdasarkan SMOG
Kode
Teks
Judul Wacana Jumlah Kata yang
≥3 Suku Kata
Usia Keterangan
Teks 1 Danau Toba - - Tidak Sesuai
Teks 2 Pengalaman Berkesan
Kali Pertama ke Pulau
Dewata
150 15 Sesuai
Teks 3 Prosedur Pemasangan
Listrik secara Daring
(Online)
- - Tidak Sesuai
Teks 4 Ki Hajar Dewantara,
Bapak Pendidikan
Indonesia
309 20 Tidak Sesuai
Teks 5 Hubungan Lingkungan
Hidup dengan
Pembangunan
- - Tidak Sesuai
Teks 6 Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja
di Indonesia
- - Tidak Sesuai
Teks 7 Seragam Sekolah,
Perlukah?
237 18 Tidak Sesuai
Teks 8 Ulasan Film: The Little
Prince (2015)
- - Tidak Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kode
Teks
Judul Wacana Jumlah Kata yang
≥3 Suku Kata
Usia Keterangan
Teks 9 Kisah Malin Kundang 147 15 Sesuai
Teks 10 Mitos Seputar Gerhana
Matahari di Indonesia
- - Tidak Sesuai
Teks 11 Alzheimer - - Tidak Sesuai
Teks 12 Pemilu Minus
Kesukarelaan
327 21 Tidak Sesuai
. Tabel analisis di atas menunjukkan lima wacana yang dapat dianalisis
berdasarkan SMOG. Berdasarkan kelima wacana tersebut, hanya terdapat dua
wacana yang sesuai dengan batas usia BIPA level C1. Wacana tersebut ialah teks
2 berjudul “Pengalaman Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata” yang berada pada
usia 15 tahun dan teks 9 berjudul “Kisah Malin Kundang” yang berada pada usia 15
tahun. Batas usia untuk BIPA level C1 ialah 15 – 16 tahun. Untuk itu, kedua
wacana tersebut sesuai dan dapat digunakan untuk BIPA level C1.
Hasil analisis tersebut mengacu pada teori batas usia pembelajar BIPA
berdasarkan SMOG yang diuraikan sebagai berikut: (a) usia 4 – 8 tahun sesuai
untuk BIPA level A1, (b) usia 9 – 10 tahun sesuai untuk BIPA level A2, (c) usia
11 – 12 tahun sesuai untuk BIPA level B1, (d) usia 13 – 14 tahun sesuai untuk
BIPA level B2, (e) usia 15 – 16 tahun sesuai untuk BIPA level C1, dan (f) usia 17
– 18 tahun ke atas sesuai untuk BIPA level C2. Dengan demikian, kedua wacana
di atas dikatakan sesuai dan dapat digunakan untuk BIPA level C1. Hal itu
disebabkan oleh hasil analisis yang menunjukkan kedua wacana berada pada usia
15 – 16 tahun sesuai untuk BIPA level C1 dan C2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.2.6 Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa yang
sesuai untuk Level C1 Berdasarkan Autentisitasnya
Tabel 10
Analisis Wacana Buku Teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa
yang sesuai untuk Level C1 Berdasarkan Autentisitasnya
No. Judul
Wacana Sumber
Tingkat
Autentisitas
Hasil
Analisis Keterangan
1. Danau Toba http://indonesia.tr
avel/id/destinatio
n/48/the-
incredible-lake-
toba (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
Tidak Sesuai
2. Pengalaman
Berkesan Kali
Pertama ke
Pulau Dewata
http://travel.detik.
com/read/2015/0
3/15/141000/283
0921/1025/1/pen
galaman-
berkesan-kali-
pertama-ke-
pulau-
dewata#menu_sto
p (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
Tidak Sesuai
3. Prosedur
Pemasangan
Listrik secara
Daring
(Online)
www.rumah.com
(dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web tidak
ditemukan.
Tidak Sesuai
4. Ki Hajar
Dewantara,
Bapak
Pendidikan
Indonesia
http://profil.merde
ka.com/indonesia/
k/ki-hadjar-
dewantoro/
Autentik
Tinggi
Halaman
web
ditemukan
dan isi teks
sama dengan
sumber yang
tertera.
Sesuai
5. Hubungan
Lingkungan
Hidup dengan
Pembangunan
http://ppid.blh.jati
mprov.go.id/index
.php/9-berita-
terkini/41-
hubungan-
lingkungan
(dengan
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
Tidak Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
No. Judul
Wacana Sumber
Tingkat
Autentisitas
Hasil
Analisis Keterangan
pengubahan)
6. Jejaring Sosial
bagi
Pertumbuhan
dan
Perkembangan
Remaja di
Indonesia
http://www.komp
asiana.com/emam
inullah/jejaring-
sosial-
bagipertumbuhan-
dan-
perkembangan-
remaja-
diindonesia_55e6
bf0dc323bdf00d9
f7550 (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
Tidak Sesuai
7. Seragam
Sekolah,
Perlukah?
http://www.komp
asiana.com/alexan
derarda/seragam-
sekolahperlukah_
550ecaac813311b
82dbc632e
(dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
Tidak Sesuai
8. Ulasan Film:
The Little
Prince (2015)
http://movienthusi
ast.com/ (dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web tidak
ditemukan.
Tidak Sesuai
9. Kisah Malin
Kundang
http://dongengceri
tarakyat.com/
Autentik
Tinggi
Halaman
web
ditemukan,
judul
berbeda isi
tetap sama.
Nama judul
menjadi
“Cerita
Dongeng
Malin
Kundang
(Cerita
Rakyat
Sumatera
Barat)”.
Sesuai
10. Mitos Seputar
Gerhana
Matahari di
Indonesia
http://www.inddit.
com/f-
6ppj76/mitos-
seputar-gerhana-
matahari-
diindonesia
(dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web
kadaluarsa
pada tanggal
6 Mei 2019
dan sedang
dalam
pembaharuan
Tidak Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
No. Judul
Wacana Sumber
Tingkat
Autentisitas
Hasil
Analisis Keterangan
atau
penghapusan
.
11. Alzheimer aladokter.com Autentik
Tinggi
Halaman
web
ditemukan
dengan
pembaharuan
pada tanggal
10 Desember
2018.
Sesuai
12. Pemilu Minus
Kesukarelaan
pelita.or.id
(dengan
pengubahan)
Autentik
Simplifikasi
Halaman
web tidak
ditemukan.
Tidak Sesuai
. Tabel di atas menunjukkan dua belas wacana yang dianalisis berdasarkan
tingkat autentisitas. Berdasarkan dua belas wacana tersebut, hanya terdapat tiga
wacana yang sesuai dengan tingkat autentisitas BIPA level C1. Wacana tersebut
ialah teks 4 yang berjudul “Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia”, teks 9
yang berjudul “Kisah Malin Kundang”, dan teks 11 yang berjudul “Alzheimer”.
Tingkat autentisitas yang sesuai untuk BIPA level C1 ialah autentik tinggi. Untuk
itu, ketiga wacana tersebut sesuai dan dapat digunakan untuk BIPA level C1.
Hasil analisis tersebut berdasarkan teori tingkat autentisitas buku teks
Sahabatku Indonesia yang diuraikan sebagai berikut: (1) Tingkat autentik rendah
untuk BIPA level A1 dan A2, hal itu disebabkan oleh level A1 dan A2 masih
tergolong tingkat pemula sehingga mempelajari teks-teks yang dibuat oleh guru
secara alami. (2) Tingkat autentik simplifikasi atau modifikasi untuk BIPA level
B1 dan B2, hal itu disebabkan oleh level B1 dan B2 merupakan tingkat madya
yang mempelajari teks asli dengan hasil modifikasi guru. (3) Tingkat autentik
tinggi untuk BIPA level C1 dan C2, hal itu disebabkan oleh level C1 dan C2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
merupakan tingkat lanjut yang mempelajari teks-teks panjang dan rumit. Dengan
demikian, ketiga wacana di atas dikatakan sesuai dan dapat digunakan untuk
BIPA level C1. Hal itu disebabkan oleh hasil analisis yang menunjukkan ketiga
wacana memiliki tingkat autentik tinggi sesuai untuk BIPA level C1 dan C2.
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini, peneliti menguraikan pembahasan dari penelitian yang
berjudul “Tingkat Keterbacaan dalam Buku Teks Sahabatku Indonesia untuk
Level C1 terbitan Badan Bahasa Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan
autentisitasnya”. Pada pembahasan ini berisi (1) wacana yang sesuai untuk BIPA
level C1 berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya, dan (2) hasil analisis
tingkat keterbacaan wacana berdasarkan tingkat variasi kemunculan. Adapun
uraian pembahasan sebagai berikut.
4.3.1 Wacana yang Sesuai untuk BIPA Level C1 Berdasarkan Grafik Fry,
SMOG, dan Autentisitasnya
Tabel 11
Analisis Wacana yang Sesuai dalam Buku Teks Sahabatku Indonesia
untuk BIPA Level C1 Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya
Wacana yang
sesuai
berdasarkan
grafik Fry
Wacana yang
sesuai
berdasarkan
SMOG
Wacana yang
sesuai
berdasarkan
autentisitasnya
Wacana yang sesuai
berdasarkan formula
grafik Fry, SMOG, dan
autentisitasnya
Teks 1
Teks 5
Teks 8
Teks 10
Teks 11
Teks 2
Teks 9
Teks 4
Teks 9
Teks 11
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Berdasarkan tabel di atas, tidak ditemukan adanya wacana yang sesuai
berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya. Buku teks Sahabatku
Indonesia untuk BIPA level C1 memiliki hasil analisis yang berbeda-beda sesuai
dengan tingkat keterbacaan yang dilakukan peneliti. Berdasarkan teori pada bab
II, grafik Fry merupakan hasil upaya untuk menyederhanakan dan mengefisienkan
teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana (Abidin, 2012; 54). Pada formula
SMOG untuk mengukur kesesuaian antara bacaan dan usia pembaca (Abidin,
2012: 56). Pada tingkat autentisitas merupakan kontinum yang menunjuk pada
tinggi dan rendah atau banyak dan sedikit sifat autentik menurut Widharyanto
(2016).
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan wacana buku teks Sahabatku
Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1, peneliti menemukan keunikan
hasil analisis wacana pada perhitungan grafik Fry dan tingkat autentisitas. Wacana
yang unik berdasarkan perhitungan grafik Fry ialah teks 8 yang berjudul “Ulasan
Film: The Little Prince (2015)” dengan perhitungan grafik Fry sebesar 2,9 dan
139. Jumlah rata-rata kalimat pada wacana tersebut tidak sesuai karena berada
pada daerah arsir. Kolom grafik Fry yang diarsisr hitam/daerah hitam
menunjukkan bahwa wacana tersebut tidak bisa digunakan/tidak sah. Dengan
demikian, jumlah rata-rata kalimat teks 8 tidak memenuhi syarat teori grafik Fry.
Akan tetapi, untuk jumlah rata-rata suku katanya dan berdasarkan tingkatan
(grade) sudah memenuhi syarat perhitungan grafik Fry. Oleh karena itu, peneliti
menyimpulkan bahwa teks 8 yang berjudul “Ulasan Film: The Little Prince
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
(2015)” merupakan wacana yang sesuai untuk BIPA level C1 dengan peringkat
baca 9, 10, 11.
Pada hasil analisis keunikan tingkat autentisitas, terdapat tiga wacana yang
tidak ditemukan alamat web sumbernya. Ketiga wacana tersebut ialah teks 3 yang
berjudul “Prosedur Pemasangan Listrik secara Daring (Online)” dengan sumber
www.rumah.com (dengan pengubahan), teks 8 yang berjudul “Ulasan Film: The
Little Prince (2015)” dengan sumber http//movienthusiast.com/ (dengan
pengubahan), dan teks 12 yang berjudul “Pemilu Minus Kesukarelaan” dengan
sumber pelita.or.id (dengan pengubahan). Hal itu menunjukkan bahwa ketiga teks
tersebut mungkin telah dilakukan pengubahan atau penghapusan alamat web
sumber wacananya. Akan tetapi, ketiga wacana tersebut peneliti analisis
berdasarkan sumber yang tertera pada wacana disertai keterangan dengan
pengubahan dengan teori tingkat autentisitas. Berdasarkan teori pada bab II,
autentik simplifikasi yaitu bahan itu diambil oleh pengajar BIPA dari bahan-bahan
yang ada dalam komunikasi sehari-hari dan mengalami modifikasi seperlunya
oleh pengajar (Widharyanto, 2017: 3). Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan
bahwa ketiga teks tersebut termasuk dalam tingkat autentik simplifikasi yang telah
dimodifikasi oleh pengajar BIPA.
4.3.2 Hasil Analisis Variasi Kemunculan Tingkat atau Grade Berdasarkan
Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya
Pada subbab ini, peneliti memaparkan hasil analisis variasi kemunculan
tingkat atau grade berdasarkan grafik Fry, SMOG, dan autentisitasnya. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
analisis variasi kemunculan tingkat (grade) berdasarkan grafik Fry, peneliti
menemukan terdapat tujuh variasi. Ketujuh variasi kemunculan tingkat tersebut
ialah (a) tingkat 6, 7, 8, (b) tingkat 7, 8, 9, (c) tingkat 8, 9, 10, (d) tingkat 9, 10,
11, (e) tingkat 11, 12, 13, (f) tingkat 13, 14, 15, (g) tingkat 14, 15, 16. Tingkat
tersebut diperoleh berdasarkan hasil perhitungan peneliti terhadap tingkat
penafsiran grafik Fry dengan rentang grade mulai dari tingkat 6 - 16. Hasil
analisis data tingkat (grade) dapat dilihat pada tabel 5.
Analisis variasi kemunculan usia berdasarkan SMOG untuk level C1,
peneliti menemukan terdapat empat hasil variasi. Keempat variasi kemunculan
usia tersebut yaitu usia 15 tahun, 18 tahun, 20 tahun, dan 21 tahun. Usia tersebut
diperoleh dari hasil perhitungan usia berdasarkan SMOG dalam buku teks
Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa. Hasil analisis data usia berdasarkan
SMOG dapat dilihat pada tabel 6.
Hasil analisis variasi kemunculan tingkat berdasarkan autentisitasnya,
peneliti menemukan terdapat dua hasil variasi. Kedua variasi kemunculan tingkat
tersebut ialah tingkat simplifikasi dengan jumlah sembilan wacana dan tingkat
autentik tinggi dengan jumlah tiga wacana. Tingkat tersebut diperoleh
berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap tingkat autentisitas. Hasil analisis data
tingkat autentisitas dapat dilihat pada tabel 7. Dengan demikian, variasi
kemunculan tingkatan yang berbeda-beda dari wacana tersebut menunjukkan
bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak variasi wacana yang disediakan oleh
buku teks Sahabatku Indonesia terbitan Badan Bahasa untuk level C1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB V
PENUTUP
Pada bab penutup, peneliti memaparkan simpulan dan saran dari hasil
penelitian “Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan
Bahasa untuk Level C1 Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya”.
Pada penelitian ini sudah memiliki hasil analisis data berdasarkan rumusan
masalah yang ditemukan. Dengan demikian, simpulan dan saran yang diberikan
peneliti sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang dipaparkan pada bab IV,
dapat disimpulkan sebagai berikut. Tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks
Sahabatku Indonesia berdasarkan perhitungan grafik Fry, SMOG, dan
autentisitasnya kurang sesuai jika digunakan dalam pembelajaran BIPA level C1.
Dari hasil penelitian, berdasarkan grafik Fry hanya terdapat lima wacana yang
sesuai untuk BIPA level C1. Berdasarkan formula SMOG, hanya terdapat dua
wacana yang sesuai untuk BIPA level C1. Pada tingkat autentisitas hanya terdapat
tiga wacana dengan tingkat autentisitas tinggi yang sesuai untuk BIPA level C1.
Dengan demikian, tingkat pemahaman keterbacaan pembelajar BIPA masih
memerlukan pendampingan dari pengajar BIPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
5.2 Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Peneliti berharap saran-saran yang diberikan dapat bermanfaat bagi
pengajar dan calon pengajar BIPA, penulis naskah, dan peneliti lain. Saran yang
diberikan sebagai berikut.
1. Bagi Pengajar BIPA
Pengajar BIPA diharapkan lebih mengutamakan isi buku teks yang
memuat pemahaman yang sesuai untuk BIPA level C1. Pengajar BIPA harus
memahami kosa kata yang baik, sehingga dapat memilih dan menyeleksi buku
teks yang baik untuk digunakan. Selain itu, pengajar BIPA dapat menggunakan
bahan-bahan pembelajaran yang lebih autentik. Jika memang diperlukan
pengubahan, pengajar dapat mengubahnya menjadi teks yang sederhana dan
mudah dipahami oleh pembelajar BIPA. Dengan demikian, tujuan pembelajaran
akan tercapai dengan mudah apabila pembelajar memahami isi dari teks yang
dipelajari.
2. Bagi Penulis atau Editor
Penulis dalam menyusun buku teks ini perlu memperhatikan kosa kata
yang digunakan, struktur kalimat dan panjang pendeknya kalimat. Selain itu, jika
diperlukan penulis dapat menambahkan ilustrasi gambar dalam wacana teks
supaya dapat menarik minat pembelajar BIPA dan dapat mudah memahami isi
teks yang dibaca. Apabila editor melakukan revisi buku teks ini, maka diharapkan
dapat melakukannya dengan teliti. Hal-hal yang perlu diperhatikan editor ialah
penulisan ejaan yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
baca sesuai aturan (PUEBI) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dengan
demikian, dalam penulisan buku teks Sahabatku Indonesia tidak ditemukan lagi
penulisan kata yang salah.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian sejenis yaitu
mengenai tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks sebagai bahan ajar. Selain
itu, peneliti lain dapat mengembangkan atau menggunakan alat ukur yang berbeda
untuk tingkat keterbacaan pada buku teks yang digunakan sebagai acuan bahan
belajar oleh pengajar BIPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama.
Ali, Faried dan Gau Kadir. 2014. Manajemen Penelitian Berbasis Sasaran.
Bandung: PT Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asih, Dwi Retno. 2015. Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Tahun 2013 untuk SMK Negeri 1
Purworejo Kelas X Berdasarkan Grafik Fry, Cloze Test, dan SMOG.
Skripsi Sarjana Strata Satu. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
Azizah, dkk. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
(BIPA) Program CLS (Critical Language Scholarship). Malang: Fakultas
Sastra, Universitas Negeri Malang.
Basundoro, Wedha. 2015. Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Tahun 2013 untuk SMK Kelas X
di SMK Negeri 4 Yogyakarta Berdasarkan Grafik Fry, Cloze Test, dan
SMOG. Skripsi Sarjana Strata Satu. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas
Sanata Dharma.
Hardjasujana, dkk.1999. Evaluasi Katerbacaan Buku Teks Bahasa Sunda untuk
Sekolah Dasar di Jawa Barat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
https://www.efset.org/id/english-score/cefr/c1/ diunduh pada 6 September 2019.
https://www.efset.org/id/english-score/cefr/c12 diunduh pada 6 September 2019.
Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Merryta. 2013. Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten
Berbahasa Indonesia dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan
Sastra Indonesia Tahun 2007 untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Fry. Skripsi Sarjana Strata Satu. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas
Sanata Dharma.
Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muliastuti, Liliana. 2017. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing: Acuan Teori dan
Pendekatan Pengajaran. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan
Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta:
Diva Press.
Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Soewandi, A. M. Slamet. 1991. “Pengembangan Instrumen Penelitian” Materi
Kuliah Penelitian Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta:
PBSI, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sudjana. 1990. Teknik Analisis Data Kuantitatif. Bandung: Tarsito.
Suladi, dkk. 2000. Keterbacaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran
SLTP. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Tarigan, H. Guntur. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung:
Angkasa.
Widharyanto, B. 2001. “Dimensi Autentisitas dalam Pembelajaran BIPA” dalam
Nyoman Riasa dan Denise Finney (eds). Prosiding Konferensi
International Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing IV
(KIPBIPA IV). Denpasar: IALF Bali.
Widharyanto, B. 2016. Autentisitas di dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia “Mengenang
Kiprah J.S. Badudu dalam Pengembangan Bahasa Indonesia” (pp. 1-13).
Bandung: Universitas Padjadjaran.
Widharyanto, B., Rishe., dan Septina (2017: 3). Keterbacaan Wacana Buku Teks
Ekspresi Diri dan Akademik untuk SMK dengan Grafik Fry, Tes Klos,
dan SMOG: Studi Kasus di SMK N 1 Cilacap dan SMK N 4 Yogyakarta.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Widharyanto, B. 2017. Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA.
Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BIOGRAFI
Stefani Anuar Lupita lahir di Cilacap pada tanggal
16 Januari 1997. Ia menyelesaikan Taman Kanak-kanak
(TK) pada tahun 2003 di TK Nusa Indah, setelah itu
menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 02 Adimulya
dan lulus pada tahun 2009. Ia menempuh pendidikan
menengah di SMP Negeri 1 Wanareja lulus pada tahun
2012, lalu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Majenang lulus pada tahun
2015. Setelah lulus SMA ia melanjutkan studi ke Universitas Sanata Dharma dan
tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Masa pendidikan di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta diakhiri dengan penulisan skripsi yang berjudul “Tingkat
Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa untuk Level
C1 Berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 1
KATEGORI WACANA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kategori Wacana
No. Judul Wacana
Jumlah
Suku Kata
Kategori
Grafik
Fry
SMOG Autentisitas
1. Danau Toba 156 √ √
2. Pengalaman Berkesan
Kali Pertama ke Pulau
Dewata
152 √ √
3. Prosedur Pemasangan
LIstrik secara Daring
(Online)
168 √ √
4. Ki Hajar Dewantara,
Bapak Pendidikan
Indonesia
150 √
5. Hubungan
Lingkungan Hidup
dengan Pembangunan
164 √ √
6. Jejaring Sosial bagi
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Remaja di Indonesia
148
√
7. Seragam Sekolah,
Perlukah?
178 √ √
8. Ulasan Film: The
Little Prince (2015)
139 √
9. Kisah Malin Kundang 146 √ √
10. Mitos Seputar
Gerhana Matahari di
Indonesia
157 √ √
11. Alzheimer 164 √ √
12. Pemilu Minus
Kesukarelaan
185 √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 2
ANALISIS WACANA
BERDASARKAN JUMLAH KALIMAT
DAN SUKU KATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Analisis Wacana dalam Buku Teks Sahabatku Indonesia untuk Level C1
terbitan Badan Bahasa Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Suku Kata
Kode Teks: Teks 1
Teks Jumlah
Kalimat Suku Kata
Danau Toba merupakan keajaiban alam
menakjubkan di Pulau Sumatera.
1 26
Sulit membayangkan ada tempat yang lebih indah
untuk dikunjungi di Sumatera Utara selain danau
ini.
1 36
Suasana sejuk menyegarkan, hamparan air jernih
membiru, dan pemandangan pegunungan hijau
yang memesona adalah sebagaian kecil saja dari
imaji danau raksasa yang berada 900 meter di atas
permukaan laut itu.
1 77
Danau toba adalah danau berkawah seluas 1.145
kilometer persegi.
1 26
Di tengahnya berdiam sebuah pulau dengan luas
yang hampir sebanding dengan luas negara
Singapura.
1 33
Danau Toba sebenarnya lebih menyerupai lautan
daripada danau mengingat ukurannya.
1 31
Oleh karena itu, Danau Toba ditempatkan sebagai
danau terluas di Asia Tenggara dan
0,6 31
Jumlah 6,6 156
Kode Teks: Teks 2
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Selalu ada kali pertama untuk semua hal, termasuk
kunjungan ke Pulau Dewata.
1 28
Pulau penuh bule ini seakan tak ada habisnya untuk
dijelajahi.
1 24
Berikut pengalaman berkesan kali pertama ke Bali. 1 18
Orang bilang Bali itu semacam daerah di luar
kedaulatan RI karena banyaknya bule-bule yang
hilir-mudik, seakan mereka adalah penduduk lokal.
1 53
Bulan Januari lalu saya berkesempatan untuk
berlibur ke Bali.
1 23
Ini adalah kali pertama saya mengunjungi daerah 1 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
wisata yang konon katanya menyimpan sejuta
keindahan alam dan menyajikan wisata belanja
yang murah meriah.
Dalam rangka berwisata ke Bali, saya sudah
membeli tiket pesawat dari setahun sebelumnya dan
mengambil cuti selama 3 hari, maklum perjalanan
0,9 50
Jumlah 6,9 152
Kode Teks: Teks 3
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Bagi Anda yang bingung dan tidak mau antri
berlama-lama untuk melakukan pendaftaran
pemasangan listrik di kantor-kantor PLN setempat,
sekarang PLN punya solusinya.
1 58
Anda bisa melakukan pendaftaran secara daring
(dalam jaringan) di seluruh Indonesia melalui [d]
laman pln.co.id.
1 38
Nah, sekarang mari kita lihat caranya berikut ini. 1 18
Buka pranala http//www.pln.co.id/pbpd/. 1 6
Di sini Anda harus mengisi data pelanggan dan data
pemohon.
1 21
Isilah dengan lengkap disertai alamat ponsel dan
nomor telepon yang dapat dihubungi.
1 28
Sebagai informasi, jika Anda ingin berlangganan
listrik pasca-bayar, daya listrik terendah yang
diizinkan adalah 6.600 VA.
1 44
Di bawah itu, Anda harus berlangganan listrik pra-
bayar.
1 18
Setelah data diisi dan disimpan, sistem komputer 0,3 17
Jumlah 8,3 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kode Teks: Teks 4
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih
dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan
yang memberikan kesempatan bagi para pribumi
jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan
seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda.
1 102
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat.
1 38
Ki Hadjar Dewantara dibesarkan di lingkungan
keluarga keraton Yogyakarta.
1 26
Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan
Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
1 46
Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di depan
namanya.
1 35
Hal ini 0,1 3
Jumlah 5,1 150
Kode Teks: Teks 5
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Dalam peningkatan usaha pembangunan, akan
terjadi peningkatan penggunaan sumber daya untuk
menyokong pembangunan tersebut, serta timbulnya
permasalahan-permasalahan dalam lingkungan
hidup manusia.
1 57
Dalam pembangunan, sumber daya alam
merupakan komponen yang penting karena sumber
daya alam ini memberikan kebutuhan hidup bagi
kehidupan.
1 49
Dalam penggunaan sumber alam tadi, hendaknya
keseimbangan ekosistem proyek pembangunan
diperhatikan dengan baik.
1 39
Keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang- 1 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
kadang bisa membahayakan kehidupan umat.
Harus dicari jalan keluar yang saling
menguntungkan dalam hubungan timbale balik
antara pembangunan, penggalian sumber daya, dan
masalah pengotoran atau perusakan lingkungan
hidup manusia.
1 64
Sebab pada umumnya, proses pembangunan
mempunyai akibat-akibat yang lebih luas terhadap
lingkungan hidup
0,3 35
Jumlah 5,3 164
Kode Teks: Teks 6
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Dunia maya adalah dunia yang tak mengenal batas,
dunia yang bisa menjebak seseorang menjadi tak
sadar.
1 36
Mungkin ini adalah salah satu akibat dari kemajuan
zaman yang semakin tak bisa dihindari.
1 33
Salah satu yang bisa kita nikmati dalam dunia
online adalah situs jejaring sosial, yaitu tempat
berkumpul dan berinteraksinya antara satu individu
dengan individu yang lain dalam sebuah komunitas.
1 72
Komunitas itu memberikan banyak tawaran pada
anggotanya untuk menjalin berbagai hubungan.
1 32
Semakin banyak situs jejaring sosial yang ada di
dunia maya.
1 22
Semua menawarkan sesuatu yang menarik. 1 15
Mungkin ada kesamaan tapi juga ada perbedaan
antara situs jejaring sosial yang satu dengan yang
lain
0,7 37
Jumlah 6,7 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kode Teks: Teks 7
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Setiap negara di dunia memiliki kebijakan masing-
masing dalam menentukan kewajiban mengenakan
seragam bagi para siswa.
1 45
Di Indonesia, ketentuan mengenakan seragam
ditentukan secara beragam.
1 27
Berdasarkan jenjang maupun jenis pendidikan. 1 15
Sekolah Dasar (SD/MI) berwarna putih
(baju/bagian atas) dan merah (celana atau bagian
bawah).
1 34
Sementara di Sekolah Tingkat Pertama (SMP/MTs)
berwarna putih (baju/bagian atas) biru (celana atau
bagian bawah).
1 43
Ketentuan untuk berseragam tersebut berlaku secara
nasional khususnya untuk sekolah negeri sesuai
aturan pemerintah pusat.
1 46
Sekolah swasta, sebagian besar memang
mewajibkan siswanya untuk berseragam, walaupun
mereka memiliki seragam sendiri yang menjadi ciri
khas sekolah mereka.
1 55
Misal, pada sekolah muslim, siswi-siswinya
diwajibkan untuk memakai jilbab.
1 25
Aruturan pemakaian 0,3 7
Jumlah 8,3 178
Kode Teks: Teks 8
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Terjual lebih dari 140 juta copy dalam peredarannya
di seluruh dunia dan sudah diterjemahkan ke dalam
250 bahasa dan dialek termasuk Braille, mudah
menobatkan Le Petit Prince a.k.a The Little Prince
milik Antoine de Saint-Exupery ini sebagai salah
satu buku paling populer di jagad raya sejak
pertama kali ia diterbitkan 73 tahun silam.
1 118
Dan tidak hanya berhenti sekadar menjadi bahan
bacaan saja, dalam perjalanannya, The Little Prince
juga banyak diadaptasi ke dalam medium lain.
1 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Mulai dari rekaman piring hitam, siaran radio,
drama panggung, opera, balet sampai anime dan
tentu saja film, termasuk versi animasi 3D
terbarunya yang disutradarai oleh Mark Osborne
0,9 64
Jumlah 2.9 139
Kode Teks: Teks 9
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Pada zaman dahulu di sebuah perkampungan
nelayan Pantai Air Manis di daerah Padang,
Sumatera Barat, hiduplah seorang janda bernama
Mande Rubayah bersama seorang anak laki-lakinya
yang bernama Malin Kundang.
1 73
Mande Rubayah amat menyanyangi dan
memanjakan Malin Kundang.
1 20
Malin adalah seorang anak yang rajin dan penurut. 1 17
Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja
sebagai penjual kue untuk mencukupi kebutuhan ia
dan anak tunggalnya.
1 44
Suatu hari, Malin jatuh sakit. 1 11
Sakit yang amat keras. 1 7
Nyawanya hampir melayang, tetapi akhirnya ia
dapat diselamatkan berkat usaha keras ibunya.
1 33
Setelah sembuh dari sakitnya, ia semakin disayang. 1 18
Mereka adalah ibu dan anak yang saling
menyanyangi.
1 18
Kini 0,04 2
Jumlah 9,04 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kode Teks: Teks 10
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Tanggal 9 Maret 2016 akan menjadi hari istimewa
bagi masyarakat Indonesia di beberapa daerah
tertentu karena akan ada fenomena gerhana
matahari total yang dapat disaksikan sebagian
masyarakat Indonesia.
1 82
Fenomena langka ini kian menarik karena ada
berbagai mitos seputar peristiwa gerhana matahari
di Indonesia.
1 43
Apa saja mitos-mitos tersebut? 1 11
Mitos dari tanah Jawa ini bercerita tentang Batara
Kala, sosok raksasa jahat yang ingin hidup abadi.
1 36
Batara Kala pun lantas meminum Tirta Amerta, air
keabadian dari tempat tinggal para dewa.
1 33
Saat baru meminum sampai di kerongkongan, sang
Batara Guru mengetahuinya dan mencoba
mencegah hal tersebut.
1 36
Batara Guru melemparkan cakra yang memenggal
leher Batara
0,9 20
Jumlah 6,9 157
Kode Teks: Teks 11
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling
umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya
daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan
perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa.
1 68
Pada penderita Alzheimer, gejala berkembang
secara perlahan-lahan seiring waktu.
1 30
Misalnya yang diawali dengan sebatas lupa soal isi
percakapan yang baru saja dibincangkan atau lupa
dengan nama objek dan tempat, bisa berkembang
menjadi disorientasi dan perubahan perilaku.
1 68
Perubahan perilaku dalam hal ini seperti menajadi
agresif, penuntut, dan mudah curiga terhadap orang
lain.
1 38
Bahkan jika penyakit Alzheimer sudah mencapai 0,9 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
tingkat parah, penderita dapat mengalami
halusinasi, masalah dalam berbicara dan berbahasa,
serta tidak mampu melakukan aktivitas tanpa
dibantu orang
Jumlah 4,9 164
Kode Teks: Teks 12
Teks
Jumlah
Kalimat Suku Kata
Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu
ciri pokok demokrasi.
1 25
Sebuah negara tak bisa disebut demokratis, jika di
dalamnya tidak terdapat Pemilu yang
diselenggarakan secara periodic atau berkala untuk
melakukan sirkulasi elite politik.
1 64
Indonesia merupakan negara, yang setelah berhasil
menyelenggarakan Pemilu 2004, disebut sebagai
negara terdemokratis ketiga setelah Amerika dan
India.
1 60
Gelar tersebut bukan saja karena Indonesia telah
terbebas dari rezim birokratik-otoritarian Orde
Baru, tetapi juga karena Pemilu dapat
diselenggarakan dengan baik oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) sebagai sebuah lembaga
independen penyelenggara Pemilu yang personil-
personilnya secara umum memiliki kapasitas dan
kapabilitas mumpuni.
1 128
Selain itu, saat itu nuansa euforia demokrasi pasca
otoritarianisme
0,3 31
Jumlah 4,3 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 3
WACANA BUKU TEKS SAHABATKU
INDONESIA TERBITAN BADAN
BAHASA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Teks 1
Danau Toba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Teks 2
Pengalaman Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Teks 3
Prosedur Pemasangan Listrik secara Daring (Online)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Teks 4
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Teks 5
Hubungan Lingkungan Hidup dengan Pembangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Teks 6
Jejaring Sosial bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Teks 7
Seragam Sekolah, Perlukah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Teks 8
Ulasan Film: The Little Prince (2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Teks 9
Kisah Malin Kundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Teks 10
Mitos Seputar Gerhana Matahari di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Teks 11
Alzheimer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Teks 12
Pemilu Minus Kesukarelaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Triangulasi Data
Triangulasi Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa untuk
Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya”
Oleh: Stefani Anuar Lupita
Pembimbing I: Rishe Purnama Dewi S.Pd., M.Hum.
Pembimbing II: Septina Krismawati S.S., M.A.
Petunjuk Triangulasi:
1. Berilah tanda centang (√) pada kolom SETUJU atau TIDAK SETUJU yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya.
2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia
Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya.
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir penilaian.
No Data Perhitungan Grafik Fry
Triangulasi
Keterangan Setuju
Tidak
Setuju
1. Danau Toba
Danau Toba merupakan
keajaiban alam menakjubkan di Pulau
Sumatera. Sulit membayangkan ada
tempat yang lebih indah untuk
dikunjungi di Sumatera Utara selain
danau ini. Suasana sejuk
Kode Teks: Teks 1
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Danau Toba merupakan keajaiban
alam menakjubkan di Pulau
Sumatera.
1 26
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
menyegarkan, hamparan air jernih
membiru, dan pemandangan
pegunungan hijau yang memesona
adalah sebagian kecil saja dari imaji
danau raksasa yang berada 900 meter
di atas permukaan laut itu.
Danau Toba adalah danau
berkawah seluas 1.145 kilometer
persegi. Di tengahnya berdiam sebuah
pulau dengan luas yang hampir
sebanding dengan luas negara
Singapura. Danau Toba sebenarnya
lebih menyerupai lautan daripada
danau mengingat ukurannya. Oleh
karena itu, Danau Toba ditempatkan
sebagai danau terluas di Asia
Tenggara dan terbesar kedua di dunia
sesudah Danau Victoria di Afrika.
Danau Toba juga termasuk danau
terdalam di dunia, yaitu sekira 450
meter.
Danau Toba, sebagaimana
diperkirakan para ahli, terbentuk
setelah letusan gunung api super
sekitar 73.000-75.000 tahun lalu. Saat
itu 2.800 km kubik bahan vulkanik
Wacana berkode teks 1 dengan judul “Danau Toba”
memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada
wacana jatuh pada kata ke-13 dari 22 kata. Dengan demikian,
Sulit membayangkan ada tempat
yang lebih indah untuk dikunjungi di
Sumatera Utara selain danau ini.
1 36
Suasana sejuk menyegarkan,
hamparan air jernih membiru, dan
pemandangan pegunungan hijau
yang memesona adalah sebagian
kecil saja dari imaji danau raksasa
yang berada 900 meter di atas
permukaan laut itu.
1 77
Danau toba adalah danau berkawah
seluas 1.145 kilometer persegi.
1 26
Di tengahnya berdiam sebuah pulau
dengan luas yang hampir sebanding
dengan luas negara Singapura.
1 33
Danau Toba sebenarnya lebih
menyerupai lautan daripada danau
mengingat ukurannya.
1 31
Oleh karena itu, Danau Toba
ditempatkan sebagai danau terluas di
Asia Tenggara dan
0,6 31
Jumlah 6,6 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
dimuntahkan Gunung Toba yang
meletus hingga debu vulkanik yang
ditiup angin menyebar ke separuh
wilayah bumi. Letusannya terjadi
selama 1 minggu dan lontaran
debunya mencapai 10 kilometer di
atas permukaan laut.
Letusan gunung api super
(Gunung Toba) tersebut, diperkirakan
telah menyebabkan kematian massal
dan kepunahan beberapa spesies
mahluk hidup. Letusan Gunung Toba
juga telah menyebabkan terjadinya
perubahan cuaca bumi, yaitu mulai
masuknya bumi ke zaman es sehingga
mempengaruhi peradaban dunia.
Selain memiliki hutan-hutan
pinus yang tertata asri, di pinggiran
Danau Toba juga terdapat beberapa
air terjun yang sangat mempesona. Di
sekitar Danau Toba Anda juga akan
dapati tempat pemandian air belarang.
Di tengah-tengah Danau Toba,
terdapat sebuah pulau yang unik
karena merupakan pulau vulkanik.
Pulau itu bernama Pulau Samosir.
perhitungan kalimat tidak utuh adalah 13 : 22 = 0,59
dibulatkan menjadi 0,6. Kemudian, jumlah perhitungan
keseluruhan adalah 6 + 0,6 = 6,6. Dapat disimpulkan bahwa
hasil kalimat utuh menjadi 6,6. Untuk perhitungan suku kata,
hasil keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry
sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 260 × 0,6 = 156.
Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat
dan jumlah suku kata sebesar 6,6 dan 156.
Grafik Fry berikut ini menunjukkan titik temu kedua
hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat
pembaca 10. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas
pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat.
Hasil yang diperoleh adalah 10 – 1 = 9 dan 10 + 1 = 11. Untuk
itu, wacana kode teks 1 berada pada tingkat pembaca 9, 10,
dan 11. Jika tingkat keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat
(grade) 11 dan 12, maka wacana kode 1 sesuai untuk BIPA
level C1. Grafik Fry ditampilkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Ketinggiannya 1.000 meter di atas
permukaan laut. Meskipun telah
menjadi tempat tujuan wisata sejak
lama, Samosir merupakan keindahan
alam yang belum terjamah. Di tengah
Pulau Samosir ini masih ada lagi dua
danau indah yang diberi nama Danau
Sidihoni dan Danau Aek Natonang. Di
Pulau Samosir, Anda juga dapat
menemukan pegunungan berkabut, air
terjun yang jernih untuk berenang, dan
masyarakat peladang.
Masyarakat Batak terkenal
ramah meskipun mereka juga terkenal
dengan gaya bicaranya yang keras.
Keramahan masyarakat Batak akan
memikat Anda karena kemanapun
Anda pergi, Anda dengan segera dapat
menemukan teman baru.
Selain itu, di Kota Parapat yang
merupakan semenanjung yang
menonjol ke danau, Anda juga dapat
menikmati pemandangan spektakuler
Danau Toba. Parapat dihuni
masyarakat Batak Toba dan Batak
Simalungan yang dikenal memiliki
Grafik 1 Fry untuk Kode Teks 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
sifat ceria dan mudah bergaul,
terkenal pula senang mendendangkan
lagu bertema cinta yang riang namun
penuh perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
2. Pengalaman Berkesan Kali Pertama
ke Pulau Dewata
Selalu ada kali pertama untuk
semua hal, termasuk kunjungan ke
Pulau Dewata. Pulau penuh bule ini
seakan tak ada habisnya untuk
dijelajahi. Berikut pengalaman
berkesan kali pertama ke Bali.
Orang bilang Bali itu semacam
daerah di luar kedaulatan RI karena
banyaknya bule-bule yang hilir-mudik,
seakan mereka adalah penduduk lokal.
Bulan Januari lalu saya
berkesempatan untuk berlibur ke Bali.
Ini adalah kali pertama saya
mengunjungi daerah wisata yang
konon katanya menyimpan sejuta
keindahan alam dan menyajikan
wisata belanja yang murah-meriah.
Dalam rangka berwisata ke Bali,
saya sudah membeli tiket pesawat dari
setahun sebelumnya dan mengambil
cuti selama 3 hari, maklum perjalanan
perlu berhemat. Penerbangan saya
sempat tertunda dari yang semula
Kode Teks: Teks 2
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Selalu ada kali pertama untuk
semua hal, termasuk kunjungan ke
Pulau Dewata.
1 28
Pulau penuh bule ini seakan tak ada
habisnya untuk dijelajahi.
1 24
Berikut pengalaman berkesan kali
pertama ke Bali.
1 18
Orang bilang Bali itu semacam
daerah di luar kedaulatan RI karena
banyaknya bule-bule yang hilir-
mudik, seakan mereka adalah
penduduk lokal.
1 53
Bulan Januari lalu saya
berkesempatan untuk berlibur ke
Bali.
1 23
Ini adalah kali pertama saya
mengunjungi daerah wisata yang
konon katanya menyimpan sejuta
keindahan alam dan menyajikan
wisata belanja yang murah meriah.
1 57
Dalam rangka berwisata ke Bali, 0,9 50
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dijadwalkan berangkat pukul 05.55,
berubah menjadi pukul 08.40 pagi.
Cuaca sedang kurang bagus dengan
curah hujan yang cukup deras saat
menuju Bandara Soetta. Tapi
Alhamdulillah penerbangan saya tidak
tertunda terlalu lama.
Cuaca saat terbang cukup bagus
dengan sedikit turbulensi dan
gangguan. Sewaktu mendarat di
Bandara Ngurah Rai Bali, waktu
menunjukkan pukul 12.00 dan
matahari bersinar dengan terik.
Saatnya kacamata hitam beraksi.
Keadaan perut lumayan kacau balau
setibanya di Bali. Saya langsung
menghampiri salah satu restoran siap
saji di sekitar terminal kedatangan
untuk menenangkan cacing di dalam
perut yang mulai meronta-ronta.
Tujuan selanjutnya adalah
mencari penginapan, karena saya
belum memesan hotel. Nah, untuk
urusan hotel ini saya mengandalkan
pemesanan daring (dalam jaringan)
lewat salah satu laman lokal ternama,
Wacana berkode teks 2 dengan judul “Pengalaman
Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata” memiliki hasil
analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh
pada kata ke-21 dari 23 kata. Dengan demikian, perhitungan
kalimat tidak utuh adalah 21 : 23 = 0,91 dibulatkan menjadi
0,9. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 6 +
0,9 = 6,9. Dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh
menjadi 6,9. Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan
suku kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan
suku kata yakni 253 × 0,6 = 151,8 dibulatkan menjadi 152.
Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat
dan jumlah suku kata sebesar 6,9 dan 152.
Grafik Fry berikut ini menunjukkan titik temu kedua
hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh pada tingkat
pembaca 9. Mengacu pada teori grafik Fry, peringkat kelas
pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat.
Hasil yang diperoleh adalah 9 – 1 = 8 dan 9 + 1 = 10. Untuk
itu, wacana kode teks 2 berada pada tingkat pembaca 8, 9, dan
10. Jika tingkat keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat
saya sudah membeli tiket pesawat
dari setahun sebelumnya dan
mengambil cuti selama 3 hari,
maklum perjalanan
Jumlah 6,9 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
dan saya langsung mendapat tempat
yang sangat sesuai dengan keuangan.
Setelah mendapatkan konfirmasi
dari pihak hotel, saya langsung
meluncur ke tempatnya dengan
menunggangi taksi. Ini bukan
sembarang taksi, ini taksi khas Bali!
Selesai check-in dan membereskan
barang bawaan, saya langsung
bergerak ke Pantai Kuta. Kebetulan
jarak dari hotel ke Pantai Kuta hanya
100 meter. Waktu menunjukkan pukul
14.00 siang. Kalau dipikir-pikir, ke
pantai jam segitu aneh juga karena
matahari sedang imut-imutnya, tapi
tak apalah, mumpung di Bali. Selama
kurang lebih 30 menit berjalan di
pinggir Pantai Kuta, saya memutuskan
untuk kembali ke hotel dan berencana
kembali ke pantai pada sore harinya.
Ternyata banyak penyewaan
motor yang menawarkan jasa sewa
dan bisa kita manfaatkan untuk
berkeliling Bali. Karena minimnya
jasa angkutan umum, motor adalah
pilihan yang sangat fantastis dengan
(grade) 11 dan 12, maka wacana kode 2 tidak sesuai untuk
BIPA level C1. Grafik Fry ditampilkan sebagai berikut.
Grafik 2 Fry untuk Kode Teks 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
harga yang super ekonomis. Saya pun
memutuskan untuk menyewa motor
dari pihak hotel, karena esok hari saya
berencana pergi ke daerah Ubud.
Motor langsung saya sewa selama tiga
hari.
Senja menyapa, saatnya
bergegas ke Pantai Kuta untuk
menikmati silir-semilir angin laut dan
menunggu matahari menenggelamkan
sinarnya. Ternyata sudah banyak
pengunjung yang duduk rapi di bibir
pantai, lengkap dengan gawai mereka
untuk mengabadikan senja di pantai
Kuta, termasuk saya. Saya
menyempatkan diri untuk mengambil
beberapa foto.
Malam pun tiba, saya
melanjutkan petualangan. Saatnya
mencari kuliner pengganjal perut.
Saya disarankan untuk makan nasi
pedas yang terkenal itu. Karena
terbatasnya pengetahuan tentang
jalanan Bali, saya pun mengandalkan
aplikasi peta di telepon cerdas untuk
menunjukkan arah warung tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
syukur saya tidak tersasar.
Hujan datang, perut kenyang,
kantuk menyerang, inilah keadaan
paling ideal yang sedang saya rasakan
saat itu. Mandi hujan pun saya lakukan
demi seonggok kasur hotel yang sudah
menanti saya dengan mesra.
Hari kedua di Bali, hujan belum
berhenti dari semalam, rencana pergi
ke Ubud terancam batal. Tapi tekad
sudah bulat, motor sudah disewa,
hujan tidak akan menghalangi saya
untuk berpetualang di Bali! Saya
kemudian bersiap-siap berangkat,
sampai akhirnya hujan tidak menyerah
untuk turun dan sayalah yang
menyerah untuk pergi lalu kembali ke
kasur. Sekian lama menunggu
akhirnya hujan berhenti. Hari sudah
hampir siang, saya segera berangkat
ke Ubud sebelum hujan turun lagi.
Selama kurang lebih dua jam
perjalanan, saya berhenti untuk
berteduh hingga lima kali. Tampaknya
hujan sedang rajin membasahi saya.
Sesampainya di Ubud, saya sempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
keliling menikmati pemandangan, lalu
mampir ke Monkey Forest, tentunya
sambil diguyur hujan rintik-rintik.
Setelah lelah berjalan-jalan keliling
hutan dan bercengkerama dengan
monyet, saya akhirnya bergerak untuk
kembali ke Kuta. Karena arah pulang
lewat Pasar Sukawati, dan saya lihat
banyak oleh-oleh khas Bali, akhirnya
saya mampir sekadar tanya harga.
Pedagang banyak yang menjual
kerajinan tangan seperti gelang,
kalung, manik-manik, kain pantai,
hingga lukisan, seperti yang sering
kita lihat di pusat penjualan oleh-oleh.
Karena langit masih sedikit terang,
saya arahkan motor menuju destinasi
berikutnya, Pura Tanah Lot.
Pemandangan di Tanah Lot
memang indah, tidak sangka saya bisa
sampai ke sini. Ternyata saat matahari
terbenam akan ada pertunjukkan Tari
Kecak. Saya memang penasaran dan
ingin menonton tari tersebut. Setelah
menunggu kurang lebih satu jam dan
sedikit berfoto narsis dengan latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
belakang pura yang terkenal itu,
akhirnya saya beranjak untuk
menyaksikan Tari Kecak, masih
diiringi dengan rintik hujan.
Hari terakhir, saya pilih tujuan
ke Pura Ulu Watu, masih bersama
motor sewaan. Saya berangkat agak
siang dari hotel, setelah paginya saya
bermain lagi di Pantai Kuta. Uluwatu
hampir sama seperti Monkey Forest,
banyak monyet yang berkeliaran.
Bedanya, monyet di Uluwatu ini
nakal-nakal. Mereka suka mengambil
barang-barang milik turis seperti
kacamata dan sandal. Jadi jagalah
barang bawaan bagi Anda yang ingin
berkunjung ke tempat ini.
Tiga hari di Bali cukup memberi
kesan bagi saya yang baru sekali
berkunjung ke sini. Pemandangan
yang indah dan penduduk Bali yang
ramah, merupakan perpaduan yang
tidak mungkin terlupa. Sampai jumpa
di lain kesempatan, Bali!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
3. Prosedur Pemasangan Listrik
Secara Daring (Online)
Bagi Anda yang bingung dan
tidak mau antri berlama-lama untuk
melakukan pendaftaran pemasangan
listrik di kantor-kantor PLN setempat,
sekarang PLN punya solusinya. Anda
bisa melakukan pendaftaran secara
daring (dalam jaringan) di seluruh
Indonesia melalu laman pln.co.id. Nah,
sekarang mari kita lihat caranya
berikut ini.
1. Buka pranala
http://www.pln.co.id/pbpd/. Di sini
Anda harus mengisi data pelanggan
dan data pemohon. Isilah dengan
lengkap disertai alamat posel dan
nomor telepon yang dapat dihubungi.
2. Sebagai informasi, jika Anda ingin
berlangganan listrik pasca-bayar, daya
listrik terendah yang diizinkan adalah
6.600 VA. Di bawah itu, Anda harus
berlangganan listrik pra-bayar.
Kode Teks: Teks 3
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Bagi Anda yang bingung dan tidak
mau antri berlama-lama untuk
melakukan pendaftaran
pemasangan listrik di kantor-
kantor PLN setempat, sekarang
PLN punya solusinya.
1 58
Anda bisa melakukan pendaftaran
secara daring (dalam jaringan) di
seluruh Indonesia melalui [d]
laman pln.co.id.
1 38
Nah, sekarang mari kita lihat
caranya berikut ini.
1 18
Buka pranala
http//www.pln.co.id/pbpd/.
1 6
Di sini Anda harus mengisi data
pelanggan dan data pemohon.
1 21
Isilah dengan lengkap disertai
alamat ponsel dan nomor telepon
yang dapat dihubungi.
1 28
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
3. Setelah data diisi dan disimpan,
sistem komputer PT PLN akan
mengirim posel pemberitahuan kepada
Anda disertai nominal yang harus
Anda bayar dan kode transaksi.
4. Masukkan kode transaksi tersebut
lewat format yang tersedia
dihttp://www.pln.co.id/pbpd/Konfirma
si.php.
5. Sistem komputer PT PLN akan
kembali mengirim posel
pemberitahuan kepada Anda disertai
nominal yang harus Anda bayar dan
Nomor Registrasi (kode bayar).
6. Setelah itu, lakukanlah pembayaran.
Pembayaran dapat dilakukan di kantor
pos, bank, ATM, dan loket resmi yang
telah bekerjasama dengan PT PLN.
Pembayaran dilakukan selambat-
lambatnya 30 hari setelah pendaftaran
secara online.
Wacana kode teks 3 yang berjudul “Prosedur
Pemasangan Listrik Secara Daring (Online)” memiliki hasil
analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh
pada kata ke-7 dari 24 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat
tidak utuh adalah 7 : 24 = 0,29 dibulatkan menjadi 0,3.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 8 + 0,3 =
8,3. Dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 8,3.
Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata
dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata
yakni 248 × 0,6 = 148,8 dibulatkan menjadi 149. Dari kedua
hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah
suku kata sebesar 8,3 dan 149.
Grafik Fry kode teks 3 di bawah ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 7. Mengacu pada teori grafik Fry,
Sebagai informasi, jika Anda
ingin berlangganan listrik pasca-
bayar, daya listrik terendah yang
diizinkan adalah 6.600 VA.
1 44
Di bawah itu, Anda harus
berlangganan listrik pra-bayar.
1 18
Setelah data diisi dan disimpan,
sistem computer
0,3 17
Jumlah 8,3 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
7. Untuk membayar lewat ATM,
Anda dapat memilih „Pembayaran
Listrik‟, kemudian pilih „Non Taglis‟.
Anda cukup memasukkan 13 digit
nomor registrasi, kemudian nama Anda
akan tampil di layar dengan jumlah
nominal yang harus Anda bayar.
8. Pemasangan akan dilakukan
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
setelah pembayaran. Syaratnya, rumah
tersebut tak jauh dari tiang listrik yang
sudah berdiri serta telah terpasang
instalasi listrik.
9. Jika pada hari keenam belum juga
terpasang, Anda bisa bertanya atau
komplain ke hotline PT PLN di nomor
123.
10. Untuk memeriksa status
pendaftaran, Anda dapat
memeriksanya di pranala
http://www.pln.co.id/pbpd/Status.php.
11. Perlu diingat, PT PLN juga
peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan
ditambah satu tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 7 – 1 = 6
dan 7 + 1 = 8. Untuk itu, wacana kode teks 3 berada pada
tingkat pembaca 6, 7, dan 8. Jika tingkat keterbacaan BIPA
level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12, maka wacana kode 3
tidak sesuai untuk BIPA level C1. Grafik Fry ditampilkan
sebagai berikut.
Grafik 3 Fry untuk Kode Teks 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
melarang Anda memberikan uang atau
tip bagi petugas yang memasang
sambungan listrik di rumah Anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
4. Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Indonesia
Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat atau yang lebih dikenal
dengan Ki Hadjar Dewantara adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu
lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi
maupun orang-orang Belanda.
Ki Hadjar Dewantara lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889
dengan nama Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara
dibesarkan di lingkungan keluarga
keraton Yogyakarta. Saat genap
berusia 40 tahun menurut hitungan
Tahun Caka, Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berganti nama menjadi
Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat
itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di
depan namanya.
Hal ini dimaksudkan supaya Ki
Kode Teks: Teks 4
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
atau yang lebih dikenal dengan Ki
Hadjar Dewantara adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu
lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para
pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti
halnya para priyayi maupun orang-
orang Belanda.
1 102
Ki Hadjar Dewantara lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei
1889 dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat.
1 38
Ki Hadjar Dewantara dibesarkan di
lingkungan keluarga keraton
Yogyakarta.
1 26
Saat genap berusia 40 tahun
menurut hitungan Tahun Caka,
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
berganti nama menjadi Ki Hadjar
1 46
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Hadjar Dewantara dapat bebas dekat
dengan rakyat, baik secara fisik
maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara
menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) dan
kemudian melanjutkan sekolahnya ke
STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera) tapi lantaran sakit,
sekolahnya tersebut tidak bisa dia
selesaikan.
Ki Hadjar Dewantara kemudian
bekerja sebagai wartawan di beberapa
surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja
Timoer dan Poesara. Pada masanya,
Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai
penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan
patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial
bagi pembacanya.
Selain bekerja sebagai seorang
wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara
juga aktif dalam berbagai organisasi
sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki
Wacana kode teks 4 yang berjudul “Ki Hajar
Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia” memiliki hasil
analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh
pada kata ke-2 dari 17 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat
tidak utuh adalah 2 : 17 = 0,1. Kemudian, jumlah perhitungan
keseluruhan adalah 5 + 0,1 = 5,1. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 5,1. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 250
× 0,6 = 150. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi
jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 5,1 dan 150.
Grafik Fry kode teks 4 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 9. Mengacu pada teori grafik Fry,
Dewantara.
Semenjak saat itu, Ki Hadjar
Dewantara tidak lagi menggunakan
gelar kebangsawanan di depan
namanya.
1 35
Hal ini 0,1 3
Jumlah 5,1 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Hadjar Dewantara aktif di seksi
propaganda Boedi Oetomo untuk
menyosialisasikan dan menggugah
kesadaran masyarakat Indonesia pada
waktu itu mengenai pentingnya
persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kemudian,
bersama Douwes Dekker (Dr.
Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, yang nantinya
akan dikenal sebagai Tiga Serangkai,
Ki Hadjar Dewantara mendirikan
Indische Partij (partai politik pertama
yang beraliran nasionalisme
Indonesia) pada tanggal 25 Desember
1912 yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan
organisasi ini untuk memperoleh
status badan hukum pada pemerintah
kolonial Belanda. Tetapi pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur
Jendral Idenburg menolak pendaftaran
itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena
organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme dan
peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan
ditambah satu tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 9 – 1 = 8
dan 9 + 1 = 10. Untuk itu, wacana kode teks 4 berada pada
tingkat pembaca 8, 9, dan 10. Jika tingkat keterbacaan BIPA
level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12, maka wacana kode 4
tidak sesuai untuk BIPA level C1. Grafik Fry ditampilkan
sebagai berikut.
Grafik 4 Fry untuk Kode Teks 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
kesatuan rakyat untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Semangatnya tidak berhenti
sampai sini. Pada bulan November
1913, Ki Hadjar Dewantara
membentuk Komite Bumipoetra yang
bertujuan untuk melancarkan kritik
terhadap Pemerintah Belanda. Salah
satunya adalah dengan menerbitkan
tulisan berjudul Als Ik Eens
Nederlander Was (Seandainya Aku
Seorang Belanda) dan Een voor Allen
maar Ook Allen voor Een (Satu untuk
Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga)
di mana kedua tulisan tersebut menjadi
tulisan terkenal hingga saat ini.
Tulisan “Seandainya Aku Seorang
Belanda” dimuat dalam surat kabar de
Expres milik dr. Douwes Dekker.
Akibat karangannya itu,
pemerintah kolonial Belanda melalui
Gubernur Jendral Idenburg
menjatuhkan hukuman pengasingan
terhadap Ki Hadjar Dewantara.
Douwes Dekker dan Cipto
Mangoenkoesoemo yang merasa rekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
seperjuangan diperlakukan tidak adil
menerbitkan tulisan yang bernada
membela Ki Hadjar Dewantara.
Mengetahui hal ini, Belanda pun
memutuskan untuk menjatuhi
hukuman pengasingan bagi keduanya.
Douwes Dekker dibuang di Kupang
sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo
dibuang ke pulau Banda.
Namun, mereka menghendaki
dibuang ke Negeri Belanda karena di
sana mereka bisa mempelajari banyak
hal daripada di daerah terpencil.
Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri
Belanda sejak Agustus 1913 sebagai
bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk
mendalami masalah pendidikan dan
pengajaran, sehingga Ki Hadjar
Dewantara berhasil memperoleh
Europeesche Akte. Pada tahun 1918,
Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah
air.
Di tanah air Ki Hadjar
Dewantara semakin mencurahkan
perhatian di bidang pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
sebagai bagian dari alat perjuangan
meraih kemerdekaan. Bersama rekan-
rekan seperjuangannya, dia pun
mendirikan sebuah perguruan yang
bercorak nasional yang diberi nama
Nationaal Onderwijs InstituutTaman
Siswa (Perguruan Nasional Taman
Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini
sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar
mereka mencintai bangsa dan tanah air
dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Pemerintah kolonial
Belanda berupaya merintanginya
dengan mengeluarkan ordonansi
Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.
Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga
ordonansi itu kemudian dicabut.
Selama mencurahkan perhatian dalam
dunia pendidikan di Taman Siswa, Ki
Hadjar Dewantara juga tetap rajin
menulis. Namun tema tulisannya
beralih dari nuansa politik ke
pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
tulisan-tulisan itulah dia berhasil
meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional bagi bangsa Indonesia.
Kegiatan menulisnya ini terus
berlangsung hingga zaman
Pendudukan Jepang.
Saat Pemerintah Jepang
membentuk Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar
ditunjuk untuk menjadi salah seorang
pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs.
Muhammad Hatta dan K.H. Mas
Mansur. Setelah kemerdekaan
Indonesia berhasil direbut dari tangan
penjajah dan stabilitas pemerintahan
sudah terbentuk.
Ki Hadjar Dewantara dipercaya
oleh presiden Soekarno untuk menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Melalui
jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara
semakin leluasa untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Pada
tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara
mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa dari Universitas Gajah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Dua tahun setelah mendapat
gelar Doctor Honoris Causa itu,
tepatnya pada tanggal 28 April 1959
Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia
di Yogyakarta dan dimakamkan di
sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara
bukan saja diabadikan sebagai seorang
tokoh dan pahlawan pendidikan
(bapak Pendidikan Nasional) yang
tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan
hari Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan
Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI No.305 Tahun
1959, tanggal 28 November 1959.
Ajarannya yakni tut wuri
handayani (di belakang memberi
dorongan), ing madya mangun karsa
(di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di
depan memberi teladan) akan selalu
menjadi dasar pendidikan di
Indonesia. Untuk mengenang jasa-jasa
Ki Hadjar Dewantara pihak penerus
perguruan Taman Siswa mendirikan
Museum Dewantara Kirti Griya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-
nilai semangat perjuangan Ki Hadjar
Dewantara.
Dalam museum ini terdapat
benda-benda atau karya-karya Ki
Hadjar sebagai pendiri Taman Siswa
dan kiprahnya dalam kehidupan
berbangsa. Koleksi museum yang
berupa karya tulis atau konsep dan
risalah-risalah penting serta data surat-
menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan
dan sebagai seorang seniman telah
direkam dalam mikrofilm dan
dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional.
5. Hubungan Lingkungan Hidup
Dengan Pembangunan
Dalam peningkatan usaha
pembangunan, akan terjadi
peningkatan penggunaan sumber daya
untuk menyokong pembangunan
tersebut, serta timbulnya
permasalahan-permasalahan dalam
lingkungan hidup manusia.
Kode Teks: Teks 5
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Dalam peningkatan usaha
pembangunan, akan terjadi
peningkatan penggunaan sumber
daya untuk menyokong
pembangunan tersebut, serta
1 57
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Dalam pembangunan, sumber
daya alam merupakan komponen yang
penting karena sumber daya alam ini
memberikan kebutuhan hidup bagi
kehidupan.
Dalam penggunaan sumber alam
tadi, hendaknya keseimbangan
ekosistem proyek pembangunan
diperhatikan dengan baik.
Keseimbangan ini bisa terganggu,
yang kadang-kadang bisa
membahayakan kehidupan umat.
Harus dicari jalan keluar yang
saling menguntungkan dalam
hubungan timbal balik antara
pembangunan, penggalian sumber
daya, dan masalah pengotoran atau
perusakan lingkungan hidup manusia.
Sebab pada umumnya, proses
pembangunan mempunyai akibat-
akibat yang lebih luas terhadap
lingkungan hidup manusia, baik akibat
langsung maupun akibat sampingan
seperti pengurangan sumber kekayaan
alam secara kuantitatif & kualitatif,
pencemaran biologis, pencemaran
timbulnya permasalahan-
permasalahan dalam lingkungan
hidup manusia.
Dalam pembangunan, sumber daya
alam merupakan komponen yang
penting karena sumber daya alam ini
memberikan kebutuhan hidup bagi
kehidupan.
1 49
Dalam penggunaan sumber alam
tadi, hendaknya keseimbangan
ekosistem proyek pembangunan
diperhatikan dengan baik.
1 39
Keseimbangan ini bisa terganggu,
yang kadang-kadang bisa
membahayakan kehidupan umat.
1 30
Harus dicari jalan keluar yang saling
menguntungkan dalam hubungan
timbal balik antara pembangunan,
penggalian sumber daya, dan
masalah pengotoran atau perusakan
lingkungan hidup manusia.
1 64
Sebab pada umumnya, proses
pembangunan mempunyai akibat-
akibat yang lebih luas terhadap
lingkungan hidup
0,3 35
Jumlah 5,3 164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
kimiawi, gangguan fisik dan gangguan
sosial budaya.
Kerugian-kerugian dan
perubahan-perbahan terhadap
lingkungan perlu lebih diperhitungkan
jika dibandingkan dengan keuntungan
yang diperkirakan akan diperoleh dari
suatu proyek pembangunan. Itulah
sebabnya, dalam setiap usaha
pembangunan, ongkos-ongkos sosial
untuk menjaga kelestarian lingkungan
perlu tetap dijaga, sedapat mungkin
tidak memberatkan kepentingan umum
masyarakat sebagai konsumen hasil
pembangunan tersebut.
Beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan-keputusan demikian, antara
lain adalah kualitas dan kuantitas
sumber kekayaan alam yang
diperlukan; akibat-akibat dari
pengambilan sumber kekayaan alam,
termasuk kekayaan hayati dan
habisnya deposito kekayaan alam
tersebut. Selain itu, perlu juga
dipertimbangkan bagaimana cara
Wacana kode teks 5 yang berjudul “Hubungan
Lingkungan Hidup dengan Pembangunan” memiliki hasil
analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh
pada kata ke-13 dari 39 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat
tidak utuh adalah 13 : 39 = 0,3. Kemudian, jumlah
perhitungan keseluruhan adalah 5 + 0,3 = 5,3. Dengan
demikian, dapat disimpulkan hasil kalimat utuh menjadi 5,3.
Untuk perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata
dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata
yakni 274 × 0,6 = 164,4 dibulatkan menjadi 164. Dari kedua
hasil tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah
suku kata sebesar 5,3 dan 164.
Grafik Fry kode teks 5 di bawah ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 12. Mengacu pada teori grafik Fry,
peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan
ditambah satu tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 12 – 1 =
11 dan 12 + 1 = 13. Dengan demikian, wacana kode teks 5
berada pada tingkat pembaca 11, 12, dan 13. Jika tingkat
keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12,
maka wacana kode 5 sesuai untuk BIPA level C1. Grafik Fry
ditampilkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
pengelolaan pembangunanitu, apakah
secara tradisional atau memakai
teknologi modern, termasuk juga
pembiayaannya dan pengaruh proyek
terhadap memburuknya lingkungan.
Hal-hal tersebut di atas hanyalah
sebagian dari daftar persoalan atau
pertanyaan yang harus
dipertimbangkan bertalian dengan
setiap proyek pembangunan. Juga
sekadar menggambarkan masalah
lingkungan yang konkret yang harus
dijawab. Setelah ditemukan jawaban
yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan
tadi, maka disusun pedoman-pedoman
kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan
pebangunan, baik berupa industri atau
bidang lain yang memperhatikan
faktor perlindungan lingkungan hidup
manusia.
Jadi, meskipun pembangunan
adalah hal yang penting, ia harus
sejalan dengan lingkungan itu sendiri.
Pembangunan yang baik haruslah
memperhatikan kelestarian
lingkungan. Dengan begitu, kehidupan
Grafik 5 Fry Kode Teks 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
manusia akan terhindar dari hal-hal
yang membahayakan terkait
pemanfaatan lingkungan dalam
pembangunan.
6. Jejaring Sosial Bagi Pertumbuhan
Dan Perkembangan Remaja Di
Indonesia
Dunia maya adalah dunia yang
tak mengenal batas, dunia yang bisa
menjebak seseorang menjadi tak
sadar. Mungkin ini adalah salah satu
akibat dari kemajuan zaman yang
semakin tak bisa dihindari.
Salah satu yang bisa kita
nikmati dalam dunia online adalah
situs jejaring sosial, yaitu tempat
berkumpul dan berinteraksinya antara
satu individu dengan individu yang
lain dalam sebuah komunitas.
Komunitas itu memberikan banyak
tawaran pada anggotanya untuk
menjalin berbagai hubungan.
Semakin banyak situs jejaring
sosial yang ada di dunia maya. Semua
Kode Teks: Teks 6
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Dunia maya adalah dunia yang tak
mengenal batas, dunia yang bisa
menjebak seseorang menjadi tak
sadar.
1 36
Mungkin ini adalah salah satu akibat
dari kemajuan zaman yang semakin
tak bisa dihindari.
1 33
Salah satu yang bisa kita nikmati
dalam dunia online adalah situs
jejaring sosial, yaitu tempat
berkumpul dan berinteraksinya
antara satu individu dengan individu
yang lain dalam sebuah komunitas.
1 72
Komunitas itu memberikan banyak
tawaran pada anggotanya untuk
menjalin berbagai hubungan.
1 32
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
menawarkan sesuatu yang menarik.
Mungkin ada kesamaan tapi juga ada
perbedaan antara situs jejaring sosial
yang satu dengan yang lain, misalnya
Instagram dengan Twitter, atau
Facebook dengan Friendster.
Namun, dibalik semua itu, situs
jejaring sosial dapat dianggap seperti
pedang bermata dua. Ini disebabkan
pengaruh negatif yang muncul akibat
pemakaian situs jejaring sosial yang
digunakan secara berlebihan.
Seperti yang dikatakan oleh
peneliti dari Inggris yang bernama
Catriona Marrison “apakah internet
menjadi pelarian bagi orang yang
mengalami depresi, atau justru
sebaliknya internet menyebabkan
orang depresi?” Dalam hal ini
Marrison mengungkapkan internet
dan media sosial dapat mempengaruhi
kehidupan sosial di dunia nyata.
Dan dengan makin pesatnya
perkembangan teknologi informasi,
mungkinkah teknologi media sosial
menjadi alternatif remaja terutama
Wacana kode teks 6 yang berjudul “Jejaring Sosial
bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja di Indonesia”
memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada
wacana jatuh pada kata ke-13 dari 39 kata. Untuk itu,
perhitungan kalimat tidak utuh adalah 16 : 24 = 0,67
dibulatkan menjadi 0,7. Kemudian, jumlah perhitungan
keseluruhan adalah 6 + 0,7 = 6,7. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 6,7. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 247
× 0,6 = 148,2 dibulatkan menjadi 148. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku
kata sebesar 6,7 dan 148.
Grafik Fry kode teks 6 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 8. Mengacu pada teori grafik Fry,
Semakin banyak situs jejaring sosial
yang ada di dunia maya.
1 22
Semua menawarkan sesuatu yang
menarik.
1 15
Mungkin ada kesamaan tapi juga ada
perbedaan antara situs jejaring sosial
yang satu dengan yang lain
0,7 37
Jumlah 6,7 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
para siswa dan siswi Sekolah
Menengah untuk belajar di kelas?
Para remaja sudah sangat akrab
dengan teknologi, dan mereka rata-
rata menikmati teknologi. Bergaul
dengan remaja ini dengan
memanfaatkan teknologi akan
membuat cara belajar dan
pemanfaatan media sosial yang lebih
bergairah untuk para pelajar remaja,
sehingga remaja sekarang dapat terus
belajar dan belajar.
Baik guru maupun orang tua
harus berkordinasi untuk saling
berbagi informasi atas kamajuan
pendidikan dan perilaku remaja
tersebut.
Penggunaan teknologi media
sosial yang tepat justru akan semakin
memperkuat pemahaman dan perilaku
sosial para remaja atas pelajaran yang
diajarkan di kelas maupun di rumah.
Dan karena teknologi sudah menjadi
bagian hidup sehari-hari remaja saat
ini, maka pengajaran yang
memanfaatkan teknologi akan lebih
peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan
ditambah satu tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 8 – 1 = 7
dan 8 + 1 = 9. Dengan demikian, wacana kode teks 6 berada
pada tingkat pembaca 7, 8, dan 9. Jika tingkat keterbacaan
BIPA level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12, maka wacana
kode 6 tidak sesuai untuk BIPA level C1. Grafik Fry
ditampilkan sebagai berikut.
Grafik 6 Fry Kode Teks 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
menyatu dalam kehidupan para
remaja Indonesia.
7. Seragam Sekolah, Perlukah?
Setiap negara di dunia
memiliki kebijakan masing-masing
dalam menentukan kewajiban
mengenakan seragam bagi para siswa.
Di Indonesia, ketentuan mengenakan
seragam ditentukan secara beragam.
Berdasarkan jenjang maupun jenis
pendidikan. Sekolah Dasar (SD/MI)
berwarna putih (baju/bagian atas) dan
merah (celana atau bagian bawah).
Sementara di Sekolah Tingkat
Pertama (SMP/MTs) berwarna putih
(baju/bagian atas) biru (celana atau
bagian bawah). Ketentuan untuk
berseragam tersebut berlaku secara
nasional kususnya untuk sekolah
negeri sesuai aturan pemerintah pusat.
Sekolah swasta, sebagian besar
memang mewajibkan siswanya untuk
berseragam, walaupun mereka
memiliki seragam sendiri yang
menjadi ciri khas sekolah mereka.
Kode Teks: Kode 7
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Setiap negara di dunia memiliki
kebijakan masing-masing dalam
menentukan kewajiban
mengenakan seragam bagi para
siswa.
1 45
Di Indonesia, ketentuan
mengenakan seragam ditentukan
secara beragam.
1 27
Berdasarkan jenjang maupun jenis
pendidikan.
1 15
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Misal, pada sekolah muslim, siswi-
siswinya diwajibkan untuk memakai
jilbab.
Aturan pemakaian seragam
menimbulkan pro dan kontra. Bagi
mereka yang Pro, mereka merasa
memperoleh manfaat ketika
mengenakan seragam sekolah.
Menurut Linda Lumsden dan Gabriel
Miller (2001) "Uniforms by
themselves cannot solve all of the
problems of school discipline, but
they can be one positive contributing
factor to discipline and safety". Selain
itu, Lumden secara terperinci
mengatakan benefit dari aturan
mengenakan seragam sekolah : (1)
dapat meningkatkan keamanan
sekolah (enhanced school safety); (2)
meningkatkan iklim sekolah
(improved learning climate), (3)
meningkatkan harga diri siswa (higher
self-esteem for students), dan (4)
mengurangi rasa stres di keluarga
(less stress on the family). Di mata
orang awam, tujuan utama pemakaian
Sekolah Dasar (SD/MI) berwarna
putih (baju/bagian atas) dan merah
(celana atau bagian bawah).
1 34
Sementara di Sekolah Tingkat
Pertama (SMP/MTs) berwarna
putih (baju/bagian atas) biru
(celana atau bagian bawah).
1 43
Ketentuan untuk berseragam
tersebut berlaku secara nasional
khususnya untuk sekolah negeri
sesuai aturan pemerintah pusat.
1 46
Sekolah swasta, sebagian besar
memang mewajibkan siswanya
untuk berseragam, walaupun
mereka memiliki seragam sendiri
yang menjadi ciri khas sekolah
mereka.
1 55
Misal, pada sekolah muslim,
siswi-siswinya diwajibkan untuk
memakai jilbab.
1 25
Aruturan pemakaian 0,3 7
Jumlah 8,3 178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
seragam adalah untuk mengurangi
kesenjangan sosial, biar terkesan rapi,
educated, dan untuk membedakan
kegiatan sekolah, menuntut ilmu dan
kegiatan (main-main) lainnya.
Kewajiban menggunakan
seragam sekolah telah menjadi bagian
tata tertib sekolah dan dilaksanakan
secara ketat. Mulai dari ketentuan
bentuk, ukuran, atribut, badge, bahan,
bahkan aturan pembelian. Saya adalah
alumni SMP Negeri 1 Brebes.
Teringat dengan jelas ketika saya
diharuskan untuk memakai badge
nama SMP saya di lengan kanan,
label Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) di saku sebelah kanan, label
nama di sebelah kiri, baju
dimasukkan, sepatu hitam dan kaos
kaki putih polos. Semua aturan
diberikan dengan embel-embel untuk
menanamkan kedisiplinan, rasa cinta,
dan rasa bangga terhadap sekolah.
Saya alumni SMA Kolese De
Britto, sebuah SMA swasta di Jogja
yang tidak mewajibkan untuk seluruh
Wacana kode teks 7 yang berjudul “Seragam Sekolah,
Perlukah?” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata
ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-2 dari 7 kata. Untuk
itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 2 : 7 = 0,3.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 8 + 0,3 =
8,3. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat
utuh menjadi 8,3. Untuk perhitungan suku kata, hasil
keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6.
Perhitungan suku kata yakni 279 × 0,6 = 178. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku
kata sebesar 8,3 dan 178.
Grafik Fry kode teks 7 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 14 dan berada pada daerah arsir. Hal itu
berarti, menurut teori grafik Fry daerah arsir hitam tidak dapat
digunakan atau tidak sah. Dengan demikian, kode teks 7 tidak
sesuai dan tidak dapat digunakan untuk BIPA level C1. Grafik
Fry ditampilkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
siswanya untuk memakai seragam.
Seragam hanya wajib digunakan
untuk hari senin dan saat upacara
bendera. Tiga tahun “hidup” di De
Britto tanpa seragam, saya tetap
merasakan manfaat-manfaat yang
telah disebutkan di atas. Teman-
teman SMA saya tetap bertanggung
jawab dengan apa yang harus mereka
lakukan. Mereka tetap disiplin dan
tepat waktu.
Saya skeptis dengan pendapat
dan pernyataan pakar dan praktisi
pendidikan di Indonesia yang
menyerukan manfaat dan kewajiban
untuk berseragam. Untuk masalah
rasa cinta dan rasa bangga terhadap
sekolah, cinta itu dari hati dan pikiran,
bukan dari apa yang dikenakan dan
digunakan. Saya sangat bangga
terhadap De Britto walaupun saya
hanya memakai seragam setiap hari
senin. Menurut saya, tidak ada
korelasi antara kebanggan dan
seragam. Identitas itu dari apa yang
kita lakukan dan kumpulan dari
Grafik 7 Fry Kode Teks 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
seluruh keputusan-keputusan kita,
bukan dari label dan badge yang kita
tempel di pakaian kita.
Menurut Fx Djoko Sukastomo
(2004), seorang guru SD dan pakar
pendidikan, mengatakan beberapa
alasannya untuk tetap mendukung
adanya aturan seragam sekolah:
membentuk kerapian dan sebagai
kendali, dengan berpakaian seragam,
secara otomatis anak-anak merasa
bukan anak liar, yang sangat bebas
bertindak dan melakukan pelanggaran
asusila maupun kegiatan yang
dilarang oleh peraturan sekolah.
Kerapian yang ditimbulkan dari
seragam sekolah adalah suatu
kerapian semu, kerapian karena
adanya keterpaksaan. Pada
prakteknya ketika seseorang berada
dalam bangku kuliah atau dalam
dunia kerja, aturan untuk seragam
tidak berlaku lagi. Ketika seseorang
yang dari kecil sudah dididik
mengenai kerapian yang nyata, bebas
tapi rapi, bukan karena terpaksa tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
akan berbeda. Selain itu, kendali
setiap siswa sangat tidak relevan
dengan seragam. Seragam itu masalah
apa yang digunakan bukan apa yang
dilakukan. Liar atau tidak, memilih
untuk melakukan pelanggaran atau
tidak, bukan karena seragam.
Pendidikan tanpa seragam
memang tidak mudah. Menurut F.
Wawan Setyadi, seorang Jesuit dan
alumnus STF Driyarkara yang pernah
bekerja sebagai pendidik di de Britto,
dalam bukunya Menjadi Manusia
Bebas, melihat semua siswa
berseragam rapi mungkin terasa lebih
mudah dan menyenangkan daripada
membiarkan anak didik memilih
sendiri pakaian yang hendak mereka
kenakan saat bersekolah. Namun,
dengan penyeragaman tidak ada hal
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Cuma orang bebas yang dapat
dimintai pertanggungjawaban.
Sependapat dengan argumen
Wawan, ketika kita “dipaksa” untuk
memakai seragam, tidak ada hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
dipertanggung jawabkan melalui
seragam tersebut. Lain halnya dengan
bebas dari seragam, setiap pakaian
yang dipakai selalu menuntut
tanggung jawab. Pernah suatu kali
saya memakai jeans sobek-sobek, dan
saya “tertangkap” oleh Romo
Pamong, saat itu juga saya
mendapatkan sanksi, dan saya
bertanggung jawab atas pilihan yang
saya pilih. Efek dari hukuman itu,
membuat saya, hingga saat ini, tidak
pernah lagi memakai celana sobek-
sobek di dalam instansi pendidikan.
Dalam hal berseragam, siswa-
siswa di Indonesia tidak tahu nilai-
nilai yang melatarbelakangi aturan
tersebut. Saya yakin mereka hanya
sebatas mengerti untuk mencegah
kesenjangan sosial. Mereka tidak
bertindak sesuai prinsip yang jelas.
Menurut Wawan lagi, kebanyakan
manusia Indonesia hanya diajari
untuk bertanggung jawab di bawah
paksaan, bukan di alam kebebasan.
Seragam selalu menjadi pro-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
kontra, saya dengan pengalaman,
pengamatan, dan pehaman saya tidak
melihat adanya manfaat adanya
penyeragaman dalam berpakaian
dalam instansi pendidikan. Seragam
menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah sama
ragamnya; sejenis; sama; (pakaian)
yang sama potongan dan warnanya.
Seragam adalah pakaian, bukan soal
disiplin atau mudah dikendalikan.
Kesenjangan sosial bukan timbul
akibat tanpa seragam, tapi karena apa
yang dilakukan, pilihan apa yang
diputuskan.
8. Ulasan Film: The Little Prince
(2015)
Terjual lebih dari 140 juta copy
dalam peredarannya di seluruh dunia
dan sudah diterjemahkan ke dalam
250 bahasa dan dialek termasuk
braille, mudah menobatkan Le Petit
Prince a.k.a The Little Prince milik
Kode Teks: Teks 8
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Terjual lebih dari 140 juta copy
dalam peredarannya di seluruh dunia
dan sudah diterjemahkan ke dalam
250 bahasa dan dialek termasuk
Braille, mudah menobatkan Le Petit
1 118
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Antoine de Saint-Exupéry ini
sebagai salah satu buku paling
populer di jagad raya sejak pertama
kali ia diterbitkan 73 tahun silam. Dan
tidak hanya berhenti sekadar menjadi
bahan bacaan saja, dalam
perjalanannya, The Little Prince juga
banyak diadaptasi ke dalam medium
lain. Mulai dari rekaman piring hitam,
siaran radio, drama panggung, opera,
balet sampai anime dan tentu saja
film, termasuk versi animasi 3D
terbarunya yang disutradarai oleh
Mark Osborne (Kung Fu Panda).
The Little Prince versi Osborne
yang naskahnya digubah oleh duo
Irena Brignull dan Bob Persichetti
memang tidak mentah-mentah meniru
novel aslinya. Brignull dan Persichetti
menghadirkan cerita baru yang
nantinya digabungkan dengan elemen
novelnya, cerita tentang seorang
bocah perempuan (Mackenzie Foy)
yang hidupnya terlalu diatur oleh
ambisi ibunya (Rachel McAdams)
untuk membuat dirinya menjadi
Wacana kode teks 8 yang berjudul “Ulasan Film: The
Little Prince (2015)” memiliki hasil analisis data sebagai
berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-27 dari
30 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 27 :
30 = 0,9. Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 2
+ 0,9 = 2,9. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil
kalimat utuh menjadi 2,9. Untuk perhitungan suku kata, hasil
keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6.
Prince a.k.a The Little Prince milik
Antoine de Saint-Exupery ini sebagai
salah satu buku paling populer di
jagad raya sejak pertama kali ia
diterbitkan 73 tahun silam.
Dan tidak hanya berhenti sekadar
menjadi bahan bacaan saja, dalam
perjalanannya, The Little Prince juga
banyak diadaptasi ke dalam medium
lain.
1 49
Mulai dari rekaman piring hitam,
siaran radio, drama panggung, opera,
balet sampai anime dan tentu saja
film, termasuk versi animasi 3D
terbarunya yang disutradarai oleh
Mark Osborne
0,9 64
Jumlah 2.9 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
manusia dewasa sebelum waktunya
dengan segala jadwal dan aturan ketat
yang membosankan. Namun,
semuanya berbuah ketika si gadis
kecil bertemu dengan tetangganya;
seorang pilot tua nyentrik (Jeff
Bridges) yang memperkenalkannya
pada kisah luar biasa The Little Prince
yang kemudian mengubah hidupnya
selamanya.
Ada kesamaan antara The Little
Prince dengan animasi keluaran Pixar,
Inside Out, bukan hanya kesamaan
karena dirilis di tahun yang sama,
namun tema tentang kedewasaan yang
bersembunyi di balik tampilan
animasi anak-anaknya yang ceria.
Jika Inside Out punya premis yang
terasa lebih menarik dan kompleks
dengan segala tetek bengek unsur
psikologisnya, The Little Prince
memilih jalur lebih simpel melalui
kisah persahabatan beda usia yang
dipenuhi dengan hati dan filosofi
kehidupan, tentang bagaimana
menjadi dewasa tanpa harus
Perhitungan suku kata yakni 231 × 0,6 = 138,6 dibulatkan
menjadi 139. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi
jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 2,9 dan 139.
Grafik Fry kode teks 8 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 10. Dapat disimpulkan bahwa hasil
yang diperoleh kode teks 8 ialah tingkat 9, 10, dan 11.
Tingkat keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat (grade) 11
dan 12. Namun, jumlah rata-rata kalimat ke-100 teks 8 yang
diperoleh sebesar 2,9 dan berada pada daerah arsir hitam. Hal
itu berarti, jumlah rata-rata kalimat tidak memenuhi syarat
ketentuan grafik Fry. Oleh karena itu, kode teks 8 hanya
sesuai berdasarkan jumlah rata-rata suku kata per 100 kata.
Grafik 8 Fry Kode Teks 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
melupakan siapa dirimu dan masa
kecilmu.
Tentu saja tidak adil jika
kemudian membandingkan kualitas
animasi bikinan Pixar yang luar biasa
detil itu dengan The Little Prince
yang notabene sangat sederhana,
tetapi bukan berarti The Little Prince
tidak punya daya pikatnya sendiri.
Saya suka bagaimana pemilihan
kontras warnanya. Dunia manusia
dewasa disajikan dalam tone warna
“mati” dengan atmosfer kelam yang
seakan-akan ingin mewakili
kehidupan menonton dan
membosankan, sebaliknya muncul
keceriaan penuh warna-warni cerah
ketika adegan berpindah menyorot
relasi persahabatan pilot tua dan si
gadis kecil yang dilatar belakangi
scoring lembut dari kolaborasi
Richard Harvey dan Hans Zimmer.
Sementara elemen dari novelnya yang
berisi petualangan misterius sang pilot
bertemu anak laki-laki dijabarkan
dalam bungkusan animasi stop motion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
cantik ketika memadukan kombinasi
bahan-bahan kertas, kain dan tanah
liat yang dibentuk sedemikian rupa
menjadi gambar bergerak yang unik
dan meninggalkan kesan mendalam.
Mark Osborne
mempresentasikan The Little Prince
versinya dengan cukup baik, mungkin
tidak sampai terlalu istimewa
mengingat kualitas animasi,
khususnya pada bagian cerita di dunia
nyatanya terasa sedikit kurang
menarik meski sebenarnya buat
penonton yang lebih dewasa hal itu
mungkin tidak terlalu menjadi
masalah karena bisa ditutupi dengan
kekuatan tema dan penceritaannya
yang bagus. Satu lagi yang menarik
dari The Little Prince adalah jajaran
pengisi suaranya. Tidak main-main
sederet nama-nama aktor dan aktris
kelas “A” diboyong untuk mengisi
suara-suara karakternya, sebut saja
Jeff Bridges, Rachel McAdams, Paul
Rudd, Marion Cotillard, James
Franco, Benicio del Toro, Ricky
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Gervais, Bud Cort, Paul Giamatti,
Albert Brooks ya meskipun sedikit
disayangkan, selain Bridges,
Mackenzie Foy. dan Rachel
McAdams, porsi screen time dari
nama-nama besar tidaklah banyak dan
sebagian besar juga bukan karakter-
karakter penting.
9. Kisah Malin Kundang
Pada zaman dahulu di sebuah
perkampungan nelayan Pantai Air
Manis di daerah Padang, Sumatera
Barat, hiduplah seorang janda
bernama Mande Rubayah bersama
seorang anak laki-lakinya yang
bernama Malin Kundang. Mande
Rubayah amat menyayangi dan
memanjakan Malin Kundang. Malin
adalah seorang anak yang rajin dan
penurut.
Mande Rubayah sudah tua, ia
hanya mampu bekerja sebagai penjual
kue untuk mencukupi kebutuhan ia
dan anak tunggalnya. Suatu hari,
Kode Teks: Teks 9
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Pada zaman dahulu di sebuah
perkampungan nelayan Pantai Air
Manis di daerah Padang, Sumatera
Barat, hiduplah seorang janda
bernama Mande Rubayah bersama
seorang anak laki-lakinya yang
bernama Malin Kundang.
1 73
Mande Rubayah amat menyanyangi
dan memanjakan Malin Kundang.
1 20
Malin adalah seorang anak yang rajin
dan penurut.
1 17
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Malin jatuhsakit. Sakit yang amat
keras. Nyawanya hampir melayang,
tetapi akhirnya ia dapat
diselamatkanberkat usaha keras
ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya,
ia semakin disayang. Mereka adalah
ibu dan anak yang saling menyayangi.
Kini, Malin sudah dewasa, ia
meminta izin kepada ibunya untuk
pergi merantau ke kota karena saat itu
sedang ada kapal besar merapat di
Pantai Air Manis.
“Jangan Malin, ibu takut terjadi
sesuatu denganmu di tanah rantau
sana. Menetaplah saja di sini, temani
ibu,” ucap ibunya sedih setelah
mendengar keinginan Malin yang
ingin merantau.
“Ibu tenanglah, tidak akan
terjadi apa-apa denganku,” kata Malin
sambil menggenggam tangan ibunya.
“Ini kesempatan Bu, kerena belum
tentu setahun sekali ada kapal besar
merapat di pantai ini. Aku ingin
mengubah nasib kita Bu, izinkanlah”
pinta Malin memohon.
Wacana kode teks 9 yang berjudul “Kisah Malin
Kundang” memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata
ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-1 dari 26 kata. Untuk
itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 1 : 26 = 0,04.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 9 + 0,04 =
9,04 dibulatkan menjadi 9. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 9. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 243
Mande Rubayah sudah tua, ia hanya
mampu bekerja sebagai penjual kue
untuk mencukupi kebutuhan ia dan
anak tunggalnya.
1 44
Suatu hari, Malin jatuh sakit. 1 11
Sakit yang amat keras. 1 7
Nyawanya hampir melayang, tetapi
akhirnya ia dapat diselamatkan
berkat usaha keras ibunya.
1 33
Setelah sembuh dari sakitnya, ia
semakin disayang.
1 18
Mereka adalah ibu dan anak yang
saling menyanyangi.
1 18
Kini 0,04 2
Jumlah 9,04 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah
kembali, ibu akan selalu
menunggumu Nak,” kata ibunya
sambil menangis. Meski dengan berat
hati akhirnya Mande Rubayah
mengizinkan anaknya pergi.
Kemudian Malin dibekali dengan nasi
berbungkus daun pisang sebanyak
tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di
perjalanan,” katanya sambil
menyerahkannya pada Malin. Setelah
itu berangkatlah Malin Kundang ke
tanah rantau meninggalkan ibunya
sendirian.
Hari-hari terus berlalu, hari
yang terasa lambat bagi Mande
Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande
Rubayah memandang ke laut, “Sudah
sampai manakah kamu berlayar
Nak?” tanyanya dalam hati sambil
terus memandang laut. la selalu
mendoakan anaknya agar selalu
selamat dan cepat kembali.
Beberapa waktu kemudian jika
ada kapal yang datang merapat ia
selalu menanyakan kabar tentang
× 0,6 = 145,8 dibulatkan menjadi 146. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku
kata sebesar 9 dan 146.
Grafik Fry kode teks 9 di bawah ini menunjukkan
titik temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut
jatuh pada tingkat pembaca 7. Dengan demikian, hasil yang
diperoleh kode teks 9 ialah tingkat 6, 7, dan 8. Tingkat
keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12.
Untuk itu, kode teks 9 tidak sesuai untuk BIPA level C1.
Grafik 9 Fry Kode Teks 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
anaknya. “Apakah kalian melihat
anakku, Malin? Apakah dia baik-baik
saja? Kapan ia pulang?” tanyanya.
Namun, setiap ia bertanya pada awak
kapal atau nahkoda tidak pernah
mendapatkan jawaban. Malin tidak
pernah menitipkan barang atau pesan
apapun kepada ibunya.
Bertahun-tahun Mande
Rubayah terus bertanya namun tak
pernah ada jawaban hingga tubuhnya
semakin tua.Kini, jalannya mulai
terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari
Mande Rubayah mendapat kabar dari
nakhoda yang dulu membawa Malin.
Nahkoda itu memberi kabar bahagia
pada Mande Rubayah.
“Mande, tahukah kau, anakmu
kini telah menikah dengan gadis
cantik, putri seorang bangsawan yang
sangat kaya raya,” ucapnya saat itu.
Mande Rubayah amat gembira
mendengar hal itu, ia selalu berdoa
agar anaknya selamat dan segera
kembali menjenguknya, sinar
keceriaan mulai mengampirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
kembali. Namun, hingga berbulan-
bulan semenjak ia menerima kabar
Malin dari nahkoda itu, Malin tak
kunjung kembali untuk menengoknya.
“Malin cepatlah pulang kemari
Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau
pulang…,” rintihnya pilu setiap
malam. Ia yakin anaknya pasti datang.
Benar saja, tak berapa lama kemudian
di suatu hari yang cerah dari kejauhan
tampak sebuah kapal yang megah nan
indah berlayar menuju pantai. Orang
kampung berkumpul, mereka mengira
kapal itu milik seorang sultan atau
seorang pangeran. Mereka
menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat,
terlihat sepasang anak muda berdiri di
anjungan. Pakaian mereka berkiiauan
terkena sinar matahari. Wajah mereka
cerah dihiasi senyum karena bahagia
disambut dengan meriah. Mande
Rubayah juga ikut berdesakan
mendekati kapal. Jantungnya berdebar
keras saat melihat lelaki muda yang
berada di kapal itu, ia sangat yakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
bahwa lelaki muda itu adalah
anaknya, Malin Kundang. Belum
sempat para sesepuh kampung
menyambut, Ibu Malin terlebih
dahulu menghampiri Malin. la
langsung memeluknya erat, ia takut
kehilangan anaknya lagi.
“Malin, anakku. Kau benar
anakku kan?” katanya menahan isak
tangis karena gembira, “Mengapa
begitu lamanya kau tidak memberi
kabar?”
Malin terkejut karena dipeluk
wanita tua renta yang berpakaian
compang-camping itu. Ia tak percaya
bahwa wanita itu adalah ibunya.
Sebelum dia sempat berbicara,
istrinya yang cantik itu meludah
sambil berkata, “Wanita jelek inikah
ibumu? Mengapa dahulu kau bohong
padaku!” ucapnya sinis, “Bukankah
dulu kau katakan bahwa ibumu adalah
seorang bangsawan yang sederajat
denganku?”
Mendengar kata-kata pedas
istrinya, Malin Kundang langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
mendorong ibunya hingga terguling
ke pasir, “Wanita gila! Aku bukan
anakmu!” ucapnya kasar.
Mande Rubayah tidak percaya
akan perilaku anaknya, ia jatuh
terduduk sambil berkata, “Malin,
Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak!
Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!”
Malin Kundang tidak memperdulikan
perkataan ibunya. Dia tidak akan
mengakui ibunya. la malu kepada
istrinya. Melihat wanita itu beringsut
hendak memeluk kakinya, Malin
menendangnya sambil berkata, “Hai,
wanita gila! lbuku tidak seperti
engkau! Melarat dan kotor!” Wanita
tua itu terkapar di pasir, menangis,
dan sakit hati.
Orang-orang yang meilhatnya
ikut terpana dan kemudian pulang ke
rumah masing-masing. Mande
Rubayah pingsan dan terbaring
sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air
Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal
Malin semakin menjauh. Ia tak
menyangka Malin yang dulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
disayangi tega berbuat demikian.
Hatinya perih dan sakit, lalu
tangannya ditengadahkannya ke
langit. Ia kemudian berdoa dengan
hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau
memang dia bukan anakku, aku
maafkan perbuatannya tadi. Tapi
kalau memang dia benar anakku yang
bernama Malin Kundang, aku mohon
keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu
sambil menangis. Tak lama kemudian
cuaca di tengah laut yang tadinya
cerah, mendadak berubah menjadi
gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan
teramat lebatnya. Tiba-tiba datanglah
badai besar, menghantam kapal Malin
Kundang. Lalu datanglah sambaran
petir yang menggelegar. Saat itu juga,
kapal hancur berkeping- keping.
Kemudian terbawa ombak hingga ke
pantai.
Esoknya, saat matahari pagi
muncul di ufuk timur, badai telah
reda. Di kaki bukit terlihat kepingan
kapal yang telah menjadi batu.
Itulah kapal Malin Kundang!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Tampak sebongkah batu yang
menyerupai tubuh manusia. Itulah
tubuh Malin Kundang anak durhaka
yang kena kutuk ibunya menjadi batu
karena telah durhaka. Disela-sela batu
itu, berenang-renang ikan teri, ikan
belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan
itu berasal dari serpihan tubuh sang
istri yang terus mencari Malin
Kundang.
Sampai sekarang, jika ada
ombak besar menghantam batu-batu
yang mirip kapal dan manusia itu,
terdengar bunyi seperti lolongan
jeritan manusia, terkadang bunyinya
seperti orang meratap menyesali diri,
“Ampun, Bu…! Ampuun!” konon
itulah suara si Malin Kundang, anak
yang durhaka pada ibunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
10. Mitos Seputar Gerhana Matahari
di Indonesia
Tanggal 9 Maret 2016 akan
menjadi hari istimewa bagi
masyarakat Indonesia di beberapa
daerah tertentu karena akan ada
fenomena gerhana matahari total yang
dapat disaksikan sebagian masyarakat
Indonesia.Fenomena langka ini kian
menarik karena ada berbagai mitos
seputar peristiwa gerhana matahari di
Indonesia. Apa saja mitos-mitos
tersebut?
Mitos Batara Kala dari Tanah
Jawa
Mitos dari tanah Jawa ini
bercerita tentang Batara Kala, sosok
raksasa jahat yang ingin hidup abadi.
Batara Kala pun lantas meminum
Tirta Amerta, air keabadian dari
tempat tinggal para dewa. Saat baru
meminum sampai di kerongkongan,
sang Batara Guru mengetahuinya dan
Kode Teks 10
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Tanggal 9 Maret 2016 akan menjadi
hari istimewa bagi masyarakat
Indonesia di beberapa daerah tertentu
karena akan ada fenomena gerhana
matahari total yang dapat disaksikan
sebagian masyarakat Indonesia.
1 82
Fenomena langka ini kian menarik
karena ada berbagai mitos seputar
peristiwa gerhana matahari di
Indonesia.
1 43
Apa saja mitos-mitos tersebut? 1 11
Mitos dari tanah Jawa ini bercerita
tentang Batara Kala, sosok raksasa
jahat yang ingin hidup abadi.
1 36
Batara Kala pun lantas meminum Tirta
Amerta, air keabadian dari tempat
tinggal para dewa.
1 33
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
mencoba mencegah hal tersebut.
Batara Guru melemparkan
cakra yang memenggal leher Batara
Kala. Ternyata kesaktian Tirta
Amerta sudah bekerja pada bagian
kepala Batara Kala. Kepalanya
melayang-layang di udara sedangkan
bagian badannya jatuh ke bumi dan
berubah menjadi lesung (alat
penumbuk padi). Batara Kala yang
murka kemudian menelan matahari
agar bumi mengalami kegelapan
selama-lamanya.
Cerita tersebut kemudian
mengilhami masyarakat tanah Jawa
untuk memukul lesung ketika terjadi
gerhana matahari total. Hal tersebut
menyimbolkan masyarakat yang
memukul-mukul tubuh Batara Kala
agar matahari kembali dimuntahkan
oleh raksasa tersebut.
Wacana kode teks 10 yang berjudul “Mitos Seputar
Gerhana Matahari di Indonesia” memiliki hasil analisis data
sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-
8 dari 9 kata. Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah
8 : 9 = 0,89 dibulatkan menjadi 0,9. Kemudian, jumlah
perhitungan keseluruhan adalah 6 + 0,9 = 6,9. Untuk itu, dapat
disimpulkan hasil kalimat utuh menjadi 6,9. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 261
× 0,6 = 156,6 dibulatkan menjadi 157. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku
kata sebesar 6,9 dan 157.
Grafik Fry kode teks 10 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 10. Dengan demikian, hasil yang
diperoleh kode teks 10 ialah 9, 10, dan 11. Jika tingkat
keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12,
Saat baru meminum sampai di
kerongkongan, sang Batara Guru
mengetahuinya dan mencoba
mencegah hal tersebut.
1 36
Batara Guru melemparkan cakra yang
memenggal leher Batara
0,9 20
Jumlah 6,9 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Masyarakat Dayak Juga Percaya
Mitos Batara Kala
Tak hanya masyarakat Jawa,
orang-orang Dayak juga mempercayai
kisah tentang Batara Kala. Ketika
gerhana matahari total terjadi,
masyarakat Dayak akan memukul-
mukul lesung sambil melantunkan
syair yang disebut Mansana. Tradisi
unik tersebut masih berlangsung di
Kampung Tanjung Laong.
Selain memukul-mukul
lesung, ada kebiasaan unik lainnya
yang dilakukan oleh suku Dayak
Ngaju ketika terjadi gerhana matahari
total. Masyarakat Dayak Ngaju akan
memukul-mukul batang pohon buah-
buahan. Tujuannya adalah supaya roh
pohon buah tersebut yang bernama
Gana segera bangkit dan membuat
pohon jadi berbuah lebat.
maka wacana kode 10 sesuai untuk BIPA level C1. Grafik Fry
ditampilkan sebagai berikut.
Grafik 10 Fry Kode Teks 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Tradisi Dolo-Dolo di Tidore
Sebuah kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat Pulau
Tidore ketika menyambut peristiwa
gerhana matahari total disebut Tradisi
Dolo-Dolo. Dalam tradisi tersebut,
masyarakat akan memukul-mukul
kentongan bambu secara bersamaan.
Aktivitas tersebut dilakukan sebagai
lambang untuk mengusir raksasa yang
menelan matahari.
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tidore Kepulauan
akan melaksanakan koordinasi untuk
memperlancar tradisi dolo-dolo.
Sehingga seluruh masyarakat dan
sekolah akan membunyikan dolo-dolo
secara serempak ketika gerhana
matahari total berlangsung.
Kemunculan Naga di Sungai Musi,
Palembang
Mitos yang berkembang di
Palembang hampir serupa dengan
mitos yang dipercaya masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Jawa, Dayak, dan Tidore. Namun,
perbedaannya terletak pada sosok
raksasa yang menelan matahari di
langit.Masyarakat Palembang percaya
bahwa ada naga yang akan muncul di
Sungai Musi ketika terjadi gerhana
matahari total.
11. Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah
jenis demensia paling umum yang
awalnya ditandai oleh melemahnya
daya ingat, hingga gangguan otak
dalam melakukan perencanaan,
penalaran, persepsi, dan berbahasa.
Pada penderita Alzheimer, gejala
berkembang secara perlahan-lahan
seiring waktu. Misalnya yang diawali
dengan sebatas lupa soal isi
percakapan yang baru saja
dibincangkan atau lupa dengan nama
obyek dan tempat, bisa berkembang
menjadi disorientasi dan perubahan
perilaku. Perubahan perilaku dalam
hal ini seperti menjadi agresif,
Kode Teks: Teks 11
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Penyakit Alzheimer adalah jenis
demensia paling umum yang
awalnya ditandai oleh melemahnya
daya ingat, hingga gangguan otak
dalam melakukan perencanaan,
penalaran, persepsi, dan berbahasa.
1 68
Pada penderita Alzheimer, gejala
berkembang secara perlahan-lahan
seiring waktu.
1 30
Misalnya yang diawali dengan
sebatas lupa soal isi percakapan yang
baru saja dibincangkan atau lupa
dengan nama objek dan tempat, bisa
1 68
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
penuntut, dan mudah curiga terhadap
orang lain. Bahkan jika penyakit
Alzheimer sudah mencapai tingkat
parah, penderita dapat mengalami
halusinasi, masalah dalam berbicara
dan berbahasa, serta tidak mampu
melakukan aktivitas tanpa dibantu
orang lain.
Meski penyebab pasti penyakit
ini belum diketahui, para ahli percaya
bahwa penyakit Alzheimer pada
umumnya terjadi akibat meningkatnya
produksi protein dan khususnya
penumpukan protein beta-amyloid di
dalam otak yang menyebabkan
kematian sel saraf.
Ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena penyakit Alzheimer, di
antaranya adalah pertambahan usia,
cidera parah di kepala, riwayat
kesehatan keluarga atau genetika, dan
gaya hidup.
Penyakit Alzheimer rentan
diidap oleh orang-orang yang telah
berusia di atas 65 tahun dan sebanyak
Wacana kode teks 11 yang berjudul “Alzheimer”
memiliki hasil analisis data sebagai berikut. Kata ke-100 pada
wacana jatuh pada kata ke-25 dari 26 kata. Untuk itu,
perhitungan kalimat tidak utuh adalah 25 : 26 = 0,9.
Kemudian, jumlah perhitungan keseluruhan adalah 4 + 0,9 =
4,9. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kalimat
utuh menjadi 4,9. Untuk perhitungan suku kata, hasil
keseluruhan suku kata dikalikan rumus grafik Fry sebesar 0,6.
Perhitungan suku kata yakni 273 × 0,6 = 163,8 dibulatkan
menjadi 164. Dari kedua hasil tersebut, diperoleh informasi
jumlah kalimat dan jumlah suku kata sebesar 4,9 dan 164.
berkembang menjadi disorientasi dan
perubahan perilaku.
Perubahan perilaku dalam hal ini
seperti menjadi agresif, penuntut,
dan mudah curiga terhadap orang
lain.
1 38
Bahkan jika penyakit Alzheimer
sudah mencapai tingkat parah,
penderita dapat mengalami
halusinasi, masalah dalam berbicara
dan berbahasa, serta tidak mampu
melakukan aktivitas tanpa dibantu
orang
0,9 70
Jumlah 4,9 164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
16 persen diidap oleh mereka yang
usianya di atas 80 tahun.
Meski begitu, penyakit yang
menjangkiti lebih banyak wanita
ketimbang laki-laki ini juga dapat
dialami oleh orang-orang yang berusia
antara 40 hingga 65 tahun.
Diperkirakan sebanyak 5 persen
penderita Alzheimer terjadi pada
kisaran usia tersebut.
Diagnosis dan pengobatan penyakit
Alzheimer
Penderita Alzheimer umumnya
hidup sekitar delapan hingga sepuluh
tahun setelah gejala muncul, namun
ada juga beberapa penderita lainnya
yang bisa hidup lebih lama dari itu.
Meski penyakit Alzheimer belum ada
obatnya, ragam pengobatan yang ada
saat ini bertujuan untuk
memperlambat perkembangan kondisi
serta meredakan gejalanya.
Karena itu, segera temui
dokter jika daya ingat Anda
mengalami perubahan atau Anda
Grafik Fry kode teks 11 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 12. Mengacu pada teori grafik Fry,
peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan
ditambah satu tingkat. Hasil yang diperoleh adalah 12 – 1 =
11 dan 12 + 1 = 13. Untuk itu, wacana kode teks 11 berada
pada tingkat pembaca 11, 12, dan 13. Jika tingkat keterbacaan
BIPA level C1 pada tingkat (grade) 11 dan 12, maka wacana
kode 11 sesuai untuk BIPA level C1. Grafik Fry ditampilkan
sebagai berikut.
Grafik 11 Fry Kode Teks 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
khawatir mengidap demensia. Jika
penyakit Alzheimer dapat terdiagnosis
sejak dini, maka Anda akan memiliki
lebih banyak waktu untuk melakukan
persiapan serta perencanaan untuk
masa depan, dan yang lebih terpenting
lagi, Anda akan mendapatkan
penanganan lebih cepat yang dapat
membantu.
Tidak ada tes khusus untuk
membuktikan seseorang mengalami
Alzheimer. Dalammendiagnosis
penyakit Alzheimer, dokter akan
bertanya seputar masalah dan gejala
yang dialami pasien. Tes medis
mungkin akan dilakukan untuk
memastikan kondisi yang dialami
pasien bukan karena penyakit lain.
Selain dengan pemberian obat-
obatan, penyakit Alzheimer juga dapat
ditangani secara psikologis melalui
stimulasi kognitif guna memperbaiki
ingatan si penderita, memulihkan
kemampuannya dalam berbicara
maupun dalam memecahkan masalah,
serta membantunya hidup semandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
mungkin.
Pencegahan penyakit Alzheimer
Karena penyebab pastinya
belum diketahui, sulit untuk mencegah
penyakit ini secara pasti. Namun, ada
beberapa cara yang bisa Anda lakukan
untuk mempertahankan kesehatan dan
fungsi otak, di antaranya dengan
mengonsumsi makanan sehat,
berolahraga, tidak merokok,
membatasi konsumsi alkohol, serta
rutin memeriksakan diri ke dokter
seiring pertambahan usia.
12. Pemilu Minus Kesukarelaan
Pemilihan umum (Pemilu)
merupakan salah satu ciri pokok
demokrasi. Sebuah negara tak bisa
disebut demokratis, jika di dalamnya
tidak terdapat Pemilu yang
diselenggarakan secara periodik atau
berkala untuk melakukan sirkulasi
elite politik.
Kode Teks: Teks 12
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Pemilihan umum (Pemilu)
merupakan salah satu ciri pokok
demokrasi.
1 25
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Indonesia merupakan negara,
yang setelah berhasil
menyelenggarakan Pemilu 2004,
disebut sebagai negara terdemokratis
ketiga setelah Amerika dan India.
Gelar tersebut bukan saja karena
Indonesia telah terbebas dari rezim
birokratik-otoritarian Orde Baru,
tetapi juga karena Pemilu dapat
diselenggarakan dengan baik oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagai sebuah lembaga independen
penyelenggara Pemilu yang personil-
personilnya secara umum memiliki
kapasitas dan kapabilitas mumpuni.
Selain itu, saat itu nuansa
euforia demokrasi pasca
otoritarianisme masih sangat terasa
dan disambut masyarakat dengan
senang hati dan bahkan antusias untuk
memilih wakil-wakil dan pemimpin
rakyat yang sesuai dengan harapan
mereka. Secara umum, rakyat pemilih
datang ke TPS-TPS (Tempat
Pemungutan Suara) karena dorongan
dari diri mereka sendiri untuk
Sebuah negara tak bisa disebut
demokratis, jika di dalamnya tidak
terdapat Pemilu yang
diselenggarakan secara periodik atau
berkala untuk melakukan sirkulasi
elite politik.
1 64
Indonesia merupakan negara, yang
setelah berhasil menyelenggarakan
Pemilu 2004, disebut sebagai negara
terdemokratis ketiga setelah Amerika
dan India.
1 60
Gelar tersebut bukan saja karena
Indonesia telah terbebas dari rezim
birokratik-otoritarian Orde Baru,
tetapi juga karena Pemilu dapat
diselenggarakan dengan baik oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagai sebuah lembaga independen
penyelenggara Pemilu yang personil-
personilnya secara umum memiliki
kapasitas dan kapabilitas mumpuni.
1 128
Selain itu, saat itu nuansa euforia
demokrasi pasca otoritarianisme
0,3 31
Jumlah 4,3 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
melahirkan wakil dan pemimpin
rakyat yang akan mampu
menciptakan kebaikan bersama.
Butuh Kesukarelaan
Menurut Wiliam Ebenstein
dalam karyanya yang berjudul
“Todays Isms: Socialism, Capitalism,
Fascism, Communism, and
Libertarianism”, setidaknya ada
delapan kriteria dan dasar psikologis
demokrasi, yakni akal sehat,
pengutamaan individu, negara tak
lebih dari sekadar alat untuk
mencapai tujuan bersama, hubungan
antara negara dan rakyat diatur
berdasar hukum, persamaan hak asasi
manusia, prosedur demokrasi yang
dijalankan secara benar mengingat
tujuan tidak bisa dipisahkan dari cara
atau alat yang digunakan, dan prinsip
kesukarelaan (voluntarism).
Demokrasi meniscayakan
kesukarelaan masyarakat untuk
terlibat di dalamnya. Tanpa
Wacana kode teks 12 yang berjudul “Pemilu Minus
Kesukarelaan” memiliki hasil analisis data sebagai berikut.
Kata ke-100 pada wacana jatuh pada kata ke-9 dari 32 kata.
Untuk itu, perhitungan kalimat tidak utuh adalah 9 : 32 = 0,28
dibulatkan menjadi 0,3. Kemudian, jumlah perhitungan
keseluruhan adalah 4 + 0,3 = 4,3. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil kalimat utuh menjadi 4,3. Untuk
perhitungan suku kata, hasil keseluruhan suku kata dikalikan
rumus grafik Fry sebesar 0,6. Perhitungan suku kata yakni 308
× 0,6 = 184,8 dibulatkan menjadi 185. Dari kedua hasil
tersebut, diperoleh informasi jumlah kalimat dan jumlah suku
kata sebesar 4,3 dan 185.
Grafik Fry kode teks 12 berikut ini menunjukkan titik
temu kedua hasil yang diperoleh. Titik temu tersebut jatuh
pada tingkat pembaca 15 atau bahkan lebih. Hasil yang
diperoleh wacana kode teks 12 ialah tingkat pembaca 14, 15
dan 16. Jika tingkat keterbacaan BIPA level C1 pada tingkat
(grade) 11 dan 12, maka wacana kode 12 tidak sesuai untuk
BIPA level C1. Grafik Fry ditampilkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
kesukarelaan tak ada demokrasi,
karena sesungguhnya mereka
mengalami keterpaksaan dalam
menentukan pilihan. Dalam tradisi
masyarakat di Indonesia, saat ini
kesukarelaan dalam politik bisa
dikatakan sangatlah rendah.
Nampaknya, hal ini disebabkan oleh
kesalahan dalam memahami makna
politik. Politik dianggap sebagai arena
yang kotor dan jahat yang dihuni oleh
mereka yang hanya ingin
memperkaya diri sendiri. Karena itu,
rakyat menuntut imbalan secara
langsung untuk dukungan politik yang
mereka berikan.
Harus diakui, masih banyak
terjadi tidak adanya kesukarelaan di
antara pemilih dan juga para caleg.
Masyarakat tidak mau memilih jika
tidak diberi imbalan uang atau
imbalan-imbalan konkret dalam
bentuk lainnya. Dalam konteks ini,
kesukarelaan masyarakat telah
didistorsi oleh praktik politik-uang.
Mereka menjadikan uang sebagai
Grafik 12 Fry Kode Teks 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
salah satu faktor dominan dalam
menentukan pilihan. Hal ini tercermin
dalam prinsip-prinsip mereka yang
nyata dalam berbagai jargon, antara
lain: tak ada duit, tidak nyoblos (baca:
mencontreng), caleg jangan hanya
jual gusi, tapi harus punya gizi, dan
lain-lain jargon yang senada dengan
itu.
Sementara para caleg
memberikan uang juga karena
keterpaksaan. Walaupun sebelumnya
tidak pernah dikenal sebagai orang
yang dermawan, tetapi pada saat
menjelang Pemilu mendadak menjadi
orang yang sangat royal kepada
masyarakat. Para caleg melakukan itu
tentunya karena memiliki interest.
Mereka terpaksa, karena harus
mengikuti langgam realitas pasar
yang memang menginginkan itu. Jika
mereka tidak mampu menahan hasrat
untuk semata-mata berkuasa, maka
jalan praktik politik uanglah yang
mereka tempuh. Lalu, jika hasrat
berkuasa para caleg terlalu tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
maka mereka akan mempertaruhkan
sebagian besar harta kekayaan yang
mereka miliki untuk memperebutkan
kekuasaan di lembaga legislatif itu;
bahkan walau untuk itu mereka mesti
harus berutang.Itu terbukti dengan
banyaknya caleg yang setelah selesai
Pemilu tidak mendapatkan perolehan
suara yang signifikan, kemudian
menjadi stres dan bahkan meninggal
dunia karena terkena serangan jantung
akut. Setidaknya mereka melakukan
tindakan-tindakan yang sungguh
ironis dan memalukan, seperti
meminta kembali barang-barang yang
telah mereka berikan, baik untuk
pribadi-pribadi tertentu maupun untuk
kelompok-kelompok dan lembaga-
lembaga tertentu.
Harusnya, kejadian-kejadian
seperti itu tak perlu terjadi jika
masing-masing antara pemilih dan
para caleg memiliki saling percaya.
Ketiadaan sikap saling percaya inilah
yang menyebabkan uang menjadi
jalan terakhir. Rakyat pemilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
menginginkan imbalan yang
berbentuk instan,sedangkan para
caleg yang sebelumnya tidak pernah
berkiprah dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan juga menggunakan
uang sebagai jalan instan untuk
merebut kekuasaan. Akibatnya,
Pemilu diwarnai dengan transaksi-
transaksi yang sesungguhnya masuk
dalam kategori politik-uang, yang
oleh Undang-Undang jelas dilarang.
Jarang sekali caleg yang berani
melakukan langkah melawan arus
dengan melakukan pendidikanpolitik
kepada rakyat dengan menjelaskan
bahwa praktik-politik uang
merupakan praktik pelanggaran
terhadap Undang-Undang.
Disfungsi Aparat
Selain itu, sayangnya,
penegakan peraturan dalam
penyelenggaraan Pemilu tidak
dijalankan secara tegas oleh aparat
terkait. Warga masyarakat yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
memiliki idealisme juga tidak mau
ambil pusing dengan berbagai
pelanggaran yang terjadi, misalnya
dengan melaporkan praktik-praktik
yang melanggar peraturan. Banyak
yang beranggapan bahwa
mengungkapkan pelanggaran dalam
Pemilu sama saja dengan
memasukkan diri dalam wilayah
hukum. Jika tidak beruntung dapat
menjerumuskan diri sendiri ke dalam
jeruji penjara, karena dianggap
melakukan fitnah atau pencemaran
nama baik orang lain. Seharusnya
dalam hal ini pengawas Pemilu
mengambil sikap tegas dan tidak
kompromi. Sebab, lembaga ini dibuat
untuk diserahi amanat untuk
mengawal Pemilu yang berkualitas.
Jika pengawas pemilu tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik,
maka lembaga ini hanya menjadi
lembaga yang menambah pengeluaran
anggaran negara, tetapi tidak
menghasilkan sesuatu yang berarti
bagi perbaikan kualitas demokrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Dengan kata lain, lembaga ini hanya
menambah inefisiensi, alias
pemborosan anggaran negara yang
selama ini sudah banyak dikorupsi
oleh penyelenggaranya. Jika Pemilu
juga menghasilkan para
penyelenggara yang tidak layak, maka
akan semakin bertambahlah beban
negara ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Triangulasi Data
Triangulasi Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa untuk
Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya”
Oleh: Stefani Anuar Lupita
Pembimbing I: Rishe Purnama Dewi S.Pd., M.Hum.
Pembimbing II: Septina Krismawati S.S., M.A.
Petunjuk Triangulasi:
1. Berilah tanda centang (√) pada kolom SETUJU atau TIDAK SETUJU yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya.
2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia
Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya.
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir penilaian.
Kode
Teks Data Perhitungan SMOG
Triangulasi
Keterangan Setuju
Tidak
Setuju
Teks
2
Pengalaman Berkesan Kali Pertama ke
Pulau Dewata
Selalu ada kali pertama untuk
semua hal, termasuk kunjungan ke
Pulau Dewata. Pulau penuh bule ini
seakan tak ada habisnya untuk
dijelajahi. Berikut pengalaman
Kode Teks: Teks 2
Kode teks 2 memiliki jumlah kata ≥3 suku
kata dengan data sebagai berikut. Hasil
perhitungan diambil dari bagian awal,
tengah dan akhir dari wacana ini. Dengan
demikian, diperoleh jumlah sebesar 150
suku kata dan berada pada usia 15 tahun.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
berkesan kali pertama ke Bali.
Orang bilang Bali itu semacam
daerah di luar kedaulatan RI karena
banyaknya bule-bule yang hilir-mudik,
seakan mereka adalah penduduk lokal.
Bulan Januari lalu saya
berkesempatan untuk berlibur ke Bali.
Ini adalah kali pertama saya
mengunjungi daerah wisata yang konon
katanya menyimpan sejuta keindahan
alam dan menyajikan wisata belanja
yang murah-meriah.
Dalam rangka berwisata ke Bali,
saya sudah membeli tiket pesawat dari
setahun sebelumnya dan mengambil cuti
selama 3 hari, maklum perjalanan perlu
berhemat. Penerbangan saya sempat
tertunda dari yang semula dijadwalkan
berangkat pukul 05.55, berubah
menjadi pukul 08.40 pagi. Cuaca sedang
kurang bagus dengan curah hujan yang
cukup deras saat menuju Bandara
Soetta. Tapi Alhamdulillah
penerbangan saya tidak tertunda terlalu
lama.
Cuaca saat terbang cukup bagus
dengan sedikit turbulensi dan gangguan.
Sewaktu mendarat di Bandara Ngurah Rai
Jika usia untuk BIPA level C1 berdasarkan
formula SMOG adalah usia 15 dan 16, maka
kode teks 2 sesuai untuk BIPA level C1.
Rekapitulasi
Kalimat Jumlah Kata ≥3
Suku Kata
Awal 65
Tengah 44
Akhir 41
Jumlah 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Bali, waktu menunjukkan pukul 12.00 dan
matahari bersinar dengan terik. Saatnya
kacamata hitam beraksi. Keadaan perut
lumayan kacau balau setibanya di Bali.
Saya langsung menghampiri salah satu
restoran siap saji di sekitar terminal
kedatangan untuk menenangkan cacing di
dalam perut yang mulai meronta-ronta.
Tujuan selanjutnya adalah mencari
penginapan, karena saya belum memesan
hotel. Nah, untuk urusan hotel ini saya
mengandalkan pemesanan daring (dalam
jaringan) lewat salah satu laman lokal
ternama, dan saya langsung mendapat
tempat yang sangat sesuai dengan
keuangan.
Setelah mendapatkan konfirmasi
dari pihak hotel, saya langsung meluncur
ke tempatnya dengan menunggangi taksi.
Ini bukan sembarang taksi, ini taksi khas
Bali! Selesai check-in dan membereskan
barang bawaan, saya langsung bergerak ke
Pantai Kuta. Kebetulan jarak dari hotel ke
Pantai Kuta hanya 100 meter. Waktu
menunjukkan pukul 14.00 siang. Kalau
dipikir-pikir, ke pantai jam segitu aneh
juga karena matahari sedang imut-imutnya,
tapi tak apalah, mumpung di Bali. Selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
kurang lebih 30 menit berjalan di pinggir
Pantai Kuta, saya memutuskan untuk
kembali ke hotel dan berencana kembali ke
pantai pada sore harinya.
Ternyata banyak penyewaan motor
yang menawarkan jasa sewa dan bisa kita
manfaatkan untuk berkeliling Bali. Karena
minimnya jasa angkutan umum, motor
adalah pilihan yang sangat fantastis dengan
harga yang super ekonomis. Saya pun
memutuskan untuk menyewa motor dari
pihak hotel, karena esok hari saya
berencana pergi ke daerah Ubud. Motor
langsung saya sewa selama tiga hari.
Senja menyapa, saatnya bergegas
ke Pantai Kuta untuk menikmati silir-
semilir angin laut dan menunggu
matahari menenggelamkan sinarnya.
Ternyata sudah banyak pengunjung
yang duduk rapi di bibir pantai,
lengkap dengan gawai mereka untuk
mengabadikan senja di pantai Kuta,
termasuk saya. Saya menyempatkan
diri untuk mengambil beberapa foto.
Malam pun tiba, saya
melanjutkan petualangan. Saatnya
mencari kuliner pengganjal perut. Saya
disarankan untuk makan nasi pedas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
yang terkenal itu. Karena terbatasnya
pengetahuan tentang jalanan Bali, saya
pun mengandalkan aplikasi peta di
telepon cerdas untuk menunjukkan
arah warung tersebut, syukur saya tidak
tersasar.
Hujan datang, perut kenyang,
kantuk menyerang, inilah keadaan
paling ideal yang sedang saya rasakan
saat itu. Mandi hujan pun saya lakukan
demi seonggok kasur hotel yang sudah
menanti saya dengan mesra.
Hari kedua di Bali, hujan belum
berhenti dari semalam, rencana pergi ke
Ubud terancam batal. Tapi tekad sudah
bulat, motor sudah disewa, hujan tidak
akan menghalangi saya untuk berpetualang
di Bali! Saya kemudian bersiap-siap
berangkat, sampai akhirnya hujan tidak
menyerah untuk turun dan sayalah yang
menyerah untuk pergi lalu kembali ke
kasur. Sekian lama menunggu akhirnya
hujan berhenti. Hari sudah hampir siang,
saya segera berangkat ke Ubud sebelum
hujan turun lagi.
Selama kurang lebih dua jam
perjalanan, saya berhenti untuk berteduh
hingga lima kali. Tampaknya hujan sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
rajin membasahi saya. Sesampainya di
Ubud, saya sempat keliling menikmati
pemandangan, lalu mampir ke Monkey
Forest, tentunya sambil diguyur hujan
rintik-rintik. Setelah lelah berjalan-jalan
keliling hutan dan bercengkerama dengan
monyet, saya akhirnya bergerak untuk
kembali ke Kuta. Karena arah pulang lewat
Pasar Sukawati, dan saya lihat banyak
oleh-oleh khas Bali, akhirnya saya mampir
sekadar tanya harga. Pedagang banyak
yang menjual kerajinan tangan seperti
gelang, kalung, manik-manik, kain pantai,
hingga lukisan, seperti yang sering kita
lihat di pusat penjualan oleh-oleh. Karena
langit masih sedikit terang, saya arahkan
motor menuju destinasi berikutnya, Pura
Tanah Lot.
Pemandangan di Tanah Lot memang
indah, tidak sangka saya bisa sampai ke
sini. Ternyata saat matahari terbenam akan
ada pertunjukkan Tari Kecak. Saya
memang penasaran dan ingin menonton
tari tersebut. Setelah menunggu kurang
lebih satu jam dan sedikit berfoto narsis
dengan latar belakang pura yang
terkenal itu, akhirnya saya beranjak
untuk menyaksikan Tari Kecak, masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
diiringi dengan rintik hujan.
Hari terakhir, saya pilih tujuan ke
Pura Ulu Watu, masih bersama motor
sewaan. Saya berangkat agak siang dari
hotel, setelah paginya saya bermain lagi
di Pantai Kuta. Uluwatu hampir sama
seperti Monkey Forest, banyak monyet
yang berkeliaran. Bedanya, monyet di
Uluwatu ini nakal-nakal. Mereka suka
mengambil barang-barang milik turis
seperti kacamata dan sandal. Jadi
jagalah barang bawaan bagi Anda yang
ingin berkunjung ke tempat ini.
Tiga hari di Bali cukup memberi
kesan bagi saya yang baru sekali
berkunjung ke sini. Pemandangan yang
indah dan penduduk Bali yang ramah,
merupakan perpaduan yang tidak
mungkin terlupa. Sampai jumpa di lain
kesempatan, Bali!
Teks
4
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan
Indonesia
Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat atau yang lebih dikenal
dengan Ki Hadjar Dewantara adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu
Kode Teks: Teks 4
Kode teks 4 memiliki jumlah kata ≥3 suku
kata dengan data sebagai berikut. Hasil
perhitungan diambil dari bagian awal,
tengah dan akhir dari wacana ini. Dengan
demikian, diperoleh jumlah sebesar 309
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak pendidikan
seperti halnya para priyayi maupun
orang-orang Belanda.
Ki Hadjar Dewantara lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889
dengan nama Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara
dibesarkan di lingkungan keluarga
keraton Yogyakarta. Saat genap berusia
40 tahun menurut hitungan Tahun
Caka, Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berganti nama menjadi
Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat
itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di
depan namanya.
Hal ini dimaksudkan supaya Ki
Hadjar Dewantara dapat bebas dekat
dengan rakyat, baik secara fisik
maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara
menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian
melanjutkan sekolahnya ke STOVIA
(Sekolah Dokter Bumiputera) tapi
lantaran sakit, sekolahnya tersebut
tidak bisa dia selesaikan.
suku kata dan berada pada usia 20 tahun.
Usia pada wacana kode teks 4 tidak sesuai
untuk BIPA level C1. Hal itu dikarenakan
usia untuk BIPA level C1 berdasarkan
formula SMOG adalah usia 15 dan 16.
Rekapitulasi
Kalimat Jumlah Kata ≥ 3
Suku Kata
Awal 91
Tengah 92
Akhir 126
Jumlah 309
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
Ki Hadjar Dewantara kemudian
bekerja sebagai wartawan di beberapa
surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer
dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar
Dewantara dikenal sebagai penulis
handal. Tulisan-tulisannya sangat
komunikatif, tajam dan patriotik
sehingga mampu membangkitkan
semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain bekerja sebagai seorang
wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga
aktif dalam berbagai organisasi sosial dan
politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar
Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi
Oetomo untuk menyosialisasikan dan
menggugah kesadaran masyarakat
Indonesia pada waktu itu mengenai
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kemudian,
bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja
Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, yang nantinya akan
dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar
Dewantara mendirikan Indische Partij
(partai politik pertama yang beraliran
nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
Desember 1912 yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan
organisasi ini untuk memperoleh status
badan hukum pada pemerintah kolonial
Belanda. Tetapi pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg menolak pendaftaran itu pada
tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi
ini dianggap dapat membangkitkan rasa
nasionalisme dan kesatuan rakyat untuk
menentang pemerintah kolonial Belanda.
Semangatnya tidak berhenti sampai
sini. Pada bulan November 1913, Ki
Hadjar Dewantara membentuk Komite
Bumipoetra yang bertujuan untuk
melancarkan kritik terhadap Pemerintah
Belanda. Salah satunya adalah dengan
menerbitkan tulisan berjudul Als Ik
Eens Nederlander Was (Seandainya
Aku Seorang Belanda) dan Een voor
Allen maar Ook Allen voor Een (Satu
untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu
Juga) di mana kedua tulisan tersebut
menjadi tulisan terkenal hingga saat ini.
Tulisan “Seandainya Aku Seorang
Belanda” dimuat dalam surat kabar de
Expres milik dr. Douwes Dekker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Akibat karangannya itu,
pemerintah kolonial Belanda melalui
Gubernur Jendral Idenburg
menjatuhkan hukuman pengasingan
terhadap Ki Hadjar Dewantara. Douwes
Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo
yang merasa rekan seperjuangan
diperlakukan tidak adil menerbitkan
tulisan yang bernada membela Ki
Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini,
Belanda pun memutuskan untuk
menjatuhi hukuman pengasingan bagi
keduanya. Douwes Dekker dibuang di
Kupang sedangkan Cipto
Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau
Banda.
Namun, mereka menghendaki
dibuang ke Negeri Belanda karena di
sana mereka bisa mempelajari banyak
hal daripada di daerah terpencil.
Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri
Belanda sejak Agustus 1913 sebagai
bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk
mendalami masalah pendidikan dan
pengajaran, sehingga Ki Hadjar
Dewantara berhasil memperoleh
Europeesche Akte. Pada tahun 1918, Ki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Hadjar Dewantara kembali ke tanah
air.
Di tanah air Ki Hadjar Dewantara
semakin mencurahkan perhatian di bidang
pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama
rekan-rekan seperjuangannya, dia pun
mendirikan sebuah perguruan yang
bercorak nasional yang diberi nama
Nationaal Onderwijs InstituutTaman Siswa
(Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3
Juli 1922. Perguruan ini sangat
menekankan pendidikan rasa kebangsaan
kepada peserta didik agar mereka
mencintai bangsa dan tanah air dan
berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Pemerintah kolonial Belanda berupaya
merintanginya dengan mengeluarkan
ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
1932.
Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga
ordonansi itu kemudian dicabut. Selama
mencurahkan perhatian dalam dunia
pendidikan di Taman Siswa, Ki Hadjar
Dewantara juga tetap rajin menulis.
Namun tema tulisannya beralih dari nuansa
politik ke pendidikan dan kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-
tulisan itulah dia berhasil meletakkan
dasar-dasar pendidikan nasional bagi
bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya ini
terus berlangsung hingga zaman
Pendudukan Jepang.
Saat Pemerintah Jepang membentuk
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun
1943, Ki Hajar ditunjuk untuk menjadi
salah seorang pimpinan bersama Ir.
Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H.
Mas Mansur. Setelah kemerdekaan
Indonesia berhasil direbut dari tangan
penjajah dan stabilitas pemerintahan
sudah terbentuk.
Ki Hadjar Dewantara dipercaya
oleh presiden Soekarno untuk menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Melalui
jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara
semakin leluasa untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Pada
tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara
mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa dari Universitas Gajah Mada.
Dua tahun setelah mendapat gelar
Doctor Honoris Causa itu, tepatnya
pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
Dewantara meninggal dunia di
Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan
saja diabadikan sebagai seorang tokoh
dan pahlawan pendidikan (bapak
Pendidikan Nasional) yang tanggal
kelahirannya 2 Mei dijadikan hari
Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan
Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI No.305 Tahun
1959, tanggal 28 November 1959.
Ajarannya yakni tut wuri
handayani (di belakang memberi
dorongan), ing madya mangun karsa (di
tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di
depan memberi teladan) akan selalu
menjadi dasar pendidikan di Indonesia.
Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hadjar
Dewantara pihak penerus perguruan
Taman Siswa mendirikan Museum
Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta,
untuk melestarikan nilai-nilai semangat
perjuangan Ki Hadjar Dewantara.
Dalam museum ini terdapat
benda-benda atau karya-karya Ki
Hadjar sebagai pendiri Taman Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
dan kiprahnya dalam kehidupan
berbangsa. Koleksi museum yang
berupa karya tulis atau konsep dan
risalah-risalah penting serta data surat-
menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan
dan sebagai seorang seniman telah
direkam dalam mikrofilm dan
dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional.
Teks
7
Seragam Sekolah, Perlukah?
Setiap negara di dunia memiliki
kebijakan masing-masing dalam
menentukan kewajiban mengenakan
seragam bagi para siswa. Di Indonesia,
ketentuan mengenakan seragam
ditentukan secara beragam.
Berdasarkan jenjang maupun jenis
pendidikan. Sekolah Dasar (SD/MI)
berwarna putih (baju/ bagian atas) dan
merah (celana atau bagian bawah).
Sementara di Sekolah Tingkat Pertama
(SMP/MTs) berwarna putih (baju/
bagian atas) biru (celana atau bagian
bawah). Ketentuan untuk berseragam
tersebut berlaku secara nasional
Kode Teks: Teks 7
Kode teks 7 memiliki jumlah kata ≥3 suku
kata dengan data sebagai berikut. Hasil
perhitungan diambil dari bagian awal,
tengah dan akhir dari wacana ini. Dengan
demikian, diperoleh jumlah sebesar 237
suku kata dan berada pada usia 18 tahun.
Jika usia untuk BIPA level C1 berdasarkan
formula SMOG adalah usia 15 dan 16, maka
kode teks 7 tidak sesuai untuk BIPA level
C1.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
kususnya untuk sekolah negeri sesuai
aturan pemerintah pusat. Sekolah
swasta, sebagian besar memang
mewajibkan siswanya untuk
berseragam, walaupun mereka
memiliki seragam sendiri yang menjadi
ciri khas sekolah mereka. Misal, pada
sekolah muslim, siswi-siswinya
diwajibkan untuk memakai jilbab.
Aturan pemakaian seragam
menimbulkan pro dan kontra. Bagi
mereka yang Pro, mereka merasa
memperoleh manfaat ketika
mengenakan seragam sekolah. Menurut
Linda Lumsden dan Gabriel Miller (2001)
"Uniforms by themselves cannot solve all
of the problems of school discipline, but
they can be one positive contributing
factor to discipline and safety". Selain itu,
Lumden secara terperinci mengatakan
benefit dari aturan mengenakan seragam
sekolah : (1) dapat meningkatkan
keamanan sekolah (enhanced school
safety); (2) meningkatkan iklim sekolah
(improved learning climate), (3)
meningkatkan harga diri siswa (higher
self-esteem for students), dan (4)
mengurangi rasa stres di keluarga (less
Rekapitulasi
Kalimat Jumlah Kata ≥3
Suku Kata
Awal 75
Tengah 85
Akhir 77
Jumlah 237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
stress on the family). Di mata orang
awam, tujuan utama pemakaian seragam
adalah untuk mengurangi kesenjangan
sosial, biar terkesan rapi, educated, dan
untuk membedakan kegiatan sekolah,
menuntut ilmu dan kegiatan (main-main)
lainnya.
Kewajiban menggunakan seragam
sekolah telah menjadi bagian tata tertib
sekolah dan dilaksanakan secara ketat.
Mulai dari ketentuan bentuk, ukuran,
atribut, badge, bahan, bahkan aturan
pembelian. Saya adalah alumni SMP
Negeri 1 Brebes. Teringat dengan jelas
ketika saya diharuskan untuk memakai
badge nama SMP saya di lengan kanan,
label Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) di saku sebelah kanan, label nama
di sebelah kiri, baju dimasukkan, sepatu
hitam dan kaos kaki putih polos. Semua
aturan diberikan dengan embel-embel
untuk menanamkan kedisiplinan, rasa
cinta, dan rasa bangga terhadap sekolah.
Saya alumni SMA Kolese De
Britto, sebuah SMA swasta di Jogja yang
tidak mewajibkan untuk seluruh siswanya
untuk memakai seragam. Seragam hanya
wajib digunakan untuk hari senin dan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
upacara bendera. Tiga tahun “hidup” di
De Britto tanpa seragam, saya tetap
merasakan manfaat-manfaat yang telah
disebutkan di atas. Teman-teman SMA
saya tetap bertanggung jawab dengan
apa yang harus mereka lakukan.
Mereka tetap disiplin dan tepat waktu.
Saya skeptis dengan pendapat
dan pernyataan pakar dan praktisi
pendidikan di Indonesia yang
menyerukan manfaat dan kewajiban
untuk berseragam. Untuk masalah rasa
cinta dan rasa bangga terhadap
sekolah, cinta itu dari hati dan pikiran,
bukan dari apa yang dikenakan dan
digunakan. Saya sangat bangga
terhadap De Britto walaupun saya
hanya memakai seragam setiap hari
senin. Menurut saya, tidak ada korelasi
antara kebanggan dan seragam.
Identitas itu dari apa yang kita lakukan
dan kumpulan dari seluruh keputusan-
keputusan kita, bukan dari label dan
badge yang kita tempel di pakaian kita.
Menurut Fx Djoko Sukastomo
(2004), seorang guru SD dan pakar
pendidikan, mengatakan beberapa
alasannya untuk tetap mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
adanya aturan seragam sekolah:
membentuk kerapian dan sebagai
kendali, dengan berpakaian seragam,
secara otomatis anak-anak merasa
bukan anak liar, yang sangat bebas
bertindak dan melakukan pelanggaran
asusila maupun kegiatan yang dilarang
oleh peraturan sekolah. Kerapian yang
ditimbulkan dari seragam sekolah
adalah suatu kerapian semu, kerapian
karena adanya keterpaksaan. Pada
prakteknya ketika seseorang berada dalam
bangku kuliah atau dalam dunia kerja,
aturan untuk seragam tidak berlaku lagi.
Ketika seseorang yang dari kecil sudah
dididik mengenai kerapian yang nyata,
bebas tapi rapi, bukan karena terpaksa
tentu akan berbeda. Selain itu, kendali
setiap siswa sangat tidak relevan dengan
seragam. Seragam itu masalah apa yang
digunakan bukan apa yang dilakukan. Liar
atau tidak, memilih untuk melakukan
pelanggaran atau tidak, bukan karena
seragam.
Pendidikan tanpa seragam
memang tidak mudah. Menurut F. Wawan
Setyadi, seorang Jesuit dan alumnus STF
Driyarkara yang pernah bekerja sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
pendidik di de Britto, dalam bukunya
Menjadi Manusia Bebas, melihat semua
siswa berseragam rapi mungkin terasa
lebih mudah dan menyenangkan daripada
membiarkan anak didik memilih sendiri
pakaian yang hendak mereka kenakan saat
bersekolah. Namun, dengan
penyeragaman tidak ada hal yang dapat
dipertanggungjawabkan. Cuma orang
bebas yang dapat dimintai
pertanggungjawaban.
Sependapat dengan argumen
Wawan, ketika kita “dipaksa” untuk
memakai seragam, tidak ada hal yang
dipertanggung jawabkan melalui seragam
tersebut. Lain halnya dengan bebas dari
seragam, setiap pakaian yang dipakai
selalu menuntut tanggung jawab. Pernah
suatu kali saya memakai jeans sobek-
sobek, dan saya “tertangkap” oleh
Romo Pamong, saat itu juga saya
mendapatkan sanksi, dan saya
bertanggung jawab atas pilihan yang
saya pilih. Efek dari hukuman itu,
membuat saya, hingga saat ini, tidak
pernah lagi memakai celana sobek-
sobek di dalam instansi pendidikan.
Dalam hal berseragam, siswa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
siswa di Indonesia tidak tahu nilai-nilai
yang melatarbelakangi aturan tersebut.
Saya yakin mereka hanya sebatas
mengerti untuk mencegah kesenjangan
sosial. Mereka tidak bertindak sesuai
prinsip yang jelas. Menurut Wawan
lagi, kebanyakan manusia Indonesia
hanya diajari untuk bertanggung jawab
di bawah paksaan, bukan di alam
kebebasan.
Seragam selalu menjadi pro-
kontra, saya dengan pengalaman,
pengamatan, dan pehaman saya tidak
melihat adanya manfaat adanya
penyeragaman dalam berpakaian
dalam instansi pendidikan. Seragam
menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah sama
ragamnya; sejenis; sama; (pakaian)
yang sama potongan dan warnanya.
Seragam adalah pakaian, bukan soal
disiplin atau mudah dikendalikan.
Kesenjangan sosial bukan timbul
akibat tanpa seragam, tapi karena apa
yang dilakukan, pilihan apa yang
diputuskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Teks
9
Kisah Malin Kundang
Pada zaman dahulu di sebuah
perkampungan nelayan Pantai Air
Manis di daerah Padang, Sumatera
Barat, hiduplah seorang janda bernama
Mande Rubayah bersama seorang anak
laki-lakinya yang bernama Malin
Kundang. Mande Rubayah amat
menyayangi dan memanjakan Malin
Kundang. Malin adalah seorang anak
yang rajin dan penurut.
Mande Rubayah sudah tua, ia
hanya mampu bekerja sebagai penjual
kue untuk mencukupi kebutuhan ia dan
anak tunggalnya. Suatu hari, Malin
jatuh sakit. Sakit yang amat keras.
Nyawanya hampir melayang, tetapi
akhirnya ia dapat diselamatkan berkat
usaha keras ibunya. Setelah sembuh
dari sakitnya, ia semakin disayang.
Mereka adalah ibu dan anak yang
saling menyayangi. Kini, Malin sudah
dewasa, ia meminta izin kepada ibunya
untuk pergi merantau ke kota karena
saat itu sedang ada kapal besar
merapat di Pantai Air Manis.
“Jangan Malin, ibu takut terjadi
Kode Teks: Teks 9
Kode teks 9 memiliki jumlah kata ≥3 suku
kata dengan data sebagai berikut. Hasil
perhitungan diambil dari bagian awal,
tengah dan akhir dari wacana ini. Dengan
demikian, diperoleh jumlah sebesar 147
suku kata dan berada pada usia 15 tahun.
Jika usia untuk BIPA level C1 berdasarkan
formula SMOG adalah usia 15 dan 16, maka
kode teks 9 sesuai untuk BIPA level C1.
Rekapitulasi
Kalimat Jumlah Kata ≥3
Suku Kata
Awal 49
Tengah 52
Akhir 46
Jumlah 147
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
sesuatu denganmu di tanah rantau sana.
Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap
ibunya sedih setelah mendengar keinginan
Malin yang ingin merantau.
“Ibu tenanglah, tidak akan terjadi
apa-apa denganku,” kata Malin sambil
menggenggam tangan ibunya. “Ini
kesempatan Bu, kerena belum tentu
setahun sekali ada kapal besar merapat di
pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita
Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon.
“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah
kembali, ibu akan selalu menunggumu
Nak,” kata ibunya sambil menangis.
Meski dengan berat hati akhirnya Mande
Rubayah mengizinkan anaknya pergi.
Kemudian Malin dibekali dengan nasi
berbungkus daun pisang sebanyak tujuh
bungkus, “Untuk bekalmu di perjalanan,”
katanya sambil menyerahkannya pada
Malin. Setelah itu berangkatlah Malin
Kundang ke tanah rantau meninggalkan
ibunya sendirian.
Hari-hari terus berlalu, hari yang
terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap
pagi dan sore Mande Rubayah
memandang ke laut, “Sudah sampai
manakah kamu berlayar Nak?” tanyanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
dalam hati sambil terus memandang laut.
la selalu mendoakan anaknya agar selalu
selamat dan cepat kembali.
Beberapa waktu kemudian jika ada
kapal yang datang merapat ia selalu
menanyakan kabar tentang anaknya.
“Apakah kalian melihat anakku, Malin?
Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia
pulang?” tanyanya. Namun, setiap ia
bertanya pada awak kapal atau nahkoda
tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin
tidak pernah menitipkan barang atau pesan
apapun kepada ibunya.
Bertahun-tahun Mande Rubayah
terus bertanya namun tak pernah ada
jawaban hingga tubuhnya semakin
tua.Kini, jalannya mulai terbungkuk-
bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah
mendapat kabar dari nakhoda yang dulu
membawa Malin. Nahkoda itu memberi
kabar bahagia pada Mande Rubayah.
“Mande, tahukah kau, anakmu kini
telah menikah dengan gadis cantik, putri
seorang bangsawan yang sangat kaya
raya,” ucapnya saat itu.
Mande Rubayah amat gembira
mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar
anaknya selamat dan segera kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
menjenguknya, sinar keceriaan mulai
mengampirinya kembali. Namun, hingga
berbulan-bulan semenjak ia menerima
kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak
kunjung kembali untuk menengoknya.
“Malin cepatlah pulang kemari Nak,
ibu sudah tua Malin, kapan kau
pulang…,” rintihnya pilu setiap malam. Ia
yakin anaknya pasti datang. Benar saja,
tak berapa lama kemudian di suatu
hari yang cerah dari kejauhan tampak
sebuah kapal yang megah nan indah
berlayar menuju pantai. Orang
kampung berkumpul, mereka mengira
kapal itu milik seorang sultan atau
seorang pangeran. Mereka
menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat,
terlihat sepasang anak muda berdiri di
anjungan. Pakaian mereka berkiiauan
terkena sinar matahari. Wajah mereka
cerah dihiasi senyum karena bahagia
disambut dengan meriah. Mande
Rubayah juga ikut berdesakan
mendekati kapal. Jantungnya berdebar
keras saat melihat lelaki muda yang
berada di kapal itu, ia sangat yakin
bahwa lelaki muda itu adalah anaknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
Malin Kundang. Belum sempat para
sesepuh kampung menyambut, Ibu
Malin terlebih dahulu menghampiri
Malin. la langsung memeluknya erat, ia
takut kehilangan anaknya lagi.
“Malin, anakku. Kau benar anakku
kan?” katanya menahan isak tangis karena
gembira, “Mengapa begitu lamanya kau
tidak memberi kabar?”
Malin terkejut karena dipeluk
wanita tua renta yang berpakaian
compang-camping itu. Ia tak percaya
bahwa wanita itu adalah ibunya. Sebelum
dia sempat berbicara, istrinya yang cantik
itu meludah sambil berkata, “Wanita jelek
inikah ibumu? Mengapa dahulu kau
bohong padaku!” ucapnya sinis,
“Bukankah dulu kau katakan bahwa
ibumu adalah seorang bangsawan yang
sederajat denganku?”
Mendengar kata-kata pedas istrinya,
Malin Kundang langsung mendorong
ibunya hingga terguling ke pasir, “Wanita
gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar.
Mande Rubayah tidak percaya akan
perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil
berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini
ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
Nak?!” Malin Kundang tidak
memperdulikan perkataan ibunya. Dia
tidak akan mengakui ibunya. la malu
kepada istrinya. Melihat wanita itu
beringsut hendak memeluk kakinya, Malin
menendangnya sambil berkata, “Hai,
wanita gila! lbuku tidak seperti engkau!
Melarat dan kotor!” Wanita tua itu
terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati.
Orang-orang yang meilhatnya ikut
terpana dan kemudian pulang ke rumah
masing-masing. Mande Rubayah pingsan
dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar,
Pantai Air Manis sudah sepi. Dilihatnya
kapal Malin semakin menjauh. Ia tak
menyangka Malin yang dulu disayangi
tega berbuat demikian. Hatinya perih dan
sakit, lalu tangannya ditengadahkannya ke
langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya
yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia
bukan anakku, aku maafkan perbuatannya
tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku
yang bernama Malin Kundang, aku
mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya
pilu sambil menangis. Tak lama kemudian
cuaca di tengah laut yang tadinya cerah,
mendadak berubah menjadi gelap. Hujan
tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Tiba-tiba datanglah badai besar,
menghantam kapal Malin Kundang. Lalu
datanglah sambaran petir yang
menggelegar. Saat itu juga, kapal
hancur berkeping-keping. Kemudian
terbawa ombak hingga ke pantai.
Esoknya, saat matahari pagi
muncul di ufuk timur, badai telah reda.
Di kaki bukit terlihat kepingan kapal
yang telah menjadi batu.
Itulah kapal Malin Kundang!
Tampak sebongkah batu yang
menyerupai tubuh manusia. Itulah
tubuh Malin Kundang anak durhaka
yang kena kutuk ibunya menjadi batu
karena telah durhaka. Disela-sela batu
itu, berenang-renang ikan teri, ikan
belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan
itu berasal dari serpihan tubuh sang
istri yang terus mencari Malin
Kundang.
Sampai sekarang, jika ada ombak
besar menghantam batu-batu yang
mirip kapal dan manusia itu, terdengar
bunyi seperti lolongan jeritan manusia,
terkadang bunyinya seperti orang
meratap menyesali diri, “Ampun,
Bu…! Ampuun!” konon itulah suara si
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Malin Kundang, anak yang durhaka
pada ibunya.
Teks
12
Pemilu Minus Kesukarelaan
Pemilihan umum (Pemilu)
merupakan salah satu ciri pokok
demokrasi. Sebuah negara tak bisa
disebut demokratis, jika di dalamnya
tidak terdapat Pemilu yang
diselenggarakan secara periodik atau
berkala untuk melakukan sirkulasi elite
politik.
Indonesia merupakan negara,
yang setelah berhasil
menyelenggarakan Pemilu 2004,
disebut sebagai negara terdemokratis
ketiga setelah Amerika dan India.
Gelar tersebut bukan saja karena
Indonesia telah terbebas dari rezim
birokratik-otoritarian Orde Baru,
tetapi juga karena Pemilu dapat
diselenggarakan dengan baik oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagai sebuah lembaga independen
penyelenggara Pemilu yang personil-
personilnya secara umum memiliki
kapasitas dan kapabilitas mumpuni.
Kode Teks: Teks 12
Kode teks 12 memiliki jumlah kata ≥3 suku
kata dengan data sebagai berikut. Hasil
perhitungan diambil dari bagian awal,
tengah dan akhir dari wacana ini. Dengan
demikian, diperoleh jumlah sebesar 327
suku kata dan berada pada usia 21 tahun.
Jika usia untuk BIPA level C1 berdasarkan
formula SMOG adalah usia 15 dan 16, maka
kode teks 12 tidak sesuai untuk BIPA level
C1.
Rekapitulasi
Kalimat Total Kata yang ≥3
Suku Kata
Awal 149
Tengah 82
Akhir 96
Jumlah 327
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
Selain itu, saat itu nuansa euforia
demokrasi pasca otoritarianisme masih
sangat terasa dan disambut masyarakat
dengan senang hati dan bahkan
antusias untuk memilih wakil-wakil
dan pemimpin rakyat yang sesuai
dengan harapan mereka. Secara umum,
rakyat pemilih datang ke TPS-TPS
(Tempat Pemungutan Suara) karena
dorongan dari diri mereka sendiri
untuk melahirkan wakil dan pemimpin
rakyat yang akan mampu menciptakan
kebaikan bersama.
Butuh Kesukarelaan
Menurut Wiliam Ebenstein dalam
karyanya yang berjudul “Todays Isms:
Socialism, Capitalism, Fascism,
Communism, and Libertarianism”,
setidaknya ada delapan kriteria dan
dasar psikologis demokrasi, yakni akal
sehat, pengutamaan individu, negara
tak lebih dari sekadar alat untuk
mencapai tujuan bersama, hubungan
antara negara dan rakyat diatur
berdasar hukum, persamaan hak asasi
manusia, prosedur demokrasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
dijalankan secara benar mengingat
tujuan tidak bisa dipisahkan dari cara
atau alat yang digunakan, dan prinsip
kesukarelaan (voluntarism).
Demokrasi meniscayakan
kesukarelaan masyarakat untuk
terlibat di dalamnya. Tanpa
kesukarelaan tak ada demokrasi,
karena sesungguhnya mereka
mengalami keterpaksaan dalam
menentukan pilihan. Dalam tradisi
masyarakat di Indonesia, saat ini
kesukarelaan dalam politik bisa
dikatakan sangatlah rendah.
Nampaknya, hal ini disebabkan oleh
kesalahan dalam memahami makna
politik. Politik dianggap sebagai arena
yang kotor dan jahat yang dihuni oleh
mereka yang hanya ingin memperkaya diri
sendiri. Karena itu, rakyat menuntut
imbalan secara langsung untuk dukungan
politik yang mereka berikan.
Harus diakui, masih banyak terjadi
tidak adanya kesukarelaan di antara
pemilih dan juga para caleg. Masyarakat
tidak mau memilih jika tidak diberi
imbalan uang atau imbalan-imbalan
konkret dalam bentuk lainnya. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
konteks ini, kesukarelaan masyarakat
telah didistorsi oleh praktik politik-
uang. Mereka menjadikan uang sebagai
salah satu faktor dominan dalam
menentukan pilihan. Hal ini tercermin
dalam prinsip-prinsip mereka yang
nyata dalam berbagai jargon, antara
lain: tak ada duit, tidak nyoblos (baca:
mencontreng), caleg jangan hanya jual
gusi, tapi harus punya gizi, dan lain-
lain jargon yang senada dengan itu.
Sementara para caleg memberikan
uang juga karena keterpaksaan.
Walaupun sebelumnya tidak pernah
dikenal sebagai orang yang dermawan,
tetapi pada saat menjelang Pemilu
mendadak menjadi orang yang sangat
royal kepada masyarakat. Para caleg
melakukan itu tentunya karena
memiliki interest. Mereka terpaksa,
karena harus mengikuti langgam
realitas pasar yang memang
menginginkan itu. Jika mereka tidak
mampu menahan hasrat untuk semata-
mata berkuasa, maka jalan praktik
politik uanglah yang mereka tempuh.
Lalu, jika hasrat berkuasa para caleg
terlalu tinggi, maka mereka akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
mempertaruhkan sebagian besar harta
kekayaan yang mereka miliki untuk
memperebutkan kekuasaan di lembaga
legislatif itu; bahkan walau untuk itu
mereka mesti harus berutang. Itu
terbukti dengan banyaknya caleg yang
setelah selesai Pemilu tidak
mendapatkan perolehan suara yang
signifikan, kemudian menjadi stres dan
bahkan meninggal dunia karena
terkena serangan jantung akut.
Setidaknya mereka melakukan tindakan-
tindakan yang sungguh ironis dan
memalukan, seperti meminta kembali
barang-barang yang telah mereka berikan,
baik untuk pribadi-pribadi tertentu
maupun untuk kelompok-kelompok dan
lembaga-lembaga tertentu.
Harusnya, kejadian-kejadian seperti
itu tak perlu terjadi jika masing-masing
antara pemilih dan para caleg memiliki
saling percaya. Ketiadaan sikap saling
percaya inilah yang menyebabkan uang
menjadi jalan terakhir. Rakyat pemilih
menginginkan imbalan yang berbentuk
instan,sedangkan para caleg yang
sebelumnya tidak pernah berkiprah dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
menggunakan uang sebagai jalan instan
untuk merebut kekuasaan. Akibatnya,
Pemilu diwarnai dengan transaksi-
transaksi yang sesungguhnya masuk
dalam kategori politik-uang, yang oleh
Undang-Undang jelas dilarang. Jarang
sekali caleg yang berani melakukan
langkah melawan arus dengan
melakukan pendidikan politik kepada
rakyat dengan menjelaskan bahwa
praktik-politik uang merupakan
praktik pelanggaran terhadap Undang-
Undang.
Disfungsi Aparat
Selain itu, sayangnya, penegakan
peraturan dalam penyelenggaraan
Pemilu tidak dijalankan secara tegas
oleh aparat terkait. Warga masyarakat
yang masih memiliki idealisme juga
tidak mau ambil pusing dengan
berbagai pelanggaran yang terjadi,
misalnya dengan melaporkan praktik-
praktik yang melanggar peraturan.
Banyak yang beranggapan bahwa
mengungkapkan pelanggaran dalam
Pemilu sama saja dengan memasukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
diri dalam wilayah hukum. Jika tidak
beruntung dapat menjerumuskan diri
sendiri ke dalam jeruji penjara, karena
dianggap melakukan fitnah atau
pencemaran nama baik orang lain.
Seharusnya dalam hal ini pengawas
Pemilu mengambil sikap tegas dan tidak
kompromi. Sebab, lembaga ini dibuat
untuk diserahi amanat untuk mengawal
Pemilu yang berkualitas. Jika pengawas
pemilu tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, maka lembaga
ini hanya menjadi lembaga yang
menambah pengeluaran anggaran
negara, tetapi tidak menghasilkan
sesuatu yang berarti bagi perbaikan
kualitas demokrasi. Dengan kata lain,
lembaga ini hanya menambah
inefisiensi, alias pemborosan anggaran
negara yang selama ini sudah banyak
dikorupsi oleh penyelenggaranya. Jika
Pemilu juga menghasilkan para
penyelenggara yang tidak layak, maka
akan semakin bertambahlah beban
negara ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
Triangulasi Data
Triangulasi Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Tingkat Keterbacaan Buku Teks Sahabatku Indonesia Terbitan Badan Bahasa untuk
Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya”
Oleh: Stefani Anuar Lupita
Pembimbing I: Rishe Purnama Dewi S.Pd., M.Hum.
Pembimbing II: Septina Krismawati S.S., M.A.
Petunjuk Triangulasi:
1. Berilah tanda centang (√) pada kolom SETUJU atau TIDAK SETUJU yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis tingkat
keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya.
2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tingkat keterbacaan buku teks Sahabatku Indonesia
Level C1 berdasarkan Grafik Fry, SMOG, dan Autentisitasnya.
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir penilaian.
No Data Autentisitas
Triangulasi
Keterangan Setuju
Tidak
Setuju
1. Danau Toba
Danau Toba merupakan
keajaiban alam menakjubkan di Pulau
Sumatera. Sulit membayangkan ada
tempat yang lebih indah untuk
dikunjungi di Sumatera Utara selain
danau ini. Suasana sejuk
Wacana kode teks 1 berjudul “Danau Toba”, memiliki
tingkat autentisitas moderat (simplifikasi). Hal itu
menunjukkan bahan-bahan yang diambil diperoleh dari
hasil modifikasi atau pengubahan oleh pengajar BIPA.
Dalam wacana ini, terdapat sedikit pengubahan dan
penambahan oleh pengajar BIPA. Hasil analisis sumber
wacana ini sebagai berikut.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
menyegarkan, hamparan air jernih
membiru, dan pemandangan
pegunungan hijau yang memesona
adalah sebagian kecil saja dari imaji
danau raksasa yang berada 900 meter
di atas permukaan laut itu.
Danau Toba adalah danau
berkawah seluas 1.145 kilometer
persegi. Di tengahnya berdiam sebuah
pulau dengan luas yang hampir
sebanding dengan luas negara
Singapura. Danau Toba sebenarnya
lebih menyerupai lautan daripada
danau mengingat ukurannya. Oleh
karena itu, Danau Toba ditempatkan
sebagai danau terluas di Asia
Tenggara dan terbesar kedua di dunia
sesudah Danau Victoria di Afrika.
Danau Toba juga termasuk danau
terdalam di dunia, yaitu sekira 450
meter.
Danau Toba, sebagaimana
diperkirakan para ahli, terbentuk
setelah letusan gunung api super
sekitar 73.000-75.000 tahun lalu. Saat
itu 2.800 km kubik bahan vulkanik
dimuntahkan Gunung Toba yang
meletus hingga debu vulkanik yang
Kode Teks Sumber Hasil Analisis
Teks 1 Danau
Toba
http://indonesi
a.travel/id/des
tination/48/the
-incredible-
lake-toba
(dengan
pengubahan)
Halaman web
ditemukan dan
ada sedikit
pengubahan
teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
ditiup angin menyebar ke separuh
wilayah bumi. Letusannya terjadi
selama 1 minggu dan lontaran
debunya mencapai 10 kilometer di
atas permukaan laut.
Letusan gunung api super
(Gunung Toba) tersebut, diperkirakan
telah menyebabkan kematian massal
dan kepunahan beberapa spesies
mahluk hidup. Letusan Gunung Toba
juga telah menyebabkan terjadinya
perubahan cuaca bumi, yaitu mulai
masuknya bumi ke zaman es sehingga
mempengaruhi peradaban dunia.
Selain memiliki hutan-hutan
pinus yang tertata asri, di pinggiran
Danau Toba juga terdapat beberapa
air terjun yang sangat mempesona. Di
sekitar Danau Toba Anda juga akan
dapati tempat pemandian air belarang.
Di tengah-tengah Danau Toba,
terdapat sebuah pulau yang unik
karena merupakan pulau vulkanik.
Pulau itu bernama Pulau Samosir.
Ketinggiannya 1.000 meter di atas
permukaan laut. Meskipun telah
menjadi tempat tujuan wisata sejak
lama, Samosir merupakan keindahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
alam yang belum terjamah. Di tengah
Pulau Samosir ini masih ada lagi dua
danau indah yang diberi nama Danau
Sidihoni dan Danau Aek Natonang. Di
Pulau Samosir, Anda juga dapat
menemukan pegunungan berkabut, air
terjun yang jernih untuk berenang, dan
masyarakat peladang.
Masyarakat Batak terkenal
ramah meskipun mereka juga terkenal
dengan gaya bicaranya yang keras.
Keramahan masyarakat Batak akan
memikat Anda karena kemanapun
Anda pergi, Anda dengan segera dapat
menemukan teman baru.
Selain itu, di Kota Parapat yang
merupakan semenanjung yang
menonjol ke danau, Anda juga dapat
menikmati pemandangan spektakuler
Danau Toba. Parapat dihuni
masyarakat Batak Tobadan Batak
Simalungan yang dikenal memiliki
sifat ceria dan mudah bergaul,
terkenal pula senang mendendangkan
lagu bertema cinta yang riang namun
penuh perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
2. Pengalaman Berkesan Kali Pertama
ke Pulau Dewata
Selalu ada kali pertama untuk
semua hal, termasuk kunjungan ke
Pulau Dewata. Pulau penuh bule ini
seakan tak ada habisnya untuk
dijelajahi. Berikut pengalaman
berkesan kali pertama ke Bali.
Orang bilang Bali itu semacam
daerah di luar kedaulatan RI karena
banyaknya bule-bule yang hilir-mudik,
seakan mereka adalah penduduk lokal.
Bulan Januari lalu saya
berkesempatan untuk berlibur ke Bali.
Ini adalah kali pertama saya
mengunjungi daerah wisata yang
konon katanya menyimpan sejuta
keindahan alam dan menyajikan
wisata belanja yang murah-meriah.
Dalam rangka berwisata ke Bali,
saya sudah membeli tiket pesawat dari
setahun sebelumnya dan mengambil
cuti selama 3 hari, maklum perjalanan
perlu berhemat. Penerbangan saya
sempat tertunda dari yang semula
dijadwalkan berangkat pukul 05.55,
berubah menjadi pukul 08.40 pagi.
Wacana kode teks 2 berjudul “Pengalaman
Berkesan Kali Pertama ke Pulau Dewata”, memiliki tingkat
autentisitas moderat (simplifikasi). Hal itu menunjukkan
bahan-bahan yang diambil diperoleh dari hasil modifikasi
atau pengubahan oleh pengajar BIPA. Dalam wacana ini,
terdapat sedikit pengubahan dan penambahan oleh pengajar
BIPA. Hasil analisis sumber wacana ini sebagai berikut.
Kode Teks Sumber Hasil
Analisis
Teks 2 Pengalaman
Berkesan Kali
Pertama ke
Pulau Dewata
http://travel.
detik.com/rea
d/2015/03/15
/141000/283
0921/1025/1/
pengalaman-
berkesan-
kali-pertama-
ke-pulau-
dewata#men
u_stop
(dengan
pengubahan)
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Cuaca sedang kurang bagus dengan
curah hujan yang cukup deras saat
menuju Bandara Soetta. Tapi
Alhamdulillah penerbangan saya tidak
tertunda terlalu lama.
Cuaca saat terbang cukup bagus
dengan sedikit turbulensi dan
gangguan. Sewaktu mendarat di
Bandara Ngurah Rai Bali, waktu
menunjukkan pukul 12.00 dan
matahari bersinar dengan terik.
Saatnya kacamata hitam beraksi.
Keadaan perut lumayan kacau balau
setibanya di Bali. Saya langsung
menghampiri salah satu restoran siap
saji di sekitar terminal kedatangan
untuk menenangkan cacing di dalam
perut yang mulai meronta-ronta.
Tujuan selanjutnya adalah
mencari penginapan, karena saya
belum memesan hotel. Nah, untuk
urusan hotel ini saya mengandalkan
pemesanan daring (dalam jaringan)
lewat salah satu laman lokal ternama,
dan saya langsung mendapat tempat
yang sangat sesuai dengan keuangan.
Setelah mendapatkan konfirmasi
dari pihak hotel, saya langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
meluncur ke tempatnya dengan
menunggangi taksi. Ini bukan
sembarang taksi, ini taksi khas Bali!
Selesai check-in dan membereskan
barang bawaan, saya langsung
bergerak ke Pantai Kuta. Kebetulan
jarak dari hotel ke Pantai Kuta hanya
100 meter. Waktu menunjukkan pukul
14.00 siang. Kalau dipikir-pikir, ke
pantai jam segitu aneh juga karena
matahari sedang imut-imutnya, tapi
tak apalah, mumpung di Bali. Selama
kurang lebih 30 menit berjalan di
pinggir Pantai Kuta, saya memutuskan
untuk kembali ke hotel dan berencana
kembali ke pantai pada sore harinya.
Ternyata banyak penyewaan
motor yang menawarkan jasa sewa
dan bisa kita manfaatkan untuk
berkeliling Bali. Karena minimnya
jasa angkutan umum, motor adalah
pilihan yang sangat fantastis dengan
harga yang super ekonomis. Saya pun
memutuskan untuk menyewa motor
dari pihak hotel, karena esok hari saya
berencana pergi ke daerah Ubud.
Motor langsung saya sewa selama tiga
hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
Senja menyapa, saatnya
bergegas ke Pantai Kuta untuk
menikmati silir-semilir angin laut dan
menunggu mataharimenenggelamkan
sinarnya. Ternyata sudah banyak
pengunjung yang duduk rapi di bibir
pantai, lengkap dengan gawai mereka
untuk mengabadikan senja di pantai
Kuta, termasuk saya. Saya
menyempatkan diri untuk mengambil
beberapa foto.
Malam pun tiba, saya
melanjutkan petualangan. Saatnya
mencari kuliner pengganjal perut.
Saya disarankan untuk makan nasi
pedas yang terkenal itu. Karena
terbatasnya pengetahuan tentang
jalanan Bali, saya pun mengandalkan
aplikasi peta di telepon cerdas untuk
menunjukkan arah warung tersebut,
syukur saya tidak tersasar.
Hujan datang, perut kenyang,
kantuk menyerang, inilah keadaan
paling ideal yang sedang saya rasakan
saat itu. Mandi hujan pun saya lakukan
demi seonggok kasur hotel yang sudah
menanti saya dengan mesra.
Hari kedua di Bali, hujan belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
berhenti dari semalam, rencana pergi
ke Ubud terancam batal. Tapi tekad
sudah bulat, motor sudah disewa,
hujan tidak akan menghalangi saya
untuk berpetualang di Bali! Saya
kemudian bersiap-siap berangkat,
sampai akhirnya hujan tidak menyerah
untuk turun dansayalah yang
menyerah untuk pergi lalu kembali ke
kasur. Sekian lama menunggu
akhirnya hujan berhenti. Hari sudah
hampir siang, saya segera berangkat
ke Ubud sebelum hujan turun lagi.
Selama kurang lebih dua jam
perjalanan, saya berhenti untuk
berteduh hingga lima kali. Tampaknya
hujan sedang rajin membasahi saya.
Sesampainya di Ubud, saya sempat
keliling menikmati pemandangan, lalu
mampir ke Monkey Forest, tentunya
sambil diguyur hujan rintik-rintik.
Setelah lelah berjalan-jalan keliling
hutan dan bercengkerama dengan
monyet, saya akhirnya bergerak untuk
kembali ke Kuta. Karena arah pulang
lewat Pasar Sukawati, dan saya lihat
banyak oleh-oleh khas Bali, akhirnya
saya mampir sekadar tanya harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
Pedagang banyak yang menjual
kerajinan tangan seperti gelang,
kalung, manik-manik, kain pantai,
hingga lukisan, seperti yang sering
kita lihat di pusat penjualan oleh-oleh.
Karena langit masih sedikit terang,
saya arahkan motor menuju destinasi
berikutnya, Pura Tanah Lot.
Pemandangan di Tanah Lot
memang indah, tidak sangka saya bisa
sampai ke sini. Ternyata saat matahari
terbenam akan ada pertunjukkan Tari
Kecak. Saya memang penasaran dan
ingin menonton tari tersebut. Setelah
menunggu kurang lebih satu jam dan
sedikit berfoto narsis dengan latar
belakang pura yang terkenal itu,
akhirnya saya beranjak untuk
menyaksikan Tari Kecak, masih
diiringi dengan rintik hujan.
Hari terakhir, saya pilih tujuan
ke Pura Ulu Watu, masih bersama
motor sewaan. Saya berangkat agak
siang dari hotel, setelah paginya saya
bermain lagi di Pantai Kuta. Uluwatu
hampir sama seperti Monkey Forest,
banyak monyet yang berkeliaran.
Bedanya, monyet di Uluwatu ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
nakal-nakal. Mereka suka mengambil
barang-barang milik turis seperti
kacamata dan sandal. Jadi jagalah
barang bawaan bagi Anda yang ingin
berkunjung ke tempat ini.
Tiga hari di Bali cukup memberi
kesan bagi saya yang baru sekali
berkunjung ke sini. Pemandangan
yang indah dan penduduk Bali yang
ramah, merupakan perpaduan yang
tidak mungkin terlupa. Sampai jumpa
di lain kesempatan, Bali!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
3. Setelah data diisi dan disimpan,
sistem komputer PT PLN akan
mengirim posel pemberitahuan kepada
Anda disertai nominal yang harus
Anda bayar dan kode transaksi.
4. Masukkan kode transaksi tersebut
lewat format yang tersedia
dihttp://www.pln.co.id/pbpd/Konfirma
si.php.
5. Sistem komputer PT PLN akan
kembali mengirim posel
pemberitahuan kepada Anda disertai
nominal yang harus Anda bayar dan
Nomor Registrasi (kode bayar).
6. Setelah itu, lakukanlah pembayaran.
Pembayaran dapat dilakukan di kantor
pos, bank, ATM, dan loket resmi yang
telah bekerjasama dengan PT PLN.
Pembayaran dilakukan selambat-
lambatnya 30 hari setelah pendaftaran
secara online.
7. Untuk membayar lewat ATM,
Anda dapat memilih„Pembayaran
Listrik‟, kemudian pilih „Non Taglis‟.
Anda cukup memasukkan 13 digit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
nomor registrasi, kemudian nama Anda
akan tampil di layar dengan jumlah
nominal yang harus Anda bayar.
8. Pemasangan akan dilakukan
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
setelah pembayaran. Syaratnya, rumah
tersebut tak jauh dari tiang listrik yang
sudah berdiri serta telah terpasang
instalasi listrik.
9. Jika pada hari keenam belum juga
terpasang, Anda bisa bertanya atau
komplain ke hotline PT PLN di nomor
123.
10. Untuk memeriksa status
pendaftaran, Anda dapat
memeriksanya di pranala
http://www.pln.co.id/pbpd/Status.php.
11. Perlu diingat, PT PLN juga
melarang Anda memberikan uang atau
tip bagi petugas yang memasang
sambungan listrik di rumah Anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
4. Ki Hajar Dewantara,Bapak
Pendidikan Indonesia
Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat atau yang lebih dikenal
dengan Ki Hadjar Dewantara adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu
lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi
maupun orang-orang Belanda.
Ki Hadjar Dewantara lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889
dengan nama Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara
dibesarkan di lingkungan keluarga
keraton Yogyakarta. Saat genap
berusia 40 tahun menurut hitungan
Tahun Caka, Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berganti nama menjadi
Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat
itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di
depan namanya.
Hal ini dimaksudkan supaya Ki
Hadjar Dewantara dapat bebas dekat
dengan rakyat, baik secara fisik
Wacana kode teks 4 berjudul “Ki Hajar Dewantara,
Bapak Pendidikan Indonesia”, memiliki tingkat autentisitas
tinggi. Hal itu dikarenakan bahan pembelajaran diambil
dari bahan-bahan yang sudah ada dan memiliki sumber
yang terpercaya. Dengan demikian, teks ini memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi. Hasil analisis sumber wacana
ini sebagai berikut.
Kode Teks Sumber Hasil Analisis
Teks 4 Ki Hajar
Dewantara,
Bapak
Pendidikan
Indonesia
http://profil.
merdeka.com
/indonesia/k/
ki-hadjar-
dewantoro/
Halaman web
ditemukan dan
isi teks sama
dengan sumber
yang tertera.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara
menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) dan
kemudian melanjutkan sekolahnya ke
STOVIA(Sekolah Dokter Bumiputera)
tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut
tidak bisa dia selesaikan.
Ki Hadjar Dewantara kemudian
bekerja sebagai wartawan di beberapa
surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja
Timoer dan Poesara. Pada masanya,
Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai
penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan
patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial
bagi pembacanya.
Selain bekerja sebagai seorang
wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara
juga aktif dalam berbagai organisasi
sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki
Hadjar Dewantara aktif di seksi
propaganda Boedi Oetomo untuk
menyosialisasikan dan menggugah
kesadaran masyarakat Indonesia pada
waktu itu mengenai pentingnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kemudian,
bersama Douwes Dekker (Dr.
Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, yang nantinya
akan dikenal sebagai Tiga Serangkai,
Ki Hadjar Dewantara mendirikan
Indische Partij (partai politik pertama
yang beraliran nasionalisme
Indonesia) pada tanggal 25 Desember
1912 yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan
organisasi ini untuk memperoleh
status badan hukum pada pemerintah
kolonial Belanda. Tetapi pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur
Jendral Idenburg menolak pendaftaran
itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena
organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme dan
kesatuan rakyat untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Semangatnya tidak berhenti
sampai sini. Pada bulan November
1913, Ki Hadjar Dewantara
membentuk Komite Bumipoetra yang
bertujuan untuk melancarkan kritik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
terhadap Pemerintah Belanda. Salah
satunya adalah dengan menerbitkan
tulisan berjudul Als Ik Eens
Nederlander Was (Seandainya Aku
Seorang Belanda) dan Een voor Allen
maar Ook Allen voor Een (Satu untuk
Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga)
di mana kedua tulisan tersebut menjadi
tulisan terkenal hingga saat ini.
Tulisan “Seandainya Aku Seorang
Belanda” dimuat dalam surat kabar de
Expres milik dr. Douwes Dekker.
Akibat karangannya itu,
pemerintah kolonial Belanda melalui
Gubernur Jendral Idenburg
menjatuhkan hukuman
pengasinganterhadap Ki Hadjar
Dewantara. Douwes Dekker dan Cipto
Mangoenkoesoemo yang merasa rekan
seperjuangan diperlakukan tidak adil
menerbitkan tulisan yang bernada
membela Ki Hadjar Dewantara.
Mengetahui hal ini, Belanda pun
memutuskan untuk menjatuhi
hukuman pengasingan bagi keduanya.
Douwes Dekker dibuang di Kupang
sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo
dibuang ke pulau Banda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
Namun, mereka menghendaki
dibuang ke Negeri Belanda karena di
sana mereka bisa mempelajari banyak
hal daripada di daerah terpencil.
Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri
Belanda sejak Agustus 1913 sebagai
bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk
mendalami masalah pendidikan dan
pengajaran, sehingga Ki Hadjar
Dewantara berhasil memperoleh
Europeesche Akte. Pada tahun 1918,
Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah
air.
Di tanah air Ki Hadjar
Dewantara semakin mencurahkan
perhatian di bidang pendidikan
sebagai bagian dari alat perjuangan
meraih kemerdekaan. Bersama rekan-
rekan seperjuangannya, dia pun
mendirikan sebuah perguruan yang
bercorak nasional yang diberi nama
Nationaal Onderwijs InstituutTaman
Siswa (Perguruan Nasional Taman
Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini
sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar
mereka mencintai bangsa dan tanah air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Pemerintah kolonial
Belanda berupaya merintanginya
dengan mengeluarkan ordonansi
Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.
Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga
ordonansi itu kemudian dicabut.
Selama mencurahkan perhatian dalam
dunia pendidikan di Taman Siswa, Ki
Hadjar Dewantara juga tetap rajin
menulis. Namun tema tulisannya
beralih dari nuansa politik ke
pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Melalui
tulisan-tulisan itulah dia berhasil
meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional bagi bangsa Indonesia.
Kegiatan menulisnya ini terus
berlangsung hingga zaman
Pendudukan Jepang.
Saat Pemerintah Jepang
membentuk Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar
ditunjuk untuk menjadi salah seorang
pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs.
Muhammad Hatta dan K.H. Mas
Mansur. Setelah kemerdekaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Indonesia berhasil direbut dari tangan
penjajah dan stabilitas pemerintahan
sudah terbentuk.
Ki Hadjar Dewantara dipercaya
oleh presiden Soekarno untuk menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Melalui
jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara
semakin leluasa untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Pada
tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara
mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa dari Universitas Gajah Mada.
Dua tahun setelah mendapat
gelar Doctor Honoris Causa itu,
tepatnya pada tanggal 28 April 1959
Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia
di Yogyakarta dan dimakamkan di
sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara
bukan saja diabadikan sebagai seorang
tokoh dan pahlawan pendidikan
(bapak Pendidikan Nasional) yang
tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan
hari Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan
Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI No.305 Tahun
1959, tanggal 28 November 1959.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
Ajarannya yakni tut wuri
handayani (di belakang memberi
dorongan), ing madya mangun karsa
(di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di
depan memberi teladan) akan selalu
menjadi dasar pendidikan di
Indonesia. Untuk mengenang jasa-jasa
Ki Hadjar Dewantara pihak penerus
perguruan Taman Siswa mendirikan
Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-
nilai semangat perjuangan Ki Hadjar
Dewantara.
Dalam museum ini terdapat
benda-benda atau karya-karya Ki
Hadjar sebagai pendiri Taman Siswa
dan kiprahnya dalam kehidupan
berbangsa. Koleksi museum yang
berupa karya tulis atau konsep dan
risalah-risalah penting serta data surat-
menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan
dan sebagai seorang seniman telah
direkam dalam mikrofilm dan
dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
5. Hubungan Lingkungan Hidup
DenganPembangunan
Dalam peningkatan usaha
pembangunan, akan terjadi
peningkatan penggunaan sumber daya
untuk menyokong pembangunan
tersebut, serta timbulnya
permasalahan-permasalahan dalam
lingkungan hidup manusia.
Dalam pembangunan, sumber
daya alam merupakan komponen
yangpenting karena sumber daya alam
ini memberikan kebutuhan hidup bagi
kehidupan.
Dalam penggunaan sumber alam
tadi, hendaknya keseimbangan
ekosistem proyek pembangunan
diperhatikan dengan
baik.Keseimbangan ini bisa terganggu,
yang kadang-kadang bisa
membahayakan kehidupan umat.
Harus dicari jalan keluar yang
saling menguntungkan dalam
hubungan timbal balik antara
pembangunan, penggalian sumber
daya, dan masalah pengotoran atau
perusakan lingkungan hidup manusia.
Wacana kode teks 5 berjudul “Hubungan
Lingkungan Hidup Dengan Pembangunan”, memiliki
tingkat autentisitas moderat (simplifikasi). Hal itu
menunjukkan bahan-bahan yang diambil diperoleh dari
hasil modifikasi atau pengubahan oleh pengajar BIPA.
Dalam wacana ini, terdapat sedikit pengubahan dan
penambahan oleh pengajar BIPA. Hasil analisis sumber
wacana ini sebagai berikut.
Kode Teks Sumber Hasil
Analisis
Teks 5 Hubungan
Lingkungan
Hidup Dengan
Pembangunan
http://ppid.bl
h.jatimprov.g
o.id/index.ph
p/9-berita-
terkini/41-
hubungan-
lingkungan
(dengan
pengubahan)
Halaman web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
Sebab pada umumnya, proses
pembangunan mempunyai akibat-
akibat yang lebih luas terhadap
lingkungan hidup manusia, baik akibat
langsung maupun akibat sampingan
seperti pengurangan sumberkekayaan
alam secara kuantitatif & kualitatif,
pencemaran biologis, pencemaran
kimiawi, gangguan fisik dan gangguan
sosial budaya.
Kerugian-kerugian dan
perubahan-perbahan terhadap
lingkungan perlu lebih diperhitungkan
jika dibandingkan dengan keuntungan
yang diperkirakan akan diperoleh dari
suatu proyek pembangunan. Itulah
sebabnya,dalam setiap usaha
pembangunan, ongkos-ongkos sosial
untuk menjaga kelestarian lingkungan
perlu tetap dijaga, sedapat mungkin
tidak memberatkan kepentingan umum
masyarakat sebagai konsumen hasil
pembangunan tersebut.
Beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan-keputusan demikian, antara
lain adalah kualitas dan kuantitas
sumber kekayaan alam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
diperlukan; akibat-akibat dari
pengambilan sumber kekayaan alam,
termasuk kekayaan hayati dan
habisnya deposito kekayaan alam
tersebut. Selain itu, perlu juga
dipertimbangkan bagaimana cara
pengelolaan pembangunanitu, apakah
secara tradisional atau memakai
teknologi modern, termasuk juga
pembiayaannya dan pengaruh proyek
terhadap memburuknya lingkungan.
Hal-hal tersebut di atas hanyalah
sebagian dari daftar persoalan atau
pertanyaan yang harus
dipertimbangkan bertalian dengan
setiap proyek pembangunan. Juga
sekadar menggambarkan masalah
lingkungan yang konkret yang harus
dijawab. Setelah ditemukan jawaban
yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan
tadi, maka disusun pedoman-pedoman
kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan
pebangunan, baik berupa industri atau
bidang lain yang memperhatikan
faktor perlindungan lingkungan hidup
manusia.
Jadi, meskipun pembangunan
adalah hal yang penting, ia harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
sejalan dengan lingkungan itu sendiri.
Pembangunan yang baik haruslah
memperhatikan kelestarian
lingkungan. Dengan begitu, kehidupan
manusia akan terhindar dari hal-hal
yang membahayakan terkait
pemanfaatan lingkungan dalam
pembangunan.
6. Jejaring Sosial Bagi Pertumbuhan
Dan Perkembangan Remaja Di
Indonesia
Dunia maya adalah dunia yang
tak mengenal batas, dunia yang bisa
menjebak seseorang menjadi tak
sadar. Mungkin ini adalah salah satu
akibat dari kemajuan zaman yang
semakin tak bisa dihindari.
Salah satu yang bisa kita
nikmati dalam dunia online adalah
situs jejaring sosial, yaitu tempat
berkumpul dan berinteraksinya antara
satu individu dengan individu yang
lain dalam sebuah komunitas.
Komunitas itu memberikan banyak
tawaran pada anggotanya untuk
menjalin berbagai hubungan.
Wacana kode teks 6 berjudul “Jejaring Sosial Bagi
Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja Di Indonesia”,
memiliki tingkat autentisitas moderat (simplifikasi). Hal itu
menunjukkan bahan-bahan yang diambil diperoleh dari
hasil modifikasi atau pengubahan oleh pengajar BIPA.
Dalam wacana ini, terdapat sedikit pengubahan dan
penambahan oleh pengajar BIPA. Hasil analisis sumber
wacana ini sebagai berikut.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
Semakin banyak situs jejaring
sosial yang ada di dunia maya. Semua
menawarkan sesuatu yang menarik.
Mungkin ada kesamaan tapi juga ada
perbedaan antara situs jejaring sosial
yang satu dengan yang lain, misalnya
Instagram dengan Twitter, atau
Facebook dengan Friendster.
Namun, dibalik semua itu, situs
jejaring sosial dapat dianggap seperti
pedang bermata dua. Ini disebabkan
pengaruh negatif yang muncul akibat
pemakaian situs jejaring sosial yang
digunakan secara berlebihan.
Seperti yang dikatakan oleh
peneliti dari Inggris yang bernama
Catriona Marrison “apakah internet
menjadi pelarian bagi orang yang
mengalami depresi, atau justru
sebaliknya internet menyebabkan
orang depresi?” Dalam hal ini
Marrisonmengungkapkan internet dan
media sosial dapat mempengaruhi
kehidupan sosial di dunia nyata.
Dan dengan makin pesatnya
perkembangan teknologi informasi,
mungkinkah teknologi media sosial
menjadi alternatif remaja terutama
Kode Teks Sumber Hasil
Analisis
Teks 6 Jejaring Sosial
Bagi
Pertumbuhan
Dan
Perkembangan
Remaja Di
Indonesia
http://www.k
ompasiana.co
m/emaminull
ah/jejaring-
sosial-
bagipertumbu
han-dan-
perkembanga
n-remaja-
diindonesia_5
5e6bf0dc323
bdf00d9f7550
(dengan
pengubahan)
Halaman
web
ditemukan
dan ada
sedikit
pengubahan
teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
para siswa dan siswi Sekolah
Menengah untuk belajar di kelas?
Para remaja sudah sangat akrab
dengan teknologi, dan mereka rata-
rata menikmati teknologi. Bergaul
dengan remaja ini dengan
memanfaatkan teknologi akan
membuat cara belajar dan
pemanfaatan media sosial yang lebih
bergairah untuk para pelajar remaja,
sehingga remaja sekarang dapat terus
belajar dan belajar.
Baik guru maupun orang tua
harus berkordinasi untuk saling
berbagi informasi atas kamajuan
pendidikan dan perilaku remaja
tersebut.
Penggunaan teknologi media
sosial yang tepat justru akan semakin
memperkuat pemahaman dan perilaku
sosial para remaja atas pelajaran yang
diajarkan di kelas maupun di rumah.
Dan karena teknologi sudah menjadi
bagian hidup sehari-hari remaja saat
ini, maka pengajaran yang
memanfaatkan teknologi akan lebih
menyatu dalam kehidupan para
remaja Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
7. Seragam Sekolah, Perlukah?
Setiap negara di dunia
memiliki kebijakan masing-masing
dalam menentukan kewajiban
mengenakan seragam bagi para siswa.
Di Indonesia, ketentuan mengenakan
seragam ditentukan secara beragam.
Berdasarkan jenjang maupun jenis
pendidikan. Sekolah Dasar (SD/MI)
berwarna putih (baju/bagian atas) dan
merah (celana atau bagian bawah).
Sementara di Sekolah Tingkat
Pertama (SMP/MTs) berwarna putih
(baju/bagian atas) biru (celana
ataubagian bawah).Ketentuan untuk
berseragam tersebut berlaku secara
nasional kususnya untuk sekolah
negeri sesuai aturan pemerintah pusat.
Sekolah swasta, sebagian besar
memang mewajibkan siswanya untuk
berseragam, walaupun mereka
memiliki seragam sendiri yang
menjadi ciri khas sekolah mereka.
Misal, pada sekolah muslim, siswi-
siswinya diwajibkan untuk memakai
jilbab.
Aturan pemakaian seragam
Wacana kode teks 7 berjudul “Seragam Sekolah,
Perlukah?”, memiliki tingkat autentisitas moderat
(simplifikasi). Hal itu menunjukkan bahan-bahan yang
diambil diperoleh dari hasil modifikasi atau pengubahan
oleh pengajar BIPA. Dalam wacana ini, terdapat sedikit
pengubahan dan penambahan oleh pengajar BIPA. Hasil
analisis sumber wacana ini sebagai berikut.
Kode Teks Sumber Hasil Analisis
Teks 7 Seragam
Sekolah,
Perlukah?
http://www.ko
mpasiana.com/
alexanderarda/
seragam-
sekolahperluka
h_550ecaac81
3311b82dbc63
2e (dengan
pengubahan)
Halaman web
ditemukan dan
ada sedikit
pengubahan
teks.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
menimbulkan pro dan kontra. Bagi
mereka yang Pro, mereka merasa
memperoleh manfaat ketika
mengenakan seragam sekolah.
Menurut Linda Lumsden dan Gabriel
Miller (2001) "Uniforms by
themselves cannot solve all of the
problems of school discipline, but
they can be one positive contributing
factor to discipline and safety". Selain
itu, Lumden secara terperinci
mengatakan benefit dari aturan
mengenakan seragam sekolah : (1)
dapat meningkatkan keamanan
sekolah (enhanced school safety); (2)
meningkatkan iklim sekolah
(improved learning climate), (3)
meningkatkan harga diri siswa (higher
self-esteem for students), dan (4)
mengurangi rasa stres di keluarga
(less stress on the family). Di mata
orang awam, tujuan utama pemakaian
seragam adalah untuk mengurangi
kesenjangan sosial, biar terkesan rapi,
educated, dan untuk membedakan
kegiatan sekolah, menuntut ilmu dan
kegiatan (main-main) lainnya.
Kewajiban menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
seragam sekolah telah menjadi bagian
tata tertib sekolah dan dilaksanakan
secara ketat. Mulai dari ketentuan
bentuk, ukuran, atribut, badge, bahan,
bahkan aturan pembelian. Saya adalah
alumni SMP Negeri 1 Brebes.
Teringat dengan jelas ketika saya
diharuskan untuk memakai badge
nama SMP saya di lengan kanan,
label Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) di saku sebelah kanan, label
nama di sebelah kiri, baju
dimasukkan, sepatu hitam dan kaos
kaki putih polos. Semua aturan
diberikan dengan embel-embel untuk
menanamkan kedisiplinan, rasa cinta,
dan rasa bangga terhadap sekolah.
Saya alumni SMA Kolese De
Britto, sebuah SMA swasta di Jogja
yang tidak mewajibkan untuk seluruh
siswanya untuk memakai seragam.
Seragam hanya wajib digunakan
untuk hari senin dan saat upacara
bendera. Tiga tahun “hidup” di De
Britto tanpa seragam, saya tetap
merasakan manfaat-manfaat yang
telah disebutkan di atas. Teman-
teman SMA saya tetap bertanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
jawab dengan apa yang harus mereka
lakukan. Mereka tetap disiplin dan
tepat waktu.
Saya skeptis dengan pendapat
dan pernyataan pakar dan praktisi
pendidikan di Indonesia yang
menyerukan manfaat dankewajiban
untuk berseragam. Untuk masalah
rasa cinta dan rasa bangga terhadap
sekolah, cinta itu dari hati dan pikiran,
bukan dari apa yang dikenakan dan
digunakan. Saya sangat bangga
terhadap De Britto walaupun saya
hanya memakai seragam setiap hari
senin. Menurut saya, tidak ada
korelasi antara kebanggan dan
seragam. Identitas itu dari apa yang
kita lakukan dan kumpulan dari
seluruh keputusan-keputusan kita,
bukan dari label dan badge yang kita
tempel di pakaian kita.
Menurut Fx Djoko Sukastomo
(2004), seorang guru SD dan pakar
pendidikan, mengatakan beberapa
alasannya untuk tetap mendukung
adanya aturan seragam sekolah:
membentuk kerapian dan sebagai
kendali, dengan berpakaian seragam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
secara otomatis anak-anak merasa
bukan anak liar, yang sangat bebas
bertindak dan melakukan pelanggaran
asusila maupun kegiatan yang
dilarang oleh peraturan sekolah.
Kerapian yang ditimbulkan dari
seragam sekolah adalah suatu
kerapian semu, kerapian karena
adanya keterpaksaan. Pada
prakteknya ketika seseorang berada
dalam bangku kuliah atau dalam
dunia kerja, aturan untuk seragam
tidak berlaku lagi. Ketika seseorang
yang dari kecil sudah dididik
mengenai kerapian yang nyata, bebas
tapi rapi, bukan karena terpaksa tentu
akan berbeda. Selain itu, kendali
setiap siswa sangat tidak relevan
dengan seragam. Seragam itu masalah
apa yang digunakan bukan apa yang
dilakukan. Liar atau tidak, memilih
untuk melakukan pelanggaran atau
tidak, bukan karena seragam.
Pendidikan tanpa seragam
memang tidak mudah. Menurut F.
Wawan Setyadi, seorang Jesuit dan
alumnus STF Driyarkara yang pernah
bekerja sebagai pendidik di de Britto,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
dalam bukunya Menjadi Manusia
Bebas, melihat semua siswa
berseragam rapi mungkin terasa lebih
mudah dan menyenangkan daripada
membiarkan anak didik memilih
sendiri pakaian yang hendak mereka
kenakan saat bersekolah. Namun,
dengan penyeragaman tidak ada hal
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Cuma orang bebas yang dapat
dimintai pertanggungjawaban.
Sependapat dengan argumen
Wawan, ketika kita “dipaksa” untuk
memakai seragam, tidak ada hal yang
dipertanggung jawabkan melalui
seragam tersebut. Lain halnya dengan
bebas dari seragam, setiap pakaian
yang dipakai selalu menuntut
tanggung jawab. Pernah suatu kali
saya memakai jeans sobek-sobek, dan
saya “tertangkap” oleh Romo
Pamong, saat itu juga saya
mendapatkan sanksi, dan saya
bertanggung jawab atas pilihan
yangsaya pilih. Efek dari hukuman
itu, membuat saya, hingga saat ini,
tidak pernah lagi memakai celana
sobek-sobek di dalam instansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
pendidikan.
Dalam hal berseragam, siswa-
siswa di Indonesia tidak tahu nilai-
nilai yang melatarbelakangi aturan
tersebut. Saya yakin mereka hanya
sebatas mengerti untuk mencegah
kesenjangan sosial. Mereka tidak
bertindak sesuai prinsip yang jelas.
Menurut Wawan lagi, kebanyakan
manusia Indonesia hanya diajari
untuk bertanggung jawab di bawah
paksaan, bukan di alam kebebasan.
Seragam selalu menjadi pro-
kontra, saya dengan pengalaman,
pengamatan, dan pehaman saya tidak
melihat adanya manfaat adanya
penyeragaman dalam berpakaian
dalam instansi pendidikan. Seragam
menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah sama
ragamnya; sejenis; sama; (pakaian)
yang sama potongan dan warnanya.
Seragam adalah pakaian, bukan soal
disiplin atau mudah dikendalikan.
Kesenjangan sosial bukan timbul
akibat tanpa seragam, tapi karena apa
yang dilakukan, pilihan apa yang
diputuskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
novel aslinya. Brignull dan Persichetti
menghadirkan cerita baru yang
nantinya digabungkan dengan elemen
novelnya, cerita tentang seorang
bocah perempuan (Mackenzie Foy)
yang hidupnya terlalu diatur oleh
ambisi ibunya (Rachel McAdams)
untuk membuat dirinya menjadi
manusia dewasa sebelum waktunya
dengan segala jadwal dan aturan ketat
yang membosankan. Namun,
semuanya berbuah ketika si gadis
kecil bertemu dengan tetangganya;
seorang pilot tua nyentrik (Jeff
Bridges) yang memperkenalkannya
pada kisah luar biasa The Little Prince
yang kemudian mengubah hidupnya
selamanya.
Ada kesamaan antara The Little
Prince dengan animasi keluaran Pixar,
Inside Out, bukan hanya kesamaan
karena dirilis di tahun yang sama,
namun tema tentang kedewasaan yang
bersembunyi di balik tampilan
animasi anak-anaknya yang ceria.
Jika Inside Out punya premis yang
terasa lebih menarik dan kompleks
dengan segala tetek bengek unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
psikologisnya, The Little Prince
memilih jalur lebih simpel melalui
kisah persahabatan beda usia yang
dipenuhi dengan hati dan filosofi
kehidupan, tentang bagaimana
menjadi dewasa tanpa harus
melupakan siapa dirimu dan masa
kecilmu.
Tentu saja tidak adil jika
kemudian membandingkan kualitas
animasi bikinan Pixar yang luar biasa
detil itu dengan The Little Prince
yang notabene sangat sederhana,
tetapi bukan berarti The Little Prince
tidak punya daya pikatnya sendiri.
Saya suka bagaimana pemilihan
kontras warnanya. Dunia manusia
dewasa disajikan dalam tone warna
“mati” dengan atmosfer kelam
yangseakan-akan ingin mewakili
kehidupan menonton dan
membosankan, sebaliknya muncul
keceriaan penuh warna-warni cerah
ketika adegan berpindah menyorot
relasi persahabatanpilot tua dan si
gadis kecil yang dilatar belakangi
scoring lembut dari kolaborasi
Richard Harvey dan Hans Zimmer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
Sementara elemen dari novelnya yang
berisi petualangan misterius sang pilot
bertemu anak laki-laki dijabarkan
dalam bungkusan animasi stop motion
cantik ketika memadukan kombinasi
bahan-bahan kertas, kain dan tanah
liat yang dibentuk sedemikian rupa
menjadi gambar bergerak yang unik
dan meninggalkan kesan mendalam.
Mark Osborne
mempresentasikan The Little Prince
versinya dengan cukup baik, mungkin
tidak sampai terlalu istimewa
mengingat kualitas animasi,
khususnya pada bagian cerita di dunia
nyatanya terasa sedikit kurang
menarik meski sebenarnya buat
penonton yang lebih dewasa hal itu
mungkin tidak terlalu menjadi
masalah karena bisa ditutupi dengan
kekuatan tema dan penceritaannya
yang bagus. Satu lagi yang menarik
dari The Little Prince adalah jajaran
pengisi suaranya. Tidak main-main
sederet nama-nama aktor dan aktris
kelas “A” diboyong untuk mengisi
suara-suara karakternya, sebut saja
Jeff Bridges, Rachel McAdams, Paul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
Rudd, Marion Cotillard, James
Franco, Benicio del Toro, Ricky
Gervais, Bud Cort, Paul Giamatti,
Albert Brooks ya meskipun sedikit
disayangkan, selain Bridges,
Mackenzie Foy. dan Rachel
McAdams, porsi screen time dari
nama-nama besar tidaklah banyak dan
sebagian besar juga bukan karakter-
karakter penting.
9. Kisah Malin Kundang
Pada zaman dahulu di sebuah
perkampungan nelayan Pantai Air
Manis di daerah Padang, Sumatera
Barat, hiduplah seorang janda
bernama Mande Rubayah bersama
seorang anak laki-lakinya yang
bernama Malin Kundang. Mande
Rubayah amat menyayangi dan
memanjakan Malin Kundang. Malin
adalah seorang anak yang rajin dan
penurut.
Mande Rubayah sudah tua, ia
hanya mampu bekerja sebagai penjual
kue untuk mencukupi kebutuhan ia
dan anak tunggalnya. Suatu hari,
Wacana kode teks 9 berjudul “Kisah Malin
Kundang”, memiliki tingkat autentisitas tinggi. Hal itu
dikarenakan bahan pembelajaran diambil dari bahan-bahan
yang sudah ada dan memiliki sumber yang terpercaya.
Dengan demikian, teks ini memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi. Hasil analisis sumber wacana ini sebagai berikut.
Kode Teks Sumber Hasil Analisis
Teks 9 Kisah Malin
Kundang
Sumber:
http://donge
ngceritaraky
at.com/
Halaman web
ditemukan,
judul berbeda isi
tetap sama.
Nama judul
menjadi “Cerita
Dongeng Malin
Kundang (Cerita
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
Malin jatuhsakit. Sakit yang amat
keras. Nyawanya hampir melayang,
tetapi akhirnya ia dapat
diselamatkanberkat usaha keras
ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya,
ia semakin disayang. Mereka adalah
ibu dan anak yang saling menyayangi.
Kini, Malin sudah dewasa, ia
meminta izin kepada ibunya untuk
pergi merantau ke kota karena saat itu
sedang ada kapal besar merapat di
Pantai Air Manis.
“Jangan Malin, ibu takut terjadi
sesuatu denganmu di tanah rantau
sana. Menetaplah saja di sini, temani
ibu,” ucap ibunya sedih setelah
mendengar keinginan Malin yang
ingin merantau.
“Ibu tenanglah, tidak akan
terjadi apa-apa denganku,” kata Malin
sambil menggenggam tangan ibunya.
“Ini kesempatan Bu, kerena belum
tentu setahun sekali ada kapal besar
merapat di pantaiini. Aku ingin
mengubah nasib kita Bu, izinkanlah”
pinta Malin memohon.
“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah
kembali, ibu akan selalu
Rakyat
Sumatera
Barat)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
menunggumu Nak,” kata ibunya
sambil menangis. Meski dengan berat
hati akhirnya Mande Rubayah
mengizinkan anaknya pergi.
Kemudian Malin dibekali dengan nasi
berbungkus daun pisang sebanyak
tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di
perjalanan,” katanya sambil
menyerahkannya pada Malin. Setelah
itu berangkatlah Malin Kundang ke
tanah rantau meninggalkan ibunya
sendirian.
Hari-hari terus berlalu, hari
yang terasa lambat bagi Mande
Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande
Rubayah memandang ke laut, “Sudah
sampai manakah kamu berlayar
Nak?” tanyanya dalam hati sambil
terus memandang laut. la selalu
mendoakan anaknya agar selalu
selamat dan cepat kembali.
Beberapa waktu kemudian jika
ada kapal yang datang merapat ia
selalu menanyakan kabar tentang
anaknya. “Apakah kalian melihat
anakku, Malin? Apakah dia baik-baik
saja? Kapan ia pulang?” tanyanya.
Namun, setiap ia bertanya pada awak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
kapal atau nahkoda tidak pernah
mendapatkan jawaban. Malin tidak
pernah menitipkan barang atau pesan
apapun kepada ibunya.
Bertahun-tahun Mande
Rubayah terus bertanya namun tak
pernah ada jawaban hingga tubuhnya
semakin tua.Kini, jalannya mulai
terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari
Mande Rubayah mendapat kabar dari
nakhoda yang dulu membawa Malin.
Nahkoda itu memberi kabar bahagia
pada Mande Rubayah.
“Mande, tahukah kau, anakmu
kini telah menikah dengan gadis
cantik, putri seorang bangsawan yang
sangat kaya raya,” ucapnya saat itu.
Mande Rubayah amat gembira
mendengar hal itu, ia selalu berdoa
agar anaknya selamat dan segera
kembali menjenguknya, sinar
keceriaan mulai mengampirinya
kembali. Namun, hingga berbulan-
bulan semenjak ia menerima kabar
Malin dari nahkoda itu, Malin tak
kunjung kembali untuk menengoknya.
“Malin cepatlah pulang kemari
Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
pulang…,” rintihnya pilu setiap
malam. Ia yakin anaknya pasti datang.
Benar saja, tak berapa lama kemudian
di suatu hari yang cerah dari kejauhan
tampak sebuah kapal yang megah nan
indah berlayar menuju pantai. Orang
kampung berkumpul, mereka mengira
kapal itu milik seorang sultan atau
seorang pangeran. Mereka
menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat,
terlihat sepasang anak muda berdiri di
anjungan. Pakaian mereka berkiiauan
terkena sinar matahari. Wajah mereka
cerah dihiasi senyum karena bahagia
disambut dengan meriah. Mande
Rubayah juga ikut
berdesakanmendekati kapal.
Jantungnya berdebar keras saat
melihat lelaki muda yang berada di
kapal itu, ia sangat yakin bahwa lelaki
muda itu adalah anaknya, Malin
Kundang. Belum sempat para sesepuh
kampung menyambut, Ibu Malin
terlebih dahulu menghampiri Malin.
la langsung memeluknya erat, ia takut
kehilangan anaknya lagi.
“Malin, anakku. Kau benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
anakku kan?” katanya menahan isak
tangis karena gembira, “Mengapa
begitu lamanya kau tidak memberi
kabar?”
Malin terkejut karena dipeluk
wanita tua renta yang berpakaian
compang-camping itu. Ia tak percaya
bahwa wanita itu adalah ibunya.
Sebelum dia sempat berbicara,
istrinya yang cantik itu meludah
sambil berkata, “Wanita jelek inikah
ibumu? Mengapa dahulu kau bohong
padaku!” ucapnya sinis, “Bukankah
dulu kau katakan bahwa ibumu adalah
seorang bangsawan yang sederajat
denganku?”
Mendengar kata-kata pedas
istrinya, Malin Kundang langsung
mendorong ibunya hingga terguling
ke pasir, “Wanita gila! Aku bukan
anakmu!” ucapnya kasar.
Mande Rubayah tidak percaya
akan perilaku anaknya, ia jatuh
terduduk sambil berkata, “Malin,
Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak!
Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!”
Malin Kundang tidak memperdulikan
perkataan ibunya. Dia tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
mengakui ibunya. la malu kepada
istrinya. Melihat wanita itu beringsut
hendak memeluk kakinya, Malin
menendangnya sambil berkata, “Hai,
wanita gila! lbuku tidak seperti
engkau! Melarat dan kotor!” Wanita
tua itu terkapar di pasir, menangis,
dan sakit hati.
Orang-orang yang meilhatnya
ikut terpana dan kemudian pulang ke
rumah masing-masing. Mande
Rubayah pingsan dan terbaring
sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air
Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal
Malin semakin menjauh. Ia tak
menyangka Malin yang dulu
disayangi tega berbuat demikian.
Hatinya perih dan sakit, lalu
tangannya ditengadahkannya ke
langit. Ia kemudian berdoa dengan
hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau
memang dia bukan anakku, aku
maafkan perbuatannya tadi. Tapi
kalau memang dia benar anakku yang
bernama Malin Kundang, aku mohon
keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu
sambil menangis. Tak lama kemudian
cuaca di tengah laut yang tadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
cerah, mendadak berubah menjadi
gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan
teramat lebatnya. Tiba-tiba datanglah
badai besar, menghantam kapal Malin
Kundang. Lalu datanglah sambaran
petir yang menggelegar. Saat itu juga,
kapal hancur berkeping- keping.
Kemudian terbawa ombak hingga ke
pantai.
Esoknya, saat matahari pagi
muncul di ufuk timur, badai telah
reda. Di kaki bukit terlihat kepingan
kapal yang telah menjadi batu.
Itulah kapal Malin Kundang!
Tampak sebongkah batu yang
menyerupai tubuh manusia. Itulah
tubuh Malin Kundang anak durhaka
yang kena kutuk ibunya menjadi batu
karena telah durhaka. Disela-sela batu
itu, berenang-renang ikan teri, ikan
belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan
itu berasal dari serpihan tubuh sang
istri yang terus mencari Malin
Kundang.
Sampai sekarang, jika ada
ombak besar menghantam batu-batu
yang mirip kapal dan manusia itu,
terdengar bunyi seperti lolongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
283
Tirta Amerta, air keabadian dari
tempat tinggal para dewa.Saat baru
meminum sampai di kerongkongan,
sang Batara Guru mengetahuinya dan
mencoba mencegah hal tersebut.
Batara Guru melemparkan
cakra yang memenggal leher Batara
Kala. Ternyata kesaktian Tirta
Amerta sudah bekerja pada bagian
kepala Batara Kala. Kepalanya
melayang-layang di udara sedangkan
bagian badannya jatuh ke bumi dan
berubah menjadi lesung (alat
penumbuk padi). Batara Kala yang
murka kemudian menelan matahari
agar bumi mengalami kegelapan
selama-lamanya.
Cerita tersebut kemudian
mengilhami masyarakat tanah Jawa
untuk memukul lesung ketika terjadi
gerhana matahari total. Hal tersebut
menyimbolkan masyarakat yang
memukul-mukul tubuh Batara Kala
agar matahari kembali dimuntahkan
oleh raksasa tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
Masyarakat Dayak Juga Percaya
Mitos Batara Kala
Tak hanya masyarakat Jawa,
orang-orang Dayak juga mempercayai
kisah tentang Batara Kala. Ketika
gerhana matahari total terjadi,
masyarakat Dayak akan memukul-
mukul lesung sambil melantunkan
syair yang disebut Mansana. Tradisi
unik tersebut masih berlangsung di
Kampung Tanjung Laong.
Selain memukul-mukul
lesung, ada kebiasaan unik lainnya
yang dilakukan oleh suku Dayak
Ngaju ketika terjadi gerhana matahari
total. Masyarakat Dayak Ngaju akan
memukul-mukul batang pohon buah-
buahan. Tujuannya adalah supaya roh
pohon buah tersebut yang bernama
Gana segera bangkit dan membuat
pohon jadi berbuah lebat.
Tradisi Dolo-Dolo di Tidore
Sebuah kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat Pulau
Tidore ketika menyambut peristiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
gerhana matahari total disebut Tradisi
Dolo-Dolo. Dalam tradisi tersebut,
masyarakat akan memukul-mukul
kentongan bambu secara bersamaan.
Aktivitas tersebut dilakukan sebagai
lambang untuk mengusir raksasa yang
menelan matahari.
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tidore Kepulauan
akan melaksanakan koordinasi untuk
memperlancar tradisi dolo-dolo.
Sehingga seluruh masyarakat dan
sekolah akan membunyikan dolo-dolo
secara serempak ketika gerhana
matahari total berlangsung.
Kemunculan Naga di Sungai Musi,
Palembang
Mitos yang berkembang di
Palembang hampir serupa dengan
mitos yang dipercaya masyarakat
Jawa, Dayak, dan Tidore. Namun,
perbedaannya terletak pada sosok
raksasa yang menelan matahari di
langit.Masyarakat Palembang percaya
bahwa ada naga yang akan muncul di
Sungai Musi ketika terjadi gerhana
matahari total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
11. Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah
jenis demensia paling umum yang
awalnya ditandai oleh melemahnya
daya ingat, hingga gangguan otak
dalam melakukan perencanaan,
penalaran,persepsi, dan berbahasa.
Pada penderita Alzheimer, gejala
berkembang secara perlahan-lahan
seiring waktu. Misalnya yang diawali
dengan sebatas lupa soal isi
percakapan yang baru saja
dibincangkan atau lupa dengan nama
obyek dan tempat, bisa berkembang
menjadi disorientasi dan perubahan
perilaku. Perubahan perilaku dalam
hal ini seperti menjadi agresif,
penuntut, dan mudah curiga terhadap
orang lain. Bahkan jika penyakit
Alzheimer sudah mencapai tingkat
parah, penderita dapat mengalami
halusinasi, masalah dalam berbicara
dan berbahasa, serta tidak mampu
melakukan aktivitas tanpa dibantu
orang lain.
Meski penyebab pasti penyakit
ini belum diketahui, para ahli percaya
Wacana kode teks 11 berjudul “Alzheimer”,
memiliki tingkat autentisitas tinggi. Hal itu dikarenakan
bahan pembelajaran diambil dari bahan-bahan yang sudah
ada dan memiliki sumber yang terpercaya. Dengan
demikian, teks ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
Hasil analisis sumber wacana ini sebagai berikut.
Kode Teks Sumber Hasil Analisis
Teks 11 Alzheimer aladokter.com Halaman web
ditemukan
dengan
pembaharuan
pada tanggal
10 Desember
2018.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287
bahwa penyakit Alzheimer pada
umumnya terjadi akibat meningkatnya
produksi protein dan khususnya
penumpukan protein beta-amyloid di
dalam otak yang menyebabkan
kematian sel saraf.
Ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena penyakit Alzheimer, di
antaranya adalah pertambahan usia,
cidera parah di kepala, riwayat
kesehatan keluarga atau genetika, dan
gaya hidup.
Penyakit Alzheimer rentan
diidap oleh orang-orang yang telah
berusia di atas 65 tahun dan sebanyak
16 persen diidap oleh mereka yang
usianya di atas 80 tahun.
Meski begitu, penyakit yang
menjangkiti lebih banyak wanita
ketimbang laki-laki ini juga dapat
dialami oleh orang-orang yang berusia
antara 40 hingga 65 tahun.
Diperkirakan sebanyak 5 persen
penderita Alzheimer terjadi pada
kisaran usia tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
Diagnosis dan pengobatan penyakit
Alzheimer
Penderita Alzheimer umumnya
hidup sekitar delapan hingga sepuluh
tahun setelah gejala muncul, namun
ada juga beberapa penderita lainnya
yang bisa hidup lebih lama dari itu.
Meski penyakit Alzheimer belum ada
obatnya, ragam pengobatan yang ada
saat ini bertujuan untuk
memperlambat perkembangan kondisi
serta meredakan gejalanya.
Karena itu, segera temui
dokter jika daya ingat Anda
mengalami perubahan atau Anda
khawatir mengidap demensia. Jika
penyakit Alzheimer dapat terdiagnosis
sejak dini, maka Anda akan memiliki
lebih banyak waktu untuk melakukan
persiapan serta perencanaan untuk
masa depan, dan yang lebih terpenting
lagi, Anda akan mendapatkan
penanganan lebih cepat yang dapat
membantu.
Tidak ada tes khusus untuk
membuktikan seseorang mengalami
Alzheimer. Dalammendiagnosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
289
penyakit Alzheimer, dokter akan
bertanya seputar masalah dan gejala
yang dialami pasien. Tes medis
mungkin akan dilakukan untuk
memastikan kondisi yang dialami
pasien bukan karena penyakit lain.
Selain dengan pemberian obat-
obatan, penyakit Alzheimer juga dapat
ditangani secara psikologis melalui
stimulasi kognitif guna memperbaiki
ingatan si penderita, memulihkan
kemampuannya dalam berbicara
maupun dalam memecahkan masalah,
serta membantunya hidup semandiri
mungkin.
Pencegahan penyakit Alzheimer
Karena penyebab pastinya
belum diketahui, sulit untuk mencegah
penyakit ini secara pasti. Namun, ada
beberapa cara yang bisa Anda lakukan
untuk mempertahankan kesehatan dan
fungsi otak, di antaranya dengan
mengonsumsi makanan sehat,
berolahraga, tidak merokok,
membatasi konsumsi alkohol, serta
rutin memeriksakan diri ke dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
291
Selain itu, saat itu nuansa
euforia demokrasi pasca
otoritarianisme masih sangat terasa
dan disambut masyarakat dengan
senang hati dan bahkan antusias untuk
memilih wakil-wakil dan pemimpin
rakyat yang sesuai dengan harapan
mereka. Secara umum, rakyat pemilih
datang ke TPS-TPS (Tempat
Pemungutan Suara) karena dorongan
dari diri mereka sendiri untuk
melahirkan wakil dan pemimpin
rakyat yang akan mampu
menciptakan kebaikan bersama.
Butuh Kesukarelaan
Menurut Wiliam Ebenstein
dalam karyanya yang berjudul
“Todays Isms: Socialism, Capitalism,
Fascism, Communism, and
Libertarianism”, setidaknya ada
delapan kriteria dan dasar psikologis
demokrasi, yakni akal sehat,
pengutamaan individu, negara tak
lebih dari sekadar alat untuk
mencapai tujuan bersama, hubungan
antara negara dan rakyat diatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
292
berdasar hukum, persamaan hak asasi
manusia, prosedur demokrasi yang
dijalankan secara benar mengingat
tujuan tidak bisa dipisahkan dari cara
atau alat yang digunakan, dan prinsip
kesukarelaan (voluntarism).
Demokrasi meniscayakan
kesukarelaan masyarakat untuk
terlibat di dalamnya. Tanpa
kesukarelaan tak ada demokrasi,
karena sesungguhnya mereka
mengalami keterpaksaan dalam
menentukan pilihan. Dalam tradisi
masyarakat di Indonesia, saat ini
kesukarelaan dalam politik bisa
dikatakan sangatlah rendah.
Nampaknya, hal ini disebabkan oleh
kesalahan dalam memahami makna
politik. Politik dianggap sebagai arena
yang kotor dan jahat yang dihuni oleh
mereka yang hanya ingin
memperkaya diri sendiri. Karena itu,
rakyat menuntut imbalan secara
langsung untuk dukungan politik yang
mereka berikan.
Harus diakui, masih banyak
terjadi tidak adanya kesukarelaan di
antara pemilih dan juga para caleg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
Masyarakat tidak mau memilih jika
tidak diberi imbalan uang atau
imbalan-imbalan konkret dalam
bentuk lainnya. Dalam konteks ini,
kesukarelaan masyarakat telah
didistorsi oleh praktik politik-uang.
Mereka menjadikan uangsebagai
salah satu faktor dominan dalam
menentukan pilihan. Hal ini tercermin
dalam prinsip-prinsip mereka yang
nyata dalam berbagai jargon, antara
lain: tak ada duit, tidak nyoblos (baca:
mencontreng), caleg jangan hanya
jual gusi, tapi harus punya gizi, dan
lain-lain jargon yang senada dengan
itu.
Sementara para caleg
memberikan uang juga karena
keterpaksaan. Walaupun sebelumnya
tidak pernah dikenal sebagai orang
yang dermawan, tetapi pada saat
menjelang Pemilu mendadak menjadi
orang yang sangat royal kepada
masyarakat. Para caleg melakukan itu
tentunya karena memiliki interest.
Mereka terpaksa, karena harus
mengikuti langgam realitas pasar
yang memang menginginkan itu. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
294
mereka tidak mampu menahan hasrat
untuk semata-mata berkuasa, maka
jalan praktik politik uanglah yang
mereka tempuh. Lalu, jika hasrat
berkuasa para caleg terlalu tinggi,
maka mereka akan mempertaruhkan
sebagian besar harta kekayaan yang
mereka miliki untuk memperebutkan
kekuasaan di lembaga legislatif itu;
bahkan walau untuk itu mereka mesti
harus berutang.Itu terbukti dengan
banyaknya caleg yang setelah selesai
Pemilu tidak mendapatkan perolehan
suara yang signifikan, kemudian
menjadi stres dan bahkan meninggal
dunia karena terkena serangan jantung
akut. Setidaknya mereka melakukan
tindakan-tindakan yang sungguh
ironis dan memalukan, seperti
meminta kembali barang-barang yang
telah mereka berikan, baik untuk
pribadi-pribadi tertentu maupun untuk
kelompok-kelompok dan lembaga-
lembaga tertentu.
Harusnya, kejadian-kejadian
seperti itu tak perlu terjadi jika
masing-masing antara pemilih dan
para caleg memiliki saling percaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
Ketiadaan sikap saling percaya inilah
yang menyebabkan uang menjadi
jalan terakhir. Rakyat pemilih
menginginkan imbalan yang
berbentuk instan,sedangkan para
caleg yang sebelumnya tidak pernah
berkiprah dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan juga menggunakan
uang sebagai jalan instan untuk
merebut kekuasaan. Akibatnya,
Pemilu diwarnai dengan transaksi-
transaksi yang sesungguhnya masuk
dalam kategori politik-uang, yang
oleh Undang-Undang jelas dilarang.
Jarang sekali caleg yang berani
melakukan langkah melawan arus
dengan melakukan pendidikanpolitik
kepada rakyat dengan menjelaskan
bahwa praktik-politik uang
merupakan praktik pelanggaran
terhadap Undang-Undang.
Disfungsi Aparat
Selain itu, sayangnya,
penegakan peraturan dalam
penyelenggaraan Pemilu tidak
dijalankan secara tegas oleh aparat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
terkait. Warga masyarakat yang masih
memiliki idealisme juga tidak mau
ambil pusing dengan berbagai
pelanggaran yang terjadi, misalnya
dengan melaporkan praktik-praktik
yang melanggar peraturan. Banyak
yang beranggapan bahwa
mengungkapkan pelanggaran dalam
Pemilu sama saja dengan
memasukkan diri dalam wilayah
hukum. Jika tidak beruntung dapat
menjerumuskan diri sendiri ke dalam
jeruji penjara, karena dianggap
melakukanfitnah atau pencemaran
nama baik orang lain. Seharusnya
dalam hal ini pengawas Pemilu
mengambil sikap tegas dan tidak
kompromi. Sebab, lembaga ini dibuat
untuk diserahi amanat untuk
mengawal Pemilu yang berkualitas.
Jika pengawas pemilu tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik,
maka lembaga ini hanya menjadi
lembaga yang menambah pengeluaran
anggaran negara, tetapi tidak
menghasilkan sesuatu yang berarti
bagi perbaikan kualitas demokrasi.
Dengan kata lain, lembaga ini hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI