thala semi a

34
TUGAS KEPERAWATAN KESEHATAN ANAK DOSEN : RUSLI ABDULLAH, SKM T AL A S E M I A Disusun oleh : KELOMPOK X ANIDA (07.003) FITRIANI S. (08.016) ST. FATIMAH KARSID (08.040) DINI YULIANA SARI (08.012) BURHANUDDIN (08.010) AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR

Upload: sinar-rembulan

Post on 27-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

imun

TRANSCRIPT

BAB II

TUGAS KEPERAWATAN KESEHATAN ANAKDOSEN : RUSLI ABDULLAH, SKMT AL A S E M I A

Disusun oleh :

KELOMPOK XANIDA

(07.003)FITRIANI S.

(08.016)ST. FATIMAH KARSID(08.040)DINI YULIANA SARI (08.012)

BURHANUDDIN

(08.010)AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR2010

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim

Assalamu Alaikum wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan Rahmat serta Inayah-NYAlah sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini kami dibantu oleh beberapa pihak olehnya itu kami ucapkan banyak terima kasih. Ucapan terima kasih kami juga tujukan kepada bapak RUSLI ABDULLAH, SKM selaku dosen Keperawatan Kesehatan Anak yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Karena hanya dalam forum inilah kami dapat mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah swt membalas segala bantuan kalian.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempatan olehnya itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca khususnya kepada penulis. Amin.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, 17 Maret 2010PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalahC. TujuanBAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

B. Anatomi fisiologi

C. Patofisiologi

D. Manifestasi klinis

E. Klasifikasi

F. Diagnosis penunjang

G. Penatalaksanaan

1. Media

2. Asuhan Keperawatan

3. IntervensiBAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil merata kesehatan optimal.

Mengingat pentingnya kesehatan bagi kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang diarahkan bagi seluruh masyarakat dengan peningkatan peran serta mereka dalam melaksanakan upaya kesehatan secara mandiri.

Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan di Indonesia menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup ini menyebabkan populasi usia lanjut meningkat dari tahun-ketahun.

Namun, ada kendala dalam menghadapi peningkatan usia lanjut. Yaitu dengan adanya penyakit keturunan atau penyakit yang disebabkan oleh kecacatan gen menyebabkan manusia tidak dapat hidup dengan lama. Namun jumlah manusia dengan kecacatan gen dan manusia normal sangat jauh dengan angka perbandingan 1: 2500 orang.Darah merupakan faktor utama dalam kehidupan. Namun, darah ini pula yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit yang membuat manusia tidak dapat bertahan hidup dengan lama. Misalnya penyakit Hemofilia, talasemia, AIDS.

Sistem imun merupakan sistem kekebalan tubuh yang dapat melawan kuman penyakit yang masuk yang menyerang tubuh seseorang. Dengan adanya sistem imun ini seseorang tidak cepat tertular oleh penyakit.

Talasemia merupakan sekelompok kelainan turunan yang berhubungan dengan defek sintesis rantai hemoglobin.

Talasemia juga termasuk penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Dalam pengembangan berikutnya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan MasalahDalam paparan singkat diatas maka kita akan merumuskan masalah mengenai penyakit menurun yang disebabkan oleh darah khususnya penderita Talasemia serta perawatannya.

C. Tujuan Dalam penyusunan makalah ini tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

1. Mengetahui defenisi dari Talasemia

2. Mengetahui penyebab utama talasemia

3. Mengetahui jenis dari Talasemia

4. Mengetahui dampak dari Talasemia

5. Mengetahui pengobatan dari Talasemia

BAB IISISTIM IMUN DAN DARAH

A. PENGERTIAN

1. Thalasemia adalah sekelompok penyakit/ kelainan herediter yang heterogen yang disebabkan oleh adanya produksi hemoglobin normal, akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit ( red cell indices ). ( Soeparman, 1990 ).2. Talasemia adalah sejenis penyakit keturunan yang mengganggu penghasilan sel- sel darah merah yang sempurna, dapat mengurangi jumlah hemoglobin dalam tubuh serta mengganggu perjalanan sel-sel darah merah. ( http : //www.geocites.com/hamba 66/HPA/talasemia.html. )3. Talasemia adalah penyakit kecacatan darah. Talasemia merupakan keadaan yang diwarisi dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal. Mereka yang mengalami talasemia tidak dapat menghasilkan hemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka, akibatnya para penderita kelihatan pucat karena jumalah hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia). (http;//www.pikiran_rakyat.com.)

4. Talasemia atau dalam bahasa Inggerisnya Thalassaemia merupakan penyakit keturunan sel darah merah erithrocyte , dikelaskan sebagai hemoglobinopathi: masalah genetik yang mengakibatkan penghasilan molekul hemoglobin tidak normal. Sel darah merah yang lemah dan tidak mampu bertahan pada keadaan tubuh dan mudah mati. Untuk dapat terus hidup, pengidap talasemia memerlukan transfusi darah secara berkala. (http://www.ethal.org.my/ql-bm.html.).5. Talasemia adalah penyakit keturunan yang mengganggu pembentukan sel darah merah yang mudah pecah atau musnah di dalam darah. Akibat kekurangan sel darah merah penderita kelihatan pucat karena jumlah hemoglobin yang rendah. (http://www.ms.wikipedia.org/wiki/talasemia.html)B. ANATOMI FISIOLOGIDarah manusia adalah cairan jaringan tubuh, fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang dipelukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan ( respiratory protein ) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasi oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali kejantung melalui vena cava pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen keseluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali kejantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula itu terdiri dari : Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%), bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.

Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung:-

albumin

bahan pembeku darah

immunoglobin (antibodi)

hormon

berbagai jenis protein

berbagai jenis garam

Luka bisa meyebabkan kehilangan darah yang parah. Trombosit menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya kekurangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau hemorrhage.Pendarahan hebat baik karena kecelakaan atau bukan, dan juga seperti penyakit darah seperti anemia dan talasemia yang memerlukan transfuse darah. Darah merupakan salah satu factor dalam penularan penyakit. Salah satu contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui darah adalah AIDS. Darah yang mengandung virus HIV dari makhluk hidup yang HIV positif dapat menular pada makhluk hidup lain melalui sentuhan antara darah dengan darah, sperma, atau cairan tubuh makhluk hidup tersebut. Oleh karena penularan penyakit dapat terjadi melalui darah, objek yang mengandung darah dianggap sebagai biohazard atau ancaman biologis. Dalam berbagai kepentingan diagnosis penyakit, tekanan darah memiliki peranan yang amat penting.

C. PATOFISIOLOGIPenyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intra medular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendofelil dalam limpa dan hati.Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai atau dari hemoglobin berkurang.Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anamia kronis, serta proses hemolisis.

D. MANIFESTASI KLINISBayi baru lahir dengan thalasemia mayor tidak anemis. Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir.Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terlambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan dapat disertai demam berulang akibat injeks. Anemia berat dan lama, biasanya menyebabkan pembesaran jantung.

Terdapat hepatosplenomegali, ikterus ringan mungkin juga terjadi. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka yang mongoloid akibat sistem eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang ditemukan epistoksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pansi topenia akibat hipersplenisme.Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan menars dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati serosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal ginjal), dan pericardium (perikardiatis).

Secara umum penderita yang mengalami talasemia, pada waktu dilahirkan kelihatan normal. Mereka baru akan mulai mengalami anemia apabila berusia diantara 3 dan 18 bulan. Akan kelihatan pucat, dan senantiasa lemah dan resah. Anemia yang berat dapat menyebabkan susah bernafas. Abdomen nampak bengkak akibat pembesaran limpa dan hati, pembesaran pada tengkorak, tulang pipi dan tulang rawang.Biasanya penderita talasemia akan melakukan transfusi darah secara berkala, pemindahan darah biasanya akan menyebabkan pengumpulan zat besi yang berlebihan didalam tubuh yang pada awalnya akan berkumpul didalam hati. Kelebihan zat besi ini secara terus menerus akan berkumpul didalam organ-organ penting yang lain seperti jantung, pankreas, buah pinggang dan organ-organ endokrin.

E. KLASIFIKASI

Ada tiga jenis penyakit talasemia yang paling besar memerlukan perhatian yaitu 1. Thalasemia Mayor

Talasemia Mayor adalah jenis talasemia yang paling ganas dan kronik dan bermula pada masa kanak-kanak. Kanak-kanak yang mengalami talasemia mayor ini nrmal dalam kelahirannya namun mengalami masalah dalam kekurangan darah. Dimana dalam mengatasi kekurangan darah tersebut diperlukan tarnsfusi darah setiap tiga hingga empat kali seminggu dengan komponen darah yang disebut packed red cells. Penderita ini biasanya bergantung pada transfusi darah sepanjang umur mereka.Talasemia mayor juga dikenal sebagai Cooleys anemia.

2. Thalasemia MinorPenderita yang mengalami talasemia minor juga dikenal sebagai talasemia trait atau Carrier. Mereka adalah pembawa talasemia yang dapat menurunkan penyakit ini kepada keturunan mereka. Anak-anak yang menderita penyakit ini biasaya diwarisi dari gen ayah atau ibu. Penderita kelihatan normal dan sehat tetapi terdapat beberapa orang yang mengalami masalah anemia. Talasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.3. Talasemia IntermediaTalasemia yang memiliki ciri-ciri klinikal antara mereka yang mengalami talasemia mayor dan talasemia minor dikenal dengan nama talasemia intermedia. Mayoritas dari para penderita ini boleh hidup tanpa transfusi darah yang secar terus menerus. Anak-anak yang mengalami talasemia ini kebanyakan dari mereka terlihat sehat sehingga mereka dapat bertahan hidup hingga usia dua sampai tiga tahun dan beberapa penderita biasanya mengetahui penyakit ini pada saat dewasa sewaktu mereka mengandung atau membuat pemeriksaan kesehatan atas sebab-sebab yang lain.F. DIAGNOSIS PENUNJANGAnemia berat dengan kadar hemoglobin (Hb) berkisar antara 3-9 gr/dl. Eritrosit memperlihatkan anisositosis, pakilositosis, dan hipokromia berat. Sering ditemukan sel target dan tear drop cell. Normoblas (eritrosit berinti) banyak dijumpai terutama pasca splenektomi. Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritropoesis yang hiperaktif sebanding dengan anemianya. Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin. Petunjuk adanya talasemia alfa adalah ditemukannya Hb berat dan HBh pada talasemia beta kadar Hbf bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1 %.1. Jumlah darah lengkap (JDL) = kadar hemoglobin menurun.

2. Jumlah eritrosit (RBC = Red Blood Cell) lebih sedikit dari ukuran normal. Umur eritrosit kurang dari 100 hari sedang umur eritrosit yang normal adalah 120 hari.

3. Leukosit (WBC) :

a. Pemeriksaan Biff

Mengindetifikasi struktur leukosit. Apabila jumlah leukositnya lebih besar dari jumlah normalnya (5000-10.000), menunjukkan terjadinya leukositosis.

b. Pemeriksaan deferensial counter.

Apabila dalam pemeriksaan ini hasilnya lebih mengarah pada Neurofil (PMN) maka jenisnya adalah akut dan jika hasilnya lebih mengarah pada monofil maka jenisnya adalah kronis.

c. Pemeriksaan LED (laju endap darah).Nilai normalnya kurang dari 20 (laki-laki atau perempuan) peningkatan untuk menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan kerusakan sel darah merah.

d. Pemeriksaan trombosit / PLT

e. Pemeriksaan HCT

Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan pada penderita talasemia. Pada talasemia mayor akan ditemukan darah tepi : hipokrom mikrositer, anisositosis, poikilositosis dan adanya sel target. Jumlah retikulosit meninggi serta adanya sel seri eritrosit muda: normoblas, Hb rendah. Resistensi osmotik patologik.Sumsum tulang : hiperaktif, terutama seri eritrosit. Kadar besi dalam serum normal atau meninggi. SGOT dan SGPT dapat meninggi karena kerusakan parenkim hati oleh hemosiderosis. Asam urat dalam darah meninggi.

Pada talasemia Minor dan intermedia Darah tepi : kadar Hb bervariasi. Resistensi osmotik meninggi. Kadar bilirubin sedikit meninggi dalam serum dan adanya kenaikan SGOT (karena hemolisis).

G. PENATALAKSANAAN1. Medis

Dalam perawatan penyakit talasemia ada 2 yaitu :a. Perawatan asas melibatkan beberapa komponen, pemindahan darah secara berkala, penggunaan obat-obatan desferrioxamine dan pembedahan untuk mengeluarkan organ limpa jika perlu.b. Perawatan lanjutan melibatkan pemindahan sumsum tulang kepad penderita yang cocok.

Penderita memerlukan obat desferrioxamine yang mampu bertindak mengeluarkan kandungan besi yang berlebihan didalam tubuh melalui urine dan tinja. Obat ini diberikan secara injeksi dengan infus menggunakan syringepump selama delapan hingga 12 jam dan suntikan ini hendaknya diulangi sekurang-kurangnya 5-7 kali seminggu untuk mendapatkan penurunan zat besi yang baik.Adapun obat-obatan lain yang diperlukan penderita talasemia yaitu :

a. Anak-anak yang mnegidap talasemia mayor selalu diberi obat Asid folik atau folat. Pil asid folik diperlukan karena membantu pembentukan sel darah merah.b. Vitamin C diberikan hanya pada anak-anak yang menggunakan obat desferrioxamine.

c. Selain itu, antibiotik penicillin juga diberikan kepada penderita yang menjalani pembedahan mengeluarkan organ limpa. Penicilin perlu diberikan karena daya tahan tubuh penderita kapada kuman tertentu sangat kurang setelah llimpa dikeluarkan dari tubuh.d. Pengobatan jawa

1) Health-B dalam dosis yang tinggi

2) Dtork

3) Omega 3

4) Roselle atau asid askobit

5) Spirulina

6) Deep Cleansing

7) Kopi radix.

2. Asuhan keperawatan

a) Pengkajian1) Atasi anemia dengan transfusi PRC (packed red cell). Transfusi hanya diberikan bila Hb < 8 g/dl. Sekali diputuskan untuk diberi transfusi darah, Hb harus selalu dipertahankan diatas 12 g/dl dan tidak melebihi 15 gr/dl. Bila tidak terdapat tanda gagal jantung dan Hb sebelum transfusi diatas 5 g/dl, diberikan 10-15 mg/kg BB persatu kali pemberian selama 2 jam atau 20 ml/kg BB dalam waktu 3-4 jam. Bila terdapat tanda gagal jantung, pernah ada kelainan jantung, atau Hb < 5 g/dl, dosisi satu kali pemberian tidak boleh lebih dari 5 g/kg BB dengan kecepatan tidak lebih dari 2 ml/kg/BB/jam. Sambil menunggu persiapan transfusi darah diberikan oksigen dengan kecepatan 2-4 l/menit. Setiap selesai pemberian satu seri transfusi diperiksa 30 menit setelah pemberian transfusi terakhir.2) Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan kelas besi, yaitu desferal secara im/iv.

3) Splenektomi diindikasikan bila terjadi hiperplenisme/ limpa terlalu besar sehingga membatasi gerak pasien, menimbulkan tekanan intra abdominal yang mengganggu nafas dan berisiko mengalami ruptar. Hipersplenisme dini ditandai dengan jumlah transfusi melebihi 250 ml/kg BB dalam 1 tahun terakhir dan adanya penurunan Hb yang drastis. Hipersplenisme lanjut ditandai oleh pansitopenia. Splenoktomi sebaiknya dilakukan pada umur 5 tahun keatas saat fungsi limpa dalam sistem imun tubuh telah dapat diambil alih oleh organ limfoid lain.4) Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C prlu dilakukan untuk mencegah infeksi virus tersebut melalui transfusi darah.

5) Transplantasi sumsum tulang perlu dipertimbangkan pada setiap kasus baru dengan talasemia mayor. Dibberikan asam folat 2-5 mg/hari/untuk memeuhi kebutuhan yang meningkat pada pasien talasemia, khususnya pada yang jarang mendapat transfusi darah secara berkala dilakukan pemantauan fungsi organ, seperi jantung, paru, hati, endokrin termasuk kadar glukosa darah, gigi, telinga, mata dan tulang.

b) Diagnosa keperawatan

2) Nyeri yang berhubungan dengan pembengkakan limpa.

Tujuan : Mengurangi nyeri.

3) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan gambaran diri.

Tujuan : Adanya peningkatan harga diri.

4) Intoleran aktivitas.

Tujuan : Peningkatan toleransi aktifitas.

5) Ketidakmampuan berhubungan dengan ketidak berdayaan akibat penyakit yang diderita.

Tujuan : Pemecahan masalah yang efektif untuk meningkatkan pengontrolan penyakit.

c) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

1) Keadaan umum

2) Warna dan integritas kulit

3) Rambut dan kuku

4) Kaji kelenjar limpa

5) Mata

6) Mulut

7) Cardiovaskular dan system respirasi

8) Abdominal

9) Neuromuscular.

d) Anamnese

Kaji pasien dengan menanyakan :

2) Apakah mengalami sakit pada daerah abdominal.

3) Apakah sering mengalami sesak nafas.

4) Appakah terjadi kerontokan pada rambut5) Apakah terlihat lidah yang kotor.

6) Apakah pernah mengalami perdarahan

7) Berapa lama mengalami sakit pada daerah abdominal.

3. Intervensi

NoIntervensRasional

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

910111213

14

15Kaji keluhan nyeri, termasuk lokasi dan lamanya

Observasi petunjuk nyeri non verbal, misalnya gangguan gaya berjalan, posisi tubuh, enggan bergerak, dan ekspresi wajah.

Dorong pasien secara hari-hati memposisikan bagian yang sakit.

Luangkan waktu bersama pasien untuk menerima keadaannya.

Kaji adanya tanda depresi :

a. Perubahan pola tidur (insomnia)

b. Penurunan selera.

c. Suasana murung.

d. Kehilangan perhatian terhadap kegiatan sehari-hari.

Bantu dalam mengidentifikasi kekuatan

Berikan pemahaman mengenai penyelesaian

Dukung pemecahan masalah yang telah diidentifikasi dan ingin dirubah oleh pasienKaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas.

Berikan lingkungan tenang. Pantau gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.

Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.

Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila merasakan nyeri, kelemahan atau terjadi pusing.

Kaji pengetahuan mengenai penyakit dan berikan informasi sebagai tambahan pengetahuan yang sudah dimiliki.Libatkan pasien dalam menyusun tujuan asuhan yang realistik.

a. Berikan tanggung jawab pada pasien

b. Berikan pilihan pada pasien

c. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat dicapai oleh pasien.Libatkan pasien dalam setiap kesempatan untuk meningkatkan kesiagaan pelayan kesehatan mengenai penyakitnya, misalnya : berbincang dengan siswa kedokteran atau keperawatan1. Untuk mengetahui nyeri yang sakit pada abdominal.2. Nyeri unik bagi setiap orang, seseorang dapat menunjukkan gambaran tentang persepsi individu, petunjuk non verbal yang dapat membantu mengevaluasi nyeri.

3.Mengurangi pembengkakan, ketidak nyamanan dan resiko cedera.4. Rasa diterimaoleh orang lain akan meningkatkan harga diri

5. Pasien dengan penyakit talasemia mempunyai insidens tinggi untuk mengalami depresi.

6. Harga diri yang rendah menghambat pencarian kekuatan.

7. Harga diri dapat ditingkatkan dengan dorongan positif

8. Pmecahan masalah akan terhambat oleh harga diri rendah

9. Mempengaruhi pilihan intervensi/ bantuan

10. Meningkatkan istirahat

11. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.

12. Regangan/ stres berlebihan dapat menimbulkan kegagalan.

13. Pengetahuan akan memberikan pengetahuan

14. Partisipasi aktif dalam asuhan kesehatan akan menyumbang terhadap adaptasi positif terhadap penyakitnya: perasaan mampu mengontrol akan meningkatkan bila pasien mempunyai lebih banyak pilihan keberhasilan akan meningkatkan harga diri.

15. partisipasi aktif dalam asuhan kesehatan akan meningkatkan adaptasi positif terhadap penyakitnya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Thalasemia adalah sekelompok penyakit/ kelainan herediter yang heterogen yang disebabkan oleh adanya produksi hemoglobin normal, akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit ( red cell indices ).

Talasemia adalah sejenis penyakit keturunan yang mengganggu penghasilan sel- sel darah merah yang sempurna, dapat mengurangi jumlah hemoglobin dalam tubuh serta mengganggu perjalanan sel-sel darah merah.2. penyebab utama dari talasemia adalah warisan yang diturunkan oleh orang tua yang mengalami penyakit yang sama kepada anaknya secara resesif. Kecacatan gen menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal. Mereka yang mengalami talasemia tidak dapat menghasilkan hemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka, akibatnya para penderita kelihatan pucat karena jumalah hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).

3. Talasemia yang paling umum dibedakan atas 3 yaitu:a. Talasemia Mayor adalah jenis talasemia yang paling ganas dan kronik dan bermula pada masa kanak-kanak. Kanak-kanak yang mengalami talasemia mayor ini nrmal dalam kelahirannya namun mengalami masalah dalam kekurangan darah.

b. Talasemia minor juga dikenal sebagai talasemia trait atau Carrier. Mereka adalah pembawa talasemia yang dapat menurunkan penyakit ini kepada keturunan mereka. Anak-anak yang menderita penyakit ini biasaya diwarisi dari gen ayah atau ibu.

c. Talasemia yang memiliki ciri-ciri klinikal antara mereka yang mengalami talasemia mayor dan talasemia minor dikenal dengan nama talasemia intermedia. Mayoritas dari para penderita ini boleh hidup tanpa transfusi darah yang secar terus menerus.

4. Dampak yang paling utama dari talasemia adalah terjadinya penumpukan zat besi didalam tubuh akabat transfusi darah secara terus menerus serta terjadi pembengkakan pada limpa dan hati.

5. Seiring dengan kemajuan teknologi pengobatan untuk talasemia sebenarnya belum ditemukan namun untuk mempertahankan kelangsungan hidup sementara waktu yaitu dengan cara penderita dianjurkan untuk melakukan transfusi darah secara berkala untuk mengganti darah yang telah mati sebelum waktunya. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi obat desferrioxamine yang mampu bertindak mengeluarkan kandungan besi yang berlebihan didalam tubuh melalui urine dan tinja. Obat ini diberikan secara injeksi dengan infus.

B. SARAN

Mengingat harga dari pada pengobatan Talasemia begitu mahal seperti transfusi darah secara berkala dan pemberian obat desferrioxamine maka dianjurkan untuk bertawakal mengingat Allah swt sebagai pencipta dan segalanya akan kembali kepadanya.

Sesungguhnya Allah swt tidak menurunkan suatu penyakit itu melainkan diiringi dengan penawarnya.DAFTAR PUSTAKA

Effendi Suradi. 2005. Pengkajian keperawatan Pemeriksaan Fisik . Stikes Nani Hasanuddin: Makassar. (Tidak dipublikasikan).Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga, jilid 2. Media Aesculapius: FK UI.

Soeparman. 1990. Ilmu penyakit dalam jilid II , balai penerbit FK UI : Jakarta.

http : //www.geocites.com/hamba 66/HPA/talasemia.html.http;//www.pikiran_rakyat.comhttp://www.ethal.org.my/ql-bm.htmlhttp://www.ms.wikipedia.org/wiki/talasemia.html