jenterarepositori.kemdikbud.go.id/16135/1/jantera terkasa...isteri, mari kita sama-sama membuka...
TRANSCRIPT
JenteraTerkasa
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah
BALAIBAHASA JAWA TENGAHBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2018
JENTERATERKASAKumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah
Fenulis:
Mustofa Bisri dkk.
Penanggung Jawab:Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah
Penyunting:Esti Apisari, Getmi Arum Puspitasari, Umi Farida, Ema Rahardian, KustriSumiyardana
Pracetak:
Endro Nugroho Wasono Aji, Ika Inayati, Moch. Fikri, Ery AgusKurnianto, Agus Sulistyo, Takarina Indriyanta, Umiluningsih
Desain Grafis:
Muda Bagus Syaraful
Penerbit:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BAD AN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASABALAI BAHASA JAWA TENGAHJalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang 50272,Telepon 024-76744357,76744356, Faksimile 024-76744358Laman: [email protected].
Katalog dalam Terbitan (KDT)JENTERA TERKASA Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah, Mustofa Bisridkk., Semarang: Baiai Bahasa Jawa Tengah, 2018.ISBN: 978-602-53192-8-0
xii + 312 him., 14,5 x 21 cm
Cetakan Pertama oleh Taman Budaya Jawa Tengah, 1998.Cetakan Kedua oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018.
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi bukuini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis daripenerbit.
Isi tulisan (karangan) menjadi tanggung jawab penulis.
PENGANTAR
KEPALA BALAIBAHASA JAWA TENGAH
Sejak awal mula persoalan bahasa dan sastra bukan sekadarpersoalan komunikasi dan seni, melainkan lebih jauh dari itu,yaitu persoalan yang secara esensial membangun kunci-kuncijawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana menyikapi ke-hidupan ini dengan cara pandang dan logika berpikir yangdinamis, kreatif, jemih, dan jujur. Bahasa lebih dari sekadar simbolhuruh kata, dan kalimat yang digunakan sebagai sarana yangmemungkinkan manusia berada dalam jaring-jaring sosial; dansastra lebih dari sekadar permainan ekspresi manusia sebagaisalah satu realisasi sifatnya yang homo ludens. Oleh karena itu,bahasa dan sastra, sejak awal mula dan sampai pada akhirnya,membangun upaya terus-menerus yang membawa manusia dankehidupannya tidak sekadar sampai pada arti, tetapi juga sampaipada makna. Hal itu berarti bahwa persoalan bahasa dan sastralayak diposisikan sebagai sesuatu yang sangat penting dan mestidiperhatikan.
Berpegang pada pemyataan itulah, sebagai instansi peme-rintah yang mendapat tugas di bidang kebahasaan dan kesastraan,Balai Bahasa Jawa Tengah, Badan Pengembangan dan PembinaanBahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melakukanserangkaian aktivitas yang diharapkan menjadi modal dan faktorpendorong terciptanya bangiman kehidupan masyarakat (manusia) yang lebih bermakna, tidak hanya sebatas di wilayah JawaTengah, tetapi di mana pun juga. Di antara sekian banyak aktivitastersebut, selain pembinaan langsimg kepada para penggima (pe-nutur) bahasa dan penikmat (apresiator) sastra yang antara lain
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah jji
bempa penyuluhan, bengkel, pelatihan, festival, dan lomba atausayembara, juga pengembangan korpus yang antara lain berupapenyusunan dan penerbitan buku-buku kebahasaan dan kesastra-an, baik Indonesia maupun daerah.
Penyusunan dan penerbitan buku-buku kebahasaan dan ke-sastraan menjadi sangat penting artinya karena aktivitas demikian,lagi-lagi, tidak sekadar berhenti pada nilai dokumentasi, tetapimelalui penyusunan dan penerbitan buku-buku tersebut dipasti-kan akan terbangun sebuah peradaban. Diyakiru demikian karenasampai hari ini kita percaya bahwa -menurut pepatah Latin-kata-kata tertulis (tulisan, scripta) akan selalu abadi (dikenang,berulang, manent), sedangkan kata-kata lisan (ucapan, verba) akancepat sima (hilang, musnah, volent). Memang benar bahwa kitatidak akan tahu selamanya siapa itu Plato, Aristoteles,Mangkunegara, Ranggawarsita, Pramoedya Ananta Toer, Rendra,dan tokoh-tokoh besar lainnya tanpa pernah membaca buku(tulisan) mereka. Oleh karena itu, sudah sepantasnya apabilapenerbitan buku-buku kebahasaan dan kesastraan sebagai upayapembangunan peradaban (yang humanis) mendapat dukimgandari semua pihak.
Buku Jentera Terkasa: Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah yangberisi puisi-puisi karya para penyair dari kota-kota yang dike-lompokkan berdasarkan wilayah eks-karesidenan di Jawa Tengah(Banyumas, Kedu, Pati, Pekalongan, Semarang, dan Surakarta)ini merupakan salah satu wujud aktivitas penerbitan sebagaimanadimaksudkan di atas. Pada tahun 1998 buku ini telah diterbitkan
oleh Taman Budaya Jawa Tengah, tetapi karena banyak pihakmenghendakinya, buku ini dicetak ulang oleh Balai Bahasa JawaTengah.
Atas nama Balai Bahasa Jawa Tengah kami mengucapkanterima kasih kepada seluruh tim kerja, baik penggagas, penulis(penyair), penyunting, maupun panitia penerbitan sehingga bukuini layak dibaca oleh khalayak (masyarakat). Secara khusus kamimengucapkan terima kasih kepada Kepala Taman Budaya Jawa
iV JENTEKA TERKASA
Tengah yang telah mengizinkan kami imtuk menerbitkan ulangbuku ini. Kami yakin bahwa tak ada satu pun kerja yang sempuma.Oleh karena itu, kehadiran buku ini terbuka bagi kritik dan saran.Kami hanya ingin buku ini membuka cakrawala hidup danpikiran kita.
Semarang, Oktober 2018
Dr. Tirto Suwondo, M. Hum.
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah
SEKADAR PEN6ANTAR
Sebagaimana hajatan "pASAR pUISI" yang relatif bersifatlebih terbuka daripada event-event sastra lainnya, kumpulan puisiJentera Terkasa ini pun demikian. Namun, sebagai sarana tegursapa puitika - tanpa bermaksud menanggalkan fungsi dokumen-tasi— kumpulan ini sejauh mungkin dirancang untuk, palingtidak, mampu mewakili wajah puitika dan perkembangankepenyairan di Jawa Tengah saat ini.
Solo, 1 April 1998
Panitia ''pASAR pUISI"
Kumpulan PuIsi PenyairJawa Tengah vii
DAFTARISI
PENGANTAR KEPALA B ALAIBAHASA JAWA TENGAH.. iii
SEKADAR PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
Sajak-Sajak
PENYAIR BAmUMAS
Sajak-sajak Admono 2
Sajak-sajak Asa Jatmiko 5Sajak-sajak Badruddin Emce 8
Sajak-sajak Bambang Set 12Sajak-sajak Dharmadi 16
Sajak-sajak Edi Romadhon 19Sajak-sajak Haryono Sukiran 22Sajak-sajak Herman Affandi 25
Sajak-sajak Mas'ut 28Sajak-sajak Nanang Anna Noor 31Sajak-sajak Surya Esa 34
Sajak-sajak Sutamo Jayadhiatma 37
Sajak-sajak Yon Montaris 40
Sajak-Sajak
PENYAIR KEDU
Sajak-sajak Ahmad Dalady 44
Sajak-sajak Ariadi Rasidi 46
Sajak-sajak Bambang Eka Prasetya 48Sajak-sajak Bambang Mulyantono 53
Kum/>uian Puisi Penyair Jawa Tengah jx
Sajak-sajak Dedet Setiadi 57Sajak-sajak Dorothea Rosa Herliany 60Sajak-sajak Es Wibowo 53Sajak-sajak Gatot Widodo R 66Sajak-sajak Goeswali 58Sajak-sajak M.L. Budi Agung 71Sajak-sajak Roso Titie Sakoro 74Sajak-sajak Soekoso D.M 77Sajak-sajak Sumanang Tirtasujana 80Sajak-sajak Suroto S. Toto 83Sajak-sajak S. Suryo Pramono 86Sajak-sajak Thomas Haryanto Soekiran 90
Sajak'Sajak
PENYAIR PATI
Sajak-sajak Agusno Setiawan 94Sajak-sajak Ali Emje 97Sajak-sajak Amir Yahyapati 100Sajak-sajak A. Musthofa Bisri 104Sajak-sajak Bambang Supranoto 109Sajak-sajak Darmanto Nugroho 112Sajak-sajak Jumari H.S 115Sajak-sajak Maria Magdalena Bhoemomo 118Sajak-sajak Muhsi Siradj 122Sajak-sajak Mukti Sutarman Espe 125Sajak-sajak Nuryana A. Saddys Asmara 128Sajak-sajak Puntadewa 132Sajak-sajak Rohadi Noor 135Sajak-sajak Rum Akip Kayoman 138Sajak-sajak Sunardi K.S 141Sajak-sajak Yudhi Ms 144
JENTERA TERKASA
Sajak-Sajak
PENYAIRPEKALONGAN
Sajak-sajak Ahmad Marzuki 148Sajak-sajak Akhmad Sekhu 152Sajak-sajak Apito Lahire I55Sajak-sajak Budi Pratikto 157Sajak-Sajak Diah Setyawati 160Sajak-Sajak Dewi Erry Susanto 163Sajak-Sajak Embung Riyadi Dayak 167Sajak-Sajak Fauzi Al-Quthubi Robbani 169
Sajak-Sajak Lanang Setiawan 172Sajak-Sajak Maghfur Saan 175Sajak-Sajak Moch. Mi'roj Adhika A.S 178Sajak-Sajak M. Enthieh Mudakir 181
Sajak-Sajak Numgudiono 184Sajak-Sajak Piek Ardjianto Soeprijadi 187Sajak-Sajak Waryono Ibnu Syahiri 191Sajak-Sajak Widjati 193
Sajak-Sajak
PENYAIR SEMARANG
Sajak-sajak Anggoro Suprapto 198Sajak-sajak Budi Tunggal Rahayu 202Sajak-sajak Darmanto Jatman 206
Sajak-sajak Gunoto Saparie 210Sajak-sajak Handy T.M 213
Sajak-sajak lyang Nur Ch 215
Sajak-sajak Soedjarwo 218
Sajak-sajak Soekamto 221
Sajak-sajak Sri Boentoro 224
Sajak-sajak S, Prasetyo Utomo 227
Sajak-sajak Triyanto Triwikromo 230
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah Xi
Sajak-Sajak
PENYAIR SURAKARTA
Sajak-sajak Achmad D. S 234Sajak-sajak Andrik Purwasito 237Sajak-sajak Bambang Kamo 240Sajak-sajak Koes Buris 243Sajak-sajak K.R.T. Sujonopuro 246Sajak-sajak Muchus Budi Rahayu 251Sajak-sajak Muddiono 254Sajak-sajak Mh. Zaelani Tamaka 257Sajak-sajak Roeswardiyatmo 260Sajak-sajak R.S.W. Lawu P.U 263Sajak-sajak Siswanto 266Sajak-sajak Sosiawan Leak 269Sajak-sajak Sus S. Harjono 271Sajak-sajak Sutamo Priyamarsono 276Sajak-sajak Tok Indratno 279Sajak-sajak Wary Wirana 282Sajak-sajak Wieranta 285Sajak-sajak Yant Mujianto 288
BIODATA PENYAIR 293
XI1 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakAdmono
AKUARIUM
ikan-ikan berkata:"Beri kami kebebasan hatinurani iintuk bicara terbuka. imtukmemperoleh kebebasan sesungguhnya!"
di luar,para pemilik akuarium berkata pula:"ini akuarium cinta. kalian ikan-ikan mendapat segalarupa. mendapat keindahan, dalam dunia gemerlap.aku diam.
Purhalingga, 15 Oktober 1993
JENTERA TERKA5A
TAMSIL BURUNG-BURUNG
kepakkan sayap-sayapmuterbang dan jelajahi selumh kekuasaanjagad raya. tuhanmu berikan sayap-sayap untukkebebasanmu dan sampaikan firman-firman yang laamanatkan padamusampaikan padaku:
ngambangmu di udara, rumahmu di rerimbunan pohon-pohon,kawin dan beranak pinak, kicaumu di ranting-rantingdan kau tetap burung-burung yang menyampaikan tiadaletih bahasa-bahasa kebebasan bagi siapa pun jugatermasuk bunga dan batu-batu
terima kasih burung-burung!
Purbalingga, 30 Oktober 1994
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah
DOA-DOA JALAN AN
gusti alloh...masuklah dalam ruang hatiku. menjadi rindudalam kerinduanku. masuklah menjadi cinta, menjadikasih sayang, menjadi marah, menjadi benci, menjadipilu, duka, lara, sendu, ketawa, air mata...
masuklah ke pori-pori kulitkuke nadi dan peredaran darahke urat leherku, ke kepala, ke otak, ke mata, ke hidung,ke telinga, ke bibirdagu, tangan, dada, jantung, punggung,perut, pinggul, lutut, kakimasuklah ke duburku sekali pun
ke pantat, telapak kaki.
gusti alloh...masuklah dengan setia menjadikarunia di dasar hatiku
masuklah dalam tulang kemaluankumenyatu paduagar pesonamu takkan simaditikam keragu-raguan di dalam jiwaku.masuklah ke segalaku!
JENTERA TERKASA
Q Sajak-sajakAsaJatmiko
NASIHAT ULAT KEPADA ULAT,
KEKASIHNYA
Kita lalui saja jalan ini. Jalan di mana kaki-kaki kitatahu benar lekak-likunya. Berjalan saja sampai kitamenjangkau senja masing-masing.Kita nikmati saja suara itu. Suara di mana telingamakin diruncingkan sebab tajamnya. Suara yang pastimembimbing nurani memetik bunga di padang-padangdatar.
aku tak janji, namun jalan dan biar saja. Sambil tetapmenatap naiknya matahari, Kita pasti diterangi,sebab kemanapun kita,kan sampai
rumah-Nya.
1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah
MAWAR DAN BATU NISAN
: kawan-kawan di KSSY
Tentukan sendiri di mana nisan semestinya
diberdirikan, kebersamaan ini semata kebetulanmenziarahi gunung-gunung bisu sampai batasbumi dan cakrawala tak terbaca, kecuali kitayang menabnr mawar di atas batu nisan sendiri,
Antara mawar dan batu nisan terhimpit sepasang
rel yang menembus senja, lalu kita melewatinyaada suara seperti panggil panggil kita, tapi ah!tetapkan saja langkah peziarahan ini, hinggatitian memuncak pada ranting cahaya paling tinggi.
1997
JENTERA TERKASA
INTERVAL PERKAWINAN
Isteri, mari kita sama-sama membuka malam
dengan sebatang lilin kecil yang menyalatanpa bahasa mari kita saling membaca
Hapus air matamu itu (jangan buatku!)biarkan karang menangisi kesendiriannyamenjaga waktu menahan gelombang
Isteri, mari pergi ke pantai menyaksikanmatahari yang tak lama lunglaidan setelah cinta selebihnya cuma bangkai
Purbalingga, 1998
tCumpufun Puisi PenyairJawa Tengah
□ Sajak-sajak Badruddin Emce
THE KUDA LUMPING TRANCE
Apa yang telah dijanjikan laki-laki?Asap yang menggapai-gapai biru angkasa.
Untuk desa bahagia ini.Ditinggalkannya beberapa tumpuk abu jeramiDi sawah merangkak kembali.
Ujung pematang. Siapa mencakung di sanaSerta jauh dari rumputan?
Baiklah ku kan nari lagi.Meledakkan cemeti di atas jiwaDengan tubuh bergulinganMenggilas pecahan kaca bertebaran!Tapi semua itu kan usai!
Dan luka ngucur darah iniKan pnla terasa.Dan harga padiHanya sedikit lebih tinggiDari kehendak sederhana para istriJelas sekali di kanan-kiriOrang yang memikulnya!
1994
JENTERA TERKASA
KOPI HANGAT MASIH SEPARUH GELAS
bagi Pantai Teluk Penyu
Seperti pipa-pipa baja, kekasihTulang-tulang kering harimuDi kubur memanjang.Dapatkah ini, darah mudaku, menggapai kilang dalamgenggaman
Makhliik laut menipu
Tampak di sana, dekat perahuBercat wama-wami,
Seluruhnya tuk pagi hariSedikitpim tak terselip rencanaBerlindung atau menentangnya
Anak siapakahOmbak besar tiba-tiba ini
Rambut dikibas-kibaskan,
Kemudian dengan tangan kotor berpasirNggebrak meja waning
Dan sebelahku, tergagap
Sebuah kampiing penuh kenangan,Merengkuh piindak nelayan lewat,Untuk pegangan.
Mungkin pula gantung bunga-bunga!
Jadi demi tetapnya keluasan, kulepas sajaSama buning ngnngsi ke bukit-bukit di Utara,
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tenyah
Kopi hangat masih separuh gelas.Di seberang, lantaran kabutNusakambangan perlahan tenggelam.
1994-1995
10 JENTERA TERKASA
SAJAK BIKINAN TEMAN ANAKKU
Sudah lama vas dalam lemari saja!Mawar, untuk tumbuh beroleh arti
Sebatang pohon bungaPinjam saat santai istri-ayahku.
Pagi dilingkupi cahaya tertatih,Sekelilingku debu enggan bermain pula.
Bentuknya, mawar, terkadang di antaraSuara kerekan timba rusak.
Malahan persis suara kerekan timba rusak!
Aih, sepasang kaki cilik ini, mawarDiseret pikiran kakak-kakakku.
Atas halaman panjang berkerikil ini,Mawar, siapa yang dudukMengubah rumput,
Seperti sawah-sawah
Bakal terlempar menjadi anak kegelapan
Serta jauh dari kota. Hanya kunang di sana,Tidak bosan-bosannya memahkotai.
1994-1995
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tenyah X1
□ Sajak-sajak Bambang Set
MULUT TELAH DILUMATKAN
Kuambil BoardingPassCheck-In Counter 188, Terminal 5Mulai hafalkan jawaban untukPertanyaan; Siapa Nama-mu?Negri-mu? Benua-mu?
Bahu kanan dan kiri merekahsaling membidikkan anak panahsebelum pesawat merebah di tanahBenarkah 2 Malaikat tengah menelaah?
Turun dari tangga membawa lukaKobaran api di mana-manaKulit jadi kerak tubuh sendiriPada negri yang menyala
Nun, la menatap sengitdari puncak garis perspektifMenanyakan Visa, Paspor, danExit Permit
Suaranya menyentuh langit;Orang datang! Pilih panas mana?
Ketika Tangan menyingkap megaAngkasa dipenuhi matahariSatu di antaranya, melumatkanku
12 JEMTERA TERKASA
Aku tak punya mulut, ajur mumurLalu bagaimana hams menjawab?
Purzookerto, 1997
Kumputan Puisi Peni/air Jaurn Tengah 13
DI KAMPUNG TAK ADA LAUT
Di kampungku tak ada lautgelombang hanya tarian rumputmeliuk-liuk ditiup Satu mulut
Kemarau adalah rumah pergaiilanBocah bebas bermain matahari
Cuma cahaya bisa jadi bencanamenjadikan pohon mati bunga
Di kampungku jalan hanya satuberdebu, lalu-lalang pedatimengusung umbi keriputberwama tanah
wama kulitku juga anakku
Jika hari terdengar, layaknya tamasyaTikar pandan digelar sepanjang haridan air seni bayi basahi mimpiseperti buih-buih pantaiTangisnya
debur ombak dalam diri
Purwokerto, 1997
14 JENTERA TERKASA
WANITA LAPARKU DI MAKASSAR
Makassar mengingatkanSup iga sapi dan sepiring nasiMenyantap kehidupan pedasDi bawah rembulan pantai losariMeja makan bergetardigoyangkan taksi bawa geliatWanita mengejar bintang jatuhdi tanah seberangMakassar menghitungJumlah makanan yang diganyangTangan selipkan uang dalam kutangWanita malam tusuk badik birahi
Muncrat darah pelautBasahi pusatnya cahaya lampuKamar tak lagi persegiMenjadi bundar dibentuk temaramMakassar menendangbantam seluruh lubang pori-poriBanjir keringat di mana-manaBergerak mencari muara penantianBersama wanita laparku
menunggu kapan gelombang paksa pulang
Purwokerto, 1997
Catatan Perjalanan 1992
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 15
□ Sajak-sajak Dharmadi
HARI-HARI BERKABUT
melukis mimpi di kelelahan bumidalam hari-hari berkabutlangit tak mengirim sejumput pun cahaya
masih saja ada mengoleskanjelaga di kaca-kaca jendela
klik; seperti kunci magazine terbukamasihkah ada yang tega ingin berburudi kegelapan seperti ini?
angin menyuarakan ancaman-ancamandi hari-hari berkabut tak ada bayangmuapalagi ujud
dan lukisan mimpiku gemetardi bawah todongan
1996
16 JENTERA TERKASA
KARTU JIWA DALAM PERJUDIAN
tak ada perbincanganmeja telah jadi ajang permainankartu jiwa dalam perjudianantara kalah menang
darah mengalir dalam baranyala apinya mencipta bayangan
mangsa, mangsa, mangsa
mari kita can alas hati
dalam lesehan
sambil merendahkan diri
tanpa impian tingginya korsi
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 17
TIRAI DAMAI TIRAI MENYEKAT RUANG
-a.d. donggo-
tirai demi tirai
tumn menyekat
sejengkal demi sejengkalmengurangi jarak pandang
dan kemudian tersekat tenggorokankehilangan teriakan
berdiri dalam himpitan kisi-kisi segi empatproses pencucian otak menghapus masa silam
terurai pintalan sejarahmenjurai dalam tiupan angin
dengan cara bagaimana menceritakan kembalikebenaran sejarah dalam rangkaianketika telah tercerai dalam sejuta tafsiran
zaman telah berlari meski tetap berdiri
tak bisa bergerak lagi
kehilangan inti
Purwokerto, '98
18 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Edi Romadhon
MENGHADAP MONUMEN SOEDIRMAN
Aku tidak akan melaporkan angin puyuh kepadamumenjadikan orang-orang asing di rumah sendiriaku hanya ingin menjadi patungagar bincang denganku teramat sunyidan mulai berani membiarkan sengketa menjadijadi patimg kita tak lagi membangim emosijadi patung kita hanya menjadi saksiburung-bunmg tinggal bertempelan di dindingetalase satwa empunya minum segar kopiterkekeh pagi harisambil menatapi cerobongnya sendiri memamah sawahtanpa henti tanpa hentiikan-ikan mati karena sungai menjadi air keringatpemilik pabrik. Aku cuma menyaksikan dengan pelanorang-orang saling menggali kubumya sendiritapi aku ingin menjadi patungagar leluasa bersaksi tanpa emosi.
di gubuk sawah dekat monumenhampir terminal bus-1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah ^9
DALAM PAMERAN PRODUKSI
Ribuan pejalan antar stand saling merubahkaki-kaki memburu kepala yang menyediakan laci-lacitangan-tangein mengulurkan hati penuh lacilaci-laci menjadi anjing pelacak dengan liumyake toko-toko, sebab toko-toko saling menjadi gadismanis dari bibimya berkepulan ganjaotak-otak dimamahnya sangat sempuma
seperti para majikan yang selalu mengajaripara pelayan menjadi tanah liat.
Merdeka, produksi makin sempumapelayan membentangkan beha-beha celana-celanaMerdeka, produksi makin sempumapelayan amat cekatan mengeruki laci-laci kepala pembeliMerdeka, produksi makin sempumabarang habis menjadi berbagai mang di mmah-mmahpara toko saling terkekeh habis dibohongiMerdeka, produksi siapa makin sempiunamemasuki Indonesia
Saksi dalam stand pameran
1998
20 JENTERA TERKASA
KETIKA KARTINI DALAM DISKOTIK
Entah berapa kertas lagi yang bakal kau kurasJika pada setiap botol dan denting gelasmenjadi cerita ramai bemama sepientah berapa kali lagi jemariku memijat jidatjika pada setiap degup-degup nada dan nyala lampu pelangimenjadi cerita riuh bersama sunyi
Lalu kaku di sofa juga bir diantar ke mejakau hitung semua wanitadengarlah keluhan satu persatu dari merekakau tak bakalan mendengamyasebab mereka cuma bisa tertawa
tetapi ketika bir hendak ditenggak olehmusemua melarangnya dengan tangis membumiartinya, ada sandiwara yang hams diselesaikan
kau pun pulang dengan nada penuh muatansambil menyeka keringat kau masih menengokkerlip lampu di belakangmu: masih ada harap masih ada harapkaum lelaki kutimggu sampai kapan kau mengertiaku ingin menyelesaikan sandiwara iniagar wanita menjadi bulan malambukan bulan-bulanan lelaki
Tango Diskotik, '98
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 21
□ Sajak-sajak Haryono Sukiran
harapan si kecil
Katakan; burung prenjak nari kian kemarimeloncat dari dahan ke dahankabarkan akan datang tamu istimewadengan senyum mumi di wajahnya
Katakan; bunmg prenjak nembus kabutmenclok pada gigir telagabanyak sahabatnya saling bercengkeramamusik alam nyaring permaiseolah lupakan persoalansekalipun sesaat
Katakan; sarang yang ditinggalkan seharianditunggu si kecil nahan kelaparandan mereka saling hangatkan badandengan gosokkan tubuh pada ilalangkarena gerimis telah berubah hujan
Purbalingga, 1997
22 JENTERA TERKASA
REAKSI SINGKAT 1
Kujenguk rumahmuyang selama ini tak pemah terbukatemyata di depannya ada kali kecil
mengalirkan air ke sawah-sawahke dalam tengah-tengah tanah
Purbalingga, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 2 3
ASMARADHANA
Tembang asmaradhana kakek yang dulu dikumandangkanpada saat mulai menguak pintu malam, kini terdengar lagidengan suara parau termakan usia uziirkata-kata bemyawa muda, napas membabi butamalah aku yang merasa bertambah umiirrambut putihku sudah kembar rambut kepala kakekdi sini pula kerajaan langit bumi berkuasakita kian kerdil menghadapi putaran semesta.
Ingin rasanya tembang asmaradhcina dari mulutkuagar mereka tahu aku pun sanggup mendendang lagudi tengah-tengah gelombang perputaran bumi-MUsambil menyeni nama-Mu
Purbalingga, 1997
24 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Herman AfTandi
FISABILILLAH YAIKHWANuntuk Mustofa W. Hasyim
Perang berlarut-larutanMenderap kuda putihmuKau bentang busur gandewa
Selaksa anak panah melesatBerujung mahkota bunga
1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 25
KODE S L E RS SARJITO 93—94ibu Sri Wulan
dr. Bowo P. cs
Apa bedanya malam dan siangBila derita berkepanjangan?
Tak sepilu ruang nestapa
Dewa-dewa ganteng kalung stetoskopDewi-dewi kerudung putih pujaan
Hati widodari sayang mulutnya judes!
A dieu Titi Tespatiani!
Mala parasit telah terbang laluMenjelma pupuk hara istimewa
Taman kembangan di atas sanaSemogalah semoga Allahuma Amin!
Purwokerto, Desember 1995
26 JENTERA TERKASA
TRAGEDIBAYANG-BAYANG
Don quixote berperangMenantang anginTerbantai dan terkapar dia
Tak sudi mengaduh menahan lukaTerasa mengiris-irisHarga dirinya
Geram protesnya: hai keadilan!Siapa lebih bermakna
Aku-ku atau angin lalu?
Seberkas tanya terbengkalaiPanggung telah sunyi dan kosongTabir telah ditangkupkan
Di antara penonton garis depanFriederich Nietzche menguapdalam kantuknya: "Ohaheem....tuhan memang telah lama mati..."
Memang
Para spekulan tak jera jugaMeski selalu menanggung rugi
1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah "2.1
□ Sajak-sajakMas'ut
NYANYIAN DAUN JATI
seperti tubuhmu yang selalumenggugurkan daim-dauntak peduli akan arti sebuah musimdan keangkuhan peradaban
kau gugurkan daun-daunmeski kau menjadi telanjang
mestinya aku malu kepadamuyang enggan bertelanjangwalau hanyauntuk sebuah kebohongan
Sokaraja, 1997.
28 JENTERA TERKASA
BURUNG KECIL
seekor burung kecil belajar terbangdari satu dahan ke dahan lainnyakepak sayap kecilnya adalah lantunanzikir mengagungkan asma-Nya
di siang hari yang terik itutak terdengar lagi lantunan zikirmengagungkan asma-Nya
sayap kecil itu patah, luluh terbakarada tangan keangkuhan peradaban yangatas nama takdir menjadikan musim kemaraudan kekeringan sebagai kambing hitam
kalau hutan dengan sengaja dibakarkekeringan dan kelaparan kian melandatak ada lagi bening telaga dengan ketenanganair yang jemih
bila hati manusia tak lagi sebening air telagadan biunmg kecil tlah patah sayapnyalalu siapa lagi yang akan melantimkanzikir mengagungkan kebesaran asma-Nya.
Sokaraja, 1998.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 29
ZlARAH
tatkala tiang-tiang pancang peradabankian menancap di relung hati umat manusiaputih tak lagi seputih salju. menguap ke atasawan berubah menjadi sekawanan burung gagak
30 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Manang Anna Moor
MENEPI DI SEKITAR PERADABAN
kita menepi di sekitar peradabanlaut mabuk
berenang kalah dengan para pelarimaraton
yang memberondongkita terpasimg di lokasi hurufhutan batin di lembah-lembah yang tergusurkota menjamur wama-wami diskotiknimah suci menepi di seputar onggokanbau ciu
kata-kata membeku laut mabukkita menggapai-gapai angkasasaat tinggal satu jari telunjuknyaris tenggelammeski laut mabuk
satu jarikununjukimu
Gumelar, Purwokerto '98
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 31
MUSIM BERGANTI MAWAR
musim berganti mawar
siapkan
seribu pisau
buat nggunting risauketajaman
bulan jatuhnya perlahansetiap lembar
gelinding matanya nggoyang
irama bau wangi
bulan sinamya di atasjatuh, perlahanibu, petikan aku syairtanpa duri-duri
di atasnya menarilagu bunda pertiwi
Purwokerto, '98
32 JENTERA TERKASA
DI HALAMAN RUMAH KATA-KATA
mereka bermain di halaman rumah
kata-kata yang tertinggaldi lorong leher
nyumbat semua, anak anakberdiri acungkan senjatamereka berteriak:
kereta api di kubah mimpiini kebakaran yang kesekian kalijangan biarkan merambat
ke dalam bumi tempat kami
kumpulkan huruf seribu tahimrumah dan halaman yangkubangun
Gumelar, Purwokerto, '98
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 33
□ Sajak-sajak Surya Esa
Di Tengah Hutan
air gunung yang jemih mengalirjatuh di bebatuangemericik suaranyasepanjang hari
kicau burung bermacam-macamangin semilirrusa kenyang bermesraanrusa beranak-pinakdi kejauhan terdengar cekikian senda gurau anak macanaku di Sana
kamu di sana
masih juga membangun rumah di atas pohon
34 JENTERA TERKASA
Sajak Burang Rajawali
aku banggamenjadi bagianmutumbuh liar
menaungi panas dingin
melindungi otot nadimenerangi catatan mantra
aku rela
dengan silimya angintumbuh liar
mendengarkan tawa atau pun tangismelihat jemih matamencium aroma lumpur sawah
beberkan pada duniasuka duka runcingnya bambuaku
kamu
satu
menggapai kemenanganagar sayap berkepak-kepak senantiasa
menjelajah jagadhinggap pada dahan sakurasembari cerita biak-biak dengan burung kondormengunyah pizza
menyaksikan matadordan
sarapan mendoan bukan mie
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 35
aku bangga
menjadi bagianmutumbuh liar
berbaju merah putihmenentukan putaran bumi mataharisambil kunyanyikan ilogondang dan eling-eling Banyumasan
Purwokerto, 5 April '97
(Dari kecintaan seorang anak kepada bapanya)
36 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Sutarno Jayadhiatma
DUKA HUTAN PAYAU SEGARA ANAKAN
angin lautdercak ombak
lumpur pesisirtelah bertahun-tahun menahan kegundahanmerambah hutan payau segara anakansisa legenda pulebahas dan nusakambanganpucuk-pucuk daim nipah nampak begitu legamterbungkus asap hitam yang tak pemah berhentiterhembus cerobong kilang minyakakar-akar bako pun nampak pucat mencengkeramlumpur yang selalu berkilat limbah residuyang tak terpedulikanikan-ikan yang tak mau matiterpaksa melahap gumpalan aspal yang mengapungdi setiap celah ombakakh, kita hanya bisa mengeluhtak bisa mengaduh!
Jojok, Deseinber, 1997.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 37
SEGARA ANAKAN, SEBUAH PENYESALAN
naik perahu menyusuri hutan bakau segara anakantak lagi kusaksikan ikan-ikan b6rloncatan,
bangau beterbangankera bergelantungan
dan
perahu nelayan berseliwerankini hembusan angin tak lagi semilir
udara terasa pengap
rimbun daun tampak legamdan
sisa embun pun tak menetes
para nelayan telah lama kehilangan jejak ikankarena air kian menghitam terbias lunbah,
naik perahu menganmgi segara anakanaku telah kehilangan lanskap masa laluyang penuh pesona: anak-anak nelayanberamai menarik jaring penuh ikanberkecipak mengambang di air beningyang begitu ramahnya.
naik perahu menyaksikan segara anakanhanyalah sebuah penyesalan
Jojok-Cilacap, 1987.
33 JENTERA TERKASA
PUISI DAN MESIN KETIK
malam telah larut
kutinggalkan mesin ketikmenari sendiri bersama ilusiku
yang telah lama terkunci
di balik almari
mudah-mudahan besok
jadi puisi
aku tertidur!
Sidareja, 1998.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 39
□ Sajak-sajak Von Montaris
DAUN TUA:pada generasi lelah
Daun tua
Matahari senjaAsam larut garam laut di tubuhmuDari lahimya embunSampai senja menabuh genderang pemberhentianMelihat cermin di wajahGurat guliran peristiwa memancing layar rantingmu
Daun tua
Beri jejak pada barisan di belakangmu;daundaun bam
Belik, Petnalang
40 JENTERA TERKASA
SIBUK
Aku-kau tertanam di diinia asingJauh dari pelangiJauh
Sulit menghadirkan cahayaMeski jeda sekian lebamya. MengangaIngin menelan segala
Kita belum pemah bertanya, di mana sesungguhnya bulanSebab kita terlalu sibuk tertawa
Purbalingga
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 41
SAJAK BELASUNGKAWA
Keberangkatanmu kualiri sungai menggelegakMenghanyutkan ke hulu semua gambaran hitamPergilah ke suara memanggil. KatakanDi sini masih dengan cerita sama: Membakar bumi yang tak henti memancing birahi
Purbalingga, Griya Kinasih
42 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Ahmad Dalady
Pukau Batu
pukaumu o, batumenggumpalkan akal dan rasa manusiahitam beku
pukaumu o, batumembungkam nurani manusiadiam bisu
pukaumu o, batumembumpat telinga hati manusiacongek tuli
pukaumu o, batumembebat matahati manusiapepat buta
pukaumu o, batumemerangkap jiwa manusialumpuh mati
pukaumu o, batumau kau buta tulikan nuranidari segala pukaumu
Magelang, 1997
44 JENTERA TERKASA
Dan Ibunda Masih
dan ibunda masih saja setiamenjerang embun di atas tungku usiayang sudah mulai mengelam
aku masih juga makan dan minum dari suapannya
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 45
□ Sajak-sajakAriadi Rasidi
KETIKA SEMBAHYAN6
Ketika muazin meniup peluit panjangmaka roda pun meninggalkan jejakmenuju muhapus segala keluh kesah angkasa murka
senyap merambat di kamar pengapmudari atas sajadah tuauntaian doa menyapamusepanjang perjalanan
lalu lintasan peristiwa mengalun dalam desahpanjang-panjang sekalimelengking-lengkingmenguak matahari dari genggaman rembulan
aku hadir Bapaksetelah sekian lamamelupakan mu
45 JENTERA TERKASA
CATATAN DI TENGAH KOTA
Ingin kutumpahkan tentang gelisah hatiketika berseling tanya pada angkasa rayamengapa udara kelihatan cerah berseiilalu tunm ke kota jadi bencanasedikit udara bersih bagi umat manusia
kumencari jawab pada semilir anginpada tiupan wama jelaga dari knalpot dancerobong pabrik lalu kuingat gagahnya pegununganyang menjulang
mengenang pohon-pohon dan rerimbunan daun
Oi, burung-burung pun menukik membagi wartadari pohon dan gemerisik daun awal kehadirannyakian banyak kian sempumalah angkasa rayalalu kusadari kotaku pun hams hijaubetapa sehat anak bangsa menghimp semilir angirmya
Temanggung, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 47
□ Sajak-sajak Bambang Eka Prasetya
PRAHARA
Dalam temaram sinar blencongTerbakar lakon pakeliran:
Bumi bergetar saat kabar tersiarPagi buta putra sang Raja tinggalkan puraSeisi kraton gempar: Kemana putra mahkota?
Seorang abdi dalem buruk sangkamengira sang putra diculik dan dianiayaprajurit utusan raja negeri jiran
Semua marahBaginda dan permaisuri tersenyum ramah: Rakyatku tak perlu kalian gelisah
Tak ada alasan terliput kecemasan
Seluruh rakyat terlena, meski hati bertanya-tanyaKetika berita semakin jelas justrubanyak kawula menjadi cemasKabar burung berubah kabar burukDiam-diam putra mahkota berguru,kepada saudagar!
Bah, kau lacurkan kebenaran!
Tiba-tiba penonton menjadi beringasDengar sinar mata membara
43 JENTERA TERKASA
mereka melemparkan apa saja kepada dalangYang tak setia alur cerita
Seorang kakek berceloteh,: Itu kisah dalang kacau!Tak mungkin putra Raja bergurukepada saudagar. Itu tidak benar!Ksatria pantang berdagang
Orang muda di dekatnya berkelit,; Kek, kini era globalperdagangan bebas merambah seluruh negeriSemua kasta punya hak samaTak keliru anak menteri jual nasi
: Wah! Bila ini terjadikami tak mampu berebut rezeki!
: Ini tuntutan zaman Pak Tua
Kita mau apa?
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 49
PERJALANAN PENGEMBARAAN
Sepagi ini kau berjalan sendiriberebut dulu dengan bayang-bayangmuMengapa mentari mengejar langkahmu?Mestinya belum kau awali pengembaraansyair lagumu belum usai kau dendangDi ladangmu sebatang pohon pun belum kau tanamwalau gerimis tak henti menyapaBongkah tanah merah gapura perjalananmenghembuskan keharuman bimga setamanSerafin dan Kerubin menanti
dengan seuntai kuncup melatiMega-mega bemyanyi menggenapi lagumumengalim pesan: kau akan sampaipada sebuah hati berlimpah kerahimanSedu sedan tak tertahan
ketika seribu kereta beriring perlahanmenghantarmu
menuju perhentian terakhirDi mana tak lagi kau jumpa deraDi singgasana yang kau kenalBapamu menanti dengan sejuta rinduSelamat jalan kasihDi dadaku masih tergores pesan
yang dulu kau ucapkan: Dunia ini bukan
tempat anak-anak Bapa
untuk selamanya
50 JENTERA TERKASA
GATRA GETIR DARI PINGGIR
Belum juga mentari
menggeliat dalam pelukan pagikau katakan,
: Negeri ini
untaian mutiara
setiap jengkal tertapak
adalah kemurahan
Dan kami terbelunggudalam lilitan lapar
Ketika bumi ini
terbakar terik
kau lantang teriakkan,: Tanah airmu
hamparan kerahiman
tiap-tiap celah
tawarkan kesejukan
Kini kami tercekik laknat haus
Saat temaram menggelayut ujung-ujung gelap
lagi kau hadir mencibir,
: Pemalas terhimpit
dingin malamtelanjang memalukan
Kau biarkan kami lunglai
lapar
haus
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 51
□ Sajak-sajak Bambang Mulyantono
KONTEMPLASI KURSI
AnginTanda abadi
Kepala tumbuh di daun-daunnyaMentok di pohon-pohonnyaMengigau tentang malampadahal hari telah berlaluseperti makan malam: menelan diriAndrawina - Seba
Statistik senyummu: cinta kliseSekadar kebetulan: sama-sama duduk dan bergoyangdi Pohon Abu
Wajah transparan: gagu40 tahim menimba teknik wawancara
pada socrates: biang lukaTan pae rarasing jiwaRenggan wiramaning gending
Serahkan lagunya sebelum terbetot pasar-pasarBenda-benda seperti komposisi pada nasi kuningruwatan
Kecamuk yang tega memenggal kepalanya sendiriBukan permintaan Salome, dulitapi akar dari segala mesinCetak sebanyak-banyaknya pada kliseyang belum berhenti tertawaLithografi swastikaHitler menari-nari
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 53
RBPRESENTASI EKONOMI TABEL SATU
oada suatu November, HUT PGRI
- Engkau patriot pahlawan bangsa(Tanpa tanda jasa)
Estetika angkutanMenarik Narusman
Guru SLTP di kota pinggiran
Malam minggu terminal ajangNgejar setoran: 2500 penumpangDalam kaca bening
Empat anak di gayutan
Malam kepompong embun
Siang mengejar matahariPagi: buku paket kumalTerbang di kelas-kelas buramPenanya tajam
Kelas menakar senyumnya yang ikhlasMalam: rodanya menggilasNasibnya yang menikam-nikamDiabet akut: obat tak dapat ditahanJam berpusing dalam waktu yang sama di benaknyaAnak - istri berteriak dalam gaung kotaGaung benda-benda
Gaung karya-karya
Gaung suara sendiri
Himne selalu membelah angan-angannya
—Engkau patriot pahlawan bangsa(Tanpa tanda jasa)
54 JENTERA TERKASA
Malam mengejar setoran
Gajinya hanya cukup setengah bulanLima belas hari digenapi di terminalBiar jadi kelelawar: asal aman
Menimang anak cucu
Berpacu dengian milenium
Hijetnya mulai berkarat
Setoran tak terdengar lagi oleh himne
—Engkau patriot pahlawan bangsa(Tanpa tanda jasa)
Suatu hari Narusman memekik
Peluhnya jadi tarianTanpa jendela : tanpa jedaMelawan kenaikan hargaInflasi menggulung bangunan rumedmyaMemorakkan dapur dan perutnya
Tapi Narusman tak peduli
la terns memacu mobilnya
Menuju surga
1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 55
OMBAK BERBUNCAK SURATMUmeniadi tua ialah memasuki
masa silam
(Surat Isa Ashari dari Serui)
Dari perangkonya masih tersisa bau ikan bakardari laut Serui
Radek Gibran berlari-lari di ombaknyaIsa tak pemah mungkir mendayung rumahnyaperahu tumpal tempat ngobrol di sampanSeperti Li Po deklamasiBunmg-burung terbang rendahasap lapar dan selera menjadi keriting di ususSurat hijau kusam, di kanvas yang dulu kita sangka hutanBersampan lagi: lagu-lagu tifa, kelaparan menggaruk udaraBurung mengendus dayung, tanda setia kita pada lautikan bakar, peluh di tungkuJangan biarkan misbah kosong: sesaji para pemasmurSebelum kita menepi, sebelum kita surutsebelum kita berangkat lagi
1995
56 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Dedet Setiadi
IMAJl BATU BATA
Tanah tempat berpijak segala hidupSudah lama digali dan diaduk. Sumur-sumur pimmengangaDi sekitar kerucut hari-hari tanpa nama
Maka kupilih belajar pada batu batayang beijajar di halaman. Kematangan itu kutemuSetelah ditempa dalam arena bakar
Lihat, lidi dan bawang merah ditancapkanSegulimg benang dibentangAgar tumpukan harap tak roboh diguncang duka
Dan di sini satu demi satu
Batangan-batangan hatiku bergilir menyusun keyakinanBergilir menyangga sejarahYang berabad-abad bertengger di atap rumah
Magelang, 1995
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 57
MATAKAIL
Di emper bukit gelisah itu kubaringkanAkar memilih gelisahkuMenghujamkannya ke celah-celah waktuDitindih batu-batu
Aku melempar umpan
Deras puisi menghanyutkanku sampai ke dasartak ada ikan
tapi joran hidupku bergetarSeperti ada yang memainkan
Entah siapa?
Di sini mulut waktu menganga
Slap melahap apa saja
Di kepala helai-helai rambut memilihditampar angin bewama jinggadi sekujur alis matahari mendaratmemanggil senja dan usiaTapi mata kailku masih mengembaraWalau ikan bukan lagi sasarannya
Magelang, 1995
58 JENTERA TERKASA
IMAJI GEMBALA
Dari pintu langit yang growong
orang-orang di kampungku keluar menabuh kentonganHanya aku yang bersemayam dalam puisidi kepucatan malam
yang gaduh oleh sihir bela sungkawa ini
Ada bulan mati!
Ada bulan m'ati!
Iringan pelayat mengusung keranda ke pekuburan sunyiTak tabu bahwa yang terkubur di sanajenazah pikirannya sendiri
(Ah, kapan gerhana ini berlalusebab dari lubang otak setiap kepalaaku melihat juluran lidah naga)
Magelang, 1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 59
□ Sajak-sajak Dorothea Rosa Herliany
ZIARAH BATU
bahasa batu yang diairi/ keras dalamdentum arus tak ke manaudara dalam cucuran darahmenetes beratus tahunmengikis keringat kebisuan nurani
bahasa batu yang dinginbeku meremas ribuan abad rindu dendammencari-cari udara terbukakekosongan yang menyimpan dengusnapas hewan-hewan liaryang mencari tanahdalam sejengkal jiwanya
kupilih bahasa batubuat memecah keangkuhan nuranimu
60 JEWTERA TERKASA
OBSESI HITAM PUTIH
—untuk lukisan
Gusti Alit
aku terperangkap lagu hujandi antara ilalang: bulan yang itu jugamendaki dukaku yang pemama
lereng-lereng dan tebing hati tuamelukiskan ketakutan:
kabut melingkardalam gelombang jerit seranggadi hutan jauh.
setetes langit hitam menghiburkudi antara daun-daun terbang, angsa dansekawanan bangau mencari keteduhanyang menggenang dnka-renta dalam sepercikcahaya merah
matahari mengabut dalam genangan bulanmenggantung di kekosongan kalbu.di manakah bertemu antara segalayang terpisahkan?
tak ada yang bisa kubacadari pikiran tua yang mencari segalayang tiba-tiba hilang. selain ketakutan.
lalu bisikan dari entah siapa-apa, "kekasih,malam itu getar lolong hewan liar!"
Maret, 1997 - Januari, 1998
tCuHipu/an Puisi PenyairJawa Tengah 61
DUNIA MENUJU SEKARAT
—sebuah lukisan realis
dunia menuju sekaratjalanan berdarahtikungan membentur jidatmu yang rentajiwa tenggorok bagai kakek tuamenunggu gugur daun, tulang menuadan rabun yang memangkas usia demi usia
dunia menuju sekarat: kematian,puing peradaban, dan nurani yang gersang.
tengoklah hatimumencercit bagi jerit rem
membesut aspal ngilu jiwamu
dimia menuju sekarat:nurani mengubur dalam segala tanda.menggumpal dalam rahasia.tak ada dibaca lewat segala bahasa!
Maret, 1997 - Februari, 1998
62 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Es Wibowo
BABAD TAN AH JAWI
Seperti sejarah hidup manusiaYang terikat oleh tali samsaraCandi Borobudur yang memancarkan takhayulDan penuh kegaiban ituJuga mencatat sejarah pembangkangan yangMendatangkan malapetaka bagi kaum pemberontak
Dengan ketabahan musafir yang dahagaKucangkuli situs purbakala sekeras bajaDan para dewa yang menjaga alam semestaMelemparkan kitab pusaka ke arahkuTentang silsilah 'Babad Tanah Jawi'Tetapi siapa pemberontak kerajaan Mataram itu?
Ini malapetaka di tahun 1709Dengan tombak, keris dan pedangTentara Mataram mengepung Candi BorobudurMemadamkan api pemberontakan dari selatanDan kau pembangkang yang selalu kalahMengapa kau hams dibinasakan?
Kemudian relief-relief di dinding candiBerebutan mengacungkan telunjuk jariMeminta jadi saksiSedang area yang tak berkepala ituMenimtut keadilan. Katanya:"Mengapa aku tumt dipenggal?"
1991
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 63
2000 MEGAWATT YANG MENAKUTKAN
Aku ingin membakar kebencian dari2000 megawatt yang mengalir menuju sawah ladangkuBatu gamping yang kucangkuli dengan keringatTiba-tiba menjadi horor yang menakutkan danUdara gimung yang sangat kucinta ituMenghembuskan gas beracun lewat pori-pori tanahDalam radius yang tak terjangkau kakimuAku mencium bau belerang serta gumpalan radio aktifMembakar cintaku menjadi kemarahanAku ingin membangun laut tanpa limbahKubiarkan kemerdekaan hidupmu: lumut-lumutan,ganggang
Ubur-ubur, gelombang besar, kepiting, ikan danPasir putih di dalam kerangKukirimkan angin sejuk dari puncak MuriaMata air yang jemih sertaGugusan awan tak BeradiasiDan dinding lembah menghadirkan kerinduanPada kabut
Aku ingin membakar kebencian dari2000 megawatt yang mengalir menuju sawah ladangkuMaka kunyalakan kobaran api padaBajak kayu trembesi yang diseret kerbauUntuk mengolah sawah ladangkuDi kaki Gimung Muria ini
Aku hams bertahan memelihara kehidupan dan
Menjaga bumi dari prahara yang berembusLewat telapak tangan kekuasaanmu
1995
54 JENTERA TERKASA
NYANYIAN KALI PROGO
Dengan keyakinan jiwaku terns bergolakMendeburkan gelombang kebencianKepada pintu air yangmenyumbat perjalanan hidupkuBiarkanlah aku mengalir menempuh kemerdekaanUntuk mengairi sawah-sawah penduduk
Bertahim-tahun lamanya kunyalakan semangatKetabahan, keberanian serta kesetiaan menerimaZikir malam dan doa subuh yang melnncurDari puncak Gnnung SumbingSedang batu-batu tasbih berguguranMenghanyutkan wiridku ke Samudra Indonesia
Izinkanlah aku mengalirMengapungkan nilai-nilai kebenaran yangTerpendam di dasar bumi
Tetapi untuk apa kau malah menenggelamkannya?Jangan tuan! Bukalah pintu air kemerdekaan ituAgar kesadaranku tidak membangkitkan kemarahan
1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 55
□ Sajak-sajak Gatot Widodo R.
PEMBBRANGKATAN
Menda)aing perahuke pulau dewapastikan perjalanan ombaksebelum pantai
Wonosobo, 1998
66 JENTERA TERKASA
GUA
Gemuruh angin menusukgua-gua gelap
kehampaanharapan sisabelahan malam
separo kabur
separo terkubur
Wonosobo, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah gy
□ Sajak-sajak Goeswali
JIKA
: NOVIAWATI
Jika kutabur garam ke lautapa kau kata?Jika gaung azan memanggil-manggillalu aku sembahyangapa pula bedanya?Itu dari ibiiku aku belajarlewat dia aku mengenal kautukang sulap tak tertara.Ketika kelelawar maut menyambarsenja berbuihdosa
sebelum sempat merangkum ke sayapnyakau sulapjadi udara mawarberebut masuk ke dalamnapaskauDan?
telah sampai waktumatahari sia-sia melelehkan panasnyatak berbuah dan daun gugur membusukpohon di tanah gembur.Kutanggalkan angin topan yang tersimpandan napas yang melemabpada cemrdn yang pemah kutiupkansedalam mata Fir'aun
aku menatap kau.Sulaplah aku
68 JENTERA TERKASA
jadi tukang sihimyadi hadapan Musa
Jika kau ingin persahabatan kitatak terdindingberlumut.Dan aku ingin.
1 Agustus 1995
tCumf)u(an Putsi Penyair Jawa Tangah 69
MATAHARI
IN MEMORIAM: IBUNDA PAIRAH
Bagaimana aku hams berceritaKepadamu
Dan dari mana hams kumulai
Tentang kesia-siaan dan pengingkaranYang oleh matahariDianggapnya selesaiKala sang maut mengadang
Pagi tumn
Matahari terbit
Menyisihkan malam tanpa katakBersama embun
Nyanyi burung dan rericik kaliWajahnya! Wajahnya!Dengan tangannya yang perkasaMatahari peluk diriku erat-eratLalu dibawanya aku ke peraduannya
Parakan, 1 Desember 1997
70 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak M.L Budi Agung
GEMBALA-GEMBALA
gembala-gembalapergilah pulang, pulang menuju peradabangiring dombamu ke kandang tuhantutup pintu rapat-rapatagar singa tak mencuri anak dombagembala-gembalabeijagalah jangan terlelap jangan bermimpikema engkau tengah menghadapi ancamansulut perapiansulut obor dengan minyakpasang mata jemihkan isi telingakalau perlu siagakan tongkat gembalamujangan beranjak jangan bicarasebelum anak malaikat membuat tandasebuah bintang timur dalam tiga rupa
Kaloran, 14 November 1994
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 71
DOMBA-DOMBA
domba-domba
turunlah ke bawah bukit padangsebelum air sungai mendidihterpanggang api tengah hutan.penuhi isi perutmu
kerna kita akan kelaparan sebulan atau setahunsampai hutan padam dan harga beras murah
domba-domba
diamlah di dalam kandang
padamkan lampu isyaratkan doakita tunggu fajarbermatahari keadilan
berangin demokrasiberembun pagi suarga
Kaloran, Maret 1998
72 JENTERA TERKASA
MATAHARI TUA
memahami matahari tua
membaca lukaluka langit tergurat asapkutanya tuhan dalam bahasa bencanagumpalan ozon yang pecahgumpalan awan terburai badai
memahami matahari tua
memahami bumi hangus berdebu; hutan-hutan terbakar api keserakahan
jalan-jalan terbakar api revolusikota-kota terbakar api demokrasi
jiwa-jiwa terbakar api tiranikutanya tuhan dalam bahasa dukasiapa mencipta bencana baru
siapa mencipta tangis baru
(memahami matahari tua
memahami tangan terkepal tuhan)
Kaloran, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 73
□ Sajak-sajak Roso Tide Sakoro
TAK DENGAN KATA-KATA
kubasuh dingin subuhsegala noda tubuh rapuhkucari cinta keabadianmu kekasihdalam hening sepidetak waktu denyut nadi
kueja tak dengan kata-katahanyut mengalir zikirberjuta semut penghuni rumahkubergulir merangkai tasbihmenunggu kaupanggil pulangdalam dekapan cinta keabadian
Tetnanggung, Febrmri 1998
74 JENTERA TERKASA
AIR MATA HUJAN
tetes air mata tuhan
membasahi tanah air terluka
tuhan, jangan bosan-bosanmewama rembulan mawar
Temanggung, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 75
DAUN-DAUN MENGERTAS SUDAH
batu-batu luruh luluh mendebu
aku tertegun hening tugumata air di ulu jantung nadikumengering sudahberubah air mata darah
(sementara di atas sana
langit angkuh kosong suwung)
reranting pohonan tambatan jiwa kerontangkering ranggas di pematang rengkahdaun-daun di kebun hatiku mengertas sudahjangankan bunga harapkan buah
(duh gusti, adakah langit laindi negeri ini, berjuta rakyatmenanti suksesi mentari pagi)
Temanggung, 1997
76 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Soekoso DM.
SAJAK MESIN KETIK
berjalan bersama hurufhurufnyamanusia ngembara
ke padangpadang, ke gunmgurunke abadabad, ke tahimtahun
memburu makna kehidupan
melangkah bersama tiktaknyapara pujangga ngembara
menganmgi angkasa dan samudradengan perahu prosaprosa
meniti seribusatu bianglala mimpilengkungan suka dan sedihdengan kepakan sayapsayap puisi
tapi siapa dan siapa di balik mejaberkerudimg kertas karbon
mengaduk gumpalan jelagamenyimgsang lelakon
: fakta didustakan, benar disamarkannyata dibenamkan, palsu dibubungkan
hingga angkaangka terlukadan hunifhuruf sakitjiwa
entah demi apa?
mesin ketik cuma saksi bisucuaca aneh sudah membungkam mulutnya
ia enggan bicarasyarafnya koma, lidahnya kelu
meski ada bening dicemari tuba!
2997, Potrowijayan
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 77
MEMORI MONOGRAM PASKA: X
lolos dari wajah jemari, tibatiba kauakusampai di sini
di simpang jalan, antara gamang dan sangsiantara bimbang dan tak pasti
musti terus, membelok atau berhenti
dalam kembara ini
beberapakah jarak, antara persimpangan inidengan dermaga hati
antara kenyataan dan mimpimimpi
lalu ke manakah lagi, perjalanan muskilpenuh rambu dan duri
bakalkah menelusuri lorong nalar dan rasa
kembali meniti nnrani
ataukah kauaku memilih mengunyah baramemanggang diri dalam alpa?
berapakah waktu, untuk simakan kabut
demi cahya rembulankelembutan kisah kasih tak kunjung surut
(selalu pertanyaanpertanyaan tak terjawabkan: embun, bisakah kau berikan kebeningan?)
1997
78 JENTERA TERJCASA
KUPUKUPU DEKAT LAMPU
kupukupu dekat lampugemelepar
gagu dan ragu
kupukupu sepikah itugelisah
membenturi kacakaca cermindi bilik kalbu
rindu apitakut sendiri
kupukupu bersayap retakmemberontak
memburu kebebasan gerak
: cahya, cahya!adakah kembang di jambangan ituada sisakan madu
ataukah kehangatan ituhadir dari sumbu api yang semu?
seekor kupukupu sepi bermimpimalam ini
separuh sayapnya terbakar api
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah yg
□ Sajak-sajak Sumanang Tirtasujana
PENYANDANG MANUSIA PURBA
Apa yang akan kamu lakukandengan tanah tandus. Ruang tidurtanpa jendela. Entah petaka apabakal memerangkapmu, bila ruang tanpa udara
Atau kau pilih diam. Kemudian mengendusenduspada peti mati yang terns menantiSementara air matamu mengucur terusdan keterancaman jantung jiwamu kian dekat.Ya, kian dekat.
Kau memilih diam membatu,pasrah pada keterpurukan hasrat yang hancur.sebab harapan doa telah menjadi siasiadengan malapetaka entah apa.Sembari lunglai, kau pasrah menggeletakPada peti mati penyandang manusia purba.
Yogyakarta, 1996
80 JENTERA TERKASA
MENUNGGU EKSEKUSI
Hari ini engkau mengungsikan separo jiwamutepekur dan menggigil di lipatan humfhnrufdoa alkitab. mengibaiba melipat harap.Sedang gairahmu telah menjadi sungai keringterbanting sudah alamat rohmu yang ramping.
Seperti kolam yang menguburkan kedalam tekatekilangkah kaki kian menyimpulkan perkabungan.Hari ini kau tumbangkan harapanharapan
dimana senandimg doamu kian terdengar ngilu.
Tahukah penghuninya bakal terbanggang kaku.
Purworejo, Magelang 1995
Kumpulan Puisi Pmyair Jawa Tengah 81
RUMAH SELOKAN
Kudirikan rumah tanpa pintu
aku nikmati sebuah dunia baru
yang penuh baksilbersama cacingcacing dan lintah.
Pada rumah yang selokanaku tak ingin lenyapIni dunia baksil yang tibatibaharus kau nikmati pula
Di sini kau harus hidup
di antara limbah serta cerobong
pabrik. Yang merangkap rumahparuparumu.
Tertawalah meski kau pingsan
aku percaya kau tak mampu menyihimyamenjadi taman
tanpa menyebarkan duka.
Purworejo, 1996
82 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Suroto S. Toto
SURAT BA6IIBU I
(Pesta pada sebuah pagi)
Ibu, pesta itu di halaman rumah kitamembangunkan tidur matahari pagi-pagiorang berduyun-duyun berdesakanmelempar-lempar seperti anak bermainmereka saling memukul saling berebutramai dan menghanyutkan matahariseperti pesta anak-anak di terangbulan
Ibu, pesta itu sangat lucumereka menjadi anak kembalibermain sandiwara menjadi raja-rajaberebut tahta dan singgasanatanpa dosa beradu senjatasambil tertawa mengobral busa
Ibu, itukah pesta sandiwaramengapa hams menghimus senjatamenikam sesama
Ibu, jangan muram selalukedai kopi itu tetap milik kita
Juli, 1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 83
SURAT BAGIIBU II
(Potret sebuah pesta)
Ibu, inikah rumah kita?
Kalau ini rumah kenapa sepi candaKemarin di sudut rumah saudaraku bermandi darahkulihat nanar mata-mata merah
melepas gores hitam di atas tanah
Ibu, kutangkap elangkakinya kuikat kertas usangbertuliskan "Tolong saudaraku bersimbah darah!"Kulepas elang tak terbang jauh iaberputar mengincar mangsa
hinggap di atap menatap marah
Ibu, aku kehilangan nafsusungai-sungai mengalir darahtak bisa bermain perahu
di mana-mana air berubah merah
Ibu, aku rindu rumah dulu
Jtdi 1996
84 JENTERA TERKASA
PERBMPUAN DI TENGAH JALAN
perempuan di tengah jalanmegapa risau ini mengembara
menembus angin dengan lagu bajatak acuh membisu menawarkan cinta
berjatuhan kimang-kunang dikaiimya
dibalik pandangnya menembus ragubagai burung terpaku menatap waktusendiri ia berjalan menyusur anginsiapa tahu ia bisa lantunkan lagu
perempuan di tengah jalanbagai nyala pelita di angin malamia lagukan jerit kepedihan di tengah angin
dan awan
mengembara di tengah nyala api
di balik yang berkunjung ia mengecap nikmatdengan menyala menembus ragu
terns menangjap bunmg menatap waktusiapa tahu mendengar jeritan angin dan awandalam nada-nada lagu yang terus berlalu
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 85
□ Sajak-sajak S. Suryo Pramono
SEMUT RINDUKAN SULAIMAN
Semut semut di tanah berlarianmondar mandir terengah engah
ia membawa ampas seadanyamemadati sarang aren di mana manadan menggigit sejadi jadinya
ia tahu kan merana selamanyakecuali Sulaiman menynnih berkudamemasuki lubang lubang gua
Kebumen, 1997
86 JENTERA TERKASA
KUDA KUDA AIR
Bila esok pagi kau naiki daun di permukaan sungaikutitip salam pada ikan yang tak sembunyi dalam pusar
Bila di lumpur dasar bertemu ikan lelerayulah senjata tajamnyaagar tak ditikam kutu-kutu malam
Bila alas daimmu tak lagi melajuturunlah di situ bila ingin sampai ke hulu
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 87
SUARA MISTERIUS
Saat nisan bercengkerama dengan kuburansuara yang berabad abad terpenggal babak-babak ceritatiba-tiba bangun bicara;
"Aku terselip
aku ditinggal angin yang merekamkenapa tergesa gesa
hingga kau tak mencariku"
la terisak isak mencari
belulcing yang tak dipahami kala itudan kini sisanya kian menjelma;
"Di mana jaring jaringankuaku sudah tabu berbeda.
kau sudah parau,
dan berani mengecam!"
la telusuri di seluas samudra dan benua yang menghauskanmenghampiri satu per satu di semua cerita cerita ikatan;
"Apa kabar Julius Caesar?kaukah Romeo?
ada apa denganmu Hamlet?aku di dekat dekatmu
aku di pintu pintumu!
tapi aku akan pergiaku sudah menjelma jelmaaku tidak disapa sapa
aku ditimpa!"
88 JENTERA TERKASA
la teruskan kisahnyamengembara dalam gelora dan tiba;
"Kudengar di sini ada MahabarataSangkuriang, Roro Jonggrang dan lainnyadi mana la...?
O, barangkali malu atau ragubiarlah aku dulu yang membisu"
Ketika bertapa, ia terdampar terkapar dan tersadardi tepi sungai yang tabibnya sedang ia cari-cari;
"...Tak percaya ada yang menyapamengobatiku sambil terpapa-papa...bahkan tak ada cacatnya"
la rindu menggebu gebu tak bertemu sampai kambuhtak ada obat semujarab kala itu. Kemudian mengharap;
"Aku akhiri harapan iniaku relakan memecah mecah diri
bersuara dengan segala cara;Meski komandoku di sini
aku akan disiksa raksasa
yang dari dulu memburu
maka temukan segitigaku.Atau kemudian aku menjelma!karena aku ditunggu tungguaku dicari cari
tapi semuanya kan menjadi
sebelum aku kembali"
1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 89
□ Sajak-sajak Thomas Haryanto Soekiran
SATU
biirimg gereja terbangke angkasamembawa matahari untukkumasuk ke dalampanasnya menyejukkan darah4.000.000
burung gereja dan mataharihancur di sini
Purworejo, 1990
90 JENTERA TERKASA
MATAHARI
Anakku matahari,
dirimu pasti belum ngertikalau keringat telah mengucur dari rambutkuair mata menetes pada kuku kukudan mata sebentar saja memejam
Anakku matahari,
dirimu pasti belum ngertikalau kencingmu kubiarkan menyatuAnakku matahari,
dirimu pasti belum ngertikalau taimu harum baunya
semegrak di hati
Anakku matahari,
dirimu pasti belum ngerti
kalau semalam kubaca sajak buatmukunyanyikan juga puisi"anak domba,
menjadi jalan satu-satunya ke sorga"
Purworejo, 1998
92 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakAgusno Setiawan
NEGERI KENANGAN
datanglah ke negeri petanipepohonan meranggas dalam sunyikemarau telah mengurung beburungdalam sangkar tak bemamahujan menari-nari di pelupuk mataterkisah pembahan yang wajartemak dieksekusi terlalu pagiseruling gembala menangisi langityang bercadaranak petani menanam waktu di ladang industri
datanglah ke negeri petaniyang tak pemah membusungkan dada di harikelaparandan tak pernah mennndukkan kepaladidera kemiskinan
sebuah negeri abadi dalam kenangan
Kudus, 1997
94 JENTERA TERKASA
TAPI KITA TELAH TERDAMPAR DI SINI
mendayiing luka sejarah dalam lautanwaktu yang bergerak dalam diamperahu cinta terbentur karang sebelumpasir di pantai menentramkan gelombang
kebimbangan pada matahari telah membekukan cakrawalagelap dan cahaya mengajarkan makna sedih dan gembirasiapa tertawa berurai airmata
seperti waktu yang tak pemah surut ke belakangkita telah terdampar, tak juga meratapi kehidupansejarah tak mesti dicatat sepasang nisan
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 95
OPERA BELANTARA BETON
Kinikah saatnya
menanam pohon kematiandari benih kumuh dan tanpa kepastiankejujuran menjadi hantu menakutkan
kinikah saatnya
memproklamirkan kemerdekaan jiwakebebasan cuma tipu daya berhala kotasejuta menara terbalut sunyilangit dibungkam udara bertubadi bumi jelata mengemis air mata
kinikah saatnya
penganggur jilati mimpinamun ada juga yang tuntaskan kegilaandalam pengabdian semu
selagi sang raja memberi restu
96 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakAli Emje
IBU KERAMAT
kini aku tahu betapa besar arti ketulusanmukau rimbun bambu senantiasa senandungkanangin kedamaianajarilah anakmu membaca bahasa alamagar tak timbul tenggelam arungi kehidupan
(kau suara fajar bersama lengking adzanyang mengingatkan kesejukan embun)
1990
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah gy
SEKBRAT ROTI
sekerat roti terhilang, pagi
hasrat tertangguhkanpada kilatan pisautajamnya mengejek keberanian(akankah terbagi
atau tega menyantap sendiri)terbayang piring para pengungsiantre dan kosong!
1992
98 JENTERA TERKASA
DIAM-DIAM
diam-diam desaku terdesak, diam-diam
sawah menghijau menjelma beludni kasursiap melayani kepuasan, diam-diam.
apalah yang masih tersisaselain keinginan demi keinginanyang tertunda, mengalir air kali serasa bisa
tahan napas, pejamkan mata, diam-diamakan kita rasakan kenikmatan
matahari yang meninggalkan, diam-diam
1992
Kumf>ulan Puisi Penyair Jawa Tengah 99
□ Sajak-sajak Amir Yahyapati
BUSUNG
membangunkan lapar dari abad yang menggeramperutku tak kunjimg terjagasedang usia terns berlaga memanjakan kenyangsiang dan malam. siapakah pagi-pagi beginitelah ramai mengibarkan bendera hingga memenuhi lengkunglangit dan saling berebut menomorsatukan dirisampo, odol sikat gigi, asbak, rokok, minuman, kecap,makanan, pestisida, meja-kursi, kulkas, tv, mobil, rumah semirrambut sampai bedah plastik
langit seperti terkunci untuk komunikasi kepada sang MahaSejatiangin terhunus dan memuntahkan jutaan ekor sihir dunialangit tertabok, tanah-tanah dikeduk, gimung-gimungdiledakkan
udara digenjot bagi nurani kelam. aku saksikan jutaan manusiasaling himpit di depan loket fajar yang berkarangbulan, o, bulan sisa semalam telah habis dirampok gigilembun
perburuan harapan. di sana-sini orang sibuk seminartentang pasir, pohon-pohon, batu-batu, gandum, intan, berlianyang akan disulap menjadi benda yang menawan. telah lusuhseluruh pakaian. tubuh penuh daki dan keringat imtukmengejandalam cuaca yang pongah dan menegangkan ini. perutrohaniku
makin melilit-lilit, lapar sangat, meraung-raung mencarikembali
100 JENTERA TERKASA
makna kelahiran. sedang jejak tak kemana-mana, tak kankemana-mana
ia selalu berhujan-hujan di bawah langit yang koyak olehfirman-firmanNya.
Kumputan Puisi Peni^atr Jawa Tengah 101
TENTANG ANGIN DAN OMBAKMU
aku menggeliat di dalam ombakMuselepas lautan prahara masalalu
aku menggeliat di dalam desirMuselepas angin menghajar rumah jiwaku
di dalam ombak dan di dalam angin
wajahku terbias suci di balik cadar
102 JEMTERA TERKASA
PERPISAHAN
aroma selalu saja menggodamengajakku berlayar menuju dermagaimtiik menghirup kembali udarayang telah lama kulupa
kenapa mesti isak dan cucur air mata
menghantarku menempuhi waktu yang tak terhingga?
sedang perpisahan adalah bangunan jembatanmenuju pertemuan yang bebas dari rasa sakit dan kelaparandari kebencian dan pengkhianatan kehidupankarena dibakar kerinduan yang mendalam.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 103
Q Sajak-sajak A. Musthofa Bisri
TERTEGUN
Tertegun dalam kelabu
langitkuaku mencoba membayangkanmentari di balik gemawanyang sejak lama tak menyinari
rumah-rumah kalbu
Tertegim dalam pengapudaraku
aku berusaha menghirupsisa wewangian
yang bergugurandalam bunga-bunga layu
(Burung-burung berpatahansayapnya bahkan
berkaparanoleh racun dari kemasan
yang menyilaukan)
Tertegim dalam keruh
lautku
aku bertanya-tanyadalam kesendirian
masihkah batinmu menyimpanmutiara-mutiara biru?
Tertegun dalam pekatbumiku
104JENTERA TERKASA
aku memandang kosongtanah-tanah yang ditinggalkanatau diperebutkan
orang-orang gagu
(Meraba-raba dalam gelapnegriku
aku mencari-cari
merahputihkuyang terkoyak tangan sendiri)
R. Awal 1418
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 105
SAJAK ATAS NAMA
Ada yang atasnama Tuhan melecehkan TuhanAda yang atasnama negara merampok negaraAda yang atasnama rakyat menindas rakyatAda yang atasnama kemanusiaan memangsa manusiaAda yang atasnama keadilan meruntnhkan keadilanAda yang atasnama persatuan merusak persatuanAda yang atasnama perdamaian mengusik kedamaianAda yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaanMaka atas nama apa saja atau siapa saja
kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Rembang, Agustus 1997
106 JENTERA TERKASA
DI NBGBRIMU
Di negerimu
Manusia tidak pimya tempatKecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat.
Inilah negeri paling anehdi mana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikemcutkan
kemunafikan dibudayakantelinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibimgkam iming-iming dan ancaman.
Orang-orang penting yang berpesta setiap harimembiarkan leher-leher mereka dijerat dasiagar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagahdi depan kamera otomatis yang gagu.
Inilah negeri paling anehNegeri adiluhung yang mengimpor majikan asing dan sampah
Negeri berbudaya yang mengekspor babu-babu dan asapNegeri yang sangat sukses menemakkan kambing hitam dan
tikus-tikus
Negeri yang angkuh dengan utang-utang yang tak terbayarNegeri teka-teki penuh misteri
Di negerimu
Kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
Keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 107
Nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara.
Di negerimu
Manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan -menghabiskan anggaran -
oleh entah siapa
yang hanya berkepentinganterhadap anggaran
dan dirinya sendiri.
Di negerimu
angin pun menjadi badaimatahari bersembunyi
bulan dan bintang-bintangtenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembangdan tembang menjadi sumbangpuisi menjadi tak indah lagi.
Barangkali yang tersisatinggal doa
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya.
Rembang, 1998
108 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Bambang Supranoto
PUISI DAUN JATI
daun-daun jati tercampakdi jalanan lengangklakson bis memekakmemecah kesunyian
suara-suara rimba
bergema di ranting-rantingbisik tanpa rupaterlindas jalanan bising
jarak pun makin jauhmenelan tiang-tiang listriklengang sabdaMu gaduhjadi tugu terpaku bisik
1992
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 109
MESIU
mesiu bertaburan di mana-niana
pada bilik ketakutan manusiapada putaran jam yang menderamesiu bertaburan di mana-mana
kemarahan jadi bahasa jelasuntuk menjawab soal sampai timtaslalu letusan senapan
dan rudal yang diledakkan
suara hati kehilangan artitersisih jauh, kembali sunyijalan besi itu yang membaratak berambu tak punya tanda
mesiu bertabur di buku-buku doa
pada tasbih dan alat sembahyangpada liturgi yang gemetar dinyanyikanmesiu bertabur membangim suasana
110 JENTERA TERKASA
DI ATAS FERI PENYBBRANGAN
- selat madura
laut adalah bahasa yang menyatukan dermaga demidermaga
mendekatkan ombak dengan desau angindan lambaian cakrawala yang membuka panorama
kapal-kapal masih setia berlabuhdi antara deretan feri yang mengeluh panjangmembawa ratusan penumpang
yang menjadi pengembara dalam sekali jalan
selalu tak jelas arah dan geraksebab jalur yang dilaluiadalah peta buta yang telah dihapus para nahkodadi antara lapisan alim yang berkejaran di buritanalam memupus selalu rasa jemu
dengan bahasa rahasia dan suara-suara bisu
melayari selat yang terjebat makin akrabterasa dekat jarak pantai yang dulu tak tergapaiwaktu senantiasa mampu memburu perjalanan
jadi potongan-potongan skala yang ingin bertanda
deru mesin feri menyibak keramaian selattak putus-putus merengkuh ribuan penumpangmenjawab tantangan hari sampai jauh malammenumpang gelisah nuranimengepak sejarah yang tak hendak berhenti
Kudus, KPK 1997
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah 111
□ Sajak-sajak Darmanto Mugroho
KATEBELECE
Sejengkal tanahyang kutebus dengan darahtelah kau rampasdengan selembar kertas
Kudus, KPK, 1997
112 JENTERA TERKASA
PESTA
Di pesta ini
hanya ada darahmaka
makanlah
(selagi masih bisa)
Kudus, KPK, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 11.3
□ Sajak-sajak Jumari H.S.
AIR
air adalah lambang kehidupanjika mengalir mengajarimu berzikirjika diam mengajarimu bersembahyangjika bening mengajarimu bercerminjika keruh mengajarimu bertakbirjika kering kehidupan berakhir
air tak punya wamadan ada di mana-manatak berbau
selalu berMuara
kalau ia menjadi limbahbukan salahnyakalau ia menjadi lumpurbukan salahnyakalau ia menjadi racunbukan salahnyasebab ia adalah dirimu sendiri.
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 115
TASAWUF
seperti rumput pasrah pada musimaku mengibadahimu sepenuh batindengan kepala menunduk langitdengan jiwa sepasrah bumiaku lantunkan doa-doa semerdu suara seruling
mempesonai hening
lalu,
aku berusaha menjaring keajaiban-keajaibanMudengan dawai-dawai rindutanpa ragu!
o, alangkah indah wajahMuteduhkan diri
dalam damai Abadi.
116 JENTERA TERKASA
MERINDUKAN PERAHU NUH
selagi masih ada ombakudara tak akan habis
meski siang malambermiliar manusia menghirupnyabukankah kau merasakan sendiri
lewat pelayaran hidup yang bertanya-tanyaalangkah senangnyajika bertemu perahu Nuhdan melambai padamu.
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 117
□ Sajak-sajak Maria Magdalena Bhoemomo
MENAFSIRKAN KICAU BURUNG
kicau burung pagi haridi atas dahan jatidi samping rumahbarangkali mengabarkan bencanabagi kitabagi pohon-pohon jatibagi negeri iniketika kapak dibiarkan mengamuksepanjang siang sepanjang malam
kicau burung sore haridi atas dahan waktu
di samping rumahbarangkali menggambarkan kematianbagi pikiran anak-anak mudatentang cuaca yang abaditentang badai buihyag hendak memporakporandakan negeri ini
kicau burung dalam sangkarbarangkali adalah doa mohon kebebasanbagi pikiran anak-anak mudauntuk mencoba membuat perahu sendiridan melayarkannya sendirimenuju zaman barumemperpendek jarak antara benua-benuakicau burung yang melintas di atas rumahbarangkali adalah kutukan
118 JENTERA TERKASA
kepada orang-orang tua yang ingin menjadi berhalaagar secepatya meninggal dunia
lalu menjadi mayat-mayat tanpa bungayang slap dikubnrkan tanpa air mata.
Kudus, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 119
KUDA HITAM
kuda hitam yang dulu ditunggangi nenek moyangmutelah lama dikutuk menjadi seonggok batuanak-anakku bertanya, apakah seonggok batu itu kuda?aku tak mampu menjawabnya
mereka lantas menganggapnya sebagai kudamereka menungganginya dengan gembiramereka berlagak bagai pemburumereka akhimya menjadi batu
Kudus, 1995
120 JENTERA TERKASA
BELAJAR BICARA
belajar bicaradi musim pancarobalidah terasa kelu
hati selalu ragu
setiap kata
mudah diucapkantetapi setiap suara
bisa menjadi media pengkhianatanorang-orang belajar bicarakepada diriku sendirimeski setiap kata yang terucapmembuat diriku tergagap-gagap.
Kudus, 1997
Kutti/>uian Puisi Penya'trJawa Tengah 121
□ Sajak-sajakMuhsiSirat^
PENYAIR 2
kecemasan meliuk dalam jiwamumeraih penamenggoreskan kata-kata perihdan melukisi sajak-sajakmudengan cipratan darahkegelisahan yang pecahdinding batinmu selalubergetarmenangkap sinyal dan suarakecemasan semesta
1997
122 JENTERA TERICASA
MAKAN SIANG YANG MEWAH
inilah makan siang yang mewahcacahan daging dan kuah darah segarsahabatmu
mulut mimgilmu dengan lahap menyantapdan penuh gairah mensrutupmengalirkan butir-butir keringatmenjelma pijaran-pijaran apimerambati kujnr tubuhmu membakarmu!
Kudus, 1997
Kum|)ulan Puisi PenyairJawa Tengah 123
SAJAK HUJAN
sebagaimana para pecintahujan pun rindu mencumbudengan kata dari lidah yang kelu
dengarlah rinainya
suluk rindu para pencinta
diserap akar pepohonankuncup di daun-daunjadi embun kehidupan
Mlati Kidul, 1998
124 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakMukti Sutarman Espe
BAHWA PADA AKHIRNYA
bertahun-tahun menghela perahudi kali-kali
akhimya kupaham kedalamanrahasia arus
"bahwa anginlah sebenarnyapenolak buritanlunas penentu haluan."
dan mengikuti jejak kiambangkukaji sifat airkapan di lubuk kapan di jeramsebelum tiba muaramemasuki teka-teki
"bahwa pada akhimyasegala pun sampaike laut
laut!"
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 125
KEHILANGAN HUTAN
kaubangun monumen di keramaiansebuah hutan
tanpa satwa, pepohonan bahkan rohkesunyian
lalu dari kubur waktu orang datangmencari riwayat, jejak kakiikon yang tertinggal pada masa lalupada yang bemama kenangan
tapi mengapa kaulupakan aroma getah?susah payah kuhidupkan kembali rimbadalam ingatan
aku kehilangan hutan
tapi mengapa kaulupakan suara liar satwa?susah payah kuhidupkan kembali belantaradalam bayangan
aku tetap kehilangan hutan
kaubangun monumen hutancuma monumen hutan
bukan hutan!
Kudus, 1998.
126 JENTERA TERKASA
KUDENGAR LAPARMU
kudengar rasa laparmuwahai, orang pulau terbakarlantaran kita seayah-ibulaparmu pun meremas lambungkulewat jarak dalam desir anginbukalah mulutmu, jiwamu
kita makan bersama di kesetiaan
antarinsan
setiap waktu di laparmu
kukirim sepiring puisi: nasi bagi sukma letih
setiap waktu di laparmukukirim nasi
: puisi bagi perut perih
kudengar rasa laparmu
saudaraku!
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 127
□ Sajak-sajak Muryana A. Saddys Asmara
RINDU GELANDANGAN PADA KAMPUNGHALAMAN
hari-hari kita ikan asin seratus peraksekarang makan besok tidakdi kampung nasi terbuang-buang dicibiri ayamdi perantauan daun pun jadi makanandi kampung ikan segar bahkan kucing bosandi sini ikan sindatan kita perebutkandengan lalat-lalat anjing jalanan
"O nikmatnya lapar!""betapa indah kemelaratan!"begitulah kita meghibur dirimenjelajah mimpi tiada hentimenggali-gali perigi relung hatimemanggang kemalasan di tunggu hariya, kita sisipkan sejengkal nasibdi ketegangan zamannapas tersengal diburu hutangasap kematian di pahit kopi yang mengkristal"ah, aku tak bisa!" katamu menggerutubegitulah kecengengan selalubikin seteru
tapi kita sama-sama gelandangantak baik bersitegang memperebutkanasap polusi jalanan di lalu lalang kendaraandi tengah kerinduan kampung halaman
128 JENTERA TERKASA
ya, sepanjang peijalanan menggelandangberkali ulang kita pulang balik ke belakangmasih adakah jejak sesal tertinggal?
Denpasar, 1996-1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 129
KASIDAH LAUT
berbahagialah laut
yang tak henti bertasbihdalam dawam zikir
sembahyang sepanjang waktu
berbahagialah gelombangyang tak henti menariruku' sujud sedalam hati
berbahagialah ombaktak henti-henti nyanyimentakbirkan jiwa
laut yang cintaberbahagialah ikan-ikanberenang dalam sembahyangsembahyang dalam gelombang
berbahagialah pasir
pesisir lambir debar zikirtasbih tahlil istighfarsuluksuluk lontar
hati yang nanar
negeri yang mawar
Denpasar, 1997
X30 JENTERA TERKASA
SEMBAHYANG RINDU
bahkan ombak pun menolak membawarinduku padamu
bersama angin kusembahyangkan dirimentasbihkan daun dan rumputmelambai jauh padamugelora doa di dzikir ombakmentasbikan pasir-pasir
menghampar sepanjang waktu
kini baru kutahu
rindu yang bertahxm kuwiriddi angin malam belum sampai padamu
seperti ombak pulang balik ke tepiannanya deru dzikirku yang lantang
seperti pekik pungguk memanggil bulantangisku mengiris lengangmenunggu kau datang
seperti menangkap bayang
di bancaran kilau cahayamuyang cerlang
Denpasar, 1997
Kumpulan PuisiPenyairJawaTengah 131
□ Sajak-sajak Puntadewa
OTOPSI
Kubakar buku-buku sastrakuagar engkau lega memandangkudi muka cermin kacamu
tak perlu aku berserukarena api adalah air matamengalir tak kenal artikekayaan tak perlu dibanggakan
Kubenamkan suaraku
agar engkau bebas melibaskudi sumur racunmu
karena tawa adalah gigi-gigimenggigit tak kenal artisiapa diri sebenamya
Kucatat kebebasanmu
agar engkau lupa menyapa dirimudi cermin-cermin yang lainwajahmu selalu berubahkarena waktu adalah sepidiam memanggang angan-anganmayat pun dibedah
Kudus, 1997
132 JENTERA TERKASA
TRAGBDI HATI
pro: Bung Prie G.S.
Kutangkap sesosok setansaat engkau malam-malam hadir mengibarkan benderatiang sunyi kemerdekaan kolusi sahabat
tak ada iringan lagu merdu dan doa-doa syahdubiar semua tahu
di hati ini menjelma tragedi
Kutangkap sesosok setan lainsaat engkau mencoba melirikkan rembulanmalam penuh bintang kedamaiantak ada kunang-kunang berkilaudi makam puisiku teronggok khayalantragedi hati anak tiri
Kutangkap suara-suara sumbangkeadilan terbuangsampang runyam berbelukar
di rawa-rawa kejujuran pecundang kematiangelak gagak menyeruakmenemukan bangkai di hati ini di ujung sendiri
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 133
JABOTABEK
Sepotong ketela kumakan pagi-pagisaat mentari belum menari
mengiringi embun-embun berlarimencari-cari jati diri
Seteguk air putih menyapa lidahselamat pagi tuan
sudahkah bendera kelaparan tuan kibarkanbatu-batu nisan tuan gadaikansemen-semen tuan timbun di gudang kemarahanburuh-buruh kecil tuan beri sayap
biar terbang seperti debu-debu jalananhinggap di kebun singkongkurus juga badan bertulang kemauandan peluh-peluh berceceran
di tanah bebatuan
jika sebatang rokok terbakarasap mengepul tak henti-hentike mana tuan berjalanpabrik-pabrik diam tak menyapapohon-pohon meranggas pucat menunggu ajaldi pinggir jalanmatahari hadir
Kudus, 1997
134 JENTERA TERKASA
□ Scy'ak-sa/alc Rohadi Moor
JUMAT KEDUA
haruskah begini jauh kucari engkauwahai yang bersemayam tanpa jarakdengan nadiku
Kudus, 1997
Kunipulan Puisi PenyairJawa Tengah 135
EPISODE LELAKI
seorang lelaki tanpa wajahmelambaikan tangan pada masa depankuyang bermuara pada ketidakpastiangelisah yang membatu
selanjutnya kupahatkan huruf-hurufdan angka-angka pada setiap tarikan napas(amboi keindahan apakah begini wewangi
di langit-langit hati
ataukah cuma fatamorgana)
seorang lelaki
mencari-cari selembar wajahnyadi antara lipatan-lipatan waktu
Kudus, 1997
136 JEUTERA TERKASA
KANAK-KANAK
; Bambang Set
Lihatlah kanak-kanak bermain
niscaya kau temukan kejujuranserupa angin
mengalir bersama harapandalam kegembiraan permainansiapa saja bisa menjadi apa sajamaka jangan renggut kebebasannya
Lihatlah kanak-kanak duduk-duduk di kursi
bermain-main jadi mentribiarkan mereka beimimpi
Kudus, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 137
□ Sajak-sajak Rum Akip Kayoman
Bonjour Madame
kita selalu memiliki kesempatanmembaca kembali sejarah, menciptakankearifan dari kekeliruan masa lampau.mari ucapkan selamat pagi padasang tokoh nan anggun lagi flamboyan,berapa persen defisit hari ini, berapapersen inflasi, atau berapa mulutyang terpaksa diistirahatkan dari sekadarmakanan proletar, maria antoinette sangbidadari kebun anggur tokoh terkenalbertubuh sintal. kerling genit menghancurkansang raja louis quatorze, prancis meranarakyat lapar bangkit dengan tegar. bastillelambang angkara poranda. mereka serentak bergerak,hancurkan segala tanpa sisa.kita selalu memiliki kesempatanmembaca kembali sejarah. menciptakankearifan dari kekeliruan masa lampau.mari ucapkan selamat pagi padasang tokoh. berapa persen lagikah kenaikanharga, sebelum akhimya rakyat lapar bangkitdengan tegar.
Mlati Kidul, 98
138 JENTERA TERKASA
Seandainya
seandainya angin jangan ciptakanaku menjadi badai
seandainya badai jangan ciptakanaku menjadi gelombangseandainya gelombang jangan ciptakanaku menjadi mendungseandainya mendimg jangan ciptakanaku jadi petir
seandainya petir jangan ciptakanaku jadi api
seandainya api jangan ciptakanaku jadi berhala
sebab,
telah begitu banyak berhala yang
mereka sembah
Mlati Kidul, 98
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 139
Sketsa Air
pada arus air jiwakuterpaku dalam gulitakeperkasaan melayang pergientah ke mana bulan sembunyi
tak usah bertanya mengapa
badai ini kian menggilabahtera kita terlalu kecil
bagi harapan dan masa keemasantak usah tengok ladang di pesisirtapi mendekatlah...walau sekadar berdiang
pada kering tenggorokan
Mlati Kidul, 1998
140 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Sunardi K.S.
STATBMEN
berjanjilah kepada langitagar laut tak senantiasa surutikan-ikan biarlah leluasa berenangmatahari masih setia mengirim sinarlewat sela mega dan atap perahumuyang berlubang karena tua
ke mana perjalananangin telah bebas menimjukkan arahasal kau tetap waspada menjaga tiang layarmenyiasati hantaman ombak
di sanalah cakrawala
tujuan semestinya kita
Kumf)ulan Puisi Penyair Jawa Tengah 141
KALUT (2)
(sungai-sungai bumpatgot-got sekarat)
di sini
kau rindukan laut
penampung kesumatatau rindu akan kasih sayangmu sendiriyang terendapdengar, dengarlah bisik angindi musim pancarobakau simpan gelombang dalam karangkau simpan anginyang m6nyusup-nyusup hutanmematahkan ranting
(kau tetap setiadi menaramu yang sepitapi yang kau rasakankeriuhan hati
di dermaga
kapal-kapal datangkapal-kapal pergitapi kau telah kehilangan semangatmenenggelamkan kapal-kapalmu sendiripada lautan hatimu)
. . ̂ JENTERA TERKASA142
KITA BAKARI SENDIRI JERAMI-JERAMI
kita bakari sendiri
jerami-jerami milik kita
sehabis panentetapi angin kencang datang tiba-tibakita kuwalahan
api menjalar
ke sawah-sawah sebelah
yang bukan milik kita
menjilat pula ke dada-dada kita
sawah kita jadi hangusapi yang tampaknya segera padammasih menyimpan bara
abu-abunya ditiup angin kencangmuka-muka kiat menghitam
kita bakari sendiri
jerami-jerami kita
tapi masih beruntimgsawah-sawah ini tak menjadi retak-retakdan keras
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 143
□ Sajak-sajakYudhiMs
GERIMIS MALAM
gerimis runcing bertebarmelukai atap seng dan pengap kamarkau dan gelap terasingkan cuacamenggigir hati oleh kilas kisah lamaperadaban lemah cahaya
gerimis itu menggiris malammumenyebar aroma bimga ielayumenggemakan senyap tahlilyang menggiring usungan cekatilbagi sebuah sajak tak terambil
lalu menyelinap takut dan sesaldi antara selimut dan bantal"mengapa begitu cepatmengapa sebelum sempat"
Kudus, 1997
144 JENTERA TERKASA
SUNGAI
merenangi sungai bersama limbah dan
sampah, hanyut batinmu terseret ke arah
samudra, tempat bermuara segalakeriuhan orkhestra dunia
akan hal hulu, muasal sungai itu, takterlintas di kepalamu karena di sanatak lagi menarik gemericik bening airdan keheningan batu, itu pun harusditempuh dengan melawan arusyang sewaktu-waktu menelan-menelanjangijiwamu
Kudus, 1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 145
KU INGIN
ku ingin bentang sajadah seluas lautansetelah sia-sia tenggelam
di limbah peradaban
ku ingin sujud serunduk mmputsetelah sia-sia terhanyut
lumpur kehinaan berkabut
kuingin apungkan imansemesra pelangi berpendaranmenggapai kesejatian Kasih-Sayangagar damai merasuki ladang kehidupan
Kudus, 1997
146 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Ahmad Marzuki
Hujan
Hujan semalaman menyegarKepengapan hidup seharianRumput teki mendongakmenggapai langitBasahan air memoles daun-daun bunga nona makan sirihyang lama menahan dahagasengatan surya tengah hariyang tak terhalang gumpalan awan
Sepasang burung Cici berjingkatdari dahan ke dahansebentar terbang berkejaranmenembus cerah pagi
Hujan semalaman menyejuk hatiAkankah kegundahan sima meresapbersama basuhan ke perut bumi
148 JENTERA TERKASA
Terdakwa
Sang terdakwa duduk di kursi tak berkaki
Ketukan palu mendebam di meja hakimpertanda pendewaan dimulai
Rentetan dakwaan ditembakkan dari lobang-lobang kekuasaanTulisan Saudara
ya tulisan Saudara di koran telah menggoncang tahtadewa-dewa di kahyanganTangan-tangan menolakBukan sayaSaya hanya menerima instruksi hatikalau begitu hati di penjaraSebentar
Ingsim nampi dawuh saka kamakalau begitu telinga di penjaraBegini
Saya diperintah mulutKalau begitu mulut di penjaraNanti dulu
Aku hanya diajak kakiIho
Mengapa kalian tak ada serasi
Mengapa kalian saling menghindar diriOh tidak
Kami hanya beda pendapat
Sidang memutuskan
tulisan dan ucapan Saudara mengganggu kententramankemapanan
kelanggengan tahta dewa-dewa
Demi ketenangan masyarakat marcapada
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 149
Saudara
Ya Saudara
harus dihentikan dari segala kegiatantermasuk kegiatan pemapasan
•|^5Q JENTERA TERKASA
Kasih Ibu
Angan menelusur sepanjang relAngan menjelajah pojok kotaAngan memeluk matahari dan bulan
Perempuan malam bergincu birumembuka kisah kasih palsu
Perempuan molek penjaga jualanmelempar senyum kepuraan
Perempuan berkerudung putihtangisnya tak selam kasih
Perempuan dalam satu mimpisatu birahi
dan satu diri
kadang memaksa mimpi sendiridi tengah fatamorgana siang hari
Perempuan renta menyimpan suara tangis bayidi balik baju yang robek digerogoti usia
Kasihnya pada anak mengalir bersama desah napas tua
Kasih tak terhijab aritak terhalang duri
Kasihmu
di balik baju ibu
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 151
□ Sajak-sajakAkhmad Sekhu
DUNIA ORANG BERDIAM
Mengapa setiap tanya tak mesti terjawab, ada yang terpendamdalam perasaan, menyesat pada purba penasaranjauh sebelum senyummu terbangun, manakala saat pertamakau terjaga, betapa semesta alam ramah menyapa
Kau dapatkan impian dalam diam tanpa buai harapandunia yang tak terjamah bagi suka duka merambahsegenap penjuni kalbu telah rindu segala romantikatak mungkin membuka kembali luka yang lama
Temyata orang berdiam berabad-abad lamanyabungkamsering memanggili dirinya sendiri, hati nurani menyadarikebisuan yang memagari diri dari keramaian menekankini kepasrahan segala rela atas kuasa-Nya mesti dimengerti
1997
152 JENTERA TERKASA
MANUSIA BATU
Seperti angin yang mimtahkan darah, aku puntak mampu lagi menahan amarah terpendamhingga melampiaskan segala perasaanyang tercurahkan gelisah tak beralasan
Mungkin arah masih pedulikan musimhingga tahu rindu akan selalu bertiupdan memasuki kemauan yang semakin menepi untukmenuntaskan semua harapan
Aku tak sanggup masuk ke dalam manusiakuyang tak lagi mampu menempuh rindumenuju keakuanku, hingga selalu terpurukserta dikutuk sang waktu pada usia membatu
Ingin aku berpaling pada cerminyang akan mengubah diriku pada berjuta wajahselalu berganti dengan mengulang mimpidengan tikaman kekecewaan dalam berdiam
1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 153
MBMAHAT KATA
Memahat kata yang akan terucapaku berdiam mematung dalam kesunyiandikucuri kegelisahan yang semakin tenggelamketakberdayaan menempuh pemahamanmuada bahasa yang purba, pertemuan kitatak menghadirkan apa-apa selain hanyakelengangan yang terbungkam, ke mana aku akanlabuhkan pemaknaan yang telah berkembang
Pada pahatan kata tercipta bayangankeretakan hubungan lawan kita bicaraentah, berapa panjang sepi kubentangkansedangkan tanya tak pemah terjawabmungkinkah kucurahkan seluruh perhatianlalu tertampung dalam kantung pengertian
Memahat kata hingga gugusan sajakkini semakin mengerti arti diri initemyata kita tak lebih hanya bermimpipada harapan yang tak juga menepi
1997
154 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakApito Lahire
PANORAMA PERCUMBUAN
:Je.
pada sebuah kamar yang kosongaku menginginkan percumbuandengantanganmu menerobos lubang hawamempersempit jarak yang kita dekapdengan kuatnya
kekasih, manakah yang kau pilihpercumbuan sesat atau keabadian rinduperpisahan dua tempat yang sama-samatak merelakan hadimya struktiu: kelamhadir membayangi peijumpaan-perjumpaan
kita sedang belajar menghitungkemungkinan-kemungkinanberpisah atau terus mencumbui perciunbuansampai kamar yang kita hunitidak lagi kosongbagi peradaban cinta
1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 155
JANTUNG PERISTIWA
Aku pun datang menjenguk kesakitanmuperistiwa-peristiwa berbaring komadi ruang kematianyang berbaris mengikuti irama nasibkegagalan adalah lonceng yang berdengungandi setiap kesempatan yang tertutup dan terbukadi dunia sakit yang kau idap seperti menyadarkanku jugabahwa jantung punya peristiwauntuk menggantung atau mencekik dirinya
di ranjangmu aku temukan infusilusi yang mengalir pada tangkai tubuhmuyang melemah karena beban dan desakankau benar-benar hidup dalam dimia yang matikarena aku dan kamu telah memilih sunyimenahan kekekalan yang datang dengan mengerikantanpa melewati penyiksaan yang direncanakan kefanaandan jantungmu merupakan peristiwa itu sendirikesakitan yang merindukan kesembuhan
atau terpaksa kau harus membunuh dirimu sendiridengan pisau semesta yang telah menggantung di udara
1998
156 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Budi Pratikto
BERI DAKU PASANG SEMBILANG
beri daku pasang sembilangdi paro samudra air susiiransendirian layar mengembangdihela angin arus pusaran
berlayarlah si anak layanglayarmu di langitberpendayung bintang yang pantang berpalingatau hati laut tak akan tenangtak akan tenang
beri daku pasang sembilangdi laut di pantai di cakrawala membentang
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 157
MASIH ZIARAH DARI MULUT GANG
mantra dari makam-makam purba dan gedung bertingkatjadi industri dan angka-angka, tak ada batang akar pun jadibinasa
di tembok-tembok kota, di buku telepon ratna, di daftar nama-nama jalan dan rute bis kotatapi mulut-mulut lagi dipesankan mesin bicarakata-kata jadi sama dari hulu sampai seberang dermaga
agama angka-angka tak menyertakan Tuhan dalam berbagaicetak biru dan tata ruang. hidup terlempar ke tepi-tepi duniadi mulut-mulut gang dan pintu belakang kereta barangkatamu mau pulang sebentar menutup jendelaangin menampar-nampar korden dan lampu belumdinyalakan
harapan sudah dikumandangkan di kampus-kampus,di pintu
tol, di kilat pemerah bibir wama pink atau wama langitdi kaca jendela
tapi ratna membakar seember penuh lukadan di bawah merkuri di mulut gang
pisau lipat dan jisamsu menusuk-nusuk tembok kota
1998
158 JENTERA TERKASA
TENTANG CINTA
tentang cinta Kita, apa yang tak boleh kutangisimembiarkan daim berubah wama bergetar waktumenyentuh arus getahnyakenapa dalam cinta aku masih sering merasa cumamemandangnyabagaimana aku bisa memecahkan penjara-penjara dariarus jam yang mengiris lapis-lapis malambetapa sakityang bagaimana cinta Kita
bagaimana mempelajari cara berbicara kalau cinta bagaimanabagaimana mengerti cara menempuh cinta yang tak ada apa-apa
selain cinta selain berlapis-lapis malam yang sukardiraba
berlapis-lapis cahaya yang sukar dirasa kecualimemandangnyadengan sakit dengan rindu arus samodraapa yang bisa kubayar
1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 159
Q Sajak-SajakDiahSetyawati
JERA
tak ingin kusentuh lagi segala bentuk kerinduansetelah luka selalu jadi bingkisanpada setiap persinggahanbukankah ini sudah menyalahi perjanjian
: nurani
kau ciptakan belati sendiri
Tegal, 19 Febrmri 1998
160 JENTERA TERKASA
BAGI PENYAIR DAN KERINDUANNYA
seperti dulu saat Ibrahim merindui Ismail
ketika kedua tangan ingin menimang buah kasih sayangpenantian itu
membawamu pada kebun bungasatu demi satu kau petik menggantikan yang layusebagai pengisi jambang puisimulalu mabuklah segenap pengembaraan
dan diam-diam kau lukis juga wajah malam penuhbungamencatnya dengan wama biru mudajadilah kado yang belum sempat kubukaRahwana manglih rupacoba curi cintaku yang lagi gelisahinikah gerhana
kekasih kenapa musti bimbangpadahal simpatiku bukan sekadar bayang-bayangbahkan embun bungaku telah menjelma doabagi beratus-ratus sperma di ladang jiwasedang air mata adalah ketulusandimana angin telah menerbangkannya
lewat kekhusukan sujudku
pada pertemuan rahasia
maka
tak perlu lagi kau pinang mawar-mawar liaryang terhampar dalam belukar mimpiselagi kekuatan doa menjadi penawar dahaga
11 Januari 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 161
BIMBANG
bimbang, pandang mataku liar membakarangin kembaramuke arah mana tali kau tambatkan
setelah semua meniada nyaris terjungkalakulah tumbal segala kesepian
Tegal, 19 Febnmri 1998
162 JENTERA TERKASA
□ Sajak-Sajak Dewi Erry Susanto
APOLOGI PINGGIR KALI
dari rumah sisa sejarahsetia pertapa bukan pemintasetia ramah bukan mengalahsetia tanya bukan pelupaayo jangan berhenti silaturohmisebab Njeng Sunan masih sering mampir ke sinitanpa permisi membagi bagi puisi di pinggir kailapakah Sunan dusta? Sapamu dengan wajah berseritanpa prasangkalalu datang wajah tegas sisa bias zaman kerasdengan pandang remang mempersilakanPriyadi memang penuh fantasisekat mata skala peta dari kayu raminpadat gaya membuka percaturan empat matasebentar! aku berwudu sebelum mencengtiang waktu, sela kata penuh makna jangan membuka pustakasebelum tabu kuncinyasebab di sini telah tersusun pusat perpustakaan rindubagi sang pengabdi kalbukenyamanan bisa lahir dari angin senja yang menyapamenimbun mega mega jadi tanda gerimisdan puisi yang manis jadi misteri masa depanyang muncul dari kursi rotan catatan masa silamtanah pekarangan, pohon mangga, sirkaya patolbergerombol seperti lingkaran jamaah lainnyaakankah kita hajati jamaah setiatanpa kincir emas dengan sajak sajak bijak
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah 163
di taman sepetak tempat membedah sajak, meskiyang tinggal jalan setapak
Tegal, 19 Oktober 1997Minggu hangat di Marpangat
164 JENTERA TERKASA
RASIO SEBUAH ANGLO
inmemonal sentot susilo
sudahlah, biarkan menikmati video
klip yang menyimpan keniscayaanparade gambar adeganrencana cerita
tak gampang dipanggungkanapalagi oleh anak panah yang terlepasdari busumyaadalah aktor yang pelopor jauh dari monopolidekor-dekor tadi bukan nurani
Kefasihan lahir dari akal budi
menyandang improvisasi alammengalir seperti air kali
biarlah musafir berangkatmeninggalkan panggung yang satu ke panggung yang laindi sini ada wasiat tanpa nasehatada warisan bukan kebendaan
ada ajaran bukan cemoohan
sedang panggung yang mahal juga sama samakita tinggalkanlantaran kronis atau kita yang krisis
sudahlah, biarkan musafir berjalan
disinari cahaya lapang, mengulang pergelaranmonolog di barak pojokperkenankan menerima piagam surga
setelah adegan demi adeganlancar dalam pendakian
seperti angle di barak api
Kum^ulan Puisi Penyair Jawa Tengah 165
hangatnya telah menebarkan aroma tujuh kembangmawar
harum pandan dan wangi kesturimengantar doa asap setanggidi sini kenangan jadi kebangkitanpada kipas-kipas yang menghela napassenapas demi senapassambil kita siap pentas sebelum gong berbunyi gemamenghempas tanda awak panggung hams bergegas
Tegal, 8 Februari 1998Kainpung duka Muara Raja
166 JEMTERA TERKASA
□ Sajak-Sajak Embung Riyadi Dayak
RXJKU
Wudu
ruh kudus
ku
tawakaltu
tawadu
ruh
ruhani
ku
Uswah
hasanah
ku
Kali Rambut, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 167
CATATAN KAKI
Kita adalah jamaahlahir dari segala susahtumpah-ruah
Kali Rambut, 1997
168 JEWTERA TERKASA
□ Sajak-Sajak Fauzi Al-Quthubi Robbani
KHUSR
Sesungguhnya hanya Diayang mampu membelitanpa pemah menjual
Sedang manusiadipikul silih bergantidibuangdi pekarangan
Dukuh Kyai, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 169
ISA
bunmg malam menemukan dirinyapada sebuah nisan batu tuaempat kakinya
Dukuh Kyai, 1983
170 JEMTERA TERKASA
DHUHUR
matahari di luar pasarberwudu
dibuangnya dakidi got
Dukuh Kyai, 1983
Kuni|>ulan Puist PenyairJawa Tengah 171
□ Sajak-Sajak Lanang Setiawan
DI NEGERI COMPANG CAMPING
Di negeri compang-campingsegala suara setan jadi sabdaayat-ayat Tuhan hanya populerdi dalam doa-doa
Kebenaran adalah incaran mata pedangKebenaran adalah mulut para dajal
Tegal, 1996
172 JEMTERATERKASA
TEMBANG DURJANA
Berada di ketinggianaku mendengar nyanyian para dewapara banaspati, wewe, belis dan
engklek-engklekdan selalu kerlip bintang menebarbau dupa pun mengajak kemesuman
Kamukan itu yang menyanyikantembang durjana?
Tegal, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 173
WELING
Hari ini kita rayakanlima puluh tiga tahun Indonesiamerdeka
Istriku
ajari terns anak-anak kitabiar kelak, tahu benar
penderitaan bangsanya
Tegal, 1998
174 JENTERA TERKASA
□ Sajak-Sajak Maghfur Saan
SUATU KETIKA
Suatu ketika, angin berhenti sebelum melewati musim.Pohon-pohon yang berbaris, menunggu dengan gelisah.Sedang daun-daunnya satu demi satu patah dan menciumbumi. Telah kau kembalikan aku kepada nimahku. Seluruhkerinduan, berawal dan berakhir di sini.
Suatu ketika, angin berhenti menimang salju. Embunyang meleleh di pundakku lalu berlayar melewati nadi. Serupakereta merayap di hamparan sepi. Cuma keluhdari sejarah petualangannya sendiri yang selalu dicatat dalambuku-buku kabut. Kutampung kemurungan matahari, tapikutahu sekarang bahwa isyarat itubukanlah bebanyang sia-sia.
Bacalah peta pada jendela yang kusam! kata camaryang hinggap di sudut hatiku sambil menabur kegaduhanpanjang.Sementara itu, sambil berdiri pada kaki-kaki yang ramping,gerimis menyambutnya dengan mengurai rambutku.Itulah penantian. Tapi kau bergumam bahwa cinta sudahmulai merambah pelan-pelan. Tak pemah kuduga bahwaseseorang bakal menelusup lewat celah kancing baju danmengiris-iris mimpiku
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah
MENULIS PUISl
Ketika aku sedang menulis puisi, bulan mengirim dawai-dawai gitar ke tanah perak. Sementara kau merendajaring buat menangkap kupu-kupu. Pada hari itu akutelah
ditasbihkan menjadi bocah yang hams menggembaladi
atas hamparan sabana tak bertepi. Maka aku segeradiajari
bagaimana naik kuda. Aku pun menjadi penunggangkuda.
Dengan sekali tank tali kendali, melesatlah berpuluh-puluhbahkan berjuta-juta kuda ke segala penjuru.Gemuruh dentingan kaki-kakinya. Pada setiap telapak kakinyamencuat percikan kembang api. Selumh padang mmputdalam
hatiku terbakar menyala. Begitulah, aku telah bersahabatdengan matahari. Tapi domba-domba gembalaankujustru
mati satu demi satu, lantaran tak menemukan case dari
nadiku.
-upacara pentasbihanmu tak diiringi doa-doa
176 JEWTERA TERKASA
PERAHU YANG PECAH
Perahu yang pecah telah mengantar anak-anak tanpa arah.Batu dan pasir yang telanjang menyambutnya dengan matayang dipincingkannya sebelah. inilah perahu yang membawamu ke gua-gua, katanya. Dan perahu itu pun menuju gua takbemama. Tebing-tebingnya menghimpit lalumelemparkan anak-anak itu ke lorong terakhir.
Inilah perut ibumi. Kau harus tinggal selama-lamanya dalamrahim tanpa jendela ini. Ke arah mana pun kautak akan pemah menemukan peta matahari, atau sentuhanjemari bidadari. Tanganmu yang rapuh akan merabareruntuhan
dari bangunan masa silam kakek dan nenekmu. Mereka telah
mencipta menara dari tetesan keringat, berdiri berlapislapis, hingga menyentuh langit. Kini menara itutelah nmtuh.
Lantas anak-anak yang malang itu diajari bagaimanamembangunkembali reruntuhan menara dari masa silam kakek dan
neneknya. Dalam gua gulita mereka telah menciptagedung-
gedung pencakar langit, bilbord, pasar swalayan, apartemenmewah, saima, bahkan panti pijat dan rumah-rumah
prostitusi. Dalam pada itu gua menjadi gulita dan sempit.Tak
ada tempat buat berpijak buat telapak-telapak sendiri.Sementara itu tebing-tebing yang berlumut, menatapnya
dengan cemas.
Kuni/)ulan Puisi Penyair Jawa Tengah 177
□ Sajak-Sajak Mock Mi'roj Adhika AS.
AJAL 1
air kali mengalirkian deras
menuju ke muara
usia luruhkian kelammenuju ke pusara
178 JENTERA TERKASA
LELAia DALAM HUJAN
bagi Apito Lahire
kau datang dalam keadaan koyakberlari-lari dalam hujanmengejar kabut
mengejar bayangbayangmuyang hilang saat malam tibarembulan yang engkau tunggutelah dipasung dalam dukamu yang purba
waktu telah menyayatnyayat lukamupada lengamu tumbuh bintik-bintik hitam
kau tak merasakannyakarena kau telah terbius oleh anganmu sendiri
padahal engkau kemarin telah dibuatkanmantera-mantera untuk mengubah nasibmu
tapi engkau membuta dalam perjalanan yang dinikmati
bangkitlah pada bumimu yang butuh pelestarian
bukan sekadar dinyanyikan oleh suaramu yang parauatau bahkan katakatamu hanya melayang di udara: puisi bukan sekadar katakata terangkai tak bermakna
puisi adalah konsep sikap langkah kitamenuju kedamaiandan kesejahteraan
kau datang dalam keadaan koyakberlari-lari dalam hujan
mengejar kabutmengejar anganmu sendiri
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 179
□ Sajak-Sajak M. Enthieh Mudakir
PUISI DIALOG SENDIRI
Ketika aku meminta kepada-Mu,Engkau beri dua pilihan
Sekarang Kau beri akuLauk pauk yang "enak"Tapi pilih "tidak"
Pertanyaanku sekarangApa yang Engkau pintaSebelum menguji ujiankuMembidik malapetaka
Tegal, 1993
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 181
PUISI DIALEKTIKA ZAMAN
Aku tak ingin berbuatketololan di zaman ini
Lihatlah sendiri
segala hampir usai
Hitam putihtumpang tindih
Di mana-mana
jalan-jalan meleleh
Aneh,
tiupan masih diam bungkam
:Kalian tonton itu!
Tegal 1994
182 JENTERA TERKASA
PUISI TAK KUTAHU
Tak kutahu sebelumnyasaat kubuka pintu
jiwaku terasa kembar dua
melihat anak-anak mendengkuristri terlelap tidur
Yang menakutkan diriku
tak ada cicit burungdegup jantunglayaknya seseorangdalam ajal tiba.
Tegal, 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 183
□ Sajak-Sajak Murngudiono
TOPENG
kemana akan berlarijika setiap jengkal tanah menyimpan mesiu
kemana akan berlari
jika sesiapa saja memakai topeng hewan
kemana akan berlari
kecuali mengais berebut topeng yang tersisaimtuk kita kenakan di wajah kita
Maret 1997
184 JENTERA TERKASA
DEMI ANAK-ANAK
demi anak-anak yangdarahku mengaliri tubuhnyakubunuh ketidakberdayaanberulang-ulangberbilang-bilangkurajam dalam kubangan batu silet
demi anak-anak yangdarahku mengaliri tubuhnyakurenda waktu tersisa
menyulam sorga bagi mereka
April 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 185
MUSIM BARAT MUSIM MELARAT
nelayan comprengan mimpibuih ombak
ikan tongkol, bawal, bangbangan, tengiri, kripudan berjuta ikan lainnyaantri masuk jala
nelayan comprengan mimpiamis manis bergepok duwit hasil tangkapannya
(di luar di laut lepasangin musim barat tak bersahabatmendesis desis
mulutnya menganga mencaplokbergepok gepok duit para nelayan)
nelayan comprengan tetap saja mimpibangun pagi, medang teh tubruk,sarapan ketan pecok, melinting tembakau wangisambil leyeh leyeh nonton nuansa pagi di tv
(di luar di laut lepasangin baratan
menjejalkan kemelaratan)
Maret 1997
186 JENTERA TERKASA
□ Sajak-Sajak PiekArdjianto Soeprijadi
a n d o n g
biarkan saja andong ituberketipak meniti waktukaki kuda menapak aspalmenderap keras dari desamelintasi jantung kotabegitu pepat penumpangnyabertudung kedamaian purbakita ulurkan salam padanya
1981
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 187
gagak
burung gagakmematuki kabel
dalam tengkorakkumemutus listrik
dalam otakku
burung gagakberparuh tajam
menusuki benakku
sampai padam
lampu jiwaku
1998
188 JENTERA TERKASA
panoramaburung
menyusupi tengah rimba
menyusuri kali beningtenang pandang membentur
bangau besar-besar
berbulu kelabu lembut
menguak fajar
terdengar piyik-piyik
menyibak musimnuansa rona daun
dari kecerahan cemara
ke kekelaman pinus
meneduh dada
hamparan lumut
membunga karang
tertimpa mentari
timbul bayangburung-buning sunyi
melintas terbang
di kolam tengah hutan
belibis mematuk ikan
sembunyi balik pepohonan
pakis raksasa membukapayung-payung kehijauanpenuh pesona
menatap langit tinggi
menangkap wama bimmural asik bernyanyi
mengantar gelagat waktu
Kunif)ulan Puisi PenyairJawa Tengah 189
menari-nari bunga berseri
tak kunjung jemu
di kerindangan pohon rimbuntebat teduh agak keruhburung rawa usai bersemediberberui riuh
di genangan air sepiitik-itik mengusir mimpimeniti benang-benang perakrentangan alur-alur riak
burung malam mandi bulantertangkap siluetnyamenggigilkan pohonanmagis bunyinya
pesona bumi
kenangan
misteri semesta
renungan
1998
190 JENTERA TERKASA
□ Sajak-Sajak Waryono Ibnu Syahiri
AINA JIHADY
Aina...!
Aina jihaady!Jihad yang membuat darahku mendidihJihad yang membangun jiwaku patang sedihJihad yang menghibur hariku dari derita panjangJihad yang memeras otakku dengan air mataJihad yang membesarkan orang-orang kecil dengan cintaAkankah...
Akankah kalimat itu hilangAngin mana yang membawa terbangAir mana yang menghanyutkanOmbak mana yang menghempaskanBumi mana yang menguburkanAku setia mencarimu
Walau senja di ujung waktuAku sudah terlalu rindu
Akankah kugapai azimat hidupku ituDalam lembaran hidup pemberianMuAina...
Aina jihaady
Pasangan, 11 Maret 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 191
KEBUN DOA
Hamba semaikan benih-benih kata cinta
dari pakar petaniMudari para pesuruh malamMuyang selalu merabuk lubuk kalbudengan tanaman cintaMu
cinta manusia
cinta harta
cinta sesama
cinta program panjangMudan tumbuhlah kesatuan benih cinta
datanglah hujan derai air matayang mengalir deras ke tepian hatike lembah-lembah kebun doaku
satu tumbuh tujuhtujuh tumbuh seratusSyukron Ya Tuhan
Kini Engkau suburkan kebun doakuyang jauh dari kawanan petaniMu
Pasangan, 12 Maret 1998
192 JENTERA TERKASA
□ Sajak-SajakWidjati
DIANTARA BAYANG-BAYANG
Beribu sajakmu kembali membakar menghanguskan ragakuMenjelma serpihan topan lumpur dan batu-batuDunia yang belum mau sudah katamu sambilMelukis huni-hara riuhnya pemberontakan.
Adakah yang lebih sesat di antara dentuman meriamBarangkali bayanganmu menyimpan seribu satu letusanSeperti lukisanmu yang mempermainkan sejuta bayangBersama tariannya yang menari-nari di hutan belantara
Astaga, wajahmu dan wajahku berserakan di sepanjang trotoarBeribu pasang mata kehilangan kaki-kakinya yang patahUdara kian menyesak memasuki rongga kehidupanMentari kian gosong membakar tubuhmu dan tubuhku.
Wah, segala yang hitam segala yang legam segala yangTubuhmu lumer seperti lilin kehabisan lemakJangan bimbang saudara karena kita adalah aktor piawaiYang pandai bersandiwara menyanyikan lagu sakitnya zaman.
Di tengah gemuruhnya suara-suara dari seberang lautanmasihkah suara gitarmu bergema di sela tangisnya anak-anakjalananBeribu mereka entah siapa entah engkau entah akukutak tahu
Catalan hanya mengenalnya nomor-nomor yang hilang.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 193
Inikah akhir yang kau lukis rindunya sebuah sajakSementara di atas awan memancarkan wajahnya yang muramMari, habiskan mimpimu dan mimpiku sampai akhirhayat
Sebelum senja menganga di balik liang kasihmu dan kasihku.
Kemantran-Tegal, 25 Oktober 1997
194 JENTERA TERKASA
NOSTALGIA YANG MURAM
(la yang merindukan mimpinya kesepian memandang langittenggelam dalam harapan demi harapannya menjadi sekiankemungkinan. Menyusup pula dingin batas mata paling diamdan debu jatuh pula ke pelupuk matanya)
Kian hanyut lautmu ditelan mimpiKekalkan demi yang kekal, kata BundaAdakah mata-air kasihmu yang menyatuKata ayah, usiamu bukan ingusan lagi
Nikmatnya kebebasan sejagat, bapakLangkah ini menggelinding terus tanpa akhirSeperti mengapa kehidupan di antara kita,Sebatas hanya basa-basi kata-kata usang.
Aku pun paham bapak, hidup sekadar bayangDan mentari pun sepakat bila esok lusa musim
Tiba terlambat aku pun tersentak basah kuyupDiguyur sisa hujan di siang belong
Kerinduan O dewi kerinduanku
Bumi ini telah lama dibelai tidur dan mimpiMari kita menari menari keras-keras bapakTanahmu gemahripahlohjinawi.Sebuah kisah masa suram yang paling murung bapak
Telah melumuri sejengkal tanahmu bersama lumpurTerbelalak mataku memandang wajah kosong
melompong
Campuraduk pecahbelah piringkosong bergelimpangan.
Kemantran-Tegal, 10 Februari 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 195
SBLAMAT TINGGAL
Menembus ke samuderamu yang luasMentari yang gosong kutatap matanya yang liarGairah napasmu panas kembali mengajakkuInikah potret laki-laki yang senantiasa dahagaMeninabobokkan mimpinya sehabis senggamaDengan sajak-sajaknya.
Hari pun kian larut sangat larutKetika batu-batu karang itu melelehkan getah spermaKetika topan dan gelombang itu kian menggilaKembali napasmu panas dan berbisik:Aku ingin ya ingin sekali agarHidup ini bahagia dan penuh kenikmatan!
Tapi engkau terus menggoyang dan menggoyangAda suara meraung di saat mataku mulai terpejamAda erang kesakitan di saat-saat aku terjagaHeran, engkau terus mengguncang dan mengguncangSeolah kehidupan akan berakhir sampai di sini.
Selamat tinggal kasihmu! kataku berangBebasan aku dari mimpimu yang fanaDemikian gemetar kataku terbata-bata,
Kemantran-Tegal, 10 Desember 1995
196 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Anggoro Suprapto
SUARA-SUARA
Seringkali ku dengar suara-suarabergema, mengganggu tidurku tengah malamsampai seringkali aku bertanyasuara-suara siapakah engkau?tiada jawab, kembali suara-suara berdecaktiada henti
Seringkali ku dengar bisik-bisikmelintas cepat tengah harisulit sekali menangkap maknanyaberderak, bergumam, tiada henti
Suara-suara itu kini jelas datang kembalimenekan, mendesak, mengatakan:matikan suara bising televisi, suara-suara radiosuara ribut antar golongan suara jumawa diri sendirilalu dengarlahsudah lama tak kau dengar suara anginsuara kemresak daun, suara gemericik air,suara kicau burung, suara alam
Lalu suara itu datang lagi,Riuh rendah memenuhi segalanyamendesak-desak, menekan-nekan gendang telingaberkata penuh wibawa:"Cobalah sehari kau tanggalkan,atribut-atribut kebesaran.
198 JENTERA TERKASA
kursi-kursi kekuasaan
supaya dapat kau dengarsuara hati nurani rakyat yang sebenar-benamya
Semarang, 27 November 1996
Kumpulan Puisi Penyair Javva Tengah 199
BUKTIKAN KAMU CINTA INDONESIA
buktikan, bahwa kamu cinta Indonesia
cinta Indonesia tak sebatas kata-kata
bukan pula hanya sekedar menyumbang emas,menukar dollar, atau sedikit memberi harta benda
lalu kamu tersenyum dan menepuk dada: akulah sesungguhnya pecinta Indonesia
cinta Indonesia adalah
kepedulian mendengarkan jeritan rakyat jelatamenaikkan taraf hidup petani-petani miskinmemberikan kemakmuran yang merata
tersedianya lapangan kerjapendidikan yang murah untuk kalangan bawah
cinta Indonesia adalah
mencintai anak-anak yatim
janda-janda miskinmenjaga keutuhan nusantara, dantidak menimbulkan sara
menghilangkan kolusi dan korupsipajak-pajak yang tinggi
cinta Indonesia adalah kesediaan
membiarkan alamku tetap terjaga indah
sawah-sawah yang luas, hutan yang hijausungai yang jernih, laut yang birudan tidak mengeksploitasinya
demi kekayaan pribadi, sampai ke anak cucu
cinta Indonesia adalah
menulis puisi yang menjelma jadi doa-doa sakral
200 JENTERA TERKASA
untuk keselamatan rakyat Indonesiamenyingsingkan lengan bajumembangun negrikuagar harga kebutnhan jadi murahdan terjangkau oleh kaum ibuagar mulut-mulut mereka tidak mecucu
malam pun kadang datang dengan cepatnyakeheningan menyembunyikan kegelisahankeweningan pantulan kecemasan, kerisauanatau kesulitan hidup kawula alit yang menderita.di kala seperti itu, selalu muncul sebuah tanya"buktikan bahwa kamu cinta Indonesia"
Setnarang, Maret 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 201
□ Sajak-sajak Budi Tunggal Rahayu
KONSER RAYA
Orang-orang singgahdi antara kepungan kelelahanmengalirkan peliihmelunaskan permainan nasibdi tangah pusaran rimba baja
O, Jakartamengenal senjamu yang beringasaku merasa asing dan menjadi kecilterkulai dalam tikaman
deru trem-trem kota dan pecahnya langit
Duhai kota yang dirindukandi mana keringat dan air matamenghajar keberanian dan ketakutantak berbatas
Jakarta, Oktober 1997
202 JENTERA TERKASA
KATAKAN KBPADANYA TENTANG
NASIBKU
Katakan kepadanya
berapa lama waktuku digilas mesin tanur pabrikberapa detik syaraf-syarafku istirahaku seperti matahari, pagi datang sore kembalisetiap hari langkah kakiku, nyalang matakuselalu cepat diburu waktu
menyerahkan nasib pada gemuruh mesin-mesin
Sementara momok yang meneijangku dahulutentang pemutusan hubungan kerjanyaris menjadi kenyataan, kini aku hanya menunggu saat-saat yang tidak ada batasnya. Batas yang tak ada akhimyaSekiranya cerobong pabrik berhenti bemafas
siapa sanggup menjaring seluruh otot-ototku?
Katakan kepadanya tentang nasibkuyang begitu tahan didesak kekuatiranlapar memaksaku diam
membungkuskan sisa keringat dan air matauntuk anak istriku di rumah
Semarang, Februari 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 203
LAGU UNTUK PEMATUNG
catatan untukmu: Ida Bagus Wiradnyana
Beli
jika patung-patung itu berbalas membakarmuikhlaskah engkau terpanggang olehnya?sedang tanganmu tak henti-henti meregangmengalirkan irama pahatmengukir bunga-bunga padmapada kayu-kayu yang kau kunyah dengan air mata
Ayolah, Beliteruskan tanganmu bercelotehtentang keindahan cintayang kau sematkanpada lekuk tubuh torso - yang bagai ikanmenggeliat dalam air kolam
bergerak menegakkan tawamenyentakkan gairah untuk hidup
Dan meski tanpa dipaksa
aku siap menyaksikan engkau menari dansabersama torsomu
sementara mata intanmu
mengeja kerinduan
yang berloncatan dari batang-batang sonokeling
Sekali tempo
berlabuhlah pada keheningan
ubun-ubun Parangkusumo
204 JENTERA TERKASA
meski jemarimu tak lelah
mengapit tatah-tatah besi
memasrahkan jiwa pada setiap napaspatung-patimg yang kau cipta lewattanganmu legam baja
Beli
lampu-lampu penisi mulai berkicaucahyanya sesautan ditangkap gelombangdan pasir-pasir memilih diammenghadapi amukan pasang
Temanggung, November 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 205
□ Sajak-sajak Darmanto Jatman
LANGGAM TAIWAN
Di Taroko Gorgemereka gali batu granit dengan tangan telanjangmereka basuh bongkah-bongkah mar-mar dengan air mataagar Toyota, Honda, Mitsubishiserta kita bisa lewat di siniMenatap jurang dan lembah dansungai menggergaji gunung jadi ketupatdan keringat menyempumakannya jadi segi empat, lantaitempat kita bercengkrama kini
206 JEWTERA TERKASA
PATRIOTISME KROMO
Indonesia Incorporated:Mengubah ambisi jadi dedikasi
Pulang studi dari JepangKromo belanja semangat Bushidobelajar melukis sumi'e
sembari latihan kendo
di desanya, di kebun mbako
Kalau mau gemah ripah loh jinawiIndonesia mestinya jadi perusahaan sajaAda presiden direktumya, ada presiden
komisarisnya,satpam, serikat pekerjatapi yang penting, ada Basic Philoshophynya!Ini bukan sekedar tranformasi budayaini metamorphoses bangsa!
Mampir di Semaul Undung Korea Selatan
Kromo mengembangkan gagasannyaKanuman sebaiknya jadi brigade pembangunancancut taliwanda mengubah impian jadi harapan
Generasi tua tu mestinya berkorbanmencukupkan diri dengan semangkuk buburcelana pangsi hitam dan RSSsekedar untuk bertahan
membuka harapan imtuk generasi yang akan datang
Indonesia INC
bakal mengubah warganegara menjadisumber daya manusia
Kunipulan Puisi PenyalrJawa Tengah 207
i yang memiliki keunggulan kompetitifdengan ilmu dan teknologiberkepemimpinan demokratisserta tentu saja filsafat dasar "post capitalism"
Sugih tanpa bandha!Singgah di HongkongKromo kulak Hong Sui, Goa Mia, Dung Su, dan tentu saja
Hoki
lupa Cheong Sam, Ang Pao, Amy Yip, maupun Lin Ching Shia
"Bisnis itu hidup dan hidup itu bisnis!""Bekerja cari uang itu untuk orang orang melaratmembiarkan uang bekerja untuk manusia itu konglomerat!""Sepatu tu biar indah tetap di kakitopi biar runyam tetap di kepala!"
Sampai di tanah tumpah darahnya,Nggrigak, Gunung Kidul,Kromo segera merancang proklamasi negara usahanya:
"Kami, para pemilik tanah air dan tenagakerja Indonesia
dengan ini menyatakanberdirinya Indonesia INCKemiskinan akan kami
jadikan kemakmuranKebodohan jadi kecerdasanKenistaan jadi kemuliaan!Kami sedia bekerjasama, tapi tak sudi
ketergantungan!
So, Go to hell IGGl!"
208 JENTERA TERKASA
Kita telah membangim BorobudurKita telah bangun PLTN Jepara,Proyek otorita BAT AM
Toni, Roma'sribs restaurants, Sizzler,
Hard Rock Cafe di samping kampung Betawi & Oud BataviaJadi kang, tak ada alasan untuk muramBener!
Rupiah boleh jatuh di Wallstreet,
Tembakau boleh boleh numpuk di Bremen,Yayuk Basuki boleh kalah di Wimbledon
Tapi Indonesia INC bakal tetap jayaseperti Nippon sejak jatuhnya rezim TokugawaKita punya Rendra,
Kita punya Habibie,
Kita punya mas Prayoga, oom Liem, Eyang Oei Tiong Hamdari pajak mereka kita bangun koperasidan dengan koperasi, kita angkat martabat Lik Parto dan Bik
Meniek
Okey?!
Jadi, tak ada alasan untuk ewuh aya masMari kita rubah republik jadi kumpeni
Satu negara perusahaan yang tak terbayangkanjuga oleh Sun Tzu, Musashi atau Panembahan Senopati
Demikianlah hasil langlang buana Kang Kromonjajah deso milang koriTolong jangan ditangkap
bila beda pendapat
We're entering postmodern era bungPikiran mesti terbuka
Hati mesti ikhlas dan rela!
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 209
□ Sajak-sajak Gunoto Saparie
LADIES NIGHT
habiskan, habiskanbir di gelashabiskan, habiskankacang di piring tandas
tapi apakah arti cinta?kau pun hanya tertawadan paha pualammu bercahayabetapa indah malam celaka
habiskan, habiskanbir di gelasgoyangkan, goyangkantubuhmu muda dan panas
1996
210 JEMTERA TERKASA
TAMAN
di bangku panjang itukita pemah duduk, berduabercakap entah tentang apasambil menyimak suara angin
di bangku panjang itukita pemah menjadi adam - hawamemanjakan syahwat purbatergoda buah larangan
di bangku panjang itukita pemah duduk, berdua
meninggalkan jejak dan kenanganmencoba mengekalkan riwayat
1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 211
GERIMIS MALAM DI YOGYA
dalam gerimis malamaku berdiri di trotoar
dan lupa alamatmu
yogya tak seperti dulu
dalam gerimis malam
aku tersesat sendirian
dan kenangan menggelegakmengeras peristiwa lama
dalam gerimis malamaku berdiri di trotoar
dan lupa wajahmu
kita tak seperti dulu
1994
212 JEWTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Handy TM.
SAJAK UNTUK HONG
hong,aku punya kekasihsungguh bam kali ini
nggak sangka,aku butuh banyak energidan nafas panjangseperti orang berlari
tapi bukan penderitaan, hongingat di jembatan gantungkupotret kamu dengan motormuesoknya masuk ke korankumalamnya jatuh di pintas relkereta api kantorkutiga jahitan di kepaladua luka panjang di lengan
sehari sebelum itu
aku putus cinta lagidan kau sibuk menghiburku
hai, betapa jauhnya kini kitahong
Semarang, 1991
Kunipuian Puisi Pcnyair Jawa Tengah 213
KEPADA RIRIS, KEKASIHKU
(Layang Cinta Seberang Kampus)
Riris,
pagi tadi telahkutemukan tanganmu
bercat kuku merah jambu
dan sedikit darah mengering
warna ungu
kau tinggal begitu sajatangan itu
hingga terputus tak tahusiapa melukai dirimu?
kalau engkau mencintaiku, Ririsingin kupinjam sepotong bibirmulantas kumasukkan dalam
kotak kaca, dan kuberi lampu
: menyala
inikah arti rupawan
senyum yang beku dansemut-semut mengerumuni
sepotong bibirmu?
aku rindu
beribu kangen
padamu, almarhumahku!
Semarang, September 1997
214 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak lyang Mur Ck
NYANYIAN LAUT
; ariz kalm
ada yang menusuk-nusuk dada mungkin aromagaram yang berhambur ke udaramemenuhi rongga jantungsaat angin menampar-nampardaunan pandan
di keheningan bola mata tergambarlidah ombak mengetuk-ngetuk pantaidan pasir menggerisikmelantunkan nyanyian laut saatterinjak sol sepatumu: menggenapkan kesunyian dan kelengangan
"mengapa hanya senja yang mendinginkancuaca yang mengemas keremanganmelunaskan kenangan,"katamu dengan wajah berkabut
lalu kita pun bersampan meniti tiapceruk gelombang. dan membiarkan anginmempermainkan dayungsementara kau terus saja bercerita tentangkerinduan yang kian lebamtersekat di dasar karang
Jepara, 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 215
NYANYIAN MALAM
hujan yang barusan menyelimuti bumimenidurkan daunan gelisahdan aku yang memintal mimpidi balik selimut sepi
membiarkan langit bercakap lirihdengan tiang-tiang antena tentang rasa pedih
suara sisa air hujan
yang terjatuh di genangan dan selokanmenjelma nyanyian malam yang tak usai-usaididendangkan seperti genjring
rebana di tengah bising suara-suaraterpasung tabung waktu
tapi sesekali ingin aku mengenalinyanyisunyinya, katakuketika angin yang terkirim darikegelapan menanggalkan buah mahonimenggasing dan jatuh di ujung kaki
Jepara, 1998
216 JENTERA TERKASA
AMBANG PBRSINGGAHAN
aku tangkap isyarat tanganmudi balik kaca siang itu tapi matahariyang kukuh kian tandas teriknyamenerbitkan ribuan debu tanpa bayanganhingga mengabur wajahmudi sepanjang marka jalan ituterseok-seok mencari jejakmukecemasan ini serupa keletihan panjangsepanjang jalur-jalur kawat telepon yangmenggigil menahan kekosongan udaraatau gemetar jarum jam yang tergantungdi gerbang malamrindu yang hitam masih terkapardi hamparan peta kotamu
juga sepi yang menumpuk. masih seperti duluharum tubuhmu menyuburkan ilalang yangtersusun rapi di alis mata
kau yang kukejar bayangmu bersijingkatdi bentangan pertokoandi tepian hujan masih kudengar dengusmudan bersahutan dengan sunyidan rinduku yang membeku di sebalik pintumu
bergerak mencair, mengalir, mencari tempat singgah danistirah
Nusa Indah, Semarang, 1997
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 217
□ Sajak-sajak Soedjarwo
AKUARIUM
Ikan-ikan warna-wami itu
berenang dalam kacamelenggang-lenggok di atas batuandi antara rumput airdan gelembung-gelembung udara
Dunia semarak dalam kacahidup hanyalah melenggang,makan, bercanda,dan istirahat
Ikan-ikan itu tidak tahujauh di Sana ada kolam,ada telaga, ada sungai,dan ada laut
Mereka tidak pernah berkisahtentang nelayan, tentang banjir,tentang laut, tentang ombak,dan ikan-ikan besar yang menakutkan
Inilah satu-satunya dunia,kata mereka,tak ada kolam, tak ada telaga, tak ada sungai, tak ada laut
1994
218 JENTERA TERKASA
KETUKAN ITU
Sambutlah segeraketukan itu
tamu, atau siapa saja
telah menunggu
Bangkitlah dan bukakan pintujangan biarkan lama menunggumungkin ada berita atau pesanyang hams segera disampaikan
Dengarlah baik-baik ketukan itu
pengetuk itu seperti termangujangan biarkan ia bosanlalu pergi dengan sia-sia
Kaudengar ketukan itutetapi mengapa kau ragutak dapat membedakan
ketukan pada pintudan ketukan di hatimu
1997
Kum}>u/an Puisi PenyairJawa Tengah 219
ANGIN
Angin adalah pengembarayang tak kenal lelahdan senantiasa gelisahkarena tak punya rumah
la bercanda
dengan puncak pohonandidorongnya awan
ke atas pegunungan
lalah yang meniup lautmenerbitkan gelombang
yang menyisakan busa
di bibir pantai
Jiwa yang gelisahtak betah singgah
karena di mana pun
tak ditemuinya rumah
1997
220 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Soekamto
sajak di perumahan kumuh
ingin kulukis tawamupada kebekuan alamdi pintu, jendela dan loronglorong perumahan kumuhtelah menjelma jadi monumenkilas balik kerasnya peradabanair susu ibu
sudah lama keringterpanggang sinar mataharidan terperas oleh sapuan keringatdingintak lagi mereka bisa menetekianak-anaknya yang menangis kehausan
di gang-gang becekanak-anak bermain sepak bolasambil menghirup udara pengapdan berbau comberan
mereka tak mengertiapa yang terjadibola pun terns menggelindingdari kaki ke kaki
tanpa pemah memasukkan bolake gawang musuhnya
Pleburan, 120398
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah 221
dendang perkawinan
sudah cukup lama kita berlayarmenuju arah yang tak pastidi tengah samudra kita bergetartak mengerti dermaga manayang mesti kita singgahi
kita sama-sama terpejam
terbuai ninabobo gelombang pasanghingga kita lupapada tujuan pertamasudah cukup lama kita berlayarbelum juga menemu arah yang pastisementara sinar mentari
semakin surutkan hari
sehingga melepas apa yang pemahkita mengertimana yang hams kita singgahi?
selepas lama berlayartentu ada dermaga imtuk merapatitu pun belum selesaikema masih banyak samudrayang kita amngi: inikah yang namanya perjalanan?
Pleburan, kps 090991
222 JENTERA TERKASA
yang menjelma kanak-kanak
; Erwidati Yuliandri
yang menjelma kanak-kanak
adalah kita, kau dan aku
meski bukan bermain soyang-soyangatau jamuran
kecuali tak lebih untuk diam
dan membiarkan bunga layudi tengah pembaringan
yang menjelma kanak-kanak
adalah kita, kau dan aku
meski bukan bermain bom-bom car
atau mainan elektronika
di sebuah pasarayakecuali tak lebih untuk melupadan membunuh benih yang tumbuhdi tengah padang gersangyang menjelma kanak-kanak
adalah kita, kau dan aku
membunuh segalanya secara nyata
Pleburan, 0693
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 223
□ Sajak-sajak Sri Boentoro
Ketika Dini Hari Tiba
; mbak lies & mbak dwi
lilin yang manakah hendak kutiupsemakin jauh saja ruang menciptakan wilayahnyajam menggugurkan rencana ketika dini hari tiba
kak, masihkah daun-daun jatuh pada peluhketika kita hendak menyanyi lagu teduh untuk ulang tahunmu
Semarang, 9311
224 JENTERATERKASA
China Roses
siapa bilang kita punya surgasiapa bilang jalan menuju ke sana mesti ditempuh
malam tadi
ketika aku menyaksikan bulan yang telanjangaku melihat air mata bidadari tumpahmenggenang di bawah pohonan
pagi pecah
sebuah pemandangan baru rekahtapi awan enggan berbenah
seseorang mengisahkan padaku tentangbunga-bunga mawar yang dibawanya dari cinamenurutnya itulah keindahan terakhir yangberhasil dilukis bumi
malam mengendapsore menyapukan wama kelabu
dan aku kembali memasuki belantara mimpimengikuti bulan yang seakan menuntimku
: surga, bagiku, cukuplah hujan dan kalibagiku, surga adalah sebuah dunia yangmenawarkan banyak wama dan cahaya
Semarang, September 1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 225
Lagu Perindu
desah melagugelisah membantu
: kau dan aku
merupa dungu
Semarang 929
226 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak S. Prasetyo Utomo
DENDANG ORAN6 KEHILANGAN
(1)"Tikamkan senjata ke tali, pusar, tikamkanbagai bayi tetuka kan terbang dewasa— tak ada lagi pusaka
hidup kehilangan ketulusannya
(2)"Nyalakan api ke tubuh, nyalakanbagai shinta kan sucikan dosa!"— tak ada lagi api suci
hidup kehilangan ketulusan
(3)"Bebaskan diri ke tanah samodra, benamkanbagai bima kan masuk ke garba sendiri— tak ada lagi dewa ruci
hidup kehilangan kesejatiannya.
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah
PERJALANAN SAMPAI GARIS TEPI
Perjalananku telah sampai ke garis-garis tepinafsu membuni, macam kerbau melenguhmembajak sawah musim hujanberlumur lumpur, sarat bebansebab aku-kerbau, dilecut kau-juragan!
Alangkah nyeri batas garis tepicakrawala merah jingga, langit menuaaku masih mengendus rasa laparmati sebagai kerbau di tanah garapanyang dialiri butiran keringat tiap hari.
228 JENTERA TERKASA
DARI MASA KANAK-KANAK
Dunia permainan di padang rumputkanak-kanak berloncatan
dari masa silam, ke suatu masa
yang tak teraba, yang bukan miliknya
Dari mana datangnya kedewasaansaat kanak-kanak diabaikan kekanakanyadan tak lagi bertanya-tanya"kapan say a boleh menemu hidup?"
Boleh jadi, kanak-kanak cuma peranyang dikekalkan, agar tak jatuh
pada anak-anak beringas di luar pagaryang liar, yang mengnmbar kekerasan.
Tetaplah kanak-kanak di padang rumputmacam domba dijaga penggembala
Kunipuian Puisi PenyairJawa Tengah 229
□ Sajak-sajak Triyanto Triwikromo
Pelajaran Membuat Dongeng
katamu: pesawat-pesawat yang ditanam di persawahantelah menjelma beras sungai dilewati truk hutan
jadikawasan butik arsitektur kiino menyulap jadi bank katamu:
politikjadi kucing sssssss raja jadi anjing pussss
guru jadi garong simgai jadi perkutut aummata jadi telinga
tikus jadi kuda cwit-cwit katamu: Sejarahjadi serdadu menjaga hutan menjaga laut menjaga
sekolah menjagamasjid. ssssssssss katamu: aku punya mulut
tapi kau pisau-pisau suaranyakau sayat-sayat tuhan-tuhannya
kau potong-potong malaikat-malaikatnyapusssssssss
aku kini tinggal bantu, tinggal badak. tinggal pisau.tinggal
bingung tinggal glanggangmaka rasadajallahkau rasaiblislahkau
rasahantulahkau
aku masih sabar menunggu dongeng-dongengmuaku masih sabar menunggu Sunyi menyanyi
ditelinga yang kau sumbat tank-tankmu
Semarang, 1998
230 JENTERA TERKASA
PADA SEBUAH PANGGUNG
Begitulah, di panggimgmu, aku memang bukanturis
atau Anglingdarma.Bukan Wiraguna atau Pranacitra yag terbunuh
karena Cinta.
Aku hanya Sesuatu yang kau kosong menggigilkan daun-daun.Hanya Hampa yang tak pemah kau pedulikan
adanyaDan malam ini, masih juga kau bangun panggung
bam
(dari welit, bambu dan kayu-kayu rapuh itu. Dari kecemasandan kesombonganmu)
Lalu kau sangka kau telah membangun dunia.Bukankah dari kelir demi kelir.
Lakon demi lakon hanya sandiwara belaka?
Dan kebenaran,
bisakah terbit dari bibir Roro Mendut?
yang kau nodai di tobong?Baiklah, di panggungmu
aku memang bukan Patih Agung. Namaku:Suwimg.
Aku tak butuh berpura-purajika hanya menggigilkan tubuhmu yang telanjang,
jika hanya untuk mengingatkanmupada kehamman seribu makam
Karena itu, Adam! Suwungkanlah panggungmu! Sebab:sandiwara telah berakhir saat kau
temsir. Saat kau hams berlari berabad-abad
mengejarNya kembali!
Semarang, 23175
Kumftulan Puisi Penyair Jawa Tengah 231
SAYA LIHAT lA MENARI BERABAD-ABAD
saya melihat ia menari berabad-abad di lauthijau. Laut yang menurutmu bagai semestasajadah: ruang tempatmu mengucurkan
doa airmatamu.
saya lihat ia menari berabad-abaddi pandang biru. Padang yang menurutmubagai sabana Masyar: negeri tempatmu
menanti Cahaya. cahaya hidup matimu. sayalihat ia menari berabad-abad di mripat imgu.
mripat yang menurutmu bagai jurang ngarai;daerah rahasiamu bercumbu
dengan dosa-dosamu
saya lihat ia terus menari berabad-abad.telanjang. Tanpa sensor menggodamu.
akh, dosa itu, Gusti, adalah penari-penari
tanpa penutup aurat yang menari-nariberabad-abad bersamaku.
kini kami datang kepadaMu, Gustipejamkan mripatMu!
Semarang, 149/9
232 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajakAchmadD.S.
PASAR MURAH
Ketika orang mendesahmuncul Pasar Murah di mana-manasusah tetapi hams betahbiar cuma sejenak kurangi gundahuntuk esok pagi entahsemua hams dihadapi dengan tiada resah
Apa yang hams kami lakukan lagiSetelah persediaan beras jatahhabis disantap selumh keluarga rendahapakah Pasar Murah digelar oleh yang berlimpah
Indonesia telah swasembada pangankami lapar bukan karena tidak ada yang dimakansimpul-simpul pun sulit dilacakkarena yang mengacak ikut berteriak
Laki-laki tidak canggung lagiimtuk meremas-remas bungkus plastiksuaranya seperti rintihan kaum dhuafayang selama ini papa karena jarang dirabaorang pun sibuk berkarya politik
Pasar murah suatu ironidari bangsa yang mampu iur kepada bangsa lainbahkan bukan di negeri sendiritetapi sudah menyeberangi luasnya lautan
234 JENTERA TERKASA
Pasar Murah seharusnya tidak usah adakalau hati ini tidak lag! ditutup ambisi ekonomikesengsaraan sesama seolah buka pekeijaan rumahyang hams dirampimgkan tanpa hams diperintah
biar cuma sejenakpasar murah mampu meredam hati tidak enakapakah cinta pasar murahdijadikan topeng bagi mereka yang serakah entahlahgudang memang miliknya manusia yang di bawah
Sala, 26 Februari 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 235
Bung Yang Kita Kenal
Dulu kita kenal empat Bung
Bung Kamo, Bung Hatta, Bung Sjahrir dan Bung Tomokepada nama apa kami hams menyebut Bungbukan pekerjaan mudahtidak setiap orang dada menebahaku adalah Bung kalian
mari Bung Bung dari segala macam Bungkita isi empat humfdengan satunya kata dengan perbuatanzaman tidak lagi membiarkan kata Bunghambar karena kehilangan esensi dan naluri
Sala, 26 Fehruari 1998
236 JEMTERA TERKASA
□ Sajak-sajakAndrikPurwasito
SAJAK SEMANGKOK SOTO
Di dalam mangkok soto tergambar bimga cellingSendiri. Aku sendok dan kusimpan dalam hatiSelamat makan! Entah kapan menemuinya lagiWalaupun 1500 mangkok dipesan sekali tak bakalkamu hadir kembaliSeperti petani sehabis menganai padiSawah kembali perawan, hanya air, sisa batangdan bekas jejak kakiPersis padang Kurusetra ketika Bratayuda tlah usai
Di dalam mangkok soto ini kali tergambar raja walimengukur jarak ombak dan pantai"Bon appetit! Merd beaucoup!" kimikmati selagi mampuWalau bunga tak lagi mekar dan angin tak lagi sejukDemikian rindu datang semangkok soto berbagi kapang
Gading - Sokaraja Kulon, 1995
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tenyah 237
MEREKA YANG MENCINTAI KEHIDUPAN
Kini sebagian orang tlah kehilangan kata-kataRibuan kampung-kampung dibiarkan terapungSebagian yang lain membangun patung di sudut-sudut kota
Kini banyak orang merasa jadi matahari yang menyinari bumipadahal setiap hari ketidakpedulian muncul di koran dantelevisi
termasuk ketakpeduliannya terhadap anak cucu sendiriBanyak orang bangga merasa berjasa, pada kesalahanslalu dilimpahkan ke lain orang
Kini banyak orang merasa jadi bulan padahal ia tak lagi mampudengar jerit tangis tetangga kesusahanBanyak orang merasa tlah berbuat banyak untuk bangsa dannegara
Padahal lebih banyak lagi yang diperbuat untuk kepentingan dirisendiri. Banyak orang merasa tlah menjaga dan melindungirakyat
padahal lebih banyak orang yang memeras dan menginjak
Masih banyakkah orang yang peduli deiita orang lainMasih banyakkah orang yang dapat mencintai kebenaran dankeadilan. Masih banyakkah orang yang berbicara dari hati nuranisendiri. Inilah yang kita butuhkan sekarang, esok dan masa akandatang. Orang demikian tak perlu merasa jadi matahari, jadibulan,
jadi pahlawan. Kecuali berpikir, berbuat, bertindak bagisaudara
kita yang bodoh dan tertindas
Surakarta, 1995
238 JENTERA TERKASA
SAJAK SEGELAS TEH
Di sore gaib mendung menjauh krena kau datangtambatkan sauh
Sudah lama terbayang pengin prahu berlabuhHati kita saling terdampar di pulau jauh
Sekarang berdua saja melewati senja putih tanpa lampuTanpa riuh rindu sudah terlalu lama tak saling tahuUntuk apa malam jika semua tlah kita ingkariJanji bercinta, janji membangun rumah, janji bercengkrama?Jeng,
Rahasia sudah milik kita kenapa musti dibukaKita tlah bersama melintasi malam tanpa bebanApalagi, adakah yang terlupa. Tak perlu ditanyakanSegelas teh di meja habis sudah tak bersisa
Sokaraja Kulon, Musim Hujan 1996
Kumpulan Puisi Penyairjawa Tengah 239
□ Sajak-sajak Bambang Karno
SAJAK KAKUKU
kutelusuri lorong-lorong misteri ini dengan kaki kakukuyang lama kubeku dalam rendam suci jiwakukurajut sepi-sepiku sambii berharap dapat bertemucahaya ilahiku yang lepas dari rohlenyap termakan keadaanaku kelu dalam tak menentuaku termangu dalam ragukegamangan menjadikan kaku unsur-unsur tubuhkuyang kadang menjilat menyulut hasrat berbuat jahatwalau sesekali keluar gerutukuapakah tetap bisa bertahan dalam imansementara diam tak mengubah keadaandan bergerak pun tak menjamin keberhasilan
Wonogiri '97
240 JEWTERA TERKASA
MATA JIWA
mata jiwa
bukanlah mata uang yang mampu membungkam ataupimmengekangbukanlah mata-mata yang memburu musuh kejahatanpun pengkhianatan
ia dekat mata hati
ia mampu menembus ruang-ruang rohani menelusuri nadi
mendobrak otak menyulut denyut kehendakkadang menjegal kadang mengekangkadang mengumbar keleluasaanahai
betapa indahnyabagi yang bisa memanfaatkannya
Wonogiri, 1997
Kunipulan Puisi PenyairJawa Tengah 241
DI SINIKAH PINTUMU
di sinikah pintumu
aku kan membukamu
setelah sekian waktu
melesat memburu nikmat
bukan aku lupa akan kamutapi alam yang membingungkankubetapa tidak semua ituketika dulu aku sering membukamudengan kantong murah rupiahkusambil berdendang susu oh susutiba saja tanpa terduga jadi gulitagelap pengap dan sesak di dadakemampuanku tak bisa menembusmubahkan mataku kabur baru saja di depanmubenarkah di sini pintumu
tidakkah akan jadi seperti duluapakah aku mesti membuta matakuuntuk dapat mendobrakmujawab! aku sedang ditxmggu
242 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Koes Buris
SAJAK BUAT DEHA
sengaja kupahatkan sajak inidengan kilau pisau pada jalananyang risau saat kutapakihingga tak terasanyeri di tangan berlumur darahlantaran tak mungkin kusambutkehadiranmu bersama anginyang tak jelas arahnya
buat apa menjemput anginbila dalam sekejap berubah badaimemporakkan setiap tamanmerontokkan kuncup bungapada tangkainyadan badai bisa saja antar kerandayang terbuka bagi semuawalau keriput dan uban belum menyapasementara kau tabu pastikubur belum lagi tergalidan tubuh yang lukamasih ingin menari bersama mentari
maka datanglah bersama anginbila semilimya tawarkan kesejukan
Solo, 14 Februari 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 243
WARNA
wama-wama gelap yang memancar
pada dinding-dinding retakdalam sebuah ruang
tak senantiasa tawarkan kelam
bagi tiap mata yang mengitari
wama memang laksana kata
yang mewakili suasananamun suasana tak selalu
bemuansa sama
dengan genangan wamayang ditenggelami dasamya
maka tak perlu berhias kelabudengan lekuk wajah murambila terjebak dalam pusarannyapercikanlah senyum pelangidi tiap sudut mang sepi
Solo, 30 juni 1997
244 JENTERA TERJCASA
HUJAN TURUN DI SIANG HARI
hujan turun di siang hari, mamapadahal sebelumnyatak ada petir tak ada mendungmenggelayut di batas pandangdan kemarau pim tersenjnimmenari di bawah curahnyaingatkan pada masa kanakbermain bola dengan tubuh kuyubsementara malamnya
hangat dekapmu nyenyakkan baringku
hujan turun di siang haribolehkah kubawa masuk sejuknya, mamakan kusimpan dalam dada
biar wajah-wajah muram di dalamnyabisa lantunkan pesona tembang
hujan turun di siang hariikatlah pada tiang-tiang rumah, mama
kan kujaga sebisanyabiar badai tak dapat menghempaskannya
biar mata tak lepas menatap
mimpi-mimpi yang terbawa
hujan tunm di siang hari, mama
Solo, 26 Januari 1997
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 245
□ Sajak-sajak K.R.T. Sujonopuro
BBRTEMU FRANCIS DRAKE DI PLYMOUTH
Langit Inggris begitu benderangMatahari musim panas menghidupkan pantainyabegitu cemerlangAku berbaring dekat Francis Drake,Menggagas siapa yang layak dipatungkanMacam dia, dan dipasang di pantai selatan pulau Jawa
("Nyai Rara Kidul, sekarang aku sedang di Playmouth.Di sini pantainya bersih.Tak ada sedekah laut atau lainnya.Tapi juga tak ada copet dan polisi!")
Tiba-tiba Francis Drake menyapa aku.Aku terkejutLalu kubalas dengan malu."Frans, jangan engkau begitukan aku.Aku ke sini bukan menziarahimu.
Malah mungkin menziarahi diri sendiri.Apakah engkau dulu sempat mampir negeriku?"
Patung itu menggelengkan kepalanya.Aku menyayangkan tapi juga lega.Aku tidak jadi malu pada dia,karena pantai di Jawa yang penuh plastikdan tai kuda.
"Frans, ketika engkau habiskan hartamudemi mimpi gila Amerika,di tempatku belum ada orang sekaya kamu.
246 JENTERA TERKASA
Sekarang sih banyak sekali.Bilyimer bangsamu kini sudah kutandingi.Cuma jangan tanya itu siapa,dan dapat karena apa"Francis Drake mengerutkan keningLalu menatapku.
"Lho...kenapa?""Ah, nggak apa-apa Frans.Pokoknya...Please don't ask me about it!Don't ask me, please..."Patxmg seperti mengerti apa yang terjadi."Apakah yang kaya itu sedarah dengan yang kuasa?""It doesn't matter Frans, it doesn't matter.
Itu sudah sesuai dengan filosofi kami..;Kita cerita yang lain 'aja deh!"
Patimg itu tegap menatap laut.Meneguhkan Plymouth.Aku diam-diam malu kepadanya,karena telah menipunya.
("Nyai engkau juga sampai Plymouth?Atau di sini ada Rara-Rara yang lain?Anu... Nyai, aku masih saja takut,tapi bukan lagi kepadamu.Makanya Frans terpaksa kutipu")
Orang-orang bebas mereguk musim panas
Bercengkerama di rerumputan tanpa ketakutan.
Francis Drake menjaganya.Orang Inggris biasa saja kepadanya.Tak tampak takut atau menjilatnya.Tak juga cepat-cepat menjadikannya pahlawan.
(Cunipuian Puisi PenyairJawa Tengah 247
Frans memang bukan penguasa.
Tapi penguasa besar tentu mirip dia:tegak di hamparan rerumputan,dengan tidak menebar ketakutan
("Ah Nyaiiii Nyai..., kami haus tokoh yang layakuntuk dipatungkan di hamparan pantaimu,dan jadllah mercu hidupku!")
Patimg Francis Drake tegak menatap lautmenjaga PlymouthTapi resah sejarah ini malah makin menjemputOh..., mengapa selalu saja ada yang luput?
1997
K.R.T. Sujonopiiro
248 JEMTERA TERKASA
CARDIFF MEMBISIK KEPADAKU
Menara molor tak terhinggaMenggigilkan tapakku batu demi batu
Ruang panjat semakin lembab,
mengungkung siapa mesti bagaimanaAh.,. Cardiff, engkau dekatkan daerah asalku?
Memori bergetar di dinding gereja tua,dalam pahatan nama yang sudah dijemput kematian. Danketika cicit burung senyap di ujimg-ujung relung,Cardiff membisikkan nama daerah itu
1997
K.R.T. Sujonopuro
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 249
MENEGUR HUJAN
Hujan meneduhkan pesiar jauhselewat kota-kota basah dan rusuh
Hujan lalu menggenangi bantar harapantak hirau sepetak rencana jadi kacaudan
semua renta sebelum masa depan
Jan, Hujan.... tahukah engkau republik hati?dari benua cinta dan ketidakberdayaan
aku sudah di sana
tinggal bersama kata-kata
1998
K.R.T. Sujonopuro
250 JEWTERA TERKASA
□ Sajak-sajakMuchus Budi Rahayu
kesaksian
; mas bambang kentkut
di pekuburan nanti, aku membayangkan begini:orang-orang hening bersimpuhdari celah kelopak matalayaknya gerimis pagidanau ketabahan luluh berjatuh
di jalanan yang meraimg-raungaku nyanyikan lagu hitamtentang petualang yang lesumerebut nasib yang tak pemah terbagiaku akan tenis menyanyisampai tenggelam, sampai tenggelampada lagu-lagu sepipengiring langkah ke kuburan
kepadamu aku hendak berceritadengan segenap pengetahuanku yang hijautentang sungai yang gemericik akan tersentakdisunyikan oleh aliran pasangsamodra yang tidak terjajagi
dan daun kau lempartelah lama hanyut ke hilirmenjelma nisan: tanpa nama
Kampung Baru - Solo,Juli 1996
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 251
aku buru kamu suku menghilang
di mana sekarang kamu beradasuku menghilangmencetak barisan pencoleng dan pencuriatau menghapus jejak kebesaran moyangdengan ujimg belati
aku ragu masihkah kau selipkan cintapada sol sepatu anak-anakku hijau kau bawa
di mana sekarang kamu berkumpulsuku mengasing
menghirup udara fitnah, minum air penggerusanatau merajam anak-anak dengan bulat telanjang
aku sangsi masihkah kau beri pilihanpada nasib anak-anakku hijau kau tawan
sepagi ini, sudahaku buru kamu hingga di sini
di kepulauan mustahil terbacadi sebuah negara tercecer dari peta
Gunungsari - Surabaya,
September 1997
252 JEMTERA TERKASA
di atas meja kerja
adakah cinta akan kemari
pulang kandang gegimas piaraandi mana tawa sebagai lilin mengeras tembaga
pembicaraan ini bam kita mulai
marl siapkan kopi tubmk, setumpuk buku di kepala"langsung buka halaman setengah!" semmu, lalutak henti kita suntuki
saat kubalik halaman berikutnyadi mana kamu waktu itu
menghilang begitu sajaseperti gema yang telah lama kehilangan kataseperti bau yang telah lama kehilangan bungabersama dering telepon datang dari luar kota
sebagai layaknya anak-anakdengan menganyam pandangaku akan terns mencarimu
sampai lamt di malam bulan mati
Kemlayan - Solo.Januari 1998
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 253
□ Sajak-sajakMuddiono
KANVAS PENCARIAN
bagi: almarhum didik suardi
berikutnya kau lukis hihansedang berdandanduduk di pojokandi penghadapanmu yang pasrahdalam titah penghabisan
di jiwamukanvas itu menari dan bemyanyiekstase dan sujud sendirimencari ruh kesejatianyang sejak lama kau rindukan
Solo, Oktober 1997
254 JENTERA TERKASA
IMAJI LIAR
dilihatnya
bulan tidur telentang
tubuhnya telanjang
dipotongnya dada rembulan
dibawanya pulang
buat disantap pejantan
Solo, September 1997
iCunif>ulan Puisi PenyairJawa Tenyah 255
CATATAN MINA
Telah Kau kirimkan
kereta kencana surgamu
Lewat api yang melumatkanJiwa sujud kami.dan dihadapanMu, kami bersimpuh
Menyatulah, wahai kekasih.
Solo, 1998
256 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Mk Zaelani Tamaka
RITUS BURUNG
; mengenang Subagio Sastrowardoyo
Hanya bunmg yang bisaMengerti tawa malaikat"Tangkaplah" katamu"Agar kita mengerti isyarat alam!''
Membaca garis-garis ayatKepak burung menghembuskan anginMeniupkan apt nuraniDalam sayap diri
Saat burung-burung pergiPulang ke sarangnya masing-masingAku hanya bisu. Diam!
Surabaya, 1995
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 257
KICAU BURUNG
1
kicau burung inilah yang mempertemukanAku dengan Mu(pada malam larut, kicau burung berderai bersama deburhatiku)
oooh, dalamnya samoderakudaki gunung-gunung di antara beribu sepidalam kesunyiankukutatap masa silam yang gemuruhgelisah mendayungkan sampan sampai ke pulau-Muoooh, di peta sepi inikujaring beribu malaekat dengan jalamakrifatku
2
Kicau burung kali ini benar-benar mempertemukanAku dengan Mudi antara kesunyian batu-batu kaligemerisik mentasbihkan nama-Mukurajut rumah-rumah hati dari batu-batu simyidihiasi dinding-dindingnya dengan burung-burungyang berkicau atas kebesaran-Mu(di hati ini: bersarang burung-burung sunyi yang menyanyikankegaduhan)
Surabaya, 1990
258 JENTERA TERKASA
SAJAK BUAT OI
Seperti tak kenal duka, burung-burung menebarkanBenih kesunyianPada ladang-ladang kerinduan, kau-aliri sepikuKautanam beribu benih dan sekian kali
Siap Kauketam butir-butir dzikir memupukKekekalan-Mu, kerinduan dan kesetiaanku
Duh. Duh. Yaa, Rabbana. Yaa, Rabbana
Apakah bisa kulukis pertemuan iniMeski hanya lewat kicau burung sekalipunAntara benih dan kerinduan
Melebur dalam kesejatianHanya kelu yang bisa kupandang dari danau-MuDi antara keluasan dzat, betapa kecilnya akuDalam samodera kebesaran-Mu, aku hanyalahSampan, yang siap Kau bawa berlayar (dalam Badai sekalipun)
Duh. Duh. Yaa, Rabbana. Yaa, Rabbana.
Biarkan kutanam sepu dalam sanubariku
Surabaya, 1990
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 259
□ Sajak-sajak Roeswardiyatmo
SUATU KETIKA
di lorong kumuhsudut sebuah kota, suatu ketikaAKU lepas sepotong rotidan semangkuk sup macaroni
bocah-bocah jalananmengacungkan jari-jarimengadu rusukberdesak mengadu sikumelengking teriak:lagilagilagi!
oke!
jawabku
darahku membara
orang-orang yang lewatmencium wangi bau rotiaroma sup macaronidari ujung bibirbocah-bocah jalananmaka
bemyanyilah mereka tentang AKU
260 JENTERA TERKASA
tapi
di puncak bukit ini
TUHANku
ingin kembali aku ke kandung rahimMUdengarkan bisik nuranidan detak jantungMu
1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 261
DUSUN MUSIM PACEKLIK
Rumah-rumah menyerap cahaya bulanmeyimpannya dalam selimut debudan sampah dedaunanbertebaran di atap gentingnya
Kusapa bayang-bayangtermenung di balik jendelaSelamat malam!
Lelakimu giliran ronda
Perempuan legam telanjang dadaMatanya sayu menatap langit malam
Dia ingat pasti
hampir genap seratus harirantau lelakinya
teteskan deras keringat di Jakarta
Daun jendela pelan mengatupMalam sepi
Dinginpun memagut
Ranjang tak berderit
1998
262 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak R.S.W Lawu PU.
Kepada Mikha
Aku hanya ingin berceritaTetes darah itu masih adaLuka itu terbuka lagiSedang saat ini matahari telah usai
menggelar layarUntuk singgah di pangkuan bumiEntah mengapa hati jadi mirisSemua memerah senjaSemua tak berdayaMenatap kepergian satu jiwaTinggal satu daun lagiTegar menggantung pada dahannyaMenantang topan badaiYang membawa pergi pohon-pohon hutanBeserta aku yang berteduh di bawahnyaMenanti sesuatu yang maya
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 263
TANPA JUDUL
Mawar itu merah
Tapi lihatlah masih lebih indahDarahmu yang mengering dan lekatPada sepatu petugas keamananYang hinggap di mukamu kemarin malam
Melati itu putihTapi sungguh masih lebih bersihHati anakmu yang bermain dengan gerimisTanpa prasangka dan tanpa bebanPada selokan coklat hitam
Embun pagi ini jemihTapi bukankah masih lebih beningAir mata ibumu yang mengalirDi depan puing-puing tinggalnyaYang kini rata dengan tanah
Jalinan derita yang kau rangkaiBersinar berpendar-pendar
Di tengah lumpur anyir menghitamYang siap menenggelamkannya
264 JEMTERATERKASA
SURAT KEPADA IBU
Ibu, ini aku
Anakmu yang menanggung rinduPada rengkuh pelukmuIbu, di sini aku
Dengan sejuta cita-citaIngin menggenggam duniaAkhimya terkaparDi pinggiran kota besar
Bersama mereka semua
Yang menghuni malam-malam gelapVan merajai lorong-Iorong kelamYang mewamai slang dengan derita
Ibu, aku tak tahu
Apakah esok aku masih bisa
Untuk berkeluh kesah lagi padamuSedang saat ini tanganku sedang berdarah
Aku tak tahu bagaimana mencucinya
Ibu, hanya satu yang aku tahuKau tetap menunggu aku
Dengan kidung-kidung malammu
Ibu, aku pun masih rindu
Kutnpulan Puisi PenyairJawa Tenyah 265
□ Sajak-sajak Siswanto
Nina Bobok
Angin di luar adalah diriku yang terkapardiantara daun-daunanAdzan tetap meninabobokkanku imtuk lenadi antara teduh pohonanAku pingsanAku mimpitak pemah terjaga
Ungaran, Januari 1996
266JENTERA TERKASA
Kandas
Aku tidak bisa bertanya pada hari ketika turun hujanmemandang kekosongan ruangandan kekosongan-kekosongan lain yang tengah menaridalam sebuah episode penataran
dimana gemumh ketidakpastian
selalu ngambang
antara kekosongan dan kebimbangan
Kepanikan begitu mencekam bicara
antara benturan-benturan kaca jendela
Namun
begitulah Ada-Muselalu memancar pada sinar
menyusup di antara kamiyang selalu berkelakar!
Ungaran, Januari 1996
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 267
Sunyi
Bercakap dengan sunyihening hati
hening diri
Kunci mati hati
Kunci mati diri
lahir kembali aku:
fitroh
sejati
Dalam sunyi
keterhinaan adalah kesalihan
ketidakberdayaan adalah kekuatan
Dalam dekapan semesta yang tenang
kembali aku telanjang
kapan Engkau datang
TBS 1994
268 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Sosiawan Leak
RUMAH
kemanakah engkau hendak berumahjika jaman yang mengelu-elukanmukelak telah lelah memihakmu?
sedang sekarang kau bangun rumahtanpa jendela, ventilasi dan lubang-lubang cahayaatap dan genting rapatnyapun tak memberi kesempatan pada langituntuk mengenalkan kesadaranlewat keluasan dan keleluasaaan wamanyasementara sinar yang kau siarkandari lampu-lampu kendalimu kerap luput maknanyasebagai pelita bagi bara yang mesti jaga di tiap dada.hingga kau paksa;gelap, terang, gulita dan cahayamenetapi hukum yang kau goreskan sesukamu(seperti putra sang suryamereka ada dalam cengkram dan kuasamu!)dimanakah nyanyian anginbisa berjumpa dengan tarian sahajanyajika kekasihnya; arahkau tawan di kamar tidur
bersama pasangan selingkuhmu; kecemasan?sedang kau bangun rumahdalam miskin iklim dan papa cuacahingga merana angin dan udaratak bisa nembang dan berlarian di cakrawala buka.bahkan dengan gampangkau pasang pengatur suhu dan penyeragam udara
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 269
untuk mencipta semilir semu dalam skenario kehidupangincu
(seperti putra sang bayukau pun berhak membekap angin dan udara di pusaran arahyang sama!)dimanakah suara-suara sederhana
bisa melunaskan rindu
dengan pasangan kangen yang mereka cintai; nuranijika bisik-bisik kehidupankau pekakkan dengan slogan-slogan nir rasa nir logika?sedang hidup di rumahbukan hanya membutuhkan pembenaran-pembenaranatau propaganda-propaganda cumahidup dan menghidupkan rumahadalah perjalanan dinamikagerak tak tertatanamim bermuara pada keanekaragamanyang sempuma dengan syair-syair semestanada-nadanya tak bisa kau rumahkandalam rumah hampa suara
dalam ruangan tanpa udaralewat kebijakan cahaya yang tak terbuka.dimanakah engkau menimba keluasan pandanganjika satu pintu yang tersediapim senantiasa tertutup daunnya,dan kimcinya tlah kau sembunyikandalam peti gulitacuma kau sendiri yang kuasa menemukannya!
Solo, 16 Januari 1996
270 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Sus S. Harjono
DESEMBER
Kutemukan kini, tempat paling sunyikulabuhkan segala perjalanantetapi, perahu itu ahmengingatkan aku pada tempat-tempat jauh!
Tetapi kini, telah kulipat layarmenjadi alas peraduanku, kini dan entah nantibersamamu,kuronce bunga-bunga meski tak lagi punya wamadan aroma itu ah, mengingatkan akupada taman-taman
Kudapati di sini pada Desemberkau pinang segala musim-musim lalu, kinilewat cakrawala kuterima pesan burung-bunmgyang lama terbang tinggalkantinggal di tempat ini,bayangan serpihan pengabdianmembunuhku dalam kuning janur-janurmenghiasi tidurku
sementara aku istirahat di sini
menemukan kasih-Mu
akan kuubah segala penderitaandengan kekuatan doaantara kepasrahan dan kenisbiandi sisi dua manusia mencoba melampaui batas-bataslangit dan cakrawala
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 271
dan akan kukembalikan kebimbangan inipada-Munya Rabbi
Kucari api-Mumenghangati gigil nuraniperkawinan inidengan matahari-Mudi beku musim Desember-Mu
Sragen, Februari 1998
'2J'2^ JENTERA TERKASA
SAJADAH I
Adalah daun-daimMu
ranting-rantingMuakulah burung-burung yang menggigilterperangkap MusimSunyi dan Kegelapanlangit di tanahku berbaringkabut asap menyesakDadaku sesak
Bimmg-bunmg yang menggelapmenggelepar mencari ranting keringkubaringkan resah dan gelisahdi bebatuanMu
candi-candiMu
kuusung doa-doakubawa kembang dan dupamembumbung tinggi ke Langit bencana
Kubentangkan sajadah inidi atas permadani rerumputan tak lagi hijaudi atas iga-iga menancap tonggak-tonggakbaja di dada Kami
dan ladang-ladang yang hilangkebun-kebun tnmbuh bunga uanghutang-hutang tak terlimaskantak lagi biru wama langit kamiairmata mengalir perih
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 273
DONGENG
Antara tidur dan jaga
Sunyi menemani malamsayup terdengarkau mendongengkan tentang kelicikan kancildan kerakusan srigala
menelan malam-malammu,
memakan lautmu, gunung, tanah, darah, keringatdan seluruh suaramu itu,
hingga kau cuma diam dan bcrpasrah dirimenyerah di tikar Ilahikarena segala tangkas dan kakiterjerat janji,termakan hutang-hutang tak terlunaskan
sampai malam tenggelamkau masih dalam buaian Bundayang perkasahutan, gunung, sawah, lautandi Rahimnya,
tetapi mengapa tak bisa menyembuhkan Dukabulan pasi menemaniseekor kancil berlari-lari dalam Taman
aku berusaha mengusimya pergisebelum pergi
tetapi di ujung pagi, ganti Srigala melumat bulan
Bulan hilang,
Jagat tanpa cay a
gelap
274JENTERA TERKASA
kancil dan srigala muncnl di dada berlumur darahmerah segar habis melumat Bulan
cerita tak pemah berakhir, dongeng-dongeng Ibu menjelangtidur kita
Sragen, Maret 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Ten^ah 275
□ Sajak-sajak Sutarno Priyamarsono
MISTERI HUJAN
Angin menepi, sumilirdingin yang diamderai yang terdiamdarah yang tergoncang, tergoncang
Solo, 1996
276 JENTERA TERKASA
SEPI SEKALI
Sudah larut sepi sekarang. Ranjang kita pakai untuk berdiammengaso dalam mimpitidak bergoyang-goyang lagi
Solo, 1996
Kuniffutan Puisi Penyair Jawa Tengah 277
ADEGAN DALAM HUJAN
gemumh pun belum berhenti dan hujan makin membuatlubang-lubang yang dangkalanakku belum pulang! ia tadi belajar ngajisementara anak itu tercenung memandang airdan ibu itu tercenimg memandang berasdi panci
Solo, 1996
278 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Tok Indratno
SAJAK KEPADA TUAN YANG TERHORMAT
Sungguh saya kasihan kepada tuanyang terhormat yang selalu meneriakkansuara biar tambah bermakna
yang selalu menyiasati kata-kata
Sungguh saya kasihan kepada tuanyang terhormat yang selalu berargumentasipada pembahasan program dan rencana-rencana
sebenarnya proyek ini untuk kepentingan siapasungguh saya kasihan kepada tuanyang terhormat kala tuan cuma dianggap mitra pakaidasi agar kelihatan lebih terhormat lagi
Wonogiri, 1995
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 279
PENGKHIANATAN
Sambil serahkan pedangYang Mulia berkata; Aku butuh PanglimaDan engkaulah orangnya
(genderang, sangkakala, bendera-bendera, cakrawala penuhmantra)
Di padang rekayasaDemokrasi penuh lukaKeadilan penuh lukaKeadilan, kejujuran-fatamorganaKesetiakawanan asing dan langkaKebenaran hanyalah sabda sang raja
: maka setelah yang
semula sangsi menjadi pastisemula lawan menjadi kawanYang Mulia terbirit lariKesepakatan telah dihianati
Di padang KurusetraSeorang Panglima kambing hitamMati
Dieksekusi kawan sendiri
: Yang MuliaAku ingin kembalikan pedangmuYang nancap ngiluDi punggimgku!
Wonogiri, 1995
280 JENTERA TERKASA
PRIMORDIALISME
Kutuklah aku
Si Malin KundangBatu berpeliik perahu"Kau anakku
Tapi berpaling daii ibumu"
Kutuklah aku
Si Roro JonggrangMerubah malam
Wama jerami jinggaNyanyian lesung perawan tua
Kau kutuk aku
Karena 'ku perjuangkanPetani mengolah sawahDi tanah sendiri?!
Demi kejujuranHams kukatakan
: Terkutuklah
Kau!!!
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 281
□ Sajak-sajak Wary Wirana
PERPISAHAN
Perpisahan ini, betapapun ikhlasnyaTetap sebuah kehilangan yang menyakitkanKucur liika-luka purba menggeram perihSepi dan kosong merangkai hari-hariWaktu terasa mati pada jam dinding
Umur bertimbun uban menyuburTapi kehangatan jemarimu tak lagi singgahmenemani gerak usia mencabuti putih rambutPohon blimbing wuluh yang kita tanambuahnya merana di batangnya yang mulai meninggiSayur asem jangan bening tumpah di depan mulutku
Sepasang kaos kaki yang kau siapkanmenyambut bayimu, menggetarkan serat-serat beku dindingbesi kala kutimang dari keranjangTapi hati yang terlanjur hangustetap merenda jarakDan kepedihan terus berpestaMenikmati kita
1996
282 JEhlTERA TERKASA
MONUMEN NASI TUMPAH
Tak ada lagi pagi atau soreKoran-koran harian juga absenJam dinding dan jas hujan tak lagibemilai leblh. Pagi sore satu wama
Terlempar ke sekian tahun silamDengan usia bertambah rambut beruban
Kesendirian, lapar dan dinginTeramat kuat menelikungSatu kaki sudah berpijak dilingkar kebahagiaan, diserimpungSatu tangan sudah menyentuh manis maduditebas hingga pangkal jiwa
Bedak harum hangat tubuhmuTangis bayi manis senyumMenjadi monumen nasi tertumpahdi ujimg bibirku
1996
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 283
SUNGGUH AKU TAK EISA LAGI MENANGIS
Simgguh, aku tak bisa lagi menangisMeski hanya tangis tanpa air mata tanpa suaraNamun tak sudi hanya berserah pasrah
Aku tak bisa berpaling lagi
Amuk menggelucak nubariKeberanian menggedor nuraniBerjuta tangan rakyat ngacung ke langitBangunkan jiwa budak rebut harkat harga diri
Tapi gemuruh ombak laut ituTak sampai ke pantai
yang sudah lama kehilangan batu-batu karangSementara butir-butir pasimya, justru
Membutakan mata
Sungguh, aku tak bisa lagi menangisMeski hanya tangis tanpa air mata tanpa suara
1997
284 JENTERA TERKASA
□ Sajak-sajak Wieranta
SEORANG GURU
Berkatalah seorang guru kepada muridnya:"Matahari kelak terbit lewat kolam
bening aimya tak henti mengalirkansusu kehidupan. Kau mesti celupkanseratus pena dan asah buku sabanbintang itu jatuh bersama kabut"
Lantas sang guru berjalan susuri sungaipanjang pencarian kunci pengetahuanNamun bulan telah mekar pada pagiyang sibuk membereskan gugusan sepi
Sekarang siapa saja tersenyumsaat seorang guru menghantarkanmurid-murid ke gerbang Kebodohansebab ada kegelapan pengetahuanada api bemyanyi di kelam pedih
21 Mei, 1998
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 285
TENTANG KEMATIAN
Ibu Kandung: Kamis, 30 Juni '94 pkl4.00Ibu Mertua: Kamis, 8 September '94 pk 23.00
Alangkah nyatanya kejadian ituhidup tlah tiada: tinggal sepirahasia apakah di balik kematian?sebelum datang kita begitu dekattiba-tiba terasa sangat jauh: tanpa batas
Senyatanya, menyaksikan orang matitidak dengan menangismenyesali hal-hal yang telah laluOrang mesti tahu: kematian itu nyatasiapa pun bisa dan akan mengalami
Jangan lemah karena lihat Sang Kematian tataplah. Betapa iaakrab dengan kitabila kini mereka: besok siapa?mustahilkan kita?
hidup temyata sisi lain dari kematian
21 September, 1994
286 JENTERA TERKASA
PERJALANAN SEORANG KSATRIA
Gadis kecil menangis ketika ksatria akanberangkat masuk ke dalam kabut: menggodanyadengan tangis dan asmara rinduLalu lagu itu dilantunkan, sebetulnyalahlebih nyaman di rumah bermain dengangadis kecil dari pada beijudi dengan kabutNamun sang ksatria sadar kabut hams direbut
dengan keringat dan derita.Kabut akan lenyap bila hanya untuk bermain, bercanda,berindu dendam dengan seorang gadis yang mungil
Sang Ksatria pun berangkat dengan tipu daya, membujuk,menilapkan
gadis kecilnya.Dan ia berhadapan dengan dirinya sendiri, rindunyasendiri
yang melelahkan, derita dan gelap jalan menumbuhkan
gambaran betapa lebih nyaman di rumahNamun sang ksatria sadar kabut hams direbut dengansemua
keringat dan deritanyaBerat memang, tapi hams jalan
Seperti hari batas malam adalah pagiSeperti lautan batas air adalah sunyi
Seperti perjalan batas panjang adalah matiSang Ksatria tak bakal mati, tapi ia menyongsong kepagi
menjelang sunyi
14 Mei 1991
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 287
□ Sajak-sajakYant Mujianto
RUMAH PENYAIR
Dalam rumah penyair, jiwa menyemai dan merawatcinta kasih dan amanatKebenaran yang menguntum dari taman Ilahi RabbiHati berteduh dari terik kehidupan yang berdenyar-denyarIstirah dan mengucapkan selamat tinggalbagi segenap kelelahan dosa
Rumah penyair membukakan pintu-pintubagi para tamu yang lebih suka menggantlkan obrolan kosongdengan omong-omong, yang meskipun ringanada isiTidak apalah kita berbincang tentangembun tergantung di daun, angin berdesir di dahanMembaca semesta dengan hati bening, dan yang lebihmampu menghayatiapa-apa yang sederhana
Masuklah ke dalam rumah penyair, sebuah jiwa yangdiperindah oleh cinta, perdamaian dan doaDi sini ditepiskan debu-debu yang membuatkalbu keruh kelabuDi sini memancur air jenih rahmat Gusti Mahasucikarena telah ditempuh perjalananmemenuhi panggilan karsa kehendak-Nya
Rumah penyair, jadilah ia jiwa yang bebasdari belenggu perbudakan materi
- JENTERA TERKASAZoo
serta segenap cinta dunia fana dan nikmat sesaat yangdijanjikan oleh nafsu-nafsu rendah dan kepalsuan
Oh hati, bukankah dalam rumah penyair, kamu punlebih menemukan hening
Karena telah ia jadikan iman dan zikirsahabat terdekatnyaNurani setia hakikati
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 289
MEMANDANG LANGIT
Memandang langit kubaca kebiruanKubaca pendar-pendar cahayaKubaca cinta nan indah mulia
Memandang langit aku pun bertanyaManakah lebih luas, langit itu ataukah hatikuManakah lebih biru, langit itu ataukah sukmakuManakah lebih benderang, langit itu ataukah jiwaku
Memandang langit, memandang langitterkadang kubaca juga mendimg, kekelabuan, hidup yangmurung
Tetapi selalu saja duka itu simaSetiap gelap tersibak cahaya
Memandang langit senantiasa kutemukanKeluasan, kearifan, sentuhan cahaya-cahaya memandang
langit serasa aku pun menikmati lambaiansayap-sayap kebebasan, kemerdekaanHidup dalam pangkuan kasih Tuhan penuh kemesraanLangit selalu berganti lukis setiap saat,namun dalam setiap pergantiannya
selalu indah dan mesra
selalu penuh cinta
Maka memandang langit, memandang langitkita pun bisa lebih meremmgresapkanhidup
Untuk lebih dekat
Untuk lebih bercinta-setia
Pada hati-nurani
290 JENTERA TERKASA
NYANYIAN MUSAFIR
Kuingin menjadi musafir yang baikyang tak mengeluh ketika kehausantegar menahan terik surya dan badai kehidupan
Lusuh tubuh ini oleh debu-debu jalananBerdarah kakiku tertusuk koral-koral nan tajam
Tapi mestikah aku berhenti menyusuri jalan berkelok inisedang di kanan-kiri, jurang menganga semata
Tak jauh di seberang ada lampu-lampu gemerlapanMemancar dari sebuah istana pualam
Penghuninya hingar bingar dalam pesta memabukkan
Wahai, mestikah kucari jembatan penyeberangan atau sayap-sayap kebebasan untuk terbang ke sana?
Sang musafir, berdzikirlah!
Arab jalanmu lurus ke puncak, bukan ke seberangKama hams menempuh jalan cahaya!
Bekai apa mesti kubawamenyusuri jalan panjang penuh liku dan dem ini?Harus kupunya kompas, agar tak tersesat akuMesti kuwaspadai segenap batu sandung dan ranjaukehidupan
Kuingin menjadi musafir yang baikyang tahu arah kemana aku mesti melangkah
Tempat teduh yang kutuju hanyalah satuialah Puncak Segala PuncakTitik Temu Semua Perjalanan
292 JENTERA TERKASA
BIODATA PENYAIR
Banyumas
Admono
Lahir di Purbalingga 23 Mei 1970. Keberangkatannya menulispuisi bermula saat jatuh cinta iintuk yang pertama. Tinggal diRT 01 - RW 1, Slinga, Kec. Kaligondang, Purbalingga - 53391.
Asa Jatmiko
Lahir di Purbalingga, 7 Januari 1976. Puisinya dipublikasikan dibeberapa media massa. Sejumlah Antologi puisi seperti Serayu,Puisi Mangkiibumen, Trotoar, Rerimbunan Dzikir, Gemerincing,Dengung, Gerbong, juga merangkum karya-karyanya. Tinggal diKedunglegok, RT 01 - RW 1, No. 17, Kemangkon, Purbalingga -53381.
Badruddin Emce
Lahir di Kroya, 5 Juli 1926. Puisinya dimuat di Horison, Sivadesi,Kalam, Kedaulatan Rakyat, Mitra, Suara Merdeka, Minggu Ini, YogyaPos, dan Iain-lain. Terangkum pula dalam Melacak Jejak, Progo,Antologi Puisi Jazva Tengah dan Kepodang. Tinggal di Jin. JendralSudirman 102 ICroya, Cilacap - 53282.
Bambang Set
Lahir di Purwokerto, 21 Juli 1952. Puisinya dimuat di Sinar Harapan,Suara Karya, Replubika, Bali Post, Pikiran Rakyat, Lampung Post,Suara Merdeka, Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi,Yogya Post, Surabaya Post dan Iain-lain. Di samping terantologi-
Kumpulan Puisi PenyairJawa Tengah 293
kan dalam Sang Kamandaka 11, Puisi-puisi Kami, Serayu, Istirah,Antologi Puisi Indonesia, Zamrud Khatulistizva, Kata di Padang Tanya,Gerbong dan Iain-lain. Tinggal di Jl. Bobosan 24, Pnrwokerto -53127.
Dharmadi
Lahir di Semarang, 30 September 1948. Puisinya terpublikasi diSuara Pembaruan, Republika, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka,Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Bemas, Minggu Pagi, Suara Mu-hammadiyah, Suara Karya dan Iain-lain. Juga terangkum dalambeberapa antologi diantaranya Melacak Jejak, Negri Pod 2, Lirik-lirik Kemenangan, Serayu, Getar 2, Negri Pod 3, Antologi PuisiIndonesia, Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka. Tinggal di Jl.Martadireja 11/279, Purwokerto.
Edi Romadhon
Lahir di Banyumas, 21 April 1959. Puisinya dimuat di Amanah,Suara Karya, Cempaka, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat,Minggu Pagi, Kartika, Bemas dan Iain-lain. Beberapa antologipuisi yang memuat karyanya antara lain Lingkaran Kosong, JejakPutih, Laskabu dan Kembar, Suara dari Desa, Melacak Jejak, AntologiPuisi Jawa Tengah. Tinggal di Jin. Santa 347, Ajibarang, Banyumas53163.
Haryono SoekiranLahir di Purbalingga 25 Desember 1961. Puisinya dimuat diRepublika, Suara Karya, Swadesi, Suara Pembaruan, Mutiara,Karina, Sinar Pagi Minggu, Bisnis Indonesia, Suara Merdeka,Wawasan, Bemas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Yogya Post,Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Waspada, Singgalang, Riau Post,Post Makassar dan Iain-lain. Antologi yang memuat puisinyadiantaranya Cerita Dari Hutan Bakau, Sajak-sajak Gurih Sedaap, DariNegri Pod 3, Zamrut Khatulistizva, Antologi Puisi Indonesia, RefleksiSetengah Abad Indonesia Merdeka, Rumah Tanpa Nomor, Kebangkitan
294 JENTERA TERKASA
Nusantara II dan Iain-lain. Kini beralamat di PO BOX 149Purbalingga - 53301.
Herman Affandi
Lahir di Purwokerto, 29 September 1944. Menulis puisi sejak 1970dan terangkum dalam Kamandaka, Antolog Melacak Jejak, AntologiPenyair Jawa Tengah, serta Serayu. Tinggal di Jl. Puskesmas No.51, Karangkemiri, Purwokerto - 53161.
Mas'ut
Lahir di Wonosobo, 29 Mei 1955. Menulis sejak SMA dan pemahmenang sebagai juara 3 Penulisan Intemasional Volunteer Day.Tinggal di jalan Jend. Sudirman 60, Sokaraja, Banyumas.
Nanang Anna NoorLahir di Purwokerto tahun 1969. Puisinya dimuat di Hikmah,Cempaka, Suara Merdeka, Bemas, Kedaulatan Rakyat, MingguPagi, Yogya Post, Swadesi, Sinar Pagi, Mutiara, Republika, SuaraKarya, Media Indonesia, dan Iain-lain. Beberapa antologi yangmerangkum puisinya antara lain Sebuah Kepagian, Serayu, danMimhar Penyair Abadll. Tinggal di jalan Samudra 1138, Gumelar,Banyumas.
Surya Esa
Lahir di Purwokerto, 9 Maret 1957. lebih dikenal sebagai teaterawanyang ulet. Tinggal di jalan Damar VI/139, Perumnas Teluk,Purwokerto.
Sutamo JayadhiatmaLahir di Cilacap, 20 Juli 1959. Puisinya dimuat Suara Karya, SinarHarapan, Mutiara, Swadesi, Kedaulatan Rakyat, Bemas, dan Iain-lain. Tanah Persinggahan, Mencari Jejak, Antologi Puisi Jawa Tengah,Serayu adalah antologi yang memuat puisinya. Tinggal di jalanSetapelan 22, Sidareja, Cilacap - 53261.
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 295
Yont Montaris
Lahir di Purbalingga, 8 Desember 1965. Puisinya dimuat Swadesi,Bemas, Cempaka, dan Iain-lain. Di samping terangkum dalamMelacak Jejak, Tarian di Atas Kebun, Antologi Puisi Jawa Tengah,Serayu, dan Kepodang. Tinggal di jalan Letkol. Isdiman Gg. PGRI,Pnrbalingga Wetan, Purbalingga - 53317.
Kedu
Ahmad Dalady
Lahir di Sleman, 10 Nopember 1963. Puisinya dimuat di SuaraPembaruan, Pikiran Rakyat, Bemas, Kedaulatan Rakyat, SuaraMerdeka, dan Iain-lain. Menoreh 1, Menoreh 2, Antopologi Kaliprogo,Wadista adalah beberapa antologi yang memuat karyanya.Tinggal di Candi, Ngluwar, Magelang - 56485.
Ariadi Rasidi
Lahir di Piuwokerto, 15 April 1959. Menulis sejak 1985, dimuatdi Bahari, Suara Merdeka, Mutiara, Swadesi, dan Iain-lain.Antologi puisi yang memuat karyanya antara lain Menoreh 1,Menoreh 2, Antologi Puisi Kaliprogo. Tinggal di PerumSDN KaloranI, Temanggimg - 56282.
Bambang Eka PrasetyaLahir di Jombang, 5 Desember 1952. Puisinya diantologi di Kontak,Wadista, Menoreh 2, Ziarah Penyair Indonesia, Antologi PuisiKaliprogo. Tinggal di Pandansari Utara VII nomor 24 Mertoyudan,Magelang - 56172.
Bambang Mulyantono
Meski intens menulis puisi, tetapi mengaku jarang memublikasi-kan puisinya lewat media massa. Alamat jalan Menur Sang-grahan, Mungkid, Magelang - 56551.
296 JENTERA TERKASA
Dedet Setiadi
Lahir di Magelang, 12 Juli 1963. Puisinya dimuat Berita Buana,Suara Pembaharuan, Suara Karya, Mutiara, Pikiran Rakyat,Bemas, Kedaulatan Rakyat, dan Iain-lain. Antologi yang memuatkaryanya antara lain Konstruksi Roh, Puisi Indonesia, Perjalanan,Menoreh, Vibrasi Tiga Penyair, Serayu, dan Iain-lain. Tinggal diCandi, Ngluwar, Magelang - 56485.
Dorothea Rosa Herliany
Lahir di Magelang 20 Oktober 1963. Puisinya dimuat Suara Pembaharuan, Pikiran Rakyat, Republika, Media Indonesia, Bemas,Suara Merdeka, Horison, Basis, Kalam, Dewan Sastra (Malaysia),Solidarity (Filipina), dan Iain-lain. Menulis sejak SMA, puisinyaterantologi dalam Nyanyian Gaduh, Matahari yang Mengalir,Menoreh I, Progo, Kepompong Sunyi, Nikah Ilalang, Blencong,Karikatur dan Sepotong Cinta, Antologi Puisi ]awa Tengah, RefleksiStengah Abad Indonesia Merdeka, dan Iain-lain. Tinggal di GriyoRejo Indah jalan Mliwis 72 Mertoyudan, Magelang - 56172.
Es Wibowo
Lahir di Purwodadi, 8 Juli 1958. Menulis sejak tahim 1980 dimuatdi Bemas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Suara Muhamma-diyyah, Wawasan, Suara Merdeka, Riau Pos, Lampung Pos,Independen, Pedoman Rakyat, Serambi Indonesia, MimbarUmum, Taruna Bam, Waspada, Analisa, Semangat, Senggalang,Merdeka, Swadesi, Simponi, Suara Pembahaman, Republika, danIain-lain. Beberapa antologi yang memuat karyanya antara lainWadista, Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka, Progo, Kepodang,Perjamuan, Bangkit III, Batu III, Dari Negeri Pod 3, Dari Bumi Lada,Pemintal Ombak, Mimbar Penyair Abad 21, Antologi Puisi Nusantara,Menoreh, Serayu, Antologi Puisi Indonesia. Koordinator Cagar SeniMenoreh ini tinggal di Potrosaran II/9, Magelang - 56116.
Kumpuhn Puisi Penyair Jawa Tenyah 297
Gatot Widodo R.
Lahir di Wonosobo 12 April 1964. Karya-karya puisinya tidakpemah dipublikasikan di media massa, dan hanya terangkumdalam antologi Menore/i 2, dan Progo. Tinggal di Kauman Utara83, RT 06 RW 24 Wonosobo.
Goeswali
Lahir di Temanggung 15 Agustus 1959. Meski puisinya tidakdipublikasikan media massa, namim antologi puisi Menoreh 1,Menoreh 2, dan Kepodang sempat merangkum karyanya.
M.L. Budi Agung
Lahir di Semarang, 12 Februari 1968. Puisinya dimuat di Swadesi,Wawasan, Cempaka, dan Iain-lain, di samping terangkum diantologi Wadista, Progo, Menoreh 2. Tinggal di Kaloran RTOl RWI Kecamatan Kaloran, Temanggrmg - 56282.
RosoTitie Sarkoro
Lahir di Kendal, 14 Maret 1954. Puisinya dimuat Minggu Ini,Suara Merdeka, Wawasan, Bahari, Kartika, Sinar Harapan, danSuara Karya. Karyanya juga termuat di antologi Temu PenyairJateng, Menoreh 1, Menoreh 2, Progo, Kepodang, Antologi Puisi Jateng,Lembang Gersang, dan Iain-lain. Tinggal di jalan Dr. Wahidin 299,Pacarsari, Temanggung - 56213.
Soekoso D.M.
Lahir di Purworejo, 17 Juli 1949. Puisinya dimuat Suara Merdeka,Sinar Harapan, Suara Karya, Kartika, Semangat, Horison, dan Iain-lain. Antologi yang merangkum puisinya antara lain Kutangkutang,Bidak-Bidak Tergusur, dan Waswaswasivas, Was!, Semarang dalamSajak, Puisi Pendopo, Taman Siswa, Tonggang-Tonggak, Sajak IkanAsin, Antologi Kopisisa, Menoreh 1, Menoreh 2, Dari Negri Pod 2,Serayu Lirik Kemenangan, Antologi Penyair Jateng. Tinggal di Gg.Potriwijayan I/6A, Pangenrejo, Purworejo - 54115.
298 JENTERA TERKASA
Sumanang TirtasujanaLahir di Purworejo, 1 Agustus 1961. Puisinya dimuat Bemas,Mutiara, Kedaulatan Rakyat, Simponi, Swadesi, Surabaya Pos,Suara Kaiya, Pusara, dan Iain-lain. Puisinya juga terangkum dalamantologi Selokan, Kidung Pendopo, Pendopo Dalam Sajak, Mementum32 Penyair Yogya, Forum Penyair Jawa Tmgah, Menoreh 1, Menoreh 2,Perjamuan, Getar, Serayu, Vibrasi Tiga Penyair, Refleksi SetengahAhad,dan Iain-lain. Tinggal di jalan Pasar Pituruh nomor 3, Purworejo -54263.
Suroto S. Toto
Lahir di Purworejo, 29 Juni 1961. Puisinya dimuat di beberapamedia massa. Antologi Mono/o^, Suara-Suara, Pesta Puisi Tiga Kota,Temu Penyair Jawa Tengah, Forum Penyair Jateng, Menoreh 1, DariNegeri Pod 2, Kicau Kepodang 3 turut merangkum puisi-puisinya.Tinggal di jalan WR Supratman 13B III, Purworejo - 54118,
S. Suryo Pramono
Lahir di Kebumen, 8 Juni 1973. Puisinya terkumpul dalam antologi Pemburu Rahasia, Dengung, dan Iain-lain. Tinggal di jalanWadas Lintang Km. 6 Kabuaran, Kebumen - 54394.
Thomas Haryanto SoekiranLahir di Purbalingga, 25 Desember 1961. Puisinya dimuat Cem-paka, Suara Merdeka, Bemas, dan Iain-lain di samping terangkumdalam Antologi Riak Bogowonto, Istirah. Tinggal di jalan WachidHasyim 10 Purworejo - 54111.
Pati
Agusno Setiawan
Lahir di Kudus, 22 Agustus 1971. Menulis sejak 1990 dan dipubli-kasikan di Suara Merdeka, Suara Muhammadiyah, Wawasan,
Kum|)uian Puisi Peni^air Jawa Tengah 299
Suara Karya, Suara Pembaharuan di samping terantologi dalamLadang Sastra. Tinggal di Jurang, RT 03/11. Gebog, Kudus, 59301.
Alie Emje
Lahir di Jepara, 4 Agustus 1963. Puisinya dimuat di berbagaimedia massa, di samping terantologi dalam Kepodang, AntologiPuisi Jazva Tengah, Serayu, Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka,Angin Ladang, Muka Hitam, dan Iain-lain. Kini beralamat di SMP4 jalan Amarta III, Jepara - 59451.
Amir Yahyapati
Lahir di Kudus, 23 Desember 1962. Menulis sejak 1980 dan dimuatdi Sinar Harapan, Panji Masyarakat, Mutiara, Merdeka, Republika,Lampung Pos, Medan Pos, Suara Pembaharuan, Wawasan, SuaraMerdeka, dan Iain-lain. Antologinya yang memuat kaiyanya antaralain Cerita dari Hutan Bakau, Menara Menara II, Angin Ladang, danSajak Kudus. Tinggal di Ponpes Darussa'adah, Ngembalrejo, Bae,Kudus - 59322.
A. Musthofa Bisri
Lahir di Rembang, 10 Agustus 1944. Karya puisinya dimuat disejumlah media massa, di samping terantologi dalam Ohoi, Tadarus,Pahlawan dan Tikus, Wek Wek Wek, Bosnia Kita, Parade Puisi Indonesia,
Antologi Puisi Jawa Tengah, Rejieksi Setengah Abad Indonesia Merdeka,dan Iain-lain. Tinggal di Ponpes Rodatul Tholibien jalan Mulya4, Rembang - 59217.
Bambang Supranoto
Lahir di Purwokerto, 18 April 1960. Puisinya dimuat di berbagaimedia massa, di samping terangkum dalam Antologi Penyair JawaTengah 1983, Sebutlah la Bunga, Kepodang dan Iain-lain. Kini tinggaldi Cepu.
300 JENTERA TERKASA
Darmanto NugrohoLahir di Yogyakarta, 23 Maret 1958. Puisinya dimuat di Suara Mer-deka, Bahari, Suara Kaiya, Minggu Pagi, Panji Masyarakat Memra,Antologi Puisi }awa Tengait, Aku Mendengar Langit Menangis, AnginLadang adalah sejumlah antologi yang memuat serta puisinya.Tinggal di Perum Sumber Indah H 54. Tenggeles, Mejobo, Kudus- 59381.
Jumari H. S.
Lahir di Kudus, 24 November 1965. Puisinya dimuat di Repu-blika, Suara Pembaharuan, Suara Muhammadiyah, Swadesi, SoloPos, Suara Merdeka, Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi,Bemas, Suara Karya, dan Iain-lain. Sejumlah antologi yang memuat puisinya antara lain Kepodang, Forum Penyair Jawa Tengah1993, Serayu, Sang Parasu, Seperti Angin, Menara, Sajak Kudus,Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka, Zambrud Khatulistiwa,Antologi Puisi Indonesia, Angin Ladang. Tinggal di Loram KulonRT1/1 No. 34, Jati, Kudus.
Maria Magdalena Boemomo
Lahir di Kudus, 22 Oktober 1962. Menulis sejak 1980, di sampingdi muat di media massa juga terangkum dalam antologi Titian,Pintu Terbuka, Pelabuhan Baru, Sang Parasu, Angin Ladang, SepertiAngin, Menara I, Menara II, Sajak Kudus, Potret Pariwisata dalamPuisi, Forum Penyair Jawa Tengah, Refleksi Setengah Abad IndonesiaMerdeka dan Iain-lain. Tinggal di Prambanan Kidul 755, Kudus -59331.
Muhsi SiradjPuisinya terpublikasikan ke sejumlah media massa, di sampingterangkum dalam berbagai antologi puisi bersama penyair lain.Tinggal di jalan Sewonegoro 268, Jekulo, Kudus - 59382.
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 301
Mukti Sutarman Espe j. „ v. oLahir di Semarang, 6 Maret 1956. Puisinya dimuat di Pelita, Re-publika, Suara Merdeka, Cempaka, Kartika di samplng teranto-logi dalam Menara, Puisi Heroik ]awa Tengah, Antologi Pmst ]maTengah, Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka, Progo, LawangSewoe, Angin Ladang, Sajak Kudus, dan Menara 2. Tinggal di MlatiLor RT 04 RW 02 Gg. Sekarmalang 14 Kudus -59319.
Nuryana A. Sadys AsmaraLahir di Jepara, 10 Maret 1965. Puisinya dimuat di Bali Pos, Baha-na, Nusa Tenggara, dan Iain-lain. Pejalanan, Menara I, Centa danHutan Bakau, Tembang Kawijayan, Bunga Rampai Penyair Bali, MataAngin, dan Iain-lain. Beralamat di jalan Wahidin 37, Denpasar -80188.
Puntadewa
Puisinya dimuat di Buana Minggu, Suara Karya, Suara Pembaha-ruan, Suara Muhammadiyah, dan Iain-lain, di samping teranto-logi dalam Angin Ladang, Menara 2, Blue, dan Antologi Puisi Indonesia.Tinggal di Kalipupu III/91 RT 05 RW 01 Kudus - 59312.
Rohadi Noor
Lahir di Jepara, 1968. Puisinya dimuat di Suara Merdeka, SuaraMuhammadiyah, Suara Karya, Kedaulatan Rakyat, Suara Pemba-haruan, Wawasan, Bahari, Kartika, dan Iain-lain. Seperti Angin,Sang Parasu, Angin Ladang, Kembang Setaman adalah sejumlahantologi yang merangkum karya puisinya. Tinggal di jalan Jodi-pati Raya Nomor 5, Perumnas Gondangmanis, Bae, Kudus.
Rum Akip Kayoman
Lahir di Palembang, 13 Juni 1958. Di samping berteater jugamenulis sejak 1974. Tinggal di Mlati Kidul, Kudus.
2Q2 jentera terkasa
Sunardi K.S.
Lahir di Jepara. Menulis sejak 1983 dimuat di Bali Pos, SurabayaPos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Eksponen, Suara Merdeka,Cempaka, Wawasan, Swadesi, Kartika, Suara Karya, Suara Pem-baharuan, Merdeka, Pelita, LampungPos, dan Iain-lain. Puisinyajuga terangkum dalam Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka,Forum Penyair Jawa Tengah, dan Seperti. Beralamat di Tromol Pos05 Mayong Jepara - 59465.
Yudhi Ms.
Lahir di Kudus, 17 Juni 1954. Puisinya dimuat di Sinar Harapan,Suara Merdeka, Suara Pembaharuan, Kartika, Cempaka, dan Iain-lain. Sejumlah antologi juga memuat puisinya, antara lain SangParasu, Angin Ladang, Lawang Sewoe, Antologi Puisi Jawa Tengah,Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka, Zamrud Khatulistiwa,Progo, dan Iain-lain. Tinggal di Gg. Nyai Dasimah Nomor 6, MlatiKidul, Kudus - 59312.
Pekalongan
Ahmad Marzuki
Lahir di Pekalongan, 18 September 1957. Aktif menulis diMingguan Bahari, Minggu Pagi, Rindang, Pelita, Panji Masyarakat,dan Iain-lain. Tinggal di Ponpes A1 Qur'an Buaran Pekalonganatau jalan Pelita I, Pekalongan - 51132.
Ahmad Sekhu
Lahir di Tegal, 27 Mei 1971. Puisinya dimuat di sejumlah mediamassa. Cerita dari Hutan Bakau, Serayu, Zamrud KImtulistiwa, Fasisme,Mangkubumen, Rerimbunan Dzikir adalah sejumlah antologi yangmengikutsertakan karya puisinya. Tinggal di jalan KaumanNomor 37 Yogyakarta - 55122.
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah 303
Apito LahireLahir di legal, 9 Desember 1974. Menulis sejak 1991, terantologidalam Nyanyian Fajar, Serayu, Getar, Potret Negeri Landak, danKasmaran. Tinggal di Langgen 1/1, Talang, Tegal - 52193.
Budi Pratikto
Lahir di Muntilan, 13 Juli 1961. Puisinya dimuat di beberapa mediamassa, di samping terangkum dalam Inscini 11, Gunungcin, Angkiip,Progo, Tanah Pesinggahan, Zamrud Khatulistiwa, dan Kepodang.Tinggal di jalan Kapuas 7/1, Tegal.
Diah SetyawatiLahir 17 Desember 1960. Antologi tunggalnya Nyanyian RinduAnak Pantai. Tinggal di Arum Indah V/6, Nomor 225, Tegal.
Dwi Erry Santosa
Lahir di Tegal, 21 September 1957. Puisinya dimuat di Suara Mer-deka, Merdeka, Swadesi, Pikiran Rakyat. Antologi Puisi Heroik,Nelayan-nelayan Kecil, Kliping-kliping Patah, Kesaksian MatinyaKoran Tegal, Jurnal Tegal-Tegal, Ruwat Desa juga memuat karyanya.Tinggal di jalan Cemara 27, Tegal.
Embung Riyadi DayakLahir di Tegal, 17 Agustus 1968. Puisinya ikut terangkum dalamAntologi Serayu. Tinggal di jalan Kendayakan, Warureja, Tegal -52183.
Fauzi Al-Qutubi Robbani
Lebih sering mempublikasikan karyanya lewat baca puisi kelilingke berbagai pondok pesantren. Antologi Puisi Jazva Tengah sempatpula memuat karya-karyanya. Tinggal di Banjarturi, Warureja,Tegal - 52183.
304 JENTERA TERKASA
Lanang SetiawanMan of Year 1994 versi seniman Tegal ini mengantologikansajaknya dalam ROA, 99 Wangsalan Tegal, Ruzvat Desa, AntologiPuisi Jaioa Tengah, dan Iain-lain. Tinggal di jalan Arjuna, Slerok,Gg. 10/12, legal - 52125.
Maghfur Saan
Lahir di Batang, 15 Desember 1950. Puisinya dimuat di SuaraMerdeka, Wawasan, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Pelita, BeritaBuana, Suara Pembaharuan, Cadis, dan Iain-lain. Karyanya jugaterangkum dalam antologi Temu Penyair Jawa Tengah 1983 dan1993, Forum Penyair ]awa Tengah, dan Antologi Puisi Jawa Tengah.Kini tinggal di Tersono 13, Batang - 51272.
Moch. Mi'roj Andika A.S.
Lahir di Tegal, 14 Januari 1968. Puisinya dimuat di beberapamedia massa. Antologi Puisi Indonesia, Potret Negeri Landak, danKasmaran juga memuat puisinya. Tinggal di jalan Beji PekiringanRT 08 RW 02 nomor 38 Talang, Tegal - 52193.
M. Enthieh Mudzakir
Lahir di Tegal, 24 April 1963. Puisinya dimuat di berbagai mediamassa, di samping terangkum dalam Malam Begini Bening, DariNegri Pod 2, dan Ruwat Desa. Tinggal di jalan Waringin 67, Tegal- 52121.
NurngudionoLahir di Tegal, 11 September 1961. Puisinya dimuat di beberapamedia massa, di samping terangkum dalam ROA dan Ruwat Desa.Aktivis teater ini tinggal di jalan Yodhipati 7, Panggung Baru,Tegal - 52122.
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 305
Pick Ardijanto SoeprijadiLahir di Magetan, 12 Agustus 1929. Puisinya dimuat di berbagaimedia massa, di samping telah diterbitkan baik dalam antologitunggal maupun antologi bersama. Diantaranya Burung-burungdi Ladang, Desaku Sayang, Angkatan 66, Nelayan dan Laut. Tinggaldi Gg. Marpangat 468 (Jalan Cereme 4, Tegal - 52132).
Waryono
Bersama sejumlah penyair Tegal, mendenyutkan kehidupansastra lewat KST (Komunitas Sastra Tegal). Tinggal di Tegal.
Widjati
Lahir di Tegal, 27 September 1928 dengan nama Witono. Puisinyadimuat di beberapa media massa, di samping terangkum dalamImaji, Kepodang, Dari Negeri Pod. Tinggal di Kramat, Kemantran,Tegal - 52181.
Semarang
Anggoro Suprapto
Lahir di Juana 17 Agustus 1952. Banyak menulis karya fiksi.Antologi yang memuat puisinya antara lain Album Biru, AntologiPuisi Jaiua Tengah.
Budi Tunggal Rahayu
Lahir di Temanggung 5 Februari 1975. Karya puisinya dimuat dibeberapa media massa, juga terantologi dalam Dari Negri Pod 2,Riunah Tanpa Nomor. Tinggal di jalan Genuk, Perbalan VI/4Semarang.
Darmanto Jatman
Lahir di Jakarta, 16 Agustus 1942. Puisinya tersebar di berbagaimedia massa, di samping terantologi lewat Karto lya Bilang Boten,
306 JENTERA TERKASA
Ki Bloto Suto Bla Bla, Golf unttik Rakyat, Istri Iain-lain. Tinggal dijalan Menoreh Raya 73, Semarang.
Gunoto Saparie
Lahir di Kendal, 22 Desember 1955. Di samping tersebar di ber-bagai media massa, puisinya juga terantologi dalam Melancholia,Solitaire, Malam Pertama, dan Iain-Iain. Tinggal di jalan TamanKaronsih 654, Semarang.
Handry T. M.
Lahir di Semarang 23 September 1963. Puisinya dimuat diberbagai media massa, di samping terantologi dalam Forum PuisiIndonesia 1987, Antologi Puisi 1987, Antologi Penyair ]awa Tengah.Tinggal di jalan Kelapa Hijau II BB 29 Bukit Kencana Raya,Semarang.
lyang Nur Ch.
Lahir di Jepara, 13 Agustus 1972. Puisinya dimuat di beberapamedia massa, di samping terangkum dalam Antologi Puisi TeaterMetafisis, Rumah Tanya Nomor, dan Iain-Iain. Tinggal di JalanMargoyoso 1/4, Jrakah, Semarang.
Soejarwo
Lahir di Klaten 6 Desember 1939. Puisinya dimuat di Merdeka,
Gelora, Horison, di samping terantologi dalam Tiran Waktu,Antologi Puisi }awa Tengah dan Iain-Iain.
Soekamto
Lahir di Semarang, tahun 1964. Puisinya dipublikasikan di beberapa media massa dan sejumlah antologi puisi bersama. Tinggaldi jalan Kangguru 111/13B Semarang.
Kunipulan Puisi Penyair Jawa Tengah 307
Sri Buntoro
Lahir di Semarang, 2 Juli 1967, Puisinya dimuat di Mutiara, SuaraMerdeka, Wawasan, Kartika, Bahari, di samping terangkum dalamsejumlah antologi Kembang Setaman dan Kepodang. Tinggal diPlampitan 4 C, Semarang.
S. Prasetyo Utomo
Lahir di Yogyakarta, 7 Januari 1961. Puisinya termuat di Mutiara,Suara Karya, Pelita, Wawasan, Jayakarta, Suara Merdeka. Jugaterangkum dalam antologi Serayu, Ritus, Lawang Sewoe, SesudahLayar Turun dan Iain-lain. Tinggal di Wismasari V/3 Ngaliyan,Semarang.
Triyanto TiiwikromoLahir di Salatiga, 15 September 1964. Puisinya dimuat di berbagaimedia massa, di samping terangkum dalam antologi PanoramaDunia Keranda, Kepodang, Lawang Sewoe, Tugu Muda, Kasidah JalanRaya, dan Iain-lain. Tinggal di jalan Ebony, Plamongan, Semarang.
Surakarta
Achmad D.S.
Sebelum intens di dunia jurnalistik sebagai wartawan PikiranRakyat ia telah menulis puisi. Kini memasuki masa pensiun,penyair yang tinggal di Serengan Solo ini bemiat lebih khusyukdi menggulati puisi.
Andrik Purwasito
Lahir di Trenggalek 13 Agustus 1957. Puisi-puisinya dimuat disejumlah media massa, di samping terangkum dalam antologiPenyair Yogya Tiga Generasi, Pagar-pagar, Tugu, Tonggak, Kepodang,dan Iain-lain. Tinggal di Perum Dosen UNS. Triyagan, Sukoharjo.
308 JEHTERA TERKASA
Bambang KamoMeski intens menulis puisi, tetapi penyair ini jarang mempu-blikasikannya ke media massa, dan cenderung memilih fonim-forum sastra sebagai sarana sosialisasi karya. Tinggal di jalanNakulo VII/1, Wonokarto, Wonogiri.
Koes Buris
Lahir di Banjamegara, 28 Oktober 1969. Mempublikasikan puisilewat sejumlah forum, di samping ada beberapa antologi yang me-rangkum karyanya, antara Iain Kenduri Seni, Nyanyian Perjalamn.Tinggal di Wisma Dewantoro, Ngoresan, Jebres, Surakarta -57126.
K.R.T. Sujonopuro
Lahir di Salatiga 1951. Puisinya dimuat di sejumlah media massa,di samping terangkum dalam antologi Umpatan - Thuyul, CenninBuram, Puisi - puisi, dan lain - lain. Hingga kini masih berkantordi Taman Budaya Jawa Tengah Jalan Ir. Sutami 57 Surakartasebagai kepala.
Muchus Budi Rahayu
Lahir di Kedung Ombo, Juni 1972. Menulis karya sastra dalamdua bahasa Indonesia dan Jawa. Meski mempunyai seabregkarya, tetapi penyair ini jarang mempublikasikannya. Tinggal diKampung Sigit, Sumberlawang, Sragen.
Muddiono
Lahir di Batanghari - Jambi, 17 Juni 1970. Lebih sering mensosiali-sasikan puisinya lewat forum-forum sastra. Beralamat di FT TigaSeragkai Mangkubumen Solo.
Mb. Zaelani Tammaka
Lahir di Jember, 8 Januari 1969. Puisi dimuat di Horison, Basis,Ulumul Qur'an, Republika, Suara Karya dan Surabaya Post di
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 309
samping terangkum dalam sejumlah antologi puisi bersamapenyair Iain. Kini beralamat di Solo Pos, Jl. Slamet Riyadi 325Surakarta.
Roeswardiyatmo
Lahir di Surakarta. 29 Maret 1948. Menulis dalam bahasa Indo
nesia dan Jawa. Beberapa karyanya dimuat di berbagai mediamassa, di samping terangkum dalam Cikrar Bobrok (geguritan).Tinggal di Solo.
R.S.W. Lawu P.U.
Lahir di Ngawi. 28 Februaru 1975. Meski belum bemiat untukmempublikasikan puisinya ke media massa, namun intensitasnyadalam menggulati puisi tak boleh diremehkan. Tinggal di WismaSekartaji, Jl. Teja 1/20, Kentingan, Surakarta.
Siswanto
Lahir di Klaten, 25 Juni 1958. Du sela-sela kewajibannya sebagaitenaga pengajar, penyair ini mengaku tetap dekat dengan puisi.Tinggal di Wonogiri.
Sosiawan Leak
Lahir di Surakarta, 23 September 1967. Gemar Mendeklamasikanpuisinya ke berbagai kota di Indonesia, di samping sempat mem-publikasikannya ke berbagai media massa. Sejumlah antologipuisi yang diterbitkan oleh beragam forum sastradi berbagaidaerah juga mengikutsertakan karya-karyanya. Umpatan danCermin Buram adalah dua diantara sejumlah antologi yang cukupmewakili proses pergulatan puitikarya. Beralamat di JoyosuranRT 04 - RW X Kec. Pasar Kliwon, Solo 571116.
Sus S. Harjono
Lahir di Sragen, 5 Nopember 1969. Puisinya dimuat di berbagaimedia massa, di samping terikutsertakan dalam antologi Refleksi
310 JENTERA TERKASA
Setengah Abad, Indonesia Merdeka, Antologi Puisilndonesia, Kepodangdan Iain-lain. Tinggal di Jin. Raya Timur Km. 4119A, Sragen57252.
Sutarno PriyomarsonoLahir di Surakarta, 7 Oktober 1943. Puisinya dimuat di SinarHarapan, Angkatan Bersenjata, Putria dan lain sebagainya. JanjiPada Kekasih dan Kepodang adalah kumpulan puisi yang merang-kum karyanya bersama penyair lain. Tinggal di Jl. Tiga Negeri144, Laweyan, Surakarta.
Tok Indratno
Tokoh masytarakat yang mantan anggota DPRD Wonogiri inimengaku tak bisa pisah dari dunia puisi. Itulah kenapa meskijarang mempublikasikannya karyanya, namun penyair yangtinggal di Pokoh, Rt. 02/1, Wonosobo, Wonogiri ini telah mencobamenghidupkan iklim sastra di kotanya.
Wary Wirana
Selain melukis bapak satu anak ini juga intens menulis puisi meskijarang mempublikasikannya secara khusus. Sejiunlah manuskripdan kumpulan puisi bersama penyair lain setempat mendoku-mentasikan karya-karya penyair yang tinggal di Joyosuran, Kec.Pasar Kliwon Solo ini.
Kumpulan Puisi Penyair Jawa Tengah 311