teorj dan pengembangan wll:avahpustaka.pu.go.id/.../1978_teori_dan_strategi...ri.pdf · gejala yang...
TRANSCRIPT
TEORJ DAN sTRAT~Gl PENGEMBANGAN Wll:AVAH '---
UNTUK N£GARA R . I ,
oleh :
Poemomosidi Hadjisarosa
pemah disajikan ~ kuliah umum di lnstitut Teknologi Bandung
pacta tanggal 24 · 6 - 1978
TEORI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAVAH
UNTUK NEGARA R.I.
Oep. Peker)aan Umum & Ttnt DI l.lltflk P U SLITBANG
PERPUSTAKAAN
\
oleh:
Poernomosidi Hadjisarosa
pernah disajikan pada kuliah umum di lnstitut Teknologi Bandung
pada tanggal24- 6- 1978
Dep. PekerJ33n Urnum & T enaga Ustrlk P USL ITBANG
PERPUSTAKAAN
IQJ DEPAR TEMEN PEKERJAAN UMUM
P lJ SLITBANG F tRPUSTAKAAN
!!>iter imd tyl ffltH/T-/t
N. I. : !& J/ 71 N.K. : "'"-~ ~ c;;tJ_J I Hri-J) I -
1
A. INTRODUKSI
.••....•... keterpaduan :
Pendekatan "terpadu" merupakan konsekwensi log is dari pengakuan atas kenyataan,
bahwa proses-proses dalam kehidupan merupakan kumpulan proses yang sating bertautan.
Kurang lengkapnya daya pengamatan sesuai dengan kriterium "terpadu", akan berarti kurang
lengkapnya faktor-faktor penentu jalannya proses yang teramati, yang berarti pula mengurangi
effektivitas usaha-usaha pengendalian atas jalannya proses bersangkutan.
"Keterpaduan" dapat ditinjau pada berbagai ruanglingkup proses kehidupan, yakni
nasional, regional ataupun satuan-satuan proses kehidupan yang lebih kecil, sesuai dengan tu
juan yang hendak dicapai. Dalam hal "pembangunan nasional" sudah tentu yang menjadi
ukuran adalah tujuan-tujuan nasional. Tujuan-tujuan selebihnya sifatnya partiil dan tidak
terlepas dari ikatan tujuan-totalnya, yaitu tujuan-tujuan nasional.
Dalam hubungan itu, sebagai ukuran bagi berhasil tidaknya pembangunan nasional
adalah terwujudnya sasaran-sasaran nasional, dan sama sekali bukan sasaran-sasaran Departe
men *). Hal ini berarti suatu tuntutan. akan kemampuan pengamatan atas sifat "keterpaduan"
tingkat nasional.
Dalam pada itu, dalam pembangunan nasional dikenal adanya sederetan tujuan-tujuan
seperti misalnya peningkatan produksi (berbagai macam kebutuhan), peningkatan lapangan
kerja, peningkatan penyediaan fasilitas-tasilitas pelayanan umum, peningkatan pendapatan be
serta pemerataannya dan lain sebagainya. Dan, usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan
•) Sebagian dari isi amanat Presiden R.I. pada Sidang -Paripurna ke-1 Kabinet Pembai11JUnan Ill, 5 April 1978.
2
seperti itu tercakup dalam "usaha besar", yang bertujuan mewujudkan keseimbangan antar
daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya.
Tujuan-tujuan tersebut akhirnya tercakup juga dalam tujuan lain lagi yang lebih luas,
yakni "kehidupan masyarakat yang adil dan makmur" yang disertai dengan "ketahanan nasio
nal" yang tinggi, sebagai tujuan-ideal yang selalu dan tiada henti-hentinya dikejar.
Kesemua tujuan-tujuan itu, menurut kenyataan dicapai melalui "pertumbuhan". yang
dikenal sebagai ciri-umum jalannya kehidupan nasional. Disebabkan karena sifatnya yang
mendasari usaha pencapaian tujuan-tujuan lain, maka "pertumbuhan" dinyatakan sebagai
tujuan-dasar. Atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa bersamaan dan tetap dalam
kaitannya dengan tujuan-dasar dicapailah tujuan-tujuan lain.
Apabila hendak diambil satu-satunya tujuan, yang dapat dianggap sebagai tujuan total
ialah tujuan-ideal, yang relatip sifatnya dan selalu dikejar-kejar sepanjang masa. Adapun ni
lainya adalah hasil optimasi antar berbagai tujuan, termasuk tujuan dasar.
.......... keseimbangan :
Ciri-ciri usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut pada umumnya sudah dikenal,
kecuali ciri-ciri usaha yang menyangkut tujuan untuk mewujudkan keseimbangan antar daerah
dalam hal tingkat pertumbuhannya. Kurangnya pengetahuan mengenai segi ini berarti kurang
lengkapnya sifat "keterpaduan" usaha dalam mewujudkan tujuan-ideal.
Keseimbangan dalam hal tingkat pertumbuhan antar daerah, selain mencerminkan
nilai keadilan-sosial, juga memberi peluang bagi berlangsungnya perdagangan antar daerah yang
berimbang. Perdagangan yang berimbang adalah perdagangan yang effisien, yang merupakan
pendukung bagi berlangsungnya perdagangan antar daerah yang cenderung meningkat intensi
tasnya.
Keadaan seperti itu membuka peluang bagi berlangsungnya "spesialisasi daerah" yang
semakin tajam dan meningkat, yang berarti membuka kesempatan yang lebih luas lagi bagi
perkembangan daerah. Gejala seperti ini menggambarkan "ketergantungan ekonomis" antar
daerah yang makin tinggi dan berarti Kesatuan Ekonomis. Nasional yang semakin kokoh.
Catatan:
Usaha memperkokoh Kesatuan Ekonomi Nasional dan usaha memperluas kesempatan bagi daerahdaerah untuk berkembang, yang berarti peningkatan effisiensi pertumbuhan nasional, merupakan usaha-usaha yang searah dan didukung oleh faktor ''keseimbangan".
3
gejala ketidak-seimbangan :
"Keseimbangan", bukanlah suatu tujuan yang dengan sendirinya akan tercapai, bahkan
sebaliknyalah yang terjadi. Dalam kehidupan manusia dijumpai adanya gejala ketidak-seimba
ngan/ketidak-merataan yang muncul pertama-tama karena kedua alasan berikut ini :
(1) Gejala ketidak-seimbanganfketidak-merataan timbul sej<J.IaA dengan terbentuk
nya "struktur", sebagai akibat diterapkannya pola-pola effisiensi pada berbagai
aspek kehidupan manusia, dalam rangka memenuhi tuntutan pertumbuhan.
(2) Gejala ketidak-seimbanganjketidak-merataan timbul karena adanya kecenderu
ngan pada sistim-sosial untuk menolak berlakunya hukum-keseimbangan.
Gejala ketidak-seimbanganfketidak-merataan yang timbul karena alasan pertama,
merupakan kejadian yang tidak dapat dielakkan dan justru merupakan akibat langsung dari
usaha pemenuhan persyaratan bagi terwujudnya pertumbuhan itu sendiri. Tindakan yang da
pat dilakukan hanyalah mengurangi "keterjalan"-nya sampai pada batas yang masih dapat di
tolerir, mengingat bahwa tindakan seperti ini berakibat menurunkan nilai effisiensi dan berarti
mengurangi laju pertumbuhan.
Gejala ketidak-seimbangan/ketidak-merataan yang timbul karena alasan kedua, merupa
kan gejala yang akan selalu timbut dengan sendirinya, selama proses pertumbuhan berlangsung
tanpa kendali. Sesuatu yang telah mencapai tingkat pertumbuhan lebih tinggi, akan tumbuh
dengan lebih cepat pula. Walaupun keseluruhannya mengalami pertumbuhan, namun sejalan
dengan itu, jarak antar tingkat-pertumbuhan menjadi makin besar dan terus membesar.
Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per
lu dielakkan, yaitu dengan melaksanakan pengendalian atas jalannya proses pertumbuhan.
Apabila tinjauan ini dikenakan pada tingkat pertumbuhan di daerah-daerah, sekarang pun kea
daannya di Indonesia telah jauh dari keseimbangan, sehingga, selain diperlukan kegiatan yang
bersifat mencegah membesarnya jarak antar tingkat pertumbuhan, juga diperlukan langkah
langkah yang membawanya ke keseimbangan.
Catatan:
(1) Gejala yang timbul karena alasan pertama, berlaku dalam suatu "satuan". Disitu dijumpai satu hirarki, sehingga dijumpai satu "satuan mekanisme pengembangan". Gejala ketidak-seimbangan /ketidak-merataan timbul karena adanya hirarki itu. Peniadaan hirarki berarti peniadaan struktur, dan pengertian "satuan" pun tiada lagi, begitu pula, pola effisiensi tidak berlaku lagi.
(2) Gejala yang timbul karen a alasan kedua, berlaku an tar "satuan". Keseimbangan antar "satuan" tidak menghilangkan struktur yang berlaku pada tiap-tiap "satuan" dan pola effisiensi tetap berlaku pada masing-masing.
4
........... tantangan :
Niat untuk mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhan
nya, dan itulah titik sentral pembahasan ini, dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut
ini :
(1) Kriterium apakah yang dipakai untuk menyatakan tingkat pertumbuhan?
(2) Satuan produk manakah yang akan dipakai sebagai variabel dalam perencanaan?
(Setiap usaha pada dasarnya melampaui tahapan perencanaan terlebih dahulu).
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut berpijak pada pengertian-pengertian serta
teori yang akan diketengahkan dalam Bab berikutnya.
5
B. PENGERTIAN DAN TEORI "BERKEMBANGNYA WILAYAH"
••.•.•.•.. kriterium .:
Berbagai kalangan mempergunakan kriterium "pendapatan daerah" untuk mengukur
tingkat pertumbuhan daerah. Sebagian dari kalangan itu mempergunakan "pendapatan daerah
per kapita" sebagai kriterium.
Catatan:
Penggunaan "pendapatan daerah per kapita" sebagai kriterium, akan membawa pada kesimpulan, bahwa pada banyak daerah diluar pulau Jawa belum lagi perlu dilakukan usaha-usaha pembangunan, berhubung telah menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada di Jawa.
Pemakaian "pendapatan daerah" sebagai kriterium untuk mengukur tingkat pertum
buhan daerah bukannya salah, melainkan sangat sukar untuk mencari kaitannya dengan "me
kanisme" penyeimbangan. Selain dari itu, "pendapatan" belum memberikan gambaran yang
memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari masyarakat. Pendapatan tinggi belum berarti
suatu kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya.
Adapun kriterium yang dipilih untuk menyatakan tingkat pertumbuhan suatu daerah
adalah justru tidak langsung memberitahukan pertumbuhannya sendiri, melainkan memberita
hukan faktor "tingkat kemudahan" bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan-kebutuh
annya, baik berupa kebutuhan hidup maupun berupa kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan
kegiatan-usaha.
6
Kriterium '"tingkat kemudahan" memberikan pula ukuran bagi "kesempatan untuk
tumbuh" serta ukuran bagi "daya tarik". Dengan "kesempatan untuk tumbuh" yang seim
bang, pada dasarnya dapat dicapai tingkat pertumbuhan yang seimbang pula.
Catatan.
(1) Sebagai pengganti "tingkat kemudahan" dapat pula dipergunakan rumusan "tingkat ketersediaan". Kedua..cfuanya dapat dipergunakan dan berlaku mempengaruhi orientasi serta pertimbangan masyarakat dalam rangka menentukan lokasi tempat bermukim maupun lokasi dan jenis kegiatan-usahanya. Dari sinilah muncul faktor daya-tarik dan ikut menentukan aliran-modal.
(2) Kaitannya dengan pertumbuhan ialah pada "kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha". Makin tersedia atau makin mudah diperolehnya kebutuhan itu, akan makin besar pula kesempatan bagi berkembangnya proses kegiatan-usaha, sebagai proses pemenuh keseluruhan kebutuhan manusia. Sebagai catatan pula, proses kegiatan-usaha ialah kumpulan keseluruhan kegiatan-usaha yang dilakukan oleh manusia, baik yang tercakup dalam bidang ekonomi, sosial maupun politik .
........... prinsip-prinsip satuan-produk :
Mengenai satuan-produk yang dipilih sebagai variabel dalam perencanaan, sudah tentu
adalah satuan produk yang benar-benar menampung makna dari kriterium tersebut. Dalam
hubungan ini, predikat "satuan" berlaku mencakupi dimensi wilayah. Wujudnya sendiri akan
merupakan "satuan wilayah". Selain dari itu, predikat "satuan"juga mencakupi pengertian
"satuan" dalam mekanisme pengembangan, sehingga satuan produk yang dimaksudkan itu da
pat diberi sebutan Satuan Wilayah Pengembangan, atau disingkat SWP.
"Mekanisme pengembangan" yang dimaksudkan itu dijumpai sebagai mekanisme
"berkembangnya wilayah". Satuan produk SWP adalah apa yang nampak dan diwujudkan
oleh proses "berkembangnya wi I ayah".
Catatan :
(1) Sengaja dipergunakan sebutan '"berkembangnya wilayah" untuk membedakan tekanan artinya dari sebutan "pengembangan wilayah". "Berkembangnya wilayah" mengandung arti sebagai obyek pengamatan seperti apa adanya, sedangkan "pengembangan wilayah" mengandung arti sebagai suatu tindakan mengembangkan wilayah.
(2) "Berkembangnya wilayah" dapat ditinjau analog dengan sebutan "berkembangnya pohon". Pohonnya sendiri merupakan apa yang nampak dan diwujudkan oleh proses "berkembangnya pohon". Untuk dapat mempengaruhi jalannya perkembangan si pohon, perlu dikenal terlebih dahulu mekanisme "berkembangnya pohon". Baru setelah itu dapat dilakukan tindakan mengembangkan pohon, lebih baik daripada sebelumnya dan secara terarah.
Hasil pengenalan atas jalannya proses "berkembangnya wi I ayah", termasuk mekanisme
nya, dituangkan kedalam rumusan-rumusan yang disajikan sebagai Teori Berkembangnya
Wilayah. Jalannya analisa, secara memintas (memotong kompas, menempuh jarak sependek
mungkin), dapat diketengahkan sebagai berikut.
7
.......... struktur satuan-produk :
Menurut wujudnya, kebutuhan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam jasa atau
barang. Berbicara mengenai kebutuhan berupa pendapatan, tidak lain adalah pendapatan yang
ekwivalen nilainya dengan jasa atau barang yang dihasilkannya. Jasa, barang ataupun penda
patan merupakan produk dari proses kegiatan-usaha, periksa Catatan (2) hal. 5. Berbicara me
ngenai kebutuhan berupa lapangan kerja, tidak lain adalah kegiatan-usaha itu sendiri. Penam
bahan lapangan-kerja berarti pengembangan proses kegiatan-usaha.
Catatan ~
(1) Yang tergolong kebutuhan berupa barang ialah prasarana,sarana, barang-barang modal, bahan baku/penolong dan barang-konsumsi.
(2) Yang tergolong kebutuhan berupa jasa (langsung dikonsumsi) ialah misalnya jasa pendidikan, jasa pelayanan kesehatan, jasa pelayanan peribadahan, jasa pemerintahan, jasa perlindungan hukum, jasa keamanan, jasa-angkutan dan lain sebagainya.
Mengenai kebutuhan berupa jasa, pertama-tama dibedakan menurut "tingkat kese
ringan" kebutuhannya. Jasa, dengan tingkat-keseringan tinggi, kebutuhannya sangat dirasa
kan ofeh masyarakat. Untuk menjangkaunya menyangkut mobilitas, yang berarti pula biaya,
sehingga penyediaannya berada dalam jangkauan lokal. Penyediaan jasa sifatnya langsung,
sehingga kegiatan-usaha yang menghasilkannya juga berada dalam jangkauan lokal. Atau seba
liknya dapat disebutkan, bahwa kegiatan-usaha penghasil jasa memberikan pelayanan yang
berjangkauan lokal.
Selain dari itu, kegiatan-usaha penghasil jasa dikenal "berorientasi kedafam" datam arti,
bahwa jasa yang dihasilkannya itu ditujukan kepada masyarakat yang berada dalam wilayah
yang sama. Dengan demikian, dalam memberikan pelayanan kegiatan-usaha penghasil jasa
(yang langsung dikonsumsi) menunjukkan ciri-ciri : (a) berjangkauan lokal, dan (b) berorientasi
kedalam. Kegiatan-usaha ini untuk selanjutnya dikenal dengan kegiatan-usaha N-E.
Berbeda dengan jasa, penyediaan barang sifatnya tidak langsung. Barang disediakan
melalui jasa-distribusi (terdiri dari jasa-perdagangan dan jasa-angkutan, sebagai bagian-bagian
yang tak terpisahkan). Pengamatan atas pergerakan barang ditujukan pada kegiatan-usaha
penghasil jasa-distribusi. Penghasil barangnya sendiri dapat berada dalam jangkauan lokal ma
upun jangkauan tidak lokal, seperti di wilayah lain, di pulau lain ataupun di negara lain. Dalam
rangka ini, kegiatan-usaha penghasil jasa-distribusi juga masih dikenal sebagai "berorientasi
kedalam", walaupun barangnya berasal dari luar wilayah.
Disamping memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada dalam wilayah sama
berupa barang, juga berfungsi melayani pemasaran hasil produksi masyarakat dalam wilayah itu
kepasaran di luar, seperti ke wilayah lain, ke pulau lain ataupun ke negara lain. Dalam hubu-
8
ngan ini, kegiatan-usaha penghasil jasa-distribudi dikenal "berorientasi keluar".
Dengan demikian, dalam memberikan pelayanan, kegiatan-usaha penghasil jasa-distri
busi menunjukkan ciri-ciri : (a) selain berjangkauan lokal, juga tidak lokal, dan (b) disamping
baroriantasi kedalam, juga berorientasi keluar. Jangkauan tidak lokal, terutama dikaitkan
dengan palayanannya yang berorientasi kaluar, dan pada prinsipnya diusahakan untuk men
jangkau jarak sejauh mungkin, yaitu sejalan dengan usaha pencapaian pasaran yang seluas-luas
nya. Kegiatan-usaha ini untuk selanjutnya dikenal dengan kegiatan-usaha E .
.. ......... pembentuk struktur :
Pertumbuhan, menuntut diterapkannya pola-pola effisi~i pada segenap kegiatan-usaha,
baik yang tergolong dalam bidang ekonomi, sosial maupun politik ; dengan demikian juga pa
da kegiatan-usaha N-E dan kegiatan-usaha E. Pelaksanaannya terlihat pada pertimbangan
skala-ekonomis dan pemilihan lokasi yang paling menguntungkan dalam pemberian pelayanan.
Selain dari itu, juga dalam bentuk kecenderungan berkelompoknya berbagai kegiatan-usaha
untuk memenuhi kebutuhan bersama, sebagai suatu jalan yang menguntungkan.
Bagi kegiatan-usaha N-E, lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah lokasi-santral,
sesuai dengan ciri-ciri dalam pelayanannya (Gambar a). Sedangkan untuk kegiatan-usaha E.
lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah lokasi-ujung, sesuai dengan ciri-ciri dalam pela
yanannya (Gambar b), terutama dalam hal jangkauannya yang tidak-lokal dan ''beroriantasi ke
luar.
a) Lokasi Sentral (LS)
----t OGP
b) Lokasi Ujung (LU) OGP = Orientasi Geographis Pemasaran.
Pergeseran lokasi, dari sentral ke ujung, membawa keuntungan ekonomis sebesar :
BM::: 1,46 m. a. R3 ( 2,15f- 1 ) *)
Dari persamaan tersebut diperoleh petunjuk, bahwa dengan makin luasnya wilayah
yang terlayani, f(R), akan makin terasa besarnya keuntungan.
Catatan:
Pada ukuran wilayah Kecamatan, pengaruh lokasi sentr. I pada umumnya masih terasa. Lebih dari ukuran itu, tidak lagi dijumpai peranan sentralnya, periks 1 lokasl kota·kota besar pada umumnya.
*)dari penulis
9
Perbedaan, dalam hal pemilihan lokasi yang dinilai paling menguntungkan, antara kegi
atan-usaha N-E dan kegiatan-usaha E tidak mengurangi kecenderungan untuk berkelompok,
mengingat bahwa : (a} berkelompoknya kegiatan-usaha tetap merupakan langkah yang me
nguntungkan, dan (b) kegiatan-usaha N-E mudah menyesuaikan diri, sesuai dengan ciri-ciri
dalam pelayanannya, yaitu yang berjangkauan lokal dan berorientasi kedalam.
Sepanjang analisa yang dilakukan sampai pada tahapan ini diperoleh petunjuk, bahwa
unsur pembentuk struktur pada wilayah ialah jasa-distribusi. Jasa-jasa lain bukanlah unsur
pembentuk struktur, walaupun dapat mempengaruhi wujud strukturnya.
Catatan:
Dimanapun lokasi dari kegiatan-usaha penghasil barang, akhirnya biaya distribusilah yang menentukan jangkauan pemasaran, dengan demikian juga luasnya pemasaran.
Dengan demikian, analisa lebih lanjut yang dimaksudkan untuk mengenal wujud struk
turnya, ditujukan pada tingkah-laku jasa-distribusi .
........... simpul jasa-distribusi ;
Kegiatan-usaha ekonomi bermula pada sumber-alam dan berakhir pada konsumen·
akhir. Bertolak pada sumber-alam diperoleh produk-primer, melalui kegiatan-usaha primer
(produksi). Kegiatan-usaha primer, dengan demikian juga produk primer, berlokasi pada tern
pat diketemukannya sumber-alam.
Catatan:
Konsumen-akhir ialah pihak yang menampung barang-barang-konsumsi, sehingga industri tidak termasuk konsumen-akhir.
Jasa-distribusi, pada hakekatnya berperan memasarkan produk-primer menuju konsu
men-akhir. Selama perjalanan, produk-primer dapat mengalami perobahan melalui proses pe
murnian, pengolahan, pengerjaan dan sebagainya, dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan
konsumen-akhir. Proses-proses seperh itu merupakan fungsi kegiatan-usaha sekunder (produk
si), yang bersifat melengkapi kegiatan-usaha distribusi (tertier), dalam rangka pemasaran pro
duk-primer.
Sumber-alam, letaknya tersebar-sebar. Konsumen-akhirpun berada tersebar-sebar.
Kegiatan-usaha distribusi berperan menghubungkan kedua-duanya, sehingga menghadapi dera
jad penyebaran yang tebih besar lagi. Dalam rangka mengatasi kenyataan demikian itu, terja-
10
dilah bentuk-bentuk yang mencerminkan penerapan prinsip-prinsip effisiensi pada proses dis
tribusi, yaitu berupa simpul-simpul jasa-distribusi. periksa Gam bar 1.
Proses pemasaran, yang bermula pada produk-primer dan menuju konsumen-akhir,
menggambarkan adanya arus-barang, begitu pula arus jasa-distribusi. Pada simpul-simpul itu
arus jasa-distribusi, juga arus-barang, terputus .
.... ....... hubungan fungsionil antar kota :
Terjadinya simpul jasa-distribusi menirnbulkan pusat kegiatan-usaha distribusi, yaitu
yang mencakupi perdagangan dan angkutan. Disitu terlibat sejumlah manusia, yang memerlu
kan juga pelayanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kegiatan-usaha yang ber
fungsi melayani itu melibatkan pula sejumlah manusia. Begitu seterusnya, sehingga terjadilah
konsentrasi kegiatan-usaha dengan disertai pemukiman manusia-manusianya, yang membentuk
kehidupan kota. Dalam kaitan inilah, simpul jasa-distribusi dinyatakan sebagai titik-tumpu
bagi tumbuh dan berkembangnya kota, menurut konsiderasi ekonomi. Atau dengan kata lain,
kota mempunyai fungsi ekonomi dalam rangka peranannya sebagai simpul jasa-distribusi.
Catatan:
D apat terjadi, bahwa suatu kota dibangun tanpa mempunyai fungsi ekonomi. Sebagai contoh ialah kota Palangkaraya lselama kota itu tidak mempunyai hinterland).
Sebagai pusat perdagangan, maka harga-barang yang berlaku pada simpul (kota) meru
pakan ukuran harga-pasar bagi barang-barang yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan-usaha pro
duksi yang berada disekitarnya. Sebaliknya, kegiatan-usaha produksi berusaha untuk dapat
mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku pada simpul (kota).
Simpul, mempunyai kelebihan dari sekedar sebagai pasar. Suatu barang yang dapat
mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku pada suatu simpul, akan terjamin pemasarannya
sampai pada konsumen-akhir.
Dalam usahanya untuk mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku pada simpul, kegi
atan-usaha produksi memperhitungkan besarnya biaya-angkutan yang perlu ditutupnya,
periksa Gambar 2. Untuk suatu jenis barang berlaku harga-produksi minimum, sehingga untuk
suatu tingkat harga pasar pada simpul berlaku pula suatu batas wilayah, yang menggambarkan
dan disebut Wilayah Pengaruh Simpul. Dalam wilayah pengaruh itu, kegiatan-usaha produksi
dapat mencapai harga-pasar dan berarti dapat terjangkau oleh pelayanan pemasaran. Diluar
wilayah, berarti tidak terjangkau lagi oleh pelayanan pemasaran sesuatu simpul.
11
Dengan menurunnya biaya-angkutan Wilayjltl Pengaruh Simpul menjadi lebih luas.
Makin merendah biaya-angkutan, akan makin luas wJ Ia yah pengaruhnya.
Menurunnya biaya-angkutan disebabkan diilntaranya oleh meningkatnya teknologi ang
kutannya. Sedangkan teknologi meningkat sejal<ln dengan mernbesarnya volume arus barang
(gejala perkembangan). Teknologi angkutan yang meningkat. sebaliknya menuntut syarat,
berupa "pengumpulan barang" sebelum diangkut. Pengumpulan barang, tidak lain adalah sua
tu bentuk simpul jasa-distribusi juga. Sejalan dengan berlangsungny<J perkembangan, bermun
culanlah simpul-simpul jasa-distribusi, yany nampak sebagai kota-kota (kccil) baru.
Simpul yang timbul kemudian itu, sifatnya melengkapi simpul yang telah ada sebelum
nya. Simpul yang timbul kemudian itu berada dalam ::;uiJ-ordinasi sirnpul yang telah ada sebe
lumnya.
Teknologi angkutan, yang menghubungkan sirnpul yang telah ada sebelumnya itu de
ngan simpul lain, dapat pula rneningkat sejalan dengan makin memadatnya arus barang. Pe
oingkatan teknologi angkut;w berpengaruh mernperbuiki tingkat harga-pa$ar. Perbaikan ting
kat harga-pasar membawa pengat uh puia pada perbo.~ikan tingkat harga-pasar pada simpul yang
berada dalarn sub-ordina~i. periksa Garnbar 3 : (HPo)2 ke (HP] )2 berpengaruh pada pero
bahan {HPo)} ke (HP1h-
Tingkah-laku ja~a-distribusi, sebagaimana diungkapkan pada Gambar 2, berlaku untuk
satu jenis barang. Jasa-distribusi tidak membedakan jenis barang *) dan menampung sekaligus
berbagai jenis barang. Gambaran mengenai tingkah-laku jasadistribusi dalam rnenampung seka
ligus berbagai jenis barang. ditJapatkan melalui cara "pcnumpangan" (super imposed), periksa
Gambar 4. Lebih dekat pada simpul, lebih banyak pula jenis barang yang terjangkau oleh pe
layanan pernasaran, yang berarti lehih luas kesempatan yang tersedia untuk perkembangan ke
giatan-usaha.
Simpul yang terjadi kemudian itu dapat pula menimbulkan simpul baru, yang sifatnya
melengkapi padanya. Bagitu seterusnya, sehingga terbentuk sederetan simpul-simpul yang
terikat satu dengan lainnya dalam hubungan fungsionil pemasaran. Hubungan seperti itu rne
nampakkan adanya susunan hirarki, yang arahnya ditentukan oleh arah dari orientasi geogra
phis pemasarannya, periksa Gambar 5. Ciri-ciri hubungan fungsionil antar simpul, tidak lain
menggambarkan c iri-c iri hubungan fu ngsioni I antar kota.
Orientasi Geographis Pemasaran yang dijumpai pada wilayah-wilayah kepulauan Indo
nesia, mengarah pada "perairan dalam". Apakah arah ini keliru ?. Tidak, justru tepat sekali,
mengingat bahwa arahnya scsuai dengan orientasi perdagangan antar daerah. Makin iotensit
*) Kecuafi beberapa jenis barang yiing ter!}Oiong khusus, seperti minyak, kayu glondongan dan ternak, yang mempergunakan fasilitas distribusi yang khusus pula.
12
berlangsungnya perdagangan antar daerah, akan makin tinggi tingkat ketergantungan ekonomis
antar daerah, yang berarti makin kokoh Kesatuan Ekonomi Nasional. Selain dari itu, perda
gangan antar daerah yang intensif membuka peluang bagi berlangsungnya "spesialisasi daerah"
yang berarti memperluas kesempatan untuk perkembangan .
........ ... batas Satuan Wi I ayah Pengembangan :
Terdapat simpul-simpul (kota-kota) yang tidak berada dalam sub-ordinasi sesuatu
simpul. Simpul-simpul (kota-kota) ini dinyatakan sebagai simpul-simpul (kota-kota) Orde
Kesatu. Hubungan antar simpul Orde-Kesatu, sifatnya tukar-menukar pada tingkatan fungsi
yang sama tinggi, walaupun besar masing-masing tidak perlu sama.
Batas Wilayah Pengaruh dari simpul Orde-Kesatu, melampaui simpul-simpul yang ber
ada dalam sub-ordinasinya, merupakan batas Satuan Wilayah Pengembangan. Wilayah yang
tercakup didalamnya tunduk pada satu "satuan" mekanisme pengembangan, yaitu "satuan"
mekanisme berkembangnya wilayah.
Catatan: Mengingatkan kembJii, bahwa Satuan Wilayah Pengembangan yang dimaksudkan itu, dikenal 5ebagai satuan produk yang nampak dan diwujudkan oleh proses "berkembangnya wilayah", artinya dikenal seperti apa adanya.
SWP = SWE +X s,p
Batas Wilayah Pengaruh Simpul Orde-Kesatu diidentifikasi berdasarkan kaidah-kaidah
ekonomi, dan mernang tidak ada lain dari itu. Wilayah yang tercakup didalamnya, lebih tepat
jika dinyatakan sebagai Satuan Wilayah Ekonomi (SWE). Dengan memperluas pengamatan
kearah kebutuhan-kebutuhan yang tergolong Non-Ekonomi (X5,p). terwujudlah Satuan Wila
yah Pengembangan.
13
........... kaitannya dengan "tingkat kemudahan"
Jasa-distribusi dengan kepadatan tinggi menunjukkan "tingkat kemudahan" yang tinggi
pula bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya. Jasa-distribusi dengan kepadatan
tinggi mengundang teknologi angkutan yang tinggi pula dan memberikan peluang bagi berlaku
nya tingkat harga-pasar yang berlaku pada simpul, yang menguntungkan pula. Dengan tingkat
harga-pasar yang menguntungkan, wilayah pengaruhnya pun luas. Dengan demikian terdapat
hubungan ketergantungan antara luasjbesarnya Satuan Wilayah Pengembangan dengan tinggi
nya tingkat-kemudahan. Pada Satuan Wilayah Pengembangan yang lebih luas dijumpai ting
kat-kemudahan yang lebih tinggi.
14
C. STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
........... keseimbangan dan tingkat perataan :
Dalam suatu SWP tidak dijumpai adanya keseimbangan/perataan, dikarenakan perbe
daan hirarki. Sedangkan antar SWP pada prinsipnya dapat dicapai keseimbangan. Dengan
demikian, maka, apabila pada wilayah Nasional dikehendaki adanya keseimbangan dengan
tingkat perataan yang tinggi, diperlukan hadirnya sejumlah besar SWP yang dalam keadaan se
imbang. Makin tinggi tingkat perataan yang hendak dicapai, makin besar pula jumlah SWP
yang harus terjadi .
.. .. .. ..... periode-periode pembinaan :
Pada wilayah Nasional dijumpai lebih dari 70 SWP, yang tersebar mulai dari Sabang
sampai Merauke. Seba;Jai contoh diberikan gambaran mengenai SWP yang berlaku di bagian
Utara Pulau Sumatera, periksa Gambar. 7.
Sekian banyak SWP itu menunjukkan ukuran yang tidak sama besarnya. "Tingkat
kemudahan" yang beriaku tidak sama tingginya, yang berarti bahwa kesempatan untuk tum
buh pun tidak sama. Hadirnya sejumlah SWP seperti itu, merupakan suatu pra-kondisi bagi
berlangsungnya perturnbuhan r.asional yang rnakin tidak seimbang, selama terhadapnya tidJ~
dilakukan suatu perombakan.
15
Arah perombakan yang perlu dilakukan adalah jelas, yaitu membawa sejumlah SWP
tersebut kedalam keadaan keseimbangan. Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai ialah
keseimbangan dengan tingkat perataan tinggi, yang berarti menuju terwujudnya SWP-SWP yang
dalam keadaan keseimbangan dan berjumlah lebih banyak, bahkan jauh lebih banyak, dari 70
buah. Dalam hubungan ini timbul pertanyaan : Apakah langsung mengarah pada keseimba
ngan dengan jumlah SWP lebih dari 70 buah ?. Ataukah bertindak menyeimbangkan SWP
yang berjumlah 70 buah itu ?.
Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, perlu terlebih dahulu
dipertimbangkan bahwa :
(a) penyeimbangan merupakan proses detfisiensi : dalam hubungan ini perlu diukur kemam
puan dalam penyediaan dana untuk mentolerir deffisiensi tersebut ; pada saat ini rasanya
untuk menutup kebutuhan dana bagi penyeimbangan ke - 70 buah SWP itu saja sudah
berat :
(b) berapapun jumlahnya, penyeimbangan SWP membawa keuntungan Nasional yang amat
besar, yaitu misalnya :
b.l. dengan SWP yang seimbang dapat diwujudkan perdagangan antar daerah yang effi
sien;
b.2. perdagangan antar daerah yang effisien membuka peluang berlangsungnya spesiati
sasi daerah ;
b.3. spesialisasi daerah membuka kesempatan yang lebih luas bagi pertumbuhan daerah,
yang selanjutnya membuka kesempatan berlangsungnya perdagangan antar daerah
yang makin intensif ;
b.4. perdagangan antar daerah yang makin intensif, berarti meningkatkan ketergantungan
ekonomis antar daerah, yang berarti memperkokoh Kesatuan Ekonomi Nasional ;
b.5. keseluruhannya memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan Nasional yang lebih
effisien, periksa contoh pada Gambar 8.
Dengan memperhatikan pertimbangan tersebut, langkah yang perlu ditempuh ialah
mewujudkan secepatnya keadaan keseimbangan, walaupun dengan tingkat perataan yang rendah, kurang dari 70 buah, terlebih dahulu. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan lang
kah ini dinyatakan sebagai Periode I.
Catatan :
Jumlah SWP kurang dari 70 buah, misalnya 12. Penurunan jumlah tidak berarti meninggalkan sisanya yang berjumlah 58, melainkan dengan memberikan kesempatan bagi SWP-SWP yang berukuran kecil untuk mengelompokkan diri menjadi SWP yang lebih besar, guna mengimbangi SWP-SWP lainnya yang sudah besar dan kuat.
16
Dengan berakhirnya Periode I, pertumbuhan Nasional berlangsung dengan lebih effisi
en. Pertumbuhan seperti ini dibiarkan terus berlangsung selama suatu periode, yang dinyata
kan sebagai Periode II. Dalam Periode II ini, peningkatan pendapatan nasional diharapkan
terjadi dengan lebih cepat, atau sebagai gantinya perluasan kesempatan kerja terjadi dengan le
bih cepat.
Periode II dianggap perlu diakhiri, pada saat kemampuan penyediaan dana untuk
membiayai perataan telah cukup meiT'adai. Pada saat itu, mulailah Periode Ill, yang mengarah
pada tingkat perataan tinggi, dengan jalan memperbesar kembali jumlah SWP, periksa Gambar
9 .
........... proses pengelompokkan :
Proses pengelompokkan antar sejumlah SWP didasarkan pada daya-tarik harga-pasa.-. Pada salah satu simpul Orde-Kesatu, yang diproyeksikan sebagai Orde-Kesatu-nya masa depan,
diciptakan tingkat harga-pasar y<'ng menarik bagi SWP selebihnya. Untuk itu, kepadatan jasa
distribusi pada simpul tersebut secepatnya ditingkatkan.
Untuk meningkatkan kepadatan jasa-distribusi dalam waktu yang relatip singkat, dapat
ditempuh melalui pengembangan industri. Sebagai suatu kumpulan industri, akan secepatnya
melibatkan jasa-distribusi yang meningkat dan berakibat peningkatan jasa-distribusi setempat.
Kepadatan jasa-distribusi yang meningkat mengundang teknologi angkutan yang lebih tinggi,
yang berpengaruh memperbaiki tingkat harga-pasar.
Dalam hal, industri tidak tertarik untuk datang, cara yang ditempuh ialah langsung meii
batkan teknologi angkutan yang lebih tinggi, dengan menanggung beban subsidi. Pemilihan
teknologi, berikut frekwensi, sedemikian menarik, sehingga benar-benar memberikan keun
tungan bagi SWP-SWP selebihnya untuk bergabung. Setelah penggabungan terjadi, baru ke
mudian kepadatan jasa-distribusi meningkat. Pada suatu saat kepadatan yang diperlukan ter
capai, dan berakhirlah masa subsidi.
Pengelompokan SWP yang terjadi karena perbaikan tingkat harga-pasar, merupakan
proses yang diikuti oleh peningkatan modal ( + ). Usaha untuk memperbaiki tingkat harga
pasar memerlukan modal. Modal ini seharusnya akan membawa keuntungan yang lebih besar,
apabila ditanamkan pada SWP yang telah berkembang. Dalam hubungan ini, pengalihan mo
dal merupakan suatu gejala deffisiensi (- ). Apabila keduanya dipersatukan, ( +) dan (- ),
teoritis hasilnya tetap ( - ), suatu deffisiensi. Berapa besarnya deffisiensi yang sebaiknya di
tanggung, ditentukan berdasarkan suatu proses optimasi, yang sekaligus menentukan jumlah
SWP yang hendak diseirnbangkan dalam Periode I.
1 Jarak
arus-barang
Q /'T\~
Jm,p
X )( X X )( )
s, s2 ··············-·················· ..... sn
GAMBAR 1. KETERANGAN:
P 1 Produk·Primer
K8 Konsuman Akhir
J~.P Jm ·produksi sakander
Jm,d Jm-distribusi
s1, s2 .......... S0 = Simpul Jm ·distribusi
HARGA PASAR
I I
HARGA PROOUKSI : MINIMUM 1
I
A
GAMBAR 2 : SIMPUL Jm d DAN WILAYAH-PENGARUHNYA
t0, t1, t2, t3, t4 Garis Lengkung Biaya Angkutan
a =
b =
Wilayah-Pengaruh Simpul Jm,d A
menurut Garis Lengkung Biaya-Angkutan t0
Wilayah-Pengaruh Simpul Jm,d B yang terjadi setelah berlakunya Garis Lengkung
Biaya-Angkutan t4.
I
I I I. il
II ij
I I ~
GAMBAR 3.
KETERANGAN:
HP = Harga Pasar index 0 = keadaen asal WP = Wilayah Pengaruh index 1 keadaan setelah berobah
s,
WPo
I I I I ~
j
l
~ I
t-
_\
-------'"'2T'ITT'I"'I~------ HARGA-PASAR (DALAM 100 UN IT)
GAMBAR 4 WI LA YAH- PENGARUH UNTUK MULTI- JENIS BARANG
S Simpul Jm.d
1,2,3,4,5,6,7,8,9 .. Jumlah jenis barang yang memperoleh
pelayanan J m -distribusi
--o--- = Harga-Produksi Minimum
DSB
.,.,-.... ..... ., ...... / .............
,-" ....... .,., 0 ......
,.,. 0 .................
( / 0 0 0 ................. ............
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
) I
I I
I o I
I I
I I
I L_ o I
---- I ---- o I ---- ,' --___ _,
a)
I / ORIENTASI GEOGRAPHIS
b)
GAMBAR 5
I I
I I
I I
I I
I I
I --I
STRUKTUR DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMASARAN
9.2
1141
.0
17
'"' I "' f'l ...._,
---- .... ,.,.. ,...._) I ...... ·-·.,)
/ .I -, .... -./ r
~-__..1 ! ·,._,_,..r·-.....-. .1 m~
0~1& 107
23 13 21 ~0 ... -:.::.' ~~~.81~--
0
GAMBAR 6 ORIENTASI PEMASARAN GEOGRAPHIS KEPULAUAN INDONESIA
KETERANGAN :
Angka = Besarnya bongkar/muat dalam ribuan ton (1971).
§
1.e
I
M 11 B 11 T 20
KETERANGAN :
I (2.000) I 801iGKAR/MUAT OALAM TON
JUMLAH I<ENOARA.AN/HARI
I swP- al
_I
M560 B f56 T202
M 48 B M T 50
M 64 8 38 T 64
\ \"
M f3i B 52 T 84
f1.140.952j
1'-- lft4659~ I BHOB
T4407
I
GAMBAR 7 SATUAN-SATUAN WILAYAH PENGEMBA~GAN DIBAGIAN UTARA PULAU SUMATERA
GAMBAR 8
I
SKEMA STRUKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH TINGKAT NASIONAL YANG IDEAL, DENGAN LIMA SATUAN WILAYAH EKONOMI YANG SEJMBANG
0= -=
SIMPUL JASA ORDE KESATU
KOMPONEN UTAMA} SISTIM ANGKUTAN NASIONAL KOMPONEN FEEDER
CONTOH WILAYAH, SEPERTI DALAM GAMBAR 5
ORIENTASI PEMASARAN GEOGRAPHIS
SATUAN WILAYAH EKONOMI
ROUTE PELAYARAN INTERNASIONAL
JUMLAH SWP
SEKARANG ~ 70
60
50
I I I
• . • •• • • . • . ••
\ I \ I I I \ I I I \ I I I \ l # I
cc.\ I I I -L ~\ I ~ I -~ ~ I $ I I ~\ I f I I
\ I # I // \ I I \ I } I \ I \ I I I \ 1 I I \ I jl \I I
10 •••••••••••••••••••••••••••••• L--~--1 I
PER lODE KE -1
20-30 TH
I I I I
PER lODE KE- 2
10-20 TH
_WAKTU-7
GAMBAR 9.
PERIODE KE -3
TH