teori dasar kondensor

7
Teori Dasar Kondensor Kondensor merupakan alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang berfungsi mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi titik-titik air (air kondensat) dan air yang terkondensasi menjadi air ditampung pada Hotwell. Selanjutnya air tersebut disirkulasikan kembali keboiler untuk diproses kembali menjadi uap . Proses pada kondensor yang terjadi adalah proses perpindahan panas. Panas dari uap bekas diteruskan ke massa Fluida pendingin melalui media pemisah yaitu permukaan perpindahan panas yang dibuat dengan pipa-pipa dengan ketebalan yang tipis dalam jumlah banyak untuk mencapai effektifitas transmisi sesuai persamaan : Dimana : Q = Jumlah panas yang harus dibuang ke kondensor (kJ/kg) U = Koefisien perpindahan panas universal (kkal/jam) A = Luas permukaan perpindahan panas (m 2 ) T = Temperatur uap masuk Kondensor ( 0 C) t i = Temperatur Air pendingin masuk Kondensor ( 0 C) t o = Temperatur air pendingin keluar Kondensor ( 0 C) Masalah yang umum dan sering terjadi pada kondensor adalah Fouling, Fouling memperbesar hambatan yang berarti menurunkan transmitasi. Bila transmitasi (U) turun, maka beda temperatur antara uap dan air pendingin naik untuk sejumlah panas (Q) yang

Upload: lukmanhakim

Post on 22-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

tentang macam macam kondensor

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Dasar Kondensor

Teori Dasar Kondensor

Kondensor merupakan alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang berfungsi mengkondensasikan  uap bekas dari turbin menjadi titik-titik air (air kondensat) dan air yang terkondensasi menjadi air ditampung pada Hotwell. Selanjutnya air tersebut disirkulasikan kembali keboiler untuk diproses kembali menjadi uap .

Proses pada kondensor yang terjadi  adalah proses perpindahan panas. Panas dari uap bekas diteruskan ke massa Fluida pendingin melalui media pemisah yaitu permukaan perpindahan panas yang dibuat dengan pipa-pipa dengan ketebalan yang tipis dalam jumlah banyak untuk mencapai effektifitas transmisi sesuai persamaan :

Dimana :

Q = Jumlah panas yang harus dibuang ke kondensor (kJ/kg)U  = Koefisien perpindahan panas universal (kkal/jam)A  = Luas permukaan perpindahan panas (m2)T = Temperatur uap masuk Kondensor (0C)ti = Temperatur Air pendingin masuk Kondensor (0C)to = Temperatur air pendingin keluar Kondensor (0C)

 Masalah yang umum dan sering terjadi pada kondensor adalah Fouling, Fouling memperbesar hambatan yang berarti menurunkan transmitasi. Bila transmitasi (U) turun, maka beda temperatur antara uap dan air pendingin naik untuk sejumlah panas (Q) yang harus dipindahkan, kenaikan suhu pada permukaan Kondensor akan berefek kenaikan tekanan dalam Kondensor sebagai konsekwensinya.

Fouling disebabkan oleh lumpur atau binatang laut seperti tritip atau karang hijau akan mempertinggi resistansi sehingga akan menurunkan kecepatan Transmitasi (U) yang menghambat perpindahan panas dari Last Stage Steam Turbine ke air pendingin, karena itu harus dihambat laju fouling terhadap pipa kondensor yang dapat menurunkan performance kondensor.

Page 2: Teori Dasar Kondensor

Pada PLTU Priok jenis kondensor yang digunakan adalah berupa shell and tube , dimana air laut mengalir didalam tube untuk mendinginkan uap bekas yang berasal dari turbin, pada proses kondensasi ini mengakibatkan sisi uap kondensor (termasuk hotwell) berada dalam kondisi vakum . Bila air pendingin berkurang maka vakum akan turun dan pada kondisi ekstrim dapat mengakibatkan dearating dan bila vakum terus turun akan mengakibatkan unit trip , karena itu air pendingin utama merupakan unsur yang vital pada sebuah PLTU.Condensor dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1.  Condensor kontak langsung (Direct Contact Condensor/Jet Condensor).Prinsipnya mencampur uap dan air pendingin yang di sprey kan dalam satu tabung sehingga terbentuk air kondensate dan biasanya campuran air yang terbentuk diinjeksikan lagi keperut bumi untuk menjaga kelestarian alam. Condensor jenis ini banyak digunakan pada PLTP.

2.  Condensor Permukaan (Surface Condensor).Prinsipnya air pendingin dan uap yang didinginkan tidak dicampur , terpisah air pendingin didalam pipa-pipa (tubes) pendingin sedangkan uap yang terkondensasi didalam cangkang (shell). Pada Condensor Permukaan air pendingin yang tersedia dalam jumlah besar dan diharapkan air yang masuk kedalam kondensor air yang bersih .

Menurut arah alirannya ada beberapa type Condensor :-       Single Flow (aliran tunggal) satu arah-       Double Flow (aliran ganda) dua/tiga arah

Jenis Kondensor Permukaan (Surface Condensor) banyak digunakan di PLTU termasuk PLTU Priok.

 .   Fungsi Utama Kondensor

   Merubah uap bekas dari turbin menjadi air embun.

Page 3: Teori Dasar Kondensor

   Dengan vakum kondensor yang bagus, maka efisiensi turbin bagus.

   Menampung dan mengontrol air kondensat.

   Mengeluarkan udara atau gas yang tidak terkondensasi.

 Bagian Utama KondensorKondensor secara umum terdiri dari shell,  water box,  tube plat, tube

support,  hotwell dan sebagainya (lihat gambar 2.10. halaman 20).

1.  Selongsong (shell)

Pipanya di roll pada pemegang pipa pada ujung-ujungnya.Untuk

memungkinkan pemuaian antara pipa air masuk dan selongsong, maka

fleksibel diafragma dipasang pada sisi masuk dan keluar dari selongsong.

Diafragma ini berfungsi sebagai flange yang menghubungkan selongsong,

plat pemegang pipa dan water box. Expantion join terbuat dari stainless

steel yang terletak pada leher kondensor untuk memungkinkan diferensial

expantion.

2.  Ruang air (water box)

Ruang-ruang air pada sisi masuk dan keluar terbuat dari baja karbon

dan masing-masing mempunyai lobang lalu orang. Dengan menggunakan air

yang terpisah, maka pencucian setengah kondensor dapat diakukan pada

beban rendah.

3.  Pipa dan pemegang pipa (tube plats dan tubes)

Pemegang pipa terbuat dari naval brass dan pipa nya dari aluminium

brass.Pipanya di roll ke pemegang pipa dan ditunjang dengan 6 buah

penunjang pipa. Diafragma baja yang fleksibel memungkinkan diferensial

expantion (pemuaian antara pipa aluminium brass dengan selongsong baja

carbon). Pemasangan pemegang pipa pada selongsong dengan baut

pengunci. Susunannya sedemikian rupa sehingga memungkinkan

Page 4: Teori Dasar Kondensor

melepaskan water box tanpa mengganggu join dari selongsong dan

pemegang pipa. Perapat dari asbestos yang telah di celupkan (impregnated)

pada compound dari red lead, white lead dan linseed oil digunakan pada join

di atas. Perapat karet digunakan antara pemegang pipa dan ruang

air.Kegunaan diafragma selongsong baja yang fleksibel selain untuk

menghilangkan pemuaian juga digunakan sebagai penunjang (support)

pemegang pipa dan ruang air.

4.  Ruang kondensat (hotwell)

Ruang kondensat dilaskan pada sisi selongsong yang menampung

semua kondensat dan dilengkapi dengan gelas penduga dan lubang lalu

orang.

Alat Bantu KondensorPada kondensor diperlukan alat-alat pendukung untuk

pengoperasiannya , agar kerja kondensor bisa maksimal dan menaikkan efesiensi siklus PLTU. Adapun alat-alat pendukung tersebut adalah :

1.  Starting Air Ejektor , digunakan untuk menyedot dan membuang udara dari sistem air pendingin utama agar air pendingin dapat mengisi seluruh permukaan kondensor sehingga proses pendinginan efektif. Saluran pembungan udara sisi air pendingin terletak pada bagian atas water box sisi inlet dan sisi outlet condensor.

2.  Main Air Ejektor , digunakan setelah Starting Air Ejektor beroperasi . Main Air Ejektor berfungsi membuat vacum pada sisi uap , sampai vacum kondensor normal sekitar 650 mmHg.

3.  Ball Cleaning System (Tapproge Ball System) , berfungsi untuk membersihkan pipa-pipa (tubes) pendingin kondensor dari kotoran seperti lumpur dan kotoran halus dengan cara menginjeksikan bola karet (Tapproge Ball) kedalam pipa-pipa pendingin kondensor secara terus menerus proses ini dilakukan oleh pompa sirkulasi (Circulation Pump) dengan cara memompakan bola tapproge pada sisi masuk air pendingin dan mengambil kembali bola pada sisi keluar air pendingin untuk selanjutnya disirkulasikan kembali pada kondensor.  

http://anggara14s.blogspot.com/2012/03/kondensor.html

Page 5: Teori Dasar Kondensor

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29137/4/Chapter%20II.pdf

No 2

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

1.      Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen

lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga

bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang

diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu

misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

2.      Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar

(kebutuhan pelarut lebih sedikit).

3.       Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan

ekstraksi.

4.      Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan yaitu

besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan

mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda

kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal

(misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

5.      Reaktifitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada

komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya

reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.

Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan

mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

6.      Titik didih

Page 6: Teori Dasar Kondensor

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi

atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak

membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi

titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).

7.       Kriteria yang lain

Pelarut sedapat mungkin harus

- murah

- tersedia dalam jumlah besar

- tidak beracun

- tidak dapat terbakar

- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara

- tidak korosif

- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

- memilliki viskositas yang rendah

- stabil secara kimia dan termis.

Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap proses

ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.

https://www.academia.edu/7492406/12-13_bioseparasi

https://www.academia.edu/5390905/MATERI_KIMIA_TEKNIK_Ekstraksi_Distilasi_dll