teori afaf ibrahim meleis dan watson

38
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEORI KEPERAWATANHUMAN CARING JEAN WATSON DAN TRANSTITION THEORY AFAF IBRAHIM MELEIS TUGAS SAINS KEPERAWATAN Disusunoleh: Kelompok IV DEKA HARDIYAN NPM : 1406522720 ENY ERLINDA WIDYAASTUTI NPM : 140 ILMA FARHANIA NPM: 1406597072 ISNI NADYANTI NPM : 140 NI LUH GEDE INTAN SARASWATI NPM : 1306431482 i

Upload: juzt-megz

Post on 14-Dec-2015

373 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

SAINS S2 Keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS TEORI KEPERAWATANHUMAN CARING JEAN WATSON DAN TRANSTITION THEORY AFAF IBRAHIM MELEIS

TUGAS SAINS KEPERAWATANDisusunoleh:Kelompok IV

DEKA HARDIYAN NPM : 1406522720

ENY ERLINDA WIDYAASTUTI NPM : 140

ILMA FARHANIA NPM : 1406597072

ISNI NADYANTI NPM : 140

NI LUH GEDE INTAN SARASWATI NPM : 1306431482

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA2014

i

Page 2: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

KATA PENGANTARii | P a g e

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya makalah kelompok yang berjudul “ANALISIS TEORI

KEPERAWATAN HUMAN CARING JEAN WATSON DAN TRANSTITION

THEORY AFAF IBRAHIM MELEIS” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan arahan dalam proses pembuatan makalah ini, antara lain :

1. Ibu Enie Novieastari, SKp.,MSN selaku coordinator dan dosen pengampu

mata ajar Sains Keperawatan.

2. Semua anggota kelompok IV

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan

makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan mampu

menjawab tujuan pembelajaran.

Depok, September 2014

Kelompok IV

Page 3: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Tujuan..........................................................................................................2

1.2.1. Tujuan umum...................................................................................2

1.2.2. Tujuan Khusus.................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

1.1. Filsafah dan Paradigma Keperawatan..........................................................3

1.2. Model Konseptual Keperawatan..................................................................5

1.3. Teori Keperawatan ......................................................................................8

1.4. Perbedaan Model Konseptual dan Teori Keperawatan..............................11

1.5. Perbedaan Tingkatan Teori Keperawatan..................................................11

BAB 3 PEMBAHASAN

Analisis Hubungan............................................................................................15

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan................................................................................................19

4.2. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iv

Page 4: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu memiliki struktur

keilmuwan yang akan menuntun perawat dalam mengaplikasikan praktik

keperawatan. Struktur keilmuwan keperawatan memiliki beberapa tingkatan

dalam kaitan aplikasinya dalam praktik keperawatan. Filosofi sebagai

Page 5: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

tingkatan yang lebih abstrak dan dikembangkan menjadi model

keperawatan, dan middle range teori merupakan bentuk paling aplikatif

dalam praktik keperawatan. Perawat perlu memahami tingkatan teori, dan

menganalisa berbagai tingkatannya untuk mengembangkan dan

menerapkannya dalam praktek keperawatan.

Filosofi keperawatan sebagai suatu pernyataan yang memberikan

arah penemuan pengetahuan dan kebenaran serta identifikasi apa yang

berharga dalam keperawatan. Menurut Alligood (2006), filosofi

keperawatan menggambarkan empat konsep metaparadigma secara umum.

Sedangkan teori adalah serangkaian konsep, definisi, dan asumsi, atau

proposi untuk menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian teori

menjabarkan lebih detail suatu fenomena dan bersifat aplikatif, dan ini

memerlukan pemahaman dan pengembangan. Untuk mendapatkan

gambaran, pemahaman dan cakupan suatu teori, perawat perlu

mempelajarinya.

Pada makalah ini, penyusun akan menganalis filosofi Watson

human caring dan teori transisi oleh Meleis. Melalui penyusunan makalah

ini, diharapkan dapat memahami tingkatan teori dan cakupan setiap

tingkatan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

a. Mampu menganalisis filosofi Human Caring dari Jean Watson

b. Mampu menganalisis transtition Theory dari Afaf Ibrahim Meleis.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep utama filosofi human caring dari Jean Watson.

b. Mengetahui konsep utamaTeori Transisi dari Afaf IbrahimMeleis.

c. Mengetahui clarity, simplicity, generality, accessibility, empirical

precission, dan deriavable consequences dari Filosofi Human Caring.

d. Mengetahui clarity, simplicity, generality, accessibility, importance dari

Teori Transisi.

Page 6: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Filosofi Jean Watson

Margaret Jean Harman Watson dalam buku pertamanya tahun 1979, Nursing:

The Philosophy and Science of Caring menggambarkan pandangannya terkait konsep

keperawatan. Kemudian pada buku keduanya tahun 1985, Nursing:Human Science

and Human Care - A Theory of Nursing, Watson menampilkan pengembangan

pandangannya human caring pada teori transpersonal caring relationshipdan pada

buku ketiganya tahun 1999, Watson menyusun model yang digunakan sebagai

Page 7: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

pendekatan dalam praktik keperawatan. Bahkan pada buku kelimanya pada tahun

2005; Caring Science as Sacred Science, Watson memaparkan perjalan personal

dalam pemahaman caring science, spiritual practice, the concept and practice of

care, and caring-healing work. Sepanjang perjalanannya sampai saat ini, Watson

terus mengembangkan pemikirannya tentang keperawatan, mulai dari pandangannya,

teori dan aplikasi keperawatan. Namun pada makalah ini, penyusun menspesifikkan

untuk menganalisis teori pada tingkat filosofi Watson: human caring.

Berawal dari penyusunan kurikulum program sarjana di universitas

Colorado, Watson menyusun ten carative factors(1979). Ten carative factors

digunakan sebagai kerangka kerja dalam keilmuwan dan praktik keperawatan. Pada

perjalanannya, Watson kemudian mengembangkan dan memasukkan “caritas” yang

menghubungkan caring dan love secara eksplisit dan disebut sebagai clinical caritas

processes. Setiap carative factors dan clinical caritas processes menggambarkan

proses caring dalam rangka mencapai dan mempertahankan kesehatan pasien atau

meninggal dengan damai. Dengan demikian, Ten carative factorsdan clinical caritas

processes menjadi penuntun dalam aplikasi praktik keperawatan.

carative factors caritas processes

Membentuk sistem nilai humanistik-

altruistik

Menerapkan perilaku yang penuh kasih

sayang, kebaikan dan ketenangan dalam

konteks kesadaran terhadap caring

Menanamkan keyakinan dan harapan Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan

serta mempertahankan sistem kepercayaan

yang dalam dan duniakehidupan subjektif

dari dirinya dan orang dirawat

Mengembangkan sensitivitas untuk diri

ssendiri dan orang lain

Memberikan perhatian terhadap praktik-

praktik spiritual dan transpersonal diri

orang lain, melebihi ego dirinya

Membina hubungan saling percaya dan

saling bantu

Mengembangkan dan mempertahankan

suatu hubungan caring yang sebenarnya

yang saling bantu dan saling percaya

Meningkatkan dan menerima ekspresi

perasaan positif dan negatif

Hadir untuk menampung dan mendukung

ekspresi positif dan negatif sebagai suatu

hubungan dengan semangat yang dalam

dari diri sendiri dan orang yang dirawat

Page 8: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

Menggunakan metoda pemecahan masalah

yang sistematis dalam pengambilan

keputusan

Menggunakan diri sendiri dan semua cara

yang diketahui secara kreatif sebagai

bagian dari proses caring, untuk terlibat

dalam penerapan caring healing yang

artistik

Meningkatkan proses belajar mengajar

intrapersonal

Terlibat dalam pengalaman belajar

mengajar yang sebenarnya yang mengakui

keutuhan diri orang lain dan berusaha

memahami sudut pandang orang lain

Menyediakan lingkungan yang

mendukung, melindungi dan memperbaiki

mental, sosialkultural dan spiritual

Menciptakan lingkungan healing pada

seluruh tingkatan baik fisik maupun

nonfisik, lingkungan yang kompleks dari

energi dan kesadaran yang memiliki, yang

memiliki keholistikan, keindahan,

kenyamanan, martabat dan kedamaian

Membantu dalam pemenuhan kebutuhan

dasar manusia

Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar

dengan kesadaran caring yang penuh,

memberikan human care essentials yang

memunculkan penyesuaian jiwa raga dan

pikiran, keholistikan dan kesatuan diri

dalam seluruh aspek care dengan

melibatkan jiwa dan keberadaan secara

spiritual

Mengembangkan faktor kekuatan

eksistensial-fenomenologis

Menelaah dan menghargai misteri spiritual

dan dimensional eksistensial dari

kehidupan dan kematian seseorang, soul

care, bagi diri sendiri dan orang yang

dirawat

Berikut konsep utama dan definisi Ten carative factors:

1. Terbentuknya sistem nilai yang humanistic dan altruistic pada hubungan

perawat-klien. Faktor ini menggambarkan adanya kepuasan perawat bila ia

dapat menggunakan dirinya untuk membantu klien.

2. Menumbuhkan harapan klien. Faktor ini menunjukkan peran perawat dalam

meningkatkan kesejahteraan klien dengan membantu klien mengadopsi perilaku

Page 9: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

sehat, dengan menggunakan sugesti secara positif, dan dengan mengembangkan

hubungan perawat-klien yang efektif.

3. Sensitive terhadap diri sendiri dan orang lain. Bila perawat dapat

mengekspresikan perasaannya, dia akan mampu member kesempatan kepada

orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka.

4. Mengembangkan hubungan saling percaya. Pada hubungan saling percaya,

perawat akan jujur, ikhlas, empati, berbicara dengan nada suara yang tidak

tinggi, dan berkomunikasi dengan jelas.

5. Menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ekspresi perasaan positif dan

negative dapat membuat perasaan klien atau perawat tidak enak. Perawat perlu

mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan klien untuk menerima, terutama

perasaan negative.

6. Menggunakan proses penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan.

Penggunaan proses keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan

merupakan metode penyelesaian masalah klien. Hal ini menunjukkan perawat

memiliki otonomi untuk menetapkan tindakan keperawatan, tidak hanya melalui

tindakan medic.

7. Meningkatkan proses belajar mengajar melalui proses interpersonal.

8. Menyediakan lingkungan biopsikososial dan cultural yang suportif fan protektif.

9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar. Perawat membantu klien dalam

memenuhi kebutuhan biopsikososial dan spiritual.

10. Memberi kesempatan pada klien untuk mempelajari fenomena yang terjadi. Hal

ini dapat dilakukan dengan meberikan klien suatu pengalaman/ pemikiran yang

dapat meningkatkan pemahamannya terhadap dirinya dan orang lain.

Dalam filosofinya, Watson melihat keperawatan sebagaihuman science yang

memiliki simbol, konsep dan bahasa berbeda dengan jenis keilmuwan yang lainnya.

Hal ini diungkapkannya “science is empphasized in a human science context”

(Watson:1985). Pandangan ini didasarkan pada nilai human care dan human caring

dan asumsi-asumsi yang terkait dengannya. Berikut beberapa asumsi Watson tentang

keperawatan:

Human caring merupakan moral ideal dan peran utama perawat

Caring merupakan essencekeperawatan dan paling sentral dan fokus utama

praktik keperawatan

Pengetahuan dan tindakan caring merupakan ontologi serius, etika, epistemik dan

pragmatis dalam disiplin ilmu keperawatan

Page 10: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

Sebagai suatu disiplin, keerawatan memiliki tanggung jawab etik, sosial dan

lingkungan terhadap perkembangan teori baru dan pengatahuan caring,

penyembuhan dan praktik kesehatan untuk mengajarkannya dalam pendidikan

dan mengimplementasikannya dalam perawatan klinik.

Karena fenomena keperawatan merupakan fenomena manusia dan kehidupan,

aspek multiple seseorang, intuisi, etika, empiris, estetika dan dimensi spiritual

disetujui sebagai dasar matrik epistomologis dan ontologis dari disiplin dan

profesi

Human caring dapat didemonstrasikan dan dipraktikkan secara efektif melalui

hubungan interpesonal

Praktik transpersonal caring-healing membutuhkan pengembangan epistomologi

dan pengetahuan transformatif

Nilai-nilai human care dan human caringmenurut Watson:

Penghargaan dalam ditujukan pada keajaiban dan misteri hidup

Pengakuan sebuah dimensi spiritual kehidupan dan kekuatan diri dari proses

human care

Pengakuan kekuatan manusia tumbuh dan berubah

Nilai nonpaternalistik berhubingan dengan otonomi manusia dan kebebasan

memilih ditujukan untuk mempertahankan diri, martabat manusia, dan

humanistik pada tingkat individu dan global

Sebuah nilai tinggi ditempatkan pada subjektif-intersubjektif sebagai bukti, dalam

hubungan resiprokal antara perawat dan lainnya, melalui kesadaran, kesengajaan,

persepsi, pengalaman hidupberhubungan dengan caring, penyembuhan dan

kondisi sehat sakit dalan suatu caring moment dan pengalaman atau arti yang

melebihi momen dan pengalaman aktual

Penekanan didasarkan pada membantu orang lain melalui modalitas keperawatan

caring healing lanjut, dan memperoleh pengetahuan diri lebih, kontrol diri dan

bahkan penyembuhan diri, tanpa menghiraukan kondisi sehat sakit

Sebuah nilai tinggi ditempatkan pada hubungan antara perawat dan orang lain,

dengan semua bagian dipandang sebagai coparticipann dalam proses human care

Caring diakui sebagai bentuk komitmen tertinggi terhadap diri dan orang lain,

sosial dan lingkungan bahkan pada semesta

Jika human caring-healing tidak dipertahankan dalam bagian

nilai,pengetahuan,praktik dan tujuan global maka kebaikan sulit dipertahankan

Asumsi Watson yang berhubungan dengan human care dan human caring

Page 11: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

Care dan lovebersifat paling universal, paling dahsyat, dan paling misteri dalam

kekuatan cosmik

Manusia membutuhkan care dan love seringkali terabaikan, atau kita tahu bahwa

seseorang membutuhkan orang lain namun seringkali kita tidak menunjukkan hal

tersebut satu dengan lainnya

Karena keperawatan merupakan caring profession, tanggung jawab untuk

mempertahankan ideal caring dan ideologi dalam pendidikan dan praktik yang

akan mempengaruhi bagaimana manusia berkembang dan berkembang menjadi

sebuah moral, caring.

Untuk memulai, kita harus membangkitkan kesadaran, moral ideal, kesengajaan,

akan merawat dan mencintai menjadi perilaku dan kesadaran diri.

Human care pada tingkat individu, kelompok, komunitas dan sosial sedikit atau

tidak didapatkan dari sistem teknologi perawaatan medis pada akhir abad 20

Caring didefinisikan sebagai etika dan moral ideal keperawatan yang bersifat

humanistik dan interpersonal. Caring merupakan konsep kompleks melibatkan

perkembangan sebuah rentang ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian dan

kecakapan teknis dan keterampilan interpersonal. Watson menyebutkan caring

sebagai esensi dari keperawatan “caring is the most central and unifying focus for

nursing practice” (Watson: 2005). Bahkan Watson memandang caring sebagai fokus

dan sentral dari keperawatan. Berikut asumsi Caring dari Watson:

Caring didasarkan pada sebuah otologi dan hubungan etika

Kesadaran caring, dalam hubungannya menjadi primer

Caring paling efektif didemonstrasikan dan dipraktikkan secara interpersonal dan

transpersonal

Caring terdiri dari kesadaran caritas dan nilai. Caring diarahkan dengan

komponen caratives

Sebuah hubungan caring dan lingkungan caring merawat “soul care”:

pertumbumbuhan spiritual pemberi dan penerima caring

Sebuah hubungan caring dan lingkungan caring mempertahankan martabat

manusia, keutuhan dan integritas

Caring mempromosikan pertumbuhan diri, pengetahuan diri, kontrol diri dan

proses penyembuhan diri

Caring menerima dan mempertahankan ruang aman bagi seseorang yang

membutuhkan keutuhannya dan menjadi utuh bukan hanya saat ini namun juga

Page 12: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

yang akan datang, mengembangkan keutuhan, kompleksitas lebih baik dan

keterkaitan lebih dalam diri, jiea dan diri yang k]lebih tinggi

Setiap tindakan caring perlu dipertahankan dalam kesadaran caring yang

disengaja.

Caring, sebagai ontologi dan kesadaran, memerlukan kesadaran ontologi dan

keterampilan dan kompetensiontologi lanjut. Ini bisa diterjemahkan sebagai

ontologis profesional berdasarkan modalitas caring-healing

Watson memandang orangsecara holistik meliputi raga, jiwa dan pikiran

yang saling berhubungan, setiap bagian merefleksikan keseluruhan, namun

keseluruhan lebih luas dan berbeda dari ketiga bagian.Sehat dipandang sebagai

kesatuan dan keselarasan dari jiwa, raga dan pikiran.Keperawatan ditujukan untuk

membantu seseorang mencapai harmonisasi dari jiwa, raga dan pikiran. Dalam ten

carative factors, Watson menyebutkan lingkungan secara implisit, yaituperan

perawat dalam memberikan dukungan, perlindungan dan perbaikan lingkungan

mental, fisik, sosial dan spiritual. Dengan demikian, perawat menjadi bagian dari

lingkungan untuk membantu pasien mencapai kesehatan.

Perawat-pasien melibatkan hubungan interpersonal dengan menekankan

hubungan transpersonal caring. Caring menjadi fokus utama keperawatan dan ten

carative factors sebagai penuntun praktik yang bertujuan mencapai kesehatan.

2.2 Teori Afaf Ibrahim Meleis

2.2.1 Latar Belakang Teori

Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis,

Personal Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa

keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya

dainggap TheFlorence Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang

pertama di Mesir yang mendapatkan gelar BSN dari Syracuse

University, dan merupakan perawat pertama di Mesir yang

mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis

mengagumi dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan

menggap keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh

ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih

untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih

untuk mengikuti keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan

Page 13: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

keputusannya tersebut karena mereka tahu bagaimana perjuangan

perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun

pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka

meyakinkan Afaf bahwa ia dapat melakukannya.

Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The

University of Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk

melanjutkan pendidikannya menjadi seorang perawat akademisi

(Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007). Dari The

University of California, Los Angeles, ia menerima gelar MS dalam

bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang

sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang

Medical and Social Psychology pada tahun 1968.

Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai

administrator dan instruktur di The University of California, Los

Angeles dari tahun 1966 sampai 1968 dan sebagai asisten profesor dari

tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah ke The

University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia

menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions

Theory. Pada tahun2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi

nama sebuah sekolah keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of

The School of Nursing at the University of Pennsylvania.

(Alligood&Tomey 2010).

2.2.2 Konsep dan Definisi

Transition theory adalah salah satu nursing theory yang

dicetuskan oleh Afaf Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan

pada tahun 1960. Transisi adalah konsep yang sering digunakan

didalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi. Transisi

mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses

kehidupan manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang

berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti

pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.

Page 14: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi

yang sehat atau transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan

peran yang tidak efektif. Meleis mendefenisikan peran yang tidak

efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau kinerja dari peran

atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku seperti

yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007

dalam Alligood, 2014).

Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:

1. Tipe dan Pola dari Transisi,

Tipe transisi terdiri developmental, health and illness,

situational, and organizational. Developmental (perkembangan)

terdiri dari kelahiran, kedewasaan (adolescence), menopause,

penuaan (aging), dan kematian. Health and illness (sehat dan sakit)

terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari

rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational

transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada

kehidupan klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis, 1994

dalam Alligood, 2014).

Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks.

Kebanyakan orang memiliki pengalaman yang multiple (banyak)

dan simultan (berkelanjutan) dibandingkan dengan hanya satu

pengalaman transisi, dimana tidak mudah untuk mengenalinya dari

konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya meleis

mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi

seseorang yang memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak

adanya hubungan langsung antara dua tipe transisi, sehingga

mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi yang berurutan dan

simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi dari

hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari

transisi seseorang.

Page 15: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

2. Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman

transisi), sifat dari pengalaman transisi terdiri dari lima subkonsep

yaitu:

a. Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi,

pengetahuan dan pengenalan terhadap pengalaman transisi.

Level dari kesadaraan sering tercermin dari tingkatan

kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan respon

serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan

persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu

yang tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses

transisinya.

b. Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan

oleh Meleis, engagement adalah tingkatan yang mana

melibatkan demonstrasi atau pertunjukkan seseorang yang

tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level pertimbangan

awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak akan

ada engagement tanpa adanya awarness.

c. Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)

Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran,

hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan

membawa keinginan untuk bergerak atau arahan langsung

proses internal dan proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan

semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun

perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga

menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat

penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh

dan cakupan dari perubahan seperti alam, kesementaraan,

kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.

Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan

atau tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau

harapan yang tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau

memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan meleis

Page 16: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

meyampaikan perawat harus mengenali tingkat kemyamanan

dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan

perbedaan.

d. Rentang waktu (Time Span)

Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat.

Karakter transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik

akhir. Berawal dari antisipasi, persepsi atau demonstrasi

perubahan, bergerak melalui periode yang tidak stabil,

kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir dengan

adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk

mencatat bahwa akanbermasalah atautidak layak, dan bahkan

mungkinmerugikan, untuk membatasirentang waktubeberapa

pengalamantransisi.

e. Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event),

didefinisikan sebagai “penanda yang terdiri dari kelahiran, k

f. Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Meleis juga

mengakui bahwa penanda peristiwa spesifik tidak semuanya

jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya

memiliki critical point dan events.Critical point and event

biasanya berhubungan dengan kesadaran tinggi pada perubahan

atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement pada proses

transisi

3. Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan

yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan

menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai transisi

yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komonitas, atau

faktor social yang bisa mempercepat atau menghalangi proses dan

outcome dari transisi yang sehat.

a. Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai

beberapa keadaan atau pencetus yang mempercepat atau

memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian, setiap

orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang

Page 17: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki

arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe),

merupakan suatu stigma yang berhubungan dengan

pengalaman transisi. Stigma akan mempengaruhi pengalaman

transisi.

b. Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam

menfasilitasi pengalaman transisi, dimana apabila terjadi

gangguan pada persiapan maka akan menghambat transisi.

Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana

seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan selama

transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-

managenya.

c. Status Sosial dan Ekonomi

d. Kondisi Komunitas atau kondisi sosial

4. Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and

outcome)) adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi

terus berubah sepanjang waktu.

Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik ke arah

kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko, memungkinkan

perawat untuk melakukan pengkajian awal dan intervensi untuk

menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:

a. Feeling Connected

Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama

lain, hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi

utama tentang pelayanan kesehatan dan sumber dayanya.

Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan yang professional

yang mampu menjawab pertanyaan dan klien merasa nyaman

untuk berhubungan merupakan indicator lain dari pengalaman

positif transisi

b. Interacting

Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku

dapat diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.

Page 18: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

c. Location and being situated

Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting

dalam transisi.

d. Developing confidence and coping

Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses

transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang

digunakan yaitu penguasaan terhadap skill baru (Mastery of

new skills) dan pencairan identitas (fluid integrative identities),

penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan identitas baru

dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau

lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam

identitas merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses

transisi

5. Nursing Therapeutics

Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga

alat ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi

terapeutik selama masa transisi. Pertama, mereka mengusulkan

kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic. Pengkajian

memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian

penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi,

pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses

transisi.Ketiga, peran pelengkap (supplementation role), namun

dalam middle-range theory of transition, peran pelengkap tidak

dikembangkan dalam nursing therapeutic.

2.2.3 Scope atau Cakupan Teori

Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang

merupakan bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition

theory adalah middle range theory maka, teori ini dikembangkan

berdasarkan riset yang menggunakan Transition Framework.

Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan berbagai

tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri,

Page 19: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

populasi maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family

caregiver, wanita imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis.

Transition theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan

dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan perspektif yang

komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi,

dan indikator proses serta outcome.

2.2.4 Hubungan Antar-Konsep

Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan

sebagai berikut

2.2.5 Asumsi Teori

Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nursing

- Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien

dan keluarganya yang berada dalam proses transisi

- Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari

perubahan

b. Person

Page 20: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

- Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam

pola fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi

dari semua individu

- Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran,

hubungan, kebiasaan, dan pola perilaku.

- Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi

terbentuk oleh alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman

transisi klien

c. Health

- Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional.

Transisi memiliki pola yang multiple dan kompleks.

- Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah

sepanjang waktu

- Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka

bersinonim dengan transisi

d. Environment

- Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi,

interaksi, dan kondisi lingkungan yang mengekspose individual

terhadap potensi kerusakan, problematic atau perpanjangan

pemulihan kesehatan atau kegagalan koping yang sehat.

BAB 3ANALISIS FILOSOFI HUMAN CARING JEAN WATSON

DAN TEORI TRANSISI AFAF IBRAHIM MELEIS

3.1 Analisis Teori

3.1.1 Analisis Filosofi Jean Watson : Human Caring

a. Clarity

Berdasarkan konsep utama dan beberapa asumsi, Watson memaparkan ten

carative factors dengan bahasa yang belum konkrit untuk diaplikasikan

Page 21: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

dalam praktik.Konsep caring yang difokuskan dalam keperawatan menurut

Watson, memberikan suatu dasar hubungan perawat pasien dalam praktik

keperawatan. Dalam memahami konsep yang dipaparkan Watson, perlu

upaya membaca yang dilakukan berulang terkait dengan istilah-istilah yang

digunakannya, misalnya keterkaitan love dan care yang menjadi dasar

clinical caritas process.

b. Simplicity

Konsep yang dipaparkan terkait dengan hubungan antar konsep dijelaskan

secara sederhana. Pada konsep metaparadigma, Watson lebih banyak

menekankan pada konsep keperawatan dan manusia sedangkan lingkungan

dan sehat bersifat implisit.

c. Generality

Love dan care yang menjadi dasar dalam ten caratives factors bersifat

universal sehingga dapat diterapkan untuk semua bidang keperawatan.

Namun demikian, untuk aplikasi secara langsung masih perlu

pengembangan lanjut misalnya bentuk aplikasi love dan care dalam praktik

keperawatan.

d. Empirical Precision

Konsep yang diajukan Watson dalam human caring bersifat umum dan

bahkan masih terlalu abstrak. Konsep keperawatan yang dipaparkan dalam

filosofi human caring, menekankan caring dan diaplikasikan ke dalam ten

caratives factors belum mengarahkan perawat secara spesifik pada praktik

keperawatan secara nyata

e. Derivable Consequences

Filosofi human caring menjadi dasar bagi perawat untuk

memasukkancaring dalam hubungan perawat pasien. Melalui dalam ten

caratives factors dan clinical caritas factor, Watson mengembangkan

caring dalam praktik keperawatan meskipun masih bersifat abstrak dan

umum. Hubungan transpersonal caring yang kemudian dikembangkan

Watson menjadi suatu paradigma caring-healing. Melalui pandangannya

ini, perawat menyadari melalui hubungan interpersonal perawat-pasien

dapat didasarkan dengan caring untuk suatu proses penyembuhan pasien.

3.1.2 Analisa Teori Afaf Ibrahim Meleis

a. Clarity (Kejelasan):

Page 22: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

Menurut Chinn & Kramer (2004, 2008) dalam Tommey & Alligood

(2010, hal. 748), clarity merujuk kepada bagaimana teori dapat

dimengerti dengan baik, dan bagaimana konsep disajikan dengan

jelas dan konsisten. Definisi konseptual dari Teori Transisi cukup

jelas dan mencakup pemahaman yang comprehensive tentang

kompleksitas dari transisi. Dalam hubungan antar konsep sudah jelas

di jabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep dimana secara

umum Teori Transisi ini terdapat input (nature transition) yang akan

mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat atau

difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam

dirinya, komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi

di harapkan nantinya akan mencapai outcome yang positif (transisi

yang sehat) sehingga klien akan berada kembali dalam situasi stabil

setelah transisi. Adanya proses transisi dari input-proses-outcome,

sama-sama dipengaruhi oleh nursing therapeutic.

b. Simplicity (Kesederhanaan):

Sebuah teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki

jumlah konsep yang minimal (Tommey & Alligood, 2010). Teori

Transisi, dalam hal ini, sangat sederhana dengan lima konsep utama

yaitu (1) tipe dan pola transisi; (2) kekayaan pengalaman transisi; (3)

kondisi transisi; (4) pola respon; (5) terapeutik keperawatan.

Konsep-konsep utama secara logika terhubung dan hubungan nya

nyata dalam pernyataan teoritis. Berdasar pada tingkat simplicity

ditemukan hubungan antara konsep yang cukup sederhana, dapat

memberikan panduan yang cukup jelas bagi perawat untuk

pengaplikasiannya dilapangan dikarenakan konsep yang ada sudah

cukup detail, namun disi lain konsep dalam theory ini cukup banyak.

c. General (Umum)

General mengartikan berdasarkan studi dengan partisipan dari

budaya dan gender yang berbeda, dalam setting yang bermacam-

macam. Teori Transisi telah menunjukkan jika teori ini relevant

untuk semua populasi dalam transisi, tergantung dari tipe transisi

Page 23: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

yang dialami oleh populasi. Cakupan dari theory ini dapat

diaplikasikan pada kelompok geriatric, ibu hamil, wanita menopause,

pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik, kelompok pskiatri,

Family caregiver, wanita imigran, namun teori ini menurut saya

kurang cocok diterapkan pada pasien dengan penyakit akut, anak-

anak dikarenakan anak-anak akan sulit bagi perawat untuk mengkaji

tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari model

conceptual dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam

penerapannya.

d. Accessibility

Teori Transisi telah diuji dan didukung oleh Meleis dan yang lainnya

sebagai suatu kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi

dari berbagai macam grup populasi dalam tipe-tipe transisi yang

berbeda. Hal ini dikarenakan teori ini bersumber dari konseptual

model dn riset-riset yang ada maka, teori ini telah memberikan

panduan yang cukup dapat diaplikasikan pada praktek keperawatan,

walaupun cakupannya masih cukup luas.

e. Derivable Consequences : how important?

Teori Transisi dengan focus kepada masyarakat dengan tipe transisi

yang berbeda membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk

pengembangan bagi semua yang berhubungan dengan disiplin

kesehatan. Perhatian yang tidak terpisahkan dari kenakeragaman

layanan kesehatan klien dan penelitian diantara grup-grup yang

berbeda berkontribusi terhadap kepentingan teori ini. Teori transisi

ini juga penting dikarenakan teori ini telah memiliki cakupan dan

panduan yang cukup jelas dalam aplikasinya dilapangan, teori ini

focus pada keberagaman dari individu atau kelompok dalam

menjalani proses transisi. Dimana proses transisi yang efektif akan

membuat individu berada pada fase yang baru dan mampu memulai

kehidupan yang baru dari awal. Dan dalam pelayanan, keberagaman

tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan

Page 24: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

BAB 4PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Filosofi Jean Watson

Watson menyusun ten carative factors sebagai kerangka kerja praktek

keperawatan yang didasari oleh caring. Watson memandang

keperawatan bagai human science dan caring sebagai focus dari

keperawatan. Filosofi Watson: Human Caring yang dituangkan dalam

Page 25: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

6

ten carative factors dan clinical caritass process masih bersifat umum

dan abstrak untuk diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

4.1.2 Teori Transisi Afaf Ibrahim Meleis

Meleis menyusun Teori Transisi berdasarkan studi panjang tentang

berbagai macam kondisi transisi. Dia mengemukakan lima konsep

utama tentang Teori Transisi. Teori Transisi ini dapat diaplikasikan di

berbagai tipe transisi, dan praktek pada system pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed). Missouri: Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed). Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis Company

Page 26: Teori Afaf Ibrahim Meleis Dan Watson

5

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing Company