tentir praktikum mikrobiologi infeksi imun.pdf
TRANSCRIPT
Tentir Praktikum Mikrobiologi
Diagnostic mikrobiologi
1. Tujuan: Untuk memberi informasi yang akurat mengenai ada atau
tidaknya mikroorganisme, atau karakteristik biomarker dari
mikroorganisme pada spesimen yang berkaitan dengan proses
penyakit pasien.
2. Persyaratan penting:
Pengambilan, transport, dan pemrosesan yang tepat terhadap
specimen klinis
Kerja sama antar anggota tim medis:
Pelaksana klinis
Perawat
Pelaksana Laboratorium
Komunikasi dan edukasi yang terus berlangsung antara semua
anggota tim
3. Jenis:
Uji kultur bakteri dan jamur
Uji kultur virus
Uji serologi mikroorganisme
Diagnostik molekuler (kualitatif dan kuantitatif)
Genotyping (karakterisasi dari gen penting tertentu
mikroorganisme)
Kultur Darah untuk Bakteri dan Jamur
1. Faktor yang nentukan keberhasilan penemuan Mikrob di darah:
Tipe bacteremia yang tepat
Metode pengumpulan spesimen
Volume darah
Jumlah spesimen
Waktu kultur darah
Interpretasi hasil
2. Teknik ambil spesimen
Lakukan pengambilan spesimen sebelum pemakaian
antibiotik jika memungkinkan secara klinis
Botol kultur darah dan semua tabung diberi label:
i. Identitas pasien
ii. RS dan dokter
iii. Tipe spesimen
iv. Waktu pengambilan, dll
Specimen yang telah diambil terlalu lama untuk diperiksa
harus ditolak (tidak boleh diperiksa)
Pilih daerah pungsi vena. Hindari daerah sekitar vena
femoral
3. Volume darah:
Dewasa: <30 CFU/ml, semakin banyak darah semakin besar
kesempatan isolasi organisme
Anak2 < 5 CFU/ml, bayi: > 1000 CFU/ml
4. Penanganan kultur darah yang positif
Indikasi Pertumbuhan (makros)
i. Hemolisis pd SDM, gelembung udara, kekeruhan,
agregasi kecil dari pertumbuhan bakteri atau jamur
pada agar, pada permukaan, atau sepanjang dinding
botol.
Pewarnaan gram
Subkultur
5. Pewarnaan gram: pelaporan
Adanya sel host dan debris
Reaksi gram, morfologi, dan penyusunan sel bakteri yang
ditemukan. Melaporkan tidak ditemukannya bakteri dan sel
host sama pentingnya.
Boleh juga ditambahkan, jumlah relative dari sel bakteri
(jarang, sedikit, sedang, banyak) dapat diberikan
6. Subkultur
5% agar darah domba
Agar McConkey/Endo
Agar coklat
Agar darah anaerobic bersuplemen
7. Identifikasi pertumbuhan mikroorganisme dalam kultur
Identifikasi tahap awal
i. Reaksi gram dan morfologi sel
ii. Kondisi dan syarat tumbuh
Identifikasi lanjutan
i. Kemampuan produksi enzim yg bisa diditeksi oleh
tes sederhana
ii. Kemampuan metabolisme gula secara oksidatif atau
fermentatif
iii. Kemampuan menggunakan substrat untuk tumbuh
iv. Beberapa spesies diidentifikasi pada antigen dasar
milik mereka oleh reaksi suspensi sel dengan
antisera spesifik
8. Jamur
Diidentifikasi dari karakteristik koloni dan morfologi sel
Tes biokimia (asimilasi substrat)
Pertumbuhan lebih lambat dari bakteri & butuh wktu 2
minggu untuk identifikasi
Uji Sensitifitas Antibiotik
1. Metode langsung untuk menilai aktifitas satu atau lebih agen
antimicrobial melawan isolat bakteri
2. Metode yang secara langsung mendeteksi adanya mekanisme
resistensi spesifik pada isolat bakteri
3. Metode khusus yang digunakan untuk mengukur interaksi
kompleks antimikroba-mikroorganisme
4. Uji difusi cakram (diameter zona hambat)
• CLSI 2011
• Agar Mueller-Hinton (ø 100mm)
• Standar kekeruhan bakteri ~ 0,5 MacFarland
• Ukur diameter zona hambat → WHONET software → hasil
uji kepekaan S, I, R
5. Uji Dilusi (KHM dan KBM, melihat kekeruhan tabung):
• Uji konsentrasi penghambat minimum (MIC= minimum
inhibitory concentration)
• E-test (KHM)
Zona putih (Sensitif) tidak ada zona putih (resisten)
Apabila agak berkabut, maka bakteri dapat tumbuh pada konsentrasi
antibotik tersebut.
Ada juga yang namanya E-Test
Uji Kultur untuk Virus
1. Kultur virus di lab
a. 3 tipe media yang telah dikembangkan:
i. Media yang terdiri dari seluruh organisme (bakteri,
tumbuhan, atau hewan)
ii. Telur berembrio (dibuahi)
no zone around disc =resistant
clear zonearound disc =
sensitive
bacterium
MIC=2mg/L
2mg/L
1mg/L
0.5mg/L
0.25mg/L
4mg/L
8mg/L
amount ofantibiotic
cloudiness meansbacteria can grow atthat concentration of
antibiotic
iii. Kultur sel
b. Kultur virus di bakteri
i. Beberapa bakteri mudah tumbuh dan dipelihara in
vitro
ii. Phages dapat tumbuh pada bakteri yang dipelihara
di kultur cairan atau pada plate agar.
iii. Metode:
1. Bakteri dan phages dicampurkan dengan agar
nutrient cair (hangat) dan dituangkan selapis
tipis pada permukaan plate agar
2. Selama inkubasi: bakteri yang terinfeksi akan
lisis dan melepaskan phages baru yang
menginfeksi bakteri sekitarnya, sementara
bakteri yang tidak terinfeksi tumbuh secara
normal
3. Setelah inkubasi: lahan bakteri terinterupsi
oleh zona bening yang disebut plak.
Uji Plaque
iv. Kultur virus di tumbuhan dan hewan
1. Virus bisa hidup di tumbuhan dan hewan lab
2. Tumbh: tembakau (Tobacco mozaic virus)
3. Hewan: tikus, mencit, babi guinea(hahaha)
hewan coba maksudnya, kelinci, babi,
primata
v. Kultur virus pada telur berembrio
Telur ayam:
1. Media kultur yang berguna (tidak mahal,
bebas kontaminasi mikroba, terdapat kuning
telur yang bernutrisi
2. Virus diinjeksikan kedalam telur berembrio
pada area yang paling baik untuk
pertumbuhan dan replikasi virus
vi. Kultur virus pada kultur sel (jaringan)
1. Kultur sel: sel diisolasi dari organisme dan
tumbuh pada permukaan medium atau agar (in
vitro)
a. Kultur sel diploid
Dibuat dri embrio hewan, tumbuhan atau manusia
yang telah diisolasi dikembangkan pada kondisi
tumbuh yang tepat.
b. Kultur sel kontinyu
Dikembangkan dari sel tumor, yang telah lama.
Sel HeLa: dari seorang wanita (Henrietta Lacks yg
meninggal karna Ca Servix 1951).
UJI SEROLOGI UNTUK MIKROORGANISME
Alasan Uji Serologis
• Beberapa organisme tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan
• Isolasi organisme obligat intraselular memerlukan inokulasi binatang
atau sel kultur
• Deteksi toksin
• Organisme yang ditumbuhkan: labil dalam transpor, masa inkubasi
lama, sangat sulit sehingga tidak reliabel untuk diisolasi
Metode Uji Serologi
• Uji aglutinasi
• Uji presipitasi
• Uji fiksasi komplemen
• Uji netralisasi
• Teknik reagen-dilabeli dengan bantuan mikroskop
• Uji immunoassay dengan reagen dilabeli (RIA, EIA, FIA)
Deteksi antigen
• Antigen diidentifikasi dari spesimen yang diambil dari pasien terinfeksi
• Bisa digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme setelah
diperoleh dari kultur
• Beberapa komponen unik secara kimiawi <- menentukan metode
• Antigen dapat menempel pada antibodi <- membentuk produk stabil
Deteksi antibodi
• IgM
– Pada awal infeksi (7-10 hari)
– Infeksi aktif/akut
• IgG
– Pernah terinfeksi atau imunisasi
– Serodiagnosis memerlukan serum akut dan konvalesens
– Infeksi kronik
Hasil Positif Palsu
• Sebenarnya tidak terinfeksi, tapi hasil positif
• Antibodi untuk antigen lain yang mirip
• Reaktivasi laten karena infeksi oleh organisme lain
• Menerima imunoglobulin intravena
Hasil Negatif Palsu
• Terinfeksi, tapi hasil negatif
• Sistem imun tidak baik (kongenital atau imunodefisiensi didapat,
pengobatan imunosupresif)
• Bayi yang sistem imunnya belum matur
• Titer antibodi belum naik setelah beberapa bulan infeksi (contoh
legionaire)
Prinsip Hemaglutinasi
1. Reaksi antibodi dengan antigen di permukaan sel darah merah (ex:
pemeriksaan golongan darah)
2. Hemaglutinasi oleh virus atau riketsia
3. Sel darah merah sebagai pembawa antigen
Aglutinasi dengan sel darah merah
Dasar hemaglutinasi bermacam-macam:
a. reaksi antibodi dengan antigen pada permukaan
sel darah merah: Penentuan golongan darah
b. hemaglutinasi oleh virus atau riketsia:
• pada permukaan sel darah merah terdapat reseptor spesifik
terhadap virus atau riketsia
• antibodi spesifik terhadap bagian virus yang berinteraksi
dengan reseptor pada sel darah merah dapat menghambat
hemaglutinas (hambatan hemaglutinasi: haemagglutinatio
inhibition/HI)
• Sel darah merah berfungsi sebagai pembawa antigen (passive
haemagglutination) :
• sel-sel darah merah yang telah dilapisi oleh antigen tertentu
dapat digunakan untuk mengetahui adanya antibodi terhadap
antigen tersebut di dalam serum penderita
Interpretasi
REAKSI FIKSASI KOMPLEMEN
• Komplemen dapat melekat pada kompleks antigen-antibodi
• Pada antigen yang tidak berupa sel, pengikatan komplemen tidak dapat
terlihat
• Pembuktian pengikatan komplemen:
diperlukan indikator berupa campuran:
suspensi sel darah merah kambing
larutan antibodi terhadap sel darah merah kambing
• Tahap 1 (Fiksasi komplemen)
– Antigen + antibodi + komplemen (Komplemen terikat)
• Tahap 2 (indikator)
– +SDM+Anti SDM -> komplemen tidak melisiskan SDM
Reaksi fiksasi komplemen
• Reaksi Positif: SDM tidak lisis
• Reaksi Negatif: SDM lisis
• Contoh:
– Wasserman -> sifilis
– Autoantibodi terhadap antigen sel tubuh
– Deteksi antibodi dengue
• Kenaikan 4 kali atau lebih dari fase akut ke fase konvalesens -> positif
• Kontrol eritrosit -> memastikan tidak autolisis
• Kontrol lisis -> memastikan fungsi antibodi dan komplemen
• Kontrol -> membantu kesulitan penilaian hasil uji, terutama bila semua
lisis atau semua tidak lisis
ELISA
• Deteksi Antibodi
– IgG
Positif: peningkatan titer 4x atau lebih
– IgM
Positif: Interpretasi sama dengan IgM blot
• Deteksi Antigen
Positif: nilai di atas nilai ambang (cut off)
Intepretasi Pemeriksaan :
Pada kasus ini terdapat dua jenis ELISA, yaitu indirect dan Sandwich. Kalau
pada indirect antigennya yang terselubung, apabila sandwich antibodi
monoklonalnya yang terselubung. (maksudnya terselubung disini
maksudnya terselimuti gitu ._.)
TES WIDAL
Prinsip kemampuan antibodi pada serum pasien untuk mengaglutinasi
antigen bakteri berwarna
Produk Antigen yang tersedia :
• Antigen Salmonella O (Somatik), Group A, B, C, D
• Antigen Salmonella H (Flagellar), Group A, B, C, D
• Reagen yang digunakan pada uji lab iniadalah 0,1% sodium azide
sebagai pengawet yang mana bersifat toksik jika tertelan dan
antigen diawetkan dengan menggunakan 0,5% Formalin.
• Tes Widal pemeriksaan serologi demam typhoid
• Titer O = 1/160 memerlukan dua kali pengambilan spesimen,
yaitu pada masa akut dan masa convalesencence dengan interval
waktu 10-14 hari. Diagnosis kenaikan titer >= 4 kali liter masa
akut.
• Dalam pelaksanaannya di lapangan, ternyata praktis pengambilan
spesimen untuk pemeriksaan tes Widal hanya menggunakan
spesimen tunggal. Kenaikan titer aglutinin yang tinggi pada
spesimen tunggal tidak dapat membedakan apakah infeksi
tersebut merupakan infeksi baru atau lama.
• Biasanya, antibodi O terlihat pada hari ke 6-8 dan antibodi H
terlihat pada hari ke 10-12 setelah munculnya gejala penyakit
demam typhoid.
DENGUE BLOT DENGAN DETEKSI IgG atau IgM
• Deteksi presumtif kualitatif IgM dan IgG terhadap virus dengue
dalam serum manusia, plasma dan darah utuh dapat digunakan
untuk diferensiasi presumptif antara infeksi primer dan sekunder.
• Jika positif harus dikonfirmasi lagi karena tes ini sifatnya
presumtif.
• Spesimen : serum dipisahkan secepatnya dan dimasukkan ke
refrigerator pada suhu 2-8oC atau disimpan beku pada suhu -20oC
atau lebih dingin lagi jika tesnya tidak dilaksanakan dalam jangka
waktu 2 hari.
Interpretasi
• Infeksi primer :Antibodi IgM dapat dideteksi dari pasien dengue pada
3-5 hari setelah onset demam terjadi. Infeksi biasanya terjadi secara
persisten selama 30-90 hari.
• Infeksi sekunder : Ditandai oleh tinggina IgG yang biasanya dibarengi
oleh peningkatan IgM.
• Sensitivitas dari uji ini adalah sbb:
• Dengue primer: IgM positive dan IgG negative
• Infeksi sekunder: IgG Positif dengan atau tanpa hasil IgM positif
• Dapat terjadi reaktivitas yang berlainan apabila terdapat flavivirus.
PEMERIKSAAN MOLEKULAR
• Hibridisasi probe asam nukleat bertanda dengan sekuens spesifik asam
nukleat dan sebuah spesimen uji yang kemudian dideteksi pasangan
hibridnya.
• Probe (pelacak) asam nukleat biasanya dilabeli dengan enzim, substrat
antigen, molekul chemiluminescent, atau radioisotop untuk
memfasilitasi deteksi produk hibridasi.
PCR
Amplifikasi sebuah bagian khusus DNA yang mengandung informasi
berguna untuk diagnosis.
Campuran Reaksi PCR :
- Target DNA untuk diamplifikasi
- Master mix (primer DNA oligonucleotida, 4 nucleotide
triphosphate, DNA polimerase termostabil, MgCl2, buffer)
3 Fase denaturation, primer annealing, primer extension
1. Template DNA sebagai cetakan untuk pembentukan molekul DNA
baru yang sama DNA kromosom, DNA plasmid ataupun fragmen
DNA apapun asal di dalam DNA templat tersebut mengandung
fragmen DNA target yang dituju.
2. Primer sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan
diamplifikasi dan sekaligus menyediakan gugus hidroksi (-OH) pada
ujung 3’ yang diperlukan untuk proses eksistensi DNA.
3. dNTPs (deoxynucleotide triphosphates) campuran dATP
(deoksiadenosin trifosfat), dTTP (deoksitimidin trifosfat) , dCTP
(deoksisitidin trifosfat) dan dGTP (deoksiguanosin trifosfat) building
block DNA menempel pada gugus –OH pada ujung 3’ dari primer
membentuk untai baru yang komplementer dengan untai DNA
template.
4. Buffer PCR dan MgCl2
Buffer untuk menjamin pH medium
MgCl2 sebagai kofaktor yang berfungsi menstimulasi
aktivitas DNA polimerase meningkatkan interaksi primer
dengan templat yang membentuk komplek larut dengan dNTP
(senyawa antara)
5. Enzim polimerase DNA ebagai katalisis untuk reaksi polimerisasi
DNA
RT-PCR untuk Diagnosis Infeksi Virus Dengue
Primer Sekuens Nukleotida Posisi
Genom
Ukuran
Produk
(bp)
D1 5’-TCAATATGCTGAAACGCGCGAGAAACCG-3’ 134-161 511
D2 5’-TTGCACCAACAGTCAATGTCTTCAGGTTC-3’ 616-644 511
TS1 5’-CGTCTCAGTGATCCGGGGG-3’ 568-586 482
TS2 5’-CGCCACAAGGGCCATGAACAG-3’ 232-252 119
TS3 5’-TAACATCATCATGAGACAGAGC-3’ 400-421 290
TS4 5’-CTCTGTTGTCTTAAACAAGAGA-3’ 506-527 392
Secara umum, RT-PCR meliputi tiga tahap tahap reverse transcription,
tahap denaturasi dsDNA pada suhu 95°C, dan tahap sintesis DNA dari
primer yang dilakukan menggunakan enzim Taq DNA polymerase yang
thermostable dan keberadaan dNTP.
Tahap reverse transcription (RT) RNA ditranskrip menjadi cDNA
menggunakan enzim reverse transcriptase dan primer enzim DNA
polymerase yang digunakan untuk menghasilkan amplicon hanya dapat
bekerja pada template yang berupa DNA.
Reverse Transcriptase – Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
untuk Diagnosis Infeksi Virus Dengue
VIRAL LOAD
VIRAL LOAD kemampuan mengukur jumlah partikel virus kinetika
replikasi virus dalam penderita dapat diikuti
PENANGANAN INFEKSI HIV
Penurunan Viral Load HIV memeriksa jumlah RNA virus dalam 1 mililiter
plasma (Deteksi RNA virus kuantitatif)
Peningkatan jumlah sel T CD4+
Tujuan dilakukan pada infeksi HIV
1. Menetapkan diagnosis
2. Memutuskan dimulai atau dihentikannya terapi
3. Mengganti komposisi obat-obat antiretrovirus
Penanganan penyakit
Prognosis
Strategi pengobatan