file · web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian...

21

Click here to load reader

Upload: hoangtuyen

Post on 31-Jan-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PENGELOLAAN KETELA POHON

(UBI KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKU TEPUNG TAPIOKA

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Simposium

Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS XIII) Tahun 2014Forum Silaturrohim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Nasional

di Universitas Negeri Malang

“IMPLEMENTASI EKONOMI ISLAM DALAM SEKTOR AGRARIA UNTUK KEMANDIRIAN INDONESIA”

FORUM STUDI HUKUM EKONOMI ISLAM (FORSHEI)INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGGO SEMARANG

2014

Page 2: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

A. Pendahuluan

Banyaknya penduduk yang bermukim didaerah Pati khususnya penduduk

Kecamatan Maroyoso yang kesehariannya bercocok tanam (petani) ketela pohon. Tak

banyak yang bisa dilakukan oleh mereka selain bercocok tanam. Hal ini menyebabkan

kurangnya pengetahuan akan dunia luar, sehingga kerap terjadi penipuan-penipuan

dari golongan orang-orang yang memiliki modal besar. Dengan mengeksploitasi hasil

pertanian yang telah dihasilkan oleh petani, tanpa harus susah payah menanamnya.

Melihat daya upaya yang dilakukan oleh petani dengan susah payah

menanamnya, harus rajin-rajin memeliharanya, selain itu juga modal yang

dikeluarkan cukup besar, mulai dari pemilihan bibit yang unggul, penyediaan pupuk,

maupun obat-obat pemeliharaan. Bahkan apabila gagal panen petani mengalami

kerugian yang sangat besar. Tercatat kerugian atas pembelian bibit, biaya penanaman,

biaya pemeliharaan, belum lagi tenaga yang dikeluarkan cukup besar pula.

Keadaan seperti ini tidak menjadi bahan pemikiran oleh para pemilik modal

untuk mengeksploitasi hasil pertanian para petani. Hal ini justru membuat beberapa

pihak selaku pengelola berupaya memberikan solusi sekaligus memanfaatkan

kesempatan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Melihat jasa-jasa dan

keuntungan yang pengelola tawarkan cukup terfokus dengan permasalahan yang

terjadi, sehingga ini menjadi suatu pendorong tersendiri bagi para petani untuk

bekerja sama dengan pihak pengelola.

Dengan cara mensosialisasikan jasa-jasa dan keuntungan yang pengelola cover

sedemikian rupa dengan tujuan pro petani sehingga ini akan menjadi bahan

pertimbangan pula bagi para petani untuk bekerja sama mengolah hasil pertanian

ketela pohon mnjadi tepung tapioka.

B. Maksud dan tujuan (dilihat dari begitu pentingnya tulisan tersebut)

Kami selaku penulis, menganalisa dan mencoba untuk membantu

mengembangkan konsep ini agar diterapkan di berbagai daerah untuk meningkatkan

penghasilan para petani, serta mengatasi permasalahan yang dialami petani tersebut.

Kami berkomitmen untuk mensosialisasikan konsep pendirikan jasa pengolahan

tepung tapioka dengan harapan bisa mengatasi permasalahan diatas.

Dengan adanya sebuah konsep pengolahan tepung ketela pohon menjadi

tepung tapioka ini dapat mengatasi permasalahan masyarakat Daerah Kecamata

Page 3: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

Margoyoso yang kesehariannya bercocok tanam (petani) ketela pohon agar terhindar

dari penipuan-penipuan para pemilik modal besar atas pengeksploitasian hasil

pertanian yang dihasilkan oleh para petani.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengolahan ketela pohon menjadi tepung tapioka ?

2. Bagaimana pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan ketela pohon (ubi kayu)

sebagai bahan baku tepung tapioka ?

3. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pengelolaan industri tepung tapioka ?

4. Bagaimana Sanitasi dan pengendalian mutu perusahaan industri tepung tapioka ?

D. Pengolahan ketela pohon menjadi tepung tapioka adalah sebagi berikut.

1. Bahan baku/ Bahan Dasar

Spesifikasi Bahan Dasar

Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting bagi pelaksanaan

proses produksi suatu industri pengelolaan. Bahan dasar yang digunakan

adalah ubi kayu dengan berbagai jenis kecuali ubi kayu varietas karet. Bahan

baku yang digunakan untuk membuat tepung tapioka tidak boleh lebih dari 4

hari. Karena bila lebih dari empat hari maka akan berubah warna yang pada

mulanya berwarna putih menjadi kuning ataupun coklat.

Bahan baku yang baik untuk tepung tapioka adalah ubi kayu yang di

panen pada umur 9-12 bulan setelah tanam, jika ubi kayu di panen terlalu

muda maka kandungan zat patinya sangat rendah begitu pula sebaliknya bila

ubi kayu di panen terlal tua maka zat patinya akan menurun karena terjadi

penurunan pada saat fotosintesa.

Penyediaan Bahan dasar

Dalam produksi tepung tapioka ini sangat mudah dalam

mendapatkannya, karena bahan baku utamanya yaitu ketela pohon atau sering

disebut singkong. Hampir disemua derah tanaman ini bisa hidup, terlebih

didaerah Kecamatan Margoyoso, ketela pohon ini dijadikan komoditi

pertanian yang utama, karenan sangat cocok dengan unsur tanah didaerah

tersebut.

Page 4: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

Selain unsur tanah yang cocok, tanaman ini tergolong mudah dalam

penanaman dan perawatannya, karena dalam penanaman tidak perlu

menggunakan irigasi dan biaya perawatan serta pupuk tergolong murah,

sehingga hasil yang diperoleh nanti ketika panen sangat menguntungkan dan

lebih fleksibel dalam pengolahannya serta pemanfaatan hasil produksinya.

Inilah yang menjadikan pera petani lebih memilih menenam ketela pohon

dibandingkan dengan menanam padi.

Kualitas Bahan dasar yang di butuhkan

Perusahaan yang mendapatkan bahan dasar dari petani harus

melakukan pengujian dalam laboratorium untuk mengetahui kadar pati ubi

kayu. Sebagai bahan dasar ubi kayu harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

a. Kadar Protein

Kadar protein harus rendah, sedapat mungkin kurang dari 1,3 %. Tapioka

yang mengandung protein lebih dari 2 % warnanya kurang putih dan umur

simpannya tidak akan tahan lama srta bau akan cepat apek, selain itu dalam

proses pengelolaannya akan lebih sukar karena banyak lendir yang dapat

merintangi pengendapan pati.

b. Kadar Pati

Kadar pati akan mempengaruhi keuntungan perusahaan, untuk ubi kayu

yang berumur 9-12 bulan adalah ubi kayu yang baik digunakan untuk

proses produksi tepung tapioka. Ubi kayu diharapkan dapat memenuhi

varietas yang telah memenuhi standar yang berhubungan dengan umur,

musim, lahan penanaman, dan tingkat kesegaran. Komposisi dalam 100

gram Singkong dan Tepung Tapioka yaitu sebagai berikut :

Zat Makanan Singkong Tepung Tapioka

Kalori (kal) 146 363

Protein (gr) 1,2 1,1

Lemak (gr) 0,3 0,5

Karbohidrat (gr) 34,7 88,2

Zat Kapur (gr) 33 84

Phospor (mg) 40 125

Page 5: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

Zat Besi (mg) 0,7 1,0

Vit. A (S.1) 0 0

Vit. C (mg) 20 0,4

Thiamine (mg) 38 0

Sumber : Pinus Lingga, 1986

Penyimpanan dan Pengankutan

Bahan Dasar yang dianggkut menggunakan alat transportasi truk.

Setelah diangkut diteliti kadar pati dengan menggambil sempel acak sebanyak

5 kg bila kadar pati teah memenuhi syarat yang ditentukan harga disesuaikan

dengan kadar pati. Ubi kayu setelah di terima dan di beli kamudian disimpan

dalam gudang penyimpanan yang sebagian dengan dinding terbuka selama 2-3

hari bila melewati 4 hari maka akan rusak. Ubi kayu yang rusak kemudian

akan diolah menjadi geplek.

Bahan Pembantu.

Bahan pembantu merupakan bahan pelengkap formulasi dalam proses

pengelolaan untuk mencapai tujuan. Bahan pembantu sangat penting di dalam

berlangsungnya proses pengolahan, karena tanpa bahan pembantu tujuan

proses tidak akan tercapai. Bahan pembantu yang digunakan adalah :

a. Air

Air diperlukan pada proses pencucian bahan mentah dari kotoran dan

lendir yang melekat pada permukaan ubi kayu, pengupasan, pemarutan,

ekstraksi, separasi dan sebagai media pembawa kulit ari keluar dari mesin

pengupas.

b. Belerang

Belerang dioksida yang ditambahkan sebagai bahan pembantu,

berfungsi sebagai bahan pengawet dan untuk mempertahankan derajat

putih tepung yang akan dihasilkan dan juga untuk mempertahankan kadar

pH-nya yang berkisar 2,7-3,5 sehingga susu pati yang dihasilkan tidak

terlalu asam. Adapun bentuk SO2 yang digunakan adalah air belerang.

Mekanisme kematian sel mikroba oleh SO2 belum dapat diketahui

secara pasti, tetapi dari beberapa penelitian diketahui bahwa SO2 dapat

Page 6: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

merusak struktur protein, enzim, kofaktor, vitamoin asam nukleat dan lemak.

Disamping itu pengendalian aktivitas mikroba, SO2 juga berfungsi

sebagai anti oksida dan agensia pereduksi yang dapat berfungsi

menghambat bermacam-macam reaksi enzimatis (Sarjono dan

Wibowo, 1987)

2. Cara produksi/Proses Pengolahan

a. Tahap-tahap Proses Pengelolaan

Dalam pengolahannya, ketela pohon dapat diolah dalam farian yang sangat

banyak, mulai dari diolah menjadi aneka makanan tradisional sampai makanan

modern, diolah sebagai tepung tapioca, campuran pembuatan kertas, campuran

pembuatan obat nyamuk bakar, dll. Namun disini penulis hanya akan

menjelaskan pengolahan ketela pohon menjadi tepung tapioca, karena tepung

tapioca lebih fleksibel kegunaanya dan lebih mudah dalam pemasaran hasil

produksinya.

Proses produksi tepung tapioca yg sekarang lebih ditekankan dengan

penggunaan teknologi modern, yaitu hampir dari keseluruhan proses sudah

mnggunakan mesin yang serba otomatis. Peralatan-peralatan mesin yang

digunakanpun sudah dikembangkan dalam bntuk yang modern, yaitu mulai

bak dan mesin pencuci ketela pohon, mesin penggiling ketela, mesin

penyaring saripati ketela dan pemisah antara sari pati dengan ampas ketela,

mesin penepungan atau penghalisan kembali tepung tapioka setelah dari

proses pengeringan. Dalam semua proses ini tenaga manusia hanya digunakan

ketika proses pengeringan saja, sehingga proses produksi menjadi lebih efisien

serta mendapatkan hasil yang maksimal.

Skema alur produksi atau pengolahan tepung tapioka adalah sebagai berikut :

a. Ketela pohon setelah dicabut dan dipisahkan dari pohon atau

batangnya kemudian dimasukkan ke dalam bak pencucian.

b. Setelah pencucian bersih kemudian proses dilanjutkan ke mesin

penggilingan.

c. Dari penggilingan langsung masuk ke mesin penyaringan, didalam

penyaringan ini ketela yang selesai digiling kemudian diguyur dengan

air yang otomatis dari shower pipa, sehingga terjadi pemisahan antara

Page 7: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

ampas ketela dengan saripati yang nantinya akan menjadi tepung

tapioka.

d. Air saripati ketela langsung masuk ke bak penampungan saripati dan

ampas ketela langsung masuk ke bak penampungan ampas ketela.

e. Setelah ditunggu selama satu malam, saripati mengendap dan pisah

dengan air, maka air tersebut dibuang sehingga tinggal menunggu

pembekuan saripati tersebut.

f. Setelah saripati menggumpal kemudian diangkat dari bak

penampungan dan dipindah ke plataran atau tempat pengeringan.

Dalam pengeringan ini sangat bergantung pada panas matahari, jika

matahari saat musim kemarau maka dalam waktu satu hari tapioka ini

bisa mengering, namun jika pada musim penghujan proses

pengeringan ini tidak dapat dilakukan, sehingga pengeringan dilakukan

dengan menggunakan mesin oven.

g. Setelah tapioka kering, tahapan proses yang terakhir yaitu tahapan

penghalusan atau sering disebut penepungan. Tapioka yang kering

tidak semuanya halus dan kering maksimal, jadi masih dibutuhkan

penghalusan dan pengovenan ulang.

h. Setelah semua proses terlewati tepung tapioka siap dibungkus dan

dipasarkan.

Pembersihan ketela Penggilingan

Pengendapan Penyaringan

Pengeringan Penghalusan

Page 8: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

3. Mesin dan Peralatan

Salah satu pendukung lancarnya proses pengelolaan tepung tapioka adalah

tersedianya peralatan dan mesin baik manual ataupun otomatis. Pada dasarnya alat

dan mesin yang digunakan mempunyai spesifikasi dan kapasitas tersendiri.

a. Spesifikasi dan prinsip kerja.

Mesin Pencucian (Root Waster)

Prinsip kerja alat ini adalah terjadinya gesekan antara ubi kayu dan pedal-

pedal pada mesin pencuci dengan cara di putar, serta air yang di percikan

sehingga menimbulkan tekanan pada ubi kayu. Dengan perlakuan seperti

ini ubi kayu akan benar-benar dalam keadaan bersihdari kulitnya ataupun

dari kotoran lain.

Kapasitas mesin : 6 ton/jam

Jumlah Mesin : 2 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam

Kapasitas 1 Hari kerja : 6 ton/jam x 16 Jam/hari x 2

: 192 ton/hari

Daya yang digunakan : 13, 428 Kw

Fungsi : untuk mencuci bahan mentah

Mesin pemarut (Root Rasper)

Mesin pemarut ini berfungsi untuk menghancurkan potongan-potongan ubi

kayu menjadi bubur ubi kayu. Prinsip kerja mesin ini adalah dengan

memutar pisau pemarutnya dan memarut ubi kayu yang memasuk

kedalamnya.

Kapasitas mesin : 3 ton/jam

Jumlah Mesin : 4 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam

Kapasitas 1 Hari kerja : 3 ton/jam x 16 Jam/hari x 4

: 192 ton/hari

Daya yang digunakan : 89,5 Kw

Fungsi : untuk menghancurkan (memarut) bahan

mentah.

Mesin Ekstraksi (Ekstraktor)

Page 9: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

Mesin ini digunakan untuk memisahkan pati dengan ampasnya dngan

melakukan penyaringan. Prinsip kerja mesin ini adalah dengan cara

pemusingan bubur pati ke dalam mesin ekstraksi yang dilengkapi dengan

penyaringan.

Kapasitas mesin : 12 ton/jam

Jumlah Mesin : 1 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam

Kapasitas 1 Hari kerja : 12 ton/jam x 16 Jam/hari x 1

: 192 ton/hari

Daya yang digunakan : 55,95 Kw

Fungsi : untuk memisahkan susu pati dengan ampas.

Mesin Separator

Prinsip kerja mesin ini adalah ketika perbedaan berat jenis bahan melalui

gaya putaran pada larutan dengan kecepatan tertentu sehingga sari pati

kental akan terpisah dari pelarutnya.

Kapasitas mesin : 6 ton/jam

Jumlah Mesin : 2 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam

Kapasitas 1 Hari kerja : 6 ton/jam x 16 Jam/hari x 2

: 192 ton/hari

Daya yang digunakan : 149,2 Kw

Fungsi : untuk memisahkan zat pelarut (air, sulfur)

dengan zat terlarut (susu pati).

Mesin Sentrifugasi

Centrifuse merupakan mesin yang berfungsi untuk mengendapkan pati

yang keluar dari separator menjadi pati basah. Prinsip kerja alat ini adalah

perlakuan dengan gaya sentrifugal sehingga sari pati akan terhambur dari

airnya dan melekat pada permukaan atas samping badan mesin bagian

dalam.

Kapasitas mesin : 6 ton/jam

Jumlah Mesin : 2 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam

Kapasitas 1 Hari kerja : 6 ton/jam x 16 Jam/hari x 2

: 192 ton/hari

Page 10: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

Daya yang digunakan : 2,984 Kw

Fungsi : untuk memekatkan susu pati menjadi lebih

kental.

Bak Pengendapan

Kapasitas mesin : 12 ton/jam

Jumlah Mesin : 1 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/hari

Kapasitas 1 Hari kerja : 12 ton/jam x 16 ton/hari x 1

: 192 ton/hari

Prinsip : perbedaan berat jenis antara air dan ampas.

Mesin Pengering

Kapasitas mesin : 1,5 ton/jam

Jumlah Mesin : 2 Buah

Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam

Kapasitas 1 Hari kerja : 1,5 ton/jam x 16 Jam/hari x 2

: 48 ton/hari

Daya yang digunakan : 22,38 Kw

Fungsi : untuk mengkeringkan pati basah menjadi

tepung sampai kadar air yang dikehendaki.

Prinsip : Adanya udara panas yang dihembuskan akan

mengkeringkan tepung.

b. Tata letak mesin dan peralatan

Tata letak merupakan fasilitas-fasilitas produksi yang bertujuan untuk

meminimkan biaya produksi. Tata letak fasilitas produksi merupakan

keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam

Page 11: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

proses produksi. Proses produksi dapat menghasilkan produk dengan kuantitas

dan kualitas sesuai rencana, dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan

biaya yang murah.

Tata letak yang baik apabila pengaturan mesin atau peralatan sesuai

dengan urutan proses, letak mesin atau alat memudahkan pengawasan,

tersedianya ruang untuk reparasi, jarak mesin atau alat satu dengan yang

lainnya ekonomis (jarak terlalu pendek mengakibatkan gedungnya di buat

kecil tapi keamanan dan kenyamanan kerja kurang, demikian juga sebaliknya).

Sedangkan penataan peralatan mesin yang kurang tepat akan mempengaruhi

modal yang dibutuhkan yang meliputi : Biaya Operasi (untuk material

hendling), pembersihan produksi, kemudian di dalam pemeliharaan, perbaikan

dan penggantian peralatan atau mesin, kelancaran proses produksi dan

keamanan serta kenyamanan kerja.

c. Efektifitas penghasilan

Dengan proses produksi diatas jika dikalkulasi maka akan meningkatkan

keuntungan dari produsen atau petani ketela pohon, jika dibandingkan antara

dijual langsung dalam bntuk ketela dengan sudah diolah dalam benetuk tepung

tapioka, maka lebih menguntungkan ketika sudah diolah.

Dari pengolahan ketela pohon tersebut tidakl ada bagian atau limbah yang

terbuang, semuanya bisa dimanfaatkan, mulai sari pati yang dijadikan tepung

tapioka, ampas ketela yang dijual sebagai bahan campuran saus, campuran

pembuatan kertas, dan campuran pembuatan obat nyamuk.

4. Sanitasi Perusahaan

Sanitasi perusahaan adalah suatu usaha yang terancana terhadap

lingkungan produksi bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah

pencemaran pada hasil olahan, mencegah terlarangnya nilai estetika konsumen

serta mengusahakan lingkungan kerja yan bersih, aman, dan nyaman (kamarijani,

1983). Sanitasi mempunyai arti penting dalam perusahaan yaitu sebagai usaha

pencegahan dan menciptakan suasana lingkungan perusahaan dalam kondisi

sanitasi yang mencakup segi keamanan atau dalam proses produksi dari bahaya

yang timbul.

Sanitasi meliputi peralatan dan mesin, pekerja, bangunan, dan lingkungan

serta penanganan limbah.

Page 12: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

a. Sanitasi Peralatan dan Mesin

Sanitasi Peralatan dan Mesin adalah kebersihan dari alat dan mesin

yang digunakan agar tidak mencemari hasil produk dan tetap menjaga

kualitasnya. Usaha untuk menjaga kebersihan alat tersebut dilakukan ketika

sebelum digunakan di cuci denan air atau steam, hal ini dimungkinkan alat

sewaktu tidak digunakan terkena kontaminasi seperti debu atau bekas kotoran

sebelumnya. Untuk mencegah pengkaratan akibat korasi dan ampas yng

menempel, pencucian dilakukan satu minggu sekali.

b. Sanitasi Pekerja

Kebersihan pekerja dapat mempengaruhi kualitas produk yang

dihasilkan, karena dari pekerja dapat menjadi sumber cemaran ini di antara

lain rambut pekerja yang rontok, kebersihan pekerja, misal kebersihan tangan

dan kaki, pakaian dan kebiasaan jelek seperti meludah sembarangan serta

kebiasaan merokok saat bekerja.

c. Sanitasi Bangunan dan lingkungan

Sanitasi Bangunan dalam perubahan mempunyai fungsi diantaranya

adalah untuk melindungi karyawan serta peralatan dari faktor lingkungan.

Sebagai contoh perlindungan sebagai tempat teduh dari panas dan hujan.

Selain itu bangunan juga mempertimbangkan terhadap faktor kesehatan dan

keselamatan baik bagi para pekerja maupun produk olahan, terutama letak

perusahaan harus jauh dari sumber cemaran.

Kemudian untuk senitasi lingkungan lebih ditujukan kepada sekitar

perusahaan yang ditekankan pada sekitar masalah kebersihan dari lingkungan

perusahaan. Kondisi lingkungan terletak jauh dari sumber pencemarang

seperti tempat pembuangan sampah. Namun dengan demikian perusahaan

lebih menekankan pada usaha keberhasilan dalam lingkungan perusahaan.

d. Unit Penangganan Limbah Industri

Seperti kebanyakan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan

jadi, industri tapioka juga menghasilkan bahan buangan yang dibuang ke

lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan atau perubahan lingkungan

setempat. Secara umum buangan yang berasal dari industri tepung tapioka

digolonkan menjadi :

a. Buangan padat atau limbah padat.

Page 13: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

b. Buangan cair atau limbah cair.

c. Buangan yang bersifat gas atau limbah gas.

d. Kebisingan.

E. Keuntungan dan kendala :

1. Penghasilan produsen ketela pohon akan meningkat.

2. Memudahkan petani dalam menggunakan teknologi modern.

3. Menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

4. Meminimalisir eksploitasi dari para pemilik modal.

5. Perusahaan juga mendapatkan keuntungan yang melimpah.

F. Kendala dari jasa pengolahan tepung tapioka :

1. Masih terbatasnya pengetahuan dibidang teknologi dan pengembangan peraltan

yang lebih canggih.

2. Proses produksi masih tergolong cukup lama yaitu sampai 3 hari, jika musim

penghujan bisa juga sampai 5 hari sehingga hasil produksi belum dapat di

distribusikan dengan baik.

3. Ketika sudah jadi tepung tapioka, masih harus menunggu dari pihak konsumen

yang akan membeli tepung tapioka.

G. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan 1. Pengelolaan ketela pohon (ubi kayu) menjadi tepung tapioka memiliki proses

yang begitu rumit dan harus menyesuaikan kualitas bahan baku demi

mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan ketela pohon(ubi kayu) sebagai bahan

baku tepung tapioka telah memenuhi standar pengelolaan industri yang baik.

3. Peralatan dalam pengelolaan industri tepung tapioka sudah modern.

4. Sanitasi dan pengendalian mutu menjadi bagian tambahan yang berhubungan erat

dengan pemanfaatan teknologi perusahaan.

Saran :

Page 14: file · Web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian indonesia” forum studi hukum ekonomi islam (forshei)

1. Sarana laboratorium sangat diperlukan untuk menganalisa bahan mentah, bahan pembantu, dan hasil produksi.

2. Penyediaan bahan baku ketela pohon baik secara kuantitas, kualitas maupun kontiunitas harap lebih ditingkatkan untuk mendapatkan kualitas produk tapioka yang lebih baik.

3. Sebaiknya di tambah mesin pengemas agar tepung dapat di kemas lebih ekonomis dengan merk berbeda dan dapat disalurkan kepada konsumen secara efektif.

4. Perlu dilakukan penanganan limbah yang lebih baik sehingga tidak menyebabkan pencemaran terutama pada saat hujan.

H. Penutup

Demikian Makalah ini penulis selesaikan, Penulis menyadari bahwa makalah

ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Kritik dan saran sangat penulis

harapkan demi sempurnanya karya- karya selanjutnya. Besar harapan penulis, karya

sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pertimbangan untuk ikut

berpartisipasi dalam kegiatan Simposium Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS XIII)

Tahun 2014 Forum Silaturrohim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Nasional di

Universitas Negeri Malang.