file · web view“implementasi ekonomi islam dalam sektor agraria untuk kemandirian...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PENGELOLAAN KETELA POHON
(UBI KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKU TEPUNG TAPIOKA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Simposium
Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS XIII) Tahun 2014Forum Silaturrohim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Nasional
di Universitas Negeri Malang
“IMPLEMENTASI EKONOMI ISLAM DALAM SEKTOR AGRARIA UNTUK KEMANDIRIAN INDONESIA”
FORUM STUDI HUKUM EKONOMI ISLAM (FORSHEI)INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGGO SEMARANG
2014
A. Pendahuluan
Banyaknya penduduk yang bermukim didaerah Pati khususnya penduduk
Kecamatan Maroyoso yang kesehariannya bercocok tanam (petani) ketela pohon. Tak
banyak yang bisa dilakukan oleh mereka selain bercocok tanam. Hal ini menyebabkan
kurangnya pengetahuan akan dunia luar, sehingga kerap terjadi penipuan-penipuan
dari golongan orang-orang yang memiliki modal besar. Dengan mengeksploitasi hasil
pertanian yang telah dihasilkan oleh petani, tanpa harus susah payah menanamnya.
Melihat daya upaya yang dilakukan oleh petani dengan susah payah
menanamnya, harus rajin-rajin memeliharanya, selain itu juga modal yang
dikeluarkan cukup besar, mulai dari pemilihan bibit yang unggul, penyediaan pupuk,
maupun obat-obat pemeliharaan. Bahkan apabila gagal panen petani mengalami
kerugian yang sangat besar. Tercatat kerugian atas pembelian bibit, biaya penanaman,
biaya pemeliharaan, belum lagi tenaga yang dikeluarkan cukup besar pula.
Keadaan seperti ini tidak menjadi bahan pemikiran oleh para pemilik modal
untuk mengeksploitasi hasil pertanian para petani. Hal ini justru membuat beberapa
pihak selaku pengelola berupaya memberikan solusi sekaligus memanfaatkan
kesempatan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Melihat jasa-jasa dan
keuntungan yang pengelola tawarkan cukup terfokus dengan permasalahan yang
terjadi, sehingga ini menjadi suatu pendorong tersendiri bagi para petani untuk
bekerja sama dengan pihak pengelola.
Dengan cara mensosialisasikan jasa-jasa dan keuntungan yang pengelola cover
sedemikian rupa dengan tujuan pro petani sehingga ini akan menjadi bahan
pertimbangan pula bagi para petani untuk bekerja sama mengolah hasil pertanian
ketela pohon mnjadi tepung tapioka.
B. Maksud dan tujuan (dilihat dari begitu pentingnya tulisan tersebut)
Kami selaku penulis, menganalisa dan mencoba untuk membantu
mengembangkan konsep ini agar diterapkan di berbagai daerah untuk meningkatkan
penghasilan para petani, serta mengatasi permasalahan yang dialami petani tersebut.
Kami berkomitmen untuk mensosialisasikan konsep pendirikan jasa pengolahan
tepung tapioka dengan harapan bisa mengatasi permasalahan diatas.
Dengan adanya sebuah konsep pengolahan tepung ketela pohon menjadi
tepung tapioka ini dapat mengatasi permasalahan masyarakat Daerah Kecamata
Margoyoso yang kesehariannya bercocok tanam (petani) ketela pohon agar terhindar
dari penipuan-penipuan para pemilik modal besar atas pengeksploitasian hasil
pertanian yang dihasilkan oleh para petani.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengolahan ketela pohon menjadi tepung tapioka ?
2. Bagaimana pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan ketela pohon (ubi kayu)
sebagai bahan baku tepung tapioka ?
3. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pengelolaan industri tepung tapioka ?
4. Bagaimana Sanitasi dan pengendalian mutu perusahaan industri tepung tapioka ?
D. Pengolahan ketela pohon menjadi tepung tapioka adalah sebagi berikut.
1. Bahan baku/ Bahan Dasar
Spesifikasi Bahan Dasar
Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting bagi pelaksanaan
proses produksi suatu industri pengelolaan. Bahan dasar yang digunakan
adalah ubi kayu dengan berbagai jenis kecuali ubi kayu varietas karet. Bahan
baku yang digunakan untuk membuat tepung tapioka tidak boleh lebih dari 4
hari. Karena bila lebih dari empat hari maka akan berubah warna yang pada
mulanya berwarna putih menjadi kuning ataupun coklat.
Bahan baku yang baik untuk tepung tapioka adalah ubi kayu yang di
panen pada umur 9-12 bulan setelah tanam, jika ubi kayu di panen terlalu
muda maka kandungan zat patinya sangat rendah begitu pula sebaliknya bila
ubi kayu di panen terlal tua maka zat patinya akan menurun karena terjadi
penurunan pada saat fotosintesa.
Penyediaan Bahan dasar
Dalam produksi tepung tapioka ini sangat mudah dalam
mendapatkannya, karena bahan baku utamanya yaitu ketela pohon atau sering
disebut singkong. Hampir disemua derah tanaman ini bisa hidup, terlebih
didaerah Kecamatan Margoyoso, ketela pohon ini dijadikan komoditi
pertanian yang utama, karenan sangat cocok dengan unsur tanah didaerah
tersebut.
Selain unsur tanah yang cocok, tanaman ini tergolong mudah dalam
penanaman dan perawatannya, karena dalam penanaman tidak perlu
menggunakan irigasi dan biaya perawatan serta pupuk tergolong murah,
sehingga hasil yang diperoleh nanti ketika panen sangat menguntungkan dan
lebih fleksibel dalam pengolahannya serta pemanfaatan hasil produksinya.
Inilah yang menjadikan pera petani lebih memilih menenam ketela pohon
dibandingkan dengan menanam padi.
Kualitas Bahan dasar yang di butuhkan
Perusahaan yang mendapatkan bahan dasar dari petani harus
melakukan pengujian dalam laboratorium untuk mengetahui kadar pati ubi
kayu. Sebagai bahan dasar ubi kayu harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Kadar Protein
Kadar protein harus rendah, sedapat mungkin kurang dari 1,3 %. Tapioka
yang mengandung protein lebih dari 2 % warnanya kurang putih dan umur
simpannya tidak akan tahan lama srta bau akan cepat apek, selain itu dalam
proses pengelolaannya akan lebih sukar karena banyak lendir yang dapat
merintangi pengendapan pati.
b. Kadar Pati
Kadar pati akan mempengaruhi keuntungan perusahaan, untuk ubi kayu
yang berumur 9-12 bulan adalah ubi kayu yang baik digunakan untuk
proses produksi tepung tapioka. Ubi kayu diharapkan dapat memenuhi
varietas yang telah memenuhi standar yang berhubungan dengan umur,
musim, lahan penanaman, dan tingkat kesegaran. Komposisi dalam 100
gram Singkong dan Tepung Tapioka yaitu sebagai berikut :
Zat Makanan Singkong Tepung Tapioka
Kalori (kal) 146 363
Protein (gr) 1,2 1,1
Lemak (gr) 0,3 0,5
Karbohidrat (gr) 34,7 88,2
Zat Kapur (gr) 33 84
Phospor (mg) 40 125
Zat Besi (mg) 0,7 1,0
Vit. A (S.1) 0 0
Vit. C (mg) 20 0,4
Thiamine (mg) 38 0
Sumber : Pinus Lingga, 1986
Penyimpanan dan Pengankutan
Bahan Dasar yang dianggkut menggunakan alat transportasi truk.
Setelah diangkut diteliti kadar pati dengan menggambil sempel acak sebanyak
5 kg bila kadar pati teah memenuhi syarat yang ditentukan harga disesuaikan
dengan kadar pati. Ubi kayu setelah di terima dan di beli kamudian disimpan
dalam gudang penyimpanan yang sebagian dengan dinding terbuka selama 2-3
hari bila melewati 4 hari maka akan rusak. Ubi kayu yang rusak kemudian
akan diolah menjadi geplek.
Bahan Pembantu.
Bahan pembantu merupakan bahan pelengkap formulasi dalam proses
pengelolaan untuk mencapai tujuan. Bahan pembantu sangat penting di dalam
berlangsungnya proses pengolahan, karena tanpa bahan pembantu tujuan
proses tidak akan tercapai. Bahan pembantu yang digunakan adalah :
a. Air
Air diperlukan pada proses pencucian bahan mentah dari kotoran dan
lendir yang melekat pada permukaan ubi kayu, pengupasan, pemarutan,
ekstraksi, separasi dan sebagai media pembawa kulit ari keluar dari mesin
pengupas.
b. Belerang
Belerang dioksida yang ditambahkan sebagai bahan pembantu,
berfungsi sebagai bahan pengawet dan untuk mempertahankan derajat
putih tepung yang akan dihasilkan dan juga untuk mempertahankan kadar
pH-nya yang berkisar 2,7-3,5 sehingga susu pati yang dihasilkan tidak
terlalu asam. Adapun bentuk SO2 yang digunakan adalah air belerang.
Mekanisme kematian sel mikroba oleh SO2 belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi dari beberapa penelitian diketahui bahwa SO2 dapat
merusak struktur protein, enzim, kofaktor, vitamoin asam nukleat dan lemak.
Disamping itu pengendalian aktivitas mikroba, SO2 juga berfungsi
sebagai anti oksida dan agensia pereduksi yang dapat berfungsi
menghambat bermacam-macam reaksi enzimatis (Sarjono dan
Wibowo, 1987)
2. Cara produksi/Proses Pengolahan
a. Tahap-tahap Proses Pengelolaan
Dalam pengolahannya, ketela pohon dapat diolah dalam farian yang sangat
banyak, mulai dari diolah menjadi aneka makanan tradisional sampai makanan
modern, diolah sebagai tepung tapioca, campuran pembuatan kertas, campuran
pembuatan obat nyamuk bakar, dll. Namun disini penulis hanya akan
menjelaskan pengolahan ketela pohon menjadi tepung tapioca, karena tepung
tapioca lebih fleksibel kegunaanya dan lebih mudah dalam pemasaran hasil
produksinya.
Proses produksi tepung tapioca yg sekarang lebih ditekankan dengan
penggunaan teknologi modern, yaitu hampir dari keseluruhan proses sudah
mnggunakan mesin yang serba otomatis. Peralatan-peralatan mesin yang
digunakanpun sudah dikembangkan dalam bntuk yang modern, yaitu mulai
bak dan mesin pencuci ketela pohon, mesin penggiling ketela, mesin
penyaring saripati ketela dan pemisah antara sari pati dengan ampas ketela,
mesin penepungan atau penghalisan kembali tepung tapioka setelah dari
proses pengeringan. Dalam semua proses ini tenaga manusia hanya digunakan
ketika proses pengeringan saja, sehingga proses produksi menjadi lebih efisien
serta mendapatkan hasil yang maksimal.
Skema alur produksi atau pengolahan tepung tapioka adalah sebagai berikut :
a. Ketela pohon setelah dicabut dan dipisahkan dari pohon atau
batangnya kemudian dimasukkan ke dalam bak pencucian.
b. Setelah pencucian bersih kemudian proses dilanjutkan ke mesin
penggilingan.
c. Dari penggilingan langsung masuk ke mesin penyaringan, didalam
penyaringan ini ketela yang selesai digiling kemudian diguyur dengan
air yang otomatis dari shower pipa, sehingga terjadi pemisahan antara
ampas ketela dengan saripati yang nantinya akan menjadi tepung
tapioka.
d. Air saripati ketela langsung masuk ke bak penampungan saripati dan
ampas ketela langsung masuk ke bak penampungan ampas ketela.
e. Setelah ditunggu selama satu malam, saripati mengendap dan pisah
dengan air, maka air tersebut dibuang sehingga tinggal menunggu
pembekuan saripati tersebut.
f. Setelah saripati menggumpal kemudian diangkat dari bak
penampungan dan dipindah ke plataran atau tempat pengeringan.
Dalam pengeringan ini sangat bergantung pada panas matahari, jika
matahari saat musim kemarau maka dalam waktu satu hari tapioka ini
bisa mengering, namun jika pada musim penghujan proses
pengeringan ini tidak dapat dilakukan, sehingga pengeringan dilakukan
dengan menggunakan mesin oven.
g. Setelah tapioka kering, tahapan proses yang terakhir yaitu tahapan
penghalusan atau sering disebut penepungan. Tapioka yang kering
tidak semuanya halus dan kering maksimal, jadi masih dibutuhkan
penghalusan dan pengovenan ulang.
h. Setelah semua proses terlewati tepung tapioka siap dibungkus dan
dipasarkan.
Pembersihan ketela Penggilingan
Pengendapan Penyaringan
Pengeringan Penghalusan
3. Mesin dan Peralatan
Salah satu pendukung lancarnya proses pengelolaan tepung tapioka adalah
tersedianya peralatan dan mesin baik manual ataupun otomatis. Pada dasarnya alat
dan mesin yang digunakan mempunyai spesifikasi dan kapasitas tersendiri.
a. Spesifikasi dan prinsip kerja.
Mesin Pencucian (Root Waster)
Prinsip kerja alat ini adalah terjadinya gesekan antara ubi kayu dan pedal-
pedal pada mesin pencuci dengan cara di putar, serta air yang di percikan
sehingga menimbulkan tekanan pada ubi kayu. Dengan perlakuan seperti
ini ubi kayu akan benar-benar dalam keadaan bersihdari kulitnya ataupun
dari kotoran lain.
Kapasitas mesin : 6 ton/jam
Jumlah Mesin : 2 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam
Kapasitas 1 Hari kerja : 6 ton/jam x 16 Jam/hari x 2
: 192 ton/hari
Daya yang digunakan : 13, 428 Kw
Fungsi : untuk mencuci bahan mentah
Mesin pemarut (Root Rasper)
Mesin pemarut ini berfungsi untuk menghancurkan potongan-potongan ubi
kayu menjadi bubur ubi kayu. Prinsip kerja mesin ini adalah dengan
memutar pisau pemarutnya dan memarut ubi kayu yang memasuk
kedalamnya.
Kapasitas mesin : 3 ton/jam
Jumlah Mesin : 4 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam
Kapasitas 1 Hari kerja : 3 ton/jam x 16 Jam/hari x 4
: 192 ton/hari
Daya yang digunakan : 89,5 Kw
Fungsi : untuk menghancurkan (memarut) bahan
mentah.
Mesin Ekstraksi (Ekstraktor)
Mesin ini digunakan untuk memisahkan pati dengan ampasnya dngan
melakukan penyaringan. Prinsip kerja mesin ini adalah dengan cara
pemusingan bubur pati ke dalam mesin ekstraksi yang dilengkapi dengan
penyaringan.
Kapasitas mesin : 12 ton/jam
Jumlah Mesin : 1 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam
Kapasitas 1 Hari kerja : 12 ton/jam x 16 Jam/hari x 1
: 192 ton/hari
Daya yang digunakan : 55,95 Kw
Fungsi : untuk memisahkan susu pati dengan ampas.
Mesin Separator
Prinsip kerja mesin ini adalah ketika perbedaan berat jenis bahan melalui
gaya putaran pada larutan dengan kecepatan tertentu sehingga sari pati
kental akan terpisah dari pelarutnya.
Kapasitas mesin : 6 ton/jam
Jumlah Mesin : 2 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam
Kapasitas 1 Hari kerja : 6 ton/jam x 16 Jam/hari x 2
: 192 ton/hari
Daya yang digunakan : 149,2 Kw
Fungsi : untuk memisahkan zat pelarut (air, sulfur)
dengan zat terlarut (susu pati).
Mesin Sentrifugasi
Centrifuse merupakan mesin yang berfungsi untuk mengendapkan pati
yang keluar dari separator menjadi pati basah. Prinsip kerja alat ini adalah
perlakuan dengan gaya sentrifugal sehingga sari pati akan terhambur dari
airnya dan melekat pada permukaan atas samping badan mesin bagian
dalam.
Kapasitas mesin : 6 ton/jam
Jumlah Mesin : 2 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam
Kapasitas 1 Hari kerja : 6 ton/jam x 16 Jam/hari x 2
: 192 ton/hari
Daya yang digunakan : 2,984 Kw
Fungsi : untuk memekatkan susu pati menjadi lebih
kental.
Bak Pengendapan
Kapasitas mesin : 12 ton/jam
Jumlah Mesin : 1 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/hari
Kapasitas 1 Hari kerja : 12 ton/jam x 16 ton/hari x 1
: 192 ton/hari
Prinsip : perbedaan berat jenis antara air dan ampas.
Mesin Pengering
Kapasitas mesin : 1,5 ton/jam
Jumlah Mesin : 2 Buah
Lama Mesin digunakkan : 16 ton/jam
Kapasitas 1 Hari kerja : 1,5 ton/jam x 16 Jam/hari x 2
: 48 ton/hari
Daya yang digunakan : 22,38 Kw
Fungsi : untuk mengkeringkan pati basah menjadi
tepung sampai kadar air yang dikehendaki.
Prinsip : Adanya udara panas yang dihembuskan akan
mengkeringkan tepung.
b. Tata letak mesin dan peralatan
Tata letak merupakan fasilitas-fasilitas produksi yang bertujuan untuk
meminimkan biaya produksi. Tata letak fasilitas produksi merupakan
keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam
proses produksi. Proses produksi dapat menghasilkan produk dengan kuantitas
dan kualitas sesuai rencana, dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan
biaya yang murah.
Tata letak yang baik apabila pengaturan mesin atau peralatan sesuai
dengan urutan proses, letak mesin atau alat memudahkan pengawasan,
tersedianya ruang untuk reparasi, jarak mesin atau alat satu dengan yang
lainnya ekonomis (jarak terlalu pendek mengakibatkan gedungnya di buat
kecil tapi keamanan dan kenyamanan kerja kurang, demikian juga sebaliknya).
Sedangkan penataan peralatan mesin yang kurang tepat akan mempengaruhi
modal yang dibutuhkan yang meliputi : Biaya Operasi (untuk material
hendling), pembersihan produksi, kemudian di dalam pemeliharaan, perbaikan
dan penggantian peralatan atau mesin, kelancaran proses produksi dan
keamanan serta kenyamanan kerja.
c. Efektifitas penghasilan
Dengan proses produksi diatas jika dikalkulasi maka akan meningkatkan
keuntungan dari produsen atau petani ketela pohon, jika dibandingkan antara
dijual langsung dalam bntuk ketela dengan sudah diolah dalam benetuk tepung
tapioka, maka lebih menguntungkan ketika sudah diolah.
Dari pengolahan ketela pohon tersebut tidakl ada bagian atau limbah yang
terbuang, semuanya bisa dimanfaatkan, mulai sari pati yang dijadikan tepung
tapioka, ampas ketela yang dijual sebagai bahan campuran saus, campuran
pembuatan kertas, dan campuran pembuatan obat nyamuk.
4. Sanitasi Perusahaan
Sanitasi perusahaan adalah suatu usaha yang terancana terhadap
lingkungan produksi bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah
pencemaran pada hasil olahan, mencegah terlarangnya nilai estetika konsumen
serta mengusahakan lingkungan kerja yan bersih, aman, dan nyaman (kamarijani,
1983). Sanitasi mempunyai arti penting dalam perusahaan yaitu sebagai usaha
pencegahan dan menciptakan suasana lingkungan perusahaan dalam kondisi
sanitasi yang mencakup segi keamanan atau dalam proses produksi dari bahaya
yang timbul.
Sanitasi meliputi peralatan dan mesin, pekerja, bangunan, dan lingkungan
serta penanganan limbah.
a. Sanitasi Peralatan dan Mesin
Sanitasi Peralatan dan Mesin adalah kebersihan dari alat dan mesin
yang digunakan agar tidak mencemari hasil produk dan tetap menjaga
kualitasnya. Usaha untuk menjaga kebersihan alat tersebut dilakukan ketika
sebelum digunakan di cuci denan air atau steam, hal ini dimungkinkan alat
sewaktu tidak digunakan terkena kontaminasi seperti debu atau bekas kotoran
sebelumnya. Untuk mencegah pengkaratan akibat korasi dan ampas yng
menempel, pencucian dilakukan satu minggu sekali.
b. Sanitasi Pekerja
Kebersihan pekerja dapat mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan, karena dari pekerja dapat menjadi sumber cemaran ini di antara
lain rambut pekerja yang rontok, kebersihan pekerja, misal kebersihan tangan
dan kaki, pakaian dan kebiasaan jelek seperti meludah sembarangan serta
kebiasaan merokok saat bekerja.
c. Sanitasi Bangunan dan lingkungan
Sanitasi Bangunan dalam perubahan mempunyai fungsi diantaranya
adalah untuk melindungi karyawan serta peralatan dari faktor lingkungan.
Sebagai contoh perlindungan sebagai tempat teduh dari panas dan hujan.
Selain itu bangunan juga mempertimbangkan terhadap faktor kesehatan dan
keselamatan baik bagi para pekerja maupun produk olahan, terutama letak
perusahaan harus jauh dari sumber cemaran.
Kemudian untuk senitasi lingkungan lebih ditujukan kepada sekitar
perusahaan yang ditekankan pada sekitar masalah kebersihan dari lingkungan
perusahaan. Kondisi lingkungan terletak jauh dari sumber pencemarang
seperti tempat pembuangan sampah. Namun dengan demikian perusahaan
lebih menekankan pada usaha keberhasilan dalam lingkungan perusahaan.
d. Unit Penangganan Limbah Industri
Seperti kebanyakan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan
jadi, industri tapioka juga menghasilkan bahan buangan yang dibuang ke
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan atau perubahan lingkungan
setempat. Secara umum buangan yang berasal dari industri tepung tapioka
digolonkan menjadi :
a. Buangan padat atau limbah padat.
b. Buangan cair atau limbah cair.
c. Buangan yang bersifat gas atau limbah gas.
d. Kebisingan.
E. Keuntungan dan kendala :
1. Penghasilan produsen ketela pohon akan meningkat.
2. Memudahkan petani dalam menggunakan teknologi modern.
3. Menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
4. Meminimalisir eksploitasi dari para pemilik modal.
5. Perusahaan juga mendapatkan keuntungan yang melimpah.
F. Kendala dari jasa pengolahan tepung tapioka :
1. Masih terbatasnya pengetahuan dibidang teknologi dan pengembangan peraltan
yang lebih canggih.
2. Proses produksi masih tergolong cukup lama yaitu sampai 3 hari, jika musim
penghujan bisa juga sampai 5 hari sehingga hasil produksi belum dapat di
distribusikan dengan baik.
3. Ketika sudah jadi tepung tapioka, masih harus menunggu dari pihak konsumen
yang akan membeli tepung tapioka.
G. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan 1. Pengelolaan ketela pohon (ubi kayu) menjadi tepung tapioka memiliki proses
yang begitu rumit dan harus menyesuaikan kualitas bahan baku demi
mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan ketela pohon(ubi kayu) sebagai bahan
baku tepung tapioka telah memenuhi standar pengelolaan industri yang baik.
3. Peralatan dalam pengelolaan industri tepung tapioka sudah modern.
4. Sanitasi dan pengendalian mutu menjadi bagian tambahan yang berhubungan erat
dengan pemanfaatan teknologi perusahaan.
Saran :
1. Sarana laboratorium sangat diperlukan untuk menganalisa bahan mentah, bahan pembantu, dan hasil produksi.
2. Penyediaan bahan baku ketela pohon baik secara kuantitas, kualitas maupun kontiunitas harap lebih ditingkatkan untuk mendapatkan kualitas produk tapioka yang lebih baik.
3. Sebaiknya di tambah mesin pengemas agar tepung dapat di kemas lebih ekonomis dengan merk berbeda dan dapat disalurkan kepada konsumen secara efektif.
4. Perlu dilakukan penanganan limbah yang lebih baik sehingga tidak menyebabkan pencemaran terutama pada saat hujan.
H. Penutup
Demikian Makalah ini penulis selesaikan, Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi sempurnanya karya- karya selanjutnya. Besar harapan penulis, karya
sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pertimbangan untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan Simposium Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS XIII)
Tahun 2014 Forum Silaturrohim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Nasional di
Universitas Negeri Malang.