teknologi pengendalian opt

56
DAMAYANTI BUCHORI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Masa Depan Pengembangan Teknologi Pengendalian OPT dengan Agens Hayati Disampaikan pada Rapat Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan Berwawasan PHT

Upload: anggo-robbenium

Post on 14-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

TRANSCRIPT

  • D A M A Y A N T I B U C H O R I

    D E P A R T E M E N P R O T E K S I T A N A M A N

    F A K U L T A S P E R T A N I A N

    I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

    Masa Depan Pengembangan Teknologi Pengendalian OPT

    dengan Agens Hayati

    Disampaikan pada Rapat Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan Berwawasan PHT

  • MASA DEPAN

    Kemajuan IPTEKS

    Tantangan: akan ada berbagai permasalahan yang akan mewarnai pertanian dan penggunaan agens hayati

    Lingkungan

    Kebijakan: misalnya konvensi internasional (Nagoya Protocol, Cartagena Protocol, etc)

    Kelembagaan: siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PHT (PHP, etc).

    Perdagangan internasional

  • Tantangan

    Pertambahan Penduduk

    Kurangnya lahan Pertanian

    Perubahan Iklim

  • Di tuntut untuk meningkatkan produksi dalam situasi yang tidak ideal

    Semakin Bertambahnya jumlah Penduduk

    Perubahan Iklim

    INOVASI TEKNOLOGI

  • Grafik Jumlah Penduduk Indonesia

    Badan Pusat Statistik,2010

  • Tantangan Pertanian Indonesia

    Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun

    selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49 %

    Indonesia harus mampu menyediakan pangan untuk 237,6 juta jiwa

    3 juta konsumen baru setiap tahun

    Pada saat yang sama tahun 1993-2003 (10 tahun) lahan pertanian

    indonesia telah terkonversi sebanyak 1.100.000 hektar

    Sekitar 100.000 ha lahan pertanian terkonversi setiap tahunnya untuk

    berbagai kepentingan non-pertanian

    Penurunan ketersediaan air dan kompetisi penggunaan air antara

    konsumsi RT dan Industri serta keperluan pertanian

    Badan Pusat Statistik

  • Perubahan Iklim dan Globalisasi Dampak

    Pergeseran musim

    Curah hujan yang ekstrim

    Kekeringan ekstrim

    Suhu rata rata meningkat

    Spesies Invasif

    Pergeseran musim tanam

    Pola pertanian nasional harus adaptif

    Manajemen Air (irigasi menjadi penting, jenis tanaman harus dipertimbangkan

    Peledakan Hama dan Penyakit?

    Penyerbukan

    Produktivitas Tanaman

    Dampak Perubahan Iklim Pada Pertanian Indonesia

  • Komoditas Luas terkena dampak

    banjir (Ha) Puso (Ha)

    Padi 309.859 ha 99.586 ha

    Jagung 17.299 ha 7.028 ha

    Kedelai 6.561 ha 1.785 ha

    Kacang tanah 2.047 ha 261 ha

    Tabel 1. Rerata luas areal tanaman pangan yang terkena dampak banjir (2004-2008)

    Komoditas Luas terkena dampak

    kekeringan (Ha) Puso (Ha)

    Padi 311.885 ha 61.344 ha

    Jagung 51.463 ha 3.610 ha

    Kedelai 7.062 ha 310 ha

    Kacang tanah 11.607 ha 510 ha

    Tabel 2. Rerata luas areal tanaman pangan rusak akibat kekeringan (2004-2008)

    Direktorat Jendral Tanaman Pangan,2010

  • Apa Saja yang telah digunakan?

    Bagaimana keberhasilannya?

    Predator

    Parasitoid

    Cendawan

    Bakteri

    Virus

    Agens antagonis

    Cendawan endofit

    EVALUASI PENGGUNAAN AGENS HAYATI

    HAMA PENYAKIT

  • INOVASI RAMAH LINGUNGAN: APA YANG DIPERLUKAN

    Perkembangan Sains

    macam apakah?

    Teknologi jenis apakah?

    Aturan Aturan Yang Ada

    (Konvensi)

    Bagaimana menjamin

    Pengelolaan OP yang ramah

    Lingkungan?

    Inovasi

    Senantiasa menjadi

    Tantangan

    Multilevel Thinking

    Dari Individu ke Populasi

  • Agens Hayati/Musuh Alami

    PeraturanMenteri Pertanian Nomor 411 tahun1995:

    Agens Hayati yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya

  • Agens Hayati Pengendali Hama dan Penyakit Tanaman

    Parasitoid Predator Mikroba

    Proteksi Silang ISR (Induced Systemic

    Resistance)

    Pengendalian Hama

    Pengendalian Penyakit: Mikroba

  • PENGETAHUAN FUNDAMENTAL

    Ekologi hama dan ekologi penyakit

    Spesies invasif dan species hama baru

    Interaksi faktor faktor biologi dan iklim

    Agens Hayati: predator dan parasitoid (hama)

    Prinsip pengendalian hayati

    Southwood: synoptic

    Respon fungsional dan numerikal

    Agens hayati: mikroba

    Virulensi

    Transmission rate

  • EVALUASI MUSUH ALAMI

    Pemilihan species Bagaimana pemilihan ?

    Species invasif/baru

    Mass Rearing Nisbah Kelamin

    Kebugaran/fitness

    Tanggap Fungsional

    Inbreeding Effect

    Pengaruh lingkungan selama mass rearing (foundress effect, host shift)

    Pelepasan Jarak Terbang

    Kemampuan pencairan inang dan parasitasi

    Lama hidup di lapang

    Kompetisi?

    Konservasi Berapa generasi bisa

    bertahan?

  • Principles of IPM

    Grow a healthy crop

    Optimize natural enemies

    Observe fields weekly

    Farmers as experts

    FARMERS AS THE CENTRAL ROLE

  • PH MASA DEPAN: Peradaban dan perkembangan IPTEK yang semakin maju turut

    meningkatkan pengembangan Pengendalian OPT dengan Agens Hayati

    Manipulasi perilaku pada

    parasitoid dan predator:

    Nisbah kelamin

    Asosiasi mikroba-serangga:

    Enkapsulasi oleh inang

    Pestisida Nabati

    Serangga Transgenik

    Cendawan Endofit

    PGPR

    Proteksi Silang

    HAMA: PATOGEN

  • Manipulasi klasik Manipulasi bioteknologi: Wolbachia-like organisms

    Sifat khas dari parastioid: arrhenotoki

    (haplod-diploid)

    Kemampuan induk betina untuk memilih

    jenis kelamin anaknya (Teori Hamilton)

    Nisbah kelamin:

    Merupakan fungsi dari jumlah betina

    yang bersama sama meletakkan telur

    pada areal yang sama

    Merupakan fungsi dari ukuran inang

    Infeksi Wolbachia menyebabkan:

    1. Partenogenensis

    2. Kematian pada hewan jantan

    3. Feminisasi

    4. Cytoplasmic Incompatibility

    Nisbah Kelamin

  • Foundress effects on Sex Ratio

    Debout et al 2002

    Proportion of males among the progeny of foundress females as a function of foundress density (Curves reprsent predictions of Taylor and Bulmers model for three values of on-patch mating)

  • WOLBACHIA

    Endosymbiont

    Bakteri

    Hidup pada hewan artropoda dan nematoda

    Sekitar 60% dari artropoda diduga terinfeksi oleh Wolbachia dengan berbagai pengaruh berbeda

  • WOLBACHIA dan Nisbah Kelamin

    Infeksi Wolbachia menyebabkan:

    1. Partenogenensis (Trichogramma spp)

    2. Kematian pada hewan jantan (Nasonia sp)

    3. Feminisasi (Trichogramma)

    4. Cytoplasmic Incompatibility (Nyamuk)

    Wolbachia sebagai pengendali hayati (vektor nyamuk)

  • ASSOSIASI MIKROBA-SERANGGA:

    Pengaruh Wolbachia pada inang: beneficial, neutral, detrimental (Fytrou Proc Biol Sci. 2006 April 7; 273(1588): 791796)

    Eliminasi Wolbachia menguntungkan parasitoid Leptopilina: menurunkan enkapsulasi

    Pengaruh PolyDNA virus: menurunkan enkapsulasi

  • PARASITOID: ENKAPSULASI

    Mekanisme pertahanan inang dalam merespon adanya benda asing, melibatkan sel-sel darah inang, membentuk lapisan-lapisan yang membungkus atau mengelilingi benda asing, seperti telur parasitoid.

  • MEKANISME PERTAHANAN TERHADAP ENKAPSULASI

    Pasif

    Menghindar dari enkapsulasi

    1.Peletakan telur parasitoid di;

    - segmen torak inang

    - kelenjar salivari

    - berkembang di dalam membran dasar

    2. Adanya lapisan pelindung

    telur Virus Like Particles

    (VLPs)

    3. Peletakan telur lebih dari 1

    Aktif

    Dengan menginjeksikan telur dan

    bahan kimia kedalam tubuh inang

    pada saat oviposisi

    1. Teratosit

    -mengalihkan enkapsulasi ke teratosit

    - bahan makanan bagi parasitoid

    - memperlemah sistem pertahanan inang

    2. PDV

    3. Lamelosin

    (Yuniar Sahara,1999

  • Pada Tanaman Hortikultura: Kubis

    Eriborus argentopilosus adalah parasitiod hama Crocidolomia binotalis

    Tingginya laju enkapsulasi : pengendalian hayati tidak efektif

    Enkapsulasi menyebabkan:

    Parasitoid mati (kurang oksigen)

    Kelaparan

    Perkembangan terhambat

  • PolyDNA Virus PolyDNA virus + Ekstrak pestisida nabati

    Parasitoid Microplitis Bersimbiose dengan partikel virus Poliadnavirus untuk menghambat enkapsulasi terhadap telur parasitoid (Sahara, 1999)

    Rokaglamida: Menurunkan jumlah hemosit larva inang sehingga dapat menurunkan enkapsulasi telur dan larva parasitoid (Danar Dono, 2004)

    Perlakuan ekstrak ranting Aglaia odorata maupun rokaglamida dapat menekan enkapsulasi oleh larva C.binotalis (Sudarmo, 2001)

    Enkapsulasi: Efek PDV dan Pestisida Nabati

  • Serangga Transgenik

    Kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan dilakukanya manipulasi genetik arthopoda.

    Penggabungan DNA asing ke dalam genom telah memperluas kemungkinan untuk transformasi genetik serangga

    Arthopoda menguntungkan bisa di ubah untuk berbagai sifat, dan diharapkan lebih efektif sebagai agen hayati.

  • Meningkatkan efektifitas musuh alami dan memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan

    Resisten terhadap insektisida

    Pengendalin vektor penyakit

    Cryopreservation

    Meningkatkan keberhasilan mass rearing

    Serangga Transgenik Dapat :

  • Tungau Predator Transgenik

    Tungau predator transgenik, Metaseiulus occidentalis Nesbitt telah digunakan untuk mengendalikan tungau Tetranychus uirticae Koch (Presnail et al,1997)

    M. occidentalis transgenik resisten terhadap pestisida (carbaryl organophosphate-sulfur

    Tungau predator di transform dengan plasmid yang mengandung E. coli

    Metode ini juga dapat diadaptasi untuk arthopoda bermanfaat lainya, khususnya Phytoseiids

  • Novel Genes Cloned for Genetic Manipulation of Insects: Resistensi

    Gen yang bertanggung jawab untuk resistensi parathion hydrolase gene (opd) :

    telah diklon dari Pseudomonas diminuta (Leiffson and Hugh) and Flavobacterium

    cyclodiene resistance gene (g-aminobutryic acid A, GABAA) dari Drosophila,

    b-tubulin genes from Neurospora crassa (Draft) and Septoria nodorum (Berk.)

    Resistansi terhadap benomyl:

    acetylcholinesterase gene (Ace) dari D. melanogaster nyamuk A. stephensi,

    glutathione S-transferase gene (GST1) dari M. domestica,

    Cytochrome P450-B1 gene (CYP6A2) associated with DDT resistance in Drosophila,

    esterase B1 gene from Culex bertanggung jawab untuk ketahanan/resisten terhadap

    organophosphates (Atkinson, Pinkerton, and OBrochta, 2001).

    Gen metallothionein telah diklon dari Drosophila dan organisme lain yang berfungsi dalam

    homeostasis dari tembaga dan cadmium (Theodore, Ho, dan Marni, 1991). Gen ini dapat

    memberikan ketahanan terhadap fungisida yang mengandung tembaga dimusuh alami Artropoda.

  • Peningkatan toleransi terhadap cuaca dingin ataupun

    terhadap cuaca panas

    Trichogramma toleran terhadap cuaca panas

    Gen Antifreeze protein genes telah di klon dari ikan

    wolf-fish, Anarhichas lupus (L.) dan di transfer ke

    Drosophila (Rancourt et al., 1990; Rancourt, Davies, and

    Walker, 1992) dengan menggunakan hsp70 promoter dan

    yolk polypeptide promoters of Drosophila

    Studi ini menunjukkan bahwa musuh alami dapat beradaptasi terhadap berbagai cuaca ekstrim.

    Adaptasi Terhadap Kondisi Ekstrim

  • Cryopreservation

    Salah satu aplikasi potensi bioteknologi adalah pengembangan metode cryobiology untuk mempertahankan/memelihara embrio arthropoda agens hayati

    Saat ini, arthropoda agens hayati dapat dipelihara hanya dengan rearing secara terus-menerus atau dengan menahan spesimen yang berada dalam tahap diapause.

    Cara ini membutuhkan biaya yang mahal/tidak efisien dan dapat menyebabkan hilangnya koloni, serta genetic drift atau kontaminasi pada koloni. Mazur et al. (1992) menunjukkan bahwa embrio dari lalat buah, D. melanogaster, dapat disimpan dalam nitrogen cair dan kemudian dicairkan untuk dikembangkan menjadi lalat dewasa yang layak dan subur.

    Jika cryopreservationdapat diadaptasi untuk arthropoda lain, akan ada penghematan yang signifikan terhadap biaya pemeliharaan

    Lebih penting lagi, koleksi musuh alami Artropoda juga bisa dipertahankan tanpa batas waktu

  • Quality Control of Insect Cultures and Mass Production

    Mempertahankan kualitas arthopoda yang /dipelihara di laboratorium sulit dilakukan, karena dimungkinkan terjadi perubahan genetik yang disebabkan oleh seleksi secara tidak sengaja, inbreeding, genetic drift, dan founder effects (Stouthammer, Luck, and Werren 1992; Hopper, Roush, and Powell, 1993).

    Metode bioteknologi dapat digunakan untuk produksi massal dan pengawasan mutu Trichogramma spp. (de Almeida, da Silva, and de Medeiros, 1998).

  • Beckendorf dan Hoy (1985) menyarankan bahwa teknik DNA rekombinan dapat menjadikan musuh alami lebih efisien dan lebih murah. Setelah gen di kloning, kemudian dapat dimasukkan ke dalam sejumlah spesies yang bermanfaat.

    Kemampuan untuk memanipulasi dan memasukkan materi genetik ke dalam genom Drosophila telah digunakan untuk mengembangkan pemahaman dasar genetika, interaksi biokimia, pengembangan, dan perilaku serangga (Lawrence, 1992).

    Rekayasa genetika arthropoda lain selain Drosophila telah dicoba, tetapi dengan keberhasilan yang terbatas (Walker, 1989; Handler dan O'Brochta, 1991; Hoy, 1994; Kramer, 2004).

    Kontrol Kualitas Serangga dan Produksi Masal

  • Mengubah longevity/lama hidup arthropoda tertentu mungkin akan bermanfaat, dan penelitian tentang mekanisme ageing/penuaan dapat memberikan gen berguna di masa depan.

    Hasil kloning sebuah gen katalase dimasukkan ke dalam D. melanogaster dengan transformasi P-elemen-mediated telah terbukti memberikan perlawanan terhadap hidrogen peroksida, meskipun tidak memperpanjang umur lalat (Orr dan Sohal, 1992).

    Mempersingkat tingkat pengembangan, meningkatkan produksi progeni, mengubah sex ratio, memperluas suhu dan toleransi kelembaban relatif, dan mengubah preferensi inang atau habitat dapat meningkatkan efektivitas agen pengendalian biologis (Hoy, 1976).

    Altering Biological Attributes

  • AGENS HAYATI UNTUK PATOGEN: Cendawan Endofit

    Cendawan Endofit = mikosimbion endofitik = cendawan yang melakukan kolonisasi di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan gejala sakit (Petrini 1992)

    Interaksi antara cendawan endofit dan inang tanaman umunya bersifat sisbiosis mutualisme

    Cendawan endofit dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mitotoksin, enzim, serta antibiotika (Carrol 1988; Clay 1988)

    Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan inangnya mampu melindungi beberapa tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, kondisi ekstrim maupun herbivora (saikkoen & Helander 2003)

    Salah satu mikrorganisme yang dianggap potensial dalam pembentkan tanaman padi yang resisten adalah menggunakan cendawan endofit. Cendawan endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman inang dari serangan hama (Clay 1992)

  • Cendawan Endofit

    Asal endofit secara teoritis (Evolusi): - Patogen tanaman

    - Patogen lemah-simbion (endofit)

    - Patogen serangga

    - Endofit (Beauveria, Acremonium, dan Ordo Clavicipetales)

  • Cendawan Endofit Mekanisme Ketahanan terhadap OPT (Hama)

    Non Preferensi ( karena perubahan produksi

    senyawa volatil tanaman)-- sudah dicoba pada

    wereng coklat

    Antibiosis: toxin yang dihasilkan baik oleh cendawan

    sendiri maupun asosiasi dengan tanaman;

    menurunkan survival (sudah dicoba pada Aphis

    gossypii pada cabai dan WBC padi, keperidian,

    ukuran tubuh , dan laju pertumbuhan populasi

    Perubahan metabolisme tanaman

  • Peran ekologis Cendawan Endofit

    Resistensi terhadap hama dan penyakit

    Sebagai growth promoting agent (ada ZPT, serapan hara)

    Beberapa meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan

  • Kelebihan Cendawan Endofit:

    Ada dalam jaringan tanaman sehingga mempunyai efek resistensi sistemik (induced systemic resistance), tidak terlalu terpengaruh oleh faktor lingkungan

    Bisa alternatif genetic engineering spt masukkan gen tahan, gen Bt dll.

    Di alam tanaman sudah berasosisasi dengan mikrob

    epifit, endofit disemua bagian tanaman yang bisa

    berperan utk proteksi thd hama dan penyakit

    Mudah dibiakkan dan aplikasi-- karena pada tanaman semusim kebanyakan ditularkan melalui benih

  • Vertikal melalui benih, diturunkan ke keturunannya

    Horizontal melalui angin dan serangga

    Yang sudah dicoba: - Nigrospora pada padi -- wereng : - SH2, Nigrospora- cabai- A. gossypii - Nigrospora, Curvularia- akar gada pada kubis (Plasmodiophora brassicae) - Endophytic Trichoderma dan Nigrospora- tomat- nematoda (meloidogyne)

    Penularan Cendawan Endofit

  • PGPR

    PGPR = Plant Growth Promoting Rhizobacteria (bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman)

    Campuran yang mengandung bakteri Pseudomonas fluorescens dan Bacillus ploymixa, mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pengendalian penyakit (Performasi Tanaman)

  • Mekanisme performasi PGPR

    1. Penekanan penyakit tanaman (bioprotectants)

    2. Meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer)

    3. Memproduksi fitohormon (biostimulants)

  • Mekanisme penekanan terhadap penyakit tanaman (Tenuta 2003)

    1. Produksi antibiotik

    2. Shiderophores

    3. Induksi resistensi sistemik

  • Biofertilizer

    Meningkatkan penyerapan /pemanfaat unsur N oleh PGPR pemfiksasi nitrogen (Azospirillum, Rhizobium, Bradyrhizobium, dll)

    Meningkatkan kemampuan pengambilan unsur besi (Fe3+) oleh PGPR penghasil siderofor (Pseudomonas kelompok fluoresens)

    Meningkatkan kemampuan penyerapan unsur S oleh PGPR pemfiksasi sulfur (Thiobacillus)

    Meningkatkan ketersediaan unsur P oleh PGPR pelarut fosfat (Bacillus, Pseudomonas)

    Meningkatkan ketersediaan unsur Mn2+ oleh PGPR pereduksi Mangan

  • Percobaan rumah kaca menggambarkan efektivitas dari tiga strain Bacillus untuk biokontrol busuk akar dan pucuk tanaman gandum yang disebabkan oleh F. oxysporum. Semua tanaman perlakukan dengan F. oxysporum saja mati (Kontrol, paling kanan), sedangkan 100% dari tanaman diinokulasi dengan patogen dan Bacillus isolat KBE5-7, NAE5-7, dan KBE9-1 bertahan hidup, tidak menunjukkan gejala infeksi. (Idris et al. 2007)

  • Schematic illustration of important mechanisms known for plant growth promotion by PGPR. Different mechanisms can be broadly studied under (1) Biofertilization, and (2) Biocontrol of pathogens. Biofertilization encompasses: (a) N2 Fixation, (b) Siderophore production, (c) Pinorganic solubilization by rhizobacteria. Biocontrol involves: (a) Antibiosis, (b) Secretion of lytic enzymes, and (c) Induction of Systemic Resistance (ISR) of host plant by PGPR

    Schematic illustration of important mechanisms known for plant growth promotion by PGPR.

  • Proteksi Silang

    Proteksi silang=Cross Protection telah digunakan untuk pengendalian penyakit virus

    Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah

    hanya sedikit menderita kerusakan, tetapi akan terlindung

    dari infeksi strain yang kuat. Strain yang dilemahkan antara

    lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan in

    vivo dan dengan asam nitrit.

    Menggunakan virus non host nya, virus lemah atau strain viroid

    Cross protection berkontribusi di masa depan untuk

    pemeliharaan kesehatan tanaman dalam menghadapi penyakit

    virus

  • Point utama Cross Protection

    Virus yang dilemahkan/strain virus lemah/the protective virus menyebabkan gejala ringan atau tanpa genjala pada tanaman inang

    Setelah strain lemah diinokulasi selanjutnya akan memicu

    tekanan atau perlawanan urutan spesifik stran virus kuat/ the

    challenge virus.

    Banyak penelitian telah menemukan bahwa mutasi pada penekan silencing virus (peredaman gen sehingga tidak dapat di transkripsi/ ditransskripsi tapi tdk dapat melanjutkan proses selanjutnya-- translasi) dapat menipis gejala berat, misalnya mutasi pada penekan membungkam HC-Pro dari potyvirus (Wu, H.W et al 2010)

  • A model to explain the cross protection in squash plants provide by the constructed Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV)-GAC and ZYMV-GAB mutants and the naturally collected mild strain ZYMV WK against the severe strain ZYMV. (Lin, S.S et al, 2010 Phytopathology 97:287-296)

    A model to explain the cross protection

  • Investigasi masa depan mengenai mekanisme cross protection akan membantu mengungkap mekanisme baru dalam interaksi virus-tumbuhan dan memberikan pengetahuan untuk pengembangan strategi yang lebih efisien dengan keamanan ditingkatkan bio-untuk ketahanan virus di lapangan (Lin S S, 2010)

  • TEKNOLOGI APAPUN

    Jangan terburu buru adopsi, apalagi kalau mahal

    Yang sudah ada dievaluasi dulu: sudah efektifkah?

    Inovasi dan ilmu baru selalu menjadi ketertarikan baru

    Agar tidak ketinggalan jaman

    Pendekatan holistik jangan terlupakan

    PHT jangan terlupakan

    Penggunaan agens Hayati tidak terlepas dari prinsip PHT

  • Principles of IPM

    Grow a healthy crop

    Optimize natural enemies

    Observe fields weekly

    Farmers as experts

    FARMERS AS THE CENTRAL ROLE

  • Principles of IPM

    Grow a healthy crop

    Optimize natural enemies

    Observe fields weekly

    Farmers as experts

    Apakah Penggunaan agens hayati meminimalkan pengamatan mingguan?

    Bagaimana dengan peranan petani sebagai experts

  • KONVENSI INTERNASIONAL

    International Convention: Convention on Biological Diversity

    Cartagena Protokol dan Keamanan Hayati

    Nagoya Protocol: Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Utilization

  • T E R IMAKASIH