teknologi listrik mandiri ancaman bisnis pln

3
TEKNOLOGI LISTRIK MANDIRI ANCAMAN BISNIS PLN Ricky Cahya Andrian PLN Pengatur Beban Kendari, AP2B Sistem Sulsel [email protected] www.ap2bkendari.com Teknologi listrik Mandiri saat ini sedang dalam riset penyempurnaan agar didapat listrik yang murah dan dapat diaplikasikan dalam rumah. Sebut saja turbin angin, genset gas dan solar cell. Ketiga jenis teknologi ini dapat dipasang di rumah tangga secara mudah. Memang untuk saat ini harga per kWh-nya tidak ekonomis dibandingkan PLN karena biaya produksinya tinggi akibat faktor material. Untuk turbin angin yang dijual di pasaran Indonesia harganya sekitar 20 juta per 1000 W termasuk battere dan charge controller. Untuk solar cell, harga pasaran di Indonesia sekitar 5 juta per 50WP. Sedangkan untuk harga genset gas untuk 1000 W saja sekitar 10 juta dan kendala dari genset gas ini adalah harga LPG dan kontinuitas supply. Tetapi dengan kemajuan teknologi material dan penyediaan sumber energy primer yang mudah seperti pipanisasi gas, tidak mungkin ketiga jenis listrik mandiri ini dapat dipasang dengan harga murah sehingga mengancam bisnis PLN. Indonesia saat ini mempunyai Professor di bidang teknologi material solar cell Prof Wilson Wenas dari Fisika ITB yang sedang meneliti teknologi double layer dengan teknologi nano untuk solar cell sehingga harga 50Wp akan dapat diperoleh dengan harga 500ribu rupiah. Artinya untuk mendapatkan listrik 450Watt, cukup mengeluarkan ongkos 4.5 juta ditambah dengan battere dan charge controller, habis sekitar 6 juta rupiah untuk listrik 450Watt sama dengan pelanggan R1 PLN tetapi dengan biaya bulanan nol rupiah alias gratis. Begitu juga dengan teknologi turbin angin, saat ini perusahaan Amerika Tangarie Alternative Power yang bermarkas di New Jersey berhasil membuat wind turbine dengan kecepatan minimum 1.5 sampai 2 meter/detik atau kecepatan angin rata-rata di ketinggian 2-10 meter bahkan bisa bertahan pada kecepatan angin 60

Upload: arrester97

Post on 12-Jun-2015

250 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Listrik Mandiri Ancaman Bisnis PLN

TEKNOLOGI LISTRIK MANDIRIANCAMAN BISNIS PLNRicky Cahya AndrianPLN Pengatur Beban Kendari, AP2B Sistem [email protected]

Teknologi listrik Mandiri saat ini sedang dalam riset penyempurnaan agar didapat listrik yang murah dan dapat diaplikasikan dalam rumah. Sebut saja turbin angin, genset gas dan solar cell. Ketiga jenis teknologi ini dapat dipasang di rumah tangga secara mudah. Memang untuk saat ini harga per kWh-nya tidak ekonomis dibandingkan PLN karena biaya produksinya tinggi akibat faktor material. Untuk turbin angin yang dijual di pasaran Indonesia harganya sekitar 20 juta per 1000 W termasuk battere dan charge controller. Untuk solar cell, harga pasaran di Indonesia sekitar 5 juta per 50WP. Sedangkan untuk harga genset gas untuk 1000 W saja sekitar 10 juta dan kendala dari genset gas ini adalah harga LPG dan

kontinuitas supply. Tetapi dengan kemajuan teknologi material dan penyediaan sumber energy primer yang mudah seperti pipanisasi gas, tidak mungkin ketiga jenis listrik mandiri ini dapat dipasang dengan harga murah sehingga mengancam bisnis PLN. Indonesia saat ini mempunyai Professor di bidang teknologi material solar cell Prof Wilson Wenas dari Fisika ITB yang sedang meneliti teknologi double layer dengan teknologi nano untuk solar cell sehingga harga 50Wp akan dapat diperoleh dengan harga 500ribu rupiah. Artinya untuk mendapatkan listrik 450Watt, cukup mengeluarkan ongkos 4.5 juta ditambah dengan battere dan charge controller, habis sekitar 6 juta rupiah untuk listrik 450Watt sama dengan pelanggan R1 PLN tetapi dengan biaya bulanan nol rupiah alias gratis. Begitu juga dengan teknologi turbin angin, saat ini perusahaan Amerika Tangarie Alternative Power yang bermarkas di New Jersey berhasil membuat wind turbine dengan kecepatan minimum 1.5 sampai 2 meter/detik atau kecepatan angin rata-rata di ketinggian 2-10 meter bahkan bisa bertahan pada kecepatan angin 60 meter/ detik (angin puyuh). Bahkan perusahaan ini mengklaim produknya tahan di segala jenis cuaca termasuk bersalju. Dengan desain yang low noise, tidak mengurangi estetika rumah, berat yang lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan, sangat sesuai digunakan di rumah-rumah. Saat ini untuk paket lengkap yang terdiri dari turbin angin, solar cell dan lampunya, dipatok harga 7000 US$ atau sekitar 70 juta rupiah. Harga ini akan cenderung turun mengikuti teknologi material yang semakin murah dengan kapasitas daya yang semakin besar. Tidak tertutup kemungkinan tahun 2020 atau 12 tahun mulai sekarang, teknologi ini akan dicapai dengan harga 5 juta rupiah, anda bisa dapatkan kapasitas 900Watt atau sama dengan pelanggan R2 PLN saat ini. Begitu juga dengan genset gas, ada rencana dari pemerintah untuk membangun pipanisasi gas untuk rumah tangga seperti halnya di Amerika. Artinya, setiap rumah tangga akan dialiri gas melalui pipa seperti halnya pipa PDAM. Di beberapa tempat di Tangerang, Banten sudah dipasang pipanisasi gas ini. Jika sudah tersedia gas dengan harga murah, maka tinggal dipasang genset gas dengan harga pasaran sekitar 5 juta rupiah per 1000 W made in China. Artinya, rumah tangga tinggal memasang genset gas ini parallel dengan kompor gas untuk memasak.

Page 2: Teknologi Listrik Mandiri Ancaman Bisnis PLN

Sehingga tidak dibutuhkan sambungan SR dari PLN dan tidak perlu mengantri untuk mendapatkan kWhmeter listrik dengan harga mahal dan terkadang melalui oknum calo dan yang pastinya tidak akan mengalami pemadaman karena gangguan jaringan atau gangguan pembangkit. Jika sudah demikian, apakah masih dibutuhkan peranan PLN di sini? Apakah masih dibutuhkan pembangkit, transmisi dan distribusi ? Dalam tulisan saya sebelumnya, sebuah rumah tangga bahkan bisa menjual listrik ke jala-jala PLN jika oversupply, artinya rumah tangga itu sudah tidak menjadi pusat beban lagi (load center) melainkan sudah menjadi pusat pembangkit skala kecil (mikrogrid). Sehingga, mau tidak mau PLN sebagai pemegang monopoli listrik saat ini di Indonesia akan berhadapan dengan produsen listrik skala kecil sehingga bisnisnya akan terancam. Dan tidak tertutup kemungkinan biaya untuk investasi tiang, tower dan pembangkit skala besar akan bergeser ke skala kecil yang lebih murah dan ramah lingkungan. Kalau sudah demikian, PLN akan dituntut perubahan secara cepat (re-engineering) seperti halnya Telkom terdahulu. Beberapa orang mengatakan PLN tidak bisa dibandingkan apple to apple dengan Telkom, tetapi menurut saya dengan semakin murahnya listrik mandiri ini memaksa PLN untuk merevitalisasi bisnisnya ke bisnis skala kecil dan memangkas biaya investasi. Sehingga tidak tertutup kemungkinan bisnis listrik eceran seperti ini akan muncul di kemudian hari. Siapkah Anda menghadapi ancaman bisnis ini? Penulis berpendapat, tidak ada bisnis yang disubsidi secara abadi, artinya suatu saat PLN akan menghadapi suasana kompetitif yang sangat berat seperti halnya Telkom saat ini menghadapi gempuran provider GSM dan CDMA swasta. Hanya pegawai yang capable siap menghadapi situasi ini, sedangkan yang tidak, lebih baik pensiun dini (retired). Karena listrik adalah untuk kehidupan yang lebih baik dan setiap orang berhak atas listrik yang murah.