teknik relaksasi.pdf

Upload: harryoliviasitompul

Post on 02-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    1/39

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Teknik Relaksasi

    I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam

    1. Definisi

    Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

    keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

    bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan

    inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

    secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

    relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

    meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002).

    2.

    Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam

    Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi

    nafas dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah.

    Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan

    tindakan yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau

    merasa ragu.

    Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan

    dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi

    alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

    meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik

    maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan

    9

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    2/39

    10

    menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan

    oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah

    dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa

    cemas.

    3. Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan

    Nyeri

    (Gambar 2.1)

    Sumber: Prasetyo, 2010

    4. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

    Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah

    pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah

    diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen

    Pembedahan

    Teknik

    Relaksasi

    Nafas Dalam

    Rasa Nyeri Post

    O erasi

    Hormone

    Adrenalin

    Memberikan

    Rasa TenangMeningkatkan

    Konsentrasi

    Mempermudah

    Mengatur Pernafasan

    Oksigen

    Dalam Darah

    Mengurangi

    Detak Jantung

    Tekanan DarahNyeri

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    3/39

    11

    bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi

    (Priharjo, 2003).

    Lebih lanjut Priharjo (2003) menyatakan bahwa adapun

    langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

    a. Usahakan rileks dan tenang.

    b. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3,

    kemudian tahan sekitar 5-10 detik.

    c.

    Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.

    d.

    Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi

    melalui mulut secara perlahan-lahan.

    e. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

    berkurang.

    f.

    Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

    5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teknik Relaksasi Nafas

    Dalam terhadap Penurunan Nyeri.

    Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan

    intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu (Smeltzer dan Bare, 2002) :

    a.

    Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme

    yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

    vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah

    ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik.

    b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh

    untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    4/39

    12

    Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh teknik

    relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan

    relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan,

    maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara

    stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon

    kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress

    seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat

    klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur.

    Hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan kadar PaCO2 dan

    akan menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan kadar

    oksigen (O2) dalam darah (Handerson, 2005).

    II. Teknik Distraksi

    1.

    Definisi

    Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain

    sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan

    meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).

    2. Tujuan dan Manfaat Teknik Distraksi

    Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi

    keperawatan adalah untuk pengalihan atau menjauhkan perhatian

    klien terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya rasa nyeri.

    Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang

    yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa

    berada pada situasi yang lebih menyenangkan (Widyastuti, 2010).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    5/39

    13

    3. Prosedur Teknik Distraksi

    Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain :

    a. Distraksi visual

    Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

    pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).

    b. Distraksi pendengaran

    Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik

    air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik

    yang tenang, seperti musik klasik. Klien diminta untuk

    berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan

    untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti

    bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).

    c.

    Distraksi pernafasan

    Cara pertama, yaitu bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk

    memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata, lalu

    lakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu

    sampai empat (dalam hati), kemudian menghembuskan nafas

    melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai

    empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada

    sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan,

    lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. Cara

    kedua, yaitu bernafas ritmik dan massase, instruksikan klien untuk

    melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    6/39

    14

    lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri

    dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri

    (Widyastuti, 2010).

    d. Distraksi intelektual

    Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki

    silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur),

    seperti mengumpulkan perangko atau menulis cerita. Pada anak-

    anak dapat pula digunakan teknik menghitung benda atau barang

    yang ada di sekeliling.

    e.

    Teknik sentuhan

    Distraksi dengan memberikan sentuhan pada lengan, mengusap,

    atau menepuk-nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan

    sebagai tindakan pengalihan atau distraksi. Tindakan ini dapat

    mengaktifkan saraf lainnya untuk menerima respons atau teknik

    gateway control. Teknik ini memungkinkan impuls yang berasal

    dari saraf yang menerima input sakit atau nyeri tidak sampai ke

    medula spinalis sehingga otak tidak menangkap respons sakit atau

    nyeri tersebut. Impuls yang berasal dari input saraf nyeri tersebut

    diblok oleh input dari saraf yang menerima rangsang sentuhan

    karena saraf yang menerima sentuhan lebih besar dari saraf nyeri.

    (Widyastuti, 2010).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    7/39

    15

    III.Imajinasi Terbimbing

    1.

    Definisi

    Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan

    untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan

    damai. Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu

    teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar

    untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan

    keheningan (National Safety Council, 2004).

    2. Manfaat Imajinasi Terbimbing

    Imajinasi terbimbing merupakan salah satu jenis dari teknik relaksasi

    sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat

    dari teknik relaksasi yang lain. Teknik ini dapat mengurangi nyeri,

    mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi

    berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma (Holistic-

    online, 2006).

    Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,

    berkonsentrasi pada kesan tersebut, sehingga secara bertahap mampu

    mengurangi ketegangan dan nyeri (Potter dan Perry, 2006).

    3. Dasar Imajinasi Terbimbing

    Imajinasi merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk

    berkomunikasi dengan tubuh. Segala sesuatu yang kita lakukan akan

    diproses oleh tubuh melalui bayangan. Imajinasi terbentuk melalui

    rangasangan yang diterima oleh berbagai indera seperti gambar,

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    8/39

    16

    aroma, rasa, suara dan sentuhan (Holistic-online, 2006). Respon

    tersebut timbul karena otak tidak mengetahui perbedaan antara

    bayangan dan aktifitas nyata (Tusek, 2000 yang dikutip dalam

    anonim, 2008).

    4. Proses Asosiasi Imajinasi

    Imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut

    seseorang untuk membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-

    hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan diterima

    sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut

    akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Ditalamus

    rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil

    rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya

    dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks serebri

    terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis,

    dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak

    mengenali objek dan arti kehadiran tersebut. Hipokampus berperan

    sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak sehingga

    jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka

    sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai

    dianggap sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga diproses

    menjadi memori. Ketika terdapat rangsangan berupa bayangan tentang

    hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan

    muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    9/39

    17

    sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh/akibat yang timbul

    hanyalah suatu memori dari suatu sensasi (Guyton dan Hall, 2008).

    5. Macam-Macam Teknik Imajinasi terbimbing

    Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik

    imajinasi terbimbing (Holistic-Online, 2006) :

    a. Guided Walking Imagery

    Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan

    pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai

    dll. kemudian imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui sumber

    konflik.

    b.Autogenic Abeaction

    Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku

    negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien

    mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan

    tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien.

    c. Covert sensitization

    Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang

    menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi

    berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.

    d. Covert Behaviour Rehearsal

    Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku

    koping yang dia inginkan.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    10/39

    18

    IV.Teori Gate Control

    Menurut Prasetyo (2010) Teori Gate Control menyatakan bahwa

    nyeri dan persepsi nyeri dipengaruhi oleh 2 sistem, yaitu:

    1) Substansi gelatinosa pada dorsal horn di medula spinalis.

    2) Sistem yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) yang terdapat

    pada batang otak.

    Serabut A delta berdiameter kecil membawa impuls nyeri cepat

    sedangkan serabut C membawa impuls nyeri lambat. Sebagai tambahan

    bahwa serabut A-beta yang berdiameter lebar membawa impuls yang

    dihasilkan oleh stimulus sentuhan. Didalam substansi gelatinosa impuls

    ini akan bertemu dengan suatu gerbang yang membuka dan menutup

    berdasarkan prinsip siapa yang lebih mendominasi, serabut taktil A-Beta

    ataukah serabut nyeri yang berdiameter kecil. Apabila impuls yang

    dibawa serabut nyeri yang berdiameter kecil melebihi impuls yaang

    dibawa oleh serabut taktil A-Beta maka gerbang akan terbuka sehingga

    perjalanan impuls nyeri tidak terhalangi sehingga impuls akan sampai ke

    otak. Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa serabut taktil lebih

    mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan

    terhalangi. Alasan inilah yang mendasari mengapa dengan masase dapat

    mengurangi durasi dan intensitas nyeri (Prasetyo, 2010).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    11/39

    19

    B. Konsep Dasar Nyeri

    1.

    Definisi Nyeri

    Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik

    ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

    mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang

    pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). MenurutInternational Association

    for Study of Pain (IASP), nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan

    pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

    terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan

    kondisi terjadinya kerusakan.

    2. Fisiologi Nyeri

    Reseptor nyeri disebut nosiseptor yang merupakan ujung-ujung saraf

    bebas, tidak bermielin atau sedikit bermielin dari neuron afferen.

    Nosiseptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pula pada

    struktur yang lebih dalam seperti visera, persendian, dinding arteri, hati

    dan kandung empedu. Nosiseptor memberi respon yang terpilih terhadap

    stimulasi yang membahayakan seperti stimulasi kimia, thermal, listrik atau

    mekanis. Yang tergolong stimulasi kimia terhadap nyeri adalah histamin,

    bradikinin, prostaglandin, substansi P serta bermacam-macam asam.

    Sebagian bahan tersebut dilepaskan oleh jaringan yang rusak. Jaringan

    yang rusak tersebut menyebabkan terjadinya anoksia yang dapat

    menimbulkan persepsi nyeri. Selain jaringan yang rusak, spasme otot juga

    dapat menimbulkan nyeri karena menekan pembuluh darah pada daerah

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    12/39

    20

    yang terjadi anoksia tersebut. Pembengkakan jaringan juga dapat

    menyebabkan nyeri karena tekanan (stimulasi mekanik) kepada nociceptor

    yang menghubungkan jaringan (Insaffita, 2005).

    3. Transmisi Nyeri

    a. Reseptor Nyeri ( Nosiseptor)

    Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi menerima

    rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri

    adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap

    stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri juga

    disebut nosiseptor, secara anatomis nosiseptor ada yang bermielien dan

    ada yang tidak bermielien dari saraf perifer. Berdasarkan letaknya,

    nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu

    pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah

    visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah nyeri yang timbul

    juga memiliki sensasi yang berbeda. (Smeltzer dan Bare, 2002).

    b.Mediator Kimia

    Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujung-ujung

    saraf atau reseptor nyeri dilepaskan ke jaringan ekstraseluler sebagai

    akibat dari kerusakan jaringan. Zat-zat kimiawi yang dapat

    meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,

    bradikinin, asetilkolin, substansi P,dan Prostaglandin (Smeltzer dan

    Bare, 2002).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    13/39

    21

    Dengan adanya respon nyeri tersebut maka tubuh secara fisiologi

    akan memproduksi endogen untuk menghambat impuls nyeri tersebut.

    Endogen terdiri dari endorfin dan enkefalin, substansi ini seperti morfin

    yang berfungsi menghambat transmisi influs nyeri. Apabila tubuh

    mengeluarkan substansi-substansi ini, salah satu efeknya adalah pereda

    nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).

    Lebih lanjut Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa endorfin

    dan enkefalin ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam sistem

    saraf pusat. Endorfin dan enkefalin adalah zat kimiawi endogen

    (diprodukasi oleh tubuh) yang berstruktur seperti opioid. Morfin dan

    obat-obatan opioid lainya menghambat transmisi yang menyakitkan

    dengan meniru endorfin dan enkefalin.

    Serabut interneural inhibitor yang mengandung enkefalin

    terutama diaktifkan melalui aktivitas serabut perifer non-nosiseptor

    (serabut yang normalnya tidak mentransmisikan stimuli nyeri atau yang

    menyakitkan) pada tempat reseptor yang sama dengan reseptor nyeri

    atau nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul bersama dalam suatu

    sistem yang disebut descending control. Endorfin dan enkefalin juga

    dapat menghambat imfuls nyeri dengan memblok transmisi impuls ini

    di dalam otak dan medula spinalis (Smeltzer & Bare, 2002).

    Keberadaan endorfin dan enkefalin ini membantu menjelaskan

    bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda

    dari stimuli nyeri yang sama. Individu dengan endorfin lebih banyak

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    14/39

    22

    lebih sedikit merasakan sakit dibandingkan dengan individu yang kadar

    endorfinnya sedikit yang akan merasakan nyeri yang lebih besar

    (Smeltzer dan Bare, 2002).

    4. Proses Terjadinya Nyeri

    Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik

    Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

    Impuls nyeri diteruskan oleh saraf afferen (A-delta dan C) ke medulla

    spinalis melalui dorsal horn

    Impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)

    Impuls melewati traktus spinothalamus

    Impuls masuk ke formatio Impuls langsung masuk

    retikularis ke thalamus

    Sistem limbik Fast pain

    Slow pain

    - Timbul respon emosi

    - Respon otonom: TD meningkat, keringant dingin

    (Gambar 2.2)

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    15/39

    23

    5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

    Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

    mempengaruhi nyeri dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal

    ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi

    nyeri yang baik. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :

    a. Usia

    Menurut Potter dan Perry (2006) usia adalah variabel penting yang

    mempengaruhi nyeri terutama pada anak, remaja dan orang dewasa.

    Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok umur ini

    dapat mempengaruhi bagaimana anak, remaja dan orang dewasa

    bereaksi terhadap nyeri. Sedangkan menurut Tamsuri (2007)

    menyatakan bahwa anak-anak lebih kesulitan untuk memahami nyeri

    sedangkan orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis

    dan mengalami kerusakan fungsi.

    b.Jenis Kelamin

    Hidayat (2006) menyatakan bahwa arti nyeri bagi seseorang memiliki

    banyak perbedaan dan hampir sebagian mengartikan nyeri merupakan

    hal yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.

    Keadaan ini lebih sering dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut Burn,

    dkk (1989) yang dikutip dalam Potter dan Perry (2006) bahwa

    kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak

    dibandingkan dengan pria. Ini menunjukkan bahwa individu berjenis

    kelamin perempuan lebih mengartikan negatif terhadap nyeri.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    16/39

    24

    c. Kebudayaan

    Ernawati (2010) menyatakan bahwa orang akan belajar dari budayanya,

    bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (Ex: suatu

    daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus

    diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak

    mengeluh jika merasakan nyeri).

    d.Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri

    Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak

    terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan

    persisten (Smeltzer dan Bare, 2002).

    e. Perhatian

    Tingkat perhatian seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

    dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat akan

    meningkatkan respon nyeri , sedangkan upaya distraksi dihubungkan

    dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery

    merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri (Prasetyo, 2010).

    f. Ansietas (Kecemasan)

    Hubungan antara nyeri dan cemas bersifat kompleks, cemas

    meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

    seseorang cemas (Prasetyo, 2010). Pernyataan yang sama juga

    dikemukakan oleh Gill (1990) yang dikutip dalam Ernawati (2010),

    yang melaporkan adanya suatu bukti bahwa stimulus nyeri

    mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    17/39

    25

    seseorang. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri,

    yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

    6. Respon Nyeri

    Beberapa respon yang di manifestasikan oleh tubuh dengan adanya

    stimulasi nyeri adalah sebagai berikut :

    a. Respon Psikologis

    Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahamanan klien

    terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi

    setiap individu berbeda-beda antara lain : Bahaya atau merusak,

    komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru,

    penyakit yang fatal, peningkatan ketidakmampuan dan kehilangan

    mobilitas (Smeltzer dan Bare, 2002).

    b.

    Respon Fisiologis

    Prasetyo (2010) menyatakan bahwa pada saat impuls nyeri naik ke

    medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf

    otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon sterss.

    Stimulasi tersebut menghasilkan respon fisiologis tubuh sebagai

    berikut:

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    18/39

    26

    Tabel 2.1 Respon Fisiologis Tubuh terhadap Nyeri

    Respon Fisiologis Tubuh terhadap Nyeri

    Respon Simpatis

    a. Dilatasi saluran bronchial dan

    peningkatan respirasi rate.

    b.

    Peningkatan heart rate.

    c. Vasokontriksi perifer (pucat,

    peningkatan tekanan darah).

    d. Peningkatan glukosa darah.

    e.

    Diaphoresis.

    f. Peningkatan kekuatan otot.

    g. Dilataasi pupil.

    h. Penurunan motilitas gaster

    intestinal.

    Respon Parasimpatis

    a. Muka pucat.

    b. Otot mengeras.

    c.

    Penurunan denyut jantung

    dan tekanan darah.

    d. Nafas cepat daan irregular.

    e. Nausea dan vomitus.

    f. Kelelahan dan keletihan

    Sumber : Prasetyo 2010

    c. Respon Tingkah Laku

    Menurut Potter dan Perry (2006) : secara umum respon pasien terhadap

    nyeri terbagi atas respon perilaku dan respon yang dimanifestasikan

    oleh otot dan kelenjar otonom. Respon perilaku diantaranya:

    1)Secara Vokal : merintih, menangis, menjerit, bicara terengah-engah

    dan menggerutu.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    19/39

    27

    2)

    Ekspresi Wajah : meringis, merapatkan gigi, mengerutkan dahi,

    menutup rapat atau membuka lebar mata atau mulut, menggigit bibir

    dan rahang tertutup rapat.

    3)Gerakan Tubuh : kegelisahan, immobilisasi, ketegangan otot,

    peningkatan pergerakan tangan dan jari, melindungi bagian tubuh.

    4)Interaksi Sosial : menghindari percakapan, hanya berfokus pada

    untuk aktivitas penurunan nyeri, menghindari kontak sosial,

    berkurangnya perhatian.

    Respon yang dimanifestasikan oleh otot polos dan kelenjar

    otonom, diantaranya nausea, muntah, stasis lambung, penurunan

    motilitas usus, dan peningkatan sekresi usus.

    7. Klasifikasi Nyeri

    Nyeri dapat dikelompokkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.

    Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera

    spesifik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri

    akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga

    enam bulan (Smeltzer dan Bare 2002).

    Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

    sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan

    yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini

    tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

    penyebabnya. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang

    berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer dan Bare 2002).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    20/39

    28

    Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

    Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

    Tujuan Memperingatkan adanya

    cedera atau masalah

    Tidak ada

    Awitan Mendadak Terus-menerus atau

    intermiten

    Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat

    Durasi Durasi singkat(dari

    beberapa detik sampai

    enam bulan)

    Durasi lama(enam

    bulan atau lebih)

    Respon otonom a.

    Konsitensi dengan

    respon simpatis.

    b.Frekuensi jantung

    meningkat.

    c. Volume sekuncup

    meningkat.

    d.Tekanan darah

    meningkat.

    e. Dilatasi pupil

    meningkat.

    f.

    Tegangan ototmeningkat.

    g.Motilitas

    gastrointestinal

    menurun.

    h.Aliran saliva

    menurun(mulut

    kering)

    Tidak terdapat respon

    otonom

    Komponen psikologis Ansietas a. Depresi.

    b. Mudah marah.

    c.

    Menarik diri dari

    minat dunia luar.d.

    Menarik diri dari

    persahabatan.

    Respons jenis lainnya a. Tidur terganggu.

    b. Lobido menurun.

    c.

    Nafsu makan

    menurun

    Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, artritis.

    Sumber : Keperawatan Medikal Bedah Vol I 2002

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    21/39

    29

    Hidayat (2006) menyatakan bahwa selain klasifikasi nyeri diatas,

    terdapat pula jenis nyeri lain yang spesifik, diantaranya nyeri somatis

    dalam (deep somatic pain), nyeri viseral, nyeri kutaneus/supeficial

    (cutaneus pain), nyeri psikogenik, reffered pain, nyeri phantom dari

    ekstremitas dan nyeri neurologis.

    8. Nyeri Post - Operasi

    Toxonomi Comitte of The International Assocation mendefinisikan

    nyeri post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan

    pengalaman emosi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial

    atau nyata menggambarkan terminologi suatu kerusakan.

    Nyeri setelah pembedahan normalnya dapat diprediksi hanya terjadi

    dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk

    perbaikan alamiah jaringan-jaringan yang rusak (Morison, 2004 yang

    dikutip dalam Nurhayati, 2011).

    Etiologi dari diagnosa keperawatan yang muncul adalah cedera fisik

    dari pembedahan yang dilakukan karena ketika bagian tubuh terluka oleh

    tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan oksigen pada sel,

    maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam

    substansi intraseluler yang dilepaskan keluar ekstraseluler yang akan

    mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang

    serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi

    seperti neurotransmitter seperti prostaglandin, epineprin yang membawa

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    22/39

    30

    pesan nyeri dari medulla spinalis yang ditransmisikan ke otak dan akan

    dipersepsikan sebagai nyeri (Nanda, 2009).

    Selama periode pasca operatif, proses keperawatan diarahkan pada

    menstabilkan kembali equilibrium fisiologi pasien, menghilangkan rasa

    nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi

    segera membantu pasien kembali pada fungsi yang optimal dengan cepat,

    aman, dan senyaman mungkin (Smeltzer and Bare, 2002 yang dikutip

    dalam Nurhayati 2011).

    Nyeri akut setelah pembedahan setidak-tidaknya mempunyai fungsi

    fisiologis positif, berperan sebagai peringatan bahwa perawatan khusus

    harus dilakukan untuk mencegah trauma lebih lanjut pada daerah tersebut.

    Tetapi hal ini merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien

    setelah pembedahan. Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien

    kembali penuh, dan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya

    pengaruh anestesi. Adapun bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca

    pembedahan adalah nyeri akut yang terjadi karena adanya luka insisi bekas

    pembedahan (Perry dan Potter, 2006).

    Nyeri akut yang dirasakan oleh klien pasca operasi tersebut

    merupakan penyebab stress, frustasi, dan gelisah yang menyebabkan klien

    mengalami gangguan tidur, cemas, tidak nafsu makan, dan ekspresi tegang

    (Perry dan Potter, 2006). Selain itu nyeri juga dapat meningkatkan

    metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan

    produksi kortisol dan retensi cairan (Smeltzer dan Bare, 2002).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    23/39

    31

    Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan

    memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat

    penting setelah operasi, nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi

    kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi

    mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus

    digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat

    dibebaskan (Torrance dan Serginson (1997) yang dikutip dalam Smelzer

    dan Bare 2002).

    9. Pengkajian Keperawatan tentang Nyeri

    Pengkajian keperawatan tentang nyeri menurut Smeltzer dan Bare, 2002 :

    a. Deskripsi Verbal tentang Nyeri

    Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan

    karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat

    tingkatannya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri

    individual dalam beberapa cara :

    1)Intensitas Nyeri

    Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala

    verbal (misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, hebat atau sangat hebat,

    dengan skala perbandingan 0 -10, dimana 0 = tidak nyeri, 10 = nyeri

    sangat hebat).

    2)Karakteristik Nyeri

    Termasuk letak , durasi (menit, jam, hari, bulan, tahun), irama (terus-

    menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    24/39

    32

    intensitas atau keberadaan nyeri), dan kualitas (misalnya : nyeri

    seperti ditusuk, seperti terbakar).

    3)Faktor-Faktor yang Meredakan Nyeri (Memperingan)

    Misalnya dengan gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga,

    istirahat, obat-obatan bebas) dan apa yang dipercaya oleh pasien dan

    keluarga dapat mengatasi nyerinya.

    4)Efek Nyeri Terhadap Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

    Misalnya apakah sudah mengganggu istirahat tidur, nafsu makan,

    konsentasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja,

    aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas

    dan nyeri kronis dengan depresi.

    5)Kekhawatiran Individu Terhadap Nyeri

    Dapat meliputi bebagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi,

    prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri.

    b.Skala Analog Visual (VAS)

    Skala Analog Visual (VAS) sangat berguna dalam mengkaji

    intensitas nyeri. Skala nyeri tersebut berbentuk garis horisontal

    sepanjang 10 cm. Ujung kiri biasanya menandakan tidak nyeri

    sedangkan ujung kanan biasanya menandakan nyeri berat. Cara

    kerjanya dengan meminta pasien untuk menunjuk titik pada garis yang

    menunjukkan letak nyeri terjadi disepanjang rentang tersebut (Smeltzer

    dan Bare, 2002).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    25/39

    33

    Beberapa skala yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas

    nyeri, menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut:

    1)Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

    (Gambar 2.3)

    2)Skala Identitas Nyeri Numerik (NRS)

    (Gambar 2.4)

    3)

    Visual Analog Scale (VAS)

    Tidak Nyeri

    Nyeri Berat

    (Gambar 2.5)

    4)Skala Wajah

    0Tidak sakit

    2Sedikit Sakit

    4Agak

    mengganggu

    6Menganggu

    Aktivitas

    8Sangat

    Mengganggu

    10Tidak

    tertahankan

    (Gambar 2.6)

    Sumber: Prasetyo, 2010

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    26/39

    34

    10. Manajemen Nyeri

    Menurut Prasetyo (2010) menyatakan bahwa manajemen dalam

    penanganan nyeri terbagi atas tindakan farmakologis dan non

    farmakologis serta pembedahan.

    a. Tindakan Farmakologi

    1)Analgesik Narkotik

    Opiate merupakan obat yang paling umum digunakan untuk

    mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri berat.

    2)

    Analgesik lokal

    Analgesik lokal bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat

    diberikan langsung ke serabut saraf.

    3)Analgesik yang dikontrol klien

    Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus yang di isi

    narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang

    injeksi intravena. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien

    dipakai pada klien dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.

    4)

    Obat-Obat Nonsteroid (NSAIDs)

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini menghambat agregasi

    platelet, kontraindikasi meliputi klien dengan gangguan koagulasi

    atau klien dengan terapi antikoagulan. Contohnya : Ibuprofen,

    Naproksen, Indometasin, Tolmetin, Piroxicam, serta Ketorolac

    (Toradol). Selain itu terdapat pula golongan NSAIDs yang lain

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    27/39

    35

    seperti Asam Mefenamat, Meclofenomate serta Phenylbutazone, dll

    (Goodman dan Gilman, 2008).

    Beberapa contoh mekanisme kerja NSAIDs adalah sebagai berikut:

    a)Ketorolac

    Farmakodinamik :

    Ketorolac tromethamine merupakan suatu obat analgesik non

    narkotik. Obat ini bukan sebagai anti-inflamasi (meskipun ketorolac

    mempunyai sifat-sifat AINS yang khas (Katzung, 2002). Pernyataan

    Katzung (2002) tersebut berbeda dengan Goodman dan Gilman

    (2008) yang menyatakan bahwa efek ketorolac tromethamine

    menghambat biosistesis prostaglandin dan tromboksan A2.

    Ketorolac tromethamine dapat memberikan efek anti-inflamasi

    dengan menghambat peletakan granulosit pada pembuluh darah yang

    rusak. Menstabilkan membrane lisosom dan menghambat migrasi

    leukosit polimorfonuklear dan magrofag ke tempat peradangan.

    Farmakokinetik :

    Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah

    pemberian intramuskuler dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam

    plasma 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg.

    Ketersediaan hayati oral sekitar 80%, dan obat ini akan

    diekskresikan dalam waktu paru eliminasi 4 sampai 6 jam. Lebih

    dari 99% ketorolac tromethamine diikat oleh protein dan sebagian

    besar di metabolisme dihati. Metabolismenya adalah hidroksilate.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    28/39

    36

    Dan yang tidak dimetabolisme (unchanged drug) akan diekskresikan

    melalui urin (Goodman dan Gilman, 2008).

    Sedangkan Setiabudy (2007) menyatakan bahwa pemberian

    ketorolac secara intarmuskular sebagai analgesik pasca bedah

    memperlihatkan efektivitas sebanding morfin/meperidin dosis

    umum. Masa kerjanya lebih panjang dan efek sampingnya lebih

    ringan. Obat ini juga dapat diberikan secara oral. Absorpsi oral dan

    intramuskular berlangsung cepat dan mencapai puncak dalam 30 - 50

    menit. Bioavailabilitas oral mencapai 80% dan hampir seluruhnya

    terikat protein plasma.

    b)Asam Mefenamat

    Farmakodinamik :

    Asam mefenamat merupakan asam fenilantranilat yang mengalami

    N-subtitusi. Senyawa fenamat mempunyai sifat anti-radang, anti-

    piretik dan analgesik. Pada uji analgesia, asam mefenamat

    merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat dan

    kerja perifer. Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat tersebut terutama

    karena kemampuannya menghambat siklooksigenase. Selain itu

    senyawa fenamat juga mengantagonis efek prostaglandin tertentu

    (Goodman dan Gilman, 2008).

    Farmakokinetik :

    Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam

    setelah pemberian oral dalam dosis tunggal. Pada manusia, sekitar

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    29/39

    37

    50% dosis asam mefenamat diekskresi dalam urin, terutama sebagai

    matabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi dan metabolit 3-karboksil

    serta konjugatnya. Dua puluh persen obat ini ditemukan dalam feses,

    terutama sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi

    (Goodman dan Gilman, 2008).

    Sedangkan Setiabudy (2007) menyatakan bahwa asam mefenamat

    terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interkasi

    terhadap obat antikoagulan harus dihentikan.

    c)Piroksikam

    Farmakodinamik :

    Piroksikam merupakan suatu obat anti radang yang efektif,

    potensinya sebagai inhibitor biosintesis prostaglandin in viro.

    Piroksikam dapat menghambat aktivasi neurofil yang tidak

    tergantung pada kemampuannya untuk menghambat siklooksigenase

    (Goodman dan Gilman, 2008). Selain itu piroksikam juga sebagai

    penghambat COX nonselektif, tetapi pada konsentrasi tinggi juga

    dapat menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear, mengurangi

    produksi radikal oksigen dan menghambat fungsi limfosit (Katzung,

    2002).

    Farmakokinetik :

    Goodman dan Gilman (2008) menyatakan bahwa piroksikam

    diabsorpsi sempurna setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak

    dalam plasma terjadi dalam 2 sampai 4 jam. Terjadi siklus

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    30/39

    38

    enterohepatik piroksikam, dan perkiraan waktu paruh dalam plasma

    beragam dengan nilai rata-rata sekitar 50 jam. Setelah diabsopsi,

    piroksikam banyak terikat pada protein plasma (99%). Pada keadaan

    tunak (misalnya 7 sampai 12 hari), konsentrasi piroksikam dalam

    plasma dan cairan sinovial kira-kira sama. Kurang dari 5% obat ini

    diekskresi dalam urin.

    d)Ibuprofen

    Farmakodinamik :

    Ibuprofen merupakan obat turunan sederhana dari phenylpropionic

    acid. Obat ini mempunyai aktivitas anti-radang, analgesik, anti-

    piretik yang bermanfaat bagi menusia. Ibuprofen merupakan

    inhibitor siklooksigenase yang efektif. Ibuprofen mempunyai efek

    penghambatan yang nyata terhadap fungsi leukosit (Goodman dan

    Gilman, 2008).

    Farmakokinetik :

    Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberial oral, dan

    konsentrasi puncak dalam plasma adalah 15 - 30 menit. Waktu paruh

    dalam plasma sekitar 2 jam. Ekskresi ibuprofen cepat dan sempurna,

    lebih dari 90% dosis yang teringesti diekskresikan melalui urin

    sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utamanya adalah

    suatu senyawa terhidroksilasi dan terkarboksilasi (Goodman dan

    Gilman, 2008). Sementara Katzung (2002) menyatakan bahwa

    ibuprofen lebih dari 99% terikat dengan protein plasma, dengan

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    31/39

    39

    mudah dibersihkan dan mempunyai waktu paruh terminal lebih dari

    1 - 2 jam. Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif di dalam hati.

    b.Tindakan Nonfarmakologis

    Tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa

    tindakan penanganan, misalnya penanganan fisik/stimulasi fisik,

    meliputi :

    1)Relaksasi : Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan

    mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat

    meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Relaksasi terbagi menjadi

    relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot.

    2)Imajinasi terbimbing : Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk

    menciptakan kesan dalam pikiran klien kemudian berkonsentrasi

    pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan

    persepsi nyeri klien. Tindakan ini dapat dilakukan secara bersamaan

    dengan tindakan relaksasi.

    3)Distraksi : Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian

    klien ke hal-hal lain diluar nyeri, sehingga dengan demikian

    diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri

    bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

    4)Stimulasi elektrik (TENS) : Bisa dilakukan dengan massase, mandi

    air hangat, kompres dengan es, pijatan dengan menthol dan stimulasi

    saraf electrik transkutan (TENS).

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    32/39

    40

    5)

    Akupuntur : Jarum-jarum kecil yang dimasukkan pada kulit,

    bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri

    yang dapat memblokade transmisi nyeri ke otak.

    c. Pembedahan

    Tindakan ini dilakukan apabila dengan tindakan-tindakan non invasif

    tidak dapat membebaskan nyeri. Beberapa contoh pembedahan yang

    dapat dilakukan adalah :

    1)

    Cordotomy

    Cordotomy merupakan tindakan menginsisi traktus anterolateral dari

    spinal cord untuk mengintrupsi transmisi nyeri.

    2)Neurectomy

    Neurectomy adalah tindakan pembedahan dengan menghilangkan

    sebuah saraf. Neurectomy perifer merupakan tindakan pemotongan

    saraf pada bagian distal spinal cord.

    3)Symphatectomy

    Saraf simpatis mempunyai peran penting di dalam memproduksi dan

    mentransmisi sensasi nyeri. Symphatectomy termasuk di dalamnya

    adalah merusak dengan melakukan injeksi atau insisi pada ganglia

    dalam saraf simpatis, biasanya dilakukan pada daerah lumbal atau

    pada bagian dorsal servik di dasar leher.

    4)Rhizotomy

    Rhizotomy merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan

    pemotongan pada dorsal root.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    33/39

    41

    Tindakan pembedahan merupakan pengobatan yang jarang di

    indikasikan dan dilakukan. Pembedahan ini dilakukan hanya ketika

    pengobatan yang dilakukan sebelumnya tidak memberikan hasil yang

    efektif (Brannon & Jeist, 2007). Resiko yang dapat ditimbul akibat

    pembedahan ini meliputi gejala nyeri baru akibat kerusakan saraf,

    kekambuhan nyeri dan kerusakan neurologi pasca operasi (Potter &

    Perry, 2006). Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Sjamsuhidayat dan

    Jong (2005) yang dikutip dalam Ayudianningsing (2012) bahwa oleh

    Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan

    nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa.

    C. Konsep Appendisitis

    1. Definisi

    Menurut Mansjoer (2000), Appendisitis adalah peradangan dari

    apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling

    sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

    perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30

    tahun.Penyebab yang paling umum dari appendisitis adalah obstruksi

    lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis

    mukosa sehingga menyebabkan inflamasi.

    2. Etiologi

    Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), penyebab dari appendisitis

    adalah :

    a. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    34/39

    42

    b.

    Tumor apendiks.

    c.

    Cacing ascaris.

    d. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.

    e. Hiperplasia jaringan limfe.

    3. Patofisiologi

    Appendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen

    apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit dan benda asing. Feses

    yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi

    dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekalit yang

    akhirnya sebagai kausa sumbatan (Smeltzer dan Bare, 2002)

    Selanjutnya Mansjoer (2000) menyatakan bahwa obstruksi yang

    terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami

    bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, karena elastisitas

    dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

    peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat

    aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi

    mukus.

    Pada saat ini terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri

    epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan

    epigastrium, nausea, muntah. Invasi kuman E Coli dan spesibakteroides

    dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan

    akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.

    Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    35/39

    43

    tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri

    akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul akan meluas

    dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area

    kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan appendisitis

    supuratif akut (Mansjoer, 2000).

    Lebih lanjut Mansjoer (2000), menyatakan bila aliran arteri

    terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan

    gangren. Stadium ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding

    yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan appendisitis perforasi.

    Selanjutnya Guyton dan Hall (2008) menyatakan bahwa spasme otot

    juga merupakan penyebab rasa nyeri. Rasa nyeri ini mungkin secara

    langsung disebabkan oleh terangsangnya reseptor nyeri yang bersifat

    mekanosensitif, namun mungkin juga nyeri tidak langsung disebabkan

    oleh pengaruh spasme otot yang menekan pembuluh darah dan

    menyebabkan iskemia. Diduga, salah satu penyebab nyeri pada keadaan

    iskemia adalah terkumpulnya sejumlah besar asam laktat dalam jaringan

    (metabolisme tanpa oksigen).

    4.

    Manifestasi Klinik

    Menurut Mansjoer (2000), keluhan apendiks biasanya bermula dari

    nyeri di daerah umbilicus atau periumbilicus. Dalam 2 - 12 jam nyeri akan

    beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila

    berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam

    yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat mual, dan muntah.

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    36/39

    44

    Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan

    lokasi nyeri.

    Pada appendisitis ditemukan nyeri tekan lepas, hebat dan terlokalisir

    yang berasal dari peritoneum parietale. Nyeri tersebut terjadi apabila

    peritoneum parietale meradang sehingga setiap gerakan peritoneum

    (termasuk gerakan mengangkat tangan pada waktu pemeriksaan) akan

    meningkatkan rasa nyeri. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator sign

    positif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis (Snell, 2006).

    5. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan appendisitis menurur Mansjoer (2000) adalah sebagai

    berikut :

    a. Sebelum operasi

    1)

    Observasi keadaan umum klien.

    2)Intubasi bila perlu.

    3)Pemberian antibiotik.

    b.Operasi

    Proses appendektomi dapat dilakukan dengan beberapa cara

    diantaranya sebagai berikut :

    1)Insisi menurut Mc Burney (Grid Incision atau Muscle Splittig

    Incision). Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang

    menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan

    umbilikus pada batas sepertiga lateral (titik Mc. Burney). Sayatan ini

    mengenai kutis, subkutis, dan fasia. Keuntungan dari insisi ini adalah

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    37/39

    45

    tidak terjadinya benjolan dan tidak mungkin terjadi herniasi, trauma

    operasi minimum pada alat-alat tubuh, dan masa istrahat pasca bedah

    yang lebih pendek karena penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya

    adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas dan waktu operasi

    lebih lama, lapangan operasi dapat diperluas dengan memotong otot

    secara tajam.

    2)Insisi menurut Roux (Muscle Cutting Incision). Lokasi dan arah

    sayatan sama dengan Mc. Burney, hanya sayatannya langsung

    menembus otot dinding perut tanpa melihat arah serabut sampai

    tampak peritonium. Keuntungannya adalah lapangan operasi lebih

    luas, mudah diperluas, sederhana dan mudah. Sedangkan

    kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat

    dipastikan, lebih banyak memotong saraf dan pembuluh darah

    sehingga perdarahan lebih banyak, masa istirahat pasca bedah lebih

    lama karena adanya benjolan yang mengganggu pasien, nyeri pasca

    operasi lebih sering terjadi, kadang-kadang ada hematoma yang

    terinfeksi dan masa penyembuhan lebih lama.

    3)

    Insisi pararektal, dilakukan sayatan pada garis batas lateral m. rektus

    abdominalis dekstra secara vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang

    10 cm. Keuntungannya adalah tekhnik ini dapat dipakai pada kasus-

    kasus apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat

    diperpanjang dengan mudah. Sedangkan kerugiannya adalah sayatan

    ini tidak langsung mengarah ke apendiks atau sekum, kemungkinan

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    38/39

    46

    memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar dan untuk menutup

    luka operasi dibutuhkan jahitan penunjang.

    c. Pasca operasi

    1)Observasi TTV.

    2)Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi

    cairan lambung dapat dicegah.

    3)Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

    4)

    Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,

    selama pasien dipuasakan.

    5)

    Berikan minum mulai15 ml/jam selama 4 - 5 jam pasca operasi lalu

    tingkatkan menjadi 30 ml/jam.

    6. Pemeriksaan Penunjang

    Pada pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan leukosit dengan

    peningkatan jumlah neutrofil. Pemeriksaan urine dilakukan untuk

    membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih, pemeriksaan

    USG dilakukan bila terjadi infiltrat apendikularis (Mansjoer, 2000).

    7. Komplikasi

    Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

    a. Perforasi

    Keterlambatan penanganan merupakan penyebab terjadinya perforasi.

    Perforasi appendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang

    ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh

    perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans

  • 8/11/2019 teknik relaksasi.pdf

    39/39

    47

    muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang

    karena ileus paralitik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

    b.Peritonitis

    Peradangan peritoneum biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari

    appendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada

    permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis

    generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai

    timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang.

    Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan

    dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala

    yang timbul seperti : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah,

    abdomen tegang/kaku, nyeri tekan, nyeri lepas dan bunyi usus

    menghilang (Price dan Wilson, 2006).

    8. Kerangka Konseptual

    (Gambar 2.7)

    9. Hipotesis

    Terdapat pengaruh antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan

    nyeri pada pasien post operasi appendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah

    Variabel Independen Variabel Dependen

    TEKNIK RELAKSASI

    NAFAS DALAM

    PENURUNAN

    SENSASI NYERI