taman krida budaya

Upload: garudea

Post on 14-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KOTA MALANG. TAMAN KRIDA BUDAYA

TRANSCRIPT

  • BAB III TAMAN KRIDA BUDAYA MALANG

    3.1. Paparan Proyek

    Taman Krida Budaya Malang adalah fasilitas pertunjukan sosial budaya yang

    berada di kota Malang. Terdiri dari kompleks bangunan dengan luas lahan 17.050 m2.

    Massa utama merupakan pendopo besar yang mengakomodasi kegiatan sosial budaya

    kota Malang. Deskripsi mengenai Taman Krida Budaya Malang adalah sebagai berikut:

    Lokasi: jl Sukarno-Hatta Malang

    Luas lahan: 17.050 m2

    Luas bangunan: 4.103 m2

    Jumlah massa: 1 massa utama (pendopo besar),

    11 massa penunjang

    Tahun perencanaan: 1995

    Pemilik: Pemerintah Kota Malang

    Fungsi yang diwadahi:

    1. Pagelaran seni pertunjukan tradisional berkala

    2. Pameran temporer & karnaval

    3. Resepsi dan acara-acara seremonial pribadi & umum.

    4. Rapat dan pertemuan budaya.

    Berdasarkan Perda no.7 tahun 2001/ RTRW KOTA MALANG BAB IV pasal

    16, pemanfaatan fasilitas sosial budaya skala kota Malang ini adalah: Peningkatan special event, yaitu dilakukan berbagai macam kegiatan seperti karnaval, berpameran/expo, dan special event untuk kegiatan budaya secara kontinu. Terkait dengan kegiatan ini Taman Krida Budaya diarahkan sebagai pusat event atraksi wisata budaya secara berkala.

    3.2. Letak Proyek Letak geografis lokasi Taman Krida Budaya Malang kaitannya dengan lingkungan

    sekitar terdeskripsikan sebagai berikut:

    Sisi utara : jalan raya Soekarno Hatta, jalan alternatif penghubung alur Surabaya

    Malang. Di sisi seberang jalan merupakan ruko Soekarno Hatta,

    kompleks fasilitas perdagangan dan jasa.

    Sisi selatan: tanah kosong, lahan non produktif yang dikelilingi oleh lingkungan

    perumahan.

    Sisi timur: kompleks kantor pemasaran perumahan Griyashanta Malang

    Sisi barat: kompleks ruko Taman Niaga Malang. Fasilitas perdagangan dan jasa

  • 37

    +

    Gambar 3.1 Lokasi Taman Krida di jalan Sukarno Hatta Malang. Keterangan: tata guna lahan yang dominan pada wilayah ini adalah perumahan pada bagian belakang jalan utama namun masih banyak yang berupa tanah kosong belum dibangun. Sementara itu suasana yang ada menggambarkan pemakaian ruang yang hanya berlangsung pada waktu tertentu saja.

  • 38

    Gambar 3.2 Perpektif mata burung Taman Krida Budaya Malang. Keterangan: beberapa fasilitas dan kelengkapan massa yang dapat dilihat pada lokasi Taman Krida Budaya Malang. .

    Fasilitas-fasilitas yang ada pada Taman krida Budaya Malang ini antara lain dapat

    dijabarkan sebagai berikut:

    Kantor pemasaran perumahan Griyashanta

    Ruko Taman Niaga Malang

    Jl Sukarno Hatta

    perumahan Griyashanta

    Lahan kosong

    Luas lahan Taman Krida Budaya Malang: 17.050 m2

    Parkir kendaraan bermotor

    Ruang ganti/administrasi

    Gerbang utama Pendopo utama

  • 39

    Fasilitas Ruang Fungsi Kegiatan Besaran Ruang

    Parkir Kendaraan

    Area parkir roda 2 dan

    roda 4, dialokasikan

    frontal di depan dan di

    sisi barat dan timur

    pendopo.

    Parkir depan

    = 26mX60 m

    = 1.560m2~ kapasitas 40 mobil

    Parkir samping timur& barat

    = 2x (24mx40m)

    = 192m2 ~kapasitas 56 mobil

    Total kapasitas parkir untuk= 96 mobil.

    Pos Keamanan

    Area penjagaan,

    berjumlah dua di sisi

    gerbang. fasilitas beratap

    tajug yang diletakkan di

    depan pintu gerbang

    Taman Krida Budaya

    Malang.

    2x(5mx5m)

    = 50 m2

    Ruang ganti

    2 buah massa bangunan

    yang beratap tajug,

    terletak di samping depan

    barat dan timur bangunan

    pendopo. Digunakan

    sebagai area ganti atau

    aktifitas temporer yang

    berskala kecil.

    2X(12mX12m)

    =144m2 x2

    =288m2

    Pendopo

    Ruang kegiatan utama

    dari Taman Krida

    Budaya Malang

    (seremonial, seni

    pertunjukan dan resepsi)

    35mx35m

    = 1.655 m2

    Luasan 1 orang= 1m2

    Sirkulasi 10% = 165,5

    = 1655-165,5

    = 1489,5 ~1500

    Kapasitas = 1500 orang

  • 40

    Ruang rapat & pertemuan

    Acara event khusus dan

    terbatas. Terletak dalam

    kompleks bagian

    belakang. Kompleks ini

    terdiri dari 9 massa

    berderet huruf U

    beratapkan tajug.

    [2x (15mx42m)]+[17mx50m]

    = 1260 m2+850

    = 2110 m2

    Ruang pengelola dan

    administrasi.

    Terletak dalam kompleks

    bagian belakang di posisi

    tengah. Kompleks ini

    terdiri dari 9 massa

    berderet huruf U

    beratapkan tajug.

    12mx12m= 144m2

    R Servis

    Merupakan ruang utilitas,

    pantry dan musholla.

    Terletak dibagian bawah

    pendopo. Kondisi ini

    dikarenakan tapak yang

    menurun ke belakang.

    15mx36m

    = 540 m2

    Taman tengah/ patio

    Taman rumput yang

    dikelilingi oleh

    kelompok 9 massa

    bangunan

    35mx45m

    = 1575m2

    Hasil dari pemetaan fasilitas-fasilitas yang ada tersebut akan bermanfaat dalam

    menentukan besaran ruang baru nantinya pada rancangan Taman Krida Budaya Malang.

    Analisa pemakaian ruang dan evaluasi fungsi dari rancangan yang lama akan menjadi

    tolok ukur dari kebutuhan ruang beserta kelengkapan fasilitas yang ada.

  • 41

    3.3. Analisis tata guna lahan Jl Soekarno hatta Dari pemetaan ruas ujung jalan sukarno hatta hingga pangkal jalan tersebut didapat

    gambaran kondisi ruang yang mayoritas digunakan sebagai berikut:

    1. Area perumahan & permukiman penduduk

    2. Area lahan kosong, akibat banyaknya lahan yang dimiliki oleh developer namun

    tidak dibangun fasilitas hunian.

    3. persawahan sebagai asal usul penggunaan utama lahan di wilayah ini, posisinya

    semakin menyempit ke periferi luar

    4. Ruang terbuka hijau, mayoritas terdapat di boulevard perumahan sekaligus

    digunakan sebagai interaksi sosial warga di lingkungan perumahan.

    5. Ruko-perniagaan, keberadaannya berkembang sangat pesat di tepi jalan utama

    Sukarno Hatta sehingga menyebabkan koridor utama jalan ini dipenuhi oleh

    Ruko-Ruko yang berderet sepanjang jalan.

    6. Bengkel otomotif, jumlahnya tidak signifikan (8 unit) namun skala bangunan

    yang besar membuat keberadaannya mencolok di antara bangunan-bangunan

    lain.

    7. Restoran, makanan cepat saji, fasilitas makan yang umumnya berupa alih fungsi

    dari rumah tinggal menjadi fasilitas komersial.

    Pemetaan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini:

  • 42

    Gambar 3.3 blok figure ground jalan Sukarno Hatta Malang. Keterangan: tata guna lahan yang dominan pada wilayah ini adalah perumahan pada bagian belakang jalan uama namun masih banyak yang berupa tanah kosong belum dibangun

    Sementara itu pola aksesibilitas dan moda transportasi umum yang menunjukkan lokasi

    Taman Krida Budaya Malang berada di daerah pusat kota baru dapat dilihat pada

    gambar berikut ini.

    Lokasi Proyek

  • 43

    Gambar 3.4 moda transportasi umum seputar jalan Sukarno Hatta Malang. Keterangan: gambar ini menunjukkan pola transportasi umum yang menuju lokasi Taman Krida Budaya Malang. Aksesibilitas menuju lokasi dicapai hanya pada jalan utama di Jl Sukarno Hatta.

    3.4. Evaluasi permasalahan dan perilaku pemakaian ruang kota Aktifitas yang cenderung berlangsung secara periodik di luar dari kegiatan yang

    direncanakan pada Taman Krida Budaya Malang adalah aktifitas perdagangan dan

    sarana berkumpul di waktu pagi. Namun kegiatan tersebut berpusat di bahu jalan trotoar

    sementara Taman Krida Budaya sendiri kontras secara pemakaian. Bahkan diwaktu-

    waktu tertentu kegiatan pameran seringkali mengambil salah satu ruas jalan sehingga

    arus lalu lintas 2 arah harus diarakan pada satu jalur saja.

    Lokasi Proyek

  • 44

    Gambar 3.5 Suasana periodik pada Taman Krida Budaya Malang. Keterangan: Secara umum tidak ada kegiatan harian yang berarti pada fasilitas seluas 17.050 m2 ini. Aktifitas secara periodik justru terjadi saat pagi hari dan pada saat tertentu saja fasilitas ini ramai dikunjungi orang.

    Dari pengamatan tersebut setidaknya ada beberapa kegiatan yang tidak terserap pada

    fasilitas ini:

    1. Aktifitas ekonomi komersial. Fasilitas Taman Krida Budaya Malang tidak

    dipersiapkan bersanding dengan aktifitas komersial sehingga murni berfungsi

    tunggal. Saat aktifitas sekunder dan dadakan masuk mengintervensi, maka tidak

    ada ruang yang tersedia untuk mewadahi aktifitas tersebut.

    Gambar 3.6 Aktifitas ekonomi dadakan yang tidak tertampung

    di Taman Krida Budaya Malang.

  • 45

    2. Aktifitas sosial rekreatif. Akhir pekan dan minggu pagi merupakan hari yang

    dipergunakan warga kota untuk beraktifitas rekreatif di ruang terbuka kota.

    Fasilitas ini sering digunakan untuk tujuan tersebut sekalipun tidak tersedia

    ruang yang memadai. Perkerasan dan tata hijau yang minim membuat

    pengunjung hanya beraktifitas selama waktu singkat saja.

    3. Aktifitas temporer di luar pagelaran budaya (seperti pameran dan pertunjukan

    musik kontemporer). Aktifitas ini banyak mengambil tempat dijalan Sukarno

    hatta sehingga satu jalur jalan terputus. Aktifitas ini membebani jalur lalu lintas

    kota secara keseluruhan.

    Gambar 3.8 Sketsa model pemakaian ruang hasil dari aktifitas pameran dan pertunjukkan yang mengambil jalan raya.

    Gambar 3.7 Suasana pemakaian ruang hasil dari aktifitas temporer sosial rekreatif di hari libur.

  • 46

    4. Akses yang terblokir karena dengan luasan lahan 17.050, kontribusi lahan depan

    yang luas terhadap lingkungan di sekitar tidak diadakan. Hal ini terlihat pada

    pagar sebagai perlindungan serta area keluar masuk yang berada pada satu arah.

    3.5. Tinjauan pengadaan fasilitas ruang publik di perkotaan Faktor penting dari fasilitas ruang publik yang mengakomodasi kegiatan

    masyarakat kota khususnya Malang adalah kemampuannya untuk dapat menyerap

    banyak fungsi dikarenakan luasan lahan perkotaan yang semakin menyempit, selain itu

    juga pada setiap komunitas kecenderungan untuk berinteraksi sosial adalah hal yang

    sudah menjadi kebutuhan dasar dalam aktifitas. Oleh karenanya ruang publik yang

    mewadahi aktifitas skala kota hendaknya tidak bersifat homogen apalagi diakuisisi

    keberadaannya oleh beberapa aktifitas privat. Kehomogenan ini juga akan menyangkut

    keberlangsungan hidup dari fasilitas ruang tersebut mengingat bila hanya menyerap

    fungsi tertentu maka diluar aktifitas yang direncanakan fasilitas tersebut akan mati tidak

    berfungsi. Oleh karenanya kompleksitas fungsi haruslah mendukung keberlangsungan

    dari fasilitas ruang publik yang ada agar dapat bermanfaat sepanjang waktu.

    Carmona et.all (2003) memaparkan beberapa kriteria keberhasilan ruang publik

    pada skala aktifitas kota antara lain merupakan kombinasi matriks dari 3 variabel utama

    yang membentuk makna sebuah tempat yakni:

    1. aktifitas, aktif tidaknya sebuah perilaku aktifitas dalam penggunaan ruang

    publik.

    2. kesan, simbol, memori kenangan, kesan dan asosiasi pada ruang publik yang

    ada.

    Gambar 3.8 Area depan yang terprivatisasi terhalang bagi aktifitas warga kota yang hendak menggunakan wilayah ini sebagai ruang aktifitas publik

  • 47

    3. bentuk, skala, rasio bangunan penanda, pola spasial sebagai bentuk yang

    mewadahi aktifitas yang berlangsung.

    Hasil dari matriks ketiga faktor tersebut adalah beberapa atribut keberhasilan sebuah

    ruang publik menjadi tempat yang bermakna yakni:

    1. kenyamanan dan kesan, kenyamanan, atraktif, tata lansekap dan kebersihan yang

    diukur dari pengadaan sanitasi, pemeliharaan fasilitas bangunan dan evaluasi

    lingkungan secara berkala.

    2. akses hubungan dan jaringan, pencapaian dan skala manusia yang diukur lewat

    pengadaan pedestrian, fasilitas transit, parkir dan moda transportasi.

    3. nilai fungsi dan aktifitas, pengadaan perayaan, keunikan, kebermanfaatan yang

    diukur lewat pola tata guna lahan, fasilitas retail dan komersial, nilai properti.

    4. nilai sosial, interaktif dan mengundang yang diukur lewat penggunaan aktifitas

    di sepanjang waktu, komposisi pria wanita dan anak-anak dalam pemakaian.

    3.6. Tinjauan keberadaan fasilitas sosial budaya skala kota. Terdapat 2 jenis ruang sosial dalam masyarakat Jawa yakni Alun-alun dan

    Pendopo. Alun-alun merupakan center/pusat kawasan dalam sejarah perkembangan

    kota-kota di Jawa sedangkan Pendopo merupakan ruang sosial dalam skala kecil untuk

    komunitas lokal. Dalam sistem kehidupan masyarakat Jawa ruang sosial bukanlah ruang

    yang bebas tanpa kepemilikan karena hal demikian menyangkut otoritas kewenangan

    dalam mengatur suatu wilayah. Nampaknya setelah faham demokrasi yang mengusung

    liberalisme masuk, perkembangan sebuah ruang dalam aktifitas manusia dapat berdiri

    tunggal dan cenderung mengarah pada pluralisme, konsekuensinya adalah bertemunya

    kepentingan efisiensi dalam pemanfaatan lahan dengan prinsip kompleksitas.

    Fasilitas sosial budaya layaknya ruang pertunjukan seni kota adalah salah satu

    contoh yang dapat ditarik pelajaran manakala berlokasi di perkotaan sementara

    pengadaan fasilitas hanya berorientasi pada kegiatan tertentu, terlebih pula jika

    memiliki luasan lahan yang besar namun kehidupan kesenian budaya hanya berlangsung

    secara temporal. Luasan yang besar pada skala perkotaan namun tidak menyumbangkan

    aktifitas yang berarti pada kelangsungan kehidupan perkotaan pastilah akan berakibat

    pada ruang yang in-efisien dan ambigu fungsi. Di satu sisi fasilitas besar tersebut

    mengakomodasi kegiatan sosial budaya namun disisi lain aktifitas di luar tersebut

    membutuhkan ruang yang tidak terserap di dalamnya.

  • 48

    Perbedaan dari fasilitas ruang sosial pada budaya Jawa adalah sistem pernaungan

    yang melindungi pola aktifitas dibawahnya. Sementara secara visual dan akses, fasilitas

    tersebut bersifat terbuka dari segala penjuru. Arlokasiktur yang terjadi bukanlah

    berorientasi pada fasad namun pada pengolahan ruang dan wadah aktifitas yang

    dinaungi kelak.

    3.7. Fungsi baru Taman Krida Budaya Malang Secara simulasi untuk tesis ini akan direncanakan fungsi baru yang

    mengakomodasi kebutuhan aktifitas warga kota Malang pada lokasi Taman Krida

    Budaya Malang. Asumsi proyek adalah milik Pemerintah Kota Malang. Kepentingan

    yang hendak diwadahi adalah fasilitas multi fungsi yang berbasiskan budaya Jawa

    kontemporer. Kekontemporeran desain ini adalah hasil pertemuan bentukan pendopo di

    masa lalu dengan kebutuhan desain masa kini untuk skala kota Malang.

    Keanekaragaman fungsi ini akan dihadirkan sebagai bentuk Taman Krida Budaya

    Malang yang baru. Selain fungsi lama yang menampung kegiatan seremonial dan ritual

    budaya tradisional, fungsi lain yang akan ditampung adalah fungsi rekreatif warga kota

    (taman, wisata jalan-jalan), pertunjukkan musik kontemporer, pameran industri kreatif

    dan otomotif serta ruang sosial tempat berinteraksinya warga kota Malang ( kampanye,

    upacara dan tabligh akbar)

    Taman Krida Budaya Malang yang baru nantinya merupakan hasil perancangan

    ulang. Fasilitas dan program yang lama akan digabungkan dengan program-program

    ruang yang baru hasil dari tanggapan eksternal lokasi dan kebutuhan skala kota yang

    lebih jamak.

    Kombinasi dari gabungan program lama dan baru tersebut menghasilkan fungsi

    baru dengan perincian sebagai berikut.:

    1. Secara keseluruhan, Taman Krida Budaya Malang akan dirancang ulang

    agar didapat hasil transformasi yang optimal. Hal ini didasari oleh

    pertimbangan bahwa pendopo dan massa disekitarnya mempunyai

    keterkaitan, rancangan yang baru akan menunjukkan keterkaitan tersebut

    dalam wujud transformasi yang ideal.

    2. Fungsi utama pada pendopo akan menempati lahan secara dominan, hal

    ini berpengaruh pada keberadaan fasilitas pendukung lainnya. Agar

    diperoleh fungsi pendukung yang optimal maka keberadaannya

    menyesuaikan dengan keberadaan pendopo yang dominan.

  • 49

    3. Fungsi-fungsi pendukung akan dipertahankan keberadaannya (kantor

    pengelola, ruang rapat dan saresehan) hanya saja akan menempati model

    rancangan yang baru agar terorganisasi dengan fungsi pendopo yang

    menjadi fokus transformasi.

    4. fasilitas-fasilitas transportasi dan service akan dikelola sedemikian rupa

    agar luasan lahan tidak terbuang habis untuk parkir dan jalur transport.

    Hal ini akan membawa keuntungan pada ruang kota karena lahan yang

    sebelumnya digunakan untuk parkir akan menjadi ruang terbuka kota

    dengan aktifitas pejalan kaki. Aktifitas yang sebelumnya membebani jalan

    akan terserap masuk kedalam ruang terbuka ini.

    5. Fungsi komersial akan dihadirkan dalam lokasi untuk menarik

    pengunjung yang datang. Fungsi ini bermanfaat sebagai daya tarik

    samping pada saat fasilitas ini tidak sedang digunakan untuk acara besar.

    Fungsi komersial yang dimaksud adalah (toko suvenir, kafetaria, kantin,

    gerai jajanan rakyat)

    Penjabaran kebutuhan ruang yang baru adalah sebagai berikut:

  • 50

    Fasilitas Fungsi lama Fungsi Kegiatan (lama+baru) Kebutuhan Ruang Estimasi Besaran Ruang Pendopo

    1. Pertunjukan

    budaya 2. Pameran dan

    karnaval 3. Resepsi 4. Acara seremonial

    1. Pagelaran musik 2. Pertunjukkan budaya 3. Pameran dan karnaval 4. Resepsi 5. Acara seremonial 6. Kampanye 7. Ruang sosial warga kota 8. Sarana rekreatif dan wisata

    jalan-jalan

    1. Ruang serba guna sepanjang

    waktu & terbuka 2. Auditorium 3. Ruang pameran khusus 4. Panggung pertunjukkan

    Pendopo ruang terbuka Kapasitas pengunjung 1000 orang 1 orang ~ 1m2, sirkulasi 10% = (1000x1m2) = 1000x10% sirkulasi = 1100 m2 luasan total Didistribusikan hasil luasan ke; auditorium, ruang pameran, panggung temporer.

    Kantin/ kafetaria

    --

    Wisata kuliner, jajanan warga kota

    1. Ruang makan 2. Dapur saji 3. Dapur olah 4. Area cuci+servis 5. Area simpan 6. musholla

    Ruang makan Kapasitas 50 orang 1 orang ~1m2 sirkulasi 10% = 50x1m2 = n, nx10%+n = 55m2 luasan total Dapur dan R servis = 6mx6m= 36m2 Musholla = 3mx3m2 = 9m2

    Toko souvenir

    --

    Penjualan cindera mata, aksesoris budaya kota Malang

    1. Area pajang 2. Gudang barang 3. Servis

    Kapasitas lahan: 30m2 Area pajang= 3mx4m =12m2 Gudang barang= 3mx3m2= 9m2 Servis= 3mx3m= 9m2

    Kantor administrasi

    1. mengelola

    pelaksanaan kegiatan 2. mengatur jadwal

    pemakaian ruang 3. perawatan dan

    pemeliharaan fasilitas secara keseluruhan

    1. Fungsi lama tetap ada 2. Transit- tunggu & penerima

    tamu VIP 3. Aktifitas simpan dan rekam

    dokumentasi

    1. Ruang tamu penerima 2. Ruang VIP 3. Ruang administrasi 4. Ruang kepala kantor 5. Ruang staff 6. Pantry 7. Gudang 8. Musholla 9. R servis

    Kapasitas lahan ~,350m2 ruang penerima VIP 5x4 = 20m2 luasan ruang ~20m2 ruang staf = 6x3= 18m2 ruang kepala kantor= 3x3m2 pantry+gudang = 6x3= 18 m2 Musholla = 3mx3m2 = 9m2 Ruang servis= 3x2= 6m2

    50

  • 51

    Fasilitas Fungsi lama Fungsi Kegiatan (lama+baru) Kebutuhan Ruang Besaran Ruang Gedung sewa dan UKM

    --

    1. Fasilitas kantor sewa 2. Fasilitas interaksi seniman

    kota Malang 3. Fasilitas saresehan dan

    pertemuan budaya kecil dan khusus internal

    1. Unit kantor sewa 2. Ruang bersama 3. Ruang saresehan dan

    rapat 4. Pantry 5. Musholla 6. R. servis

    Kapasitas lahan ~,350m2 Modul unit kantor= 6x4= 24 m2 R saresehan dan budaya= kapasitas 20 orang 1 orang~1m2, sirkulasi 20% = 20x1+ 20x10% = 22m2 pantry+gudang = 6x3= 18 m2 Musholla = 3mx3m2 = 9m2 Ruang servis= 3x2= 6m2

    Area Parkir Parkir kendaran roda 2 & 4

    Parkir kendaraan roda 2&4 Jalur sirkulasi servis

    1. Ruang parkir roda 2 2. Ruang parkir roda 4 3. Ruang drop off +transit

    Kapasitas parkir (basemen) luasan ruang= 40x40m= 1600m2 1 mobil ~ 17m2, sirkulasi transit 50% 1motor ~2m2, sirkulasi dengan mobil = 1600/17m2 x50 % = 47 mobil ~ 40 mobil +10 sepeda motor

    Teras 1. Pedestrian 2. Tempat mangkal

    PKL

    1. Pedestrian 2. Fasilitas terbuka hijau 3. Fasilitas rekreatif warga

    kota 4. Akses utama + transisi

    menuju Taman Krida Budaya Malang

    5. tempat mangkal PKL agar tidak membebani bahu jalan

    Ruang terbuka hijau+pedestrian

    Koridor panjang jalan= 55 m Setback pedestrian= 5m Setback teras kota= 6m Luasan diperoleh= (55x5)+(55x6) = 275 m2 + 330 m2 275 m2= area pedestrian dan laybay drop of pengunjung 330 m2 = ruang hijau kota

    51

    Tabel. 3.2 Tabel program fungsi ruang untuk rancangan baru Taman Krida Budaya Malang