studi tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah …eprints.uns.ac.id/6386/1/204841011201112341.pdf ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH
SEPAKBOLA PESAT TIRTA LAWU KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2010
`
SKRIPSI
OLEH
JOKO RUSTANTO
X.4608529
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH
SEPAKBOLA PESAT TIRTA LAWU KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2010
Oleh:
JOKO RUSTANTO
X.4608529
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Pebruari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Drs. H. Sunardi, M.Kes. NIP. 19580822 198403 1 002 NIP. 19581121 199003 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 7 Pebruari 2011
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. Agus Mukholid. M. Pd
Sekretaris : Drs. Waluyo. M. Or
Anggota I : Drs. H. Agus Margono. M. Kes
Anggota II : Drs. H. Sunardi. M. Kes
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Joko Rustanto. STUDI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PESAT TIRTA LAWU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani
siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi kasus. Sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat
Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 berjumlah 34 orang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan tes dan pengukuran kebugaran jasmani
dengan tes lari multitahap (multistage fitness test).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: tingkat kebugaran
jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 memiliki kategori kebugaran jasmani yang cukup,
sebanyak 22 siswa dari 34 siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar, dengan pesentase 64,71 %.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
JOKO
Joko Rustanto
v Lebih baik berburu di lapangan, karena kesehatan tidak dapat dibeli,
daripada membayar dokter untuk selembar resep.
(John Dryden)
v Anda tidak akan menemukan waktu untuk apa pun. Jika anda
menginginkan waktu anda harus meluangkan.
(Charles Buxton)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
v Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan
v Istriku yang selalu memberi semangat dan memotivasi
v Teman-teman ku Angkatan ’08 FKIP JPOK UNS Surakarta
v Alamamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat
bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan sebagai pembimbing I yang telah memberi pengarahan dan
bimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.
3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan sebagai sebagai pembimbing II telah memberikan saran dan
masukan dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
5. Pembina dan Pelatih Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Karanganyar yang
telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di klub yang dipimpinya.
6. Siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Karanganyar
tahun 2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semogra skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ................................…………………………………………………
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
ABSTRAK .................………………………………………………………
MOTTO .....................………………………………………………………
PERSEMBAHAN .............................……………………………………….
KATA PENGANTAR ..................................………………………………
DAFTAR ISI ......................................………………………………………
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...
B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………...
C. Pembatasan Masalah ...................……………………………..…
D. Perumusan Masalah ......………………………………………….
E. Tujuan Penelitian .....…………………………………………….
F. Manfaat Penelitian .....……………………………………………
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...…………………………………………….
1. Permainan Sepakbola…………………………………………
a. Pengertian Permainan Sepakbola…………………………
b. Kondisi Fisik dalam Permainan Sepakbola………………
2. Kebugaran Jasmani…………………………………………..
a. Pengertian Kebugaran Jasmani……………………………
b. Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani…………………………
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani…
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xii
xiii
1
1
5
5
5
6
6
7
7
7
7
9
11
11
12
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Manfaat Kebugaran Jasmani………………………………
e. Usaha Meningkatkan dan Memelihara Kebugaran
Jasmani……………………………………………………
3. Latihan Sarana untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani……
a. Latihan Fisik………………………………………………
b. Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Latihan Fisik……
c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik……………………….
d. Komponen-Komponen Latihan……………………………
e. Perubahan-Perubahan Tubuh Akibat Latihan……………..
4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani…………………….
a. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani…………………….
b. Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani………………….
B. Penelitian yang Relevan…………………………………………
C. Kerangka Pemikiran .......……………………………………….
BAB III METODE PENELITIAN .............……………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………..
B. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………………….
C. Sumber Data…………………………………………………….
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………
E. Teknik Analisis Data……………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………
A. Deskripsi Data ...............………………………………………..
B. Mencari Reliabilitas…………………………………………….
C. Hasil Analisis Data………………………………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........……….……….
A. Simpulan……………………………………………………….
B. Implikasi ....................…………………………………………
C. Saran .........................…………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………..
LAMPIRAN…………………………………………………………………
22
23
25
25
25
28
32
34
36
36
38
39
40
42
42
42
42
42
43
44
44
44
45
48
48
48
49
50
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani…………………………..
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Norma Prosentase Lemak Tubuh…………………………….
Tabel 2. Ambang Denyut Jantung dalam Berbagai Tingkat Usia dan
Denyut Nadi Basal………………………………………….
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes dan Re-Test Kebugaran Jasmani
Siswa Uisa 11 - 15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta
Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010…………………
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data…………………………………..
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas…………………………………
Tabel 6. Rekapitulasi Klasifikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani
Siswa Usia 11 - 15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta
Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010…………………
18
38
44
44
45
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani………….
Lampiran 2. Tabel Prediksi Ambilan Konsumsi Oksigen Maksimal
dengan Tes Lari Multitahap…………………………….
Lampiran 3. Tabel Penilaian Tingkat Kesegaran Jasmani
Berdasarkan Konsumsi Oksigen Maksimal Siswa
Putra Usia 11-15 Tahun…………………………………
Lampiran 4. Formulir Catatan Lari Multitahap……………………….
Lampiran 5..Daftar nama Siswa Sekolah SepakBola Pesat Tirta
Lawu yang berusia 11 – 15 tahun pada tahun 2010…..
Lampiran 6. Data Hasil Test dan Re - Test Kebugaran Jasmani
Siswa SSB Pesat Tirta Lawu Karanganyar Tahun 2010
Lampiran 7. Data Hasil Tes Kebugaran Jasmani Siswa SSB Pesat
Tirta Lawu Karanganyar Tahun 2010 Berikut
Klasifikasinya…………………………………………..
Lampiran 8. Uji Reliabilitas dengan Anava…………………………..
Lampiran 9. Rekapitulasi Klasifikasi Tes Kebugaran Jasmani Siswa
SSB Pesat Tirta Lawu Karanganyar Tahun 2010……….
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta………………………………………………..
Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian dari SSB Pesat Tirta
Lawu Kabupaten Karanganyar…………………………
Lampiran 12. Pengajuan judul Skripsi ………….…………………..
Lampiran 13. Validasi Proposal Skripsi……………………………..
Lampiran 14. Surat Ijin penyusunan Skripsi…………………………
Lampiran 15. Dokumentasi …………………………………………
54
56
58
59
60
61
62
65
66
67
68
69
70
71
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang populer di dunia, dan
bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap Negara di Eropa. Di Indonesia, permainan sepakbola cukup memasyarakat dan berkembang pesat sampai di pelosok-pelosok desa. Bahkan sekarang ini permainan sepakbola dalam gedung atau dikenal dengan futsall muncul dimana-mana, baik di kota-kota besar maupun di perkotaan, bahkan di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa, bermain sepakbola mudah dilakukan, cukup sederhana dan mendatangkan rasa senang dan kebugaran jasmani bagi pelakunya.
Munculnya klub-klub sepakbola atau Lembaga Pendidikan Sepakbola di berbagai daerah menunjukkan perkembangan sepakbola di Indonesia cukup pesat. Di Kabupaten Karanganyar telah muncul dan berkembang beberapa sekolah sepakbola yang cukup eksis, salah satunya Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu. Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar telah beberapa kali mengikuti pertandingan antara sekolah sepakbola, baik tingkat daerah maupun tingkat Karisidenan Surakarta. Dari berbagai pertandingan yang telah diikuti prestasinya kurang stabil. Terkadang mampu memenangkan pertandingan dengan skor yang telak, tetapi terkadang juga mengalami kekalahan. Prestasi yang naik turun dari Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar perlu ditelusuri faktor penyebabnya.
Seringkali kekalahan yang dialami para pemain Sekolah Sepakbola Pesat
Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar disebabkan kebugaran jasmaninya kurang
baik. Karena kebugaran jasmani yang kurang baik, sehingga para pemain Sekolah
Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar mudah lelah sehingga
seringkali kehilangan bola. Upaya meningkatkan keterampilan bermain sepakbola
seharusnya memiliki fundasi kebugaran jasmani yang baik. Sudarno SP. (1992:
59) menyatakan, “Kapasitas aerobik maksimal merupakan faktor penting bagi
penampilan dalam olahraga yang memakan waktu, dan merupakan indikator bagi
kesegaran jasmani seseorang. Semakin besar kapasitas aerobik maksimal
seseorang semakin besar kemungkinan mencetak prestasi pada nomor-nomor yang
memerlukan ketahanan”.
Aktivitas olahraga termasuk bermain sepakbola dilakukan dalam waktu
yang cukup lama, sehingga dibutuhkan kebugaran jasmani yang baik, agar selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
permainan penampilannya tetap fit dan tidak cepat lelah serta keterampilan yang
dimiliki tidak berkurang akibat kelelahan. Untuk melakukan tugas atau bermain
sepakbola sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, maka kebugaran jasmani sangat
penting. Agar seorang pemain sepakbola memiliki penampilan yang baik selama
bermain, maka kebugaran jasmani harus dipersiapkan sebaik mungkin. Harsono
(1988: 201) menyatakan “Setiap atlet harus dipersiapkan fisiknya (termasuk daya
tahan aerobik) sebaik mungkin agar dalam pertandingan-pertandingan dia (1) tidak
kehabisan tenaga dan (2) tidak semakin menurun keterampilan yang disebabkan
karena semakin berkurangnya cadangan energi fisiknya”.
Memiliki kebugaran jasmani yang baik sangat penting dalam bermain sepakbola. Oleh karena itu, kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan harus ditingkatkan. Dengan kebugaran jasmani yang baik, maka akan memiliki banyak manfaat, di antaranya mendukung penguasaan teknik, taktik dan mental. Sudjarwo (1993: 41-42) menyatakan:
Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut. Taktik yang telah direncanakan dalam pertandingan tidak akan terlaksana tanpa didukung kemampuan teknik yang memadai. Dan secara mental seorang atlet yang memiliki kemampuan teknik akan lebih mantap dan optimis dalam pertandingan.
Kebugaran jasmani yang baik memiliki keterkaitan dengan penguasaan
teknik, taktik dan mental. Seorang pemain sepakbola yang memiliki kebugaran
jasmani baik akan mudah dalam menguasai teknik dasar bermain sepakbola,
mampu menjalankan strategi permainan dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi
dan optimis dalam pertandingan. Untuk meningkatkan kebugaran jasmani para
pemain sepakbola, maka harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu.
Melatih dan mengembangkan unsur-unsur kebugaran jasmani para pemain
sepakbola merupakan langkah penting yang harus diberikan dalam pelatihan
sepakbola. Komponen-komponen kebugaran jasmani yang mendukung
keterampilan bermain sepakbola harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal
dengan bentuk latihan yang tepat. Timo Scheunemann (2005: 26) menyatakan,
“Pembinaan fisik pemain tidak boleh diabaikan karena andil stamina itu sendiri
begitu besar di dalam bermain sepakbola”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hal tersebut, maka mengetahui tingkat kebugaran jasmani
pemain sepakbola sangat penting. Latihan yang dilakukan secara rutin tanpa ada
evaluasi tidak dapat dijadikan kontrol terhadap tingkat kebugaran jasmaninya
apakah dalam kondisi baik atau kurang baik. Selama ini belum pernah dilakukan
tes dan pengukuran kebugaran jasmani para pemain sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karanganyar. Belum pernah dilakukannya tes dan pengukuran
kebugaran jasmani para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar tersebut merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Salah satu
kendala belum pernah dilakukannya tes dan pengukuran kebugaran jasmani para
pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar karena belum
mengetahui cara melakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani yang baik dan
tepat. Tidak mengetahui cara melakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani
merupakan salah satu kendala, sehingga tingkat kebugaran jasmaninya tidak
diketahui. Tidak diketahuinya tingkat kebugaran jasmani tersebut, sehingga para
pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tidak
mengetahui apakah kebugaran jasmaninya sudah baik atau belum, bahkan belum
dapat mengukur apakah latihannya sudah cukup ataukah masih perlu ditingkatkan
lagi.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, masih banyak dijumpai saat
latihan berlangsung yaitu, ada beberapa pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta
Lawu Kabupaten Karanganyar setelah melakukan latihan masih bersemangat dan
mampu melakukan aktivitas selanjutnya, tetapi ada juga merasa lelah, sehingga
kurang mampu menjalankan aktivitas selanjutnya. Kondisi semacam ini perlu
ditelusuri faktor penyebabnya. Selain itu, masih banyak para pemain sekolah
sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar latihannya kurang maksimal.
Banyak diantara dari waktu latihan yang telah dijadwalkan tidak rutin masuk,
bahkan kalau masuk tidak maksimal dalam mengikuti latihan yang telah
diprogramkan pelatih. Selain permasalahan tersebut, dari latihan yang telah
dilaksanakan tidak pernah dilakukan kontrol terhadap ambang rangsang latihan.
Hal ini maksudnya, dalam pelaksanaan latihan tidak pernah dilakukan kontrol
denyut nadinya sebelum latihan dan sesudah latihan. Hal ini sangat penting untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengetahui apakah latihannya sudah mencukupi untuk meningkatkan kebugaran
jasmaninya ataukah belum.
Rasa lelah setelah melakukan latihan hendaknya perlu ditelusuri faktor
penyebabnya. Rasa lelah setelah melakukan latihan kebanyakan para pemain/
siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tidak
memahaminya. Hal ini karena, tingkat kebugaran jasmani tidak hanya dipengaruhi
oleh latihan saja. Selain latihan yang baik dan teratur, faktor pendukung lainnya
harus juga diperhatikan, misalnya makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani. Kegiatan
olahraga yang dilakukan dalam waktu cukup lama tentu dibutuhkan energi yang
cukup. Jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, maka akan berpengaruh pada
tingkat kebugaran jasmaninya. Oleh karena itu, latihan secara baik dan teratur dan
faktor-faktor yang mendukung kebugaran jasmani harus diperhatikan.
Bagaimanakah dengan tingkat kebugaran jasmani para pemain sekolah sepakbola
Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar apakah dalam kondisi baik ataukah
tidak baik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul, “Studi Tingkat Kebugaran Jasmani pada Siswa Sekolah Sepakbola Pesat
Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum diketahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Para siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun
2010 belum mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani.
3. Para siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun
2010 belum mengetahui bagimana cara melakukan tes dan pengukuran tingkat
kebugaran jasmani.
4. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani pada siswa
sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010.
5. Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum teruji.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar tidak
menyimpang dari pokok permasalahan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar tahun 2010”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimanakah tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat
Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui:
Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan memiliki manfaat antara
lain:
1. Bagi siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun
2010 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat mengetahui tingkat
kebugaran jasmaninya.
2. Sebagai masukan kepada pelatih sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar cara melakukan tes kebugaran jasmani yang baik dan
tepat.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Sepakbola
a. Pengertian Permainan Sepakbola
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang hampir seluruh
permainannya menggunakan kaki, dan kadangkala menggunakan dada dan kepala.
Bagi penjaga gawang bebas menggunakan seluruh anggota badannya untuk
memainkan bola. Sepakbola adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh dua
regu yang saling berhadapan dalam satu lapangan. Tujuan dari masing-masing
kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawannya
sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi
atau menjaga agar gawangnya tidak kemasukkan bola. Seperti dikemukakan Jef
Sneyers (1988: 3) bahwa, “Prinsip dalam sepak bola sederhana sekali yaitu
membuat gol dan mencegah jangan sampai lawan berbuat sama terhadap gawang
sendiri”.
Untuk mencapai kemenangan dalam permainan sepakbola, maka suatu tim
sepakbola harus memiliki kerjasama tim yang kompak. Seperti dikemukakan
Soedjono (1985: 16) bahwa, “Apa yang dilakukan pemain-pemain secara
perorangan harus bermanfaat bagi kesebelasannya. Kesebelasan tanpa koordinasi
atau kerjasama dalam satu regu, maka penampilan yang sempurna dari setiap
pemain hanya akan mempunyai arti kecil”. Hal senada dikemukakan Remmy
Muchtar (1992: 56) bahwa:
Permainan sepakbola adalah permainan beregu. Sebelas orang pemain mempunyai tujuan yang sama, yakni memenangkan pertandingan. Keterampilan individu baru akan besar manfaatnya jika digunakan untuk kepentingan tim. Dalam sepakbola, seorang pemain tidak ada artinya walaupun memiliki kemampuan yang baik, jika tidak dapat menjalin kerjasama dengan teman seregunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pengertian permainan sepakbola yang dikemukakan oleh dua
ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, sepakbola merupakan olahraga beregu
yang menuntut kualitas teknik dan taktik serta kerjasama yang kompak dalam satu
tim untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun teknik dan taktik yang
dimiliki suatu tim, tanpa kerjasama yang kompak akan sulit memenangkan suatu
pertandingan. Oleh karena itu, sebagai dasar agar terampil bermain sepakbola,
maka harus menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Menurut Soekatamsi
(1995: 16) teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Teknik tanpa bola yaitu: teknik badan atau teknik tanpa bola pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani (physical fitness) agar dapat bermain sepakbola dengan sebaik-baiknya. Teknik tanpa bola terdiri: lari cepat dan merubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu tanpa bola yaitu gerakan tipu dengan badan dan, gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang.
2) Teknik dengan bola yaitu: cara-cara memainkan bola, yang akan digunakan untuk mendukung keterampilan teknik bermain sepakbola. Unsur-unsur teknik dengan bola meliputi: (1) Mengenal bola. (2) Menendang bola. (3) Menerima bola:
(a) Menghentikan bola (b) Mengontrol bola
(4) Menggiringbola. (5) Menyundul bola. (6) Melempar bola. (7) Gerak tipu dengan bola (8) Merampas atau merebut bola. (9) Teknik-teknik khusus penjaga gawang.
Unsur teknik tanpa bola dan unsur teknik dengan bola pada prinsipnya
memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan bermain sepakbola. Kedua
teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan di dalam
permainan menurut kebutuhannya. Banyak manfaat yang diperoleh, jika seorang
pemain sepakbola menguasai teknik dasar bermain sepakbola, baik secara individu
maupun kolektif. Josef Sneyers (1990: 24) menyatakan, “Dilihat dari segi taktis,
mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar”.
Menurut Remmy Muchtar (1992:27) bahwa, “Untuk dapat bermain sepakbola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan baik perlu menguasai teknik dengan baik pula. Tanpa penguasaan teknik
yang baik tidak mungkin dapat menguasai atau mengontrol bola dengan baik”.
Menurut A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992: 47) bahwa,
“Dalam usaha meningkatkan mutu permainan ke arah prestasi maka masalah
teknik merupakan salah satu persyaratan yang menentukan”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa, hal yang
mendasar dan harus dikuasai agar dapat bermain sepakbola dengan baik yaitu
menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Dengan menguasai teknik dasar
bermain sepakbola akan dapat mendukung penampilannya dalam bermain
sepakbola baik secara individu maupun tim. Semakin baik seorang pemain
menguasai teknik dasar bermain sepakbola, maka ia akan memiliki keterampilan
teknik bermain sepakbola. Selain itu, penguasaan teknik seorang pemain akan
mempengaruhi penerapan taktik dan strategi permainan, sehingga hal ini akan
dapat mempengaruhi kualitas tim, bahkan dapat mempengaruhi menang atau
kalahnya suatu tim. Oleh karena itu, melatih teknik dasar bermain sepakbola
adalah langkah awal yang harus dilakukan seorang pemain sepakbola. Upaya
menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola harus didukung kondisi
fisik yang baik. Seperti dikemukakan Sudjarwo (1993: 41) bahwa, “Mempelajari
teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet
memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut”.
b. Kondisi Fisik dalam Permainan Sepakbola
Sepakbola merupakan cabang olahraga permainan yang menuntut skill
yang baik. Setiap pemain sepakbola harus menguasai macam-macam teknik dasar
bermain sepakbola dan harus memperagakannya dalam permainan. Dalam
pelaksanaan permainan sepakbola, pemain selalu dituntut bergerak sambil
memainkan teknik dasar bermain sepakbola dalam waktu yang cukup lama (90
menit). Untuk melakukan hal tersebut, maka setiap pemain sepakbola harus
memiliki kemampuan fisik yang prima. Sadoso Sumosardjuno (1986: 274-275)
menyatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kondisi fisik pemain sepakbola harus betul-betul prima. Sepakbola merupakan olahraga yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan dalam gerakan yang cepat. Oleh karena itu, sepakbola memerlukan pemantapan kondisi lokomotor, untuk mendapatkan ketahanan otot. Juga pula, bahkan sangat perlu pemantapan ketahanan jantung dan pernapasan (circularespiratory endurance), kelenturan dan relaksasi yang dinamis.
Kondisi fisik yang prima sangat dibutuhkan dalam permainan sepakbola.
Oleh karena itu perlu dilakukan latihan kondisi fisik yang baik dan teratur.
Sedangkan dalam latihan kondisi fisik sepakbola mencakup aspek kondisi fisik
secara umum dan latihan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan
permainan sepakbola. Menurut Ozolin (1971) yang dikutip Bompa (1990: 52)
bahwa, pada setiap pengaturan program latihan persiapan fisik dikembangkan
secara bertahap sebagai berikut: “Pada tahap yang pertama akan mencakup
persiapan fisik umum, selanjutnya diikuti oleh suatu tahap persiapan fisik khusus
asalkan sebagai dasar untuk membangun tingkat kemampuan biomotor yang
tinggi”. Sedangkan Nossek (1982) yang dikutip Remmy Muchtar (1992: 82)
menyatakan bahwa latihan kondisi fisik dalam permainan sepakbola dibedakan
menjadi dua yaitu:
1) Kondisi fisik umum (general physical condition) yakni kondisi fisik hasil latihan yang belum ada kaitannya secara khusus dengan cabang olahraga tertentu.
2) Kondisi fisik khusus (specific physical condition) yakni kondisi fisik hasil latihan yang ditujukan untuk mencapai kondisi fisik tertinggi sesuai dengan tuntutan cabang olahraga tertentu.
Kondisi fisik yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola mencakup
kondisi fisik secara umum dan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan
permainan sepakbola. Kondisi fisik umum merupakan merupakan bentuk fisik
yang bersifat umum atau dasar yang belum dikaitkan dengan teknik suatu cabang
olahraga. Komponen-komponen kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya
tahan, power, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, kecepatan reaksi dilatih
berdasarkan metode latihan yang tepat sesuai dengan komponen kondisi fisik apa
yang dikembangkan. Sedangkan kondisi fisik secara khusus merupakan
kemampuan kondisi fisik yang telah dikaitkan dengan cabang olahraga tertentu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam hal ini permainan sepakbola, seperti latihan dribbling dengan kecepatan
tinggi. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan penguasaan
dribbling atau menggiring bola. Contoh lain latihan kelincahan atau kelentukan
dengan dribbling melewati pancang dan lain sebagainya.
2. Kebugaran Jasmani
a. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani pada hakikatnya merupakan hal
yang rumit dan kompleks, sehingga untuk memberikan batasan kesegaran jasmani
dengan tepat tidaklah mudah. Banyak ahli mendefinisikan kesegaran jasmani
sesuai dengan tinjauan masing-masing. Namun demikian beberapa pengertian
kesegaran jasmani dari para ahli perlu dikemukakan. Sudarno SP. (1992: 9)
berpendapat, “Kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang
untuk melakukan kerja tertentu dengan hasil baik/memuaskan tanpa kelelahan
yang berarti”. Iskandar Z. Sapoetra dkk., (1999: 3) menyatakan, “Kesegaran
jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan
sehari-hari dengan giat dan waspada tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta
masih memiliki cadangan energi untuk mengisi waktu luang dan menghadapi hal-
hal yang darurat yang tidak diduga sebelumnya (emergency)”. Sementara Marta
Dinata (2003: 16) ahli senam aerobik menyatakan, “Kesegaran jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk melaksanakan
kegiatan itu”. Hal senada dikemukakan Djoko Pekik Irianto (2004: 2) bahwa,
“Kebugaran fisik (physical fitness) yakni kemampuan seseorang melakukan kerja
sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih
dapat menikmati waktu luangnya”.
Berdasarkan pengertian kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh
keempat ahli tersebut dapat disimpulkan, kesegaran jasmani adalah kemampuan
tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti, dalam arti masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk kegiatan selanjutnya. Tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilihat dari
kemampuannya melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
b. Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani
Baik tidaknya kesegaran jasmani yang dimiliki seseorang tergantung dari
baik dan tidaknya dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pada dasarnya unsur-
unsur kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmani dapat ditinjau dari dua aspek yaitu
aspek kesehatan fisik (health related fitness) dan dari aspek keterampilan (skill
related fitness). Iskandar Z. Sapoetra dkk. (1999: 4) menyatakan, “(1) Kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : (a) daya tahan jantung
paru (kardiorespirasi), (d) kekuatan otot, (c) daya tahan, (d) felksibilitas, dan (e)
komposisi tubuh. (2) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan
meliptui : (a) kecepatan, (b) power, (c) keseimbangan, (d) kelincahan, (e)
koordinasi dan (f) kecepatan reaksi”. Menurut Mulyono B. (2009: 54-56)
menyatakan komponen kesegaran jasmani dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan meliputi: kesegaran kardiovaskuler, kekuatan, dan daya tahan otot, kelenturan punggung bagian bawah dan komposisi tubuh.
2) Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu reaksi dan kecepatan.
Hal senada dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 155) bahwa,
“Tipe kebugaran jasmani terdiri atas (1) kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan dan (2) kebugaran yang berkaitan dengan performa”. Secara skematis
unsur-unsur kesegaran jasmani digambarkan sebagai berikut:
Unsur-unsur Kebugaran Jasmani
Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan
· Kapasitas aerobik · Kekuatan otot · Daya tahan otot · Fleksibilitas · Komposisi tubuh
Kebugaran yang berkaitan dengan performa
· Agilitas · Keseimbangan · Koordinasi · Kecepatan · Power
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Unsur-unsur Kesegaran Jasmani (Rusli Lutan dan Adang Suherman, 2000: 155)
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui, unsur kesegaran jasmani
dikelompokkan menjadi dua yaitu: kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
kesehatan dan kesegaran jasmani yang berhubugan dengan keterampilan.
Kesegaran jasmani seseorang sangat ditentukan oleh berfungsinya kerja
komponen-komponen yang ada. Unsur-unsur kesegaran jasmani tidak dapat
dipisahkan baik dalam peningkatan maupun pemeliharaannya. Untuk lebih
jelasnya unsur-unsur kesegaran jasmani dapat diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
1) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan
Kesehatan merupakan unsur dasar bagi kehidupan manusia. Dalam
menjalankan aktivitas fisik sehari-hari kesehatan merupakan syarat mutlak yang
harus dimiliki oleh seseorang. Derajat kesegaran jasmani yang baik dapat dicapai,
jika tubuh seseorang terbebas dari gangguan kesehatan. Tubuh dikatakan sehat
apabila proses fisiologis dan organ jasmani berfungsi secara normal tanpa ada
gangguan. Y.S. Santoso Giriwijoyo dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga FPOK
IKIP Bandung (1992: 49) menyatakan, “Jasmani dikatakan sehat bila seluruh
proses fisiologis atau seluruh fungsi organ pada jasmani dalam keadaan normal”.
Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan pada dasarnya meliputi
aspek-aspek fungsi fisiologis. Berfungsinya aspek fisiologis secara baik dan
normal akan menunjukkan derajat kesehatan yang optimal. Kesegaran jasmani
yang berhubungan dengan kesehatan dapat ditingkatkan dan atau dipertahankan
melalui latihan aktivitas jasmani yang teratur dan didasarkan prinsip-prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
latihan yang benar. Wahjoedi (2000: 59) menyatakan, “Komponen kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: daya tahan jantung paru,
daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan komposisi tubuh”.
a) Daya Tahan Jantung Paru (Kardiorespirasi)
Daya tahan paru jantung (kardiorespirasi) merupakan unsur pokok dari kondisi fisik seseorang. Daya tahan kardiorespirasi dapat pula disebut daya tahan kardiovaskuler, tenaga aerobik maksimal, aerobik power atau kapasitas aerobik. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, “Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan jantung paru-paru adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama”. Menurut Wahjoedi (2000: 59) bahwa, “Daya tahan jantung paru adalah kapasitas sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanap mengalami kelelahan yang berarti”. Sedangkan Mulyono B. (2001: 55) berpendapat, “Kesegaran kardiovaskuler adalah kemampuan untuk melatih seluruh tubuh dalam waktu agak panjang tanpa merasa lelah”.
Daya tahan paru jantung ini menyangkut efisiensi kemampuan kerja sistem
jantung, pernapasan dan peredaran darah dalam mensuplai energi ke dalam otot
untuk melakukan kerja secara kontinyu. Dengan kata lain, daya tahan paru jantung
adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru,
dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas relatif
tinggi dalam waktu yang cukup lama.
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jika beban pekerjaannya relatif
rendah, pada umumnya seseorang akan mampu mengatasinya tanpa kekurangan
energi. Tetapi, apabila beban pekerjaannya lebih berat dan menuntut adanya usaha
terus menerus dalam waktu yang relatif lama, belum tentu seseorang dapat
mengatasinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari mutlak diperlukan suplai
energi dan oksigen ke otot-otot yang aktif. Tanpa adanya suplai energi dan oksigen
yang cukup maka orang tidak akan dapat melakukan aktivitas dengan baik. Dalam
hal inilah daya tahan paru jantung berperanan penting untuk mendukung aktivitas
yang dilakukan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 19) menyatakan, “Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjalankan aktivitas, peredaran darah kita harus dapat mensuplai oksigen yang
cukup kepada otot-otot agar dapat menjalankan fungsinya. Semakin baik
ketahanan jantung dan peredaran darah kita, otot-otot semakin dapat bertahan lebih
lama menjalankan fungsinya”.
Dalam menjalankan aktivitas yang relatif berat dalam waktu yang relatif
lama, menuntut adanya kemampuan menyalurkan oksigen ke dalam otot yang
aktif. Dalam hal ini mutlak diperlukan daya tahan paru jantung yang tinggi. Daya
tahan paru jantung merupakan unsur penting dalam aktivitas fisik manusia
terutama dalam menyelesaikan tugasnya sehari-hari. Daya tahan paru jantung yang
tinggi memungkinkan seseorang melakukan aktivitas fisiknya dengan penampilan
yang baik, sehingga akan meningkatkan prestasi menjadi lebih baik.
b) Daya Tahan Otot
Daya tahan merupakan kapasitas melakukan kerja secara terus-menerus
dalam waktu yang relatif lama. Daya tahan otot merupakan kemampuan seseorang
mempergunakan otot-nya untuk berkontraksi secara berulang-ulang dan terus
menerus dengan beban tertentu dalam waktu yang relatif lama.
Daya tahan otot sangat erat hubungannya dengan kekuatan otot. Iskandar Z.
Adisapoetra, dkk. (1999: 6) menyatakan, “Pada dasarnya daya tahan otot
merupakan rentangan antara daya tahan dan kekuatan otot”. Dengan demikian
daya tahan otot merupakan gabungan atau perpaduan antara kekuatan otot dan
daya tahan secara umum. Daya tahan otot sangat diperlukan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, daya tahan otot perlu dimiliki dan
ditingkatkan. Untuk memiliki daya tahan otot yang baik harus melakukan latihan
berbeban dengan beban ringan, tetapi dilakukan dengan pengulangan yang banyak.
c) Kekuatan Otot
Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang dibutuhkan setiap
aktivitas fisik. Kekuatan otot merupakan unsur kondisi fisik yang sangat penting
dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Berkaitan dengan kekuatan,
Sudjarwo (1993: 25) menyatakan, “Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan
aktivitas". Menurut Andi Suhendro (1999: 4.3) bahwa, “Kekuatan adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal
dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”.
Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Pada
saat menjalani aktivitas sehari-hari seseorang selalu menghadapi beban tertentu.
Untuk dapat mengatasi beban yang dihadapi, mutlak diperlukan kekuatan otot
yang memadai. Kekuatan otot juga mempengaruhi berfungsinya komponen-
komponen fisik yang lain seperti daya tahan, daya ledak, kecepatan dan
kelincahan. Untuk menunjang aktivitas fisik sehari-hari, kekuatan otot yang
dimiliki harus dikembangkan. Pengembangan kekuatan otot terutama pada usia
anak-anak dan remaja sebaiknya bersifat menyeluruh yang melibatkan semua otot-
otot tubuh.
d) Kelentukan
Kelentukan merupakan keleluasan gerak pada persendian tubuh saat
melakukan aktivitas atau berolahraga. Kelentukan atau fleksibilitas merupakan
persyaratan yang diperlukan secara otomatis bagi berlangsungnya gerak dalam
kehidupan sehari-hari. Russel R. Pate dkk., (1993: 301) menyatakan, “Kelenturan
adalah batas rentang gerak maksimal yang mungkin pada sendi atau rangakian
sendi”. Menurut Andi Suhendro (1999: 4.41) bahwa, “Kelentukan (fleksibilitas)
adalah kemampuan suatu persendian beserta otot-otot di sekitarnya melakukan
gerakan secara maksimal tanpa menimbulkan gangguan pada bagian-bagian
tersebut”.
Dalam melakukan aktivitas atau berolahraga, kelentukan biasanya mengacu
pada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang
ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Dengan demikian,
kelentukan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak
sendi. Kecuali ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya
otot-otot, tendo dan ligamen. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang memiliki ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot
yang elastis.
e) Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh (body composition) berkaitan dengan jumlah lemak tubuh
pada diri seseorang. Berkaitan dengan komposisi tubuh Iskandar Z. Adisapoetra,
dkk. (1999: 6) menyatakan, "Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang
digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa tanpa lemak".
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) bahwa, “Komposisi tubuh adalah
perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang
dinyatakan dalam persentase lemak tubuh”.
Berdasarkan perbandingan antara berat tubuh dengan lemak dan berat tubuh
dengan tanpa lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri dari masa otot, tulang dan
organ-organ tubuh. Wahjoedi (2000: 60) menyatakan, “Besarnya masa otot yaitu
40-50%, tulang 16-18% dan organ-organ tubuh 29-39%”. Sedangkan berat lemak
dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Depdikbud. (1994: 15)
menjelaskan, “Prosentase lemak tubuh tergantung pada jenis kelamin, usia,
keturunan dan aktivitas seseorang”. Berikut ini disajikan tabel prosentase lemak
berdasarkan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 1. Norma Prosentase Lemak Tubuh
Pria Wanita Usia Prosentase Lemak
Tubuh Prosentase Lemak
Tubuh s.d – 30
tahun 9 – 15% 14 – 21%
30 – 50 tahun
11 – 17% 15 – 23%
50 – 70 tahun
12 – 19% 16 – 26%
(Sumber: Depdikbud: 1994: 15)
2) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kesusksesan atau berprestasi yang tinggi dalam olahraga diperlukan lebih
dari sekedar suatu tingkat optimal kesegaran jasmani yang berkaitan dengan
kesehatan, tetapi perlu dukungan dari kesegaran jasmani yang berhubungan
dengan keterampilan. Kesegaran jasmani yang berhubungan keterampilan ini
sangat bergantung keadaan dan berfungsinya kondisi fisik. Kesegaran ini
merupakan gabungan dari berbagai faktor kondisi fisik seperti, kecepatan, daya
ledak (power), keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kecepatan reaksi. Unsur-
unsur kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan keterampilan diuraikan
sebagai berikut:
a) Kecepatan
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang
olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila diransang dan untuk menampilkan
atau melakukan gerakan secepat mungkin. Berkaitan dengan kecepatan Andi
Suhendro (1999: 4.20) menyatakan, “Kecepatan adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Jadi,
kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Kecepatan dapat pula didefinisikan sebagai laju gerak yang berlaku untuk
tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian tubuh. Seseorang yang memiliki
kecepatan maka tingkat mobilitas dalam kerjanya akan lebih baik. Bagi anak usia
sekolah kecepatan yang dimiliki juga memegang peranan penting untuk
melakukan aktivitas belajar, bermain baik di sekolah maupun dirumah. Anak pada
dasarnya adalah individu yang cukup dinamis. Untuk mempertahankan tingkat
mobilitasnya, anak memerlukan kecepatan gerak yang baik.
b) Power
Power disebut juga kekuatan eksplosif yaitu menyangkut kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran
kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat mungkin. Power
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merupakan perpaduan dari dua unsur utama yaitu kekuatan dan kecepatan.
Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan kecepatan yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dalam waktu yang singkat. KONI (1993: 26)
menjelaskan, “Power adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan
maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Menurut Imam Hidayat (2003: 280)
bahwa, “Daya ledak.power ialah besarnya kekuatan yang dikerahkan dengan
kecepatan”.
c) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan sistem
neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular
tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan
dengan keseimbangan Suharno HP. (1993: 66) menyatakan, “Keseimbangan
adalah kemampuan atlet untuk mempertahankan keseimbangan badan berbagai
keadaan tetap seimbang”. Menurut M. Sajoto (1995: 9) bahwa, “Keseimbangan
(balance) merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf
otot”.
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-
organ syaraf otot selama melakukan gerakan-gerakan cepat, baik dalam keadaan
statis maupun dinamis. Keseimbangan juga dapat diartikan kemampuan
mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
Keseimbangan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada kemampuan integrasi
antara kerja indra penglihatan, kanalis, semi sirkularis pada telinga dan receptor
otot.
d) Kelincahan
Kelincahan merupakan komponen yang sangat penting dalam penampilan seseorang. Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di arena tertentu. Menurut Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999: 6) bahwa, "Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya". Seseorang yang memiliki kemampuan merubah arah dari satu posisi tertentu ke posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan dengan koordinasi yang baik, berarti memiliki kelincahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang cukup tinggi. Kelincahan tidak hanya diperlukan dalam olahraga tetapi juga situasi kerja dan kegiatan rekreasi.
e) Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat
kompleks. Karakteristik koordinasi sangat unik. Koordinasi memainkan peranan
yang khusus terhadap mobilitas fisik. Koordinasi bukan merupakan kemampuan
fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari dan saling berinteraksi dengan kualitas-
kualitas fisik yang lain. Bompa dalam Harsono (1988: 219) menyatakan
“Koordinasi sangat erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan
fleksibilitas. Menurut M. Sajoto (1995: 9) bahwa, “Kordinasi adalah kemampuan
seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam
pola gerakan tunggal secara efektif”.
Koordinasi merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-
macam gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi menyatakan hubungan yang
harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Kemampuan
koordinasi merupakan unsur dasar yang baik dalam menyelesaikan tugas dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi
rangsangan yang diterima oleh indera. Semua informasi yang diterima indera baik
dari dalam atau dari luar disebut rangsang. Indera akan mengubah informasi
tersebut menjadi impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Berkaitan
dengan waktu reaksi Ismaryati (2006: 72) menyatakan, “Waktu reaksi adalah
periode antara diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya
jawaban (respon)”. Sedangkan Mulyono B. (2009: 57) berpendapat, “Waktu reaksi
adalah lamanya waktu antara perangsangan dan respon”. Secara umum, waktu
reaksi dikenal sebagai latensi respons (respone latency) yaitu waktu yang berlalu
diantara pemberian stimulus dan munculnya respon. Dengan kata lain, waktu
reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk suatu respon yang tampak (overt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk memulainya. Waktu reaksi menggambarkan kecepatan seseorang untuk
dapat merasa dan memberi respon terhadap lingkungan, yaitu waktu reaksi yang
pendek dapat disamakan dengan suatu kecepatan reaksi yang tinggi.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Menurut Junusul Hairy (1989: 56) bahwa, “Kebugaran jasmani bergantung
pada dua faktor dasar, yaitu kebugaran organik dan kebugaran dinamik. Kedua
faktor tersebut sangat penting di dalam kebugaran jasmani secara keseluruhan, dan
interaksi di antara keduanya menentukan tingkat kebugaran jasmani seseorang”
Kebugaran organik adalah kekhususan yang dimiliki seseorang yang
bersifat keturunan, yang diwarisi dari orang tuanya, dipengaruhi oleh umur, dan
mungkin keadaan sakit yang menetap atau kecelakaan. Keadaan yang
berhubungan dengan organisme ini sifatnya statis, dan sulit bahkan tidakmungkin
untuk diubah mislanya: tinggi badan, panjang lengan, bentuk tubuh secara
keseluruhan, atau cacat tubuh yang dibawa sejak lahir maupun karena sakit yang
menahun. Tingkat kebugaran organik menentukan potensi kebugaran jasmani
keseluruhan.
Kebugaran dinamik, istilah ini biasanya digunakan untuk hal-hal yang
mengarah kepada kesiapan dan kapasitas tubuh untuk bergerak dan bertindak
dalam tingkatan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Banyak variabel
yang terkait dengan kebugaran dinamik ini di antaranya adalah jantung, paru dan
otot. Kebugaran dinamik ini dapat dikembangkan atau ditingkatkan dengan
melakukan latihan.
Pada dasarnya kebugaran jasmani tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi
oleh banyak faktor. Dangsina Moeleok dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 1-4)
menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu: “ (1)
keturunan (genetik), (2) usia, (3) jenis kelamin, (4) aktivitas fisik”. Menurut
Sarwono, Ismaryati dan M. Mariyanto (2000: 10) bahwa:
Kebugaran jasmani tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) kesehatan perorangan, (2) diet makanan, (3) pemeliharaan gigi, (4) latihan, (5) jenis pekerjaan, (6) permainan dan rekreasi, (7) istirahat dan tidur, (8) penghindaran dari penyakit, (9) intelektual (10) emosi dan sosial,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(11) umur dan jenis kelamin, (12) kedewasaan, dan (13) daya tahan terhadap penyakit”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jamsani tersebut penting
untuk diperhatikan dalam usaha menjaga dan memelihara kebugaran jasmani
seseorang. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
untuk mencapai kebugaran jasmani secara total.
d. Manfaat Kesegaran Jasmani
Kebugaran jasmani mutlak dibutuhkan bagi setiap orang. Kebugaran jasmani
merupakan unsur dasar yang harus dimiliki siswa dalam menjalankan aktivitasnya
sehari-hari. Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik, dapat
melakukan tugasnya sehari-hari dengan baik pula, sebaliknya siswa yang memiliki
kebugaran jasmani yang kurang baik, maka ia tidak dapat melakukan tugasnya
dengan baik pula. Santoso Giriwijoyo (1991: 63) menyatakan, “Dihubungkan
dengan kegiatan studi yang cukup berat dan pencapaian prestasi akademis yang
memerlukan dukungan kemampuan kerja fisik, maka rendahnya kapasitas kerja
fisik dapat menjadi penghambat untuk mencapai sukses. Disinilah antara lain
sumbangan olahraga bagi para siswa atau mahasiswa yaitu untuk meningkatkan
kemampuan kerja fisiknya”. Pendapat lain dikemukakan Mulyono Biyakto
Atmojo. (1997: 64) bahwa, “Berdasarkan fungsinya, physical fitness ternyata
merupakan kebutuhan bagi pelajar, yang berarti menjadi masalah sekolah dan para
pendidiknya, khususnya guru olahraga”.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa, kebugaran jasmani
memiliki manfaat yang besar. Dengan kebugaran jasmani siswa akan mampu
melaksanakan tugas dalam belajar tanpa ada kelelahan yang berarti dan masih
mampu melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, dengan tubuh yang bugar siswa
mampu berfikir secara jernih, penuh kreativitas dan memiliki semangat yang tinggi
untuk menyelesaikan segala tugas studinya, sehingga dapat mendukung
pencapaian prestasi belajarnya lebih optimal.
e. Usaha Meningkatkan dan Memelihara Kebugaran Jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap
orang. Kualitas kebugaran jasmani yang dimiliki seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap penampilan geraknya dan produktivitas kerjanya. Upaya
menjaga kebugaran jasmani adalah melakukan kegiatan olahraga secara teratur.
Djoko Pekik Irianto (2004: 8) menyatakan, “Berolahraga adalah salah satu
alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Berolahraga
secara teratur mempunyai multi manfaat antara lain manfaat fisik (meningkatakan
komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress, lebih mampu
berkonsentrasi) dan manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana
berinteraksi)”.
Kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
yaitu dengan memberikan pembenan pada jantung dan paru. Hal ini karena, tingkat
kebugaran jasmani seseoragn akan tercermin dari kemampuan kerja jantung dan
paru-paru. Jika kerja jantung dan paru-paru baik maka akan diperoleh tingkat
kebugaran jasmani yang baik pula. Cooper yang dikutip Sudarno SP. (1992: 64)
menyatakan, "Untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi beban
kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban
kepada sistem jantung dan paru". Latihan yang sangat efektif untuk memberikan
beban jantung dan paru adalah latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan bentuk
latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan paru, sehingga kapasitas
jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Marta Dinata (2003: 10) berpendapat:
Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam latihan kebugaran jasmani
adalah adanya tekanan terhadap jantung dan paru-paru untuk bekerja dalam waktu
yang relatif lama pada suasana aerobik. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif
untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging,
sepeda santai, dan jalan santai. Di samping melakukan jenis olahraga tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat pula dengan melakukan olahraga seperti sepakbola, bolabasket, renang,
tenis, bulutangkis dan lain sebagainya.
Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu
relatif lama dapat mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru,
sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru-
paru ke arah yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan
teratur akan memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang
dilakukan secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru-
paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang
diberikan terhadap tubuh. Dengan demikian latihan olahraga yang dilakukan
secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga penampilannya
akan kelihatan selalu bugar.
3. Latihan Sarana untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani
a. Latihan Fisik
Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk
mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung kebugaran jasmani
atau pencapaian prestasi olahraga yang optimal. Latihan fisik merupakan latihan
yang menekankan pada komponen kondisi fisik tertentu guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Andi Suhendro (1999: 4.1) menyatakan, “Kondisi fisik
merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet,
dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi
olahraga”.
Latihan fisik pada prinsipnya memberikan beban fisik pada tubuh secara
teratur, sistematik, berkesinambugan sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur,
sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik
Harsono (1988: 153) menyatakan “Latihan fisik merupakan usaha untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh
sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Menurut Andi Suhendro (1999:3.5)
“Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi
fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot,
kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, latihan fisik merupakan
salah satu unsur latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan
prestasi olahraga serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan
latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu
misalnya, daya tahan kardiovaskuler, maka latihan fisik harus ditekankan pada
peningkatan unsur-unsur kondisi fisik daya tahan kardiovaskuler. Latihan yang
dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen kondisi
fisik yang dikembangkan.
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Fisik
Cara yang paling efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani melalui latihan fisik atau olahraga secara teratur. Peningkatan derajat kesehatan fisik manusia dapat dicapai melalui proses latihan olahraga, secara sistematis dan terprogram dengan baik. Tujuan latihan fisik menurut Harsono (1988:153) yaitu "Untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik".
Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik yaitu, untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh dalam melakukan kerja fisik.
Latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani bersifat aerobik. Menurut Cooper
yang dikutip Sudarno SP. (1992: 64) bahwa, "Untuk membina kesegaran jasmani,
kita harus memberi beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita
lakukan harus memberi beban kepada sistem jantung dan paru". Latihan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani terutama ditujukan pada sistem kardiorespirasi
dengan melakukan aktivitas fisik dalam waktu yang relatif lama.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, salah satu ciri latihan untuk
meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu memberi pembebanan pada jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan paru-paru. Bentuk latihan yang baik dan efektif untuk memelihara dan
meningkatkan daya tahan karduiovaskuler adalah dengan latihan aerobik. Latihan
aerobik merupakan bentuk latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan
paru, sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Menurut Rusli
Lutan & Adang Suherman (2000: 157) bahwa, "Istilah aerobik digunakan
sehubungan dengan pemahaman tentang kerja yang memerlukan oksigen,
penyalurannya bersama sistem peredaran darah ke seluruh sel tubuh dan
pemanfaatannya". Pendapat lain dikemukakan Marta Dinata (2003: 10) bahwa:
Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, upaya meningkatkan
kebugaran jasmani adalah dengan latihan yang menekankan kerja jantung dan
paru-paru dalam waktu yang relatif lama pada suasana aerobik. Latihan aerobik
yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu relatif lama dapat
mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru, sehingga dapat
merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru ke arah
yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan teratur akan
memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang dilakukan
secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru-paru dan
volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan
terhadap tubuh. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif untuk memelihara dan
meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging, sepeda santai, dan jalan
santai atau olahraga lainnya yang dilakukan dalam waktu relatif lama.
Prinsip dasar latihan olahraga untuk meningkatkan dan memelihara daya
tahan aerobik, yaitu ditujukan pada peningkatan efisiensi sistem kerja paru-
jantung. Seperti dikemukakan A. Hamidsyah Noer (1996: 62) bahwa, “Latihan-
latihan daya tahan akan meningkatkan kekuatan dan kemampuan jantung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peredaran darah dan paru-paru beserta sistem pernapasan (cardiorespiratory atau
cardiovaskuler)”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri latihan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani yaitu latihan yang memberi pembebanan pada jantung,
peredaran darah, paru-paru dan pernapasan. Latihan olahraga yang efektif untuk
memberi pembebanan pada jantung, perearan darah, paru-paru dan pernapasan
adalah latihan yang bersifat aerobik. Latihan aerobik merupakan latihan yang
dilakukan dengan intensitas relatif rendah dalam waktu yang relatif lama. Untuk
meningkatkan kabugaran jasmani, maka seorang pelatih harus memahami ciri-ciri
latihan yang tepat. Menurut Suharno HP. (1993: 45) ciri-ciri umum latihan daya
kebugaran jasmani antara lain:
1) Bentuk lari jarak jauh (gerak cyclik) dan bentuk gerakan acyclik yang terus menerus dalam waktu tertentu, minimal 30 menit/20 menit.
2) Ada stres terhadap jantung, paru-paru otot dan pusat syaraf yang bersifat lama. Khusus untuk meningkatkan daya tahan anaerobik perlu dilatih gerakan tanpa mengambil napas, sehingga cadangan zat kimia dalam otot (ATP dan alkali reserve meningkat).
3) Metode yang dipergunakan constan training, cross country, fartlek, interval training, circuit traing.
Berdasarkan ciri-ciri latihan kebugaran jasmani di atas menunjukkan bahwa,
prinsip latihan kebugaran jasmani yaitu, dilakukan dalam waktu yang relatif lama,
intensitas latihan rendah, memberikan tekanan atau stress pada jantung, paru-paru,
otot dan pusat syaraf. Bentuk-bentuk latihan untuk memberi tekanan terhadap
jantung, paru-paru, otot di antaranya lari jarah jauh, couscantry, fartlek, interval
training, circuit traing.
c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik
Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif.
Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam
latihan yang terorganisir dengan baik (Nosseck, 1982: 14). Agar tujuan latihan
dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baik dan tepat Hal ini sesuai dengan tujuan prinsip latihan yang dikemukakan
Sudjarwo (1993: 21-23) bahwa, “Tujuan prinsip latihan yaitu agar pemberian dosis
latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet. Sedangkan
prinsip-prinsip latihan di antaranya: (1) Prinsip individu, (2) Prinsip penambahan
beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip
makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam
latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan
tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip
latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip Individu
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan
didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet
yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta
prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan,
"Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang
sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut
Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu
syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan
kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep
latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar
tujuan latihan dapat tercapai”.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet.
Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu
mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu
yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau
lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle)
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana lelah pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban
lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh
untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan
meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet menjadi sakit.
3) Prinsip Interval
Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval
Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan
serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor istirahat
(interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat
latihan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Istirahat atau interval merupakan factor yang harus diperhatikan dalam
latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan
memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya
kondisinya akan lebih baik.
4) Prinsip Penekanan Beban (Stress)
Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan
tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atalet stress. Penekanan
beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik
kelelahan local maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu
tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya
kelelahan local yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total
disebabkan adanay beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya
maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress)
diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental
yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makanan Baik
Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan
yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan.
Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus
bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang
atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin
serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang
atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan
mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan prinsip interval”.
Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periode-
periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam
periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka
tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.
d. Komponen-Komponen Latihan
Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis, anatomis, biokimia dan psikologis. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Menurut Depdiknas. (2000: 105) bahwa, “Dalam proses latihan yang efisien dan efektifitas dipengaruhi: (1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) densitas latihan dan (4) kompleksitas latihan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan akan mencapai hasil yang efektif dan waktunya lebih efisien jika komponen-komponen latihan diperhatikan dengan baik dan benar. Komponen-komponen latihan meliputi volume latihan, intensitas latihan, densitas latihan dan kompleksitas latihan. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1) Volume Latihan
Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106) menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan. Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume latihan dan prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu
pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin
banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993:
31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau
tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan
maupun pertandingan”.
Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam
latihan. Kuatnya ranbgsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan
variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume
latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas
dan kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas
latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas
suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang
ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas
latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan
Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dalam melakukan serangkaian
stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.
Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan
ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.
Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara
aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai
berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu istirahat
atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antar alain: intensitas
latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang
ditingkatkan. Berkaitan dengan densitas latihan Depdiknas (2000: 107)
berpendapat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan
dalam latihan. Hal ini sesuai pendapat Depdiknas (2000: 108) bahwa,
“Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan
dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,
dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan
teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan
akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama
tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran
kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan
dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti
dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1983: 28) “Semakin sulit bentuk
latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.
e. Perubahan-Perubahan Tubuh Akibat Latihan Fisik
Aktivitas jasmani yang dilakukan secara teratur menimbulkan aneka
perubahan pada tubuh seseorang. Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis,
teratur dan kontinyu serta diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat
akan menyebabkan perubahan-perubahan tubuh yang mengarah pada peningkatan
kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat. Menurut Mucshin
Doewes dkk, (1994: 47-49) efek latihan dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
“(1) Efek langsung, (2) Efek tidak langsung dan (3) Efek berkelanjutan”. Berkaitan
dengan pengaruh daya tahan aerobik, Junusul Hairy (1989: 208-211) menyatakan,
“beberapa perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya tahan aerobik
yaitu (1) Perubahan kardiorespiratori, (2) Peningkatan daya tahan otot dan, (3)
Perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan”. Untuk lebih jelasnya diuraikan
secara singkat sebagai berikut :
1) Perubahan Kardiorespiratori
Perubahan kardiorespiratori yang disebabkan oleh latihan daya tahan aerobik, juga termasuk sistem transport oksigen. Sistem transport oksigen melibatkan juga sistem sirkulatori, respiratori dan jaringan, mereka bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bersama-sama untuk satu tujuan yaitu, melepaskan atau menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja. Karena dengan latihan daya tahan aerobik dapat meningkatkan respon jantung terhadap kegiatan dan juga dapat diharapkan, bahwa organ-organ yang terlatih dapat bekerja lebih efisien pada semua pekerjaan.
Pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak, sehingga
memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah, akibatnya
mempunyai kemampuan untuk mengangkut dan mempergunakan rata-rata oksigen
lebih besar daripada orang yang tidak terlatih. Karena itu dapat mengkonsumsi
oksigen lebih banyak per-unit massa otot, dan dapat bekerja lebih tahan lama.
2) Peningkatan Daya Tahan Otot
Daya tahan otot adalah berhubungan dengan kemampuan sekelompok otot
dalam mempertahankan suatu usaha dalam waktu yang lama tanpa mengurangi
unjuk kerja. Kemampuan relatif untuk mensuplai oksigen selama kontraksi otot
berlangsung, kapasitas aerobik (konsumsi oksigen maksimal).
Kapasitas aerobik maksimal merupakan suatu indikator yang terbaik dari
daya tahan seseorang. Kapasitas aerobik yang tinggi hanya dapat dicapai dengan
melakukan dengan melakukan latihan daya tahan secara reguler. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada mitochondria terutama peningkatan
kapasitas respiratori.
Mitochondria terutama terlibat dalam pemakaian oksigen untuk produksi
ATP, sedangkan oksigen yang ada pada mitochondria berasal dari sel otot yang
diangkut oleh mioglobin. Fungsi mioglobin adalah menyimpan dan mengangkut
oksigen dari sel otot ke mitochondria.
3) Perubahan Bahan-Bahan Kimia dalam Jaringan
Perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan akibat latihan daya tahan
aerobik, menurut Junusul Hairy (1989: 209-211) meliputi:
Terdapat tiga kelompok besar sistem aerobik yang terdapat di dalam otot rangka atlet, yang disebabkan oleh latihan daya tahan yaitu: 1) Meningkatnya kandungan mioglobin 2) Meningkatnya oksidadi karbohidrat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Meningkatnya jumlah, ukuran dan daerah permukaan membran mitochondria.
b) Meningkatnya tingkat kegiatan atau konsentrasi enzim yang terlibat di dalam daur krebs dan sistem transport elektron.
c) Peningkatan penyimpanan glikogen dalam otot. 3) Meningkatnya oksidasi lemak meliputi:
a) Meningkatnya penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular, yang disimpan dalam bentuk lemak.
b) Meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak, sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar meningkat.
c) Meningkatnya kegiatan enzim yang terlibat di dalam aktivitas transport, dan pemecahan asam lemak.
Selain perubahan-perubahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan di
atas, latihan daya tahan aerobik juga dapat merubah hal-hal penting lainnya seperti perubahan pada komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada penyesuaian terhadap panas, perubahan pada jarigan ikat dan perubahan pada otot dan serabut-serabut otot (Junusul Hairy, 1989: 210-211)
Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan daya tahan aerobik mempunyai
pengaruh baik terhadap kesegaran jasmani. Perubahan-perubahan dari latihan daya
tahan aerobik meliputi perubahan kardiorespiratori, daya tahan otot dan
perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan. Untuk memperoleh kesegaran
jasmani yang baik, maka harus melakukan latihan aerobik secara baik dan teratur
4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani
a. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani
Banyak ahli telah berhasil mengembangkan metode yang cukup cermat
untuk mengukur kemampuan aerobik (daya tahan jantung, peredaran darah dan
pernafasan ditinjau dari kesehatan) yang membutuhkan peralatan yang rumit dan
keahlian khusus. Bagi kita orang awam tentunya tidak memahami cara
menggunakan alat-alat tersebut untuk mengikuti perkembangan jasmani dalam
rangka pembinaan dan pemeliharaan.
Dalam hal ini ada cara penilaian yang sangat sederhana dan dapat
dilakukan setiap orang yaitu dengan jalan mengukur denyut jantung atau denyut
nadi. Frekuensi denyut jantung (denyutan/menit) selama dan setelah melakukan
latihan dan begitu pula pada waktu istirahat penuh (nadi basal), tidak saja dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberi gambaran tentang kesegaran seseorangsecara umum, akan tetapi juga
tentang beban kerja yang selaras dengan kemampuannya. Rusli Lutan dan Andang
Suherman (2000: 158) menyatakan:
Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, dan kemampuan untuk menyesuaikan ke proses pemulihan dari aktivitas jasmani. Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan maksimum penyerapan oksigen, yang disebut dalam istilah VO2 maks. Yang menggambarkan seberapa efisien tubuh memanfaatkan oksigen selama aktivitas jasmani berlangsung dari derajat sedang hingga yang lebih berat.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mengukur daya tahan
kardiovaskuler dapat diketahui berdasarkan kemampuan jantung memompa darah
ke seluruh tubuh dan kemampuan penyesuaian pemulihan dari kegiatan atau
aktivitas. Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa, seseorang dengan denyut
nadi basal yang rendah, relatif lebih segar daripada mereka dengan denyut nadinya
tinggi. Ini menunjukkan bahwa, kemampuan jantung untuk mengalirkan darah ke
seluruh tubuh melalui denyutan yang lebih sedikit dalam satu menit, oleh
karenanya daya pompanya begitu besar. Dikatakan secara fisiologis bahwa, daya
kerja jantung yang demikian sangat efisien. Frekuensi denyut nadi semenit, baik
yang basal maupun setelah melakukan latihan relatif lebih rendah dan gejala ini
terjadi berkat kebugaran jasmani yang makin meningkat.
Biasanya kerja fisik menyebabkan denyut nadi seseorang meningkat dan
ada kalanya dapat terus menanjak melebihi 200 denyutan setiap menit. Dalam hal
ini seseorang melakukan latihan fisik berkelanjutan tanpa istirahat, maka pada
suatu saat dapat berada dalam keadaan mantap (steady state). Ini berarti, frekuensi
nadinya semenit dapat bertambah 60% dari perbedaan antara nadi basal dan nadi
maksumum menurut usianya. Marta Dinata (2003: 29) memberikan contoh sebagai
berikut: misalnya, seseorang berusia 25 tahun dengan nadi basal 60 per menit dan
nadi maksimum menurut usianya rata-rata 200 per menit, maka nadinya sewaktu
bekerja dalam keadaan mantap, seyogyanya berada sekitar 60 + 60% (200-60) =
60 + 48 = 144 denyutan per menit. Derajat 60% dinamakan “ambang denyut
jantung” perlu dipertahankan selama melakukan kegiatan fisik yang mantap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berikut ini disajikan tabel ambang denyut jantung dalam berbagai tingkat
usia dan denyut nadi basal menurut Marta Dinata (2003: 29) sebagai berikut:
Tabel 2. Ambang Denyut Jantung dalam Berbagai Tingkat Usia dan Denyut Nadi
Basal Usia Denyut jantung waktu kerja fisik (denyutan per menit)
60 65 70 75 80 85 90 25 144 146 148 150 152 154 156 30 140 142 144 146 148 150 152 35 137 139 141 146 148 150 152 40 133 135 137 139 141 143 145 45 130 132 134 136 138 140 142 50 127 129 131 133 135 137 139 55 123 125 127 129 131 133 135 60 119 121 123 125 127 129 131 65 116 118 120 122 124 126 128
Ambang denyut jantung dalam melakukan kerja fisik yang mantap dan berkelanjutan (Marta Dinata, 2003:29)
b. Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani
Latihan secara baik dan teratur merupakan langkah yang tepat untuk
memelihara tingkat kebugaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan hendaknya
dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil latihan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi ini sangat penting, sehingga akan diketahui apakah tingkat
kebugaran jasmaniya dalam keadaan baik atau belum. Untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani dapat dilakukan secara sederhana dan dapat melalui
laboratorium. Menurut Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi tahun (1996: 65-
105) mengelompokkan macam-macam tes kesegaran jasmani yaitu:
1) Tes daya tahan jantung dan paru terdiri dari: (a) Tes jalan cepat 4.800 meter (b) Tes lari 2,4 meter (c) Tes naik turn bangku (d) Step tes Indonesia
2) Pengukuran VO2 Max terdiri dari: (a) Metode Balke lari 15 menit (b) Dengan ergocycloe (c) Dngan treadmill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendapat lain dikemukakan M. Furqon H. (2003: 57) bahwa, “Bentuk tes
untuk mengukur atau menilai kesegaran aerobik dengan lari multitahap (multistage
fitness test). Sedangkan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 159)
berpendapat, “Bentuk tes yang paling praktis untuk mengukur kapasitas aerobik
menggunakan tes lari 12 menit rancangan dari Cooper”.
Dari macam-macam tes kebugaran jasmani tersebut, masing-masing
memiliki karakteristik dan aturan sendiri-sendiri. Dari hasil tes yang telah
dilaksanakan, kemudian dikonsultasikan sesuai norma dari masing-masing bentuk
tes tersebut, sehingga akan dikatahui pada kondisi yang bagaimana kebugaran
jasmani seseorang.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan kebugaran jasmani dengan hasil yang masih
bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan sebagai
berikut:
1. Penelitian Dwi Nugroho dengan judul, “Studi Tentang Daya Tahan
Kardiovaskuler Pada Anggota Fitness Center Primadona Di Banjarnegara
Tahun 2006 ”. Dari penelitian ini diperoleh simpulan yaitu: Daya tahan
kardiovaskuler anggota fitness center Primadona Banjarnegara tahun 2006
yang memiliki kategori sangat baik 1 orang (3.125%), yang memiliki kategori
baik 9 orang (28.125%), yang memiliki kategori sedang 19 orang (59.375%)
dan yang memiliki kategori buruk 3 orang (9.375%).
2. Penelitian Catur Priambodo dengan judul, “Studi Tentang Status Kesegaran
Jasmani dan Status Gizi Pada Siswa Putra Kelas IV dan V Sekolah Dasar
Ta’mirul Islam Surakarta Tahun 2005/2006 ”. Dari penelitian ini diperoleh
simpulan yaitu: (1) Status kesegaran jasmani siswa putra kelas IV dan V
Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 rata-rata
adalah kurang. (2) Status gizi siswa putra kelas IV Sekolah Dasar Ta’mirul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Islam Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 rata-rata adalah kurang. Sedangkan
status gizin siswa putra kelas V Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta tahun
pelajaran 2005/2006 rata-rata normal.
C. Kerangka Pemikiran
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang muntuk kualitas kebugaran
jasmani yang baik. Karena dalam permainan sepakbola setiap pemain dituntut
selalu bergerak dengan memainkan teknik dasar dalam waktu yang lama. Dengan
kesegaran jasmani yang dimilikinya, maka seorang pemain sepakbola dapat
melaksanakan tugas dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan energi untuk aktivitas selanjutnya.
Tingkat kebugaran jasmani pada umumnya ditampilkan dengan unjuk kerja
fisik yang baik. Orang yang memiliki kondisi fisik yang baik berarti
mencerminkan tingkat kebugaran jasmaninya baik pula. Olahraga secara teratur
atau melakukan aktivitas fisik secara ajeg merupakan usaha untuk menjaga dan
memelihara kebugaran jasmani. Salah satu upaya untuk menjaga dan
meningkatkan kebugaran jasmani pemain sepakbola dengan melakukan latihan
fisik secara sistematis dan kontinyu.
Latihan fisik merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Dalam melakukan latihan fisik harus memberi pembebanan
pada kerja jantung, paru-paru, peredaran darah dan sistem pernapasan. Latihan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani harus dilakukan dalam intensitas sedang
yang dilakukan dalam waktu relatif lama.
Banyak manfaat yang diperoleh dari latihan kebugaran jasmani. Dengan
latihan fisik secara teratur, maka akan terjadi beberapa perubahan setelah
melakukan latihan kebugaran jasmani yaitu: perubahan kardiorespiratori,
peningkatan daya tahan otot dan, perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan.
Bentuk-bentuk latihan yang efektif untuk meningkatkan kebugaran jasmani seperti
jalan, jogging, bersepeda atau olahraga lainnya yang membutuhkan waktu relatif
lama. Dengan latihan yang dilakukan secara baik dan teratur akan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kualitas kerja jantung dan paru-paru, sehingga akan diperoleh kebugaran jasmani
yang baik.
Dalam pelaksanaan latihan kebugaran jasmani hendaknya selalu diadakan
evaluasi. Evaluasi sangat penting, hal ini untuk mengetahui apakah ingkat
kebugaran jasmaninya dalam kondisi sudah baik atau belum. Tanpa adanya
evaluasi, maka tidak diketahui hasil dari latihan. Jika dari evaluasi diketahui
kebugaran jasmaninya buruk, maka harus ditingkatkan, jika dalam kondisi baik,
maka harus dipertahankan.
Banyak macam cara untuk mengukur kebugaran jasmani, baik dengan cara
yang sederhana atau melalui laboratorium. Bentuk tes kebugaran jasmani yang
sederhana di antaranya, naik turun bangku, tes dalam bentuk jalan atau lari. Dari
macam-macam bentuk tes kebugaran jasmani yang sederhana tersebut dapat
memberikan penaksiran terhadap kualitas kerja jantung, paru-paru, peredaran
darah dan pernapasan yang mendekati tes laboratorium. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan latihan kebugaran jasmani harus selalu dilakukan kontrol, agar
diketahui tingkat kebugaran jasmaninya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola SSB Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan dua kali pengambilan data
yaitu tes dan re-test dan dilaksanakan pada bulan Sepetember 2010.
B. Bentuk dan Startegi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka bentuk dan strategi penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Sugiyanto (1995: 53) menyatakan,
“Studi kasus pada dasarnya merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif
atau secara mendalam tentang suatu kasus. Kasus ini bisa mengenai individu,
sekumpulan keluarga, suatu perkumpulan olahraga, sekolah atau kelompok-
kelompok lain yang memiliki cakupan yang relatif kecil”. Dalam hal ini ingin
mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa Sekolah Sepakbola Pesat Lawu
Kabupaten Karanganyar tahun 2010.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa usia 11-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 berjumlah 34
orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan pengukuran. Untuk
mendapatkan data dari variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan tes lari
multitahap (multistage fitness test) dari M. Furqon H. (2003: 57). Petunjuk
pelaksanaan tes terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan statistik deskriptif. Adapun analisis data yang dilakukan yaitu dengan mengadakan pengklasifikasian tingkat kesegaran jasmnai. Langkah-langkah analisis yang dilakukan meliputi:
1. Uji Reliabilitas
Untuk mencari reliabilita, dalam penelitian dilakukan dengan uji reliabilitas
intraklas dengan rumus sebagai berikut:
MSA - MSW R =
MSA
Keterangan:
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Mengklasifikasikan Tingkat Kebugaran Jasmani
Langkah-langkah untuk mengklasifikasikan tingkat kebugaran jasmani
sebagai berikut:
1. Melakukan tes kebugaran jasmani dengan multistage fitness test.
2. Dari hasil tes kebugaran jasmani hasilnya dikonsultasikan dengan norma
penilaian kebugaran jasmani.
3. Dari hasil yang telah dicapai, kemudian dikelompokkan berdasarkan
kategorinya yaitu: baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali.
4. Mencari prosentase dari masing-masing kategori tingkat kebugaran jasmani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Hasil penelitian yang disajikan yaitu hasil dari analisis yang telah dilakukan
terhadap data dari variabel penelitian. Data dari variabel yang diambil dalam
penelitian yaitu tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 dengan
multistage fitness test. Deskripsi data penelitian disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes dan Re-Test Kebugaran Jasmani Siswa Usia 11-
15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Variabel Tes N Mean SD Nilai
Tertinggi Nilai
Terendah Kebugaran
jasmani
Tes 34 37.79 4.36 46.8 26.8
Re-test 34 37.86 4.27 47.1 27.6
B. Mencari Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam
penelitian, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas data kebugaran jasmani
siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data
Variabel Reliabilitas Kategori
Kebugaran jasmani 0.974 Tinggi sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mengkategorikan hasil uji reliabilitas tersebut menggunakan pedoman
tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip Mulyono B. (1992: 22)
sebagai berikut:
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilita
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,59
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
C. Hasil Analisis Data
1. Pengklasifikasian Kebugaran Jasmani
Hasil rekapitulasi pengklasifikasian hasil tes kebugaran jasmani siswa usia
11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun
2010 disajikan dalam bentuk tabel sebaghai berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Klasifikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani Siswa Usia 11-15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Kartanganyar Tahun 2010
o Klasifikasi Jumlah Persentas
e Baik Sekali (BS) 0 0.00% Baik (B) 9 26.47% Sedang (S) 22 64.71% Kurang (K) 3 8.82% Kurang Sekali (KS) 0 0.00% Jumlah 34 100.00%
Untuk lebih jelasnya klasifikasi hasil tes kebugaran jasmani siswa usia 11-
15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun
2010 disajikan grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
9
22
3
00
5
10
15
20
25
Nilai
Baiksekali
Baik Sedang Kurang Kurangsekali
Kategori
Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani
Gambar 2. Grafik Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kebugaran
jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 yang memiliki kategori baik sekali tidak ada (0), yang
memiliki kategori baik sebanyak 9 orang, yang memiliki kategori sedang
sebanyak 22 orang, yang memiliki kategori kurang sebanyak 3 orang dan yang
memiliki kategori kurang tidak ada (0).
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa, sebagian besar tingkat
kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 memiliki kategori sedang.
2. Persentase Tingkat Kebugaran Jasmani
Hasil persentase tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 disajikan
dalam bentuk grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0%
26.47%
64.71%
8.82%
0%0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Nilai
Baiksekali
Baik Sedang Kurang Kurangsekali
Kategori
Persentase Tingkat Kebugaran Jasmani
Gambar 3. Grafik Persentase Tingkat Kebugaran Jasmani
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, siswa usia 11-15 tahun
Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 yang
memiliki kategori baik sekali tidak ada (0%), yang memiliki kategori baik
sebanyak 26.47%, yang memiliki kategori sedang sebanyak 64.71%, yang
memiliki kategori kurang sebanyak 8.82% dan yang memiliki kategori kurang
sekali tidak ada (0%).
Berdasarkan data hasil persentase tingkat kebugaran jasmani menunjukkan
bahwa, siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 tingkat klebugaran jasmaninya belum baik. Tingkat
kebugaran jasmani yang belum baik, maka harus diperhatikan oleh pelatih,
sehingga dalam pelaksanaan latihan harus lebih ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian
diperoleh simpulan sebagai berikut:
Tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola
Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 memiliki kategori
kebugaran jasmani yang cukup, sebanyak 22 siswa dari 34 siswa Sekolah
Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar, dengan pesentase 64,71 %.
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas, jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, implikasi yang ditimbulkan dari penelitian ini yaitu:
tingkat kebuigaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta
Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 yang dalam kategori sedang dan
kurang lebih ditingkatkan lagi dengan latihan yang lebih intensif. Sedangkan bagi
siswa yang memiliki kategori baik tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
Berdasarkan hal tersebut menimbulkan adanya implikasi sebagi berikut:
1. Tingkat kebugaran jasmani yang kurang akan berdampak pada kesehatan atau
stamina siswa yaitu, akan cepat lelah setelah melakukan aktivitas atau
berolahraga, lesu mudah mengantuk setelah melakukan aktivitas sehingga akan
berpengaruh pada kinerjanya.
2. Kebugaran jasmani harus selalu dijaga dan ditingkatkan melalui kegiatan
olahraga secara teratur agar penampilannya selalu sehat dan bugar.
C. Saran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada Pelatih Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten
Karanganyar disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat kebugaran jasmani siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karanganyar harus ditingkatkan melalui latihan yang tepat dan
dilakukan secara sistematis dan kontinyu.
2. Hendaknya dalam latihan dilakukan kontrol dari latihan yang dilaksanakan
agar diketahui ambang rangsang latihan telah tercapai atau belum.
3. Pelatih hendaknya mengembangkan pengetahuan dan wawasan tentang tata
cara melakukan tes dan pengukuran tingkat kebugaran jasmani.
4. Hendaknya perlu dilakukan evaluasi atau penilaian tingkat kebugaran jasmani
siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar secara
periodik, sehingga dapat dijadikan kontrol sejauh mana latihan yang telah
dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1996. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Surakarta: UNS Press. Andi Suhendro. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. A. Sarumpaet dkk. 1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Bompa, O. Tudor. 1990. Periodization Theory and Methodology of Training.
Kendall / Hant: Departement of Physical Education York University. Toronto. Ontario. Canada.
Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan dan Olahraga.
Jakata: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Depdikbud. 1994. Ketahuilah Tingkat Kebugaran Jasmani Anda. Jakarta: Pusat
Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Depdiknas. 2002. Seleksi dan Penelusuran Minat dan Bakat Olahraga. Jakarta:
Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa. Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan Nasional.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Imam Hidayat. 2003. Biomekanika. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia. Iskandar Z. Saputra dkk. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran
Jasmani. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga. Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga.
Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press.
Jef Sneyer. 1988. Sepakbola dan Strategi Bermain. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra.
Joseph Sneyers. 1990. Sepakbola Remaja Petunjuk dan Latihan Bagi Kesebelasan Remaja. Alih Bahasa. Haryanto. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra.
Junusul Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONI. 1993. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: KONI Pusat.
Marta Dinata. 2003. Senam Aerobik dan Peningkatan Kesegaran Jasmani.
Lampung: Cerdas Jaya. M. Furqon H. 2003. Teknik Pemanduan Bakat. Surakarta: PUSLITBANG-OR
UNS. M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: IKIP
Semarang Press. Mucshin Doewes, Soedarwo & Slamet Suherman. 1994. Gizi Olahraga. Surakarta:
UNS Press. Mulyono B. 1997. Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press. 2001. Tes dan Pengukuran dlam Pendidikan Jasmani/Olahraga.
Surakarta: JPOK FKIP UNS. 2009. Tes dan Pengukuran dlam Pendidikan Jasmani/Olahraga.
Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press.
Nosseck. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press. Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekerasi 1996. Ketahuilah Tingkat Kesegaran
Jasmani Anda. Jakarta: Depdikbud. Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Depdikbud.
Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Russell Pate, R; Clanaghan, Bruce Mc & Rotella, Robert. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Rusli Lutan dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP Bandung.
Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Pengukuran Evaluasi Penjaskes. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderak Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Sadoso Sumosardjuno. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: PT. Gramedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga.
Jakarta : PT. Gramedia. Santoso Giriwijoyo Y.S. 1991. Kesehatan, Kebugaran Jasmani dan Olahraga
dalam Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB. Sarwono, Ismaryati dan M. Mariyanto. 2000. “Kebugaran Jasmani Mahasiswa
Hubungannya dengan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Jurusan POK FKIP UNS)”. Penelitian Kelompok. Jurnal Penelitian Paedagogia. Surakarta: FKIP UNS.
Soedjono. 1985. Sepakbola Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta: Kedaulatan
Rakyat.
Soekatamsi. 1995. Teori dan Parktek Sepakbola I. Surakarta: UNS Press.
Sudarno SP. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Dirjendikti. Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan. Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakrata: Press. Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Timo Scheunemann. 2005. Dasar Sepakbola Modern. Alih Bahasa. Marcel Lombe dan J. Chrys Wardjoko. Malang: DIOMA.
Wahjoedi. 2000. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Press.