studi strategi operasi perusahaan pakan...
TRANSCRIPT
STUDI STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN
PAKAN IKAN BERBASIS PRODUK SAMPINGAN
PERIKANAN TANGKAP DAN AGROINDUSTRI
PADA CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI
MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul Studi
Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan
Perikanan Tangkap dan Agroindustri Pada CV. Babelan Agrosejahtera
Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor
Bogor, Maret 2014
Muhamad Ikhwan Rahmanto
NIM H251100201
RINGKASAN
MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO. Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan
Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri pada CV.
Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan
IRAWADI JAMARAN.
Umumnya, pakan ikan diproduksi oleh perusahaan besar, memiliki
kualitas standar dan harga yang relatif mahal namun didukung jaringan distribusi
luas dan memberikan kemudahan tempo pembayaran kepada pelanggannya. CV
Babelan Agro Sejahtera (CV BAS) adalah salah satu dari sedikit industry kecil
yang memproduksi pakan ikan dengan kualitas standar dan harga murah, namun
jaringan distribusinya masih terbatas. Kondisi ini menuntut CV BAS untuk
meningkatkan daya saingnya. Strategi harga murah yang diterapkan CV. BAS
didukung oleh strategi pengadaan bahan baku murah berkualitas yang berbasis
produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri.
Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kombinasi bahan baku pakan
ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan
agroindustri agar biaya minimal, dan merumuskan strategi operasi untuk
meningkatkan daya saing produk. Obyek penelitian ini adalah aktivitas
operasional CV. BAS di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan
Babelan Kabupaten Bekasi. Data penelitian ini dikumpulkan dengan pengamatan
ke perusahaan, menelaah data sekunder, wawancara mendalam dengan
pengelolanya, dan penyampaian kuisioner AHP kepada 1 (satu) orang pengelola
perusahaan dan 5 (lima) orang responden ahli agribisnis atau agroindustri yang
ditentukan secara purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi
analisis program linier, analisis SWOT, dan Analisis Hirarki Proses (AHP).
Sebelum minimasi, biaya bahan baku pakan ikan sebesar Rp. 2964,00/kg
dan setelah minimasi sebesar Rp. 2770/kg. Harga pakan ikan CV. BAS masih
sangat kompetitif, sehingga tetap dapat mempertahankan harga. Strategi ini perlu
dibarengi dengan mencari alternative bahan baku.
Matriks Internal Eksternal memposisikan bidang operasi CV. BAS berada
pada sel IV yang berarti menggambarkan growth and build (tumbuh dan
membangun). Perusahan perlu melakukan strategi integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk
Matriks SWOT menghasilkan 3 rumusan strategi operasi, yaitu
mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi, dan
pengembangan SCM. AHP memberikan urutan prioritas implementasi strategi :
pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225), dan peningkatan
kapasistas produksi (0.215). Implementasi strategi tersebut harus memperhatikan
4 kriteria dengan urutan prioritas : kualitas (0.473), pengiriman (0.230),
fleksibilitas (0.180), dan biaya (0.113),
Kata Kunci : AHP, analisis SWOT, minimasi bahan baku, program linier, dan
strategi operasi
SUMMARY
MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO. Study of Operations Strategy of Fish
Feed Company Based on By Products of Capture Fisheries and Agroindustry at
CV Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN
and IRAWADI JAMARAN.
Generally, fish feed manufactured by a large company , has a standard of
quality and price is relatively expensive but supported extensive distribution
network and provide ease of payment due to its customers . CV Babelan Agro
Sejahtera ( CV BAS ) is one of the few small industries that produce fish feed
with standard quality and low price , but still a limited distribution network. These
conditions require CV. BAS to increase their competitiveness.
The purpose of this study is to formulate a combination of raw fish feed
quality – based on by products of capture fisheries and agroindustry, for
minimizing the cost of raw materials, and formulating operations strategy to
improve product competitiveness. Object of this study is the operational activity
of the CV . BAS in Kampung Jaya subdistrict Kedaung Kedung Babelan Bekasi .
Data was collected by observation to the company , analizing secondary data , in-
depth interviews with managers , and delivery of AHP questionnaire to 1 ( one )
person managing the company and 5 ( five ) expert respondents that are
determined by purposive sampling. Analysis of the data used include linear
programming analysis, SWOT analysis, and Analysis Hierarchy Process.
Before minimization, fish feed raw material costs Rp. 2964.00/kg and after
minimization of Rp. 2770/kg. These results indicate that the price of fish feed CV.
BAS is still very competitive, so as to maintain its price. This strategy needs to be
coupled with a search for alternative raw materials.
The result of internal-external matrix to put operations of CV. BAS at cell
IV. Its sugest the grow and build. This means CV. BAS should focus on market
penetrations, market development, product development (intensive strategy).
From the operational perspective, a backwad integrations, forward integration,
and horizontal integration should also be considered.
While the results of the SWOT analysis raises three alternative strategy :
maintaining prices, increased production capacity, and the development of SCM.
The results of the AHP analysis produces the following strategic priorities: (1) the
development of SCM (0.560), (2) to maintain prices (0.225), and (3) increasing
the capacity of production(0.215). Implementation of these strategies must
consider four criteria with priority (1) Quality (0.473), (2) Delivery (0.230), (3)
Flexibility (0.180), and (4) Costs (0.113)
Keywords: AHP, linear programming, minimization of raw materials costs,
operations strategy, and SWOT analysis
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
STUDI STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN
PAKAN IKAN BERBASIS PRODUK SAMPINGAN
PERIKANAN TANGKAP DAN AGROINDUSTRI
PADA CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI
MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO
Tesis
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji luar komisi :
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA
Judul Tesis : Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan
Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri
pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi.
Nama : Muhamad Ikhwan Rahmanto
NIM : H251100201
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc
Ketua
Prof Dr Ir Irawadi Jamaran
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Manajemen
Dr Ir Abdul Kohar, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 17 Januari 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah, SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi dan penyusunan tesis yang berjudul “Studi Strategi Operasi Perusahaan
Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri
pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi”
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya dihaturkan kepada Dr Ir
Muhammad Syamsun, MSc dan Prof Dr Ir Irawadi Jamaran, selaku Ketua dan
Anggota Komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pencerahan
dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih dihaturkan pula kepada Prof DR Ir H
Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA sebagai penguji luar komisi dan Dr Mukhamad
Najib, STP, MM selaku penguji program studi yang telah memberikan koreksi,
kritik dan saran yang sangat berarti bagi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.
Tesis dan studi S2 ini dapat diselesaikan atas izin Allah, SWT, serta
dukungan dan bantuan banyak pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada : (1) Dirjen Pendidikan Tinggi dan
Koordinator Kopertis Wilayah IV yang telah meluluskan permohonan Beasiswa
Pendidikan Pasca Sarjana, (2) Rektor Universitas Islam “45”, yang telah
memberikan dorongan dan ijin studi lanjut, serta Dekan Fakultas Pertanian
UNISMA, Ketua Program Studi Agribisnis dan seluruh Dosen yang telah
mendorong penulis untuk melanjutkan dan menyelesaikan studi. (3) Sekolah
Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Manajemen SPS IPB yang dipimpin DR Ir
Abdul Kohar Irwanto MSc dan staf sekretariat (Mas Hermawan dan Mas Ujang)
yang telah memberikan layanan akademik yang sangat ramah, serta seluruh Dosen
telah memberikan pencerahan. (4) Abdul Qodir, SP selaku pemilik dan pengelola
CV. BAS Bekasi yang bersedia menjadikan perusahaannya sebagai obyek riset
dan meluangkan banyak waktu hingga penulis dapat melakukan pengamatan dan
wawancara mendalam. (5) Dr Ir Nandang Najmulmunir, MS, Dra Is Zunaini
Nursinah, MSi, Dr Ir Supriyanto, MP, Ir Haris Budiyono, MT, dan Ir Ridwan
Lutfiadi, MT selaku responden ahli AHP yang telah meluangkan waktu untuk
mengisi kuisioner. (6) Teman-teman angkatan ke-4 Program Studi Ilmu
Manajemen SPS IPB, atas suasana kebersamaan, dan dukungannya.
Amat sulit dibayangkan pelaksanaan studi dan penyusunan tesis ini bila
tanpa pengorbanan, dukungan, kesabaran, sikap qana’ah, dan ketulusan isteriku
tercinta - Galuh Murti Dewati, S.Sos, serta ketiga putriku tersayang: Mufida
Arifah Ikhwan, Zahida Munifah Ikhwan, dan Qotrunnada Karimah Ikhwan.
Mohon maaf dan terima kasih banyak sayang. Selanjutnya atas do’a dan
dukungan lahir-batin, penulis menyampaikan sungkem dan banyak terima kasih
kepada Ibunda Sri Sulastri dan Ayahanda Abu Yazid (alm), serta kepada Ibu dan
Bapak Mertua (Ibu Sriwati Mangastuti dan Bapak Moertaki).
Semoga karya yang amat sederhana dan sangat banyak kekurangan ini masih
mampu memberikan manfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2014
Muhamad Ikhwan Rahmanto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
3 METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep Penelitian
Obyek dan Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden
Analisis Data
4 PROFIL PERUSAHAAN
Sejarah Pendirian dan Perkembangan Perusahaan
Modal dan Aset Perusahaan
Proses Produksi
Tenaga Kerja
Pemasaran
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Minimasi Biaya Bahan Baku
Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal
Analisis Matriks IFE
Analisis Matriks EFE
Analisis Matriks IE
Analisis Matriks SWOT
Analisis Pengembangan Strategi CV BAS
Implikasi Penelitian
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
xii
xiii
1
1
5
6
6
6
7
17
17
18
18
19
19
19
26
26
27
29
34
35
35
35
38
41
42
42
43
44
49
51
51
51
52
55
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Lima Provinsi dengan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Terbanyak
Tahun 2011
Jumlah Penyerapan Pakan Ikan Berdasarkan Lokasi Budidaya Ikan
Keramba Jaring Apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat
Perbandingan Penelitian terdahulu dan
Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data
Pendidikan dan Pekerjaan Responden
Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan 25
Matriks IFE dan EFE 34
Contoh Matriks SWOT
Nilai level hirarki
Matrik Perbandingan Kriteria
Nilai Indeks Random
Besar Pinjaman yang Diberikan Bank Mandiri kepada CV BAS
Lahan dan Bangunan Perusahaan
Mesin dan Peralatan Produksi Pakan Ikan
Perkembangan Aset Perusahaan
Pembelian Bahan baku pembuatan pakan ikan
Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja
Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan
Perbandingan formulasi dan Harga Pakan Ikan Sebelum dan Sesudah
Minimasi
Hasil Analisis Matriks IFE
Hasil Analisis Matriks EFE
Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT
Matriks Implementasi Strategi Berdasarkan Kriteria
2
2
15
18
19
20
22
23
24
24
25
27
27
28
28
29
29
34
36
38
41
42
44
49
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Hubungan antara masalah dan keputusan bisnis 1
Elemen-elemen struktur industry 6
Kerangka Konsep Penelitian
Matriks IE
Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan
Hasil Olah Data Minimasi Bahan Baku Pakan Ikan dengan software
POM for WINDOWS
Hasil Matriks IE
Konstruksi Analisis Hierarki Proses
Hasil Analisis Hierarki Proses
1
11
17
22
31
37
43
45
46
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Outline Profil Perusahaan
Informasi Bahan Baku Pakan Ikan
Identifikasi Lingkungan Internal dan eksternal
Kuisioner Penilaian Prioritas Strategi Operasi CV.BAS
Hasil Olah Data AHP
48
49
50
51
56
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan suatu bisnis membutuhkan keputusan-keputusan yang tepat
sehingga mampu membuat kinerja perusahaan semakin meningkat. Keputusan
yang tepat perlu mendapat dukungan informasi yang berkualitas. Menurut Davis
(2001) informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting
bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam
keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Informasi dibedakan menjadi informasi kualitatif dan informasi kuantitatif.
Keputusan bisnis perlu didukung oleh kedua jenis informasi tersebut, sehingga
masalah yang muncul dapat diselesaikan secara komprehensif. Gaspersz (2011)
memberikan ilustrasi mengenai hubungan antara masalah bisnis dan keputusan
bisnis – sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Hubungan antara masalah dan keputusan bisnis
Keputusan bisnis yang efektif sebagai sebuah solusi harus dimulai dari
identifikasi permasalahan bisnis yang berupa kesenjangan antara kinerja bisnis
aktual (realisasi) dengan target bisnis yang ditetapkan (rencana). Contoh
masalah bisnis adalah menurunnya penjualan, terjadinya peningkatan biaya
produksi, penurunan kulitas produk, pengadaan bahan baku kurang stabil, proses
produksi kurang lancar, dan sebagainya. Pencarian solusi memerlukan dukungan
informasi yang relevan dan memadai, baik informasi kualitatif maupun informasi
kuantitatif. Informasi kualitatif dapat bersumber dari intuisi dan pengalaman
para pengelola bisnis, sedangkan informasi kuantitatif didasarkan pada fakta dan
data aktual yang ada.
Tugas utama manajer adalah membuat keputusan yang mampu
meningkatkan kinerja dari organisasi. Dengan demikian tugas manajer dalam
organisasi adalah membuat keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah
bisnis sehingga diharapkan dari keputusan itu akan memungkinkan organisasi
bisnis mencapai tujuannya seperti meningkatkan produktivitas, memperluas
pangsa pasar (market share), meningkatkan keuntungan, mengurangi biaya, dan
Informasi Kualitatif
(pengalaman bisns, intuisi)
Apa Masalah
Bisnis INFORMASI
Informasi Kuantitatif
(Berdasarkan analisis data)
Keputusan Bisnis
Efektif
2
lain-lain, yang pada prinsipnya akan meningkatkan kinerja bisnis dalam situasi
ekonomi yang sangat kompetitif (hiper competitif) sekarang ini. (Gaspersz, 2011)
Suasana kompetitif juga terjadi pada bisnis pakan ikan. Pakan ikan
diperlukan dalam usaha perikanan budidaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
ikan. Secara umum perikanan budidaya mencakup budidaya laut, tambak, kolam,
jaring apung, dan sawah. Lima provinsi dengan produksi perikanan budidaya
terbanyak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1 Lima provinsi dengan jumlah produksi perikanan budidaya terbanyak
pada tahun 2011
No. Provinsi
Jumlah Produksi Perikanan (Ton)
Laut Tambak Kolam Karamba Jaring
Apung Sawah Total
1. Sulawesi Selatan 1.024.310 600.241 6.273 194 - 2.255 1.633.274
2. Sulawesi Tengah 734.635 42.057 4.394 273 - 19 781.378
3. Jawa Timur 412.738 177.682 115.086 676 9.281 341 715.865
4. Jawa Barat 7.934 179.980 295.715 491 185.428 25.556 695.104
5. Sulawesi Tenggara 588.745 54.921 4.169 - - - 647.836
Total Indonesia 4.605.827 1.602.748 1.127.127 131.383 375.430 86.448 7.928.962
Sumber : Dirjen Perikanan Budidaya KKP (2012)
Provinsi Jawa Barat menempati urutan keempat dalam produksi
perikanan budidaya, dengan jumlah produksi sebesar 695.104 ton. Khusus untuk
perikanan budidaya darat, Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dengan
jumlah produksi mencapai 295.715 ton untuk kolam dan 185.428 ton untuk jaring
apung. Kontribusi Jawa Barat sebagai sentra Perikanan budidaya darat mencapai
29.48 % dari total produksi perikanan budidaya darat nasional.
Kebutuhan pakan ikan untuk perikanan budidaya darat di Jawa Barat
sangat besar. Jawa Barat merupakan konsumen pakan
ikan terbesar di Indonesia atau 40 persen dari total kebutuhan pakan ikan
nasional. Menurut Indrajaya (2009), dari kebutuhan pakan sebanyak 1,7 juta ton,
sekitar 1,6 juta ton di antaranya digunakan untuk budidaya ikan keramba jaring
apung (KJA) dengan sebaran sebagaimana Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jumlah penyerapan pakan ikan berdasarkan lokasi budidaya ikan
keramba jaring apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat No. Lokasi Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA)
di Provinsi Jawa Barat
Jumlah Penyerapan
Pakan Ikan (ton)
1. Waduk Cirata (Cianjur) 1.100.000
2. Waduk Jatiluhur (Purwakarta) 450.518
3. KJA Wilayah Bogor 487
4. KJA Wilayah Ciamis 13.15
Sumber : Indrajaya (2009)
Data di atas menunjukkan bahwa potensi pasar pakan ikan di Provinsi
Jawa Barat sebagian besar terserap untuk keperluan budidaya ikan keramba jaring
apung. Wajar bila banyak produsen pakan ikan yang memiliki jaringan distribusi
di sekitar beberapa lokasi keramba jaring apung di atas.
Kabupaten Bekasi – sebagai lokasi perusahaan CV. Babelan Agro
Sejahtera (CV. BAS) memiliki potensi perikanan darat yang sangat kecil bila
dibanding dengan Provinsi Jawa Barat. Demikian pula dengan Kota Bekasi yang
jaraknya sangat dekat dengan lokasi perusahaan memiliki potensi perikanan darat
3
yang lebih kecil lagi. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat (2012), potensi
perikanan budidaya Kabupaten Bekasi hanya sekitar 0.016 % dari potensi
perikanan darat provinsi Jawa Barat. Sedangkan potensi perikanan budidaya Kota
Bekasi hanya sekitar 0.011 % dari potensi perikanan darat provinsi Jawa Barat.
Selain potensinya yang kecil, lokasi budidaya perikanan darat di Kabupaten dan
Kota Bekasi juga menyebar, sehingga kurang menguntungkan bila dijadikan
sebagai sasaran utama pasar pakan ikan produksi CV. BAS.
Perkembangan bisnis budidaya ikan memerlukan dukungan industri
penyedia sarana produksi, antara lain industri pakan ikan. Keberadaan dan
perkembangan budidaya keramba jaring apung di beberapa waduk di Provinsi
jawa Barat telah mendorong perkembangan pabrik-pabrik pakan di daerah
Kabupaten/Kota Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, dan
Kabupaten/Kota Cirebon.
Harga pakan ikan produksi pabrik-pabrik tersebut umumnya sangat tinggi.
Menurut Indrajaya (2012), produksi pakan ikan dan udang masih bergantung pada
impor. Hingga kini produsen pakan harus mengimpor sampai 70 persen bahan
baku. Salah satu bahan baku yang dimaksudkan adalah tepung bungkil kedelai
yang diimpor 2,5 juta ton tahun lalu. Bahan baku impor lainnya adalah tepung
ikan.
Menurut Azwar (2010), tingginya harga pakan dibandingkan harga jual
ikan menjadi kendala besar dalam pengembangan perikanan budidaya. Kondisi itu
berakibat profit yang diterima petani semakin kecil dan dkhawatirkan dapat
mempengaruhi intensitas usaha yang nantinya dapat menurunkan target produksi.
Penggunaan bahan baku lokal (BBL) sebagai sumber pakan perlu ditingkatkan,
dengan biaya yang murah tentunya dapat mendorong peningkatkan produksi.
Selama ini hampir 90 persen pakan yang beredar untuk budidaya ikan dipasok
dari industri pakan yang dalam proses pembuatannya mengandalkan bahan baku
impor. Ketergantungan bahan baku impor sangat sulit menjaga kestabilan harga
pakan, harapan untuk menekan harga pakan adalah mengurangi ketergantungan
bahan baku impor, pemakaian masih sangat terbatas, kendalanya karena sulit
mendapatkan dalam jumlah besar disamping kualitas tidak stabil. BBL lebih
banyak dimanfaatkan oleh pabrikan skala menengah dan kecil karena kapasitas
produksi tidak besar dan umumnya dibuat untuk kebutuhan sendiri atau
kelompok. Ketersediaan bahan baku sumber protein cukup banyak tersedia di
Indonesia tapi pemanfaatannya belum optimal. Penelitian untuk memanfaatkan
beberapa bahan baku lokal sudah ada dan ada yang sedang dilakukan, namun
rekomendasi pemakaiannya dalam ransum masih terbatas, karena adanya faktor-
faktor pembatas. Upaya perbaikan kualitas beberapa bahan baku tersebut sudah
dan sedang diteliti agar pemakaiannya dapat ditingkatkan.
Umumnya produsen pakan ikan adalah perusahaan besar yang memiliki
kualitas produk standar, jaringan distribusi luas dan modal yang kuat sehingga
mampu memberikan fasilitas kemudahan tempo pembayaran. Fenomena yang
terjadi di salah satu sentra petani ikan jaring apung di Waduk Cirata dan Saguling
Jawa Barat menunjukkan bahwa keunggulan perusahaan besar tersebut mampu
mempengaruhi sebagian besar petani ikan untuk membeli pakan ikan produksinya
bahkan menjadi pelanggan, meskipun harganya mahal. Kondisi ini tentu tidak
menguntungkan petani ikan. Apalagi kenaikan harga pakan cenderung lebih cepat
dibanding dengan kenaikan harga ikan hasil panenannya.
4
CV. BAS adalah satu-satunya industri kecil pakan ikan di Kabupaten dan
Kota Bekasi. Berdasarkan pengamatan pasar yang dilakukan pihak CV. BAS di
lokasi keramba jaring apung waduk Saguling dan Cirata, dalam beberapa tahun
terakhir tidak ada lagi pakan ikan produksi industri kecil yang beredar. Meskipun
harus bersaing dengan perusahaan besar, CV. BAS memilih sasaran pasar pakan
ikan utamanya di lokasi keramba jaring apung di beberapa waduk besar sebagai
sentra perikananan darat Provinsi Jawa Barat.
CV. BAS adalah perusahaan skala kecil yang memproduksi pakan ikan
sejak tahun 2003. Saat berdiri, sudah banyak pelaku usaha sejenis yang umumnya
adalah perusahaan berskala besar dengan keunggulan seperti di atas. Sebagai
perusahaan skala kecil dan pengikut , CV. BAS dituntut untuk mampu bersaing
dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Pakan ikan berkualitas dengan harga
yang lebih murah dari harga pasaran pada umumnya menjadi pilihan strategi
untuk dapat bersaing. Strategi ini dipilih karena petani ikan memerlukan pakan
dengan harga murah, karena dalam budidaya ikan proporsi biaya pakan mencapai
lebih dari 60 persen dari total biaya.
Strategi harga murah ini dapat dijalankan oleh CV. BAS karena
mendapatkan bahan baku yang murah. Bahan baku yang dipakai berbasis lokal
dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Meskipun telah
menerapkan strategi ini, tidak dengan serta merta produknya lantas mudah
diterima di pasaran. Dominasi perusahaan besar pakan ikan sebagaimana
digambarkan di atas tidak mudah ditembus.
Situasi ekonomi yang demikian menuntut perusahaan memiliki
keunggulan kompetitif. David (2011), menjelaskan bahwa memperoleh dan
mempertahankan keunggulan kompetitif sangat penting bagi keberhasilan jangka
panjang sebuah organisasi dan itulah inti pembahasan dari manajemen strategis.
Keunggulan kompetitif adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh
lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan saingan. Ketika suatu perusahaan dapat melakukan sesuatu yang tidak
dapat dibuat oleh perusahaan saingan, atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan
oleh perusahaan saingan, itu dapat merepresentasikan keunggulan kompetitif.
Pendekatan untuk memperoleh, mempertahankan, dan bahkan
mengembangkan keunggulan kompetitif merupakan ranah dari strategi bisnis.
Sedangkan strategi korporasi berbicara tentang bagaimana cara perusahaan
mendapatkan uang. Selanjutnya rincian pembagian sumberdaya pada tingkat
operasional akan dicakup pada strategi fungsional. Dengan demikian pada level
strategi fungsional terdapat strategi SDM, Strategi Keuangan, Strategi
Operasi/Produksi/Manufaktur, dan Strategi Pemasaran.
Lingkungan bisnis yang semakin dinamis menyebabkan persaingan antar
perusahaan semakin ketat dalam memperebutkan pangsa pasar. Tuntutan
konsumen terhadap produk yang berkualitas, spesifikasi yang sesuai, harga yang
rendah, dan layanan pengiriman yang cepat harus dipenuhi oleh produsen.
Dinamika inilah yang menuntut perusahaan harus memiliki keunggulan di semua
fungsi, yakni keunggulan di bidang pemasaran, sumberdaya manusia, keuangan,
dan operasi. Keunggulan di bidang operasi hanya dapat dilakukan bila
kemampuan operasi dipakai sebagai kekuatan bersaing dalam bisnis dengan cara
menjadikan strategi operasi sebagai bagian integral dari strategi bisnis. Untuk itu
5
strategi bisnis harus memberikan informasi kepada semua fungsi di dalam
organisasi yang mendukung strategi operasi.
Perumusan Masalah
Kinerja operasi CV. BAS belum optimal. Berdasarkan kapasitas mesin
dan produktivitas tenaga kerja, perusahaan ini mampu memproduksi pakan
sebesar 1 ton per hari. Faktanya, produksi baru mencapai maksimal 750 kg per
hari. Belum lagi bila dikaitkan dengan potensi pasar pakan ikan murah
berkualitas yang masih besar, seharusnya CV. BAS berupaya meningkatkan lagi
kemampuan produksinya. Obsesi perusahaan untuk dapat meningkatkan kapasitas
produksi belum dapat diwujudkan karena kemampuan memasarkan produk masih
rendah, pasokan bahan baku belum stabil, dan proses produksi belum stabil.
Rendahnya kemampuan memasarkan produk menyebabkan volume
penjualan masih rendah pula. Hampir semua pakan ikan yang diproduksi CV.
BAS adalah untuk memenuhi pesanan. Selain itu jaringan distribusi juga masih
sangat terbatas. Upaya meningkatkan jaringan distribusi dengan menjalin
kerjasama dengan koperasi petani ikan dan agen pakan ikan belum membuahkan
hasil yang signifikan. Obsesi untuk memasarkan produk dengan cara membuka
toko sendiri juga belum dapat direalisasikan. Kondisi ini membuat CV. BAS
belum mengambil keputusan untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
CV. BAS harus berupaya mendapatkan pasokan bahan baku berkualitas
dengan harga murah dengan cara mencarinya dalam wujud produk sampingan
perikanan tangkap dan agroindustri yang ada di Bekasi dan sekitarnya. Sampai
saat ini pasokan bahan baku utama, yakni bahan baku sumber protein seperti
tepung ikan dan bungkil kedelai, bungkil sawit, dan bungkil kopra dalam kondisi
belum stabil. Untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini, secara kuantitas
pasokan sudah mencukupi, tapi akan kurang mencukupi bila perusahaan hendak
meningkatkan kapasitas produksinya. Selain itu kualitas bahan baku juga kurang
stabil. Saat musim hujan misalnya, kualitas ikan kering cenderung menurun, yaitu
kadar air yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan CV. BAS harus melakukan
proses pengeringan yang lebih lama. Selain itu kadar protein juga cenderung
menurun sehingga. Hal ini harus diatasi dengan menambah bahan pakan lain
dengan kandungan protein yang tinggi agar kualitas pakan tetap terjaga. Ketidak
stabilan juga terkait dengan kontinuitas. Faktor cuaca biasanya mempengaruhi
hasil tangkapan ikan para nelayan, sehingga pasokan ikan kering ke CV. BAS
tidak stabil. Ketidakstabilan ini memerlukan solusi dengan mencari alternatif
bahan baku yang lebih stabil dengan tetap memperhatikan standar kualitas pakan
dan harga yang murah. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas formulasi pakan
ikan yang diterapkan selama ini.
Proses produksi belum stabil dikarenakan kerusakan mesin terutama mesin
cetak ikan yang masih kadang-kadang terjadi. Kerusakan yang dapat ditangani
sendiri tidak menjadi masalah yang berarti karena hanya memerlukan waktu
sebentar. Lain halnya bila perbaikan harus di bawa ke bengkel dan memerlukan
waktu lebih dari sehari, ini akan menunda waktu proses dalam tempo di luar batas
toleransi. Permasalahan semacam ini selain menunda waktu proses pengolahan
pakan ikan, juga menyebabkan menurunnya kualitas pakan ikan. Hal ini
6
dikarenakan proses pencetakan pakan ikan sekaligus merupakan proses
pengeringan pakan ikan, sehingga tertundanya proses pencetakan sama dengan
tertundanya proses pengeringan campuran pakan yang berakibat menurunkan
kualitasnya. Solusi atas masalah ini adalah dengan menambah jumlah mesin
cetak pakan ikan, sehingga bila yang satu rusak, dapat di pakai yang satunya lagi.
Kemampuan modal atau akses mendapatkan modal sebenarnya memungkinkan
CV. BAS untuk melakukan penambahan mesin cetak pakan ikan, namun hal itu
dipandang belum layak dilakukan karena harus seiring dengan program
peningkatan kapasitas produksi, padahal peningkatan kapasitas produksi sulit
dilakukan karena masih kecilnya volume penjualan dan belum stabilnya pasokan
bahan baku pakan ikan.
Nampak CV. BAS mengalami dilema dalam mengembangkan bisnisnya.
Uraian permasalahan di atas menunjukkan bahwa strategi operasi yang dijalankan
perusahaan belum tepat. Berangkat dari uraian di atas, permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana formulasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk
sampingan perikanan tangkap dan agroindustri agar biaya minimal ?
2. Bagaimana strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan :
1. Rumusan formulasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas - berbasis produk
sampingan perikanan tangkap dan agroindustri – agar biaya minimal.
2. Rumusan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Pengusaha, secara umum sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi dan
mengembangkan strategi operasi perusahaan, dan secara khusus mengevaluasi
kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas - berbasis produk
sampingan perikanan tangkap dan agroindustri – agar biaya minimal sebagai
upaya peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan keunggulan
perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.
2. Secara akademis, memperkaya khasanah riset tentang manajemen strategi
operasi.
Ruang Lingkup Penelitian
1. Secara umum penelitian ini membahas bidang operasi CV. BAS.
2. Secara khusus penelitian ini membahas pengelolaan bahan baku CV. BAS
yang berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri.
3. Alat análisis yang dipakai adalah Linear Programming, Analisis SWOT, dan
Analytichal Hierarchie Process.
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
Industri Pakan Ikan
Industri pakan ikan yang mampu menghasilkan produk standar dengan harga
murah memiliki peluang usaha yang sangat menguntungkan. Karena industri pakan
mempunyai peran yang sangat penting dalam budidaya perikanan darat yang dikelola
secara intensif mengingat tidak kurang dari 70 % total biaya produksi terserap oleh
pakan. Meskipun pertumbuhan industri pakan sangat pesat seiring dengan
permintaan komoditas ikan di pasar domestik dan luar negeri, ternyata bangun
industrinya dikuasai hanya oleh beberapa perusahaan besar antara lain Comfeed,
Phokphand, Sinta. Kelompok usaha tersebut saat ini mengusasi jaringan bahan
baku, prosesing dan pemasaran. Dengan telah dikuasainya jaringan tersebut
berdampak langsung pada trend elastisitas harga yang tidak menguntungkan bagi
petani. (Srihati dan Sukirno 2003)
Mengacu kepada temuan Srihati dan Sukirno (2003), sebagian besar biaya
produksi usaha pakan ikan digunakan untuk pengadaan bahan baku yang
mencapai 87 % dan 52 % dari biaya bahan baku terserap oleh tepung ikan atau
biaya tepung ikan memiliki porsi sebesar 45 % dari total biaya produksi. Biaya
kacang kedelai sebagai sumber protein pakan ikan lainnya juga cukup tinggi,
yakni memcapai 17 % dari total biaya produksi.
Menurut Handajani dan Widodo (2010) salah satu kelemahan penyusunan
pakan ikan selama ini adalah kurang mengoptimalkan potensi pakan lokal.
Umumnya sebagain bahan pakan terutama sumber protein masih impor seperti
bungkil kedelai dan tepung ikan. Akibatnya harga bahan pakan tersebut relative
mahal. Alasan yang umum dipakai untuk pembenaran impor adalah belum adanya
bahan pakan tersebut di daerah lokal dan/atau standarisasi kualitas bahan pakan
yang relative stabil. Sementara potensi bahan pakan lokal sampai saat ini belum
tergarap dengan baik.
Untuk memilih bahan baku perlu memperhatikan yaitu persyaratan teknis
dan persyaratan sosial ekonomis. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan
dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah : mempunyai
nilai gizi tinggi, tidak mengandung racun, sesuai dengan kebiasaan makan ikan,
bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan
di alam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan. Seperti
diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor, omnivor dan karnivor. Sedangkan
persyaratan sosial ekonomis yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku
untuk pembuatan pakan buatan adalah mudah diperoleh mudah diolah harganya
relatif murah bukan merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak
merupakan saingan dan sedapat mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian
(Gusrina, 2008).
Melengkapi dua persyaratan tersebut, Handajani dan Widodo (2010),
menyatakan bahwa setiap kali menyusun pakan selalu harus memperhatikan tiga
faktor utama yang akan mempengaruhi pemilihan bahan pakan dalam rangka
menjaga kualitas dan kuantitas pakan tersebut. Ketiga hal tersebut adalah : (1)
8
harga bahan pakan penyusun pakan ikan (2) ketersediaan bahan pakan dan (3)
kebutuhan zat makanan ikan.
Menurut Murtidjo (2007), sebelum dilakukan pengolahan pakan ikan,
perlu dilakukan analisis nutrisi makanan ikan meliputi : (1) Dasar penyusunan
makanan ikan, (2) Daftar Analisis Bahan Makanan Ikan, (3) Pedoman Batas
Penggunaan Bahan Makanan Ikan, (4) Spesifikasi Nutrisi Makanan Ikan, (5)
Metode Penyusunan Pakan Ikan. Penggunaan daftar analisis bahan pakan ikan
diperlukan sebagai acuan agar pakan yang dibuat memenuhi kandungan nutrisi
yang dibutuhkan ikan. Namun demikian, menurut Sukria dan Krisnan
(2009),hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan aspek nutrisi maupun
teknologi pengolahannya masih berkutat pada skala penelitian atau skala lapangan
yang terbatas, maka kecukupan nutrisi tidak bisa hanya didasarkan pada informasi
sekunder. Pengusaha pakan ikan perlu melakukan pengukuran kandungan nutrisi
terhadap bahan pakan dan produk jadinya.
Batasan penggunaan masing-masing bahan pakan biasanya didasarkan pada
alasan teknis dan ekonomi. Secara teknis penggunaan masing-masing bahan
pakan memerlukan batasan minimal atau maksimal untuk memperoleh performa
pakan yang optimal. Misalnya kandungan lemak yang terlalu tinggi menyebabkan
pakan cepat tengik, atau kandungan serat yang tinggi menyebabkan pakan mudah
hancur. Secara ekonomi, penggunaan bahan pakan harus mempertimbangkan
harganya sehingga diperoleh kombinasi bahan pakan dengan harga minimal.
Produk pakan ikan yang dihasilkan harus memiliki kandungan nutrisi
sesuai kebutuhan ikan. Pellet yang baik memiliki kadar air maksimal 10 %
kandungan abu dan serat kasar maksimal 5 % Sedangkan kandungan protein,
lemak,dan karbohidrat tergantung pada susunan bahan bakunya. Sebagai patokan
untuk pellet pakan ikan sebaiknya kadar proteinnya lebih dari 25%, lemak 5% -
7%, dan karbohidrat 16% - 18%. (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011).
Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri
Produk Sampingan merupakan produk yang dihasilkan dalam joint
production namun produk tersebut relative harganya atau nilainya atau
kuantitasnya lebih rendah dibanding yang lain (Halim, 2007). Selanjutnya Carter
dan Milton (2009) menjelaskan bahwa produk sampingan dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada
titik pisah batas yaitu produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal (tanpa
diproses lebih lanjut) dan produk sampingan yang membutuhkan proses lebih
lanjut agar produk tersebut dapat dijual.
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan, (Undang-Undang Nomor. 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang perikanan.).
Selanjutnya, di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa perikanan
tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan
binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas.
9
Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan
tangkap, binatang atau tanaman air masih belum merupakan milik seseorang
sebelum binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan
sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik
seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut.
Aktivitas perikanan tangkap menghasilkan produk sampingan yang terdiri
dari hasil tangkapan sampingan, ikan yang tak layak konsumsi, dan ikan tidak
utuh atau terpotong. Hasil Tangkap Sampingan (HTS) atau bycatch diartikan
sebagai ikan hasil tangkapan non target pada suatu perikanan tangkap tertentu
(Pauly, 1984; Alverson et.al, 1994 dalam Widodo et.al, 2010). Lebih lanjut
Widodo, et.al (2010) menjelaskan bahwa ikan non target dapat berupa bukan
spesies tujuan atau jenis ikan target tapi ukurannya di bawah standar yang
diinginkan yaitu berupa ikan yuwana atau ikan muda. Menurut Faubiany (2008),
ikan yang tidak layak konsumsi dan ikan yang terpotong dikarenakan buruknya
sanitasi dan penanganan pasca penangkapan.
Pengertian Agroindustri pertama kali dijelaskan oleh Austin (1981),
An agroindustri is an enterprise that processes agricultural raw material,
including ground and tree crops as well as livestock. The degree of processing
can vary tremendously, ranging from the cleaning, mixing, and chemical
alteration theat create a textured vegetable food.
Secara lebih detail, Anonim, 1983 dalam Mangunwidjaya dan Sailah
(2005), agroindustri didefinisikan sebagai kegiatan yang memanfaatkan hasil
pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa
untuk kegiatan tersebut. Agroindustri dengan demikian mencakuo Industri
Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatann dan Mesin Pertanian
(IPMP), dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP). IPHP meliputi IPHP tanaman
pangan, tanaman perkebunan, hasil hutan, perikanan, dan peternakan.
Agroindustri khususnya industri pengolahan hasil pertanian menghasilkan
produk sampingan. Produk sampingan yang dihasilkan dalam agroindustri dapat
dilihat pada Pohon Industri yang disusun oleh LIPI. Dedak adalah produk
sampingan dari penggilingan padi, kelapa, kelapa sawit, dan kedelai ketika diolah
menghasilkan produk sampingan berupa bungkil.
Minimasi Biaya Bahan Baku
Untuk menghasilkan barang dan jasa, semua jenis organisasi menjalankan
tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal penting, bukan hanya untuk proses
produksi, tetapi juga demi kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fungsi-fungsi
ini adalah sebagai berikut : (1). Pemasaran yang menghasilkan permintaan,
paling tidak, menerima pemesanan untuk esbuah barang atau jasa (tidak akan ada
aktivitas jika tidak ada penjualan). (2) Produksi/Operasi yang menghasilkan
produk, dan (3) Keuangan/Akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah
organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang (Heizer dan Render
2009). Fungsi operasional diperlukan untuk merangkai aktifitas yang menciptakan
nilai produk berupa barang maupun jasa melalui proses transformasi input
menjadi output secara optimal.
10
Lebih lanjut Heizer dan Render (2009), menjelaskan bahwa banyak
keputusan manajemen operasi berkaitan dengan usaha menggunakan sumber daya
organisasi dengan cara yang paling efektif. Sumber daya biasanya meliputi
permesinan, suatu teknik matematis yang dirancang untuk membantu para
manajer operasi dalam merencanakan dan membuat keputusan yang diperlukan
untuk mengalokasikan sumber daya. Salah satu contoh penerapan program linier
yang berhasil adalah pemilihan bauran komposisi makanan untuk menghasilkan
kombinasi makanan
Berdasarkan temuan Srihati dan Sukirno (2003), sebagian besar biaya
produksi usaha pakan ikan digunakan untuk pengadaan bahan baku yang
mencapai 87 persen dan selanjutnya 52 persen dari biaya bahan baku terserap oleh
tepung ikan, maka minimasi biaya bahan baku pakan ikan penting untuk
dilakukan melalui pengaturan komposisi bahan baku penyusun pakan ikan.
Program Linier (Linier Programing) merupakan salah satu teknik riset
operasional (Operation Research) yang digunakan paling luas dan diketahui baik.
Ia merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya untuk
mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau
meminimumkan biaya. Program linier banyak diterapkan dalam membantu
menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain (Mulyono
2007). Program linier adalah suatu cara penyelesaian persoalan pengalokasian
sumber daya yang terbatas di antara beberapa alternatif solusi, dengan cara yang
mungkin dilakukan, untuk mencapai hasil yang optimal atau hasil yang terbaik.
Menurut Heizer dan Render (2009), semua persoalan Program Linier (PL)
mempunyai empat sifat umum, yaitu :
1. Persoalan PL bertujuan memaksimalkan atau meminimalkan kuantitas (pada
umumnya berupa keuntungan atau biaya). Sifat umum ini disebut fungsi
tujuan (objective function) dari suatu persoalan PL. Pada umumnya, tujuan
utama suatu perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan pada jangka
panjang. Dalam kasus sistem distribusi suatu perusahaan angkutan atau
penerbangan, tujuan pada umumnya berupa meminimalkan biaya.
2. Adanya batasan (constraints) atau kendala yang membatasi tingkat sampai di
mana sasaran dapat dicapai. Sebagai contoh, keputusan untuk memproduksi
banyaknya unit dari setiap produk pada suatu lini produk perusahaan dibatasi
oleh tenaga kerja dan permesinan yang tersedia. Oleh karena itu, untuk
memaksimalkan atau meminimalkan suatu kuantitas (fungsi tujuan)
bergantung pada sumber daya yang jumlahnya terbatas (batasan).
3. Harus ada beberapa alternatif tindakan yang dapat diambil. Sebagai contoh,
jika suatu perusahaan menghasilkan tiga produk yang berbeda, manajemen
dapat menggunakan PL untuk memutuskan bagaimana cara mengalokasikan
sumber dayanya yang terbatas (tenaga kerja, permesinan, dan seterusnya). Jika
tidak ada alternatif yang dapat diambil, maka PL tidak diperlukan.
4. Tujuan dan batasan dalam permasalahan pemrograman linier harus dinyatakan
dalam pertidaksamaan atau persamaan linier. Programa Linier memiliki
model matematis yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu fungsi tujuan
dan fungsi kendala. Selain itu ditambah dengan batasan berupa syarat non-
negatif.
11
Strategi Operasi
Keunggulan bersaing merupakan dasar bagaimana perusahaan mampu
menciptakan nilai untuk pembeli yang melebihi cost yang dikeluarkan perusahaan
untuk penciptaan nilai tersebut (Porter 1985). Nilai merupakan apa yang
diinginkan oleh pembeli yang mempunyai keinginan untuk membayar, aliran
penciptaan nilai yang superior yaitu bagaimana perusahaan menawarkan harga
yang lebih rendah dari pesaingnya untuk mendapatkan manfaat yang sama atau
memberikan manfaat yang unik dengan harga yang lebih tinggi. Dua dasar
keunggulan bersaing ini adalah adanya cost leadership dan differentiation.
Menurut Porter (1985) ada 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan
dalam suatu industri: (1) ancaman masuknya pendatang baru, (2) kekuatan tawar
menawar pemasok, (3) kekuatan tawar menawar pembeli, (4) Ancaman produk
substitusi, dan (5) persaingan dalam industri. Untuk menyusun rancangan strategi
yang baik dan agar dapat menduduki posisi yang kompetitif dalam industrinya
maka perusahaan harus dapat meminimumkan dampak kelima kekuatan tersebut.
Situasi persaingan dalam suatu industri ditunjukkan Gambar 2.
Gambar 2 Element-element struktur industri (Porter 1985)
Kelima kekuatan persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan
intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri. Kekuatan persaingan
akan menjadi dasar bagi penyusun strategi dalam perumusan strategi perusahaan
yang tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan posisi dalam industri yang
membuat mereka survive. Menurut Grant (1999) strategi memiliki 3 tingkat, yaitu
strategi korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional. Salah satu strategi yang
berada pada strategi fungsional adalah strategi produksi atau operasi. Selanjutnya
New Entrants
BuyersSuppliers
Substitutes
Industry
Competitors
Intensity
of Rivalry
Threat of
Substitutes
Threat of
New Entrants
Bargaining Power
of Suppliers
Bargaining Power
of Buyers
Determinants of Buyer Power
Bargaining Leverage
• Buyer concentration vs.
firm concentration
• Buyer volume
• Buyer switching costs
relative to firm
switching costs
• Buyer information
• Ability to backward
integrate
• Substitute products
• Pull-through
Price Sensitivity
• Price/total purchases
• Product differences
• Brand identity
• Impact on quality/
performance
• Buyer profits
• Decision maker’s
incentivesDeterminants of Substitution Threat
• Relative price performance of substitutes
• Switching costs
• Buyer propensity to substitute
Rivalry Determinants
• Industry growth
• Fixed (or storage) costs / value added
• Intermittent overcapacity
• Product differences
• Brand identity
• Switching costs
• Concentration and balance
• Informational complexity
• Diversity of competitors
• Corporate stakes
• Exit barriers
Entry Barriers
• Economies of scale
• Proprietary product differences
• Brand identity
• Switching costs
• Capital requirements
• Access to distribution
• Absolute cost advantages
Proprietary learning curve
Access to necessary inputs
Proprietary low-cost product design
• Government policy
• Expected retaliation
Determinants of Supplier Power
• Differentiation of inputs
• Switching costs of suppliers and firms in the industry
• Presence of substitute inputs
• Supplier concentration
• Importance of volume to supplier
• Cost relative to total purchases in the industry
• Impact of inputs on cost or differentiation
• Threat of forward integration relative to threat of
backward integration by firms in the industry
12
menurut Slack and Lewis (2011) dalam James (2011) strategi operasi adalah pola
total keputusan yang membentuk kapabilitas jangka panjang dari setiap jenis
usaha dan kontribusi mereka terhadap strategi keseluruhan, melalui rekonsiliasi
kebutuhan pasar dan sumber daya operasi.
Strategi operasi memerlukan manajemen sebagaimana strategi korporasi
dan strategi bisnis. Wheelen dan Hunger (2010) menjelaskan bahwa manajemen
strategik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategik
mencakup scanning lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi baik
bersifat jangka pendek atau panjang, evaluasi dan kontrol. Setiap organisasi harus
menggunakan konsep dan teknik manajemen strategis dalam lingkungan industri
yang dijalankannya dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai
peristiwa.
Menurut Gaspersz (2005), perencanaan strategic manufacturing lebih
sering berhubungan dengan isu-isu internal dari pada isu-isu eksternal.
Bagimanapun juga, isu eksternal paling penting yang perlu dipertimbangkan
dalam strategi manufacturing adalah isu-isu yang berkaitan dengan pemasok
(supplier issues) serta pemahaman tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Selanjutnya menurut Ellitan dan Anatan (2008) beberapa peneliti
menyatakan bahwa strategi manufaktur mewakili prioritas kompetitif. Prioritas
kompetitif ini meliputi biaya(cost), kualitas (quality), fleksibilitas (flexibility), dan
pengiriman (delivery). Keempat dimensi strategi tersebut bukanlah strategi yang
saling meniadakan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan yang terpadu
dan saling memperkuat. Strategi biaya adalah produksi dan distribusi sebuah
produk dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa (waste resources) yang
minimum. Strategi ini mencerminkan prioritas perusahaan pada efisiensi biaya
agar mampu berkompetisi berbasis pada biaya. Strategi kualitas didefinisikan
sebagai aktivitas perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan
spesifikasi atau memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi fleksibilitas
didefinisikan sebagai kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk,
jasa dan proses. Sedangkan strategi pengiriman didefinisikan sebagai keandalan
dalam memenuhi jadwal pengiriman yang diminta dan dijanjikan, atau kecepatan
dalam merespon pemesanan konsumen
Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu
organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunites), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi,
dan kebijakan organisasi. Dengan demikian, perencana strategis harus
menganalisis faktor-faktor strategis organisasi dalam kondisi yang ada saat ini
yang disebut dengan analisis situasi (Rangkuti 2008).
13
David (2011) menjelaskan bahwa matriks SWOT adalah sebuah alat
pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat
strategi sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strenghts-Opportunities), yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang.
b. Strategi ST (Strenghts-Threats) merupakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.
c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) sebagai strategi yang menggunakan
peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan.
d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk meminimumkan
kelemahan dan menghindari ancaman.
Analisis Hirarki Proses
Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu teknik yang
digunakan dalam pengambilan suatu keputusan pada sebuah hirarki fungsional
dengan imput utamanya adalah persepsi manusia. Dalam mempergunakan prinsip
ini, AHP memasukkan baik aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran
manusia,aspek kualitatif untuk mendefenisikan persoalan dan hirarkinya
sedangkan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi
secara ringkas dan padat. (Saaty 1993)
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata
dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik,
secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif
dibandingkan dengan variabel yang lain. Setelah itu, dari berbagai pertimbangan
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin dan
Maghfiroh 2010).
Lebih lanjut, Marimin dan Maghfiroh (2010) menjelaskan bahwa secara
grafis persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat
(hierarki). AHP dimulai dengan goal atau sasaran lalu kriteria level pertama,
subkriteria dan akhirnya alternatif. Terdapat berbagai bentuk hierarki keputusan
yang disesuaikan dengan substansi dan persoalan yang hanya dapat diselesaikan
dengan AHP. Melalui AHP, pengguna dapat memberikan bobot relatif dari suatu
kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria. Bobot tersebut
diberikan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).
Selanjutnya, perbandingan berpasangan tersebut diubah menjadi suatu himpunan
bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif.
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan
mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah (Saaty 1993) :
1. Kesatuan : AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur
2. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks
3. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-
elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear
14
4. Penyusunan hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk
memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan
dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat
5. Pengukuran : AHP member suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud
suatu metode untuk menetapkan prioritas
6. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas
7. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif
8. Tawar menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif
terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka
9. Penilaian dan consensus : AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi
mensistensiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda
10. Pengulangan proses : AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian
mereka melalui pengulangan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang strategi operasi yang dikaitkan dengan
optimasi/minimasi/maksimasi dengan alat analisis seperti program linier, SWOT,
dan AHP telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan ini memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu bila dilihat dari sisi ranah
penelitian maupun alat analisis yang digunakan. Bila ranah penelitian dibedakan
berdasarkan level atau cakupan bisnis, yaitu unit bisnis atau sub unit
operasi/produksi, dan ranah riset dibedakan menjadi strategi dan
optimasi/minimasi/maksimasi, serta alat analisis mencakup programa linier,
SWOT, dan AHP, maka posisi penelitian ini terhadap penelitian yang lalu dapat
dilihat pada Tabel 3.
Abbas, BS, Herman RT, dan Shinta (2008) melakukan penelitian dengan
judul : Analisis Produksi Menggunakan Model Optimasi Linear Programming
Pada PT. MAST. Penelitian dengan fokus aktivitas produksi ini dilakukan untuk
menentukan jumlah produksi ban yang optimsl agar keuntungan maksimal dan
mengetahui faktor yang mempengaruhi jumlah produksi yang optimal tersebut.
Data-data seperti data umum produk, data kebutuhan bahan baku, data produksi
dan penjualan, data harga produk, data bahan baku, data siklus waktu kerja, data
upah tenaga kerja di analisis program linier. Hasilnya adalah kombinasi produksi
yang dihasilkan oleh program linier memberikan keuntungan yang lebih besar dan
faktor-faktor yang mempengaruhi optimasi produksi adalah kapasitas bahan baku,
jam kerja mesin dan tenaga kerja, kapasistas produksi, jumlah hari kerja/bulan.
Purba (2010), melakukan riset “Optimasi Usaha Pengolahan Ikan (UPI)
Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi”. Data diolah dan dianalisis dengan
analisis kelayakan usaha, penetapan critical control point, dan optimasi unit
pengolahan ikan. Hasilnya adalah UPI skala menengah layak untuk di
kembangkan karena nilai RC ratio lebih dari satu, payback periode relatif singkat,
kinerja keungannya baik dan bankable. Hasil analisis optimasi dengan program
15
linier menunjukkan bahwa UPI skala menengah di Sukabumi yang dapat
dikembangkan sebanyak 41 unit, terdiri dari UPI ikan asin sebanyak 8 unit, UPI
pindang ikan besar sebanyak 4 unit, UPI pindang ikan kecil sebanyak 2 unit, UPI
bakso ikan sebanyak 3 unitUPI abon ikan sebanyak 22 unit, dan UPI kerupuk kulit
sebanyak 2 unit
Tabel 3 Perbandingan ranah dan alat analisis penelitian terdahulu dan penelitian
yang diilaksanakan
Judul dan Tahun Penelitian
Ranah Alat Analisis Unit
Bisnis
Sub unit
Operasi
Strategi Optimasi/
Maksimasi
/Minimasi
Programa
Linier
SWOT AHP Lainnya
Analisis Produksi Mengguna-
kan Optimasi Linear
Programming pada PT MAST,
2008
√ √ √
Optimasi Usaha Pengolahan
Ikan Skala Menengah di
Kabupaten Sukabumi Jabar,
2010
√ √ √ √
Kajian Optimasi Produksi dan
Strategi Pengembangan Usaha
Produk Fish Jelly (Studi Kasus
Pada PT “XP” di Jakarta), 2010
√ √ √ √ √ √ √
Strategi Operasional untuk
Meningkatkan Pendapatan dan
Nilai Tambah Usaha Dodol
Buah Studi Kasus : PD “X”
Kabupaten Garut Jawa Barat.
2011
√ √ √ √
Analysis of Indonesia
Agroindustry Competitiveness
in Nanotechnology Develop-
ment Perspective Using SWOT-
AHP Method.2011
√ √ √ √
Penelitian yang akan
dilaksanakan
√ √ √ √ √ √
Bastaman (2009) meneliti dengan judul “Strategi Operasional untuk
Meningkatkan Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Dodol Buah pada PD “X” di
Garut”. Analisis data meliputi analisis pendapatan, analisis fungsi produksi,
analisis nilai tambah, dan analisis SWOT. Hasilnya adalah bisnis yang
dijalankankan perusahaan telah efisien, dengan rata-rata nilai tambah sebesar
19.75 5, rata-rata imbalan untuk pemilik sebesar 65.84 % dan rata-rata imbalan
untuk tenaga kerja sebesar 34.16 %, penggunaan semua faktor produksi
berpengaruh nyata dan positif. Berdasarkan matriks IE perusahaan berada pada
kwadran II (grow and build) sehingga perlu menerapkan strategi intensif melalui
pemeliharaan mutu produk. Peningkatan kemampuan produksi, pengembangan
skala usaha, dan peningkatan ketersediaan bahan baku. Berdasarkan analisis
SWOT, strategi yang dapat dijalankan perusahaan adalah mempertahankan harga
produk, yang komperitif, membuka distributor/agen baru di tempat strategis,
promosi efisien dan efektif, meningkatkan kinerja pemasaran, meningkatkan dan
mempertahankan mutu produk, memperluas dan mempertahankan pasar yang
16
sudah diraih, mempertahankan harga jual produk di pasaran, dan memperbaiki
saluran distribusi.
Ismarsudi (2010) melakukan riset tentang optimasi produksi dan strategi
pengembangan usaha pada PT “XP” di Jakarta. Fokus riset pada produk fish
jelly ini menggunakan sejumlah alat analisis, yaitu Metode Perbandingan
Eksponensial untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan
kriteria jamak, Linier Programming untuk mengalokasikan sumberdaya guna
mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan dan
meminimumkan biaya, dan Analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor-faktor
dan strategi yang menggambarkan kecocokan di antara mereka. Hasil yang
didapat dalam penelitian ini adalah pertama, berdasarkan analisis MPE, peringkat
produk berturut-turut adalah sebagai berikut : fish finger, bakso ikan, kakinaga,
sosis ikan, dan otak-otak ikan. Kedua hasil program linier terhadap dua produk
unggulan, fish finger memberikan keuntungan sebesar Rp.31.800,00 / kg dengan
kombinasi produk yang efisien untuk masing-masing sebanyak 25 % dan 75 %.
Ketiga hasil evaluasi faktor eksternal dan internal mengGambarkan perusahaan
dalam posisi agresif. Selanjutnya hasil analisis SWOT diperoleh gabungan
kekuatan dan peluang sehingga memperoleh kwadran S-O (Strength-Opportunity)
yang menyatakan bahwa menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi
yang sudah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan. Pengembangan usaha dengan
meningkatkan jumlah produksi dengan teknik baru untuk memperoleh
peningkatan kuantutas dan kualitas mutu produk yang dapat bersaing. Dengan
demikian penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, integraso horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi horizontal,
atau kombinasi semuanya bisa layak digunakan, tergantung kondisi spesifik yang
dihadapi perusahaan.
Rochman et al (2011), melakukan penelitian dengan menggunakan analisis
SWOT dan AHP untuk menentukan strategi. Penelitian dengan judul Analysis of
Indonesia Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Development
Perspective Using SWOT-AHP Method dilakukan pada lima agroindustri yang
dianggap potensial untuk mengembangkan nanoteknologi di Indonesia. Analisis
SWOT-AHP dilakukan untuk menentukan posisi keunggulan bersaing masing-
masing industri. Faktor internal yang didominasi oleh pengembangan master
teknologi dan ketersediaan bahan baku serta energi memiliki nilai signifikansi
yang lebih besar dibandingkan faktor eksternal yaitu dampak ekonomi bagi
industri seperti peningkatan nilai tambah produk-produk yang menggunakan
nanoteknologi serta peningkatan jangkauan pasar. Hasil studi ini dapat digunakan
sebagai referensi bagi stakeholders terkait untuk memformulasikan strategi dalam
rangka peningkatan agroindustri nasional melalui pengembangan nanoteknologi.
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menguatkan dan
menambah khasanah kajian strategi operasi. Bila umumnya strategi operasi
didasarkan pada data kualitatif, misalnya dengan analisis swot, maka analisis swot
dalam penelitian ini didukung data kuantitatif yang menggunakan analisis
program linier.
17
3 METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep Penelitian
CV. Babelan Agro Sejahtera adalah industri kecil pakan ikan yang harus
bersaing dengan perusahaan besar dalam memasarkan produknya. CV. BAS
berupaya mewujudkan daya saingnya dengan memproduksi pakan dengan kualitas
standar dan harga produk yang lebih murah. Untuk mewujudkannya CV. BAS
berupaya menekan biaya operasional, terutama biaya bahan baku. Upaya yang
dilakukan CV. BAS adalah mencari bahan baku pakan ikan berkulitas dan murah
berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Riset ini untuk
merumuskan kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk
sampingan perikanan tangkap dan agroindustri, minimasi biaya bahan baku, dan
merumuskan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. Kerangka
pemikiran penelitian dimuat pada Gambar 3.
Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian
DESKRIPSI
PERUSAHAAN
LINGKUNGAN
EKSTERNAL
MATRIKS IFE
ANALISIS MINIMASI
BIAYA BAHAN BAKU PAKAN IKAN
RUMUSAN ALTERNATIF KOMBINASI BAHAN
BAKU PAKAN IKAN
IDENTIFIKASI FAKTOR
EKSTERNAL
BIDANG OPERASI
RUMUSAN PENGEMBANGAN
STRATEGI OPERASI
PERUSAHAAN
MATRIKS SWOT
A H P
LINGKUNGAN
INTERNAL
IDENTIFIKASI
FAKTOR INTERNAL
BIDANG OPERASI
MATRIKS EFE
18
Tahapan awal adalah mengevaluasi kombinasi bahan baku pakan ikan
berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri, untuk minimasi
biaya bahan baku dengan tetap memperhatikan kualitas. Analisis ini
menggunakan programa linier, yakni metode simpleks
Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi faktor-faktor internal
dan eksternal yang terkait dengan operasional CV. BAS. Hasil ini digabungkan
dengan tahapan awal dijadikan acuan untuk melakukan analisis SWOT untuk
merumuskan strategi operasi CV. BAS. Analisis SWOT dilakukan dengan
diskusi mendalam dengan pengelola yang sekaligus pemilik perusahaan.
Tahapan terakhir adalah menentukan prioritas strategi dengan AHP yang
melibatkan pengelola perusahaan dan sejumlah responden ahli agribisnis atau
agroindustri. Penentuan prioritas strategi didasarkan pada kriteria strategi operasi
meliputi biaya, mutu, fleksibilitas, dan pengiriman.
Obyek dan Lokasi Penelitian
Obyek penelitian ini adalah manajemen operasional CV. Babelan Agro
Sejahtera (CV. BAS) yang berlokasi di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya
Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Selain mengamati aktivitas operasional
dan mewawancarai pengelola perusahaan, penelitian ini juga memerlukan
wawancara mendalam dan terstruktur dengan responden ahli terdiri dari pengelola
dan responden ahli agribisnis dan agroindustri untuk mengisi kuisioner AHP.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data meliputi data primer dan data sekunder untuk menyusun profil
perusahaan, deskripsi lingkungan internal dan eksternal, kebutuhan dan harga
bahan baku, data-data mengenai faktor produksi, data mengenai asset dan omset
perusahaan. Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data terdapat pada Tabel 4.
berikut ini.
Tabel 4 Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data
1. Profil Perusahaan CV. BAS (Data Sekunder
dan Primer)
Wawancara, penelusuran laporan,
dan pengamatan
2. Aset dan Omset CV. BAS (Data Sekunder
dan Primer)
Wawancara, penelusuran laporan,
dan pengamatan
3. Identifikasi Lingkungan
Internal dan Eksteral
CV. BAS (Data Sekunder
dan Primer)
Wawancara, penelusuran laporan,
dan pengamatan
4. Kebutuhan Bahan Baku CV. BAS (Data Sekunder
dan Primer)
Wawancara, penelusuran laporan,
dan pengamatan
5. Prioritas Strategi
pengembangan Operasi
Pengelola dan Responden
Ahli
Wawancara dan Pengisian kuesioner
19
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara berikut :
a. Studi kepustakaan dilakukan terhadap buku, dan laporan hasil kajian yang
relevan dengan masalah yang diteliti.
b. Penelusuran Data Sekunder, yakni catatan dan laporan perusahaan meliputi
data-data yang telah dicatat atau menjadi laporan perusahaan meliputi jenis-
jenis data sebagaimana tertera pada Tabel 2 di atas.
c. Wawancara, baik wawancara biasa maupun wawancara mendalam (Indepth
interview) dilaksanakan dengan pengelola perusahaan untuk mendapatlan
data-data sebagaimana diuraikan pada Tabel 2 di atas.
d. Pengamatan, untuk mengamati aktivitas operasional CV. BAS dalam
melakukan produksi pakan ikan.
e. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada pengelola
perusahaan dan responden ahli agribisnis atau agroindustri. Wawancara
terstruktur ini dilakukan dalam kerangka AHP untuk penentuan prioritas
pengembangan strategi operasi CV. BAS.
Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden AHP dilakukan secara sengaja (Purposive
Sampling), karena responden yang bersangkutan memiliki keahlian dan kompeten
di bidangnya. Responden yang dipilih adalah para ahli atau praktisi agribisnis
yang berasal dari internal perusahaan dan akademisi/konsultan. Responden AHP
dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Pendidikan dan pekerjaan responden AHP No. Responden Pendidikan Aktivitas
1. Responden 1 S1 Agribisnis Pemilik dan Pengelola CV. BAS
2. Responden 2 S3 – Ekonomi
Sumberdaya Alam
Akademisi, Konsultan Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah
3. Responden 3 S3 – Teknik Pertanian Akademisi, Pengurus KADIN Kabupaten
Bekasi
4. Responden 4 S2 – Manajemen Industri Akademisi, Wirausaha Agribisnis
5. Responden 5 S2 – Tekno Ekonomi Akademisi, Konsultan Manajemen Strategis
6. Responden 6 S2 – Manajemen
Agribisnis
Akademisi, Wirausaha Agribisnis.
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan profil perusahaan,
lingkungan internal dan eksternal perusahaan berdasarkan wawancara,
pengamatan, dan data sekunder. Hasil analisis ini ditampilkan dalam bentuk
deskripsi yang dilenkapi dengan Tabel dan grafik.
20
Metode Simpleks untuk Minimasi Biaya Bahan Baku Pakan Ikan
Model tersebut dapat ditulis dalarn bentuk standar sebagai berikut :
Fungsi Tujuan :
Maximize/Minimie Z = c1x1 + c2x2 + ……. + cnxn
Kendala :
a11x1 + a12x2 + ……. + a1nxn ≤ b1 atau > b1
a21x1 + a22x2 + ……. + a2nxn ≤ b2 atau > b2
:
am1x1 + am2x2 + …….+ amnxn ≤ bm atau > bm
x1, x2, ……………, Xn ≥ 0
Konstruksi metode simpleks yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Formulasi Persoalan
Tujuan : Minimasi Biaya
Variabel Keputusan : Jumlah beberapa bahan baku yang harus dibeli per
periode pembelian, seperti tepung ikan, tepung bulu
ayam, tepung susu, bungkil sawit, bungkil kelapa,
dedak, vitamin, dan sebagainya.
Kendala : Batas maksimal atau minimal kandungan nutrisi pakan
ikan meliputi protein, lemak, karbohidrat, kalori,
mineral, dan sebagainya.
2. Tabel Observasi
Hasil observasi bahan baku pakan ikan disusun dalam bentuk Tabel sebagai
berikut :
Tabel 6 Hasil observasi bahan baku pakan ikan Bahan Baku
(X)
Harga
(Rp/kg)
Kandungan Protein
(%)
Batas Maksimal/Minimal
Kandungan Bahan Pakan (%)
Bahan Baku 1 (X1) C1 a11 b2
Bahan Baku 2 (X2) C2 a12 b3
… … … …
Bahan Baku n (Xn) Cn a1n bn
Batas Maks/Min
Kandungan Protein
b1
3. Formulasi model matematis :
Tujuan :
Minimie Z = c1x1 + c2x2 + ……. + cnxn
Kendala :
a11x1 + a12x2 + ……. + a1nxn ≤ b1 atau > b1
a21x1 + a22x2 + ……. + a2nxn ≤ b2 atau > b2
:
am1x1 + am2x2 + …….+ amnxn ≤ bm atau > bm
x1, x2, ……………, Xn ≥ 0
21
4. Evaluasi dan Perhitungan :
Evaluasi dilakukan dengan memeriksa kebenaran langkah 1-3 di atas. Bila sudah
benar, maka dilanjutkan perhitungan. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan software POMforWINDOWS dan Management Scientis
5. Rekomendasi
Hasil perhitungan didapat informasi komposisi bahan baku dan biaya produksi
berdasarkan persyaratan kandungan nutrisi. Dengan metode simpleks ini, dapat
disusun formulasi pakan ikan berdasarkan kualitas pakan yang dikehendaki agar
dapat menekan biaya pembelian bahan baku.
Analisis SWOT
Analisa data internal dan eksternal yang menjadi faktor kunci dan terkait
dengan manajemen operasi CV. BAS. Data tersebut dianalisis dengan matriks
IFE, EFE dan Matriks SWOT sebagai berikut :
1. Analisis faktor internal dan eksternal (IFE – EFE)
Menurut David (2011), matriks IFE dan EFE dikembangkan dalam 5
langkah :
1) Membuat daftar faktor-faktor eksternal dan internal utama sebagaimana yang
disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukkan 10-20 faktor, termasuk
peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi
perusahaan dan industrinya.
2) Setiap faktor tersebut bobot berkisar 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat
penting). Bobot itu mengindikasikan nyatanya suatu faktor terhadap
keberhasilan perusahaan.
3) Memberilkan peringkat 1-4 pada setiap faktor eksternal dan internal utama
untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespon faktor tersebut, di mana 4 = respon sangat bagus, 3 = respon di atas
rataan, 2 = respon rataan, 1 = respon di bawah rataan. Untuk peluang maupun
kekuatan diberi skor 3-4 dan untuk kelemahan maupun ancaman menerima
skor 1 dan 2.
4) Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot.
5) Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor
bobot total untuk organisasi.
Dalam matriks EFE, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai
adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Rataan skor bobot adalah 2,5. Skor
bobot 4,0 megindikasikan bahwa sebuah organisasi merespon secara sangat baik
peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Skor total 1,0 menandakan bahwa
strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau
menghindari ancaman yang muncul.
Sedangkan dalam matrik IFE, skor bobot total di bawah 2,5 mencirikan
organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang nyata berada di atas
2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Model matriks EFE dan IFE
ditunjukkan pada Tabel 7.
22
Tabel 7 Matriks IFE dan matriks EFE Faktor Internal
/Eksternal Utama
Bobot
(a)
Peringkat
(b)
Nilai Tertimbang
(a x b)
Kekuatan/Peluang
1. ............
2. .............
n. .............
Kelemahan/ Ancaman
1. ............
2. ............
n. ............
Total
2.Analisis Matriks Internal – Eksternal (IE)
Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :
Skor Bobot Total IFE
Kuat
3.0-4.0
Sedang
2.0-2.99
Lemah
1.0-1.99
Sk
or
Bo
bo
t T
ota
l E
FE
4.0 3.0 2.0 1.0
Tinggi
3.0-4.0 3.0
I
II
III
Menengah
2.0-2.99 2.0 IV
V VI
Lemah
1.0-1.99 1.0 VII VIII IX
Implikasi Strategi : Sel I, II, IV : Tumbuh dan berkembang
Integrasi ke Belakang, Integrasi ke Depan, Integrasi Horizontal,
Penetrasi pasar, Pengembangan pasar, Pengembangan produk.
Sel III, V, VII : Menjaga dan Mempertahankan
Penetrasi pasar, Pengembangan produk
Sel VI, Sel VI, VIII, IX : Panen atau divestasi
Penciutan, Divestasi
Gambar 4 Matriks IE
Menurut David (2011), matrik didasarkan pada dua (2) dimensi kunci,
skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Pada
sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0-1,99 menunjukkan posisi
internal adalah lemah; skor 2,0-2,99 posisinya dianggap sedang; dan skor 3,0-4,0
adalah posisi kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0-1,99 adalah posisi
rendah; skor 2,0-2,99 dianggap posisi sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi
tinggi.
3. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)
Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal maka akan
diperoleh peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal serta kekuatan
23
dan kelemahan sebagai faktor strategis internal. Setelah diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman untuk masing-masing faktor kemudian
dilakukan analisis SWOT.
Dalam mengembangkan alternatif strategi digunakan matriks SWOT untuk
membantu dalam melakukan pencocokkan antar kekuatan dan peluang (strategi
SO), kekuatan dan ancaman (strategi ST), peluang dan kelemahan (strategi WO)
serta kelemahan dan ancaman (strategi WT). Matriks SWOT dapat dilihat pada
Tabel 8. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks SWOT adalah
sebagai berikut (David 2011):
a. membuat daftar peluang eksternal;
b. membuat daftar ancaman eksternal;
c. membuat daftar kekuatan internal;
d. membuat daftar kelemahan internal;
e. mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan
pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO;
f. mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan
pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO;
g. mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan
pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi ST; dan
h. mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan
pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT.
Tabel 8 Contoh matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal
KEKUATAN (STRENGTH)
KELEMAHAN (WEAKNESS)
PELUANG
(OPPORTUNITIES)
Strategi S-O (Progresif)
Menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi W-O (Korektif)
Mengatasi kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
ANCAMAN (THREATS) Strategi S-T (Diversifikasi)
Menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi W-T (Defensif)
Mengatasi kelemahan untuk
menghindari ancaman
Sumber : David (2011)
Analisis Hirarki Proses (AHP)
Terdapat tiga (3) prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis
logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis
(Marimin dan Maghfiroh 2010).
a. Penyusunan Hirarki dan Penilaian Setiap Level Hirarki
Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan
menjadi unsur pokok, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-
bagiannya lagi secara hirarki. Susunan hirarkinya terdiri dari goal, kriteria dan
alternatif. Nilai level hirarki dapat dilhat pada Tabel 8.
24
Tabel 9 Nilai level hirarki Nilai Keterangan
1 Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horizontal
3 Faktor Vertikal lebih penting dari Faktor Horizontal
5 Faktor Vertikal jelas lebih penting Faktor Horizontal
7 Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dari Faktor Horizontal
9 Faktor Vertikal mutlak lebih penting dari Faktor Horizontal
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur yang berdekatan
1/ (2-9) Kebalikan dari keterangan nila 2 – 9
Catatan : Penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasangan, skala 1-9 adalah
skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
b. Penentuan Prioritas
Untuk setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons) untuk menentukan prioritas. Proses perbandingan
berpasangan dimulai pada puncak hirarki (goal) digunakan untuk melakukan
pembandingan yang pertama lalu dari level tepat di bawahnya (kriteria), ambil
unsur-unsur yang akan dibandingkan. Elemen disusun dalam sebuah matriks
perbandingan seperti pada Tabel 10. Dalam matrik ini, unsur K1 dalam kolom
vertikal dengan unsur K1, K2, K3 dalam baris horizontal dan seterusnya.
Tabel 10 Matriks perbandingan kriteria
Goal K1 K2 K3
K1
K2
K3
c. Konsistensi Logis
Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat
diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. Nilai
rasio konsistensi harus 10% atau kurang, jika lebih dari 10%, maka
penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.
Berikut ini adalah persamaan matematika yang digunakan untuk pengolahan
data AHP (Marimin dan Maghfiroh, 2010).
1. Penghitungan Bobot (Vektor) Prioritas
Vektor prioritas (VP) atau bobot (W) dari setiap elemen dalam satu level
hirarki terhadap elemen tertentu diatasnya dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
𝑉𝑃 = 𝑉𝐸
𝑉𝐸𝑛𝑖=1
Dimana: VE = vektor eigen = rata-rata geometrik satu baris metrik
𝑉𝐸 = 𝜋𝑗=1𝑛𝑛𝑎𝑖𝑗
2. Penghitungan Nilai Eigen ( atau VB)
𝜆𝑖 atau 𝑉𝐵𝑖 = 𝑉𝐴
𝑉𝑃
Dimana VA = vektor antara
VA = (𝑎𝑖𝑗 ) (VP)
25
3. Penghitungan Nilai Eigen Maksimum (maks atau VBmaks)
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑉𝐵𝑖𝑛𝑖=1
𝑛
4. Penghitungan Konsistensi (Ratio Consistency)
Tolak ukur konsistensi dinyatakan oleh nilai Indeks konsistensi (CI) dan
nisbah konsistensi (CR). Keduanya menyatakan konsistensi jawaban
responden yang berpengaruh pada kesahihan hasil. Nilai CI dan CR tidak
seragam dipengaruhi oleh responden dan tingkat kepakarannya.
𝐶𝐼 = 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛
𝑛 − 1
𝐶𝑅 = 𝐶𝐼
𝑅𝐼, bila CR ≤ 10% dinyatakan konsisten
Dimana: 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = nilai eigen maksimum
n = jumlah elemen yang diperbandingkan (ukuran matriks)
CR = rasio konsistensi
RI = indeks random
Tabel 11. Nilai Indeks Random (RI) Ukuran Matriks Indeks Random (RI) Ukuran Matriks Indeks Random (RI)
1,2 0,00 8 1,41
3 0,58 9 1,45
4 0,90 10 1,49
5 1,12 11 1,51
6 1,24 12 1,48
7 1,32 13 1,56
Sumber: Oak Ridge Laboratory dalam Marimin dan Maghfirah (2010)
5. Matriks Pendapat Gabungan
Matriks pendapat gabungan (g) merupakan matrik baru yang elemen
matriknya (𝑔𝑖𝑗 ) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat
individu (𝑎𝑖𝑗 ) yang rasio konsistensinya memenuhi persyaratan.
𝑔𝑖𝑗 = 𝜋𝑘=1𝑚𝑚𝑎𝑖𝑗
Dimana : 𝑔𝑖𝑗 = elemen matriks gabungan pada baris ke-i kolom ke-j
m = jumlah pengolah data
𝑎𝑖𝑗 = elemen matriks individu pada baris ke-i kolom ke-j
Hasil pendapat gabungan tersebut kemudian dihitung dengan prosedur
yang sama seperti perhitungan vektor prioritas gabungan. Komponen hierarki
yang memiliki nilai eigen prioritas gabungan tertinggi pada setiap level,
merupakan komponen prioritas pertama. Alternatif strategi prioritas adalah
alternatif strategi yang memiliki eigen vektor prioritas tertinggi. Penyelesaian
perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Super Decision dan
Microsoft Exce 2007.
26
3. PROFIL PERUSAHAAN
Sejarah Pendirian dan Perkembangan Perusahaan
CV. Babelan Agro Sejahtera (BAS) yang berlokasi di Kampung Kedaung
Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi didirikan pada tahun
2003. Informasi tentang sulitnya mendapatkan ikan yang dialami petani ikan di
Bekasi dipahami oleh Abdul Qodir, SP – yang kemudian menjadi Direktur CV.
BAS - sebagai peluang pasar pakan ikan. Inilah yang menjadi inspirasi
dirintisnya usaha pengolahan pakan ini. Motivasi lainnya, yaitu turut
mengangkat potensi daerah sekaligus membantu menyediakan lapangan kerja bagi
orang lain di sekitar tempat tinggalnya. Potensi bahan baku pakan ikan di daerah
Bekasi dan sekitarnya cukup banyak, yaitu terdapat bahan baku pakan ikan seperti
ikan kering yang tak layak konsumsi sebagai produk sampingan perikanan
tangkap dan produk sampingan atau limbah agroindustri seperti dedak, bungkil
kelapa, bungkil sawit, dan bahan lainnya. Hal ini sejalan dengan upaya untuk
mewujudkan pakan ikan berbasis bahan baku lokal.
Ketika memulai usaha, modal awal yang digunakan sangat minim, yaitu
sebesar Rp. 15 juta. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan sederhana dan
pembelian bahan baku. Mesin pembuatan pakan ikan masih menyewa. Awalnya
kapasitas produksi hanya sekitar 300 kilogram per hari. Untuk memasarkan
produknya, diawali dengan promosi door to door, dari petani ikan yang satu ke
petani ikan lainnya.
Masa-masa sulit tersebut dilalui sekitar tiga tahun. Setelah bergerilya dari
satu bank ke bank lainnya, akhirnya dana pinjaman berhasil didapat dari Bank
Mandiri pada tahun 2006. Dana tersebut dipergunakan untuk membeli mesin
produksi. Setelah itu kapasitas produksi usahanya meningkat tajam, sehingga
sehari bisa memproduksi 600 kilogram pakan ikan. Kerjasama dengan Bank
Mandiri terus berlanjut, bahkan pada pertengahan 2010, Abdul Qodir mendapat
penghargaan dari Bank Mandiri sebagai wirausaha yang sukses dan dengan
produk yang unik.
Mengusung merek dagang Babelan Agro Sejahtera, pakan ikan
produksinya telah mendapatkan tempat di kalangan para petani. Sebagian besar
produknya dipasarkan di daerah Bandung dan Cianjur, yakni petani ikan di
Waduk Cirata. Sebagian kecil di Bekasi. Untuk memenangkan pesaingan,
perusahaan menerapkan strategi harga dibawah rata-rata harga pasar namun
dengan kualitas produk yang standar bahkan sedikit di atas rata-rata. Saat ini rata-
rata produksi mencapai sekitar 600-700 kg per hari dengan omset penjualan
sekitar Rp. 50 juta per bulan.
Naiknya harga pakan ikan sejak tahun 2011 sampai saat ini membuat
petani ikan di Waduk Cirata mengalami kesulitan dalam membeli pakan ikan yang
umumnya dipasarkan dengan harga di atas Rp. 5.600,00 per kg membuka peluang
pengembangan pasar pakan ikan bagi produk CV BAS yang masih mampu
menjual dengan harga di bawah Rp.4.600,00 per kg. Para petani ikan yang
tergabung dalam koperasi mencoba mengajak kerjasama pemasaran pakan ikan
27
Modal dan Aset Perusahaan
Modal Usaha
Awalnya usaha ini dilakukan dengan modal sendiri yang kecil dan
didukung dana investasi dari seorang Saudara sebesar Rp. 15 juta. Dengan modal
yang kecil, produksi ikan dilakukan dengan peralatan seadanya dan bahkan mesin
yang digunakan masih menyewa. Pada awalnya lahan yang diatasnya didirikan
bangunan sederhana untuk pembuatan pakan ikan adalah lahan milik mertua.
Selanjutnya setelah mencoba mengajukan pinjaman ke beberapa bank,
CV. Babelan Agro Sejahtera berhasil mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri.
Sampai saat ini, Bank Mandiri telah mengucurkan pinjaman sebanyak 3 (tiga) kali
sebagaimana tercantum pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Besar pinjaman yang diberikan Bank Mandiri kepada CV. BAS No. Tahun Besar Pinjaman (Rp)
1. 2006 30.000.000,00
2. 2008 50.000.000,00
3. 2010 60.000.000,00
Kesulitan mendapatkan pinjaman dialami CV, BAS hanya terjadi pada tahap
awal. Pinjaman yang kedua dan ketiga relative mudah karena sudah ada
kepercayaan. Bahkan saat ini Bank Mandiri telah menawarkan pinjaman yang
keempat meskipun pinjaman yang ketiga yang didapat tahun 2010 sampai saat
penelitian ini dilakukan belum lunas angsurannya.
Aset Perusahaan
Sejak akhir tahun 2011 CV. Babelan Agro Sejahtera telah memiliki lahan
sendiri dengan luas 500 m2. Di atas lahan tersebut berdiri bangunan permanen
untuk pabrik pakan dengan spesifikasi sebagaimana tertera pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Lahan dan Bangunan Perusahaan No. Lahan dan
Bangunan
Luas
(m2)
Harga
(Rp. Juta)
Tahun pembelian
/pembangunan
1. Lahan 500 50 2010
2. Bangunan
Bangunan
Utama
12x8
50
2009 akhir
Teras 12x2 2009 akhir
Ruang Oven 4x8 21
2011 akhir
Bangunan oven 1.2x6.8 2011 akhir
Sampai dengan tahun 2009 bangunan utama didirikan di atas lahan mertua,
setahun kemudian lahan tersebut dibeli, dan pada tahun 2011 akhir bangunan telah
dilengkapi dengan ruang oven. Aset berupa sejumlah alat dan mesin sebagai
tercantum pada Tabel 14 sebagai berikut :
28
Tabel 14. Mesin dan peralatan produksi pakan ikan No. Nama Mesin dan
Alat
Kapasitas
Produksi
Daya
(Watt)
Sumber energi Tahun
pembelian
Harga
(Rp juta)
1. Mesin giling 1 150 kg / jam 10000 Listrik PLN Awal 2011 6
2. Mesin giling 2 150 kg / jam 23 pk Listrik Diesel Pertengahan
2011
8
3. Mesin cetak pakan 100 kg / jam
150 kg / jam
10000 Listrik PLN Agt 2009 40
4. Alat pendingin 30 kg / 5 mnt 250 Listrik PLN 0.6
5. Oven dilengkapi
dengan Blower
90 kg / 30 mnt
350
Kayu bakar
Listrik PLN
Akhir 2011
5. Timbangan(2 unit) 500 kg 2003 & 2011 1.6
6. Mesin jahit Listrik PLN 2010 0.75
7. Sekop
Secara bertahap, mesin dan alat produksi mengalami peningkatan,
sehingga kapasitas produksi meningkat dan kualitas produk juga meningkat.
Persalahan yang menonjol adalah belum adanya mesin pencampur dan sering
terjadi kerusakan pada mesin cetak ikan. Pengusaha menyadari hal ini, namun
upaya untuk mengatasinya, yakni pengadaan mesin pencampur dan penambahan
mesin cetak pakan ikan memerlukan investasi yang besar. Hal ini sampai
sekarang belum bisa di atasi. Namun tawaran pinjaman dari bank mandiri dan
sumber modal sendiri telah diancangkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Perkembangan Asset Perusahan
Sebagaimana digambarkan di atas, asset milik perusahan terus
berkembang sejalan dengan perkembangan usaha dan meningkatnya kepercayaan
dari Bank Mandiri. Data perkembangan asset dapat disajikan pada Tabel 15
sebagai berikut :
Tabel 15 Perkembangan aset perusahaan Tahun Nama aset
2006 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen
2007 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen
2008 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen
2009 Mesin dan peralatan, bangunan permanen seluas 120 m2
2010 Mesin dan peralatan, lahan 500 m2bangunan permanen seluas 120 m2
2011 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2
2012 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2
Sejak 2006, perusahaan melakukan investasi mesin dan peralatan. Fokus
tersebut terus dilakukan sampai dengan tahun 2008. Sejak 2009, perusahaan
mulai melakukan investasi bangunan dengan membuat bangunan pabrik yang
permanen meskipun di atas lahan pinjaman. Selanjutnya pada tahun 2010 lahan
yang dipinjam tersebut dibeli, bahkan termasuk lahan sekitarnya hingga lahan
yang dimiliki seluas 500 m2. Terakhir pada akhir tahun 2011 yang lalu, bangunan
diselesaikan, yakni bangunan atau ruangan oven seluas 32 m2, berikut
membangun alat oven permanen.
29
Proses Produksi
Bahan Baku Pakan Ikan
Komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan
mengalami beberapa kali pergantian. Tepung ikan, dedak, dan vitamin
merupakan bahan pakan yang tetapu ada, sedangkan yang lainnya mengalami
pergantian. Penyebab pergantian adalah tuntutan peningkatan kualitas pakan,
masalah ketersediaan pasokan, dan masalah teknik pembuatan. Bahan baku pakan
ikan merupakan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri yang
berasal dari Bekasi dan sekitarnya. Pengadaan bahan baku dilakukan dengan cara
pesan antar dan sebagian lagi membeli sendiri.
Formulasi pakan ikan yang dilakukan CV. BAS menggunakan metode
diagonal (Pearson’s Square).. Data pembelian bahan baku pakan ikan berikut
formulasi (komposisi) pakan ikan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :
Tabel 16 Pembelian bahan baku pembuatan pakan ikan dan formulasinya.
No. Nama Bahan Asal Cara
pembelian
Frekuensi
pembelian
kapasitas
pembelian
Harga
satuan
(Rp/kg)
Komposisi
(%)
1. Ikan kering Bekasi, Jakarta Pesan antar mingguan 1.5 -2 ton 3.500 25
2. Bungkil sawit Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1 ton 2.300 16
3. Bungkil kopra Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1 ton 2.300 16
4. Bungkil Kedelai Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1.5 3700 18
5. Tepung Susu Cikarang Pesan antar 2-3 mingguan 1.5 ton 4.500 5
6. Dedak Babelan Beli sendiri 3 harian 1 ton 2.100 35
7. Vitamin Pulogadung Beli sendiri 50 kg 2 mingguan 12.000 0.5
8. Minyak ikan Pulogandung Beli sendiri 50 kg 2 mingguan 7.000 0.5
Kelangsungan dan perkembangan bisnis pakan ikan sangat tergantung dari
manajemen pasokan bahan baku, baik dari aspek kuantitas, kualitas, maupun
kontinuitas. Bahan baku yang terdiri dari 8 bahan tersebut belum dapat dikelola
dengan baik – sebagaimana terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan
No. Nama Bahan Keadaan Pasokan
Kuantitas Kualitas Kontinuitas
1. Ikan kering memenuhi kurang Kurang
2. Bungkil sawit memenuhi kurang Kurang
3. Bungkil kopra memenuhi kurang Kurang
4. Bungkil Kedelai memenuhi kurang Kurang
5. Tepung Susu memenuhi kurang Kurang
6. Dedak memenuhi memenuhi Memenuhi
7. Vitamin memenuhi memenuhi Memenuhi
8. Minyak ikan memenuhi memenuhi Memenuhi
Catatan :
keadaan kurang untuk kualitas berarti kadang-kadang memenuhi dan kadang-kadang kurang
memenuhi
keadaan kurang untuk kontinuitas berarti pasokan kadang-kadang kurang dari jumlah yang
dipesan.
Nampak pada Tabel 16, bahwa hanya 3 bahan baku yang benar-benar baik
keadaan pasokannya, yakni dedak, vitamin, dan minyak ikan. Bahan baku
30
lainnya sebanyak 5 (lima), yaitu ikan kering, bungkil sawit, bungkil kopra,
bungkil kedelai, dan tepung susu secara kuantitas memenuhi, namun kadang-
kadang kualitasnya kurang memenuhi dan belum tentu kontinu.
Pengadaan bahan baku ikan kering belum stabil, baik dari sisi kualitas,dan
kontinuitas. Kondisi ini terjadi karena ikan kering yang dijadikan bahan baku
adalah ikan-ikan kecil dan cacat yang tidak layak konsumsi yang dikumpulkan
dari para nelayan. Sisi lain aktivitas perikanan tangkap sangat tergantung dari
musim. Hasil tangkapan nelayan yang tidak menentu berimbas pada tidak stabil
jumlah ikan kecil dan cacat. Selama ini, bahan baku ini menjadi andalan CV.
BAS untuk mendapatkan sumber protein pakan ikan yang memadai dengan harga
murah. Upaya menambah sumber bahan baku ini telah dilakukan, namun belum
sesuai kebutuhan. Upaya untuk mengatasi masalah kualitas ikan kering, yakni
kadar air yang masih tinggi telah ada upaya yaitu dengan mengeringkan lagi
bahan baku ikan kering, karena biasanya kadar airnya masih perlu diturunkan.
Sedangkan untuk mengatasi masalah kuantitas, perusahaan mengambil langkah
untuk menambah stok tepung ikan dalam jumlah yang layak yakni dengan
membeli ikan kering dalam jumlah besar pada saat barang tersedia dan segera
mengeringkan dan menggiling menjadi tepung ikan. Masalah kontinuitas masih
menjadi masalah yang belum bisa diatasi secara optimal.
Upaya untuk mencari alternatif bahan baku pakan ikan berbasis lokal dan
produk sampingan masih terus dilakukan. Saat survey ini dilakukan misalnya,
CV. BAS mencoba menggunakan tepung bulu ayam sebagai substitusi tepung
ikan dan sekaligus meningkatkan kandungan protein pakan ikan. Beberapa kali
percobaan dengan variasi kandungan tepung bulu ayam telah dicoba, namun
belum memenuhi kualifikasi teknis, yakni tepung bulu ayam belum bisa
tercampur dengan baik, sehingga pelet mudah pecah.
Spesifikasi Produk
Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah jenis pakan ikan yang
tenggelam. Memproduksi pakan ikan yang tenggelam memerlukan teknologi
yang lebih sederhana dibandingkan pakan ikan yang terapung. Dengan demikian
total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan tenggelam lebih kecil
dibanding total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan terapung. Pakan
ikan yang tenggelam ini sering dikhawatirkan petani ikan karena dianggap tidak
dimakan ikan. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, pemberian pakan perlu
jadwal yang tepat sehingga ketika pakan ditebar ke kolam, ikan dalam keadaan
membutuhkan pakan sehingga pakan tersebut tidak sempat tenggelam karena
langsung dimakan ikan.
CV. BAS memproduksi pakan ikan dalam bentuk pelet dengan panjang 1
cm dan diameter 3 m dan 2.5 mm. Variasi diameter ini dapat dipenuhi dengan
mengganti komponen mesin cetak ikan, yaitu berupa lempengan besi tempat
keluarnya pelet. Mencetak pelet dengan diameter 2.5 mm memerlukan waktu
yang lebih lama dibanding mencetak pelet dengan diameter 3 mm. Pelet dengan
dua macam diameter tersebut memiliki komposisi kandungan nutrisi yang sama.
Pelet produksi CV. BAS memiliki kandungan protein kasar sebesar 25 persen.
Kandungan protein sesungguhnya berkisar 27-30 %, namun untuk menjaga
kemungkinan penurunan kualitas selama distribusi, perusahaan menyatakan
kandungan proteinnya sebesar 25 persen. Untuk keperluan budidaya ikan,
31
paremeter nutrisi yang paling penting dalam pakan ikan adalah protein. Dalam
pemasaran pakan ikan, kandungan protein inilah yang seringkali menjadi tolok
ukur kualitas pakan ikan.
Dengan komponen bahan baku dan formulasi yang dibuat, pakan ini cukup
memadai untuk pemeliharaan ikan di dalam jaring apung yang meliputi ikan patin,
ikan bawal dan ikan nila. Pernah ada petani ikan lele yang mencobanya, tapi
kurang cocok, karena kadar proteinnya kurang sehingga lambat dalam
pembesaran ikan lele. Produk dengan hanya satu macam kandungan protein
seperti ini menyebabkan keterbatasan pasar. Dengan demikian, perlu melakukan
strategi pengembangan produk untuk memperluas jangkauan pasar.
Tahapan Proses Produksi
Pakan ikan yang memerlukan 8 bahan baku yang diproduksi dengan
tahapan proses pengolahan sebagaimana terlihat pada gambar 5.
Ikan Rucah Kering Bahan Baku Lainnya
Tepung Ikan
Pelet Ikan
Gambar 5. Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan
Penggilingan I
Penggilingan II
Penimbangan
Pencampuran
Pengeringan
Pencetakan
Pendinginan
Pengemasan
Bahan Baku Lainnya
terdiri dari :
1. Bungkil kelapa atau
Bungkil sawit
2. Dedak
3. Tepung susu
4. Vitamin
5. Minyak Ikan
32
1. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan baku berupa ikan
rucah kering sebelum digiling. Meskipun ikan dibeli dalam keadaan kering,
namun sering kali tingkat kekeringannya belum cukup, sehingga perlu
dikeringka lagi. Dalam keadaan matahari bersinar terang, proses pengeringan
dilakukan dengan menjemur ikan di lantai jemur. Namun demikian oven juga
diperlukan untuk mempercepat pengeringan. Dalam kondisi sinar matahari
tidak bersinar terang, misal ketika mendung atau hujan atau pada sore/malam
hari, pengeringan sangat mengandalkan oven. Oven yang dipakai berjumlah
satu unit. Oven ini masih bersifat tradisional, mirip seperti tungku besar,
menggunakan bahan bakar kayu. Oven ini sengaja dipilih karena disekitar
lokasi banyak tersedia bahan bakar kayu, sehingga biaya energi lebih murah.
2. Penggilingan I
Penggilingan I adalah penggilingan ikan kering menjadi tepung ikan.
Penggilingan dilakukan dengan mesin giling bertenaga listrik.
3. Penimbangan
Semua bahan baku ditimbang sesuai dengan komposisi bahan yang telah
ditetapkan sebagai persiapan untuk pencampuran.
4. Pencampuran
Semua bahan baku yang telah disiapkan sesuai dengan berat yang ditentukan
dicampur di atas lantai dengan menggunakan sekop. Pencampuran ini masih
dilakukan secara manual, belum menggunakan mesin pencampur (mixer)
bertenaga listrik. Menurut perhitungan pengelola, mencampur secara manual
cukup efektif dan lebih ekonomis dibanding dengan mesin. Investasi mesin
pencampur dinilai oleh pemilik belum layak dilakukan.
5. Penggilingan II
Penggilingan tahap ke-2 dilakukan untuk menghaluskan semua bahan baku
pakan yang telah dicampur. Seperti pada penggilingan I, penggilingan ke-2
juga menggunakan mesin bertenaga listrik.
6. Pencetakan
Semua bahan baku yang telah dicampur dan digiling dimasukkan ke mesin
cetak pakan ikan bertenaga listrik. Pakan ikan berbentuk silinder dengan
panjang 1 cm dan diameter 2 -3 mm. Mesin ini memiliki kapasitas 100
kg/jam untuk pakan ikan berdiameter 2 mm dan 150 kg/jam untuk pakan ikan
berdiameter 3 mm.
7. Pendinginan
Pakan ikan yang tekah dicetak dalam keadaan panas, sehingga perlu
didinginkan. Alat pendingin pakan ikan ini sederhana, dan merupakan rakitan
dari pemilik usaha ini. Prinsip kerjanya adalah pakan ikan yang baru dicetak
dalam keadaan panas didinginkan dengan cara dikipasi. Kipas yang
digunakan adalah kipas angin biasa. Alat ini bisa mengatur sedemikian rupa
sehingga pakan ikan yang masih panas dapat dikipasi secara berurutan seperti
air yang mengalir.
8. Pengemasan
Pakan ikan yang telah dingin dikemas dengan karung plastic dan dijahit
dengan mesin jahit karung bertenaga listrik. Masing-masing kemasan berisi
pakan ikan seberat 50 kg. Pakan ikan jadi berupa pelet.
33
Kapasitas Produksi
Berdasarkan fasilitas bangunan, alat dan mesin pengolahan, serta
produktivitas tenaga kerja, CV. BAS mampu memproduksi pakan ikan sebesar 1
ton per hari. Namun rata-rata produksi hanya 600 – 700 kg per hari. Upaya untuk
meningkatkan kapasitas produksi telah dilakukan, yakni dengan cara
meningkatkan kapasitas mesin untuk meningkatkan produktivitas, menambah
jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan kapasitas penanganan bahan dan
operasional alat dan mesin, dan meningkatkan kualitas manajemen pasokan bahan
baku untuk mendapatkan bahan baku dalam jumlah yang cukup, berkelanjutan,
dan berkualitas.
Permasalahan yang masing sering muncul dalam upaya peningkatan
kapasitas produksi adalah :
1. Pengadaan Bahan baku belum stabil – sebagaimana telah diuraikan di atas.
2. Mesin pencetak pakan ikan terkadang rusak
Proses pembuatan pakan ikan terkadang harus berhenti karena kerusakan mesin
pencetak pakan ikan. Kerusakan akan semakin menghambat bila tidak bisa
ditangani sendiri. Selama ini pakan ikan yang telah dicampur harus segera
dicetak maksimal 2 hari. Lebih dari itu mutu produk menurun. Upaya untuk
mengatasi ini adalah dengan menambahkan campuran pakan lama (lewat dua
hari) sedikit demi sedikit ke dalam campuran pakan baru atau menambahkan
tepung susu pada campuran pakan lama. Upaya yang didambakan adalah
menambah mesin cetak pakan dengan kualitas yang lebih baik. Bila memiliki
2 unit mesin cetak, maka bila rusak satu masih bisa didikapai yang satunya
lagi, sehingga produksi tidak terhenti.
3. Permintaan pasar pakan ikan masih fluktuatif.
Dalam situasi tidak ada kendala bahan baku – terutama tepung ikan dan tidak
kendala kerusahan mesin cetak ikan, bukan berarti pakan ikan akan leluasa
untuk diproduksi. Ada permasalahan lain yang masih terjadi, yaitu permintaan
pasar yang fluktuatif. Dalam setahun permintaan pasar pakan ikan memiliki
masa ramai pada bulan April – November dan masa agak sepi pada bulan
Desember – Maret. Terutama pada masa agak sepi inilah perusahaan tidak bisa
leluasa mengoptimalkan kapasitas produksi karena permintaan pasar yang
terbatas. Hal ini memang masih menjadi kelemahan dalam pemasaran pakan
ikan ini yang masih mengandalkan produksi berdasarkan order dan jaringan
distribusi yang sangat tetbatas.
Pengendalian Mutu Pakan Ikan
Mutu pakan ikan sangat tergantung dari mutu bahan baku. CV. BAS
menggunakan bahan baku berbasis produk lokal dan produk sampingan perikanan
tangkap dan agroindustri. Pilihan ini menuntut pengendalian mutu yang ketat.
Upaya yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku yang
akan dipakai. Untuk mendapat bahan baku, ada 2 cara yang selama ini
berlangsung, yakni CV.BAS secara pro aktif mencari bahan baku, atau merespon
tawaran bahan baku dari pemasok. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman,
pengelola CV.BAS secara empiris dapat menduga kualitas bahan baku.
Sedangkan untuk lebih akurat, dilakukan uji laboratorium terhadap kandungan
nutrisi bahan baku. Bahan baku yang perlu mendapat perhatian serius adalah ikan
34
kering. Begitu sampai di perusahaan, kadar air ikan kering harus diperiksa. Bila
kurang kering, ikan harus segera dikeringkan atau dioven dan kemudian digiling.
Pengendalian mutu selama proses yang perlu dilakukan adalah perlunya
senantiasa menjaga kebersihan ruangan proses dan antisipasi penundaan proses
produksi akibat kerusakan mesin. Kerusakan mesin yang kadang terjadi adalah
mesin cetak, sehingga bahan baku yang telah dicampur terlambat dicetak.
Keterlambatan pencetakan pakan ikan ini akan menurunkan kualitas pakan secara
serius.
Bila proses produksi berjalan normal, selama ini tidak ada permasalahan
yang berarti pada kualitas produk. Pengusaha masih berpatokan bahwa pakan
yang dihasilkan telah cukup memadai sebagai pakan ikan bagi petani ikan dan
jarang terhaji complain dari pelanggan. Namun demikian karena masih sedikit
jumlah pengusaha pakan ikan skala kecil dan ketatnya persaingan dengan
pengusaha pakan ikan besar, sudah seharusnya pengusaha berpikir tentang
standarisasi kualitas pakan ikan. Termasuk diversifikasi produk pakan ikan
berdasar kandungan nutrisi sebagai upaya untuk merebut pangsa pasar yang lebih
besar.
Tenaga Kerja
Idealisme pengusaha untuk merekrut tenaga kerja putus sekolah atau
berpendidikan hanya lulus SD yang ada di sekitar lokasi tentu memiliki resiko.
Resikonya adalah ketrampilan pekerja juga kurang memadai sehingga harus
melatih dan mendampingi secara ketat. Sampai saat ini, kendali perusahaan masih
sepenuhnya dipegang oleh pemilik. Sehari hari pemilik mengurus pengadaan
bahan baku, keuangan, pemasaran dan mengendalikan produksi. Pernah dicoba
untuk mendelegasikan sebagian pengeloaan usaha kepada salah satu pekerja, tapi
belum sesuai dengan harapan. Sampai saat ini semua pekerja masih berada pada
kualifikasi operator.
Sisi lain, ada permasalahan secara mental, terutama pekerja yang masih
bujangan. Kebiasaan begadang pada saat hajatan, nonton layar tancep, dan
nonton dangdut masih sering dillakukan. Bila hal ini terjadi, pekerja malas
bekerja pada saat malam hari, bahkan juga malas bekerja saat siang hari.
Dilihat dari jumlah tenaga kerja, CV. BAS memiliki perkembangan
meskipun tidak pesat. Sejak usaha dimulai tahun 2003, perkembangan jumlah
tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 18 sebagai berikut :
Tabel 18 Perkembangan jumlah tenaga kerja No. Tahun Banyaknya Tenaga Kerja
1. 2003-2006 2
2. 2007 3
3. 2008-2009 4
4. 2010-2012 5
Catatan : Pemilik yang sekaligus direktur tidak dihitung sebagai tenaga kerja
Saat ini dengan jumlah pekerja sebanyak 5 orang, operasional produksi
dijalankan dengan 2 shift, yaitu shift siang melibatkan 3 orang pekerja dan shift
malam melibatkan 2 pekerja. Pekerja shift malam diberikan upah 2 kali lipat
35
daripada pekerja shift siang. Pekerja shift siang melakukan pekerjaan utama
berupa penggilingan, pencetakan, dan pendinginan Pekerja shif malam
melakukan pekerjaan utama yaitu pengeringan dan penggilingan.
Pemasaran.
Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah pakan ikan tenggelam
dengan kadar protein sebesar 24 %. Besaran kadar tersebut merupakan kadar
protein pakan ikan yang dinyatakan kepada pembeli. Kadar yang sebenarnya dari
hasil pemeriksaan lebih tinggi 2-3 %. Sedangkan kalau dari hasil perhitungan
formulasi pakan ikan, kadarnya mencapai 29.196 %. Pernyataan kadar protein
dibawah kadar yang sebenarnya tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya penurunan kadar protein selama distribusi.
Pakan ikan yang diproduksi dengan merek dagang Babelan Agro Sejahtera
dipasarkan di daerah Bandung dan Cianjur, yakni petani ikan di Waduk Cirata dan
Saguling. Umunya merupakan petani ikan bawal, patin, dan nila. Daerah tersebut
merupakan sentra petani ikan jaring apung. Konsumen di kedua wilayah tersebut
biasanya memesan pakan ikan lewat telepon dan produk diantar oleh CV. BAS.
Sebagian dipasarkan di Bekasi dan Bogor. Saat dilakukan penelitian CV. BAS
sedang diajak kerja sama distribusi oleh sebuah koperasi petani ikan di Bandung
dan agen di daerah Klaten Jawa Tengah. Pemasaran pakan ikan semuanya
berdasarkan pesanan. Untuk luar daerah Bekasi, seluruh pesanan diantar oleh CV.
BAS. Sedangkan pembeli dari Bekasi mengambil barang dengan kendaraan
sendiri.
Saat ini, pakan ikan dengan jenis dan kualitas yang sama dengan CV. BAS
dan beredar di Waduk Saguling dan Cirata dijual dengan harga Rp.5.500,00-
Rp.5.700,00 per kg. Sedangkan CV. BAS masih mampu menjual pakan ikan
dengan harga Rp.4.500,00 per kg. Melihat perbedaan harga yang sangat
signifikan tersebut, potensi pasar pakan ikan murah bermutu yang diproduksi oleh
CV. BAS masih besar. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan keluhan petani ikan
akan semakin mahalnya harga pakan ikan. Saat penelitian ini dilakukan, telah ada
permintaan kerjasama distribusi pakan ikan, yakni dari koperasi petani ikan di
daerah Bandung dan agen pakan ikan di daerah Klaten Jawa Tengah.
Melihat potensi tersebut, perusahaan harus segera mengambil langkah-
langkah perbaikan kinerja pemasarannya. Perusahaan perlu melakukan strategi
intensif, yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Minimasi Biaya Bahan Baku
Pakan ikan yang diproduksi oleh perusahaan besar umumnya memiliki
harga yang relative mahal. Sebagai industri kecil pakan ikan yang harus
berkompetisi dengan industri besar dalam memasarkan produknya, CV. BAS
berupaya memproduksi pakan ikan dengan kualitas standar dan harga jual yang
murah sebagai strateginya. Standar pakan ikan yang utama adalah kandungan
36
protein, yaitu sebesar 25 %. Pakan kualitas standar dan harga murah diharapkan
mampu menjawab keluhan petani ikan akan mahalnya harga pakan ikan. Untuk
mewujudkannya, maka biaya operasional perusahaan harus ditekan. Karena biaya
operasional perusahaan didominasi oleh biaya pengadaan bahan baku dengan
proporsi lebih dari 70 persen, maka biaya pengadaan bahan baku harus dapat
ditekan semaksimal mungkin.
Hal yang bisa dilakukan oleh CV. BAS adalah mengevaluasi formula
bahan baku penyusun pakan ikan, sedemikian rupa hingga kualitas bahan baku
tetap mampu memenuhi standar kualitas pakan ikan dan biaya pengadaannya
lebih kecil. Untuk itu dilakukan analisis minimasi biaya bahan baku dengan
metode simpleks. Metode simpleks sebagai salah satu metode di dalam programa
linier diimpelementasikan dalam kasus ini dengan sistematika sebagai berikut :
1. Formulasi persoalan
Tujuan : Minimasi Biaya Pembelian Bahan Baku
Variabel Keputusan : Persentase masing-masing bahan baku pakan ikan, yaitu
tepung ikan, bungkil sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai,
tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan.
Kendala : Batas minimal kandungan protein
Batas maksimal komponen tepung ikan, bungkil sawit,
bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung susu, dedak,
vitamin, dan minyak ikan.
Jumlah kandungan vitamin dan minyak ikan
2. Tabel Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan
Hasil observasi bahan baku pakan ikan dapat disajikan pada Tabel 19 berikut.
Tabel 19. Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Bahan Baku
(X)
Harga
(Rp/kg)
Kandungan Protein (%) Batasan Kandungan
Bahan Pakan Ikan (%)
Tepung Ikan (X1) 3500 50 maksimal 100
Bungkil sawit/kopra (X2) 2300 21 maksimal 25
Bungkil kedelai (X3) 3700 46 maksimal 35
Tepung susu (X4) 4500 32 maksimal 10
Dedak (X5) 2100 10 maksimal 35
Vitamin (X6) 12000 sama dengan 0.5
Minyak Ikan (X7) 7000 Sama dengan 0.5
Batas Minimal Kandungan Protein 29.196
Catatan :
Kandungan protein dan batasan kandungan bahan pakan ikan mengacu kepada berbagai
sumber dan CV.BAS
Batas minimal kandungan protein mengacu kepada hasil perhitungan kandungan protein hasil
formulasi CV.BAS yang menggunakan metode diagonal.
Kandungan protein merupakan indikator standar kualitas pakan yang utama. Sebelum
dihitung, CV BAS menyatakan bahwa pakan ikan produksinya mengandung protein sebesar
25 %, meskipun hasil uji laboratorium menunjukkan angka antara 27-30 %. Setelah dihitung
berdasarkan kandungan protein masing-masing bahan baku, ternyata kandungan protein pakan
sebesar 29,196 %. Angka ini kemudian dipakai sebagai standar kandungan protein minimal
dalam proses perhitungan minimasi biaya bahan baku pakan ikan.
37
3. Formulasi Model Matematis
Berdasarkan formulasi permasalahan dan hasil observasi di atas, maka dapat
disusun formulasi model matematis sebagai berikut :
Min Z = 3500X1 + 2300X2 + 3700X3 + 4500X4 + 2100X5 + 12000X6 + 7000X7
Batasan :
1. Minimal kandungan protein 50X1 + 21X2 + 46X3 + 32X4 + 10X5
>= 29.196
2. Jumlah kandungan X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 = 100
3. Maksimal komponen tepung ikan X1 <= 100
4. Maksimal komponen bungkil sawit/kopra X2 <= 25
5. Maksimal komponen bungkil kedelai X3 <= 35
6. Maksimal komponen tepung susu X4 <= 10
7. Maksimal komponen dedak X5 <= 35
8. Jumlah komponen vitamin X6 = 0.5
9. Jumlah komponen minyak ikan X7 = 0.5
10. Batasan non negative X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 > 0
4. Perhitungan
Data dihitung dengan modul linier programming yang ada dalam di software
POMforWINDOWS. Hasil olah data dengan software POMforWINDOWS
disajikan dalam gambar 6.
Linear Programming Result
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 RHS Dual
Minimize 3500 2300 3700 4500 2100 12000 7000
Constraint 1 50 21 46 32 10 0 0 >= 29,196 0
Constraint 2 1 1 1 1 1 1 1 = 100 -3500
Constraint 3 1 0 0 0 0 0 0 <= 100 0
Constraint 4 0 1 0 0 0 0 0 <= 25 1200
Constraint 5 0 0 1 0 0 0 0 <= 35 0
Constraint 6 0 0 0 1 0 0 0 <= 10 0
Constraint 7 0 0 0 0 1 0 0 <= 35 1400
Constraint 8 0 0 0 0 0 1 0 = ,5 -8500
Constraint 9 0 0 0 0 0 0 1 = ,5 -3500
Constraint 10 1 1 1 1 1 1 1 >= 0 0
Solution-> 39 25 0 0 35 ,5 ,5 277000
Gambar 6. Hasil olah data minimasi bahan baku pakan ikan dengan software
POMforWINDOWS
Baris solution pada gambar 6 menunjukkan persentase masing-masing
bahan pakan ikan dan harganya. Selanjutnya hasil olah data tersebut dibandingkan
dengan formulasi pakan ikan yang diterapkan CV. BAS seperti terlihat pada
Tabel 20.
38
Tabel 20 Perbandingan formulasi dan harga pakan ikan sebelum dan sesudah
minimasi
Nama
Bahan Pakan
Harga
(Rp/kg)
Perbandingan komposisi dan harga
Sebelum Minimasi Setelah Minimasi
Komposisi (%) harga (Rp) Komposisi (%) Harga (Rp)
Tepung Ikan 3500 25.00 875.00 39.00 1365.00
Bungkil
sawit/kopra 2300 16.00 368.00 25.00 575.00
Bungkil Kedelai 3700 18.00 666.00 0.00 0.00
Tepung Susu 4500 5.00 225.00 0.00 0.00
Dedak 2100 35.00 735.00 35.00 735.00
Vitamin 12000 0.50 60.00 0.50 60.00
Minyak ikan 7000 0.50 35.00 0.50 35.00
Jumlah 100 2964.00 100.00 2770.00
Catatan : Dalam prakteknya bungkil sawit dan bungkil kopra dipakai salah satu, tergantung
ketersediaan bahan di pasar.
Nampak pada Tabel 20 bahwa sebelum dilakukan minimasi dengan
programa linier, komposisi pakan ikan yang diterapkan di perusahaan, yaitu
tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, bungkil kedelai, tepung susu, dedak,
vitamin, dan minyak ikan masing-masing dengan proporsi 25 %, 16 %, 18 %, 5
%, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 % memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp.
2964,00/kg, Selanjutnya setelah dilakukan proses minimasi dengan tetap
mempertimbangkan kecukupan kandungan nutrisi pakan ikan komposisinya
menjadi tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, dedak, vitamin, dan minyak
ikan masing-masing dengan proporsi 39 %, 25 %, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 %
memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp. 2770,00/kg. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa harga pakan ikan CV. BAS masih sangat kompetitif,
sehingga tetap dapat mempertahankan harga, bahkan dapat menurunkan harga.
Dengan demikian CV. BAS masih memiliki kesempatan besar untuk bersaing
dengan perusahaan lain dari sisi harga.
Strategi tersebut perlu didukung dengan upaya mencari alternatif bahan
baku lainnya, terutama yang berada di sekitar lokasi perusahaan. Manajemen
pasokan perlu dibenahi agar bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan bisa
didapatkan secara lebih stabil dan terjamin, sehingga resiko kekurangan bahan
baku dan mutu bahan baku yang rendah dapat di atasi.
Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal
Perkembangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana
manajemen mengambil keputusan secara tepat. Keputusan yang tepat
membutuhkan informasi yang berkualitas, baik informasi terkait dengan
lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Hal ini penting karena
perkembangan perusahaan dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal.
Lingkungan internal aktivitas operasional CV. BAS mencakup kekuatan dan
kelemahan yang ada dalamnya, sedangkan lingkungan eksternal mencakup
peluang yang dapat diraih dan ancaman yang mungkin terjadi.
39
Lingkungan Internal Bidang Operasi CV. BAS
a. Kekuatan
1) Harga Jual Produk Kompetitif
Pakan ikan yang beredar di pasaran umumnya merupakan produksi
perusahaan besar dengan harga yang relative mahal. Pakan ikan dengan
kandungan protein sekitar 24 persen, umumnya dijual dengan harga tidak
kurang dari Rp.5.500,00 per kg untuk pakan ikan tengelam dan untuk pakan
ikan apung tidak kurang dari Rp.7000,00 per kg. Dengan harga sebesar
Rp.4.500,00 per kg diharapkan pakan ikan produksi CV. BAS memiliki
keunggulan untuk bersaing.
Hasil minimasi biaya bahan baku pakan ikan yang dilakukan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa biaya bahan baku masih dimungkinkan
untuk dikurangi bila CV.BAS melakukan pengaturan kembali formulasi
pakan ikannya yang didukung dengan upaya pengelolaan pasokan yang
lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa harga jual produk yang kompetitif
ini masih menjadi kekuatan CV. BAS yang dapat diandalkan.
2) Bahan Baku berbasis lokal dan produk sampingan
Salah satu penyebab mahalnya harga pakan ikan produksi
perusahaan besar adalah karena bahan baku utamanya, yakni sumber protein
yang berupa tepung ikan masih tergantung pada impor yang harganya
cenderung semakin mahal.
Dengan memproduksi bahan baku berbasis lokal dan produk
sampingan, CV. BAS mampu menekan biaya bahan baku yang proporsinya
mencapai sekitar 74 % dari total biaya. Hasil analisis minimasi
menunjukkan bahwa bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan ini
harus dipertahankan bahkan dikembangkan untuk mendapatkan formulasi
pakan ikan yang berkualitas dengan harga yang murah. Hal ini akan
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi perusahaan untuk
mempertahankan biaya bahan baku yang rendah sebagai faktor penting
dalam mewujudkan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk.
b. Kelemahan
1) Kapasitas Produksi Terbatas
CV. BAS sebenarnya mampu memproduksi pakan ikan sebanyak 1
ton per hari. Hal ini didasarkan kemampuan alat dan mesin, serta
produktivitas tenaga kerja. Selain itu produksi sebanyak itu memang
kadang-kadang dilakukan untuk memenuhi pesanan. Namun demikian
kapasitas produksi sebesar 1 ton per hari tentu masih sangat terbatas bila
dibandingkan dengan peluang pasar yang seharusnya biasa diraih. Ini tentu
menjadi kelemahan bagi CV. BAS bila akan memperluas pasar.
Kelemahan yang masih ada pada CV. BAS adalah keadaan salah
satu mesin, yaitu mesin cetak pakan ikan yang terkadang rusak hingga waktu
produksi tertunda. Hal ini semakin menurunkan kapasitas produksi. Sisi
lain kapasitas produksi juga dibatasi oleh pasokan bahan baku yang belum
stabil.
40
2) Jaringan Distribusi Terbatas
Perusahaan besar umumnya memiliki jaringan distribusi luas dan
kuat serta memberikan kemudahan tempo pembayaran kepada petani ikan.
Sementara jaringan distribusi CV. BAS masih terbatas dan belum punya
kemampuan memberikan kemudahan tempo pembayaran. Distribusi produk
belum menjalin kerjasama dengan agen dan kelompok petani ikan.
Jaringan distribusi yang masih terbatas ini menjadi kendala yang
serius bagi CV. BAS untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Bila
permasalahan terkait mesin produksi bisa diatasi dan pasokan bahan baku
bisa dikelola dengan baik, tidak dengan sendirinya CV. BAS leluasa
meningkatkan kapasitas produksinya mengingat daya serap pasar masih
terbatas akinat jaringan distribusi yang masih terbatas.
Lingkungan Eksternal Bidang Operasi CV. BAS
a. Peluang
1) Potensi pasar pakan ikan murah bermutu masih besar
Keluhan petani ikan terhadap mahalnya harga pakan ikan sudah
lama terjadi. Akhir-akhir ini keluhan tersebut semakin sering terdengar
karena harga pakan terus naik. Petani ikan sangat mengharapkan adanya
pakan bermutu standar dengan harga yang lebih murah.
CV. BAS mendapatkan informasi tersebut bukan hanya dari media,
tapi secara langsung di lapangan ketika rutin menjual produknya dan
kadang-kadang mempromosikan produknya. Peluang ini dapat dijadikan
CV. BAS untuk mengembangkan bisnisnya. Apalagi kenaikan harga
pakan ikan diprediksi akan masih terus terjadi.
2) Terbukanya peluang kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen
Salah kunci sukses pengusaha besar dalam memasarkan produknya
adalah karena menjalin kerjasama dengan agen yang tersebar di sentra-
sentra petani ikan. Peluang ini terbuka untuk CV. BAS bila ingin
mengembangkan pemasaran produknya.
Permintaan kerjasama distribusi pakan ikan sudah diajukan oleh
sebuah koperasi petani ikan dengan berkunjung langsung ke CV.BAS.
Selain itu juga perseorangan yang mengajukan permintaan sebagai agen.
Peluang ini harus segera ditindaklanjuti bila CV. BAS akan
mengembangkan usahanya.
b. Ancaman
1) Jaringan Distribusi Pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran
Perusahaan pesaing yang umumnya merupakan perusahaan besar
memiliki jaringan distribusi yang luas, kuat dan memberikan kemudahan
pembayaran membuat CV.BAS sulit menembus pasar pakan ikan,
terutama di sekitar Waduk Saguling dan Waduk Cirata yang menjadi
lokasi utama pemasaran karena merupakan sentra petani ikan jarring
apung. Sampai saat ini CV. BAS belum mampu mengimbangi keunggulan
yang dimiliki perusahaan pesaing tersebut, sehingga merupakan ancaman
yang berarti.
41
2) Pasokan Bahan Baku Utama belum stabil
Bahan baku utama pakan ikan adalah bahan baku yang menjadi
sumber protein, yaitu tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil sawit, dan
bungkil kopra. Selama ini kualitas bahan baku tersebut belum stabil
sehingga perusahaan terkadang harus mencari sumber bahan baku
alternatif yang memenuhi standar mutu.
Selain itu, meskipun secara kuantitas terpenuhi, kadang-kadang
bahan baku belum tentu tersedia secara kontinu. Kontinuitas pasokan ikan
kering sebagai bahan baku tepung ikan tergantung kelancaran aktivitas
perikanan tangkap yang harus mempertimbangkan musim dan cuaca
kurang. Bungkil sawit, kopra, dan kedelai – meskipun dalam kadar yang
lebih ringan masalahnya, kadang-kadang ada masalah dengan kontinuitas.
Analisis Matriks IFE
Faktor-faktor yang menyusun matriks IFE adalah faktor-faktor internal
yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan bidang operasi CV.
BAS terdiri dari : Harga Produk Kompetitif dan Bahan baku berbasis lokal dan
produk sampingan. Sedangkan faktor kelemahan terdiri dari : kapasitas produksi
terbatas dan jaringan distribusi terbatas. Hasil analisis matriks IFE dapat dilihat
pada Tabel 21.
Tabel 21 Hasil analisis matriks IFE Faktor Internal
Bobot
(A)
Rating
(B)
Skor
(AxB)
KEKUATAN
1.Harga Jual Produk Kompetitif 0,3 4 1.20
2.Bahan Baku berbasis lokal dan produk sampingan 0,25 4 1.00
KELEMAHAN
1.Kapasitas Produksi Terbatas 0,20 2 0,40
2.Jaringan Distribusi Terbatas 0,25 2 0,50
TOTAL 1,00 12 3.10
Berdasarkan hasil perhitungan Matriks IFE pada Tabel 14, bahwa factor
harga produk kompetitif (1.20) lebih kuat dibanding Bahan baku berbasis lokal
dan produk sampingan (1.00). Tanpa harga produk yang kompetitif, pakan ikan
produksi CV.BAS tidak akan mampu memiliki daya saing. Bila harganya sama
dapat dipastikan petani ikan akan memilih pakan ikan produksi perusahaan besar
karena lebih dipercaya.
Pada faktor kelemahan, jaringan distribusi yang terbatas (0.50) lebih perlu
mendapat perhatian dibanding kapasitas produksi terbatas (0.40). Hal ini
dikarenakan untuk meningkatkan kapasitas perlu didahului dengan jaminan pasar.
Jaminan pasar dapat terwujud bila jaringan distribusi diperbaiki.
Bobot skor total matriks IFE adalah 3.10. Hal ini menunjukkan bahwa CV.
BAS memiliki posisi internal yang kuat, artinya bahwa perusahaan telah mampu
42
menggunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan. Tentunya
kondisi ini masih perlu dioptimalkan karena masih ada ruang untuk peningkatan.
Analisis Matriks EFE
Matrik EFE berguna untuk mengetahui sebererapa besar faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi usaha CV.BAS. Faktor eksternal terdiri dari
peluang dan ancaman. Peluang CV. BAS adalah pangsa pasar pakan ikan
murah bermutu masih luas dan kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen.
Sedangkan ancamannya adalah Jaringan distribusi pesaing luas dan ada
kemudahan pembayaran dan pasokan bahan baku utama belum stabil. Hasil
analisis matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Hasil analisis matriks EFE Faktor Eksternal
Bobot
(A)
Rating
(B)
Skor
(AxB)
PELUANG
1. Potensi pasar pakan ikan murah bermutu masih besar 0,25 3 0,75
2. Kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen 0,20 3 0,60
ANCAMAN
1. Jaringan distribusi pesaing luas dan ada kemudahan
pembayaran 0,25 2 0,50
2. Pasokan bahan baku Utama belum stabil 0,30 2 0.60
TOTAL 1,000 11 2,45
Berdasarkan hasil perhitungan Matriks EFE pada Tabel. Dapat dilihat
bahwa pada faktor peluang, potensi pasar pakan ikan murah bermutu masih besar
(0.75) lebih tinggi skornya dibanding kerjasama distribusi dengan koperasi dan
agen (0.60). Peluang pasar pakan ikan murah bermutu menjadi daya tarik sangat
penting bagi CV.BAS ketika mulai merintis usahanya dan ketika akan
mengembangkannya.
Pada faktor ancaman, pasokan bahan baku utama belum stabil (0.60)
menjadi ancaman yang lebih serius dibanding jaringan distribusi pesaing luas
dan ada kemudahan pembayaran (0.5) dan. Bobot skor total diperoleh adalah 2,45.
Hal ini menunjukkan bahwa CV. BAS memiliki posisi eksternal rata-rata
(sedang), artinya bahwa perusahaan ini memiliki kemampuan merespon tergolong
cukup dan belum menggunakan secara optimal peluang-peluang yang ada untuk
mengatasi ancaman.
Analisis Matriks IE
Matriks IE merupakan matrik yang menggabungkan bobot skor Matriks
IFE dan Matriks EFE untuk melihat posisi sel CV. BAS. Jika posisi sel telah
diketahui, maka diketahui pula strategi apa yang harus dilakukan oleh perusahaan.
43
Perhitungan Matriks IFE mununjukkan bahwa bobot skornya adalah 3.10
dan dari Matriks EFE didapatkan bobot skor 2,45. Hasil pemetaan matriks IE
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hasil matriks IE
Bidang operasi CV. BAS menempati posisi sel IV, berarti menggambarkan
bahwa posisi CV. BAS berada pada posisi grow and build (tumbuh dan
membangun). Menurut David (2011) strategi yang tepat bagi usaha yang berada di
sel ini adalah integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal,
penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
Analisis Matriks SWOT
Setelah dilakukan analisis matriks IFE dan EFE yang menghasilkan
matriks IE – kemudian disusun matriks SWOT untuk merumuskan strategi-
strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah teridentifikasi
dari CV. BAS. Perumusan strategi operasi CV.BAS tercantum pada Tabel 23.
Matriks strategi hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang
yang dapat dirumuskan sebagai hasil mempertimbangkan Kekuatan-Peluang,
Kekuatan-Ancaman, Kelemahan-Peluang, dan Kelemahan-Ancaman adalah :
1. Mempertahankan harga jual (S1,O1,O2)
2. Peningkatan kapasitas produksi (S2,O1,O2)
3. Promosi berbasis harga murah (S1,T1)
4. Meningkatkan Stabilitas Pasokan Bahan Baku (S2,T2)
5. Penambahan Mesin Produksi (W1, O1)
6. Realisasi Kerjasama Distribusi (W2,O1,O2)
7. Pengembangan SCM (W1,W2,T1,T2)
8. Mengembangkan jaringan distribusi (W2,T1)
Kuat
3,0 – 4,0
Sedang
2,0 – 2,99
Lemah
1,0 – 1,99
Tinggi
3,0 – 4,0
3,0
(I)
(II)
(III)
Sedang
2,0 – 2,99
2,0
(IV) (V) (VI)
Rendah
1,0 – 1,99
1,0
(VII)
(VIII)
(IX)
4,0
3,0 2,0 1,0 3.1
0
Skor Bobot Total IFE S
kor
Bob
ot
Tota
l E
FE
2.45
44
Tabel 23 Matriks strategi hasil analisis SWOT
Eksternal
Internal
Peluang Ancaman
1. Pangsa pasar pakan ikan
murah bermutu masih luas
2. Kerjasama distribusi dengan
koperasi dan agen
1. Jaringan Distribusi Pesaing
luas dan ada kemudahan
pembayaran
2. Pasokan Bahan Baku Utama
belum stabil Kekuatan
1. Harga Jual Produk
Kompetitif
2. Bahan Baku berbasis
lokal dan produk
sampingan
Mempertahankan harga jual
(S1,O1,O2)
Peningkatan kapasitas
produksi (S2,O1,O2)
Meningkatkan daya saing
produk berbasis harga murah
(S1,T1)
Meningkatkan Stabilitas Pa-
sokan Bahan Baku (S2,T1,T2
Kelemahan
1. Kapasitas Produksi
Terbatas
2. Jaringan Distribusi
Terbatas
Penambahan Mesin Produksi
(W1, O1)
Realisasi Kerjasama
Distribusi (W2,O1,O2)
Pengembangan SCM
(W1,W2,T1,T2)
Mengembangkan jaringan
distribusi (W2,T1)
Berdasarkan cakupan dari masing-masing strategi dan kemudian
didiskusikan dengan pengelola CV. BAS, maka 8 strategi tersebut dapat diringkas
menjadi 3 strategi. Strategi 1 digabung dengan strategi 3. Strategi 2 dan 5
digabungkan. Strategi 4, 6, 7, dan 8 digabungkan. Dengan demikian maka,
strategi yang dapat dirumuskan menjadi 3, yaitu (1) mempertahankan harga jual
(2) peningkatan kapasitas produksi, dan (3) pengembangan SCM.
(1) Mempertahankan harga jual,
Mempertahankan harga jual adalah strategi yang perlu dilakukan CV. BAS
dalam menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi
ancaman. Harga jual produk kompetitif (S1) harus dimanfaatkan untuk meraih
pangsa pasar pakan ikan murah bermutu yang masih luas (O1) dan
menghadapi ancaman jaringan distribusi pesaing yang luas dan memberikan
kemudahan tempo pembayaran (T1).
(2) Peningkatan Kapasitas Produksi
Peningkatan kapasitas produksi adalah strategi operasi yang harus dijalankan
oleh CV. BAS dalam rangka menggunakan kekuatan untuk meraih peluang,
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi
ancaman. Bahan baku lokal dan berbasis produk sampingan dengan kualitas
standar dan harga murah harus digunakan untuk memacu peningkatan
kapasitas produksi untuk meraih pangsa pasar pakan ikan murah berkualitas
yang masih terbuka (O1) dan menjalin kerjasama dengan koperasi dan agen
(O2). Selanjutnya Kapasitas produksi terbatas (W1) harus ditingkatkan untuk
memanfaatkan pasar pakan ikan murah berkualitas yang masih terbuka (O1).
(3) Pengembangan Suplly Chain Management (SCM)
Pengembangan SCM adalah strategi operasi yang harus dilakukan dalam
rangka menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi
ancaman, serta meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan
menghadapi ancaman. Melalui pengembangan SCM, Bahan Baku berbasis lokal
dan produk sampingan (S2) dapat digunakan untuk menghadapi ancaman pasokan
bahan baku utama belum stabil (T2). Kapasitas produksi terbatas (W1) harus
ditingkatkan dalam kerangka pengembangan SCM untuk menghadapi Jaringan
Distribusi Pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran (T1) dan pasokan bahan
45
baku yang belum stabil (T2). Melalui pengembangan SCM Jaringan Distribusi
yang Terbatas (W2) dapat diatasi agar pemasaran produk lancar dan perusahaan
mampu mengatasi ancaman pasokan bahan baku yang belum stabil (T2).
Analisis Pengembangan Strategi Operasi CV. BAS
Penyusunan Konstruksi AHP
Konstruksi AHP dalam perumusan strategi CV, BAS disusun menjadi 3
(tiga) level hirarki, yaitu : (1) Level pertama ditetapkan sebagai tujuan yang akan
dicapai, yaitu strategi operasi yang optimal, (2) Level kedua kriteria-kriteria yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, yaitu biaya, kualitas, pengiriman, dan
fleksibilitas, dan (3) alternatif-alternatif yang akan dievaluasi di bawah kriteria,
yaitu mempertahankan harga, dan peningkatan kapasitas produksi, dan
pengembangan SCM . Struktur hirarki pengembangan strategi operasi CV. BAS
dapat dilihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8 Konstruksi analisis hierarki proses
Strategi operasi yang optimal dirumuskan sebagai tujuan sebagaimana
tujuan dari riset ini adalah untuk merumuskan strategi operasi untuk
meningkatkan daya saing produk.
Kriteria sebanyak 4 (empat) merupakan prioritas kompetitif dalam strategi
operasi meliputi biaya(cost), kualitas (quality), fleksibilitas (flexibility), dan
pengiriman (delivery). Keempat dimensi strategi tersebut bukanlah strategi yang
saling meniadakan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan yang terpadu
dan saling memperkuat.
Alternatif yang terdiri dari 3 (tiga) strategi, yaitu mempertahankan harga,
dan peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan SCM merupakan hasil
dari analisis SWOT.
Prioritas Kriteria dan Strategi
Berdasarkan data kuisioner yang kemudian diolah dengan software super
decision, hasil dari AHP dapat disajikan pada gambar 9.
a. Prioritas Kriteria Strategi Operasi CV. BAS
Biaya
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Kualitas
Mempertahankan
Harga Produk
STRATEGI OPERASI
YANG OPTIMAL
Pengiriman
Pengembangan
SCM
Fleksibilitas
Tujuan
Kriteria
T
uj
u
a
n Alternatif
Tuj
ua
n
46
Sebagaimana terlihat pada Gambar 9, bahwa dari 4 (empat) kriteria yang
harus diperhatikan dalam menjalankan strategi operasi, masing-masing memiliki
bobot yang berbeda dengan urutan prioritas, yaitu kualitas (0.473), pengiriman
(0.230), fleksibilitas (0.184), dan biaya (0.113).
Gambar 9 Hasil analisis hierarki proses
Strategi biaya adalah produksi dan distribusi sebuah produk dengan biaya
terendah dan sumber daya tersisa (waste resources) yang minimum. Strategi ini
mencerminkan prioritas perusahaan pada efisiensi biaya agar mampu
berkompetisi berbasis pada biaya. Strategi kualitas didefinisikan sebagai aktivitas
perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi atau
memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi fleksibilitas didefinisikan sebagai
kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk, jasa dan proses.
Sedangkan strategi pengiriman didefinisikan sebagai keandalan dalam memenuhi
jadwal pengiriman yang diminta dan dijanjikan, atau kecepatan dalam merespon
pemesanan konsumen
Kriteria kualitas dengan bobot terbesar menunjukkan bahwa kualitas
pakan ikan produksi CV. BAS merupakan hal yang harus mendapat perhatian
utama dalam persaingan, apalagi bersaing dengan produk dari perusahaan besar
yang biasanya lebih dipercaya standar kualitasnya dibanding usaha kecil. Kriteria
ini menuntut perusahaan harus memproduksi produk yang sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan konsumen, yaitu kandungan protein tidak kurang dari
25 %, warna yang lazim, dan bau yang lazim.
Kriteria kedua adalah pengiriman. CV. BAS harus berupaya semaksimal
mungkin untuk mengirim pakan ikan sesuai waktu yang diminta petani ikan atau
dijanjikan CV. BAS secara tepat waktu. Hal ini penting untuk menjaga kualitas
layanan kepada pelanggan. Kriteria fleksibilitas terkait dengan kemampuan
merespon perubahan dalam produk dan proses. Pengiriman dan fleksibilitas
sering menjadi 2 kriteria dalam strategi operasi yang harus dperhatikan CV. BAS
dalam waktu bersamaan ketika merespon pesanan konsumen yang menuntut
jumlah lebih besar dari kapasitas standar dan waktu penyelesaian dan pengiriman
yang lebih cepat. CV. BAS punya mekanisme kerja lembur untuk merespon
Biaya
(0.113)
Peningkatan
Kapasitas Produksi
(0.215)
Kualitas
(0.473)
Mempertahankan
Harga Produk
(0.225)
STRATEGI OPERASI
YANG OPTIMAL
Pengiriman
(0.230)
Pengembangan
SCM
(0.560)
Fleksibilitas (0.184)
Tujuan
Kriteria
T
uj
u
a
n Alternatif
Tuj
ua
n
47
pesanan yang melebihi kapasitas normal. Sedangkan untuk pengiriman CV. BAS
mampu mengirim dengan alat transportasi yang ada.
Biaya sebagai kriteria dengan prioritas terakhir yang harus
dipertimbangkan dalam strategi operasi CV. BAS. Aktivitas yang menonjol
untuk mewujudkan kriteria ini adalah pada pengadaan bahan baku yang berbasis
lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. CV. BAS
berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan bahan baku berkualitas
dengan harga murah karena hal ini menjadi senjata untuk bersaing. Tapi sisi lain
untuk memenuhi kriteria kualitas yang sesuai, pengiriman yang cepat, dan
pesanan yang fleksibel, CV. BAS kadang-kadang harus menambah biaya.
b. Prioritas Strategi Operasi CV. BAS.
Tiga aternatif strategi operasi CV. BAS masing masing memiliki bobot
yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 9. Untuk mengimplementasikannya,
prioritas strategi operasi CV. BAS disesuaikan dengan skornya dengan urutan
sebagai berikut : pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225)
dan peningkatan kapasistas produksi (0.215). Implementasi 3 (tiga) strategi
operasi tersebut adalah sebagai berikut :
1). Pengembangan SCM
Pengembangan SCM adalah strategi yang relevan dengan lingkungan
internal mencakup kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal
perusahaan mencakup peluang dan ancaman. Hasil analisis matriks IE dalam
analisis SWOT, dimana bidang operasi CV. BAS menempati posisi sel IV,
berarti menggambarkan growth and build (tumbuh dan membangun).
Menurut David (2011) strategi yang tepat bagi usaha yang berada di sel ini
adalah integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal,
penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Pemberian
prioritas pertama terhadap pengembangan SCM bagi CV. BAS dalam
menerapkan strategi operasi yang optimal untuk meningkatkan daya saing
produknya ini sejalan dengan hasil analisis matriks IE di atas.
Rekomendasi analisis minimasi biaya produksi bahwa reformulasi pakan
ikan dapat dilakukan dan mampu menurunkan biaya pembelian bahan baku
memerlukan dukungan pasokan bahan baku yang lebih stabil. Upaya
menstabilkan pasokan bahan baku merupakan bagian sangat penting dalam
pengembangan SCM.
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan strategi pengembangan SCM, yaitu :
Meningkatkan kualitas manajemen pasokan bahan baku untuk menjamin
kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pasokan.
Perbaikan perencanaan persediaan bahan baku, untuk mewujudkan tingkat
persediaan bahan baku yang optimal sehingga meminimalkan resiko
kekurangan dan kelebihan bahan baku.
Menambah mesin cetak pakan ikan dan memperbaiki pemeliharaannya
untuk menghindari tertundanya waktu proses sehingga terhindar dari
resiko kerusakan pakan dan tertundanya waktu pemenuhan pesanan.
Membangun jaringan distribusi dengan segera menindaklanjuti permintaan
kerjasama yang diajukan oleh koperasi petani ikan dan agen, serta
membuka jaringan lainnya untuk pengembangan pasar.
48
Mengindentifikasi resiko-resiko SCM meliputi pengadaan bahan baku,
penanganan bahan selama berada di pabrik, dan distribusi produk serta
merumuskan langkah antisipasinya.
2). Mempertahankan harga produk
Sampai saat ini pasar pakan ikan masih didominasi perusahaan besar
dengan harga relative mahal. Dengan demikian mempertahankan harga
produk agar mampu berkompetisi di pasar adalah pilihan strategi yang harus
dilakukan. Berdasarkan analisis minimasi biaya bahan baku, strategi ini masih
dapat dipertahankan, bahkan bila diperlukan harga masih mungkin
diturunkan. Implementasi strategi ini relative mudah dilakukan karena
selama ini CV. BAS telah berkomitmen untuk menjual produk dibawah rata-
rata harga pasaran.
Mengacu kepada rekomendasi David (2011), strategi mempertahankan
harga produk ini harus didukung dengan integrasi ke depan, dengan
memperbaiki manajemen pasokan agar kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
bahan baku terjamin. Kaitannya dengan distribusi produk, perusahaan perlu
melakukan integrasi ke belakang dan pengembangani pasar. Petani ikan yang
masih sering mengeluhkan harga pakan ikan yang cenderung semakin mahal
sebagai bukti masih terbukanya pasar perlu dijadikan sasaran promosi agar
lebih mengenal pakan ikan murah bermutu yang diproduksi CV. BAS.
3). Peningkatan Kapasitas Produksi
Bagi CV. BAS, peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan bila ada
jaminan pasar dan jaminan pasokan bahan baku yang menjadi bagian utama
dari strategi pengembangan SCM. Bila hal itu telah dilakukan maka dalam
jangka pendek, peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan
meningkatkan produksi sampai dengan kemampuan optimal yang bisa dicapai
yaitu 1 ton per hari. Bila ini dapat dilakukan, maka CV. BAS akan dapat
meningkatkan kapasitas produksinya minimal 40 persen. Dalam jangka
menengah CV. BAS dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan
menambah jumlah mesin produksi sekaligus mengoptimalkan ruangan pabrik.
Dalam jangka panjang, peningkatan kapasitas produksi memerlukan perluasan
pabrik. Hal ini masih dimungkinkan mengingat luas bangunan baru sekitar 32
persen dari total luas lahan yang telah dimiliki.
Prioritas strategi operasi tersebut nampak cukup realistis. Pengembangan
SCM mendapat prioritas pertama karena menjadi syarat utama dalam melakukan
peningkatan kapasitas produksi yang mendapat prioritas ketiga. Sedangkan
mempertahankan harga jual produk yang mendapat prioritas kedua merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi dalam strategi operasi untuk meningkatkan daya
saing.
Impementasi ketiga macam strategi operasi tersebut harus
mempertimbangkan empat kriteria, dengan urutan prioritas adalah : (1) kualitas,
(2) pengiriman, (3) fleksibilitas, dan (4) biaya. Implementasi dari strategi dengan
mempertimbangkan 4 kriteria tersebut dapat dijelaskan dengan matriks sebagai
mana ditunjukkan pada Tabel 24 berikut :
49
Tabel 24. Matriks Implementasi Strategi berdasar kriteria Strategi 1 :
Pengembangan SCM
Strategi 2 :
Mempertahankan
Harga Jual
Strategi 3 :
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Kriteria 1 :
Kualitas
Pengembangan SCM
dilakukan dengan
pengendalian kualitas bahan
baku, proses, dan produk
jadi.
Harga jual dipertahankan
dengan cara minimasi biaya
bahan baku dengan tetap
memperhatikan standar
kualitas.
Peningkatan kapasitas
produksi harus didukung oleh
ketersediaan baku dengan
kualitas yang standar serta
penetrasi dan pengembangan
pasar yang menginginkan
pakan ikan murah
berkualitas.
Kriteria 2 :
Pengiriman
Pengembangan SCM
terutama hubungannya
dengan pelanggan antara lain
diwjudkan dengan
pengiriman produk kepada
pelanggan tepat waktu
Harga jual tetap harus
dipertahankan dengan tetap
melalukan pengiriman
produk tepat waktu sesuai
kesepakatan dengan
pelanggan
Peningkatan kapasitas
produksi perlu dibarengi
dengan upaya menjaga
pengiriman produk tepat
waktu, dengan meningkatkan
kinerja produksi dan
pemasaran.
Kriteria 3 :
Fleksibilitas
Pengembangan SCM harus
dilakukan secara fleksible
dalam menghadapi
ketidakstabilan pasokan,
mengantisipasi permasalahan
produksi, dan merespon
permintaan pelanggan.
Dalam hal biaya operasional
naik karena menerapkan
fleksibilitas, harga jual tetap
dipertahankan untuk menjaga
hubungan dengan pelanggan,
meskipun margin keuntungan
berkurang
Peningkatan kapasitas
produksi dengan tetap
menjaga fleksibilitas perlu
didukung oleh manajemen
bahan baku yang baik,
produktivitas tenaga kerha,
dan kehandalan mesin
produksi.
Kriteria 4 :
Biaya
Pengembangan SCM tetap
harus memperhatikan
penghematan biaya
operasional, namun demikian
penambahan biaya harus
dipersiapkan bila diperlukan
dalam pengembangan SCM.
Minimasi biaya dengan tetap
menjaga kualitas produk dan
layanan perlu dilakukan
dalam rangka
mempertahankan harga jual
produk
Peningkatan kapasitas
produksi yang didukung oleh
peningkatan manajemen
bahan baku, produksi, dan
pemasaran, harus
memperhatikan minimasi
biaya.
Implementasi strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk
memerlukan dukungan biaya yang cukup besar. CV. BAS memiliki kesempatan
untuk itu. Selain dengan modal sendiri, CV. BAS dapat memanfaatkan dana dari
perbankan. Perusahaan ini telah mendapat kepercayaan dari Bank Mandiri dan
bakan telah mendapat tawaran pinjaman dari Bank Mandiri karena telah tiga kali
mendapat pinjaman dari Bank tersebut dan lancar dalam pengembalian.
Penghargaan yang didapatkan oleh pemilik usaha ini sebagai wirausahawan yang
sukses semakin memperkuat kepercayaan Bank tersebut.
Implikasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 alat analisis, yaitu analisis minimasi,
analisis SWOT, dan AHP. Hasil dari penelitian ini adalah reformulasi pakan ikan
dengan biaya yang lebih kecil, pemetaan bidang operasi CV. BAS ke dalam sel IV
matriks IE, 3 rumusan strategi operasi hasil matriks SWOT, dan penyusunan
prioritas strategi yang mempertimbangkan prioritas kriteria hasil AHP. Implikasi
teoritis dalam penelitian ini adalah :
50
1. Analisis minimasi dengan metode simpleks sebagai salah satu alat analisis
dalam program linier dalam formulasi pakan ikan terbukti mampu
menghasilkan formulasi pakan ikan baru dengan kualitas yang sama atau lebih
baik dan dengan biaya yang lebih kecil bila dibandingkan dengan metode yang
dipakai oleh perusahaan, yaitu metode square pearson. Hal sesuai dengan
kelebihan yang dimiliki program linier, yaitu kemampuan menyusun
formulasi pakan ikan dengan jumlah bahan baku yang lebih banyak dan biaya
minimal.
2. Penggunaan program linier dalam identifikasi faktor internal dalam analisis
SWOT dilakukan sebagai upaya memperkuat informasi, sehingga analisis
SWOT tidak hanya berdasarkan hasil identifikasi berbasis analisis kualitatif,
tapi juga analisis kuantitatif. Penggunaan analisis kuantitatif dalam analisis
SWOT sejalan dengan riset strategi operasi yang dilakukan, terutama
dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen operasi seperti fungsi
kapasitas, fungsi persediaan, dan fungsi kualitas.
3. Analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini dapat memetakan bidang
operasi CV. BAS pada posisi grow and build (tumbuh dan membangun).
Selanjutnya dari analisis SWOT dapat disusun matriks strategi yang
menghasilkan 8 strategi, yaitu : (1) Mempertahankan harga jual, (2)
Peningkatan kapasitas produksi, (3) Promosi berbasis harga murah, (4)
Meningkatkan Stabilitas Pasokan Bahan Baku, (5) Penambahan Mesin
Produksi (6) Realisasi Kerjasama Distribusi, (7) Pengembangan SCM, (8)
Mengembangkan jaringan distribusi
4. Penggunaan SWOT dan AHP dalam riset ini memiliki dua makna, pertama
rumusan strategi dalam analisis SWOT dapat dipakai sebagai pertimbangan
dalam menyusun konstruksi model AHP, dimana dalam penelitian ini untuk
memudahkan implementasi AHP, 8 strategi hasil matriks SWOT di ringkas
menjadi 3 strategi. Kedua, dalam rumusan strategi sebagai output dari analisis
SWOT, perlu prioritas dalam implementasinya. Penentuan prioritas ini
dilakukan dengan AHP.
Implikasi manajerial dari penelitian ini bagi pengelola CV. BAS adalah :
1. Reformulasi pakan ikan yang mengubah proporsi penggunaan bahan baku
pakan yang dapat mengurangi biaya bahan baku meneguhkan strategi CV.
BAS untuk menjual produk dengan harga di bawah rata-rata harga pasar.
Hasil ini perlu ditindak lanjuti dengan perbaikan manajemen pasokan bahan
baku agar kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pasokan terjamin.
2. Posisi bidang operasi CV. BAS yang berada pada sel IV yang berarti tumbuh
dan membangun perlu ditindaklanjuti oleh CV. BAS agar menerapkan strategi
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
3. Tiga rumusan strategi operasi yang dihasilkan dari matriks SWOT, yakni
mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi, dan
pengembangan SCM perlu diimplementasikan agar perusahaan mampu
menggunakan kekuatan dan meminimalkan kelemahan guna memanfaatkan
peluang dan mampu menghadapi ancaman.
4. Rumusan prioritas strategi operasi dan prioritas kriteria operasi hasil AHP
memberikan panduan kepada perusahaan agar strategi operasi yang terlebih
dahulu diimplementasikan adalah pengembangan SCM. Selanjutnya dengan
51
tetap mempertahankan harga jual produk, perusahaan mulai melakukan
peningkatan kapasitas produksi. Dengan demikian peningkatan kapasitas
produksi berbasis SCM yang berkualitas dan harga jual produk yang tetap
dipertahankan dapat dilakukan sebagai bekal untuk melakukan penetrasi pasar
dan pengembangan pasar, serta pengembangan produk.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Reformulasi pakan ikan menghasilkan perubahan komposisi penggunaan
bahan baku, yaitu komposisi awal adalah tepung ikan, bungkil sawit/bungkil
kopra, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan masing-
masing dengan proporsi 25 %, 16 %, 18 %, 5 %, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 %
memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp. 2964,00/kg, dan komposisi
setelah minimasi adalah tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, dedak,
vitamin, dan minyak ikan masing-masing dengan proporsi 39 %, 25 %, 35 %,
0.5 %, dan 0.5 % memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp.
2770,00/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi penjualan produk dengan
harga di bawah rata-rata harga pasar masih dapat dipertahankan..
2. Bidang operasi CV. BAS berada pada sel IV matriks Internal Eksternal. berarti
menggambarkan growth and build (tumbuh dan membangun) yang
memberikan panduan kepada perusahan untuk melakukan strategi integrasi ke
belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk
3. Matriks SWOT menghasilkan 3 rumusan strategi operasi, yaitu
mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi , dan
pengembangan SCM
4. Hasil AHP memberikan urutan prioritas implementasi strategi :
pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225), dan
peningkatan kapasistas produksi (0.215). Implementasi strategi tersebut
harus memperhatikan 4 kriteria dengan urutan prioritas : Kualitas (0.473),
Pengiriman (0.230), Fleksibilitas (0.180), dan Biaya (0.113),
Saran
1. Pasokan bahan baku utama pakan ikan yang belum stabil dan jaringan
distribusi yang terbatas yang selama ini menjadi masalah dalam
pengembangan usaha perlu segera diatasi sebagaimana telah diuraikan dalam
implikasi manajerial. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan oleh CV.
BAS agar rencana untuk melakukan pengembangan bisnis dapat segera
dilakukan
2. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah harga
pakan ikan yang cenderung semakin mahal adalah secara bertahap mengubah
bahan baku pakan ikan berbasis impor dan produk utama menjadi berbasis
bahan baku lokal dan produk sampingan, dengan tanpa mengabaikan standar
52
kualitasnya. Upaya tersebut memerlukan dukungan nyata dari segenap
pemangku kepentingan industri pakan ikan.
3. Pengembangan SCM yang menjadi salah satu rumusan strategi operasi dalam
analisis SWOT dan mendapat prioritas pertama dalam AHP perlu
ditindaklanjuti dengan riset-riset yang mendalam tentang SCM, baik yang
terkait dengan kinerja, resiko, juga model SCM-nya. Dalam lingkup yang
lebih luas riset tentang model industri pakan ikan berbasis lokal dan produk
sampingan menarik untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, BS, Herman RT, Shinta. 2008. Analisis Produksi Menggunakan Model
Optimasi Linear Programming Pada PT. MAST. Jurnal Piranti Warta.
11(3): 469-482.
Anatan, L. 2006. Pengaruh Lingkungan Bisnis, Strategi Operasi, dan Teknologi
sebagai Variabel Pemoderasi terhadap Kinerja Operasional Perusahaan :
Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal Widya
Manajemen dan Akuntansi, 6 (3) 339-365
Austin, JE. 1981. Agroindustrial Project Analysis, Maryland (US): The Johns
Hopkins University Press Baltimore.
Azwar ZI. 2010. Dorong Ketersediaan Pakan Murah, [internet]. [diunduh 2013
Juni 26]. Tersedia dari http://www.mediaindonesia.com.
[BP4K] Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Kabupaten Bogor. 2011. Teknologi Pembuatan Pellet Ikan. Bogor (ID):
BP4K Kabupaten Bogor
Bastaman B. 2011. Strategi operasional untuk meningkatkan pendapatan dan
nilai tambah usaha dodol buah studi kasus : PD “X” Kabupaten Garut
Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID) : Program Studi Industri Kecil dan
Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Carter W dan Milton FU. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat Belas. Krista,
penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari Accounting
Cost
David FR. 2011. Manajemen Strategis Konsep. Buku 1 Edisi 12. Sunardi D,
penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Terjemahan dari
Strategic Management.
Dimyati TT, Dimyati A. 1992. Operations Research. Bandung (ID): Sinar Baru.
Ellitan L dan Anatan L. 2008. Manajemen Strategi Operasi : Teori dan Riset di
Indonesia. Bandung (ID): Alfabeta. Faubiany V. 2008. Kajian Sanitasi di Tempat Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke serta Pengaruhnya terhadap
Kualitas Ikan Didaratkan. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Gaspersz, V, 2005. Production Planning and Inventori Control. Jakarta (ID) :
Vincent Fondation dan PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz V, 2011. Ekonomi Manajerial. Bogor (ID): Vinchristo Publication.
53
Grant RM. Analisis Strategi Kontemporer. Edisi Kedua. Secokusumo T,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Contemporary
Strategy Analysis
Gusrina 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Jakarta (ID): Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Halim A. 2007. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID): Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta.
Handajani H, Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang (ID): UMM Press.
Heizer J, Render B. 2009. Manajemen Operasi. Buku 1 Edisi 9. Chriswan
Sungkono, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat.
Terjemahan dari Operations Management
Hermawan TA, Gunawan, Mahon YC. 2009. Decision Support System Tool
untuk Penyelesaian Permasalahan Linear Berbasis Simplex dan Revised
Simplex [Makalah]. Yogyakarta (ID): Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009): F54-60
Indradjaya DD. 2009. Pakan Lokal Terserap 20 Persen. [internet]. [diunduh 2013
Juni 26]. Tersedia dari http://www.agromaret.com/arsip/162
Indradjaya DD. 2012, Prospek Industri Pakan Ikan Cerah pada Tahun 2013,
[internet]. [diunduh 2013 Juni 26]. Tersedia dari
http://www.industri.kontan.co.id.
Ismarsudi. 2010. Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha
Produk Fish Jelly (Studi Kasus Pada PT “XP” di Jakarta). [Tesis]. Bogor
(ID): Program Studi Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
James T. 2011. Operations Strategy. [ebook]. [diunduh 2012 Februari 6]. Tersedia
dari http://www.Bookbonn.com.
Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press
Mulyono. 2007. Riset Operasi. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Murtidjo BA.2007. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Porter ME. 1985. Competitive Advantage,Creating and Sustaining Superior
Performance. New York (US): The Free Press
Purba D. 2010. Optimasi Usaha Pengolahan Ikan Skala Menengah di Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Program Studi Teknologi
Kelautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Rochman NT, Sa’id EG, Daryanto A, Nuryanto N. 2011. Analysis of Indonesian
Agroindustri Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective
Using SWOT-AHP Method. International Journal of Business and
Management 6(8): 235-244
Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama.
Render B, Stair RM Hanna ME. 2009. Quantitative Analysis for Management.
Tenth Edition. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Setiono L,
penerjemah. Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari:
Decision Making for Leaders: The Analitical Hierarchy Process for Decisions in
Complex World.
54
Suroso E. 2009. Model Integrasi Lingkungan Bisnis – Strategi Operasi – Kinerja
Perusahaan. Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Menengah
Besar di Tasikmalaya. Jurnal Siasat Bisnis. 13(1) 43–59
Sriharti, Sukirno. 2003. Penembangan Sistem Produksi Pakan Ikan di Pilot Plant
Pakan UPT BPTTG LIPI Subang. Jakarta (ID): Pusat Penelitian
Informatika LIPI.
Sukria HA,Krisnan R. 2009. Sumber dan ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.
Taha HA. 2007. Operations Research : an Introduction. eighth edition. New
Jersey (USA): Pearson Education.
Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004 Junto Undang-undang Nomor 45 tahun
2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
Wheelen, Thomas L, David JD. 2010. Strategic Management and Business
Policy. Twelfth Edition. New Jersey (US): Prentice Hall.
Widodo AA, Prisantoso BI, Mahulete RT. 2010, Jenis dan Distribusi Ukuran Ikan
Hasil Tangkap Sampingan (Bycatch) pada Perikanan Tuna Samudra
Pasifik,. Jakarta (ID): Dewan Riset Nasional kerjasama dengan Badan Riset
Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan.
55
Lampiran 1 Outline Profil Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
Waktu Pendirian
Latar Belakang Pendirian Perusahaan
Dinamika Bisnis Awal Pendirian
Perkembangan Bisnis
2. Modal dan Aset PerusahaanAspek Keuangan
Modal Usaha
Aset Perusahaan
Perkembangan Aset Perusahaan
3. Proses Produksi
Bahan Baku Pakan Ikan
Spesifikasi Produk
Tahapan Proses Produksi Pakan Ikan
Kapasitas Produksi
Pengendalian Mutu Pakan Ikan
4. Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
Manajemen Tenaga Kerja
5. Aspek Pemasaran
Wilayah Pemasaran
Peluang Pengembangan Pasar
56
Lampiran 2 Informasi Bahan Baku Pakan Ikan
1. Nama dan Harga Bahan, Suplyer, Cara, Frekuensi dan Jumlah Pembelian
No. Nama Bahan Harga Satuan
(Rp/Kg)
Nama dan
Asal
Pemasok
Cara
pembelian
Frekuensi
pembelian
Jumlah per
pembelian
(kg)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2. Data Harga, Kandungan Nutrisi, dan Batasan Kandungan Nutrisi Bahan baku
No. Nama Bahan Harga
(Rp/Kg)
Kandungan (%) Batasan (%)
Protein Lemak Karbohidrat Serat Maks Min
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
57
Lampiran 3 Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal
Kekuatan :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Kelemahan
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Peluang :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Ancaman :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
58
Lampiran 4 Kuisioner AHP
1. Konstruksi AHP
MODEL KEPUTUSAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES
Model kasus :
Penilaian Prioritas Strategi Operasi CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi.
Kriteria :
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan strategi operasi adalah :
1. Biaya
Semua biaya terkait proses produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, biaya energi, biaya penyusutan, dan sebagainya.
2. Kualitas
Mencakup pengendalian mutu bahan baku, proses, dan produk jadi
3. Pengiriman (Delivery)
Keandalaan dan kecepatan dalam pengiriman dan distribusi produk
4. Fleksibilitas.
Fleksible dalam perubahan volume produk dan spesifikasi produk,
Alternatif
1. Strategi Pengembangan SCM (Supply Chain Management)
Mencakup hubungan dengan pemasok, penyimpanan dan penanganan bahan
baku, bahan selama proses, penanganan dan pengiriman produk jadi.
2. Strategi Mempertahankan harga produk.
3. Strategi Peningkatan Kapasitas Produksi.
Biaya
Mempertahankan
Harga Produk
Kualitas
Pengembangan
SCM
STRATEGI OPERASI
YANG OPTIMAL
Pengiriman
n
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Fleksibilitas
Tujuan
Kriteria
T
uj
u
a
n Alternatif
Tuj
ua
n
59
Lanjutan Lampiran 4
2. Kuisioner
PENILAIAN PRIORITAS DALAM STRATEGI OPERASI
CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI
DENGAN METODE ANALISIS HIRARKI PROSES
Petunjuk :
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan penilaian terhadap setiap perbandingan
berpasangan berdasarkan pengetahuan, intuisi, dan pengalaman, dengan cara
menyilang salah satu angka penilaian tingkat kepentingan.
Skala :
Tingkat
Kepentingan Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen
lainnya.
5 Elemen yang satu lebih penting dibandingkan elemen lainnya.
7 Elemen yang satu sangat lebih penting dibandingkan elemen
lainnya.
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen
lainnya.
2,4,6,8 Nilai-nilai tengah diantara dua penilaian
Bentuk Perbandingan Berpasangan :
Elemen X 9 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Elemen Y
Skala sisi kiri digunakan jika elemen X lebih penting dibanding elemen Y
Skala 1 digunakan jika elemen X sama penting dibanding dengan elemen Y
Skala sisi kanan digunakan jika elemen Y lebih penting dibanding elemen X
60
Lanjutan lampiran 4
Identifikasi Responden
1. Nama : ………………………………………………………………………………
2. Umur : ………………………………………………………………………………
3. Pendidikan (Nama PT, Program Studi dan Tahun Lulus)
S-1 : ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
S-2 : ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
S-3 : ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Pengalaman di bidang Agribisnis/Agroindustri (bisa lebih dari satu) :
a. Praktisi/Pelaku b. Konsultan c. Akademisi
1. TUJUAN – KRITERIA
Dalam rangka mencapai tujuan “STRATEGI OPERASI YANG OPTIMAL”, di
antara kriteria berikut mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat kepentingannya ?
Biaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kualitas
Biaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengiriman
Biaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fleksibilitas
Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengiriman
Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fleksibilitas
Pengiriman 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fleksibilitas
61
Lanjutan Lampiran 4
2. KRITERIA - ALTERNATIF
a. Dengan mempertimbangkan criteria “BIAYA”, di antara alternatif strategi
berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat pengaruhnya ?
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan
Harga Produk
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Mempertahankan
Harga Produk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan
Kapasitas Produksi
b. Dengan mempertimbangkan criteria “KUALITAS”, di antara alternatif
strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat
pengaruhnya ?
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan
Harga Produk
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Mempertahankan
Harga Produk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan
Kapasitas Produksi
c. Dengan mempertimbangkan criteria “PENGIRIMAN”, di antara alternatif
strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat
pengaruhnya ?
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan
Harga Produk
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Mempertahankan Harga Produk
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan
Kapasitas Produksi
62
Lanjutan lampiran 4
d. Dengan mempertimbangkan criteria “FLEKSIBILITAS” di antara
alternatif strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar
tingkat pengaruhnya ?
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan
Harga Produk
Pengembangan
SCM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan
Kapasitas Produksi
Mempertahankan Harga Produk
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan
Kapasitas Produksi
63
Lampiran 5 Hasil Olah Data AHP
1. Data Responden-01-AQ
a. Matriks Perbandingan dan Prioritas Kriteria Berdasarkan “Tujuan”, serta
Inconsistency Index-nya
b. Matriks Perbandingan dan Prioritas Alternatif berdasarkan “kriteria biaya”,
serta Inconsistency Index-nya
64
65
2. Data Responden-02-HB
66
67
68
3. Responden-3-IZ
69
70
4. Responden-4-RL
71
72
73
5. Olah Data Gabungan 4 Responden
a. Matriks Perbandingan dan Prioritas Kriteria berdasarkan Tujuan
b. Matriks Perbandingan dan Prioritas Alternatif berdasarkan Kriteria
74
75
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Klaten Jawa Tengah pada tanggal 25 Februari 1971, dari
pasangan Bapak Abu Yazid dan Ibu Sri Sulastri, sebagai anak kedua dari empat
bersaudara, dengan nama lengkap Muhammad Ikhwan Rahmanto,.
Lulus pendidikan dasar di SD Negeri Tanjung II pada tahun 1983,
kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP 1 Delanggu dan SMA 3
Solo, masing-masing diselesaikan pada tahun 1986 dan 1989. Selanjutnya mulai
tahun 1990, penulis menempuh pendidikan tinggi pada Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta dengan mengambil program studi Teknologi Industri Pertanian, dan
diselesaikannya pada bulan Februari 1997. Tahun 2010 penulis menjalani Tugas
Belajar pada Program Studi Ilmu Manajemen dengan peminatan Manajemen
Produksi dan Operasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan
sponsor BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan
Nasional RI.
Setelah lulus S1, yakni pada bulan Juni 1997, penulis mulai bekerja pada
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam “45” Bekasi.
Selain itu, pada institusi yang sama, penulis juga menjadi staf pengajar tidak tetap
pada Program Studi Agribisnis. Selanjutnya sejak Bulan Februari 1988, Penulis
diangkat sebagai Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Islam “45” hingga saat ini.
Selain menjadi staf pengajar, penulis juga terlibat sebagai tim peneliti untuk
berbagai kegiatan kajian dan sebagai tenaga ahli dalam berbagai bentuk kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Penulis menikah dengan Galuh Murti Dewati S.Sos pada tanggal 6 Juli
1999, dan saat ini telah mendapat amanah 3 (tiga) anak perempuan, yaitu Mufida
Arifah Ikhwan (lahir 14 Januari 2001), Zahida Munifah Ikhwan (lahir 7 Juli
2002), dan Qotrunnada Karimah Ikhwan (lahir 17 Agustus 2009).