studi pengelolaan sampah di kampus sekolah …
TRANSCRIPT
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
Oleh:
RIDHO KURNIA PUTRA
TEKNIK LINGKUNGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG
2018
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh:
RIDHO KURNIA PUTRA 1310024428022
TEKNIK LINGKUNGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
Judul : Studi Pengelolaan Sampah di Kampus Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND Padang)
Nama : Ridho Kurnia Putra
NPM : 1310024428022
Program Studi : Teknik Lingkungan
Padang, 20 Juli 2018 Menyetujui :
Pembimbing I,
YAUMAL ARBI, MT NIDN : 1007058407
Pembimbing II,
SRI YANTI LISHA, ST., M.Si NIDN : 1028017902
Ketua Jurusan,
YAUMAL ARBI, MT NIDN : 1007058407
Ketua STTIND Padang,
RIKO ERVIL, MT NIDN : 1014057501
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
Nama : Ridho Kurnia Putra NPM : 1310024428022 Pembimbing I : Yaumal Arbi, MT Pembimbing II : Sri Yanti Lisha, ST, M.Si
RINGKASAN
Sampah merupakan material sisa yang sudah tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia tetapi bukan kegiatan biologis. Dalam berkegiatan, manusia memproduksi sampah. Karena semakin banyaknya sampah yang dihasilkan manusia perlu melakukan pengelolaan sampah, dengan tujuan mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengambil studi kasus di kampus STTIND Padang. Permasalahan sampah yang ada kampus STTIND Padang yaitu manajemen pengelolaan sampah, setelah dilakukan penelitian selama 8 hari didapatkan data timbulan sampah yang dihasilkan mahasiswa/org/hr yaitu 0,2 L/Org/hr. Total kapasitas daya tampung tong sampah gedung satu STTIND Padang yaitu sebanyak 214 L dan gedung dua 60 L, rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan perhari pada gedung 1 sebanyak 45,75 L dan pada gedung 2 sebanyak 24,6 L. sedangkan sistem pengelolaan sampah di STTIND Padang masih menganut sistem paradigma lama yaitu tampung, kumpul dan angkut yang tidak melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu berdasarkan komponen di sumber lokasi sampah. Adapun perencanaan untuk pengelolaan sampah yang ada dikampus STTIND Padang yaitu menggunakan wadah utama berukuran 20 L setiap wadahnya dengan 5 jenis pemilahan yaitu warna hijau untuk compostable (sampah mudah terurai), biru untuk recyclables (sampah yang dapat didaur ulang), kuning untuk paper & cardboard (sampah kertas dan karton), abu-abu untuk trash only (sampah residu).
Kata kunci : sampah, pengelolaan sampah, STTIND Padang
RUBBISH MANAGEMENT STUDY IN COLLEGE OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
(STTIND) PADANG
Name
: Ridho Kurnia Putra
NPM
: 1310024428022
Advisor Lecturer I
: Yaumal Arbi, MT
Advisor Lecturer II
: Sri Yanti Lisha, ST, M.Si
ABSTRACT
Rubbish is a waste material that is not used, not liked or something to be discarded, which generally comes from activities carried out by humans but not biological activities. In activities, humans produce waste. Because of the increasing amount of waste produced by humans need to do waste management, with the aim of converting waste into materials that have economic value or processing waste to be material that is not harmful to the environment. The method of discussion using descriptive method by taking case study at campus STTIND Padang. The existing garbage problem of STTIND Padang campus is waste management, after 8 days of research, it is found that the data of waste generation produced by student / org / hr is 0.2 L / Org / hr. The total capacity of garbage pit for one building of STTIND Padang is 214 L and building two 60 L, the average amount of waste produced per day in building 1 is 45,75 L and in building 2 is 24,6 L. while waste management system in STTIND Padang still adheres to the old paradigm system that is tampung, collect and transport that do not do waste separation in advance based on components in the source of waste location. The planning for the existing waste management dikampus STTIND Padang that is using the main container measuring 20 L each container with 5 types of separation of the green color for Compostable (Garbage easy to decompose), blue for Recyclables (Recyclable Garbage), Yellow for Paper & Cardboard (Paper and Cardboard Waste), gray for TrashOnly (Trash residue).
Keywords: rubbish, waste management, STTIND Padang
.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
“Studi Pengelolaan Sampah di Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang)” Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.
Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Terselesaikannya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Antonius, SE selaku Ketua Yayasan Muhammad Yamin Padang
2. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi (STTIND)
Padang
3. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan
bantuan moral, spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tugas akhir ini
4. Ibu Sri Yanti Lisha, ST, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini
5. Ibu Eka Rahmatul Aidha, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Lingkungan yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi maupun
penyusunan tugas akhir ini
6. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril
ataupun materil dalam mendukung penyeleseian tugas akhir ini
7. Teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
tugas akhir ini
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna
sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Maka daripada itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan saran terlebih
dahulu penulis ucapkan terima kasih.
Padang, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................. iii
Daftar Tabel ............................................................................................. v
Daftar Gambar .......................................................................................... vi
Daftar Lampiran ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 5
1.3 Batasan Masalah.............................................................................. 5
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum STTIND Padang ................................................... 7
2.1.1 Sarana dan Prasarana Kampus STTIND Padang ...................... 8
2.1.2 Jumlah Mahasiswa dan Pegawai Kampus STTIND Padang .... 9
2.2 Pengertian Sampah .......................................................................... 10
2.2.1 Jenis - jenis Sampah.................................................................. 14
2.2.2 Sumber – Sumber Timbulan Sampah ....................................... 14
2.2.3 Timbulan Sampah ..................................................................... 16
2.3 Cara dan Teknik Pengelolaan Sampah ............................................ 25
2.4 Sistem Pengelolaan Sampah ........................................................... 28
2.4.1 Aspek Teknis Operasional ........................................................ 29
2.4.1.1 Sistem Pewadahan .......................................................... 29
2.4.1.2 Sistem Pengumpulan ...................................................... 34
2.4.1.3 Sistem Transfer dan Transportasi ................................... 40
2.4.2 Aspek Non Teknis .................................................................... 47
2.5 Kerangka Konseptual ...................................................................... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 55
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................. 55
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 55
3.3.1 Populasi .................................................................................... 55
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 55
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................... 56
3.5 Data dan Sumber Data .................................................................... 56
3.6 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 57
3.7 Peralatan yang digunakan ............................................................... 58
3.8 Pengolahan Data.............................................................................. 59
3.9 Kerangka Metodologi ..................................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mengetahui jumlah timbulan sampah di kampus STTIND ........... 62
4.1.1 Lokasi Sampling di Gedung 1 .................................................. 63
4.1.2 Lokasi Sampling di Gedung 2 .................................................. 72
4.2 Sarana Prasarana Pewadahan Sampah di Kampus STTIND........... 80
4.3 Sistem Pengelolaan Sampah di Kampus STTIND Padang ........... 83
4.4 Rencana Pengelolaan sampah di Kampus STTIND Padang ......... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 93
5.2 Saran ............................................................................................. 95
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah Mahasiswa dan Pegawai STTIND Padang ..................... 10
Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah ......................................................... 18
Tabel 2.3 Hubungan antara Elemen Pengelolaan Sampah ......................... 29
Tabel 2.4 Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah ................................ 34
Tabel 2.5 Pengangkutan Sampah Non Container ....................................... 42
Tabel 2.6 Bagan Kerangka Konseptual ....................................................... 54
Tabel 3.1 Kerangka Metodologi ................................................................. 61
Tabel 4.1 Sampling hari Senin 04 Desember 2017 Gedung 1 .................... 63
Tabel 4.2 Sampling hari Selasa 05 Desember 2017 .................................... 64
Tabel 4.3 Sampling hari Rabu 06 Desember 2017 ..................................... 65
Tabel 4.4 Sampling hari Kamis 07 Desember 2017 ................................... 65
Tabel 4.5 Sampling hari Jum’at 08 Desember 2017 ................................... 66
Tabel 4.6 Sampling hari Sabtu 09 Desember 2017 ..................................... 67
Tabel 4.7 Sampling hari Minggu 10 Desember 2017 ................................. 68
Tabel 4.8 Sampling hari Senin 11 Desember 2017 ..................................... 69
Tabel 4.9 Total timbulan Sampah Harian Gedung 1................................... 70
Tabel 4.10 Sampling hari Senin 04 Desember 2017 Gedung 2 .................. 72
Tabel 4.11 Sampling hari Selasa 05 Desember 2017 .................................. 73
Tabel 4.12 Sampling hari Rabu 06 Desember 2017 ................................... 74
Tabel 4.13 Sampling hari Kamis 07 Desember 2017 ................................. 74
Tabel 4.14 Sampling hari Jum’at 08 Desember 2017 ................................. 75
Tabel 4.15 Sampling hari Sabtu 09 Desember 2017 ................................... 76
Tabel 4.16 Sampling hari Minggu 10 Desember 2017 ............................... 77
Tabel 4.17 Sampling hari Senin 11 Desember 2017 ................................... 77
Tabel 4.18 Total timbulan Sampah Harian Gedung 2................................. 78
Tabel 4.19 Daya Tampung Tong Sampah Gedung 1 .................................. 80
Tabel 4.20 Daya Tampung Tong Sampah Gedung 2 .................................. 81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Lokasi STTIND Padang .................................................. 7
Gambar 2.2 Pola Pengumpulan Sampah ..................................................... 39
Gambar 2.3 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer 1 43
Gambar 2.4 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer 2 44
Gambar 2.5 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer 3 45
Gambar 2.6 Pola Pengangkutan dengan Sistem Kontainer Tetap ............... 46
Gambar 4.1 Grafik jumlah timbulan sampah gedung 1 ............................. 70
Gambar 4.2 Grafik jumlah timbulan sampah gedung 2 .............................. 79
Gambar 4.3 Sampah Kampus STTIND Padang .......................................... 83
Gambar 4.4 Pewadahan Tong Sampah Gedung 1 ....................................... 84
Gambar 4.5 Pewadahan Tong Sampah Gedung 2 ....................................... 84
Gambar 4.6 Skema Rencana Pengelolaan Sampah STTIND ..................... 86
Gambar 4.7 Desain Wadah Sampah ........................................................... 88
Gambar 4.8 Desain Kontainer Wadah Pengumpulan Sampah ................... 89
Gambar 4.9 Desain Alat Angkut ................................................................. 90
Gambar 5.1 Skema Rencana Pengelolaan Sampah STTIND ..................... 94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Denah Kampus STTIND Padang
Lampiran B : Dokumentasi Penelitian
Lampiran C : Timbulan dan Komposisi Sampah Harian Kampus STTIND
Padang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam setiap aktifitasnya, manusia akan menghasilkan residu yang salah
satunya berbentuk padat yang disebut sebagai limbah padat atau sampah. Jumlah
atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap
barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Di tengah kepadatan aktivitas
manusia, penanganan sampah masih menjadi permasalahan serius yang belum
bisa tertangani dengan tuntas, terutama di kota-kota besar. Pasalnya, rata-rata tiap
orang perhari dapat menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan bertambah sejalan
dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Sampah yang
tidak mendapat penanganan serius bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi
udara, polusi air, maupun polusi tanah (Hadisuwito, 2007).
Salah salah satu tempat yang memiliki potensi produksi sampah yang tinggi
dalam suatu kota adalah perguruan tinggi atau universitas. Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang dibawahi oleh Yayasan Muhammad Yamin
yang didirikan pada tahun 1982, Kampus STTIND merupakan kampus milik
sendiri, yang terletak di dalam kota dan di pinggir jalan utama yaitu Jl. Hamka
No. 121 Padang. Tepatnya di depan Bandara Tabing, yang memiliki 2 buah
gedung dan terdiri 3 lantai. Dengan pengguna tetap yang berada di perguruan
tinggi yang memiliki aktivitas rutin tentu terdapat berbagai jenis sampah setiap
harinya. Sampah yang biasa dihasilkan pada bangunan pendidikan seperti sebuah
perguruan tinggi berupa sampah organik dan anorganik, sampah yang dapat
didaur ulang, dan sampah yang tidak dapat olah . Sampah organik berasal dari
sisa-sisa makanan atau jajanan para siswa atau pun sisa-sisa masakan dari kantin
atau warung makan yang berada lingkungan kampus.
Sampah terdiri dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis
sampah tersebut, menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008, perlu adanya
pengelolaan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Sampah yang merupakan sisa aktivitas manusia
setiap hari sering kali menjadi penyebab kotornya lingkungan. Menurut
Dwiyatmo (2007:25), bersih atau kotornya lingkungan sangat dipengaruhi
oleh manusia yang berada di lingkungan itu.
Manusia sebagai makhluk berakal mendapatkan tugas dari Tuhan untuk
memelihara lingkungan ini. Bukan berarti dengan manusia yang memiliki akal
bertugas memelihara lingkungan, lingkungan menjadi bersih dan aman.
Berbagai permasalahan lingkungan pun bermunculan Permasalahan lingkungan
yang dimaksud di sini adalah menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah,
air, udara, dan suara, Pencemaran terjadi murni aktivitas manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhannya.
Suatu institusi perguruan tinggi umumnya terletak di dalam suatu kawasan
yang sangat luas dan selalu mengalami perkembangan, baik perkembangan
kuantitas bangunan maupun perkembangan dalam jumlah karyawan dan
mahasiswa. Semakin banyak jumlah karyawan dan mahasiswa dengan segala
aktivitasnya, maka akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan (Purnaini,
2011). Segala kegiatan di dalam kampus bisa menyebabkan dampak negatif dalam
tingkatan tertentu terhadap lingkungan, Salah satu dari dampak tersebut adalah
timbulnya sampah.
Bila dilihat dari sistem pengelolaan persampahan dimana kampus STTIND
ini masih menggunakan paradigma lama kumpul – angkut - buang. Pada
kenyataannya, penerapakan paradigma lama ini memberikan dampak negatif
karena sampah tidak dikelola dan tidak ada upaya pengurangan timbulan sampah.
Akibatnya, tempat pembuangan akhir (landfill) menjadi cepat penuh, Padahal
kondisi saat ini, mencari lokasi baru untuk landfill sangat sulit & umumnya
selalu ditolak oleh masyarakat, dan sampah kalau dibiarkan menumpuk akan
menimbulkan bau busuk yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Konsep
pengelolaan sampah dengan menggunakan paradigma lama ini sudah saatnya
diganti dengan paradigma baru yang menerapkan pengelolaan sampah terpadu.
Pengelolaan sampah terpadu ini tidak hanya mengelola sampah tetapi sudah
termasuk didalamnya pengurangan sampah sehingga dapat membantu mengurangi
beban TPA. Selain itu, adanya pengurangan sampah juga dapat membantu
mengurangi tidak hanya peralatan yang digunakan seperti peralatan pengumpulan
dan pengangkutan tetapi juga biaya operasional.
Rendahnya kesadaran mahasiswa terhadap lingkungan ini dapat disebabkan
oleh minimnya informasi dan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai pentingnya
pengelolaan kebersihan di lingkungan. Dalam hal operasional pengelolaan
sampah, perlu segera diarahkan menuju terciptanya reduksi beban pengelolaan
dengan meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan sampah melalui pendekatan
pola partisipasi mahasiswa. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
peningkatan beban pengelolaan di masa depan, seperti yang telah dicanangkan
secara Nasional di dalam Undang – Undang Persampahan No. 18 Tahun 2008
yang menyatakan bahwa pengelolaan sampah di Indonesia harus menganut
paradigma minimasi sampah terbuang ke alam dengan meningkatkan upaya
pengurangan (Reduce), penggunaan kembali (Reuse), dan pendaur ulangan
(Recycle), dan sangat disadari bahwa pengelolaan sampah memerlukan pemikiran
multi dimensi, dengan dilibatkannya peran masyarakat, pengembangan
kelembagaan, penataan pembiayaan dan penataan aturan hukum (regulasi).
Seharusnya memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, agar sampah-
sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan tepat dan sampah-sampah tersebut
dapat dimanfaatkan kembali. Banyaknya sampah yang dihasilkan menyebabkan
semakin terbatasnya tempat penampungan sampah. Oleh karena itu maka perlu
adanya pembahasan dan mengkaji aspek teknis tentang pengelolaan sampah yang
ada di Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan
penelitian tentang “Studi Pengelolaan Sampah di Kampus Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasikan beberapa masalah
diantaranya :
1. Masih kurangnya pengelolaan sampah di kampus sekolah tinggi teknologi industri
(STTIND) Padang
2. Sampah yang menumpuk terlalu lama di kampus STTIND Padang akan
menyebabkan bau tidak sedap
3. Sampah yang berserakan di kampus STTIND Padang dapat merusak estetika
lingkungan
4. Belum tersedianya fasilitas pewadahan di sumber-sumber timbulan sampah.
5. Sarana dan prasarana pewadahan yang dimiliki belum dimanfaatkan
secara maksimal
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian yang
ingin dicapai, maka ditetapkan batasan masalah yaitu hanya mengkaji aspek teknis
pengelolaan sampah dan menghitung jumlah timbulan sampah yang ada di
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang berdasarkan SNI 19-3964-
1994
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di peroleh yaitu :
1. Berapa jumlah timbulan sampah yang ada di kampus STTIND Padang ?
2. Bagaimana sarana dan prasarana pewadahan terkait dengan pengelolaan
sampah yang ada di kampus STTIND Padang ?
3. Bagaimana sistem pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang ?
4. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam meningkatkan pengelolaan
sampah di kampus STTIND Padang?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui jumlah timbulan sampah di kampus STTIND Padang
2. Mengetahui sarana dan prasarana pewadahan terkait dengan pengelolaan
sampah di kampus STTIND Padang berdasarkan SNI 19-2454-2002
3. Mengetahui sistem pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang
4. Menyusun rencana pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke
dalam bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam
menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis khususnya di
bidang keilmuan teknik lingkungan.
2. Bagi institusi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian, dapat di jadikan perbaikan sarana dan prasarana dalam
tempat pewadahan sampah biar lebih terkelola.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum STTIND Padang
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang dibawahi oleh Yayasan
Muhammad Yamin yang didirikan pada tahun 1982, Kampus STTIND
merupakan kampus milik sendiri, yang terletak di dalam kota dan di pinggir
jalan utama yaitu Jl. Hamka No. 121 Padang. Tepatnya di depan Bandara Tabing,
yang memiliki 2 (dua) buah gedung dan terdiri ruang kantin, laboratorium,
perpustakaan dan ruang kuliah dengan tiga (3) lantai, sedangkan gedung dua (2)
terdiri dari 2 (dua) lantai.
Gambar 2.1 Peta Lokasi STTIND Padang
2.1.1 Sarana dan Prasarana Kampus STTIND Padang
Berdasarkan pengamatan pendahuluan di lapangan, timbulan sampah yang
ada di kampus STTIND Padang berasal dari seluruh sarana prasarana sekolah baik
dari sarana prasarana utama maupun sarana penunjang. Berikut beberapa sarana
dan prasarana yang ada di kampus STTIND Padang :
a. Ruang kuliah terdiri dari ruang berlantai 3 dengan 8 ruang serta dilengkapi
whiteboard, Over Head Projector dan AC dan Fan
b. Aula dengan fasilitas AC, LCD Proyektor, Layar, Whiteboard
c. Ruang seminar yang dilengkapi dengan whiteboard, Over Head Projector
dan kipas angin
d. Perpustakaan STTIND tersedia koleksi buku -buku yang relevan dengan
mata kuliah bagi mahasiswa untuk dipinjam dalam rangka menunjang
proses perkuliahan
e. Laboratorium Komputer sistem Warlles dan LAN Internet, yang digunakan
untuk praktek komputer dalam rangka meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam bidang informasi dan komputer
f. Laboratorium Proses Produksi : terdiri dari berbagai fasilitas mesin
produksi seperti mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda dan lain lain
untuk menunjang perkuliahan Proses Produksi I dan Proses Produksi II
g. Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi : Laboratorium
ini digunakan dalam Praktek Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
yang tujuannya untuk meningkat kualitas mahasiswa dalam perancangan
sistem kerja dan ergonomi
h. Laboratorium Sistem Produksi : Laboratorium ini digunakan dalam praktek
Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Sistem Produksi
i. Studio TLFP : Studio ini digunakan dalam Praktikum Perancangan Tata
Letak Fasilitas Pabrik
j. Laboratorium biologi dan mikrobiologi, laboratorium Air, digunakan untuk
pratikum praktek Laboratorium lingkungan
k. Jaringan Local Area Network (LAN) seluruh unit komputer yang ada.
Untuk gambar denah kampus gedung 1 dan gedung 2 STTIND Padang dapat
dilihat pada lampiran belakang
2.1.2 Jumlah Mahasiswa dan Pegawai Kampus STTIND Padang
Kampus STTIND Padang terdapat empat (4) program studi yang terdiri dari :
a. Teknik pertambangan
b. Teknik industri
c. Teknik lingkungan
d. Sistem informasi
Jumlah mahasiswa teknik pertambangan 427 orang, jumlah mahasiswa
teknik lingkungan 116 orang, jumlah mahasiswa teknik industri 137 orang dan
jumlah mahasiswa sistem informasi 58 orang. Sedangkan jumlah
karyawan/pegawai terdiri dari pustakawan 2 orang, teknisi/operator penjaga labor
ada 6 orang, administrasi 16 orang dan satpam 3 orang.
Tabel 2.1 Jumlah mahasiswa dan pegawai aktif kampus STTIND Padang
No Nama populasi (orang) Jumlah populasi (orang)
1. Mahasiswa 738
2. Pegawai 27
Total 765
Sumber : bagian Kepegawaian sttind Padang 2017
2.2 Pengertian Sampah
Menurut Slamet J.S (2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah
Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berujud padat atau semi padat
berupa zat organik atau an organik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah
tidak berguna atau diperlukan lagi. Pengertian sampah menurut SK SNI T – 13 –
1990 – F adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sedangkan
menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya.
Dalam Bahar Yul, H. (1986), sampah diidentifikasikan menurut jenis-jenisnya
yaitu :
a. Garbage atau sampah basah yaitu sampah yang berasal dari sisa
pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makanan yang telah membusuk,
tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan makanan organisme lainnya.
b. Rubbish atau sampah kering yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak
mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan, yaitu :
- Sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah terbakar
- Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar
c. Ashes dan cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari
kegiatan pembakaran
d. Dead animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan
e. Street sweeping,yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang
jalan
f. Industrial waste merupakan sampah berasal dari kegiatan industri, sampah
jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan sampah jenis
lainnya
Menurut Dirjen Cipta Karya (1992), sampah diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang berasal dari sisa hasil
pengolahan, sisa makanan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi
masih dapat digunakan sebagai makanan organisme lainnya
b. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah
membusuk. Sampah kering dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar
c. Sampah lembut, yaitu sampah yang berasal dari berbagai jenis abu,
merupakan partikel-partikel kecil yang mudah berterbangan dan dapat
mengganggu pernafasan dan mata
d. Sampah berbahaya, terdiri dari sampah patogen (berasal dari rumah sakit
atau klinik), sampah beracun (yaitu sampah sisa-sisa pestisida, kertas bekas
pembungkus bahan-bahan beracun, dan lain-lain), sampah radioaktif
(sampah dari bahan nuklir), dan sampah yang dapat meledak (petasan,
mesiu, dan sebagainya).
e. Sampah balokan (bulky waste), seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon
tumbang, balok kayu, dan sebagainya
f. Sampah jalan, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan
seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, dan daun
g. Sampah binatang mati, seperti bangkai tikus, ayam, dan lain-lain
h. Sampah bangunan, seperti potongan kayu, pecahan atap genteng, bata,
buangan adukan
i. Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri.
j. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga, atau sampah
dokumentasi
k. Sampah kandang atau pemotongan hewan, dapat pula berupa kotoran
hewan, sisa makananya, sisa-sisa daging, tulang, isi perut, dan sebagainya
l. Sampah lumpur, yaitu sampah setengah padat yang dapat berasal dari
lumpur selokan, riol, lumpur dari bangunan pengolahan air buangan, septic
tank, dan sebagainya.
Menurut Dirjen Cipta Karya (1992), sampah mempunyai karakteristik yang
berbeda antara lain sebagai berikut:
1) Komposisi sampah
Komposisi sampah dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Komposisi fisik
Komposisi fisik sampah mencakup besarnya prosentase dari komponen
pembentuk sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu, logam, kaca, plastik,
dan lain-lain.
b. Komposisi kimia
Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen,
Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang terdapat dalam
protein, karbohidrat, dan lemak. Komposisi kimia sampah erat kaitannya dengan
pemilihan alternatif pengelolaan dan pemanfaatan tanah.
2) Kepadatan sampah
Kepadatan sampah menyatakan berat sampah persatuan volume
(Tchobanoglous, et al, 1993). Dirjen Cipta Karya (1992) menyebutkan bahwa
informasi kepadatan sampah diperlukan untuk menentukan ketebalan dari
lapisan sampah yang akan dibuang pada sistem Sanitary Landfill. Sedangkan bila
menggunakan sistem pengolahan maka informasi ini diperlukan untuk
merencanakan dimensi unit proses.
2.2.1 Jenis-jenis Sampah
Menurut Gelbert dkk. (1996) sampah dikelompokan berdasarkan asalnya,
sampah padat dapat digolongkan sebagai :
1) Sampah Organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,
perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses
alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik.
Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung,
sayuran, kulit buah, dan daun.
2) Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti
mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini
tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik
secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini
pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas
plastik, dan kaleng.
2.2.2 Sumber-Sumber Timbulan Sampah
Menurut Gelbert dkk. (1996), sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai
berikut :
1) Sampah permukiman, yaitu sampah rumah tangga berupa sisa
pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus,
gelas, kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.
2) Sampah pertanian dan perkebunan. Sampah kegiatan pertanian tergolong
bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.
Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu
perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian
lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh- tumbuhan yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan
gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.
3) Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung. Sampah yang berasal
dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa
bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya: kayu, bambu,
triplek. Sampah anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin,
besi dan baja, kaca, dan kaleng.
4) Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari
daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar
swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik
termasuk sampah makanan dan restoran.Sampah yang berasal dari
lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari
kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy,
pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium,
pita mesin ketik, klise film, computer rusak, dan lain-lain.
5) Sampah dari industri Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses
produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan
pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan
pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang
seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2.2.3 Timbulan Sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :
1. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat timbulan sampah
meningkat
2. Keadan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang
akan semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan
3. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya,
rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara
satu daerah dengan daerah lainnya, antara satu negara dengan negara lain
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah antara lain :
a. Tingkat hidup makin tinggi, tingkat hidup makin banyak sampah yang
ditimbulkan
b. Pola hidup dan mobilitas masyarakat
c. Kepadatan dan Jumlah penduduk
d. Iklim dan musim
e. Pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan
f. Letak geografis dan topografi
Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata (2004),
dari 384 kota menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari,
penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6% , yang dibuang ke
sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %.1 Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat
telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan
pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, sistem
pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan belum
diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R)
Meningkatnya populasi mahasiswa disetiap tahun nya maka jumlah sampah
yang di hasilkan setiap perguruan tingggi atau sekolah makin meningkat. Secara
umum komposisi dari timbulan sampah Berdasarkan data pada SK SNI S-00-
1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah di Indonsia berdasarkan komponen-
komponen sumber sampah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah berdasarkan komponen-komponen
Sumber Timbulan
No Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (Kg)
1 Rumah Permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,35-0,40
2 RumahSemi permanen
Per orang/hari 2,00-2,25 0,30-0,35
3 Rumah nonpermanen
Per orang/hari 1,75-2,00 0,25-0,30
4 Kantor Per pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,10
5 Toko/ruko Per petugas/hari 2,50 - 3,00 0,15 - 0,35
6 Sekolah Per murid/hari 0,10 - 0,15 0,01 – 0,02
7 Jalan arteri sekunder
Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,10
8 Jalan kolektor sekunder
Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05
9 Jalan lokal Per meter/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025
10 Pasar Per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3
Sumber : SNI S – 04 – 1993 – 03
Timbulan sampah dapat dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004):
1. Satuan berat: kilogram per orang per hari (Kg/org/h) atau kilogram per
meter persegi bangunan per hari (Kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur
per hari (Kg/bed/h) dan sebagainya
2. Satuan volume: liter/orang/hari(L/o/h) liter per meter persegi bangunan per
hari (L/m2/h)
Jumlah timbulan sampah yang ditimbulkan dapat dikelompokkan
berdasarkan harian, mingguan, bulanan, atau berdasarkan musim. Jumlah
timbulan sampah yang ditimbulkan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah sebagai berikut (Tchnobanoglous, 1993) :
1) Proses reduksi di sumber, dapat dilakukan dengan cara
a. Minimasi bahan-bahan yang bersifat toksik
b. Meminimasi volume material dan ukuran bahan pembungkus
c. Memperpanjang masa pemakaian produk
d. Meningkatkan jumlah material yang dapat didaur ulang
2) Faktor recycle
Dengan adanya berbagai program daur ulang (recycle) akan mempengaruhi
jumlah sampah yang ditimbulkan atau yang akan dibuang
3) Peraturan
Peraturan atau legislasi ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi
timbulan sampah yang ditimbulkan, peraturan mengatur pemakaian material
spesifik
4) Faktor geografi dan faktor fisik
Faktor ini terdiri atas:
a. Lokasi
b. Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap jumlah dan tipe sampah tertentu
yang dihasilkan, serta periode waktu dihasilkannya sampah tersebut
c. Frekuensi pengumpulan sampah
Jumlah sampah yang ditimbulkan dapat sama, tapi belum tentu frekuensi
pengumpulannya bersamaan. Pada umumya, tempat pengumpulan disediakan
tidak terbatas, sehingga banyak sampah yang terkumpul, dan juga sampah ini
tidak dibuang sekaligus dalam satu waktu
d. Musim
Musim juga mempengaruhi jumlah dan tipe sampah yang ditimbulkan, dan
biasanya akan bervariasi pada musim yang berbeda. Faktor ini haruslah dievaluasi
secara terpisah untuk masing-masing situasi.
Besar timbulan sampah dalam satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan
sampah (Q). Debit timbulan sampah domestik dan komersil (QT) adalah
penjumlahan debit timbulan untuk daerah domestik (Qd) yang merupakan
perkalian satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan jumlah
populasi domestik (Pd) dengan debit timbulan sampah komersil (Qk) yang
merupakan perkalian dari satuan timbulan sampah komersil (qk) dengan luas
daerah komersil (Ak) (Damanhuri, 2004).
Kuantitas sampah dalam satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan
sampah (Q). Debit timbulan sampah domestik dan komersil (QT) adalah
penjumlahan debit timbulan untuk daerah domestik (Qd) yang merupakan
perkalian satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan jumlah
populasi domestik (Pd) dengan debit timbulan sampah komersil (Qk) yang
merupakan perkalian dari satuan timbulan sampah komersil (qk) dengan luas
daerah komersil (Ak) (Damanhuri, 2004).
Sedangkan timbulan sampah domestik dan komersil (qt) adalah
penjumlahan satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan
satuan timbulan sampah komersil yang diekivalenkan (qc)
Pertambahan jumlah timbulan sampah dari tahun ke tahun bersifat kuadratis.
Proyeksi timbulan sampah dapat dihitung dengan persamaan berikut :
keterangan: qn = Proyeksi timbulan sampah pada tahun ke-n
qo = Proyeksi timbulan awal tahun perencanaan
n = Waktu perencanaan TPA (20-25 tahun)
q = Dipengaruhi oleh pertumbuhan pertanian, industri,
pertambahan penduduk dan income
QT = Qd + Qk
Qd = qd x Pd
Qk = qk x Ak
qt = qd + qe
qe = qk x Ak
qn = qo n
q
)
100(1
keterangan: m = Pertambahan produksi makanan/pertanian, %
∆i = Pertambahan industri, %
∆g = Pertambahan gross national income, %
∆p = Pertambahan penduduk.
Debit timbulan sampah dapat dihitung dengan cara:
keterangan: qe = Debit satuan ekivalen (Lkh)
Ak = Luas daerah komersil (Ha)
P = Populasi kota
qk = Debit timbulan sampah daerah komersil (L/Ha/h)
qt = Debit satuan sampah seluruh kota (Lkh)
qd = Debit satuan sampah daerah domestik (Lkh)
Penentuan timbulan sampah mempunyai ruang lingkup bahwa yang diamati
adalah pola timbulan sampah pada suatu daerah dengan pengamatan yang
meliputi (Damanhuri, 2004):
a. Timbulan sampah
b. Tingkat timbulan sampah
c. Komposisi fisik serta pemisahan organik dan anorganik
q =
)1(
)(
3
11
p
gim
qc = qkP
AK
qt = (qd + qe) lkh
d. Komposisi kimiawi
Prinsip dasar penentuan timbulan sampah adalah sebagai berikut
(Damanhuri, 2004) :
a. Menggunakan metode yang tepat
b. Periode dilaksanakan secara konsisten
c. Menggunakan alat ukur yang sama
d. Jumlah sampel yang mencukupi
e. Disajikan dalam format informasi sesuai dengan yang dibutuhkan
Langkah umum penentuan timbulan sampah untuk pengelolaan
persampahan pada suatu wilayah adalah (Damanhuri, 2004)
a. Penetapan tujuan
b. Penentuan satuan timbulan sampah diperlukan untuk perencanaan, evaluasi
atau untuk keperluan lainnya
c. Penyiapan data-data yang diperlukan
d. Penetapan metode sampling dan jumlah sampel
e. Penetapan periodesasi mingguan dan bulanan
f. Pelaksanaan
g. Penyajian dan pengolahan data disesuaikan dengan sasaran kebutuhan
informasi.
Estimasi terhadap kuantitas sampah dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, yaitu (Damanhuri, 2004):
1. Analisis perhitungan beban
Dihitung berdasarkan beban masing-masing kendaraan dan karakteristik
sampah pada periode tertentu
2. Analisis berat volume
Cara mendapatkan data dengan menimbang dan mengukur beban kendaraan
3. Analisis keseimbangan material
Dengan menentukan keseimbangan material dari tiap-tiap sumber, proses
yang harus dilakukan:
a. Menentukan daerah studinya
b. Mengidentifikasi aktivitas yang menghasilkan sampah
c. Menghitung timbulan sampah yang dihasilkan
Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara
satu daerah dengan daerah lainnya dan antara satu negara dengan negara lainnya.
Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain (Damanhuri, 2004):
1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya
2. Tingkat hidup
3. Makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan sampahnya;
4. Musim
5. Di Negara barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada
musim panas
6. Cara hidup dan mobilitas penduduk
7. Iklim
2.3 Cara dan Teknik Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang
berhubungan dengan pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan,
pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan
sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam,
keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya serta mempertimbangkan
masyarakat luas. (Tchobanoglous et all, 1993). Dengan demikian pengelolaan
sampah merupakan suatu cara untuk menyikapi sampah agar dapat memberikan
suatu manfaat dan tidak merusak lingkungan.
1. Cara Pengelolaan Sampah
Untuk mengelola sampah yang terkumpul tersedia 3 cara yang dapat
dilakukan, yaitu dengan menimbun di suatu tempat, dengan mengabukan dan
dengan daur ulang atau recycling ke proses-proses lain.
a. Penimbunan
Cara penimbunan sampah yang paling sederhana ialah penimbunan terbuka,
yaitu sampah dikumpulkan begitu saja disuatu tempat yang dipilih jauh dari
tempat aktifitas masyarakat, sehingga tidak menimbulkan banyak gangguan. Cara
penimbunan sampah yang baik ialah dengan cara menimbun sampah di bawah
tanah, atau digunakan untuk mengurug tanah berawa yang kemudian ditutup
dengan lapisan tanah. Dengan demikian proses dekomposisi berlangsung
dibawah tanah, sehingga apabila terdapat kuman berbahaya tidak tersebar ke
dalam udara. Namun cara ini juga masih menimbulkan masalah seperti
pencemaran air tanah yang dapat mempengaruhi air sumur dan air selokan
yang dekat dengan sampah tersebut.
Pengelolaan sampah dengan cara penimbunan melibatkan beberapa pihak
dengan urutan :
1) Masyarakat membuang sampah ke tempat pembuangan sampah sementara
2) Petugas dinas kebersihan mengangkut sampah dari tempat timbunan
sementara dengan memadatkan sampah terlebih dahulu lalu dibuang ke
tempat pembuangan akhir
3) Pemungut sampah memungut sampah- sampah seperti botol, bahan plastik,
rongsokan besi
4) Sampah yang ditimbun di tempat penimbunan akhir sebaiknya ditimbun di
dalam tanah agar hancur oleh mikroorganisme
b. Mengabukan
Mengabukan atau insinerasi (incineration) sampah, ini sering
dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Prosesnya tidak sama
dengan membakar sampah begitu saja di tempat terbuka. Sampah dibakar di
dalam dapur khusus, pencemaran-pencemaran yang keluar dari hasil pembakaran
yang berupa abu dan bahan-bahan lain yang volumenya tinggal sedikit, ditimbun
atau dipendam di tempat yang telah disediakan. Pada proses insinerasi timbul
panas, sehingga merupakan sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga uap atau listrik.
Proses insinerasi mempunyai beberapa keuntungan :
1) Mengurangi masalah kesehatan yang berhubungan penimbunan sampah
2) Mengurangi volume sampah hingga 80%
3) Kotoran dan sampah dapat dikerjakan bercampur, tidak perlu dipisah-
pisahkan
4) Alat yang digunakan dapat dibuat untuk berbagai ukuran, untuk keperluan
besar, sedang, atau kecil Sisa pembakarannya kecil dan tidak berbau dan
mudah ditangani
c. Daur-ulang atau recycling
Recycling ialah suatu proses yang memungkinkan bahwa, bahan-bahan
yang terbuang dapat dimanfaatkan lagi, sehingga seolah-olah tidak ada bahan
buangan. Terdapat berbagai bentuk pemanfaatan buangan sehingga sebagian besar
dari masalah sampah dapat teratasi. Bahan organik seperti daun, kayu, kertas,
dan sisa makanan, kotoran, dan sebagainya dapat dijadikan kompos dengan
pertolongan mikro-organisme.
Kompos berupa bahan organik yang mengalami dekomposisi seperti humus
yang berguna sebagai pupuk dan juga dapat memperbaiki struktur tanah. Sampah
yang terdiri dari logam dapat diolah lagi menjadi bahan mentah industry.
Recycling lain yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan proses
destilasi kering. Sampah dimasukkan kedalam ruang tertutup dipanaskan tanpa
diberi udara. Karena dengan pemanasan tersebut sampah mengeluarkan berbagai
macam gas yang dapat dimanfaatkan.
2.4 Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan
pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan cara yang merujuk
pada dasar-dasar yang terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik,
konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan yang lain dan juga tanggap
terhadap perilaku massa.
Pengelolaan persampahan mempunyai tujuan yang sangat mendasar yang
meliputi meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber
daya alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang sektor
strategis .
Sistem pengelolaan sampah pada dasarnya dilihat sebagai komponen-
komponen sub sistem yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai
tujuan yaitu kampus yang bersih, sehat dan teratur. Komponen-komponen
tersebut meliputi :
1. Sub sistem teknis Operasional (sub sistem teknik)
2. Sub sistem organisasi dan manajemen (sub sistem Institusi)
3. Sub sistem hukum dan Peraturan (sub sistem Hukum)
4. Sub sistem Pembiayaan (sub sistem finansial)
5. Sub sistem peran serta Masyarakat
2.4.1 Aspek Teknis Operasional
Aspek teknis operasional ini meliputi sistem pewadahan, sistem
pengumpulan, sistem transfer dan transportasi dan sistem pembuangan akhir.
Elemen-elemen yang terdapat pada pengelolaan sampah dan hubungan antar
elemen tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:
Tabel 2.3 Hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah
Sumber: Tchobanoglous, 1993
2.4.1.1 Sistem Pewadahan
Pewadahan merupakan langkah awal dalam sistem pengelolaan sampah.
Pewadahan sangat dibutuhkan karena sampah yang dihasilkan bila dibiarkan akan
berdampak pada kesehatan masyarakat dan estetika. Setiap sampah yang
ditimbulkan dari sumber akan ditampung dalam suatu wadah, baik itu permanen
ataupun tidak.
Sumber Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Transfer dan
Transport Pengolahan
Pembuangan
akh
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual biasanya
ditempatkan di depan rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah
komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diberi
wadah untuk memudahkan dalam pengangkutan (Damanhuri, 2004).
Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu
wadah individual atau komunal ditempat sumber sampah (SNI 19-2454-2002).
Pewadahan merupakan tahap awal dalam sistem pengelolaan sampah terpadu
metode 3R yang merupakan komponen yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk pewadahan, maka ada beberapa
kriteria yang sebaiknya diikuti dengan benar yaitu :
1. Volume pewadahan minimal dapat menampung sampah dari penghuni
untuk jangka waktu minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari
untuk sampah organik
2. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik,
sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan
3. Pada metode pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R maka setiap wadah dapat
menyimpan sesuai jenis sampah yang akan disimpan. Oleh karena itu, pada
perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah
setempat
4. Bahan wadah yang paling baik dapat diperoleh secara lokal
5. Pada metode pewadahan terpilah 3R, warna wadah sebaiknya spesifik untuk
tiap jenis sampah
6. Wadah dilengkapi dengan tutup untuk menambah estetika yang lebih baik
7. Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan sampah
8. Mudah dalam perawatan
Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah, maka
wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut
(Damanhuri, 2004):
a. Kuat dan tahan terhadap korosi
b. Kedap air
c. Tidak mengeluarkan bau
d. Tidak dapat dimasuki serangga dan binatang
e. Kapasitasnya sesuai dengan sampah yang akan ditampung
Dalam penentuan jenis dan sistem pewadahan yang akan digunakan perlu
diperhatikan faktor-faktor berikut (Damanhuri, 2004):
a. Pengaruh pewadahan terhadap komponen sampah
b. Tipe wadah/kontainer yang akan digunakan
c. Lokasi kontainer
d. Kesehatan masyarakat dan segi estetika
Berdasarkan ketentuan dari SNI 19-2454-2002 jenis pewadahan terbagi dua,
yaitu:
1. Pewadahan individual
Pewadahan individual adalah aktivitas penanganan penampungan sampah
sementara, dalam suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu
2. Pewadahan komunal
Pewadahan komunal adalah aktivitas penanganan penampungan sampah
sementara, dalam suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun
sumber umum
Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah maka
pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu
(Damanhuri, 2004):
1) Level-1: wadah sampah yang menampung sampah langsung di sumbernya.
Pada umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di tempat-tempat
yang terlihat dan mudah dicapai oleh pemakai, misalnya diletakkan di
dapur, di ruang kerja dan sebagainya. Biasanya wadah sampah jenis ini
adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan dibawa ke wadah sampah
level-2
2) Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang
menampung sampah dari wadah level-1 maupun langsung dari sumbernya.
Wadah sampah level-2 ini diletakkan di luar kantor, sekolah, rumah, atau
tepi jalan atau dalam ruang yang disediakan, seperti dalam apartemen
bertingkat. Melihat perannya yang berfungsi sebagai titik temu antara
sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan dalam
pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak bersifat permanen,
seperti yang diarahkan dalam SNI tentang pengelolaan sampah di Indonesia
namun pada kenyataannya di permukiman pemanen, akan dijumpai wadah
sampah dalam bentuk bak sampah permanen di depan rumah, yang
menambah waktu operasi untuk pengosongannya.
3) Level-3: merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan
menampung sampah dari wadah level-2, bisa sistem memang
membutuhkan. Wadah sampah ini sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus
dan ditempatkan sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya. Mengingat
bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah tersebut, maka wadah
sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan bau, tidak
dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya sesuai dengan
sampah yang akan ditampung.
Jenis-jenis pewadahan yang biasa digunakan adalah (Damanhuri, 2004):
a. Untuk pemukiman, biasanya digunakan kantong plastik ( 30 liter), bin atau
tong plastik m ( 40 liter) dan bak sampah
b. Untuk pasar, biasanya digunakan bin atau tong (70 liter, 120 liter, 240 liter),
bak sampah dan gerobak sampah (1 m3)
c. Untuk pertokoan, biasanya digunakan kantong plastik (30 liter) dan bin atau
tong (40 liter, 70 liter, 120 liter, 240 liter)
d. Untuk bangunan institusi, biasanya digunakan kontainer (1m3, 8m3) dan bak
sampah
e. Untuk tempat umum dan jalan taman, biasanya digunakan bin (120 liter,
240 liter), tong (70 liter) dan bak sampah
Tipikal Pola dan karakteristik pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah
No Karakteristik dan Pola Pewadahan
Individual Komunal
1. Bentuk Jenis - Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua tertutup dan kantong
- Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua tertutup dan kantong
2. Sifat - Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan
- Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan
3. Bahan - Logam, plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan, kertas
- Logam., plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan
4. Volume - Pemukiman dan toko kecil ukuran 10-40 ltr
- Kantor, toko besar, hotel, rumah makan ukuran 100– 500 ltr;
- Pinggir jalan dan taman ukuran 30–40 ltr
- Untuk pemukiman dan pasar ukuran 100-1000 ltr;
5. Pengadaan - Pribadi, instansi, pengelolaan.
- Intstansi pengelola.
Sumber: Damanhuri, 2004
2.4.1.2 Sistem Pengumpulan
Pengumpulan sampah merupakan kegiatan operasi yang dimulai dari
sumber sampah ke tempat pembuangan sementara (transfer), sebelum dibuang ke
tempat pembuangan akhir. Dalam pengelolaan persampahan diperkirakan 50%
sampai 70 % biaya yang digunakan pada sistem pengumpulan ini. Oleh sebab itu
sistem ini perlu diperhatikan sebaik-baiknya agar persentase tersebut dapat
dikurangi sehingga biaya pengelolaan sampah dapat ditekan. Pengumpulan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu (Damanhuri, 2004):
1. Secara langsung (door to door)
Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan
bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan dan
langsung diangkut ke tempat pemprosesan, atau ke tempat pembuangan akhir
2. Secara tidak langsung (Communal)
Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pemprosesan, atau ke tempat
pembuangan akhir, sampah dari masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu
oleh sarana pengumpul, seperti dalam gerobak sampah. Dalam hal ini, TPS dapat
pula berfungsi sebagai lokasi pemprosesan skala kawasan guna mengurangi
jumlah sampah yang harus diangkut ke pemprosesan akhir. Pada sistem communal
ini, sampah dari masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu dalam gerobak
tangan (hand cart) atau yang sejenis dan diangkut ke TPS. Gerobak tangan
merupakan alat pengangkutan sampah sederhana yang paling umum dijumpai di
kota-kota di Indonesia, dan memiliki kriteria persyaratan sebagai berikut:
a. Mudah dalam loading dan unloading
b. Memiliki kontruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang
ditempuh
c. Mempunyai tutup
Sistem pengumpulan dapat dibedakan berdasarkan model operasi,
perlengkapan yang digunakan dan jenis sampah yang dikumpulkan. Berdasarkan
model operasi, sistem pengumpulan dapat dibagi atas:
1. Hauled Container System (HCS)
Kontainer dibawa ke tempat pengumpulan, dikosongkan dan dikembalikan
ke lokasi semula
2. Stationary Container System (SCS)
Kontainer tetap di tempat semula, sampah dipindahkan ke kontainer kosong
yang dibawa sebelumnya
Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut
sampah atau tidak langsung melalui penggunaan gerobak atau motor sampah.
Pada kasus sistem pengelolaan sampah 3R maka pengumpulan dilakukan melalui
penggunaan gerobak atau motor sampah. Dalam perencanaan teknologi
pengumpulan maka digunakan beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 atau disesuaikan dengan kondisi
timbulan yang ada
2. Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah
3. Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah
4. Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan menggunakan sarana sebagai
berikut:
a. Gerobak atau motor sampah 3R yang bersekat sesuai jenis sampah yang
terpilah digunakan sesuai hasil pemilahan
b. Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu
5. Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun
Pola pengumpulan sampah terdiri dari (Damanhuri, 2004)
1.) Pola individu langsung oleh truk pengangkut ke pemprosesan. Syaratnya
adalah sebagai berikut:
a. Bila kondisi topografi bergelombang (rata-rata >5%), hanya alat pengumpul
mesin yang dapat beroperasi, sedang alat pengumpul non-mesin akan sulit
beroperasi
b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya
c. Kondisi dan jumlah alat memadai
d. Jumlah timbulan sampah >0,3 m3/hari
e. Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, kawasan pemukiman yang
tersusun rapi, dan jalan protokol
f. Layanan dapat pula diterapkan pada daerah gang. Petugas mengangkut tidak
masuk ke gang, hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini
datang, misal dengan bunyi-bunyian
2.) Pola individu tidak langsung, yakni dengan menggunakan pengumpul sejenis
gerobak sampah. Syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan
sebagai tempat pemprosesan sampah skala kawasan
b. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%), dapat digunakan alat
pengumpul non mesin (gerobak, becak)
c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung
d. Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa
mengganggu pemakai jalan lainnya
e. Terdapat organisasi pengelola pengumpulan sampah, dengan sistem
pengendaliannya
3.) Pola komunal langsung oleh truk pengangkut. Syaratnya adalah sebagai
berikut:
a. Alat angkut terbatas
b. Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah
c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual
(kondisi daerah berbukit, gang/jalan sempit)
d. Peran serta masyarakat tinggi
e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang
mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk)
f. Pemukiman tidak teratur
4.) Pola komunal tidak langsung. Syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat tinggi
b. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dilokasi yang
mudah dijangkau alat pengumpul
c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan
sebagai tempat pemeprosesan sampah skala kawasan
d. Bagi kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata <5%) dapat digunakan
alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi >5%
dapat digunakan cara lain seperti pukulan, kontainer kecil beroda dan
karung
e. Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah
5.) Pola penyapuan jalan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(tanah, lapangan rumput dan lain-lain)
b. Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada
fungsi dan nilai daerah yang dilayani
c. Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan
untuk kemudian diangkut ke pemerosesan akhir
d. Pengendalian personel dan peralatan harus baik
Gambar 2.2 Pola Pengumpulan Sampah
Sumber: SNI 19-2454-2002
Keterangan:
: Sumber timbulan sampah pewadahan individual
: Gerakan alat pengumpul
: Pewadahan komunal : Gerakan alat pengangkut
: Lokasi pemindahan : Gerakan penduduk ke wadah komunal
Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan (Damanhuri, 2004):
1. Ritasi antara 1-4 rit per hari
2. Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun
sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas
kerja, serta kondisi komposisi sampah. Semakin besar persentase sampah
organik, periodisasi pelayanan semakin sering. Untuk sampah kering, periode
pengumpulannya dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
3. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap
4. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara
periodik
5. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang akan terangkut
2.4.1.3 Sistem Transfer dan Transportasi
Transfer dan transport merupakan fasilitas yang digunakan untuk
memindahkan sampah dari satu lokasi ke lokasi lain. Hal ini dilakukan jika jarak
angkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) cukup jauh. Operasi transfer harus
cocok untuk semua jenis kendaraan pengumpul dan sistem konveyor.
Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah
dari lokasi pemindahan atau dari sumber secara langsung menuju Tempat
Pemprosesan Akhir (TPA). Pengangkutan sampah merupakan salah satu
komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan
sasaran mengoptimalisasikan waktu angkutan yang diperlukan dalam sistem
tersebut (Damanhuri, 2004).
Faktor-faktor yang menyebabkan diperlukan operasi transfer :
1) Menghindari terjadinya pembuangan sampah illegal
2) Lokasi TPA yang jauh dari tempat pengumpulan, lebih dari 10 mil
3) Kapasitas kendaraan pengumpulan yang kecil
4) Daerah pelayanan kecil
5) Menggunakan sistem HCS dengan kontainer kecil
6) Menggunakan sistem pengumpulan secara hidrolis
Transfer station dibedakan atas:
1. Direct Load
Pada jenis ini sampah langsung di masukkan ke trailer/kendaraan angkut
dipadatkan dan dibawa ke TPA
2. Storage Load
Sampah dimasukkan ke wadah penampungan dengan kapasitas
penyimpanan 1-3 hari, baru dibawa ke TPA
3. Kombinasi Direct Load dan Storage Load
Transfer station ini biasanya digunakan pada fasilitas multipurpose.
TPS TPA
Pool Kendaraan
Sistem pengangkutan (transport) sampah dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut ini :
1.) Non kontainer
Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan menggunakan LPS non
kontainer, sistem yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Kendaraan pengangkut yang keluar dari pool lokasi kendaraan langsung
menuju ke LPS untuk mengangkut sampah menuju LPA
b. Setelah sampah dibuang, kendaraan kembali menuju ke LPS yang sama atau
yang lain untuk kembali mengangkut sampah pada ritase berikutnya.
Tabel 2.5 Pengangkutan Sampah Non Container
Sumber: Tchobagnolous, 1993
2.) Sistem Kontainer
Ada dua jenis sistem pengangkutan sampah dengan menggunakan container
antara lain: HCS (Hauled Container System) yaitu kontainer yang berfungsi
sebagai pengumpul sampah diangkut menuju LPA dan LPS (Stationary Container
Sistem) yaitu dengan kondisi kontainer tetap berada ditempatnya. Keduanya
memiliki cara persamaan tersendiri dalam menentukan jumlah sampah terangkut
dan ritasi yang dapat diperoleh.
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer, terdapat beberapa pola
5pengangkutan sebagai berikut :
a.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 1 (Gambar
2.3)
1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA
2. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula
3. Menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
4. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula
5. Demikian seterusnya sampai rute terakhir
Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat
pada gambar berikut ini
Gambar 2.3 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara 1
Sumber: Tchobagnolous, 1993
b.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 2 (Gambar
2.4)
TPA
isi
A
kosong
A B B C
pool
1 2 3
4
5
kontainer
C
6
7
8 9
10
Ke pool
1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke pemerosesan atau TPA
2. Kemudian kendaraan dengan kontainer kosong menuju ke lokasi kedua
untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk
diangkut ke TPA
3. Demikian seterusnya sampai terakhir
4. Pada rute terakhir, kontainer kosong dari TPA menuju ke lokasi kontainer
pertama
5. Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu misal untuk pengambilan pada
jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalu lintas
Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2 dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 2.4 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer cara 2
Sumber: Tchobagnolous, 1993
c.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 3 (Gambar
2.5)
1. Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi
kontainer isi untuk mengganti dan langsung membawanya ke TPA
TPA
isi
A
kosong
A B B C
pool
1 2 34
5
kontainer
Ke lokasi kontainer
6
7
2. Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke
kontainer isi berikutnya
3. Demikian seterusnya sampai rute terakhir
Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 3 dapat
dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 2.5 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 3
Sumber: Tchobagnolous, 1993
d.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 4 (Gambar
2.6)
1. Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan
kedalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer kosong;
2. Kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh,
kemudian langsung ke TPA;
3. Demikian seterusnya sampai rute terakhir.
Pola pengangkutan dengan sistem kontainer tetap dapat dilihat pada gambar
berikut ini
TPA
isi kosong
pool
1 2 3 4 5
kontainer
6
7
Ke pool
Gambar 2.6 Pola Pengangkutan dengan Sistem Kontainer Tetap
Sumber: Tchobagnolous, 1993
Bila mengacu pada sistem di negara maju, maka pengangkutan sampah
dapat dilakukan dengan dua metode (Damanhuri, 2004):
1. Hauled Container System (HCS)
Adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat
dipindah-pindahkan dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. HCS
merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersil (kontainer dibawa ke
tempat pengumpulan, dikosongkan dan dikembalikan ke lokasi semula).
Hauled Container System dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Konvensional
Wadah sampah yang telah berisi penuh akan diangkut ke tempat
pembongkaran, kemudian setelah dikosongkan wadah sampah tersebut
dikembalikan ke tempat semula
b. Exchange container
Wadah sampah yang telah berisi penuh akan diangkut dan tempatnya akan
langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa
2. Stationary Container System (SCS)
Sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa
berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang
TPA
isi kosong
Truk pemadat
dari pool
kontainer
dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah
tinggal yang ditujukan untuk melayani daerah pemukiman (kontainer tetap di
tempat semula, sampah dipindahkan ke kontainer kosong yang dibawa
sebelumnya)
2.4.2 Aspek Non Teknis
Operasi suatu sistem pengelolaan persampahan sangat ditentukan oleh
peraturan-peraturan yang mendukungnya. Peraturan-peraturan tersebut melibatkan
wewenang dan tanggung jawab badan pengelola serta partisipasi masyarakat
dalam pemeliharaan kebersihan dan pembayaran retribusi.
Keberhasilan pengelolaan persampahan bukan hanya tergantung aspek
teknis semata, tetapi mencakup juga aspek non teknis, seperti bagaimna mengatur
sistem agar dapat berfungsi, bagaimana lembaga atau organisasi yang sebaiknya
mengelola, bagaimana membiayai sistem tersebut dan yang tak kalah pentingnya
adalah bagaimana melibatkan masyarakat penghasil smpah dalam aktivitas
penanganan sampah. Departemen Pekerjaan Umum ejak tahun 1980-an
menggariskan bahwa kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia merupakan
sebuah sistem yang terdiri dari 5 komponen sub sistem, yaitu :
a. Peraturan/hukum
b. Kelembagaan dan organisasi
c. Teknik operasional
d. Pembiayaan
e. Peran serta masyarakat
1. Pengaturan/ Legalitas
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan
dasar hukum. Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem
pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang :
a. Keterlibatan umum yang terkait dengan penanganan sampah
b. Rencana induk pengelolaan sampah kota
c. Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
d. Tata cara penyelenggaraan pengelolaan
e. Besaran tarif jasa pelayanan atau restribusi
Pengelolaan persampahan ini diatur dengan peraturan-peraturan yang
berlaku yang disertai dengan pembinaan, pengawasan dan sanksi-sanksi untuk
menegakkan hukum. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap sendi-sendi
kehidupan di negara Indonesia berpijak pada hukum. Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
persampahan, setiap kawasan perumahan, kawasan komersil, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya diwajibkan
memiliki instalasi pemilahan sampah.
Pemerintah akan memberikan sanksi yang keras baik berupa sanksi
administratif maupun pidana bagi yang melanggar. Semua peraturan ini tidak saja
melibatkan pihak pengelolanya saja, melainkan harus didukung oleh peran serta
masyarakatnya dalam hal pengumpulan, pemeliharaan kebersihan serta
kedisiplinan dalam pembayaran iuran retribusi sampah.
2. Aspek Pembiayaan
Struktur pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
(Damanhuri, 2004) :
1.) Biaya investasi
Merupakan biaya yang diperlukan untuk pengadaan perangkat keras
(peralatan dan sasaran) dan pengadaan lunak seperti studi/perencanaan induk
program persampahan, penyusunan sistem prosedur, pendidikan dan latihan awal
serta biaya insidentil penerapan sistem baru
2.) Biaya operasional, seperti :
a. Gaji dan upah
b. Transportasi, seperti bahan bakar
c. Perawatan dan perbaikan
d. Pendidikan dan latihan
e. Administrasi kantor dan lapangan
Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda system
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar.
Diharapkan bahwa sistem pengelolaan sampah di Indonesia akan menuju pada
pembiayaan sendiri, termasuk disini dengan pembentukan perusahaan daerah
(Damanhuri, 2004).
3. Aspek Institusi
Aspek institusi merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin yang
bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek
ekonomi, sosial, budaya dan kondisi fisik wilayah dan memperhatikan pihak yang
dilayani yaitu masyarakat , perancangan dan pemilihan bentuk organisasi
disesuaikan dengan :
a. Peraturan pemerintah yang membinanya
b. Pola sistem operasional yang diterapkan
c. Kapasitas kerja sistem
d. Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani
Kebijakan yang diterapkan di Indonesia dalam mengelola sampah kota
secara formal adalah seperti yang diarahkan oleh Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah sebagai departemen teknis yang membina pengelola
persampahan perkotaan di Indonesia. Bentuk institusi pengelolaan persampahan
kota yang dianut di Indonesia:
1) Seksi Kebersihan dibawah satu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum
(PU) terutama apabila masalah kebersihan kota masih bisa ditanggulangi
oleh suatu seksi di bawah dinas tersebut
2) Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) dibawah suatu dinas, Dinas PU
terutama apabila dalam struktur organisasi belum ada seksi khusus dibawah
dinas yang mengelola
3) Kebersihan, sehingga lebih memberikan tekanan pada masalah operasi dan
lebih mempunyai otonom daripada seksi
4) Dinas Kebersihan akan memberikan percepatan dan pelayanan pada
masyarakat dan bersifat laba. Dinas ini perlu dibentuk karena aktivitas dan
volume pekerjaan yang sudah meningkat
5) Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan, merupakan organisasi pengelola yang
dibentuk bila permasalahan di kota tersebut sudah cukup luas dan kompleks.
Pada prinsipnya perusahaan daerah ini tidak lagi disubsidi oleh pemerintah
daerah (Pemda), sehingga efektivitas penarikan restribusi akan lebih
menentukan. Bentuk ini sesuai untuk kota metropolitan
4. Aspek Peran Serta Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan
melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas
kondisi lingkungan yang bersih dan pada akhirnya dapat menumbuhkan dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kebersihan. Perubahan
bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud apabila ada usaha membangkitkan
masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap dan perilaku terhadp
kebersihan/sampah tidak lagi didasarkan kepada keharusan atau kewajibannya,
tetapi lebih didasarkan kepada nilai kebutuhan. Pengertian masyarakat disini dapat
diperluas lebih jauh misalnya untuk pejabat pemerintah (birokrasi), pengusaha,
pedagang, pendidik dan sebagainya.
Tujuan program peran serta masyarakat adalah:
a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang adanya program
pengelolaan sampah
b. Memperoleh dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan program
c. Meningkatkan kinerja keseluruhan sistem pengelolaan sampah kota
Peningkatan peran serta masyarakat relatif akan berhasil bila
memperhatikan aspek-aspek berikut:
a. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang berhasil
b. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh
pengertian yang menumbuhkan kesadaran
c. Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan
d. Antusiasme, yang menumbuhkan spontanitas
e. Adanya rasa tanggung jawab, terhadap kepentingan bersama
Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan, yaitu antaranya:
a. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata
b. Belum melembagakan keinginan dalam masyarakat untuk menjaga
lingkungan
c. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan
pedoman pelaksanaan
d. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan
dalam programnya
e. Kekhawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai
dengan konsep Pengelolaan yang ada
2.5 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu
penulis dalam menyelesaiakan penelitian yang terdiri atas bagan kerangka
konseptual dapat dilihat pada tabel 2.6 sebagai berikut :
Tabel 2.6 Bagan Kerangka Konseptual
Adapun input dari kerangka konseptual pada penelitian ini adalah data
timbulan sampah, wawancara dengan mahasiswa di sekitar kampus Sekolah
Tinggi Tekonolgi Industri (STTIND) Padang. Setelah itu pada tahap proses
dilakukan penghitungan timbulan sampah dan mengkaji timbulan sampah , Output
dari penelitian ini diharapkan mendapatkan data timbulan sampah STTIND
Padang yang akurat.
Input
1. Data timbulan sampah
2. Observasi dan wawancara sumber informasi
Proses 1. Menghitung
timbulan sampah 2. Mengkaji aspek
teknis pengelolaan sampah
Output
Hasil data timbulan sampah STTIND Padang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif . Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa
– apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau
ada.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah di kawasan kampus Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang, dimana kampus STTIND terdapat 2 (dua)
buah gedung, masing-masing sampah pada gedung tersebut dilakukan pengukuran
timbulan sampah di setiap bak penampungan sementara.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang
memiliki karakteristik tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah semua sampah
di area kampus STTIND yang dihasilkan dari kegiatan setiap hari.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi data yang dianggap mewakili
populasi keseluruhan. Jumlah sampel dihitung berdasarkan SNI 19-3964-1994
selama 8 (delapan) hari, Sampling dilakukan di gedung satu dan gedung dua
kampus STTIND Padang yang di ambil sebanyak 4 titik yang terdiri dari lantai 1 ,
lantai 2 , lantai 3 dan kantin kampus.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah parameter yang akan dikaji didalam melakukan
penelitian. Adapun variabel penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini
antara lain timbulan sampah, kondisi sarana prasarana dan Sub sistem teknis
operasional pengelolaan sampah di area kampus STTIND Padang.
3.5 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang akan diambil ada 3 sumber data yaitu :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung
dari hasil percobaan atau pengamatan di lapangan ataupun langsung dari tangan
pertama. Data primer yang diperlukan dalam penelitian kali ini antara lain jumlah
timbulan sampah dalam satuan berat maupun volume, komposisi sampah, kondisi
sistem pengelolaan sampah yang terdapat di STTIND Padang saat ini (dimulai
dari pewadahan, pengumpulan, pengolahan, serta pemindahan dan pengangkutan),
Pengumpulan data primer maupun sekunder dilakukan dengan beberapa metode
antara lain metode wawancara, observasi, dan studi literatur
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian tugas akhir ini, meliputi :
1) Gambaran umum kampus STTIND Padang
2) Jumlah Mahasiswa, dan Pegawai yang aktif diperoleh dari bagian
kepegawaian STTIND Padang
3) Fasilitas penunjang yang ada di kampus STTIND Padang.
c. Studi Literatur/Kepustakaan
Studi literatur diperlukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan
pengelolaan sampah dan digunakan selama pengerjaan Tugas Akhir.
Studi literatur dapat dijadikan acuan dalam penyelesaian masalah yang
ada. Studi literatur dapat diperoleh dari berbagai sumber yang relevan,
yaitu buku teks, jurnal dan artikel dari internet, laporan Tugas Akhir
yang relevan, dan SK-SNI. Selain itu, dengan adanya studi literatur
dapat diketahui data apa saja yang diperlukan untuk keperluan analisis
dan perencanaan.
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Cara pelaksanaan sampling :
a. Kantong plastik yang sudah diberi tanda sumber sampah disiapkan 1 hari
sebelum pengumpulan
b. Jumlah unit masing-masing penghasil sampah dicatat
c. Menimbang kotak pengukur yang dijadikan sebagai wadah saat proses
pengukuran berat
d. Tuang secara bergiliran contoh sampah yang telah terkumpul ke dalam
kotak pengukur
e. Hentak kotak contoh sebanyak 3 x dengan mengangkat kotak setinggi 20
cm, lalu jatuhkan
f. Timbang dan catat berat sampah dalam kotak pengukur
g. Kumpulkan sampah dari masing-masing lokasi ke dalam bak pengukur 500
liter (sebelumnya bak pengukur 500 liter tersebut telah ditimbang)
h. Ukur dan catat volume sampah keseluruhan
i. Pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah (organik, kertas,
plastik,logam, gelas, styrofoam, dan lainnya)
j. Timbang dan catat berat dan volume masing-masing komponen komposisi
sampah
3.7 Peralatan yang digunakan
Peralatan yan dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
1. Alat-alat tulis
2. Daftar pertanyaan sebagai panduan kuisioner langsung
3. Timbangan 10 kg dan 30 kg
4. Kantong plastik untuk pengumpulan sampah dan lakban
5. Tabel daftar isian
6. Kamera/tustel
7. Sarung tangan
8. Masker penutup hidung
9. Kotak ukur 40 liter, penggaris dan meteran
10. Gerobak dorong
11. Gunting.
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengelolaan
persampahan di kampus STTIND Padang. Data yang diolah adalah data yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan data sekunder
Untuk mendapatkan hasil yang merupakan tujuan penelitian yang dimaksud
diatas, maka dilakukanlah metoda seperti berikut untuk mendapatkan data - data
penelitian yang sesuai. Adapun metoda yang dilakukan berupa perhitungan
timbulan sampah sesuai dengan SNI-19-3964-1994.
a. Menghitung berat jenis, digunakan rumusan sebagai berikut:
berat jenis sampah =
b. Menghitung volume sampah, digunakan rumusan sebagai berikut: volume
sampah = luas kotak x tinggi sampah
c. Menghitung komponen komposisi sampah, dihitung dengan cara
menimbang berat total timbulan sampah terlebih dahulu, kemudian total
timbulan tersebut dipilah berdasarkan komponen karakteristik yang sudah
ditetapkan, lalu masing-masing komponen ditimbang beratnya
d. Menghitung presentase komposisi tiap karakteristik sampah, dilakukan
dengan menggunakan perhitungan berikut: persentase komponen (%)
= x 100 %
e. Menghitung laju timbulan sampah dalam satuan kg/orang/hari, dihitung
dengan persamaan berikut: timbulan (kg/org/hari)
=
f. Dimana berat total timbulan berupa jumlah total timbulan limbah padat yang
ditimbang pada hari yang sama dalam satuan kg
g. Menghitung laju timbulan sampah dalam satuan m3/hari
h. Volume total timbulan berupa jumlah total volume timbulan sampah yang
diukur pada hari yang sama dalam satuan m3
Data timbulan ini merupakan dasar perhitungan timbulan sampah yang
harus dikelola untuk kepentingkan perencanaan peningkatan pelayanan
pengelolaan sampah.
3.9 Kerangka Metodologi
Adapun kerangka metodologi penelitian yang akan dilakukan dari proposal
penelitian ini adalah yang terlihat pada Gambar :
Tabel 3.1 Kerangka Metodologi
Mulai
Survey Lapangan Studi Literatur
Identifikasi masalah 1. Masih kurangnya pengelolaan sampah di kampus sekolah tinggi teknologi
industri (STTIND) Padang 2. Belum tersedianya fasilitas pewadahan di sumber-sumber timbulan
sampah. 3. Sarana dan prasarana yang dimiliki belum dimanfaatkan secara
maksimal
Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana terkait dengan
pelayanan pembuangan sampah yang ada di kampus Sttind Padang?
2. Bagaimana kondisi sistem pengelolaan sampah pada umumnya dan sub sistem teknis operasional khusunya ?
3. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam meningkatkan pengelolaan sampah ?
Pengolahan Data 1. Mengetahui besaran timbulan sampah 2. Menyusun rencana pengelolaan sampah
Batasan masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, maka ditetapkan batasan masalah yaitu hanya mengkaji pengelolaan sampah dan timbulan sampah yang ada di kampus Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
Kesimpulan
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mengetahui jumlah timbulan sampah di kampus STTIND Padang
Dari hasil penelitian di kampus STTIND Padang selama 8 hari mulai
tanggal 04 Desember 2017 – 11 Desember 2017, ditimbang jumlah timbulan
sampah pada gedung 1 dan gedung 2, Sampah dihitung dengan menggunakan
konvaktor berkapasitas 40 L, sampah dihitung perlantai dimana komposisi
sampah berbeda-beda sehingga dilakukan pemilahan, ditimbang sesuai jenis
sampah, dan dihitung persentase komposisi sampah yang terdapat disetiap
lantainya.
Untuk mendapatkan data timbulan Gedung 1 dan Gedung 2 kampus
STTIND Padang digunakan rumus seperti dibawah ini :
Ukuran Konvaktor : Panjang = 0,2 M
Lebar = 0,2 M
Tinggi = 1 M
Volume Konvaktor : P x L x T = 0,2 x 0,2 x 1 = 0,04 m3 = 40 L
1 m3 = 1000 L
Volume Sampah : P x L x T(sampah)
Persentase Komposisi Sampah = x 100 %
4.1.1 Lokasi Sampling di Gedung 1 kampus STTIND Padang
Tabel 4.1 Sampling Hari Senin 04 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L)
Lantai 1 2,50 0,20 8,00
Lantai 2 4,00 0,40 16,00
Lantai 3 1,00 0,15 6,00
Kantin 3,00 0,33 13,20
Total 10,50 1,08 43,20
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 1,20 11,43
Kertas 4,50 42,86
Plastik 3,50 33,33
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,80 7,62
Kaleng 0,50 4,76
Total 10,50 100,00
Dilihat dari tabel 4.1 diatas sampling di hari senin pada Gedung 1 STTIND
Padang jumlah sampah yang tertinggi yaitu pada lantai 2 berjumlah 4,00 kg karna
banyaknya aktifitas perkuliahan di lantai tersebut dan yang terendah di lantai 3
yang berjumlah 1,00 kg karna pada lantai tersebut kegiatan perkuliahan lebih
sedikit di bandingkan dengan lantai yang lain . Sedangkan untuk komposisi
sampah pada Gedung 1 yang terbanyak yaitu jenis sampah kertas 4,50 kg dan
yang sedikit sampah dedaunan jumlahnya hanya 0,00 kg.
Tabel 4.2 Sampling Hari Selasa 05 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L)
Lantai 1 3,60 0,33 13,20
Lantai 2 3,80 0,38 15,20
Lantai 3 1,20 0,19 7,60
Kantin 4,20 0,45 18,00
Total 12,80 1,35 54,00
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 2,80 21,88
Kertas 5,50 42,97
Plastik 3,30 25,78
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,50 3,91
Kaleng 0,70 5,47
Total 12,80 100,00
Dari tabel 4.2 diatas sampling di hari selasa pada Gedung 1 STTIND Padang
jumlah sampah yang tertinggi yaitu pada kantin kampus berjumlah 4,20 kg karna
disebabkan banyaknya mahasiswa yang berada di kantin pada hari tersebut dan
yang terendah ada di lantai 3 yang berjumlah 1,20 kg karna pada lantai tersebut
kegiatan perkuliahan lebih sedikit di bandingkan dengan lantai yang lain. .
Sedangkan untuk komposisi sampah pada Gedung 1 yang terbanyak yaitu jenis
sampah kertas 5,50 kg dan yang sedikit sampah dedaunan jumlahnya hanya 0,00
kg. Pada sampah dedaunan tidak di temukan pada gedung 1 karna tidak adanya
pohon di sekitar lingkungan kampus.
Tabel 4.3 Sampling Hari Rabu 06 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L)
Lantai 1 3,80 0,35 14,00
Lantai 2 4,10 0,44 17,60
Lantai 3 0,80 0,18 7,20
Kantin 3,50 0,32 12,80
Total 12,20 1,29 51,60
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 3,50 28,69
Kertas 4,80 39,34
Plastik 2,50 20,49
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,90 7,38
Kaleng 0,50 4,10
Total 12,20 100,00
Pada sampling di hari rabu pada Gedung 1 STTIND Padang jumlah sampah
yang tertinggi yaitu pada lantai 2 berjumlah 4,10 kg karna disebabkan banyaknya
aktifitas perkuliahan di lantai tersebut dan yang terendah di lantai 3 yang
berjumlah 0,80 kg karna pada lantai tersebut kegiatan perkuliahan lebih sedikit di
bandingkan dengan lantai yang lain . Sedangkan untuk komposisi sampah pada
Gedung 1 yang terbanyak yaitu jenis sampah kertas 4,80 kg dan yang sedikit
sampah dedaunan jumlahnya hanya 0,00 kg
Tabel 4.4 Sampling Hari Kamis 07 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L) Lantai 1 2,50 0,15 6,00 Lantai 2 3,20 0,31 12,40 Lantai 3 0,50 0,10 4,00 Kantin 4,50 0,50 20,00 Total 10,70 1,06 42,40
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 3,70 34,58 Kertas 3,10 28,97 Plastik 2,90 27,10 Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00 Kaca 0,30 2,80 Kaleng 0,70 6,54
Total 10,70 100,00
Dilihat dari tabel 4.4 diatas pada Gedung 1 STTIND Padang jumlah sampah
yang tertinggi yaitu pada kantin kampus berjumlah 4,50 kg karna banyaknya
mahasiswa yang berada di kantin kegiatan yang menghasilkan sampah pada hari
tersebut, dan yang terendah ada di lantai 3 yang berjumlah 0,50 kg karna pada
lantai tersebut kegiatan perkuliahan lebih sedikit di bandingkan dengan lantai
yang lain. . Sedangkan untuk komposisi sampah pada Gedung 1 yang terbanyak
yaitu jenis sampah makanan 3,70 kg dan yang sedikit sampah dedaunan
jumlahnya hanya 0,00 kg karna tidak ada pohon di sekitar lingkungan kampus .
Tabel 4.5 Sampling Hari Jum’at 08 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L) Lantai 1 3,30 0,35 14,00 Lantai 2 4,20 0,43 17,00 Lantai 3 0,80 0,08 3,20 Kantin 4,20 0,43 17,20 Total 12,50 1,29 51,60
KOMPOSISI SAMPAH Kg % Sampah Makanan 3,30 26,40 Kertas 5,20 41,60 Plastik 2,80 22,40 Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00 Kaca 0,70 5,60 Kaleng 0,50 4,00
Total 12,50 100,00
Pada sampling di hari jumat pada Gedung 1 STTIND Padang jumlah
sampah yang tertinggi yaitu pada lantai 2 dan kantin berjumlah 4,20 kg karna
disebabkan banyaknya aktifitas mahasiswa di lantai dan kantin pada hari tersebut
dan yang terendah di berada lantai 3 yang berjumlah 0,80 kg karna pada lantai
tersebut kegiatan perkuliahan lebih sedikit di bandingkan dengan lantai yang lain .
Sedangkan untuk komposisi sampah pada Gedung 1 yang terbanyak yaitu jenis
sampah kertas 5,20 kg dan yang sedikit sampah dedaunan jumlahnya hanya 0,00
kg.
Tabel 4.6 Sampling Hari Sabtu 09 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L)
Lantai 1 4,20 0,43 17,20
Lantai 2 4,80 0,58 23,20
Lantai 3 1,10 0,17 6,80
Kantin 4,70 0,57 22,80
Total 14,80 1,75 70,00
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 5,50 37,16
Kertas 4,80 32,43
Plastik 3,80 25,68
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,30 2,03
Kaleng 0,40 2,70
Total 14,80 100,00
Pada di hari Sabtu dapat di lihat tabel 4.6 diatas sampling di hari sabtu pada
Gedung 1 STTIND Padang jumlah sampah yang tertinggi yaitu pada lantai 2
berjumlah 4,80 kg karna banyaknya aktifitas perkuliahan di lantai 2 dan yang
terendah di lantai 3 yang berjumlah 1,10 kg karna pada lantai tersebut kegiatan
perkuliahan lebih sedikit di bandingkan dengan lantai yang lain.
Sedangkan untuk komposisi sampah pada Gedung 1 yang terbanyak yaitu
jenis sampah makanan 5,50 kg karna disebabkan banyaknya mahasiswa yang
membawa nasi bungkus ke kampus sehingga banyak menimbulkan sisa-sisa
sampah makanan pada hari tersebut, dan yang sedikit sampah dedaunan
jumlahnya hanya 0,00 kg.
Tabel 4.7 Sampling Hari Minggu 10 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L)
Lantai 1 0,00 0,00 0,00
Lantai 2 0,00 0,00 0,00
Lantai 3 0,00 0,00 0,00
Kantin 0,00 0,00 0,00
Total 0,00 0,00 0,00
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 0,00 0,00
Kertas 0,00 0,00
Plastik 0,00 0,00
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,00 0,00
Kaleng 0,00 0,00
Total 0,00 0,00
Pada hari minggu dapat dilihat pada tabel 4.7 di atas jumlah sampah di hari
tersebut bejumlah 0,00 dimana jumlah sampah tidak di temukan karna kampus di
tutup tidak ada kegiatan perkuliahan di hari tersebut pada gedung 1.
Tabel 4.8 Sampling Hari Senin 11 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume (L)
Lantai 1 3,20 0,31 12,40
Lantai 2 4,40 0,48 19,20
Lantai 3 1,20 0,19 7,60
Kantin 3,80 0,35 14,00
Total 3,20 0,31 12,40
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 3,30 26,19
Kertas 4,30 34,13
Plastik 3,90 30,95
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,60 4,76
Kaleng 0,50 3,97
Total 12,60 100,00
Tabel 4.8 diatas sampling di hari senin ke 2 pada Gedung 1 STTIND
Padang jumlah sampah yang tertinggi yaitu pada lantai 2 berjumlah 4,40 kg karna
disebabkan pada hari tersebut banyaknya aktifitas perkuliahan di lantai 2 dan yang
terendah di lantai 3 yang berjumlah 1,20 kg karna pada lantai tersebut kegiatan
perkuliahan lebih sedikit di bandingkan dengan lantai yang lain . Sedangkan untuk
komposisi sampah pada Gedung 1 yang terbanyak yaitu jenis sampah kertas 4,30
kg dan yang sedikit sampah dedaunan jumlahnya hanya 0,00 kg.
Tabel 4.9 Total Timbulan Sampah Harian Gedung 1
Total Timbulan Sampah Harian L/hari
Lokasi Senin 1
Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Senin 2 Rata - Rata
Gedung 1
43,20 54,00 51,60 42,40 51,60 70,00 0,00 53,20 45,75
Pada Tabel 4.9 tergambar jumlah timbulan sampah pada gedung 1 tertinggi
pada hari sabtu yaitu 70,00 L/hari sedangkan yang terendah 0 L/hari pada hari
minggu, namun total rata-rata timbulan sampah pada gedung 1 yaitu 45,75 L/hari.
Grafik jumlah timbulan sampah selama 8 hari gedung 1 dapat di lihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 4.1 Grafik jumlah timbulan sampah gedung 1
Jumlah timbulan sampah tertinggi yaitu pada hari Sabtu 09 Desember 2017
mencapai 70 L/hari sedangkan yang terendah pada hari Kamis 07 Desember 2017
yaitu hanya 42,40 L/hari dan pada hari Minggu 10 Desember jumlah sampah 0
L/hari dikarenakan gedung 1 ditutup karena tidak ada jadwal perkuliahan di hari
Minggu.
Adapun asumsi jumlah timbulan sampah tertinggi yang dihasilkan oleh
mahasiswa perorang per hari pada hari Sabtu 09 Desember 2017 yaitu :
Jumlah sampah pada hari Sabtu = 70 L/hari
Jumlah mahasiwa dan karyawan hari Sabtu = 132 Orang
Jumlah timbulan sampah/org/hr = = 0,53 L/Org/hr
Jadi mahasiswa dan karyawan STTIND Padang pada hari Sabtu
menghasilkan timbulan sampah 0,53 L/Org/hari, jumlah timbulan ini lebih sedikit
dibandingkan jumlah timbulan sampah rata-rata orang/hari yaitu sebanyak 2,5
L/hari. Timbulan sampah yang sedikit disebabkan karena mahasiswa hanya kuliah
paling banyak 2 mata pelajaran saja, mahasiswa lansung pulang setelah kuliah dan
daya beli yang kurang dikampus karena tidak adanya koperasi atau warung yang
menyediakan jajanan sedangkan kantin hanya menjual makanan lansung saji
sehingga tidak menimbulkan sampah. Sampah yang terkumpul diperkirakan
sampah makanan yang dibawa mahasiswa dari luar kampus.
Adapun asumsi jumlah timbulan sampah terendah yang dihasilkan oleh
mahasiswa perorang per hari pada hari Kamis 07 Desember 2017 yaitu :
Jumlah sampah pada hari Kamis = 42,40 L/hari
Jumlah mahasiwa dan karyawan hari Kamis = 85 Orang
Jumlah timbulan sampah/org/hr = = 0,5 L/Org/hr
Jadi mahasiswa dan karyawan STTIND Padang pada hari Kamis
menghasilkan timbulan sampah 0,5 L/Org/hari, jumlah timbulan ini lebih sedikit
dibandingkan jumlah timbulan sampah hari Sabtu. Timbulan sampah yang sedikit
disebabkan karena mahasiswa rata – rata kuliah hanya 1 jadwal saja, mahasiswa
lansung pulang setelah perkuliahan.
4.1.2 Lokasi Sampling di Gedung 2 kampus STTIND Padang
Tabel 4.10 Sampling Hari Senin 04 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L)
Lantai 1 3,20 0,38 15,20
Lantai 2 2,20 0,20 8,00
Total 5,40 0,58 23,20
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 1,50 27,78
Kertas 2,10 38,89
Plastik 1,20 22,22
Dedaunan/ Kayu 0,20 3,70
Kaca 0,10 1,85
Kaleng 0,30 5,56
Total 5,40 100,00
Pada sampling di hari Senin gedung 2 kampus STTIND Padang jumlah
sampah pada lantai 1 terdapat 3,20 kg, untuk lantai 2 bejumlah 2,20 kg, jadi
jumlah sampah yang tertinggi yaitu pada lantai 1 dan yang terendah di ada lantai 2
Sedangkan komposisi sampah gedung 2 STTIND Padang yang tertinggi
yaitu jenis sampah kertas jumlahnya 2,10 kg dan yang terendah yaitu sampah kaca
0,10 kg.
Tabel 4.11 Sampling Hari Selasa 05 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L)
Lantai 1 4,20 0,43 17,20
Lantai 2 3,10 0,31 12,40
Total 7,30 0,74 29,60
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 2,80 27,78
Kertas 2,10 38,89
Plastik 1,20 22,22
Dedaunan/ Kayu 0,20 3,70
Kaca 0,10 1,85
Kaleng 0,30 5,56
Total 5,40 100,00
Dilihat dari tabel 4.11 diatas sampling di hari selasa jumlah sampah tertinggi
yaitu pada lantai 1 berjumlah 4,20 kg karna di sebabkan kegiatan mahasiswa lebih
banyak di lantai 1 di bandingkan dengan lantai 2, sedangkan komposisi sampah
pada gedung 2 yang tertinggi yaitu jenis sampah makanan 2,80 kg karna di hari
tersebut banyaknya staf kepegawaian yang membeli nasi bungkus sehimgga
menimbulkan sisa-sisa sampah makanan, dan yang terendah yaitu jenis sampah
kaca berjumlah 0,10 kg
Tabel 4.12 Sampling Hari Rabu 06 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L) Lantai 1 4,80 0,44 17,60 Lantai 2 3,50 0,38 15,20 Total 8,30 0,82 32,80
KOMPOSISI SAMPAH Kg % Sampah Makanan 2,30 27,71 Kertas 2,80 33,73 Plastik 1,50 18,07 Dedaunan/ Kayu 0,30 3,61 Kaca 0,90 10,84 Kaleng 0,50 6,02
Total 8,30 100,00
Pada di hari Rabu dapat di lihat dari tabel 4.12 diatas dimana jumlah total
sampah pada gedung 2 keseluruhannya berjumlah 8,30 kg pada hari Rabu
tersebut, jumlah sampah tertinggi yaitu pada lantai 1 yaitu 4,80 kg sedangkan
untuk komposisinya jenis sampah yang tertinggi yaitu kertas jumlahnya 2,80 kg
dan yang terendah 0,50 kg sampah kaleng.
Tabel 4.13 Sampling Hari Kamis 07 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L) Lantai 1 2,50 0,25 10,00 Lantai 2 2,80 0,18 7,20 Total 5,30 0,43 17,20
KOMPOSISI SAMPAH Kg % Sampah Makanan 1,30 24,53 Kertas 2,10 39,62 Plastik 1,20 22,64 Dedaunan/ Kayu 0,30 5,66 Kaca 0,00 0,00 Kaleng 0,40 7,55
Total 5,30 100,00 Sampling Pada hari kamis dapat di lihat dari tabel 4.13 diatas dimana jumlah
total sampah pada gedung 2 keseluruhannya berjumlah 5,30 kg, jumlah sampah
tertinggi yaitu pada lantai 2 berjumlah 2,80 kg sedangkan terendah di lantai 1
berjumlah 2,50 kg disebabkan karna banyaknya kegiatan pekuliahan di lantai 2
pada hari tersebut. untuk komposisinya jenis sampah yang tertinggi yaitu kertas
jumlahnya 2,10 kg dan yang terendah 0,00 kg sampah kaca.
Tabel 4.14 Sampling Hari Jum’at 08 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L)
Lantai 1 3,80 0,35 4,10
Lantai 2 2,40 0,20 3,80
Total 6,20 0,55 7,90
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 1,30 20,97
Kertas 2,20 35,48
Plastik 1,80 29,03
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,30 4,84
Kaleng 0,60 9,68
Total 6,20 100,00
Pada sampling di hari jum’at pada gedung 2 dapat dilihat dari tabel 4.14 di
atas dimana lantai 1 jumlah sampah nya berjumlah 3,80 kg, sedangkan untuk
lantai 2 jumlah sampah nya berjumlah 2,40 kg. Total jumlah sampah nya pada
lantai 1 dan lantai 2 berjumlah 6,20 kg dan untuk total volume sampah pada
gedung 2 yaitu 7.90 Liter. Sampah yang tertinggi ada di lantai 1 dan untuk
komposisinya jenis sampah yang terbanyak yaitu sampah plastik 1,80 kg dan
yang terendah jenis nya sampah dedaunan 0,00 pada sampling hari tersebut.
Tabel 4.15 Sampling Hari Sabtu 09 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L)
Lantai 1 4,10 0,42 16,80
Lantai 2 3,80 0,35 14,00
Total 7,90 0,77 30,80
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 2,40 30,38
Kertas 2,80 35,44
Plastik 1,40 17,72
Dedaunan/ Kayu 0,20 2,53
Kaca 0,30 3,80
Kaleng 0,80 10,13
Total 7,90 100,00
Dari tabel 4.15 di atas dimana lantai 1 jumlah sampahnya berjumlah 4.10 kg,
dan di lantai 2 berjumlah 3,80 kg, jadi total jumlah sampah pada gedung 2 di hari
sabtu berjumlah 7,90 kg. sedangkan total volume sampahnya berjumlah 30,80
Liter pada hari tersebut. Dilihat sampling di hari sabtu jumlah sampah tertinggi
yaitu pada lantai 1 berjumlah 4,10 kg karna di sebabkan kegiatan mahasiswa lebih
banyak di lantai 1 di bandingkan dengan lantai 2, sedangkan komposisi sampah
pada gedung 2 yang tertinggi yaitu jenis sampah kertas 2,80 kg, dan yang terendah
yaitu jenis sampah dedaunan/kayu berjumlah 0,20 kg.
Tabel 4.16 Sampling Hari Minggu 10 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L)
Lantai 1 2,50 0,20 8,00
Lantai 2 1,50 0,19 7,60
Total 4.00 0,39 15,60
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 1,20 30.00
Kertas 1,10 27.50
Plastik 0,90 22,50
Dedaunan/ Kayu 0,00 0,00
Kaca 0,20 5,00
Kaleng 0,60 15,00
Total 4,00 100,00
Pada sampling hari minggu di dapatkan jumlah sampah lantai 1 berjumlah
2,50 kg, dan lantai 2 berjumlah 1,50 kg, untuk jumlah sampah yang tertinggi di
gedung 2 pada hari Minggu yaitu 2,50 kg di lantai 1. di sebabkan karna
pekuliahan di hari tersebut kebanyakan mahasiswa jurusan teknik lingkungan
Sedangkan untuk komposisi sampah di hari minggu yang tertinggi yaitu jenis
sampah makanan 1,20 kg sisa-sisa sampah makanan banyak di temukan di hari
tersebut.
Tabel 4.17 Sampling Hari Senin 11 Desember 2017
Lokasi Sampling Massa (Kg) Tinggi (M) Volume
(L)
Lantai 1 4,10 0,44 17,60
Lantai 2 2,50 0,20 8,00
Total 6,60 0,64 25,60
KOMPOSISI SAMPAH Kg %
Sampah Makanan 2,30 34,85
Kertas 2,10 31,82
Plastik 1,10 16,67
Dedaunan/ Kayu 0,60 9,09
Kaca 0,00 0,00
Kaleng 0,50 7,58
Total 6,60 100,00 Sampling Pada hari senin ke 2 dapat di lihat dari tabel 4.17 diatas dimana
jumlah total sampah pada gedung 2 keseluruhannya berjumlah 6,60 kg, jumlah
sampah tertinggi yaitu pada lantai 1 berjumlah 4,10 kg sedangkan terendah di
lantai 1 berjumlah 2,50 kg disebabkan karna banyaknya kegiatan pekuliahan di
lantai 1 pada hari tersebut. untuk komposisinya jenis sampah yang tertinggi yaitu
sampah makanan jumlahnya 2,30 kg dan yang terendah 0,00 kg sampah kaca.
Tabel 4.18 Total Timbulan Sampah Harian Gedung 2
Total Timbulan Sampah Harian L/hari
Lokasi Senin
1 Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Senin
2 Rata - Rata
Gedung 2
23,20 29,60 32,80 17,20 22,00 30,80 15,60 25,60 24,60
Pada Tabel 4.18 tergambar jumlah timbulan sampah pada gedung 2 tertinggi
pada hari Rabu yaitu 32,80 L/hari sedangkan yang terendah 15,6 L/hari pada hari
minggu, namun total rata-rata timbulan sampah pada gedung 1 yaitu 24,60 L/hari.
Grafik jumlah timbulan sampah gedung 2 dapat di lihat pada gambar berikut
bawah ini.
.
Gambar 4.2 Garafik jumlah timbulan sampah gedung 2
Jumlah timbulan sampah tertinggi di gedung 2 yaitu pada hari Rabu 06
Desember 2017 mencapai 32,8 L/hari sedangkan yang terendah pada hari Minggu
10 Desember 2017 yaitu hanya 15,60 L/hari untuk di hari Minggu gedung 2
kegiatan pekualihan berjalan seperti biasa.
Adapun asumsi jumlah timbulan sampah tertinggi yang dihasilkan oleh
mahasiswa perorang per hari pada hari Rabu 06 Desember 2017 yaitu :
Jumlah sampah pada hari Rabu = 32,8 L/hari
Jumlah mahasiwa dan karyawan hari Rabu = 112 Orang
Jumlah timbulan sampah/org/hr = = 0,30 L/Org/hr
Jadi mahasiswa dan karyawan STTIND Padang pada hari Rabu
menghasilkan timbulan sampah 0,30 L/Org/hari, jumlah timbulan sampah pada
gedung 2 lebih tinggi di hari Rabu karena ada 2 buah jurusan yang melaksanakan
kegiatan perkuliahan di gedung 2 tersebut yang terdiri dari jurusan teknik
lingkungan dan teknik pertambangan, masing-masing jurusan tersebut ada mata
kuliah yang padat dari pagi sampai sore hari sehingga banyak menimbulkan
sampah di hari tersebut
Adapun asumsi jumlah timbulan sampah terendah yang dihasilkan oleh
mahasiswa perorang per hari pada hari Minggu 10 Desember 2017 yaitu :
Jumlah sampah pada hari Minggu = 15,60 L/hari
Jumlah mahasiwa dan karyawan hari Minggu = 52 Orang
Jumlah timbulan sampah/org/hr = = 0,3 L/Org/hr
Jadi mahasiswa dan karyawan STTIND Padang pada hari Minggu
menghasilkan timbulan sampah 0,3 L/Org/hari, jumlah timbulan ini lebih sedikit
dibandingkan jumlah timbulan sampah hari Rabu. Timbulan sampah yang sedikit
disebabkan karena kegiatan perkuliahan hanya dilaksanakan oleh jurusan teknik
lingkungan saja namun ada juga jurusan lain yang melakukan kuliahan tambahan
di hari tersebut.
4.2 Sarana dan Prasarana Pewadahan Sampah di Kampus STTIND Padang
Berdasarkan SNI 19-2454-2002
Untuk mengetahui jumlah sarana pewadahan dan jumlah daya tampung
sampah kampus STTIND Padang dari hasil pengamatan di lapangan dapat di
lihat dari tabel berikut bawah ini.
Tabel 4.19 Daya Tampung Tong Sampah Gedung 1
Lokasi Jumlah Tong
Sampah Kapasitas Tong
Sampah (L) Jumlah daya Tampung
Sampah (L) Lantai 1 4 20 80 Lantai 2 9 8 72 Lantai 3 4 8 32 Kantin 2 15 30
Total daya Tampung Sampah (L) 214 Tabel 4.20 Daya Tampung Tong Sampah Gedung 2
Lokasi Jumlah Tong Sampah
Kapasitas Tong Sampah (L)
Jumlah daya Tampung Sampah (L)
Lantai 1 2 20 40 Lantai 2 1 20 20
Total daya Tampung Sampah (L) 60
Sarana prasarana pewadahan sampah di gedung satu kampus STTIND
padang dapat dilihat dari tabel 4.19 di atas, dimana di lantai 1 terdapat 8 ruangan
yang terdiri dari ruangan dosen, aula, mushalla, ruang ketua STTIND Padang,
wakil ketua STTIND Padang, labor bahasa dan ruang yayasan yang hanya
terdapat 4 buah pewadahan tong sampah biasa yang berkapasitas 20 liter dan
masih menggunakan pewadahan tercampur. Sedangkan Pewadahan pada lantai 2
hanya terdapat 9 buah tong sampah berkapasitas 8 Liter jenis pewadahannya
berbentuk keranjang sampah biasa yang terbuat dari plastik dimana lantai 2
terdapat 9 ruangan yang terdiri dari 7 lokal ruangan perkuliahan, ruangan
kemahasiswaan dan ruangan labor.
Lantai 3 terdiri dari ruangan perpustakaan, ruang labor dan ruangan cleaning
service hanya terdapat 4 buah tong sampah keranjang biasa yang berkapasitas 8
Liter, Dimana masing masing tempat pewadahan tong sampah di gedung 1 dan
kantin kampus juga masih menggunakan pewadahan tercampur .
Pewadahan yang terdapat pada gedung dua seperti pada tabel 4.20, pada
lantai 1 dan lantai 2 hanya ada 3 pewadahan tong sampah berkapasitas 20 Liter.
Dimana lantai 1 gedung dua terdapat 9 ruangan yang terdiri dari ruangan
administrasi, ruang ketua prodi tambang dan ruang ketua prodi lingkungan, ruang
dosen, ruang rapat, ruang cleaning serive, mushalla, ruang kuliah dan ruang
yayasan. Sedangkan untuk lantai 2 terdapat 8 ruangan terdiri dari beberapa
ruangan lab.tambang, ruang spmi dan ruangan pekualihan 5 lokal.
Kapasitas daya tampung tong sampah di gedung 1 dan 2 belum cukup
memadai ketika adanya jadwal perkuliahan yang penuh, adanya rapat
kepegawaian, dan adanya kegiatan seminar dari mahasiswa. Ketika tong sampah
penuh, sampah tersebut berserakan dan menumpuk di sekitar tong sampah, namun
penanganannya dilakukan setelah semua jadwal perkuliahan berakhir. Di dalam
tong sampah dapat dijumpai berbagai jenis sampah seperti puntung rokok, plastik
bekas bungkusan makanan, kertas, kaleng minuman dan terdapat juga botol kaca,
namun kondisi tong sampah sendiri belum berfungsi secara maksimal dimana tong
sampah yang terlalu kotor dan banyak yang pecah, sedangkan untuk sampah labor
tidak di temukan karna tidak ada mahasiswa yang melakukan pratikum.
Berikut beberapa bentuk jenis sampah yang ada di kampus STTIND Padang
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.3 Sampah Kampus STTIND Padang
4.3 Sistem Pengelolaan Sampah Di Kampus STTIND Padang
Kondisi sistem pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang pada saat
ini belum optimal. Hal ini bisa dilihat dari pewadahan, pengumpulan,
pemindahan / pengangkutan.
a) Pewadahan
Pewadahan sampah untuk masing-masing sumber timbulan sampah di
kampus STTIND Padang yang telah disediakan hanya dalam bentuk keranjang
sampah biasa. Pewadahan seperti ini masih menganut sistem paradigma lama
yang tidak melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu berdasarkan komponen
di sumber lokasi sampah. Selain itu kegunaan wadah juga masih belum maksimal
digunakan, dan masih ada kekurangan tempat pewadahan. Pewadahan yang ada di
kampus STTIND Padang hanya satu jenis tong sampah saja, jadi semua jenis
sampah ditampung disana, setelah ditampung juga belum dilakukan pemilahan
dan lansung di pindahkan ke depan gedung 1 untuk diangkut oleh mobil truk
pengangkut sampah kota setiap pagi.
Berikut beberapa jenis pewadahan tong sampah gedung 1 STTIND Padang
dapat di lihat pada gambar bawah ini .
Tong sampah lantai 1 Tong sampah lantai 2 Tong sampah lantai 3
Gambar 4.4 Pewadahan Tong Sampah Lantai 1, Lantai 2, Lantai 3
Gedung 1 STTIND Padang
Berikut beberapa bentuk jenis pewadahan tong sampah pada gedung 2
STTIND Padang pada gambar berikut ini.
Gambar 4.5 Pewadahan Tong Sampah Lantai 1 dan Lantai 2
Gedung 2 STTIND Padang
b) Pengumpulan
Sampah yang dihasilkan di kawasan kampus STTIND Padang di kelola dan
di kumpul oleh pihak kampus STTIND Padang sendiri, setiap sore setelah selesai
kegiatan perkuliahan petugas cleaning service mengambil sampah di setiap tempat
pewadahan sampah yang terkumpul dalam tong sampah, kemudian di kumpulkan
dengan kantong plastik secara tercampur setelah itu petugas cleaning service yang
bertugas pada masing masing gedung, selanjutnya memindahkan sampah ke
depan gedung 1 untuk di angkut oleh mobil pengangkut sampah kota yang
langsung di bawa ke TPA setiap pagi hari. Pola pengumpulan yang di terapkan
kampus STTIND ini yaitu pola sacara langsung yang dibuang ke TPA karna
belum adanya sarana tempat pengumpul sementara di kampus STTIND Padang.
Berikut bentuk pola pengumpulan lansung dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Sumber sampah Pengumpulan Pengangkutan TPA
c) Pemindahan / Pengangkutan
Seluruh sampah yang berada di setiap sudut kampus kecuali sampah kantin
dikumpulkan dan diangkut dengan cara manual oleh petugas cleaning service
kampus lalu di pindahkan ke depan gedung 1 untuk diangkut oleh mobil
pengangkut sampah kota menuju TPA air dingin. Sedangkan untuk pengolahan
sampah kampus STTIND sendiri belum ada karna belum adanya struktur
organisasi atau manajemen pengelolaan sampah di kampus STTIND padang ini.
4.4 Rencana Pengelolaan Sampah di Kampus STTIND Padang
Sistem pengelolaan sampah yang akan di rencanakan di Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.6 Skema Rencana Pengelolaan Sampah Kampus STTIND Padang
TPA Air Dingin
1. Pewadahan
Pewadahan yang direncanakan dibagi menjadi 2 yaitu wadah sampah utama
dan tambahan. Jumlah wadah utama adalah 7 pasang dengan sistem 5 in 1. Wadah
utama berukuran 20 L setiap wadahnya dengan 5 jenis pemilahan yaitu
1) warna hijau untuk Compostable (Sampah mudah terurai),
2) Biru untuk Recyclables (Sampah yang dapat didaur ulang),
3) Kuning untuk Paper & Cardboard (Sampah Kertas dan Karton),
4) Abu-abu untuk Trash Only (Sampah residu)
5) Merah untuk Hazardous and Toxic Substances (sampah b3)
Perhitungan jumlah wadah dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
n =
Keterangan:
n = Jumlah wadah yang dibutuhkan
v = Volume timbulan sampah (L)
vwadah sampah = Volume wadah sampah yang direncanakan, 20 L (wadah sampah
terkecil)
Gambar 4.7 Desain Wadah Sampah
Peletakan wadah utama akan diletakan lantai 1 gedung satu sebanyak 2
pasang, lantai dua 2 pasang, dan lantai tiga 1 pasang, sedangkan pada gedung dua
lantai 1 dan lantai 2 diletakkan 1 pasang wadah utama. Untuk menghemat biaya
pengadaan wadah, maka wadah 4 in 1 tanpa B3 akan diletakan di lantai 2 gedung
1 2 3 4 5
satu dan lantai 2 gedung dua. Pewadahan akan dilengkapi oleh trashbag warna-
warni sesuai dengan warna wadah untuk mempermudah proses pengumpulan.
2. Pengumpulan
Pengumpulan yang direncanakan secara manual mengambil sampah dari
setiap wadah menggunakan bantuan trashbag 100 x 130 cm. Pengumpulan akan
memiliki 4 titik kumpul. Diantara 4 titik kumpul, terdapat 2 titik kumpul sampah
komunal yaitu di area Gedung 1 dan 2.
Dalam mendesain jumlah container yang akan digunakan untuk tranfer
depo, maka berikut ini rumus untuk menghitung jumlah kontainer untuk
kebutuhan Komersil dan Fasilitas Umum (SNI 3242-2008):
Jumlah Kontainer =
Keterangan:
TS = Timbulan sampah Kuliah (Liter)
KK = Kapasitas kontainer (Liter)
Fp = Faktor Pemadatan (1,2)
Ritasi = Jumlah ritasi dalam 1 hari (1 kali sehari)
Gambar 4.8 Desain Kontainer Wadah Pengumpul Sampah
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengumpulan setiap gedung
adalah 35 menit. Pengumpulan sampah kuliah dilakukan secara manual menuju
titik kumpul. Sedangkan untuk sampah kantin di kumpul sendiri oleh petugas
kantin.
3. Pemindahan
Kegiatan pemindahan adalah tahap akhir operasional yang akan dilakukan
di gedung kampus, pemindahan yang akan dilaksanakan merupakan gabungan
dari pola pengumpulan individual tidak langsung dan komunal tidak langsung
namun karena penyesuaian istilah SNI 19-2454-2002 maka, disebut pola
pemindahan individual tidak langsung dan komunal tidak langsung Pemindahan
individual tidak langsung diterapkan pada saat motor angkut mengambil sampah
dari sumber sampah di titik kumpul Gedung 1 dan 2
Gambar 4.9 Desain Alat Angkut
Pemindahan akan dilakukan setiap hari mulai pukul 17.30-18.00 oleh
petugas pengangkut yang berjumlah 1 orang menggunakan motor angkut. Motor
angkut yang digunakan adalah jenis motor angkut roda tiga yang sudah
dimodivikasi baknya sesuai dengan jenis dan besar komposisi sampah yang
dipindahkan. Berdasarkan perhitungan waktu yang diperlukan untuk melakukan
pemindahan dari titik kumpul atau titik pemindahan menuju TPS (tempat
penampungan sementara)..
4. Rekomendasi Pengolahan
Berdasarkan hasil dari analisis karakteristik sampah yang telah diketahui
jumlah dan timbulannya, kampus STTIND Padang telah memiliki program studi
Teknik Lingkungan yang memberikan pembelajaran tentang pengelolaan
persampahan kepada mahasiswanya, sehingga mahasiswa dapat menerapkan ilmu
pengetahuannya dalam mengelolah sampah yang ada di kampus STTIND Padang,
metode pengolahan sampah yang sesuai adalah kompos dan briket bioarang. Hasil
analisis karakteristik sampah organik menunjukan bahwa sampah organik cocok
untuk diolah menjadi kompos dan perlu penyesuaian bahan baku serta modifikasi
proses pengolahan apabila akan dibuat briket bioarang untuk alternatif pengolahan
kedepannya.
5. Kebutuhan Tenaga Kerja
Berdasarkan SNI -3242-2008 Tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman,
jumlah pekerja pengelola sampah adalah pekerja yang bertugas mengumpulkan
dan mengangkut sampah. Apabila disesuaikan dengan definisi pekerja pengelola
sampah menurut SNI - 3242-2008, maka jumlah pekerja yang dimiliki FPP adalah
1 orang pekerja yang bertugas mengangkut sampah. Namun, saat ini di kampus
petugas pengumpul sampah bertugas juga sebagai petugas kebersihan gedung
karena pekerjaan pengumpulan sampah merupakan bagian dari tugas kebersihan
gedung, sehingga jumlah pekerja pengumpul sampah disesuaikan dengan jumlah
gedung, maka rumus perhitungan akan menjadi:
Personil Pengumpul = JTKK + JM
Keterangan:
JTKK = Jumlah Titik Kumpul Komunal
JT = Jumlah Motor
Personil Pengumpul = JTKK + JM = 2+ 1 = 3 orang
Berdasarkan perhitungan maka kebutuhan jumlah tenaga kerja yang sesuai
adalah 3 orang pekerja, 2 orang pekerja akan bertugas sebagai petugas pengumpul
pada 2 titik kumpul dan 1 orang pekerja akan bertugas sebagai pengandara motor
angkut sekaligus petugas pemindah sampah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kampus STTIND Padang
selama 8 hari didapatkan kesimpulan yaitu :
1. Rata-rata mahasiswa gedung satu STTIND Padang menghasilkan sampah
paling tinggi yaitu pada hari Sabtu rata –rata 0,53 L/Org/hr dan yang paling
rendah yaitu hari Kamis menghasilkan rata-rata 0,5 L/Org/hr, sedangkan di
gedung dua STTIND Padang rata-rata mahasiswa menghasilkan sampah paling
tinggi yaitu di hari Rabu 0,30 L/Org/hr dan yang paling rendah yaitu hari
Minggu rata-rata 0,3 L/Org/hr.
2. Total kapasitas daya tampung tong sampah gedung satu STTIND Padang yaitu
sebanyak 214 L dan gedung dua 60 L, rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan
perhari pada gedung 1 sebanyak 45,75 L dan pada gedung 2 sebanyak 24,6 L.
Kapasitas tong sampah sudah memadai, namun tidak ketika di lapangan, tong
sampah hanya 1 jenis, yang menampung semua jenis sampah dan sampah
menumpuk hanya pada beberapa titik saja seperti tong sampah gedung 1 di
lokal 5, 6 dan 7, sehingga sampah berserakan di titik tersebut. Kondisi tong
sampah juga kurang baik karena masih ada tong sampah yang pecah dan kotor.
3. Sistem pengelolaan sampah di STTIND Padang masih menganut sistem
paradigma lama yaitu tampung, kumpul dan angkut yang tidak melakukan
pemilahan sampah terlebih dahulu berdasarkan komponen di sumber lokasi
sampah.
4. Adapun perencanaan untuk pengelolaan sampah yang ada dikampus STTIND
Padang yaitu menggunakan wadah utama berukuran 20 L setiap wadahnya
dengan 5 jenis pemilahan yaitu warna hijau untuk Compostable (Sampah
mudah terurai), biru untuk Recyclables (Sampah yang dapat didaur ulang),
Kuning untuk Paper & Cardboard (Sampah Kertas dan Karton), abu-abu untuk
TrashOnly (Sampah residu).
Gambar 5.1 Skema Rencana Pengelolaan Sampah Kampus STTIND Padang
Sampah yang bisa diolah dijadikan pupuk kompos dan bahan baku daur
ulang, sedangkan sampah residu diangkut menggunakan bak pengangkut oleh
petugas kebersihan kampus menuju bak penampungan sementara yang kemudian
diangkut ke TPA Air Dingin oleh petugas kebersihan kota Padang.
5.2 Saran
Pada penulisan skripsi ini penulis ingin memberikan saran kepada
pembaca, mahasiswa, dan yayasan Kampus STTIND Padang, agar membuang
sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis pewadahan yang telah disediakan,
Tpa air dingin
untuk yayasan Kampus STTIND Padang dapat mewujudkan dan menerapkan
perencanaan pengelolaan sampah yang penulis buat ini sehingga tidak perlu lagi
memilah-milah sampah karena telah menyediakan tong sampah terpilah dan bisa
mengolah sampah yang telah dikumpulkan, maka dapat menekan jumlah sampah
ke TPA Air Dingin dan mempermudah petugas kebersihan dalam bekerja. Skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap adanya kritik dan saran dari
pembaca.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim.1990. Aspek teknis pengeloaan sampah Sumber: Tchobanoglous, 1993.
Bahar. Yul, H. 1986, Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampa,. Jakarta : PT Waca Utama Pramaesti. Damanhuri.2004.Pengelolaan Sampah dan B3, Bandung : Program Studi Teknik
Lingkungan ITB, dikutip 24 April 2010, dari http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/04/pengelolaan-sampah-dan-b3.pdf
Darmasetiawan, Martin. (2004). Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia,
Pusat Penelitian dan Pengembangan, Bandung: Departemen Pemukiman PU – LPM ITB.
Departemen Pekerjaan Umum, 2008 Direktorat Jenderal Cipta Karya, Petunjuk Teknis Nomor CT/S/Re-TC/001/98 tentang Tata Cara Pengolahan Sampah 3M.
Dirjen Cipta Karya, 1992, Sampah Mempunyai Karakteristik yang Berbeda-beda
sampah.
Dwiyatmo, 2007:25. Perlunya Pengelolaan Sampah Sehingga Tidak Menimbulkan Dampak Negatif Tehadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Ervil, Riko, dkk. 2015. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Gelbert, dkk. 1996. Ka jian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan
ArsitekturFakultas Teknik Universitas Diponegoro . Hadisuwito, 2007. Penanganan dan Pengelolaan Sampah. Yayasan Idayu:
Jakarta.M. & Muibi, M.A. “An engineering approach to solid waste collection system: Ibadan North as case study.”
Pengelolaan Sampah. Bandung: ITB. Damanhuri, E., Padmi. T., Azhar, N., &
Meilany, L.T. (1989). Pengertian Sampah Purnaini, 2011. Studi Timbulan dan Komposisi sampah Sebagai Dasar Desain
Sistem Pengumpulan Sampah di Kawasan Kampus Universitas Indonesia .
Rahardyan B. dan Widagdo A.S., 2005. Peningkatan Pengelolaan Persampahan Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2 Pengelolaan Persampaham di Propinsi DKI Jakarta.
Sampah dan Sistem Pengelolaannya . Jakarta : Ekamitra Engineering Departemen Pemukiman Pencemaran Lingkungan Dan Prasarana. 2003.
Sastrawijaya A.T, 2000. . Rineka Cipta, Jakarta.
Slamet J.S, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
SNI. 19-2454 2002. Standar Tata Cara Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan , Badan Standar nasional.
SNI. 19-3964-1994. Standar Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan SNI 19-3964-1994, Badan Standar nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan. SNI T 13-1990-F. Bandung :Yayasan LPMB.
Standar Nasional Indonesia SNI S 04-1991-03. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia , Bandung :Yayasan LPMB.
Syafrudin dan Priyambada I.B., 2001. Pengelolaan Limbah Padat. Diktat
Kuliah Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Undip, Semarang.
Tchobanoglous, George. Theisen, Hilary. Vigil, Samuel. 1993, Integrated Solid
Waste managemen,. New York : McGraw-Hill. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
Wibowo A dan Djajawinata D.T, 2004. Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu. Diakses tanggal 4 Desember 2006 pada halaman www.kkppi.go.id.
DOKUMENTASI PENELITIAN Lampiran 1
Peralatan Sampling
1. Konvaktor 2. Timbangan 3. Sarung Tangan
4. Masker 5. Formulir perhitungan 6. Penggaris
Lampiran 2 Pengambilan Sampling
1. Pengumpulan Sampah
2. Pemilahan Sampah
3. Penimbangan Sampah 4. Mengukur Masa Sampah
5. Wawancara
LAMPIRAN A DENAH KAMPUS STTIND PADANG
LAMPIRAN B Timbulan Dan Komposisi Sampah Harian Kampus STTIND Padang
Lantai 1 2.50 0.20 8.00 3.60 0.33 13.20 3.80 0.35 14.00 2.50 0.15 6.00 3.30 0.35 14.00 4.20 0.43 17.20 0.00 0.00 0.00 3.20 0.31 12.40
Lantai 2 4.00 0.40 16.00 3.80 0.38 15.20 4.10 0.44 17.60 3.20 0.31 12.40 4.20 0.43 17.20 4.80 0.58 23.20 0.00 0.00 0.00 4.40 0.48 19.20
Lantai 3 1.00 0.15 6.00 1.20 0.19 7.60 0.80 0.18 7.20 0.50 0.10 4.00 0.80 0.08 3.20 1.10 0.17 6.80 0.00 0.00 0.00 1.20 0.19 7.60
kantin 3.00 0.33 13.20 4.20 0.45 18.00 3.50 0.32 12.80 4.50 0.50 20.00 4.20 0.43 17.20 4.70 0.57 22.80 0.00 0.00 0.00 3.80 0.35 14.00
Total 10.50 1.08 43.20 12.80 1.35 54.00 12.20 1.29 51.60 10.70 1.06 42.40 12.50 1.29 51.60 14.80 1.75 70.00 0.00 0.00 0.00 12.60 1.33 53.20
Keterangan : P = 0.2 M M =
L = 0.2 M T =T = 1 M V = 1 Mᴲ = 1000 L
Kg % Kg % Kg % Kg % Kg % Kg % Kg % Kg %
Sampah Makanan 1.20 11.43 2.80 21.88 3.50 28.69 3.70 34.58 3.30 26.40 5.50 37.16 0.00 0.00 3.30 26.19 22.88
Kertas 4.50 42.86 5.50 42.97 4.80 39.34 3.10 28.97 5.20 41.60 4.80 32.43 0.00 0.00 4.30 34.13 32.60
Plastik 3.50 33.33 3.30 25.78 2.50 20.49 2.90 27.10 2.80 22.40 3.80 25.68 0.00 0.00 3.90 30.95 22.11
Dedaunan/ Kayu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kaca 0.80 7.62 0.50 3.91 0.90 7.38 0.30 2.80 0.70 5.60 0.30 2.03 0.00 0.00 0.60 4.76 4.19
Kaleng 0.50 4.76 0.70 5.47 0.50 4.10 0.70 6.54 0.50 4.00 0.40 2.70 0.00 0.00 0.50 3.97 3.94
Total 10.50 100.00 12.80 100.00 12.20 100.00 10.70 100.00 12.50 100.00 14.80 100.00 0.00 0.00 12.60 100.00 85.71
Keterangan : 100
Volume (L)
KOMPOSISI SAMPAH
GEDUNG 1
KOMPOSISI SAMPAH (%)
SENIN 1 SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN 2
Massa
(Kg)
Tinggi
(M)
Volume (L)
Massa
(Kg)
Massa (Kg)
Massa (Kg)
Tinggi (M)
Volume (L)
Ukuran Konvaktor :
TABEL 4.3 TIMBULAN SAMPAH HARIAN DI KAMPUS STTIND PADANG
SENIN 1 SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN 2
GEDUNG 1
LOKASI SAMPEL
V = P X L X T
Massa (Kg)
Massa (Kg)
Tinggi
(M)
TIMBULAN SAMPAH HARIAN (L/o/h)
Tinggi
(M)
Volume (L)
Tinggi (M)Volume (L)
Tinggi (M)
Volume (L)
Massa (Kg)
Tinggi (M)
Volume (L)
Massa
(Kg)
Tinggi (M)
Volume (L)
Massa (Kg)
Tinggi (M)
Volume (L)
Rata- Rata (%)
% Komposisi Berat Sampah
Jumlah Total SampahX 100%
Lantai 1 3,2 0,38 15,2 4,2 0,43 17,2 4,8 0,44 17,6 2,5 0,25 10 3,8 0,35 14 4,1 0,42 16,8 2,5 0,2 8 4,1 0,44 17,6
Lantai 2 2,2 0,2 8 3,1 0,31 12,4 3,5 0,38 15,2 2,8 0,18 7,2 2,4 0,2 8 3,8 0,35 14 1,5 0,19 7,6 2,5 0,2 8
Total 5,4 0,58 23,2 7,3 0,74 29,6 8,3 0,82 32,8 5,3 0,43 17,2 6,2 0,55 22 7,9 0,77 30,8 4 0,39 15,6 6,6 0,64 25,6
Keterangan : P = 0,2 M M =L = 0,2 M T =T = 1 M V = 1 M Ǝ= 1000 L
Kg % Kg % Kg % Kg % Kg % Kg % Kg % Kg %Sampah Makanan 1,50 27,78 2,80 38,36 2,30 27,71 1,30 24,53 1,30 20,97 2,40 30,38 1,20 0,00 2,30 34,85 24,25
Kertas 2,10 38,89 2,20 30,14 2,80 33,73 2,10 39,62 2,20 35,48 2,80 35,44 1,10 0,00 2,10 31,82 30,47
Plastik 1,20 22,22 1,80 24,66 1,50 18,07 1,20 22,64 1,80 29,03 1,40 17,72 0,90 0,00 1,10 16,67 19,19
Dedaunan/ Kayu 0,20 3,70 0,00 0,00 0,30 3,61 0,30 5,66 0,00 0,00 0,20 2,53 0,00 0,00 0,60 9,09 2,22
Kaca 0,10 1,85 0,20 2,74 0,90 10,84 0,00 0,00 0,30 4,84 0,30 3,80 0,20 0,00 0,00 0,00 3,44
Kaleng 0,30 5,56 0,30 4,11 0,50 6,02 0,40 7,55 0,60 9,68 0,80 10,13 0,60 0,00 0,50 7,58 6,15
Total 5,40 100,00 7,30 100,00 8,30 100,00 5,30 100,00 6,20 100,00 7,90 100,00 4,00 0,00 6,60 100,00 85,71
Keterangan : 100
24,6
Volu
me
(L)
Mas
sa
(Kg)
Ting
gi
(M)
Volu
me
(L)
Mas
sa
(Kg)
Massa (Kg)Tinggi (M)Volume (L)
Ukuran Konvaktor : V = P X L X T
TABEL 4.4 TIMBULAN SAMPAH HARIAN DI KAMPUS STTIND PADANGGedung 2
LOKASI SAMPEL
TIMBULAN SAMPAH HARIAN (L/o/h)
SENIN 1 SELASA RABU KAMIS JUMAT
Mas
sa
(Kg)
Tinggi
(M)
Volu
me
(L)
Massa
(Kg)
Ting
gi
(M)
Volum
e (L)
Ting
gi
(M)
SABTU MINGGU SENIN 2Rata-
Rata
(L)
Mas
sa
(Kg)
Volu
me
(L)
Massa
(Kg)
Tinggi
(M)
Ting
gi
(M)
Volum
e (L)
Mas
sa
(Kg)
Ting
gi
(M)
Volu
me
(L)
Massa
(Kg)
Tingg
i (M)
Volu
me
(L)
X 100%Jumlah Total Sampah
KOMPOSISI SAMPAH
GEDUNG 2
KOMPOSISI SAMPAH (%)SENIN 1 SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN 2 Rata-
Rata
% Komposisi Berat Sampah
BIODATA WISUDAW AN
No. Urut : Nama : Ridho Kurnia Putra JenisKelamin : Laki-laki Tempat/TglLahir : Teluk Bakung / 16 September 1995 NomorPokok Mahasiswa
: 1310024428022
Program Studi : Teknik Lingkungan Tanggal Lulus : 08 februari 2018 IPK : 3,05 Predikat Lulus : Sangat Memuaskan Judul Tugas Akhir : Studi Pengelolaan Sampah di
Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
DosenPembimbing : 1. Yaumal Arbi, MT 2. Sri Yanti Lisha , ST.,M.Si
Asal SMTA : SMA 1 Painan Kab. Pesisir Selatan Nama Orang Tua : Alm. Maas sabirin
Masnidar Alamat / Telp / HP : Karang Sago Kec. IV Jurai
Kabupaten Pesisir Selatan / 085278042790