studi kesesuaian perairan pantai untuk wisata … · 14 katobu, tahun 2004 lulus di smpn 1 raha,...

72
STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA MANDI DAN RENANG DI PANTAI WALENGKABOLA DESA OEMPU KABUPATEN MUNA SKRIPSI SYAHRULLAH TOMASA L111 08 284 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: trinhnhi

Post on 10-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

i

STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA MANDI

DAN RENANG DI PANTAI WALENGKABOLA DESA OEMPU

KABUPATEN MUNA

SKRIPSI

SYAHRULLAH TOMASA

L111 08 284

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

ii

STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA MANDI DAN RENANG DI PANTAI WALENGKABOLA DESA OEMPU

KABUPATEN MUNA

SYAHRULLAH TOMASA

L111 09 284

SKRIPSI

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR

SARJANA PADA FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 3: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

iii

ABSTRAK

SYAHRULLAH TOMASA (L11108284) “ Studi Kesesuaian Perairan Pantai untuk

Wisata Mandi dan Renang Dipantai Walengkabola Desa Oempu” di bawah

bimbingan bapak AHMAD BAHAR sebagai Pembimbing Utama dan bapak

ABDUL HARIS sebagai pembimbing anggota.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai mei 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesesuaian perairan pantai

untuk wisata mandi dan renang di pantai Walengkabola, Desa Oempu,

Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini

dibatasi pada beberapa parameter oseanografi diantaranya kecerahan,

kedalaman, material dasar perairan, kecepatan arus, lebar hamparan dasar,

ketersediaan air tawar, biota berbahaya dan sampah.

Penelitian ini dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu tahap

persiapan/observasi awal dan penentuan stasiun, pengambilan data oseanografi.

Pengambilan data menggunakan sistem pembobotan kesesuaian lokasi, lahan,

wisata mandi dan renang. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesesuaian

wisata mandi dan renang di pantai Walengkabola Kecamatan Tongkuno

Kabupaten Muna dengan menggunakan Indek Kesesuaian Wisata diperoleh

bahwa semua stasiun penelitian termasuk dalam kategori sangat sesuai (S1)

dengan nilai indeks kesesuaian wisata untuk stasiun I, II dan III masing-masing

sebesar 92%, 87% dan 90%.

Kata kunci : Parameter oseanografi, kesesuaian lokasi, Wisata mandi dan

renang, Walengkabola

i

Page 4: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

iv

ii

Page 5: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

v

RIWAYAT HIDUP

Syahruallah Tomasa lahir di Raha pada tanggal

24 agustus 1988. Penulis ini merupakan anak ke empat

dari enam bersaudara. Buah hati dari pasangan La

Tomasa dengan Maemunu. pada tahun 1995 lulus di

taman kanak-kanak raha dua, tahun 2001 lulus di SDN

14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun

2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

kelautan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN).

Selama masa studi di Kelautan penulis banyak mengikuti kegiatan dan

pelatihan diantaranya Pelatihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM)

yang diadakan oleh SEMA FITK UH. Di bidang organisasi penulis aktif di

organisasi daerah KEPPMI-MUNA-MAKASSAR, Penulis juga aktif di Marine

Football Club (MFC) dan mendapatkan prestasi top scorer sepanjang masa di

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan tugas akhir dengan kegiatan

Kuliah Kerja nyata gelombang 82 di Desa Lagoari Kecamatan Takkalalla

Kabupaten Wajo. Praktek kerja Lapangan (PKL) dengan judul Inventarisasi Jenis

Mangrove di Sungai Lagoari Desa Lagoari Kec. Takkalalla Kab. Wajo dan Studi

Kesesuaian Perairan Partai untuk Wisata Mandi dan Renang di Partai

Walengkabola Desa Oempu Kabupaten Muna.

Page 6: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang rahmat-Nya meliputi semua hamba, saya

memuji-Nya dengan suatu pujian sebagai layaknya orang yang mengakui

limpahan anugerah, dan saya berlindung kepada-Nya dari bencana penelantaran.

Saya bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya,

sebagai suatu kesaksian yang saya simpan untuk menghadapi saat-saat kembali

pada-Nya.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini tentunya penulis banyak

menghadapi tantangan dan hambatan, mengalami banyak hal baik suka maupun

duka, dan juga banyak memberi pengalaman berharga bagi penulis. Tetapi

dengan kesabaran dan tekad yang kuat serta dorongan dan motivasi dari

berbagai pihak sehingga skripsi ini bisa dirampungkan.

Skripsi ini kupersembahkan kepada orang tuaku tercinta, tersayang dan

terkasih Almarhum Ayahanda H. La Tomasa dan Ibunda Hj. Maemunu atas doa

dan dukungan yang senantiasa menyertai perjalanan hidup penulis, limpahan

kasih sayangnya, nasehat-nasehat yang menjadi pedoman dalam menjalani

hidup, dan terutama dukungan materil yang tak ternilai harganya. Yang

tersayang saudaraku Hamrah Tomasa, ST, Sriwanti Tomasa, S.Kel, Jasniah,

S.Kep, Hamrullah Tomasa, SH, Rahmayanti Tomasa, S.Km, dan Budi

Restian Tomasa terima kasih atas semua doa, dukungannya dan motivasinya

selama penulis kuliah.

iii

Page 7: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena pada kesempatan yang berbahagia ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dekan FIKP, Pembantu Dekan FIKP, Ketua Jurusan Ilmu

Kelautan Ilmu Kelautan yang telah memberikan kebijakan selama

penulis aktif dalam perkuliahan.

2. Bapak Dr. Ahmad Bahar, ST, M.Si dan Bapak Prof.Dr.Ir. Abdul Haris,

M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu ditengah kesibukannya untuk mengarahkan dan membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si selaku penasehat akademik

penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan

akademik selama penulis menjalani perkuliahan di Jurusan Ilmu

Kelautan Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Bapak Dr. Ahmad Faizal, ST, M.Si, ibu Dr. Ir. Esther Sanda Manapa,

MT.,Dr.Pd dan ibu Dr.Ir. Shinta Werorilangi, M.Sc sebagai tim penguji

yang telah banyakmemberikan kritik dan saran yang sangat

membangun selama penulis penelitian.

5. Bapak dan Ibu staf Dosen serta karyawan Jurusan Ilmu Kelautan atas

segala pengetahuan dan bimbingan yang telah diberikan selama

penulis menuntut ilmu dibangku perkuliahan.

6. Ibu Hj. Daeng Aseng, Kak Bahtiar Pello, S.Pd, M.Pd, kak Ina, kak Echa,

kak Iram atas doa, dukungan material, dan nasehat-nasehatnya

iv

v

Page 8: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

viii

7. Sahabat-sahabatku Muh. Yahya Anwar, S.Kel, Inshan Al Bakrie, Iyhank

Jr, Afriadi, yang selalu menyemangati dan menemani dalam hal

apapun.

8. Teman spesialku Amaliah Sikuru, AMd, Keb atas doa, semangat dan

memberikan dorongan untuk cepat menyelesaikan studi.

9. Tim lapangan penelitian Abdul Chalid Hamid, S.Kel, Musriadi, S.Kel dan

Pak Ogy yang sangat membantu dalam menyelesaikan pengambilan

data penelitiandi lapangan.

10. Saudara-saudaraku Mezeigh (08) Muh. Akhsan Nur Iman, S.Kel, Abdul

Chalid H, S.Kel, Musriadi, S.Kel, Harianto Kadir, S.Kel, Hermansyah

Prasyad, S.Kel, Rara Adesuara, S.Kel, Ahmad Faisal Ruslan, S.Kel,

Haerul, S.Kel, Andri Purnama Putra, S.Kel, Muh. Arifuddin, S.Kel.

Auliansyah, S.Kel, Rahmadi, Rivaldy Sambo Palin, S.Kel, Moh. Azhari

Dwi Putra, S.Kel, Hidayat Azis, S.Kel, dan semua saudaraku yang tidak

sempat kusebutkan namanya satu persatu. keluarga kecil yang telah

berbagi banyak hal dan memberikan warna baru selama berada di

dekat kalian dan selalu memberikan dorongan dan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan studi.

11. Teman-teman KKN angkatan 82 Desa Lagoari Fauzan, S.Sos,

Murjiono, ST, Muh. Faizal, SS, Sitti Ismini, ST, yang telah menemani

dan membantu melaksanakan tugas program kerja di desa Lagoari Kec.

Takkalalla Kab. Wajo

12. Kesatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia MUNA-MAKASSAR

(KEPPMI) yang telah mengajarkan banyak hal “Beragam Bersaudara

Menuju Pengabdian” jayalah KEPPMI-MUNA-MAKASSAR

13. Keluarga besar SEMA Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin yang

memberikan dan mengajarkan tentang dunia kemahasiswaan.

vi

Page 9: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

ix

14. Senior-senior ilmu kelautan yang telah membantu memberikan

masukan serta arahan dalam menyelesaikan studi.

15. Teman-teman IKA 07 Smandara yang selalu ada dan banyak

mengajarkan saya bagaimana arti persaudaraan.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi dan

studi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan pahala, mempermudah

segala urusan kita dan melapangkan rezeki-Nya bagi kita semua, demi mencapai

keridhaan-Nya.Amin.

Penulis juga menyadari, bahwa skripsi ini tentu sangat jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, baik dari segi materi ataupun

susunan bahasanya. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya

membangun sangatlah diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini ke depan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

permohonan maaf setulus hati dari penulis apabila dalam proses sampai

selesainya penyusunan skripsi ini terdapat kata-kata atau perbuatan yang kurang

berkenan dihati Segala hal yang benar dalam penulisan ini tidak lain datangnya

hanya dari Allah semata, dan yang salah datangnya dari diri saya pibadi dan

peran setan la’natullah.

Wassalamu Alaikum warahmatullahi Wabarakatuhu

Makassar, Mei 2015

Penulis

vii

Page 10: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

x

DAFTAR IS I

Teks halaman

ABSTRAK ............................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ xii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... xii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vixii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan dan Kegunaan .................................................................................. 2

C. Ruang Lingkup ............................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3

A. Defenisi Wisata, Pariwisata dan Wisatawan .............................................. 3

1. Wisata ................................................................................................... 3

2. Pariwisata .............................................................................................. 3

3. Wisatawan ............................................................................................. 4

B. Pengembangan Pariwisata ....................................................................... 5

C. Parameter Oseanografi Fisika dan Geomorfologi dan Biologi ................... 9

1. Kecerahan ............................................................................................. 9

2. Kedalaman ............................................................................................ 9

3. Substrat / Material Dasar ..................................................................... 10

4. Kecepatan Arus ................................................................................... 10

5. Lebar Pantai ........................................................................................ 11

6. Ketersediaan Air Tawar ....................................................................... 11

7. Biota Berbahaya .................................................................................. 11

8. Sampah ............................................................................................... 13

9. Tipe Pantai .......................................................................................... 14

10. Pasang Surut ................................................................................... 14

III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 16

A. Tempat dan Waktu..................................................................................... 16

Page 11: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

xi

B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 17

C. Prosedur Penelitian .................................................................................. 17

1. Persiapan ............................................................................................ 17

2. Penentuan Stasiun Pengamatan ......................................................... 18

3. Pengambilan Data ............................................................................... 18

4. Tahap Pengolahan Data ...................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 27

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 27

B. Potensi Wisata Pantai Walengkabola ...................................................... 28

C. Parameter Fisika Oseanografi ............................................................... 29

1. Pasang Surut ....................................................................................... 29

2. Kedalaman .......................................................................................... 30

3. Kecepatan Arus ................................................................................... 31

4. Kecerahan ........................................................................................... 32

D. Parameter Geomorfologi Pantai .............................................................. 34

1. Tipe Pantai .......................................................................................... 34

2. Lebar Pantai ........................................................................................ 34

3. Material Dasar Perairan ....................................................................... 35

E. Parameter Biologi Oseanografi ................................................................. 36

1. Biota Berbahaya .................................................................................. 36

2. Ketersediaan Air Tawar ....................................................................... 37

3. Sampah ............................................................................................... 38

F. Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Rekreasi ............................................ 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 43

A. Kesimpulan ................................................................................................ 43

B. Saran ......................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

ix

Page 12: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

xii

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

1. Tabel 1. Skala Wentworth untuk mengklasifikasi partikel-partikel sedimen

(Hutabarat dan Evans, 2000). ..................................................................... 20

2. Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lokasi untuk Wisata Mandi dan Renang ........ 22

3. Tabel 3. Sistem Penilaian dan Parameter Untuk Kesesuaian Wisata Mandi

dan Renang ................................................................................................ 23

4. Tabel 4. Kategori Kesesuaian Lahan Berdasarkan Interval Kesesuaian ..... 26

5. Tabel 5. Hasil Rata-Rata Kedalaman Perairan Tiap Stasiun ....................... 31

6. Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kecepatan Arus ............................... 32

7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kecerahan Perairan ........................ 33

8. Tabel 8. Kriteria Tingkat Kesesuaian Stasiun I ............................................ 39

9. Tabel 9. Kriteria Tingkat Kesesuaian Stasiun II ........................................... 40

10. Tabel 10. Kriteria Tingkat Kesesuaian Stasiun III ........................................ 41

x

Page 13: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

xiii

DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman

Gambar 1. Peta lokasi penelitian pantai Walengkabola........................................... 16

Gambar 2. Pemandangan Pantai Walengkabola ...................................................... 27

Gambar 3. Grafik pasang surut Pantai Walengkabola ............................................. 30

Gambar 4. Biota Berbahaya ......................................................................................... 30

Gambar 5. Penampungan Ketersediaan Air Tawar Pantai Walengkabola ........... 38

xi

Page 14: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman

1. Lampiran 1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 47

2. Lampiran 2 Pasang Surut Air Laut ............................................................. 49

3. Lampiran 3. Data Kedalaman,Kecepatan Arus dan Kecerahan Perairan .... 50

4. Lampiran 4. Data Kecepatan Arus Perairan ................................................ 51

5. Lampiran 5. Data Kecerahan Perairan ........................................................ 52

6. Lampiran 6. Pengambilan Data Oseanografi .............................................. 53

7. Lampiran 7. Fasilitas Umum Sekitar Pantai ................................................ 56

8. Lampiran 8. Aksesbilitas Lokasi Penelitian ................................................. 58

xii

Page 15: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang

mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk

kepentingan wisata dikenal juga dengan “pariwisata”. Pariwisata merupakan

kegiatan perpindahan/ perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka

biasanya bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan

dalam perjalanan atau di tempat tujuan. Kenikmatan yang diperoleh dari

perjalanan ini merupakan suatu jasa yang diberikan alam kepada manusia,

sehingga manusia merasa perlu untuk mempertahankan eksistensi alam

(Holloway dan Plant, 1989).

Pariwisata yang menyangkut perjalanan ke kawasan alam yang secara

relatif belum terganggu dengan tujuan untuk mengagumi, meneliti dan menikmati

pemandangan yang indah, tumbuh-tumbuhan serta binatang liar maupun

kebudayaan yang dapat ditemukan di sana disebut Ekowisata.

Ekowisata sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh

organisasi The ecotourism Society , sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang

masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara

kesejahteraan masyarakat setempat (Oka, 2001).

Pantai Walengkabola, merupakan kawasan pantai yang memiliki panorama

alam yang indah sebagai kawasan wisata bahari pantai khususnya mandi dan

renang melihat beberapa tahun terakhir, masyarakat lokal mulai melirik Pantai

Walengkabola sebagai tempat rekreasi, terutama pada saat hari libur sekolah

maupun perayaan hari besar seperti hari raya idul fitri, natal dan tahun baru.

Pantai Walengkabola ini terletak di Kecamatan Tongkuno, Kabupaten

Muna, yang berjarak sekitar ± 50 km dari kota Raha dengan jarak tempuh

Page 16: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

2

selama 1 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Sepanjang

perjalanan menuju pantai walengkabola wisatawan akan melewati Hutan Jati

yang rindang dan panjang juga beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Watuputi,

Wecamatan Bangkali, Kecamatan Lasehao dan Kecamatan Wasolangka. Selain

itu wisatawan akan melewati lokasi wisata lainnya yaitu permandian air payau

dan kolam penyu di Desa Moko Kabupaten Muna.

Berbagai pertimbangan di atas dan belum adanya observasi secara

mendalam tentang Pantai Walengkabola maka diperlukan data dan informasi

yang memadai untuk mengungkap potensi Pantai Walengkabola sebagai objek

wisata pantai (mandi dan renang), oleh karena itu penelitian ini dikhususkan

untuk meneliti kelayakan kondisi perairan di Pantai Walengkabola, Kabupaten

Muna, sesuai baku mutu perairan untuk wisata pantai khususnya mandi dan

renang.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesesuaian perairan

pantai untuk wisata mandi dan renang di pantai Walengkabola, Desa Oempu,

Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi sumber

data/informasi dan acuan dalam upaya pengembangan wisata pantai

Walengkabola sebagai objek wisata pantai yang baik.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi pengukuran parameter fisika

yaitu kecerahan, kedalaman, material dasar perairan, kecepatan arus, lebar

hamparan dasar, ketersediaan air tawar, biota berbahaya dan sampah.

Page 17: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Wisata, Pariwisata dan Wisatawan

1. Wisata

Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan daya tarik

wisata merupakan segala sesuatu yang memilki keunikan, keindahan, dan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Wisata adalah bentuk rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan

potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli maupun

setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia. Kegiatan wisata perairan

atau wisata bahari dapat berupa kegiatan berenang, snorkeling, menyelam,

fotografi bawah air, berlayar, memancing, berjemur, voli pantai, dan lain-lain

(Fandeli, 1995).

2. Pariwisata

Pariwisata adalah keluar rekreasi di luar domisili untuk melepas diri dari

pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Menurut Bahasa Sansekerta, kata

pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ketempat lain.

Menurut Oka, (2001), kegiatan pariwisata sebenarnya adalah suatu

kegiatan yang mempunyai nilai kegunaan dan nilai ekonomis tinggi oleh karena

itu kegiatan wisata memerlukan suatu lokasi atau ruang kegiatan secara fisik

yang khusus untuk kawasan wisata yaitu berupa bentangan lahan yang secara

fisik dikombinasikan oleh kegiatan pariwisata disamping juga dimungkinkan

adanya beberapa fasilitas penunjang. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan dan

pengembangan pariwisata pesisir harus senantiasa memperhatikan kemampuan

dan daya dukung kawasan dan prinsip pengelolaan sehingga didapatkan

Page 18: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

4

manfaat yang optimal secara ekonomi dan juga tidak mengganggu kelestarian

lingkungan.

Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan

meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan

daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air,

memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaannya dalam

memperkukuh jati diri bangsa (Damanik dan Weber, 2006).

3. Wisatawan

Wisatawan atau pelancong atau turis adalah orang yang melakukan

kegiatan wisata. Wisatawan dapat dipilah dalam kategori wisatawan

mancanegara yaitu wisatawan dari berbagai negara lain yang berkunjung ke

wilayah negara X, dan warga negara X yang berwisata ke luar wilayah negara X.

Wisatawan nasional (domestik) yaitu wisatawan yang melakukan kegiatan wisata

di dalam wilayah negara X. Di Indonesia wisatawan domestik terdiri atas

wisatawan nusantara, yaitu warga negara Indonesia; dan wisatawan domestik

asing, yaitu warga negara asing yang tinggal di Indonesia dan berwisata di

dalam wilayah Indonesia (Warpani, 2007).

Endar et al. (2000), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan

tetapi tidak lebih dari enam bulan di tempat yang dikunjunginya.

Adapun motif-motif orang asing sehingga disebut wisatawan adalah:

a. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, karena

alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

b. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-

pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik atletik

dan sebagainya.

Page 19: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

5

c. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

d. Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), juga

kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.

Menurut Soekadijo (2000), istilah wisatawan tidak berlaku bagi orang-orang

berikut :

a. Orang Indonesia bermukim di negara asing, dan kembali ke Indonesia

sementara waktu (dengan memakai paspor Indonesia / tidak tercatat

sebagai wisatawan).

b. Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha

disuatu negara.

c. Orang yang datang untuk menetap.

d. Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang

satu, akan tetapi bekerja di negara tetangganya.

e. Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan

dan sekolah-sekolah.

B. Pengembangan Pariwisata

Otonomi daerah merupakan titik tolak bagi daerah dalam mengembangkan

dan mengelola aset-aset atau potensi sumberdaya yang dimilikinya bagi

kepentingan pembangunan ekonomi daerah. Untuk itu, daerah perlu mencermati

sektor-sektor strategis yang memiliki potensi kuat dalam menopang

pembangunan di daerahnya. Sektor pariwisata perlu dikelola secara maksimal

agar mampu untuk meningkatkan kunjungan wisata agar dapat memberikan

multipliereffect berupa peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan

masyarakat, devisa Negara, memperluas pemerataan kesempatan berusaha dan

lapangan kerja serta mendorong kegiatan ekonomi. Dalam perencanaan

pengembangan pariwisata dikenal berbagai konsep, salah satunya adalah

konsep market driven dan product driven. Konsep market driven lebih

Page 20: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

6

menitikberatkan pada keinginan wisatawan dan perilaku pasar sebagai landasan

pengembangan. Sedangkan konsep product driven lebih menitikberatkan pada

pengembangan produk wisata. Kondisi dan keunggulan produk atau obyek dan

daya tarik wisata sebagai landasan utama dalam pengembangan (Fandeli.

2001).

Konsep perencanaan wisata dibagi menjadi tiga skala yaitu, perencanaan

tapak (siteplan), perencanaan daerah tujuan (destination plan) dan perencaaan

regional. Ada dua hal penting yang menyebabkan metode yang bersifat

partisipatif dikembangkan dalam rangka membantu memecahkan masalah

masyarakat dan membantu merumuskan program untuk memecahkan masalah.

Pertama, selama ini masyarakat cenderung dijadikan obyek dan kurang atau

bahkan tidak terlibat dalam merumuskan masalah dan menyusun program

pembangunan bagi dirinya sendiri. Kedua, dalam penerapan kebijakan yang

membangun mereka masyarakat lebih banyak berlaku sebagai penerima dan

bukan sebagai pelaku utama dari pembangunan yang pada dasarnya

dimaksudkan untuk mereka sendiri. Selama ini penentuan dan perumusan

masalah ditentukan oleh para ahli yang mengunakan metode survei yang berat

sebelah kearah peneliti, sehingga seringkali tidak sesuai dengan masalah yang

sesungguhnya dihadapi oleh masyarakat. Sehingga pada akhirnya justru tidak

mendapatkan keuntungan apa-apa dari program pembangunan diwilayahnya

baik itu yang bersifat sosial-budaya dan peningkatan pada taraf ekonomi.

Pengembangan pariwisata dengan pendekatan partisipasi perlu

mendapatkan perhatian, terutama dalam konsep pengembangan pariwisata

jangka panjang. Pariwisata memang belum tergali secara optimal, padahal sektor

ini mendapatkan banyak keuntungan, baik dari pasar domestik maupun pasar

internasional. Bermodalkan berbagai kondisi alam wilayah yang dimiliki,

keragaman masyarakat dan berbudaya yang berkualitas, maka pengembangan

Page 21: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

7

sektor pariwisata berbasis masyarakat dianggap potensial untuk dikembangkan

agar dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa.

Dengan demikian, diharapkan sektor pariwisata yang dikembangkan

melalui partisipasi masyarakat dapat menjadi salah satu lokomotif perekonomian.

Sebab pengembangan sektor ini memiliki keterkaiatan erat dengan sektor lainnya,

serta menjangkau berbagai elemen baik pemerintah, swasta maupun masyarakat

(Gunn, 1994).

Industri pariwisata yang ingin bertahan lama, tidak dapat hanya

mengandalkan pada pembangunan fisik semata seperti infrastruktur aksesibilitas,

seperti jalan raya, pelabuhan, bandara, melainkan secara terpadu (integrated)

dilakukan bersama dengan pengembangan kualitas individu pelaku

kepariwisataan dan respon positif masyarakat di sekitarnya. Pariwisata sebagai

salah satu kegiatan pembangunan diupayakan dapat sejalan dengan konsep dan

prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan

perlu menerapkan kaidah-kaidah:

1. Pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh

(holistic) tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek

dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua,

2. Pembangunan pariwisata yang sesuai dengan karakter wilayah, kondisi

lingkungan, kontak sosial dan dinamika budaya,

3. penciptaan keselarasan sinergis antara kebutuhan wisatawan dan

penyediaan oleh masyarakat lokal, yang memunculkan hubungan timbal

balik dan saling menghargai, nilai, adat istiadat, kebiasaan, warisan

budaya,

4. pemanfaatan sumberdaya pariwisata yang memperhitungkan

kemampuan lestarinya yang pengelolaannya secara eco-efficiency

Page 22: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

8

(Reduce, Reuse dan Recycle) sehingga mencapai eco-effectivity

(Redistribute, Reactual).

5. pengelolaan kegiatan pariwisata yang tanggap terhadap perubahan yang

terjadi dari kedua sisi permintaan (pasar) dan penawaran (produk).

Menurut Yoeti (2005), adapun aspek-aspek yang perlu diketahui dalam

perencanaan pariwisata adalah sebagai berikut:

1. Wisatawan

Hal yang perlu diketahui dari aspek ini adalah mengenai wisatawan yang

diharapkan datang ke lokasi obyek wisata.

2. Transportasi

Aspek ini berkaitan dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang dapat

digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata. Atraksi

dan fasilitas pariwisata tidak dapat dinikmati oleh wisatawan secara

penuh apabila infrastruktur tidak dibangun.

3. Atraksi/Obyek Wisata

Seluruh komponen yang ada dalam suatu daerah diharapkan dapat

menjadi atraksi. Dalam suatu daerah tujuan wisata, terdapat beberapa

atraksi dari kekayaan alam dan sebagian atraksi buatan. Atraksi buatan

ini daya tariknya sengaja dibuat untuk memenuhi keinginan wisatawan.

4. Fasilitas Pelayanan

Fandeli (2001), menyebutkan ada tiga macam fasilitas yang dibutuhkan

oleh wisatawan. Ketiga fasilitas tersebut adalah tempat penginapan,

makan dan minum, dan pelayanan terhadap keinginan wisatawan berkait

dengan cinderamata atau souvenir.

5. Informasi dan Promosi

Page 23: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

9

Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara-cara memberikan informasi,

publikasi atau promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan agar

datang kesuatu lokasi obyek wisata.

C. Parameter Oseanografi Fisika dan Geomorfologi dan Biologi

1. Kecerahan

Kecerahan air adalah suatu ukuran untuk mengetahui daya penetrasi

cahaya matahari kedalam air, dimana nilainya berbanding terbalik dengan nilai

kekeruhan. Nybakken (1992), mengemukakan bahwa kecerahan merupakan

salah satu faktor penentu dalam suatu perairan dimana proses fotosintesis masih

dapat berlangsung. Banyak sedikitnya sinar matahari yang menembus kedalam

perairan sangat tergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut,

maka semakin dalam sinar yang menembus kedalam perairan demikian

sebaliknya. Asmawi (1990), mengatakan bahwa, dengan mengetahui kecerahan

suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan

terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan

yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu

cuaca normal (cerah), memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya

partikel yang terlarut dan tersuspensi dalam perairan tersebut.

2. Kedalaman

Kedalaman laut perairan Indonesia umumnya dapat dibagi dua yakni

perairan dangkal berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan adalah zona

di laut terhitung mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120-

200 meter, yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih curam ke

arah laut dalam (Nontji, 1994).

Perairan laut dalam Indonesia yang terletak di antara Paparan Sunda dan

Paparan Sahul, mempunyai topografi yang kompleks dengan berbagai basin dan

Page 24: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

10

palung. Hasil-hasil Ekspedisi Snellius I (1929-1930) banyak sekali memperkaya

pengetahuan kita tentang topografi dasar laut di kawasan ini.

Faktor kedalaman sangat berpengaruh dalam pengamatan dinamika

oseanografi dan morfologi pantai, seperti kondisi arus, ombak dan transport

sedimen.

3. Substrat / Material Dasar

Ada dua jenis pantai bila dilihat dari teraduknya material pembentuknya,

yaitu pantai berpasir (sandy beach) dan pantai berbatu (rocky coast). Pantai

berbatu terdiri dari material yang kokoh dan perubahannya bersifat tetap

(irreversible), sementara pantai berpasir terdiri dari material lepas seperti pasir,

kerikil, lempung atau campuran ketiganya mampu merubah kembali ke bentuk

semula seperti erosi-akresi, setelah terkena gaya-gaya luar (Hutagalung, 1994).

Secara umum proses transpor sedimen dapat dibagi kedalam tiga tahapan :

a. Teraduknya material kohesif dari dasar laut hingga tersupensi, atau

lepasnya material non kohesif dari dasar laut.

b. Perpindahan material secara horizontal.

c. Pengendapan kembali partikel/material sedimen tersebut.

Masing-masing tahap tersebut tergantung pada gerakan air dan

karakteristik sedimen yang terangkut.

Keadaan lingkungan seperti tipe substrat memberikan variasi yang amat

besar dari suatu daerah dasar lautan ke daerah dasar lautan lainnya. Selanjutnya

diuraikan bahwa sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa

jenis partikel, tapi tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda (Hutabarat &

Evans, 1984).

4. Kecepatan Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang disebabkan oleh

tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula

Page 25: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

11

disebabkan oleh gerakan gelombang yang panjang (Nontji, 1994). Selanjutnya

Nybakken (1992), menjelaskan bahwa angin mendorong bergeraknya air

permukaan yang menghasilkan suatu gerakan horizontal yang lamban dan

mampu mengangkut suatu volume air yang sangat besar melintasi jarak jauh di

lautan.

Kecepatan arus sangat erat kaitannya dengan keamanan para wisatawan

dalam berenang. Arus yang lemah sangat baik untuk kegiatan renang sedangkan

arus yang kuat sangat berbahaya karena dapat menyeret orang-orang yang

sedang mandi atau renang di pantai (Nontji, 1994).

5. Lebar Pantai

Lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan pantai yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar pantai yang sangat

sesuai untuk wisata pantai adalah lebih dari 15 meter, sedangkan untuk lebar

pantai kurang dari 3 meter dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai (Hutabarat

dan Evans, 1984).

6. Ketersediaan Air Tawar

Ketersediaan air tawar merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

wisata pantai. Selain untuk konsumsi juga dapat digunakan untuk mandi dan

shalat setelah bermain air laut dan pasir pantai. Ketersediaan air tawar dilihat

dari seberapa jauh sumber air tawar terhadap pantai. Jarak lokasi dengan

sumber air <0,5 km merupakan syarat yang paling sesuai, sedangkan jarak >2

km merupakan jarak yang tidak sesuai untuk wisata pantai (Yulianda, 2007).

7. Biota Berbahaya

Lahan pantai yang nyaman untuk berbagai aktivitas adalah pantai yang

aman. Pantai yang aman dimaksud merupakan pantai yang bebas dari biota

berbahaya.

Page 26: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

12

Menurut (Pratiwi, 2006) secara umum biota laut terbagi atas 2 kelompok

yaitu: kelompok hewan dan kelompok tumbuhan. Kelompok hewan berbahaya

Pada daerah pantai diantaranya:

1. Ikan

Jenis ikan yang tergolong berbahaya yaitu, ikan lepuh (Pterois

volitans),ikan pari (Manta birostris), ikan hiu (Carcharhinus sp) dan

barakuda (Sphyraena sp)

2. Echinodermata

Kelompok hewan ini biasanya mempunyai permukaan kulit yang

berduri.Duri-duri yang melekat di tubuhnya itu bermacam-macam ada

yang tajam, kasar dan atau hanya berupa tonjolan saja (Lilley 1999 dalam

pratiwi 2006).Jenis Echinodermata yang tergolong berbahaya yaitu Bulu

Babi (Diadema sp). Akibat yang dihasilkan apabila terkena racunnya

adalah nyeri pada sekitar luka, demam dan kelumpuhan.

3. Reptilia

Jenis hewan berbahaya dari Reptilia yaitu ular laut. Dampak dari

gigitan ular sangat berbahaya, bila tidak segera mendapatkan

pertolongan bias berujung pada kematian

4. Moluska

Moluska merupakan hewan yang bertubuh lunak, ada yang

bercangkang dan tidak bercangkang. Cangkangnya berfungsi untuk

melindungi tubuhnya yang lunak. Jenis moluska yang tergolong

berbahaya yaitu gurita cincin (Hapalochlaena sp).

5. Cnidaria

Jenis hewan berbahaya dari filum cnidaria yaitu ubur-ubur. Sengatan

ubur-ubur dapat menyebabkan iritasi pada kulit, dan pada jenis-jenis

tertentu dapat menyebabkan kejang hingga kematian.Letak sengat ubur-

Page 27: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

13

ubur berada pada tentakelnya. Ubur-ubur memiliki tubuh yang transparan,

hingga sulit dilihat di air. Untuk menghindarinya, gunakanlah pakaian

renang /selam yang menutupi hingga bagian lengan dan kaki dengan

baik.

Pada Kelompok tumbuhan berbahaya pada daerah pantai diantaranya:

1. Mangrove

Jenis tumbuhan mangrove yang berbahaya adalah Acanthus

ilicifolius. Ciri-ciri Acanthus ilicifolius antara lain: Permukaan daun halus,

tepi daun bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara

gradual menyempit menuju pangkal. bagian menghadapnya bersilangan.

Bentuk daun lanset lebar, ujungnya meruncing dan tepinya berduri tajam

(Noor et al, 2006). Akibat yang di timbulkan yaitu sering melukai kaki

manusia (wisatawan).

Identifikasi biota berbahaya pada lokasi wisata pantai (mandi dan renang)

sangat erat hubungannya dengan keselamatan dan kenyamanan wisatawan

selama melakukan kegiatan wisata pantai.

8. Sampah

Sampah merupakan segala bentuk buangan padat yang sebagian besar

berasal dari aktivitas manusia (domestik). Sampah domestik lebih banyak

didominasi oleh bahan organik, meskipun tipe dan komposisinya bervariasi dari

satu kota ke kota lainnya, bahkan dari hari ke hari (Hadiwiyoto, 1983).

Sampah merupakan penyebab terjadinya pencemaran terhadap lingkungan.

Pencemaran karena sampah dapat membawa akibat-akibat negatif, baik

terhadap kehidupan disekitarnya, maupun terhadap kehidupan manusia.

Pencemaran tersebut mungkin dapat berbentuk rusaknya tanah-tanah pertanian,

perikanan, gangguan kehidupan mikroorganisme dan organisme-organisme

lainnya serta daerah wisata pantai di sekitar lokasi sampah. Umur sampah akan

Page 28: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

14

menentukan tingkat penguraian yang terjadi hingga tercapai kestabilan. Pada

penguraian sampah organik dapat menghasilkan zat-zat hara, zat-zat kimia

bersifat toksik dan bahan-bahan organik terlarut (Mahida, 1997).

Pengaruh sampah terhadap kesehatan lingkungan dapat terjadi melalui

pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi akibat

kontak langsung dengan sampah, dimana sampah tersebut ada yang bersifat

racun(sampah B3), korosif terhadap tubuh, karsinogenik, teratogenik dan ada

juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat menularkan

penyakit. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama

akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah (Slamet,1994).

9. Tipe Pantai

Tipe pantai secara sederhana dapat dibedakan berdasarkan material

penyusunnya yaitu:

a. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantaiyang tersusun oleh batuan induk

yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.

b. Beach yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas, pantai tipe ini dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Sandy beach (pantai pasir), yaitu pantai yang tersusun oleh endapan

pasir.

2) Gravely beach (pantai berbatu), yaitu pantai yang tersusun oleh gravel

atau batuan lepas.

c. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai.

10. Pasang Surut

Pasang surut air laut merupakan fenomena pergerakan naik turunnya

permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya

gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh

matahari, bumi dan bulan. Sedangkan faktor non astronomi yang mempengaruhi

Page 29: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

15

pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis

pantai dan topografi dasar perairan (Nybakken, (1992).

Ongkosongo et al. 1989, mengemukakan bahwa puncak gelombang

disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang

pasang surut (tidal range)

Page 30: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

16

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan (September – November

2014) yang dilaksanakan di Desa Oempu, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten

Muna (Gambar 1). Rentang waktu tersebut meliputi observasi awal, pengambilan

atau pengukuran data lapangan, serta analisis sampel yang dilakukan di

Laboratorium Oseanografi Fisika dan Geomorfologi Pantai, Jurusan Ilmu

Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian pantai Walengkabola

Page 31: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

17

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengambilan data tiap

parameter adalah GPS (Global Positioning System) untuk menentukan posisi

geografis stasiun pengamatan, Alat dasar untuk memudahkan ketika

pengambilan data di Lapangan, senter kedalaman untuk mengetahui kedalaman,

ATK untuk mencatat data, rol meter untuk mengukur panjang areal pengamatan,

skop untuk pengambilan sampel sedimen, sabak sebagai media mencatat data di

dalam kolom air, ayakan sedimen untuk menyaring butiran sedimen, oven untuk

mengeringkan sampel sedimen, breaker glass sebagai wadah sampel sedimen,

timbangan digital untuk mengetahui berat sedimen.

Untuk pengukuran data oseanografi digunakan alat yaitu Layang-layang

arus untuk mengetahui kecepatan arus, secchi disc untuk mengukur kecerahan,

Kompas, stopwatch, kamera digital untuk dokumentasi, PC (Personal Computer)

sebagai perangkat/ pengolah data.

Kemudian bahan yang digunakan selama penelitian adalah kantong

sampel untuk menyimpan sampel, buku identifikasi untuk mengidentifikasi biota

berbahaya yang ada dalam kolom air.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu tahap

persiapan/observasi awal dan penentuan stasiun, pengambilan data oseanografi.

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan survei awal lokasi, dan mempersiapkan

alat/instrumen yang akan digunakan di lapangan, studi literatur tentang

subyek penelitian.

Page 32: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

18

2. Penentuan Stasiun Pengamatan

Penentuan stasiun dilakukan pada wilayah yang terindikasi adanya

perbedaan kondisi oseanografi. Maka ditentukanlah 3 titik (stasiun) dan di

setiap stasiun terdapat 3 titik sampling dengan jarak antara titik di

perkirakan 25 meter.

3. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di setiap titik sampling. Untuk mobilisasi

pengukuran dan pengambilan sampel di tiap titik sampling dengan

menggunakan perahu motor. Adapun parameter-parameter yang diukur

adalah sebagai berikut:

a. Kecerahan

Pengukuran kecerahan dengan cara menurunkan secchi disc

ke dalam kolom air hingga tidak terlihat pada tiap titik sampling.

Kemudian mencatat panjang tali yang terukur, selanjutnya

menentukan kedalaman air dengan menggunakan bandul pemberat.

Kecerahan terukur dengan panjang tali secchi disc dibagi kedalam air

yang terukur.

b. Kedalaman

Pengukuran kedalaman perairan dilakukan dengan cara

pemeruman, yakni dengan menggunakan tali skala yang dilengkapi

pemberat dan menggunakan satuan meter (m). Jika terjadi

penyimpangan atau sudut kemiringan pada tali, maka dilakukan

koreksi berdasarkan rumus :

Keterangan : Ds = Kedalaman sebenarnya (cm)

hT = Kedalaman dirambu pasut saat pengukuran (cm)

Ds = DT + (MSL-hT)

Page 33: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

19

DT = Kedalaman yang terukur (cm)

MSL= Nilai muka air rata-rata

c. Material Dasar Perairan

Untuk sampel sedimen dilakukan analisa butir dengan

menggunakan metode Dry Sieving berdasarkan skala Wentworth

(Hutabarat dan Evans, 2000). Metode pengayakan digunakan untuk

menentukan distribusi ukuran butiran sedimen. Skala Wentworth

(Tabel 1), yang digunakan untuk mengklasifikasikan sedimen

menurut ukuran butirannya. Analisis sampel sedimen dengan metode

pengayakan kering untuk mengetahui ukuran butir sedimen. Adapun

prosedur pengayakan adalah sebagai berikut :

1) Sampel sedimen, dibersihkan kemudian dikeringkan agar dapat

disaring.

2) Sebanyak 100 gram sampel sedimen ditimbang sebagai berat

awal, selanjutnya dimasukkan ke dalam sieve net yang telah

tersusun secara berurutan dengan ukuran >2 mm, 2-1 mm, 1-0,5

mm, 0,5-0,25 mm, 0,25-0,125 mm, 0,125-0,625 mm, < 0,0625

mm. Kemudian mengayak sampel sehingga didapatkan

pemisahan masing-masing partikel sedimen.

3) Sampel sedimen dipisahkan dari ayakan, selanjutnya

dimasukkan ke dalam cawan petri untuk ditimbang.

4) Sampel kemudian diklasifikasi berdasarkan skala Wentworth

(Tabel1).

Page 34: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

20

Tabel 1. Skala Wentworth untuk mengklasifikasi partikel-partikel sedimen (Hutabarat dan Evans, 2000).

Ukuran (mm) Keterangan

> 256 Kerakal

2 – 256 Kerikil

1 – 2 Pasir sangat kasar

0,5 – 1 Pasir kasar

0,25 – 0,5 Pasir agak kasar

0,125 – 0,25 Pasir halus

0,0625 – 0,125 Pasir sangat halus

0,0039 – 0,00625 Lanau

< 0,0039 Lempung

Untuk pengolahan data sedimen menggunakan rumus menghitung %

berat sedimen :

d. Kecepatan Arus

Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan layang-

layang arus. Pengamatan dilakukan dengan melepas layang-layang

arus hingga jarak yang telah ditentukan dan mengukur selang waktu

yang dibutuhkan hingga mencapai jarak yang telah ditentukan tersebut.

Pengukuran pergerakan arah arus dilakukan dengan menggunakan

kompas, yakni dengan menentukan posisi titik awal layang-layang arus

ketika dilepas sampai jarak terakhirnya. Pengukuran dilakukan pada

stasiun I, II dan III. Besar kecepatan arus diketahui berdasarkan

persamaan berikut ini:

Keterangan:

V : Kecepatan arus (m/det)

S : Jarak (m)

t : Waktu (det)

V = t

S

Page 35: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

21

e. Lebar Hamparan Dasar Perairan

Pengukuran lebar hamparan dasar perairan dengan cara

mengukur lebar dari lokasi yang ingin di jadikan wisata mandi dan

renang dengan menggunakan rool meter.

f. Ketersediaan Air tawar

Pengambilan data untuk ketersediaan air tawar dengan cara

mencari informasi dari kepala desa atau masyarakat setempat tentang

lokasi terdapatnya air tawar di sekitar lokasi wisata.

g. Biota Berbahaya

Pengambilan data biota berbahaya dengan cara mengamati

langsung (visual) jenis biota perairan yang terdapat di sekitar lokasi

wisata dengan menggunakan alat dasar snorkeling.

h. Sampah dan Tipe Pantai

Pengambilan data Sampah dan Tipe Pantai dilakukan dengan

cara mengamati secara langsung (visual) pada tiap stasiun penelitian.

i. Pasang Surut

Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan

tiang skala dengan cara membaca tinggi permukaan air laut pada

tiang skala terpasang. Pengamatan dilakukan selama 39 jam dengan

selang waktu 1 jam. Kemudian dapat dilihat tinggi air terendah dan

tertinggi untuk mengetahui kisaran pasang surut.

Analisis data:

Keterangan :

MSL = Tinggi muka air rata-rata (cm)

Hi = Tinggi muka air (cm)

Ci = Konstanta Doodson

Page 36: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

22

j. Sistem Pembobotan

Untuk mengetahui kesesuaian perairan lokasi wisata mandi dan

renang dibutuhkan kriteria sebagai acuan penetuan kelayakan lokasi,

seperti yang di tunjukkan pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lokasi untuk Wisata Mandi dan Renang

Sumber: Yulianda, (2007), dan Hasil Modifikasi (2014).

Keterangan: Kategori S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 75 – 100 %

Kategori S2 = Cukup Sesuai, dengan nilai 50 - < 75 %

Kategori N = tidak sesuai, dengan nilai 25 - < 50 %

N

o Parameter

Bob

ot Kategori S1

S

k

o

r

Kategori S2

S

k

o

r

Kategori

N

S

k

o

r

1 Kedalaman (m) 0,20 0 – 300 3 >300-600 2 >600 1

2 Tipe Pantai 0,18 Pasir Putih 3

Pasir Putih

dan Sedikit

Berkarang

2

Lumpur,

Berbatu

dan

Terjal

1

3 Lebar Pantai (m) 0,16 > 15 3 3 – 10 2 < 3 1

4 Material Dasar Perairan

0,15 Pasir 3

Pasir

Berlumpur/

Karang

berpasir

2 Lumpur 1

5 Kecepatan Arus (m/det)

0,12 0 – 0 – 17 3 > 0,17 –

0,34 2

0,34 –

0,51 1

6 Kecerahan (%) 0,10 > 80 3 20 – 80 2 < 20 1

7 Biota Berbahaya 0,08

Nihil (tidak

ada) 3 1 jenis 2 > 1 jenis 1

8 Ketersediaan Air Tawar Jarak (km)

0,05 < 0,5 3 > 0,5 – 2 2 > 2 1

9 Sampah 0,03

Nihil (tidak

ada) 3 Organik 2

Non

organik 1

Page 37: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

23

4. Tahap Pengolahan Data

A. Sistem Pembobotan

Dalam menentukan kelayakan suatu perairan dilakukan pembobotan

untuk setiap parameter. Pembobotan dimaksudkan untuk memberikan

perbedaan besar kecilnya pengaruh parameter yang satu dengan

parameter yang lain terhadap kesesuaian lahan. Selanjutnya dilakukan

skala penilaian berdasarkan tingkat kelas dari yang besar sampai yang

kecil. Pada tingkat kelas ini, lahan dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu:

sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (N). Pemberian bobot

dilakukan dilakukan dengan metode ranking.

Wj =

1

1

rpn

rjn

Keterangan:

Wj : Bobot parameter

n : Jumlah parameter

rj : Posisi rangkin

grp : Parameter (p = 1, 2, 3,…..,n)

B. Sistem Penilaian dan Parameter Untuk Kesesuian Wisata Mandi dan

Renang

Tabel 3. Sistem Penilaian dan Parameter Untuk Kesesuaian Wisata Mandi dan

Renang

NO Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai Skor

1 Kedalaman (m) 0 – 3 3

Sangat Sesuai

0.20 0.60

>3 – 6 2 Sesuai 0.40

Page 38: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

24

Tabel 3. Lanjutan

>6 1

Tidak Sesuai

0.20

2 Tipe Pantai

Pasir Putih 3

Sangat Sesuai

0.18

0.55

Pasir Putih dan Sedikit Berkarang 2

Sesuai 0.36

Lumpur, Berbatu, Terjal 1

Tidak Sesuai

0.18

3 Lebar Pantai (m)

>15 3 Sangat Sesuai

0.16

0.49

3 – 10 2 Sesuai 0.33

< 3 1 Tidak

Sesuai 0.16

4 Material Dasar Perairan

Pasir 3 Sangat Sesuai

0.15

0.44

Pasir Berlumpur/Karang Berpasir

2 Sesuai 0.29

Lumpur 1 Tidak

Sesuai 0.15

5 Kecepatan Arus (m/det)

0 – 0,17 3 Sangat Sesuai

0.12

0.37

>0,17 – 0,34 2 Sesuai 0.24

0,34-0,51 1 Tidak

Sesuai 0.12

6 Kecerahan (%)

>80 3 Sangat Sesuai

0.10

0.30

20-80 2 Sesuai 0.20

<20 1 Tidak

Sesuai 0.10

7 Biota Berbahaya

nihil (tidak ada) 3 Sangat Sesuai

0.08

0.23

1 Jenis 2 Sesuai 0.15

>1 Jenis 1 Tidak

Sesuai 0.08

8 Ketersediaan Air Tawar Jarak (km)

<0,5 3 Sangat Sesuai

0.05

0.16

>0,5 -2 2 Sesuai 0.11

>2 1 Tidak

Sesuai 0.05

9 Sampah

nihil (tidak ada) 3 Sangat Sesuai

0.03

0.08

organik 2 Sesuai 0.05

non organic 1 Tidak

Sesuai 0.03

Page 39: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

25

Berdasarkan nilai skor setiap parameter, maka dilakukan penilaian untuk

menentukan kesesuian dengan menggunakan formulasi rumus Indeks

kesesuaian wisata menurut Yulianda (2007), sebagai berikut :

IKW = ∑ [Ni/Nmaks] x 100%

Keterangan:

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata (%)

Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Penentuan range antar kelas untuk interval kesesuaian

menggunakan rumus:

Keterangan :

Ci : Range antar kelas

n : Jumlah kelas yang direncanakan

SHB : Skor akhir setelah penjumlahan nilai semua

parameter

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari matriks kesesuaian,

dimana dari jumlah perkalian antara bobot dan skor yang disesuaikan dengan

kategori klasifikasi. Kriteria kesesuaian lahan tersebut dikelompokkan kedalam 3

(tiga) kategori yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), N (tidak sesuai).

Berdasarkan pada nilai indeks kesesuaian lahan untuk wisata renang pada tabel

3 diatas didapatkan perhitungan dengan skor tertinggi 100 dan terendah 33,33

dengan rentang skor 22,22 Dengan demikian dapat diperoleh kelas-kelas

Page 40: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

26

kesesuaian wisata renang untuk matriks kesesuaian berdasarkan hasil modifikasi

Yulianda (2007) sebagai berikut:

Sehingga diperoleh penetuan kategori berdasarkan interval kesesuaian

seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Kategori Kesesuaian Lahan Berdasarkan Interval Kesesuaian

No Kategori Nilai interval kesesuaian (%)

1 S1 (Sangat Sesuai) >77, 78 – 100

2 S2 (Sesuai) > 55, 78 – 77, 78

3 N (Tidak Sesuai) 33, 78 – 55, 78

Page 41: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif Pantai walengkabola terletak di Kecamatan Tongkuno

Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Pantai Walengkabola adalah

sebuah pantai yamg memiliki panjang 1,5 km dan memiliki pemandangan alam

yang indah. Pengunjung/wisatawan dapat menikmati pemandangan alam dan

laut yang indah, (gambar 2).

Gambar 2. Pemandangan Pantai Walengkabola

Pantai Walengkabola terletak di Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna,

yang berjarak sekitar ± 50 km dari kota Raha dengan jarak tempuh selama 1 jam

perjalanan dengan menggunakan sepeda motor.

Pada mulanya Walengkabola adalah sebuah nama perkampungan kecil

yang terletak di Kecamatan Tongkuno yang kemudian dikenal dengan nama

Pantai Walengkabola karena panorama alam dan lautnya yang indah yang

banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal. Pantai Walengkabola tidak hanya kuat

dengan motif keindahan alam pantainya, akan tetapi dikenal juga dengan nuansa

Page 42: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

28

mistiknya, hal ini disebabkan karena disekelilingnya banyak Makam orang-orang

jaman dahulu kala yang menghunipantai ini. Tidak sedikit wisatawan domestik

maupun asing yang berkunjung ditempat ini, bahkan ada sebagian wisatawan

yang bermalam untuk merasakan nuansa alam pantai walengkabola yang begitu

menyatu dengan jiwa para pengunjung. Kearifan lokal di sekitar Pantai

Walengkabola juga sangat menarik untuk dilihat, ini disebabkan karena

masyarakat yang bermukim di sekitar Pantai Walengkabola masih bersifat

tradisional, sehingga kearifan lokal masyarakat di sekitar Pantai Walengkabola

masih sangat terjaga dan masih dilakukan sampai saat ini. Kearifan lokal

tersebut yaitu proses pembuatan sarung tenun Muna yang masih sangat

tradisional. Waktu terbaik untuk berkunjung di pantai Walengkabola yaitu pada

saat hari libur sekola sabtu, minggu serta saat hari raya, misalnya idul fitri, natal

dan sebagainya.

Melihat potensi yang dimiliki pantai walengkabola, pemerintah Kabupaten

Muna sangat perlu memperhatikan pantai tersebut untuk dikembangkan sebagai

salah satu lokasi wisata di Kabupaten Muna, sehingga kemudian pembangunan

sarana dan prasarana juga lebih ditingkatkan lagi untuk menunjang kegiatan

wisata.

B. Potensi Wisata Pantai Walengkabola

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, Pantai Walengkabola

memiliki Objek wisata yang sangat indah, seperti hamparan pasir putih, air laut

yang jernih, hamparan vegetasi yang cukup banyak dan karang-karang tebing

yang indah yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan pantai diatasnya serta

penataan lokasi seperti gazebo tempat dimana para wisatawan bisa beristirahat

dan menikmati indahnya pemandangan pantai yang semakin memperlihatkan

keindahan disekitar Pantai Walengkabola.

Page 43: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

29

Kearifan lokal di sekitar Pantai Walengkabola juga sangat menarik untuk

dilihat, ini disebabkan karena masyarakat yang bermukim di sekitar Pantai

Walengkabola masih bersifat tradisional, sehingga kearifan lokal masyarakat di

sekitar Pantai Walengkabola masih sangat terjaga dan masih dilakukan sampai

saat ini. Kearifan lokal tersebut yaitu proses pembuatan sarung tenun Muna yang

masih sangat tradisional. Selain itu wisatawan juga dapat melihat langsung

bagaimana proses pembuatan sarung tenun Muna yang masih sangat tradisional.

Ini merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Pantai

Walengkabola.

C. Parameter Fisika Oseanografi

1. Pasang Surut

Pasang surut air laut merupakan fenomena pergerakan naik turunnya

permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya

gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh

matahari, bumi dan bulan. Berdasarkan pengukuran pasang surut air laut di

lapangan selama 39 jam, diperoleh tipe pasang surut untuk perairan pantai

walengkabola yaitu semi diurnal. Dimana diketahui nilai pasang tertinggi yaitu

218 cm dan nilai surut terendah yaitu 5,2 cm, sedangakan untuk nilai ketinggian

rata-rata muka air laut yaitu 101, 64 cm seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.

Page 44: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

30

Gambar 3. Grafik pasang surut Pantai Walengkabola

Sementara itu dari grafik pasang surut, dapat diketahui tipe pasang surut di

Pantai Walengkabola yaitu pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) yaitu

terjadi dari dua kali kedudukan permukaan air tinggi dan dua kali kedudukan

permukaan air rendah dalam satu hari (Defan.1958 dalam Lanuru dan Suwarni

2011).

2. Kedalaman

Kedalaman suatu perairan merupakan aspek yang cukup penting dalam

penentuan suatu kawasan untuk wisata pantai khususnya wisata mandi dan

renang, karena sangat berpengaruh terhadap aspek keselamatan misalnya pada

saat berenang. Secara fisik perairan yang dangkal cukup baik untuk dijadikan

sebagai objek wisata mandi dan renang. Pada daerah pantai biasanya

mempunyai kedalaman yang relatif dangkal dengan perairan yang jernih. Standar

kesesuaian kawasan pantai untuk kedalaman adalah berkisar antara <3 m dan 3

– 6 m. Berikut adalah hasil pengukuran kedalaman untuk tiap stasiun pada

Pantai Walengkabola yang disajikan pada Tabel 5.

0

50

100

150

200

250 T

ing

gi

mu

ka

air

la

ut

(cm

)

Pasang Surut

Page 45: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

31

Tabel 5. Hasil Rata-Rata Kedalaman Perairan Tiap Stasiun

No Stasiun Rata-Rata Kedalaman Perairan (cm)

1 Stasiun I 256,51

2 Stasiun II 193,04

3 Stasiun III 164,51

Hasil dari pengukuran yang telah terkoreksi dengan pasang surut di Pantai

Walengkabola maka kedalaman rata-rata Pantai Walengkabola yaitu pada

stasiun I memiliki kedalaman yaitu 256, 51 m, pada stasiun II memiliki kedalaman

yaitu 193,04 m dan pada stasiun III memiliki kedalaman yaitu 164,51 m.

Tabel 5 menunjukkan bahwa kedalaman untuk masing-masing stasiun

tidak jauh berbeda, dimana untuk stasiun III memiliki kedalaman terendah 164,51

cm, stasiun II memiliki kedalaman perairan 193,04 cm dan Stasiun I memiliki

kedalaman tertinggi diantara stasiun yaitu 256,51 cm. Analisis berdasarkan

matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai rekreasi menurut Yulianda (2007),

menunjukkan bahwa semua stasiun masuk dalam kriteria sangat sesuai (SI)

untuk parameter kedalaman.

3. Kecepatan Arus

Kecepatan arus sangat berpengaruh terhadap aktifitas yang akan

dilakukan pada lokasi wisata mandi dan renang khususnya dalam hal

keselamatan pengunjung/wisatawan.

Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga

menuju keseimbangannya. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari

berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan.

Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata kecepatan arus pada stasiun I yaitu

0,187 m/detik, stasiun II 0,089 m/detik dan stasiun III 0,074 m/detik.

Page 46: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

32

Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kecepatan Arus

No Stasiun Rata-Rata Kecepatan Arus (m/detik)

1 Stasiun I 0,022

2 Stasiun II 0,032

3 Stasiun III 0,025

Analisis berdasarkan matriks kesesuaian lahan menunjukkan bahwa

kecepatan arus untuk semua stasiun masuk pada kategori sesuai (S2). Hal ini

sesuai dengan pendapat Yulianda (2007) yang menyatakan bahwa kecepatan

arus yang sangat sesuai untuk kegiatan wisata pantai yaitu 0-0,17 meter/detik

yang tergolong arus lemah. Parameter kecepatan arus sangat erat kaitannya

dengan keamanan para pengunjung/wisatawan dalam kegiatan wisata terutama

mandi dan renang. Arus sangat kencang sangat membahayakan keamanan bagi

pengunjung/wisatawan, sebaliknya arus yang kecil dan tenang memberikan rasa

nyaman bagi para pengunjung/wisatawan yang sedang melakukan aktifitas

mandi dan renang serta aktivitas wisata pantai lainnya.

Menurut Purbani (1999) dalam Bahar, A (2006) kecepatan arus yang

aman untuk kegiatan berenang yaitu < 0,4 m/det. Sementara itu, untuk arah arus

di Pantai Walengkabola cenderung memutari Pantai Walengkabola baik saat

pasang maupun pada saat menuju surut.

4. Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati

secara visual menggunakan secchi disc. Kecerahan perairan merupakan

parameter penting dalam kegiatan wisata pantai, karena berkaitan dengan

kenyamanan wisatawan. Semakin cerah perairan, semakin baik untuk

kenyamanan wisatawan saat mandi dan renang. Hasil pengamatan dilapangan

Page 47: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

33

menunjukkan bahwa tingkat kecerahan perairan sangat tinggi. Hal ini disebabkan

oleh material dasar perairan Pantai Walengkabola yang di dominasi oleh pasir

agak kasar sehingga menyebabkan kurangnya konsentrasi bahan organik dan

anorganik yang terlarut. Pengukuran yang didapatkan menunjukkan persentase

kecerahan perairan yaitu 100% untuk semua stasiun, sesuai dengan (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kecerahan Perairan

No Stasiun Rata-Rata Kecerahan Perairan (%)

1 Stasiun I 100

2 Stasiun II 100

3 Stasiun III 100

Berdasarkan matriks kesesuaian, tingkat kecerahan pada stasiun I,II,III,

tergolong sangat sesuai (S1). Tingginya tingkat kecerahan untuk semua stasiun

dikarenakan kondisi cuaca yang begitu cerah pada saat dilakukannya

pengukuran, selain itu kondisi material dasar perairan pada saat pengukuran

tidak mengalami kekeruhan karena kondisi perairan yang begitu tenang dan tidak

berombak dan juga karena substrat dasar perairan yang di dominasi oleh pasir

agak kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003) bahwa nilai

kecerahan sangat dipengaruhi oleh padatan tersuspensi dan kekeruhan,

keadaan cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan

pengukuran. Selain itu, kecerahan perairan juga sangat berpengaruh terhadap

kenyamanan pengunjung/wisatawan dalam melakukan aktifitas mandi dan

renang yaitu dalam hal jarak pandang wisatawan. Semakin cerah perairan, maka

semakin nyaman wisatawan dalam melakukan kegiatan mandi dan renang.

Page 48: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

34

D. Parameter Geomorfologi Pantai

1. Tipe Pantai

Hasil pengamatan secara visual tipe pantai stasiun I, II dan III, tergolong

pasir putih. Berdasarkan matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai rekreasi

bahwa semua stasiun penelitian masuk pada kriteria sangat sesuai (S1). Sesuai

dengan pendapat Widiatmaka (2007) dalam Armos (2013), bahwa untuk wisata

pantai akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai yang berpasir atau

dengan kata lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan dengan pantai

yang berbatu atau pantai yang didominasi oleh substrat karang karena dapat

mengganggu kenyamanan para pengunjung/wisatawan yang melakukan aktifitas

mandi dan renang.

Hasil pengamatan secara visual pada masing-masing stasiun didapatkan

bahwa pasir di sepanjang Pantai Walengkabola merupakan pasir putih.

Hamparan pasir putih tersebut memberikan kesan tersendiri bagi Pantai

Walengkabola untuk kegiatan wisata pantai rekreasi mandi dan renang.

2. Lebar Pantai

Pengukuran lebar pantai dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

wilayah pantai yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan wisata pantai

khususnya untuk aktifitas mandi dan renang dan renang di Pantai Walengkabola.

Menurut Efendi (1981), Gelombang dan arus laut merupakan suatu faktor

penyebab perubahan garis pantai. Hal ini terjadi karena arus akan mengikis dan

membawa sedimen sepanjang pantai, sedangkan gelombang laut terutama pada

lokasi terbuka dengan energi gelombang yang besar langsung menghempas

perairan pantai dan mengkikis pantai tersebut.

Dari hasil pengukuran pada masing-masing stasiun didapatkan bahwa

lebar Pantai pada stasiun I memiliki lebar pantai yaitu 9, 60 m, stasiun II memiliki

Page 49: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

35

lebar pantai 13, 80 m dan pada stasiun III memiliki lebar pantai 18,30 m.

Berdasarkan matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai rekreasi bahwa

stasiun I dan II tergolong dalam kategori sesuai (S2), sedangkan untuk stasiun III

tergolong dalam kategori sangat sesuai (S1).

Dari hasil pengamatan diatas berdasarkan matriks kesesuaian wisata

pantai rekreasi maka lebar Pantai Walengkabola untuk stasiun I dan II tergolong

dalam kategori sesuai (S2) sedangkan untuk stasiun III tergolong dalam kategori

sangat sesuai (S1).

3. Material Dasar Perairan

Berdasarkan analisis di Laboratorium tentang material dasar perairan

yaitu ukuran partikel sedimen, diperoleh jenis sedimen berdasarkan ukuran yang

dikelompokkan menurut Skala Wenwort seperti yang disajikan pada (Tabel 8).

Tabel 8. Jenis sedimen berdasarkan ukuran partikel di semua stasiun.

stasiun diameter

(mm) jenis sedimen

1.1 0.18 pasir halus

1.2 0.15 pasir halus

1.3 0.58 pasir kasar

2.1 0.29 pasir agak kasar

2.2 0.31 pasir agak kasar

2.3 0.23 pasir agak kasar

3.1 0.31 pasir agak kasar

3.2 0.29 pasir agak kasar

3.3 0.31 pasir agak kasar

Berdasarkan Tabel 8 di atas sangat jelas terlihat pada stasiun I didapatkan

hasil jenis sedimen yang mendominasi yaitu pasir halus, sedangkan pada stasiun

II dan III didapatkan hasil jenis sedimen yaitu pasir agak kasar.

Menurut Sugiarto dan Ekariyono (1996) dalam Armos (2013), pantai

berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau daratan pasir,

baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih.

Page 50: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

36

Berdasarkan analisis dengan matriks kesesuaian lahan untuk wisata

pantai, maka stasiun I masuk pada kriteria sangat sesuai (S1), sedangkan

stasiun II dan III masuk pada kriteria sesuai (S2). Menurut Yulianda (2007),

bahwa kategori (S1) menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang menjadi

pembatas bagi kesesuaian kawasan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata

rekreasi.

Untuk kesesuaian lahan pada material dasar perairan di Pantai

Walengkabola sesuai hasil analisis sedimen di Laboratorium maka di dapatkan

jenis sedimen untuk stasiun 1 didominasi oleh jenis pasir halus dan masuk dalam

kriteria sangat sesuai (S1), sedangkan untuk stasiun II dan III masuk pada

kriteria sesuai (S2).

E. Parameter Biologi Oseanografi

1. Biota Berbahaya

Pengamatan biota berbahaya dilakukan dengan cara snorkeling di

sekitar stasiun penelitian I, II dan III. Dari hasil pengamatan di lapangan

menunjukan bahwa di lokasi penelitian I dan III tidak ditemukan biota

berbahaya seperti bulu babi (Diadema setosum) dan ikan pari (Manta

birostris), sedangkan pada stasiun II ditemukan biota berbahaya seperti

bulu babi (Diadema setosum). Seperti yang ditunjukkan pada (gambar 4).

Gambar 4. Biota Berbahaya

Page 51: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

37

Berdasarkan matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai rekreasi,

maka pada stasiun I dan III masuk pada kriteria sangat sesuai (S1),

sedangkan pada stasiun II masuk pada kriteria sesuai (S2).

Untuk kesesuaian lahan pada biota berbahaya di Pantai

Walengkabola berdasarkan matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai

rekreasi maka pada stasiun I dan III masuk pada kriteria sangat sesuai (S1),

sedangkan untuk stasiun II masuk pada kriteria sesuai (S3).

2. Ketersediaan Air Tawar

Pengamatan ketersediaan air tawar dilakukan dengan cara mengukur

jarak antara stasiun penelitian dengan lokasi dimana sumber air tawar

tersedia. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa jarak stasiun I ke tempat

ketersediaan air tawar yaitu 70 m, jarak stasiun II ke tempat ketersediaan

air tawar 370 m dan jarak stasiun III ke tempat ketersediaan air tawar 670

m. Berdasarkan matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai rekreasi

bahwa stasiun I masuk pada kriteria sangat sesuai (S1), sedangkan pada

stasiun II dan III masuk pada kriteria sesuai (S2). Untuk ketersediaan air

tawar setiap minggunya sebesar 10.000 L, sedangkan kebutuhan air yang

dibutuhkan untuk setiap pengunjung yaitu sebesar 10 L. Jadi kebutuhan

air tawar pengunjung untuk setiap minggunya adalah 5000 L, sehingga sisa

debit air tawar setiap minggunya adalah 5000 L.

Ketersediaan air tawar dilokasi wisata Pantai Walengkabola dapat

dilihat pada (gambar 5).

Page 52: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

38

Gambar 5. Ketersediaan Air Tawar Pantai Walengkabola

3. Sampah

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual di lapangan pada

stasiun I dan II telah ditemukan sampah non organik seperti sisa

bungkusan makanan (plastik) dan botol minuman yang merupakan sisa

buangan dari para pengunjung. Untuk stasiun III tidak ditemukan sampah

(nihil). Berdasarkan matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai

rekreasi bahwa stasiun I dan II masuk pada kriteria tidak sesuai (N),

sedangkan untuk stasiun III di kategorikan sangat sesuai (S1). Sesuai

dengan pendapat Mahida (1997), mengemukakan bahwa sampah

merupakan penyebab terjadinya pencemaran terhadap lingkungan.

Pencemaran karena sampah dapat membawa akibat-akibat negatif, baik

terhadap kehidupan disekitarnya, maupun terhadap kehidupan manusia.

Pencemaran tersebut mungkin dapat berbentuk rusaknya tanah-tanah

pertanian, perikanan, gangguan kehidupan mikroorganisme dan

Page 53: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

39

organisme-organisme lainnya serta daerah wisata pantai di sekitar lokasi

sampah.

F. Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Rekreasi

Hasil penilaian kriteria tingkat kesesuaian stasiun I untuk setiap parameter

disajikan pada (Tabel 9).

Tabel 9. Kriteria Tingkat Kesesuaian pada Stasiun I

No Parameter Hasil

Pengukuran Bobot Skor Nilai

1 Kedalaman (m) 219 0.2 3 0.6

2 Tipe Pantai Pasir Putih 0.18 3 0.54

3 Lebar Pantai (m) 9, 60 0.16 2 0.32

4 Material Dasar Perairan Pasir Halus 0.15 3 0.45

5 Kecepatan Arus (m/detik) 0, 022 0.12 2 0.24

6 Kecerahan (%) 100 0.1 3 0.3

7 Biota Berbahaya (Jenis) 1 0.08 2 0.16

8 Ketersediaan Air Tawar (m) 70 0.05 3 0.15

9 Sampah Non Organik 0.03 1 0.05

Total Skor (∑Ni) 2.76

Skor Tertinggi (Nmaks) 3

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) 92%

Untuk stasiun I parameter kedalaman, tipe pantai, material dasar perairan,

kecerahan dan ketersediaan air tawar masuk pada kriteria sangat sesuai (S1)

dan untuk parameter lebar pantai, kecepatan arus, biota berbahaya, masuk pada

kriteria sesuai (S2), sedangkan pada parameter sampah masuk pada kriteria

tidak sesuai (N). Berdasarkan nilai skor evaluasi untuk stasiun I di dapatkan

bahwa lokasi ini masuk pada kriteria sangat sesuai untuk wisata mandi dan

renang dengan nilai indeks kesesuaian wisata 92%.

Page 54: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

40

Hasil penilaian kriteria tingkat kesesuaian stasiun II untuk setiap parameter

disajikan pada (Tabel 10).

Tabel 10. Kriteria Tingkat Kesesuaian pada Stasiun II

No Parameter Hasil

Pengukuran Bobot Skor Nilai

1 Kedalaman (m) 225 0.2 3 0.6

2 Tipe Pantai Pasir Putih 0.18 3 0.54

3 Lebar Pantai (m) 13, 80 0.16 2 0.32

4 Material Dasar Perairan Pasir Agak

Kasar 0.15 2 0.3

5 Kecepatan Arus (m/detik) 0, 032 0.12 2 0.24

6 Kecerahan (%) 100 0.1 3 0.3

7 Biota Berbahaya (Jenis) 1 0.08 2 0.16

8 Ketersediaan Air Tawar (m)

70 0.05 3 0.15

9 Sampah Non Organik 0.03 1 0.05

Total Skor (∑Ni) 2.61

Skor Tertinggi (Nmaks) 3

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) 87%

Stasiun II untuk parameter kedalaman, tipe pantai, kecerahan, dan

ketersediaan air tawar masuk pada kriteria sangat sesuai (S1) dan untuk

parameter lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus dan biota

berbahaya masuk pada kriteria sesuai (S2), sedangkan parameter sampah

masuk pada kriteria tidak sesuai (N). Berdasarkan nilai skor evaluasi untuk

stasiun II di dapatkan bahwa lokasi ini masuk pada kriteria sangat sesuai untuk

wisata mandi dan renang dengan nilai indeks kesesuaian wisata 87%.

Hasil penilaian kriteria tingkat kesesuaian stasiun III untuk setiap parameter

disajikan pada (Tabel 11).

Page 55: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

41

Tabel 11. Kriteria Tingkat Kesesuaian pada Stasiun III

No Parameter Hasil

Pengukuran Bobot Skor Nilai

1 Kedalaman (m) 236, 33 0.2 3 0.6

2 Tipe Pantai Pasir Putih 0.18 3 0.54

3 Lebar Pantai (m) 18, 30 0.16 2 0.32

4 Material Dasar Perairan Pasir Agak

Kasar 0.15 2 0.3

5 Kecepatan Arus (m/detik) 0, 025 0.12 2 0.24

6 Kecerahan (%) 100 0.1 3 0.3

7 Biota Berbahaya (Jenis) 1 0.08 2 0.16

8 Ketersediaan Air Tawar (m)

70 0.05 3 0.15

9 Sampah Nihil 0.03 3 0.09

Total Skor (∑Ni) 2.70

Skor Tertinggi (Nmaks) 3

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) 90%

Stasiun III untuk parameter kedalaman, tipe pantai, kecerahan,

ketersediaan air tawar dan sampah masuk pada kriteria sangat sesuai (S1) dan

untuk parameter lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus dan biota

berbahaya masuk pada kriteria sesuai (S2). Berdasarkan nilai skor evaluasi

untuk stasiun II di dapatkan bahwa lokasi ini masuk pada kriteria sangat sesuai

untuk wisata mandi dan renang dengan nilai indeks kesesuaian wisata 90%.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian wisata di Pantai Walengkabola

didapatkan kategori untuk semua Stasiun yaitu kategori sangat sesuai (S1).

Perbedaan nilai hasil perhitungan penjumlahan Bobot x Skor (∑Ni) pada

semua stasiun yang tidak juah berbeda disebabkan jarak antar stasiun yang tidak

begitu jauh yaitu ± 300 m. Sehingga masih sangat tinggi pengaruh setiap

parameter antara stasiun satu dengan stasiun lainnya, Seperti hasil perhitungan

Page 56: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

42

pada parameter material dasar perairan, kecerahan perairan, dan kecepatan

arus. Hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap perbedaan perhituangan

hasil Indeks kesesuaian wisata (IKW).

Hubungan hasil Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dengan informasi yang

didapatkan saat pengamatan di lapangan, pada semua stasiun tergolong

kategori sangat sesuai (S1), karena merupakan daerah yang sangat sering di

kunjungi oleh para wisatawan. Hal ini diduga karena pada stasiun tersebut

memiliki hamparan pasir dan tumbuhan pantai. Selain itu, pada daerah tersebut

juga sangat baik untuk lokasi kegiatan fotografi dan bersantai.

Page 57: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang kesesuaian wisata mandi

dan renang di pantai Walengkabola Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna

dengan menggunakan Indek Kesesuaian Wisata diperoleh bahwa semua stasiun

penelitian termasuk dalam kategori sangat sesuai (S1) dengan nilai indeks

kesesuaian wisata untuk stasiun I, II dan III masing-masing sebesar 92%, 87%

dan 90%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian tentang kesesuaian wisata pantai, maka dapat

disarankan:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kajian mendalam kesesuaian

wisata pantai mandi dan renang terutama di bagian Timur Pantai

Walengkabola

2. Melihat kesesuaian kawasan Pantai Walengkabola yang layak khususnya

untuk kegiatan Mandi dan Renang, maka diperlukan perhatian dari

pemerintah Kabupaten Muna untuk lebih serius dalam pengelolaannya.

Page 58: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

44

DAFTAR PUSTAKA

Armos, NH., 2013. Studi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe Desa Mappakalalompo Kecamatan Galesong. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanudin. Makasar.

Asmawi, S., 1990. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. PT. Gramedia Jakarta

Bahar, A., Lanuru, M., Nasrullah. 2006. Analisis Keseuaian Wisata Snorkeling Dan Menyelam Berdasarkan Parameter Biofisik Di Daerah Terumbu Karang Di Pulau Samalona, Kota Makassar. Torani, Vol 16(6) Edisi Suplemen : Desember 2006: 427-437 hal.

Damanik, J., dan Weber, H.F., 2006. Perencanaan ekowisata. PUSPAR UGM dan Andi, Yogyakarta.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius. Efendi, Suwardi L. A., dan Ongkosongo, O.S.R., 1981. Keadaan ling-kungan fisik

delta baru cimanuk, Jawa Barat. Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta, 92 hal.

Endar, Rais, S.P., 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.

Gramedia Pustaka Utama.Jakarta, Jakarta-Indonesia. Fandeli, C., 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberti.

Yogyakarta.

Fandeli, C., 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial) Yogyakarta: Liberty

Gunn, C. A., 1994. Tourism Planning; Basics, Concept, Cases. Bristol:

Taylor dan Francis Hadiwiyoto, S., 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan

Idayu,Jakarta Holloway, J. C., dan Plant R.V., 1989. Marketing for Tourism. Pitman Pub.

London.

Hutabarat, S., dan Evans S. M., 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Hutagalung, H.P.,1994. Metode Analisis Air Laut, Sedimen Dan Biota. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia. Jakarta

Lanuru, M., dan Suwarni. 2011. Bahan Ajar Pengantar Oseonografi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Page 59: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

45

Mahida, U.N., 1997. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali.Jakarta.

Nontji. A., 1994. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Noor, Y. R., Khazali M., dan Suryadiputra I. N. N., 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA dan Wetlands International. Indonesia Programme.

Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia, Jakarta.

Oka, A. Y., 2001. PengantarPariwisata. EdisiRevisiAngkasa. Bandung.

Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso, 1989. PasangSurut . LIPI – PusatPenelitian dan PengembanganOseanologi, Jakarta

Pratiwi, R., 2006. Bagaimana Mengenal Biota Laut. Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI. Oseana, Volume XXXI, Nomor 1, Tahun 2006 : 27 – 38

hal.

Soekadijo 2000. Anatomi Pariwisata. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jakarta-Indonesia.

Sugiarto dan Ekariyono (1996) dalam Armos (2013). Studi Kesesuaian Lahan

Pantai Wisata Boe Desa Mappakalalompo Kecamatan Galesong. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanudin. Makasar.

Suting. 2004. Petunjuk Untuk Perencanaan dan Pengelolaan. Ecotourisme

Society. North Bennington. Utama, A. 2009. Perencanaan Ekowisata Penyu Berbasis Masyarakat di Pulau

Anano Taman Nasional Wakatobi. IPB. Warpani S. P, 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. ITB.

Bogor. Yoeti, 2005, Cara Efektif Memuaskan Pelanggan, Penerbit PRADNYA

PARAMITA. Cetakan Keempat

Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sehari Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor.

Page 60: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

46

LAMPIRAN

Page 61: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

47

Lampiran 1. Lokasi Penelitian a. Stasiun 1

b. Stasiun 2

Page 62: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

48

Lampiran 1 lanjutan.

c. Stasiun 3

Page 63: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

49

Lampiran 2 Pasang Surut Air Laut

NO Waktu Tinggi muka air laut (Hi) Konstanta (Ci) Hi X Ci

1 17:00 154.3 0 0

2 18:00 122.1 1 122.1

3 19:00 81 1 81

4 20:00 59.3 0 0

5 21:00 60.5 2 121

6 22:00 96 0 0

7 23:00 133 1 133

8 0:00 169 1 169

9 1:00 175 0 0

10 2:00 156 1 156

11 3:00 138 0 0

12 4:00 104 0 0

13 5:00 65 1 65

14 6:00 42 0 0

15 7:00 34 1 34

16 8:00 17.8 1 17.8

17 9:00 5.2 0 0

18 10:00 20 1 20

19 11:00 64.5 0 0

20 12:00 109.5 0 0

21 13:00 174 1 174

22 14:00 213 0 0

23 15:00 218 1 218

24 16:00 155 1 155

25 17:00 147 0 0

26 18:00 113 2 226

27 19:00 93 0 0

28 20:00 65.4 1 65.4

29 21:00 56 1 56

30 22:00 53.2 0 0

31 23:00 42.7 2 85.4

32 0:00 38 1 38

33 1:00 35 1 35

34 2:00 64 2 128

35 3:00 107 0 0

36 4:00 136.4 2 272.8

37 5:00 171 1 171

38 6:00 178 1 178

39 7:00 157 2 314

Page 64: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

50

Jumlah 30 3035.5

Tinggi Muka Air Laut Rata-Rata (cm)

101.18

Lampiran 3. Data Kedalaman,Kecepatan Arus dan Kecerahan Perairan

Sub Stasiun Kedalaman (cm)

Sub Stasiun I 142

Sub Stasiun II 210

Sub Stasiun III 305

STASIUN I 219

Sub Stasiun Kedalaman (cm)

Sub Stasiun I 147

Sub Stasiun II 216

Sub Stasiun III 312

STASIUN II 225

Sub Stasiun Kedalaman (cm)

Sub Stasiun I 147

Sub Stasiun II 225

Sub Stasiun III 337

STASIUN III 236.33

Page 65: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

51

Lampiran 4. Data Kecepatan Arus Perairan

Sub Stasiun Jarak (m)

Waktu (detik)

Kecepatan Arus (m/detik)

Sub Stasiun I 5 02' 46" 0.024

Sub Stasiun II 5 03' 05" 0.027

Sub Stasiun III 5 04' 35 0.016

STASIUN I 0.022

Sub Stasiun Jarak (m)

Waktu (detik)

Kecepatan Arus (m/detik)

Sub Stasiun I 5 01' 58" 0.042

Sub Stasiun II 5 02' 31" 0.033

Sub Stasiun III 5 03' 54" 0.021

STASIUN II 0.032

Sub Stasiun Jarak (m)

Waktu (detik)

Kecepatan Arus (m/detik)

Sub Stasiun I 5 02' 46" 0.030

Sub Stasiun II 5 03' 13" 0.026

Sub Stasiun III 5 04' 39" 0.018

STASIUN III 0.025

Page 66: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

52

Lampiran 5. Data Kecerahan Perairan

Sub Stasiun Kecerahan (%)

Sub Stasiun I 100

Sub Stasiun II 100

Sub Stasiun III 100

STASIUN I 100

Sub Stasiun Kecerahan (%)

Sub Stasiun I 100

Sub Stasiun II 100

Sub Stasiun III 100

STASIUN I 100

Sub Stasiun Kecerahan (%)

Sub Stasiun I 100

Sub Stasiun II 100

Sub Stasiun III 100

STASIUN I 100

Page 67: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

53

Lampiran 6. Pengambilan Data Oseanografi

a. Pengukuran Pasut

Page 68: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

54

b. Pengambilan Sedimen Pantai

c. Biota Berbahaya

Page 69: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

55

d. Analisis Sedimen

Page 70: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

56

Lampiran 7. Fasilitas Umum Sekitar Pantai

a. Ruang baca dan Mushalla

b. Gasebo

Page 71: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

57

c. Ketersediaan Air Tawar Sekitar Pantai

Page 72: STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI UNTUK WISATA … · 14 Katobu, tahun 2004 lulus di SMPN 1 Raha, tahun 2007 lulus di SMAN 2 Raha dan pada tahun 2008 pula diterima di Jurusan Ilmu

58

Lampiran 8. Aksesbilitas Lokasi Penelitian