oleh : derry andhika wiwaha a14104662 · semasa hidup penulis sekolah di tk. rizky pada tahun 1988,...

119
ANALISIS PENGENDALIAN PASOKAN PISANG CAVENDISH BERDASARKAN HASIL RAMALAN PENJUALAN TIME SERIES TERBAIK UNTUK WILAYAH PEMASARAN JABOTABEK PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 PROGRAM SARJANA EKS TENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: lamdieu

Post on 21-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

ANALISIS PENGENDALIAN PASOKAN PISANG CAVENDISH BERDASARKAN HASIL RAMALAN PENJUALAN TIME SERIES

TERBAIK UNTUK WILAYAH PEMASARAN JABOTABEK PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

Oleh : Derry Andhika Wiwaha

A14104662

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 2: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

RINGKASAN EKSEKUTIF

DERRY ANDHIKA WIWAHA. Analisis Pengendalian Pasokan Pisang Cavendish Berdasarkan Hasil Ramalan Penjualan Time Series Terbaik Untuk Wilayah Pemasaran JABOTABEK Pada PT. Sewu Segar Nusantara (di Bawah Bimbingan M. Firdaus)

Pisang di Indonesia ada beberapa jenis antara lain pisang ambon, pisang raja, pisang barangan, pisang cavendish, dan beberapa pisang lainnya yang disesuaikan dengan nama daerah asalnya. Pisang cavendish merupakan salah satu jenis pisang yang dikonsumsi oleh 80 % total konsumen luar negeri. Pisang cavendish (Musa cavendishii) sudah dibudidayakan di Indonesia, namun bukan merupakan jenis pisang asli Indonesia. Pisang cavendish berasal dari Negara Brazil dan masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an. Salah satu perusahaan yang memproduksi pisang cavendish di Indonesia adalah PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) yang berada di daerah Lampung. PT. NTF hanya memproduksi pisang cavendish, sedangkan distribusi dan penjualannya dilakukan oleh PT. Sewu Segar Nusantara (PT. SSN) yang berada di daerah Tangerang.

PT. SSN merupakan distributor pisang cavendish dengan merek dagang

Sunpride untuk ritel modern, merek Sunfresh untuk non-ritel modern, dan non-merek lainnya. Pangsa pasar pisang cavendish merek Sunpride merupakan yang terbesar bagi perusahaan yaitu sebanyak 50 persen dan selebihnya merek Sunfresh dan jenis lainnya. Perusahaan menetapkan pasar ritel modern sebagai pasar terbesarnya, karena jenis pisang ini lebih diminati oleh konsumen middle-up.

Dalam manajemen distribusi pisang cavendish pada PT. SSN memiliki

keterkaitan yang sangat erat dengan PT. NTF. Hal ini terlihat jika pasokan pisang cavendish tidak dalam jumlah banyak dari PT. NTF, maka secara langsung pesanan yang dikirim kepada pelanggan oleh PT. SSN akan sedikit.

Dalam kegiatan pengadaan pasokan pisang cavendish di PT. SSN memiliki

kendala utama pada PT. NTF, yaitu akan kekurangan stock apabila kondisi cuaca di daerah produksi di Way Jepara, Lampung dalam keadaan musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan produksi akan berlimpah. Permasalahan cuaca di daerah produksi membuat PT. NTF akan kesulitan dalam memenuhi pesanan dari PT. SSN sesuai pelanggan yang menginginkan grade pisang cavendish yang baik. Untuk itu diperlukan suatu kondisi yang optimal, agar jumlah pasokan pisang cavendish dapat tersedia sesuai pesanan pelanggan.

Tujuan dari penelitian tentang peramalan penjualan dan optimalisasi pasokan

pisang cavendish adalah mengidentifikasikan sistem pasokan dan distribusi pisang cavendish yang dilakukan oleh PT. Sewu Segar Nusantara, meramalkan penjualan 12 bulan ke depan untuk masing-masing pisang cavendish, dan menganalisis keadaan optimal pasokan masing-masing pisang cavenedish untuk 12 bulan ke depannya.

Penelitian ini dilakukan pada PT. SSN secara sengaja (purposive), dengan didasari oleh perusahaan merupakan salah satu distributor buah-buahan khususnya pisang cavendish dengan pangsa pasar terbesar di kawasan JABOTABEK. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer

Page 3: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak manajemen yang terkait.

Untuk data sekunder yang diperoleh dari PT. SSN berupa biaya-biaya yang

terkait dengan pasokan pada tahun 2006, serta volume penjualan pisang cavendish grade C3 dan FB dalam kurun waktu 39 bulan bulan selama Januari 2004 – Maret 2007. Penggunaan data pada waktu tersebut didasarkan terjadinya penurunan volume penjualan pisang cavendish dalam beberapa tahun terakhir. Untuk menganalisis dilakukan secara deskriptif (kualitatif) dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan manajemen pasokan dan distribusi pisang cavendish. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menganalisis tentang peramalan penjualan dan optimalisasi pasokan pisang cavendish yang ditabulasikan dengan menggunakan MS.Excel, QSB dan MINITAB 13.20.

Analisis deskriptif terhadap manajemen pasokan dan distribusi pisang

cavendish, menunjukkan bahwa kegiatan di PT. SSN terdiri dari dua yaitu pematangan, penjualan dan pendistribusian pisang cavendish. Bahan baku pisang cavendish yang dikirim oleh PT. NTF dalam kondisi belum matang, sehingga PT. SSN melakukan kegiatan pematangan (ripening) dalam cold storage selama 1 – 7 hari. Setelah waktu tersebut, pisang cavendish yang dikemas dalam bentuk boks siap didistribusikan ke berbagai lokasi sesuai pesanannya. Hingga sekarang distribusi PT. SSN kurang lebih mencapai 600 outlet dan toko tersebar di wilayah JABOTABEK dengan berbagai jalur distribusi.

Hasil analisis tentang peramalan penjualan pisang cavendish menunjukkan

bahwa plot data sudah stasioner. Adapun metode terbaik yang didapatkan adalah ARIMA (1,0,0)(0,0,1)6 dimana hasil ramalan untuk rata-rata penjualan grade C3 yang dipasarkan pada ritel modern mencapai 23.975 boks atau meningkat dibandingkan pada tahun 2006 yang sebanyak 21.773 boks. Berlainan dengan grade FB, plot data cenderung mengalami trend penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hasil ramalan grade FB dengan metode terbaik yaitu Winters Multiplikatif ordo 12, rata-rata penjualan untuk 12 bulan berikutnya adalah sebanyak 2.005 boks atau menurun jika dibandingkan dengan tahun 2006.

Hasil ramalan 12 bulannya, akan digunakan dalam perhitungan proyeksi

pengendalian persediaan pisang cavendish. Hasil analisis EOQ atau kuantitas pemesanan optimal, proyeksi pasokan 12 bulan berikutnya untuk grade C3 adalah 3.723 boks dengan frekuensi pengiriman selama 77 kali dalam setahun atau 2 – 3 kali dalam seminggu. Untuk grade FB pesanan optimal sebanyak 691 boks dengan frekuensi pengiriman selama 35 kali dalam setahun atau seminggu 1 – 2 kali. Kondisi pesanan optimal dan frekuensi pengiriman secara umum lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006. Hal ini pula yang membuat biaya persediaan kedua grade tersebut untuk 12 bulan berikutnya mengalami penurunan, dimana pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.612.649.386. dengan penurunan menjadi Rp. 1.116.481.142,36.

Hasil analisis lainnya yaitu persediaan pengaman, menunjukkan bahwa pada

12 bulan berikutnya adalah persediaan mimimum grade C3 sebanyak 2.520 boks, dan grade FB 544 boks. Hasil analisis tentang titik pemesanan kembali untuk proyeksi 12 bulan ke depan, untuk grade C3 sebanyak 3.719 boks, dan grade FB sebanyak 645

Page 4: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

boks. Sehingga secara keseluruhan pada saat kondisi tersebut, kondisi optimal jumlah pasokan yang harus dikirim oleh PT. NTF pada PT. SSN dalah sebanyak 6.243 boks bagi grade C3, dan 1.235 boks untuk grade FB.

Saran yang dapat diberikan bagi implikasi manajemen PT. Sewu Segar

Nusantara adalah memfokuskan penjualan pisang cavendish pada grade C3 yang memberikan kontribusi lebih bagi perusahaan. Dalam hal pasokan PT. SSN mengupayakan jumlah pasokan yang banyak dengan diimbangi dengan pergiliran hasil produksi yang optimal dari PT. NTF, dan mengoptimalkan produksi bagi grade C3 yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap penjualan di PT. SSN. Selain itu, mengurangi biaya-biaya tidak efisien bagi PT. SSN seperti biaya rijek pisang cavendish, biaya transportasi.

Page 5: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

ANALISIS PENGENDALIAN PASOKAN PISANG CAVENDISH BERDASARKAN HASIL RAMALAN PENJUALAN TIME SERIES TERBAIK

UNTUK WILAYAH PEMASARAN JABOTABEK PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

Oleh Derry Andhika Wiwaha

NRP A14104662

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis-Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 6: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Kami menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Derry Andhika Wiwaha

Nomor Pokok : A14104662

Judul : Analisis Pengendalian Pasokan Pisang Cavendish Berdasarkan

Hasil Ramalan Penjualan Time Series Terbaik Untuk Wilayah

Pemasaran JABOTABEK Pada PT. Sewu Segar Nusantara

Bogor, Mei 2007

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. M. Firdaus, SP. MSi. NIP. 132.158.758

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131.124.019

Tanggal Lulus : 10 Mei 2007

Page 7: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA TULIS TENTANG “

ANALISIS PENGENDALIAN PASOKAN PISANG CAVENDISH

BERDASARKAN HASIL RAMALAN PENJUALAN TIME SERIES TERBAIK

UNTUK WILAYAH PEMASARAN JABOTABEK PADA PT. SEWU SEGAR

NUSANTARA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI, DAN

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Mei 2007

Derry Andhika Wiwaha NRP. A14104662

Page 8: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 31 Desember 1983 sebagai anak

dari pasangan Bapak Ahmad Hidayat dan Ibu Pipih Syaripah. Penulis adalah anak

kedua dari tiga bersaudara.

Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN

CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun

1998, dan SMU NEGERI 2 CIBINONG lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis

melanjutkan ke jenjang studi, dengan masuk IPB pada Program DIPLOMA III

Manajemen Agribisnis melalui jalur tes pada tahun 2001. Pada tahun 2005, penulis

melanjutkan studi kembali pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis selama menjadi mahasiswa aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan,

dan mengikuti berbagai acara seminar dan pelatihan yang ada IPB. Penulis pernah

aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) tahun 2002 – 2003

sebagai staf biro Publikasi & Jurna listik, yang kemudian menjadi staf terbaik. Pada

tahun 2003 – 2004 penulis pun aktif kembali di BEM-A sebagai kepala biro

Jurnalistik, yang kemudian pula menjadi staf terbaik.

Penulis pun aktif di Forum Komunikasi Program Studi pada tahun 2001 –

2002 sebagai staf biro Olahraga, pada tahun 2002 – 2003 sebagai Ketua I, dan ketua

panitia Hari Pelepasan Wisuda (HPW) Tahun 2003. Penulis pun hingga sekarang

masih aktif sebagai staf perusahaan Koran Kampus IPB tahun 2006 – 2007.

Page 9: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

KATA PENGANTAR

Analisis Pengendalian Pasokan Pisang Cavendish Berdasarkan Hasil Ramalan

Penjualan Time Series Terbaik Untuk Wilayah Pemasaran JABOTABEK Pada PT.

Sewu Segar Nusantara, merupakan hasil penelitian penulis sebagai mahasiswa selama

bulan April – Mei 2007. Penelitian ini didasari kondisi kurang optimalnya antara

pasokan dengan penjualan dan distribusi pisang cavendish di perusahaan tersebut.

Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar permasalahan dan potensi

yang dihadapi dunia agribisnis, khususnya agribisnis pisang cavendish di Indonesia.

Oleh karena itu, kajian ini sekiranya memberikan manfaat bagi penulis sebagai

mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi di Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis. Namun demikian, dengan segala keterbatasan dan

kekurangan yang dimiiki, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

berguna bagi PT. Sewu Segar Nusantara.

Kajian ini merupakan wujud maksimal yang dilakukan oleh penulis. Oleh

karena itu tak ada kesempurnaan dibalik kekurangan, saran dan kritik dibutuhkan

dalam perbaikan penelitian ini. Sehingga apa yang harapan dalam penelitian dapat

tercapai dengan sebaik-baiknya.

Bogor, Mei 2007

Penulis

Page 10: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., karena dengan nikmat dan karunia-

NYA Alhamdulliah penulis dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Henny K. Daryanto, MEc., dan Dr. M. Firdaus, SP.,MSi., selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan mulai dari tahapan

persiapan penelitian hingga akhir penulisan skripsi.

2. Ir. Joko Purwono, MS., selaku dosen penguji utama yang telah memberikan

masukan dan kritikan terhadap skripsi ini.

3. Rahmat Yanuar, SP. MSi., selaku dosen KOMDIK yang telah memberikan

masukan dan kritikan terhadap penulisan skripsi.

4. Akhmad Zacky, selaku pembahas dalam seminar yang telah memberikan

masukan dan kritikan terhadap penulisan skripsi.

5. Ir. Netti Tinaprilla, MM., selaku dosen evaluator dalam kolokium proposal

penelitian yang telah memberikan masukan dan kritikan pada tahap persiapan

penelitian.

6. Kedua orang tercinta yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi

dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan.

7. Bapak Dudi Pramonoharjo, selaku Manajer HRD & General Affairs PT. Sewu

Segar Nusantara yang telah memberikan bantuan selama penelitian di perusahaan.

Selain itu, pada Ibu Dewi, selaku pihak Finance & Accounting yang telah

memberikan data untuk penelitian.

Page 11: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

iii

8. Bapak Fahmi beserta pihak divisi Sales & Marketing PT. Sewu Segar Nusantara,

yang telah memberikan informasi tentang penelitian, serta pada seluruh staf

perusahaan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

9. Reza Anugrah W. dan Adalan Ardana W., selaku kedua saudara kandung yang

telah banyak memberikan keceriaan dan perhatian.

10. Agripa Bukit, M. Zaenal Muttaqin, Sulistiyo, Ade S., Angra Irene Bondar, Siti

Hafsah, Rona Putria, selaku sahabat Angkatan 12 yang telah menjadi curahan

hati, keceriaan, memberikan masukan dan kritikan, dan pengalaman.

11. Yayu Y., Eka N., Ipur Dian A., Dian J., Boyke Indra S., dan Denny K., Ageng

Mubyarto beserta isteri, selaku sahabat terbaik yang selalu memberikan semangat

dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Alex M., M. Fahrul A., Bina A., Agung A., Herdi R., Ana K., Elsa Firyanza,

Nurul Z. Yanti, Nurul I. H., Raziyah, selaku sahabat terbaik yang telah

memberikan bantuan yang tak ternilai harganya.

13. Iqbal, Taufan, Miranti, Amri, Ika, dan beserta Segenap kru KORAN KAMPUS

1PB yang telah memberikan dukungan dan pengalaman yang menarik.

14. Pihak sekretariat Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, yang telah

memberikan informasi dan bantuan bagi penulis.

15. Rekan-rekan Ekstensi yang telah berkenan hadir dalam kolokium dan seminar,

dan pada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis

kuliah di Ekstensi.

Akhir kata, Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga amal

Bapak / Ibu dan rekan sekalian mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Mei 2007

Penulis

Page 12: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................. ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 7 1.4. Kegunaan Penelitian............................................................................ 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9

2.1. Pisang Cavendish ................................................................................ 9 2.2. Ritel Modern ....................................................................................... 12 2.3. Pasar Tradisional ................................................................................. 14 2.4. Rantai Pasokan (Supply Chain)........................................................... 15 2.5. Penelitian-penelitian Terdahulu .......................................................... 16

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................. 22

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 22 3.1.1. Demand dan Supply.................................................................... 22 3.1.2. Peramalan Time Series ............................................................... 24 3.1.3. Economic Order Quantity (EOQ) .............................................. 28 3.1.4. Persediaan Pengaman (Safety Stock).......................................... 31 3.1.5. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ................................ 32 3.1.6. Penjualan dan Distribusi............................................................. 33 3.1.7. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain

Mangement/SCM) ....................................................................... 37 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional........................................................ 39

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 42

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 42 4.2. Jenis dan Sumber data ......................................................................... 42 4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data ............................................... 44 4.4. Peramalan Time Series ........................................................................ 44 4.5. Analisis Economic Order Quantity (EOQ) ......................................... 51 4.6. Analisis Persediaan Pengaman (Safety Stock)..................................... 52 4.7. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)........................... 53

Page 13: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

v

BAB V KEGIATAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 54 5.1. Riwayat Perusahaan ............................................................................ 54 5.2. Kondisi Lingkungan Perusahaan......................................................... 55 5.3. Kegiatan Utama Perusahaan................................................................ 57 5.3.1. Pengadaan Pasokan .................................................................... 57 5.3.2. Penjualan dan Distribusi............................................................. 60 BAB VI PERAMALAN PENJUAAN PISANG CAVENDISH ................... 65 6.1. Peramalan Penjualan Grade C3 (Sunpride) .................................. 65 6.2. Peramalan Penjualan Grade FB .................................................... 69 6.3. Implikasi Terhadap Manajemen PT. Sewu Segar Nusantara ........ 72 BAB VII PENGENDALIAN PASOKAN PISANG CAVENDISH .............. 74 7.1. Identifikasi Biaya Pemesanan dan Penyimpanan.......................... 74 7.2. Pengendalian Pasokan Pisang Cavendish ..................................... 76 7.2.1. Analisis EOQ........................................................................ 76 7.2.2. Analisis Persediaan Pengaman (Safety Stock)...................... 82 7.2.3. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)............ 85 7.3. Implikasi Terhadap Manajemen

Pasokan PT. Sewu Segar Nusantara.............................................. 86 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 88 8.1. Kesimpulan.................................................................................... 88 8.2. Saran .............................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90

LAMPIRAN ....................................................................................................... 91

Page 14: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman 1 Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Tropis Tahun 2002 –

2005 ............................................................................................................... 2 2 Produksi Pisang Pada Sentra Produksi di Indonesia Tahun 2003 ................. 3 3 Mutu Pisang Cavendish Segar Berdasarkan Segmentasi Pasar ................... 11 4 Jenis dan Karakteristik Pisang Cavendish di PT. SSN.................................. 12 5 Jarak Ritel Modern dengan Pasar Tradisional di DKI Jakarta ...................... 15 6 Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................. 17 7 Enam Macam Strategi Distribusi yang Dapat digunakan

dalam Pemasaran Produk .............................................................................. 37 8 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan Pada

Penelitian di PT Sewu Segar Nusantara ........................................................ 43 9 Pola ACF dan PACF beserta Model ARIMA ............................................... 49 10 Jalur dan Lokasi Distribusi PT. SSN di Wilayah JABOTABEK.................. 62 11 Harga Jual Pisang Cavendish di PT. SSN Periode Januari 2006 –

Maret 2007 .................................................................................................... 63 12 Volume Penjualan Pisang Cavendish Wilayah Pemasaran

JABOTABEK Periode Januari 2006 – Maret 2007 ...................................... 64 13 Nilai MSE Metode Peramalan Penjualan Pisang Cavendish Grade

C3 (Sunpride) ................................................................................................ 66 14 Hasil Ramalan Volume Penjualan Pisang Cavendish Grade C3

Periode Waktu April 2007 – Maret 2008 ...................................................... 68 15 Nilai MSE Metode Peramalan Penjualan Pisang Cavendish Grade

FB (Sunfresh) ................................................................................................ 70 16 Hasil Ramalan Volume Penjualan Pisang Cavendish Grade FB

Periode Waktu April 2007 – Maret 2008 ...................................................... 72 17 Komponen Biaya Pemesanan Grade C3 dan FB Tahun 2006 ...................... 74

Page 15: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

vii

18 Komponen Biaya Penyimpanan Grade C3 dan FB Tahun 2006 .................. 75 19 Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Pisang

Cavendish Grade C3 dan FB di PT. SSN Tahun 2006 ................................. 75 20 Biaya Persediaan Masing-masing Grade Pisang Cavendish di PT.

SSN Tahun 2006 ........................................................................................... 76 21 Perhitungan Jumlah Pemesanan Optimal Pisang Cavendish Masing-

Masing Grade Tahun 2006 ........................................................................... 76 22 Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal masing-masing Grade

Pisang Cavendish Tahun 2006 ...................................................................... 77 23 Perkiraan Volume Penjualan Pisang Cavendish ........................................... 78 24 Proyeksi Komponen Biaya Pemesanan Grade C3 dan FB .......................... 79 25 Proyeksi Komponen Biaya Penyimpanan Grade C3 dan FB ...................... 79 26 Pehitungan Jumlah Pemesanan Optimal Pisang Cavendish Masing-

Masing Grade 12 Bulan Berikutnya ............................................................. 80 27 Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal masing-masing Grade

Pisang Cavendish .......................................................................................... 80 28 Perhitungan Biaya Pemesanan & Biaya Penyimpanan Grade C3 dan

FB di PT. SSN Untuk 12 Bulan Berikutnya ................................................. 81 29 Proyeksi Biaya Persediaan Masing-masing Grade Pisang Cavendish

di PT. SSN..................................................................................................... 82 30 Perhitungan Waktu Tunggu Rata-Rata dan Standar Deviasi Grade

C3 dan FB ..................................................................................................... 83 31 Perbandingan Persediaan Maksimum Pisang Cavendish Grade C3

dan FB Pada Tahun 2006 dengan Proyeksi 12 Bulan ke Depan ................... 85 32 Perhitungan Titik Pemesanan Kembali Pada Tahun 2006 dan 12

Bulan Berikutnya ........................................................................................... 86

Page 16: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman 1 Permintaan dan Penawaran Turunan Serta Marjin Tataniaga ....................... 23

2 Hubungan Antara Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan ..................... 29

3 Tingkat Persediaan dengan Waktu dalam EOQ ............................................ 30 4 Karakeristik Sistem Pemesanan Kembali ..................................................... 33 5 Variasi Saluran Distribusi ............................................................................. 35

6 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian................................................. 41 7 Proses Produksi Pisang Cavendish Pada PT. Sewu Segar Nusantara ........... 59 8 Plot Data Penjualan Pisang Cavendish Grade C3 (Sunpride)

Periode Januari 2004 – Maret 2007............................................................... 65 9 Plot Data Penjualan Pisang Cavendish Grade FB (Sunfresh)

Periode Januari 2004 – Maret 2007............................................................... 69

Page 17: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

ix

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Struktur PDB Menurutu Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha

Tahun 2003 – 2004 dan Triwulan 1 2004 – 2005 (Persentase) .................... 93 2 Struktur Organisasi PR. Sewu Segar Nusantara............................................ 94 3 Bentuk ACF & PACF Penjualan Pisang Cavendish Grade C3 .................... 95 4 Model ARIMA Penjualan Pisang Cavendish Grade C3 ............................... 96 5 Bentuk ACF & PACF Penjualan Pisang Cavendish Grade FB .................... 97 6 Model ARIMA Penjualan Pisang Cavendish Grade FB............................... 98 7 Laju Perubahan (?) Biaya Pemesanan Masing-Masing Grade

Pisang Cavendish di PT. SSN Pada Tahun 2006 .......................................... 99 8 Laju Perubahan (?) Biaya Penyimpanan Masing-Masing

Grade Pisang Cavendish di PT. SSN Pada Tahun 2006 ............................... 100 9 Perhitungan Persediaan Pengaman Tahun 2006 dan 12 Bulan

Berikutnya ..................................................................................................... 101 10 Proyeksi Optimalisasi Pasokan 12 Bulan ke Depan...................................... 102

Page 18: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak pertumbuhan

perekonomian Indonesia, hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap Produk

Domsetik Bruto (PDB). Pada Lampiran 1 mengenai struktur PDB sektor ekonomi

dan lapangan usaha tahun 2003 – 2005, untuk triwulan pertama tahun 2005

kontribusi sektor pertanian terhadap PDB menempati urutan ketiga dengan

persentase sebesar 15,21 persen, setelah sektor industri pengolahan sebesar 28,08

persen dan sektor perdagangan sebesar 16,06 persen. Pada era pemerintahan saat

ini sektor pertanian mendapatkan perhatian besar, melalui program Revitalisasi

Pertanian pada subsektor pangan, perkebunan, dan hortikultura.

Hortikultura sebagai subsektor pertanian peranannya diharapkan mampu

menunjang pembangunan ekonomi nasional. Komoditas hortikultura terdiri dari

komoditas sayuran, buah-buahan, tanaman obat-obatan serta tanaman hias.

Dilihat dari segi ekonomi, tanaman hortikultura memiliki nilai jual yang tinggi,

sehingga berdaya saing dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam

sistem agribisnis. Salah satu jenis komoditas hortikultura yang memiliki nilai

komersial yang cukup tinggi adalah buah-buahan. Konsumsi buah-buahan

masyarakat Indonesia pada tahun 2002 mencapai 40 kg/kapita/tahun1. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan masyarakat

1 www.kompas.com. Selasa, 9 Juli 2002. Jannes Eudes Wawa. “Gerakan Peningkatan Konsumsi

Buah dan Sayuran Nusantara, Memberdayakan Petani, atau Meningkatkan Impor” .

Page 19: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

2

Indonesia, maka diperlukan produksi yang kontinyu, penangangan pasca panen,

serta penyaluran yang merata di seluruh Indonesia.

Berdasarkan perkembangan ekspor buah-buahan tropis Indonesia pada

tahun 2003 – 2005 yang terdapat pada Tabel 1, rata-rata mengalami fluktuasi

volume dan nilai ekspor. Hal ini terlihat pada salah satu komoditas yaitu pisang

yang mengalami fluktuasi volume ekspor dan nilainya pada tahun 2003 yaitu

10.615 kg dengan nilainya sebesar US$ 7.899, dan mengalami peningkatan

volume pada tahun 2004 sebesar 992.505 kg dengan nilai sebesar US$ 722.772.

Namun pada tahun 2005 terjadi penurunan volume menjadi 745.247 kg dengan

nilai ekspor US$ 266.179. Perkembangan ekspor ini menandakan bahwa,

komoditas buah-buahan Indonesia masih diminati oleh konsumen luar negeri, dan

mampu bersaing dengan buah-buahan lainnya di pasar internasional.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Tropis Tahun 2003 – 2005

Komoditas

Tahun 2003 2004 2005

Volume (Kg)

Nilai (US $)

Volume (Kg)

Nilai (US $)

Volume (Kg)

Nilai (US $)

Manggis 9.304.511 9.306.042 3.045.379 3.291.855 5.795.468 4.734.103 Pepaya 187.972 231.350 524.686 1.301.371 40.704 77.877 Pisang 10.615 7.899 992.505 722.772 745.247 266.179 Nenas 2.284.432 2.315.283 2.431.263 529.122 90.571 74.451 Jambu 47.871 49.843 106.274 102.074 6.617 3.092 Jeruk 85.920 22.026 632.996 517.554 187.664 93.750 Mangga 559.224 460.674 1.879.664 2.013.390 87.205 109.851 Rambutan 604.006 958.850 134.772 117.336 - - Buah tropis lainnya

984.820 523.031

1.341.923 794.924 946.471 512.090 Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, 2005

Komoditas unggulan buah-buahan nasional adalah mangga, manggis,

pisang, durian, apel dan salak. Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan

Page 20: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

3

buah-buahan nasional yang tersedia sepanjang tahun dan tersebar di berbagai

propinsi. Pada Tabel 2 dapat dilihat produksi pisang pada beberapa daerah sentra

produksi di Indonesia. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa propinsi

Jawa Barat merupakan daerah penghasil terbesar pisang diikuti oleh Jawa Timur,

Lampung, serta beberapa daerah lainnya di Indonesia. Hal ini terlihat dari

produksi pisang pada sentra-sentra produksi seperti di Jawa Barat sebanyak

1.449.120 ton, Jawa Timur sebanyak 873.616 ton, dan propinsi Lampung

mencapai 319.081 ton.

Tabel 2. Produksi Pisang Pada Sentra Produksi di Indonesia Tahun 2003

Propinsi Produksi (ton)

Jawa Barat 1,449,120 Jawa Timur 873,616 Lampung 319,081 Bali 122,200 Nusa Tenggara Timur 186,412 Sulawesi Selatan 162,310 Sumatera Utara 118,808 Banten 225,720 Jawa Tengah 495,518

Sumber: Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, 2005

Pisang di Indonesia ada beberapa jenis antara lain pisang ambon, pisang

raja, pisang barangan, pisang cavendish, dan beberapa pisang lainnya yang

disesuaikan dengan nama daerah asalnya. Pisang cavendish merupakan salah satu

jenis pisang yang dikonsumsi oleh 80 % total konsumen luar negeri2.

Pisang cavendish (Musa cavendishii) sudah dibudidayakan di Indonesia,

namun bukan merupakan jenis pisang asli Indonesia. Pisang cavendish berasal

dari Negara Brazil dan masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an. Daerah-daerah

pembudidayaan di Indonesia terdapat di Way Jepara, Lampung dan Halmahera, 2 www.ristek.go.id/pisang.”Tentang Budidaya Pertanian Pisang”.

Page 21: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

4

Maluku. Salah satu perusahaan yang memproduksi pisang cavendish di Indonesia

adalah PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) yang berada di daerah Lampung.

PT. NTF hanya memproduksi pisang cavendish, sedangkan pemasarannya

dilakukan oleh PT. Sewu Segar Nusantara (PT. SSN) yang berada di daerah

Tangerang. PT. SSN memasarkan pisang cavendish ke berbagai wilayah di

JABOTABEK, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Jogyakarta.

PT. SSN selain memasarkan pisang cavendish sebagai komoditas

utamanya, juga memasarkan beberapa jenis buah-buahan segar lainnya seperti

melon, semangka, pepaya, mangga, rambutan, jeruk, pisang mas, apel dan pear.

Tujuan akhir pemasaran PT. SSN ada tiga yaitu ritel modern, pasar tradisional,

dan Hotel, Restoran, dan Katering (HOREKA). Lebih dari 50 persen produk PT.

SSN didistribusikan ke ritel-ritel modern seperti HERO, Carrefour, Giant,

Matahari dan sebagainya. Sedangkan untuk pasar tradisional mencapai 25 persen

dari total distribusi dan HOREKA sekitar 25 persen.

Pasokan pisang cavendish yang tersedia untuk merek Sunpride, Sunfresh,

dan non-merek lainnya, dan distribusi yang luas pada berbagai pasar di wilayah

pulau Jawa, membuat PT. SSN harus dapat mempertahankan kontinuitas dan

pasokan produknya agar selalu tersedia setiap waktu. Dengan hal ini PT. SSN

secara tepat telah menerapkan manajemen rantai pasokan (supply chain

management/SCM) pisang cavendish mulai dari proses pasokan dari PT. NTF

hingga di distribusikan ke konsumen.

1.2. Rumusan Masalah

PT. SSN merupakan distributor pisang cavendish dengan merek dagang

Sunpride untuk ritel modern, merek Sunfresh untuk non-ritel modern. Pangsa

Page 22: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

5

pasar pisang cavendish merek Sunpride merupakan yang terbesar bagi perusahaan

yaitu sebanyak 50 persen dan selebihnya merek Sunfresh dan jenis lainnya.

Perusahaan menetapkan pasar ritel modern sebagai pasar terbesarnya, karena jenis

pisang ini lebih diminati oleh konsumen middle-up.

Distribusi merupakan kegiatan utama dari PT. SSN, dalam kegiatannya

pisang cavendish yang didistribusikan menggunakan prinsip FIFO (First in first

out) sesuai pesanan dari konsumen atau pelanggan. Untuk kegiatan

pendistribusian ke ritel modern yang berskala besar seperti HERO Group,

Matahari Group, Superindo, Carrefour dan sebagainya. Pasokan pisang cavendish

pada ritel tersebut dikirim setiap satu hari sekali sesuai pesanannya sebanyak 700

– 800 boks, begitu juga pada ritel modern yang berskala kecil seperti toko buah

frekuensi pengiriman 2 – 3 hari. Pada pasar tradisional dan HOREKA pesanan

pisang cavendish dikirim sebanyak 400 – 500 boks.

Pasokan pisang cavendish di PT. SSN sepenuhnya berasal dari PT. NTF.

Kedua perusahaan merupakan grup usaha dari Gunung Sewu selaku induk

perusahaan dengan PT. Great Giant Pineapple selaku pemegang saham

terbesarnya. PT. NTF dan PT. SSN sebelumnya memasarkan pisang cavendish

untuk pasar ekspor, namun karena terjadi permasalahan budidaya maka

pemasarannya dialihkan ke dalam negeri.

PT. NTF memasok pisang cavendish ke PT. SSN melalui sistem pesanan-

pembelian (purchase order) sesuai dengan pesanan dari pihak konsumen atau

pelanggan. Pesanan disesuaikan menurut grade atau mutu buah yang diinginkan

pelanggan dan persediaan pisang cavendish yang berada di PT. NTF. Untuk

frekuensi pengiriman pisang cavendish dari PT. NTF ke PT. SSN dilakukan

Page 23: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

6

sebanyak tiga kali dalam seminggu dengan rata-rata pasokan mencapai 10.000 –

14.000 boks atau rata-rata setiap bulannya mencapai 50.000 boks (Handayani,

2005). PT. SSN memperoleh pasokan pisang cavendish dari PT. NTF dalam

bentuk belum matang dan sudah dikemas dalam boks berdasarkan mereknya.

Dalam manajemen distribusi pisang cavendish pada PT. SSN, memiliki

keterkaitan yang sangat erat dengan PT. NTF. Keterkaitan antara keduanya dalam

rantai pasokan, membuat jika pasokan pisang cavendish tidak dalam jumlah

banyak dari PT. NTF, maka secara langsung pesanan yang akan dikirim kepada

pelanggan oleh PT. SSN akan sedikit. Begitu juga apabila kualitas pisang

cavendish yang ada di PT. NTF tidak dalam kondisi baik, misalnya untuk pasar

ritel modern yang menginginkan grade C3 dengan merek Sunpride, maka PT.

SSN akan menyediakan dan mendistribusikan pisang cavendish bagi pelanggan

yang bukan ritel modern.

Pada akhirnya profit penjualan PT. SSN akan menurun, untuk itu

diperlukan peramalan tentang penjualan pisang cavendish di PT. SSN, agar

terestimasi antara kebutuhan pasokan dengan pendistribusiannya, sehingga PT.

SSN dapat merencanakan penjualan dan distribusi grade pisang cavendish yang

memiliki profit tinggi. Berdasarkan hasil peramalan ini, maka akan digunakan

sebagai dasar untuk pengendalian pasokan pisang cavendish di PT. SSN.

Dalam kegiatan pengadaan pasokan pisang cavendish di PT. SSN

memiliki kendala utama pada PT. NTF, yaitu akan kekurangan stock apabila

kondisi cuaca di daerah produksi di Way Jepara, Lampung dalam keadaan musim

kemarau, sedangkan pada musim penghujan produksi akan berlimpah (Handayani,

2005). Untuk itu diperlukan suatu kondisi yang optimal, agar PT.SSN mampu

Page 24: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

7

mengendalian antara jumlah pasokan pisang cavendish yang tersedia di PT. NTF,

sehingga PT. SSN dapat menjual pisang cavendish sesuai dengan pesanan

pelanggan.

Dari masalah-masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi oleh PT. SSN sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen rantai pasokan dan distribusi pisang cavendish yang

dilakukan oleh PT. SSN ?

2. Bagaimana ramalan penjualan pisang cavendish untuk 12 bulan ke depan di

PT. SSN ?

3. Bagaimana keadaan optimal pasokan pisang cavendish untuk 12 bulan ke

depan di PT. SSN ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian tentang peramalan penjualan dan optimalisasi

pasokan pisang cavendish di PT. SSN adalah :

1. Mengidentifikasikan manajemen rantai pasokan dan distribusi pisang

cavendish yang dilakukan oleh PT. SSN.

2. Meramalkan penjualan 12 bulan ke depan untuk masing-masing pisang

cavendish di PT. SSN.

3. Menganalisis keadaan optimal pasokan masing-masing pisang cavendish

untuk 12 bulan ke depan di PT. SSN.

Page 25: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

8

1.4. Kegunaan

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian memberikan ilmu dan wawasan dalam agribisnis

buah-buahan.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini berguna sebagai bahan referensi dan masukan

yang objektif, sehingga dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam

pengembangan usaha kedepannya.

3. Bagi pembaca, penelitian memberikan bahan bacaan yang bermanfaat, dan

diharapkan mampu menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah manajemen pengadaan dan

distribusi pisang cavendish di PT. SSN dengan cakupan sebagai berikut :

1. Produk difokuskan pada grade pisang cavendish kemasan boks yang terdiri

dari C3 (Sunpride), dan FB (Sunfresh). Hal ini terkait dengan jumlah

penjualannya yang relatif konstan setiap bulan dalam beberapa tahun terakhir.

2. Sumber data yang digunakan adalah berdasarkan pada data penjualan bulanan

pisang cavendish.

3. Wilayah pemasaran difokuskan pada kawasan JABOTABEK untuk ritel

modern, dan pasar tradisional. Hal ini didasarkan atas market share terbesar

PT. SSN dari penjualan pisang cavendish, sehingga pada berbagai cabang dan

jalur distribusi lainnya yang dimiliki tidak menjadi objek dari penelitian ini.

4. Manajemen produksi di PT. NTF tidak akan dianalisis secara spesifik,

walaupun nantinya akan berhubungan langsung dengan PT. SSN dalam

pasokan dan pendistribusian pisang cavendish ke pelanggan.

Page 26: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pisang Cavendish

Pisang (Musa spp) adalah komoditas buah-buahan yang menjadi unggulan

hortikultura di Indonesia. Tanaman pisang dapat dengan mudah ditemukan pada

berbagai tempat. Tanaman pisang di Indonesia berada pada sentra-sentra produksi

di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Jawa Tengah, sehingga tak

jarang nama jenis pisang sering disesuaikan dengan nama daerah asal tanamnya.

Pisang bagi masyarakat Indonesia bia sanya sebagai makanan penutup,

karena mengandung vitamin yang berguna untuk menjaga kesehatan tubuh dan

baik juga dikonsumsi untuk makanan diet. Pisang selain untuk dikonsumsi

langsung dapat diolah menjadi keripik pisang, selai pisang, dan bubur pisang.

Jenis-jenis pisang dibagi menjadi empat macam yaitu3 :

1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu pisang cavendish, pisang

Ambon, pisang susu, pisang Raja, pisang Barangan, dan pisang mas.

2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu pisang nangka, pisang

tanduk, dan pisang kepok.

3) Pisang berbiji yaitu pisang batu dan pisang klutuk.

4) Pisang yang diambil seratnya yaitu pisang Manila (abacca).

Pisang cavendish (Musa cavendishii) merupakan salah satu jenis pisang

bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Pisang cavendish secara komersial

lebih banyak di konsumsi oleh segmen middle-up, karena jenis pisang ini kurang

3 www.ristek.go.id (2007).

Page 27: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

10

begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia dan juga memiliki harga yang relatif

mahal dibanding pisang lainnya. Pada pasaran dunia pisang cavendish merupakan

komoditas unggulan di berbagai negara seperti di Amerika Serikat, Brazil, dan

Philipina, dimana beberapa perusahaan ternama yang memproduksi pisang

cavendish adalah Chiquita, dan Del Monte Produce.

Pelaku agribisnis di Indonesia yang memproduksi pisang cavendish tidak

begitu banyak. Beberapa perusahaan yang terlibat dalam industri pisang

Cavendish di Indonesia adalah PT. Bina Purna Usaha Tama, dan PT. Nusantara

Tropical Fruit (PT. NTF). PT. NTF merupakan salah satu perusahaan yang terlibat

dalam produksi pisang cavendish. Perusahaan tersebut bekerjasama dengan Del

Monte Produce untuk memproduksi pisang cavendish untuk tujuan ekspor dengan

luasan 2000 hektar di Way Jepara, Lampung.

Untuk mengenalkan pisang cavendish agar dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia, PT. NTF menjalin mitra kerjasama dengan PT. Sewu Segar Nusantara

(PT.SSN) sebagai distributor pisang cavendish dengan nama merek Sunpride, dan

Sunfresh. Hingga sekarang pisang cavendish sudah dikonsumsi oleh sebagian

masyarakat Indonesia khususnya di wilayah JABOTABEK.

Pisang cavendish di Indonesia dipasarkan pada segmen tertentu dengan

berbagai ciri atau keunikan dibandingkan jenis pisang lainnya seperti kulit tipis

berwarna kuning muda, daging buah kuning, rasa manis, dan aroma khas.

Pengkelasan (grade) pisang cavendish disesuaikan dengan pasar yang dituju yaitu

kelas A, kelas B, dan Kelas C. Pengkelasan ini dibedakan atas dasar ukuran

bobot, panjang jari, warna buah, kesegarannya, dan kebersihan kulit. Pada Tabel

3 dapat dilihat mutu pisang cavendish berdasarkan segmentasi pasar misalnya

Page 28: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

11

pada kelas A ukuran bobot per sisir sebesar 3 kg, kelas B 2,5 – 3 kg, dan kelas C 2

– 2,4 kg.

Tabel 3. Mutu Pisang Cavendish Segar Berdasarkan Segmentasi Pasar

Kriteria Kelas Mutu Kelas A Kelas B Kelas C

Ukuran bobot / sisir (kg) > 3,0 2,5 – 3,0 2,0 – 2,4Panjang jari (cm) = 17,0 15 - 16,9 13,0 14,9Diameter (cm) 3,5 – 4 3,5 – 4 3,5 – 3 Warna buah Kuning merata Kuning merata KuningKesegaran (%) 95 – 100 90 – 94 80 – 89Permukaan Kulit Mulus,tidak

berbintik-bintikMulus,tidak

berbintik-bintik agak mulus

Sumber : DEPTAN, 2003

Pengkelasan pisang cavendish dengan berbagai kriteria dilakukan oleh

salah satu perusahaan yang terlibat dalam distribusi pisang cavendish yaitu

PT.SSN. Perusahaan mengkelaskan pisang cavendish berdasarkan warna, rasa,

panjang, jumlah sisiran, dan tingkat kememaran (bruises). Pada Tabel 4 menurut

Handayani (2005), PT. SSN memberikan label merek yang menandakan kualitas

pisang cavendish berdasarkan gradenya, sebagai contoh pada grade C3 diberikan

nama merek Sunpride yang dipasarkan untuk ritel modern yang mempunyai ciri

berwarna kuning mulus, rasa yang manis, panjang minimal 3,9 inchi, jumlah

sisiran antara 3 – 8, dan toleransi bruises kecil.

Pada grade lainnya yaitu Finger Besar (FB) diberikan label merek

Sunfresh yang dipasarkan pada pasar tradisional dengan ciri berwana kuning

mulus, rasa yang manis, toleransi bruises agak banyak dari C3, ukuran sama

dengan C3, dan jumlah sisiran 2 – 3. Perbedaan karakteristik antara grade

memudahkan PT. SSN untuk mensegmentasikan pasarnya.

Page 29: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

12

Tabel 4. Jenis dan Karakteristik Pisang Cavendish di PT. SSN

Sumber : Handayani, 2005

2.2. Ritel Modern

Industri ritel di Indonesia adalah sektor yang mampu bertahan di tengah

krisis dalam beberapa tahun terakhir. Sampai akhir tahun 2002, jaringan ritel di

Indonesia telah mencapai 2.069 gerai yang tersebar diseluruh Indonesia, terdiri

dari minimarket 972 gerai, supermarket 683 gerai, department store 376 gerai,

dan hypermarket 38 gerai. Perkembangan pasar modern yang pesat tersebut

ternyata belum diikuti oleh perkembangan pasar tradisional. Jumlah pasar

tradisional yang ada pada tahun 1997 sebanyak 10.381 unit dan bertambah di

tahun 1999 menjadi 10.430 unit atau meningkat hanya 0,47%4.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan pola hidup masyarakat

yang menghendaki kenyamanan berbelanja (convenience), kepastian harga, dan

keanekaragaman barang kebutuhan membuat ritel modern menjadi alternatif 4 www.kppu.go.id. Seminar Retail Nasional, Jakarta 25 Januari 2007. Keynote speech Menteri

Perdagangan RI : Mari Elka Pangestu.

Grade Nama Merek Karakteristik C3 SUNPRIDE Warna kuning mulus, rasa manis, panjang

minimal 7,5 inchi lebar minimal 3,9 inchi, jumlah sisiran antara 3 – 8, toleransi bruises kecil

Finger Besar (FB)

SUNFRESH Wana kuning mulus, rasa manis, toleransi bruises agak banyak dari C3, ukuran sama dengan C3, jumlah sisiran 2 – 3

Finger Besar (FB1)

Tidak Bermerek Karakteristik buah sama dengan FB, hanya jumlah sisiran satu-satu

Finger Sedang (FS)

Tidak Bermerek Warna kuning mulus, rasa manis, toleransi bruises sama dengan FB, panjang minimal 6.5 inchi, jumlah sis iran 2 – 3

Finger Sedang 1(FS1)

Tidak Bermerek Kriteria sama dengan FS, namun jumlah sisiran satu-satu

Finger Kecil (FK)

Tidak Bermerek Warna kuning mulus, rasa manis, toleransi bruises sama dengan FS 1, panjang minimal 5.5 inchi, jumlah sisiran 2 – 3

Finger Kecil 1(FK 1)

Tidak Bermerek Sama dengan FK, hanya jumlah sisiran lebih sedikit

Page 30: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

13

berbelanja kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, para ritel modern seperti

Sarinah, Hero, Matahari, Sogo, dan Carrefour, akan semakin bersaing untuk

senantiasa meningkatkan kualitas baik cara pengolahan, penampilan toko, maupun

menambah jumlah gerainya di berbagai tempat (Somantri, 2005).

Potensi pasar yang luas dengan didukung daya konsumsi masyarakat

Indonesia yang tinggi, membuat para peritel mendirikan dan menambah jumlah

gerainya. Hal ini berdampak pada persaingan yang semakin ketat dalam

memperebutkan pasar (CIC, 2003). Namun keberadaan ritel modern secara

langsung menurunkan daya beli masyarakat pada pasar tradisional, karena

memang ritel modern memiliki tempat yang nyaman dan terjangkau oleh

masyarakat baik di kawasan perumahan, perkotaan maupun berdekatan dengan

pasar tradisional5.

Dalam ritel modern biasanya selalu ada ritel atau pengecer dengan skala

besar, namun tidak semua ritel berada dalam tempat tersebut. Menurut Somantri

(2005) pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau

koperasi dalam bentuk Mall, Supermarket, Departement store, dan Shopping

center. Pengelolaan pasar modern dilakukan secara modern yang mengutamakan

pelayanan, kenyamanan berbelanja, bermodal besar, dan dielngkapai denga n label

harga yang pasti. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) DKI Jakarta

No.2 Tahun 2002 bahwa ritel modern dibedakan menjadi empat golongan yaitu

mini swalayan atau minimarket, pasar swalayan atau supermarket, pasar serba ada

(departement store atau hypermarket), dan perkulakan atau grosir.

5 www.bisnis.com. Rabu, 15/06/2005 (update pada 6 November 2006). Linda Tetty Silitonga, dan

Moh. Fatkhul Maskur. Analisa Usaha Kecil Menengah “Menyimak persaingan di sektor ritel”.

Page 31: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

14

Menurut Aini (2005) ritel modern dibedakan atas dasar ukuran dan jenis

barang yang dijual yaitu minimarket, supermarket, hypermarket , special store,

dan departement store. Minimarket merupakan toko dengan luasan kurang dari

150 m2 yang menjual berbagai macam produk konsumsi. Ritel ini sudah ada di

Indonesia sejak tahun 1988 dan hingga sekarang perkembangan bisnis ini menjadi

waralaba (franchise) seperti Alfamart, dan Indomaret. Jenis ritel lainnya yaitu

supermarket yang merupakan toko dengan luasan antara 500 – 4000 m2.

Supermarket umumnya menjual berbagai macam produk segar dan kebutuhan

primer manusia. Ritel ini berada pada wilayah perkotaan, adapun di Indonesia

contohnya adalah Superindo, Matahari dan Hero (Susilowati, 2005).

Ritel modern lain yang kini sedang berkembang di Indonesia adalah

hypermarket. Ritel ini menjual berbagai ribuan produk baik produk segar maupun

kebutuhan lainnya, dan ukurannya tempatnya lebih luas yaitu = 8000 m2.

Hypermarket di Indonesia merupakan ritel yang dikembangkan oleh peritel luar

negeri seperti Carrefour, Wall-Mart, sehingga peritel lokal pun bersaing dengan

membentuk hypermarket seperti Giant milik Hero Group dan Hypermart milik

Matahari Group.

2.3. Pasar Tradisional

Pasar tradisional (wet market) di Indonesia sudah ada sejak puluhan tahun

lalu. Perkembangan pasar tradisional yang selalu identik dengan segmen

menengah ke bawah (middle-low) masih memberikan kontribusi yang berarti bagi

sektor ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Keberadaan pasar

tradisional secara langsung menentukan arus barang dari berbagai saluran

tataniaga untuk dikonsumsi oleh konsumen.

Page 32: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

15

Perkembangan pasar tradisional secara langsung mengalami persaingan

dari pasar ritel modern. Jumlah pasar tradisional yang ada pada tahun 1997

sebanyak 10.381 buah dan bertambah di tahun 1999 menjadi 10.430 buah atau

meningkat hanya 0,47%. Dengan produk yang lebih berkualitas dan harga yang

tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pasar tradisional, membuat konsumen

lebih memilih ritel modern sebagai tempat membeli.

Keberadaan tempat ritel modern dan pasar tradisional yang tidak begitu

jauh membuat konsumen pun lebih memilih berbelanja ke ritel modern. Untuk

mengurangi keberadaan ritel modern pada salah satu propinsi yaitu DKI Jakarta

mengatur tentang jarak antara ritel modern dengan pasar tradisional berdasarkan

Peraturan Daerah (PERDA) No.2/2002. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5

mengenai aturan jarak antara ritel modern dengan pasar tradisional di DKI

Jakarta.

Tabel 5. Jarak Ritel Modern dengan Pasar Tradisional di DKI Jakarta

Luas ritel modern (m2) Jarak dengan Pasar Tradisional 100 -200 0,5 km

200 - 1.000 1 km 1.000 - 2.000 2 km

= 4.000 2,5 km Sumber: PERDA DKI Jakarta No.2/2002

2.4. Rantai Pasokan (Supply Chain)

Rantai pasokan produk pada dasarnya bertujuan untuk memaksimumkan

nilai yang ada, meminimalkan berbagi biaya, dan memuaskan pelanggan.

Rangkaian supply chain mulai dari produsen, kemudian pemasok, distributor,

hingga ke konsumen. Panjang pendeknya supply chain, tergantung dai jenis

barang yang disimpan (Indrajit, 2003). Implikasi dari supply chain, peranan

Page 33: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

16

pemasok sangat penting terhadap keberadaan berbagai produk di pasar terutama

bagi ritel modern, yang kekuatannya terletak pada banyak produk atau merek

yang berada di outletnya.

Pemasok tentunya memiliki pelanggan tetap, apalagi memiliki

ketergantungan produk yang dipasoknya. Biasanya pemasok yang sudah

memiliki brand dan memiliki kekuatan tawar-menawar yang kuat, maka akan

ditempatkan pada display khusus oleh pelanggan. Pelayanan khusus atau hak

eksklusif ini tentunya memberikan keuntungan win-win solution bagi pelanggan

dan pemasok.

2.5. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu tentang peramalan

penjualan dan optimalisasi pasokan di PT. SSN, ada beberapa penelitian terdahulu

yang relevan baik tentang metode analisis, sistem pasokan dan distribusi, serta

pasar. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh Septiati (2002) mengenai

optimalisasi pengadaan dan distribusi produk buah-buahan di Moenaputra

Nusantara, Sutarya (2003) megenai optimasi produksi dan distribusi sayuran di

PT. Pacet Segar, dan Ismail (2007) mengenai analisis perencanaan pengendalian

persediaan optimal pada PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan Sukabumi. Mengenai

hasil penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dapat dilihat pada Tabel 6.

Penelitian yang berlokasi di PT. SSN sudah ada beberapa yang

melakukannya. Adapun penelitian yang telah dilakukan adalah analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan

pembelian pisang Sunpride (Setianingrum, 2003), dan analisis strategi

Page 34: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

17

pengembangan bisnis buah segar pada PT. Sewu Segar Nusantara (Handayani,

2005).

Tabel 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tahun Penulis Judul Metode Hasil Penelitian 2002 Nila

Septiati Optimalisasi Pengadaan dan Distribusi Produk Buah-buahan Segar di PT Moenaputra Nusantara Jakarta

Profit Marjin, & Metode Transportasi

Mendekati Kondisi Optimal antara pusat

pengadaan buah dengan pelanggan

2003 Sutarya Optimasi Produksi dan Distribusi Sayuran di PT. Pacet Segar, Cianjur-Jawa Barat

Linear Programming

Belum dalam kondisi optimal baik dalam

produksi maupun distribusi

2007 Ismail Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Optimal Pada PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan Sukabumi

Peramalan, EOQ, Safety Stock¸dan titik pemesanan kembali

Model Peramalan yang sesuai adalah

SARIMA

Septiati (2002) melakukan penelitian tentang optimalisasi pengadaan dan

distribusi produk buah-buahan segar di PT. Moenaputra Nusantara Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengadaan dan distribusi yang

dilakukan oleh perusahaan tersebut, mengetahui profit marjin dan imbangan

penerimaan biaya (R/C), serta mengetahui komposisi pengadaan dan distribusi

yang optimal. Untuk menganalisis tujuan digunakan software MS.Excel dan

LINDO.

Hasil penelitian pola pengadaan buah-buahan di PT. Moenaputra

Nusantara Jakarta terdiri dari petani, pedagang pengumpul, dan pasar induk,

dengan jumlah penawaran tertinggi berasal petani dengan sebesar 64, 88 %.

Distribusi buah-buahan dikirim ke kelompok eceran, grosir, dan hotel, dengan

Page 35: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

18

jumlah permintaan tertinggi berasal dari kelompok eceran yaitu sebesar 77,04 %.

Adapun buah-buahan yang didistribusikan terdiri dari buah kontinyu dan buah

musiman, dengan buah-buahan yang menjadi unggulan adalah melon, semangka

merah, dan semangka kuning.

Berdasarkan analisis profit marjin yang terbesar adalah buah melon, dan

semangka merah, sedangkan yang memiliki profit marjin terkecil adalah

bangkuang. Hasil nilai R/C menunjukkan buah-buahan kontinyu memiliki nilai

R/C rata-rata 1,14, sedangkan untuk buah-buahan musiman rata-rata dari nilai R/C

adalah 1,12.

Hasil analisis komposisi pengadaan dan distribusi dengan Model

Transportasi diperoleh dengan nilai fungsi tujuan yang meminimumkan biaya

adalah sebesar Rp 1.921.344.000, sedangkan dengan pengadaan dan distribusi

yang dilakukan oleh PT. Moenaputra Nusantara tahun 2001 pada semester 1

adalah sebesar Rp 1.922.687.889, terdapat selisih nilai total biaya pengadaan dan

distribusi sebesar Rp 1.343.136. Hal ini menunjukkan bahwa pola pengadaan dan

distribusi telah mendekati kondisi optimal, sehingga tidak jauh berbeda dengan

kondisi aktualnya. Begitu juga pada semester 2 hasilnya mendekati kondisi

optimal. Perbedaan yang mendasar dari kondisi aktual dengan optimal adalah

besarnya alokasi dari pusat pengadaan ke tujuannya. Dalam hal ini adalah

pengambilan keputusan mengenai pusat pengadaan mana saja yang akan

menyalurkan produk buah-buahan tersebut kepada pelanggan.

Sutarya (2003) melakukan penelitian tentang optimasi produksi dan

distribusi sayuran di PT. Pacet Segar, Cianjur-Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis kombinasi distribusi yang optimal sayuran, menganalisis

Page 36: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

19

kombinasi distribusi berdasarkan hasil produksi optimal, dan mengetahui

sensitivitas solusi optimal dalam kaitan dengan ketersediaan sumberdaya dan

keuntungan perusahaan tanpa mengubah kondisi optimal. Alat analisis yang

mendukung tentang penelitian ini adalah melalui permodelan dengan linear

programming dengan bantuan software LINDO.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sutarya (2003) penggabungan

aktivitas produksi dan distribusi dalam satu model, dimaksudkan agar hasil

optimal yang diperoleh dapat didistribusikan secara optimal sehingga mencapai

keuntungan maksimal. Hasil penelitian dalam produksi menunjukkan bahwa 10

jenis sayuran buah rata-rata baru berproduksi sebanyak 36,65 % dari kondisi

optimal, 10 jenis sayuran daun rata-rata baru berproduksi sebanyak 38,18 % dari

kondisi optimal, sedangkan 10 jenis sayuran umbi, bunga, dan tunas rata-rata baru

berproduksi sebanyak 37,31 % dari kondisi optimal, dan jenis sayuran unggulan

rata-rata baru berproduksi sebanyak 37,31 % dari kondisi optimal.

Hasil analisis dalam distribusi menunjukkan bahwa sayuran buah, daun,

umbi, bunga, tunas, dan sayuran unggulan ke beberapa swalayan tertentu masih

belum optimal. Hal ini dikarenakan, terdapat perbedaan alokasi distribusi optimal

antara sayuran yang diolah pada model sesuai kelompoknya dengan sayuran yang

diolah pada kelompok sayuran unggulan. Berdasarkan tiga kelompok sayuran,

maka yang memberikan keuntungan kotor terbesar adalah jenis sayuran daun yang

mencapai Rp 18.143.070, dan yang terendah adalah pada sayuran buah dengan

keuntungan kotor sebesar Rp 14.295.560.

Ismail (2007) melakukan penelitian tentang analisis perencanaan

pengendalian optimal pada PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan Sukabumi (PT.

Page 37: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

20

SSKPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan manajemen

persediaan yang dilakukan oleh PT. SSKPS, menganalisis metode peramalan yang

paling akurat dalam memprediksi volume penjualan produk-produk Sosro dan

meramalkan untuk 12 bulan ke depan, serta menghitung perencanaan persediaan

yang optimal berdasarkan hasil permalan penjualan. Metode penelitian yang

digunakan adalah berbagai teknik peramalan, Economic Order Quantity (EOQ),

serta analisis persediaan pengaman dan analisis titik pemesanan kembali.

Hasil penelitian tentang peramalan menunjukkan terdapat pola data

penjualan bulanan Teh Botol Sosro (TBS) dan Fruit Tea Genggam (FTG) dari

bulan Januari 2002 – Desember 2006 memiliki unsur trend dan musiman.

Berdasarkan hasil analisis untuk penjualan TBS diperoleh model yang paling

sesuai adalah SARIMA (0,0,2)(2,2,0)12 dengan nilai MSE sebesar 4.442.527.

Untuk model peramalan yang paling sesuai untuk penjualan FTG yaitu SARIMA

(0,0,1)(1,0,0)12 dengan nilai MSE 166.345. Hasil penelitian lainnya dengan

metode EOQ, menunjukkan bahwa untuk TBS sebaiknya setiap kali memesan

sebanyak 4.872 krat dengan frekuensi pemesanan sebanyak 57 kali, sedangkan

untuk FTG setiap kali memesan sebaiknya kuantitas pemesanannya adalah 1.387

karton dengan frekuensi 19 kali dalam setahun.

Analisis persediaan pengaman dengan pendekatan tingkat pelayanan (level

service approach) menunjukkan persediaan pengaman yang optimal untuk TBS

adalah sebesar 4.122 krat, dan untuk FTG sebesar 347 karton. Dengan adanya

persediaan pengaman ini, maka biaya peyimpanan perusahaan akan bertambah

sebesar Rp 119.022.750, sedangkan untuk FTG sebesar Rp 10.769.839. Hal ini

memberikan selisih biaya signifikan dengan fakta yang dilakukan oleh PT.

Page 38: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

21

SSKPS. Analisis titik pemesanan kembali menunjukkan periode tahun 2007,

perusahaan harus memesan pada saat persediaan TBS mencapai 5.285 krat dengan

selang waktu pemesanan 6 hari, sedangkan untuk FTG mencapai 457 karton

dengan selang waktu 19 hari.

Relevansi terhadap penelitian-penelitian di atas terhadap penelitian yang

akan dilakukan, memiliki persamaan terhadap alat analisis dan metode yang

digunakan yaitu berbagai teknik peramalan, analisis Economic Order Quantity

(EOQ), persediaan pengaman, dan analisa titik pemesanan kembali. Pemilihan

metode-metode tersebut, didasarkan pada analisa untuk memecahkan masalah

yang ada di PT. SSN terhadap distribusi dan pasokan pisang cavendish pada

wilayah pemasaran di JABOTABEK. Perbedaan dengan penelitian-penelitian

terdahulu, adalah hasil ramalan akan digunakan untuk perhitungan pengendalian

pasokan pada periode berikutnya, dan adanya proses identifikasi rantai pasokan.

Page 39: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Permintaan dan Penawaran

Secara umum dalam teori ekonomi menurut Limbong dan Sitorus (1988)

permintaan terhadap suatu komoditas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dx = f?fx{Hx, Hy, T, Pop, I,..} Keterangan : Dx = Permintaan Komoditas x Hx = Harga komoditas X(kondisi ceteris paribus); Hy = Harga barang Y (Komplemen/subtitusi); T = Selera konsumen; Pop = Jumlah penduduk; I = Daya beli masyarakat. Pada tingkat produksi atau produsen menurut teori ekonomi mewakili sisi

penawaran suatu komoditas. Secara umum penawaran suatu komoditas dapat

dipengaruhi oleh faktor harga barang sendiri dan harga barang lain, teknologi

yang digunakan, dan tujuan perusahaan dengan rumus sebagai berikut :

Sx = f?fx{Hx, Hy, T,...} Keterangan : Dx = Permintaan Komoditas x; Hx = Harga komoditas X(kondisi ceteris paribus); Hy = Harga barang Y (Komplemen/subtitusi); T = Perkembangan Teknologi.

Permintaan di tingkat konsumen dalam teori ekonomi tidak langsung

berhadapan dengan penawaran, namun diantara koduanya dihubungkan oleh suatu

sistem tataniaga atau pemasaran. Dalam sistem tersebut dilakukan oleh pelaku

tataniaga dengan memperoleh imbalan sebesar perbedaaan antara harga yang

Page 40: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

23

diterima oleh produsen dengan harga yang dibayar oleh pengecer atau konsumen.

Menurut Limbong dan Sitorus (1988) perbedaan harga tersebut adalah marjin

tataniaga atau jasa-jasa lembaga tataniaga. Adapun secara grafis marjin tataniaga

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Permintaan dan Penawaran Turunan serta Marjin Tataniaga. Sumber : Limbong dan Sitorus (1988)

Keterangan : Hr : Harga di tingkat pedagang pengecer; Hf : Harga di tingkat petani/on-farm; Dr : Permintaan di tingkat pedagang pengecer; Df : Permintaan di tingkat petani/on-farm; Sr : Penawaran di tingkat pedagang pengecer; Sf : Penawaran di tingkat petani/on-farm; M : Nilai marjin pemasaran. Gambar 1 menjelaskan bahwa marjin tataniaga adalah perbedaan antara

harga di tingkat petani (Hf) dengan harga di tingkat pedagang pengecer (Hr). Hal

ini terjadi karena adanya interaksi atau negosiasi mengenai jumlah produk dan

harga berdasarkan permintaan di tingkat petani (Df) dan penawaran tingkat

pertani (Sf), sehingga pada akhirnya pihak pedagang pengecer akan mengikuti

Sr

Sf

Dr

Df

Hf

Hr

Jumlah (Unit)

M

Harga (Rp/unit)

Page 41: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

24

berapa harga produk tersebut berdasarkan permintaan (Dr) dan penawaran (Sr)

dengan kondisi jumlah produk tetap.

3.1.2. Peramalan Data Time Series

Peramalan merupakan suatu upaya untuk memprediksi ketidakpastian

masa depan, dengan maksud membantu para pengambil keputusan untuk

memutuskan suatu kebijakan secara lebih baik. Peramalan melibatkan sejumlah

studi mengenai data historis dan manipulasi data tersebut untuk mencari pola data

sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan pola data di masa depan (Hanke,

et al., 2003).

Penggunaan peramalan untuk memprediksi masa depan, melibatkan

sejumlah proses manipulasi data agar diperoleh peramalan yang efektif. Menurut

Assauri (1980) terdapat tiga langkah peramalan yang dianggap penting, yaitu :

1. Menganalisa data yang lalu dengan cara membuat tabulasi untuk dapat

menemukan pola dari data tersebut.

2. Menentukan metode peramalan yang akan digunakan dan memberikan hasil

yang tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang terjadi, atau metode yang

menghasilkan penyimpangan data terkecil.

3. Memproyeksikan data yang lalu dengan menggunakan metode peramalan

yang dipergunakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor perubahan.

Semua prosedur formal peramalan melibatkan penarikan pengalaman

masa lalu ke dalam ketidakpastian masa depan. Sebagai usaha untuk memperoleh

keakuratan data masa depan, maka beberapa teknik peramalan dikembangkan agar

kesalahan-kasalahan dalam proses peramalan dapat dikurangi seminimal

Page 42: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

25

mungkin. Menurut Hanke, et al. (2003) pengenalan terhadap operasi teknik

peramalan pada data menghasilkan kejadian historis mengarah ke identifikasi lima

tahapan proses peramalan antara lain :

1. Pengumpulan data

Proses ini memerlukan pentingnya perolehan data yang sesuai dan teruji

kebenarannya. Tahap ini seringkali merupakan bagian paling menantang dari

keseluruhan proses peramalan, dan paling sulit untuk dimonitor. Hal ini

dikarenakan serangkaian tahapan dapat dilakukan pada data dalam menentukan

kesesuaiannya dengan masalah.

2. Pemadatan atau pengurangan data

Proses ini seringkali diperlukan karena mungkin saja terjadi kelebihan data

dalam proses peramalan atau sebaliknya terlalu sedikit. Beberapa data mungkin

tidak relevan dengan masalah dan dapat mengurangi keakuratan peramalan. Data

lain mungkin sesuai, tetapi hanya dalam periode historis tertentu.

3. Penyusunan model dan evaluasi

Tahap ini meliputi pencocokan data terkumpul kedalam model yang sesuai

dalam hal meminimasi kesalahan peramalan. Model yang lebih sederhana, lebih

baik keadaannya dalam hal diterimanya proses peramalan oleh pengambil

keputusan. Seringkali harus diseimbangkan antara pendekatan peramalan canggih

yang hasilnya sedikit lebih akurat dengan pendekatan sederhana yang lebih mudah

dipahami serta mendapatkan dukungan. Sehingga, pendapat pribadi sering

dilibatkan dalam proses pemilihan model.

Page 43: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

26

4. Ektrapolasi model (peramalan aktual)

Proses ini terdiri dari model peramalan aktual yang dihasilkan begitu data

yang sesuai telah terkumpul, dan kemungkinan dikurangi dan model peramalan

yang sesuai juga sudah dipilih. Untuk memeriksa keakuratan proses peramalan,

peramalan untuk periode yang baru lewat dibandingkan dengan nilai hitoris

aktual. Kesalahan peramalan kemudian diamati dan dirangkum dengan beberapa

langkah.

5. Evaluasi peramalan

Tahapan ini membandingkan nilai peramalan dengan nilai historis aktual.

Beberapa nilai terkini kemudian diambil dari himpunan data yang sedang

dianalisa. Setelah model peramalan selesai, maka peramalan dilakukan untuk

beberapa periode ke depan dan dibandingkan dengan nilai historis yang telah

diketahui. Beberapa prosedur peramalan menjumlahkan nilai absolut dari

kesalahan dan hasil penjumlahan atau dibagi dengan jumlah perlakuan peramalan

sehingga menghasilkan rata-rata kesalahan peramalan. Pengujian pola kesalahan

seringkali mengarahkan analisa untuk memodifikasi prosedur peramalan.

Dalam peramalan time series ada beberapa teknik atau metode yang

digunakan antara lain sebagai berikut :

1. Metode Naïve : adalah teknik peramalan berdasarkan asumsi bahwa periode

saat ini merupakan prediktor terbaik dari masa mendatang.

2. Metode Rata-rata Sederhana : digunakan apabila peramalan dilakukan secara

berulang-ulang untuk data yang tidak terlalu besar (Firdaus, 2006).

3. Metode Rata-rata Bergerak Sederhana : menggunakan mean semua data untuk

meramal (Hanke, et al., 2003).

Page 44: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

27

4. Metode Rata-rata Bergerak Ganda : Teknik ini baik untuk data yang

mengandung unsur trend (Firdaus, 2006).

5. Metode Pelicinan Eksponensial Tunggal : Teknik ini dapat merevisi secara

kontinyu hasil peramalan dengan informasi terbaru. Metode ini berdasarkan

pemulusan yang menurun secara eksponensial (Firdaus, 2006). Selain itu,

metode ini menyediakan rata-rata bergerak tertimbang secara eksponensial

semua nilai pengamatan yang lalu (Hanke, et al., 2003).

6. Metode Brown : menjelaskan bahwa ramalan merupakan hasil dari perhitungan

dua kali pelicinan secara eksponensial. Tujuan dari pelicinan kedua adalah

untuk mengatasi masalah data yang tidak stasioner dengan model trend yang

linear (Makridakis, et al., 1999).

7. Metode Dekomposisi Aditif : Model ini memperlakukan nilai deret waktu

sebagai jumlah dari komponen-komponen dalam model (Hanke, et al., 2003).

8. Metode Dekomposisi Multiplikatif : Model ini memperlakukan nilai deret

waktu sebagai hasil perkalian dari komponen-komponen dalam model (Hanke,

et al., 2003).

9. Metode Winters : Metode winters yang terdiri dari winters aditif dan

multiplikatif. Kedua metode ini memberikan cara mudah utuk menjelaskan

musiman didalam model ketika data memiliki pola musiman. Metode

alternatif terdiri dari penghapusan musim atau penyesuaian musim pada data.

Model peramalan ini diaplikasikan untuk data musim-terhapus

(desesasonalized data) dan kemudian musiman dimasukkan kembali untuk

mendapatkan ramalan yang akurat (Hanke, et al. (2003).

Page 45: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

28

10. Metode Box-Jenkins (ARIMA) : Model ini menggunakan pendekatan iteratif

pada identifikasi suatu model yang mungkin dari model umum (Hanke, et al.,

2003). ARIMA adalah singkatan dari autoregressive integrated moving

average. Pada ARIMA terbagi atas model MA (moving average), AR

(autoregressive), ARMA (autoregressive moving average), dan ARIMA

(autoregressive integrated moving average).

Berdasarkan model-model peramalan di atas penilaian terhadap akurasi

hasil peramalan dapat dilakukan dengan mengamati besarnya selisih nilai aktual

pengamatan dengan nilai estimasi dari peramalan (Firdaus, 2006). Penilaian

tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai error yang terkecil baik melalui

MSE (Mean Square Error), MAE (Mean Average Error), maupun MPE (Mean

Percentage Error).

3.1.3. Economic Order Quantity (EOQ)

Model EOQ atau fixed-order-quantity digunakan untuk menentukan

kuantitas pesanan persediaan, yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan

persediaan, dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan. Metode

ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang

diproduksi sendiri. Pada Gambar 2 menunjukkan hubungan antara kedua biaya

tersebut biaya penyimpanan (holding dan carrying cost) dan biaya pemesanan

(ordering atau set-up cost).

Page 46: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

29

Gambar 2. Hubungan Antara Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan. Sumber : Handoko, 1999

Berdasarkan Gambar 2, jumlah pesanan yang ekonomis terletak antara

perpotongan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Jumlah pemesanan akan

optimal jika biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan mencapai nilai

minimum. Kuantitas pemesanan yang optimal terjadi pada titik Q, yaitu pada saat

biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan yang merupakan perpotongan

antara keduanya. Pada titik Q tersebut, total biaya pengendalian persediaan

adalah minimal.

Model EOQ merupakan alat yang paling umum digunakan dalam

menganalisis persediaan barang yang optimal. Menurut Handoko (1999), model

EOQ mempunyai beberapa asumsi antara lain :

1. Permintaan produk adalah konstan, seragam, dan diketahui (deterministik).

2. Harga per unit produk adalah konstan.

3. Biaya penyimpanan per unit per tahun adalah konstan.

4. Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan.

Biaya Total

Biaya Penyimpanan

Biaya Pemesanan

Kuantitas (Q)

Biaya

Q

Page 47: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

30

5. Waktu antara pesanan dan barang-barang diterima (lead time, L) adalah

konstan.

6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders.

Berdasarkan asumsi tersebut, karena permintaan produk adalah konstan

dan seragam, maka seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3 tingkat persediaan

dari waktu ke waktu berbentuk model continuous. Hal ini ditunjukkan dimana

pesanan yang dilakukan dengan pesanan yang diterima berkontinyu kapan saja

persediaan mencapai titik pemesanan kembali (R) sesuai penggunaan per hari (d)

dan waktu tunggu (L).

Gambar 3. Tingkat Persediaan dengan Waktu dalam EOQ.

Sumber : Handoko, 1999 Keterangan : Q = Jumlah yang dipesan R = Titik Pemesanan Kembali (Reorder point) d = tingkat permintaan atau penggunaan per hari L = Waktu tunggu (lead time)

Kelebihan EOQ yaitu sederhana, mudah dianalisis, dapat diolah secara

manual, dan jika ditambahkan persediaan pengaman maka EOQ dapat digunakan

untuk perusahaan yang memiliki tingkat pemakaian dan waktu tunggu yang

Economic Order Quantity

R = d.L

Waktu

d Reoder point

Q

RQ

L L

Pesanan dilakukan

Pesanan diterima

Tingkat Persediaan (dalam unit)

Page 48: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

31

berfluktuasi. Akan tetapi, kelemahan EOQ yaitu kurang peka terhadap fluktuasi

pemakaian dan waktu tunggu yang umumnya terjadi pada perusahaan. Selain itu,

EOQ hanya menghitung jumlah pemesanan yang optimal dan frekuensi

pemesanan.

3.1.4. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk

melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang (stock out).

Oleh karena itu, persediaan pengaman berfungsi sebagai cadangan untuk menjaga

kelancaran operasional penjualan. Dalam hal ini yang menjadi faktor-faktor yang

menentukan besarnya persediaan pengaman adalah permintaan produk rata-rata

dan waktu tunggu (lead time). Permintaan produk rata-rata dan standar deviasi

dari permintaan produk rata-rata perlu diketahui untuk menentukan persediaan

pengaman. Hal ini untuk mengetahui penyimpangan penggunaan produk dari rata-

rata, karena adanya pemakaian yang berfluktuasi.

Menurut Assauri (1980) dalam menentukan besarnya persediaan

pengaman dapat digunakan beberapa pendekatan antara lain pendekatan

kemungkinan kekurangan barang (probabilty of stock approach) dan pendekatan

keterlambatan produk yang dipesan (level of service approach). Pada pendekatan

kemungkinan kekurangan barang digunakan asumsi bahwa lead time konstan.

Waktu tunggu (lead time) adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya

pemesanan sampai dengan kedatangan produk dan diterima di gudang penerima.

Lamanya waktu tersebut berbeda atau bervariasi antara satu pesanan dengan

pesanan lainnya. Dengan asumsi lead time konstan, stock out hanya terjadi dengan

adanya penambahan dalam permintaan barang.

Page 49: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

32

Pendekatan keterlambatan produk yang dipesan digunakan asumsi adanya

ketidakpastian lead time dan permintaan produk, yang menyebabkan terjadinya

stock out . Dalam hal ini tergantung pada keadaan penggunaannya yaitu :

1. Tingkat pelayanan frekuensi (frequency level of service) : secara rata-rata

tingkat pelayanan x persen dalam jangka panjang, persediaan dapat memenuhi

seluruh permintaan langganan dalam periode pemenuhan atau penggantian x

dari setiap 100.

2. Tingkat pelayanan kuantitas (quantity level of service) adalah perbandingan

secara rata-rata dalam jangka panjang dari seluruh pesanan pelanggan, yang

dapat dipenuhi dengan persediaan yang ada tanpa pembatalan atau

penangguhan.

Setelah diketahui tingkat pelayanan, kemudian ditentukan frekuensi

distribusi permintaan produk yaitu distribusi normal untuk barang yang cepat

bergerak, dan distribusi Chi-square untuk barang yang lambat bergerak. Selain

itu juga ada faktor-faktor jarak waktu penyerahan produk yang dipesan sampai ke

gudang, dan waktu yang terlindungi dimana persediaan pengaman dapat menutup

fluktuasi permintaan tanpa dibantu oleh penambahan persediaan.

3.1.5. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Titik pemesanan kembali adalah suatu batas dari jumlah persediaan yang

ada pada saat pesanan harus diadakan kembali, dan titik ini menunjukkan untuk

mengganti persediaan yang telah digunakan (Assauri, 1980). Besarnya

penggunaan barang ditentukan oleh lead time dan tingkat penggunaan rata-rata.

Page 50: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

33

Berdasarkan Gambar 4, persediaan mencapai titik pesanan kembali apabila

ROP yang telah ditentukan sebelumnya, sama dengan pemesanan yang dilakukan

sebanyak Q. Hal ini dikarenakan permintaan selama masa tenggang tidak pasti,

sedangkan persediaan dapat berfluktuasi, sehingga mengakibatkan kehilangan

penjualan atau tunggakan pesanan (back order) sampai pesanan sebanyak Q unit

yang diterima.

Gambar 4. Karakeristik Sistem Pemesanan Kembali. Sumber : Buffa dan Sarin(1996) 3.1.6. Penjualan dan Distribusi

Menurut Downer, dan Erickson (1989), penjualan adalah suatu tindakan

pengalihan pemilikan barang dan jasa, serta memiliki keterkaitan terhadap laba.

Sedangkan menurut Gultinan, Paul (1990), penjualan meliputi semua kegiatan

yang terjadi dalam mentransfer barang, dan menyediakan bantuan serta informasi

kepada pembeli akhir atau distributor.

Kegiatan penjualan selalu identik dengan kegiatan distribusi, karena

keduanya saling berkaitan sama lain. Menurut Yunarto (2006), kegiatan distribusi

adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah

Waktu

Pesanan dilakukan

Pesanan dilakukan

Pesanan dilakukan

Jumlah Unit Kehilangan Penjualan

ROP

Tingkat Persediaannan

Page 51: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

34

penyampaian produk dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

sesuai dengan yang diperlukan baik dari jenis, jumlah, harga, tempat dan maupun

saat dibutuhkan. Menurut Tambulun (2004), distribusi produk menggunakan

berbagai alat angkut seperti truk, kereta api, kapal, dan pesawat

Untuk menjual produk agar sampai ke konsumen, diperlukan berbagai

macam cara dalam penjualan dan distribusi. Menurut Gultinan, dan Paul (1990)

ada beberapa cara dalam kegiatan tersebut antara lain :

1. Sistem tanggapan langsung : fungsi utamanya adalah mendapatkan order,

produk didistribusikan langsung ke konsumen akhir, pesanan penjualan

disampaikan kepada pembeli secara peorangan melalui telepon atau surat

langsung.

2. Sistem penjualan tatap muka langsung : fungsi utamanya menyediakan

informasi kepada pelanggan, produk didistribusikan kepada pembeli akhir, dan

pesanan penjualan disampaikan dengan kontak tatap muka.

3. Sistem penjualan perdagangan : fungsi utama mendapatkan dukungan dari

distributor, pesanan penjualan melalui kontak tatap muka dan telepon, dan

produk didistribusikan melalui pedagang besar atau pengecer yang membeli

untuk dijual kembali kepada pembeli akhir.

4. Penjualan misionaris : fungsi utama memberikan informasi produk dan layanan

kepada pelanggan secara langsung, produk didistribusikan langsung ke pembeli

akhir, dan pesanan penjualan disampaikan dengan kontak tatap muka.

Berkaitan dengan pendistribusian produk, terdapat saluran distribusi yang

merupakan rangkaian perantara baik yang dikelola pemasar maupun yang

independen dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Menurut

Page 52: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

35

Yunarto (2006) bahwa saluran distribusi (distribution channel) merupakan

sekumpulan organisasi yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk atau

jasa yang tersedia bagi konsumen atau pemakai dan kemudian dapat dikonsumsi

oleh konsumen tersebut.

Menurut Gultinan, dan Paul (1990), saluran distribusi adalah seperangkat

unit organisasi yang biasanya dilakukan oleh distributor untuk melaksanakan

semua kegiatan yang diperlukan, untuk menyampaikan suatu produk dari penjual

ke pembeli akhir. Sehingga, tugas distributor adalah menyediakan produk di

lokasi yang memudahkan bagi pelanggan, serta penjualan dan pengiklanan

setempat mengenai manfaat produk. Selain itu distributor meyediakan produk

bagi konsumen dari persediaan barang jadi (Buffa dan Sarin, 1996).

Dalam saluran distribusi ada tiga komponen utama yaitu perantara

(Intermediary), agen (agent), dan fasilitator. Pada Gambar 5 dapat dilihat variasi

saluran distribus i dimana produsen dapat langsung mendistribusikan produknya

ke konsumen akhir, selain itu produsen pun dapat menyalurkan produk ke agen,

wholesaler, dan retailer.

Gambar 5. Variasi Saluran Distribusi. Sumber : Yunarto, 2006

PRODUSEN

KONSUMEN AKHIR

RETAILER

WHOLESALER

AGEN

AGEN

Page 53: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

36

Saluran distribusi menurut Yunarto (2006) berperan penting dalam sistem

distribusi, hal ini dikarenakan antara lain :

1. Membantu produsen yang kekurangan sumberdaya dalam memasarkan secara

langsung ke pemakai akhir. Untuk memasarkan dan mendistribusikan suatu

produk dibutuhkan sumberdaya (resources) untuk melakukan komunikasi dan

membina hubungan dengan customer, dan sumberdaya lainnya.

2. Penjualan secara langsung tidak memungkinkan karena produk dari produsen

harus dijual dengan produk lainnya yang sejenis.

3. Mengatasi ketidakcocokan produk (product discrepancies), jumlah, paket atau

campuran, waktu dan tempat.

4. Mengurangi banyak kontak yang berhubungan dengan biaya transaksi.

5. Memfokuskan diri ke bidangnya masing-masing misalnya hanya pada produksi

saja, sehingga produsen akan memperoleh return on investment (ROI) yang

lebih besar jika dibandingkan fokus juga ke bidang distribusi.

Dalam strategi distribusi ada beberapa macam yang digunakan yaitu

strategi struktur saluran distribusi, cakupan distribusi, saluran distribusi berganda,

modifikasi saluran distribusi, pengendalian saluran distribusi, dan manajemen

konflik dalam saluran distribusi. Berikut pada Tabel 7 secara rinci akan dijelaskan

mengenai strategi distribusi tersebut.

Page 54: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

37

Tabel 7. Lima Macam Strategi distribusi yang Dapat digunakan dalam Pemasaran Produk

No. Strategi Keterangan 1. Struktur

saluran distribusi

Berkaitan dengan penentuan jumlah perantara yang gunakan untuk mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen. Alternatif yang dipilih dapat berupa distribusi langsung (direct channel) atau distribusi tidak langsung (indirect channel).

2. Cakupan distribusi

Berkaitan dengan penentuan jumlah perantara di suatu wilayah atau market exposure. Tujuan dari strategi ini adalah melayani pasar dengan biaya yang minimal, namun bisa menciptakan citra produk yang diinginkan. Ada tiga macam cakupan distribusi antara lain distribusi eksklusif, distribusi intensif, dan distribusi selektif.

3. Saluran distribusi berganda

Berkaitan dengan penggunaan lebih dari satu saluran yang berbeda untuk melayani beberapa segmen pelanggan. Tujuannya adalah untuk memperoleh akses yang optimal pada setiap segmen. Penggunaan saluran distribusi ganda ada dua jenis yaitu saluran komplementer (tidak saling berhubungan), dan saluran kompetitif (saling berhubungan).

4. Modifikasi saluran distribusi

Strategi yang mengubah susunan saluran distribusi yang ada berdasarkan evaluasi dan peninjauan ulang. Adapun perubahan-perubahn yang terjadi di pasar antara lain mencakup perubahan di pasar konsumen dan kebiasaan membeli, timbulnya kebutuhan baru, perubahan kepentingan relatif dari tipe outlet, dan perubahan volume penjualan pada produk saat ini.

5. Pengendalian Saluran Distribusi

Menguasai semua anggota dalam saluran distribusi, agar dapat mengendalikan kegiatan secara terpusat ke arah pencapaian tujuan bersama. Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan pengendalian, memperbaiki ketidakefisienan, mengetahui efektifitas biaya melalui kurva pengalaman, dan mencapai skala ekonomis.

Sumber : Yunarto, 2006 3.1.7. Manjemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM)

Menurut Render, dan Heizer (2001), SCM adalah kegiatan

mentransfomasikan bahan mentah menjadi barang dalam proses dan barang jadi,

dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi.

Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan-

kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor

Page 55: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

38

seperti pengangkutan, transfer kredit dan tunai, pemasok, pergudangan,

pemenuhan pesanan, dan pengendalian persediaan.

SCM menurut Indrajit (2003), adalah cara baru memandang mata rantai

penyediaan barang, dimana maslah logistik dilihat sebagai rangkaian yang sangat

panjang sejak bari bahn dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen

akhir. SCM berkaitan dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok, ke

produksi, ke gudang, ke distribusi, sampai ke konsumen (Render, dan Heizer,

2001). Menurut Tambulun (2004) perusahaan dalam menerima pasokan dari

suppliers harus disesuaikan dengan keputusan pembelian, persediaan (invetory) di

gudang, dan standarisasi perusahaan terhadap pasokan.

Dalam kegiatan pasokan, pihak yang melakukan aktivitas tersebut adalah

pemasok (suppliers). Menurut Tambulun (2004), pemasok merupakan bagian

penting di dalam sistem konversi, yang dimulai dari input faktor berupa bahan

baku (raw materials), dalam proses transformasi berupa bahan pembantu,

komponen peralatan untuk mesin, serta untuk output berupa bahan pembungkus.

Setiap perusahaan dalam memenuhi pasokan produk terlebih dahulu memesan

pada pihak suppliers melalui telepon atau faksimili, serta pembelian via internet

(E-commerce). Menurut Chopra, dan Meindl (2007), kegiatan pasokan produk

hingga ke konsumen melibatkan berbagai tahapan mulai dari suppliers,

perusahaan, distributor dan pengecer.

Dalam SCM, secara langsung terkait dengan pengendalian persediaan.

Menurut Chopra, dan Meindl (2003), persediaan merupakan seluruh bahan baku

bahan setengah jadi, dan barang jadi yang terdapat dalam supply chain. Menurut

Buffa, dan Sarin (1996), pengendalian persediaan adalah strategi untuk menjaga

Page 56: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

39

keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan persediaan, agar tercapai kondisi

biaya optimum. Adapun fungsi utama pengendalian persediaan pada dasarnya

adalah menyimpan persediaan untuk melayani kebutuhan perusahaan dari waktu

ke waktu.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

PT. Sewu Segar Nusantara (PT. SSN) merupakan salah satu distributor

pisang cavendish dan buah-buahan segar di Indonesia. Pendirian PT. SSN

berawal dari kebutuhan PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) yang berada

dalam satu grup usaha dari Gunung Sewu dalam memasarkan pisang cavendish di

dalam negeri. PT. SSN memiliki visi yang berupaya menjadi standar industri

pendistribusian buah dan sayuran segar pada tahun 2006. Begitu juga pada misi

yang dilakukan yaitu ingin memfokuskan diri pada pendistribusian buah dan

sayuran segar dengan kualitas dan volume yang superior untuk konsumen di

Indonesia.

Kegiatan utama di PT. SSN terdiri dari dua yaitu pengadaan dan distribusi

buah-buahan. Dalam kegiatan pengadaan, pasokan pisang cavendish pada PT.

SSN memiliki keterkaitan erat dengan PT. NTF. Kedua perusahaan merupakan

anak perusahaan dari PT. Great Giant Pineapple, sehingga PT. SSN dan PT. NTF

tidak melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam pengadaan pasokan pisang

cavendish.

Pisang cavendish yang berbuah sepanjang tahun memiliki permasalahan

terhadap kondisi cuaca di daerah produksi yaitu di Way Jepara, Lampung. Hal ini

berdampak pada fluktuasi produksi pisang cavendish di PT. NTF dimana pada

saat musim penghujan pisang cavendish akan berbuah banyak, sedangkan musim

Page 57: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

40

kemarau akan berbuah sedikit. Permasalahan faktor produksi pada PT. NTF akan

membuat PT. SSN akan kesulitan dalam memenuhi pesanan pelanggan dalam

jumlah tertentu dan memenuhi grade pisang cavendish yang baik.

Dalam distribusi PT. SSN berhubungan langsung dengan permintaan

pisang cavendish dari pelanggan yang berasal dari ritel modern, pasar tradisional,

dan HOREKA. Pemenuhan permintaan berdasarkan pesanan bagi PT. SSN terkait

dengan keberadaan pasokan yang tersedia di PT. NTF. Apabila pasokan pisang

cavendish tersedia dalam jumlah banyak tentunya akan memudahkan PT. SSN

untuk memasarkannya, namun pada saat hasil produksi di PT. NTF tidak mampu

mencukupi permintaan pesanan, maka PT. SSN akan menganalisis jumlah yang

akan didistribusikan dan perubahan harganya.

Penelitian ini akan menganalisis peramalan penjualan pisang cavendish

grade C3 dan FB selama 12 bulan ke depan dengan berbagai metode peramalan

secara time series. Setelah menganalisis peramalan penjualan, maka akan dipilih

metode terbaik, yang akan digunakan untuk menganalisis jumlah pasokan optimal

bagi 12 bulan berikutnya. Adapun alat analisis yang digunakan dalam

pengendalian pasokan pisang cavendish adalah metode jumlah pemensanan

optimal atau Economic Order Quantity (EOQ), persediaan pengaman (safety

stock), dan titik pemesanan kembali (reorder point).

Hasil dari analisis diharapkan mampu memberikan solusi bagi PT. SSN

dalam manajemen rantai pasokan, dengan menimimumkan biaya dan memperoleh

profit penjualan yang tinggi pada wilayah pemasaran JABOTABEK. Selain itu,

hasil ini memberikan informasi penunjang bagi PT. NTF untuk meningkatkan

hasil produksi pisang cavendishnya, sehingga PT. SSN mampu menyesuaikan

Page 58: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

41

pasokannya dengan PT. NTF. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran

operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian.

1. Pasokan pisang cavendish tergantung persediaan pisang cavendish di PT. Nusantara Tropical Fruit

2. Distribusi pisang cavendish berdasarkan pesanan, dengan pangsa pasar terbesar di kawasan JABOTABEK terutama untuk ritel modern

3. Permintaan pelanggan menuntut pasokan pisang cavendish tersedia setiap waktu, sehingga berdampak pada fluktuasi penjualan dan perubahan harga jual

Peramalan Penjualan Pisang Cavendish Grade C3 dan FB Berdasarkan Metode Time Series

PT. Sewu Segar Nusantara

= Alur Pemikiran

Pengendalian Pasokan Atas Hasil Ramalan Penjualan

1. Analisis Economic Order Quantity (EOQ) 2. Analisis Persediaan Pengaman (Safety stock) 3. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Biaya Persediaan dan Pemesanan Minimum

Rekomendasi Bagi PT. Sewu Segar Nusantara

Identifikasi Biaya Persediaan

Page 59: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Sewu Segar Nusantara yang berlokasi di

Jl. Telesonic Dalam (Jalan Gatot Subroto KM 8), Jatiuwung, Kota Tangerang,

Propinsi Banten. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

didasari oleh perusahaan merupakan salah satu distributor buah-buahan khususnya

pisang cavendish dengan pangsa pasar terbesar di kawasan JABOTABEK. Waktu

pengumpulan data penelitian pada bulan April – Mei 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara

pada bagian Sales & Marketing, Product Supply Organization (PSO), Pembelian

(Purchasing), dan bagian Ekspedisi. Adapun materi datanya berupa kegiatan

umum perusahaan, rantai pasokan pisang cavendish dari PT. NTF dan distribusi

pisang cavendish ke pelanggan.

Data sekunder yang diperoleh dari bagian Finance & Accounting (F&A),

berupa laporan jumlah pasokan pada selama tahun 2006, biaya-biaya yang terkait

dengan pasokan, serta volume penjualan pisang cavendish grade C3 dan FB

dalam kurun waktu 39 bulan bulan selama Januari 2004 – Maret 2007.

Penggunaan data pada waktu tersebut didasarkan terjadinya penurunan volume

penjualan pisang cavendish dalam beberapa tahun terakhir. Secara rinci dapat

Page 60: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

43

dilihat pada Tabel 8 tentang data primer dan sekunder yang dibutuhkan pada PT.

SSN.

Tabel 8. Jenis & Sumber Data yang Dibutuhkan dalam Penelitian di PT. SSN

Jenis dan Sumber

Data

Data Primer Data Sekunder Keterangan

Pasokan Wawancara dan pengamatan langsung pada Product Supply Organization (PSO), Purchasing, & Ekspedisi. Data yang dibutuhkan berupa manajemen pasokan pisang cavendish

Biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan, volume pembelian Januari 2006 – Maret 2007

1. Biaya pemesanan : - Biaya telepon - Biaya bongkar muat - Biaya transportasi - Biaya administrasi

dan umum - Biaya penerimaan

dan pemeriksaan 2. Biaya Penyimpanan : - Biaya listrik cold

storage - Biaya pemeliharaan

cold storage - biaya adminstrasi

gudang - Biaya pengamanan

Distribusi Wawancara dan pengamatan langsung pada Sales & Marketing, PSO, & Ekspedisi. Data yang dibutuhkan berupa manajemen distribusi pisang cavendish

Harga jual dan volume penjualan pisang cavendish dari bulan Januari 2004 – Maret 2007

Data sekunder lainnya diperoleh dari studi pustaka pada instansi

pemerintah terkait seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Bina Produksi

Hortikultura, Biro Pusat Statisik, dan Departemen Perindustrian. Selain itu,

diperoleh juga rujukan dari berbagai media cetak, situs web internet, makalah dan

jurnal penelitian.

Page 61: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

44

4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Untuk menganalisis peramalan penjualan dan optimalisasi pasokan pisang

cavendish di PT. SSN dilakukan secara deskriptif (kualitatif) dan kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan manajemen pasokan dan

distribusi pisang cavendish yang terdiri dari pola pengiriman, sistem pembayaran,

penyimpanan, dan penjualannya. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan

menganalisis tentang peramalan penjualan dan optimalisasi pasokan pisang

cavendish di PT. Sewu Segar Nusantara. Data-data tersebut ditabulasikan dengan

menggunakan MS.Excel, QSB dan MINITAB 13.20.

4.3.1. Peramalan Time Series

Peramalan penjualan yang digunakan melalui data seri waktu (time series)

selama 3 tahun terakhir dari volume penjualan pisang cavendish grade C3 dan FB

pada wilayah pemasaran JABOTABEK di PT. Sewu Segar Nusantara. Adapun

model peramalan time series yang akan digunakan adalah metode Moving

Average, pelicinan eksponensial tunggal, metode brown, dekomposisi aditif dan

multiplikatif, metode winters aditif dan multiplikatif, serta metode Box-Jenkins

(ARIMA/SARIMA).

Pada model-model peramalan time series di atas penilaian terhadap akurasi

hasil peramalan dapat dilakukan dengan mengamati besarnya selisih nilai aktual

pengamatan dengan nilai estimasi dari peramalan. Didefinisikan bahwa residual

(error) atau et adalah perbedaan antara nilai aktual dengan nilai hasil peramalan,

yaitu : et = yt - yt. Berdasarkan nilai residual tersebut diperoleh beberapa ukuran

akurasi hasil peramalan antara lain MAE (Mean Absolute Error), MSE (Mean

Page 62: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

45

Square Error) atau MSD (Mean Squrae Deviaotion) dan MPE (Mean Percentage

Error).

1. Metode Rata-rata Bergerak Sederhana

Metode ini menggunakan mean semua data dengan formulanya adalah :

( )

nYYYY

Y nttttt

1211

...ˆ +−−−+

++++=

Dimana : 1ˆ +ty = nilai ramalan untuk periode t+1 t = periode aktual n = jumlah periode yang akan dirata-ratakan (ordo)

2. Metode Rata-rata Bergerak Ganda

Teknik ini baik untuk data yang mengandung unsur trend (Firdaus, 2006).

Formula untuk teknik ini adalah :

( )

( )

( )'

'

1321'

13211

12

2

...

...ˆ

ttt

ttt

ntttttt

nttttttt

MMn

b

MMan

MMMMMM

nYYYYY

YM

−−

=

−=

+++++=

+++++==

−−−−−

+−−−−+

Model yang akan didapat adalah : pbaY ttpt .ˆ +=+

Dimana : 1ˆ +ty = nilai ramalan untuk periode t+1 ty = nilai aktual periode t t = periode aktual n = jumlah periode yang akan dirata-ratakan (ordo) p = periode yang akan diramalkan 3. Metode Pelicinan Eksponensial Tunggal : ttt yyy ˆ)1(ˆ 1 αα ++=+ Dimana : 1ˆ +ty = nilai ramalan untuk periode t+1 a = konstanta pemulusan (0<a<1) ty = nilai aktual periode t ty = nilai peramalan periode t t = periode aktual

Page 63: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

46

4. Metode Brown :

Dimana : St = pelicinan tahap 1 at = nilai intersep

"tS = pelicinan tahap 2 bt = nilai slope

Yt = nilai aktual perriode t ty = nilai peramalan periode t a = konstanta pemulusan t = periode waktu (0<a<1) 5. Metode Dekomposisi Aditif : Yt = Tt + Ct + St + ε

Dimana: Tt = komponen trend pada periode t Ct = komponen siklus pada periode t St = komponen musiman pada periode t

a. = komponen galat pada periode t

6. Metode Dekomposisi Multiplikatif : Yt = Tt x Ct x St x εt

Dimana: Tt = komponen trend pada periode t Ct = komponen siklus pada periode t St = komponen musiman pada periode t

ε = komponen galat pada periode t

7. Metode Winters a. Metode Winters Aditif

( ) ( )( )( ) ( )( )( ) ( )( )

( )[ ] pLtttpt

Ltttt

tttt

ttttt

ttttt

SpbaY

SaYSbaab

baSYa

tbaTdenganSTY

+−+

−−

−−−

++=

−+−=−+−=

+−+−=

+=++=

ˆ1

11

)(

11

111

γγββαα

ε

Dimana : at = pemulusan terhadap deseasonalized data pada periode t bt = pemulusan terhadap trend pada periode t St = pemulusan terhadap variasi musiman pada periode t ptY +

ˆ = ramalan p periode ke depan setelah periode t a,ß,? = koefisien pemulusan L = penjangnya musim

( ) ( )( ) ( )

( )tbaY

SSb

SSa

SSS

SYS

ttt

ttt

ttt

ttt

ttt

.ˆ1

2

1

1

"

"

"1

"

1

+=

−−

=

−=

−+=

−+=

αα

αα

αα

Page 64: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

47

b. Metode Winters Mulktiplikatif

Dimana : Lt = nilai pemulusan baru atau level estimasi saat ini

a = konstanta pemulusan untuk level (0= a =1) Yt = pengamatan baru atau nilai aktual periode t ß = konstanta pemulusan untuk estimasi trend (0= ß =1) Tt = estimasi trend γ = konstanta pemulusan untuk estimasi musiman (0= γ =1) St = estimasi musiman P = periode yang diramalkan s = panjangnya musim Yt+p = ramalan p periode ke depan

8. Metode Box-Jenkins (ARIMA/SARIMA)

Pada ARIMA non-seasonal terbagi atas model MA (moving average), AR

(autoregressive), dan ARIMA (autoregressive integrated moving average).

Selain itu ada SARIMA yang merupakan seasonal ARIMA yang menunjukkan

data time series secara musiman. Persamaan model tersebut adalah sebaga i

berikut :

1. Model MA : Yt = a0 + et - a1 et-1 - a2 et-2 -......- aq et-q

Di mana : Yt = Nilai series yang stasioner et = Kesalahan peramalan et-1,et-2 = Kesalahan pada masa lalu a0, a1 dan a2 = Konstanta dan koefien model

2. Model AR : Yt = b0 + b1 Yt-1 b2 Yt-2 +.....+ bq Yt-q + et

Di mana : Yt = Nilai series yang stasioner Yt-1,Yt-2 = Nilai sebelumnya b0 dan b1,b2 = Konstanta dan koefisen model et = Kesalahan peramalanModel ARMA

Yt = b0 + b1 Yt-1 b2 Yt-2 +.....+ bp Ytp + et - a1 et-1 +.....+ aq et-q

Di mana : Yt = Nilai series yang stasioner et-1,et-q = Kesalahan pada masa lalu b0 dan b1,bp, a1, aq = Konstanta dan koefisen model et = Kesalahan peramalan

( ) stt

tt S

LY

S −−+= γγ 1

( ) pstttpt SpTLY +−+ +=ˆ

( )( )111 −−−

+−+= ttst

tt TL

SY

L αα

( ) ( ) 11 1 −− −+−= tttt TLLT ββ

Page 65: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

48

3. Model ARIMA : B (B) (1-B) d Yt = b0 + a (B) et

Di mana : b (B) + 1-b1B-b2B2-.....-aqBp a(B) = 1-a1-a2B2-.....-aqBq B = Backward shift operator (BYt = Yt-1, B2Yt= Yt-2 dst.)

Metode ARIMA memiliki beberapa tahapan yang harus digunakan agar

memperoleh model yang optimal dan terbaik. Beberapa tahapan pembentukan

model ARIMA adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Model

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap data deret waktu yang

tersedia. Identifikasi yang dilakukan meliputi identifikasi pola data apakah

mengandung pola musiman atau tidak, indentifikasi terdapat kestasioneran data,

dan yang terakhir adalah identifikasi terhadap pola atau perilaku ACF dan PACF.

Hal yang perlu diperhatikan adalah kebanyakan data deret waktu tidak

bersifat stasioner. Apabila data yang dihadapi bersifat non-stasioner, maka data

tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang

stasioner dengan teknik pembedaan (differencing). Pembedaan pertama pada data

diperoleh dengan mengurangi nilai dua pengamatan yang berurutan pada data

tersebut dengan menggunakan formulasi : 1−−=∆= tttt YYYZ

Setelah dilakukan teknik pembedaan pertama (first differencing) data

masih belum stasioner, maka dilakukan pembedaan kedua (second differencing).

Pembedaan kedua dilakukan dengan melakukan pembedaan kembali pada data

hasil pembedaan pertama. Pembedaan kedua dilakukan dengan formula berikut :

( ) ( )2112

−−− −−−=∆= tttttt YYYYYZ

Page 66: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

49

Setelah dilakukan proses pembedaan untuk mendapatkan data yang

stasioner, tahap selanjutnya adalah memeriksa kestasioneran data dengan

menggunakan koefisien korelasi. Perhitungan koefisien korelasi menggunakan

formula : ( )( )( )∑

∑−

−−= +

2ZZ

ZZZZr

t

kttk

Dimana : Zt = data deret waktu stasioner Zt+k = data k periode waktu ke depan Z = nilai rataan deret waktu stasioner rk = koefisien autokorelasi antara dua set data Koefisien autokorelasi dapat bernilai antara -1 sampai +1 (-1< rk <1).

Suatu data deret waktu dikatakan stasioner jika koefisien korelasinya nol untuk

semua tingkatan pembedaan data. Setelah data deeret waktu dipastikan stasioner,

tahap berikutnya adalah mengidentifikasi perilaku ACF dan PACF.

2. Estimasi Model

Pada tahapan ini yang penting dilakukan adalah menganalisis perilaku

ACF dan PACF. Perilaku ACF dan PACF yang dapat dilihat pada Tabel 9akan

menentukan model dari data deret waktu yang akan diramalkan.

Tabel 9. Pola ACF dan PACF beserta model ARIMA

ACF PACF Model Dies down Cut-off setelah proses

orde ke p Autoregressive (AR) AR (p) Zt = δ + θ1Zt-1 + ε t

Zt = δ + θ1Zt-1 + θ2Zt-2 + εt Cut-off setelah proses orde ke q

Dies down Moving Average (MA) MA (q) Zt = µ - θ1 εt-1+ εt

Zt = µ - θ1 εt-1 - θ2 εt-2+ εt

Dies down Dies down Autoregreeive Moving Average (ARMA) ARIMA (p,d,q) Zt = δ + θ1Zt-1 - θ1ε t-1 + εt

Sumber : Hanke, et al., 2003

Page 67: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

50

3. Evaluasi Model

Terdapat enam kriteria dalam evaluasi model BOX-Jenkins, ya itu:

− Residual peramalan bersifat acak. Hal ini dapat diketahui dari nilai P-value

yang lebih besar dari 0,05. Selain itu, dapat dilihat pula dari grafik ACF dan

PACF residual yang menunjukkan pola cut-off.

− Model parsimonious artinya adalah model harus dalam bentuk yang paling

sederhana.

− Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari

nilai P-value yang harus kurang dari 0,05.

− Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi dengan

ditunjukkan oleh jumlah koefisien MA atau AR yang masing-masing harus

kurang dari 1.

− Proses iterasi harus convergence. Berdasarkan hasil output peranti Minitab

13.20 dapat dilihat pada session terdapat pernyataan relative change in each

estimate less than 0,0010.

− Model harus memiliki nilai MSE (Mean Square Error) yang kecil.

Setelah hasil evaluasi dilakukan, maka selanjutnya adalah memilih metode

peramalan terbaik yang sesuai kriteria di atas, dan perbandingan dengan metode

ARIMA/SARIMA lainnya.

4. Peramalan (Forecasting)

Tahap ini adalah tahapan terakhir dari metode Box-Jenkins (ARIMA).

Pada tahap ini model yang diperoleh digunakan untuk meramalkan data deret

waktu yang ada. Peramalan dapat dilakukan untuk beberapa periode ke depan.

Page 68: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

51

4.3.2. Analisis Economic Order Quantity (EOQ)

Metode EOQ bertujuan untuk menentukan jumlah dan frekuensi

pemesanan yang optimal. Metode ini mengasumsikan bahwa biaya pasokan

terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Menurut Handoko (1999),

secara matematis biaya-biaya tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Biaya Total Penyimpanan = (0,5) (Q) (H) Biaya Total Pemesanan = (S) (D) / (Q) Biaya total pasokan karena adanya penyimpanan dan pemesanan yaitu :

TC = 2Q

H + QD

S

Nilai kuantitas barang akan optimal, apabila TC mencapai minimal. Hal ini akan

tercapai jika turunan pertama dari TC terhadap variabel Q sama dengan 0, adapun

perhitungannya sebagai berikut : Q = HSD2

Untuk mengetahui frekuensi pemesanan yang optimal selama satu periode

digunakan rumus sebagai berikut : F = QD

Dimana : D = Permintaan pisang cavendish (grade C3, FB) per tahun S = Biaya pemesanan per pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = Kuantitas pisang cavendish (grade C3, FB) setiap pemesanan F = Frekuensi pemesanan pisang cavendish (grade C3, FB) TC = Total biaya pasokan pisang cavendish (grade C3, FB) Model EOQ didasarkan pada asumsi bahwa permintaan produk dan waktu

tunggu (lead time) adalah konstan dan dapat diketahui, sehingga model EOQ

kurang peka terhadap fluktuasi pemakaian dan waktu tunggu. Untuk itu perlu

ditambahkan dengan menghitung tingkat persediaan pengaman dan pemesanan

Page 69: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

52

kembali, sehingga EOQ dapat digunakan untuk perusahaan yang memiliki tingkat

pemakaian dan waktu tunggu yang berfluktuasi.

4.3.3. Analisis Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Terdapat dua faktor yang perlu diperhatikan sebelum persediaan

pengaman dapat ditentukan, yaitu jarak waktu penyerahan dan waktu yang

terlindung. Jarak waktu penyerahan adalah jarak antara pemesanan sampai

pesanan tersebut diterima. Waktu terlindung adalah jangka waktu yang efektif,

dimana persediaan pengaman dapat menutup fluktuasi permintaan tanpa dibantu

oleh penambahan persediaan. Adapun rumusnya sebagai berikut :

S = K. ßu

ßu = ( ) ( )222LD DL ββ +

Dimana : S = Persediaan pengaman (safety stock) K = Policy factor yang nilainya tergantung pada besarnya tingkat

pelayanan ßu = Standar deviasi dari waktu yang terlindungi ßD = Standar deviasi dari permintaan pisang cavendish

(grade C3, FB) ßL = Standar deviasi dari waktu tunggu (lead time) L = Waktu tunggu rata-rata D = Penggunaan pisang cavendish (grade C3, FB) rata-rata

Penggunaan rumus di atas dipakai untuk menentukan tingkat persediaan

pengaman berdasarkan distribusi normal, yaitu untuk bahan baku yang dipakai

begerak cepat. Persediaan minimum besarnya sama dengan persediaan pengaman,

sedangkan persediaan maksimum diperoleh dari jumlah persediaan pengaman

ditambah dengan jumlah pemesanan pisang cavendish yang optimal.

Page 70: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

53

4.3.4. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Perhitungan titik pemesanan kembali harus memperhatikan besarnya

penggunaan barang selama barang yang dipesan belum datang dan persediaan

pengaman. Besarnya titik pemesanan kembali dapat diketahui melalui rumus

sebagai berikut : T = (L . d) + S

Dimana : T = Titik pemesanan kembali L = Waktu tunggu rata-rata d = Rata-rata pengiriman pisang cavendish per hari L.d = Permintaan pisang cavendish (grade C3, FB) selama waktu tunggu S = Persediaan pengaman

Page 71: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Riwayat Perusahaan

PT. Sewu Segar Nusantara (PT. SSN) merupakan salah satu perusahaan

yang bergerak di bidang distributor buah-buahan dan sayuran segar di Indonesia.

Perusahaan didirikan pada tanggal 7 Desember 1995 sebagai satu korporat dari

Grup Gunung Sewu dan anak perusahaan dari Great Giant Pineapple Corporation

(PT.GGPC). Pendirian PT. SSN didasari atas perlunya pemasaran dan distribusi

pisang cavendish yang dimiliki oleh anak perusahaan lainnya dari GGPC yaitu PT.

Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF). PT. NTF sendiri selaku pembudidaya pisang

cavendish berproduksi di Way Jepara, Lampung dengan luasan areal 500 hektar.

Pada awalnya pisang cavendish di PT. NTF diperuntukkan perdagangan

ekspor, namun adanya permasalahan utama yaitu serangan hama fusarium sp. dan

kondisi iklim yang berbeda dengan aslinya membuat lebih mudah terkena serangan

penyakit. Hal ini terjadi hingga tahun 2000, sehingga produksi untuk ekspor

dihentikan oleh PT. NTF. Atas dasar tersebut PT. SSN selaku distributor, berupaya

meraih pasar yang ada di dalam negeri dengan memasuki pasar modern dan

tradisional.

PT. SSN selaku anak perusahaan PT. GGPC awalnya memanfaatkan pasar

dan jaringan distribusi yang luas yang dimiliki induk perusahaannya tersebut,

sehingga memudahkan PT. SSN untuk memasarkan pisang cavendish di Indonesia.

Hingga sekarang PT. SSN telah mampu mengembangkan jalur distribusinya sendiri

Page 72: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

55

ke berbagai pasar dan tidak hanya memasarkan pisang cavendish saja, namun juga

buah-buahan segar lainnya seperti melon, apel, pear, dan sebagainya.

PT. SSN selaku perusahaan yang memasarkan pisang cavendish dan buah-

buahan lainnya mengutamakan mutu dan kualitas yang baik, sehingga untuk

memenuhinya diperlukan nama merek yang mengakomodasikan kepentingan

perusahaan. Penggunaan nama merek dagang Sunpride yang diambil dari kata sun

yang artinya cerah seperti matahari digunakan untuk jenis pasar modern, sedangkan

merek Sunfresh digunakan untuk pasar tradisional dan sejenisnya. Pisang

cavendish sebagai komoditas unggulan perusahaan tentunya menggunakan kedua

merek tersebut, dan sekarang merek-merek tersebut sudah dikenal konsumen di

Indonesia.

5.2. Kondisi Lingkungan Perusahaan

PT. SSN berlokasi di Jalan Telesonic Dalam (Jalan Gatot Subroto KM 8),

Desa Kadujaya, Kecamatan Curug, Tangerang, Banten. Pemilihan lokasi yang

strategis didasari oleh kedekatan dengan pasar dan kedekatan dengan transportasi

pasokan pisang cavendish dari PT. NTF di Lampung. PT. SSN dalam

mendistribusikan pisang cavendish tersebar di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang,

dan Bekasi (JABOTABEK), selain itu PT. SSN memiliki empat kantor cabang atau

area yang dikepalai oleh manager Area dengan lokasi antara lain sebagai berikut :

1. Bandung, Jawa Barat berlokasi di Kopo Permai I Blok 55 A No.12, Bandung.

Area ini berdiri sejak tahun 2001 untuk wilayah pemasaran di Jawa Barat.

2. Jogyakarta berlokasi di Jl. Indraprasta TR III/292, Tegal Rejo. Area ini berdiri

sejak tahun 2002 untuk wilayah pemasaran di Jogyakarta dan Jawa Tengah.

Page 73: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

56

3. Semarang berlokasi di Jl.Borobudur Utara II/2 Semarang Barat, Semarang.

Area ini berdiri sejak tahun 2003 untuk wilayah pemasaran di Semarang.

4. Surabaya, Jawa Timur berlokasi di Jl. Beringin Bendo Kav.8 Kawasan Industri

Ragam II Beringin Bendo, Sidoarjo. Area ini berdiri sejak tahun 2004 untuk

wilayah pemasaran Jawa Timur dan Bali.

PT. SSN dikelola oleh berbagai manajer dan staf antara lain bagian

Pembelian (Purchasing) bertanggung jawab terhadap pembelian buah-buahan,

bagian Sales & Marketing yang bertanggung jawab terhadap penjualan, bagian

Finance & Accounting (F&A) yang bertanggung jawab terhadap keuangan

perusahaan, Product Supply Organizing (PSO) yang bertanggung jawab terhadap

logistik, produksi, dan Quality Control (QC). Selain itu ada bagian Information

Technology (IT), bagian Ekspedisi, serta bagian HRD & General Affairs. Pada

Lampiran 2 dapat dilihat Struktur Organisasi PT. SSN.

PT. SSN menjalankan usaha pada lahan seluas 2,2 hektar dengan berbagai

fasilitas dan bangunan seperti gedung kantor, 26 ruang pendingin (cold storage) dan

pematangan buah (ripening) dengan kapasitas produksi sebesar 1 kontainer per

ruang dengan tinggi sebesar 40 kaki atau + 1000 boks pisang cavendish. Dalam hal

ini tenaga kerja yang terlibat di PT. SSN ada sekitar 200 orang dalam berbagai lini

pekerjaan. Untuk menunjang aktivitas distribusi PT. SSN memiliki armada

pengiriman berupa mobil boks berjumlah 26 unit yang dilengkapi dengan udara

pendingin, mobil kantor sebanyak 3 unit, bengkel armada, dan asrama tempat

tinggal karyawan.

Page 74: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

57

5.3. Kegiatan Utama Perusahaan

Kegiatan utama PT. SSN adalah pengadaan pasokan dan distribusi buah-

buahan dan sayuran segar. Kedua kegiatan ini di PT. SSN saling berkaitan,

terutama pada komoditas pisang cavendish yang menjadi unggulan penjualannya.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas mengenai kegiatan pengadaan

pasokan dan distribusi yang difokuskan pada komoditas pisang cavendish.

5.3.1. Pengadaan Pasokan

Kegiatan pengadaan pasokan pisang cavendish di PT. SSN sepenuhnya

berasal dari PT. NTF yang berlokasi di Way Jepara, Lampung. Kegiatan ini

dilakukan oleh bagian Product Supply Organizing (PSO) yang bertanggung jawab

membeli pisang cavendish dari PT. NTF. PT. SSN memperoleh pisang cavendish

dari PT. NTF dalam keadaan belum matang, sehingga PT. SSN yang akan

melakukan kegiatan pematangan (ripening). Dasar kegiatan pematangan dilakukan

oleh PT. SSN, karena kondisi pisang cavendish yang rentan memar atau rusak

sehingga PT. SSN perlu mengantisipasi resiko kerusakan pisang cavendish.

Pasokan pisang cavendish yang dikirim berumur 9 – 11 minggu yang

dilakukan selama 2 hari sekali dengan jumlah sebanyak + 1.000 boks per sekali

kirim atau sebulan + 30.000 boks. Pengiriman pisang cavendish pada saat bulan

September – Desember dimana musim kemarau di propinsi Lampung, PT. NTF

akan mengirimkan pasokan pisang cavendish dalam jumlah < 50 % dibandingkan

pada bulan Januari – Agustus yang merupakan musim penghujan dimana jumlah

pasokan normal yaitu + 30.000 boks per bulan.

Secara umum proses produksi di PT. SSN dibagi menjadi dua yaitu

pendinginan dan pematangan. Kegiatan pendinginan dilakukan pada saat awal

Page 75: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

58

barang datang dari PT. NTF dengan menyimpan pisang cavendish di cold storage.

Pisang cavendish yang masuk cold storage terlebih dahulu dilakukan penyesuaian

suhu mencapai standar produksi + 18 0C. Setelah suhu telah mencapai 14 0C,

kemudian pisang cavendish dimutasi untuk proses pematangan.

Kegiatan pertama yaitu pisang cavendish yang sampai di PT. SSN,

dilakukan penyortiran dan grading terlebih dahulu sebelum disimpan ke ruang

pendingin. Kegiatan penyortiran pisang cavendish dilakukan dengan sistem

random sampling sebesar 1 % dari total pasokan yang dikirim dari satu truk

pengangkut. Selama penyortiran dilakukan pengamatan terhadap tingkat

kememaran (bruises), panjang minimal 7,5 inchi, kalibrasi buah atau lingkar buah

minimal 3,9 inchi, serta penimbangan bobot pisang per boks. Pisang cavendish

yang telah disortir, kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin (cold storage)

dengan suhu 14 0C – 18 0C selama waktu tiga hari.

Kegiatan kedua yaitu pematangan, dimana dilakukan gasing atau

penyemprotan dengan gas etilen konsentrasi 200 ml selama 24 jam. Kegiatan ini

dilakukan, agar pisang cavendish berada dalam kondisi matang pada saat

dipasarkan ke pasar. Kegiatan pematangan ini tidak boleh ada aktivitas keluar-

masuk cold storage, hal ini dilakukan agar proses pematangan dengan gas etilen

menjadi sempurna. Setelah kegiatan pematangan, cold storage dapat dibuka untuk

mengecek kondisi suhu ruangan, inspeksi mutu buah, dan step kematangan pisang

cavendish.

Kegiatan inspeksi mutu pisang cavendish dilakukan oleh bagian Quality

Control (QC) dengan mengamati kondisi buah, antara lain cari pemotongan

bonggol (crown), panjang dan kalibrasi buah, tingkat bruises lama dan baru, tingkat

Page 76: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

59

keseusaian grade buah (under, over, atau full grade), goresan (scaring), kondisi

cacat buah (malformed), tingkat kematangan buah (maturity). Begitu juga pada

kegiatan pengecekan step kematangan buah dilakukan dengan melihat berbagai

kondisi pisang cavendish, antara lain Step pertama untuk kondisi buah masih hijau,

Step kedua untuk tingkat perubahan dari hijau ke kuning, Step ketiga untuk warna

kuning muda. Step ini pisang cavendish layak didistribusikan, Step keempat untuk

warna kuning matang. Step ini sama seperti step ketiga pisang cavendish layak

didistribusikan.

Kegiatan pematangan pisang cavendish yang telah selesai, kemudian

dimutasi ke bagian Logistik untuk dijadikan sebagai stock atau barang yang siap

untuk dipasarkan. Total waktu kegiatan pengadaan pasokan pisang cavendish dari

PT. NTF hingga siap didistribusikan ke pelanggan oleh PT. SSN dilakukan selama

+ 7 – 10 hari. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 7 mengenai proses produksi

pisang cavendish di PT. SSN.

Gambar 7. Proses Produksi Pisang Cavendish pada PT. SSN

Materials (Pisang Cavendish)

Pendinginan

Produksi atau Pematangan

Logistik

Stock barang siap untuk dipasarkan

Page 77: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

60

Dalam kegiatan akhir pengadaan, pisang cavendish yang telah matang

dimasukkan ke dalam boks-boks karton yang berkapasitas 10 kg dan 18 kg yang

diberikan penyekat dari bahan styrofoam, dan peti kayu yang berkapasitas 18 kg.

Untuk kemasan boks masing-masing sisiran pisang cavendish sudah diberikan

merek grade C3 merek Sunpride, dan grade Finger Besar (FB) merek Sunfresh,

sedangkan kemasan peti kayu digunakan untuk grade Finger Kecil (FK). Kemasan

boks dan peti kayu yang telah diberikan label oleh PT. SSN siap untuk

didistribusikan oleh bagian Ekspedisi ke pelanggan pada berbagai lokasi sesuai

dengan pesanannya.

5.3.2. Penjualan dan Distribusi

Kegiatan penjualan dan distribusi merupakan kegiatan utama PT. SSN. PT.

SSN dalam mendistribusikan pisang cavendish menggunakan sistem FIFO (First In

First Out) yaitu pisang cavendish yang lebih dahulu datang dari PT. NTF adalah

buah yang akan dididistribusikan terlebih dahulu sesuai pesanan pelanggan.

Biasanya jumlah yang dipasok dari PT. NTF dengan yang dikirim ke pelanggan

relatif sama. Pisang cavendish yang telah layak jual oleh bagian PSO akan

didistribusikan ke pelanggan menurut pesanannya dan biasanya pelanggan

memesan 1 – 7 hari sebelumnya sesuai sistem penjualannya.

Sistem penjualan pisang cavendish di PT. SSN dilakukan secara putus,

artinya PT. SSN hanya menjual pisang cavendish sesuai pesanan pelanggan dan

tidak menerima kembali produknya kecuali reject. Sistem penjualan di PT. SSN

terdiri dari dua, yaitu kredit bagi segmen pasar modern, dan langsung bagi segmen

pasar tradisional. Penjualan secara kredit dilakukan dengan cara memesan pisang

cavendish ke PT. SSN dan kemudian dikirim ke pelanggan, setelah itu bagian debt

Page 78: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

61

collector akan menagih pelunasan pembayaran sesuai dengan jatuh tempo yang

telah ditetapkan. Untuk penjualan langsung dilakukan dengan cara pelanggan

memesan ke PT. SSN, kemudian pelanggan membayar langsung ke bagian kasir,

sedangkan bagian Sales & Marketing dan bagian Ekspedisi yang akan mengirimkan

ke tempat tujuan pelanggan.

Sistem pengiriman pisang cavendish ke pelanggan oleh PT. SSN dilakukan

dengan menggunakan 26 armada angkut yang dilengkapi pendingin masing-masing

memiliki kapasitas berbeda antara lain 80 boks, 120 boks, dan 240 boks. Masing-

masing armada angkut mengirimkan pisang cavendish tergantung waktu pemesanan

dari pelanggan, adapun waktu pengirimannya adalah pagi hari yang menggunakan

+ 20 armada angkut, dan siang hari yang menggunakan enam armada angkut.

PT. SSN yang menguasai pasar pisang cavendish di berbagai wilayah

JABOTABEK tentunya memiliki saluran pemasaran yang luas. Adapun saluran

pemasaran pisang cavendish yang terdapat di PT. SSN meliputi :

1. PT. SSN à Grosir à Semi Grosir à Pengecer à Konsumen

2. PT. SSN à Semi Grosir à Pengecer à Konsumen

3. PT. SSN à Supermarket/ Swalayan/Minimarket à Konsumen

4. PT. SSN à Distribution Centre à Supermarket/Swalayan/Minimarket à

Konsumen

5. PT. SSN à Katering à Konsumen

6. PT. SSN à Outlet buah à Konsumen

7. PT. SSN à Pasar Tradisionalà Konsumen

PT. SSN mengirimkan ke 600 outlet dan toko buah yang berada di wilayah

JABOTABEK, dimana sebagian besar pelanggan utamanya adalah ritel-ritel

Page 79: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

62

modern terkenal seperti Carrefour, Matahari, HERO, dan minimarket lainnya

seperti Alfamart, Indomaret, Superindo, dan Indo Grosir. PT. SSN mengirimkan

pisang cavendish yang dilakukan oleh bagian Ekspedisi memiliki 16 jalur distribusi

dengan titik-titik pengiriman pada setiap jalurnya sekitar 8 – 12 tempat tujuan.

Pada Tabel 10 dapat dilihat ke-16 jalur distribusi pisang cavendish di wilayah

pemasaran JABOTABEK. Dalam kegiatan pendistribusian setiap pengiriman

pisang cavendish mencapai + 3.000 boks per hari.

Tabel 10. Jalur dan Lokasi Distribusi PT. SSN di Wilayah JABOTABEK

Jalur Distribusi Lokasi Distribusi Jalur 1 Hero Sentral Cibitung dan sekitarnya. Jalur 2 Karawang, Cikarang, dan sekitarnya. Jalur 3 Kelapa Gading dan sekitarnya. Jalur 4 Lebak Bulus dan sekitarnya. Jalur 5 Kota Tangerang dan sekitarnya. Jalur 6 Pluit dan sekitarnya. Jalur 7 Bogor, Cileungsi sekitarnya. Jalur 8 Cengkareng dan sekitarnya. Jalur 9 Depok dan sekitarnya. Jalur 10 Wilayah Jend. Sudirman, Jakarta dan sekitarnya. Jalur 11 Wilayah Roxy, Jakarta dan sekitarnya. Jalur 12 Wilayah Bekasi dan sekitarnya. Jalur 13 Wilayah Rawamangun, Jakarta Pusat dan sekitarnya. Jalur 14 Wilayah Klender dan sekitarnya. Jalur 15 Bintaro, Kebayoran Lama, dan Sekitarnya. Jalur 16 Serang, Cilegon, dan sekitarnya.

PT. SSN menjual pisang cavendish di pasaran berdasarkan boks atau peti

dengan harga yang bervariasi sesuai gradenya. Harga tersebut disesuaikan dengan

tujuan pasar baik ritel modern, pasar tradisional maupun HOREKA, sebagai contoh

harga jual per boks untuk wilayah pemasaran JABOTABEK hingga bulan Maret

2007 untuk merek Sunpride atau C3 adalah sebesar Rp 119.626,93, merek Sunfresh

atau FB harga jual per boks sebesar Rp 70.000, grade FB1 harga jual per boks

sebesar Rp 56.000, grade FK yang dijual per peti harga jualnya sebesar Rp 45.000,

Page 80: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

63

serta grade FS1 dan FS harga jual per boksnya adalah Rp 57.500. Secara rinci

variasi harga masing-masing grade pisang cavendish di PT. SSN dari periode

penjualan bulan Januari 2006 – Maret 2007 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Harga Jual Pisang Cavendish Untuk Wilayah Pemasaran

JABOTABEK Periode Januari 2006 – Maret 2007

Bulan

Grade C3

(Rp/Boks) FB1

(Rp/Boks) FB

(Rp/Boks) FK

(Rp/Peti) FS1

(Rp/Boks) FS

(Rp/boks) Januari 2006 89.018,74 14.148,73 21.531,03 40.000 47.500 13.916,86 Februari 2006 92.902,27 12.663,98 32.496,44 17.245,5 47.500 11.905,84 Maret 2006 87.387,15 50.000 25.416,26 40.909 47.500 48.899,52 April 2006 90.574,49 50.000 35.089,73 * 47.460,37 48.950,23 Mei 2006 91.604,53 50.000 36.766,41 * 47.500 49.234,66 Juni 2006 93.670,99 50.000 44.918,93 * 49.208,33 50.882,84 Juli 2006 92.338,97 50.000 50.812,4 * 50.000 50.905,21 Agustus 2006 90.064,71 49.565,05 51.858,62 * 49.909,69 50.803,5 September 2006 97.749,86 49.403,06 48.313,02 * 49.985,68 51.259,25 Oktober 2006 102.872,65 50.910 49.638,5 40.324,76 50.000 52.250,96 November 2006 105.433,11 * 46.880,8 40.625,94 50.000 52.009,63 Desember 2006 104.649,09 54.489,38 39.562,72 40.909 50.000 51.970 Januari 2007 100.661,61 20.168,33 29.363,53 10.723,14 47.921,2 10.552,77 Februari 2007 120.793,66 57.500 67.204,55 55.000 57.500 57.500 Maret 2007 119.626,93 56.000 70.000 45.000 57.500 57.500

Sumber : Dept. F & A, 2007 Keterangan : * = tidak ada penjualan Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata harga pisang cavendish per

bulan hingga bulan Maret 2007 untuk semua grade mengalami kenaikan harga. Hal

ini diakibatkan oleh pasokan pisang cavendish dari PT. NTF tidak dalam jumlah

banyak atau dalam keadaan musim kemarau, sehingga PT. SSN menjualnya dengan

harga yang lebih tinggi. Selain itu ada beberapa grade yang tidak mengalami

penjualan atau nol mulai dari bulan April – September 2006 pada grade FK yang

dijual dalam kemasan peti kayu. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya pasokan dari

PT. NTF untuk grade tersebut, dan juga tidak adanya pesanan dari pelanggan akan

grade FK.

Page 81: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

64

PT. SSN yang kegiatan utamanya adalah menjual dan mendistribusikan

pisang cavendish, pada dasarnya menyesuaikan jumlah yang dijual dengan jumlah

pasokan, sehingga bagian sales & marketing yang bertanggung jawab dalam

penjualan akan merubah harga jual sesuai keadaan di cold storage. Berdasarkan

Tabel 12 dapat dilihat bahwa volume penjualan pada salah satu grade yaitu C3 pada

wilayah pemasaran JABOTABEK merupakan yang terbesar dengan rata-rata

penjualan per bulan mencapai 22.289 boks, dimana jumlah penjualan terbanyak

yaitu terjadi pada bulan Januari 2007 yang mencapai 30.697 boks. Selain grade C3,

grade yang penjualannya relatif stabil adalah grade FB, FS, dan FS1.

Tabel 12. Volume Penjualan Pisang Cavendish Wilayah Pemasaran

JABOTABEK Periode Januari 2006 – Maret 2007

Bulan

Grade C3

(Boks) FB1

(Boks) FB

(Boks) FK

(Peti) FS1

(Boks) FS

(Boks) C3

(Boks)* Januari 2006 18.363 511 11205 437 1583 2489 - Februari 2006 18.671 991 2899 802 992 4136 - Maret 2006 23.504 57 6716 69 1001 214 - April 2006 23.579 47 5985 - 1514 226 - Mei 2006 27.911 42 13282 - 1307 228 - Juni 2006 25.849 32 12660 - 1860 335 2474 Juli 2006 26.414 42 12295 - 1176 574 3974 Agustus 2006 28.917 371 5374 - 604 572 3426 September 2006 18.082 134 2609 - 635 398 2567 Oktober 2006 13.323 5 2969 70 1140 165 2095 November 2006 14.805 - 297 297 952 340 2393 Desember 2006 21.860 8 2368 76 153 42 2932 Januari 2007 30.697 1604 1645 726 368 1971 84 Februari 2007 19.633 186 44 86 314 158 3169 Maret 2007 22.733 28 6 7 176 6 4077

Sumber : Dept. F & A, 2007 Keterangan : * = boks dalam berat 10 kg

Page 82: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

Penjualan Pisang Cavendish (Grade C3 )

05000

10000150002000025000300003500040000

Jan-0

4

May-04

Sep-0

4Ja

n-05

May-05

Sep-0

5Ja

n-06

May-06

Sep-0

6Jan-0

7

Bulan

Boks C3

Linear (C3)

BAB VI PERAMALAN PENJUALAN PISANG CAVENDISH

6.1. Peramalan Penjualan Grade C3 (Sunpride)

Data penjualan grade C3 dengan merek dagang Sunpride adalah data

bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2004 hingga Maret 2007. Dalam series

waktu tersebut terdapat 39 bulan, yang berarti terdapat 39 data penjualan grade C3

dalam satuan boks. Berdasarkan hasil plot data yang dapat dilihat pada Gambar 8,

diidentifikasikan bahwa penjualan grade C3 selalu berfluktuasi dan stasioner

dengan rata-rata penjualan mencapai 23.338 boks per bulan.

Gambar 8. Plot Data Penjualan Pisang Cavendish Grade C3 (Sunpride) Periode Januari 2004 – Maret 2007

Berdasarkan pengamatan terhadap plot data tersebut penjualan grade C3

(Sunpride) mengalami peningkatan tertinggi yaitu pada bulan Agustus 2005 sebesar

33.903 boks. Hal ini diperkirakan PT. SSN menjual dengan harga yang lebih

rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar Rp. 70.995,85 per boks,

dikarenakan pasokan pisang cavendish dari PT. NTF dalam jumlah yang banyak.

Sehingga keadaaan ini dimanfaatkan oleh PT. SSN untuk menjual grade C3 dalam

Page 83: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

66

jumlah banyak, dan kecenderungan pesanan pelanggan dari ritel modern di kawasan

JABOTABEK membuat permintaan akan pisang cavendish grade C3 pun banyak.

Selain adanya peningkatan penjualan, juga terjadi penurunan penjualan

terendah yaitu pada bulan Oktober 2006 sebesar 13.323 boks. Hal ini diperkirakan

PT. SSN tidak menerima pasokan dalam jumlah yang banyak, dikarenakan kondisi

produksi di PT. NTF dalam keadaan musim kemarau. Kondisi penurunan penjualan

pisang cavendish grade C3 berlangsung hingga bulan November 2006.

Hipotesis awal berdasarkan plot data series waktu terlihat bahwa data sudah

stasioner. Hal ini ditunjukkan dari sebaran data penjualan yang berfluktuasi di

sekitar nilai rata-rata yang konstan. Hasil analisis metode peramalan time series,

yang paling sesuai untuk memprediksi penjualan pisang cavendish grade C3 adalah

SARIMA (1,0,0)(0,0,1)6 dengan nilai MSE sebesar 10.271.151. Mengenai nilai

MSE masing-masing teknik peramalan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 13. Nilai MSE Metode Peramalan Penjualan Pisang Cavendish Grade

C3 (Sunpride)

No. Metode a ß ? Ordo MSE Urutan Terbaik

1 Moving Average

20.088.564 7 2 Single Eksponensial 191.36.154 2 3 Double Eksponensial 21.499.701 8

4 Dekomposisi Multiplikatif 12 19.146.447 3

5 Dekomposisi Aditif 12 19.323.085 4 6 Winters Multiplikatif 0.45 0.05 0.9 12 19.543.677 5 7 Winters Aditif 0.45 0.05 0.9 12 20.498.109 6 8 SARIMA (1,0,0)(0,0,1)6 10.271.151 1

Pengidentifikasian model ini dilakukan dengan melihat terlebih dahulu

bentuk ACF dan PACF, untuk mengetahui adanya unsur stasioner. Bentuk ACF

dan PACF dari penjualan pisang cavendish grade C3 yang dapat dilihat pada

Page 84: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

67

Lampiran 3, karena pada time lag kedua nilai autokorelasinya sudah tidak berbeda

secara nyata dengan nol. Sehingga data penjualan pisang cavendish grade C3 tidak

dilakukan differencing. Begitu juga dalam penentuan faktor musiman dapat dilihat

pada ACF dan PACF yang berada time lag keenam.

Setelah dilakukan pengidentifikasikan data, maka dilakukan uji diagnostik

atas model SARIMA tersebut. Uji diagnostik tersebut terdiri dari enam kriteria

model Box-Jenkins, antara lain :

1. Residual atau error peramalan bersifat random. Pada Lampiran 4 error

peramalan sudah random, hal ini dibuktikan pada Ljung-Box Statistic dimana P-

value lebih besar daripada a (0,05) yaitu 0,600; 0,803; 0,851.

2. Model parsimonious dimana model tentatif yang diperoleh yaitu SARIMA

(1,0,0)(0,0,1)6, menunjukkan bentuk model yang paling sederhana.

3. Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari

nilai P-value yang kurang dari a (0,05), dimana pada P-value koefisien = 0.000.

4. Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi, yang ditunjukkan

oleh jumlah koefisien MA yang harus kurang dari satu yaitu MA = 0,5084 dan

SMA = 0,8067. Sehingga model ARIMA (1,0,0)(0,0,1)6 sudah invertibilitas.

5. Proses iterasi harus convergence. Pada session sudah terdapat penyataan bahwa

Relative change in each estimate less than 0.0010.

6. Model harus memiliki MSE yang kecil. Pada model ARIMA ditunjukkan

dengan nilai MSE sebesar 10.271.151.

Tahapan selanjutnya dalam Box-Jenkins adalah meramalkan hasil

(forecasting) penjualan pisang cavendish grade C3, dengan metode SARIMA

(1,0,0)(0,0,1)6. Bentuk model SARIMA (1,0,0)(0,0,1)6 adalah sebagai berikut :

Page 85: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

68

Yt = F yt-1 – wL(et-L – F 1 yt-L-1) + et Yt = 0,5084 (yt-1) – 0,8067 (et-L - 0,5084 yt-L-1) + et

Hasil ramalan penjualan untuk 12 bulan ke depan yang terdapat pada Tabel

14, menunjukkan bahwa tingkat penjualan pisang cavendish grade C3 berfluktuasi

dengan rata-rata penjualan mencapai 23.975 boks per bulan. Ramalan penjualan

tertinggi terjadi pada Mei 2007 yaitu sebesar 28.105 boks, dimana hasil ramalan

penjualan sejak bulan April 2007 pun sudah terjadi peningkatan dibandingkan

kondisi aktualnya bulan Maret 2007 yaitu dari 22.733 boks menjadi 27.752 boks.

Tabel 14. Hasil Ramalan Volume Penjualan Pisang Cavendish Grade C3

Periode Waktu April 2007 – Maret 2008

6.2. Peramalan Penjualan Grade FB

Data penjualan grade FB dengan merek dagang Sunfresh adalah data

bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2004 hingga Maret 2007. Dalam series

waktu tersebut terdapat 39 bulan, yang berarti terdapat 39 data penjualan grade FB

dalam satuan boks. Grade FB merupakan grade penjualan tertinggi kedua setelah

grade C3. Berdasarkan hasil plot data yang dapat dilihat pada Gambar 9, penjualan

No. Bulan Ramalan Volume Penjualan (boks) 1 April 2007 27.542 2 Mei 2007 28.105 3 Juni 2007 22.721 4 Juli 2007 16.848 5 Agustus 2007 23.285 6 September 2007 25.971 7 Oktober 2007 24.729 8 November 2007 24.097 9 Desember 2007 23.776

10 Januari 2008 23.613 11 Februari 2008 23.530 12 Maret 2008 23.488

Page 86: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

69

Penjualan Pisang Cavendish Grade FB

0

5000

10000

15000

20000

25000

Jan-0

4

May-04

Sep-0

4Ja

n-05

May-05

Sep-0

5Ja

n-06

May-06

Sep-0

6Ja

n-07

Bulan

Bok

s FB

Linear (FB)

grade FB selalu berfluktuasi dengan penjualan tertinggi pada bulan Agustus 2005

yaitu sebesar 19.572 boks.

Gambar 9. Plot Data Penjualan Pisang Cavendish Grade FB (Sunfresh) Periode Januari 2004 – Maret 2007

Pada Gambar 9 terlihat bahwa plot data penjualan pisang cavendish grade

FB cenderung mengalami trend yang menurun. Hal ini berdampak pada

berkurangnya pasokan grade FB dari PT. NTF akibat faktor cuaca, terutama sejak

bulan Agutus 2006 – Maret 2007. Kondisi membuat PT. SSN menurunkan harga

jual grade FB, agar pesanan pelanggan akan grade FB tetap tersedia.

Hipotesis awal berdasarkan plot data series waktu terlihat bahwa data

mengandung unsur trend. Berdasarkan hasil analisis metode peramalan time series

yang paling sesuai, untuk memprediksi penjualan pisang cavendish grade FB

adalah SARIMA (1,2,0)(2,1,0)8 dengan nilai MSE sebesar 5.382.093. Mengenai

nilai MSE masing-masing teknik peramalan dapat dilihat pada Tabel 15.

.

Page 87: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

70

Tabel 15. Nilai MSE Metode Peramalan Penjualan Pisang Cavendish Grade FB (Sunfresh)

No. Metode a ß ? Ordo MSE Urutan Terbaik

1 Moving Average

11.772.591 5 2 Single Eksponensial 11.403.822 4 3 Double Eksponensial 11.804.552 6

4 Dekomposisi Multiplikatif 12 18.586.309 8

5 Dekomposisi Aditif 12 18.001.105 7 6 Winters Multiplikatif 0.9 0.05 0.05 12 6.544.385 2 7 Winters Aditif 0.9 0.05 0.05 12 7.165.290 3 8 SARIMA (1,2,0)(2,1,0)8 5.382.093 1

Pengidentifikasian model SARIMA (1,2,0) (2,1,0)8 dilakukan dengan

melihat terlebih dahulu bentuk ACF dan PACF, untuk mengetahui adanya unsur

stasioner. Bentuk ACF dan PACF ternyata belum stasioner sehingga dilakukan

differencing sebanyak dua kali. Begitu juga untuk mengetahui adanya unsur faktor

musiman, maka dilakukan differencing seasonal sebanyak satu kali. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5 mengenai bentuk ACF dan PACF penjualan

pisang cavendish grade FB baik reguler maupun seasonal.

Berdasarkan hasil ACF dan PACF penjualan pisang cavendish grade FB,

diperoleh hasil bahwa pada pola ACF sudah dying down, sedangkan PACF sudah

cut-off pada lag kedua. Sehingga nilai autokorelasinya sudah tidak berbeda secara

nyata dengan nol. Dalam penentuan faktor musiman ACF dan PACF yang berada

time lag kedelapan diperoleh hasil bahwa ACF sudah dying down dan PACF sudah

cut-off.

Setelah dilakukan pengidentifikasikan data kestasioneran, maka langkah

selanjutnya dilakukan uji diagnostik atas model ARIMA tersebut. Uji diagnostik

tersebut terdiri dari enam kriteria model Box-Jenkins, antara lain :

Page 88: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

71

1. Residual atau error peramalan bersifat random. Pada Lampiran 6 error

peramalan sudah random, hal ini dibuktikan pada Ljung-Box Statistic dimana P-

value lebih besar daripada a (0,05) yaitu 0,131 dan 0,885.

2. Model parsimonious dimana model tentatif yang diperoleh yaitu ARIMA

(1,2,0)(2,1,0)8, menunjukkan bentuk model yang paling sederhana.

3. Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari

nilai P-value yang kurang dari a (0,05), dimana pada P-value SAR (8) SAR (16)

koefisiennya = 0,000, namun pada P-value AR (1) koefisiennya adalah 0,075.

4. Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi, yang ditunjukkan

oleh jumlah koefisien AR yang harus kurang dari satu. Pada model ARIMA

(1,2,0)(2,1,0)8 koefisien AR = -0,374 dan SAR (-1,2273-0,997 = -2,2243)

5. Proses iterasi harus convergence. Pada session sudah terdapat penyataan bahwa

Relative change in each estimate less than 0.0010

6. Model harus memiliki MSE yang kecil. Pada model ARIMA ditunjukkan

dengan nilai MSE sebesar 5.382.093.

Adanya salah satu uji dianostik yang tidak memenuhi syarat, menjadikan

model ini bukan yang terbaik, walupun memiliki nilai keakuratan model atau MSE

yang kecil. Sehingga, model SARIMA (1,2,0) (2,1,0)8 akan diganti dengan metode

terbaik lain yaitu Winters Multiplikatif ordo 12 (0,9;0,05;0,05) yang berada di

urutan terbaik kedua dengan nilai MSE sebesar 6.544.385.

Hasil ramalan penjualan untuk 12 bulan ke depan dengan metode Winters

Multiplikatif ordo 12 (0,9;0,05;0,05) yang terdapat pada Tabel 16, menunjukkan

bahwa tingkat penjualan pisang cavendish grade FB berfluktuasi setiap bulannya.

Page 89: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

72

Hal ini dapat diidentifikasikan bahwa grade FB akan menyesuaikan pola

penjualannya dengan grade C3, yang selama ini di PT. SSN selalu demikian.

Tabel 16. Hasil Ramalan Volume Penjualan Pisang Cavendish Grade FB

Periode Waktu April 2007 – Maret 2008

6.3. Implikasi Terhadap Manajemen PT. Sewu Segar Nusantara

Hasil perhitungan peramalan penjualan pisang cavendish selama bulan April

2007 – Maret 2008, pada dasarnya hanya perhitungan yang belum menggambarkan

kondisi perusahaan secara komprehensif. PT. SSN pun memiliki acuan atas

penjualan pisang cavendish. Namun alangkah lebih baiknya jika PT. SSN mampu

menjadikan hasil yang didapatkan ini, sebagai salah satu alternatif pemecahan

masalah penurunan volume penjualan pisang cavendish dalam beberapa tahun

terakhir.

Ramalan penjualan terhadap grade C3 dan FB, untuk 12 bulan ke depan

merupakan representatif pelanggan dari ritel modern, dan pasar tradisional.

Penjualan grade C3 ke ritel modern merupakan pasar unggulan dari PT. SSN.

Sehingga perhitungan terhadap hasil ramalan penjualan grade C3 adalah yang

mampu terealisasi dan logis untuk ditingkatkan pada divisi Sales & Marketing.

No. Bulan Ramalan Volume Penjualan (boks) 1 April 2007 379 2 Mei 2007 1.280 3 Juni 2007 1.957 4 Juli 2007 2.657 5 Agustus 2007 2.571 6 September 2007 2.667 7 Oktober 2007 2.530 8 November 2007 1.556 9 Desember 2007 2.965

10 Januari 2008 2.559 11 Februari 2008 1.787 12 Maret 2008 1.157

Page 90: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

73

Sedangkan untuk grade FB dimungkinkan untuk ditingkatkan, walaupun trend

penjualannya cenderung menurun setiap bulannya.

Implikasi manajerial dengan adanya peramalan penjualan pisang cavendish,

dengan kebijakan yang selama ini telah dilakukan oleh PT. SSN memang tidak jauh

berbeda. Dalam hal ini kebijakan PT. SSN yang cenderung mengikuti pola musim

pisang cavendish di PT. NTF, dimana grade C3 menjadi prioritas utama dalam

pengadaan pasokan bagi PT. SSN. PT. SSN seharusnya memfokuskan penjualan

dan distribusinya pada grade C3 yang memberikan kontribusi keuntungan yang

lebih. Sehingga grade lain yang cenderung turun penjualannya dikurangi pasokan,

dan diganti dengan grade C3 yang banyak diminati oleh pelanggan.

Page 91: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB VII PENGENDALIAN PASOKAN PISANG CAVENDISH

7.1. Identifikasi Biaya Pemesanan dan Penyimpanan

Penggunaan biaya dalam optimalisasi pasokan pisang cavendish pada PT.

SSN terdiri dari biaya pemesanan dan penyimpanan. Dalam hal ini asumsi dalam

penelitian ini, bahwa kedua biaya tersebut digunakan adalah sama untuk semua

grade baik C3 maupun FB. Asumsi ini digunakan karena pisang cavendish yang

dipasok dari PT. NTF hanya berupa pisang cavendish yang belum matang,

sedangkan PT. SSN hanya melakukan kegiatan pematangan (ripening).

Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT. SSN mulai dari

pesanan pasokan pisang cavendish dari PT. NTF di Lampung hingga penerimaan

barang di gudang. Biaya-biaya pemesanan meliputi biaya transportasi atau ongkos

angkut, biaya reject dan biaya konversi pisang cavendish. Komponen biaya

pemesanan grade C3 dan FB pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 17 di

bawah ini.

Tabel 17. Komponen Biaya Pemesanan Grade C3 & FB Pada Tahun 2006

Jenis Biaya Grade C3 (Rp/Pesanan) Grade FB (Rp/Pesanan) Biaya Transportasi 2.075.563 1.245.337 Biaya Reject 2.837.491 1.702.495 Biaya Konversi 21.713 13.028

Total 4.934.767 2.960.860 Sumber : Dept. F & A, 2006 (diolah)

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT. SSN untuk

menyimpan persediaan pisang cavendish, mulai dari penyimpanan materials

pisang cavendish di gudang hingga menyimpannya dalam cold storage untuk

Page 92: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

75

dimatangkan dengan gasing. Biaya-biaya penyimpanan terdiri dari biaya listrik

cold storage, biaya materials handling, dan biaya bahan pembantu pisang

cavendish. Mengenai komponen biaya penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Komponen Biaya Penyimpanan Grade C3 & FB Pada Tahun 2006

Sumber : Dept. F & A, 2006 (diolah)

Untuk pemesanan pisang cavendish dalam setahun, PT. SSN melakukan

144 kali pemesanan untuk semua grade, dimana setiap minggu rata-rata tiga kali

pengiriman. Untuk rata-rata pengiriman pisang cavendish khusus wilayah

pemasaran JABOTABEK, grade C3 dikirim sebanyak 2.100 boks, grade FB

sebanyak 900 boks. Perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Pisang

Cavendish Grade C3 dan FB di PT. SSN Tahun 2006

Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan*) a. Grade C3 Frekuensi kirim = 144 kali; Biaya pesanan (Rp/pesanan) = Rp 4.934.767 b. Grade FB Frekuensi kirim = 144 kali; Biaya Pesanan (Rp/pesanan) = Rp2.960.860

a. Grade C3 Jumlah pasokan per kir im = 2100 boks; Biaya simpan (Rp/Boks/Tahun) = Rp 289.094 b. Grade FB Jumlah pasokan per kirim = 900 boks; Biaya simpan (Rp/boks/tahun) = Rp 407.732

Total Biaya Pemesanan (Rp/Tahun) Total Biaya Penyimpanan (Rp/Tahun) a. Grade C3 = 710.606.400 b. Grade FB = 426.363.840

a. Grade C3 = 303.549.466 b. Grade FB = 182.129.680

Keterangan : *) = dikali 0,5

Jenis Biaya Grade C3 (Rp/Boks/Tahun)

Grade FB (Rp/Boks/Tahun)

Biaya Listrik (65 %) 258.999 365.287 Biaya Materials Handling 28,91 40,77 Biaya Bahan Pembantu 30.066 42.404

Total 289.094 407.732

Page 93: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

76

Atas hasil perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan pisang

cavendish di PT.SSN, dapat diketahui bahwa total biaya persediaan untuk grade

C3 mencapai Rp 1.014.155.866, dan grade FB mencapai Rp 608.493.520. Secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 20 mengenai biaya persediaan PT. SSN tahun

2006.

Tabel 20. Biaya Persediaan Masing-masing Grade Pisang Cavendish di PT.

SSN Tahun 2006

7.2. Pengendalian Pasokan Pisang Cavendish 7.2.1. Analisis EOQ

Berdasarkan hasil perhitungan biaya persediaan atau pasokan grade C3

dan FB pada tahun 2006, maka akan digunakan dalam perhitungan EOQ. Analisis

ini digunakan untuk membandingkan dengan proyeksi pasokan pisang cavendish

12 bulan berikutnya. Dalam EOQ, hal-hal yang digunakan dalam perhitungannya

adalah total penjualan pisang cavendish (C3, FB) pada tahun 2006, biaya

pemesanan, dan biaya penyimpanan. Berikut ini pada Tabel 21 perhitungan

tentang EOQ masing-masing grade pisang cavendish.

Tabel 21. Perhitungan Jumlah Pemesanan Optimal Pisang Cavendish

Masing-Masing Grade Tahun 2006

Grade Penjualan (boks) Biaya Pemesanan

(Rp) Biaya

Penyimpanan (Rp) EOQ (boks)

C3 261.278 4.964.767 289.094 2.987 FB 78.659 2.960.860 467.732 998

Grade Biaya Pemesanan (Rp/Tahun)

Biaya Penyimpanan (Rp/Tahun)

Biaya Persediaan (Rp/Tahun)

C3 710.606.400 303.549.466 1.014.155.866 FB 426.363.840 182.129.680 608.493.520

Total 1.136.969.240 485.679.146 1.612.649.386

Page 94: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

77

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh hasil

bahwa kuantitas pemesanan yang optimal untuk masing-masing grade pisang

cavendish pada tahun 2006 adalah sebanyak 2.987 boks untuk C3, dan grade FB

sebanyak 998 boks. Atas dasar hasil tersebut, pada Tabel 22 dihitung frekuensi

pemesanan yang optimal selama tahun 2006. Hasilnya menunjukkan bahwa

frekuensi pengiriman dalam setahun untuk grade C3 sebanyak 88 kali, dan grade

FB sebanyak 79 kali atau rata-rata pengiriman kedua grade tersebut seminggu 2 –

3 kali.

Tabel 22. Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal masing-masing Grade

Pisang Cavendish Tahun 2006

Grade Penjualan (boks) EOQ (boks) Frekuensi Pemesanan (setahun) C3 261.278 2.987 88 FB 78.659 998 79

Setelah menganalisis jumlah pesanan dan fr ekuensi pemesanan yang

optimal pada tahun 2006, maka selanjutnya adalah memproyeksikan optimalisasi

pasokan selama 12 bulan berikutnya. Proyeksi optimalisasi pasokan pisang

cavendish yang dilakukan, pada dasarnya pada tingkat permintaan yang akan

terjadi, yaitu dengan melihat besarnya volume penjualan yang akan datang. Hasil

ramalan penjualan terhadap grade C3 dan FB yang menggambarkan tingkat

permintaan 12 bulan berikutnya, akan digunakan dalam menghitung kuantitas dan

frekuensi pemesanan yang optimal dengan metode EOQ.

Berdasarkan volume penjualan pisang cavendish di PT. SSN untuk 12

bulan berikutnya yang dapat dilihat pada Tabel 23, grade C3 diperkirakan

mencapai total penjualan sebanyak 287.705 boks, grade FB diperkirakan

mencapai total penjualan sebanyak 24.065 boks.

Page 95: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

78

Tabel 23. Perkiraan Volume Penjualan Pisang Cavendish 12 Bulan Berikutnya

Untuk menghitung proyeksi optimalisasi pasokan 12 bulan berikutnya di

PT. SSN, selain menggunakan hasil ramalan penjualan, perhitungan biaya juga

harus diasumsikan. Oleh karena itu, asumsi dasar yang digunakan dalam

menghitung biaya persediaan 12 bulan berikutnya adalah laju rata-rata persentase

perubahan biaya persediaan setiap bulannya pada tahun 2006.

Berdasarkan Lampiran 7 tentang laju perubahan (?) biaya pemesanan pada

tahun 2006, maka secara umum pada 12 bulan berikutnya akan mengikuti

perubahan biaya tersebut. Untuk biaya transportasi akan meningkat sebanyak

47,8 persen per bulan, biaya reject akan menurun sebanyak 8 persen per bulan,

dan biaya konversi akan menurun sebanyak 175 % per bulan. Adapun proyeksi

komponen biaya pemesanan 12 bulan berikutnya dapat dilihat pada Tabel 24.

Bulan Grade C3 (boks) Grade FB (boks) April 2007 27.542 379 Mei 2007 28.105 1.280 Juni 2007 22.721 1.957 Juli 2007 16.848 2.657 Agustus 2007 23.285 2.571 September 2007 25.971 2.667 Oktober 2007 24.729 2.530 November 2007 24.097 1.556 Desember 2007 23.776 2.965 Januari 2008 23.613 2.559 Februari 2008 23.530 1.787 Maret 2008 23.488 1.157 Total 287.705 24.065 Standar Deviasi 2.825,15 787,85 Rata-Rata 23.975 2.005

Page 96: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

79

Tabel 24. Proyeksi Komponen Biaya Pemesanan Grade C3 dan FB

Jenis Biaya Grade C3 (Rp/Pesanan) Grade FB (Rp/Pesanan) Biaya Transportasi 3.086.113,97 1.840.478,34 Biaya Rijek 2.631.001,13 1.569.062,23 Biaya Konversi (16.332.64) (9740,52)

Total 5.700.782,46 3.399.800,05

Pada Lampiran 8 juga dapat dilihat mengenai laju perubahan (?) biaya

penyimpanan pada tahun 2006, hal ini pula akan menjadi bahan perhitungan

dalam perubahan biaya tersebut pada 12 bulan berikutnya. Untuk biaya listrik

cold storage akan menurun hingga 3 persen, biaya materials handling akan

menurun hingga 0,94 persen, dan biaya bahan pembantu akan menurun hingga

2,67 persen. Mengenai proyeksi komponen biaya penyimpanan dapat dilihat pada

Tabel 27.

Tabel 25. Proyeksi Komponen Biaya Penyimpanan Grade C3 dan FB

Jenis Biaya Grade C3 (Rp/Boks/Tahun)

Grade FB (Rp/Boks/Tahun)

Biaya Listrik (65 %) 246.285,36 355.808,99 Biaya Materials Handling 37,10 (1,63) Biaya Bahan Pembantu (9763.50) (13.770, 08)

Total 236.558,96 342.037,30

Berdasarkan proyeksi komponen biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

untuk masing-masing grade pisang cavendish, maka didapatkan perhitungan

dalam EOQ 12 bulan berikutnya. Dalam EOQ, hal-hal yang digunakan dalam

perhitungannya adalah total permintaan pisang cavendish (C3, FB ) 12 bulan

berikutnya, proyeksi biaya pemesanan, dan proyeksi biaya penyimpanan. Berikut

ini pada Tabel 26 perhitungan tentang EOQ masing-masing grade pisang

cavendish.

Page 97: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

80

Tabel 26. Perhitungan Jumlah Pemesanan Optimal Pisang Cavendish Masing-Masing Grade 12 Bulan berikutnya

Grade Penjualan

(boks) Biaya Pemesanan

(Rp) Biaya Penyimpanan

(Rp) EOQ (boks)

C3 287.705 5.700.782,46 236.558,96 3.723 FB 24.065 3.399.800,05 342.037,30 691

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh hasil

bahwa kuantitas pemesanan yang optimal untuk masing-masing grade pisang

cavendish pada 12 bulan berikutnya adalah sebanyak 3.723 boks untuk C3, dan

grade FB sebanyak 691 boks. Atas dasar hasil tersebut, maka dapat dihitung

frekuensi pemesanan yang optimal selama 12 bulan berikutnya.

Pada Tabel 27 dapat dilihat perhitungan tentang frekuensi pemesanan

optimal masing-masing grade pisang cavendish selama 12 bulan berikutnya.

Hasil proyeksi frekuensi pemesanan dalam setahun grade C3 sebanyak 84 kali,

dan grade FB sebanyak 37 kali. Hal ini sedikit menurun dibandingkan dengan

kondisi riil di PT. SSN berdasarkan pada tahun 2006.

Tabel 27. Perhitungan Frekuensi Pemesanan Optimal masing-masing Grade

Pisang Cavendish

Grade Penjualan (boks) EOQ (boks) Frekuensi Pemesanan (setahun) C3 287.705 3.723 77 FB 24.065 691 35

Setelah diketahui kuantitas pemesanan optimal dan frekuensi

pemesanannya, maka dapat dihitung biaya persediaan masing-masing grade

pisang cavendish untuk 12 bulan berikutnya. Hasil perhitungan yang terdapat

pada Tabel 28, menunjukkan bahwa biaya pemesanan grade C3 per tahun adalah

sebesar Rp 438.960.249,42, sedangkan grade FB Rp 118.993.001,75. Pada biaya

Page 98: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

81

penyimpanan grade C3, adalah sebesar Rp 440.354.504,04, dan untuk grade FB

sebesar Rp 118.173.387,15. Apabila dibandingkan dengan tahun 2006, maka

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan secara umum relatif lebih rendah,

walaupun pada grade C3 terjadi peningkatan jumlah pasokan dan pengurangan

frekuensi pengiriman pasokan.

Tabel 28. Perhitungan Biaya Pemesanan & Biaya Penyimpanan Grade C3

dan FB di PT. SSN Untuk 12 Bulan Berikutnya

Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan*) a. Grade C3 Frekuensi kirim = 77 kali; Biaya pesanan (Rp/pesanan) = Rp 5.700.782,46 b. Grade FB Frekuensi kirim = 35 kali; Biaya Pesanan (Rp/pesanan) = Rp 3.399.800,05

a. Grade C3 Jumlah pasokan per kirim = 3.723 boks; Biaya simpan (Rp/Boks/Tahun) = Rp 236.558,96 b. Grade FB Jumlah pasokan per kirim = 691 boks; Biaya simpan (Rp/boks/tahun) = Rp 342.037,30

Total Biaya Pemesanan (Rp/Tahun) Total Biaya Penyimpanan (Rp/Tahun) a. Grade C3 = 438.960.249,42 b. Grade FB = 118.993.001,75

a. Grade C3 = 440.354.504,04 b. Grade FB = 118.173.387,15

Keterangan : *) = dikali 0,5

Atas hasil proyeksi perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

pisang cavendish di PT.SSN, maka dapat diketahui bahwa proyeksi total biaya

persediaan. Total keseluruhan proyeksi biaya persediaan mencapai Rp

1.116.481.142,36 atau menurun dibandingkan pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp

1.612.649.386. Hal ini terjadi karena rata-rata laju perubahan pada salah satu

yaitu biaya penyimpanan mengalami penurunan, sehingga memberikan respons

efisien bagi pengendalian biaya di PT. SSN. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel 29 mengenai proyeksi biaya persediaan untuk 12 bulan berikutnya.

Page 99: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

82

Tabel 29. Proyeksi Biaya Persediaan Masing-masing Grade Pisang Cavendish di PT. SSN

7.2.2. Analisis Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Dalam menentukan besarnya persediaan pengaman pada suatu perusahaan

harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan analitik yang rasional,

sehingga dapat menghasilkan implementasi yang yang akurat. Persediaan

pengaman merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mengantisipasi

perubahan permintaan dan ketidapastian pengirimann produk dari pemasok.

Dengan persediaan pengaman, persediaan tambahan yang diadakan dapat menjaga

kelangsungan penjualan dari probabilitas kekurangan produk (stock out), yang

disebabkan oleh permintaan yang lebih besar dari perkiraan atau disebabkan

keterlambatan penerimaan produk.

Persediaan pengaman bagi pisang cavendish di PT. SSN diperuntukkan

bagi bahan mentah dari PT. NTF, dengan kondisi pisang belum matang. PT. SSN

sendiri punya estimasi antara jumlah yang berhasil dimatangkan dengan tingkat

kerusakannya. Untuk menentukan besarnya persediaan pengaman pisang

cavendish pada PT. SSN dibutuhkan data mengenai permintaan rata-rata, standar

deviasi permintaan, serta data waktu tunggu (lead time), dan standar deviasi waktu

tunggu.

Sebelum memulai proyeksi untuk 12 bulan berikutnya, maka akan

dilakukan terlebih dahulu analisis safety stock untuk tahun 2006. Berdasarkan

Grade Biaya Pemesanan (Rp/Tahun)

Biaya Penyimpanan (Rp/Tahun)

Biaya Persediaan (Rp/Tahun)

C3 438.960.249,42 440.354.504,04 879.314.753,46 FB 118.993.001,75 118.173.387,15 237.166.388,90

Total 1.116.481.142,36

Page 100: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

83

data penjualan tahun 2006, volume penjualan rata-rata grade C3 sebanyak 21.773

boks dengan standar deviasi sebesar 5.116,46 boks. Untuk grade FB rata-rata

penjualannya sebanyak 6.555 boks dengan standar deviasi sebesar 4.644,93.

Setelah menentukan hal-hal di atas, maka selanjutnya adalah menghitung

waktu tunggu pemesanan masing-masing grade. Dalam hal ini waktu tunggu

rata-rata untuk masing-masing grade berkisar antara 1 – 2 hari. Hasil perhitungan

waktu tunggu per bulan untuk grade C3 dan FB adalah 0,0495 bulan dan standar

deviasinya 0,0233 bulan. Hasil ini pun akan menjadi dasar dalam perhitungan

proyeksi untuk 12 bulan berikutnya. Pada Tabel 30 dapat dilihat hasil perhitungan

waktu tunggu rata-rata dan standar deviasi lead time.

Tabel 30. Perhitungan Waktu Tunggu Rata-Rata dan Standar Deviasi Grade

C3 dan FB

Grade Waktu Tunggu (Lead Time) Hari Bulan

C3 dan FB 1 0,033 2 0,066

Rata-Rata 1,5 0,0495 Standar Deviasi 0,7071 0,0233

Analisis persediaan pengaman yang dilakukan terhadap pisang cavendish

di PT. SSN adalah menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat pelayanan (level

service approach). Pendekatan ini dipilih, karena PT. SSN selalu dapat

memenuhi kebutuhan pelanggannya baik ritel modern, pasar tradisional maupun

HOREKA dari pasokan yang dimilikinya, walaupun pisang cavendish memiliki

umur simpan yang singkat. Untuk itu tingkat pelayanan yang digunakan adalah

sebesar 99,9 % untuk semua grade denga nilai policy factors adalah (K) pada

frequency level of service 99,9 % adalah 3,0.

Page 101: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

84

Atas dasar berbagai perhitungan waktu tunggu rata-rata dan standar

deviasi, maka dapat ditentukan persediaan pengaman pisang cavendish untuk

tahun 2006 dan proyeksi 12 bulan berikutnya. Hasilnya perhitungan yang

terdapat pada Lampiran 9, menunjukkan bahwa persediaan pengaman untuk

masing-masing grade adalah sebagai berikut :

1. Grade C3 è Tahun 2006 : 3.738 boks; 12 bulan berikutnya : 2.520 boks.

2. Grade FB è Tahun 2006 : 3.147 boks; 12 bulan berikutnya : 544 boks.

Dalam hal ini persediaan minimum yang harus dimiliki PT. SSN sama

besarnya dengan persediaan pengaman hasil perhitungan EOQ. Selain persediaan

minimum, perusahaan harus memperhitungkan besarnya persediaan maksimum

yang optimal. Persediaan maksimum merupakan batas jumlah persediaan yang

paling besar, agar tidak menyimpan pisang cavendish secara over stock.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 31, persediaan maksimum

masing-masing grade secara umum untuk proyeksi 12 bulan berikutnya menurun

dibandingkan dengan tahun 2006. Pada 12 bulan berikutnya persediaan

maksimum untuk grade C3 sebesar 6.243 boks, sedangkan grade FB sebesar

1.235. Kondisi ini terjadi karena, jumlah proyeksi yang dikirim dari PT. NTF

mengalami perubahan, sehingga persediaan mininum berkurang dibandingkan

dengan periode sebelumnya.

Page 102: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

85

Tabel 31. Perbandingan Persediaan Maksimum Pisang Cavendish Grade C3 dan FB Pada Tahun 2006 dengan Proyeksi 12 Bulan Berikutnya

Grade Persediaan

Minimum (boks)

Jumlah Pemesanan Ekonomis

(boks)

Persediaan Maksimum (boks)

Tahun 2006 C3 3.738 2.987 6.725 FB 3.147 998 4.145

12 Bulan Berikutnya C3 2.520 3.723 6.243 FB 544 691 1.235

7.2.3. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Titik pemesanan kembali (reorder point) merupakan suatu batasan dari

jumlah persediaan yang ada pada suatu saat, dimana pesanan harus diadakan

kembali. Dalam menentukan batas ini harus mempertimbangkan besarnya

permintaan selam aproduk yang dipesan belum datang. Dengan reorder, maka

akan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan. Untuk

mengetahui titik pemesanan kembali, maka diperlukan data mengenai rata-rata

permintaan produk per hari, waktu tunggu rata-rata per hari, dan persediaan

pengaman.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 32, dapat diketahui bah1.186wa titik

pemesanan kembali untuk proyeksi 12 bulan berikutnya relatif lebih kecil

dibandingkan pada tahun 2006. Sehingga pada 12 bulan berikutnya PT. SSN

harus memesan kembali pasokannya kepada PT. NTF pada saat persediaan

masing-masing grade telah mencapai reorder point C3 sebanyak 3.719 boks, FB

sebanyak 3.534 boks, dan sebanyak 167 boks. Apabila terjadi stock out akibat

keterlambatan kedatangan pisang cavendish atau permintaan yang over, maka

dapat dipenuhi dari persediaan pengaman.

Page 103: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

86

Tabel 32. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali Pada Tahun 2006 dan 12 Bulan Berikutnya

Dengan demikian hasil dari keseluruhan optimaliasi pasokan pisang

cavendish di PT .SSN, maka dapat dirancang proyeksi 12 bulan berikutnyanya.

Mengenai proyeksi optimalisasi pasokan pisang cavendish selama 12 bulan

berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Proyeksi ini diestimasikan mampu

menjamin kebutuhan pasokan pisang cavendish untuk wilayah pemasaran

JABOTABEK, sehingga permasalahan yang terjadi antara pesanan dari pelanggan

dengan pasokan pisang cavendish dari PT. NTF di Lampung dapat teratasi atau

setidaknya dapat diperkirakan secara efektif dan efisien.

7.3. Implikasi Terhadap SCM PT. Sewu Segar Nusantara

Optimalisasi pasokan yang memiliki keterkaitan dengan peramalan

penjualan pisang cavendish pada dasarnya adalah solusi dalam mengatasi

penurunan penjualan. PT. SSN dalam menjalankan usahanya selama ini masih

tergantung akan seberapa banyak pasokan yang berada di PT. NTF. Sehingga jika

PT. SSN ingin menambah penjualan pisang cavendish, maka akan sangat terkait

dengan keberadaan pasokannya di PT. NTF. Begitu juga PT. NTF yang menjadi

mitra usaha PT. SSN, akan sangat tergantung berapa jumlah yang ingin dipesan

oleh pelanggan. Sehingga PT. NTF akan mempersiapkan waktu panen pisang

Grade Waktu Tunggu

Rata-rata (hari)

Rata-rata Permintaan

Per Hari

Permintaan selama Waktu

Tunggu

Persediaan Pengaman

Titik Pemesanan

Kembali

Tahun 2006 C3 1,5 726 1.089 3.738 4.827 FB 1,5 219 329 3.147 3.476

12 Bulan Berikutnya C3 1,5 799 1.199 2.520 3.719 FB 1,5 67 101 544 645

Page 104: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

87

cavendish secara bergiliran, dan akhirnya akan sesuai antara pesanan pelanggan

dengan ketersediaan pasokan pisang cavendish.

Implikasi manajerial pengendalian pasokan pisang cavendish, dengan

kebijakan yang selama ini telah dilakukan oleh PT. SSN memang tidak jauh

berbeda. Misalnya penjualan pada salah satu grade yaitu C3, maka PT. SSN

harus menyesuaikan dengan hasil produksi yang terjadi di PT. NTF. Karena

produksi dipengaruhi oleh kondisi cuaca, maka PT. SSN dalam menjualnya pun

menerapkan strategi perubahan harga setiap bulannya. Sehingga PT. SSN harus

mengendalikan persediaan pasokan pisang cavendish, pada saat kondisi banyak

atau sedikit.

PT. NTF yang terlibat langsung dalam rantai pasokan pisang cavendish

dengan PT. SSN, harus mengikuti keinginan pasar terhadap grade yang banyak

diminta. Implikasi terhadap PT. NTF adalah menambah jumlah pasokan setiap

pengiriman ke PT. SSN, dengan pertimbangan frekuensi yang dikirim akan

berkurang. Sehingga, PT. SSN dan PT. NTF dapat menekan biaya operasional

khususnya biaya persediaan pisang cavendish, seperti biaya rijek pisang

cavendish, dan biaya transportasi. Pada akhirnya, secara keseluruhan PT. SSN

harus melakukan SCM yang tepat mulai dari tahap pengiriman pasokan dari PT.

NTF, pergudangan, proses pematangan, pemenuhan pesanan pelanggan, dan

pengendalian persediaan pisang cavendish.

Page 105: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

BAB VIII KESIMPULAN & SARAN

8.1. Kesimpulan

PT. Sewu Segar Nusantara (PT. SSN) merupakan salah satu distributor

buah-buahan di Indonesia terutama pisang cavendish. PT. SSN memperoleh

pasokan pisang cavendish dalam bentuk belum matang dari PT. Nusantara

Tropical Fruit (PT. NTF) yang merupakan mitra bisnis dalam pengadaan pasokan.

Kedua perusahaan merupakan anak perusahaan dari PT. Great Giant Pineapple,

sehingga memiliki keterkaitan erat antara perusahaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, penjualan pisang cavendish di PT. SSN

mengalami trend penurunan. Begitu juga dalam hal pasokan, jumlah yang dikirim

dari PT. NTF relatif tidak dalam kondisi optimal, karena adanya pengaruh kondisi

cuaca. Sehingga PT. SSN setiap bulannya akan melakukan perubahan harga jual

untuk menyesuaikan antara permintaan dan penawaran.

Hasil analisis tentang peramalan penjualan pisang cavendish menunjukkan

bahwa rata-rata penjualan grade C3 cenderung stabil setiap bulannya

dibandingkan grade FB. Hasil analisis EOQ atau kuantitas pemesanan optimal,

secara umum lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006. Hal ini pula yang

membuat biaya persediaan kedua grade tersebut untuk 12 bulan berikutnya

mengalami penurunan. Hasil analisis lainnya yaitu persediaan pengaman, analisis

titik pemesanan kembali untuk proyeksi 12 bulan ke depan relatif lebih kecil

dibandingkan pada tahun 2006.

Page 106: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

89

8.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada PT. SSN adalah sebagai berikut :

1. Memfokuskan penjualan pisang cavendish pada grade C3 yang memberikan

kontribusi lebih bagi perusahaan.

2. PT. SSN harus mengupayakan manajemen rantai pasokan pisang cavendish

yang tepat mulai dari pengiriman atau pengangkutan, pergudangan, proses

produksi, pemenuhan pesanan, dan pengendalian persediaan.

3. PT. SSN harus menyesuaikan hasil penjualan dan distribusi pisang cavendish,

tergantung pada pasokan PT. NTF. Dengan mengupayakan jumlah pasokan

yang banyak diimbangi dengan pergiliran hasil produksi yang optimal dari PT.

NTF, bagi grade C3 yang mampu memberikan kontribusi besar bagi PT. SSN.

4. Meminimumkan biaya rijek pisang cavendish dan biaya transportasi yang tidak

efisien bagi PT. SSN.

5. Penelitian selanjutnya sebaiknya menganalisis tentang strategi pemasaran

pisang cavendish dalam upaya mempertahankan pasar di JABOTABEK, dan

analisis manajemen rantai pasokan pisang cavendish ke ritel modern.

Page 107: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q. N. 2005. Analisis Sistem Pasokan Sayur Ke Ritel Modern. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. FEUI. Jakarta. Buffa, E.S dan Sharin, R.K. 1996. Manajemen Operasional dan Produksi Modern.

Edisi ke-8. Binarupa Aksara. Jakarta. Chopra, S, dan Meindl. 2007. Supply Chain Management : Strategic Planning &

Operations Third Edition. Pearson. USA. Departemen Pertanian (DEPTAN). 2003. Pisang. www.deptan.go.id/pisang.

(update : 17 Februari 2007). Downer, W.D., dan Steven P. E. 1989. Manajemen Agribisnis Edisi Kedua.

Erlangga. Jakarta. Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press. Bogor. Gultinan, J.P., dan Gorelon W.P. 1990. Strategi dan Program Manajemen

Pemasaran Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Handayani, D. 2005. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Buah Segar pada PT.

Sewu Segar Nusantara, Tangerang. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Handoko, H. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Pertama.

BPFE. Yogyakarta. Hanke, J.E., Arthur G. R., dan Dean W. W. 2003. Peramalan Bisnis. Prenhallindo.

Jakarta. Indrajit, R.E, dan Richardus D. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain, Cra Baru

Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. GRASIONDO. Jakarta. Ismail, A. 2007. Analisis Perencanaan Pengendalian Optimal Pada PT. Sinar

Sosro Kantor Penjualan Sukabumi. Program Sarjana Ekstensi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Laporan Pengeluaran Biaya Pengadaan Pisang Cavendish PT. Sewu Segar

Nusantara Periode Tahun 2006.

Page 108: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

95

Laporan Penjualan Pisang Cavendish PT. Sewu Segar Nusantara Periode Januari 2004 – Maret 2007.

Makridakis, S, dan Steven C. Wheelwright. 1994. Metode Peramalan untuk

Manajemen Edisi Kelima. Binarupa Aksara. Jakarta. PT. Capricorn Indonesia Consult Inc (CIC). 2003. Laporan Bisnis

Indocommercial. Profil Bisnis”Perkembangan dan Prospek Bisnis Hypermarket, dan Perkulakan di Jakarta”. No.322 – 26 Mei 2003, halaman : 3. PT Capricorn Indonesia Consult Inc. Jakarta.

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT). 2005. Perkembangan Ekspor Buah-

buahan Tropis Tahun 2003 – 2005. www. rusnasbuah.or.id. (update : 17 Februari 2007).

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT). 2005. Produksi Pisang Pada Sentra

Produksi di Indonesia Tahun 2003. www. rusnasbuah.or.id. (update : 17 Februari 2007).

Render, B., dan Jay H. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba

Empat. Jakarta. Septiati, N. 2002. Optimalisasi Pengadaan dan Distribusi Produk Buah-Buahan

Segar PT. Moenaputra Nusantara Jakarta. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Somantri, E. 2005. Analisis Strategi Bersaing (Competitive Strategy) Manajemen

Hero Supermarket dalam Industri Ritel. Jurusan Ilmu-Imu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutarya, E. 2003. Optimasi Produksi dan Distribusi Sayuran di PD. Pacet Segar,

(Kasus di PD. Pacet Segar, Cianjur-Jawa Barat). Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tambulun, M.P. 2004. Manajemen Operasional (Operations Management).

Ghalia Indonesia. Jakarta. Yunarto, H.I. 2006. Business Concept Implementation Series In Sales and

Distribution Management. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Page 109: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

LAMPIRAN

Page 110: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

93

Lampiran 1. Struktur PDB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Tahun 2003 – 2004 dan Triwulan I 2004 – 2005 (Persentase)

Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha 2003 2004 Triwulan I

2004 2005 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

15,92 15,39 16,70 15,21

2. Pertambangan dan Penggalian 8,29 8,55 7,70 9,31 3. Industri Pengolahan 28,84 28,34 28,58 28,08 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,96 0,99 0,99 0,96 5. Bangunan 5,50 5,84 5,58 6,01 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,51 16,17 15,99 16,06 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,78 6,10 5,93 6,11 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

8,52 8,45 8,55 8,22

9. Jasa-jasa 9,68 10,17 9,98 10,04 PDB 100 100 100 100 PDB Tanpa Migas 91,52 90,98 91,45 90,32

Sumber : BPS, 2005

Page 111: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

94

Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Sewu Segar Nusantara

Direktur Utama

General Manager

Sekretaris

Purchasing Dept. Head

Staf

Sales & Marketing Manager

Sales Admin Spv.

Sales Admin

Sales Outlet Spv.

Sales Executive

Sales Pasar Supervisor

Sales Executive

Area Manager Staf Pelaksana

Area

F & A Manager

Accounting Spv.

Finance Spv.

Staf

Kasir

Debt Collector

Finance Staf

PSO Dept. Head

Logistik

Staf Produksi

QC

Pelaks

Pelaks

Pelaks

IT Dept. Head

Staf

Ekspedisi Dept. Head

Maintenance

Staf

Driver

Ass Driver

HRD & GA Dept.

Head

Staf HRD

Staf Umum

Satpam

Page 112: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

Lampiran 3. Bentuk ACF & PACF Penjualan Pisang Cavendish Grade C3

3525155

1.00.80.60.40.20.0-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0A

utoc

orre

latio

n

LBQTCorrLagLBQTCorrLagLBQTCorrLagLBQTCorrLag

43.69

43.68

42.73

42.7242.72

41.1239.34

38.73

38.73

35.68

34.71

33.81

33.1633.06

32.9932.92

32.91

32.91

32.90

32.66

32.54

32.2730.46

29.6929.64

29.62

29.30

29.21

28.91

26.75

19.8517.50

15.2115.13

12.76

-0.02

0.21

-0.02

0.02-0.35

-0.39-0.24

-0.02

0.60

0.35

0.36

0.31

0.12 0.12

-0.11-0.02

0.03

-0.04

0.23

-0.17

-0.26

-0.69-0.46

-0.11-0.08

0.31

-0.17

-0.32

-0.87

-1.70

-1.03-1.07

-0.20 1.15

3.44

-0.00

0.05

-0.00

0.00-0.09

-0.10-0.06

-0.00

0.15

0.09

0.09

0.08

0.03 0.03

-0.03-0.01

0.01

-0.01

0.06

-0.04

-0.06

-0.17-0.11

-0.03-0.02

0.08

-0.04

-0.08

-0.21

-0.38

-0.22-0.22

-0.04 0.23

0.55

35

34

33

3231

3029

28

27

26

25

24

2322

2120

19

18

17

16

15

1413

1211

10

9

8

7

6

5 4

3 2

1

Autocorrelation Function for Grade C3

3525155

1.00.80.60.40.20.0

-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0

Par

tial A

utoc

orre

latio

n

TPACLagTPACLagTPACLagTPACLag

-0.77

-0.75

0.26

-0.17-0.20

-0.11-0.18

-1.18

0.27

-0.26

0.06

-0.56

-0.15 0.00

-0.04-1.21

0.27

-1.48

-0.27

-0.04

-0.13

-0.43-0.56

-0.81-0.92

0.41

-0.90

-0.14

1.11

-2.13

0.08-0.94

-1.16-0.62

3.44

-0.12

-0.12

0.04

-0.03-0.03

-0.02-0.03

-0.19

0.04

-0.04

0.01

-0.09

-0.02 0.00

-0.01-0.19

0.04

-0.24

-0.04

-0.01

-0.02

-0.07-0.09

-0.13-0.15

0.07

-0.14

-0.02

0.18

-0.34

0.01-0.15

-0.19-0.10

0.55

35

34

33

3231

3029

28

27

26

25

24

2322

2120

19

18

17

16

15

1413

1211

10

9

8

7

6

5 4

3 2

1

Partial Autocorrelation Function for Grade C3

Page 113: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

96

Lampiran 4. Model ARIMA Penjualan Pisang Cavendish Grade C3 ARIMA Model: Grade C3 Estimates at each iteration Iteration SSE Parameters 0 718356332 0.100 0.100 2.10E+04 1 572596761 0.247 0.250 1.76E+04 2 495973474 0.337 0.400 1.55E+04 3 445892400 0.405 0.550 1.39E+04 4 409766388 0.459 0.700 1.27E+04 5 401055432 0.513 0.850 1.14E+04 6 396009660 0.514 0.811 1.14E+04 7 395801180 0.507 0.808 1.16E+04 8 395796107 0.508 0.807 1.15E+04 9 395795744 0.508 0.807 1.15E+04 Relative change in each estimate less than 0.0010 Final Estimates of Parameters Type Coef SE Coef T P AR 1 0.5084 0.1457 3.49 0.001 SMA 6 0.8067 0.1980 4.07 0.000 Constant 11525.0 130.4 88.41 0.000 Mean 23444.5 265.2 Number of observations: 39 Residuals: SS = 369761481 (backforecasts excluded) MS = 10271152 DF = 36 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag 12 24 36 48 Chi-Square 7.4 15.4 24.7 * DF 9 21 33 * P-Value 0.600 0.803 0.851 * Forecasts from period 39 95 Percent Limits Period Forecast Lower Upper Actual 40 27542.4 21259.6 33825.2 41 28104.7 21056.5 35152.9 42 22720.6 15487.7 29953.4 43 16848.1 9568.2 24127.9 44 23284.5 15992.6 30576.4 45 25970.5 18675.4 33265.5 46 24728.7 15907.3 33550.1 47 24097.4 14922.7 33272.2 48 23776.4 14512.6 33040.3 49 23613.3 14326.5 32900.0 50 23530.3 14237.6 32823.0 51 23488.1 14193.9 32782.3

Page 114: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

97

Lampiran 5. Bentuk ACF & PACF Penjualan Pisang Cavendish Grade FB

(a) ACF dan PACF sebelum differencing

(b) ACF dan PACF sesudah differencing (2)

(c) ACF dan PACF Seasonal sesudah differencing (1)

3 525155

1.00.80.60.40.20.0

- 0.2- 0.4- 0.6- 0.8- 1.0A

utoc

orre

latio

n

LBQTCorrLagL BQTCorrLagL BQTCorrLa gLBQTCo rrL ag

105.5 1105.2 5105.2 3105.1 3105.0 0105.0 0104.9 8104.9 8

10 4.8110 3.7510 0.01 9 5.81 9 2.08 9 1.64 9 1.56 9 0.63 8 7.86

81.99 72.68 63.74 57.87 54.33 50.92 49.97 49.40 49.29

48.79 47.79 44.51 42.60 41.90 41.90 41.01 36.99 24.00

0.07-0.02-0.06-0.07 0.01-0.03 0.02 0.10

0.26 0.51 0.57 0.56 0.20 0.09-0.31-0.54-0.83

-1 .10-1 .14-0 .97-0 .78-0 .79-0 .43-0 .34-0 .15-0 .33

- 0.48- 0.90- 0.71- 0.44- 0.03 0.51 1.13 2.34 4.72

0.03-0.01-0.02-0.02 0.00-0.01 0.01 0.03

0.09 0.17 0.19 0.19 0.07 0.03-0.10-0.18-0.27

-0.3 5-0.3 5-0.2 9-0.2 3-0.2 3-0.1 2-0.1 0-0.0 4-0.1 0

- 0.14- 0.25- 0.20- 0.12- 0.01 0.14 0.30 0.55 0.76

3534333231302928

272625242322212019

1 81 71 61 51 41 31 21 11 0

9 8 7 6 5 4 3 2 1

Autocorrelation Function for FB

302010

1.00.80.60.40.20.0-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0

Part

ial A

utoc

orre

latio

n

TPACLagTPACLagTPACLagTPACLag

-0.25

0.57-0.85

0 .21

-0 .67-0 .80

0 .55 0 .01

0 .25 0 .22

-1 .13 0 .70

-0 .14

-0 .52-1 .30

0 .71-1 .43

-0 .28-1 .00

-0 .45-0 .85

1.87

-0.51-0.24

-0.60-0.54

0.05-1.39

-0.32 4.72

-0 .04

0 .09-0 .14

0.03

-0.11-0.13

0.09 0.00

0.04 0.03

-0.18 0.11

-0.02

-0.08-0.21

0.11-0.23

-0.04-0.16

-0.07-0.14

0.30

-0.08-0.04

-0.10-0.09

0.01-0.22

-0.05 0.76

30

2928

27

2625

2423

2221

2019

18

1716

1514

1312

1110

9

8 7

6 5

4 3

2 1

Partial Autocorrelation Function for FB

5 15 25 35

-1.0-0.8-0.6-0.4-0.20.00.20.40.60.81.0

Aut

ocor

rela

tion

1 2

3

4

5 6

7

8

9

1011

12

13

1415

16

17

18

1920

21

22

2324

25

26

27

2829

30

31

3233

34

35

-0.61 0.27

-0.24

0.10

-0.00-0.05

0.15

-0.34

0.31

-0.17 0.16

-0.19

0.22

-0.25 0.25

-0.13

0.05

-0.07

0.05 0.07

-0.21

0.26

-0.31 0.28

-0.16

0.15

-0.09

0.01 0.03

-0.08

0.09

-0.05 0.01

0.01

-0.01

-3.71 1.25

-1.08

0.44

-0.02-0.20

0.65

-1.42

1.24

-0.64 0.63

-0.72

0.81

-0.93 0.88

-0.47

0.18

-0.24

0.19 0.23

-0.73

0.88

-1.02 0.90

-0.52

0.46

-0.29

0.02 0.08

-0.25

0.29

-0.16 0.04

0.02

-0.04

14.8917.92

20.46

20.92

20.9221.02

22.13

27.74

32.66

34.1135.62

37.73

40.57

44.6548.66

49.90

50.10

50.47

50.7151.08

55.08

61.53

71.1879.74

82.93

85.72

86.97

86.9887.11

88.38

90.48

91.2691.32

91.35

91.48

Lag Corr T LBQ Lag Corr T LBQ Lag Corr T LBQ Lag Corr T LBQ

Autocorrelation Function for C13

3525155

1.00.80.60.40.20.0-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0

Par

tial A

utoc

orre

latio

n

TPACLagTPACLagTPACLagTPACLag

-0.39

0.29

-0.41-0.12

-0.78

-0.38

-0.39-0.09

0.41

-0.52

-0.35

-0.67-0.73

-0.13

-0.54

0.47-0.05

-0.69

-0.32

-0.57

-0.12-1.49

0.13

-1.43

-0.50-0.63

-1.26

-2.13

0.34

-1.04-0.62

-1.47

-1.49

-0.97-3.71

-0.06

0.05

-0.07-0.02

-0.13

-0.06

-0.06-0.01

0.07

-0.09

-0.06

-0.11-0.12

-0.02

-0.09

0.08-0.01

-0.11

-0.05

-0.09

-0.02-0.25

0.02

-0.24

-0.08-0.10

-0.21

-0.35

0.06

-0.17-0.10

-0.24

-0.24

-0.16-0.61

35

34

3332

31

30

2928

27

26

25

2423

22

21

2019

18

17

16

1514

13

12

1110

9

8

7

6 5

4

3

2 1

Partial Autocorrelation Function for C13

302010

1.00.80.60.40.20.0-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0

Aut

ocor

rela

tion

LBQTCorrLagLBQTCorrLagLBQTCorrLagLBQTCorrLag

71.50

71.4971.46

71.38

71.21

70.14

69.3268.57

68.57

68.50

67.2564.96

60.75

54.34

49.38

46.7146.17

45.59

45.58

45.5545.55

45.33

44.05

38.70

35.3034.46

34.45

33.51

30.1519.25

-0.01

-0.02 0.04

0.07

0.20

0.19

0.20-0.02

-0.07

-0.31

-0.44-0.63

-0.82

-0.76

-0.59

-0.27-0.29

-0.03

-0.07

0.00-0.20

-0.50

-1.08

-0.90

-0.46-0.05

0.51

1.02

2.12 4.18

-0.00

-0.01 0.02

0.03

0.07

0.07

0.07-0.01

-0.02

-0.11

-0.16-0.22

-0.29

-0.26

-0.20

-0.09-0.10

-0.01

-0.03

0.00-0.07

-0.17

-0.35

-0.28

-0.14-0.02

0.16

0.30

0.56 0.75

30

2928

27

26

25

2423

22

21

2019

18

17

16

1514

13

12

1110

9

8

7

6 5

4

3

2 1

Autocorrelation Function for 8

302010

1.00.80.60.40.20.0-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0

Par

tial A

utoc

orre

latio

n

TPACLagTPACLagTPACLagTPACLag

-0.12

-0.31-0.33

-0.22

-0.11

0.64

-0.06-0.00

-0.55

-0.54

0.38-1.02

-0.23

1.33

-0.49

0.06-1.56

-0.09

-0.23

-1.35-0.86

2.84

-0.26

-0.80

-0.65-0.86

0.24

-1.38

-0.11 4.18

-0.02

-0.05-0.06

-0.04

-0.02

0.12

-0.01-0.00

-0.10

-0.10

0.07-0.18

-0.04

0.24

-0.09

0.01-0.28

-0.02

-0.04

-0.24-0.15

0.51

-0.05

-0.14

-0.12-0.16

0.04

-0.25

-0.02 0.75

30

2928

27

26

25

2423

22

21

2019

18

17

16

1514

13

12

1110

9

8

7

6 5

4

3

2 1

Partial Autocorrelation Function for 8

Page 115: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

98

Lampiran 6. Model ARIMA Penjualan Pisang Cavendish Grade FB Estimates at each iteration Iteration SSE Parameters 0 2822442072 0.100 0.100 0.100 8.762 1 2194269017 -0.050 0.015 0.093 -6.231 2 1659355320 -0.200 -0.110 0.065 2.093 3 1287934872 -0.314 -0.260 0.003 29.162 4 1036596994 -0.394 -0.410 -0.083 61.768 5 843622862 -0.455 -0.560 -0.190 98.195 6 682803473 -0.502 -0.710 -0.320 138.431 7 541347059 -0.533 -0.855 -0.470 181.893 8 420760447 -0.543 -0.977 -0.620 225.922 9 302392909 -0.530 -1.081 -0.770 277.017 10 174706364 -0.486 -1.171 -0.920 349.965 11 136675829 -0.419 -1.228 -1.010 502.247 12 134725986 -0.409 -1.232 -0.998 551.464 13 134673198 -0.400 -1.232 -0.997 556.522 14 134653566 -0.393 -1.231 -0.997 559.486 15 134642847 -0.388 -1.230 -0.997 561.649 16 134636979 -0.384 -1.229 -0.997 563.257 17 134633771 -0.381 -1.229 -0.997 564.449 18 134632017 -0.379 -1.228 -0.997 565.331 19 134631060 -0.377 -1.228 -0.997 565.984 20 134630536 -0.376 -1.228 -0.997 566.466 21 134630250 -0.375 -1.228 -0.997 566.823 22 134630094 -0.375 -1.227 -0.997 567.086 23 134630009 -0.374 -1.227 -0.997 567.280 24 134629962 -0.374 -1.227 -0.997 567.424 Relative change in each estimate less than 0.0010 Final Estimates of Parameters Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.3740 0.2014 -1.86 0.045 SAR 8 -1.2273 0.0788 -15.57 0.000 SAR 16 -0.9970 0.0805 -12.39 0.000 Constant 567.4 433.7 1.31 0.203 Differencing: 2 regular, 1 seasonal of order 8 Number of observations: Original series 39, after differencing 29 Residuals: SS = 134552324 (backforecasts excluded) MS = 5382093 DF = 25 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag 12 24 36 48 Chi-Square 12.5 12.8 * * DF 8 20 * * P-Value 0.131 0.885 * * Forecasts from period 39 95 Percent Limits Period Forecast Lower Upper Actual 40 6014 1466 10562 41 8420 -262 17102 42 12830 -1088 26748 43 17838 -1991 37667 44 21826 -4593 48245 45 25248 -8351 58847 46 22963 -18370 64295 47 20619 -28960 70198 48 25630 -32142 83402 49 27614 -38584 93813 50 22909 -51897 97715 51 29869 -53770 113508

Page 116: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

99

Lampiran 7. Laju Perubahan (?) Biaya Pemesanan Masing-Masing Grade Pisang Cavendish di PT. SSN pada Tahun 2006

Bulan

Biaya Pemesanan C3 (per bulan) Biaya Transportasi Rijek Konversi

Rp ? Rp ? Rp ? Januari 4.224.000 84.895.215,5 -104.766 Februari 26.766.250 5,34 39.534.670 -0,53 530.857,5 -6,07 Maret 45.740.000 0,71 66.791.578,5 0,69 -4.517.100 -9,51 April 38.671.500 -0,16 32.169.266,5 -0,52 -116.337 -0,97 Mei 25.775.000 -0,33 74.008.037,5 1,30 104.862 -1,90 Juni 48.937.500 0,90 68.644.555,5 -0,07 -335.837 -4,20 Juli 35.725.000 -0,27 10.581.219,5 -0,85 205.699,5 -1,61 Agustus 48.612.500 0,36 12.566.625,5 0,19 110.534 -0,46 September 12.389.000 -0,75 6.582.080 -0,48 369.225,5 2,34 Oktober 11.182.000 -0.1 5.646.436,5 -0,14 -51.069,5 -1,14 November 834.000 -0.93 3.545.787,5 -0,37 -360.085 6,05 Desember 3.588.929 0,012 153.894,5 -1,.43 Total 298.856.750 4,78 408.554.402 -0,77 -4010122 -18.90 Rata-Rata 0.478 -0,08 -1,75

Sumber : Dept. F & A, 2006 (diolah) (1)

Bulan

Biaya Pemesanan FB (per bulan) Biaya Transportasi Rijek Konversi

Rp ? Rp ? Rp ? Januari 2.534.400 50.937.129 -62.860 Februari 16.059.750 5.34 23.720.802 -0,53 318.514.5 -6,07 Maret 27.444.000 0.71 40.074.947 0,69 -2.710.260 -9,51 April 23.202.900 -0.15 19.301.560 -0,52 -69.802 -0,97 Mei 15.465.000 -0.33 44.404.823,5 1,30 62.917 -1,90 Juni 29.362.500 0.9 41.186.733 -0,07 -201.502 -4,20 Juli 21.435.000 -0.27 6.348.732 -0,85 123.420 -1,61 Agustus 29.167.500 0.36 7.539.975 0,19 66.320 -0,46 September 7.433.400 -0.75 3.949.248 -0,48 221.535 2,34 Oktober 6.709.200 -0.1 3.387.862 -0,14 -30.642 -1,14 November 500.400 -0.93 2.127.472,5 -0,37 -216.051 6,05 Desember 2.153.357 0,012 92.337 -1,.43 Total 179.314.050 4,78 245.132.641 -0,77 -2.406.073 -18.90 Rata-Rata 0.478 -0,08 -1,75

Sumber : Dept. F & A, 2006 (diolah) (2)

Page 117: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

100

Lampiran 8. Laju Perubahan (?) Biaya Penyimpanan Masing-Masing Grade Pisang Cavendish di PT. SSN pada Tahun 2006

Bulan

Biaya Penyimpanan Grade C3 Biaya Listrik Biaya Handling Biaya Bhn. Pembantu Rp ? Rp ? Rp ?

Januari 26.081.762 -2.808.500 Februari 20.799.662 -0,25 23.931.775 1,12 Maret 22.841.544 0,09 138.250 -1 4.168.550 -4,74 April 24.595.903 0,07 Mei 25.334.481 0,03 -49.250 Juni 27.248.567 0,07 -13.000 -0,74 Juli 312.00.712 0,13 -39.250 2,02 2.300.000 -1 Agustus 23.174.653 -0,35 September 17.674.408 -0,31 2.253.553 -1 Oktober 17.606.617 -0,004 November 17.962.516 0,02 Desember 17.418.440 -0,03 1728074 -1 Total 271.939.265 -0,54 36.750 0,28 31.573.452 -6,62 Rata-Rata -0,05 0,09 -1,32

Sumber : Dept. F & A, 2006 (diolah) (1)

Bulan

Biaya Penyimpanan Grade FB Biaya Listrik Biaya Handling Biaya Bhn. Pembantu Rp ? Rp ? Rp ?

Jan 33.906.290 -1,685,100 Feb 27.039.561 -0,25 14,359,065 1,12 Mar 29.694.008 0,09 82.950 -1 2.501.130 -4,74 Apr 31.974.673 0,07 May 32.934.826 0,03 -29.550 Jun 35.423.137 0,07 -7.800 -0,74 Jul 40.560.925 0,13 -23.550 2,02 1.380.000 -1 Aug 30.127.049 -0,35 Sep 22.976.731 -0,31 1.352.132 -1 Oct 22.888.602 -0,004 Nov 23.351.271 0,02 Dec 22.643.972 -0,03 1.036.844 -1 Total 353.521.045 -0,54 22.050 0,28 18.944.071 -6,62 Rata-Rata -0,05 0,09 -1,32

Sumber : Dept. F & A, 2006 (diolah) (2)

Page 118: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

101

Lampiran 9. Perhitungan Persediaan Pengaman Tahun 2006 dan 12 Bulan Berikutnya

1. Grade C3

ßu = ( ) ( )222LD DL ββ +

= ( ) ( )222 0233,0 21.773 5.116,460495,0 + à Tahun 2006

= 35,364.25707,819.295.1 +

= 42,183.553.1

= 1.246,27 è S = K x ßu = 3 x 1.246,27 = 3.738 boks Proyeksi :

ßu = ( ) ( )222 0233,023.9252.825,150495,0 + à Tahun 2007

= 29,753.31089,082.395 +

= 18,836.705

= 840,14 è S = K x ßu = 3 x 840,14 = 2.520 boks 2. Grade FB

ßu = ( ) ( )222LD DL ββ +

= ( ) ( )222 0233,06.5554.644,930495,0 + à 12 Bulan

= 91,233265,199.077.1 +

= 41,526.100.1

= 1.049,06 è S = K x ßu = 3 x 1.049,06 = 3.147 boks Proyeksi :

ßu = ( ) ( )222 0233,02.005787,850495,0 + à 12 Bulan

= 43,182.203,725.30 +

= 46,907.32

= 181,4 è S = K x ßu = 3 x 181,4 = 544 boks

Page 119: Oleh : Derry Andhika Wiwaha A14104662 · Semasa hidup penulis sekolah di TK. Rizky pada tahun 1988, SDN CIHERANG V lulus pada tahun 1995, SMP NEGERI 7 BOGOR lulus pada tahun ... Jurnalistik,

102

Lampiran 10. Proyeksi Optimalisasi Pasokan 12 Bulan ke Depan

(a) Grade C3

(b) Grade FB

Boks

hari

1.235

645

544

Waktu Pesan

Persediaan maksimum

Persediaan diterima

Waktu Pesan

Waktu Pesan

Waktu Pesan

Reorder point

Persediaan pengaman

EOQ = 691

6 8 12 14 18 20 24 26

Boks

hari

6.243

3.719

2.520

Waktu Pesan

Persediaan maksimum

Persediaan diterima

Waktu Pesan

Waktu Pesan

Waktu Pesan

Reorder point

Persediaan pengaman

EOQ = 3.723

6 8 12 14 18 20 24 26