studi kasus penanganan pyometra pada kucing …

27

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …
Page 2: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …
Page 3: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

STUDI KASUS

PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING LOKAL

Oleh

I GUSTI AGUNG GDE PUTRA PEMAYUN

ANNAS FARHANI

LABORATORIUM BEDAH VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 4: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

iv

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDULLEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iiKATA PENGANTAR ............................................................................... iiiDAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................................................ 11.2 Tujuan ..................................................................... 11.3 Manfaat ...................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pyometra .......................................................................... 22.2 Etiologi ....................................................................... 32.3 Tanda Klinik .................................................................... 42.4 Diagnosis .......................................................................... 42.5 Penanganan Pyometra....................................................... 4

BAB III MATERI DAN METODE3.1 Materi............................................................................... 8

3.1.1 Hewan ..................................................................... 831.2 Alat dan Bahan ....................................................... 8

3.2 Metode ...................................................................... 83.2.1 Preoperasi .......................................................... 83.2.2 Operasi .......................................................... 93.2.3 Pascaoperasi .......................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil ................................................................................ 144.2 Pembahasan .................................................................... 15

BAB V PENUTUP5.1 Simpulan ......................................................................... 185.2 Saran ............................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

Page 5: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Studi kasus di Rumah Sakit

Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Unud yang berjudul Penanganan

Pyometra pada Kucing Lokal. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih

jauh dari sempurna dan banyak pihak yang ikut serta membantu mulai dari persiapan

operasi sampai dengan pascaoperasi dan penyelesaian laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Bapak Dr. drh. I Ketut Anom Dada, MS selaku Direktur Rumah Sakit Hewan

Pendidikan FKH Unud yang telah memberikan tempat sekaligus ijin

penggunaan ruangan bedah dalam penanganan kasus Pyometra pada kucing

lokal.

2. Bapak Dr. Drh. I.G.N. Sudisma, M.Si Selaku dosen penguji kasus mandiri

Koasistensi Laboratroium Bedah Veteriner yang telah banyak memberikan

masukan untuk kesempurnaan laporan ini..

3. Bapak drh. I Wayan Gorda , M.kes selaku dosen Pembimbing kelompok

Koasistensi Laboratorium Bedah yang ikut memberikan masukan untuk

kesempurnaan laporan ini

4. Saudara Anas Farhani mahasiswa koasistensi sebagai penanggung jawab kasus

bedah mandiri yang telah ikut membantu memantau perkembangan pasien

sekaligus merawatnya sampai sembuh. .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran membangun penulis terima dengan tangan terbuka.

Denpasar, Maret 2016

Penulis

Page 6: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kucing merupakan salah satu jenis hewan kesayangan yang sering

dipelihara dirumah. Seiring dengan semakin banyaknya penggemar kucing,

semakin banyak pula populasi kucing saat ini, keadaan tersebut menyebabkan

semakin banyak diketahui jenis penyakit yang dapat menginfeksi kucing seperti

infeksi virus , parasit bakteri dan penyakit yang lainnya. Umumnya kucing

diperlihara secara tradisional oleh masyarakat dengan dilepasliarkan dan baru

diberikan makan apabila pulang kerumah. Namun dewasa ini dengan semakin

baiknya tingkat sosial ekonomi masyarakat, penyayang hewan kesayangan ini

telah merawat dan memelihara kucingnya dengan baik yaitu dengan dikandangkan

dan dilakukan pemeliharaan kesehatan secara rutin dengan membawa ke Klinik

Hewan untuk dilakukan vaksinasi dan perawatan lainnya. Banyak penyakit yang

dapat menyerang kucing yang sering dijumpai di Klinik Hewan atau ditempat

praktek dokter hewan belakangan ini. Salah satu penyakit reproduksi yang sering

dijumpai menyerang kucing betina yang disebabkan oleh infeksi bakteri adalah

pyometra (Feldman and Nelson, 2004).

Pyometra merupakan infeksi pada uterus (rahim) yang dapat bersifat akut

maupun kronis dengan adanya akumulasi pus (nanah) di dalam uterus. Pyometra

sering tidak terdeteksi pada awal infeksi, biasanya pyometra baru diketahui pada

saat penyakit sudah parah. Kucing betina yang terkena pyometra dapat

menunjukkan tanda klinis keluarnya leleran dari vagina (pyometra terbuka) atau

tanpa mengeluarkan leleran dari vagina (pyometra tertutup). Pyometra tertutup

harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya kematian pasien (Smith 2006),

hal ini karena akumulasi nanah terlokalisir di dalam uterus tanpa ada leleran

nanah yang keluar dari vagina sehingga sering menyebabkan terjadinya sepsis dan

kematian dalam waktu beberapa hari. Pada servik yang terbuka adanya akumulasi

Page 7: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

2

nanah dalam uterus yang cukup banyak akan mengalir keluar melalui vagina dan

sering menyebabkan pyometra kronik (Blendinger et al., 1997).

Komplikasi adanya gangguan fungsi ginjal dengan peningkatan kadar

BUN dan kreatinin serum sering menyertai pada kasus pyometra yang parah yang

dapat mempercepat kematian. Oleh karena itu diagnosa yang cepat dan tepat

diperlukan untuk penanganan kasus pyometra ini sehingga penanganan pyometra

dapat dilakukan dengan segera dan pasien dapat terhindar dari resiko kematian

(Erinda et al., 2011)

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan laporan Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana cara mendiagnosa yang cepat dan tepat , prosedur pembedahan

maupun tanpa pembedahan dan cara penanganan kasus pyometra pada

kucing setelah dilakukan pembedahan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk

menambah wawasan maupun memberikaan informasi kepada mahasiswa

dan dokter hewan praktisi mengenai tata cara mendiagnosis dan prosedur

penanganan yang benar tentang kasus pyometra pada kucing.

Page 8: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pyometra

Pyometra berasal dari kata pyo artinya nanah dan metra artinya uterus.

Pyometra berarti peradangan kronis dari mucosa uterus (endometrium) yang

disebabkan oleh adanya infeksi dan ditandai dengan adanya pengumpulan nanah

dalam uterus, serta dapat menyebabkan gangguan reproduksi yang bersifat

sementara (infertil) atau permanen (kemajiran). Pyometra dapat terjadi pada sapi,

anjing, kucing, dan kuda sedangkan pada hewan lain jarang terjadi.

(Hardjopranjoto. 1995)

Pyometra merupakan infeksi pada uterus (rahim) yang dapat bersifat akut

maupun kronis dengan adanya akumulasi pus (nanah) di dalam uterus. Pyometra

sering tidak terdeteksi pada awal infeksi, biasanya pyometra baru diketahui pada

saat penyakit sudah parah. Kucing betina yang terkena pyometra dapat

menunjukkan tanda klinis keluarnya leleran dari vagina (pyometra terbuka) atau

tanpa mengeluarkan leleran (pyometra tertutup). Pyometra tertutup harus segera

ditangani untuk mencegah terjadinya sepsis dan kematian pasien (Smith 2006).

Umumnya bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan kucing dengan

pyometra adalah bakteri yang normal ditemukan pada uterus kucing sehat. Pada

kasus pyometra, bakteri tersebut menjadi patogen (dapat menimbulkan penyakit)

dan menginfeksi uterus akibat faktor hormonal yang menyebabkan perubahan

struktur pada uterus. Bakteri yang biasanya terkait dengan pyometra adalah

Eschericia coli, namun bakteri lain seperti Staphylococcus, Streptococcus,

Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Haemophilus, Pasteurella, dan Serratia juga

pernah diperoleh dari uterus anjing yang mengalami pyometra (Feldman dan

Nelson 2004).

Page 9: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

4

2.2 Etiologi

Pyometra dapat ditimbulkan oleh kuman atau bakteri yang dalam keadaan

normal hidup didalam uterus dan saluran reproduksi lain; misalnya kuman

pyogenes yang karena suatu sebab menjadi patogen. Penyakit kelamin menular

seperti brucellosis, trichomoniasis dan vibrosis atau kuman yang non spesifik

seperti golongan coccus, coli juga dapat menyebabkan terjadinya pyometra pada

sapi. Pada induk penderita trichomoniasis fetus mati tidak diabortuskan, tetapi

dihancurkan oleh mikroorganisme ini sehingga menyerupai bubur dan bersama

nanah endometritis menjadi pyometra.

Pyometra dapat terjadi sesudah inseminasi buatan, perkawinan alam atau

sesudah partus. Dengan adanya inseminasi buatan ataupun perkawinan alami

dapat memberikan kontribusi yang cukup baik bagi mikroorganisme dari luar

untuk masuk kedalam uterus dan apabila induk sedang bunting dapat

menyebabkan fetus yang dikandung menjadi tertular, diikuti kematian dan

hancuran fetus berbentuk nanah dan menimbun sebagai pyometra. Masuknya

mikroorganisme ini dapat terjadi ketika dilakukan inseminasi intra uterin pada

hewan bunting dengan semen yng terkontaminasi sehingga terjadi kematian

embrio dan melanjut sebagai pyometra. Kasus pyometra setelah perkawinan alami

biasanya berhubungan dengan kematian embrio dini akhibat penyakit menular

yang telah disebutkan diatas

Pada kebayakan kasus pyometra terjadi menyusuli retentio secundinae dan

metritis postpartum, dimana sering terjadi pengeluaran nanah melalui vagina.

Pada trichomoniasis atau infeksi lainnya dapat terjadi kebuntingan muda dan fetus

dibinasakan oleh organisme yang bersangkutan. Fetus dan selaputnya hancur

sehingga menyebabakan pyometra. Dalam hal ini penyumbatan cervix dapat

menetap untuk waktu yang lama. Pada pyometra dinding uterus umumnya tebal

dan berat dan tidak memiliki tonus uterus berisi cairan yang mengumpul, tidakada

fetus, plasentoma dan selaput janin , tidak ada fremitus. cairan didalam uterus

dapat berupa air seperti sirup atau kental. Pyometra dapat terjadi setelah partus

Page 10: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

5

yang disertai dengan adanya retensi plasenta atau karena kelahiran yang sukar

(distokia) tanpa penanganan yang baik sehingga terjadi peradangan pada uterus

(endometritis) yang akut. Hal itu dimungkinkan karena terjadinya luka akibat

tertusuk oleh alat-alat kebidanan yang tidak steril pada waktu penanganan

distokia. Pyometra dapat dibedakan menjadi 2 tipe :

Pyometra terbuka, dimana pus dan toksin dapat mengalir keluar

dari uterus melalui cervix dan vutra.

Pyometra tertutup, dimana dan toksin tidak dapat keluar dari

uterus sehingga terjadi ruptur di uterus yang dapat berlanjut

menjadi peritonitis.

2.3 Tanda Klinis

Tanda klinis pyometra pada kucing betina antara lain adanya penurunan

nafsu makan, depresi, banyak minum, lesu, dan perut membesar dengan atau

tanpa adanya leleran vagina serta disertai terjadinya poliuria. Hasil pemeriksaan

darah kucing yang menderita pyometra antara lain jumlah sel darah putih sangat

tinggi dibandingkan dengan normalnya. Diferensial leukosit menunjukkan

terjadinya peningkatan yang sangat nyata pada sel-sel netrofil, pada preparat

hapus darah nampak terlihat sel-sel netrofil yang muda dalam jumlah yang

banyak. Ini sering digunakan sebagai patokan untuk mendiagnosa terjadinya

pyometra pada anjing, kucing dan hewan lainnya. Leleran pada vagina dapat

bersifat purulen (nanah), sanguinopurulen (nanah dan darah), mukoid (berlendir),

atau seperti pendarahan (Smith 2006).

2.4 Diagnosis

Menurut Agudelo (2005), diagnosa pyometra dapat ditegakkan melalui

sejarah penyakit dari pemilik, status siklus estrus, dan tanda klinis yang nampak.

Menurut Bigliardi (2004), diagnosa untuk kasus pyometra paling baik dilakukan

melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG), radiografi (rontgen) dan pemeriksaan

Page 11: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

6

darah yaitu adanya leukositosis (left sheft netrofilia). Hasil USG kucing yang

terkena pyometra antara lain uterus berisi cairan dan dindingnya mengalami

penebalan seperti terlihat pada Gambar 1. Dibawah ini.

Gambar 1. Hasil USG terlihat adanya pembesaran pada uterus

Selain pemeriksaan USG dilakukan juga pemeriksaan hematolgi rutin pada

pasien, hasil dari pemeriksaan hematologi rutin diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan

Total Eritrosit 5,86 5-10 103 /µl Normal

Total Leukosit 47,47 5,5-19,5 103 /µl Meningkat

Trombosit 145 300-800 103 /µl Turun

Page 12: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

7

Hemogoblin 9,5 8-15 g/dl Normal

Hematokrit 28,91 24-45 % Normal

MCHC 32,7 30-36 g/dl Normal

MCH 16,1 12,5-17,5 Pg Normal

MCV 49 39-55 fl Normal

Limfosit 7,3 20-55 % Turun

Neutrofil 89,7 35-80 % Meningkat

Monosit 1,5 1-3 % Normal

Eosinofil 1,5 0-10 % Normal

Basofil 0 0-1 % Normal

Dari hasil pemeriksaan darah dapat terlihat adanya peningkatan total

leukosit dan neutrofil, sehingga dapat didiagnosa bahwa hewan tersebut

mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan disertai dengan adanya

penurunan junlah limfosit dan trombosit. Turunnya trombosit sebagai akibat dari

adanya peradangan yang berat pada uterus.

2.5 Penanganan Pyometra

Penanganan pyometra tertutup yang terbaik adalah dengan dilakukan

operasi pengangkatan saluran reproduksi dan kandung telur (ovariohisterektomi),

penanganan ini adalah penanganan yang paling aman dan efektif untuk

menangani kasus pyometra pada anjing maupun kucing.. Namun, penanganan

pada kasus pyometra ini sangatlah berbeda dibandingkan dengan pengangkatan

saluran reproduksi (ovariohisterektomi) yang rutin dilakukan pada hewan yang

sehat. Pada saat mengangkat uterus harus dilakukan secara hati-hati dikarenakan

besar dan lemahnya uterus, cairan atau isi dari uterus yang terinfeksi jangan

sampai tumpah karena akan mencemari jaringan organ yang lain dan memastikan

Page 13: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

8

semua organ yang terinfeksi dibuang apabila ada yang tertinggal dapat memicu

lagi pyometra pasca operasi atau terjadinya peradangan pada rongga abdomen

(peritonitis). Pada saat operasi, antibiotik berspektrum luas harus diberikan secara

intravena untuk menghilangkan infeksi selama beberapa hari biasanya sampai 5

hari.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk pyometra terbuka yang uterusnya

masih berfungsi normal adalah diberikan oksitosin dan antibiotik, oksitosin

berfungsi meningkatkan kontraksi miometrium dan merelaksasikan serviks

sehingga cairan yang berada di uterus dapat dikeluarkan (Gabor et al. 1999).

Oksitosin mengakibatkan kontraksi dinding uterus dan membuka cerviks diikuti

dengan keluarnya nanah, antibiotik juga diberikan untuk menghilangkan infeksi

sekunder yang telah terjadi. Biasanya cara ini dilakukan untuk hewan yang

diperlukan untuk pembiakan (breeding) dimana pembedahan tidak diinginkan

oleh pemeilik untuk dapat menghasilkan keturunan. Pemberian hormon dapat

dilakukan untuk 3 sampai 5 hari, namun keberhasilan penanganan menggunakan

hormon ini lebih rendah dibandingkan dengan pembedahan ovariohisterektomi.

Selain itu harga hormon masih mahal dan dapat menyebabkan beberapa efek

samping terutama efek karsinogenik, Efek samping yang lainnya antara lain

mudah letih, napas terengah-engah, defekasi, salivasi dan sakit pada bagian perut.

Efek ini terjadi dalam 15 menit setelah preparat hormon diberikan dan dapat

bertahan beberapa jam.

Flushing atau irigasi juga dapat dilakukan untuk penanganan pyometra

yang servik terbuka agar tidak dilakukan tindakan pembedahan. Flushing dapat

dilakukan dengan larutan yodium 1-2%, terkadang cara ini dapat memberikan

hasil yang cukup baik dalam usaha mengeluarkan nanah dari uterus. Stimulasi

pada uterus dapat dilakukan dengan cairan antiseptik seperti larutan lugol

sebanyak 2,5 ml yang dicampur kedalam 250 ml aquades, larutan ini diberikan

untuk flushing kedalam uterus, flushing dilakukan dengan kateter dan larutan

dikeluarkan kembali setelah uterus dipijat. Dengan cara ini, sisa nanah yang

terkumpul dapat dikeluarkan walaupun tidak seluruhnya habis.

Page 14: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

9

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Hewan

Hewan kasus yang digunakan adalah kucing lokal betina berumur 8 bulan,

berwarna hitam belang kuning, dengan berat badan 2,3 kg. Hewan memiliki nafsu

makan yang kurang bagus, depresi dan lemah. Tanda klinis yang nampak perut

membesar dan terdapat leleran kental yang keluar dari vagina. Kucing belum

menunjukkan adanya muntah dan terjadi poliuria.

3.1.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang dipergunakan adalah seperangkat alat bedah laparotomi,

dan perlengkapan operasi lainnya seperti kain drap, sarung tangan, masker dan

lain-lain. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan obat-obatan, benang

operasi (cat gut 2/0 dan vicryl 2/0)

Obat-obatan yang dibutuhkan antara lain :

Atrofin sulfat (premedikasi) sediaan 0,25 mg/ml

Xilazin dan ketamin (anestesi) sediaan masing-masing 20 mg/ml dan

100 mg/ml

Amoxan sirup

Vicilin 100 mg/ml

3.2 Metode Operasi

Pada kasus pyometra kucing lokal diatas ditangani dengan prosedur

pembedahan, walaupun termasuk jenis pyometra yang terbuka karena pemilik

mempertimbangkan dari segi finansial dan ras kucing termasuk ras lokal. Dengan

melakukan flushing mungkin membutuhkan biaya yang lebih tinggi karena harus

dilakukan berulang-ulang dan tingkat keberhasilan tidak menjamin 100 persen.

Page 15: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

10

3.2.1 Preoperasi

Pasien terlebih dahulu dipuasakan makan selama 12 jam sebelum operasi

dan puasa minum 4 jam sebelum operasi. Ruang operasi, meja dan alat operasi

dibersihkan kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan alat steril, sedangkan

meja operasi menggunakan desinfektan dan alkohol. Setelah persiapan alat,

bahan, dan operator telah siap, pasien diberi premedikasi anestesi. Premedikasi

yang digunakan adalah tropin sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB secara subkutan.

Idealnya pada tahapan selanjutnya dilakukan pemasangan kateter intravena untuk

pemasangan infus NaCl, kemudian dilakukan restrain pada pasien secara humanis

dan legeartis. Setelah infus terpasang, 10 menit kemudian diberi anestesi dengan

menggunakan kombinasi xilazin dan ketamin diinjeksikan secara intravena (IV)

secara pelan-pelan sambil melihat tanda-tanda stadium anestesi. Setelah kucing

teranestesi sampai mencapai stadium 3 plane 2 segera pasang endotracheal tube

dan dilanjutkan dengan anestesi inhalasi untuk mempertahankan keadaan anestesi.

Pasien yang telah teranestesi diletakkan di meja operasi dengan posisi dorsal

recumbency.

3.2.2 Operasi

Setelah kucing tersebut teranestesi dengan baik, kucing tersebut

diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.

Kemudian bersihkan daerah operasi dengan semprotkan terlebih

dahulu dengan alkohol 70 % secara berulang

Bersihkan dan desinfeksi daerah sekitar operasi/insisi dengan

menggunakan betadine.

Setelah itu, buatlah sayatan pada garis tengah abdomen dari posterior

umbilikus dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm kebelakang tepat

diatas vesica urinaria, lapisan pertama yang disayat adalah kulit

kemudian jaringan subkutan.

Jaringan subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga terlihat linea

alba dan dilakukan insisi pada linea alba untuk membuka rongga

Page 16: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

11

abdomen. Setelah itu bagian tepi linea alba dijepit kiri dan kanan

dengan menggunakan Allis forcep.

Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan

posterior menggunakan gunting tajam- tumpul (bertujuan agar tidak

melukai organ bagian dalam), dengan panjang sesuai dengan sayatan

yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka,

kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium.

Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari

telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus

ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra

abdominal.

Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan ovarium dan dipreparir

hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa

bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus

(mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx), dan

penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus

dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai

robek atau rupture.

Dengan menggunakan klem arteri, dilakukan penjepitan pada bagian

penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan

dilakukan menggunakan dua klem arteri yang dijepitkan pada

penggantung tersebut secara bersebelahan.

Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan

pengikatan menggunakan benang vicryl 2/0

Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut

menggunakan gunting pada posisi diantara dua klem arteri tadi.

Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan

uterus tidak dilepas sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas

secara perlahan-lahan, sebelumnya pastikan tidak ada perdarahan

lagi.

Page 17: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

12

Berikan cairan infuse agar organ tidak terlalu kering dan lakukan hal

yang sama pada bagian uterus yang disebelahnya, dilakukan

penjepitan, pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama.

Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka

selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian

corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan klem yang agak

besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri

menggunakan benang vicryl 2/0. Dilakukan pengikatan dengan kuat

melingkar pada corpus uteri menggunakan benang vicryl 2/0, dan

pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan lebih

kuat.

Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada

bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua klem tadi.

Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh,

dan jika sudah tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat

dilepas secara perlahan dan sebelum ditutup jangan lupa ditetesi

dengan larutan antibiotik (PS) yang telah diencerkan

Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan

benang vicryl 2/0 untuk menutup rongga abdomen berturut turut

dilakukan penjahitan aponeurose dari M. obliqous abdominis

externus dan internus dengan menggunakan teknik terputus

sederhana (simple interrupted). Pastikan jahitan tidak melukai atau

mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu

penjahitan.

Penjahitan terakhir dilakukan pada jaringan subkutan dan kulit

dengan teknik jahitan sederhana menerus pada jaringan subkutan

menggunakan benang chromic 2/0 dan dilanjutkan dengan jahitan

sederhana terputus pada kulit menggunakan benang silik 2/0.

Dalam proses penjahitan jangan lupa diberi larutan penicilin

steptomicin yang telah diencerkan sedikit demi sedikit secara merata

pada semua jaringan.

Page 18: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

13

Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan mengusap bagian

jahitan dengan betadine, pada jahitan secara merata dan kemudian

tutup dengan hypavix dan dipasang gurita untuk melindungi jahitan

supaya kering, tidak ada kontaminasi dan tidak digigit sehingga

jahitan tidak lepas.

Tabel 2. Gambar Proses Operasi

NO GAMBAR OPERASI KETERANGAN

1. Keluar pus dari

vulva

Page 19: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

14

2.

Hasil USG

3.

Uterus yang

mengalami pyometra

Page 20: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

15

3.2.3 Pascaoperasi

Setelah operasi dilakukan penyuntikan antibiotik vicilin 0,3 ml

secara intravena melalui insfus yang telah terpasang untuk mencegah dan

menghilangkan terjadinya infeksi sekunder selama 5 hari dalam dosis

terbagi yaitu pagi, siang dan malam. Selain itu juga diberikan anti radang

golongan steroid deksametason tab 0,5 mg 3 kali ½ dalam sehari juga

selama 5 hari untuk meredakan terjadinya peradangan. Cairan infus

Laktat Ringer juga diberikan sampai kondisinya stabil yaitu mau makan

dan minum biasanya sampai 5 – 7 hari setelah operasi. Disamping itu juga

diberikan suntikan biodin injeksi 0,2 ml stiap dua hari sekali untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan napsu makan.

Page 21: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Operasi

Pengamatan Tanda Klinis Gambar

Hari ke 1 s/d

3

Kucing masih lemah

dan tidak banyak

bergerak, nafsu

makan dan minum

masih belum bagus ,

luka operasi masih

nampak basah dan

terjadi peradangan.

Hari ke 4 s/d

6

Nafsu makan dan

minum sudah mulai

membaik, kencing

lancar, luka operasi

masih bengkak dan

terjadi peradangan

dan kucing mulai

bergerak

Page 22: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

17

Hari ke-7 s/d

11

Nafsu makan dan

minum sudah mulai

normal, defikasi dan

kencing mulai

normal, luka bekas

operasi mulai

mengering dan

reaksi peradangan

berangsur-angsur

berkurang dan

kucing sudah mulai

aktif bergerak

Hari ke-12

pascaoperasi

Kucing sudah aktif

bergerak, nafsu

makan dan minum

baik, luka operasi

sudah mengering

dan tertutup dan

jahitan sudah dilepas

Page 23: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

18

4.2 Pembahasan

Tanda klinis pyometra pada kucing betina yang dipakai studi kasus antara

lain adanya penurunan nafsu makan, depresi, banyak minum, lesu, dan perut

membesar dengan atau tanpa adanya leleran vagina. Hasil pemeriksaan darah

anjing yang menderita pyometra antara lain jumlah sel darah putih (leukosit)

sangat tinggi dibandingkan dengan kisaran normal. Leleran pada vagina dapat

bersifat purulen (nanah), sanguinopurulen (nanah dan darah), mukoid (berlendir),

atau seperti pendarahan (Smith 2006). Ini menunjukkan bahwa kucing mengalami

pyometra dengan cervik yang terbuka dan umumnya bersifat kronis, hal ini sesuai

dengan anamnesis dari sipemilik yang mengatakan bahwa kejadiannya sudah

terjadi dalam beberapa minggu.

Apabila terjadi fertilisasi, maka corpus luteum akan persisten pada awal

masa kebuntingan. Hal ini dikarenakan progesteron dibutuhkan dalam

mempersiapkan uterus untuk implantasi embrio. Corpus luteum akan beregresi

setelah fungsi produksi progesteron digantikan oleh plasenta. Pada kasus

pyometra, corpus luteum tetap persisten dalam waktu yang lama walaupun tidak

terjadi kebuntingan. Hal ini dikarenakan adanya infeksi uterus yang mengganggu

mekanisme luteolisis sehingga corpus luteum tidak beregresi. Corpus luteum

persisten juga sering dihubungkan dengan infeksi uterus yang timbul karena

retensi sisa-sisa plasenta akibat kebuntingan (Hunter 1995).

Corpus luteum yang persisten menyebabkan hormon estrogen dan

progesteron terus diproduksi. Progesteron mengakibatkan perubahan patologis

pada uterus sehingga tercipta lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Perubahan patologis yang dialami uterus adalah penebalan endometrium secara

terus-menerus, peningkatan sekresi kelenjar uterus, dan penurunan kontraksi

miometrium (Smith 2006).

Jika bakteri tersebut sangat virulent, sel darah putih (leukosit) tidak bisa

membunuhnya. Leukosit akan mati dan terakumulasi sebagai nanah atau pus

Page 24: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

19

dalam uterus. Nanah dan sekresi kelenjar yang tertimbun didalam uterus tidak

dapat dikeluarkan karena kadar esterogen yang tingi menyebabkan efek negatif

(feedback negatif) pada kelenjar pituitaria anterior sehingga kadar esterogen

rendah dan kontraksi uterus berkurang. Hal ini dibuktikan dengan ditemukan

korpuus luteum dan kista folikel pada ovarium hewan yang menderita pyometra.

Selama operasi berlangsung status presen hewan diamati setiap 10 menit,

hal ini dilakukan untuk mngetahui kondisi hewan selama operasi. Setelah

dilakukan operasi kucing ditempatkan di tempat yang bersih dan kering , luka

bekas operasi di kontrol dan dijaga setiap hari, pemberian antibiotik rutin

dilakukan agar mengurangi terjadiya infeksi sekunder. Diet makanan lunak

diberikan jika hewn masih terlihat lemas, selanjutnya konsistensi makanan dapat

ditingkatkan secara bertahap. Pada kucing yang dilakukan ovariohisterektomi,

satu minggu setelah operasi kondisinya masih belum sehat dimana napsu makan

masih sangat kurang berbeda dengan operasi ovariohisterektomi pada kucing

sehat. Hal ini menunjukkan kucing yang dipakai kasus perlu penanganan darurat

yang harus segera dilakukan karena mengancam keselamatan pasien tersebut.

Sedangkan pada operasi steril kucing termasuk operasi elektif yang dikerjakan

pada kucing-kucing yang sehat sehingga pemulihan kondisinya sangat cepat dan

sangat berbeda dengan pasien yang menderita pyometra.

Lambatnya proses kesembuhan pada kucing kasus pyometra diatas bisa

diakibatkan karena kondisi kucing yang sudah sangat lemah akibat terinfeksi oleh

pyometra yang sudah kronik. Efek samping dari pyometra yang toksik dapat

Page 25: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

20

berpengaruh pada ginjal sehingga mengakibatkan terjadinya poliuria dan

dibarengi dengan polidipsia. Adanya efek yang berpengaruh pada organ lainnya

selain uterus akan memperparah keadaan dan mengakibatkan pemulihan pasca

operasi sangat lama tergantung tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Bright (1986)

mengatakan kesembuhan pada pyometra yang toksik dapat mencapai 3 minggu

tergantung derajat keparahan dari pyometra dan pada beberapa kasus dapat

menyebabkan terjadinya kematian.

Page 26: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

21

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

1. Kucing lokal betina umur 8 bulan dengan tanda klinis adanya leleran

kental yang keluar dari vagina dan ditunjang oleh pemeriksaan USG

dan hematologi rutin (leukositosis) didiagnosa menderita pyometra

dengan servik terbuka.

2. Pyometra terbuka pada kucing kasus ditangani dengan pembedahan

ovariohisterektomi yaitu dengan mengangkat ovarium dan uterus.

3. Kesembuhan pada kucing kasus pyometra terbuka yang ditangani

dengan ovariohisterektomi diamati setelah hari ke-12.

5.2 Saran

Pencegahan terbaik untuk hewan yang mengalami pyometra adalah :

1. Spay (sterilisasi) kucing betina sebelum umur 6 bulan, apabila kucing

betina digunakan untuk breeding, spaying direkomendasikan

dilakukan setelah masa breedingnya selesai (umur 4-5thn).

2. Tidak dianjurkan untuk penggunaan suntikan progesteron untuk

sterilisasi pada anjing maupun kucing apalagi dilakukan secara

berulang.

3. Kesehatan dan kebersihan lingkungan selalu dijaga agar tetap bersih

sehingga resiko penyebaran penyakit bisa dihindari.

Page 27: STUDI KASUS PENANGANAN PYOMETRA PADA KUCING …

22

DAFTAR PUSTAKA

Agudelo, C.F. 2005. Cystic Endometrial Hyperplasia-pyometra Complex in

Cats. Vet Quart 27(4):173-182.

Bigliardi, E. 2004. Ultrasonography and Cystic Hyperplasia–pyometracomplex in

the Bitch. Reprod Domest Anim39:136–40.

Bright, R.M. 1986. Surgical Emergencies. Churchill Livingstone New York,

London, Melbourne.

Feldman, E.C, and Nelson, R.W. 2004. Canine and Feline Endocrinology and

Reproduction. Ed ke-3. USA: Saunders.

Gabor G, Siver L, and Szenci, O. 1999. Intravaginal prostaglandin F2 alpha for

the treatment of metritis and pyometra in the bitch. Acta Vet Hung

47:103–108.

Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina

Domestik. DK Harya Putra, penerjemah; Bandung: penerbit ITB.

Terjemahan dari: Physiology and Technology of Reproduction in

Female Domestic Animals.

Smith, F.O. 2006. Canine Pyometra. Theriogenology 66:610-612