stripping-ratio & pit limit

17
1 STRIPPING RATIO (SR) Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volume (tonase) tanah penutup yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut : SR = Total Volume OB / Total Tonase Batubara Total Volume OB di dapatkan dengan menggunakan rumus kerucut terpancung. - Rumus Kerucut Terpancung = V : L / 3 (S1 + S2 + ( S1 + S2) I ^ 2 ) Keterangan: V = Volume cadangan L = Jarak S1 dan S2 S1 = Luas Penampang Atas S2 = Luas Penampang Alas - Untuk mencari total volume OB, maka tahapan yang dilakukan adalah membuat penampang. Dimana jika diketahui jarak sebenarnya di lapangan adalah 200m dan pada peta 1.8, maka didapatkan skala= 200/1.8= 111.11. - Untuk mendapatkan interval perpenampang, jika diketahui arah sebarannya 50m. Maka: 1.8 = 200 Nama : Suan Ishen Simamora | Nim : 12 306 089

Upload: ishen-simamora

Post on 20-Sep-2015

49 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

nhn

TRANSCRIPT

STRIPPING RATIO (SR)Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volume (tonase) tanah penutup yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut :

SR = Total Volume OB / Total Tonase Batubara

Total Volume OB di dapatkan dengan menggunakan rumus kerucut terpancung.

Rumus Kerucut Terpancung

= V : L / 3 (S1 + S2 + ( S1 + S2) I ^ 2 )

Keterangan:

V = Volume cadangan

L = Jarak S1 dan S2

S1= Luas Penampang Atas

S2= Luas Penampang Alas

- Untuk mencari total volume OB, maka tahapan yang dilakukan adalah membuat penampang. Dimana jika diketahui jarak sebenarnya di lapangan adalah 200m dan pada peta 1.8, maka didapatkan skala= 200/1.8= 111.11.

- Untuk mendapatkan interval perpenampang, jika diketahui arah sebarannya 50m. Maka:1.8 = 200 X 50

X = (1.8 x 50 ) / 200 = 0.45 cm Setelah mendapatkan skala dan interval, tahap selanjutnya adalah mencari L yaitu jarak S1 dan S2.

L = skala x interval = 111.11 x 0.45 = 49.9995

Untuk mencari S1 dan S 2 ( L)

L = ( jumlah kotak pada mm block x 25 ) X (0.1 x skala) ^2Tahap terakhir adalah dengan mencari volume OB dengan menggunakan metode kerucut terpancung pada rumus di atas. Volume OB tersebut dihitung perpenampang dan nanti akan dijumlahkan sehingga menjadi total volume OB.Cara mencari Total Volume Batubara sama dengan mencari Total Volume OB yaitu dengan metode kerucut terpancung. Dengan skala, interval penampang juga sama seperti di atas, yang membedakan hanya mencari S1 dan S2 ( L) L = ( jumlah kotak pada mm block x 1 ) X (0.1 x skala) ^2Setelah di dapatkan total volume batubara maka dikalikan dengan berat jenis batubara yaitu 1.3 yang biasa disebut dengan tonase.

Setelah semuanya telah diketahui baik Volume OB dan Tonase BB, maka di gunakanlah rumus Striping Ratio (SR)Break Even Stripping Ratio (BESR)Yaitu perbandingan antara keuntungan kotor dengan ongkos pembuangan OB.Cost penggalian bijih

BESR =---------------------------------------

Cost pengupasan OB

Untuk memilih system penambangan digunakan istilah BESR-1 bagi open pit yaitu overall stripping ratio.BESR-1 > 1 = Tambang terbukaBESR-1 < 1 = Tambang dalamBESR = 2 = Bisa Tambang terbuka/Tambang dalam

Kemudian setelah ditentukan yang dipilih Tambang terbuka maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan tiap tahap digunakan istilah economic stripping ratio (BESR-2).

Recovable value/ton ore - Production cost/ton ore

BESR-2 = -----------------------------------------------------------------------------

Stripping cost/ton ore

BESR-2 untuk menentukan maksimal berapa ton waste yang disingkirkan untuk memperoleh 1 ton ore agar tahap penambangan ini masih memberikan keuntungan (max allowable stripping ratio) dan untuk menentukan batas pit (pit limit).BESR merupakan kelanjutan dari tahapan SR, dimana dalam tahap BESR ini berkaitan dengan biaya-biaya seperti biaya produksi, BBM, biaya administrasi&umum, Gajih&upah, investasi jalan, pelabuhan dan lain-lain.a. Biaya Produksi:

Pada biaya produksi menjelaskan tentang biaya pada alat-alat mekanis yang digunakan seperti:DESKRIPSIJENIS ALAT

OVERBURDENBULLDOZER D85ESS-2A

DUMP TRUCK HINO DUTR0 130 HD

EXCAVATOR PC 600-6E

WINCH & RIPPER

BATUBARABULLDOZER D85ESS-2A

DUMP TRUCK HINO DUTRO 130 HD

EXCAVATOR PC 600-6E

HAULLING TO PORTDUMP TRUCK HINO FM 500 JD

EXCAVATOR PC 600SE-8

STOCKPILE & PELABUHANGENERATOR SET IZUZU

WHELL LODER

BELT CONVEYOR

PEMELIHARAAN JALANMOTOR GRADER GD511A-1

VIBRATOR ROLLER BOMAG BW213DH

WATER TANK

PERALATAN PENUNJANGTRUCK TANGKI MINYAK

WATER PUMP

GENERATOR SET IZUZU

BUS KARYAWAN

MOBIL STRADA TRITON

(KENDARAAN PENGAWAS)

TRAILER 20 TON

Alat-alat tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan yang ada (jumlah alat), dimana bila dikalikan dengan harga-harga alat tersebut didapatkan jumlah total biaya produksi.b. BBM,oli dan PerawatanBerdasarkan pada biaya produksi dan alat mekanis yang ada. Maka diperlukan biaya BBM dan perawatan pada alat. Dimana biaya BBM diketahui Rp. 9.500/liter dan dihitung juga biaya produksi/jam hasil tersebut dkalikan berdasarkan umur tambang yang telah diketahui.

c. Biaya administrasi dan umum

Pada biaya administrasi dan umum merupakan total biaya pekerja pada bagian administrasi dan umum dalam suatu pertambangan.Deskripsi GajiRekrut

Direktur1

Kepala teknik1

Supervisor5

Admin dan kasir3

Sekretaris2

Satpam10

Mekanik4

Helper mekanik8

Tukang masak10

Biaya Lain - lain

Total44

Pekerja tersebut digajih sesuai dengan standar yang berlaku dan umur tambang yang telah diketahui.

d. Gajih dan Upah

Pada gajih dan upah merupakan total biaya pekerja dalam suatu pertambanganJabatanJumlah Pekerja

Manager Operasi1

Supervisor1

Quality Control1

Port Captain1

Mekanik1

Helper mekanik1

Kasir1

Administrator1

Satpam1

Checker1

Operator Genset2

Operator Load Out Conveyor1

Helper LOC1

Tukang masak4

Total gaji18

Pekerja tersebut digajih sesuai dengan standar yang berlaku dan umur tambang yang telah diketahui.

e. Biaya investasi jalan, pelabuhan dan lain-lain.

NO. DESKRIPSIVOLUMESATUAN

TOTAL

1Perizinan (KP, Jalan dan Pelabuhan)

Perizinan peningkatan ke Eksplorasi

Jalan dan Pelabuhan

Biaya konsultan (surveyor, desain dan monitoring)

2Pembebasan Lahan

Pembebasan Lahan untuk stockpile10Ha

pembebasan lahan untuk jalan (2900mx20m)6Ha

pembebasan lahan untuk jalan (700mx20m)15Ha

3Konstruksi dan up-grade jalan

cut and fill untuk stockpile dari port 60 M

cut and fill untuk jalan 58,000 M

cut and fill untuk jalan 140,000 M

material perkerasan jalan 90,000 M

seting pond 10,000 M

4Pemasangan crushing plant dan conveyor loading

crushing plant 1 Unit

load out conveyor 1 Unit

jetty 2 Unit

5pembangunan Sarana dan prasrana

mess, camp dan kantin 1,000 M

bengkel dan gudang 300 M

rumah genset 100 M

timbangan 1 Unit

instalasi listrik

6inventaris kantor

komputer/laptop5Unit

printer10Unit

power supply10Unit

radio rig dan assesoris10Unit

HP untuk pengawas3Unit

kursi dan meja20Unit

peralatan dapur

white board6Buah

GPS 4Buah

kompas4Buah

shunto4Buah

7Kendaraan

Roda Dua6Buah

8Biaya Umum

Sewa Rumah2Buah

Jumlah Total Investasi

Setelah semua biaya-biaya tersebut diketahui mulai dari biaya produksi, BBM, biaya administrasi&umum, Gajih&upah, investasi jalan, pelabuhan dan lain-lain. Maka biaya tersebut ditotalkan menjadi ongkos biaya produksi. Pendapatan/ton bijih didapat berdasarkan tonase BB x Harga BB/ton. Sedangkan biaya striping cost/ ongkos pengupasan tanah di dapat dari penjumlahan total biaya BBM, Oli dan Perawatan + Total harga alat + Biaya Pengupasan OB + Biaya Pengupasan lahan. Hasil pendapatan, ongkos produksi, serta biaya striping cost tersebut di masukan dalam penghitungan BESR. Bila diketahui nilai BESR lebih besar dari Striping Ratio maka diasumsikan bahwa tambang tersebut menggunakan metode tambang terbuka. Dan jika diketahui nilai SR lebih besar dari nilai BESR maka diasumsikan bahwa tambang tersebut termasuk tambang bawah tanah, tetapi dilihat juga berdasarkan faktor-faktor lainnya.PIT LIMIT1 Karakteristik Perancangan Batas Akhir PenambanganPerancangan batas akhir penambangan merupakan bagian dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah geometri (Arif, 1998). Menurut Wright (1990) batas akhir penambangan diartikan sebagai bentuk dan ukuran dari sebuah tambang (terbuka) pada saat penambangan tersebut berakhir secara total.Penilaian yang akan dilakukan dalam perancangan batas akhir penambangan adalah parameter fisik dan ekonomi. Parameter fisik berkaitan dengan sudut kemiringan lereng (stabilitas lereng) dan parameter ekonomi berkaitan erat dengan nilai bersih suatu blok. Penilaian ini juga berarti bahwa batas akhir penambangan akan mewakili batas optimum dari semua material yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu suatu blok material tidak akan ditambang apabila nilai blok tersebut tidak dapat menutupi biaya untuk penambangan, pengolahan dan biaya pengupasan blok-blok yang berada di atasnya. Dengan kata lain, yang ingin dicapai dalam menentukan batas akhir penambangan adalah penentuan batas penambangan pada suatu cebakan mineral, yang pada batas tersebut akan dapat memaksimalkan nilai bersih total dari mineral (Arif, 1998).1.1 Geometri LerengSebelum dilakukan operasi penambangan, maka kestabilan atau kekuatan lereng harus diketahui terlebih dahulu. Kestabilan ini terkait erat dengan sudut lereng yang mempunyai pengaruh besar terhadap nilai ekonomis. Sudut lereng ini dibentuk berdasarkan karakteristik material pada batuan. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap geometri lereng adalah ukuran fisik peralatan, baik peralatan pemboran, alat angkut maupun alat gali dan atau muat. Geometri lereng akan terpengaruh ukuran fisik peralatan karena terkait erat dengan efisiensi kerja.Gambar 2.1 dan 2.2 merupakan ilustrasi dari jenjang dan sudut lereng tunggal serta sudut lereng keseluruhan. Setiap jenjang membagi permukaan bagian atas (crest) dan permukaan bagian bawah (toe), jarak keduanya merupakan tinggi jenjang (H).

Bidang miring yang terbentuk pada jenjang disebut bench face (bidang muka jenjang). Sudut yang terbentuk antara bench face dan lantai bawah jenjang disebut sebagai bench face angle (individual sloope). Sedangkan sudut yang dibentuk antara toe paling bawah dan crest paling atas adalah overall slope atau disebut juga sebagai final pit slope angle (sudut lereng akhir).

1.2 Model Blok untuk Perancangan PenambanganModel blok merupakan dasar dari hampir semua pemrograman komputer yang digunakan untuk perancangan tambang. Sebuah model blok adalah suatu blok berbentuk 3D yang diasumsikan dapat mewakili sebuah cadangan mineral. Untuk keperluan perancangan, blok tersebut dapat dibagi menjadi ukuran yang lebih kecil (Gambar 2.3). Posisi geometri setiap blok dapat diketahui secara tepat dengan sistem koordinat yang sesuai. Setiap blok ditandai dengan data-data geologi, mekanika batuan, pengolahan dan data ekonomi mengenai karakter atau jenis material yang berada dalam setiap blok. Penentuan data setiap blok dipengaruhi oleh jenis teknik interpolasi yang digunakan. Tiga cara yang umumnya digunakan (Wright, 1990) adalah ;1. Geostatistik menggunakan teknik kriging.2. Metode inverse distance weighting.3. Metode Poligon.Ada dua jenis model blok yang dikenal, yaitu model blok tetap dan model blok tidak tetap. Model blok tetap berarti dimensi panjang, lebar dan tinggi blok berukuran sama, sedangkan blok tidak tetap, ukuran panjang dan lebar dapat berubah-ubah (Wright, 1990).

a. Model Blok

b. Model Blok Setelah Dibagi-bagi Gambar 2.3Model Blok1.3 Nilai Ekonomi BlokPrinsip utama dari perancangan batas akhir penambangan adalah untuk mengetahui batas-batas kumpulan dari blok-blok individu yang akan memberikan nilai ekonomi paling maksimal, dengan tanpa mengabaikan sudut lereng yang aman. Blok-blok individu tersebut dapat diketahui nilai ekonomisnya dengan rumus berikut : Nilai ekonomi per tonNilai bersih (NV) = Nilai kotor (GV) Total biaya pengupasan (TC)GV ($) = perolehan pabrik pengolahan (%) x perolehan pabrik peleburan (%) x kadar (%) x harga mineral ($/lb) x 20 lb/%TC ($) = biaya penambangan + biaya pengolahan + (biaya administrasi & umum) + (biaya peleburan, pmurnian dan pengapalan) Nilai ekonomi per blok = nilai ekonomi per ton x volume blok faktor tonase = nilai ekonomi per ton x berat blokNilai ekonomi blok waste (material buangan) akan selalu lebih kecil atau sama dengan nol. Nilai blok bijih akan selalu lebih besar dari nol. Sedangkan nilai blok campuran dapat bernilai lebih kecil dari nol, sama dengan nol atau lebih besar dari nol, tergantung jumlah dan kualitas bijih dalam blok.2 Perancangan Batas Akhir Penambangan Metode Lerchs-Grossmann2.1 Metode 2DSeperti halnya metode manual, metode Lerchs Grossman merancang tambang pada penampang vertikal. Metode Lerchs-Grossmann 2D akan merancang pada penampang vertikal tambang yang memberikan nilai bersih paling maksimal. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Helmut Lerchs dan Ingo Grossmann pada 1965. Metode ini memiliki motivasi bahwa pada dasarnya penentuan batas akhir penambangan yang optimum menggunakan penampang blok 2D, dapat dilakukan dengan mudah (Arif, 1998). Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam pemrograman ini adalah bahwa nilai ekonomi tiap blok dalam penampang sudah harus diketahui, demikian pula nilai overall slope. Selain itu tujuan yang akan dicapai adalah mencari nilai keuntungan total yang maksimal (nilai material yang ditambang dikurangi ongkos penambangan). AlgoritmaPrinsip dasar dari perancangan batas akhir penambangan dapat dijelaskan melalui ilustrasi pada Gambar 2.4. Gambar 2.4a menunjukkan sebuah penampang 2D dari model blok, dengan nilai ekonomi yang masing-masing tertera dalam tiap-tiap blok (merupakan nilai bersih dari setiap blok apabila ditambang dan diproses secara individu). Berikut urutan penjelasan terhadap prinsip dasar dari perancangan Metode Lerchs-Grossmann :1. Sudut Lereng, jika ukuran blok dalam model sudah pasti, maka dapat ditentukan jumlah blok ke atas dan ke bawah untuk setiap blok (pada penampang) yang paling mendekati kendala sudut lereng. Jika ukuran blok masih dapat diatur, maka lebih baik ukuran blok disesuaikan dengan sudut lereng.

2. Nilai ekonomi yang tertera pada tiap-tiap blok pada Gambar 2.4a, disebut sebagai nilai pertama dari blok atau mij. Pada penampang 2D, blok (i,j) terletak pada baris i dan kolom j.3. Nilai ekonomis dari blok-blok yang berada dalam satu kolom dengan blok (i,j) dijumlahkan secara kumulatif ke bawah. Nilai penjumlahan ini disebut sebagai nilai kedua dari blok atau Mij (Gambar 2.4b). i Mij = mnj, untuk j = 1, 2,

(1)

n = 0

4. Pada penampang ditambahkan baris 0, lalu nilai ketiga dari blok atau Pij dapat dihitung sebagai berikut :P0j = 0khusus untuk kolom pertama (j = 1), Pij dibuat = Mijkemudian, untuk kolom selanjutnya mengikuti rumus berikut :

Pi-1, j-1Pij = Mij + maxPi, j-1

Pi+1, j-1

(2)5. Tanda panah diberikan untuk menandai nilai termaksimum dari blok (i,j) ke arah blok (i-1, j-1), (i, j-1) atau (i+1, j-1). Pij mewakili nilai paling besar yang dapat diperoleh dari penambangan blok (i,j) dan semua blok di atasnya, serta blok-blok di sebelah kirinya, yang ditandai oleh tanda panah.6. Jalur yang paling optimal (yang akan menandai kontur permukaan tambang atau batas akhir penambangan) dipilih, dengan mencari kolom j yang bernilai Pij positif dan terbesar di permukaan (Gambar 2.4c baris 1). Kontur tersebut akan diperoleh dengan mengikuti arah panah dari kanan ke kiri, mulai dari blok yang bernilai terbesar tersebut. Jika pada baris 1 tidak ditemukan nilai Pij positif, maka tidak ada blok yang ekonomis untuk ditambang dalam penampang tersebut.Nama : Suan Ishen Simamora | Nim : 12 306 089