strategi pemberdayaan masyarakat oleh melalui …
TRANSCRIPT
i
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH
KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PASURUAN
MELALUI LAYANAN RAKYAT UNTUK SERTIPIKASI TANAH (LARASITA)
(Studi di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Memperoleh Sebutan Sarjana Sains Terapan
Pada Program Diploma IV Pertanahan
Oleh :
ADI OLMAN
NIM : 12212633
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN
YOGYAKARTA
2016
viii
Kata kunci : Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah, Pemberdayaan
ABSTRACT
Community empowerment is an effort of potentials, energies and forces
strengthening, owned by citizen/community to build their life to the better.
Community empowerment is an effort to reduce the decrease of farmers, breeders,
and traders household which always increasing up to 20% based on Central Bureau
of Statistic in 2003 and 2013.
Community empowerment in Tutur Sub District through Larasita has
been carried out to optimize potentials existing in the area. It is because most of
Tutur District community’s livelihood as farmers and the geographical condition of
the area is at an altitude 700-1200 meters above sea level which is perfect for
agriculture and husbandry. Based on above grounds the researcher eagered to learn
how is the strategy of community empowerment through this Larasita and how is
the constraints in the implementation of this community empowerment.
Qualitative research method with descriptive approach were methods
used in this research. Data collection technic was conducted by observation,
interviews and documentary study. Data analysis technic performed was by
collecting all relevant data thoroughly, reduced unnecessary data and drafting
proportional statements.
Based on result of the research it was discovered that community
empowerment through Larasita in Wonosary and Tutur Villages in cooperation
with other Agencies and capital institutions. It was carried out in order it can
provide reform access which supporting potential strengthening contains in society
and their land. The established cooperation was succeeded providing capital access
in the amount of Rp.2.655.850.000 for Wonosari Village and Rp.2.700.250.000 for
Tutur Village used by the empowerment participants for fee in the making of land
certificate and increasing their business capital.
This empowerment was also in collaboration with the village
apparatuses and and villagers for the establishment of pokmasdartibnah in order to
optimize the implementation of Larasita. The establishment of pokmasdartibnah
was aimed to assist the community to process the land certificate easyly, rapidly,
and cheaply as well as to assist land office discovering potentials existing in
community and their land.
In the process of implementation of community emplowerment through
Larasita there were several constraints occurred involving lack of human resources
at Land Office, lack of cooperation established in the empowerment program, as
well as in the filing of certificate application there were many villagers did not have
any grounds of their land ownership rights.
Key Words: Community Service for Land Certification, Empowerment
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………………
MOTTO ………………………………………………………………….
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………
INTISARI………………………………………………………………..
ABSTRACT……………………………………………………………..
DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………
A. Latar Belakang .............................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
E. Kebaruan Penelitian .....................................................................
BAB II KAJIAN PUSAKA ……………………………………………
A. Kerangka Teoritik ........................................................................
1. Pengertian Strategi …...............................................................
2. Pemberdayaan Masyarakat .......................................................
3. Pendaftaran Tanah ....................................................................
4. Akses Reform ...........................................................................
5. Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah (LARASITA)…….
6. Hak Tanggungan
B. Kerangka Pemikiran .............................................................……
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
1
1
8
8
8
9
12
12
12
12
16
18
19
20
21
24
x
A. Format Penelitian..........................................................................
B. Lokasi Penelitian...........................................................................
C. Sumber Data .................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................
E. Teknik Analisis Data.....................................................................
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN…………..
A. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan........................................
B. Gambaran Umum Kecamatan Tutur….........................................
C. Wilayah Penelitian. ......................................................................
BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH
KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PASURUAN ……………..
A. Pelaksanaan Larasita di Kabupaten Pasuruan..........................
B. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Larasita………………..
C. Hambatan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Larasita…………………………………………........................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran….........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………….…………………………………
24
25
25
26
28
29
29
32
35
40
45
56
76
78
78
80
81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya penguatan potensi-
potensi, energi-energi dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki warga/komunitas
untuk membangun kehidupan mereka menjadi lebih baik (Laporan Kinerja Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, 2014:17). Upaya-upaya penguatan yang
harus dilakukan yaitu dengan peningkatan akses, kapasitas, kapabilitas
masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi, politik, sosial, dan budaya
dalam bentuk pelimpahan kekuasaan, wewenang, tugas dan tanggung jawab
kepada masyarakat (partisipasi masyarakat) sehingga mereka mampu mengelola
dirinya sendiri dalam memecahkan masalahnya sendiri (Ririn Yuniastuti, 2013:3).
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menciptakan suasana, situasi,
atau kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, melindungi dan
membela kepentingan masyarakat yang lemah (Aristiono Nugroho, 2013:120).
Melalui pemberdayaan membuat posisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi
berdaya sehingga tercapai kesejahteraan. Hal tersebut merupakan penjabaran
amanah dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas berbunyi
“tujuan nasional Bangsa Indonesia yaitu melindungi segenap tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia”.
2
Berdasarkan hasil survei dari Tahun (2003-2013) jumlah rumah tangga
petani di Indonesia sebanyak 26.14 juta rumah tangga petani, terjadi penurun
16.32% dari survei Tahun (1993-2003). Hal yang sama juga terjadi pada rumah
tangga peternakan dan perikanan terjadi penurunan jumlahnya hingga 20% hal ini
menyebabkan peningkatan rumah tangga miskin yanga ada di Indonesia
(www.bps.go.id). Fenomena tersebut terjadi akibat ketidak mampuan masyarakat
mengelolah potensi yang ada pada dirinya dan potensi tanahnya sehingga petani
beranggapan bertani tidak menguntungkan karena lahan garapanya yang sempit,
serta dikarenakan kurangnya akses terhadap sumber-sumber ekonomi, yaitu
permodalan yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya tingkat kesejahteraan
petani tersebut (Ririn Yuniastuti, 2013:3).
Selain itu penyebab kurang berdayanya masyarakat juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang ada pada diri masyarakat tersebut antara lain
pendidikan, umur, jumlah anggota keluarga, pengetahuan, penghasilan rumah
tangga, jumlah pemilik bidang tanah, dan luas garapan (Suharno, 2003:4).
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu upaya pemberdayan masyarakat
melalui kebijakan khusus yang membantu petani dan pelaku usaha lainnya untuk
memperbaiki kehidupannya sehingga tercapai kesejahteraan.
Pemerintah sebagai penanggung jawab kehidupan bangsa dan negara
yang memiliki kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya, sehingga harus
memiliki kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Salah satu
caranya adalah dengan memberdayakan rumah tangga petani, rumah tangga
peternak dan rumah tangga usaha kecil dan menengah tersebut supaya dapat
3
bertahan dan mengembangkan dirinya untuk bisa meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah melalui Kementrian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (selanjutnya disebut ATR/BPN) yang
diberikan tugas di bidang pertanahan berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor
20 tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Pasal 2). Adapun upaya yang
dapat dilakukan untuk menjalankan tugas tersebut dengan bekerjasama dengan
Instansi Pemerintah yang lain, dengan cara menerbitkan berbagai kebijakan untuk
meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pendaftaran tanah serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui tanah. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat melalui pensertipikatan tanah tersebut yaitu sertipikasi tanah usaha
kecil mikro dan menegah, sertipikasi tanah nelayan, sertipikasi tanah pertanian
dan sertipikasi tanah masyarakat berpenghasilan rendah.
Pemberdayaan masyarakat oleh BPN melalui pensertipikatan hak atas
tanah ini bertujuan untuk penguatan penguasaan dan pemilikan /pensertipikatan
tanah, dalam hal ini pemberdayaan masyarakatnya tidak hanya menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanah melainkan lebih luas
menghindari terjadinya konflik/masalah pertanahan dengan cara pemahaman
tentang pemasangan tanda batas, tertib administrasi pertanahan dan pemanfaatan
tanah sesuai peruntukannya, serta sebagai dasar penguatan modal untuk
keberlanjutan usaha masyarakat dengan menyediakan akses ke lembaga
permodalan/perbankan dan memfasilitasi hubungan ke Instansi terkait agar
4
difasilitasi pelatihan, keterampilan maupun pendidikan pengelolahan potensi yang
ada pada diri masyarakat.
Kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui sertipikasi tanah ini
merupakan penjabaran dari Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) Pasal 2 ayat (3) yang bermakna Bumi, air
dan luar angkasa dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan
Pasal 19 ayat (1dan 2) dijelaskan bahwa :
“untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentun –ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.”
“Pendaftaran tersebut meliputi :
a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.”
Pasal 19 UUPA tersebut di tindak lanjuti dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan dalam
pelaksanaannya diperjelas dalam Peraturan Menteri Negara Agraria nomor 3
tahun 1997 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pendaftaran tanah.
Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan sebagai pelaksana kebijakan dari
Kementrian ATR/BPN selalu berupaya melaksanakan kebijakan pemberdayaan
masyarakat melalui pensertipikatan hak atas tanah melalui program sertipikasi
usaha kecil, mikro dan menengah, program nasional agraria dan sertipikasi tanah
nelayan. Berikut kebijakan pemberdayaan masyarakat oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Pasuruan melalui sertipikasi tanah beberapa tahun terakhir:
5
Tabel.1. Program Pemberdayaan di Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan
No Tahun Jenis
pemberdayaan
Target dan
Capaian
Lokasi Kegiatan
Kecamatan
1 2013 Prona
3.500 bidang Beji, Kraton, Nguling, Pohjentrek,
Purwodadi dan Tosari.
2 2014 Prona
UKM
Nelayan
2.600 bidang
100 bidang
400 bidang
Purwodadi, Wonorejo, Purwosari,
sukorejo, Winongan, Nguling
Sukorejo
Beji, Kraton, Grati, Lekok dan
Rejoso
3 2015 Prona
UKM
Nelayan
2500 bidang
100 bidang
250 bidang
Purwosari, Winongan, Grati,
Rejoso, Lumbang
Sukorejo, Pawang Sari
Sukorejo, Purwosari, Kraton,
Nguling
4 2016 Prona
UKM
Nelayan
2500 bidang
100 bidang
250 bidang
Purwodadi, Lumbang, Purwosari
Pasrepan, Rembang
Kraton, Lekok
Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan 2016
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa pemberdayaan masyarakat melalui
pensertipikatan tanah selalu dilaksanakan setiap tahunnya oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Pasuruan. Pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan melalui
sosialisasi program pertanahan, memberikan penguatan hak atas tanah masyarakat
dan memberikan akses reform seperti program agrarian nasional (PRONA),
sertipikasi tanah masyarakat usaha kecil dan menengah serta sertipikasi tanah
masyarakat nelayan. Pemberdayaan masyarakat melalui sertipikasi tanah
terlaksana dengan baik tersebut, tidak lepas dari peran berbagai sektor yang terkait
yaitu Dinas Koperasi dan Usaha Kecil, Menengah Kabupaten Pasuruan dan Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pasuruan serta lembaga permodalan lainya.
6
Kerjasama yang terjalin dengan baik hingga tercapainya pemberdayaan
masyarakat melalui pensertipikatan tanah tersebut, menjadi contoh untuk
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui Larasita agar dapat menjangkau
masyarakat yang berada jauh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan. Hal
tersebut agar dapat tercipta pemerataan kegiatan pemberdayaan masyarkat
sehingga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pendaftaran tanah
dan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat di Kecamatan Tutur
perlu juga perlu diberdayakan, dikarenakan berada jauh dari pusat pemerintahan
Kabupaten Pasuruan dan dalam beberapa tahun belakangan ini belum tersentuh
kebijakan pemberdayaan melalui program pensertipikatan tanah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan tahun 2015,
Kecamatan Tutur berada di ketinggian sekitar 700-1200 meter di atas permukaan
laut atau berada pada lereng sebelah barat pegunungan Tengger. Luas wilayah
Kecamatan Tutur adalah 94 Km2 (kilometer persegi) dengan jumlah 12 desa
agraris dimana penduduknya sebagian besar bermata pencarian sebagai petani
dengan jumlah 32.434 orang, dan sisanya bermata pencarian sebagai wirausaha
sebanyak 4.742 orang, pedagang sebanyak 1.634 orang dan sebagai pegawai
negeri sipil sebanyak 219 orang (www.bps.go.id). Potensi alam yang ada pada
Kecamatan Tutur meliputi wisata sayuran, buah apel, peternakan dan
pemandangan alam yang indah (www. Pasuruankab.go.id). Melihat kondisi desa
diatas maka diperlukan suatu strategi yang terencana untuk mengadakan suatu
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
7
Oleh karena itu strategi pemberdayaan masyarakat melalui layanan
rakyat untuk sertipikasi tanah (selanjutnya disebut Larasita) oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Pasuruan dilaksanakan di Kecamatan Tutur guna
menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat di bidang pertanahan serta
mewujudkan partisipasi masyarakat dalam menciptakan stabilitas sosial politik
serta pembangunan di bidang ekonomi. Hal tersebut merupakan pelaksanaan dari
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2009 tentang Larasita Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada
Pasal 2 ayat (2) huruf (b) yaitu melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan
masyarakat di bidang pertanahan.
Upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan memberdayakan
masyarakat di Kecamatan Tutur melalui Larasita yaitu dengan cara mengadakan
penyuluhan, disertipikatkan dan bekerjasama dengan instansi lain dengan tujuan
terjadinya percepatan pendaftaran tanah dan tersedianya akses refrom,
mengurangi/menghindari terjadinya masalah pertanahan serta terjadinya
kesejahteraan hidup masyarakat. Pemberdayaan masyarakat melalui Larasita
sebagaimana yang dimaksud diatas yakni pemberdayaan untuk semua lapisan
masyarakat Kecamatan Tutur yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi
yang bervariasi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
OLEH KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PASURUAN MELALUI
LARASITA (Studi Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur)”
8
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan dalam
memberdayakan masyarakat di Kecamatan Tutur melalui Larasita?
2. Apa yang menjadi hambatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan melalui Larasita di Kecamatan
Tutur?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan dalam
memberdayakan masyarakat Kecamatan Tutur melalui Larasita.
2. Untuk mengetahui Hambatan pemberdayaan masyarakat melalui sertipikasi
tanah dengan Larasita oleh kantor pertanahan Kabupaten Pasuruan di
Kecamatan Tutur.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah khasanah pengetahuan pertanahan terutama mengenai
strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan dalam memberdayakan
masyarakat Kecamatan Tutur, Desa Wonosari dan Desa Tutur melalui
Larasita.
2. Dapat memberikan pengetahuan mengenai Hambatan yang dihadapi dalam
pemberdayaan masyarakat melalui sertipikasi tanah dengan Larasita oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan di Kecamatan Tutur.
9
E. Kebaruan (Novelty)
Untuk mengetahui perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain yang
telah dilakukan sebelumnya maka dibuat kebaharuan penelitian (Novelty)
kebaharuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Kebaharuan Penelitian (Novelty)
No Nama, Tahun
dan Judul Skripsi
Metode
Penelitian
Tujuan Hasil
1. Endang Waryati
Agustina
Nim.9981532
Th.2003 (STPN)
Pemberdayaan
Masyarakat
melalui
Kegiatan
pendaftaran
tanah( studi di
Kel. Lempare,
Ke. Samarinda
Utara, Kota
Samarinda)
Deskriptif
kualitatif
1. Untuk mengetahui minat
masyarakat dalam
program pensertipikatan
tanah.
2. Untuk mengetahui
upaya yang dilakukan
Kantor Pertanahan
dalam percepatan
sertipikasi tanah serta
kendala yang dihadapi.
1. Sebagian besar
masyarakat Kel.Lempare
kurang berminat
berpartisipasi dalam
kegiatan pertanahan
khususnya melalui
kegiatan pendaftaran
tanah.
2. Upaya yang dilakukan
Kantah Kota Samarinda
meliputi kegiatan
penyuluhan dan
pelaksanaan Prona
swadaya serta adanya
program studi banding ke
Kanwil Prov.Jatim
sebagai langkah awal
dalam persiapan
pelaksanaan ajudikasi
swadaya.
2. Aristiono
Nugroho, Haryo
Budhiawan dan
Tullus Subroto
Laporan
Penelitian STPN
2008
Konsistensi
Kepentingan
Kualitatif Untuk mengetahui
Konsistensi
Kepentingan Kantor
Pertanahan Kabupaten
Banyumas dalam
mensejahterakan Petani
Konsistensi Kepentingan
Kantor Pertanahan
Kabupaten Banyumas
dalam mensejahterakan
Petani Miskin napak pada
pelasanaan Pesertipikatan
tanah missal yang
ditujukan untuk
konservasi tanah dan
sawah lestari, dan
Bersambung …
10
Lanjutan …
Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas dalam mensejahterakan petani miskin
kesemua direspon oleh petani miskin yang juga memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhannya dimana instrument yang digunakan adalah PRODA
3.
Bayu Kresna
Murti
NIM. 08172348
Th.2012
(STPN)
Persepsi
masyarakat
terhadap
program
pensertipikat
tanah dalam
rangka
pemberdayaan
petani untuk
mendukung
pembangunan
pertanian di
Ds. Banyurejo,
Kec.Tempel,
Kab. Sleman.
Deskriptif
Kualitatif
Untuk mengetahui persepsi
masyarakat terhadap
program pensertipikatan
tanah petani.
1. Masyarakat memberikan
tanggapan yang baik
terhadap program tersebut
dan berharap supaya
program tersebut dapat
berlanjut.
2. Masyarakat peserta
program tetap
mempertahankan tanah
pertaniannya untuk tidak
merubah penggunaan nya
menjadi non
pertanian
3. Beberapa masyarakat
peserta program
menggunakan srtipikatnya
untuk menambah modal
yaitu diagunkan ke
bank/koperasi
Masyarakat sadar akan arti
pentingnya srtipikat bagi
pembangunan kehidupan
mereka
4 Randitama
Tampak Mei
Simanjuntak,
Skripsi STPN
2015
Pemanfaatan
Permodalan
Yang Diperoleh
Pasca Legalisasi
Aset Bagi Pening
katan Pendapata
n Nelayan Kecil,
kuantitatif
1. Untuk mengetahui cara pemanfaatan pinjaman modal oleh nelayan kecil tersebut pasca legalisasi aset di Kecamatan Kalukku.
2. Untuk mengetahui peningkatan pendapatan nelayan kecil dari pemanfaatan pinjaman modal yang diperoleh.
1. Terdapat 3 cara
pemanfaatan pinjaman
modal, yaitu:
a) Pemanfaatan
permodalan yang bersifat
produktif
b) Pemanfaatan permodalan
yang bersifat konsumtif
c) Pemanfaatan permodalan
yang ditabung Pertimban
gan-pertimbangan yang
mempengaruhi pemanfaatan
Bersambung …
11
Lanjutan …
tersebut antara lain
kondisi keluarga, tingkat
pendidikan dan
pengetahaun nelayan,
pola kehidupan nelayan
kecil, kondisi alam,
kondisi alat tangkap dan
adanya hubungan
patron-klien dan
hubungan dengan
pemilik perahu.
2. Pemanfaatan sertipikat HAT oleh nelayan kecil di Kecamatan Kalukku sebagian besar sudah digunakan untuk modal berusaha. Pinjaman modal tersebut dimanfaatkan untuk usaha produktif
5. Adi Olman
STPN
2010
Strategi
pemberdayakan
Masyarakat oleh
Kantor
Pertanahan
Kabupaten
Pasuruan melalui
Larasita(studi di
Kecamatan tutur
Kab. Pasuruan)
Kualitatif 1. Untuk mengetahui
Strategi Kantor
Pertanahan Kabupaten
Pasuruan dalam
memberdayakan
masyarakat Kecamatan
Tutur melalui larasita.
2. Untuk mengetahui
kendala pemberdayaan
masyarakat oleh Kantor
Pertanahan kabupaten
Pasuruan melalui
larasita di Kecamatan
Tutur
1. Startegi Pemberdayaan
Masyarakat yang
dilakukan yaitu dengan
pembentukan
Pokmasdartibnah dan
pembentukan tim
kelompok pemberdayaan
masyarakat dan
memberikan akses
permodalan
2. Hambatan yang
dihadapi kurangnya
SDM yang ada di Kantor
Pertanahan Kabupaten
Pasuruan, kerjasama
dengan instansi lain
yang kurang terlaksana ,
tidak adanya dasar alas
hak yang dimiliki
masyarakat, dan kurang
terlaksna dengan
baiknya sinergi antar
instansi dalam
pemberdayaan melalui
Larasita tersebut.
Sumber : Perpustakaan STPN
78
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui Larasita oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan strategi yaitu :
a. Membentuk tim kelompok kerja program pemberdayaan masyarakat serta
memberikan akses ke lembaga permodalan.
Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan berkerjasama dengan
Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Lembaga
Permodalan untuk membentuk tim pemberdayaan masyarakat. Tujuan
dari kerjasama tersebut untuk mengoptimalkan pelaksanaan Perkaban 18
tahun 2009 dan untuk mensejahterakan masyarakat dengan
mengupayakan penguatan potensi yang ada pada diri masyarakat dan
tanahnya. Kerjasama tersebut telah memberikan akses permodalan kepada
masyarakat senilai Rp.2.655.850.000- untuk di Desa Wonosari dan Rp.
2.700.250.000- untuk Desa Tutur. Akses permodalan yang diperoleh
dipergunakan untuk pendanaan pembuatan sertipikat hak atas tanah dan
pendanaan usaha masyarakat.
b. Membentuk kelompok masyarakat sadar tertib pertanahan
(Pokmasdartibnah).
Pembentukan Pokmasdartibnah merupakan suatu upaya untuk
membangun partisipasi masyarakat dalam mendukung program
pertanahan. Pembentukan Pokmasdartibnah bertujuan untuk memberikan
79
pemahaman dan sosialisasi program-program pertanahan, serta
memberikan pembelajaran kelengkapan permohonan hak atas tanah.
Sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat di Desa Tutur dan Desa
Wonosari dalam mensertipikatkan tanahnya karena telah lengkap
administrasi persyaratannya permohonan pendaftaran tanahnya dan dalam
pengukurannya akan lebih mudah karena sudah terpasang tanda batas
bidang tanahnya serta untuk kantah mengetahui potensi yang ada pada
masyarakat sehingga dapat menghubungkan akses reform yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Hambatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui Larasita
oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan dan solusi mengatasinya
hambatan tersebut antara lain yaitu:
a. Kekurangan sumberdaya manusia yang ada pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Pasuruan. Solusi yang mengatasi hambatan tersebut yaitu
melakukan perekrutan pegawai tidak tetap (pegawai honorer), serta
memaksimalkan kepanitiaan pada seksi lain agar berperanserta dalam
pelaksanaan pemberdayaan melalui larasita.
b. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi lain yang lebih memahami
dibidangnya kurang terlaksana. Solusi yang dilakukan agar pemberdayaan
dapat terlaksana yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan dan Dinas
KMKM beserta Koperasi Kredit Kosayu melakukan sosialisasi terkait
bidang yang mereka pahami saja dan mencarikan alternative pemasaran
produk usaha masyarakat tersebut.
80
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan peneliti
maka saran yang dapat diberikan peneliti yaitu :
1. Perlu diadakan koordinasi yang berkelanjutan antara Kantor Pertanahan
Kabupaten Pasuruan dan instansi lain yang memiliki disiplin ilmu dalam
bidang pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut agar kebijakan yang dibuat
dapat optimal penerapannya dan agar lebih tepat tujuan sehingga tercapai
kesejahteraan masyarakat.
2. Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan melalui Pokmasdartibnah, dapat
memfasilitasi terciptanya pelatihan pengarsipan data secara digital dan manual
untuk data C-desa.
81
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Effendy, Onong Uchjana, (2004). “Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi”, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Harsono, Boedi, (1993). “Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Jilid 1”, Djambatan, Jakarta.
Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, (2014). Laporan Kinerja tahun 2014.
Lexy J. Moleong, (2014). “Metodologi Penelitian Kualitatif”, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Lexy J. Moleong, (2008). “Metodologi Penelitian Kualitatif”, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Nugroho, Aristiono (et.al.), (2013). “Resonansi Landreform Lokal: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar”. STPN Press, Yogyakarta.
-----------, (2012). Pengetahuan Ringkas Metode Penelitian Kualitatif, STPN, Yogyakarta.
Noor, Munawar “Analisis Kelembagaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Untuk Penanggulangan Kemiskinan” Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Prijono, O.S. & Pranarka, A.M.W.(Ed), (1996). “Pemberdayaan: Konsep Kebijakan dan Implementasi”, CSIS, Jakarta.
Santoso, (2011). “Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah”. Kencana, Jakarta
Sugiyono, (2013). “Metode Peneltian Pendidikan”, Penerbit Alfabeta, Bandung.
------------, (2013). “Metode Penelitian Kombinasi” (Mixed Methods), Alfabeta, Bandung.
------------, (2013). “Metode penelitian Manajemen”, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suharno, (2002). “Faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk mensertipikatkan tanah”. laporan penelitian STPN, Yogyakarta.
82
Suharsini, Arikunto, (2002). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Rineka Cipta, Jakarta.
Sutaryono, (2008). “ Pemberdayaan Setengah Hati: Sub Ordinasi Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Hutan. Cetakan Pertama.”, Lapera Pustaka Utama bekerja sama dengan STPN, Yogyakarta.
Sutedi, Adrian, (2011). “Hukum Agraria Indonesia”, Djabatan, Jakarta.
Sutedi, Adrian, (2010). “Hukum Hak Tanggungan”, Sinar Grafika, Jakarta
Supriyanti, Theresia Dkk, (2013). “Pelaksanaan legalisasi Aset dan Pemberian Akses Reform Kepada Masyarakat Dengan Menggunakan Program Larasita (Studi Dikantor Pertanahan Sukoarjo”Laporan Peneltian STPN, Yogyakarta.
Vivi Ika Prasetya, (2014). “Inovasi Pelayanan Pertanahan (Studi Kasusu Program One Day service Di Kantor Pertanahan Surabaya I)”Skripsi STPN, Yogyakarta.
Yuniastuti, Ririn, (2013). ”Pensertipikatan Tanah Pertanian Bagi Petani Kecil Sebagai Instrumen Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Krebet Kecamatan Masran dan Desa Somomorohdukuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Seragen Propinsi Jawa Tengah”, Skripsi STPN, Yogyakarta.
PERATURAN
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Petujuk Teknis Pendaftaran Tanah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Larasita Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1995 Tentang Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan.
83
WEBSITE
Http://www.bpn.go.id/publikasi-pidato-kepala-bpn-ri/ diakses tgl 25 februari 2016 pukul 8.25 wib
Http://www.bps.go.id diakses tanggal 21 Februari 2016 pukul 18.30 wib.
Http:// www. Pasuruankab.go.id. diakses Pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 6.00 Wib.
Http://kamus_bahasa_indonesia.org/strategi_Kamus_Bahasa_Indonesia.org
.diakses tanggal 12 Februari 2016 pukul 06.15 Wib.