strategi pembelajaran seni lukis anak usia dini
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN SENI ANAK PAUD
Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik
maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan
penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria
keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam
kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi
perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional
difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara professional.
Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut
sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta
memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua
aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas.
Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman
eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir
atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif
(Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas
pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati,
menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.
Dalam pembelajaran seni musik dan seni tari anak usia dini secara umum pendekatan
pembelajarannya ada 3 diantaranya :
1. Model Pembelajaran Apresiasi.
2. Model Pembelajaran Kreatif.
3. Model Pembelajaran Klasik.
Pengertian pendidikan seni anak adalah usaha sadar manusia dengan menggunakan medium
seni (musik, tari, dan rupa) untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran pendidikan seni untuk anak usia dini.
Tujuan Pendidikan Seni Musik dan Tari Anak Usia Dini :
- Melatih fisik motorik anak.
- Melatih perkembangan kognitif, afektif.
- Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa.
- Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak.
- Menanamkan nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kemanusian (kepekaan estetis).
- Melestarikan Budaya Indonesia.
Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan
keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh,
gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat
dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari
maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari
kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan
kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-
temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah musik dan tari yang sesuai dengan
kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual,
fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk
pembelajaran musik dan tari di AUD. Ciri-ciri bentuk musik dan tari AUD adalah: musik dan
tarinya bertema, musik dan gerak tariannya bersifat tiruan (gerak imitatif), musik dan gerak
tarinya lebih variatif, bentuk penyajian musik dan tarinya kurang lebih 5 menit.
SERI RUPA INDONESIA
A. Pengertian Seni Rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap
mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis,
bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan
desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan
eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan
produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai
perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian
seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam
bahasan visual arts.
Secara etimologi kata seni berasal dari bahasa sansekerta 'seni' artinya pemujaan, pelayanan
atau pemberian, kata ini berkaitan dengan keagamaan yang pada akhirnya disebut kesenian.
Seiring dengan perkembangan zaman para ahli mendefinisikan seni sebagai berikut:
1. Seni sebagai leterampilan
2. Seni sebagai kegiatan manusia
3. Seni sebagai karya seni
4. Seni sebagai seni indah atau seni murni
5. Seni sebagai proses kreasi
B. Macam-Macam Karya Seni
Macam karya seni berwujud kebendaan sehingga sangat tampak dan jelas. Bila seseorang
melihat, mengamati dan mengatakan serta memberi penilaian bahwa benda itu sebagai benda
seni dan dapat dibedakan menurut dimensinya. Hasil karya seni rupa ada bermacam-macam
jenis karya misalnya:
1. Karya seni gambar, ialah karya seni rupa dua dimensi yang mengutamakan unsur
sebagai jenis karya gambar antara lain
Gambar rambu-rambu biasa menggunakan gambar lambang atau tanda-tanda yang
masing-masing gambar memiliki arti
Gambar kartun ialah gambar yang dibuat lucu
Gambar reklame ialah gambar yang bersifat menjelaskan dan menawarkan suatu
produk kepada konsumen
Gambar ilustrasi ialah gambar yang memiliki sifat sebagai perangsang minat
Ekspresi ialah gambar yang prosesnya cepat atau spontan atau langsung selesai
2. Karya seni lukis ialah karya seni rupa yang mengutamakan warna, goresan, dan
tekstur, berbagai bentuk karya lukis antara lain:
Lukisan yang mengambil objek berbagai kejadian benda alam disekitar kita termasuk
jenis lukisan naturalisme
Lukisan yang objeknya adalah berbagai kejadian nyata atau peristiwa yang pernah
terjadi disekitar kita maka dapat disebut karya realisme
Lukisan yang selalu memperindah dan membuat serba lebih dari aslinya maka karya
lukis ini disebut karya romantisme
3. Karya seni grafis ialah karya seni rupa dua dimensi yang proses pembuatannya
melalui teknik cetak
4. Karya seni patung ialah karya seni tiga dimensi memiliki volume
5. Karya seni kriya ialah karya seni tiga dimensi dibuat dengan berbagai proses antara
lain dibentuk, dirakit menjadi benda hiasan atau dekorasi atau menjadi benda pakai.
C. Keunikan Seni Rupa Indonesia
1. Pengaruh Lingkungan
Pembuatan karya seni berhubungan erat dengan lingkungan tempat karya seni itu
diproduksi. Pengaruh yang didapat bisa dari bahan-bahan disekitarnya, maupun jiwa dan
kebiasaan dari pencipta karya seni itu. Di daaerah peristiwa karya seni tidak lagi
konvensional, akibat tuntutan pasar dan persaingan dalam berkreatifitas. Hasil bumi, hasil
tambang, limbah industri dimanfaatkan untuk berkarya kreatif. Bentuk seni kultus, seni totim,
seni magi, seni dinamisme dipasaran direproduksi secara masal, namanya menjadi seni
kerajinan.
2. Proses perubahan fungsi
Karya seni dari seniman lokal di daerah wisata digunakan sebagai cinderamata, maka
lahirlah perubahan berikut:
a. Seni kepercayaan menjadi seni murni
b. Seni murni menjadi seni kerajinan atau kriya
c. Hasil teknik seni kriya menghasilkan seni murni
Seni kepercayaan misalnya, patung abstraksi, lukisan alam dan sebagainya
D. Pembelajarn Seni Rupa di Sekolah
Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam
berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan
kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi
karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan
media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni
rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk
mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar
berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam
menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat
saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan
pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kriya.
Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa
murni, kriya, dan desain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi
apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan
fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Dasar dan Menengah meliputi
pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang
bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan
bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang
sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-
nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam
seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan.
Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan
karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan
antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta
keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah
media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru.
Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki
gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam
proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan
imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-
unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa
perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa
perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat
pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya
teman atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis,
meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya,
teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah
keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan
bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan
terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni rupa,
seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran
kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan
melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya
seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran
di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah
seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan
pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
STRATEGI PEMBELAJARAN SENI LUKIS ANAK USIA DINI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Anak adalah masa depan bangsa yang harus ditumbuhkembangkan jiwa dan raganya
untuk menjadi anak yang cerdas, terampil dan berahlak mulia. Anak usia dini harus
dikembangkan motorik kasar dan motorik haluasnya melalui kegiatan berkesenian,
berketerampilan melalui kegiatan bermain. Bagi anak bermain adalah belajar atau belajar
seraya bermain. Bagaimana menciptakan permainan yang dapat mengembangkan
pertumbuhan fisik melalui motorik kasar dan bagaimana mengembangkan motorik halus
melalui kegiatan kesenian. Sekarang pendidikan anak usia dini dikembangkan luar biasa
melalui kegiatan prasekolah maupun kegiatan lembaga seperti RT, RW, dan pemerintah
kelurahan memiliki kader dan kegiatan PAUD.
2. Kerangka Teori
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Winkel(1987) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Dari pengertian tersebut pada prinsipnya
belajar adalah perubahan perilaku manusia dari hasil pengalaman berinteraksi dengan
lingkungannya.
Pada prinsipnya mengajar adalah proses yang terjadi pada guru bagaimana
menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Mengajar pada prinsipnya adalah
membina bagaimana belajar, berpikir, berlatih untuk penguasaan suatu pengetahuan,
keterampilan dan perubahan sikap. Mengajar menurut Zamroni (2000:61) adalah seni
untuk mentranfer pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai
pendidikan, kebutuhan siswa. Kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki guru.
Adapun pembelajaran seni dan keterampilan pada prinsipnya adalah pembelajaran
untuk mengembangkan apresiasi dan kreasi peserta didik. Proses penanaman nilai estetik,
terampil, dan kreatif, tekun akan lebih bermakna jika anak mengalami proses langsung
berinteraksi dengan berbagai kegiatan berkesenian. Pembelajaran seni rupa anak usia dini
memberikan apresiasi kepada anak sebagai bekal untuk pembentukan pengalaman estetik,
pengembangan kreativitas, dan keterampilan anak dalam mengaktualisasikan gagasan
sesuai bahasanya. Pembelajaran kesenian dan keterampilan pada esensinya adalah
bermain, pembelajaran melalui bermain yang baik adalah bermain yang menyenangkan
bagi anak, sehingga dapat mengembangkan imajinasi, kreasi sehingga anak dapat
berkembang dengan baik dan wajar.
b. Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan anak usia dini harus memperhatikan:
1. Perkembangan anak.
Anak akan dapat belajar dengan baik jika anak merasa aman dan senang dalam situasi
belajar. Untuk mewujudkan itu anak harus terpenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan
dan minum yang cukup dan secara psikologis aman dan senang dalam melakukan
aktivitas. Jika proses pembelajaran anak tidak dalam kondisi yang menyenangkan niscaya
akan sulit untuk mengembangkan potesi anak secara wajar, baik, dan maksimal. Tugas
pembelajaran keterampilan adalah untuk mengembangkan potensi anak melalui bermain
dengan keterampilan. Pililah jenis keterampilan yang menarik dan disenangi anak.
2. Kebutuhan Anak
Seribu anak akan memiliki seribu keinginan, apakah kita sebagai pembimbing anak
akan mampu melayani keinginan tersebut. Tugas pembimbing bukan memenuhi keinginan
anak tersebut akan tetapi memupuk, mengarahkan, dan membina anak agar keinginan
tersebut tersalurkan dalam kontek pembelajaran. Anak akan dapat bermain dan belajar
dengan baik kalau kebutuhan fisiknya tercukupi.
3. Bermain sambil belajar
Dunia anak adalah dunia bermain, jika anak bermain adalah belajar mungkin berbeda
dengan orang dewasa bermain mempunyai konotasi negatif. Anak belajar melalui
bermain, apalagi belajar seni dan keterampilan yang memiliki nilai permainan dan
rekreasi. Tugas pembimbing adalah bagaimana mengemas materi seni lukis dan
keterampilan anak usia dini yang menarik dan dapat dilakukan sambil bermain. Ini adalah
tugas pembimbing yang harus memberikan materi sesuai perkembangan anak. Bentuk
bermain anak dapat berupa bermain sosial, bermain dengan benda, dan bermain
sosiodramatis. Keterampilan anak usia dini dalam melukis banyak yang berhubungan
dengan permainan, maka siapkan permainan yang dapat mengembangkan kreativitas dan
keterampilan anak. Horal Titus dalam Gie (1996:28) mengatakan “Play is the art of the
child, and art is the play of the adult” Permainan adalah seni dari anak-anak, dan seni
adalah permainan orang dewasa.
4. Pendekatan Tematik
Pembelajaran keterampilan adalah pembelajaran bermain, anak akan bermain dan
belajar dengan baik jika tema bermain sesuai dengan perkembangan dan menyenangkan.
Untuk itu, pembimbing harus dapat memilih dan menentukan tema sesuai dengan
kehidupan anak yang paling aktual dan kontekstual.
5. Kreatif dan Inovatif
Tugas pembelajaran keterampilan adalah mengembangkan kreativitas anak, pilihlah jenis
keterampilan yang dapat menggali imajinasi dan mengembangkan kreativitas anak.
Pengembangan ide baru yang menantang dan inovatif dapat memotivasi dan
menumbuhkan kreativitas anak. Fungsi pembelajaran seni dan keterampilan adalah untuk
mengembangkan sensitivitas, kreativitas, dan keterampilan. Anak akan bermain untuk
belajar berimajinasi untuk mengembangkan kreativitas tersebut.
6. Lingkungan Kondusif
Pendidikan anak usia dini dapat dikondusikan dengan lingkungan yang nyaman dan
aman untuk bermain dan belajar. Hal ini penting untuk pelalaksanaan proses belajar dan
bermain anak, lingkungan anak yang sesuai dengan dunia anak dan dapat mengembangkan
fantasi anak.
7. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Secara umum kecakapan hidup untuk anak mencakup kecakapan personal, sosial,
akademik, dan vokasional. Pembimbing harus dapat mengembangkan kecakapan personal
dengan baik sesuai perkembangan anak. Kegiatan bermain, belajar, berketerampilan
disajikan dalam bentuk yang menyenangkan akan membantu perkembangan anak dengan
baik.
E. Fungsi seni di sekolah
Menurut Herawati (1999: 14) Fungsi pembelajaran seni ada enam yaitu: (1) sebagai
media ekspresi, (2) sebagai media komunikasi, (3) sebagai media bermain, (4) sebagai
media pengembangan bakat seni, (5) sebagai media kemampuan berpikir, (6) fungsi seni
sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetik.
Tujuan Melukis
Tujuan yang dikembangkan Sanggar Pratista adalah mendidik anak melalui seni
lukis yaitu menjadikan anak pintar, kreatif, dan berbudi pekerti baik. Tujuan tersebut
sekaligus sebagai visi dan misi sanggar.Untuk mewujudkan itu metode yang digunakan
dengan contoh dan keteladanan. Sanggar tidak membolehkan melukis dengan tema perang
atau kekerasan karena tema tersebut akan membentuk jiwa anak menjadi keras, brutal, dan
sulit diatur. Untuk membangun percaya diri anak diterapkan metode membuat sket lukisan
dengan spidol permanen warna hitam dengan sekali gores tidak boleh diulang-ulang. Cara
ini dilakukan untuk melatih keberanian, spotanitas, dan percaya diri yang tinggi.Untuk
mewujudkan tujuan itu, kegiatan melukis dilakukan pendekatan individual yang membuat
suasana iklim sosioemosional anak dan pembimbing sangat dekat dan bersahabat sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dinding tempat belajar melukis
dipenuhi dengan hiasan lukisan karya anak sehingga berkesan sangat kondusif dapat
memotivasi anak untuk belajar dengan baik.
A. Kurikulum dan Materi pembelajaran
Kurikulum adalah seperangkat program yang harus diselesaikan oleh peserta didik
untuk memperoleh kompetensi tertentu. Kurikulum Sanggar Pratista dikembangkan dalam
bentuk program bimbingan dan pelatihan melukis yang terdiri dari empat jenjang pelatihan
melukis. Kurikulum dalam bentuk cetak seperrti buku memang tidak ada, tetapi kurikulum
sebagai program yang tertulis pada pikiran masing-masing pembimbing telah menyatu dan
menjiwai para pembimbing untuk mengantarkan anak-anak belajar melukis. Secara garis
besar program pelatihan melukis anak-anak ada empat jenjang melukis tersebut sebagai
berikut:
1. Tingkat Dasar, dengan materi melukis teknik kering meliputi peralatan spidol
permanen hitam, crayon, dan bahan kertas gambar. Program tingkat dasar lama
pendidikan empat bulan dengan pembimbingan dua kali dalam satu minggu.
2. Tingkat Menengah, dengan materi melukis teknik kering meliputi peralatan spidol
permanen hitam, crayon, dan bahan kertas gambar. Program tingkat menengah lama
pendidikan empat bulan dengan jam pembimbingan dua kali dalam satu minggu.
3. Tingkat Terampil, dengan materi melukis teknik kering dan teknik basah, dengan
peralatan spidol permanen hitam, crayon, dan cat air, serta media lukis kertas. Teknik
yang digunakan bervariasi sesuai perkembangan dan kebutuhan siswa. Program tingkat
terampil lama pendidikan empat bulan dengan waktu belajar seminggu dua kali.
4. Tingkat Mahir, dengan materi melukis teknik kering dan teknik basah, dengan
peralatan spidol permanen hitam, crayon, dan cat air, acrilic, serta media lukis kertas
dan kanvas. Teknik yang dikembangkan bervariasi sesuai kebutuhan siswa. Program
tingkat mahir lama pendidikan empat bulan dengan waktu belajar seminggu dua kali.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Melukis
1. Persiapan
Persiapan sanggar dalam pelatihan melukis untuk anak usia dini meliputi persiapan
secara fisik dan mental. Persiapan fisik berupa penyiapan tempat untuk belajar dengan
sistem lesehan dengan satu siswa satu meja belajar kecil. Tempat duduk lesehan dengan
alas tikar dan disetting menghadap ke utara. Peralatan dan bahan untuk melukis disediakan
sendiri oleh perseta pelatihan, kecuali pada awal pendaftaran masuk pertama kali setiap
siswa mendapatkan satu set peralatan melukis terdiri satu sepidol permanen, satu crayon
merk Dong A, dan satu kertas gambar/buku gambar. Persiapan secara mental setiap anak
yang akan belajar melukis ditempatkan pada tempat yang telah disediakan dengan cara
duduk sesuai tempat yang dipilih atau disediakan pihak sanggar. Selanjutnya pembimbing
menyapa dan menanyakan apa kabar dan menanyakan keinginan akan menggambar apa
dan seterusnya sesuai kontek kondisi setiap anak. Secara psikis setiap siswa yang belajar
sudah menyiapkan tema lukisan masing-masing, pembimbing tinggal memotivasi
bagaimana mengekspresikan idenya.
2. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses dimana perilaku dibentuk, diubah, dan
dikendalikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pembelajaran melukis pada anak di
Sanggar Pratista lebih tepat disebut dengan pelatihan melukis. Hal ini karena banyak aspek
keterampilan yang diajarkan kepada anak. Keterampilan tersebut mencakup keterampilan
menemukan imajinasi, keterampilan membuat sket, keterampilan mewarnai objek, dan
keterampilan lain dalam kerangka anak mengekspresikan dirinya melalui bahasa visual.
Metode yang diterapkan sesuai wawancara dengan HK (Tgl 23-8-2007) dikatakan anak
senang dengan guru dan pekerjaan, anak dikenalkan dengan peralatan melalui bercerita
yang menyenangkan sesuai kontek pada saat melukis seperti puasa, lebaran, natal dan
sebagainya. Semua pembimbing sanggar setiap kali memulai mengajar melukis dimulai
dengan menyapa anak secara individual dengan selamat siang, apa kabar, mau melukis
apa? kepada setiap peserta yang akan mulai melukis. Para peserta hadir di kelas melukis
tidak bersamaan, siapa yang datang langsung melukis dan siapa yang sudah selesai
melukis dapat meninggalkan kelas lebih awal walaupun jam belajarnya masih ada. Model
pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan individual, dengan satu
pembimbing memandu antara satu sampai tiga siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran
dilakukan secara santai dan bebas saling tegur sapa dan bermain antar peserta kursus.
Dalam pelaksanaan pelatihan orang tua pendamping atau pengasuh siswa dibolehkan
mendampingi langsung dalam melukis. Bahkan banyak orangtua atau pendamping ikut
dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam melukis. Hal ini dibolehkan oleh
pihak sanggar selama tidak mengganggu kenyamanan proses belajar anak. Banyak anak
yang sudah mulai percaya diri dalam pembimbingan yang langsung ditangani pembimbing
sanggar, sementara orang tua atau pendamping duduk di luar ruangan.
Model pembelajaran yang dikembangkan di Sanggar Pratista adalah menggunakan
metode pemberian contoh. Metode ini disampaikan pada anak bukan untuk memberi
contoh suatu objek atau gambar untuk ditiru tetapi diberi contoh pola dasar kemudian anak
sisuruh melengkapi contoh pola tersebut sesuai idenya.
Gambar 2: PE memberi contoh pada Sofa
Seperti yang dilakukan P E dalam memberikan contoh bentuk dengan spidol
permanen hitam kepada siswanya bernama Sofa. PE memberikan pola yang tidak lengkap
atau garis besar kemudian siswa melanjutkan pola tersebut, sambil memberikan pola
pembimbing memotivasi dengan ceritera, pertanyaan, dan bimbingan agar anak percaya
diri dapat mengeluarkan idenya. Setiap ada bidang yang masih kosong pembimbing
menunjukan bagian tersebut untuk diisi dengan objek sesuai pilihan siswa. Objek tersebut
misalnya awan, pohon, orang dan sebagainya. Cara itu dilakukan untuk memberikan
motivasi agar anak senang dalam melukis.
Gambar 3: PY memberikan contoh pola objek pada Diva
PY memberikan contoh pola pada kertas gambar Diva. Semua pembimbing dalam
memberikan contoh langsung digoreskan pada kertas gambar siswanya dengan spidol
permanen secara spontan, kemudian Diva melanjutkan dan melengkapi pola yang
digoreskan pembimbingnya sampai selesai dengan baik. Pemberian contoh pola dikertas
gambar anak ini untuk meyakinkan anak untuk bisa melukis dengan baik. Siswa merasa
senang diberi contoh, karena dapat memperlancar proses melukis mereka. Diva melukis
dengan tema panjat pinang karena sesuai dengan perayaan lomba pada Bulan Agustus
bulan peringatan kemerdekaan RI. Anak memiliki ketajaman perasaan mampu merekam
kejadian di sekitarnya untuk diangkat sebagai tema lukisan. Kebanyakan anak mengambil
tema lukisan sesuai dengan konteks kehidupannya. Diva mampu mengekpresikan ide
panjatpinangnya dipandu PY menghasilkan karya yang cukup bagus.
Gambar 4: BR memberikan contoh pola objek kepada Kisea
Demikian juga yang dilakukan Bu R dalam membimbing siswa dengan memberikan
contoh lukisan pola bentuk global objek dengan spidol hitam. Pola ini selanjutnya
diteruskan dan dilengkapi sampai membentuk objek yang dilukis. Dalam proses meukis
kalau ada anak yang lamban, kesulitan, ramai, pembimbing langsung menegur dan
meluruskan untuk melukis dengan baik. Jika ada bidang kosong atau objek yang belum
lengkap pembimbing menunjukan dan memberikan solusi dengan menyuruh mengisi
objek tertentu dan kadang diberikan motivasi dengan contoh pola bentuk atau warna.
Media yang digunakan anak-anak dalam melukis adalah spidol hitam permanen,
crayon, kuas, kertas, dan cat air. Semua media lukis disediakan sendiri oleh peserta.
Menggunakan media spidol untuk membuat sket pola gambar bertujuan agar lukisan jelas,
spontan, dan tidak diulang-lang atau dihapus. Dengan menggunakan spidol hitam agar
anak berani dan percaya diri melakukan sekali gores menjadi bagian dari melukis.
Mengapa tidak menggunakan pensil, karena dengan pensil anak akan merasa kurang puas
dapat dihapus atau ditumpang, sehingga hasilnya kotor, tebal, dan tidak spontan. Media
spidol merupakan media membuat sket atau pola gambar sekali jadi. Cara itu dilakukan
untuk membentuk keterampilan mengekspresikan idenya agar anak menjadi percaya diri.
3. evaluasi
Evaluasi yang dikembangkan Sanggar Pratista dengan cara penilaian proses dan penilaian
hasil karya. Penilaian ini dilakukan pada akhir paket pembelajaran untuk menentukan
kelulusan untuk masuk jenjang berikutnya atau tamat belajar. Penilaian secara formal tidak
dilakukan setiap akhir pembelajaran, walaupun di situ terjadi kritik, saran, perbaikan
dalam berkarya. Penilaian di sini dimaksudkan untuk memberikan skor setiap kali melukis
tidak dilaksanakan oleh pembimbing sanggar. Penilaian dilakukan pada akhir paket
pembelajaran dalam bentuk ujian akhir untuk mengisi sertipikat. Penentuan nilai akhir
yang dimasukan dalam sertipikat memperhatikan nilai harian dan nilai ujian akhir.
Penilaian setiap akhir program dilakukan dengan ujian akhir dengan kriteria penilaian
seperti yang dikemukanan P H (wawancara Tgl. 19-9 – 2007) yaitu penilaian proses
dengan indikator (1) kelancaran membuat sket, (2) penuangan ide, (3) kesiapan bahan dan
alat, (4) pemahaman tema, (5) ketekunan, (6) keseriusan, dan (7) percaya diri.
Penilaian hasil karya dengan kriteria (1) Kesesuaian tema, (2) kreativitas, (3) originalitas,
(4) pewarnaan, (5) harmoni keseluruhan. Kedua hasil penilaian ini kemudian digabung
menjadi satu menjadi nilai akhir untuk menentukan lulus atau tidak lulus. Walapun
penilaian memperhatikan aspek proses dan hasil, penilaian akhir lebih banyak
menekankan pada hasil karya yang paling menentukan.
C. Hasil Karya Siswa Sanggar Pratista
Berikut hasil karya Leone yang diberi judul “Menari” mereka ingin mengekspresikan
ide melalui lukisan tiga lukisan anak menari yang salah satunya adalah pelukisnya sendiri
sebagai tokoh sentral dalam lukisan ini. Jika ditanya mana Lione dalam lukisan mereka
menunjuk gambar penari yang paling kiri. Lukisan ini dengan latar belakang diberi
bentuk awan dan bunga yang diberi contoh oleh pembimbing, kemudian anak meneruskan
dan mewarnai sesuai keinginan siswa. Leone mengekspresikan figur penari dengan gaya,
warna, dan asesoris yang berbeda, perbedaan inilah yang membuat kesan dinamis dan
kreatif dalam lukisan ini
Gambar 4: Judul “ menari” karya Lione siswa play group umur 3.6 tahun
Selanjunya lukisan karya Miming siswa TK B dengan judul “Flora dan
Fauna”,mereka menggambarkan dunia binatang yang unik. Salah satu keunikan lukisan
Miming adalah menggambarkan wajah manusia di dalam badan gajah dan jerapah. Hal ini
dilakukan karena melihat badan gajah yang lebar dan kosong kalau tidak diisi objek akan
kelihatan sepi kemudian dilukislah wajah manusia. Wajah manusia yang dilukiskan pada
gajah, jerapah, pohon, dan matahari diambarkan senyum ceria sebagai ekspresi pelukisnya
gembira dan ceria. Miming dalam melukis sudah dapat memperhitungkan perbandingan
bentuk gajah, jerapah, kera, dan kucing. Keberanian ini perlu dipupukkembangkan agar
anak lebih berani mengekspresikan dirinya dengan bahasa visual. Penggambaran itu
mungkin dapat dimaknai begitu akrab dan sayangnya manusia dengan binatang sehingga
dilukiskan menyatu. Keindahan dan keunikan lukisan anak disitulah letaknya, kadang naif,
kadang, lucu, juga rasional.
Gambar 5: “Flora Fauna karya Miming
Di Bawah ini lukisan karya “Tea” dengan judul “Takjilan”. Tema ini dilukis
karena kesan dia menikmati takjilan pada saat bulan puasa sehingga terinspirasi
pengalaman takjilan untuk dilukis. Tema ini ditentukan siswa sendiri sesuai kontek pada
saat melukis objek itu pada bulan puasa, pembimbing hanya membantu teknis
memvisualisasikan pada sebagaian kecil objek. Ketajaman anak mengabadikan peristiwa
menarik sesuai kontek dan peristiwa di lingkungannya sangatlah bagus. Hal ini perlu
dikembangkan untuk membangun kesadaran anak akan peristiwa dan pengalaman anak
terhadap lingkungannya. Anak memiliki kepedulian dengan pengalaman di lingkungannya
yang mengesan dapat mengilhami karya lukisnya. Secara visual ”Tea” mengekspresikan
empat figur anak semua berbeda baik bentuk, gerak, warna walaupun menggambar
peristiwa yang sama. Anak kreatif biasanya kurang menyukai pengulangan bentuk yang
sama. Kesan stereotipe pada lukisan ini tidak nampak.
Gambar 6: Judul “Takjilan” Karya Tea
MANFAAT PENDIDIKAN SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI
MANFAAT PENDIDIKAN SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI
Secara alamiah anak sudah memiliki seni. Dari mereka berumur 0 – 8 tahun. Anak-anak sudah bisa mengembangkan dan mempunyai imajinasi. Anak berumur 1 tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak.
Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana cara mengajarkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Seperti yang kita ketahui setiap orang sudah mengenal tentang seni rupa. Dalam kehidupan kita untuk melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Pembelajran seni rupa pada anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan situasi social yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sehingga anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri.
Pengertian Seni RupaSeni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak
ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.
Pengelolaan Seni Rupa dalam Segi Pembelajaran pada Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai karakteristik dan situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sifat pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian kelompok kecil maupun besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran, bekerja tanpa mengganggu teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih kegiatan, dan kesemuanya terjadi tanpa tekanan melainkan berjalan alamiah.
Anak belajar mematuhi aturan yang dibuat bersama dalam kelas, dating tepat waktu, cara mendapat perhatian dari guru, cara guru meminta perhatian dari anak. Anak dapat mengatur management atau pengelolaan kelas berarti dapat mengatur bahan dan kelompok kegiatan. Ada yang bekerja di meja, di lantai, dengan beragam instruksi untuk banyak kelompok, mengikuti kemajuan setiap anak, fleksibel, bisa juga statis atau dinamis, menjadi non produktif atau sangat produktif. Hal ini juga mempertimbangkan tumbuh kembang EQ mereka (Berliner dalam Tolopan; 1978)
Guru yang mengelola kelas yang efektif juga akan membuat anak berhasil. Dari yang tersebut di atas akan diketahui bahwa memang program TK terdiri ataspembiasaan dan perkembangan dasar. Jadi pelaksanaan perencanaan juga berorientasi kearah dua tujuan itu, dengan mengamati perkembangan individu anak. Di dalam kelas ada kelompok-kelompok sesuai kemampuan. Kemampuan anak tidak sama. Untuk itu guru perlu mengetahui perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak yaitu perkembangan emosi dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan, penglihatan dan pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa.
Dalam setiap macam perkembangan tersebut, anak kadang-kadang sagat cepat, sedang-sedang saja atau lamban daya tangkap atau peningkatannya. Bagi yang sudah mahir, dipersiapkan bentuk yang dapat mereka jiplak, gunting, tempel dan warnai. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan. Bagi yang sedang-sedang tugas, hampir sama degan yang sudah mahir, dengan bentuk yang sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang kurang dipersiapkan kertas yang hanya diberi garis lurus yang perlu ia gunting. Pujian juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus ditunjukkan agar anak merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya (Fisher dalam Tolopan; 1991)
Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat bervariasi. Tidak ada jenjang pendidikan yang sangat kompleks seperti pendidikan anak usia dini. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama anak di TK bervariasi antara dua setengah sampai tiga setengah jam di sekolah. Enam hari seminggu atau melihat situasi dan tempatnya. Untuk kelompok bermain dapat diadakan tiga hari dalam seminggu. Jadwal di TK seperti pembukaan, inti, dan penutup, dapat saja untuk TK A dan B berlainan. Karena masa transisi anak TK A dan B berlainan. Bila anak di TK A dipaksakan untuk sudah mampu mengikuti program yang sama dengan kelas TK B, maka anak akan sangat tertekan dan tidak menyukai sekolah. Untuk itu maka dibutuhkan keluwesan penjadwalan, misalnya dengan ditukarnya inti dan pembukaan dengan maksud supaya anak-anak lebih bebas memilih kegiatan yang diminati dan mengendalikan emosi pada masa penyesuaian diri dengan sekolah akan lebih terbantu. Dari waktu ke waktu selama anak melaksanakan kegiatan, pasti ada saat-saat guru minta perhatian anak. Untuk itu dapat digunakan tanda guru yang tidak terlalu keras, tetapi cukup memberi tanda minta perhatian.
Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam alat permainan edukatif : pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi kreatifitas lainnya. Materi ini dikembangkan guru sesuai kebutuhan anak. Diharapkan interaksi antara guru – materi – anak semaksimal mungkin. Keluwesan ini membuat setiap anak merasa berhasil dan permasalahan dapat diatasi (Berliner dalam Tolopan; 1978)
Variasi Seni Rupa yang Memperkaya Media PendidikanPermainan untuk anak usia dini sangat banyak variasinya. Dari yang
sederhana sampai yang sulit atau benar-benar meningkatkan daya pikir anak. Kegiatan untuk anak usia dini tidak terlalu terpojokan dengan penuh masalah dan kerumitan. Pedoman utama ialah sebanyak mungkin semua dikerjakan anak, diciptakan anak tanpa terlalu banyak campur tangan. Beri kesempatan yang cukup ,interaksi guru yang berarti, komentar bukan basa-basi, beri pujian yang keluar dari hati sanubari dan bersungguh-sungguh.Macam-macam permainan misalnya : Permainan manipulatif yaitu memainkan alat-alat yang akan memberi kesempatan mengajarkan konsep dari warna, bentuk, ukuran jumlah, bilangan, sampai membandingkan, menyamakan, dll. Permainan imajinasi dini dimunculkan guru dengan mempersiapkan situasi professional dengan berbagai atribut yang dimiliki profesi tersebut.
Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia DiniMenurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting,
penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di sekolah.Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :
1. MenggambarKegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik
anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai
menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak :1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri2. Mengembangkan daya kreativitas3. Mengembangkan kemampuan berbahasa4. Mengembangkan citra diri anak
2. Finger Painting (Lukisan Jari)Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.Tujuan dari kegiatan ini adalah :- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-ototkecil dan kematangan syaraf.- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.- Mengendalkan estetika keindahan warna.- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. MelukisSalah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya
kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka
belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkanide-ide.
4. KolaseKolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan
berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.Ada beberapa macam kolase yaitu:• Kolase dengan kertas dan kain• Kolase dengan tekstur
5. MencetakMencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak
berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya). Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebutmemuat gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6. MenjiplakSebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat
menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
7. MembentukArti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah,
membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni
rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Peranan Seni RupaPeranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan GuruPeranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
Peranan SekolahSekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui
pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin
(diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.
KESIMPULAN1) Beberapa contoh seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini antara lain : menggambar, melukis, tanah liat, mencetak, menjiplak, kolase dan finger painting. Hal ini memberikan perhatian praktis pada setiap segi tanggung jawab seorang guru, seperti bagaimana mengenalkan setiap materi pelajaran, bagaimana persiapan terbaik dan ruang kelas bisa disusun sedemikian rupa dapat mensuport daya eksplorasi anak. Peranan orang tua sangatlah penting untuk membantu anak-anak berkreasi seni di rumah.2) Tujuan pendidikan seni rupa di sekolah yaitu melanjutkan dan mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah, sehingga hal ini perludiperhatikan oleh guru dengan memberikan kesempatan yang leluasa kepada anak dalam mencipta karya seni rupa sebagai pernyataan ekspresinya.