status ujian revisi 97 2003-2 kasuskus
DESCRIPTION
asdaTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Pembimbing:
Dr. Junaedi, Sp.KJ
Disusun oleh :
Kustian Pramudita
030.08.140
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
RS. DR.H. MARZOEKI MAHDI
PERIODE 18 Agustus – 20 September 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
1
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Januari 1989
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat Tempat Tinggal : Bogor
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Nomor Rekam Medik : 279153
Diantar oleh : Keluarga pasien
Tanggal Masuk RSMM : Masuk IGD Psikiatri (3 September 2014)
Masuk ke ruang Kresna (3 September 2014)
II. RIWAYAT PSIKIATRI
- Autoanamnesis dilakukan di Ruang Kresna Wanita pada tanggal 4 dan 5 September
2014 pada pukul 10.00 WIB
- Alloanamnesis dilakukan di IGD Psikiatri RSMM Bogor dengan Suami pasien pada
tanggal 3 September 2014 pada pukul 15.00 WIB
2
A. Keluhan
- Keluhan Utama
Marah marah sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit .
- Keluhan Tambahan
Pasien sering mengamuk, sulit tidur, berteriak, mudah tersinggung, tidak kenal
lelah, banyak bicara, dan suka memberikan barang barang kepada orang lain.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD Psikiatri RSMM diantar oleh keluarganya karena marah
marah sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut suaminya, dia sering
marah-marah dan mengamuk pada keluarganya dan tetangga . Pasien sulit tidur sejak
tiga hari yang lalu. Pasien juga sering mudah tersinggung, banyak bicara, tidak kenal
lelah dan gemar memberikan barang miliknya kepada orang lain. Menurut keluarga
gejala “kumat” seperti ini timbul setelah pasien cek cok dengan tetangga sebelah
rumah pasien.
Sejak 9 bulan yang lalu ( 2014, 36 tahun ) keluarga pasien mengatakan
perilaku pasien berubah menjadi suka marah marah, terlihat hiperaktif, keluyuran keluar
rumah dan mengganggu lingkungan sekitar tempat tinggal. Pasien tidak mengetahui
kenapa saat itu dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit. Pasien dibawa oleh suami
pasien ke RSMM Bogor mendapat perawatan selama 10 hari dan mendapatkan obat
setelah diperbolehkan pulang. Setelah pulang kerumah, pasien menjadi tampak murung,
lesu dan cenderung pendiam. pasien tidak pernah kontrol lagi dan pengobatan terputus.
Lima hari SMRS, pasien tampak mendadak marah marah dan banyak bicara.
Menurut keluarga pasien, hal ini dipicu oleh cek cok dengan tetangga sebelah rumah
pasien sehari sebelumnya. Pasien menjadi tidak bisa diam dan tampak bersemangat.
Pasien sering kali menyalah artikan perilaku keluarga dan orang-orang disekitarnya.
Paien menjadi mudah tersinggung dan mulai sering marah dengan volume suara yang
sangat keras terutama kepada suaminya.
Tiga hari SMRS, keluhan pasien semakin berat dirasakan pasien mengalami
kesulitan tidur namun pasien tidak merasa ngantuk, pasien juga tampak menjadi lebih
agresif dan sering kali mengganggu lingkungan sekitar. Pasien keluyuran keluar rumah
3
dan mendatangi tetangganya dan marah-marah tanpa sebab. Menurut suami pasien,
pasien sering mengutarakan bahwa ia memiliki banyak pacar dan diikuti libido yang
meningkat terhadap lawan jenis dengan sering terlihat mendekati dan menggoda pria-
pria disekitar lingkungannya. Pasien juga menjadi sering berfoya-foya dengan
memberikan barang-barang miliknya kepada orang-orang lain.
Pagi hari sebelum masuk rumah sakit, pasien tampak teriak-teriak, tertawa
sendiri, meronta-ronta seperti orang yang tidak kenal lelah dan memaki orang-orang
disekitarnya dengan kata-kata kotor. Suami dan keluarga pasien merasa kondisi pasien
sudah mengganggu lingkungan tempat tinggal dan memutuskan untuk membawa pasien
ke RSMM Bogor.
Pasien dibawa ke IGD oleh keluarganya pada tanggal 3 September 2014 pukul
15.00 WIB dengan keadaan gaduh gelisah. Di IGD pasien diperiksa oleh dokter,
ditentukan diagnosis dan ditentukan tatalaksana Inj. Valdimex 1 ampul dan Lodomer 1
ampul.
Pada saat autoanamnesis dan pemeriksaan pada tanggal 4 dan 5 September
2014 di Ruang Kresna Wanita, pada tanggal 4 September 2014 pasien masih tampak
gaduh gelisah sehingga pasien tampak diikat dan saat saya ajak bicara dia mengatakan “
Bukain, keluarin gue, setan lo”. Keesokan harinya pada tanggal 5 September 2014,
pasien sudah tampak tenang dan kuantitas bicara sudah berkurang dibanding saat
masuk ke IGD. Ketika ditanyakan, pasien hanya mengetahui bahwa ia saat ini berada di
Rumah Sakit Jiwa Bogor. Pasien mengetahui kenapa dibawa ke Rumah Sakit, ia
mengatakan alasannya karena ia sering marah-marah dan pasien menceritakan bahwa
sebelumnya ia cek cok hebat dengan tetangga sebelah rumah kontrakannya bernama
Wati saat berebut air untuk mandi. Ia kesal sekali dengan tetangga disekitar rumah
kontrakannya terutama Wati karena selalu berebut air untuk digunakan. Menurut
pasien, ini kedua kalinya pasien di rawat di Rumah Sakit Marzuki Mahdi Bogor, setelah
sebelumnya Januari awal tahun ini pernah dirawat dengan keluhan yang menurut pasien
sama.
4
Pasien mengeluh susah tidur dengan alasan rumah kontrakan tempat tinggal
dia bersama seorang suami dan dua orang anak tampak sempit dan membuatnya tidak
nyaman.
Pasien menceritakan bahwa dirinya pergi meninggalkan suami dan anak-
anaknya dari Jakarta menuju kediaman orang tuanya di Bogor dengan menggunakan
taksi yang dibayar Ibunya saat sampai dirumah. Ia pergi karena bosan tinggal
dikontrakannya, ia membawa tablet milik suaminya dan memberikannya ke petugas
stasiun kereta api setelah itu meninggalkan stasiun dan pergi menggunakan taksi
menuju kediaman orangtuanya di Bogor tanpa membawa uang dan membayar dengan
menggunakan uang orangtuanya saat sesampainya di Bogor. Pasien mengaku punya
banyak uang dan perhiasan namun ia merasa tidak bisa beli apa-apa. Pasien suka
membagikannya ke orang-orang yang menurutnya susah, terakhir ia memberikan anting
miliknya yang menurut pasien seharga Rp 500,000,- kepada musafir didepan komplek
Surya Kencana.
Pasien mengaku mempunyai seorang suami namun punya pacar yang banyak
karena ia merasa dirinya cantik dan mempunyai daya tarik lelaki disekitarnya
Pasien menyangkal bahwa pasien pernah mendengar suara bisikan dan melihat
hal yang tidak dilihat orang lain. Pasien juga menyangkal berbicara atau tertawa
sendiri.
Selama wawancara, konsentrasi pasien tidak teralihkan. Selama observasi di
ruangan, pasien terlihat dapat berinteraksi dengan yang lain dan terlihat tenang. Saat ini
pasien dirawat diruangan Kresna Wanita dan mendapatkan terapi haloperidol 3 x 5mg,
trihexyfenidyl 3 x 2 mg, risperidol 1 x 2 mg, dan chlorpromazine 1 x 100 mg.
Pasien dan keluarga mengatakan tidak adanya jatuh atau riwayat trauma
lainnya yang mengenai daerah kepala pada saat itu. Pasien dan keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien tidak pernah memakai obat-obatan terlarang seperti putaw
dan shabu.
5
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Pasien sempat dirawat dengan keluhan serupa di RS Marzoeki Mahdi Bogor 9
bulan yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Medis Lainnya
- Menurut keluarga pasien, pasien tidak pernah mengalami kecelakaan lain,
terjatuh atau terbentur yang mengakibatkan luka di daerah kepala, tidak
pernah operasi serta tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang
dan penyakit berat lainnya.
- Saat pasien ditanya, pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan,
benturan kepala, panas tinggi, kejang ataupun yang sampai dirawat di rumah
sakit
3. Riwayat Penggunaan Zat psikoaktif dan Alkohol
Pasien mengaku tidak pernah menggunakan narkoba dan minum alkohol,
tetapi pasien sering mengkonsumsi kopi dan merokok.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak didapatkan data.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Tidak didapatkan data.
3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Tidak didapatkan data.
4. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
a. Hubungan Sosial
Tidak didapatkan data.
b. Riwayat Sekolah
Tidak didapatkan data.
6
c. Latar belakang Agama
Tidak didapatkan data.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai tukang kredit keliling. Pasien keluar dari
pekerjaannya karena pasien merasa bosan.
b. Aktivitas Sosial
Pasien tinggal dirumah kontrakan di Jakarta bersama suami dan kedua
anaknya yang pertama laki-laki berusia 15 tahun dan anak kedua perempuan
berusia 6 ½ tahun. Sebelum sakit pasien senang bersosialisasi dengan teman-
temannya dan tetangga disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien pernah pacaran dan menjalani hubungan dengan seorang pria
namun dikhianati waktu usia 20 tahun.
Pasien sudah menikah. Pasien tidak mempunyai riwayat hubungan seksual
sebelum menikah dan pelecehan seksual.
d. Riwayat Pendidikan
Pasien mempunyai riwayat pendidikan yaitu lulus SD 6 tahun dan
melanjutkan SMP sampai dengan kelas 2 kemudian tidak melanjutkannya,
namun pasien lupa kenapa tidak melanjutkan sekolahnya. Pasien tidak pernah
tinggal kelas dengan prestasi rata rata.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak mempunyai riwayat pelanggaran hukum
6. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Sejak lahir pasien
diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien telah menikah dan saat ini pasien
tinggal bersama seorang suami dan dua orang anak. Pasien tinggal di sebuah
7
rumah kontrakan padat penduduk di Jakarta yang hanya memiliki satu kamar
tidur dan satu kamar mandi. Dahulu pasien pernah bekerja sebagai pengkredit
barang namun karena malas pasien sekarang menjadi seorang Ibu rumah
tangga.
f. Impian, Fantasi, nilai-nilai
Pasien ingin pulang dari rumah sakit karena ia merasa dirinya tidak
sakit dan ingin jalan jalan ke tempat wisata yang ramai.
POHON KELUARGA
Keterangan :
: Ayah Pasien : Ibu Pasien
: Saudara Kandung Pasien : Pasien
: Suami Pasien : Anak Pasien
: Serumah dengan pasien
8
III. STATUS MENTA L
(Dilakukan pemeriksaan di Ruang Kresna Wanita, tanggal 5 September 2014)
A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran
Neurologis : Compos Mentis
Psikologis : Terganggu
Sosial : Terganggu
2. Penampilan Umum
Seorang perempuan berumur sekitar 36 tahun, berpenampilan fisik terlihat
lebih muda dari seusianya, rambut panjang, rapi dan tampak tenang. Pakaian
cukup rapi dengan memakai kaos abu-abu, terlihat sedikit lusuh dan memakai
alas kaki.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Selama wawancara, pasien tenang, pasien bicara seperlunya, ada
kontak mata dengan pemeriksa, perhatian tidak mudah teralih. Selama
wawancara pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan, terlihat tidak kaku
namun agak berhati-hati.
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan artikulasi yang
jelas, suara sedang, lancar dan spontan dalam menjawab pertanyaan.
5. Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif
B. Alam Perasaan
1. Mood : Euthym
2. Afek : Tumpul
3. Ekspresi afektif
a. Kestabilan : Stabil
b. Kesungguhan : Echt
c. Keserasian : Serasi
9
d. Pengendalian : Cukup
e. Empati : Sulit diraba rasakan
f. Intensitas : Dalam
g. Skala diffrerensiasi: Luas
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan :
Taraf Pendidikan : Tidak lulus SMP
Pengetahuan Umum : Baik. Pasien mengetahui artis Raffi Ahmad
sudah putus dengan Yuni Sarah dan sudah ingin
menikah.
Kecerdasan : Rata – rata. Pasien tidak mampu
menyelesaikan sekolahnya hanya sampai SMP
kelas 2.
2. Daya konsentrasi :
Baik. Pasien bisa berhitung mundur 100-7
3, Orientasi :
Daya Orientasi Waktu : Baik. Pasien dapat mengetahui siang atau
malam, jam, hari dan tanggal
Daya Orientasi Tempat : Baik. Pasien mengetahui dirinya berada di
Rumah Sakit
Daya Orientasi Personal : Baik. Pasien mengetahui siapa yang
memeriksanya
4, Daya ingat:
Daya Ingat Jangka Panjang : Baik. Pasien masih ingat nama sekolah SMP
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik. Pasien masih mengingat menu sarapan
tadi pagi
Daya Ingat Sesaat : Baik. Pasien mampu mengucapkan kembali
apa yang sudah ia ceritakan sebelumnya
10
5. Pikiran Abstrak : Baik. Pasien mampu mengartikan peribahasa berakit-
rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, yaitu bersusah-susah dahulu baru bersenang-
senang.
6. Kemampuan Menolong Diri : Baik. Pasien mampu makan dan mandi sendiri
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
Halusinasi auditorik (-)
Halusinasi visual (-)
Halusinasi pembauan (-)
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Produktivitas : Cukup. Pasien berbicara secara spontan dan lancar
Kontinuitas Pikiran : Koheren. Jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan,
terarah ketujuan dan relevan
Hendaya Berbahasa : Tidak ada. Pasien tidak menggunakan bahasa yang
tidak dimengerti/kata kata baru yang hanya pasien mengerti (neologisme) atau pasien
mengunakan bahasa secara lazim sesuai dengan tata bahasa
2. Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ditemukan.
Waham : Waham Kebesaran ( Pasien merasa dirinya cantik dan punya pacar yang
banyak karena ia mempunyai daya tarik lelaki disekitarnya)
F. Pengendalian Impuls
Cukup baik. Selama wawancara pasien tenang.
G. Daya Nilai
11
1. Daya nilai sosial
Baik. ketika diberi pertanyaan mengenai apakah mengambil barang milik orang lain
itu baik atau tidak, pasien menjawab hal tersebut tidak baik
2. Uji daya nilai
Baik. Ia mengatakan apabila menemukan dompet yang terjatuh akan dikembalikan
kepemiliknya
3. Penilaian realita
Terganggu, karena terdapat waham kebesaran.
H. Tilikan : Derajat 1
Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 5 September 2014 pukul 10.00 WIB
A. Status Internus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi napas : 20x/menit
Frekuensi nadi : 86x/menit
Suhu : 37,2 C
Status gizi : Gizi cukup
Kulit : Sawo matang
Kepala : Tidak ada deformitas
Mata : Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik
THT : Dalam batas normal
Gigi dan mulut : Higiene kurang baik
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Simetris, vesikuler, rh-/-, wh-/-
Abdomen : Datar, supel, bising usus normal, hepatomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), terdapat luka ditutup perban di
12
telapak tangan kanan.
B. Status Neurologis
GCS : 15 (E4,V5,M6)
Kaku kuduk : (-)
Pupil : Bulat, isokor
Kesan parase nervus kranialis : (-)
Motorik : Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-),
hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan
dan koordinasi
Sensorik : Tidak ada gangguan sensibilitas
Reflex fisiologis : Normal
Reflex patologis : (-)
Gejala ekstrapiramidal : (-)
Gaya berjalan dan postur tubuh : Normal
Stabilitas postur tubuh : Normal
Tremor di kedua tangan : (-)
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Nilai
Hemoglobin 12,5 g/dLLeukosit 8010 /ul
Trombosit 222.000 /ulHematokrit 36 %
SGOT 76 u/LSGPT 32 u /LUreum 26,0 mg/dL
Kreatinin 0,63 mg/dLGDS 96 mg%
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
13
Pasien perempuan usia 36 tahun, dibawa oleh keluarganya dengan keluhan
marah-marah sejak 5 hari SMRS. Pasien merasa sulit tidur sejak 3 hari SMRS.
Pasien juga suka berteriak, mudah tersinggung, tidak kenal lelah, banyak bicara,
dan suka memberikan barang barang kepada orang lain yang tidak ia kenal.
Pada pasien alam pikiran, perasaan dan perbuatan terganggu. Terdapat waham
kebesaran yang ditunjukan dengan pasien merasa dirinya cantik dan mempunyai
banyak pacar karena memiliki daya tarik bagi lawan jenisnya. Daya nilai realita
terganggu karena adanya waham. Tilikan derajat 1 dan secara keseluruhan dapat
dipercaya. Berdasarkan pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan kondisi medik
lain.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
1. Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kondisi medis
umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang
bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik
(F00-09) dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak ditemukan riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan obat/zat
psikoaktif. Sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
Jenis gangguan pada pasien ini adalah Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini
Manik Tanpa Gejala Psikotik karena gejala dari pasien ini sesuai dengan pedoman
diagnostik Gangguan Afektif Bipolar menurut PPDGJ III yaitu:
- Terjadi peningkatan aktivitas berlebih
- Percepatan dan kebanyakan bicara
- Kebutuhan tidur yang berkurang
- Waham kebesaran
14
Diagnosis lebih diberatkan pada F.31.2 yaitu Gangguan Afektif Bipolar,
Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik karena:
- Episode yang sekarang sudah memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) sebagai berikut:
a. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1
minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan
seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas
sosial yang biasa dilakukan.
b. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang
bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan,
percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur
yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran “
grandiose ideas” dan terlalu optimistik.
Dan
- Terdapat sekurang-kurangnya satu episode afektif lain di masa lampau
2. Diagnosis Aksis II
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan tidak terdapat ciri dan gangguan
kepribadian.
3. Diagnosis Aksis III
Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kondisi
medik yang berhubungan dengan kondisi pasien pada saat ini, dapat
disimpulkan tidak ada diagnosis pada aksis III.
4. Diagnosis Aksis IV
Masalah dengan keluarga : Tidak ada. Pasien tidak memiliki
masalah ataupun perselisihan terhadap keluarganya
Masalah dengan lingkungan sosial : Pasien memiliki hubungan yang
kurang baik dengan tetangganya hingga sampai terjadi cek cok.
Masalah pendidikan : Tidak ada
Masalah pekerjaan : Ada. Saat ini pasien tidak bekerja
Masalah ekonomi : Ada.
Masalah akses ke pelayanan kesehatan : Tidak ada. Rumah pasien tidak
terlalu jauh dari RS dan masih bisa dijangkau dengan kendaraan umum.
15
5. Diagnosis Aksis V
Skala GAF :
GAF HLPY : 70-61
(beberapa gejala ringan dan menetap,disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
Fungsi Psikologis : pasien terdapat waham +
Fungsi sosial : pasien dapat berkomunikasi dan
berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan
sekitar tetapi pasien cenderung menyendiri
Fungsi perawatan diri : pasien masih dapat merawat dirinya sendiri
GAF Current : 60-51
(gejala sedang (moderate), disabilitas sedang)
Fungsi psikologi : pasien terdapat waham +
Fungsi sosial :pasien mengalami gangguan dalam hubungan
dengan realita
Fungsi perawatan diri : pasien masih dapat merawat dirinya sendiri
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Aksis II : Tidak terdapat gangguan kepribadian
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sosial dan pekerjaan
Aksis V : GAF HLPY : 70-61
GAF Current : 60-51
VII. DAFTAR PROBLEM
16
1. Organobiologis:
Tidak ada herediter gangguan jiwa dan tidak ada penyakit klinis lainnya
2. Psikologis:
Waham kebesaran
Riwayat dirawat di RSMM dengan keluhan yang sama
3. Sosiobudaya:
Adanya hendaya dalam fungsi sosial
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungtionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
A. Faktor yang memperingan:
Diketahuinya faktor pencetus timbulnya gangguan yaitu cek cok perselisihan dengan
tetangga rumahnya bernama Wati.
Kondisi pasien yang secara umum masih baik dan kemampuan merawat diri sendiri
masih baik
Keluarga mendukung pengobatan pasien
B. Faktor yang memperberat:
Pasien tidak merasa ada gangguan pada dirinya
Kejadian ini sudah kali kedua, 9 bulan lalu pernah dirawat di RSMM dengan keluhan
yang sama.
XI. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
- haloperidol 3 x 5mg
- trihexyfenidyl 3 x 2 mg
- risperidol 1 x 2 mg
- chlorpromazine 1 x 100 mg
2. Psikoterapi
17
Pasien:
Axis I:
Pasien diberikan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya atau permasalahan
yang sedang dihadapinya, sehingga pasien lebih merasa tenang dan berarti.
Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi pasien untuk terus minum obat
seecara teratur, memiliki semangat untuk sembuh, memberikan dukungan terhadap
hal positif yang dilakukan pasien.
Axis II : -
Axis III : -
Axis IV :
Rehab psikososial memberikan pelatihan keterampilan untuk bekal pasien agar bisa
bekerja dan memperbaiki perekonomian keluarga pasien
Mencari PMO (pengawas minum obat) dari keluarga pasien agar pasien dapat minum
obat dengan lebih teratur
Axis V :
Membantu menerangkan kepada pasien untuk lebih beraktivitas
sebagaimana mestinya dan mencoba berkomunikasi dengan tetangga
dilingkungan tempat tinggal agar dapat mengurangi perasaan curiga dan
benci yang mengganggu saat pasien kembali melanjutkan kehidupannya
dirumah.
Keluarga:
- Memberi edukasi kepada keluarga pasien agar selalu memberi dukungan
kepada pasien
- Mengingatkan keluarga untuk membawa pasien kontrol ke RS dan
mengontrol pasien untuk minum obat secara teratur
- Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bekerja bersama keluarga
dan tetangga dilingkungan rumahnya agar pasien mampu untuk berfungsi
secara normal dan mampu membantu memperbaiki perekonomian
keluarga pasien
18