status iodium pada anak usia sekolah 6 – 12 tahun di

14
95 STATUS IODIUM PADA ANAK USIA SEKOLAH 6 – 12 TAHUN DI DAERAH DENGAN NILAI EKSKRESI IODIUM URIN (EIU) TINGGI Iodine Status School Age Children 6-12 Years in Excessive Iodine Intake Area Mohamad Samsudin* 1 , Djoko Kartono 2 1 Balai Litbang GAKI Magelang Kapling Jayan Borobudur Magelang 2 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor *E-mail: [email protected] Naskah diterima: 08 Mei 2013, naskah direvisi: 18 Juni 2013, naskah disetujui terbit: 25 Juni 2013 ABSTRACT Iodine deficiency or excess lead to the impairment of hormone production and thyroid function, and in the long term can cause health problems. Epidemiological criteria to determine the severity of Iodine Deficiency Disorders (IDD) in an area can be done by assessing the iodine status of school-age children. Indicator that can be used includes urinary iodine concentration (UIC). Indication of excess iodine in school-age children in some parts of Indonesia has been reported, among others, in Demak and Blora Regency, while on the other hand, the number of households consume enough iodized salt are low. Exploring the iodine status of school-age children aged 6-12 years in areas with high UIC values in non endemic iodine deficiency areas. The study was conducted in Blora and Demak Regency, Central Java. Samples were 300 school children aged 6-12 years. Variables: iodine status (thyrotropin hormone, urinary iodine concentration and thyroid gland enlargement). Other variables: nutritional status, nutrient intake, iodine in drinking water, iodine intake sources, iodine in salt. The median value of urinary iodine in Demak regency –were 4266 µg/L in Pidodo Village and 6216 µg/L in Sampang Village. In Blora Regency was 333 µg/L - Japah Village with 54.7% of subjects were at risk of iodine excesses. Hypothyroid subjects were found 24%, 16% and 10% in Sampang, Pidodo and Japah Village respectivelly. The Proportion of non- visible goiter in Demak Regency was more than 30% where in Japah Village was only 5.5%. The high urinary iodine concentration in Blora Regency was suspected as the results of iodized salt intake. However the high urinary iodine in Demak Regency (Pidodo and Sampang Village) was not caused by iodine high intake, but probably from another cause that needs to be further studied. Keywords: Iodine status; school-age children; excessive iodine intake. ABSTRAK Kekurangan maupun kelebihan iodium mengakibatkan produksi hormon dan fungsi tiroid terganggu, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kriteria epidemiologi untuk menentukan tingkat keparahan masalah GAKI di suatu daerah dapat dilakukan dengan menilai status iodium pada anak usia sekolah. Indikator yang digunakan antara lain ekskresi iodium urin (EIU). Indikasi adanya kelebihan iodium pada anak usia sekolah di sebagian daerah di Indonesia telah dilaporkan, antara lain di Kabupaten Demak dan Blora. Di sisi lain, rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup iodium di daerah tersebut masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai status iodium pada anak usia sekolah dasar umur 6-12 tahun di daerah dengan nilai EIU tinggi yang secara tradisional bukan endemik kekurangan iodium. Penelitian dilakukan di Kabupaten Blora dan Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Sampel adalah anak

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

95

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

STATUS IODIUM PADA ANAK USIA SEKOLAH 6 – 12 TAHUNDI DAERAH DENGAN NILAI EKSKRESI IODIUM URIN (EIU) TINGGI

Iodine Status School Age Children 6-12 Years in Excessive Iodine Intake Area

Mohamad Samsudin*1, Djoko Kartono2

1Balai Litbang GAKI MagelangKapling Jayan Borobudur Magelang

2Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor*E-mail: [email protected]

Naskah diterima: 08 Mei 2013, naskah direvisi: 18 Juni 2013, naskah disetujui terbit: 25 Juni 2013

ABSTRACTIodine deficiency or excess lead to the impairment of hormone production and thyroid function, and in the long term can cause health problems. Epidemiological criteria to determine the severity of Iodine Deficiency Disorders (IDD) in an area can be done by assessing the iodine status of school-age children. Indicator that can be used includes urinary iodine concentration (UIC). Indication of excess iodine in school-age children in some parts of Indonesia has been reported, among others, in Demak and Blora Regency, while on the other hand, the number of households consume enough iodized salt are low. Exploring the iodine status of school-age children aged 6-12 years in areas with high UIC values in non endemic iodine deficiency areas. The study was conducted in Blora and Demak Regency, Central Java. Samples were 300 school children aged 6-12 years. Variables: iodine status (thyrotropin hormone, urinary iodine concentration and thyroid gland enlargement). Other variables: nutritional status, nutrient intake, iodine in drinking water, iodine intake sources, iodine in salt. The median value of urinary iodine in Demak regency –were 4266 µg/L in Pidodo Village and 6216 µg/L in Sampang Village. In Blora Regency was 333 µg/L - Japah Village with 54.7% of subjects were at risk of iodine excesses. Hypothyroid subjects were found 24%, 16% and 10% in Sampang, Pidodo and Japah Village respectivelly. The Proportion of non-visible goiter in Demak Regency was more than 30% where in Japah Village was only 5.5%. The high urinary iodine concentration in Blora Regency was suspected as the results of iodized salt intake. However the high urinary iodine in Demak Regency (Pidodo and Sampang Village) was not caused by iodine high intake, but probably from another cause that needs to be further studied. Keywords: Iodine status; school-age children; excessive iodine intake.

ABSTRAKKekurangan maupun kelebihan iodium mengakibatkan produksi hormon dan fungsi tiroid terganggu, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kriteria epidemiologi untuk menentukan tingkat keparahan masalah GAKI di suatu daerah dapat dilakukan dengan menilai status iodium pada anak usia sekolah. Indikator yang digunakan antara lain ekskresi iodium urin (EIU). Indikasi adanya kelebihan iodium pada anak usia sekolah di sebagian daerah di Indonesia telah dilaporkan, antara lain di Kabupaten Demak dan Blora. Di sisi lain, rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup iodium di daerah tersebut masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai status iodium pada anak usia sekolah dasar umur 6-12 tahun di daerah dengan nilai EIU tinggi yang secara tradisional bukan endemik kekurangan iodium. Penelitian dilakukan di Kabupaten Blora dan Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Sampel adalah anak

96

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

sekolah umur 6–12 tahun sebanyak 300 orang. Variabel: status iodium berupa hormon tirotropin, ekskresi iodium urin dan pembesaran kelenjar tiroid. Variabel lain: status gizi, konsumsi gizi, kadar iodium air minum, konsumsi sumber iodium, kadar iodium garam. Nilai median EIU di Kabupaten Demak yaitu di Desa Pidodo = 4266 µg/L; di Desa Sampang= 6216 µg/L; sedangkan di Kabupaten Blora yaitu di Desa Japah= 333 µg/L. Ditemukan sebesar 54,7% subyek di Desa Japah Kabupaten Blora berisiko kelebihan iodium. Subyek hipotiroid sebesar 24%, 16%, 10% ditemukan di Desa Sampang di Desa Pidodo dan di Desa Japah secara berurutan. Penderita gondok di Kabupaten Demak lebih dari 30%, sedangkan di Desa Japah Kabupaten Blora hanya sebesar 5,5%. Tingginya nilai median EIU di Kabupaten Blora (Desa Japah) diduga terutama berasal dari asupan garam beriodium. Tingginya nilai median EIU di Kabupaten Demak (Desa Pidodo dan Sampang), diduga bukan karena tingginya asupan iodium, tetapi karena sebab lain yang perlu penelitian lebih lanjut.

Kata kunci: Status iodium; anak usia sekolah; asupan iodium berlebih.

PENDAHULUANTubuh manusia membutuhkan

iodium dalam jumlah kecil, kebutuhan iodium harian untuk anak usia sekolah umur 6–12 tahun adalah sebesar 120 µg sehari.1 Kecukupan iodium tubuh dapat dinilai dengan cara: i) memeriksa iodium yang dikeluarkan melalui urin (EIU) sebagai cerminan asupan iodium harian; ii) mengukur kadar hormon tiroid dalam darah yang menggambarkan cadangan tubuh; iii) mengukur kadar TSH dalam darah sebagai refleksi kecukupan sel tubuh atas hormon tiroid; dan iv) mengukur volume tingkat pembesaran kelenjar gondok sebagai gambaran reaksi tubuh terhadap kekurangan atau kelebihan iodium.2 Anak-anak yang mengalami kekurangan maupun kelebihan iodium mengakibatkan produksi hormon dan fungsi tiroidnya terganggu, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, serta prestasi belajar pun menurun.

Produksi hormon tiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hipertiroid, ditandai dengan tingginya hormon tiroid dalam sirkulasi. Tingkat

keparahan hipertiroid ditentukan oleh lamanya sakit, derajat kelebihan hor-mon tiroid dan usia penderita. Diagnosis hipertiroid didasarkan pada gejala yang muncul dan hasil pemeriksaan biokimia untuk menilai fungsi tiroid. Hipertiroid dengan berbagai sebab menunjukkan adanya kadar TSH yang rendah. Konsekuensi secara klinis dari hiper-tiroid dihubungkan dengan penurunan massa tulang dan meningkatnya resiko fibrilasi atrium3. Tanda dan gejala hipertiroid, antara lain: berat badan menurun walau nafsu makan baik, lesu, apatis, tidak toleran panas, rambut tipis; denyut cepat, sesak nafas; tremor, mudah panik, lemah otot; erythema telapak tangan, gatal-gatal; tidak haid, tidak subur; BAB lembek, diare, muntah.4

Menurut WHO, kriteria epide-miologi untuk menentukan tingkat keparahan masalah GAKI di suatu daerah dapat dilakukan dengan menilai status iodium pada anak usia sekolah. Indikator yang dapat digunakan antara lain dengan menilai iodium yang dikeluarkan melalui urin (EIU). Kriteria untuk menilai suatu daerah telah

97

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

mendapatkan cukup, kurang, ataupun kelebihan iodium berdasarkan nilai EIU pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut: defisiensi iodium apabila nilai median EIU < 100 µg/L; optimal apabila nilai median EIU 100–199 µg/L; lebih apabila nilai median EIU 200–299 µg/L; dan excess iodium apabila nilai median EIU >= 300 µg/L).1

Hasil Survei GAKI 2003 dan 2007 mengindikasikan kejadian kele-bihan iodium (EIU >=300 ug/L) pada anak usia sekolah dasar terjadi di se-bagian daerah di Indonesia (62,5%), antara lain di pesisir pantai utara Jawa Tengah, se-perti Kabupaten Demak (EIU= 716 ug/l) dan Blora (EIU= 472 ug/l). Sementara rumah tangga yang mengkonsumsi ga-ram beriodium de-ngan kandungan cukup (>=30 ppm) di daerah tersebut masih rendah, yaitu 36,5% dan 35,7% (Demak) dan 42,3% dan 55,6% (Blora).5,6 Hasil penelitian di Kabupaten Malang mendapatkan sebanyak 15% ibu PUS mengalami kenaikan kadar tiroksin serum hingga melewati batas normal setelah meng-konsumsi garam beriodium 60 ppm selama 3 bulan.7 Penelitian di Kota Se-marang mendapatkan kejadian excess iodium pada anak SD sebesar 47,5%.8 Studi lain di Afrika Selatan mendapat-kan kejadian excess pada wanita 15 – 30 tahun sebesar 47,1%.9 Terjadinya hipertiroidisme setelah fortifikasi garam dengan iodium juga terjadi di Eropa dan Amerika Selatan serta iodisasi roti di Belanda dan Tasmania.10 Kabupaten Demak dan Blora merupakan daerah non endemik, praktis tidak ada pro-gram pemberian kapsul iodium, tetapi persentase rumah tangga mengguna-kan garam dengan kandungan iodium

telah memenuhi syarat masih rendah di bawah 43%.6 Dari mana sumber iodium masyarakat di kedua daerah tersebut sehingga mengakibatkan kejadian ex-cess iodium merupakan perta-nyaan yang akan dibahas. Makalah ini menya-jikan bagaimana keadaan status iodium pada anak usia sekolah dasar yang tinggal di kedua daerah yang memiliki nilai median ekskresi iodium urin (EIU) tinggi.

METODEPenelitian dilaksanakan di 4

desa terpilih, yaitu Desa Pidodo dan Sampang, Kecamatan KarangTengah, Kabupaten Demak; serta Desa Japah dan Ngapus, Kecamatan Japah, Kabu-paten Blora. Rancangan penelitian ada-lah cross-sectional. Subyek penelitian adalah anak usia sekolah dasar umur 6–12 tahun.

Besar sampel untuk mengetahui prevalensi kelebihan iodium berdasar-kan nilai EIU dihitung dengan rumus perhitungan sampel sebagai berikut.11 n= Z2

1-α/2 PQ / d2, dimana n= besar sam-pel minimal; P= prevalensi kelebihan iodium (nilai EIU tinggi) pada anak usia sekolah= 21,9%.2; Q= 1 – P; d= presi-si penelitian= 5%; Z2

1-α/2 = deviat baku alpha= 1,96, diperoleh besar sampel minimal sebesar 263 + DO 15% ~ 300 sampel (per kabupaten). Sampel di lokasi desa terpilih diambil secara acak (simple random sampling).

Lokasi penelitian dipilih secara purposif berdasarkan letak geografis, data kadar EIU dan kualitas garam rumah tangga. Kabupaten Demak mewakili wilayah non endemik pantai dan Kabupaten Blora mewakili wilayah non endemik dataran rendah non

98

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

pantai, dengan nilai median EIU diatas normal (>=300 ug/l) dan proporsi RT yang menggunakan garam dengan kandungan iodium cukup masih rendah (< 50%). Pemilihan kabupaten, kecamatan, dan desa dilakukan secara multi stage sampling. Dari kabupaten, kecamatan, dan desa terpilih dilakukan registrasi sasaran, selanjutnya diambil sebanyak 75 anak usia sekolah dasar (AUS) secara acak sederhana. Demikian sehingga di setiap kabupaten dipilih 150 anak.

Data yang dikumpulkan meliputi i) kadar iodium dalam urin (EIU), berupa pengambilan contoh urin, yaitu urin 24 jam ditampung dengan wadah plastik (jerigen) selama satu hari penuh, mulai dari pagi hari sampai dengan pagi pada hari berikutnya; ii) kadar TSH serum, contoh darah diambil dari pembuluh darah vena, dihisap dengan spuit sebanyak lima cc; iii) kadar iodium dalam garam, diperoleh dengan cara melakukan titrasi contoh garam rumah tangga; iv) frekuensi konsumsi makanan dikumpulkan oleh Ahli Gizi dengan metode food frequency questionnaire; v) status gizi ditentukan

secara antropometri; diukur tinggi dan berat badan menggunakan microtoise dan timbangan digital merk AND.

Pengolahan data menggu-nakan Epi Info 3.2.2. for Windows, analisis zat gizi dengan Food Processor 2. Data iodium dalam garam diolah dari jumlah garam yang dikonsumsi. Analisis deskriptif untuk melihat karakteristik dari variabel yang diteliti. Untuk melihat hubungan dua variabel dilakukan uji Kai Kuadrat. Data status iodium dari Desa Ngapus tidak dianalisis karena nilai median EIU < 300 ug/l.

HASIL1. Karakteristik Responden

Subyek penelitian adalah Anak Usia Sekolah (AUS) berumur 6–12 ta-hun sebanyak 300 anak. Hasil analisis menunjukkan rata-rata umur anak adalah 9,3 ± 1,8 tahun; rata-rata berat badan (BB) adalah 23,3 ± 6,0 kg dan rata-rata tinggi badan (TB) anak adalah 123,8 ± 10,0 cm. Proporsi subyek pen-dek (stunting) di kedua wilayah sama, yaitu sebesar 34%. Distribusi subyek menurut karakteristik data disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Subyek Menurut Karakteristik Data

Karakteristik Kategori Kelompok Subyek

Demak (%) Blora (%) Status Gizi TB/U

Stunting 51 (34,0) 51 (34,2) Normal 99 (66,0) 98 (65,8) Tinggi 0 (0,0) 0 (0,0)

Status Gizi BB/U

Underweight 46 (30,7) 44 (29,5) Normal 103 (68,6) 104 (69,8) Over 1 (0,7) 1 (0,7)

Status Gizi BB/TB

Wasting 16 (10,7) 9 (6,0) Normal 132 (88,0) 136 (91,3) Lebih 2 (1,3) 4 (2,7)

Karakteristik Kategori Kelompok Subyek

Demak (%) Blora (%) Status Gizi TB/U

Stunting 51 (34,0) 51 (34,2) Normal 99 (66,0) 98 (65,8) Tinggi 0 (0,0) 0 (0,0)

Status Gizi BB/U

Underweight 46 (30,7) 44 (29,5) Normal 103 (68,6) 104 (69,8) Over 1 (0,7) 1 (0,7)

Status Gizi BB/TB

Wasting 16 (10,7) 9 (6,0) Normal 132 (88,0) 136 (91,3) Lebih 2 (1,3) 4 (2,7)

Karakteristik Kategori Kelompok Subyek

Demak (%) Blora (%) Status Gizi TB/U

Stunting 51 (34,0) 51 (34,2) Normal 99 (66,0) 98 (65,8) Tinggi 0 (0,0) 0 (0,0)

Status Gizi BB/U

Underweight 46 (30,7) 44 (29,5) Normal 103 (68,6) 104 (69,8) Over 1 (0,7) 1 (0,7)

Status Gizi BB/TB

Wasting 16 (10,7) 9 (6,0) Normal 132 (88,0) 136 (91,3) Lebih 2 (1,3) 4 (2,7)

Karakteristik Kategori Kelompok Subyek

Demak (%) Blora (%) Status Gizi TB/U

Stunting 51 (34,0) 51 (34,2) Normal 99 (66,0) 98 (65,8) Tinggi 0 (0,0) 0 (0,0)

Status Gizi BB/U

Underweight 46 (30,7) 44 (29,5) Normal 103 (68,6) 104 (69,8) Over 1 (0,7) 1 (0,7)

Status Gizi BB/TB

Wasting 16 (10,7) 9 (6,0) Normal 132 (88,0) 136 (91,3) Lebih 2 (1,3) 4 (2,7)

Karakteristik Kategori Kelompok Subyek

Demak (%) Blora (%) Status Gizi TB/U

Stunting 51 (34,0) 51 (34,2) Normal 99 (66,0) 98 (65,8) Tinggi 0 (0,0) 0 (0,0)

Status Gizi BB/U

Underweight 46 (30,7) 44 (29,5) Normal 103 (68,6) 104 (69,8) Over 1 (0,7) 1 (0,7)

Status Gizi BB/TB

Wasting 16 (10,7) 9 (6,0) Normal 132 (88,0) 136 (91,3) Lebih 2 (1,3) 4 (2,7)

99

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

2. Status Iodium Subyek Penelitiana. Kadar Iodium Urin

Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai median ekskresi iodium urin (EIU) di Desa Japah (Me= 333 µg/L) sudah termasuk dalam kri-teria risiko terhadap iodine induced hipertiroidisme. Sedangkan nilai me-

Tabel 2. Nilai Mean, Median dan Persentil Ekskresi Iodium Urin (EIU) Menurut Lokasi Penelitian

dian EIU di Kecamatan Karang- Tengah, Kabupaten Demak tinggi, baik di Desa Pidodo maupun Sam-pang, sudah termasuk berisiko me-ngalami gangguan kesehatan (Tabel 2). Hasil survei GAKI 2003, nilai me-dian EIU di Kabupaten Demak ada-lah 716 µg/L dan di Kabupaten Blora sebesar 472 µg/L.5,6

Lokasi EIU (µg/L)

Mean ± SD Median P25 P75

Demak Pidodo 365,3 ± 247,6 4266 2642 5945

Sampang 480,7 ± 405,0 6216 3818 8994

Blora Japah 440,0 ± 211,7 333 191 550

Distribusi subyek (AUS) me-nurut tingkat kecukupan iodium hari-an disajikan pada Tabel 3. Dengan menggunakan klasifikasi WHO, ana-lisis ini mendapatkan semua subyek

yang ada di Desa Pidodo dan Desa Sampang Kabupaten Demak memi-liki nilai EIU tinggi, diatas >300 µg/L (kelebihan iodium). Sedangkan di Kabupaten Blora sebanyak 54,7%.

Tabel 3. Distribusi Subyek Menurut Tingkat Kecukupan Iodium

Kecukupan Iodium (µg/L)

Lokasi Desa

Pidodo (75) Sampang (75) Japah (75)

Defisiensi berat (< 20) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0)

Defisiensi sedang (20-49) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (2,7)

Defisiensi ringan (50-99) 0 (0,0) 0 (0,0) 4 (5,3)

Optimal (100-199) 0 (0,0) 0 (0,0) 13 (17,3)

Lebih (200-299) 0 (0,0) 0 (0,0) 15 (20,0)

Excess (300+) 75 (100,0) 75 (100,0) 41 (54,7) Keterangan: Angka dalam kurung adalah persentase.

b. Kadar TSH dan Pembesaran Kelenjar Tiroid

Penelitian ini mendapatkan nilai rata-rata (mean) kadar hormon TSH pada subyek AUS yaitu dari 3,5 µU/ml sampai dengan 5,8 µU/

ml masih berada pada kisaran nor-mal (Tabel 4). Dengan mengguna-kan nilai normal TSH adalah 0,3–6,2 µU/ml, hanya sedikit ditemukan ka-sus hipertiroid, yaitu di Kabupaten Demak - Desa Pidodo (2%). Kasus

100

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

hipotiroid cukup banyak ditemukan, berturut-turut dari yang tertinggi di Desa Sampang 24%, Pidodo 16%, dan di Desa Japah 10%. Berdasar-kan hasil palpasi, penelitian ini me-

nemukan penderita gondok (TGR) yang cukup tinggi di Kabupaten Demak (diatas 30%), sedangkan di Desa Japah Kabupaten Blora hanya ditemukan sebesar 5,5% (Grafik 1).

Lokasi TSH AUS (µU/ml)

Mean ± SD

Demak Pidodo 4,1 ± 2,9

Sampang 5,8 ± 5,3

Blora Japah 3,5 ± 1,8

05

101520253035404550

Pidodo Sampang Japah

34,7

45,3

5,5

16

24

10

2 0 0

Gondok

Hipotiroid

Hipertiroid

Grafik 1. Persentase Penderita Gondok, Hipotiroid dan Hipertiroid Menurut Lokasi Penelitian.

Tabel 4. Nilai Mean TSH AUS Menurut Lokasi

3. Kadar Iodium dalam Sumber Air Minum

Hasil pemeriksaan kandungan iodium terhadap contoh sumber air minum keluarga di Kabupaten Demak, yaitu: Pidodo-1= 907 µg/L, Pidodo-2= 12.247 µg/L, Sampang= 1.101 µg/L. Sedangkan di Kabupaten Blora,

kandungan iodium dalam sumber air minum keluarga, yaitu: Japah-1= 18 µg/L dan Japah-2= 47 µg/L 4. Kandungan Iodium dalam Garam Pada penelitian ini, setiap res-ponden diminta contoh garam yang biasa dikonsumsi rumah tangga untuk diketahui kandungan iodiumnya. Pe-nentuan kandungan iodium dalam garam dilakukan di laboratorium Balai Litbang GAKI dengan cara titrasi. Dari 300 contoh garam yang dikumpulkan, sekitar separo lebih berbentuk garam halus, sisanya masing-masing sekitar 25% berbentuk bata dan krosok. Dis-tribusi jenis garam yang digunakan oleh rumah tangga disajikan pada Grafik 2.

101

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

Rata-rata subyek mengkonsum-si garam per orang per hari adalah 5,6 ± 2,9 gram. Distribusi kandungan iodium

dalam garam yang biasa dikonsumsi oleh keluarga subyek disajikan pada Grafik 3.

Grafik 2. Jenis garam konsumsi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pidodo Sampang Japah

24

42,7

4

54,7

2,612

21,3

54,7

84

Krosok

Bata

Halus

Grafik 2. Jenis Garam Konsumsi Rumah Tangga Menurut Lokasi Penelitian.

Grafik 3. Kadar Iodium dalam Garam Hasil Titrasi Menurut Lokasi Penelitian.

5. Makanan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik

Hasil wawancara pola kebiasa-an makan subyek dalam 1 bulan terakhir yang dilakukan dengan metode

FFQ semi quantitative, dapat dilihat pada Tabel 5. Makanan laut dan susu dikonsumsi dengan frekuensi sering (>=3x/mg) sebesar 34,3% dan 33,3%. Kol/kobis dan kembang kol sebagai

0

10

20

30

40

50

60

Kadar iodium dalam garam (ppm)

22,728

55,3

Pidodo

Sampang

Japah

102

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

sumber zat goitrogenik dikonsumsi AUS dengan frekuensi sering (>=3x/mg) sebesar 28,3%. Mie instan dan chiki-

chikian dikonsumsi subyek dengan frekuensi sering sebesar 50,3% dan 50,7%.

Jenis makanan

Frekuensi Makan

>=1x/hr 3-6x/mg 1-2x/mg <3x/mg Tak pernah

Makanan laut 17 (5,7) 86 (28,7) 142 (47,3) 8 (2,7) 47 (15,7)

Susu 69 (23,0) 31 (10,3) 51 (17,0) 7 (2,4) 142 (47,3)

Kol, kembang 8 (2,7) 77 (25,7) 111 (37,0) 8 (2,7) 96 (32,0)

Singkong 3 (1,0) 19 (6,3) 70 (23,3) 29 (9,7) 179 (59,7)

Daun singkong 2 (0,7) 23 (7,7) 92 (30,7) 22 (7,3) 161 (53,7)

Mi instan 44 (14,7) 107 (35,7) 69 (23,0) 3 (1,0) 77 (25,7)

Chiki-chikian 123 (41,0) 29 (9,7) 22 (7,3) 0 (0,0) 126 (42,0)

Min. kemasan 82 (27,3) 32 (10,7) 14 (4,7) 2 (0,7) 170 (56,7)

Tabel 5. Distribusi AUS Menurut Frekuensi Makanan Dikonsumsi

Keterangan: Angka dalam kurung adalah persentase.

6. Hubungan Antar VariabelHasil uji Kai Kuadrat menun-

jukkan ada hubungan antara kadar

iodium dalam garam hasil titrasi (Tabel 6) dengan nilai EIU, secara statistik bermakna (p<0,05).

Hasil Titrasi Garam Kategori EIU Total (n=285) Defisien Normal Excess

<30 ppm 23 (16,2) 22 (15,5) 97 (68,3) 142 (100,0)

>= 30 ppm 18 (12,6) 41 (28,7) 84 (58,7) 143 (100,0)

Tabel 6. Hubungan Kadar Iodium Garam dengan Nilai EIU

X2=7,270; df=2; p=0,026.

Hasil uji Kai Kuadrat menunjukkan tidak ada hubungan antara kadar iodium dalam hasil titrasi (Tabel 7) dengan

kadar TSH, secara statistik tidak berbeda (p>0,05).

Tabel 7. Hubungan Kadar Iodium Garam dengan Kadar TSH

Hasil Titrasi Garam Kategori TSH Total (n=191) Hipotiroid Normal Hiper

< 30 ppm 19 (21,3) 69 (77,5) 1 (1,1) 89 (100,0)

>= 30 ppm 11 (10,8) 91 (81,2) 0 (0,0) 102 (100,0) Uji Kolmogorov-Smirnov, ks-z=0,728; p=0,664.

103

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

Hasil uji Kai Kuadrat menun-jukkan tidak ada hubungan antara ka-dar TSH dengan tingkat pembesaran

kelenjar tiroid (Tabel 8), secara statistik tidak berbeda (p>0,05).

Tabel 8. Hubungan Kadar TSH dengan Kelenjar Tiroid

Kategori TSH

Kelenjar Tiroid Total Gondok Normal

Tidak normal 25 (18,8) 108 (81,2) 133 (100,0) Normal 39 (23,6) 126 (76,4) 165 (100,0)

Total 64 (21,5) 234 (78,5) 298 (100,0)

X2=1,023; df=1; p=0,312.

PEMBAHASANKadar Iodium dalam Urin dan 1. Sumber Air Minum

Nilai ekskresi iodium urin (EIU) merupakan refleksi dari asupan iodium harian, karena sekitar 90% iodium da-lam tubuh akan dikeluarkan kembali oleh ginjal melalui urin. Dengan demi-kian maka indikator EIU dapat dipakai untuk mengukur asupan iodium.12 Me-nurut WHO, daerah dengan nilai median EIU kurang dari 100 µg/L menunjukkan daerah tersebut mengalami defisiensi iodium atau disebut endemik GAKI.1 Penelitian ini mendapatkan nilai median EIU di Desa Pidodo dan Desa Sampang (Kabupaten Demak) serta di Desa Ja-pah (Kabupaten Blora) telah mencapai angka di atas 300 µg/L atau termasuk dalam kategori excess iodium. Nilai median EIU hasil Survei GAKI 2003 di Kabupaten Demak sebesar 716 µg/L dan di Kabupaten Blora sebesar 472 µg/L. Angka nasional hasil Survei GAKI 2003 sebesar 229 µg/L dan hasil Sur-vei GAKI Riskesdas 2007 sebesar 224 µg/L.5,6 Data di atas menunjukkan bah-wa dalam kurun waktu 10 tahun nilai median EIU di kedua daerah (khusus-nya Pidodo, Sampang, dan Japah) tidak

banyak mengalami perubahan, bahkan cenderung meningkat.

Penelitian ini menemukan sub-yek mengalami defisit iodium (EIU < 100 µg/L) hanya di Kabupaten Blora yaitu sebesar 8%. Menurut WHO, masalah GAKI merupakan masalah kesehatan masyarakat apabila nilai median EIU yang kurang dari 100 µg/L, proporsinya mencapai lebih dari 50%; dan apabila nilai median EIU yang kurang dari 50 µg/L, proporsinya mencapai lebih dari 20%.1 Dengan demikian, berdasarkan nilai EIU, maka wilayah penelitian bukan merupakan daerah yang mengalami kekurangan iodium. Penelitian ini mendapatkan semua subyek di Kabupaten Demak mengalami kelebihan iodium (EIU >=300 µg/L), sedangkan di Kabupaten Blora, proporsi subyek mengalami kelebihan iodium (EIU >=300 µg/L) sebanyak 54,7%.

Hasil pemeriksaan kandungan iodium terhadap contoh sumber air mi-num keluarga menunjukkan nilai yang tinggi (diatas 900 µg/L) di Kabupaten Demak, sedangkan di Kabupaten Blora berkisar 18-47 µg/L. Kabupaten Demak dan Blora merupakan daerah dataran

104

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

rendah non endemik GAKI. Kejadian GAKI banyak dijumpai di daerah da-taran tinggi/ pegunungan, oleh karena tanah dan air di wilayah tersebut ren-ren-dah kandungan iodium. Sebaliknya di dataran rendah, umumnya tanah dan airnya merupakan sumber iodum yang cukup. Akan tetapi proporsi rumah tang-ga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan iodium cukup di Kabupaten Demak masih rendah. Maka tingginya kadar iodium urin (EIU) di Desa Pidodo dan Desa Sampang, Kabupaten Demak, mungkin berasal dari sumber air minum yang digunakan keluarga. Tetapi patut dicurigai nilai EIU yang ekstrim tinggi di kedua desa tersebut, lebih karena faktor yang lain. Menurut WHO, ada dua fak-tor yang menyebabkan hasil pemerik-saan iodium urin meningkat. Pertama, karena kontaminasi, dan kedua karena pengaruh penguapan.1 WHO menjelas-kan bahwa tiap laboratorium harus ber-partisipasi dalam program pengenda-lian mutu eksternal dalam hubungannya dengan laboratorium rujukan yang di-akui. Hal ini penting karena kontaminasi iodium yang tidak dikenali sumbernya telah umum terjadi. Pada penelitian ini, analisis kandungan iodium dalam urin dilakukan di Balai Litbang GAKI, dengan sub sampel dikirim ke Labora-torium GAKI Undip untuk dilakukan uji validasi. Hasil uji banding - yang telah dilakukan beberapa kali - menunjukan hasil uji yang tidak berbeda bermak-na.13 Kontaminasi iodium dapat terjadi pada proses pengangkutan sampel urin dan sampel garam dari lokasi penelitian sampai ke laboratorium ataupun pada proses penyimpanan sampel urin dan sampel garam di laboratorium. Pene-litian ini dilakukan pada waktu musim

kemarau yang suhu udaranya cukup panas. Menurut WHO, evaporasi atau penguapan harus dihindari, oleh kare-na proses ini menyebabkan pening-katan konsentrasi secara buatan. Sam-pel mungkin lebih aman bila dibeku-kan.1

Sedangkan tingginya nilai EIU di Desa Japah Kabupaten Blora, mungkin berasal dari sumbangan asupan garam beriodium, hal ini dapat dilihat dari ting-ginya kadar iodium dalam garam ha-sil titrasi yang mencapai 50% lebih di Desa Japah. Faktor yang menyebab-kan tingginya iodium urin selalu dikait-kan dengan intake iodium. Penelitian di Kamerun, tingginya nilai EIU karena pengaruh iodisasi garam dengan kadar fortifikasi 100 sd 200 ppm. Studi lain di Afrika Selatan mendapatkan kejadian kelebihan iodium pada wanita 15–30 tahun sebesar 47,1%.9 Hipertiroidisme setelah fortifikasi garam dengan iodium juga terjadi di Eropa dan Amerika Se-latan serta iodisasi roti di Belanda dan Tasmania.10

2. Kadar TSH SerumThyroid Stimulating Hormone

atau TSH menggambarkan kecukupan sel tubuh atas hormon tiroid. Makin rendah kadar hormon tiroid (masukan iodium makin berkurang) maka makin meningkat kadar TSH.2 Hasil penelitian ini mendapatkan nilai rata-rata kadar TSH pada AUS masih berada pada kisaran normal. Secara umum, apabila hasil pemeriksaan TSH diatas normal menunjukkan fungsi tiroid kurang aktif (hipotiroid), sebaliknya kadar TSH rendah merupakan tanda biokimiawi dari fungsi tiroid yang terlalu aktif ((hipertiroid). Mengacu pada batasan

105

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

normal kadar TSH, cukup banyak ditemukan kasus hipotiroid di semua lokasi penelitian (10-24%), tetapi hanya 2% ditemukan kasus hipertiroid di Desa Pidodo. Proporsi hipotiroid lebih banyak dijumpai pada kelompok dengan mengkonsumsi garam beriodium < 30 ppm dibandingkan kelompok dengan mengkonsumsi garam beriodium 30 ppm keatas, meskipun secara statistik tidak berbeda bermakna (Tabel 7). Tidak adanya kaitan antara kadar iodium dalam garam dengan kadar TSH subyek, menunjukkan sumber iodium yang diperoleh subyek tidak hanya berasal dari garam beriodium.

3. Pembesaran kelenjar tiroid

Berdasarkan hasil palpasi, pe-nelitian ini menemukan kasus pende-rita gondok (TGR) yang cukup banyak jumlahnya di Kabupaten Demak (diatas 30%), di Kabupaten Blora ditemukan di Desa Japah sebesar 5,5%. Gondok ka-rena kekurangan atau kelebihan iodium dapat diketahui dari kadar TSH-nya. Tidak adanya hubungan antara kadar TSH serum dengan tingkat pembesar-an kelenjar gondok (Tabel 8) dapat di-jelaskan bahwa anak dengan perbaikan iodium maka fungsi tiroidnya akan kem-bali normal, meskipun mungkin kelenjar gondok masih terlihat membesar. Ting-kat pembesaran kelenjar tiroid atau gondok merupakan salah satu indika-tor GAKI yang menggambarkan reaksi tubuh atas kekurangan hormon tiroid akibat kurangnya suplai iodium.2 Dari data TSH dan gondok di atas, maka di-duga gondok yang terjadi pada subyek penelitian lebih disebabkan defisiensi iodium.

Kelebihan iodium juga dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar

gondok. Asupan iodium yang berle-bihan (excess) dapat bersifat akut atau kronis. Excess iodium yang mendadak akan mengakibatkan kerja enzim thyro-peroxide menurun, sehingga proses organifikasi dapat terhenti. Gangguan pada proses organifikasi ini disebut sebagai efek Wolff Chaikoff. Bila efek Wolff Chaikoff tidak terjadi, maka pe-ningkatan produksi hormon berjalanterus sehingga timbul hipertiroid (iodine-induce hyperthyroidism). Efek ini sifat-nya sementara, maka dalam beberapa hari proses akan kembali seperti sediakala (escape). Apabila mekanisme adaptasi ini gagal, maka akan terjadi hambatan sintesis hormon yang ber-kepanjangan, selanjutnya akan timbul hipotiroid sekunder karena excess io-dium (iodine-induced hypothyroidis-me).4

4. Iodium dari Garam dan MakananGaram beriodium adalah ga-

ram yang sudah ditambahkan unsur iodium didalamnya. Untuk pemenuhan kebutuhan iodium disarankan konsumsi garam beriodium per orang per hari sekitar 10 gram.16 Menurut WHO salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan iodium dari garam beriodium adalah konsumsi kurang dari 10 gram per orang per hari. Kriteria ICCIDD/UNICEF/WHO untuk eliminasi GAKI adalah minimal 90% rumah tangga mengkonsumsi garam mengandung cukup iodium.1 Iodisasi garam merupa-kan program penanggulangan GAKI yang bertujuan untuk memenuhi kebu-tuhan iodium. Garam beriodium yang beredar di masyarakat memiliki kadar iodium yang bervariasi, mulai dari yang berlebih, cukup, kurang, sampai tidak mengandung iodium sama sekali.

106

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

Faktor penyebabnya cukup beragam, bisa karena masalah pada iodisasi, distribusi, maupun faktor penyimpanan.

Hasil uji Kai Kuadrat menun-jukkan ada hubungan yang bermakna antara kadar iodium dalam garam de-ngan nilai EIU. Analisis Kartono, dkk (2007) mendapatkan asosiasi positif dan cukup kuat dengan Pearson r= 0,69 terhadap hubungan antara nilai EIU dengan konsumsi garam beriodium.17 Penelitian ini mendapatkan proporsi RT menggunakan garam beriodium me-menuhi syarat SNI masih rendah sekitar 50%, tetapi nilai median EIU jauh diatas batas normal. Keadaan ini memperli-hatkan kemungkinan adanya masukan iodium dari sumber lain, antara lain dari tingginya asupan makanan kaya iodium, kapsul iodiol dosis tinggi, efek penggunaan obat-obatan mengan-dung iodium, suplemen atau air minum. Salah satu pertimbangan lokasi dalam penelitian ini adalah tidak ada pro-gram pemberian kapsul iodium kepada masyarakat di wilayah penelitian. Maka, dugaan tingginya nilai EIU – khususnya di Kabupaten Demak – diarahkan pada air minum sehari-hari responden. Hasil analisis univariat menunjukkan kadar iodium pada contoh sumber air minum yang tinggi khususnya di Desa Pidodo yaitu sebesar 907 µg/L dan 12247 µg/L; serta di Desa Sampang yaitu sebesar 1101 µg/L. Perlu analisis lebih lanjut ter-hadap kadar iodium dalam sumber air minum yang ekstrim tinggi ini. Makanan jajanan, bisa jadi memberikan kontri-busi terhadap tingginya asupan iodium. Hasil analisis pola makan menunjuk-kan sebanyak 33-34% subyek, selain mendapatkan sumber iodium dari ga-ram juga dari makanan hasil laut dan

susu. Sekitar 50% subyek mengkon-sumsi mie instan dan jajanan jenis chiki dengan frekuensi sering yang diduga sebagai sumber iodium. Di Jepang, tingginya konsentrasi iodium urin dikait-kan dengan konsumsi seaweed/ rum-put laut. Sedangkan di New Zealand dikaitkan dengan fortifikasi iodium pada roti.14,15

KESIMPULANStatus iodium berdasarkan

nilai median Ekskresi Iodium Urin (EIU) mendapatkan 54,7% subyek di Desa Japah Kabupaten Blora berisiko kelebihan iodium. Berdasarkan keadaan fungsi tiroid (kadar TSH) subyek dengan hipotiroid terdapat 24% di Desa Sampang; 16% di Desa Pidodo; dan 10% di Desa Japah. Berdasarkan hasil palpasi, penderita gondok di Kabupaten Demak lebih dari 30% sedangkan di Desa Japah Kabupaten Blora sebesar 5,5%.

Tingginya nilai median EIU pada subyek di Kabupaten Blora (Desa Japah), diduga terutama berasal dari asupan garam beriodium. Tingginya nilai median EIU pada subyek di Kabupaten Demak (Desa Pidodo dan Desa Sampang), diduga bukan karena tinggi asupan iodium, tetapi karena sebab lain yang perlu penelitian lebih lanjut.

UCAPAN TERIMA KASIHPenelitian ini terlaksana atas

dukungan dana Program Insentif Riset untuk Peneliti dan Perekayasa Priori-tas Teknologi Kesehatan dan Obat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Ucapan terima kasih kami tujukan

107

Status Iodium pada Anak... (Mohamad Samsudin, Djoko Kartono)

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dan Kabupaten Blora beserta jajarannya; Kepala dan staf Puskesmas Karang Tengah Dinkes Kabupaten Demak dan Puskesmas Japah Dinkes Kabupaten Blora; Kepala SD dan guru UKS di lokasi penelitian serta orang tua dan siswa yang menjadi responden atas dukungan dan partisipasinya dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO)/1. Unicef/ICCIDD. Assessment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring Their Elimination: A Guide for Programme Managers. Third edition, 2007.Djokomoeljanto. Evaluasi Masalah 2. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia. Jurnal GAKY Indonesia, 2002; 3(1).American Association of Endocrino-3. logists. Medical Guidelines for Cli-nical Practice for the Evaluation and Treatment of Hyperthyroidism and Hypothyroidism. Endocrine Practice 2002; 8.Greenspan FS dan Baxter JD. 4. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.Indonesia, Ministry of Health. 5. Technical Assistance for Evaluation on Intensified Iodine Deficiency Control Project. Final Report. Jakarta: Directorate of Community Nutrition – Directorate General of Community Health, 2003.Departemen Kesehatan RI dan UNI-6. CEF. Survei Indikator GAKI Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Laporan Akhir. Bogor: Puslitbang

Gizi dan Makanan – Badan Litbang-kes, 2008.Komari, dkk. Efektivitas Fortifikasi 7. Beriodium dalam Garam terhadap Status Iodium di Daerah Endemik. Laporan Penelitian. Bogor: Puslit-bang Gizi, 2004.Samsudin M, Mulyantoro KM, 8. Kumorowulan S, Kusumawardani HD. Efek Penggunaan Garam Beriodium Standar terhadap Status Iodium Anak Sekolah Dasar yang Mengkonsumsi Makanan Sumber Iodium Tinggi di Daerah Non Endemik. Laporan Penelitian. Magelang: Balai Litbang GAKI, 2007.Sebotsa ML, Dannhauser A, 9. Jooste PL, Joubert T. Iodine status as determined by Urinary Iodine Excretion in Lesotho Two Years after Introducing Legislation on USI. Nutrition, 2005; 2(1): 20–4.World Health Organization. 10. Trace Elements in Human Nutrition and Health. Geneva: WHO, 1996.Lemeshow S, Hosmer Jr DW, Klar J. 11. Adecuacy of Sample Size in Health Studies. Geneva: John Wiley & Son, 1990.Dunn JT. The Global Challenge 12. of Iodine Deficiency. Kumpulan naskah pertemuan ilmiah nasional gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Semarang: Badan Penerbit Undip, 2001; p.19-24.Anonim. 13. Hasil uji banding labora-torium GAKI Undip Semarang dan Laboratorium GAKI Magelang. Ma-gelang: Balai Litbang GAKI, 2011.Lantum DN. Iodine Excess in East 14. Cameroon Due to over-iodized Salt. IDD Newsletter, 2009.

108

MGMI Vol.4, No. 2, Juni 2013: 95-108

Zava TT and Zava DT. Assessment 15. of Japanese Iodine Intake Based on Seaweed Consumption in Japan: A literature based analysis. Thyroid Research, 2011; 4(14).Dachroni. Promosi Garam Berio-16. dum di Rumah Tangga. Warta GAKI, 2003.

Kartono D, Muhilal, Untoro R, 17. Djokomoeljanto. Ekskresi Iodium Urin Anak Sekolah Survei Evaluasi Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di Indonesia 2003. Jurnal GAKY Indonesia, 2007; 5(3) dan 6(1).