skrtpsi / tugas akhir haiaman : 13.^ fakultas teknik sipil · skripsi / tugas akhir fakultas teknik...
TRANSCRIPT
-
r'■= S K R tP S I / TU G A S AK HIR
FA KULTAS T E K N iK S IP ILHaiaman : 1 3 . ^
XI1- E V A L U f t S I D A N P E N G O L A H A N D A T A .
Dari data data yang sudah diperoleh dari hasil questio-
nary maupun dari cara interview dan hasil survey lapang-
an diadakan evaluasi dan diolah sehingga mendapatkan
hasil yang lebih baik dari apa yang sudah dikerjakan,
sehingga kesalahan kesalahan yang terjadi bisa dihilang-
kan.
Pada umumnya data data yang diperoleh tidak berada da-
lam kondisi dan sarana yang sama untuk setiap proyek,
tetapi berdasarkan sistim yang dipakai data data ini
bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : dengan meno-
gunakan sistim modern, semi konvensionil, konvensionil.
Data data itu perlu dikorelasikan terhadap suatu stand
ard yang diambil sendiri untuk tetap dijadikan pedoman.
Evaluasi data data ini bisa juga dengan membandingkan
dalam bentuk grafik grafik.
Melalui grafik bisa lebih jelas sampai dimana batas ba-
tas suatu sistim tersebut masih bisa dilaksanakan, dan
dapat juga diketahui kelebihan suatu sistim dari pada
sistim lainnya sehingga sehingga bisa dipilih sistim
yang tepat untuk suatu kondisi dan sarana suatu proyek.
Didalam mengevaluasi data data ini dibagi 3 sistim :
- Sistim pengecoran konvensionil.
- Sistim pengecoran semi konvensionil.
- Sistim pengecoran modern.
Sistim pengecoran konvensionil adalah sistim pengecoran
yang mempergunakan tenaga manusia secara keseluruhan,
http://www.petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html
-
f \i i ■- S K R IP S I I T U G A S AKHIR
2 FA KULTAS T E K N iK S IP ILH a ia m a n : 14 .^
mulai pengangkutan bahan, pengadukan dengan moleb
sampai ketempat pengecoran,
Sistim pengecoran semi konvensionil adalah sistim peng
ecoran yang mempergunakan beton lift sebagai sarana
pengangkut keatas atau tower crane dan beton molen seba
gai pengaduk.
Sistim pengecoran modern adalah sistim pengecoran yang
mempergunakan ready mix dan concrete pump sebagai sara
na pengangkut keatas sampai ketempat tujuan.
Tujuan evaluasi ini adalah menqevaluasi pengecoran dalam
jumlah seberapa bisa digunakan salah satu sistim yang
effektif dan ekonomis serta pada ketinggian berapa sis
tim sistim fcadi bisa dipergunakan.
Untuk itu dari tabel 1 diambil harga rata rata pengecor
an perhari dari ketiga sistim yang akan diambil sebagai
pedoman.
Sistim modern dari tabel 1 ada 3 buah data proyek yang
menggunakan sistim modern, tetapi tidak langsung diambil
rata rata kapasitas pengecoran perhari tetapi dalam hal
ini dibagi 2 yaitu antara bangunan 3 lantai kebatuah dan
bangunan 3 lantai keatas.
Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah kapasitas
pengecoran perhari antara 3 lantai keatas dan 3 lantai
kebawah.
Untuk 3 lantai kebauah rata rata pengecoran 120m? perha
ri ( data diambil dari proyek Surabaya delta plasa dan
P.T. Optima ).
-
I 'N,U
•'< i'-':Ptv.^ -•
Sedangkan pengecoran rata rata untuk 3 lantai keatas
adalah 64 m3 .
Harga pengecoran rata rata per m3 untuk 3 lantai kebaujr.h
Rp. 51.000,-3
Harga pengecoran rata rata per m untuk 3 lantai keatas
= RP . 62.957,50
Sistim semi konvensionil dari tabel 1 ada 6 buah data
proyek yang menggunakan sistim semi konvensionil.
Harga pengecoran rata rata per m3 :
R p . 3 7 * 5 0 0 + R p . 3 7 . 5 0 0 , — + R p . 3 7 . 2 0 0 + R p . 4 5 . 5 1 0 + R p 3 2 . 9 5 6 , -
+ R p . 4 4 . 7 4 7 , - ____________________________________________________________
~ ^
S K R I P S I / T U G A S 6 K K I R H a l a m a n : 1 5 ^F A K U L T A S T E K N I K S E P I L
= R p . 3 9 . 2 4 3 , 8 3
Kapasitas pengecoran rata rata perhari :
1 9 , 8 & g 0 , 7 & 2 3 . 9 8 g S 2 . 3 0 2 7 . 5 £ 2 0 . 1 5 = 24 m3
6
Sistim konvensionil dari tabel 1 ada 4 buah data pro
yek yang menggunakan sistim konvensionil.
Harga rata rata pengecoran per m3 :
R p . 3 6 . 0 0 0 + R p . 3 7 . 8 8 4 + R p . 5 0 . 0 3 6 + R p . 5 0 . 2 3 6
= Rp. 38.625,-
Kapasitas pengecoran rata rata perhari :
15 +10.6 + 5,4 + 6.2 = 10,8
4
-
UVM- i r S K R f P S I / T U G A S AKHiR
FA KULTAS T E K N IK S fP ILHaiaman : 1 5 . ^
Dengan adanya pembagian sistim modern untuk 3 lantai
keatas dan 3 lantai kebauah make dibandingkan sistim
pengecoran modern untuk 3 lantai kebawah dengan kedua
sistim lainnya.
Diambil data dari proyek Bank Pembangunan Indonesia
Bandung.3
Jumlah pengecoran 300 m , bangunan tingkat 2.
Dari tabel 1 biaya pengecoran dengan sistim konvensio
nil Rp. 12.960.000,- diselesaikan dalam waktu 20 hari.
Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil :
Rp. 14.127.755,- diselesaikan dalam uaktu 13 hari.
Sedang biaya pengecoran dengan sistim modern adalah
sebesar 300 x Rp. 51.000,- = Rp. 15.300.000,-
diselesaikan dalam uiaktu 3 hari.
Dari ketiga sistim diatas terlihat bahwa biaya pengecor
an dengan sistim modern masih lebih tinggi dibandingkan
dengan kedua sistim lainnya, hanya dalam hal u/aktu sis
tim modern jauh lebih singkat.
Data lain dari pertokoan dan bioskop Jl. fl.R. Hakim di
Tegal, jumlah pengecoran 876,9 m^, bangunan tingkat 3.
Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim konvensio
nil Rp. 44.031.292,- diselesaikan dalam 82 hari.
Biaya pengecoran dengan sistim konvensionil :
Rp. 42.748.875,- diselesaikan dalam 45 hari.
Sedang biaya pengecoran dengan sistim modern adalah
sebesar 876,9 x Rp. 51.000,- = Rp. 44.721.900,-
diselesaikan dalam 8 hari.
-
I 'N7,
rSKRiPSi / T U G A S AKHIR F A K U L T A S TEKNIK SIPIL
H a l a m a n : 17
Sistim modern masih lebih besar sedikit dari pada ke
dua sistim lainnya, walaupun uaktunya lebih singkat.
Data lain dari proyek B.C.A. Kudus,
bangunan 3 lantai, jumlah pengecoran 352 m \
Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim konvensi
onil Rp. 12.7S2.573,- diselesaikan dalam uaktu 32,5 hari
Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil:
Rp. 15.734.397,- diselesaikan dalam 17 hari.
Biaya pengecoran dengan sistim modern :
352 X Rp. 51.000,- = Rp. 17.952.000,- deselesaikan dalam
3 hari*
Biaya pengecoran dengan sistim modern lebih besar dari
kedua sistim lainnya ualupun waktunya lebih singkat.
Dari Proyek pasar atom tahap III surabaya.
Bangunan 3 lantai, jumlah pengecbran 1209 m^,
Dari tabel 1, biaya pengecoran dengan sistim konvensio
nil Rp. 60.70S.000,- diselesaikan dalam 112 hari.
Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil
Rp. 70.32B.856,- diselesaikan dalam 60 hari,
Biaya pengecoran dalam sistim modern :
1209 X Rp. 51.000,- = Rp. 61.659.000,- diselesaikan
dalam 11 hari.
Dari semua data data yang dibandingkan diatas maka da-
pat diambil kesimpulan bahua untuk bangunan 3 lantai ke-
bawah dengan jumlah pengecoran dibauiah 800 m^ untuk sis
tim modern biayanya masih besar dibandingkan dengan ke
dua sistim lainnya hanya waktunya yang lebih cepat,
-
I'Mlv
/' i SKRIPSS / T U G A S AKKIR 2 F A K U L T A S TEKNIK SIPtL
Haiaman : la, ^
jadi pemilinannya tergantung kepada situasi dan Icondisi
tiap tiap proyek.
Sedangkan pada bangunan 3 lantai kebawah dengan jumlah
pengecoran diatas 800 m3 , perbedaan biayanya tidak ber-
arti dengan kedua sistim lainnya, sedangkan perbedaan
waktunya besar sekali,maka sebaiknya dipilih cara modern
asalkan sarananya bisa didapatkan.
Sebab dengan perbedaan biaya yang tidak besar bisa ditu-
tup dengan perbedaan waktu yang sangat besar sekali.
Hanya dikhauatirkan pada daerah daerah tertentu sarana
nya masih belum ada.
-
S K R IP S t / T U G A S AK HIRFA KULTAS T E K N IK SIPSL
Haiaman
III.l. C..A R A D A i\3 P R O S E D U R . E V A L U A S I .
Evaluasi data data ini dipakai cara statistik dan pengolahannya
dipakai cara manual/perhitungan biasa.
Pengolahan dilakukan dengan perhitungan biasa/ manual karena
mudahnya sarana yang tersedia dibandingkan dengan pengolahan
memakai computer*
Evaluasi data yang akan ditinjau adalah aspek pengecoran*
Berhubung banyaknya macam variasi dari data data yang diper-
oleh., maka harus diadakan korelasi untuk menyeragamkan data
data tersebut sebelum diadakan pengolahan.
Korelasi dari data data difokuskan kepada nilai uangnya.
Standard yang diambil: - mutu beton : K.225.
- Daerah : Jabar.
- Waktu : tahun 1983.
ffiacam korelasi : A. Korelasi daerah.
B. Korelasi mutu beton.
C. Korelasi tahun pembuatan.
ft. Korelasi daerah.
KoreELasi daerah timbul akibat perbedaan harga bahan bahan
bangunan dan ongkos tenaga kerja dari tiap tiap daerah se-
hingga mempengaruhi harga proyek secara keseluruhan misal-
nya : di Jabar harga pasir lebih mahal dari pada di Jatim.
Untuk evaluasi data ini diambil standard daerah Jabar kare
na data data yang ada lebih banyak berasal dari daerah ter
sebut dari pada data data yang didapat dari daerah Jatim.
-
\f 7 r S K R IP S f / T U G A S AK HIR Haiaman : 2 C ^
FA KULTAS T E K N IK S fP iL'■) nvK'
Biaya pengecoran 1 m^ beton didaerah Jabar dengan mutu beton
K. 175, tahun pembuatan 1983 adalah sebagai berikut :
Pasir
Kerikil
175, campuran: 1 Pc: 2 Psr: 3 Krk )340
* “ D X Rp.3.000,- = Rp. 25..500,-
n o
-
r “'N
• W '
S K R IP S I / FA KULTAS
TU G A ST E K N IK
AKHfRSIP1L
H a ia m a n : 2 1 v y
Untuk meraudahkan mendapatkan korelasi K 300 diambil salah
satu bahan untuk mempertinggi mutu beton yang diketahui
harganya dan cara pemakaiannya.
Biaya pengecoran 1 m3 beton dengan mutu beton K 228 tahun
pembuatan 1983, di daerah Jatim adalah sebesar:
Pc. ( Semen Gresik ) = K Rp. 3.200,- =Rp. 33.200,-
Pasir = 0,48 X Rp. 3.900,- *Rp. 1.872,-
Kerikil = 0,8 X Rp. 12.000,-*Rp. 9.600,-
Rp. 44.672,- (3)
Biiaya pengecoran 1 m3 beton, dengan mutu beton K 300 ta
hun pembuatan 1983, untuk daerah Jatim adalah sebesar
Rp. 44.672,- ( lihat (3) ) ditambah biaya bahan untuk
mempertinggi mutu beton.
Dimisalkan pakai bahan tambahan ( additives ) salah satu
perusahaan dengan harga Rp. 2.500,- /kg.
Tiap sak semen membutuhkan : 0,20 Kg.
Biaya bahan tersebut : jjj-X X Rp. 2.500,- = Rp. 5.188
Jadi total biaya = Rp. 44.672,- + Rp. 5.188,-
= Rp. 49.860,-
Biaya pengecoran 1 m3 beton dengan mutu 1C 175 tahun
pembuatan 1983 di daerah Jatim adalah sebesar Rp. 40.480,-
( lihat (2) )
Korelasi untuk mutu beton K175 = 1,09
Korelasi untuk mutu beton K300 = 0,895
-
• l/.V
, ^ ~ S K R fP S i / T U G A S A K H IR Halaman : 2 2 .z FA KULTAS T E K N IK S I P I L
1 ■
C. Korelasi tahun pembuatan.
Korelasi tahun pembuatan timbul akibat perbedaan tahun
pembuatan dari data data proyek yang ada disebabkan harga
bahan dan biaya tenaga kerja.setiap waktu akan berubah.
Biaya pengecoran 1 beton mutu K 175 untuk daerah
Jatim tahun pembuatan 1983 adalah sebesar Rp. AO.480,-
( Lihat (2) ).
Biaya pengecoran 1 beton mutu K 175, untuk daerah
jatim tahun pembuatan 1982 :
Pc. =-|§ X Rp. 2.300,- = Rp. 19.550,-
Pasir = 0,54 X Rp. 3.000,- = Rp. 1.620,-
Kerikil = 0,82 X Rp. 9.500,- = Rp. 7.790,-
= R p .28.960,-
Korelasi tahun pembuatan = 1,41.
-
i r '.v S K R I P S l t T U G A S AKHIRFA KULTAS TEKNJK S fP IL
1Haiaman : 23 .
III.2. E V A L U f t S I G R f l F I K .
Dari data data yang ada hendak diperlihatkan dalam bentuk
grafik grafik.
Penggambaran grafik ada beberapa macam antara lain:
- grafik balok.
- grafik garis lengkung.
- grafik garis patah.
Dalam hal ini dipakai grafik garis patah yaitu grafik yang
menghubungkan titik titik yang kita dapatkan dari data data
yang ada.
Titik titik merupakan perpotongan sumbu X dan sumbu Y.
Dipilih grafik garis patah karena memang yang lebih tepat
dan dapat terlihat dengan jelas perbandingan antara masing
masing sistim.
Dari tabel 1 dapat digambarkan grafik 1,2,3,4,5.
Grafik 1 memperlihatkan grafik antara m3 dan Rp. dalam 3
sistim, dibuat dari data data yang sudah dikorelasikan terha-
dap utaktu, mutu beton, daerah dan tahun pembuatan.
Factor ketinggian sudah diperhitungkan juga maximum 7 lantai
+ 30 meter.
Titik titik dari grafik 1 adalah data dari salah satu proyek
yang memakai salah satu sistim.
Keterangan grafik 1.
Titik 1. : Proyek pabrik capsul Cibinong adalah bangunan 2
lantai dengan sistim modern akan tetapi lebih
ekonomis jika dikerjakan dengan sistim semi konven
sionil ( lihat grafik 1 ), hal ini disebabkan kare-
-
rS K R I P S i / T U G A S AKHER FA KULTAS T E K N IK S IP IL
Kaiaman : 24*
na jumlah pengecoran yang tidak banyak dan bang
unan hanya terdiri dari 2 lantai.
Jadi dikerjakan dengan sistim modern kurang meng-
untutagkan dilihat dari segi biaya tetapi dari se-
gi waktu bisa lebih singkat, kalau dalam prosen-
tase dengan sistim modern waktunya lebih singkat
300 ■% sedangkan dalam segi biaya berbeda 8,3/o
dari sistim semi konvensionil.
Ada pertimbangan lain sehingga sistim modern
tetap dipakai oleh pelaksananya karena alat alat
concrete pump dan ready mix miliknya sendiri, dan
dikehendaki bangunan selesai dalam waktu yang sing
kat.
Titik 2 : Proyek Bank Pembangunan Indonesia Bandung adalah
bangunan 2 lantai dengan sistim konvensionil.
Sistim konvensionil adalah yang paling ekonomis.
Jika diketjakan dengan sistim modern waktunya bi
sa lebih cepat 556^ tetapi biayanya bertambah 18%.
Titik 3 : Proyek Bank Central Asia Kudus adalah bangunan
2 lantai dengan sistim konvensionil.
Sistim konvensionil dikerjakan dalam proyek ini
karena pada daerah tersebut sukar untuk mendapat
kan alat2 modern.
Jika dikerjakan dengan sistim modern maka waktunya
lebih singkat 28 hari(933%) dan segi biaya bertam
bah 40%.
-
r S K R I P S l / T U G A S AKHIRFA K U L TA S T E K N IK S tP IL
Haiaman : 25.
-
l\\7i
~N
/ r ■•= SKRIPSS / T U G A S AK HIR Halaman : ?6FA KULTAS TE K N fK S IP iL
mis dibandingkan kedua sistim lainnya, dan waktu-
nya juga lebih singkat.
Titik 10 : Proyek Puskud Surabaya, adalah bangunan 7 lantai
dengan sistim modern.
Sistim modern adalah yang paling ekonomis dan se-
suai dengan grafik 1.
Titik 11 : Proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta.
adalah bangunan 7 lantai dengan sistim modern.
Sistim modern adalah yang paling ekonomis dan se-
suai dengan grafik 1,
Titik 12 : Proyek Bank Central Asia Surabaya.
Adalah bangunan 5 lantai dengan sistim semi kon
vensionil.
Sistim semi konvensionil adalah yang paling eko
nomis dan sesuai dengan grafik 1.
Titik 13.: Proyek pasar atom tahap III surabaya, adalah bang
unan 3 lantai dengan sistim semi konvensionil.
Sistim semi konvensionil adalah yang paling eko
nomis dan sesuai dengan gsafik 1.
Analisa grafik
Dari grafik didapatkan :
- Biaya pengecoran dengan sistim modern ( uiaktu singkat )
dengan biaya pengecoran dengan sistim konvensionil ( wak-
tu lebih lama ) tidak merupakan kelipatan.
misalnya : - Biaya untuk sistim Modern Rp. A,-3
Kapasitas B m / hari.
- Biaya untuk sistim konvensionil Rp. C,-
v _ _______________________________________________________________________________
-
'TTI!*' "
r I SK RIPSJ / T U G A S AK HIR Haiaman : 27 yF A KULTAS T E K N IK S IP IL
Kapasitas D m'3/ hari.
Maka A / | X Rp. C,-
Hal ini dibuktikan dalam salah satu data yang diambil dari
Bank f3embangunan Indonesia di Bandung ( lihat tabel 1 )
Total pengecoran 300 m 3 dikerjakan dengan sistim konvensi
onil kapasitas 15 m3/ hari dan harga Rp. 36.000,- / m3 .
Pengecoran selesai dalam 300/15 = 20 hari.
Jika dengan sistim konvensionil pengecoran selesai dalam
300/24 12,5 = 13 hari.
Jika dengan sistim modern pengecoran selesai dalam 300/64
= 5 hari.
Biaya pengecoran dengan sistim semi konvensionil :
300 X Rp. 36.000,- = Rp. 11.773.150,-
Biaya pengecoran dengan sistim modern :
300 X Rp. 58.922,66 = Rp. 17.691.498,-
Biaya perhari untuk konvensionil Rp. 10.800.000 :20 =
Rp. 540.000,-
Biaya per hari untuk semi konvensionil Rp. 11.773.150:13=
Rp. 905.626,—
Biaya perhari untuk modern : Rp. 17.691.498 : 5 =
Rp. 3.538.310,-
Jadi terlihat disini bahwa biaya dengan sistim semi kon -
vensionil tidak X Rp. 540.000,- = Rp. 830.769,23
melainkan Rp. 905.626,-
Detnikian juga untuk sistim modern biaya tidak
20X Rp. 540.000,— = Rp. 2.160.000,-
melainkan Rp. 3.538.300,-
-
'if S K R IP S f / TU G A S AKHIR2 FA KULTAS T E K N IK S IP IL
Halaman : 2 8 . ^
Hal ini disebabkan karena :
- Untuk pengecoran dengan sistim semi konvensionil dan
Modern jika dipakai untuk pengecoran yang jumlah penge-
. coran dibagi dengan kapasitas perhari tidak dalam bilang-
an bulat sangat eerugikan.
misalnya : dalam contoh tadi 12,5 hari dan A,6 hari tetap
- Dalam contoh tadi pengecoran dengan sistim konvensionil
selesai delam x 20 hariy dengan sistim modern selesai da
lam 5 hari, tidak berarti bahuja dengan cara konvensionil
pengecofcan dapat diselesaikan dalam 5 bari dengan menja-
dikan segalanya A unit yang hasilnya lebih murah jika
dibandingkan dengan sistim modern.
Ada beberapa faktor yang harus ditinjau antara lain:
- lokasinya.
- Pengadaan material.
- Sarananya.
- Pengawasan mutu.
- Ketinggian bangunan dan lain lain.
dihitung 13 hari dan 5 hari, sedangkan dalam
sistim konvensionil tidak demikian.
-
( 'f 7' i SKR1PS! / T U G A S A K H IR H a ia m a n : 2 9 . ^
FA K U L TA S T E K N IK S I P I L
III.3. Beberapa contph proyek yang telah menggunakan sistim
penoecoran yang lebih ekonomis dari sistim lainnya.
III.3.a Contoh proyek dengan sistim konvensionil.
Proyek Bank Pembangunan Indonesia di Bandung
metnakai sistim pengecoran konvensionil.
Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga
sistim pada proyek Bank Pembangunan Indonesia
di Bandung dibuat tabel 1 yang memuat.:
Biaya pengecoran yang dikeluarkan perhari ser-
ta lamanya pengecoran dari ketiga sistim.
Jumlah pengecoran pada proyek Bank Pembangunan
Indonesia : 300 m3 .
- Dengan sistim konvensionil pengecoran selesai
dalam 20 hari, biaya perhari Rp. 540.000,-
Total biaya pengecoran 20 X Rp. 540.000,- =
Rp. 10.800.000,-
- Dengan sistim semi konvensionil pengecoran
selesai dalam 13 hari dengan biaya perhari
Rp. 905.626,—
Total biaya pengecoran 13 X Rp. 905.626,- =
Rp. 11.773.138,-
- Dengan sistim modern pengecoran selesai da
lam 5 hari dengan biaya perhari Rp. S.100.000
Total biaya pengecoran 5X Rp. 5.897.166=
Rp. 15.300.000,-
untuk 2 lantai biaya pengecoran sistim kon
vensionil dan semi konvensionil ditambah 20%
-
7 | S K R I P S I / T U G A S AK HIR H a la m a n : 30 JFA K U L TA S T E KNIK S I P I L
Jadi biaya pengecoran proyek Bank pembang-
unan Indonesia dengan sistim konvensionil
= 1,2 X Rp. 10.800.000,— =Rp. 12.960.000,-
Biaya pengecoran proyek Bank Pembangunan
Indonesia dengan sistim semi konvensionil
* 1,2 X Rp. 11.773.138,-= Rp. 14.127.765,-
Dari ketiga harga tadi yang paling ekonomis
adalah jika pengecoran diselesaikan dengan
sistim konvensionil meskipun dalam waktu
yang lebih lama dari ke dua sistim yang la
in ( selesai dalam waktu 20 hari ).
III.3.b. Contoh proyek dengan sistim semi konvensi—
onil.
Proyek Bank Central Asia Kudus memakai sis
tim pengecoran semi konvensionil.
Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga
sistim pada Proyek Bank Central Asia Kudus
dibuat tabel 1 yang memuat: biaya pengecoran
yang dikeluarkan perhari serta lamanya peng
ecoran dari ketiga sistim.
Jumlah pengecoran pada proyek Bank Central
Asia Kudus 352 m^.
- Dengan sistim konvensionil pengecoran
sdlesai dalam 32,5 hari, biaya perhari
Rp. 412.000,-
Biaya pengecoran : 32,5 X Rp. 412.000,-
= Rp, 13.390.000,-
-
rS K R I P S i / T U G A S AK HIR FA KULTAS T E K N IK S IP IL
Haiaman : 3 1 .^
— Dengan sistim semi konvensionil pengecoran
selesai dalam 17 hari, biaya perhari
Rp. 771.294,-
Total biaya pengecoran dengan sistim konven
sionil = 17X Rp. 771.294,-= Rp. 13.111.998,-
— Dengan sistim modern pengecoran selesai
dalam 3 hari dengan biaya perhari
Rp. 6.919.341,-
Total biaya pengecoran dengan sistim modern
= 3 X Rp. 6.919.341,- = Rp. 20.758.020,-
Untuk 2 lantai biaya pengecoran dengan sis
tim konvensionil dan semi konvensionil di-
tambah 20%.
Jadi baaya pengecoran dengan sistim konven
sionil = 1,2 X Rp. 13.390.000,-=
Biaya pengecoran dengan sistim semi konven-
Dari ketiga harga tadi yang paling ekonomis
adalah jika pengecoran diselesaikan dengan
sistim semi konvensionil, meskipun dalam wak-
tu yang lebih lama dari sistim modern.
III.3.C. Contoh proyek dengan sistim Modern.
Proyek Bank Central Asia Jl. Asemka Jakarta
memakai sistim pengecoran modern.
Untuk membandingkan biaya pengecoran ketiga
Rp. 16.068.000,-
sionil = 1,2 X Rp. 13.111.998,
Rp. 15.734.397,-
-
=■ S K R I P S I / T U G A S A K H IR zj FA KULTAS T E K N I K S I P I L
Halaman : 3 2 . ^
/
sistim pada proyek Bank Central Asia
Jl. Asemka Jakarta dibuat tabel 1 yang me-
muat biaya pengecoran ketiga sistim per hari
serta lamanya pengecoran.
Jumlah pengecoran pada proyek Bank Central
Asia Jl. Asemka Jakarta = 1011,68 m^.
- Dengan sistim konvensionil pengecoran se
lesai dalam 93,7 hari dengan biaya per hari
Rp. 417.034,57.
Biaya pengecoran proyek Bank Cemtral Asia
Jl. Asemka Jakarta dengan sistim konvensi
onil = 93,7 X Rp. 417.034,57 =
- Dengan sistim semi konvensionil pengecoran
selesai dalam 43 hari dengan biaya perhari
Rp. S23.306,—
Biaya pengecoran proyek Bank Central Asia
Jl. Asemka Jakarta dengan sistim semi kon
vensionil = 43 X Rp. 923.306,- =
- Dengan sistim modern pengecoran selesai
dalam 10 hari dengan biaya perhari
Rp* 6.405.957,—
Biaya pengecoran proyek Bank Central Asia
Jl. asemka Jakarta dengan sistim modern
= 10 X Rp. 6.405.957,- = Rp. 64.059.570,-
Untuk 7 lantai biaya pengecoran dengan
Rp. 39.076.139
Rp. 139.702.158,
-
I " ? S K R IP S r / T U G A S A K H IR H a ia m a n : ^FA KULTAS T E K N IK S I P I L
dengan sistim konvensionil dan semi kon
vensionil ditambah 70%.
Jadi biaya pengecoran untuk sistim konven
sionil = 1,7XRp. 39.076.139,- =
Rp. 66.429.436,-
Biaya pengecoran untuk sistim semi konven
sionil = 1,7 X Rp. 39.702,158,- =
Rp. 67.493.668,—
Dari ketiga harga tadi yang paling ekono
mis adalah (jika pengecoran diselesaikan
dengan sistim modern, u/aktu pengecoran ju-
ga lebih sinakat dari kedua sistim lainnya.
-
Vajii S K R I P S I / FA KULTAS
T U G A ST E K N IK
AKHIRS tP IL
Halaman 3 4 . >y
III.3.d. Dari grafik 1,2,3, dapat dilihat sistim mana yang
lebih ekonomis, jadi bisa tepat pemilihan sistimnya
Misalnya: ada bangunan 3 lantai dengan jumlah peng
ecoran 500 m^.
Dari grafik 1 yang ekonomis adalah cara semi konven
sionil.
Dari grafik 2 yang ekonomis adalah cara semi konven
sionil.
Jelas harus diambil cara semi konvensionil agar ha-
silnya ekonomis.
Setelah itu baru ditinjau grafik 3 yaitu grafik
antara kapasitas pengecoran perhari dan biayanya ju
ga.
Grafik 4 untuk penyediaan jumlah tenaganya.
Dari grafik 5 ditunjukkan bahu/a dengan sistim kon-
vensionildan sistim semi konvensionil waktu yang le
bih lama membuat biaya yang besar.
-
S K R I P S i / T U G A S A K H IR FA K U L TA S T E K N IK S I P I L
Haiaman : , 3 5 ,^
III.4. PENIIF1PANGAN BENYinPflNGflN PELAK5ANAAN DILAPANGAN.
Dari data data yang diperoleh berikut ini dijelaskan
penyimpangan penyimpangan yang terjadi dilapangan
yang menyebabkan hambatan sehingga proyek berjalan
tidak sesuai dengan rencana, dan mengganggu schedule
yang telah direncanakan.
Penyimpangan penyimpangan disini ada yang disebabkan
karena memang kesalahan dari organisasi proyek terse-
but, tetapi ada pula yang karena kurangnya pengaurasan,
jadi sistimnya sudah benar hanya pelaksanaannya yang
kurang tepat.
Penyimpangan penyimpangan yang terjadi antara lain:
- Akibat kurang jelasnya pembagian tugas, hak dan
tanggung jawab serigg terjadi perintah kepada bawah-
an yang simpang siur sehingga bawahan serimg merasa
bingung mana perintah yang harus dipilih.
- Dalam suatu proyek yang banyak subkontraktornya se-
ring kali terjadi ketidak larasan pada suatu pekerja-
an yang saling berhibungan, masing masing pihak hanya
mengerjakan bagiannya tanpa memikirkan hubungannya
dengan bagian yang lain, sehingga hal ini sangat
merugikan penyelesaian proyek secara menyeluruhv
- Penggunaan sarana pada sistim pengecoran modern
yang kurang baik sehingga memerlukan uiaktu lagi un
tuk menyempurnakannya.
Sebagai contoh penggunaan concrete pump dimana pema-
sangan pipa pipanya tidak diatur sebaik baiknya, as-
-
7' ^ S K R I P S I / T U G A S AKHIRW f ' " ' FA KULTAS T E K N IK S IP IL
Halaman : 3 6 , ^
al pasang saja sehingga waktu concrete mortar di-
pompakan lewat, pipa pipanya jatuh karena kurang
kuat pegangannya, atau letaknya yang tidak diatur
sesuai galannya pengecoran.
Contohr. lain adalah karena water cement ratio /
slump yang mengakibatkan concrete mortar macet
didalam pipa sehingga perlu untuk ditembak.
master index: back to toc: help: logo: